2. Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella)
I. PENDAHULUAN diperlukan upaya pembentukan daerah
perlindungan (DPL) yang dikelola oleh
Persoalan umum yang dihadapi oleh masyarakat (Dody and Marasabessy,
masyarakat pesisir khususnya di Teluk 2007b).
Klabat, Bangka Belitung sehubungan Siput gonggong merupakan
dengan pengelolaan sumberdaya perairan gastropoda laut Famili Strombidae yang
adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya memiliki kelamin terpisah. Menurut Davis
non ikan khususnya kerang-kerangan oleh (2005) siput strombus (Strombus gigas)
masyarakat selama ini yang tidak dewasa memiliki kelamin terpisah dan
dibarengi dengan upaya-upaya akan mengalami kematangan seksual
pelestariannya sehingga kini mulai terasa setelah tepi luar cangkangnya (lip)
adanya tekanan terhadap populasi biota berkembang secara penuh.
tersebut di alam. Selain itu kegiatan Untuk melakukan upaya pemulihan
penambangan timah di laut yang populasi siput gonggong di alam,
berpotensi merusak lingkungan sekitar pengetahun tentang aspek biologi
semakin menambah tekanan terhadap merupakan salah satu informasi dasar
populasi biota yang ada. Jika hal ini yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan
dibiarkan terus berlangsung tanpa adanya untuk mengetahui sebagian dari siklus
upaya penyelamatan dan restorasi akan hidup siput gonggong melalui pengamatan
berdampak terhadap kelestarian biota pemijahan dan perkembangan larvanya di
tersebut dan berimplikasi terhadap laboratorium.
kegiatan perekonomian masyarakat
setempat.
II. METODE PENELITIAN
Siput gonggong (Strombus
turturella) termasuk hewan moluska kelas Pemijahan induk siput gonggong
Gastropoda yang dijumpai di perairan dilakukan di Laboratorium Marikultur
Kepulauan Bangka Belitung dan milik Pusat Penelitian Oseanografi LIPI,
sekitarnya. Di Teluk Klabat siput Jakarta. Beberapa tahap persiapan yang
gonggong dijumpai menyebar mulai dari dilakukan antara lain:
tepi pantai hingga ke kedalaman beberapa a. Kultur pakan hidup jenis Chlorella sp
meter. Di Teluk Klabat bagian barat dan Navicula sp.
dijumpai siput gonggong dengan b. Persiapan induk matang gonad yang
kelimpahan yang tinggi (Dody and diambil dari alam berasal dari perairan
Marasabessy, 2007a). Amini (1986) Teluk Klabat (Kabupaten Bangka) dan
menyatakan bahwa siput gonggong di Pulau-pulau Lepar Pongok (Kabupaten
perairan Pulau Bintan Riau, sering Bangka Selatan).
ditemukan di antara tumbuhan lamun c. Persiapan bak-bak pemijahan kapasitas
dengan substrat pasir berlumpur. Biota ini 1 ton.
sering dieksploitasi oleh masyarakat d. Persiapan bak-bak Pemeliharaan larva
pesisir sebagai sumber protein alternatif hingga mencapai anakan kapasitas 80
dari laut. Karena semakin intensifnya liter.
biota ini dieksploitasi, populasinya di
alam semakin terancam. Sementara itu Induk-induk siput gonggong yang
upaya pemulihan stok alam sampai saat telah matang gonad yang diperoleh dari
ini belum pernah dilakukan oleh pihak alam, kemudian ditempatkan pada bak-
manapun. Untuk mencegah terjadinya bak pemijahan berkapasitas 1 ton. Untuk
degradasi habitat dan menurunnya merangsang pemijahan dilakukan
populasi siput gonggong di Teluk Klabat penggantian air hingga mencapai 90%
108 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
3. Safar Dody
setiap 24 jam. Setelah terjadi pemijahan, beberapa pasangan induk. Hal ini terjadi
telur disaring dan kemudian koloni telur pada hari ke dua setelah induk berada di
hasil pemijahan ditempatkan pada bak-bak dalam bak pemijahan. Dua puluh empat
pemeliharaan larva volume 40 liter. Bak jam setelah kopulasi induk betina mulai
pemeliharaan juga Sebelum larva melepaskan telurnya. Telur-telur yang
dimasukan ke dalam bak pemeliharaan, dilepaskan terbungkus dalam kapsul dan
terlebih dahulu dipastikan pakan alami membentuk rangkaian koloni. Hasil
dari jenis Navicula sp telah tumbuh di analisis menunjukkan bahwa jumlah telur
dasar bak sebagai makanan larva yang yang dilepaskan oleh seekor induk betina
telah mengendap (settle). berkisar antara 75.000 hingga 95.000
Pengamatan perkembangan embrio butir. Telur siput gonggong berbentuk
dalam kapsul telur dilakukan dibawah bulat dengan rata-rata ukuran diameter-
mikroskop setiap jam hingga trokofor nya adalah 220µm (Gambar 1).
menetas dari kapsul. Pemberian pakan Butiran-butiran sel telur terbungkus
alami dilakukan setelah larva mulai oleh kapsul berisi larutan gel yang dilapisi
memasuki fase veliger dan mengendap membran tipis. Kapsul-kapsul tersebut
(settle) di dasar bak pemeliharaan. Pakan kemudian terbungkus di dalam suatu
alami jenis Chlorella sp diberikan kepada membran tipis sebagai pelindung dan
larva fase veliger dan jenis Navicula sp tersusun membentuk rantai panjang,
diberikan kepada larva yang telah sehingga telur-telur tersebut terlindung
memasuki fase mengendap. Waktu dari serangan predator selama proses
pemberian pakan dilakukan pada pagi dan perkembangannya sebelum menetas.
sore hari masing-masing sebanyak 1 liter Rangkaian rantai yang berisi kapsul telur
dengan kepadatan 1,3 x 106 sel/ml bentuknya cukup kompak dan tidak
Chlorella sp. dan 1,2 x 106 sel/ml mudah putus.
Navicula sp. Dua jam setelah dilepaskan,
pembelahan sel telur pertama mulai
III. HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi. Pada salah satu sisi sel telur
memperlihatkan cekungan bakal
Induk-induk matang gonad yang terjadinya pembelahan. Rata-rata ukuran
ditempatkan di dalam bak pemijahan telur yang akan membelah tersebut adalah
mulai memperlihatkan tingkah laku 190 µm. Secara perlahan-lahan sel telur
pemijahan yaitu terjadinya kopulasi pada mulai membelah menjadi dua sel.
Gambar 1. Bentuk telur siput gonggong
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012 109
4. Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella)
Kemudian dua sel yang telah Saat memasuki fase veliger ini larva
terbentuk tadi, masing-masing mulai sudah bisa mengkonsumsi pakan alami
melakukan pembelahan lagi hingga jenis fitoplankton yang melayang. Untuk
terbentuk 4 sel. Masing-masing sel hasil mempermudah pemeliharaan dan
pembelahan tersebut memiliki rata-rata terhindar dari predator maupun bahan
ukuran 102 µm. Selanjutnya masing- kontaminan yang terbawa oleh sisa-sisa
masing sel tersebut membelah lagi hingga kapsul telurnya, maka larva-larva yang
menjadi 8 sel, 16 sel, 32 sel, dan multisel. baru menetas tersebut dipindahkan ke
Seletah melewati fase multi-sel, wadah pemeliharaan untuk diberi pakan
perkembangan embrio selanjutnya menuju alami. Pemberian pakan alami jenis
fase gastrula, dimana secara perlahan Chlorella sp dilakukan setiap hari pada
organ cilia mulai terbentuk. Akibat pagi hari.
getaran cilia yang dimilikinya, maka Memasuki hari ke sepuluh
embrio dalam kapsul senantiasa berputar penetasan telur telah mencapai 99,9 %.
baik searah jarum jam maupun sebaliknya. Dengan demikian masa inkubasi telur
Ukuran tubuh embrio pada fase ini telah dalam satu koloni berkisar antara 4-10
mencapai 216 µm dan mulai memasuki hari. Sisa-sisa rangkaian rantai telur yang
fase trokofor. sudah kosong sangat rapuh dan sangat
Perkembangan selanjutnya setelah mudah terburai jika diangkat.
embrio memasuki fase trokofor, aktivitas Setelah menetas larva tumbuh dan
embrio dalam kapsul makin meningkat berkembang, bobot tubuhnya bertambah
dan kemudian memasuki fase veliger dan tidak dapat lagi berenang bebas di
untuk siap menetas dan berenang di kolom kolom air. Memasuki hari keempat larva
air. Penetasan mulai terjadi saat mulai mengendap (settle). Saat
memasuki hari ke empat. Manzano and mengendap cangkang larva mulai
Aranda (2000) menyatakan bahwa sel terbentuk. Cangkang tersebut sangat tipis
telur Strombus pugilis yang telah dan transparan serta sangat rapuh. Ukuran
dipijahkan mulai terjadi pembelahan rata-rata larva pada saat memasuki hari ke
pertama kali menjadi dua sel setelah lima empat adalah 332 µm. Saat berada di
jam dan berkembang memasuki fase larva dasar bak pemeliharaan, larva sangat
trokofor setelah 50-54 jam, kemudian rentan terhadap serangan predator. Jika
mamasuki fase veliger setelah 90 jam kondisi larva lemah maka aktivitas untuk
(hari ke empat). menolak setiap serangan predator juga
Embrio dalam kapsul yang akan semakin berkurang sehingga akan
menetas memperlihatkan gerakan menyebabkan kematian. Predator utama
mendorong ke arah salah satu sisi kapsul, yang menyerang larva pada fase ini adalah
sehingga kapsul berbentuk agak lonjong. jenis kopepoda dan cacing (Polychaeta)
Dengan sekali dorongan yang kuat, maka yang dapat menyerang masuk ke dalam
kapsulpun pecah. Embrio yang telah cangkangnya. Predator tersebut akan
keluar dari kapsulnya, sejenak tidak keluar dari cangkang untuk mencari
melakukan gerakan (diam sejenak), mangsa yang baru bila cangkang larva
setelah itu ia mulai mencari jalan keluar yang diserangnya telah kosong.
dan menembus membran rantai Perkembangan larva yang telah
pembungkus kapsul untuk keluar dan mengendap semakin meningkat, ditandai
berenang bebas di kolom air sebagai larva dengan mulai terbentuknya bakal
veliger. Sekali memasuki kolom air, cangkang (protoconch/embrionic worhls).
aktivitas berenangnya terus dilakukan Memasuki fase ini larva mulai dapat
tanpa berhenti. mengkonsumi pakan yang mengendap di
110 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
5. Safar Dody
dasar akuarium berupa sisa-sisa plankton 20, ukuran rata-rata panjang cangkang
yang telah mati (serasah). Pada fase ini adalah 3,72 mm dan ukuran rata-rata lebar
pemberian pakan tambahan berupa cangkang adalah 2,36 mm.
fitoplankton bentik jenis Navicula sp Perkembangan siput gonggong dari fase
dilakukan setiap hari pada pagi dan sore pembelahan sel telur hingga mencapai
hari. fase larva atau anakan tertera pada
Pertumbuhan cangkang berkembang Gambar 2.
terus hingga memasuki hari ke 20, bentuk Perkembangan siput gonggong
cangkang larva sudah mendekati mulai dari pemijahan, perkembangan
sempurna, dengan sederetan bintik coklat embrio dan larva hingga mencapai juvenil
disekitar cangkang. Saat ini cangkang disajikan pada Gambar 3. Hasil
sudah dilengkapi dengan operkulum wawancara dengan nelayan setempat
berbentuk bulat dan dapat menutupi bahwa larva siput gonggong berkembang
cangkangnya secara tepat, tidak seperti hingga mencapai ukuran siap panen
bentuk operkulum siput gonggong dewasa membutuhkan waktu 10-12 bulan.
yang berbentuk bulan sabit. Pada hari ke
Fase Pembelahan
Fase Gastrula/trokofor
Fase Menetas/Veliger
Fase settle/larva/anakan
Gambar 2. Fase-fase perkembangan siput gonggong mulai dari telur hingga mencapai
larva/anakan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012 111
6. Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella)
...?
Gambar 3. Tahap dan waktu perkembangan siput gonggong (Strombus turturella)
mulai dari pemijahan, perkembangan embrio dan larva hingga mencapai
dewasa.
IV. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Pemijahan siput gonggong dapat Akbar, S., N. Hartanto, S. Muhli, and T.
dilakukan di ruang terkontrol Hermawan. 2005. The first
(laboratorium) dengan perangsangan successful breeding of marine snail
berupa penggantian air dalam bak (Strombus canarium) at regional
pemijahan setiap 24 jam sebanyak 90% center for mariculture development
selama 2-3 hari. Jumlah telur yang dapat (RCMD) Batam-Riau Island,
dipijahkan oleh seekor induk siput Indonesia. Regional Center for
gonggong berkisar antara 75.000 hingga Mariculture Development (RCMD),
95.000 butir, dengan masa inkubasi Batam-Riau Island. 6p.
hingga menetas memerlukan waktu 24-48 Amini, S. 1986. Studi pendahuluan
jam, sedangkan masa perkembangan larva gonggong (Strombus canarium) di
hingga mencapai ukuran anakan 4 mm perairan pantai Pulau Bintan-Riau.
memerlukan waktu minimal 20 hari . Jurnal Pen. Perikanan Laut, 36:23-
Masa larva setelah menetas dari telurnya 29.
merupakan masa kritis, karena pada masa Amini, S. and W. A. Pralampita. 1987.
tersebut larva banyak mengalami Pendugaan pertumbuhan beberapa
kematian pada perlakukan pemijahan di parameter biologi gonggong
laboratorium. (Strombus canarium) di perairan
112 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
7. Safar Dody
pantai Pulau Bintan-Riau. Jurnal Dody, S. and M. D. Marasabessy. 2007b.
Pen. Perikanan Laut, 41:29-35. Pengelolaan sumberdaya siput
Baqueiro, E., D. Murillo, and C.M. gonggong (Strombus turturella) di
Medina. 2000. Biological aspects of Teluk Klabat, Bangka Belitung.
the conch fishery resource in the Makalah. Dibawakan pada Seminar
northern area of the state of Kompetitif Kaltim Babel, Jakarta,
Campeche, Mexico. (In Spanish: 3-4 September 2007.
Aspectos biológico pesqueros del Herlina, J. dan D.I. Hartoto. 2006.
recurso caracol en la zona norte del Overview of Social Economic
estado de Campeche, México). Condition of Kepulauan Bangka
Proc. Gulf Carib. Fish. Inst., 51:16- Belitung Province. Monograph No :
59. 4 Ecological Condition Of
Cardenas, E. B., D. A. Aranda, and G. M. Estuaries In Bay Of Klabat: 69-85 -
Olivares. 2005. Gonad development No. Arsip : 06008. LIPI
and reproductive pattern of the (http://www.lipi.go.id).
fighting conch Strombus pugilis Manzano, B. N. and D. A. Aranda. 2000.
(LINN, 1758) (Gatsropoda, Desarrollo embrionario de Strombus
Prosobranchia) from Campeche, pugilis (Mesogastropoda:
Mexico. Journal of Shellfish Strombidae) en el laboratorio.
Research, 1127-1133. Revista de Biologia Tropical 48:59-
Dartnall A.J. and M. Jones (Eds). 1986. 64.
A manual survey method : living Manzano, B. N., D. A. Aranda, and T.
resources in coastal areas. ASEAN- Brulé. 2000. Effect of photoperiod
Australia Cooperative Program on on the development, growth and
Marine Science Handbook. survivorship of the larvae of the
Townsville: Asean Institute of conch Strombus pugilis. (In Spanish:
Marine Science (IMS). 167ps. Efecto del fotoperíodo sobre el
Davis, M. 2000. The combined effects of desarrollo, crecimiento y
temperature and salinity on growth, sobrevivencia de larvas del caracol
development, and survival for Strombus pugilis). Proc. Gulf Carib.
tropical gastropod veligers of Fish. Inst., 51:101-118.
Strombus gigas. J. Shellfish Res., Manzano, B. N., D. A. Aranda, T. Brule,
19(2):883-889. and E. B. Cardenas. 2000. Effects
Davis, M. 2005. Species Profile. Queen of feeding period on development,
Conch, Strombus gigas. South growth, and survival of larvae of the
Regional Aquaculture Center fighting conch Strombus pugilis
Publication No. 7203. Linne, 1758 (Mollusca, Gastropoda)
Dody, S. and M. D. Marasabessy. 2007a. in the laboratory. Bulletin of Marine
Sebaran spasial siput gonggong Science, 67(3): 903-910.
(Strombus turturella) di Teluk Tewfik, A. and C. Béné. 2000. Densities
Klabat. Makalah dibawakan pada and age structure of fished versus
Seminar Nasional Moluska dalam protected populations of queen
Penelitian, Konservasi dan Ekonomi. conch (Strombus gigas L.) in the
Fakultas Perikanan dan Ilmu Turks & Caicos Islands. Proc. Gulf
Kelautan, Univesitas Diponegoro, Carib. Fish. Inst., 51:60-79.
Semarang 17 Juli 2007.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012 113