SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Hal. 107-113, Juni 2012



PEMIJAHAN DAN PERKEMBANGAN LARVA SIPUT GONGGONG (Strombus
                       turturella)

SPAWNING AND LARVAL DEVELOPMENT DOG CONCH (Strombus turturella)

                                       Safar Dody
                             Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
         Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta; E-mail: dodysafar@yahoo.com


                                        ABSTRACT
Dog conch (Strombus turturella) is considered one of fishery commodities in Bangka
Belitung Islands. This conch is often exploited and result in their populations are
increasingly threatened. The aim of study to observe the reproduction and larval
development of dog conch were studied under laboratory conditions. For the treatment
of spawning the dog conch were placed in spawning tanks with a capacity of 1 ton.
Stimulation of spawning is done by replacing the water in the tank as much as 90%
every 24 hours until the eggs released by females. Spawning was preceded by
copulation and fertilization occurs inside the female's body.The results showed that the
first egg cell divides into two cells after two hours of spawning. Then each cell
continues to divide into four cells to become multicellular and reach the gastrula stage
after 48 hours. Free swimming larval phase for four days and then settle down along
with the formation of the first shell. The larvae will grow up to 5 mm shell length for 20
days.

Keywords: Dog conch, Strombus turturella, spawning, larva development

                                       ABSTRAK
Siput gonggong (Strombus turturella) merupakan salah satu komoditas perikanan yang
sering dieksploitasi sehingga populasinya semakin menurun. Penelitian ini bertujuan
untuk mengamati pemijahan dan perkembangan larva siput gonggong di laboratotium.
Pemijahan induk siput gonggong dilakukan pada bak berkapasitas 1 ton. Perangsangan
pemijahan dilakukan melalui penggantian air bak sebanyak 90% setiap 24 jam hingga
induk siput betina melepaskan telur-telurnya. Pemijahan didahului dengan peristiwa
kopulasi, dan fertilisasi terjadi di dalam tubuh betina. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelahan sel telur pertama kali terjadi dua jam setelah telur dilepaskan oleh
induk betina. Pembelahan sel telur terus berlangsung, mulai dari dua sel, empat sel,
hingga multisel. Sel telur memasuki fase gastrula 48 jam setelah pemijahan.
Selanjutnya embrio memasuki fase trokofor dan menetas 96 jam setelah telur
dilepaskan. Masa larva berenang bebas berlangsung selama empat hari untuk kemudian
mengendap (settle) di dasar bak seiring dengan terbentuknya cangkang yang pertama
kali. Larva berkembang hingga mencapai ukuran cangkang 5 mm setelah 20 hari.

Kata kunci: Siput gonggong, Strombus turturella, pemijahan, perkembangan larva




                        ©Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan
                   Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB                       107
Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella)



I. PENDAHULUAN                               diperlukan upaya pembentukan daerah
                                             perlindungan (DPL) yang dikelola oleh
      Persoalan umum yang dihadapi oleh      masyarakat (Dody and Marasabessy,
masyarakat pesisir khususnya di Teluk        2007b).
Klabat, Bangka Belitung sehubungan                 Siput     gonggong      merupakan
dengan pengelolaan sumberdaya perairan       gastropoda laut Famili Strombidae yang
adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya        memiliki kelamin terpisah. Menurut Davis
non ikan khususnya kerang-kerangan oleh      (2005) siput strombus (Strombus gigas)
masyarakat selama ini yang tidak             dewasa memiliki kelamin terpisah dan
dibarengi        dengan      upaya-upaya     akan mengalami kematangan seksual
pelestariannya sehingga kini mulai terasa    setelah tepi luar cangkangnya (lip)
adanya tekanan terhadap populasi biota       berkembang secara penuh.
tersebut di alam. Selain itu kegiatan              Untuk melakukan upaya pemulihan
penambangan timah di laut yang               populasi siput gonggong di alam,
berpotensi merusak lingkungan sekitar        pengetahun tentang aspek biologi
semakin menambah tekanan terhadap            merupakan salah satu informasi dasar
populasi biota yang ada. Jika hal ini        yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan
dibiarkan terus berlangsung tanpa adanya     untuk mengetahui sebagian dari siklus
upaya penyelamatan dan restorasi akan        hidup siput gonggong melalui pengamatan
berdampak terhadap kelestarian biota         pemijahan dan perkembangan larvanya di
tersebut dan berimplikasi terhadap           laboratorium.
kegiatan      perekonomian     masyarakat
setempat.
                                             II. METODE PENELITIAN
      Siput       gonggong      (Strombus
turturella) termasuk hewan moluska kelas            Pemijahan induk siput gonggong
Gastropoda yang dijumpai di perairan         dilakukan di Laboratorium Marikultur
Kepulauan       Bangka    Belitung    dan    milik Pusat Penelitian Oseanografi LIPI,
sekitarnya. Di Teluk Klabat siput            Jakarta. Beberapa tahap persiapan yang
gonggong dijumpai menyebar mulai dari        dilakukan antara lain:
tepi pantai hingga ke kedalaman beberapa     a. Kultur pakan hidup jenis Chlorella sp
meter. Di Teluk Klabat bagian barat             dan Navicula sp.
dijumpai      siput   gonggong     dengan    b. Persiapan induk matang gonad yang
kelimpahan yang tinggi (Dody and                diambil dari alam berasal dari perairan
Marasabessy, 2007a). Amini (1986)               Teluk Klabat (Kabupaten Bangka) dan
menyatakan bahwa siput gonggong di              Pulau-pulau Lepar Pongok (Kabupaten
perairan Pulau Bintan Riau, sering              Bangka Selatan).
ditemukan di antara tumbuhan lamun           c. Persiapan bak-bak pemijahan kapasitas
dengan substrat pasir berlumpur. Biota ini      1 ton.
sering dieksploitasi oleh masyarakat         d. Persiapan bak-bak Pemeliharaan larva
pesisir sebagai sumber protein alternatif       hingga mencapai anakan kapasitas 80
dari laut. Karena semakin intensifnya           liter.
biota ini dieksploitasi, populasinya di
alam semakin terancam. Sementara itu               Induk-induk siput gonggong yang
upaya pemulihan stok alam sampai saat        telah matang gonad yang diperoleh dari
ini belum pernah dilakukan oleh pihak        alam, kemudian ditempatkan pada bak-
manapun. Untuk mencegah terjadinya           bak pemijahan berkapasitas 1 ton. Untuk
degradasi habitat dan menurunnya             merangsang      pemijahan     dilakukan
populasi siput gonggong di Teluk Klabat      penggantian air hingga mencapai 90%


108                      http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
Safar Dody



setiap 24 jam. Setelah terjadi pemijahan,      beberapa pasangan induk. Hal ini terjadi
telur disaring dan kemudian koloni telur       pada hari ke dua setelah induk berada di
hasil pemijahan ditempatkan pada bak-bak       dalam bak pemijahan. Dua puluh empat
pemeliharaan larva volume 40 liter. Bak        jam setelah kopulasi induk betina mulai
pemeliharaan       juga   Sebelum    larva     melepaskan telurnya. Telur-telur yang
dimasukan ke dalam bak pemeliharaan,           dilepaskan terbungkus dalam kapsul dan
terlebih dahulu dipastikan pakan alami         membentuk rangkaian koloni. Hasil
dari jenis Navicula sp telah tumbuh di         analisis menunjukkan bahwa jumlah telur
dasar bak sebagai makanan larva yang           yang dilepaskan oleh seekor induk betina
telah mengendap (settle).                      berkisar antara 75.000 hingga 95.000
       Pengamatan perkembangan embrio          butir. Telur siput gonggong berbentuk
dalam kapsul telur dilakukan dibawah           bulat dengan rata-rata ukuran diameter-
mikroskop setiap jam hingga trokofor           nya adalah 220µm (Gambar 1).
menetas dari kapsul. Pemberian pakan                 Butiran-butiran sel telur terbungkus
alami dilakukan setelah larva mulai            oleh kapsul berisi larutan gel yang dilapisi
memasuki fase veliger dan mengendap            membran tipis. Kapsul-kapsul tersebut
(settle) di dasar bak pemeliharaan. Pakan      kemudian terbungkus di dalam suatu
alami jenis Chlorella sp diberikan kepada      membran tipis sebagai pelindung dan
larva fase veliger dan jenis Navicula sp       tersusun membentuk rantai panjang,
diberikan kepada larva yang telah              sehingga telur-telur tersebut terlindung
memasuki fase mengendap. Waktu                 dari serangan predator selama proses
pemberian pakan dilakukan pada pagi dan        perkembangannya sebelum menetas.
sore hari masing-masing sebanyak 1 liter       Rangkaian rantai yang berisi kapsul telur
dengan kepadatan 1,3 x 106 sel/ml              bentuknya cukup kompak dan tidak
Chlorella sp. dan 1,2 x 106 sel/ml             mudah putus.
Navicula sp.                                         Dua jam setelah dilepaskan,
                                               pembelahan sel telur pertama mulai
III. HASIL DAN PEMBAHASAN                      terjadi. Pada salah satu sisi sel telur
                                               memperlihatkan         cekungan       bakal
     Induk-induk matang gonad yang             terjadinya pembelahan. Rata-rata ukuran
ditempatkan di dalam bak pemijahan             telur yang akan membelah tersebut adalah
mulai memperlihatkan tingkah laku              190 µm. Secara perlahan-lahan sel telur
pemijahan yaitu terjadinya kopulasi pada       mulai membelah menjadi dua sel.




                        Gambar 1. Bentuk telur siput gonggong



             Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012        109
Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella)



       Kemudian dua sel yang telah                   Saat memasuki fase veliger ini larva
terbentuk tadi, masing-masing mulai            sudah bisa mengkonsumsi pakan alami
melakukan pembelahan lagi hingga               jenis fitoplankton yang melayang. Untuk
terbentuk 4 sel. Masing-masing sel hasil       mempermudah          pemeliharaan        dan
pembelahan tersebut memiliki rata-rata         terhindar dari predator maupun bahan
ukuran 102 µm. Selanjutnya masing-             kontaminan yang terbawa oleh sisa-sisa
masing sel tersebut membelah lagi hingga       kapsul telurnya, maka larva-larva yang
menjadi 8 sel, 16 sel, 32 sel, dan multisel.   baru menetas tersebut dipindahkan ke
       Seletah melewati fase multi-sel,        wadah pemeliharaan untuk diberi pakan
perkembangan embrio selanjutnya menuju         alami. Pemberian pakan alami jenis
fase gastrula, dimana secara perlahan          Chlorella sp dilakukan setiap hari pada
organ cilia mulai terbentuk. Akibat            pagi hari.
getaran cilia yang dimilikinya, maka                 Memasuki       hari    ke      sepuluh
embrio dalam kapsul senantiasa berputar        penetasan telur telah mencapai 99,9 %.
baik searah jarum jam maupun sebaliknya.       Dengan demikian masa inkubasi telur
Ukuran tubuh embrio pada fase ini telah        dalam satu koloni berkisar antara 4-10
mencapai 216 µm dan mulai memasuki             hari. Sisa-sisa rangkaian rantai telur yang
fase trokofor.                                 sudah kosong sangat rapuh dan sangat
       Perkembangan selanjutnya setelah        mudah terburai jika diangkat.
embrio memasuki fase trokofor, aktivitas             Setelah menetas larva tumbuh dan
embrio dalam kapsul makin meningkat            berkembang, bobot tubuhnya bertambah
dan kemudian memasuki fase veliger             dan tidak dapat lagi berenang bebas di
untuk siap menetas dan berenang di kolom       kolom air. Memasuki hari keempat larva
air.     Penetasan mulai terjadi saat          mulai      mengendap       (settle).    Saat
memasuki hari ke empat. Manzano and            mengendap cangkang larva mulai
Aranda (2000) menyatakan bahwa sel             terbentuk. Cangkang tersebut sangat tipis
telur Strombus pugilis yang telah              dan transparan serta sangat rapuh. Ukuran
dipijahkan mulai terjadi pembelahan            rata-rata larva pada saat memasuki hari ke
pertama kali menjadi dua sel setelah lima      empat adalah 332 µm. Saat berada di
jam dan berkembang memasuki fase larva         dasar bak pemeliharaan, larva sangat
trokofor setelah 50-54 jam, kemudian           rentan terhadap serangan predator. Jika
mamasuki fase veliger setelah 90 jam           kondisi larva lemah maka aktivitas untuk
(hari ke empat).                               menolak setiap serangan predator juga
       Embrio dalam kapsul yang akan           semakin berkurang sehingga akan
menetas       memperlihatkan        gerakan    menyebabkan kematian. Predator utama
mendorong ke arah salah satu sisi kapsul,      yang menyerang larva pada fase ini adalah
sehingga kapsul berbentuk agak lonjong.        jenis kopepoda dan cacing (Polychaeta)
Dengan sekali dorongan yang kuat, maka         yang dapat menyerang masuk ke dalam
kapsulpun pecah. Embrio yang telah             cangkangnya. Predator tersebut akan
keluar dari kapsulnya, sejenak tidak           keluar dari cangkang untuk mencari
melakukan gerakan (diam sejenak),              mangsa yang baru bila cangkang larva
setelah itu ia mulai mencari jalan keluar      yang diserangnya telah kosong.
dan      menembus       membran       rantai         Perkembangan larva yang telah
pembungkus kapsul untuk keluar dan             mengendap semakin meningkat, ditandai
berenang bebas di kolom air sebagai larva      dengan      mulai    terbentuknya      bakal
veliger. Sekali memasuki kolom air,            cangkang (protoconch/embrionic worhls).
aktivitas berenangnya terus dilakukan          Memasuki fase ini larva mulai dapat
tanpa berhenti.                                mengkonsumi pakan yang mengendap di


110                       http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
Safar Dody



dasar akuarium berupa sisa-sisa plankton      20, ukuran rata-rata panjang cangkang
yang telah mati (serasah). Pada fase ini      adalah 3,72 mm dan ukuran rata-rata lebar
pemberian pakan tambahan berupa               cangkang       adalah    2,36        mm.
fitoplankton bentik jenis Navicula sp         Perkembangan siput gonggong dari fase
dilakukan setiap hari pada pagi dan sore      pembelahan sel telur hingga mencapai
hari.                                         fase larva atau anakan tertera pada
      Pertumbuhan cangkang berkembang         Gambar 2.
terus hingga memasuki hari ke 20, bentuk            Perkembangan siput gonggong
cangkang     larva    sudah   mendekati       mulai dari pemijahan, perkembangan
sempurna, dengan sederetan bintik coklat      embrio dan larva hingga mencapai juvenil
disekitar cangkang. Saat ini cangkang         disajikan pada Gambar 3. Hasil
sudah dilengkapi dengan operkulum             wawancara dengan nelayan setempat
berbentuk bulat dan dapat menutupi            bahwa larva siput gonggong berkembang
cangkangnya secara tepat, tidak seperti       hingga mencapai ukuran siap panen
bentuk operkulum siput gonggong dewasa        membutuhkan waktu 10-12 bulan.
yang berbentuk bulan sabit. Pada hari ke




     Fase Pembelahan




    Fase Gastrula/trokofor




     Fase Menetas/Veliger




     Fase settle/larva/anakan


Gambar 2. Fase-fase perkembangan siput gonggong mulai dari telur hingga mencapai
          larva/anakan




            Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012     111
Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella)




                                                                  ...?




Gambar 3. Tahap dan waktu perkembangan siput gonggong (Strombus turturella)
          mulai dari pemijahan, perkembangan embrio dan larva hingga mencapai
          dewasa.


IV. KESIMPULAN                              DAFTAR PUSTAKA

      Pemijahan siput gonggong dapat        Akbar, S., N. Hartanto, S. Muhli, and T.
dilakukan      di   ruang      terkontrol        Hermawan. 2005.          The first
(laboratorium) dengan perangsangan               successful breeding of marine snail
berupa penggantian air dalam bak                 (Strombus canarium) at regional
pemijahan setiap 24 jam sebanyak 90%             center for mariculture development
selama 2-3 hari. Jumlah telur yang dapat         (RCMD)       Batam-Riau      Island,
dipijahkan oleh seekor induk siput               Indonesia. Regional Center for
gonggong berkisar antara 75.000 hingga           Mariculture Development (RCMD),
95.000 butir, dengan masa inkubasi               Batam-Riau Island. 6p.
hingga menetas memerlukan waktu 24-48       Amini, S. 1986.      Studi pendahuluan
jam, sedangkan masa perkembangan larva           gonggong (Strombus canarium) di
hingga mencapai ukuran anakan 4 mm               perairan pantai Pulau Bintan-Riau.
memerlukan waktu minimal 20 hari .               Jurnal Pen. Perikanan Laut, 36:23-
Masa larva setelah menetas dari telurnya         29.
merupakan masa kritis, karena pada masa     Amini, S. and W. A. Pralampita. 1987.
tersebut    larva  banyak     mengalami          Pendugaan pertumbuhan beberapa
kematian pada perlakukan pemijahan di            parameter       biologi gonggong
laboratorium.                                    (Strombus canarium) di perairan


112                     http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
Safar Dody



     pantai Pulau Bintan-Riau. Jurnal          Dody, S. and M. D. Marasabessy. 2007b.
     Pen. Perikanan Laut, 41:29-35.                  Pengelolaan      sumberdaya     siput
Baqueiro, E., D. Murillo, and C.M.                   gonggong (Strombus turturella) di
     Medina. 2000. Biological aspects of             Teluk Klabat, Bangka Belitung.
     the conch fishery resource in the               Makalah. Dibawakan pada Seminar
     northern area of the state of                   Kompetitif Kaltim Babel, Jakarta,
     Campeche, Mexico. (In Spanish:                  3-4 September 2007.
     Aspectos biológico pesqueros del          Herlina, J. dan D.I. Hartoto. 2006.
     recurso caracol en la zona norte del            Overview of Social Economic
     estado de Campeche, México).                    Condition of      Kepulauan Bangka
     Proc. Gulf Carib. Fish. Inst., 51:16-           Belitung Province. Monograph No :
     59.                                             4 Ecological      Condition        Of
Cardenas, E. B., D. A. Aranda, and G. M.             Estuaries In Bay Of Klabat: 69-85 -
     Olivares. 2005. Gonad development               No.      Arsip    :    06008.    LIPI
     and reproductive pattern of the                   (http://www.lipi.go.id).
     fighting conch Strombus pugilis           Manzano, B. N. and D. A. Aranda. 2000.
     (LINN,       1758)      (Gatsropoda,            Desarrollo embrionario de Strombus
     Prosobranchia) from Campeche,                   pugilis             (Mesogastropoda:
     Mexico. Journal of Shellfish                    Strombidae) en el laboratorio.
     Research, 1127-1133.                            Revista de Biologia Tropical 48:59-
Dartnall A.J. and M. Jones (Eds). 1986.              64.
     A manual survey method : living           Manzano, B. N., D. A. Aranda, and T.
     resources in coastal areas. ASEAN-              Brulé. 2000. Effect of photoperiod
     Australia Cooperative Program on                on the development, growth and
     Marine       Science      Handbook.             survivorship of the larvae of the
     Townsville: Asean Institute of                  conch Strombus pugilis. (In Spanish:
     Marine Science (IMS). 167ps.                    Efecto del fotoperíodo sobre el
Davis, M. 2000. The combined effects of              desarrollo,       crecimiento       y
     temperature and salinity on growth,             sobrevivencia de larvas del caracol
     development, and survival for                   Strombus pugilis). Proc. Gulf Carib.
     tropical gastropod veligers of                  Fish. Inst., 51:101-118.
     Strombus gigas. J. Shellfish Res.,        Manzano, B. N., D. A. Aranda, T. Brule,
     19(2):883-889.                                  and E. B. Cardenas. 2000. Effects
Davis, M. 2005. Species Profile. Queen               of feeding period on development,
     Conch, Strombus gigas. South                    growth, and survival of larvae of the
     Regional      Aquaculture      Center           fighting conch Strombus pugilis
     Publication No. 7203.                           Linne, 1758 (Mollusca, Gastropoda)
Dody, S. and M. D. Marasabessy. 2007a.               in the laboratory. Bulletin of Marine
     Sebaran spasial siput gonggong                  Science, 67(3): 903-910.
     (Strombus turturella) di Teluk            Tewfik, A. and C. Béné. 2000. Densities
     Klabat. Makalah dibawakan pada                  and age structure of fished versus
     Seminar Nasional Moluska dalam                  protected populations of queen
     Penelitian, Konservasi dan Ekonomi.             conch (Strombus gigas L.) in the
     Fakultas Perikanan dan Ilmu                     Turks & Caicos Islands. Proc. Gulf
     Kelautan, Univesitas Diponegoro,                Carib. Fish. Inst., 51:60-79.
     Semarang 17 Juli 2007.




             Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012       113

More Related Content

What's hot

Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Firah Alam
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benih
fahmiganteng
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
fadlidera
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikanfisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
Putra putra
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
fahmiganteng
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza s
Angga Asc
 
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKKEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
Repository Ipb
 

What's hot (20)

TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
Tinjauan pustaka Ikan NILA
Tinjauan pustaka Ikan NILATinjauan pustaka Ikan NILA
Tinjauan pustaka Ikan NILA
 
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio) PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
 
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
 
Minggu ke 4 t.p. udang penaeid vannameii
Minggu ke 4  t.p. udang penaeid vannameiiMinggu ke 4  t.p. udang penaeid vannameii
Minggu ke 4 t.p. udang penaeid vannameii
 
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
 
Rasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan GuppyRasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan Guppy
 
Ikan lele (Clarias sp)
Ikan lele (Clarias sp)Ikan lele (Clarias sp)
Ikan lele (Clarias sp)
 
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benih
 
Ibu karya
Ibu karyaIbu karya
Ibu karya
 
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan lele
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan leleLaporan anatomi ikan nilem dan ikan lele
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan lele
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikanfisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan pigmentasi larva ikan
 
Budidaya tiram mutiara
Budidaya tiram mutiaraBudidaya tiram mutiara
Budidaya tiram mutiara
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza s
 
Budidaya kerang mutiara (pinctada maxima) the golden and silver pearl pada ke...
Budidaya kerang mutiara (pinctada maxima) the golden and silver pearl pada ke...Budidaya kerang mutiara (pinctada maxima) the golden and silver pearl pada ke...
Budidaya kerang mutiara (pinctada maxima) the golden and silver pearl pada ke...
 
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKKEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
 

Viewers also liked

matakuliah fisiologi tingkah laku larva ikan sub judul perkembangan larva
matakuliah fisiologi tingkah laku larva ikan sub judul perkembangan larvamatakuliah fisiologi tingkah laku larva ikan sub judul perkembangan larva
matakuliah fisiologi tingkah laku larva ikan sub judul perkembangan larva
Putra putra
 
presentasi keluarga berencana
presentasi keluarga berencanapresentasi keluarga berencana
presentasi keluarga berencana
swirawan
 
Pembenihan patin
Pembenihan patin Pembenihan patin
Pembenihan patin
Tx_hendra
 

Viewers also liked (20)

matakuliah fisiologi tingkah laku larva ikan sub judul perkembangan larva
matakuliah fisiologi tingkah laku larva ikan sub judul perkembangan larvamatakuliah fisiologi tingkah laku larva ikan sub judul perkembangan larva
matakuliah fisiologi tingkah laku larva ikan sub judul perkembangan larva
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan perkembangan hormon pada larva ...
 
Budiday siput lola
Budiday siput lolaBudiday siput lola
Budiday siput lola
 
perkembangan embrio ikan lele dumbo
perkembangan embrio ikan lele dumboperkembangan embrio ikan lele dumbo
perkembangan embrio ikan lele dumbo
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larvafisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva
 
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixLaporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
 
Teknik Pembenihan Ikan
Teknik Pembenihan IkanTeknik Pembenihan Ikan
Teknik Pembenihan Ikan
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
 
presentasi keluarga berencana
presentasi keluarga berencanapresentasi keluarga berencana
presentasi keluarga berencana
 
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan Ikan
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan IkanManipulasi Lingkungan dalam Pembenihan Ikan
Manipulasi Lingkungan dalam Pembenihan Ikan
 
Ikhtiologi
IkhtiologiIkhtiologi
Ikhtiologi
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologiBuku pengetahuan-laboratorium-biologi
Buku pengetahuan-laboratorium-biologi
 
Pembenihan patin
Pembenihan patin Pembenihan patin
Pembenihan patin
 
Pemijahan ikan patin
Pemijahan ikan patinPemijahan ikan patin
Pemijahan ikan patin
 
parameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikanparameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikan
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan lele
 
Morfologi ikan
Morfologi ikanMorfologi ikan
Morfologi ikan
 
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
 
Makalah budidaya ikan nila
Makalah budidaya ikan nilaMakalah budidaya ikan nila
Makalah budidaya ikan nila
 

Similar to 64 reproduksi perkembangan larva

Pembenihan ikan kerapu macan
Pembenihan ikan kerapu macanPembenihan ikan kerapu macan
Pembenihan ikan kerapu macan
Muharman Taher
 
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYABACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
lisa ruliaty 631971
 
Kelompok6biola nekton
Kelompok6biola nektonKelompok6biola nekton
Kelompok6biola nekton
andipurbaya
 
Kelompok6biola nekton
Kelompok6biola nektonKelompok6biola nekton
Kelompok6biola nekton
andipurbaya
 
Ppt cnidaria dan porifera
Ppt cnidaria dan poriferaPpt cnidaria dan porifera
Ppt cnidaria dan porifera
R Januari
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Rohman Efendi
 
Proposal pertamina sobat bumi fix
Proposal pertamina sobat bumi fixProposal pertamina sobat bumi fix
Proposal pertamina sobat bumi fix
Albab Ulil
 

Similar to 64 reproduksi perkembangan larva (20)

Pembenihan ikan kerapu macan
Pembenihan ikan kerapu macanPembenihan ikan kerapu macan
Pembenihan ikan kerapu macan
 
Budidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hiasBudidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hias
 
Jojo subagja semah domestikasi
Jojo subagja semah domestikasiJojo subagja semah domestikasi
Jojo subagja semah domestikasi
 
Jurnal avertebrata air
Jurnal avertebrata airJurnal avertebrata air
Jurnal avertebrata air
 
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putih
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putihPedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putih
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putih
 
laporan prakerin pembenihan rajungan
 laporan prakerin pembenihan rajungan laporan prakerin pembenihan rajungan
laporan prakerin pembenihan rajungan
 
fdokumen.com_rekayasa-akuakultur.ppt
fdokumen.com_rekayasa-akuakultur.pptfdokumen.com_rekayasa-akuakultur.ppt
fdokumen.com_rekayasa-akuakultur.ppt
 
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadara
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadarappt bio ekologi dari moluska kerang anadara
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadara
 
Hasil benih tiram
Hasil benih tiramHasil benih tiram
Hasil benih tiram
 
Kepiting Bakau
Kepiting BakauKepiting Bakau
Kepiting Bakau
 
Bab i udangku
Bab i udangkuBab i udangku
Bab i udangku
 
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYABACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
 
Pedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanPedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikan
 
Kelompok6biola nekton
Kelompok6biola nektonKelompok6biola nekton
Kelompok6biola nekton
 
Kelompok6biola nekton
Kelompok6biola nektonKelompok6biola nekton
Kelompok6biola nekton
 
Ppt cnidaria dan porifera
Ppt cnidaria dan poriferaPpt cnidaria dan porifera
Ppt cnidaria dan porifera
 
Budidayabelut
BudidayabelutBudidayabelut
Budidayabelut
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
 
Minggu ke 5 penaeus merguiensis
Minggu ke 5 penaeus merguiensisMinggu ke 5 penaeus merguiensis
Minggu ke 5 penaeus merguiensis
 
Proposal pertamina sobat bumi fix
Proposal pertamina sobat bumi fixProposal pertamina sobat bumi fix
Proposal pertamina sobat bumi fix
 

More from Yuga Rahmat S (20)

2.powert point
2.powert point2.powert point
2.powert point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
Echinodermata
EchinodermataEchinodermata
Echinodermata
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama
 
3. silabus
3. silabus3. silabus
3. silabus
 
1.bahan ajar
1.bahan ajar1.bahan ajar
1.bahan ajar
 
Artikel kel. 8
Artikel kel. 8Artikel kel. 8
Artikel kel. 8
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
3. silabus
3. silabus3. silabus
3. silabus
 
1.bahan ajar
1.bahan ajar1.bahan ajar
1.bahan ajar
 
Artikel fhylum mollusca
Artikel fhylum molluscaArtikel fhylum mollusca
Artikel fhylum mollusca
 
Artikel fhylum mollusca
Artikel fhylum molluscaArtikel fhylum mollusca
Artikel fhylum mollusca
 

64 reproduksi perkembangan larva

  • 1. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Hal. 107-113, Juni 2012 PEMIJAHAN DAN PERKEMBANGAN LARVA SIPUT GONGGONG (Strombus turturella) SPAWNING AND LARVAL DEVELOPMENT DOG CONCH (Strombus turturella) Safar Dody Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta; E-mail: dodysafar@yahoo.com ABSTRACT Dog conch (Strombus turturella) is considered one of fishery commodities in Bangka Belitung Islands. This conch is often exploited and result in their populations are increasingly threatened. The aim of study to observe the reproduction and larval development of dog conch were studied under laboratory conditions. For the treatment of spawning the dog conch were placed in spawning tanks with a capacity of 1 ton. Stimulation of spawning is done by replacing the water in the tank as much as 90% every 24 hours until the eggs released by females. Spawning was preceded by copulation and fertilization occurs inside the female's body.The results showed that the first egg cell divides into two cells after two hours of spawning. Then each cell continues to divide into four cells to become multicellular and reach the gastrula stage after 48 hours. Free swimming larval phase for four days and then settle down along with the formation of the first shell. The larvae will grow up to 5 mm shell length for 20 days. Keywords: Dog conch, Strombus turturella, spawning, larva development ABSTRAK Siput gonggong (Strombus turturella) merupakan salah satu komoditas perikanan yang sering dieksploitasi sehingga populasinya semakin menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pemijahan dan perkembangan larva siput gonggong di laboratotium. Pemijahan induk siput gonggong dilakukan pada bak berkapasitas 1 ton. Perangsangan pemijahan dilakukan melalui penggantian air bak sebanyak 90% setiap 24 jam hingga induk siput betina melepaskan telur-telurnya. Pemijahan didahului dengan peristiwa kopulasi, dan fertilisasi terjadi di dalam tubuh betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelahan sel telur pertama kali terjadi dua jam setelah telur dilepaskan oleh induk betina. Pembelahan sel telur terus berlangsung, mulai dari dua sel, empat sel, hingga multisel. Sel telur memasuki fase gastrula 48 jam setelah pemijahan. Selanjutnya embrio memasuki fase trokofor dan menetas 96 jam setelah telur dilepaskan. Masa larva berenang bebas berlangsung selama empat hari untuk kemudian mengendap (settle) di dasar bak seiring dengan terbentuknya cangkang yang pertama kali. Larva berkembang hingga mencapai ukuran cangkang 5 mm setelah 20 hari. Kata kunci: Siput gonggong, Strombus turturella, pemijahan, perkembangan larva ©Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 107
  • 2. Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella) I. PENDAHULUAN diperlukan upaya pembentukan daerah perlindungan (DPL) yang dikelola oleh Persoalan umum yang dihadapi oleh masyarakat (Dody and Marasabessy, masyarakat pesisir khususnya di Teluk 2007b). Klabat, Bangka Belitung sehubungan Siput gonggong merupakan dengan pengelolaan sumberdaya perairan gastropoda laut Famili Strombidae yang adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya memiliki kelamin terpisah. Menurut Davis non ikan khususnya kerang-kerangan oleh (2005) siput strombus (Strombus gigas) masyarakat selama ini yang tidak dewasa memiliki kelamin terpisah dan dibarengi dengan upaya-upaya akan mengalami kematangan seksual pelestariannya sehingga kini mulai terasa setelah tepi luar cangkangnya (lip) adanya tekanan terhadap populasi biota berkembang secara penuh. tersebut di alam. Selain itu kegiatan Untuk melakukan upaya pemulihan penambangan timah di laut yang populasi siput gonggong di alam, berpotensi merusak lingkungan sekitar pengetahun tentang aspek biologi semakin menambah tekanan terhadap merupakan salah satu informasi dasar populasi biota yang ada. Jika hal ini yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan dibiarkan terus berlangsung tanpa adanya untuk mengetahui sebagian dari siklus upaya penyelamatan dan restorasi akan hidup siput gonggong melalui pengamatan berdampak terhadap kelestarian biota pemijahan dan perkembangan larvanya di tersebut dan berimplikasi terhadap laboratorium. kegiatan perekonomian masyarakat setempat. II. METODE PENELITIAN Siput gonggong (Strombus turturella) termasuk hewan moluska kelas Pemijahan induk siput gonggong Gastropoda yang dijumpai di perairan dilakukan di Laboratorium Marikultur Kepulauan Bangka Belitung dan milik Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, sekitarnya. Di Teluk Klabat siput Jakarta. Beberapa tahap persiapan yang gonggong dijumpai menyebar mulai dari dilakukan antara lain: tepi pantai hingga ke kedalaman beberapa a. Kultur pakan hidup jenis Chlorella sp meter. Di Teluk Klabat bagian barat dan Navicula sp. dijumpai siput gonggong dengan b. Persiapan induk matang gonad yang kelimpahan yang tinggi (Dody and diambil dari alam berasal dari perairan Marasabessy, 2007a). Amini (1986) Teluk Klabat (Kabupaten Bangka) dan menyatakan bahwa siput gonggong di Pulau-pulau Lepar Pongok (Kabupaten perairan Pulau Bintan Riau, sering Bangka Selatan). ditemukan di antara tumbuhan lamun c. Persiapan bak-bak pemijahan kapasitas dengan substrat pasir berlumpur. Biota ini 1 ton. sering dieksploitasi oleh masyarakat d. Persiapan bak-bak Pemeliharaan larva pesisir sebagai sumber protein alternatif hingga mencapai anakan kapasitas 80 dari laut. Karena semakin intensifnya liter. biota ini dieksploitasi, populasinya di alam semakin terancam. Sementara itu Induk-induk siput gonggong yang upaya pemulihan stok alam sampai saat telah matang gonad yang diperoleh dari ini belum pernah dilakukan oleh pihak alam, kemudian ditempatkan pada bak- manapun. Untuk mencegah terjadinya bak pemijahan berkapasitas 1 ton. Untuk degradasi habitat dan menurunnya merangsang pemijahan dilakukan populasi siput gonggong di Teluk Klabat penggantian air hingga mencapai 90% 108 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
  • 3. Safar Dody setiap 24 jam. Setelah terjadi pemijahan, beberapa pasangan induk. Hal ini terjadi telur disaring dan kemudian koloni telur pada hari ke dua setelah induk berada di hasil pemijahan ditempatkan pada bak-bak dalam bak pemijahan. Dua puluh empat pemeliharaan larva volume 40 liter. Bak jam setelah kopulasi induk betina mulai pemeliharaan juga Sebelum larva melepaskan telurnya. Telur-telur yang dimasukan ke dalam bak pemeliharaan, dilepaskan terbungkus dalam kapsul dan terlebih dahulu dipastikan pakan alami membentuk rangkaian koloni. Hasil dari jenis Navicula sp telah tumbuh di analisis menunjukkan bahwa jumlah telur dasar bak sebagai makanan larva yang yang dilepaskan oleh seekor induk betina telah mengendap (settle). berkisar antara 75.000 hingga 95.000 Pengamatan perkembangan embrio butir. Telur siput gonggong berbentuk dalam kapsul telur dilakukan dibawah bulat dengan rata-rata ukuran diameter- mikroskop setiap jam hingga trokofor nya adalah 220µm (Gambar 1). menetas dari kapsul. Pemberian pakan Butiran-butiran sel telur terbungkus alami dilakukan setelah larva mulai oleh kapsul berisi larutan gel yang dilapisi memasuki fase veliger dan mengendap membran tipis. Kapsul-kapsul tersebut (settle) di dasar bak pemeliharaan. Pakan kemudian terbungkus di dalam suatu alami jenis Chlorella sp diberikan kepada membran tipis sebagai pelindung dan larva fase veliger dan jenis Navicula sp tersusun membentuk rantai panjang, diberikan kepada larva yang telah sehingga telur-telur tersebut terlindung memasuki fase mengendap. Waktu dari serangan predator selama proses pemberian pakan dilakukan pada pagi dan perkembangannya sebelum menetas. sore hari masing-masing sebanyak 1 liter Rangkaian rantai yang berisi kapsul telur dengan kepadatan 1,3 x 106 sel/ml bentuknya cukup kompak dan tidak Chlorella sp. dan 1,2 x 106 sel/ml mudah putus. Navicula sp. Dua jam setelah dilepaskan, pembelahan sel telur pertama mulai III. HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi. Pada salah satu sisi sel telur memperlihatkan cekungan bakal Induk-induk matang gonad yang terjadinya pembelahan. Rata-rata ukuran ditempatkan di dalam bak pemijahan telur yang akan membelah tersebut adalah mulai memperlihatkan tingkah laku 190 µm. Secara perlahan-lahan sel telur pemijahan yaitu terjadinya kopulasi pada mulai membelah menjadi dua sel. Gambar 1. Bentuk telur siput gonggong Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012 109
  • 4. Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella) Kemudian dua sel yang telah Saat memasuki fase veliger ini larva terbentuk tadi, masing-masing mulai sudah bisa mengkonsumsi pakan alami melakukan pembelahan lagi hingga jenis fitoplankton yang melayang. Untuk terbentuk 4 sel. Masing-masing sel hasil mempermudah pemeliharaan dan pembelahan tersebut memiliki rata-rata terhindar dari predator maupun bahan ukuran 102 µm. Selanjutnya masing- kontaminan yang terbawa oleh sisa-sisa masing sel tersebut membelah lagi hingga kapsul telurnya, maka larva-larva yang menjadi 8 sel, 16 sel, 32 sel, dan multisel. baru menetas tersebut dipindahkan ke Seletah melewati fase multi-sel, wadah pemeliharaan untuk diberi pakan perkembangan embrio selanjutnya menuju alami. Pemberian pakan alami jenis fase gastrula, dimana secara perlahan Chlorella sp dilakukan setiap hari pada organ cilia mulai terbentuk. Akibat pagi hari. getaran cilia yang dimilikinya, maka Memasuki hari ke sepuluh embrio dalam kapsul senantiasa berputar penetasan telur telah mencapai 99,9 %. baik searah jarum jam maupun sebaliknya. Dengan demikian masa inkubasi telur Ukuran tubuh embrio pada fase ini telah dalam satu koloni berkisar antara 4-10 mencapai 216 µm dan mulai memasuki hari. Sisa-sisa rangkaian rantai telur yang fase trokofor. sudah kosong sangat rapuh dan sangat Perkembangan selanjutnya setelah mudah terburai jika diangkat. embrio memasuki fase trokofor, aktivitas Setelah menetas larva tumbuh dan embrio dalam kapsul makin meningkat berkembang, bobot tubuhnya bertambah dan kemudian memasuki fase veliger dan tidak dapat lagi berenang bebas di untuk siap menetas dan berenang di kolom kolom air. Memasuki hari keempat larva air. Penetasan mulai terjadi saat mulai mengendap (settle). Saat memasuki hari ke empat. Manzano and mengendap cangkang larva mulai Aranda (2000) menyatakan bahwa sel terbentuk. Cangkang tersebut sangat tipis telur Strombus pugilis yang telah dan transparan serta sangat rapuh. Ukuran dipijahkan mulai terjadi pembelahan rata-rata larva pada saat memasuki hari ke pertama kali menjadi dua sel setelah lima empat adalah 332 µm. Saat berada di jam dan berkembang memasuki fase larva dasar bak pemeliharaan, larva sangat trokofor setelah 50-54 jam, kemudian rentan terhadap serangan predator. Jika mamasuki fase veliger setelah 90 jam kondisi larva lemah maka aktivitas untuk (hari ke empat). menolak setiap serangan predator juga Embrio dalam kapsul yang akan semakin berkurang sehingga akan menetas memperlihatkan gerakan menyebabkan kematian. Predator utama mendorong ke arah salah satu sisi kapsul, yang menyerang larva pada fase ini adalah sehingga kapsul berbentuk agak lonjong. jenis kopepoda dan cacing (Polychaeta) Dengan sekali dorongan yang kuat, maka yang dapat menyerang masuk ke dalam kapsulpun pecah. Embrio yang telah cangkangnya. Predator tersebut akan keluar dari kapsulnya, sejenak tidak keluar dari cangkang untuk mencari melakukan gerakan (diam sejenak), mangsa yang baru bila cangkang larva setelah itu ia mulai mencari jalan keluar yang diserangnya telah kosong. dan menembus membran rantai Perkembangan larva yang telah pembungkus kapsul untuk keluar dan mengendap semakin meningkat, ditandai berenang bebas di kolom air sebagai larva dengan mulai terbentuknya bakal veliger. Sekali memasuki kolom air, cangkang (protoconch/embrionic worhls). aktivitas berenangnya terus dilakukan Memasuki fase ini larva mulai dapat tanpa berhenti. mengkonsumi pakan yang mengendap di 110 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
  • 5. Safar Dody dasar akuarium berupa sisa-sisa plankton 20, ukuran rata-rata panjang cangkang yang telah mati (serasah). Pada fase ini adalah 3,72 mm dan ukuran rata-rata lebar pemberian pakan tambahan berupa cangkang adalah 2,36 mm. fitoplankton bentik jenis Navicula sp Perkembangan siput gonggong dari fase dilakukan setiap hari pada pagi dan sore pembelahan sel telur hingga mencapai hari. fase larva atau anakan tertera pada Pertumbuhan cangkang berkembang Gambar 2. terus hingga memasuki hari ke 20, bentuk Perkembangan siput gonggong cangkang larva sudah mendekati mulai dari pemijahan, perkembangan sempurna, dengan sederetan bintik coklat embrio dan larva hingga mencapai juvenil disekitar cangkang. Saat ini cangkang disajikan pada Gambar 3. Hasil sudah dilengkapi dengan operkulum wawancara dengan nelayan setempat berbentuk bulat dan dapat menutupi bahwa larva siput gonggong berkembang cangkangnya secara tepat, tidak seperti hingga mencapai ukuran siap panen bentuk operkulum siput gonggong dewasa membutuhkan waktu 10-12 bulan. yang berbentuk bulan sabit. Pada hari ke Fase Pembelahan Fase Gastrula/trokofor Fase Menetas/Veliger Fase settle/larva/anakan Gambar 2. Fase-fase perkembangan siput gonggong mulai dari telur hingga mencapai larva/anakan Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012 111
  • 6. Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus turturella) ...? Gambar 3. Tahap dan waktu perkembangan siput gonggong (Strombus turturella) mulai dari pemijahan, perkembangan embrio dan larva hingga mencapai dewasa. IV. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Pemijahan siput gonggong dapat Akbar, S., N. Hartanto, S. Muhli, and T. dilakukan di ruang terkontrol Hermawan. 2005. The first (laboratorium) dengan perangsangan successful breeding of marine snail berupa penggantian air dalam bak (Strombus canarium) at regional pemijahan setiap 24 jam sebanyak 90% center for mariculture development selama 2-3 hari. Jumlah telur yang dapat (RCMD) Batam-Riau Island, dipijahkan oleh seekor induk siput Indonesia. Regional Center for gonggong berkisar antara 75.000 hingga Mariculture Development (RCMD), 95.000 butir, dengan masa inkubasi Batam-Riau Island. 6p. hingga menetas memerlukan waktu 24-48 Amini, S. 1986. Studi pendahuluan jam, sedangkan masa perkembangan larva gonggong (Strombus canarium) di hingga mencapai ukuran anakan 4 mm perairan pantai Pulau Bintan-Riau. memerlukan waktu minimal 20 hari . Jurnal Pen. Perikanan Laut, 36:23- Masa larva setelah menetas dari telurnya 29. merupakan masa kritis, karena pada masa Amini, S. and W. A. Pralampita. 1987. tersebut larva banyak mengalami Pendugaan pertumbuhan beberapa kematian pada perlakukan pemijahan di parameter biologi gonggong laboratorium. (Strombus canarium) di perairan 112 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt41
  • 7. Safar Dody pantai Pulau Bintan-Riau. Jurnal Dody, S. and M. D. Marasabessy. 2007b. Pen. Perikanan Laut, 41:29-35. Pengelolaan sumberdaya siput Baqueiro, E., D. Murillo, and C.M. gonggong (Strombus turturella) di Medina. 2000. Biological aspects of Teluk Klabat, Bangka Belitung. the conch fishery resource in the Makalah. Dibawakan pada Seminar northern area of the state of Kompetitif Kaltim Babel, Jakarta, Campeche, Mexico. (In Spanish: 3-4 September 2007. Aspectos biológico pesqueros del Herlina, J. dan D.I. Hartoto. 2006. recurso caracol en la zona norte del Overview of Social Economic estado de Campeche, México). Condition of Kepulauan Bangka Proc. Gulf Carib. Fish. Inst., 51:16- Belitung Province. Monograph No : 59. 4 Ecological Condition Of Cardenas, E. B., D. A. Aranda, and G. M. Estuaries In Bay Of Klabat: 69-85 - Olivares. 2005. Gonad development No. Arsip : 06008. LIPI and reproductive pattern of the (http://www.lipi.go.id). fighting conch Strombus pugilis Manzano, B. N. and D. A. Aranda. 2000. (LINN, 1758) (Gatsropoda, Desarrollo embrionario de Strombus Prosobranchia) from Campeche, pugilis (Mesogastropoda: Mexico. Journal of Shellfish Strombidae) en el laboratorio. Research, 1127-1133. Revista de Biologia Tropical 48:59- Dartnall A.J. and M. Jones (Eds). 1986. 64. A manual survey method : living Manzano, B. N., D. A. Aranda, and T. resources in coastal areas. ASEAN- Brulé. 2000. Effect of photoperiod Australia Cooperative Program on on the development, growth and Marine Science Handbook. survivorship of the larvae of the Townsville: Asean Institute of conch Strombus pugilis. (In Spanish: Marine Science (IMS). 167ps. Efecto del fotoperíodo sobre el Davis, M. 2000. The combined effects of desarrollo, crecimiento y temperature and salinity on growth, sobrevivencia de larvas del caracol development, and survival for Strombus pugilis). Proc. Gulf Carib. tropical gastropod veligers of Fish. Inst., 51:101-118. Strombus gigas. J. Shellfish Res., Manzano, B. N., D. A. Aranda, T. Brule, 19(2):883-889. and E. B. Cardenas. 2000. Effects Davis, M. 2005. Species Profile. Queen of feeding period on development, Conch, Strombus gigas. South growth, and survival of larvae of the Regional Aquaculture Center fighting conch Strombus pugilis Publication No. 7203. Linne, 1758 (Mollusca, Gastropoda) Dody, S. and M. D. Marasabessy. 2007a. in the laboratory. Bulletin of Marine Sebaran spasial siput gonggong Science, 67(3): 903-910. (Strombus turturella) di Teluk Tewfik, A. and C. Béné. 2000. Densities Klabat. Makalah dibawakan pada and age structure of fished versus Seminar Nasional Moluska dalam protected populations of queen Penelitian, Konservasi dan Ekonomi. conch (Strombus gigas L.) in the Fakultas Perikanan dan Ilmu Turks & Caicos Islands. Proc. Gulf Kelautan, Univesitas Diponegoro, Carib. Fish. Inst., 51:60-79. Semarang 17 Juli 2007. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 1, Juni 2012 113