1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah momok bagi pandangan sebagian siswa. Menghadapi
pernyataan demikian, guru perlu menyelidiki apakah yang sebab-sebab yang
membuat siswa memandang pelajaran matematika adalah pelajaran yang sangat rumit
untuk dipelajari. Guru harus mampu meyakinkan siswa-siswanya bahwa matemtika
bukanlah pelajaran yang rumit. Dan diantara salah satu cara meyakinkan mereka
adalah membangkitkan motivasi belajar mereka agar tidak mudah menyerah dalam
belajar matematika.
Hal ini sering terlupakan dalam dunia pendidikan, dimana sekolah-sekolah
kita lebih mementingkan mengejar kurikulum pembelajaran sampai proses evaluasi
pembelajaran diselesaikan, tanpa memberikan motivasi belajar tentang apa yang
mereka dapatkan setelah belajar. Jika demikian adanya, maka prestasi belajar siswa
cenderung tidak membuahkan hasil yang dituju.
Tidak ada langkah ke seribu, kecuali dimulai dengan langkah pertama. Dalam
pembelajaran, langkah pertama memulai belajar agar tujuan mudah tercapai adalah
memberikan motivasi belajar kepada mereka. Sebuah kalimat terkenal dari Success
University menyatakan bahwa, “Motivasi bukanlah segalanya, tapi segalanya
membutuhkan motivasi. Tidak ada istilah orang yang malas, yang ada adalah orang
yang tidak termotivasi”1
Berkenaan dengan pembahasan motivasi, Uno (2006) berpendapat bahwa
menurut beberapa ahli psikologi, pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku,
yang bekerja untuk memenuhi tingkah laku itu. Faktor penentu tersebut adalah
1
Beni Setiadi. 2009. Artikel: Mengingat Apa Yang didengar. Cirebon: Buletin Optimis, hal. 14
1
2. motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang
berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan penghargaan atas
prestasinya.2
Berdasarkan pengalaman ketika melakukan observasi dalam mata kuliah
Model-model pembelajaran di SMA Mandiri Cirebon dua tahun yang lalu, pada tahun
2010, terdapat beberapa keluhan diantara murid-muridnya yang mengalami
penurunan motivasi belajar matematika. Hal itu diantaranya disebabkan oleh
pandangan para siswa bahwa matematika itu sangat sulit untuk dipelajari. Selain itu,
dari informasi yang diperoleh dari beberapa siswa menyatakan bahwa motivasi dan
kreativitas belajar mereka cenderung menurun sehingga prestasi belajar pun kurang
meningkat.
Dari gambaran keadaan di atas diduga bahwa motivasi belajar siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul,”Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi belajar
Matematika Siswa kelas XII di SMA Negeri 7 Kota Cirebon”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestai belajar
matematika siswa?
2. Apakah terdapat faktor-faktor yang menyebabkan motivasi belajar
matematika siswa menurun?
2
Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 8
2
3. 3. Apakah terdapat faktor-faktor yang menyebabkan motivasi belajar
matematika siswa meningkat?
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika siswa yang termotivasi dan siswa yang tidak?
5. Apakah terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar
matematika siswa?
6. Apakah terdapat pengaruh keahlian komunikasi guru dalam memotivasi
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa?
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam masalah yang akan dibahas, yaitu
Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi belajar Matematika Siswa kelas XII di
SMA Negeri 7 Kota Cirebon, penulis memberikan pembahasan masalah sebagai
berikut:
1. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
2. Prestasi belajar yang diukur adalah tingkat penguasaan materi dalam ranah
kognitif (pengetahuan) yang diperoleh dari hasil test.
3. Materi pokok bahasan yang akan dijadikan sebagai bahan tes dalam
penelitian ini fleksibel, artinya disesuaikan dengan materi yang telah
diajarkan pada saat dilaksanakan penelitian.
4. Penelitian dilakukan terhadap siswa-siswi di kelas XII SMA Negeri 7 kota
Cirebon
3
4. D. Rumusan Masalah
1. Seberapa besarkah pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
maematika?
2. Seberapa cepatkah pengaruh motivasi belajar jika mampu memengaruhi
prestasi belajar matematika siswa?
3. Seberapa signifikankah perbedaan prestsai nelajar antara siswa yang
termotivasi dan siswa yang tidak?
E. Tujuan Penelitian
Berawal dari pembatasan dan perumusan masalah, maka tujuan peneliti
mengadakan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa
2. Unruk mengetahui seberapa cepat pengaruh motivasi belajar jika mampu
memengaruhi presasi belajar matematika
3. Seberapa signifikan perbedaan prestasi belajar matematika asntar siswa yang
termotivasi dan siswa yang tidak
F. Kegunaaan Penelitian
1. Teoritis
Untuk menambah wawasan keilmuan sebagai wujud dari partisipasi
peneliti dalam mengembangkan matematika
2. Praktis
a. Hasil ini dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan
kompetensi pedgogik guru khususnya guru yang mengajar bidang
dtudi matematika
b. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan presasi belajar matematika
siswa
4
5. BAB II
ACUAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Motivasi
Menurut Isbandi Rukmianto Adi, sebagaimana dikutip oleh Sardiman A.M,
istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati
secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa
rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
3
Sedangkan menurut W.A Gerungan, sebagaimana dikutip oleh Sardiman
A.M., berpendapat bahwa motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif
bio-genetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organism demi
kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat,
mengambil nafas, seksualitas, dan sebagainyua; (2) motif sosio-genetis, yaitu motif-
motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebuadayaan tempat orang berada.
Jadi, motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh
lingkungan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik, makan pecel,
makan cokelat, dan lain-lain; (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah
sebagai makhluk yang berktuhanan, sehingga ada interaksiantara manusia dengan
tuhannya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk
mengabdi kepad Tuhan Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai
agamanya.
3
Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
hal. 4
5
6. Lebih lanjut lagi, W.S Winkel sebagaimana dikutip oleh Uno, memaparkan
bahwa sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menelaah
pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam
diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu.
Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang
untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalan memenuhi
kebutuhannya.
Pakar psikologi lainnya, yaitu Thomas L. Good dan Jere E. Brophy
berpendapa bahwa, berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikologi
menyebut pengertian motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk
menjelaskan keingingan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh
tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep seperti kebutuhan untuk berpresetasi,
kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu.4
Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu
motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif instrinsik, timbulnya tidak memerlukan
rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu
sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedangkan motif ekstrinsik timbul karena
adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat
minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.5
Don Hellriegel dan John W. Sloum, Jr. (1979) sebagaimana dikutip oleh Uno,
bahwa motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.
Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku
seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi
merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai
4
Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 4
5
Ibid
6
7. tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirancang oleh adanya berbagai macam
kebutuhan, seperti (1) keinginan yang hendak dipenuhinya; (2) tingkah laku (3)
tujuan; (4) umpan balik6
Don Hellriegel dan John W. Sloum, Jr. berpendapat bahwa, sebagaimana
dikutip oleh Uno, motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang
untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut,
dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri
manusia sehingga kegiatan masnusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha
lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.
Menurut Mc. Donald, sebagaimana dikutip oleh Uno, berpendapat bahwa
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya „feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,
maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi itu adalah tumbuh di
dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.7
Prestasi belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan
ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa,
sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu
6
Op. cit, hal 7
7
Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 15
7
8. membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Jadi tugas guru
sebagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.
Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat
diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau
arti, sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, yang dilihat seseorang sudah tentu
akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan
kecenderungan jiwa seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu
merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Menurut Bernard, minat timbul tidak
secara tiba-tiba/spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman,
kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu
berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu yang penting
bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus
belajar.8
2. Prestasi Belajar
Menurut Zaenal Arifin, sebagaimana dikutip oleh Melda dalam skripsinya,
kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti “hasil usaha” istilah prestasi belajar berbeda
dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada umunya berkenaan dengan aspek
8
Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
hal.76
8
9. pengetahuan, sedangkan hasil belajar identik dengan meliputi aspek pembentukan
watak peserta didik.9
Dari berbagai sumber, Melda juga mengemukakan bahwa berbagai kegiatan
dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung
dari profesi dan kesengnagan dari masing-masing individu. Pada prinsipnya setiap
kegiatan harus digeluti secara optimal. Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk
mendapatkan prestasi maka beberapa ahli berpendapat bahwa:
1. Prestasi adalah berusaha berlatih supaya mendapat kepandaian.
2. Prestasi adalah apa yang kita dapatkan, hasil pekerjaan, hasil
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan.
3. Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan
murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan
kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka prestasi adalah hasil usaha
yang diciptakan melalui jalan keuletan yang berkenaan dengan aspek pengetahuan.10
Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.11
Berikut ini adalah pengertian dan definisi belajar menurut beberapa ahli, sebagaimana
dikutip oleh Melda, diantaranya:
1. Nasution
9
Melda Ariyanti. 2012. Skripsi:pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMA Di Kabupaten Kuningan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal. 11
10
Ibid
11
Op. Cit, hal. 12
9
10. Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan
2. Ernest H. Hilgard
Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar
atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapai sesuatu situasi
daripada sebelum itu.
3. Notoatmodjo
Belajar adalah usaha untuk mengetahui segala sesuatu yang berguna untuk
hidup.
4. Ahmadi A.
Belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia
5. Oemar H.
Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan
latihan
6. Cronbach
Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu
menggunakan panca inderanya
7. Winkel
Belajar adalah suatu aktifitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkunan, yang menghasilkan perubahan-perunahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap
8. Noeh Nasution
10
11. Belajar adalah suatu proses yang meyakinkan timbulnya atau berubahnya
suatu tingkah laku sebagai hasil terbentuknya respon utama, dengan syarat
bahwa perubahan atau munculnya perilaku itu bukan disebabkan oleh adanya
kematangan atau adanya perubahan sementara karena suatu hal
9. Snelbecker
Belajar adalah harus mencakup tingkah laku dari tingkat yang paling
sederhana sampai yang kompleks dimana proses peubahan tersebut harus bisa
dikontrol sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal
10. Whiterington
Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian sebagaimana
dimanifestasikan dalam perubahan dalam kepribadian sebagaimana
dimanifestasiskan dalam perubahan penguasaaan pola-pola respon tingkah
laku yang baru nyata dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan, kesanggupan,
dan sikap
Sedangkan menurut Sarlito, sebagaimana dikutip oleh Melda, bahwa belajar
didefinisikan sebagai aktivitas atau perolehan pengetahuan dan kecakapan
baru.pengetahuan inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-
sekolah, lembaga-lembaga pendidikan, yang memiliki program terencana, tujuan
instruksional yang konkret, dan instruksi untuk para siswa sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan secara sistematik.12
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dan
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
12
Loc. Cit, hal 12
11
12. Menurut Syah, sebagaimana dikutip oleh Melda, bahwa:
Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu.
Selain itu, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau
angka yang diberikan oleh guru.
Pendapat lain menyatakan bahwa:
Kemampuan seseorang dalam pencapaian berpikir tingkat tinggi. Prestasi
belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi
belajar adalah hasil belajar yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam
pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa
adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu
terhadap suatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.
Berdasarkan pengertian tersebut, prestasi belajar adalah hasil usaha yang
berkenaaan dengan aspek pengetahuan baik berupa angka, huruf, atau lain sebagainya
dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan dalam proses pembelajaran.
12
13. B. Tinjauan Hasil Penelitian Yang Relevan
Untuk menghindari duplikasi dengan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah penelitian yang akan
dilakukan, maka peneliti mencoba menelusuri beberapa penelitian yang sudah
dilaksanakan oleh mahasiswa di beberapa Perguruan tinggi. Dari hasil penelusuran
tersebut ditemukan lima buah hasil penelitian yang ada kemiripan dengan masalah
penelitian ayang akan diteliti, yakni:
1. Pengaruh Faktor Intelegensi dan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa (Studi kasus di MAN Cigugur Kuningan). Diteliti oleh
Engkan Rusmana, Mahasiswa jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Cirebon pada tahun 2005. Dari
hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat pengaruh antara
motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika.
2. Pengaruh Penggunaan Metode Kerja Kelompok Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Pada Bidang Studi Matematika di SMP N 3 Kota Cirebon. Diteliti oleh
Ida Farida, mahasiswi jurusan Tadris Mateamtika Fakultas Tarbiyah, IAIN
Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2010. Dari hasil penelitiannya, bahwa
penggunaan metode kerja kelompok terhadap motivasi belajar siswa pada
bidang studi matematika kelas IX SMP N 3 Kota Cirebon, menuunjukkan
hasil korelasi positif yaitu 0,72. Dengan demikian terdapat pengaruh yang
signiikan antara metode kerja kelompok dengan motivasi belajar siswa pada
bidang studi matematika.
3. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Motivasi Belajar Matematika
Siswa SMA N 1 Ketanggungan Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes.
Ditelitii oleh Aliyatun, mahasiswi jurusan tadris matematika fakultas tarbiyah
IAIN Syekh Nurjati pada tahun 2010. Dari hasil penelitianya, diketahui bahwa
motivasi belajar matemaatika siswa menunjukkan hal yang cukup didapat dari
data hasil motivasi belajar matematika siswa dengan problem skor rata-rat
13
14. hasil angket untuk variabel Y yang diisi siswa, sebesar 56,37 dari skor
tertiinggi 65 dan skor terendah 48.
4. Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Antara Yang Memperoleh Tes
Kecepatan (Speed Test) dengan siswa yang memperoleh tes Kemampuan
(Power test) Pada Bidang Studi Matematika (Studi kasus di MTs Negeri 1
Subang Kabupaten Kuningan). Diteliti oleh Ria Indriani mahasiswi jurusan
Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun
2011. Dari hasil penelitiannya, diperoleh bahwa hasil motivasi belajar siswa
yang memperoleh tes kemampuan (power test) dalam pelajaran matematika di
kelas VIII MTs Negeri 1 Subang Kabupten Kuningan berada dalam ketegori
baik, hal ini dapat dilihat pada perhitungan prosentase berdasarkan angket
motivasi belajar siswa yang memperoleh tes kemampuan (power tes) dengan
rata-rata 48,57 persen.
Dari keempat hasil penelitian di atas, terdapat kesamaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis, yaitu” Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Siswa SMA N 7 Kota Cirebon”. Namun, keempat hasil
penelitian tersebut tidak ada yang persis sama dengan masalah yang akan diteliti.
Hasil penelitian yang petama, variabel sama variabel Y nya prestasi belajar
matematika siswa. Variable X nya juga sama, tentang motivasi, tetapi peneliti
tersebut menambahakn dengan faktor intelagensi. Sedangkan yang akan dilakukan
oleh peneliti variable X nya hanya membahas tentang motivasi.
Hasil penelitian yang kedua, sama variable Y nya yaitu membahasa prestasi
belajatr matematika . tetapi variable X nyaberbeda, yaitu penggunaan metode kerja
kelompok.
Hasil penelitian yang kedua,motivasi belajar mateamtika nya beradid variable
Y, sedangkan yang dilakukan peneliti ada divariabel X.
14
15. Hasil penelitian yang keempat, variable X nya sama, yaitu tentang motivasi
belaajr sisiwa. Sedangkan variable Y nya berbeda, yaitu siswa yang memperoleh tes
kesepatan (Speed Test dan siswa yang memperoleh tes kemampuan (speed Test.
Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar
Matematika Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Kelas XII SMA N 7 Kota Cirebon“
layak dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-
penelitaian yang telah dilakukan sebelumnya
C. Kerangka Pemikiran
Motivasi merupakan salah satu faktor awal untuk mencapai hasil akhir atau
tujuan di setiap pekerjaaan apa pun, tak terkecuali dalm proses pembelajaran. Bahkan
beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa psikologi merupakan faktor terpenting
dalam memulai pembelajaran.seperti apa yang dikatakan oleh Andre Maadsa,”
motivasi bukanlah segalanya, tapi segalanya selalu dimulai dengan motivasi. Tidak
ada istilah orang yang malas, yang ada adalah orang yang tidak termotivasi.
Motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita
untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang kekuatan itu
berpangkal pada naluri, kadang pula berpangkal pada suatu keputusan rasional; tetapi
lebih sering lagi hal itu merupakan perpatuan dari kedua proses tersebut. Akan tetapi,
terlepas dari apa ang menjadi sumbernya perlu dicatat bahwa agak mengherangkan
bahwa sedikit sekali penelitian didakan mengenai penguatan motivasi belajar jelas
tertmasuk tugas pengajar. Selama 50 tahun belakangan in, banyak penelitian diadakan
oleh ahli pendidikan dan ilmu jiwa mengenai aspek pengenalan dalam pengajaran,
tetapi hampir tidak ada penelitian tentang penguatan motivasi, itu biasa diadakan
terhadap hewan dan anak kecil,dan tidak banyak relevansinya dengan tugas guru
yang selalu dihadapkan kepada pengambilan keputusan mengenai pengorganisasian
tugas kegiatan belajar.
15
16. D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang disebut untuk
menjelaskan hal yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan. Dengan
membuktikan masalah-masalah di atas dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika
siswa kelas XII SMAN 7 Kota Cirebon
Ha : terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas XII SMAN 7 Kota Cirebon
16
17. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMA N 7 Cirebon Tahun ajaran 2012/2013.
2. Waktu penelitian
Waktu yang diperlukan mulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap
penulisan laporan diperkirakan selama lima bulan.
Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perijinan x x√ √
Penelitian
2 Observasi √ √
Pendahulu
an
3 Uji Coba √ √ √ √
Instrument
Tes
4 Uji Coba √ √ √ √
Instrument
Angket
5 Penyebara √ √
n Angket
6 Analisis √ √
17
18. Data
7 Penyusuna √ √
n laporan
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode korelasional untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan motivasi belajar siswa dengan
perolehan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa.
Pada proses pengolahan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif,
karena data yang akan diperoleh berhubungan dengan nilai-nilai atau
angka-angka yang dapat dihitung dngan perhitungan stasistika. Peneliti
menggunakan analisis regresi sederhana dengan bantuan software SPSS
17,0 untuk memudahkan perhitungan.
2. Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah sebuah sebuah istilah yang diambil dari kata
“design” yang berarti rancangan atau perancangan. Desain penelitian
adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Pada praktek penelitian juga diperlukan adanya desain
penelitian yang sesuai dan seimbang dengan keadaan yang dikerjakan.
Adapaun desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
X Y
Keterangan:
X : Motivasi belajar siswa
Y : Prestasi belajar matematika
Hubungan yang menunjukkan pengaruh
18
19. C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono, bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu ditetapkan oleh peneliti intuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan”13
Menurut Nasehuddien sebagaimana dikutip oleh Melda bahwa:
Populasi terdiri dari dua macaam, yakni populasi target dan populasi
terjangkau. Populasi target adalah semua atau keseluruhan dari
sasaran/objek penelitian, sedangkan popualasi tejangkau adalah bagian dari
populasi tartget. Dengan kata lain, populasi terjangkau adalah sesuatu yang
akan dijadikan sasaran/objek dalam sebuah penelitian.14
Maka populasi target dalam penelitain ni adalah seluruh siswa kelas
XII MAN 1 Cirebon. Adapun jumlah kelas di SMAN 7 Cirebon terdiri
dari delapan kelas.
a. Siswa kelas XII IPA 1 berjumlah 40 siswa
b. Siswa kelas XII IPA 2 berjumlah 42 siswa
c. Siswa kelas XII IPA 3 berjumlah 41 siswa
d. Siswa kelas XII IPA 4 berjumlah 39 siswa
e. Siswa kelas XII IPS 1 berjumlah 42 siswa
13
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta, hal. 55
14
Melda Ariyanti. 2012. Skripsi:pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMA Di Kabupaten Kuningan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal. 14
19
20. f. Siswa kelas XII IPS 2 berjumlah 40 siswa
g. Siswa kelas XII IPS 3 berjmlah 40 siswa
h. Siswa kelas XII IPS 4 berjumlah 42 siswa
Adapun populasi terjangkau adalah kelas XII IPA 1, XII IPA
2, XII IPA 3, dan XII IPA 4
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Tujuan dari penerapan sampel adalah untuk
memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara
mengamati sebagian dari populasi. Sampel dari penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XII IPA 1. Sedangkan Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah proportional sampel, yaitu apabila
karakteristik populasi terdiri dari kategori-kategori, kelompok, atau
golongan yang sejajar yang diduga secara kuat berpengaruh pada
hasil-hasil penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian
Sesuai dengan judul proposal penelitian tentang “Pengaruh
Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas XII
SMAN 7 Kota Cirebon”, dapat diketahui bahwa penelitian ini teridri dari
dua variabel, yaitu: Motivasi belajar sebagai variabel X dan prestasi
belajar siswa sebagai variabel Y. variabel motivasi belajar siswa
merupakan variabel bebas (independent variabel) sedangkan variabel
prestasi belajar maematika sebagai variabel terikat (dependent variable),
masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
20
21. a. Variabel Motivasi Belajar (X)
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket yang digunakan untuk memperoleh data
mengenai “motivasi belajar”. Beberapa pertanyaan disusun
untuk mengetahui respon siswa terhadap motivasi belajar siswa
dalam bentuk skala likert antara 1-5. Menurut Nazir
sebagaimana dikutip Nasehuddien dalam Melda, bahwa :
“Skala likert memiliki tingkat reliabilitas yang relatif tinggi
dibanding dengan skala Thurstone untuk jumlah item yang
sama”.
Pernyataan terdiri dari 45 pernyataan, dimana dari masing-
masing pernyataan diikuti oleh lima kemungkinan jawaban,
yaitu: sangat setuju, setuju, tidak tahu atau ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju.
Adapun cara pemberian skor terhadap setiap pilihan jawaban
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Skor pernyataan positif
a) Untuk jawaban sangat setuju diberi nilai 5
b) Untuk jawaban setuju diberi nilai 4
c) Untuk jawaban tidak tahu atau ragu-ragu diberi nilai 3
d) Untuk jawaban tidak setuju diberi nilai 2
e) Untuk jawaban sangat tidak setuju diberi nilai 1
2) Skor pernyataan negatif
a) Untuk jawaban sangat setuju diberi nilai 1
b) Untuk jawaban setuju diberi nilai 2
c) Untuk jawaban tidak tahu atau ragu-ragu diberi nilai 3
d) Untuk jawaban tidak setuju diberi nilai 4
e) Untuk jawaban sangat itdak setuju diberi nilai 5
21
22. b. Variabel Prestasi Belajar Matematika (Y)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
objektif berbentuk pilihan ganda yang dibuat sendiri oleh
peneliti yang digunakan untuk memperoleh data mengenai
“Prestasi belajar Matematika Siswa”. Instrument ini dibuat
sesuai dengan materi pada saat penelitian. Tes objektif dalam
bentuk pilihan ganda disusun sebanyak 30 pertanyaan
berdasarkan lima pilihan jawaban, dimana pilihan jawaban
yang benar bernilai 1 dan jawaban yang salah bernilai 0.
c. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
objektif berbentuk pilihan ganda yang dibuat sendiri oleh
peneliti yang memperoleh data mengenai “presasi belajar
matematika siswa “. Instrument ini dibuat sesuai dengan materi
pada saat penelitiana. Tes objektif dalam bentuk pilihan ganda
disusun sebanyak 30 perntanyaan berdasarkan lima pilihan
jawaban, dimana pilihan jawaban yang bena bernilai 1 dan
jawaban yang salah bernilai 0
1. Definisi konseptual
a. Variabel motivasi belajar (X)
Motivasi belajar yaitu dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau
unsur yang mendukung.
b. Variabel prestasi belajar matematika (Y)
Prestasi belajar adalah hasil usaha yang berkenaan dengan
aspek pengetahuan baik berupa angka, huruf, atau lain
sebagainya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan dalam proses pembelajaran.
22
23. 2. Definisi operasional
a. Variabel motivasi belajar (X)
Motivasi belajar adalah skor total yang diperoleh dari hasil
pemberian angket kepada siswa yagn menjadi sampel yang
diukur melalui berbagai indicator-indikator motivasi belajar
siswa, yang meliputi: Macam-macam motivasi belajar isswa
(berdasarkan Teori kebutuhan Maslow), pengembangan
motivasi, Pemberian Makna belajar, dan Pemberian dorongan
untuk berprestasi dalam belajar.
b. Variabel prestasi belajar matematika (Y)
Prestasi belajar maematika adalah skor total yang diperoleh
setelah mengerjakan soal matematika yang diberikan peneliti
kepada responden.
3. Kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi instrument disusun sebagai acuan peneliti dlam
mentyusun instrument pengumpulan data. Penyusunan tersebut
berdasarkan pada teori yang melandasina dan aspek /indicator
yang telah diuraikan pada bab II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada bagian lampiran
4. Uji coba Instrumen
Uji coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang akan peneliti gunakan dalam penelitian layak
dipakai atau tidak. Uji coba instrument ini dilakukan sebelum
dilakukan penelitian. Instrument akan diujicobakan pada siswa-
siswa kelas XII IPA SMA Negeri 7 Kota Cirebon. Adapun teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan adalah teknik purposive
sampling.
23
24. a. Uji Validitas
Menurut suharsimi arikunto sebagaimana dikutip oleh Melda
bahwa suatu instrument dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data
dan variable yang diteiti secara tepat. Validitas tes dan angket
ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dengan rumus:
rxy = N ∑ XY – (∑X)(∑Y)
Keterangan:
N = banyaknya peserta tes
X = nilai rata-rata harian siswa
Y = nilai haisl uji coba tes
Rxy = koefisien relasi antara X dan Y
Valid tidaknya suatu butir soal, dari hasil perhitungan r hitung
dibandingkan dengan tabel product moment. Suatu soal
dikatakan valid apabila rhitung > r tabel.15
b. Uji Reliabilias
Menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Melda
bahwa reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik.
15
Melda Ariyanti. 2012. Skripsi:pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMA Di Kabupaten Kuningan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal. 21
24
25. Uji reliailitas soal menggunakan formula kuder richardson
(KR) yaitu K-R21 dengan rumus sebagai berikut:
r11 = 1-
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya soal
S = standar deviasi
X = rerata total skor
Tabel klasifikasi koefisien reliabilitas16
Nilai Kriteria
0,90 ≤ rhitung ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,70 ≤ rhitung ≤ 0,90 Tinggi
0,40 ≤ rhitung ≤ 0,70 Sedang
0,20 ≤ rhitung ≤ 0,40 Rendah
rhitung < 0,20 Sangat rendah
c. Indeks kesukaran
Menurut Erman dalam Elis Herlina, sebagaimana dikutip oleh
Melda, pengujian taraf kesukaran soal artinya mengkaji soal-
soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-
soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran itu diperoleh dengan rumus:
16
Ibid, hal. 22
25
26. TK =
Keterangan:
TK = indeks tingkat kesukaran satu butir soal tertentu
JBA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
JBB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
JSA = Jumlah siswa pada kelompok atas
JSB = jumlah siswa pada kelompok bawah
Interpretasi tingkat kesukaran setiap butir soal menggunakan
klasifikasi berdasarkan tabel klasifikasi berikut:
Nilai TK Kriteria
TK = 0,00 Sangat sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 Sedang
0,00 < TK ≤ 0,30 Mudah
TK = 1,00 Sangat rendah
d. Daya pembeda
Menurut Erman sebagaimana dikutip Elis herlina (dalam
melda)17, daya pembeda dari sebuah butir soal adalah
kemampuang butir soal itu untuk memebdakan antara siswa
yang pandai dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan
rendah)
Untuk mengetahui mana saja siswa yang pandai dan yang
kurang pandai dalam mengerjakan suatu soal maka harus diuji
daya pembedanya. Untuk memerlukan daya pembeda suatu
17
Op. Cit, hal 23
26
27. soal harus diurutkan dari siswa yang menjawab soal paling
sedikit sampai ke yang paling banyak, setelah itu membagi
jawaban siswa tersebut ke dalam dua kelompok, yaitu
kelompok atas dan kelompok bawah. Setelah terurut maka kita
bisa menentukan daya pembeda soal itu dengan menggunakan
rumus
DP = -
Keterangan:
DP = daya pembeda
BA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab butir
soal benar
BB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal
benar
JA = jumlah siswa kelompook atas
JB = jumlah siswa kelompok bawah
Interpretasi daya pembeda setiap butir soal menggunakan
klasifikasi daya pembeda berdasarkan tabel klasifikasi berikut:
Nilai DP Kriteria
DP≤0,00 Sangat Jelek
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,2 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik
5. Teknik pengumpulan data
27
28. Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat
digungakn oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik
pengumpulan data dalm penellitian ini menggunakan dua teknik,
yaitu;
a. Angket
Angket (QUetionaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain yang bersedia memberikan respons
(responden)sesuai dngan permintaan peneliti. Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu pasti variabel yang akan diuur dan tahu apa yang
diharapkan responden. Sngket dalam penelitaian ini
menggunakan skala likert yang dilakukan kepada siswa kelas
XII untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada
pembelajaran matematika.
b. Tes
Menurut Nasehuddien dalam Melda, bahwa tes adalah
prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang
distandardisasikan dan diberika kepada individu atau kelompok
untuk dikerjakan, dijawab atau direspon baik dalam bentuk
tertulis lisan maupun perbuatan.
Tes ini dibuat sendiri oleh penelitipada pokok bahasan tertentu
dalam bentuk soal pilihan ganda (MULtiple Choice). Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
skoring nilia hasilnya.
2. Teknis analisis data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, penulis
selanjutnya menganalisis data untuk mencari korelasi anara motovasi
belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa. Adapun
langkah-alangkah perhitungannya adala sebagai berikut:
28
29. 1. Uji Prasyarat penelitian
a. Uji Normalitas
Untk menguji kenormalan data akan dilakukan dengan
menggunakan rumus chi-kuadarat
x2
keterangan
X2 = Chi Kuadrat
Fo = frekuensi yang dperoleh dari sampel
Fk = frekuensi yang diharapkan dari sampel
X2 dikatakan normal jika X2hitung ≤ X2tabel
b. Uji homogenitas
Rumus yang digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian homogen atau tidak. Maka rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut
F=
Keterangan
S = Varians terbesar
S = Varians terkecil
Apabila fhitung ≤ ftabel maka data tersebut bervariansi homogen
2. Uji Hipotesis
1) Statistika parametrik
a. Mencari koefisien relasai
Mencari koefisien relasi berguana untuk menetukan tingkat
hubungan anatara sejumlah besar variabel dalam studi
tunggal. Koefisien relasi dapat dihitung dengan
29
30. menggunakan rumus analisis korelasi product moment
sengai berikut
b. Mencari koefisien determinasi
Mencari koefisien determinasi yaitu untuk mencari
pengaruh varians variabel tertentu. Selain itu, koefiseien
determinasi juga mempunyai tujuan untuk mengukur
seberapa besar kontriusi antara variabel terikatterhaadap
variabel bebas dalam bentk persen. Rumus yang digunakan
adalah:
K x 100 %
Keterangan:
KD = koefisien determinasi
R = koefisien korelasi
30
31. DAFTAR PUSTAKA
Rusmana, Engkan. 2005. Skripsi: Pengaruh Faktor Intelegensi Dan Motivasi
Terhadap prestasi Belajar Matematika Siswa (Studi Kasus di MAN Cigugur
Kuningan). Cirebon : Not Published
Farida. Ida. 2010. Pengaruh Penggunaan Metode Kerja kelompok Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Matematika di SMPN 3 Kota
Cirebon. Cirebon: Not Published.
Aliyatun: 2010. Pengaruh Penggunaaan Metode Inkuiri Terhadap Motivasi
Belajar Matematika Siswa SMAN 1 Ketanggungan kecamatan Ketanggungan
kabupaten Brebes. Ciebon : Not Published
Indriani, Ria. 2011. Perbandingan Motivasi Belajar siswa yang memperoleh
tes kecepatan (Speed Test) dengan Siswa yang Memperoleh Tes Kemampuan
(Power Test) Pada Bidang Studi Matematika (Studi Kasus Di MTs Negeri 1
subang kuningan) Cirebon. Not Published
Ariyanti, Melda. 2012. Skripsi: Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Di Kabupaten Kuningan. IAIN Syekh
Nurjati Cirebon: Not Published
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka cipta
Purwanto, Ngalim. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya
31
32. Arikunto, Suharsimai.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Sardiman A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
raja Grafindo Persada
Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurunnya. Jakarta: Bumi
Aksara
Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Subana. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian . bandung: Alfabeta
Surya, Muhammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.
Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Syah, muhibin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Muhidin, Sambas Ali. 2007. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam
Penilitian. Bandung. Pustaka Setia.
Sagala. Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.
Alfabeta.
Engkaoswara. 1987. Dasar-dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Abu Ahmadi dan Widodo supriyono. 1997. Psikologi Belajar. Jakrta: Rineka
Cipta.
32
33. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia.
Sudajana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan
Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
33