SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya
lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari
pembelajaran.sesuai dengan Permendiknas No.41 Tahun 2007 tentang standar
proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk ter-
laksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran yang baik
akan menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian
pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang
kurang baik. Sebagian besar peserta didik belum mampu menggapai potensi
ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses
pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini.
Selama proses belajar, pembelajar mengkonstruksi pengetahuan dari
pengalaman, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk
menginterpretasikan objek-objek dan peristiwa-peristiwa. Belajar ditentukan oleh
complex interplay yang ada dalam pengetahuan pembelajar, konteks sosial, dan
masalah yang harus diselesaikan.
Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran tidak jarang
ditemukan adanya peserta didik yang kurang berminat dalam belajar
dikarenakan penggunaan model pembelajaran yang monoton sehinggga
2
mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik. Hal ini pula yang
mengakibatkan rendahnya perolehan nilai dibawah nilai Kriteria ketuntasan
Minimal (KKM). Adapun nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75 , sementara
nilai yang diperoleh peserta didik dibawah 75.
Guru memegang peranan yang penting didalam proses pembelajaran,
salah satu kode etik yang harus dimiliki guru profesional adalah ia harus
mampu menggunakan alat atau media pembelajaran. Karena media
pembelajaran diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, serta berpengaruh
langsung dengan hasil belajar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada setiap proses pembelajaran dapat
terjadi hambatan-hambatan. Berdasarkan observasi diketahui bahwa terdapat
faktor penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik. Adapun faktor – faktor
yang menjadi penghambat proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
diantaranya ialah rendahnya motivasi belajar peserta didik dikarenakan peserta
didik beranggapan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
cenderung membosankan, kurang tepat dalam pemilihan metode
pembelajaran, metode yang digunakan cenderung monoton atau kurang
bervariasi, dalam proses pembelajaran peserta didik kurang aktif dan kurang
memperhatikan guru yang sedang memberikan materi pelajaran.
Pada pendidikan modern guru bukanlah satu-satunya sumber belajar,
sumber belajar lainnya misalnya buku teks atau buku pelajaran, lingkungan,
model atau benda yang sesungguhnya. Tetapi permasalahan terletak pada
3
kemampuan peserta didik menggunakan sumber-sumber belajar tersebut. Guru
sebagai sumber belajar juga masih mempunyai peran yang sangat penting
dalam mendisain pembelajaran dengan memilih strategi pembelajaran yang
optimal agar menarik dan menantang bagi peserta didik dalam belajar
sehingga meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik secara efektif maka peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran STAD Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta didik”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan diantaranya:
1. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi sehingga peserta
didik merasa bosan
2. Kurang tertariknya peserta didik terhadap penyampaian guru sehingga
mengakibatkan rendahnya hasil belajar
3. Kurang aktifnya peserta didik dalam proses pembelajaran
4. Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga
mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik.
4
C. Pembatasan Masalah
Maka berdasarkan identifikasi masalah diatas penelitian ini dibatasai
pada:
Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga
mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik?
Metode kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran
kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta
masyarakat belajar (learning community), peserta didik tidak hanya belajar
dari guru tetapi juga dari sesame peserta didik (Nurhadi, 2005:112).
Model STAD atau Tim Peserta didik-Kelompok Prestasi merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
Motivasi belajar adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan
bila ia tidak suka, mak akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak
perasaan tidak suka itu
5
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan maslah diatas ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian tindakan kelas ini. Adapun tujuannya adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apakah peggunaan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik
2. Untuk dijadikan referensi agar diterapkan dalam pembelajaran
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi seluruh pihak diantarnya:
1. Membantu peserta didik dalam meningkatan motivasi belajarnya
khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2. Sebagai salah satu sumber referensi bagi guru ataupun calon guru dalam
usaha untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik
3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran khusnya Pendidikan Kewarganegaraan
4. Untuk peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman
berharga, serta dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dalam melakukan
proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan menambah
pengetahuan
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang
dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah
tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih
baik untuk dirinya sendiri. Martinis (2007:219) juga berpendapat
bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam
diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
ketrampilan, pengalaman.
Agus Suprijono (2009: 163) menjelaskan motivasi belajar
adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
penuh energi, terarah dan bertahan lama. Pendapat lain dikemukakan
oleh Hamzah (2008: 3) menjelaskan istilah motivasi berasal dari kata
motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.
Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku
tertentu.
7
Oemar Hamalik (2004: 173) menjelaskan motivasi dapat
berupadorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif diluar
individu atau hadiah. Motivasi adalah proses membangkitkan,
mempertahankan, dan mengontrol minat-minat. Pendapat lain
mengenai motivasi juga dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono
(2009: 80) yang mengatakan bahwa motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan pengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar. Berdasarkan pengertian mengenai
motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu
dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu, dan juga
sebagai pemberi arah dalam tingkah lakunya, salah satunya dorongan
seseorang untuk belajar.
b. Jenis-jenis Motivasi
Motivasi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Ada jenis
motivasi yang terjadi karena keinginan seseorang yang ingin
mendapatkan sesuatu. Jenis motivasi lain yaitu motivasi yang yang
terjadi karena seseorang tersebut ingin mengejar target yang telah
ditentukan agar berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Biggs
dan Telfer dalam Sugihartono, dkk (2007: 78) menjelaskan jenis-jenis
motivasi belajar dapat dibedakan menjadi empat macam, antara lain:
a) Motivasi instrumental;
b) Motivasi sosial, peserta didik belajar untuk penyelenggarakan
tugas;
8
c) Motivasi berprestasi;
d) Motivasi instrinsik.
Motivasi Instrumental merupakan dorongan yang membuat
pesert didik belajar karena ingin mendapatkan hadiah. Motivasi sosial
menjadikan peserta didik lebih terlibat dalam tugas. Peserta didik
belajar untuk meraih keberhasilan yang telah ditentukan, karena
peserta didik memiliki motivasi berprestasi, dan peserta didik memiliki
rasa ingin belajar dengan keinginannya sendiri karena mendapatkan
dorongan dari motivasi instrinsik. Ngalim Purwanto (2003: 72)
menyebutkan bahwa motivasi mengandung tiga komponen pokok
yaitu: menggerakan, motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan
tingkah laku, serta menopang dan menjaga tingkah laku”.
Berdasarkan komponen diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar memiliki beberapa jenis dan juga mengangandung
komponen, antara lain menggerakkan, mengarahkan, dan menopang
atau menjaga tingkah laku. Pada dasarnya motivasi itu dapat muncul
dari diri sendiri maupun dari orang lain, sehingga peserta didik mampu
meningkatkan motivasi belajarnya bisa karena dirinya sendiri maupun
karena orang lain.
c. Peran Motivasi dalam Pembelajaran
Salah satu prinsip utama dalam kegiatan pembelajaran adalah
peserta didik/peserta didik mengambil bagian atau peranan dalam
dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan untuk itu
9
peserta didik/warga belajar harus mempunyai motivasi belajar
sehingga dengan mempunyai motivasi belajar yang kuat, warga
belajar akan menunjukkan minat, aktivitas, dan partisipasinya dalam
proses pembelajaran yang diikutinya.
Peranan motivasi dalam belajar menurut Rohman Natawidjaja
dan Moein Moeas (1991: 80) adalah :menentukan hal-hal yang dapat
dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak
dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsang belajar dan 4)
menentukan ketekunan belajar. Dalam proses kegiatan belajar
mengajar, motivasi mempunyai beberapa manfaat, antar lain:
1) Motivasi dapat memberi semangat terhadap peserta didik/warga
belajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
2) Motivasi perbuatan merupakan pemilih dari tipe kegiatan di mana
seseorang berkeinginan untuk melakukan kegiatan tersebut.
3) Motivasi dapat memberi petunjuk pada tingkah laku belajar.
4) Motivasi dapat menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan
kegiatan pembelajaran warga belajar.
5) Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong dalam usaha
pencapaian prestasi dan hasil belajar yang diharapkan. (Tim
MKDK IKIP Surabaya,1995: 81).
Dengan demikian motivasi mempunyai peranan dan manfaat
yang sangat penting dalam kelangsungan dan keberhasilan belajar
10
yang dilaksanakan oleh setiap individu. Hal ini berarti semakin tingg
motivasi belajar yang dimiliki individu, maka akan semakin
tinggi/besar pula prestasi dan hasil belajar yang akan dicapai.
d. Faktor Penentu Motivasi Belajar
Motivasi dapat ditumbuhkan karena faktor internal dan eksternal
(Bimo Walgito, 1995: 73). Motivasi internal adalah motivasi yang
bersumber dari dalam diri sedang motivasi eksternal adalah motivasi
yang bersumber dari lingkungan.
a. Motivasi Internal
Motivasi internal disebut juga dengan motivasi intrinsik,
yaitu intrinsic motivation has been defined as (a) participation in
an activity purely out of curiosity, that is, for a need to know about
something; (b) the desire to engage in an activity purely for the
sake of participating in and completing a task; and (c) the desire to
contribute (Dev, 1997). Atas dasar pendapat tersebut dapat diambil
suatu pengertian bahwa motivasi intrinsik merupakan aktivitas
keingintahuan terhadap sesuatu keinginan untuk menggunakan
aktivitas untuk melengkapi tugas dan keingingan untuk menambah
usaha. Motivasi ini ditentukan dari dalam anak sendiri,
keinginannya untuk berprestasi dan keuletannya untuk mengatasi
kesulitan atau rintangan yang timbul dalam belajar. Sejauh mana
anak dapat mencapai prestasi yang unggul tergantung dari
motivasi, atau dorongan serta semangat yang timbul dari dalam diri
11
anak sendiri untuk berprestasi di samping anak mempunyai
kemampuan kecerdasan yang menunjang (Dessy Indriastuti,
2004: 2).
Perlu diperhatikan bahwa prestasi anak ditentukan juga oleh
tingkat kecerdasannya, walaupun anak memiliki motivasi yang
kuat untuk berprestasi dan sebagai orang tua telah member
kesempatan seluas – luasnya untuk meningkatkan prestasinya,
tetapi anak mempunyai kemampuan kecerdasan yang terbatas,
tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat
kecerdasan anak ditentukan oleh bakat bawaan yang berdasarkan
pada gen yang diturunkan dari orang tuanya dan disertai juga oleh
faktor lingkungan di mana anak berada. Secara umum inteligensi
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) kemampuan untuk berpikir abstrak,
b) kemampuan untuk menangkap hubungan – hubungan dan
untuk belajar,
c) kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi – situasi
baru.
Ketiga aspek di atas saling berkaitan. Keberhasilan dalam
penyesuaian diri anak tergantung dari kemampuan anak dalam
berpikir dan belajar. Motiviasi internal akan berkembang apabila
hasil kegiatan belajar itu sendiri merupakan hasil jerih payah usaha
belajarnya.
12
a. Motivasi Eksternal
Motivasi eksternal disebut juga dengan motivasi
ekstrinsik. Extrinsic motivation refers to motives that are
outside of and separate from the behaviors they cause; the
motive for the behavior is not inherent in or essential to the
behavior itself (Hoyenga & Hoyenga, 1984). Atas pendapat
tersebut dapat diambil suatu pengertian, bahwa motivasi
ekstrinsik menunjuk pada motif-motif yang berasal dari luar
dan terpisah dari perilaku. Selanjutnya, faktor-faktor dari luar
diri anak turut mendukung dalam keberhasilan prestasi belajar.
Yang mana faktor ini sebagian ditentukan oleh keadaan
lingkungan anak sendiri, seperti sarana dan prasarana yang
tersedia, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal di
daerah perkotaan atau di daerah pinggiran kota termasuk di
dalamnya juga sejauh mana dukungan, dorongan orang tua
(Dessy Indriastuti, 2004: 2).
Walaupun tak jarang ada orang tua yang berhasrat agar
anaknya meneruskan cita-cita orang tua yang tidak terwujud,
tanpa memperhatikan bagaimana minat dan kebutuhan anak itu
sendiri serta ada pula yang sebaliknya orang tua yang terlalu
mudah memenuhi tuntutan anak yang secara tidak disadari
mematikan motivasi anak-anak untuk belajar dan dapat
menghambat perkembangan rasa percaya diri mereka.
13
Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara
memberi perhatian terlalu banyak atau sedikit, antara memberi
kesempatan kepada anak untuk belajar di sekolah sesuai
kemampuan yang dimilikinya dan memberi teladan supaya
mempunyai prestasi belajar semaksimal mungkin.
Sebagai orang tua kadang-kadang lupa betapa
berharganya perhatian kepada anak – anak dan dengan
berkurangnya perhatian dapat membuat suasana berubah di
dalam rumah. Oleh karena itu, diharapkan setiap orang tua
perlu selalu menjalin komunikasi kepada anak – anaknya.
Dengan adanya perhatian terhadap hal – hal tersebut,
hendaknya orang tua dapat mengusahakan suatu lingkungan
yang kaya akan rangsangan mental dan suatu suasana atau
kondisi di mana anak merasa nyaman tanpa tekanan dari orang
– orang di luar dirinya sehingga ia dengan sendirinya dapat
tertantang untuk mewujudkan cita – citanya. Di bawah ini akan
diberikan beberapa langkah – langkah untuk membantu orang
tua dalam memotivasi anak untuk belajar supaya anak dapat
berprestasi:
1. orang tua atau pendidik harus dapat menerima anak
sebagaimana adanya dengan segala kekurangan dan
kelemahannya
14
2. dalam menyusun kegiatan – kegiatan belajar dimulai
dengan sasaran – sasaran yang mudah dicapai, sehingga
dapat memberikan pengalaman yang berhasil kepada anak,
3. mengusahakan untuk memahami anak dan masalahnya,
4. memberikan penguatan yang bermakna bagi anak dengan
memberi pujian atau penghargaan,
5. memberikan kepercayaan kepada anak.
Sikap percaya dari orang tua atau pendidik akan
mendorong (memotivasi) anak untuk berperilaku sebagaimana
diinginkan serta menimbulkan rasa harga diri dan rasa percaya
diri sendiri. Dalam menjalankan langkah – langkah di atas,
kesabaran serta tenggang rasa untuk anak dari orang tua sangat
dibutuhkan, sebab terkadang apa yang diharapkan orang tua
supaya anak lebih termotivasi untuk belajar tidak segera
tampak. Agar menjadi catatan, adalah anak perlu belajar bahwa
tidak ada salahnya berbuat salah, bahwa kesalahan adalah
pengalaman belajar yang berguna dan bahwa adalah lebih
penting untuk memutuskan apa yang harus dilakukan sesudah
berbuat kesalahan daripada menghindari berbuat kesalahan.
Membiarkan anak berusaha mengerjakan segala sesuatunya
sendiri, membuatnya akan semakin mengerti akan suatu
tanggung jawab.
15
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar sangat diperlukan dalam proses pembelajaran,
karena motivasi belajar merupakan faktor yang dapat
menggerakkan individu untuk berusaha belajar. Motivasi terdiri
atas motivasi internal dan eksternal, oleh karena itu di dalam
proses pembelajaran sedapat mungkin untuk mengembangkan
kedua macam motivasi tersebut sehingga capaian hasil belajar
peserta didik dapat meningkat.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Suciati & Prasetya (2001) dalam Nursalam & Efendi,
Ferry (2008) beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
adalah sebagai berikut:
1) Faktor Internal
a. Cita-cita dan Aspirasi
Cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat
menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang
jelas dalam belajar. Sedangkan aspirasi merupakan harapan
atau keinginan seseorang akan suatu keberhasilkan atau
prestasi tertentu. Aspirasi mengarahkan aktivitas peserta
didik untuk mencapai tujuan tujuan tertentu. Cita-cita dan
aspirasi akan memperkuat motivasi belajar intrinsik
maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri.
16
b. Kemampuan Peserta Didik
Kemampuan peserta didik akan mempengaruhi
motivasi belajar. Kemampuan yang dimaksud adalah segala
potensi yang berkaitan dengan intelektual atau inteligensi.
Kemampuan psikomotor juga akan memperkuat motivasi.
c. Kondisi Peserta Didik
Kondisi yang mempengaruhi motivasi belajar peserta
didik adalah kondisi secara fisiologis dan psikologis.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu
kondisi lingkungan belajar, kondisi lingkungan belajar dapat
berupa lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
f. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Banyak cara yang dapat digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan motivasi, karena Motivasi merupakan suatu proses
psikologis yang mencerminkan sikap. Sardiman (2007: 92-95)
menjelaskan ada beberapa contoh dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan
cara motivasi tersebut meliputi:
(1) memberi angka;
(2) hadiah;
(3) saingan atau kompetisi;
(4) egoinvolvement;
17
(5) memberi ulangan;
(6) mengetahui hasil;
(7) pujian;
(8) hukuman;
(9) hasrat untuk belajar;
(10) minat;
(11)Tujuan yang diakui.”
Memberi angka biasanya akan lebih membuat peserta didik
menjadi semangat belajar, karena angka merupakan simbol dari
perolehan nilainya. Pemberian hadiah akan membuat peserta didik
berlomba-lomba untuk mendapatkan hadiah tersebut, sehingga
hadiah dapat menjadi motivasi bagi peserta didik. Saingan ataupun
kompetisi akan menjadikan peserta didik berlomba-lomba untuk
menjadi yang terbaik. Ego-involvement merupakan salah satu
bentuk motivasi yang sangat penting karena menumbuhkan
kesadaran kepada peserta didik agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan.
Cara lain untuk menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara
memberi ulangan, karena dapat memotivasi peserta didik untuk
belajar. Hasil yang baik, apabila diketahui oleh peserta didik, maka
itu dapat lebih mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar lagi.
Pujian merupakan motivasi yang baik, diberikan kepada peserta
18
didik oleh guru ketika peserta didik tersebut melakukan hal positif.
Hukuman dapat menjadi motivasi bagi peserta didik, apabila
penyamnpaiaannya diberikan secara bijak serta tepat, agar peserta
didik dapat memahami apa maksud peserta didik itu diberi
hukuman. Minat peserta didik terhadap proses belajar dapat
ditunjukkan dengan cara partisipasi peserta didik terhadap kegiatan
pembelajaran.
Kesimpulan dari berbagai upaya meningkatkan motivasi
diatas bahwa motivasi dapat di tingkatkan melalui beberapa upaya
antara lain memberikan penghargaan, memberikan hadiah dan juga
adanya persaingan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan
terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara
dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan
pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara,
menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa,
maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan
Indonesia.
19
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan formal di
Indonesia yang berfungsi membentuk karakter kewarganegaraan, secara
terencana sistematis, dan terprogram, pelaksanaannya dijalankan secara
bertahap, kontinyu dan komprehensif sesuai dengan tingkat
pendidikannya dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Seperti yang dinyatakan dalam BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan) tahun 2006 bahwa pendidikan Kewarganegaraan merupakan
mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajiban untuk
menjadi warganegara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sebagaimana
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
manjadi warga Negara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter.
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru
adalah mengembangkan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga
fungsi pokok, yakni mengembangkan tanggung jawab warga negara
(civic responsibility ), mengembangkan kecerdasan warga negara ( civic
intelligence) dan mendorong partisipasi negara ( civic Participation).
Dengan demikian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
sebagai Pendidikan Umum, menjadi ciri budaya dan pola pikir yang
20
tumbuh dari kebutuhan pendidikan nasional. Karena di dalamnya
terkandung pesan edukatif dan psikologis untuk membawa generasi muda
Indonesia supaya berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil dan mandiri
didasari iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Sedangkan
sebagai program pendidikan politik di tingkat persekolahan, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan harus mampu membina peserta didik
menjadi manusia hidonesia yang melek politik (political literacy),
memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara Sehingga menempatkan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada posisi sentral dan
strategis.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
wajib yang dimasukkan kedalam kurikulum sekolah dari tingkat dasar,
menengah sampai perguruan tinggi. Hal ini jelas tercantum dalam
Undang-UndangNo. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
pada pasal 37 ayat 1.
Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan
berdasarkan Nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai
individu, anggota masyarakat, dan juga dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
21
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan selalu berupaya
membina keutuhan, kebulatan, dan kesinambungan dalam wujud
pembinaan konsep nilai dan moral Pancasila Sehingga terbentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang serasi, selaras dan seimbang dalam kehidupan
pribadi , bemasyarakat, berbangsa dan bernegara Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan merupakan usaha sadar untuk membina
kepribadian dan mengembangkan kemampuan warga negara Indonesia
dengan cara membinakan dan menanamkan keterampilan dan
kemampuan untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur
Pancasila melalui pemberian pemahaman dan penerapan ajaran Pancasila
Keberadaan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai
Pendidikan umum, dapat dilihat pada pasal 39 Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa : isi kurikulum setiap jenis,
jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat (a) Pendidikan Agama, (b)
Pendidikan Pancasila, (c) Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
mengarahkan perhatiannya pada nilai-moral yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang
memancarkan isi kelima sila Pancasila, yakni perilaku yang
memancarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersifat
kemanusiaan yang adil dan beradab, mendukung persatuan bangsa, dalam
masyarakat yang beraneka ragam kepentingan, mendukung kerakyatan
yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
22
golongan atas dasar musyswarah untuk mufakat serta mendukung upaya
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Kurikulum SMU: 1994).
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005:
34) bahwa:1
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum
bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia,
sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang
memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan
bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3
dimensi yaitu:
1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang
mencakup bidang politik, hukum dan moral.
2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi
keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup
antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan
moral luhur. (Depdiknas 2003 : 4)2
1
www.depdiknas.go.id
23
Adapun tujuan, Pendidikan Kewarganegaraann persekolahan
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bela negara, sikap serta perilaku
yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan
nusantara, serta ketahanan nasional. Sedangkan secara khusus tujuan
pendidikan kewaganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air
(penjelasan UU No.20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1).
2
Depdiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id
24
Selain itu tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ialah untuk
membangun karakter ( character building ) bangsa Indonesia antara
lain:3
a. Membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan
bertanggung jawab dalam kehidupan bebangsa dan bernegara
b. Menjadikan warga negara yang cerdas, aktif, kritis, demokratis,
namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas
bangsa
c. Mengembangkan kultur demokratis yang berkeadaban, yaitu
kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggung jawab.
Sedangkan fungsi Pendidikan kewarganegaraan yang terdapat
dalam projek Pendidikan Kewarganegaraan dan BP Depdiknas adalah
sebagai berikut:
a. Mengembangkan dan melestarikan nilai dan moral pancasila secara
dinamis dan terbuka. Dinamis dan terbuka dalam arti bahwa nilai dan
moral yang dikembangkan mampu menjawab tantangan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati
diri sebagai bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat.
b. Mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya yang
sadar politik dan konstitusi NKRI dilandasakan pancasila dan UUD
1945
3
Ratna Megawangi, 2004. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun Bangsa.
Bogor : Indonesia Hertage Foundation
25
c. Membina pemahaman dan kesadaran terhadap hubungan antar warga
negara dengan sesama warga negara dan pendidikan pendahuluan
bela negara agar mengetahui serta mampu melaksanakan dengan baik
hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negara
akan terwujud dalam sikap dan prilakunya bila ia dapat merasakan bahwa
konsepsi demokrasi dan hak asasi manusia sungguh-sungguh merupakan
sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar. ”Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang
asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning
community), peserta didik tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari
sesama peserta didik”. (Nurhadi, 2005:112).
Pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis
yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu peserta didiknya
belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar
sampai pemecahan masalah yang kompleks.
26
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan
strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni
kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Johnson & Johnson, 1987). Peserta didik bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya.
Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan peserta didik dengan hasil
belajar tinggi, rata-rata dan rendah; laki-laki dan perempuan, peserta didik
dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas dan peserta didik
penyandang cacat bila ada.
Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi
pembelajaran di kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama
proses pembelajaran, karena pembelajaran terbaik akan tercapai di
tengah-tengah percakapan di antara peserta didik. Sedang terjadi
kecenderungan di mana-mana, bahwa para guru di seluruh duni
mengubah deretan tempat duduk peserta didik yang telah mereka duduki
sekian lama dengan menciptakan suatu lingkungan kelas baru tempat
peserta didik secara rutin dapat saling membantu satu sama lain guna
menuntaskan bahan ajar akademiknya.
a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif, palign tidak ada tiga tujuan yang hendak
dicapai, yaitu :
27
1. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan
kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli
yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam
membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang
sulit.
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik
pada peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Peserta
didik kelompok atas akan menjadi tutor bagi peserta didik
kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman
sebaya yang memiliki orentasi dan bahasa yang sama. Dalam
proses tutorial ini, peserta didik kelompok atas akan meningkat
kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor
membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-
ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
2. Pengakuan Adanya Keragaman
Model kooperatif bertujuan agar peserta didik dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam
perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan
suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3. Pengembangan Keterampilan sosial
28
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah
untuk mengajarkan kepada peserta didik keterampilan social dan
kolaborasi dalam hal berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mengemukakan ide dan pendapat, dan bekerja
dalam kelompok. Keterampkilan ini amat penting untuk memiliki
nantinya di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa
sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang paling bergantung
satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin
beragam.
b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi peserta didik belajar.
Fase ini diikuti oleh Penyajian informasi; seringkali dengan bahan
bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya peserta didik
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan
guru pada saat peserta didik bekerja bersama untuk menyelesaikan
tugas mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi
presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang
mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu. Enam tahap pembelajaran kooperatif
tersebut dirangkum dalam tabel sebagai berikut :
29
Tabel 1
Tahapan Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi peserta
didik
Guru menyampaikan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
peserta didik belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
peserta didik dengan jalan
demontrasi atau lewat bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan
peserta didik ke
dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada peserta
didik bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar
30
Evaluasi tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
c. Hakikat Model Pembelajaran STAD
STAD atau Tim Peserta didik-Kelompok Prestasi merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, STAD terdiri
dari lima komponen utama :
a. Presentasi Kelas
Pada kegiatan ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan,
memotivasi peserta didik agar siap dengan pelajaran yang akan
diajarkan, kemudian diikuti dengan penyajian informasi. Presentasi
ini sering menggunakan ceramah-diskusi atau pengajaran langsung.
Pada fase ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan guru
karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan kuis
dengan baik.
b. Kerja Tim
31
Setelah presentasi kelas, peserta didik dikelompokkan ke dalam
tim-tim belajar. Tim disusun dari empat atau lima peserta didik.
Tim ini mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari kinerja yang
lalu, suku, dan jenis kelamin. Tim empat-lima orang dalam yang
terdiri dari dua orang laki-laki, dua/tiga orang perempuan atau
sebalinya, yang memiliki seorang anggota berkinerja tinggi,
seorang berkinerja rendah, dan 3 orang berkinerja rata-rata. Bila
dimungkinkan perhatikan suku mayoritas dan minoritas. Peserta
didik ditempatkan ke dalam tim oleh guru, bukan oleh peserta
didik yang memiliki anggotanya sendiri.
Fungsi utama tim ini adalah menyiapkan anggotanya agar
berhasil menghadapi kuis. Setelah guru mempresentasikan materi,
tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain.
Mereka saling berdiskusi dan membantu setiap anggota tim agar
semua anggota dapat memahami materi yang dipelajari atau LKS
yang mereka kerjakan. Kerja tim merupakan ciri terpenting dari
STAD. Pada setiap saat diberikan penekanan pada anggota tim
agar melakukan yang terbaik untuk timnya.
Peran guru pada tahap ini adalah pada saat validasi hasil
presentasi kegiatan kelompok di depan kelas. Guru mengarahkan
pada jawaban yang dianggap benar sehingga seluruh kelompok
dapat memperbaiki hasil kinerja mereka dan pada akhirnya
32
diharapkan semua peserta didik memperoleh satu konsep baru yang
benar.
c. Kuis
Pada akhir materi, para peserta didik tersebut dikenai kuis
individual. Pada saat ini peserta didik tidak diperbolehkan bekerja
satu sama lain. Hal ini menjamin agar peserta didik secara
individual bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar
tersebut.
d. Poin Perbaikan Individu
Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum
kepada timnya dalam system penskoran, namun tidak seorang
peserta didikpun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan
perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap peserta didik diberikan
skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata peserta didik pada
kuis serupa sebelumnya.
1. Penentuan Skor dasar Awal
Skor dasar mewakili skor rata-rata peserta didik pada kuis
yang lalu. Apabila anda memulai STAD setelah anda
memberikan tiga kuis atau lebih, gunakan skor kuis rata-rata
sebagai skor dasar. Apabila tidak memiliki skor kuis seperti itu,
gunakan nilai final peserta didik dari tahun yang lalu, ataupun
dapat dilakukan pre test terlebih dahulu.
33
2. Skor Individu
Dari hasil kuis, peserta didik memperoleh poin untuk
timnya didasarkan pada berapa skor kuis mereka melampui skor
dasar mereka., seperti contoh pada tabel berikut :
Tabel 2
Kriteria Poin Perbaikan
Skor Kuis IP
Nilai sempurna tidak
memandang berapa pun
skor dasar
30 poin
Lebih dari 10 poin di atas
skor dasar
30 poin
1-10 poin di atas skor dasar 20 poin
1-10 poin di bawah skor
dasar
10 poin
Lebih dari 10 poin di bawah
skor dasar
5 poin
3. Skor Tim
Untuk menghitung skor tim, masukan setiap poin perbaikan
peserta didik pada lembar ihtirar tim yang sesuai, jumlahkan
poin tersebut dan bagi dengan jumlah anggota tim, bulatkan
34
untuk menghilangkan pecahan. Perhatikan bahwa skor tim lebih
ditentukan oleh skor perbaikan daripada skor kuis rendah.
4. Penghargaan Tim
Segera mungkin setelah setiap kuis terlaksana, guru
seharusnya mengumumkan skor perbaikan individual dan skor
tim dan menghadiahkan sertifikat atau penghargaan lain kepada
tim yang memperoleh skor tinggi. Apabila mungkin,
pengumuman skor tim tersebut dilakukan pada jam pelajaran
pertama berikutnya setelah kuis tersebut bagi peserta didik ini
akan memperjelas hubungan antara bekerja dengan baik dan
menerima penghargaa dan hal ini akan meningkatkan motivasi
mereka untuk berbuat yang terbaik.
Berikan kriteria penghargaan, ada tiga tingkat penghargaan
yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. Perhatikan bahwa
seluruh tim dapat memperoleh penghargaan tersebut. Di dalam
sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim mendapat
penghargaan TIM SUPER atau TIM HEBAT ataupun TIM
BAIK asal kriterianya terpenuhi. Artinya tim-tim tersebut tidak
saling berkompetisi, sebagai contoh dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
35
Tabel 3
Kriteria Penghargaan
Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan
15-19 TIM BAIK
20-24 TIM HEBAT
25-30 TIM SUPER
B. Temuan Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Muhayati dengan
judul PTK ” Peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui
metode STAD ( Student Teams Achievement Divisions)” dengan kompetensi
dasar peran Indonesia di ASEAN bagi siswa kelas VI SD Negeri I Tirem
Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.
Menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan metode
STAD memberi pegaruh besar terhadap hasil belajar siswa kelas VI SD
Negeri I Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan semakin meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didik SD Negeri I Tirem yang
berjumlah 18 peserta didik, yang pada kondisi sebelumnya hanya 45% yang
sudah tuntas dan 65% belum tuntas. Setelah melakukan penelitian dan
perbaikan pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif model STAD (Student Teams Achievement Divisions)
ketuntasan peserta didik di dalam kelas meningkat menjadi 75% dengan nilai
36
rata-rata 71.5. Kesimpulan yang dapat peneliti ambil yaitu bahwa metode
STAD dapat mengajarkan keterampilan bekerjasama atau kolaborasi dalam
memecahkan permasalahan dan keterampilan ini sangat penting bagi peserta
didik sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat, selain itu peserta didik dapat
saling menghargai satu sama lain.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran
kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta
masyarakat belajar (learning community), siswa tidak hanya belajar dari guru
tetapi juga dari sesama siswa.
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa yang harus dibenahi baik
guru maupun dari peserta didik. Dari guru seperti penggunaan metode, strategi
atau pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dengan materi yang akan
diajarkan, sehingga proses pembelajaran kurang maksimal dan hasil yang
diperoleh juga kurang memuaskan. Sedangkan masalah yang berasal dari
peserta didik seperti kurangnya motivasi dalam mengikuti pelajaran, peserta
didik yang kurang aktif, dan seringkali peserta didik menganggap mata
pelajaran tersebut tidak penting.
Metode pembelajaran kooperatif memungkinkan semua peserta didik
dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau
sejajar. Model pembelajaran STAD adalah suatu model pembelajaran
37
kooperatif yang dilaksanakan dengan membentuk suatu tim yang memiliki
kemampuan akademik dengan perbedaan latar belakang yang heterogen, untuk
saling memahami konsep-konsep materi pelajaran dengan cara diskusi.
Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi siswa pembelajaran
dengan metode cooperative learning tipe STAD dapat diterapkan dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan karena dapat digunakan untuk
meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran, karena metode ini
melibatkan seluruh peserta didik di kelas secara menyeluruh.
Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditemukan bahwa
hasil belajar peserta didik rendah dikarenakan rendahnya motivasi belajar
peserta didik. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang hanya
menerapkan metode ceramah. Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik diperlukan penerapan metode pembelajaran yang lebih
bervariasi. Model pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement
Dividions) diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik,
karena dalam model pembelajaran ini peserta didik dapat lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran, diajarkan untuk lebih berani mengemukakan pendapat,
menghargai satu sama lain, serta dapat bekerjasama dalam memecahkan
masalah. Secara sederhana kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai
berikut:
38
D.
E. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan dari penelitian ini dirumuskan “ Jika peserta
didik kelas VIII MTs Daarul Hikmah diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions dalam Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, maka motivasi belajar dapat meningkat.”
Kondisi Awal
Kondisi Peserta Didik:
Motivasi belajar
rendah
Kondisi Peserta Didik:
Guru mengajar dengan
metode konvensional
Suasana Pembelajaran:
Pasif dan
membosankan
Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan
model pembelajaran
Student Teams Achievement Divisions
Siklus I dan siklus II
Sesudah Tindakan
Kondisi Peserta Didik:
Motivasi belajar
rendah
Kondisi Peserta Didik:
Guru mengajar dengan
metode konvensional
Suasana Pembelajaran:
Pasif dan
membosankan
39
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Adapun tempat dilakukannya penelitian ini adalah MTs Daarul
Hikmah Pamulang, Jalan Surya Kencana No. 24 Pamulang Barat –
Tangerang Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada proses pembelajaran pada semester II
tahun Pelajaran 2013-2014, tepatnya pada bulan april sampai dengan
bulan Juni 2014.
B. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik
kelas VIII C MTs Daarul Hikmah Pamulang yang berjumlah 35 orang
peserta didik, yang berjenis kelamin laki - laki dan perempuan. Subyek
penelitian ini sangat heterogen dilihat dari kemampuannya, ada peserta didik
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Materi
pokok dalam penelitian ini adalah kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Indonesia.
C. Prosedur Penelitian
1. Alur Melakukan Penelitian Tindakan Kelas
Adapun alur dalam melakukan penelitian tindakan ini dapat dilihat
pada bagan dibawah ini:
40
a. Perencanaan Tindakan
Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitin ini adalah
rancangan penelitian tindakan kelas atau classroom action research.
Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud ialah rendahnya motivasi
belajar peserta didik kelas VIII MTs Daarul Hikmah Pamulang.
Perencanaan
PelaksanaanSiklus I
Permasalahan baru
Hasil Refleksi
Pelaksanaan
Perbaikan
Perencanaan
Siklus II
PelaksanaanRefleksi
Pengamatan
Di lanjutkan
Ke Siklus
Berikutnya?
Masalah
41
Adapun alternatif pemecahan masalahnya dengan menggunakan
metode kooperatif model STAD dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan materi kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan di Indonesia.
Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk membantu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik
b. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus/putaran, observasi
dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran satu dan dua. Dimana masing-
masing putaran dikenai perlakuan yang sama ( alur kegiatan sama )
dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes
formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam dua putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.
1) Deskripsi siklus I
Penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tentang materi memahami kedaulatan rakyat dan
sistem pemerintahan Indonesia dilakukan dalam dua siklus yang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk
mengidentifikasikan masalah untuk menentukan perbaikan
pembelajaran kemudian merumuskan masalahnya. Setelah itu
42
peneliti bersama teman sejawat melaksanakan kegiatan
diantarnya:
1. Merancang rencana perbaikan pembelajaran
2. Memilih bahan ajar
3. Menyiapkan RPP
4. Silabus
5. Lembar observasi
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I peneliti
menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams
Achievement Divisions). Langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
1) Mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran
peserta didik
2) Memotivasi peserta didik dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran
3) Tanya jawab tentang kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan Indonesia
4) Menjelaskan materi pelajaran secara singkat
5) Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4
orang peserta didik secara heterogen
6) Memberi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh setiap
anggota kelompok
43
7) Anggota yang sudah mengerti menjelaskan kepada
anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti
8) Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan
9) Memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh pesserta didik
10) Pada saat menjawab kuis tidak diperbolehkan saling
membantu
11) Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilaksanakan
12) Melaksanakan tes formatif sebagai evaluasi
13) Menilai hasil tes formatif
14) Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk terus
meningkatkan prestasi
c. Observasi
Ketika pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu oleh
teman sejawat untuk mengamati jalannya pembelajaran.
Dalam mengamati observer ( teman sejawat ) menggunakan
lembar observasi yang berisi aspek-aspek yang diamati.
Aspek-aspek tersebut sebagai berikut:
Aspek guru Aspek peserta didik
 Persiapan
 Membuka pelajaran
 Memotivasi peserta didik
 Ketertarikan peserta
didik dalam
pembelajaran
44
 Membentuk kelompok
secara heterogen
 Penyajian materi
 Membimbing peserta didik
 Pelaksanaan evaluasi
 Pelaksanaan sesuai dengan
alokasi waktu
 Mengakhiri pembelajaran
 Keaktifan peserta didik
dalam diskusi
kelompok
 Kerjasama peserta
didik dalam kelompok
 Ketepatan peserta didik
dalam menjawab kuis
d. Refleksi
Tahap terakhir pada siklus I adalah refleksi yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peneliti dalam
melaksanakan perbaikan pembelajaran. Refleksi yang peneliti
laksanakan dibantu oleh teman sejawat dan supervisor. Bahan
pertimbangan untuk refleksi adalah lembar observasi dan hasil
tes formatif peserta didik.
2) Deskripsi siklus II
a. Perencanaan
Dalam proses perbaikan pembelajaran siklus II difokuskan
pada pemahaman – pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk membantu
peserta didik yang kurang memahami materi pelajaran.
a. Guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta
didik yang berkaitan dengan materi pembelajaran
45
b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik secara
luas pada proses eksplorasi untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahaminya
c. Guru menyusun tes formatif dan lembar kerja peserta didik
d. Guru menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik dan
guru dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan
rencana yang telah disusun oleh peneliti dan observer dengan
cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Langkah-
langkah perbaikan dalam siklus II sebagai berikut:
1) Mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran
peserta didik
2) Memotivasi peserta didik dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran
3) Tanya jawab tentang kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan Indonesia
4) Menjelaskan materi pelajaran secara singkat
5) Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4
orang peserta didik secara heterogen
6) Memberi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh setiap
anggota kelompok
46
7) Anggota yang sudah mengerti menjelaskan kepada
anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti
8) Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan
9) Memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh pesserta didik
10) Pada saat menjawab kuis tidak diperbolehkan saling
membantu
11) Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilaksanakan
12) Melaksanakan tes formatif sebagai evaluasi
13) Menilai hasil tes formatif
14) Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk terus
meningkatkan prestasi
c. Observasi
Observasi yang dilakukan sesuai dengan format yang
sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini
meliputi kegiatan pengumpulan data seputar kegiatan
pembelajaran mulai dari bagaimana proses pembelajaran
berlangsung, bagaimana aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung, hingga bagaimana aktifitas guru
ketika proses pembelajaran berlangsung. Seorang observer
47
melakukan observasi tentunya dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disediakan sebelumya.
d. Refleksi
Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus ke II
(dua) berdasarkan data yang terkumpul. Membahas hasil
evaluasi tentang sekenario pembelajaran pada siklus II (dua).
c. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian tindakan ini menggunakan dua cara yaitu:
a. Tes
Tes formatif dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik
b. Observasi
Observasi dilaksanakan ketika proses perbaikan berlangsung, yaitu
pada siklus I dan II. Pengamatan ditujukan pada aktivitas peserta
didik dan aktivitas guru dalam melaksanakan perbaikan
pembelajaran.
d. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah:
1) Butir soal
2) Lembar observasi peserta didik
3) Lembar observasi guru
48
2. Kriteria Keberhasilan
Pada penelitian tindakan ini kriteria keberhasilan dilihat dari segi
proses. Proses yaitu dengan berhasilnya peserta didik dalam menerima
pembelajaran yang disampaikan oleh guru melalui metode sesuai yang
tercantum dalam kegiatan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Adapun presentase kriteria keberhasilan peserta didik mengenai
penerapan mmodel pembelajaran STAD untuk meningkatkan motivasi
belajar pendidikan kewarganegaraan peserta didik adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1.
Tabel Prosentase Kriteria Keberhasilan peserta didik
No Indikator Cara Mengukur
Presentase
yang ingin
dicapai
1. Ketertarikan peserta
didik dalam
pembelajaran
Diamati saat proses
pembelajaran berangsung,
dihitung berdasarkan peserta
didik yang tertarik terhadap
pembelajaran
70 %
2. Keaktifan peserta didik
dalam diskusi kelompok
Diamati saat proses
pembelajaran berlangsung,
dihitung berdasarkan jumlah
peserta didik yang aktif dalam
80 %
49
berdiskusi
3. Kerjasama peserta didik
dalam kelompok (
menjawab kuis)
Dilihat dari jumlah peserta
didik yang dapat menjawab
pertanyaan dengan tepat
80 %
4. Interaksi dengan sesama
teman dan guru selama
pembelajaran
berlangsung
Diamati ketika peserta didik
menjawab pertanyaan (tugas
kelompok) dicatat keterlibatan
masing-masing peserta didik
75 %
5. Ketepatan peserta didik
dalam menjawab kuis
Dilihat dari ketepatan peserta
didik dalam menjawab kuis
85 %
6. Keberanian peserta didik
dalam bertanya
Dilihat dari jumlah peserta
didik yang berani bertanya
ketika pembelajaran
berlangsung
75 %
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil data pada penelitian dan hasil analisis data yang diuraikan
persiklus pada penelitian ini adalah 2 siklus. Hal ini disebakan karena
perolehan data dari 2 siklus penelitian telah memberikan gambaran yang
cukup signifakan mengenai pencapaian tujuan penelitian. Artinya, data
yang diperoleh siklus demi siklus menunjukkan pada peningkatan motivasi
belajar peserta didik yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada siklus ini, pembelajaran materi kedaulatan yang
membahas mengenai Pembagian kekuasaan menurut Montesqieu
dan Tugas lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan rakyat.
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini Silabus
dan RPP. Silabus yang digunakan adalah silabus hasil refleksi pada
tahap perencanaan antara peneliti dan guru pamong. Untuk silabus
dan RPP sebelum tindakan dan setelah tindakan kelas pada siklus 1
yang digunakan dapat dilihat pada lampiran-lampiran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada kegiatan awal pembelajaran guru memberikan motivasi
kepada peserta didik dan mengadakan Tanya jawab tentang
kedaulatan rakyat, menjelaskan indicator dan tujuan pembeljaran
51
serta langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Setelah itu proses pembelajaran dilanjutkan dengan menggunakan
model pembelajaran STAD, setelah diskusi selesai dilanjutkan
dengan pembahsan hasil diskusi, guru bersama siswa
mwnyimpulkan hasil diskusi. Dan untuk pemantapan dilakukan tes
secara lisan.
c. Observasi
Pada saat pembelajaran siklus I berlangsung peneliti dibantu
oleh seorang rekan yang bertindak sebagai observer untuk
mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir
pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah
disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi aktivitas guru,
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Siklus II
Pada siklus ini, pembelajaran yang dilakukan tidak jauh berbeda
dengan siklus I (satu) pada siklus dua ini hanya memperbaiki
pembelajaran yang belum tuntas dan belum tercapai pada siklus satu.
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini Silabus dan
RPP. Silabus yang digunakan adalah silabus hasil refleksi pada tahap
tindakan siklus I (satu), perencanaan antara peneliti dan mitra peneliti
yang bertindak sebagai observer.
52
Tabel 4.1
Hasil Penelitian Tindakan Siklus I
No Aspek Penelitian Indikator Presentasi
Keberhasilan
yang Ingin
dicapai
Presentasi
Keberhasilan
Siklus I
Keterangan
1. Motivasi Belajar
Peserta Didik
Ketertarikan
peserta didik
dalam
pembelajaran
70 % 68.6 %
Belum
berhasil
Keaktifan
peserta didik
dalam diskusi
kelompok
80 % 77 %
Belum
berhasil
Kerjasama
peserta didik
dalam
kelompok
80 % 71 %
Belum
berhasil
Interaksi
dengan sesama
teman dan guru
selama
pembelajaran
berlangsung
75 % 74.3 %
Belum
berhasil
53
Ketepatan
peserta didik
dalam
menjawab kuis
85 % 80 % Belum
berhasil
Keberanian
peserta didik
dalam bertanya
75 % 71 %
Belum
berhasil
Tabel 4.2
Hasil Penelitian Tindakan Siklus II
No Aspek Penelitian Indikator Presentasi
Keberhasilan
yang Ingin
dicapai
Presentasi
Keberhasilan
Siklus II
Keterangan
1. Motivasi Belajar
Peserta Didik
Ketertarikan
peserta didik
dalam
pembelajaran
70 % 77 % Berhasil
Keaktifan
peserta didik
dalam diskusi
kelompok
80 % 88.6 % Berhasil
Kerjasama
peserta didik
dalam
80 % 91 % Berhasil
54
kelompok
Interaksi
dengan sesama
teman dan guru
selama
pembelajaran
berlangsung
75 % 80 % Berhasil
Ketepatan
peserta didik
dalam
menjawab kuis
85 % 91 %
Berhasil
Keberanian
peserta didik
dalam bertanya
75 % 80 % Berhasil
B. Pembahasan
Pembelajaran pada kondisi awal belum menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
masih rendah. Peserta didik cenderung pasif dan lebih banyak
mendengarkan penjelasan dari guru. Saat guru menjelaskan materi banyak
peserta didik yang kurang memperhatikan bahkan ada juga yang
mengobrol dengan peserta didik lainnya. Keaktifan atau motivasi belajar
peserta didik rendah berpengaruh terhadap hasil belajar, sehingga indikator
keberhasilan belum tercapai sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.
55
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus I
dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement
Divisions belum berhasil dikarenakan peserta didik belum memahami
betul langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tersebut. Sedangkan pada siklus ke-II peserta didik sudah
memahami langkah-langkah model pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions sehingga target ketercapaian pun berhasil didapat.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I dan siklus II respon yang
ditunjukkan oleh peserta didik bahwa terdapat pengaruh yang cukup
signifikan, hal ini ditunjukkan dengan jumlah presentase secara
keseluruhan yaitu mencapai 84.6 % hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil
yang diperoleh adalah adanya pengaruh yang cukup signifikan antara
penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
terhadap motivasi belajar peserta didik
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam dua siklus
kegiatan pelaksanaan tindakan kelas diperoleh data bahwa motivasi belajar
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami
peningkatan. Terlihat pada siklus I presentase ketertarikan peserta didik
dalam pembelajaran adalah 68.6 % presentase tersebut belum berhasil
dikarenakan masih banyakn peserta didik yang kurang mengerti dengan
langkah-langkah pembelajaran model Student Teams Achievement
Divisions. Pada siklus II terdapat peningkatan menjadi 77 % hal ini
56
dikarenakan peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan model
pembelajaran yang digunakan.
Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada siklus I 77 %
hal tersebut dikarenakan peserta didik yang aktif dalam diskusi kelompok
jumlahnya masih lebih sedikit dibanding dengan peserta didik yang aktif,
pada siklus II keaktifan peserta didik mengalami peningkatan menjadi 88.6
% pada siklus ini peserta didik mulai aktif dalam diskusi mengenai materi
yang didiskusikan, terjadi interaksi yang cukup signifikan antara peserta
didik yang satu dengan yang lain begitu juga dengan guru.
Kerjasama peserta didik dalam kelompok ( menjawab kuis) pada
siklus I 71 % terdapat 19 peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan,
sedangkan yang lainnya masih merasa kurang percaya diri, belum bisa
menjawab pertanyaan dari guru dikarenakan pengetahuan peserta didik
yang terbatas, dikarenakan malas mmembaca, malas mendengarkan
penjelasan dari guru karena menggunakan model pembelajaran yang
membosankan.
Pada siklus II kerjasama peserta didik mengalami peningkatan
menjadi 91 %, pada siklus ini peserta didik sangat antusias dengan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions, peserta didik mulai berani menjawab pertanyaan
dari guru, kepercayaan diri meningkat.
Interaksi dengan sesama teman dan guru selama pembelajaran
berlangsung pada siklus I 74.3 % peserta didik yang berinteraksi dengan
57
sesama teman dan guru sedangkan yang lainnya masih kurang interaksi
baik dengan teman maupun dengan guru. Setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions terddapat prningkatan pada siklus II yaitu 80 %,
sudah terjadi interaksi yang cukup baik. Peningkatan dari siklus I ke siklus
II sebesar 5.7 %.
Ketepatan peserta didik dalam menjawab kuis pada siklus I 80 %
pada siklus ini peserta didik yang dapat menjawab dengan tepat masih
sedikit dikarenakan peserta didik malas mendengarkan penjelasan dari
guru, sehingga ketika guru memberikan pertanyaan peserta didik tidak bisa
menjawab. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 91 % pada siklus ini
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions peserta didik mulai antusias dalam mendengarkan
penjelasan dari guru, sehingga ketika peserta didik diberikan pertanyaan
mereka dapat menjawab dengan tepat
Keberanian peserta didik dalam bertanya pada siklus I 71 % pada
siklus ini peserta didik yang berani bertanya masih sedikit jumlahnya,
mereka masih cenderung ragu-ragu untuk bertanya, merasa malu dan takut
salah. Tetapi setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions keberanian peserta
didik pada siklus II meningkat menjadi 80 % pada siklus ini peserta didik
mulai percaya diri dalam bertanya, tidak lagi ragu-ragu dan merasa malu.
Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 9 %.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penelitian Tindakan Kelas tentang peningkatan motivasi belajar peserta
didik melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
telah dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus kegiatan, dan dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions terhadap motivasi
belajar peserta didik dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari prosentase
aktivitas ( motivasi belajar ) yaitu mencapi 91%, dengan demikian
dikategorikan sangat baik.
Jadi model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions jika
dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapannya maka motivasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat
meningkat.
B. SARAN
Berdasarkan hasail penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut:
a. Bagi guru
e. Karakteristik peserta didik dalam satu kelas tentulah tidak sama,
terpkanlah metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan
materi dan karakteristik peserta didik serta libatkan peserta didik
secara aktif dalam proses pembelajaran
59
2. Dalam setiapa pembelajaran hendaknya selalu memberikan motivasi
agar peserta didik menjadi semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b. Bagi Kepala Sekolah
1. Sekolah sebaiknya selalu mendukung guru dan membantu dalam
perbaikan proses pembelajaran
2. Memberi motivasi dan masukan kepada guru untuk menyelesaikan
setiap permasalahan pembelajaran di kelas
3. Memfasilitasi kebutuhan guru dan peserta didik dalam proses
perbaikan pembelajaran
c. Bagi Peserta Didik, lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran
agar dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

More Related Content

What's hot

Model pengajaran langsung dlm meningkatkan motivasi belajar
Model pengajaran langsung dlm meningkatkan motivasi belajarModel pengajaran langsung dlm meningkatkan motivasi belajar
Model pengajaran langsung dlm meningkatkan motivasi belajarLilis Indayani
 
Membangkitkan motivasi siswa melalui model pembelajaran quantum learning
Membangkitkan motivasi siswa melalui model pembelajaran quantum learningMembangkitkan motivasi siswa melalui model pembelajaran quantum learning
Membangkitkan motivasi siswa melalui model pembelajaran quantum learningRoihanHan IthoeSiicg
 
Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswaHasil belajar siswa
Hasil belajar siswaRumina Mina
 
Tugas Media Pembelajaran ppt Video
Tugas Media Pembelajaran ppt VideoTugas Media Pembelajaran ppt Video
Tugas Media Pembelajaran ppt VideoHamzahHafidzunJundil
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaranwidawidianingsih
 
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Roihan membangkitkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran quant...
Roihan membangkitkan motivasi belajar  siswa melalui model pembelajaran quant...Roihan membangkitkan motivasi belajar  siswa melalui model pembelajaran quant...
Roihan membangkitkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran quant...RoihanHan IthoeSiicg
 

What's hot (14)

Tugas tekhnologi pendidikan umi bunga
Tugas tekhnologi pendidikan umi bungaTugas tekhnologi pendidikan umi bunga
Tugas tekhnologi pendidikan umi bunga
 
bab 2 proposal kuantitatif
bab 2 proposal kuantitatifbab 2 proposal kuantitatif
bab 2 proposal kuantitatif
 
Model pengajaran langsung dlm meningkatkan motivasi belajar
Model pengajaran langsung dlm meningkatkan motivasi belajarModel pengajaran langsung dlm meningkatkan motivasi belajar
Model pengajaran langsung dlm meningkatkan motivasi belajar
 
Membangkitkan motivasi siswa melalui model pembelajaran quantum learning
Membangkitkan motivasi siswa melalui model pembelajaran quantum learningMembangkitkan motivasi siswa melalui model pembelajaran quantum learning
Membangkitkan motivasi siswa melalui model pembelajaran quantum learning
 
Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswaHasil belajar siswa
Hasil belajar siswa
 
Artikel magang3 hani
Artikel magang3 haniArtikel magang3 hani
Artikel magang3 hani
 
Tugas Media Pembelajaran ppt Video
Tugas Media Pembelajaran ppt VideoTugas Media Pembelajaran ppt Video
Tugas Media Pembelajaran ppt Video
 
Pengelolaan kelas..
Pengelolaan kelas..Pengelolaan kelas..
Pengelolaan kelas..
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
 
proposal kuantitatif
proposal kuantitatifproposal kuantitatif
proposal kuantitatif
 
Tugas Otin
Tugas OtinTugas Otin
Tugas Otin
 
Model pembelajaran part I
Model pembelajaran part IModel pembelajaran part I
Model pembelajaran part I
 
Roihan membangkitkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran quant...
Roihan membangkitkan motivasi belajar  siswa melalui model pembelajaran quant...Roihan membangkitkan motivasi belajar  siswa melalui model pembelajaran quant...
Roihan membangkitkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran quant...
 

Viewers also liked

Cover. compressed
Cover. compressedCover. compressed
Cover. compressedWirna YW
 
Contoh makalah bi
Contoh makalah biContoh makalah bi
Contoh makalah bialdyzilverz
 
Analisis etidronic acid
Analisis etidronic acidAnalisis etidronic acid
Analisis etidronic acidaufia w
 
Skripsi "PENGARUH TINGKAT KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAPRAK ...
Skripsi "PENGARUH TINGKAT KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAPRAK ...Skripsi "PENGARUH TINGKAT KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAPRAK ...
Skripsi "PENGARUH TINGKAT KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAPRAK ...Amphie Yuurisman
 
Contoh Makalah Bahasa Indonesia
Contoh Makalah Bahasa IndonesiaContoh Makalah Bahasa Indonesia
Contoh Makalah Bahasa IndonesiaReski Aprilia
 
Rpp. p kn kelas 8 semester ii smp mts
Rpp. p kn kelas 8 semester ii smp mtsRpp. p kn kelas 8 semester ii smp mts
Rpp. p kn kelas 8 semester ii smp mtsnur1945
 

Viewers also liked (8)

154 pkn-smp
154 pkn-smp154 pkn-smp
154 pkn-smp
 
Cover. compressed
Cover. compressedCover. compressed
Cover. compressed
 
Contoh makalah bi
Contoh makalah biContoh makalah bi
Contoh makalah bi
 
Analisis etidronic acid
Analisis etidronic acidAnalisis etidronic acid
Analisis etidronic acid
 
Skripsi "PENGARUH TINGKAT KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAPRAK ...
Skripsi "PENGARUH TINGKAT KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAPRAK ...Skripsi "PENGARUH TINGKAT KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAPRAK ...
Skripsi "PENGARUH TINGKAT KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAPRAK ...
 
Analisis Skripsi
Analisis SkripsiAnalisis Skripsi
Analisis Skripsi
 
Contoh Makalah Bahasa Indonesia
Contoh Makalah Bahasa IndonesiaContoh Makalah Bahasa Indonesia
Contoh Makalah Bahasa Indonesia
 
Rpp. p kn kelas 8 semester ii smp mts
Rpp. p kn kelas 8 semester ii smp mtsRpp. p kn kelas 8 semester ii smp mts
Rpp. p kn kelas 8 semester ii smp mts
 

Similar to Peningkatan Motivasi Belajar

konsep dasar pembelajaran ppt.ppt
konsep dasar pembelajaran ppt.pptkonsep dasar pembelajaran ppt.ppt
konsep dasar pembelajaran ppt.pptUlaNEFauziah
 
Motivasi belajar
Motivasi belajarMotivasi belajar
Motivasi belajarLidra Wati
 
Motivasi belajar
Motivasi belajarMotivasi belajar
Motivasi belajarLidra Wati
 
4 strategi-motivasi
4 strategi-motivasi4 strategi-motivasi
4 strategi-motivasiFinaKusrini
 
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelasTugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelasRendy Pangestu
 
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialProses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialMichael J. Scofield
 
http://www.slideshare.net/ikasartika
http://www.slideshare.net/ikasartikahttp://www.slideshare.net/ikasartika
http://www.slideshare.net/ikasartikainun
 
http://www.slideshare.net/ikasartika
http://www.slideshare.net/ikasartikahttp://www.slideshare.net/ikasartika
http://www.slideshare.net/ikasartikainun
 
Cara Memotivasi Siswa
Cara Memotivasi SiswaCara Memotivasi Siswa
Cara Memotivasi Siswasabilal123
 

Similar to Peningkatan Motivasi Belajar (20)

konsep dasar pembelajaran ppt.ppt
konsep dasar pembelajaran ppt.pptkonsep dasar pembelajaran ppt.ppt
konsep dasar pembelajaran ppt.ppt
 
Motivasi belajar
Motivasi belajarMotivasi belajar
Motivasi belajar
 
Motivasi belajar
Motivasi belajarMotivasi belajar
Motivasi belajar
 
4 strategi-motivasi
4 strategi-motivasi4 strategi-motivasi
4 strategi-motivasi
 
Wy T Ugas
Wy T UgasWy T Ugas
Wy T Ugas
 
Wy T Ugas
Wy T UgasWy T Ugas
Wy T Ugas
 
Tugas Kurikulum
Tugas KurikulumTugas Kurikulum
Tugas Kurikulum
 
Deri
DeriDeri
Deri
 
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelasTugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialProses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
 
Power Ai
Power AiPower Ai
Power Ai
 
P O W E R A I
P O W E R  A IP O W E R  A I
P O W E R A I
 
MANAGING TRAINING AND DEVELOPMENT
MANAGING TRAINING AND DEVELOPMENTMANAGING TRAINING AND DEVELOPMENT
MANAGING TRAINING AND DEVELOPMENT
 
http://www.slideshare.net/ikasartika
http://www.slideshare.net/ikasartikahttp://www.slideshare.net/ikasartika
http://www.slideshare.net/ikasartika
 
http://www.slideshare.net/ikasartika
http://www.slideshare.net/ikasartikahttp://www.slideshare.net/ikasartika
http://www.slideshare.net/ikasartika
 
Makalah plpg korina
Makalah plpg korinaMakalah plpg korina
Makalah plpg korina
 
3. bab i
3. bab i3. bab i
3. bab i
 
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
 
Cara Memotivasi Siswa
Cara Memotivasi SiswaCara Memotivasi Siswa
Cara Memotivasi Siswa
 

More from TyasMommy Cozy Azalea (10)

Silabus pembelajaran
Silabus pembelajaranSilabus pembelajaran
Silabus pembelajaran
 
Tabel aktivitas guru selama proses pembelajaran
Tabel aktivitas guru selama proses pembelajaranTabel aktivitas guru selama proses pembelajaran
Tabel aktivitas guru selama proses pembelajaran
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaranRencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didik
 
Lembaran p engesahan ptk
Lembaran p engesahan ptkLembaran p engesahan ptk
Lembaran p engesahan ptk
 
Lampiran
LampiranLampiran
Lampiran
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Daftar lampiran
Daftar lampiranDaftar lampiran
Daftar lampiran
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Abstrak
AbstrakAbstrak
Abstrak
 

Peningkatan Motivasi Belajar

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari pembelajaran.sesuai dengan Permendiknas No.41 Tahun 2007 tentang standar proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk ter- laksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran yang baik akan menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar peserta didik belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Selama proses belajar, pembelajar mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan objek-objek dan peristiwa-peristiwa. Belajar ditentukan oleh complex interplay yang ada dalam pengetahuan pembelajar, konteks sosial, dan masalah yang harus diselesaikan. Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran tidak jarang ditemukan adanya peserta didik yang kurang berminat dalam belajar dikarenakan penggunaan model pembelajaran yang monoton sehinggga
  • 2. 2 mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik. Hal ini pula yang mengakibatkan rendahnya perolehan nilai dibawah nilai Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). Adapun nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75 , sementara nilai yang diperoleh peserta didik dibawah 75. Guru memegang peranan yang penting didalam proses pembelajaran, salah satu kode etik yang harus dimiliki guru profesional adalah ia harus mampu menggunakan alat atau media pembelajaran. Karena media pembelajaran diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, serta berpengaruh langsung dengan hasil belajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada setiap proses pembelajaran dapat terjadi hambatan-hambatan. Berdasarkan observasi diketahui bahwa terdapat faktor penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik. Adapun faktor – faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diantaranya ialah rendahnya motivasi belajar peserta didik dikarenakan peserta didik beranggapan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan cenderung membosankan, kurang tepat dalam pemilihan metode pembelajaran, metode yang digunakan cenderung monoton atau kurang bervariasi, dalam proses pembelajaran peserta didik kurang aktif dan kurang memperhatikan guru yang sedang memberikan materi pelajaran. Pada pendidikan modern guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, sumber belajar lainnya misalnya buku teks atau buku pelajaran, lingkungan, model atau benda yang sesungguhnya. Tetapi permasalahan terletak pada
  • 3. 3 kemampuan peserta didik menggunakan sumber-sumber belajar tersebut. Guru sebagai sumber belajar juga masih mempunyai peran yang sangat penting dalam mendisain pembelajaran dengan memilih strategi pembelajaran yang optimal agar menarik dan menantang bagi peserta didik dalam belajar sehingga meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara efektif maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran STAD Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta didik”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan diantaranya: 1. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi sehingga peserta didik merasa bosan 2. Kurang tertariknya peserta didik terhadap penyampaian guru sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar 3. Kurang aktifnya peserta didik dalam proses pembelajaran 4. Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik.
  • 4. 4 C. Pembatasan Masalah Maka berdasarkan identifikasi masalah diatas penelitian ini dibatasai pada: Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik? Metode kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community), peserta didik tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesame peserta didik (Nurhadi, 2005:112). Model STAD atau Tim Peserta didik-Kelompok Prestasi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana Motivasi belajar adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, mak akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu
  • 5. 5 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan maslah diatas ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tindakan kelas ini. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah peggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik 2. Untuk dijadikan referensi agar diterapkan dalam pembelajaran F. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak diantarnya: 1. Membantu peserta didik dalam meningkatan motivasi belajarnya khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2. Sebagai salah satu sumber referensi bagi guru ataupun calon guru dalam usaha untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik 3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran khusnya Pendidikan Kewarganegaraan 4. Untuk peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman berharga, serta dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dalam melakukan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan menambah pengetahuan
  • 6. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Motivasi a. Pengertian Motivasi Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Martinis (2007:219) juga berpendapat bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman. Agus Suprijono (2009: 163) menjelaskan motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Pendapat lain dikemukakan oleh Hamzah (2008: 3) menjelaskan istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
  • 7. 7 Oemar Hamalik (2004: 173) menjelaskan motivasi dapat berupadorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif diluar individu atau hadiah. Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat. Pendapat lain mengenai motivasi juga dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) yang mengatakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan pengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Berdasarkan pengertian mengenai motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu, dan juga sebagai pemberi arah dalam tingkah lakunya, salah satunya dorongan seseorang untuk belajar. b. Jenis-jenis Motivasi Motivasi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Ada jenis motivasi yang terjadi karena keinginan seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu. Jenis motivasi lain yaitu motivasi yang yang terjadi karena seseorang tersebut ingin mengejar target yang telah ditentukan agar berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Biggs dan Telfer dalam Sugihartono, dkk (2007: 78) menjelaskan jenis-jenis motivasi belajar dapat dibedakan menjadi empat macam, antara lain: a) Motivasi instrumental; b) Motivasi sosial, peserta didik belajar untuk penyelenggarakan tugas;
  • 8. 8 c) Motivasi berprestasi; d) Motivasi instrinsik. Motivasi Instrumental merupakan dorongan yang membuat pesert didik belajar karena ingin mendapatkan hadiah. Motivasi sosial menjadikan peserta didik lebih terlibat dalam tugas. Peserta didik belajar untuk meraih keberhasilan yang telah ditentukan, karena peserta didik memiliki motivasi berprestasi, dan peserta didik memiliki rasa ingin belajar dengan keinginannya sendiri karena mendapatkan dorongan dari motivasi instrinsik. Ngalim Purwanto (2003: 72) menyebutkan bahwa motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu: menggerakan, motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku, serta menopang dan menjaga tingkah laku”. Berdasarkan komponen diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar memiliki beberapa jenis dan juga mengangandung komponen, antara lain menggerakkan, mengarahkan, dan menopang atau menjaga tingkah laku. Pada dasarnya motivasi itu dapat muncul dari diri sendiri maupun dari orang lain, sehingga peserta didik mampu meningkatkan motivasi belajarnya bisa karena dirinya sendiri maupun karena orang lain. c. Peran Motivasi dalam Pembelajaran Salah satu prinsip utama dalam kegiatan pembelajaran adalah peserta didik/peserta didik mengambil bagian atau peranan dalam dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan untuk itu
  • 9. 9 peserta didik/warga belajar harus mempunyai motivasi belajar sehingga dengan mempunyai motivasi belajar yang kuat, warga belajar akan menunjukkan minat, aktivitas, dan partisipasinya dalam proses pembelajaran yang diikutinya. Peranan motivasi dalam belajar menurut Rohman Natawidjaja dan Moein Moeas (1991: 80) adalah :menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsang belajar dan 4) menentukan ketekunan belajar. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, motivasi mempunyai beberapa manfaat, antar lain: 1) Motivasi dapat memberi semangat terhadap peserta didik/warga belajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. 2) Motivasi perbuatan merupakan pemilih dari tipe kegiatan di mana seseorang berkeinginan untuk melakukan kegiatan tersebut. 3) Motivasi dapat memberi petunjuk pada tingkah laku belajar. 4) Motivasi dapat menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran warga belajar. 5) Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong dalam usaha pencapaian prestasi dan hasil belajar yang diharapkan. (Tim MKDK IKIP Surabaya,1995: 81). Dengan demikian motivasi mempunyai peranan dan manfaat yang sangat penting dalam kelangsungan dan keberhasilan belajar
  • 10. 10 yang dilaksanakan oleh setiap individu. Hal ini berarti semakin tingg motivasi belajar yang dimiliki individu, maka akan semakin tinggi/besar pula prestasi dan hasil belajar yang akan dicapai. d. Faktor Penentu Motivasi Belajar Motivasi dapat ditumbuhkan karena faktor internal dan eksternal (Bimo Walgito, 1995: 73). Motivasi internal adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri sedang motivasi eksternal adalah motivasi yang bersumber dari lingkungan. a. Motivasi Internal Motivasi internal disebut juga dengan motivasi intrinsik, yaitu intrinsic motivation has been defined as (a) participation in an activity purely out of curiosity, that is, for a need to know about something; (b) the desire to engage in an activity purely for the sake of participating in and completing a task; and (c) the desire to contribute (Dev, 1997). Atas dasar pendapat tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa motivasi intrinsik merupakan aktivitas keingintahuan terhadap sesuatu keinginan untuk menggunakan aktivitas untuk melengkapi tugas dan keingingan untuk menambah usaha. Motivasi ini ditentukan dari dalam anak sendiri, keinginannya untuk berprestasi dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang timbul dalam belajar. Sejauh mana anak dapat mencapai prestasi yang unggul tergantung dari motivasi, atau dorongan serta semangat yang timbul dari dalam diri
  • 11. 11 anak sendiri untuk berprestasi di samping anak mempunyai kemampuan kecerdasan yang menunjang (Dessy Indriastuti, 2004: 2). Perlu diperhatikan bahwa prestasi anak ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya, walaupun anak memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi dan sebagai orang tua telah member kesempatan seluas – luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi anak mempunyai kemampuan kecerdasan yang terbatas, tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat kecerdasan anak ditentukan oleh bakat bawaan yang berdasarkan pada gen yang diturunkan dari orang tuanya dan disertai juga oleh faktor lingkungan di mana anak berada. Secara umum inteligensi dapat dirumuskan sebagai berikut: a) kemampuan untuk berpikir abstrak, b) kemampuan untuk menangkap hubungan – hubungan dan untuk belajar, c) kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi – situasi baru. Ketiga aspek di atas saling berkaitan. Keberhasilan dalam penyesuaian diri anak tergantung dari kemampuan anak dalam berpikir dan belajar. Motiviasi internal akan berkembang apabila hasil kegiatan belajar itu sendiri merupakan hasil jerih payah usaha belajarnya.
  • 12. 12 a. Motivasi Eksternal Motivasi eksternal disebut juga dengan motivasi ekstrinsik. Extrinsic motivation refers to motives that are outside of and separate from the behaviors they cause; the motive for the behavior is not inherent in or essential to the behavior itself (Hoyenga & Hoyenga, 1984). Atas pendapat tersebut dapat diambil suatu pengertian, bahwa motivasi ekstrinsik menunjuk pada motif-motif yang berasal dari luar dan terpisah dari perilaku. Selanjutnya, faktor-faktor dari luar diri anak turut mendukung dalam keberhasilan prestasi belajar. Yang mana faktor ini sebagian ditentukan oleh keadaan lingkungan anak sendiri, seperti sarana dan prasarana yang tersedia, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal di daerah perkotaan atau di daerah pinggiran kota termasuk di dalamnya juga sejauh mana dukungan, dorongan orang tua (Dessy Indriastuti, 2004: 2). Walaupun tak jarang ada orang tua yang berhasrat agar anaknya meneruskan cita-cita orang tua yang tidak terwujud, tanpa memperhatikan bagaimana minat dan kebutuhan anak itu sendiri serta ada pula yang sebaliknya orang tua yang terlalu mudah memenuhi tuntutan anak yang secara tidak disadari mematikan motivasi anak-anak untuk belajar dan dapat menghambat perkembangan rasa percaya diri mereka.
  • 13. 13 Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk belajar di sekolah sesuai kemampuan yang dimilikinya dan memberi teladan supaya mempunyai prestasi belajar semaksimal mungkin. Sebagai orang tua kadang-kadang lupa betapa berharganya perhatian kepada anak – anak dan dengan berkurangnya perhatian dapat membuat suasana berubah di dalam rumah. Oleh karena itu, diharapkan setiap orang tua perlu selalu menjalin komunikasi kepada anak – anaknya. Dengan adanya perhatian terhadap hal – hal tersebut, hendaknya orang tua dapat mengusahakan suatu lingkungan yang kaya akan rangsangan mental dan suatu suasana atau kondisi di mana anak merasa nyaman tanpa tekanan dari orang – orang di luar dirinya sehingga ia dengan sendirinya dapat tertantang untuk mewujudkan cita – citanya. Di bawah ini akan diberikan beberapa langkah – langkah untuk membantu orang tua dalam memotivasi anak untuk belajar supaya anak dapat berprestasi: 1. orang tua atau pendidik harus dapat menerima anak sebagaimana adanya dengan segala kekurangan dan kelemahannya
  • 14. 14 2. dalam menyusun kegiatan – kegiatan belajar dimulai dengan sasaran – sasaran yang mudah dicapai, sehingga dapat memberikan pengalaman yang berhasil kepada anak, 3. mengusahakan untuk memahami anak dan masalahnya, 4. memberikan penguatan yang bermakna bagi anak dengan memberi pujian atau penghargaan, 5. memberikan kepercayaan kepada anak. Sikap percaya dari orang tua atau pendidik akan mendorong (memotivasi) anak untuk berperilaku sebagaimana diinginkan serta menimbulkan rasa harga diri dan rasa percaya diri sendiri. Dalam menjalankan langkah – langkah di atas, kesabaran serta tenggang rasa untuk anak dari orang tua sangat dibutuhkan, sebab terkadang apa yang diharapkan orang tua supaya anak lebih termotivasi untuk belajar tidak segera tampak. Agar menjadi catatan, adalah anak perlu belajar bahwa tidak ada salahnya berbuat salah, bahwa kesalahan adalah pengalaman belajar yang berguna dan bahwa adalah lebih penting untuk memutuskan apa yang harus dilakukan sesudah berbuat kesalahan daripada menghindari berbuat kesalahan. Membiarkan anak berusaha mengerjakan segala sesuatunya sendiri, membuatnya akan semakin mengerti akan suatu tanggung jawab.
  • 15. 15 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena motivasi belajar merupakan faktor yang dapat menggerakkan individu untuk berusaha belajar. Motivasi terdiri atas motivasi internal dan eksternal, oleh karena itu di dalam proses pembelajaran sedapat mungkin untuk mengembangkan kedua macam motivasi tersebut sehingga capaian hasil belajar peserta didik dapat meningkat. e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Suciati & Prasetya (2001) dalam Nursalam & Efendi, Ferry (2008) beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Faktor Internal a. Cita-cita dan Aspirasi Cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar. Sedangkan aspirasi merupakan harapan atau keinginan seseorang akan suatu keberhasilkan atau prestasi tertentu. Aspirasi mengarahkan aktivitas peserta didik untuk mencapai tujuan tujuan tertentu. Cita-cita dan aspirasi akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
  • 16. 16 b. Kemampuan Peserta Didik Kemampuan peserta didik akan mempengaruhi motivasi belajar. Kemampuan yang dimaksud adalah segala potensi yang berkaitan dengan intelektual atau inteligensi. Kemampuan psikomotor juga akan memperkuat motivasi. c. Kondisi Peserta Didik Kondisi yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik adalah kondisi secara fisiologis dan psikologis. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu kondisi lingkungan belajar, kondisi lingkungan belajar dapat berupa lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. f. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Banyak cara yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi, karena Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap. Sardiman (2007: 92-95) menjelaskan ada beberapa contoh dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut meliputi: (1) memberi angka; (2) hadiah; (3) saingan atau kompetisi; (4) egoinvolvement;
  • 17. 17 (5) memberi ulangan; (6) mengetahui hasil; (7) pujian; (8) hukuman; (9) hasrat untuk belajar; (10) minat; (11)Tujuan yang diakui.” Memberi angka biasanya akan lebih membuat peserta didik menjadi semangat belajar, karena angka merupakan simbol dari perolehan nilainya. Pemberian hadiah akan membuat peserta didik berlomba-lomba untuk mendapatkan hadiah tersebut, sehingga hadiah dapat menjadi motivasi bagi peserta didik. Saingan ataupun kompetisi akan menjadikan peserta didik berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Ego-involvement merupakan salah satu bentuk motivasi yang sangat penting karena menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan. Cara lain untuk menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara memberi ulangan, karena dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Hasil yang baik, apabila diketahui oleh peserta didik, maka itu dapat lebih mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar lagi. Pujian merupakan motivasi yang baik, diberikan kepada peserta
  • 18. 18 didik oleh guru ketika peserta didik tersebut melakukan hal positif. Hukuman dapat menjadi motivasi bagi peserta didik, apabila penyamnpaiaannya diberikan secara bijak serta tepat, agar peserta didik dapat memahami apa maksud peserta didik itu diberi hukuman. Minat peserta didik terhadap proses belajar dapat ditunjukkan dengan cara partisipasi peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran. Kesimpulan dari berbagai upaya meningkatkan motivasi diatas bahwa motivasi dapat di tingkatkan melalui beberapa upaya antara lain memberikan penghargaan, memberikan hadiah dan juga adanya persaingan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. 2. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.
  • 19. 19 Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan formal di Indonesia yang berfungsi membentuk karakter kewarganegaraan, secara terencana sistematis, dan terprogram, pelaksanaannya dijalankan secara bertahap, kontinyu dan komprehensif sesuai dengan tingkat pendidikannya dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Seperti yang dinyatakan dalam BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) tahun 2006 bahwa pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajiban untuk menjadi warganegara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk manjadi warga Negara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter. Tugas Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru adalah mengembangkan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility ), mengembangkan kecerdasan warga negara ( civic intelligence) dan mendorong partisipasi negara ( civic Participation). Dengan demikian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Umum, menjadi ciri budaya dan pola pikir yang
  • 20. 20 tumbuh dari kebutuhan pendidikan nasional. Karena di dalamnya terkandung pesan edukatif dan psikologis untuk membawa generasi muda Indonesia supaya berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil dan mandiri didasari iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Sedangkan sebagai program pendidikan politik di tingkat persekolahan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus mampu membina peserta didik menjadi manusia hidonesia yang melek politik (political literacy), memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara Sehingga menempatkan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada posisi sentral dan strategis. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang dimasukkan kedalam kurikulum sekolah dari tingkat dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Hal ini jelas tercantum dalam Undang-UndangNo. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada pasal 37 ayat 1. Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat, dan juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
  • 21. 21 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan selalu berupaya membina keutuhan, kebulatan, dan kesinambungan dalam wujud pembinaan konsep nilai dan moral Pancasila Sehingga terbentuk manusia Indonesia seutuhnya yang serasi, selaras dan seimbang dalam kehidupan pribadi , bemasyarakat, berbangsa dan bernegara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan usaha sadar untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan warga negara Indonesia dengan cara membinakan dan menanamkan keterampilan dan kemampuan untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui pemberian pemahaman dan penerapan ajaran Pancasila Keberadaan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan umum, dapat dilihat pada pasal 39 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa : isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat (a) Pendidikan Agama, (b) Pendidikan Pancasila, (c) Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya dijelaskan bahwa pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mengarahkan perhatiannya pada nilai-moral yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan isi kelima sila Pancasila, yakni perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, mendukung persatuan bangsa, dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan, mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
  • 22. 22 golongan atas dasar musyswarah untuk mufakat serta mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Kurikulum SMU: 1994). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa:1 Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu: 1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral. 2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003 : 4)2 1 www.depdiknas.go.id
  • 23. 23 Adapun tujuan, Pendidikan Kewarganegaraann persekolahan memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa bangsa lainnya 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bela negara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional. Sedangkan secara khusus tujuan pendidikan kewaganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (penjelasan UU No.20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1). 2 Depdiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id
  • 24. 24 Selain itu tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ialah untuk membangun karakter ( character building ) bangsa Indonesia antara lain:3 a. Membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan bebangsa dan bernegara b. Menjadikan warga negara yang cerdas, aktif, kritis, demokratis, namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa c. Mengembangkan kultur demokratis yang berkeadaban, yaitu kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggung jawab. Sedangkan fungsi Pendidikan kewarganegaraan yang terdapat dalam projek Pendidikan Kewarganegaraan dan BP Depdiknas adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan dan melestarikan nilai dan moral pancasila secara dinamis dan terbuka. Dinamis dan terbuka dalam arti bahwa nilai dan moral yang dikembangkan mampu menjawab tantangan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat. b. Mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politik dan konstitusi NKRI dilandasakan pancasila dan UUD 1945 3 Ratna Megawangi, 2004. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun Bangsa. Bogor : Indonesia Hertage Foundation
  • 25. 25 c. Membina pemahaman dan kesadaran terhadap hubungan antar warga negara dengan sesama warga negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui serta mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negara akan terwujud dalam sikap dan prilakunya bila ia dapat merasakan bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi manusia sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupan sehari-hari. 3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. ”Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community), peserta didik tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama peserta didik”. (Nurhadi, 2005:112). Pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu peserta didiknya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.
  • 26. 26 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson & Johnson, 1987). Peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan peserta didik dengan hasil belajar tinggi, rata-rata dan rendah; laki-laki dan perempuan, peserta didik dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas dan peserta didik penyandang cacat bila ada. Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran terbaik akan tercapai di tengah-tengah percakapan di antara peserta didik. Sedang terjadi kecenderungan di mana-mana, bahwa para guru di seluruh duni mengubah deretan tempat duduk peserta didik yang telah mereka duduki sekian lama dengan menciptakan suatu lingkungan kelas baru tempat peserta didik secara rutin dapat saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar akademiknya. a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, palign tidak ada tiga tujuan yang hendak dicapai, yaitu :
  • 27. 27 1. Hasil Belajar Akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Peserta didik kelompok atas akan menjadi tutor bagi peserta didik kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang memiliki orentasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, peserta didik kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide- ide yang terdapat di dalam materi tertentu. 2. Pengakuan Adanya Keragaman Model kooperatif bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3. Pengembangan Keterampilan sosial
  • 28. 28 Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada peserta didik keterampilan social dan kolaborasi dalam hal berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mengemukakan ide dan pendapat, dan bekerja dalam kelompok. Keterampkilan ini amat penting untuk memiliki nantinya di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang paling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi peserta didik belajar. Fase ini diikuti oleh Penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya peserta didik dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat peserta didik bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Enam tahap pembelajaran kooperatif tersebut dirangkum dalam tabel sebagai berikut :
  • 29. 29 Tabel 1 Tahapan Pembelajaran Kooperatif Fase-fase Tingkah Laku Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demontrasi atau lewat bacaan. Fase 3 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok- kelompok belajar Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar
  • 30. 30 Evaluasi tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. c. Hakikat Model Pembelajaran STAD STAD atau Tim Peserta didik-Kelompok Prestasi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, STAD terdiri dari lima komponen utama : a. Presentasi Kelas Pada kegiatan ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan, memotivasi peserta didik agar siap dengan pelajaran yang akan diajarkan, kemudian diikuti dengan penyajian informasi. Presentasi ini sering menggunakan ceramah-diskusi atau pengajaran langsung. Pada fase ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan guru karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik. b. Kerja Tim
  • 31. 31 Setelah presentasi kelas, peserta didik dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tim disusun dari empat atau lima peserta didik. Tim ini mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari kinerja yang lalu, suku, dan jenis kelamin. Tim empat-lima orang dalam yang terdiri dari dua orang laki-laki, dua/tiga orang perempuan atau sebalinya, yang memiliki seorang anggota berkinerja tinggi, seorang berkinerja rendah, dan 3 orang berkinerja rata-rata. Bila dimungkinkan perhatikan suku mayoritas dan minoritas. Peserta didik ditempatkan ke dalam tim oleh guru, bukan oleh peserta didik yang memiliki anggotanya sendiri. Fungsi utama tim ini adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Setelah guru mempresentasikan materi, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. Mereka saling berdiskusi dan membantu setiap anggota tim agar semua anggota dapat memahami materi yang dipelajari atau LKS yang mereka kerjakan. Kerja tim merupakan ciri terpenting dari STAD. Pada setiap saat diberikan penekanan pada anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk timnya. Peran guru pada tahap ini adalah pada saat validasi hasil presentasi kegiatan kelompok di depan kelas. Guru mengarahkan pada jawaban yang dianggap benar sehingga seluruh kelompok dapat memperbaiki hasil kinerja mereka dan pada akhirnya
  • 32. 32 diharapkan semua peserta didik memperoleh satu konsep baru yang benar. c. Kuis Pada akhir materi, para peserta didik tersebut dikenai kuis individual. Pada saat ini peserta didik tidak diperbolehkan bekerja satu sama lain. Hal ini menjamin agar peserta didik secara individual bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut. d. Poin Perbaikan Individu Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada timnya dalam system penskoran, namun tidak seorang peserta didikpun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap peserta didik diberikan skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata peserta didik pada kuis serupa sebelumnya. 1. Penentuan Skor dasar Awal Skor dasar mewakili skor rata-rata peserta didik pada kuis yang lalu. Apabila anda memulai STAD setelah anda memberikan tiga kuis atau lebih, gunakan skor kuis rata-rata sebagai skor dasar. Apabila tidak memiliki skor kuis seperti itu, gunakan nilai final peserta didik dari tahun yang lalu, ataupun dapat dilakukan pre test terlebih dahulu.
  • 33. 33 2. Skor Individu Dari hasil kuis, peserta didik memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa skor kuis mereka melampui skor dasar mereka., seperti contoh pada tabel berikut : Tabel 2 Kriteria Poin Perbaikan Skor Kuis IP Nilai sempurna tidak memandang berapa pun skor dasar 30 poin Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin 1-10 poin di atas skor dasar 20 poin 1-10 poin di bawah skor dasar 10 poin Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin 3. Skor Tim Untuk menghitung skor tim, masukan setiap poin perbaikan peserta didik pada lembar ihtirar tim yang sesuai, jumlahkan poin tersebut dan bagi dengan jumlah anggota tim, bulatkan
  • 34. 34 untuk menghilangkan pecahan. Perhatikan bahwa skor tim lebih ditentukan oleh skor perbaikan daripada skor kuis rendah. 4. Penghargaan Tim Segera mungkin setelah setiap kuis terlaksana, guru seharusnya mengumumkan skor perbaikan individual dan skor tim dan menghadiahkan sertifikat atau penghargaan lain kepada tim yang memperoleh skor tinggi. Apabila mungkin, pengumuman skor tim tersebut dilakukan pada jam pelajaran pertama berikutnya setelah kuis tersebut bagi peserta didik ini akan memperjelas hubungan antara bekerja dengan baik dan menerima penghargaa dan hal ini akan meningkatkan motivasi mereka untuk berbuat yang terbaik. Berikan kriteria penghargaan, ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. Perhatikan bahwa seluruh tim dapat memperoleh penghargaan tersebut. Di dalam sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim mendapat penghargaan TIM SUPER atau TIM HEBAT ataupun TIM BAIK asal kriterianya terpenuhi. Artinya tim-tim tersebut tidak saling berkompetisi, sebagai contoh dapat dilihat pada tabel berikut ini :
  • 35. 35 Tabel 3 Kriteria Penghargaan Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan 15-19 TIM BAIK 20-24 TIM HEBAT 25-30 TIM SUPER B. Temuan Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Muhayati dengan judul PTK ” Peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui metode STAD ( Student Teams Achievement Divisions)” dengan kompetensi dasar peran Indonesia di ASEAN bagi siswa kelas VI SD Negeri I Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan metode STAD memberi pegaruh besar terhadap hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri I Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didik SD Negeri I Tirem yang berjumlah 18 peserta didik, yang pada kondisi sebelumnya hanya 45% yang sudah tuntas dan 65% belum tuntas. Setelah melakukan penelitian dan perbaikan pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD (Student Teams Achievement Divisions) ketuntasan peserta didik di dalam kelas meningkat menjadi 75% dengan nilai
  • 36. 36 rata-rata 71.5. Kesimpulan yang dapat peneliti ambil yaitu bahwa metode STAD dapat mengajarkan keterampilan bekerjasama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan dan keterampilan ini sangat penting bagi peserta didik sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat, selain itu peserta didik dapat saling menghargai satu sama lain. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community), siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa yang harus dibenahi baik guru maupun dari peserta didik. Dari guru seperti penggunaan metode, strategi atau pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dengan materi yang akan diajarkan, sehingga proses pembelajaran kurang maksimal dan hasil yang diperoleh juga kurang memuaskan. Sedangkan masalah yang berasal dari peserta didik seperti kurangnya motivasi dalam mengikuti pelajaran, peserta didik yang kurang aktif, dan seringkali peserta didik menganggap mata pelajaran tersebut tidak penting. Metode pembelajaran kooperatif memungkinkan semua peserta didik dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Model pembelajaran STAD adalah suatu model pembelajaran
  • 37. 37 kooperatif yang dilaksanakan dengan membentuk suatu tim yang memiliki kemampuan akademik dengan perbedaan latar belakang yang heterogen, untuk saling memahami konsep-konsep materi pelajaran dengan cara diskusi. Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi siswa pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD dapat diterapkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan karena dapat digunakan untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran, karena metode ini melibatkan seluruh peserta didik di kelas secara menyeluruh. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditemukan bahwa hasil belajar peserta didik rendah dikarenakan rendahnya motivasi belajar peserta didik. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang hanya menerapkan metode ceramah. Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik diperlukan penerapan metode pembelajaran yang lebih bervariasi. Model pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement Dividions) diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, karena dalam model pembelajaran ini peserta didik dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, diajarkan untuk lebih berani mengemukakan pendapat, menghargai satu sama lain, serta dapat bekerjasama dalam memecahkan masalah. Secara sederhana kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
  • 38. 38 D. E. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan dari penelitian ini dirumuskan “ Jika peserta didik kelas VIII MTs Daarul Hikmah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka motivasi belajar dapat meningkat.” Kondisi Awal Kondisi Peserta Didik: Motivasi belajar rendah Kondisi Peserta Didik: Guru mengajar dengan metode konvensional Suasana Pembelajaran: Pasif dan membosankan Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions Siklus I dan siklus II Sesudah Tindakan Kondisi Peserta Didik: Motivasi belajar rendah Kondisi Peserta Didik: Guru mengajar dengan metode konvensional Suasana Pembelajaran: Pasif dan membosankan
  • 39. 39 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Adapun tempat dilakukannya penelitian ini adalah MTs Daarul Hikmah Pamulang, Jalan Surya Kencana No. 24 Pamulang Barat – Tangerang Selatan. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada proses pembelajaran pada semester II tahun Pelajaran 2013-2014, tepatnya pada bulan april sampai dengan bulan Juni 2014. B. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII C MTs Daarul Hikmah Pamulang yang berjumlah 35 orang peserta didik, yang berjenis kelamin laki - laki dan perempuan. Subyek penelitian ini sangat heterogen dilihat dari kemampuannya, ada peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Materi pokok dalam penelitian ini adalah kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia. C. Prosedur Penelitian 1. Alur Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Adapun alur dalam melakukan penelitian tindakan ini dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
  • 40. 40 a. Perencanaan Tindakan Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitin ini adalah rancangan penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud ialah rendahnya motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs Daarul Hikmah Pamulang. Perencanaan PelaksanaanSiklus I Permasalahan baru Hasil Refleksi Pelaksanaan Perbaikan Perencanaan Siklus II PelaksanaanRefleksi Pengamatan Di lanjutkan Ke Siklus Berikutnya? Masalah
  • 41. 41 Adapun alternatif pemecahan masalahnya dengan menggunakan metode kooperatif model STAD dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan motivasi belajar peserta didik b. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus/putaran, observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran satu dan dua. Dimana masing- masing putaran dikenai perlakuan yang sama ( alur kegiatan sama ) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. 1) Deskripsi siklus I Penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang materi memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengidentifikasikan masalah untuk menentukan perbaikan pembelajaran kemudian merumuskan masalahnya. Setelah itu
  • 42. 42 peneliti bersama teman sejawat melaksanakan kegiatan diantarnya: 1. Merancang rencana perbaikan pembelajaran 2. Memilih bahan ajar 3. Menyiapkan RPP 4. Silabus 5. Lembar observasi b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I peneliti menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions). Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1) Mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran peserta didik 2) Memotivasi peserta didik dengan menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Tanya jawab tentang kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia 4) Menjelaskan materi pelajaran secara singkat 5) Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang peserta didik secara heterogen 6) Memberi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh setiap anggota kelompok
  • 43. 43 7) Anggota yang sudah mengerti menjelaskan kepada anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti 8) Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan 9) Memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh pesserta didik 10) Pada saat menjawab kuis tidak diperbolehkan saling membantu 11) Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan 12) Melaksanakan tes formatif sebagai evaluasi 13) Menilai hasil tes formatif 14) Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk terus meningkatkan prestasi c. Observasi Ketika pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati jalannya pembelajaran. Dalam mengamati observer ( teman sejawat ) menggunakan lembar observasi yang berisi aspek-aspek yang diamati. Aspek-aspek tersebut sebagai berikut: Aspek guru Aspek peserta didik  Persiapan  Membuka pelajaran  Memotivasi peserta didik  Ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran
  • 44. 44  Membentuk kelompok secara heterogen  Penyajian materi  Membimbing peserta didik  Pelaksanaan evaluasi  Pelaksanaan sesuai dengan alokasi waktu  Mengakhiri pembelajaran  Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok  Kerjasama peserta didik dalam kelompok  Ketepatan peserta didik dalam menjawab kuis d. Refleksi Tahap terakhir pada siklus I adalah refleksi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peneliti dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran. Refleksi yang peneliti laksanakan dibantu oleh teman sejawat dan supervisor. Bahan pertimbangan untuk refleksi adalah lembar observasi dan hasil tes formatif peserta didik. 2) Deskripsi siklus II a. Perencanaan Dalam proses perbaikan pembelajaran siklus II difokuskan pada pemahaman – pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk membantu peserta didik yang kurang memahami materi pelajaran. a. Guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta didik yang berkaitan dengan materi pembelajaran
  • 45. 45 b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik secara luas pada proses eksplorasi untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya c. Guru menyusun tes formatif dan lembar kerja peserta didik d. Guru menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran b. Pelaksanaan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh peneliti dan observer dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Langkah- langkah perbaikan dalam siklus II sebagai berikut: 1) Mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran peserta didik 2) Memotivasi peserta didik dengan menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Tanya jawab tentang kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia 4) Menjelaskan materi pelajaran secara singkat 5) Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang peserta didik secara heterogen 6) Memberi tugas kelompok untuk dikerjakan oleh setiap anggota kelompok
  • 46. 46 7) Anggota yang sudah mengerti menjelaskan kepada anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti 8) Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan 9) Memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh pesserta didik 10) Pada saat menjawab kuis tidak diperbolehkan saling membantu 11) Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan 12) Melaksanakan tes formatif sebagai evaluasi 13) Menilai hasil tes formatif 14) Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk terus meningkatkan prestasi c. Observasi Observasi yang dilakukan sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini meliputi kegiatan pengumpulan data seputar kegiatan pembelajaran mulai dari bagaimana proses pembelajaran berlangsung, bagaimana aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, hingga bagaimana aktifitas guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Seorang observer
  • 47. 47 melakukan observasi tentunya dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumya. d. Refleksi Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus ke II (dua) berdasarkan data yang terkumpul. Membahas hasil evaluasi tentang sekenario pembelajaran pada siklus II (dua). c. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini menggunakan dua cara yaitu: a. Tes Tes formatif dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik b. Observasi Observasi dilaksanakan ketika proses perbaikan berlangsung, yaitu pada siklus I dan II. Pengamatan ditujukan pada aktivitas peserta didik dan aktivitas guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran. d. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: 1) Butir soal 2) Lembar observasi peserta didik 3) Lembar observasi guru
  • 48. 48 2. Kriteria Keberhasilan Pada penelitian tindakan ini kriteria keberhasilan dilihat dari segi proses. Proses yaitu dengan berhasilnya peserta didik dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru melalui metode sesuai yang tercantum dalam kegiatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Adapun presentase kriteria keberhasilan peserta didik mengenai penerapan mmodel pembelajaran STAD untuk meningkatkan motivasi belajar pendidikan kewarganegaraan peserta didik adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Tabel Prosentase Kriteria Keberhasilan peserta didik No Indikator Cara Mengukur Presentase yang ingin dicapai 1. Ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran Diamati saat proses pembelajaran berangsung, dihitung berdasarkan peserta didik yang tertarik terhadap pembelajaran 70 % 2. Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok Diamati saat proses pembelajaran berlangsung, dihitung berdasarkan jumlah peserta didik yang aktif dalam 80 %
  • 49. 49 berdiskusi 3. Kerjasama peserta didik dalam kelompok ( menjawab kuis) Dilihat dari jumlah peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat 80 % 4. Interaksi dengan sesama teman dan guru selama pembelajaran berlangsung Diamati ketika peserta didik menjawab pertanyaan (tugas kelompok) dicatat keterlibatan masing-masing peserta didik 75 % 5. Ketepatan peserta didik dalam menjawab kuis Dilihat dari ketepatan peserta didik dalam menjawab kuis 85 % 6. Keberanian peserta didik dalam bertanya Dilihat dari jumlah peserta didik yang berani bertanya ketika pembelajaran berlangsung 75 %
  • 50. 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil data pada penelitian dan hasil analisis data yang diuraikan persiklus pada penelitian ini adalah 2 siklus. Hal ini disebakan karena perolehan data dari 2 siklus penelitian telah memberikan gambaran yang cukup signifakan mengenai pencapaian tujuan penelitian. Artinya, data yang diperoleh siklus demi siklus menunjukkan pada peningkatan motivasi belajar peserta didik yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini. 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada siklus ini, pembelajaran materi kedaulatan yang membahas mengenai Pembagian kekuasaan menurut Montesqieu dan Tugas lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan rakyat. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini Silabus dan RPP. Silabus yang digunakan adalah silabus hasil refleksi pada tahap perencanaan antara peneliti dan guru pamong. Untuk silabus dan RPP sebelum tindakan dan setelah tindakan kelas pada siklus 1 yang digunakan dapat dilihat pada lampiran-lampiran. b. Pelaksanaan Tindakan Pada kegiatan awal pembelajaran guru memberikan motivasi kepada peserta didik dan mengadakan Tanya jawab tentang kedaulatan rakyat, menjelaskan indicator dan tujuan pembeljaran
  • 51. 51 serta langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah itu proses pembelajaran dilanjutkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD, setelah diskusi selesai dilanjutkan dengan pembahsan hasil diskusi, guru bersama siswa mwnyimpulkan hasil diskusi. Dan untuk pemantapan dilakukan tes secara lisan. c. Observasi Pada saat pembelajaran siklus I berlangsung peneliti dibantu oleh seorang rekan yang bertindak sebagai observer untuk mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi aktivitas guru, peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Siklus II Pada siklus ini, pembelajaran yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan siklus I (satu) pada siklus dua ini hanya memperbaiki pembelajaran yang belum tuntas dan belum tercapai pada siklus satu. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada siklus ini Silabus dan RPP. Silabus yang digunakan adalah silabus hasil refleksi pada tahap tindakan siklus I (satu), perencanaan antara peneliti dan mitra peneliti yang bertindak sebagai observer.
  • 52. 52 Tabel 4.1 Hasil Penelitian Tindakan Siklus I No Aspek Penelitian Indikator Presentasi Keberhasilan yang Ingin dicapai Presentasi Keberhasilan Siklus I Keterangan 1. Motivasi Belajar Peserta Didik Ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran 70 % 68.6 % Belum berhasil Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok 80 % 77 % Belum berhasil Kerjasama peserta didik dalam kelompok 80 % 71 % Belum berhasil Interaksi dengan sesama teman dan guru selama pembelajaran berlangsung 75 % 74.3 % Belum berhasil
  • 53. 53 Ketepatan peserta didik dalam menjawab kuis 85 % 80 % Belum berhasil Keberanian peserta didik dalam bertanya 75 % 71 % Belum berhasil Tabel 4.2 Hasil Penelitian Tindakan Siklus II No Aspek Penelitian Indikator Presentasi Keberhasilan yang Ingin dicapai Presentasi Keberhasilan Siklus II Keterangan 1. Motivasi Belajar Peserta Didik Ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran 70 % 77 % Berhasil Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok 80 % 88.6 % Berhasil Kerjasama peserta didik dalam 80 % 91 % Berhasil
  • 54. 54 kelompok Interaksi dengan sesama teman dan guru selama pembelajaran berlangsung 75 % 80 % Berhasil Ketepatan peserta didik dalam menjawab kuis 85 % 91 % Berhasil Keberanian peserta didik dalam bertanya 75 % 80 % Berhasil B. Pembahasan Pembelajaran pada kondisi awal belum menggunakan model pembelajaran kooperatif. Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran masih rendah. Peserta didik cenderung pasif dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru. Saat guru menjelaskan materi banyak peserta didik yang kurang memperhatikan bahkan ada juga yang mengobrol dengan peserta didik lainnya. Keaktifan atau motivasi belajar peserta didik rendah berpengaruh terhadap hasil belajar, sehingga indikator keberhasilan belum tercapai sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.
  • 55. 55 Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions belum berhasil dikarenakan peserta didik belum memahami betul langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tersebut. Sedangkan pada siklus ke-II peserta didik sudah memahami langkah-langkah model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions sehingga target ketercapaian pun berhasil didapat. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I dan siklus II respon yang ditunjukkan oleh peserta didik bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan, hal ini ditunjukkan dengan jumlah presentase secara keseluruhan yaitu mencapai 84.6 % hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh adalah adanya pengaruh yang cukup signifikan antara penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions terhadap motivasi belajar peserta didik Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam dua siklus kegiatan pelaksanaan tindakan kelas diperoleh data bahwa motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Terlihat pada siklus I presentase ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran adalah 68.6 % presentase tersebut belum berhasil dikarenakan masih banyakn peserta didik yang kurang mengerti dengan langkah-langkah pembelajaran model Student Teams Achievement Divisions. Pada siklus II terdapat peningkatan menjadi 77 % hal ini
  • 56. 56 dikarenakan peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan model pembelajaran yang digunakan. Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada siklus I 77 % hal tersebut dikarenakan peserta didik yang aktif dalam diskusi kelompok jumlahnya masih lebih sedikit dibanding dengan peserta didik yang aktif, pada siklus II keaktifan peserta didik mengalami peningkatan menjadi 88.6 % pada siklus ini peserta didik mulai aktif dalam diskusi mengenai materi yang didiskusikan, terjadi interaksi yang cukup signifikan antara peserta didik yang satu dengan yang lain begitu juga dengan guru. Kerjasama peserta didik dalam kelompok ( menjawab kuis) pada siklus I 71 % terdapat 19 peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan, sedangkan yang lainnya masih merasa kurang percaya diri, belum bisa menjawab pertanyaan dari guru dikarenakan pengetahuan peserta didik yang terbatas, dikarenakan malas mmembaca, malas mendengarkan penjelasan dari guru karena menggunakan model pembelajaran yang membosankan. Pada siklus II kerjasama peserta didik mengalami peningkatan menjadi 91 %, pada siklus ini peserta didik sangat antusias dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions, peserta didik mulai berani menjawab pertanyaan dari guru, kepercayaan diri meningkat. Interaksi dengan sesama teman dan guru selama pembelajaran berlangsung pada siklus I 74.3 % peserta didik yang berinteraksi dengan
  • 57. 57 sesama teman dan guru sedangkan yang lainnya masih kurang interaksi baik dengan teman maupun dengan guru. Setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions terddapat prningkatan pada siklus II yaitu 80 %, sudah terjadi interaksi yang cukup baik. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 5.7 %. Ketepatan peserta didik dalam menjawab kuis pada siklus I 80 % pada siklus ini peserta didik yang dapat menjawab dengan tepat masih sedikit dikarenakan peserta didik malas mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga ketika guru memberikan pertanyaan peserta didik tidak bisa menjawab. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 91 % pada siklus ini pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions peserta didik mulai antusias dalam mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga ketika peserta didik diberikan pertanyaan mereka dapat menjawab dengan tepat Keberanian peserta didik dalam bertanya pada siklus I 71 % pada siklus ini peserta didik yang berani bertanya masih sedikit jumlahnya, mereka masih cenderung ragu-ragu untuk bertanya, merasa malu dan takut salah. Tetapi setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions keberanian peserta didik pada siklus II meningkat menjadi 80 % pada siklus ini peserta didik mulai percaya diri dalam bertanya, tidak lagi ragu-ragu dan merasa malu. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 9 %.
  • 58. 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Penelitian Tindakan Kelas tentang peningkatan motivasi belajar peserta didik melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions telah dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus kegiatan, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions terhadap motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari prosentase aktivitas ( motivasi belajar ) yaitu mencapi 91%, dengan demikian dikategorikan sangat baik. Jadi model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions jika dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapannya maka motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkat. B. SARAN Berdasarkan hasail penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut: a. Bagi guru e. Karakteristik peserta didik dalam satu kelas tentulah tidak sama, terpkanlah metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik serta libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran
  • 59. 59 2. Dalam setiapa pembelajaran hendaknya selalu memberikan motivasi agar peserta didik menjadi semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Bagi Kepala Sekolah 1. Sekolah sebaiknya selalu mendukung guru dan membantu dalam perbaikan proses pembelajaran 2. Memberi motivasi dan masukan kepada guru untuk menyelesaikan setiap permasalahan pembelajaran di kelas 3. Memfasilitasi kebutuhan guru dan peserta didik dalam proses perbaikan pembelajaran c. Bagi Peserta Didik, lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.