SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KONEKSI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SERTA MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP
KARUNIA EKA LESTARI
karunia1101196@gmail.com
PENDIDIKAN MATEMATIKA-FKIP UNSIKA
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta di lapangan yang menunjukkan
bahwa kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa belum sesuai
dengan yang diharapkan. Salah satu faktor penyebab permasalahan tersebut
adalah pembelajaran yang tidak memberikan keleluasaan kepada siswa untuk
memberdayakan potensi otak secara optimal, dimana pembelajaran pada
umumnya lebih menekan pada penggunaan fungsi otak kiri. Sementara itu,
mengajarkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis perlu didukung
oleh pergerakan otak kanan. Karakteristik ini dapat dijumpai dalam pembelajaran
Brain-based Learning (BbL) karena BbL menawarkan suatu konsep
pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara
alamiah untuk belajar.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan populasi
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang yang terdiri atas lima kelas
dan diambil dua kelas sebagai sanpel penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari
hasil pretes dan postes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis
selanjutnya diolah secara deskriptif dan inferensial. Sedangkan data kualitatif
diperoleh dari hasil angket motivasi belajar, jurnal harian dan lembar observasi
selanjutnya diolah secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) peningkatan kemampuan koneksi
dan berpikir kritis matematis siswa melalui BbL lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran langsung; 2) secara keseluruhan motivasi belajar dan
respon siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui BbL,
menunjukkan sikap yang positif.
Kata Kunci : Brain-based Learning, Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis
Matematis, Motivasi Belajar Siswa.
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
rangka mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, sistematis, logis,
kreatif, dan bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat
dikembangkan melalui pembelajaran matematika, karena matematika memiliki
struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga
memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil dalam berpikir secara
rasional dan siap menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
(Setiawan, 2012).
Volume 2 Nomor 1, November 2014 36
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
Matematika dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis,
serta mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka. Maka dari itu,
mengembangkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis dalam pembelajaran
matematika sangatlah penting.
Kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang sangat penting dan harus dikembangkan karena dalam
pembelajaran matematika setiap konsep berkaitan satu sama lain dengan konsep
lainnya. Bruner (1977) menyatakan bahwa anak perlu menyadari bagaimana
hubungan antar konsep, karena antara sebuah bahasan dengan bahasan
matematika lainnya saling berkaitan. Selanjutnya, Lasmawati (2011)
mengungkapkan bahwa melalui koneksi matematis, wawasan siswa akan semakin
terbuka terhadap matematika, yang kemudian akan menimbulkan sikap positif
terhadap matematika itu sendiri. Melalui proses koneksi matematis, konsep
pemikiran dan wawasan siswa terhadap matematika akan semakin lebih luas, tidak
hanya terfokus pada topik yang sedang dipelajari.
Jika siswa memiliki wawasan yang luas, maka siswa akan memiliki
kecakapan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara masuk
akal (reasonable), mendalam (in dept), dapat dipertanggungjawabkan
(responsible) dan berdasarkan pemikiran yang cerdas (skillfull thinking).
Kecakapan-kecakapan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis.
Dengan demikian, penguasaan kemampuan koneksi yang baik dapat menunjang
kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir
matematis yang perlu dimiliki oleh setiap siswa dalam menghadapi berbagai
permasalahan. Menurut Anderson (2003) bila berpikir kritis dikembangkan,
seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka
dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis masalah dengan baik,
berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan
dapat berpikir secara mandiri. Siswa yang berpikir kritis akan menjadikan
penalaran sebagai landasan berpikir, berani megambil keputusan dan konsisten
dengan keputusan tersebut (Spliter dalam Hanaswati, 2000).
Kemampuan koneksi dan berpikir kritis siswa akan berkembang dengan baik
apabila siswa dapat menerima pelajaran matematika. Agar siswa dapat menerima
pelajaran matematika perlu ditanamkan motivasi belajar siswa terhadap
matematika. Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar matematika,
karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh
siswa.
Motivasi belajar yang perlu ditanamakan selama pembelajaran diantaranya
dengan menumbuhkan dorongan yang kuat dan kebutuhan belajar, menumbuhkan
perhatian dan minat terhadap matematika, melatih ketekunan dan keuletan dalam
menghadapi kesulitan, serta menumbuhkan hasrat dan keinginan untuk berhasil.
Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar maka kemampuan koneksi dan
berpikir kritis matematis akan berkembang dengan optimal.
Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi dan
berpikir kritis matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu
faktor penyebab munculnya permasalahan ini adalah pembelajaran yang masih
Volume 2 Nomor 1, November 2014 37
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
menganut paradigma lama yaitu belajar yang kurang mengaktifkan siswa.
Menurut Park (Hulu, 2009) pendidikan yang menganut paradigma transfer of
knowledge didasarkan pada asumsi-asumsi: 1) orang mentransfer pembelajaran
secara mudah dengan mempelajari konsep abstrak dan konsep yang tidak
berhubungan dengan konteksnya; 2) siswa merupakan penerima pengetahuan; 3)
siswa itu bersifat behavioristik dan melibatkan penguatan stimulus dan respon; 4)
siswa dalam keadaan kosong yang siap diisi dengan pengetahuan; 5)
keterampilan dan pengetahuan sangat baik diperoleh dengan terlepas dari
konteksnya.
Pembelajaran yang menganut paradigma tersebut tidak memberikan
keleluasaan kepada siswa untuk memberdayakan potensi otaknya, karena
pembelajaran semacam itu lebih menekankan pada penggunaan fungsi otak kiri.
Sementara itu, mengajarkan kemampuan koneksi matematis dan berpikir kritis
perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan melibatkan unsur-
unsur yang dapat mempengaruhi emosi seperti unsur estetika, serta melalui proses
belajar yang menyenangkan dan menggairahkan sehingga pembelajaran menjadi
lebih efektif dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar matematika.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
menyeimbangkan seluruh potensi berpikir siswa. Dengan kata lain, pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menyeimbangkan antara potensi
otak kanan dan otak kiri siswa. Jika pembelajaran dalam kelas tidak melibatkan
kedua fungsi otak itu, maka akan terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri
siswa, yaitu potensi salah satu bagian otak akan melemah dikarenakan tidak
digunakannya fungsi bagian otak tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan kerja otak serta diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan
koneksi dan berpikir kritis matematis siswa, serta menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Pembelajaran yang cocok dengan karakteristik tersebut adalah
pembelajaran berbasis kemampuan otak atau Brain-based Learning (BbL), karena
pembelajaran ini diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara
alamiah untuk belajar (Jensen, 2008:5).
Pembelajaran berbasis kemampuan otak ini tidak terfokus pada keterurutan,
tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan siswa akan belajar,
sehingga siswa dapat dengan mudah menyerap materi yang sedang dipelajari. BbL
mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana otak
dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman (Jensen, 2008: 12). Dengan
demikian, pembelajaran ini tidak mengharuskan atau menginstruksikan siswa
untuk belajar, tetapi merangsang serta memotivasi siswa untuk belajar dengan
sendirinya.
Syafa’at (2009) juga mengungkapkan bahwa BbL menawarkan sebuah
konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya
pemberdayaan otak siswa. Upaya pemberdayaan otak tersebut dilakukan melalui
tiga strategi berikut: (1) menciptakan lingkungan belajar yang menantang
kemampuan berpikir siswa; (2) menciptakan lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan; (3) menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna
bagi siswa.
Volume 2 Nomor 1, November 2014 38
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
Strategi-strategi tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasah kemampuan berpikir, khususnya kemampuan berpikir matematis
seperti kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis. Dengan menciptakan
lingkungan belajar yang menantang, jaringan sel-sel saraf akan terkoneksi satu
sama lain. Semakin terkoneksi jaringan-jaringan tersebut, akan semakin
merangsang kemampuan berpikir siswa, yang pada akhirnya akan semakin besar
pula pemaknaan yang diperoleh siswa dari pembelajaran. Tugas-tugas matematika
yang bervariasi, dapat melatih siswa untuk menggunakan dan mengembangkan
koneksi matematis. Tantangan berupa masalah, dapat mendorong siswa untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Di
samping itu, lingkungan pembelajaran yang menyenangkan juga akan memotivasi
siswa untuk aktif berpartisipasi dan beraktifitas secara optimal dalam
pembelajaran.
Maka dari itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian serta analisis
lebih mendalam mengenai implementasi pembelajaran Brain-based Learning
terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis serta
motivasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu: (1) bagaimana peningkatan kemampuan koneksi
matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan
siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung; (2) bagaimana peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL
dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara langsung; (3)
bagaimana motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL; (4)
bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran BbL?
LANDASAN TEORI
1. Kemampuan Koneksi Matematis
Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan dalam mengaitkan
konsep-konsep matematika baik antar konsep matematika itu sendiri maupun
mengaitkan konsep matematika dengan bidang lain. Indikator kemampuan
koneksi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu mencari dan
memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika, antara konsep atau
aturan matematika dengan bidang studi lain dan antara konsep atau aturan
matematika dengan aplikasi pada kehidupan nyata.
Proses penciptaan koneksi dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan
melalui BbL, mengingat dalam pembelajaran tersebut terdapat tahap inisiasi dan
akuisisi. Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron-
neuron saling “berkomunikasi” satu sama lain (Jensen, 2008:53). Semakin
terkoneksi jaringan-jaringan tersebut, maka akan semakin merangsang
kemampuan berpikir siswa, yang pada akhirnya akan semakin besar pula
pemaknaan yang diperoleh siswa dari pembelajaran. Tugas-tugas matematika
yang bervariasi, dapat melatih siswa untuk menggunakan dan mengembangkan
koneksi matematis. Ini menjadi dasar bahwa kemampuan koneksi matematis dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran matematika menggunakan BbL.
Volume 2 Nomor 1, November 2014 39
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan berpikir dalam
menyelesaikan masalah matematika yang melibatkan pengetahuan matematika,
penalaran matematika dan pembuktian matematika. Indikator kemampuan
berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1)
memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); (2) membangun
keterampilan dasar (basic support); (3) membuat simpulan (inference); (4)
membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification); (5) menentukan strategi
dan taktik (strategi and tactics) untuk memecahkan masalah (Ennis, 1996).
Guna mengembangkan kelima indikator berpikir kritis dalam pembelajaran
matematika, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang menantang
kemampuan berpikir siswa yang disesuaikan dengan cara otak bekerja secara
alamiah untuk belajar. Hal tersebut merupakan salah satu strategi yang digunakan
dalam pembelajaran BbL. Ini menjadi dasar bahwa kemampuan berpikir kritis
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika menggunakan BbL.
3. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu daya, dorongan atau kekuatan, baik yang
datang dari diri sendiri maupun dari luar yang mendorong siswa untuk belajar.
Indikator motivasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah (1) adanya
dorongan dan kebutuhan belajar; (2) menunjukkan perhatian dan minat terhadap
tugas-tugas yang diberikan; (3) tekun menghadapi tugas; (4) ulet menghadapi
kesulitan; (5) adanya hasrat dan keinginan berhasil.
Guna mengembangkan kelima indikator motivasi belajar dalam pembelajaran
matematika, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan yang
disesuaikan dengan cara otak bekerja secara alamiah untuk belajar. Hal tersebut
merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pembelajaran BbL.
Pembelajaran ini tidak mengharuskan siswa untuk belajar, melainkan
menanamkan kecintaan untuk belajar pada siswa, sehingga siswa dengan
sendirinya akan merasa membutuhkan belajar. Ini menjadi dasar bahwa
penerapan BbL dalam pembelajaran matematika dapat menimbulkan motivasi
belajar yang positif bagi siswa.
4. Pembelajaran Melalui Brain-Based Learning
Pembelajaran BBL adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja
otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar. Pembelajaran ini
mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana otak
dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman, serta tidak terfokus pada
keterurutan, tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan siswa
akan belajar. Adapun fase pembelajaran BbL menurut Jensen (2008) yaitu: (1)
pra-pemaparan; (2) persiapan; (3) inisiasi dan akuisisi; (4) elaborasi; (5) inkubasi
dan memasukkan memori; (6) verifikasi dan pengecekan keyakinan; serta (7)
perayaan dan integrasi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
eksperimen. Hal ini dikarenakan tidak memungkinkan pemilihan sampel secara
Volume 2 Nomor 1, November 2014 40
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
acak karena telah terbentuknya satu kelompok utuh seperti kelompok siswa dalam
satu kelas, sehingga jika dilakukan lagi pengelompokan secara acak maka akan
menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran. Adapun desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Non randomized control-treatment group,
pretest–posttest design disebut juga sebagai non equivalent control group design.
Desain ini mirip dengan pretest-posttest di dalam true experiment namun tidak
dilakukan pemilihan sampel secara acak. Desain dalam penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Kelas eksperimen : O X O
Kelas kontrol : O O
Keterangan:
O: Pretes dan postes (tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis)
X: Perlakuan pembelajaran melalui Brain-based Learning.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Sukasari Sumedang. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik
probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel (Sugiyono, 2006). Selanjutnya, dipilih dua kelas secara acak dengan cara
mengundi untuk dijadikan sampel penelitian. Satu dari dua kelas tersebut
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya dijadikan sebagai kelas
kontrol. Berdasarkan hasil pengundian tersebut diperoleh kelas VIII B sebagai
kelas kontrol dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa yang mendapat pembelajaran melalui BbL dan siswa
yang mendapat pembelajaran langsung. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan
analisis data pretes, postes dan data N-gain kemampuan koneksi matematis.
Analisis awal mengenai skor pretes pada kedua kelas menunjukkan terdapat
perbedaan kemampuan awal koneksi matematis antar kedua kelas, dengan rata-
rata skor pretes siswa kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen.
Terjadinya perbedaan tersebut dikarenakan pengambilan sampel yang dilakukan
dengan menggunakan teknik probability sampling, sehingga memungkinkan
terpilihnya dua kelas sebagai sampel yang memiliki perbedaan dari segi
kemampuan ataupun karakteristik lainnya. Dengan demikian, untuk mengetahui
bagaimana peningkatannya, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata terhadap data
N-gain kemampuan koneksi matematis pada kedua kelas.
Hasil pengujian normalitas dan homogenitas data N-gain, menunjukkan
bahwa data N-gain kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen. Selanjutnya, hasil uji t indepentdent sample menghasilkan nilai
signifikansi 1-tailed sebesar 0,0005, lebih kecil dari ∝= 0,05, maka H0 ditolak.
Hal tersebut berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, peningkatan
kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL lebih
baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung.
Volume 2 Nomor 1, November 2014 41
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
Hal ini sejalan dengan kajian teori, bahwa proses penciptaan koneksi dalam
pembelajaran matematika dapat dilakukan melalui BbL, mengingat dalam
pembelajaran tersebut terdapat tahap inisiasi dan akuisisi. Tahap ini merupakan
tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron-neuron saling “berkomunikasi”
satu sama lain (Jensen, 2008:53). Semakin terkoneksi jaringan-jaringan tersebut,
maka akan semakin merangsang kemampuan berpikir siswa, yang pada akhirnya
akan semakin besar pula pemaknaan yang diperoleh siswa dari pembelajaran.
Tugas-tugas matematika yang bervariasi, dapat melatih siswa untuk menggunakan
dan mengembangkan koneksi matematis. Ini menjadi dasar bahwa pembelajaran
BbL dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.
Sementara itu, kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa
dapat dilihat berdasarkan klasifikasi N-gain. Nilai rata-rata N-gain pada kelas BbL
sebesar 0,74 atau berada pada klasifikasi tinggi, sedangkan rata-rata N-gain pada
kelas langsung sebesar 0,61 atau berada pada klasifikasi sedang.
Indikator kemampuan koneksi matematis yang diukur pada penelitian ini
meliputi: mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika,
mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan
bidang studi lain, dan mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan
matematika dengan aplikasi pada kehidupan nyata. Hasil analisis deskriptif N-
gain kemampuan koneksi matematis siswa berdasarkan tiga indikator tersebut,
menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis untuk setiap
indikator pada kelas BbL lebih tinggi daripada peningkatan pada kelas langsung.
Adapun nilai N-Gain terendah pada kedua kelas yaitu dalam hal mencari dan
memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika, dimana nilai rata-rata
N-Gain pada kedua kelas berada pada kategori sedang. Hal ini sejalan dengan
penelitian Ruspiani (2000) yang mengungkapkan bahwa kemampuan koneksi
terendah siswa ada pada kemampuan antar topik matematika. Rendahnya tingkat
kemampuan koneksi antar topik ini dikarenakan banyaknya topik matematika
yang harus dikaitkan dengan penyelesaian soal sehingga memerlukan jangkauan
pemikirn yang tinggi. Disamping itu, berdasarkan hasil pengerjaan siswa, dapat
diidentifikasi bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi prasyarat, seperti
teorema phytagoras dan operasi aljabar masih kurang baik.
2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran melalui BbL dan
siswa yang mendapat pembelajaran langsung. Selanjutnya dilakukan pengolahan
dan analisis data pretes, postes dan N-gain kemampuan koneksi matematis.
Analisis awal mengenai skor pretes pada kedua kelas menunjukkan terdapat
perbedaan kemampuan awal berpikir kritis matematis antar kedua kelas, dengan
rata-rata skor pretes siswa kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen.
Terjadinya perbedaan tersebut dikarenakan pengambilan sampel yang dilakukan
dengan menggunakan teknik probability sampling, sehingga memungkinkan
terpilihnya dua kelas sebagai sampel yang memiliki perbedaan dari segi
kemampuan ataupun karakteristik lainnya. Dengan demikian, untuk mengetahui
Volume 2 Nomor 1, November 2014 42
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
bagaimana peningkatannya, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata terhadap data
N-gain kemampuan berpikir kritis matematis pada kedua kelas.
Hasil pengujian normalitas data N-gain, menunjukkan bahwa data N-gain
kedua kelas tidak berdistribusi normal, sehingga pengujian selanjutnya dilakukan
dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney
menghasilkan nilai signifikansi 1-tailed sebesar 0,001, lebih kecil dari ∝= 0,05,
maka H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95%,
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran BbL lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran
langsung.
Hal ini sejalan dengan kajian teori, bahwa proses berpikir kritis dalam
pembelajaran matematika dapat dilakukan melalui strategi dalam BbL, yaitu
dengan menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir
siswa yang disesuaikan dengan cara otak bekerja secara alamiah untuk belajar
(Syafa’at, 2009). Ini yang menjadi dasar bahwa pembelajaran BbL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Sementara itu, kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa dapat dilihat berdasarkan klasifikasi N-gain. Nilai rata-rata N-gain pada
kelas BbL dan kelas langsung berturut-turut sebesar 0,53 dan 0,42 atau berada
pada klasifikasi sedang. Jika melihat nilai rata-rata N-Gain secara keseluruhan,
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelas BbL lebih baik daripada
kelas langsung. Namun jika dilihat per indikator kemampuan berpikir kritis
matematis, peningkatan kemampuan siswa kelas langsung memang lebih baik dari
kelas BbL.
Adapun indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang diukur pada
penelitian ini terdiri atas lima indikator, yaitu (1) memberikan penjelasan
sederhana (elementary clarification); (2) membangun keterampilan dasar (basic
support); (3) menyimpulkan (inference); (4) membuat penjelasan lebih lanjut
(advanced clarification); dan (5) menyusun strategi dan taktik (strategies and
tactics).
Hasil analisis deskriptif mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa ditinjau dari lima indikator tersebut, menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan membangun keterampilan dasar (basic support),
menyimpulkan (inference), dan membuat penjelasan lebih lanjut (advanced
clarification), pada kelas langsung lebih tinggi daripada peningkatan pada kelas
BbL. Hal ini dapat disebabkan karena pengambilan sampel yang dilakukan
menggunakan teknik probability sampling, dimana kelas yang terpilih sebagai
kelas kontrol (pembelajaran langsung) termasuk kelas yang unggul. Dengan
demikian, siswa pada kelas langsung pada dasarnya memang telah memiliki
kemampuan yang baik.
Rendahnya kemampuan membangun keterampilan dasar (basic support),
menyimpulkan (inference), dan membuat penjelasan lebih lanjut (advanced
clarification) mengindikasikan bahwa siswa masih kesulitan dalam memecahkan
masalah yang memerlukan penalaran matematis. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian TIM Survey IMSTEP-JICA (Liliasari, 2000) di kota Bandung bahwa
salah satu kegiatan terkait berpikir kritis yang dianggap sulit oleh siswa untuk
Volume 2 Nomor 1, November 2014 43
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
mempelajarinya adalah kegiatan pemecahan masalah yang memerlukan penalaran
matematis dan menemukan generalisasi atau konjektur.
Meskipun demikian, peningkatan kemampuan memberikan penjelasan
sederhana (elementary clarification) dan menyusun strategi dan taktik (strategis
and tactics), pada kelas BbL lebih tinggi daripada peningkatan siswa kelas
langsung. Agar dapat memberikan penjelasan sederhana dan menyusun strategi
dan taktik, siswa perlu memiliki wawasan yang luas terhadap matematika.
Wawasan yang luas dapat dibangun jika siswa memiliki kemampuan koneksi
matematis yang baik. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, diketahui bahwa
peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kelas BbL lebih baik daripada
siswa kelas langsung. Inilah menyebabkan kemampuan siswa kelas BbL dalam
hal memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) dan menyusun
strategi dan taktik (strategis and tactics) lebih baik daripada siswa kelas langsung.
Dengan demikian, jelas bahwa penguasaan kemampuan koneksi matematis yang
baik dapat menunjang kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis.
3. Motivasi Belajar Siswa yang Mendapat Pembelajaran BbL
Pemberian angket pada kelas eksperimen bertujuan untuk mengetahui
motivasi belajar mereka setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui BbL.
Angket yang diberikan terdiri dari 25 pertanyaan yang memuat lima indikator,
meliputi; (1) adanya dorongan dan kebutuhan belajar; (2) menunjukkan perhatian
dan minat terhadap materi atau tugas yang diberikan; (3) tekun menghadapi tugas;
(4) ulet menghadapi kesulitan; (5) adanya hasrat dan keinginan berhasil. Hasil
jawaban angket siswa kemudian diubah ke dalam skala Likert yang telah
dimodifikasi, kemudian ditransformasikan menjadi skala interval dengan
menggunakan Metode of Successive Interval (MSI).
Hasil perhitungan MSI diperoleh rata-rata skor sikap siswa secara
keseluruhan adalah 2,96, nilai tersebut lebih besar dari rata-rata skor sikap netral
yaitu 2,37. Ini menunjukkan motivasi belajar siswa yang positif terhadap
pembelajaran matematika melalui BbL.
Hal tersebut sejalan dengan kajian teori, bahwa implementasi BbL dalam
pembelajaran matematika dapat menimbulkan motivasi belajar yang positif bagi
siswa, karena pembelajaran ini tidak mengharuskan siswa untuk belajar,
melainkan menanamkan kecintaan untuk belajar pada siswa, sehingga siswa
dengan sendirinya akan merasa membutuhkan belajar. Disamping itu, strategi
dalam BbL yaitu dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
dan disesuaikan dengan cara otak bekerja secara alamiah untuk belajar, dapat
memotivasi siswa untuk belajar matematika.
Namun, sikap negatif ditunjukkan siswa pada item pernyataan nomor 15
sebagian besar (67,6%) siswa jarang mengerjakan soal-soal latihan jika tidak
ditugaskan guru. Dengan demikian, agar siswa mengerjakan soal-soal latihan
meskipun tidak ditugaskan, guru perlu memberikan motivasi ekstrinsik kepada
siswa, misalnya dengan memberikan penghargaan atau reward bagi siswa yang
mampu mengerjakan soal-soal latihan meskipun tidak ditugaskan.
Volume 2 Nomor 1, November 2014 44
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
4. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran BbL
Respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui BbL diperoleh dari
jurnal harian siswa. Hasil jurnal harian siswa dianalisis secara deskriptif
berdasarkan tiga kategori, yaitu respon siswa terhadap penyajian materi, respon
siswa terhadap proses pembelajaran, dan respon siswa terhadap evaluasi
pembelajaran melalui BbL.
Respon siswa terhadap materi yang disajikan pada umumnya siswa
menyatakan lebih mengerti dan memahami materi melalui pembelajaran seperti
ini, namun terdapat beberapa siswa yang mengeluhkan soal-soal yang diberikan
terlalu banyak dan sulit dan ada pula siswa yang tidak menyukai penyajian materi
dengan slide pada power point. Begitu pula halnya dengan respon siswa terhadap
proses pembelajaran, sebagian besar siswa menyukai pembelajaran yang
dilakukan karena memberikan lebih banyak pengalaman dan motivasi dalam
menghadapi masalah, terutama masalah dalam menghadapi pelajaran matematika.
Namun, dikarenakan pelajaran matematika merupakan pelajaran terakhir,
sehingga ada siswa yang mengantuk. Oleh karena, itu pemilihan lagu sebagai
pengiring dalam pembelajaran perlu disesuaikan dengan kondisi siswa.
Selanjutnya, respon siswa terhadap evaluasi pembelajaran melalui BbL, pada
umumnya berpendapat bahwa mengerjakan tes dengan diiringi musik membuat
siswa lebih rileks sehingga mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Namun, perlu diperhatikan bahwa karakter siswa dalam satu kelas berbeda-beda,
dari 37 siswa terdapat seorang siswa yang tidak menyukai mengerjakan tes
dengan diiringi musik.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil, yang telah diuraikan pada
babsebelumnya, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran BbL lebih baik dari pada siswa yang mendapat pembelajaran
langsung.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran BbL lebih baik dari pada siswa yang mendapat pembelajaran
langsung.
3. Secara keseluruhan motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran
matematika melalui BbL, menunjukkan sikap yang positif.
4. Pada umumnya siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran
matematika melalui BbL yaitu terhadap penyajian materi, proses pembelajaran
dan evaluasi pembelajaran melalui BbL.
DAFTAR RUJUKAN
Anderson. (2003). Critical Thinking Across the Disciplines. Makalah pada Faculty
Development Seminar in New York City College of Technology, New York.
Bruner. (1977). The Process of Education. London: Harvard University Press.
Ennis. (1996). Critical Thingking. New York: Prentice Hall. Inc.
Volume 2 Nomor 1, November 2014 45
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari
[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996
Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pencemaran Air untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui Belajar
Kooperatif. Tesis PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Hulu. (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Sekolah
Menengah Pertama Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah. Tesis SPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Jensen, E. (2008). Brain-Based Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lasmanawati. (2011). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Proses
Berpikir Reflektif terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Berpikir
Kritis Matematis Siswa. Tesis SPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Liliasari. (2000). Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis untuk
Mempersiapkan Calon Guru IPA Memasuki Era Globalisasi. Proceeding
National Science and Mathematics Education Seminar Science and
Mathematics Education Development in Global Era. Yogyakarta: JICA-
IMSTEP FPMIPA UNY.
Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika.
Tesis PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Setiawan. (2012). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC). Tesis SPS UPI: Tidak
diterbitkan.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suherman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
JICA Universitas Pendidikan Indonesia
Syafa’at. (2009). Strategi dalam Pembelajaran Brain-Based Learning. [Online].
Tersedia:http://matematika.upi.edu. [8 Oktober 2012].
Volume 2 Nomor 1, November 2014 46
Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa
SMP – Karunia Eka Lestari

More Related Content

What's hot

Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi Kurnia
 
Penelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpPenelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpFenty Simanungkalit
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalMas Becak
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikanmuhammad
 
Proposal kuantitatif
Proposal kuantitatifProposal kuantitatif
Proposal kuantitatifAlina Margono
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)Cha Aisyah
 
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAJURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAmanginova
 
Makalah Problematika Matematika
Makalah Problematika MatematikaMakalah Problematika Matematika
Makalah Problematika Matematikahidayanti2013
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatifContoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatifAndy Saiful Musthofa
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tesanggadiyan
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDDchuex AJie
 
Bab i ptk 3
Bab i ptk 3Bab i ptk 3
Bab i ptk 3warhanie
 

What's hot (20)

Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
 
Penelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smpPenelitian tindakan kelas ipa smp
Penelitian tindakan kelas ipa smp
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
 
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
 
PROPOSAL
PROPOSALPROPOSAL
PROPOSAL
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
8 kumpul-abstrak-mat-s2-2
8 kumpul-abstrak-mat-s2-28 kumpul-abstrak-mat-s2-2
8 kumpul-abstrak-mat-s2-2
 
Proposal kuantitatif
Proposal kuantitatifProposal kuantitatif
Proposal kuantitatif
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)
 
Contoh ptk bahasa indonesia kelas iv
Contoh ptk bahasa indonesia kelas ivContoh ptk bahasa indonesia kelas iv
Contoh ptk bahasa indonesia kelas iv
 
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAJURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
 
Makalah Problematika Matematika
Makalah Problematika MatematikaMakalah Problematika Matematika
Makalah Problematika Matematika
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatifContoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
 
Bab i ptk 3
Bab i ptk 3Bab i ptk 3
Bab i ptk 3
 

Viewers also liked

Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...Rahma Siska Utari
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruFrey Krasic
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbAfwanilhuda Nst
 
Seminar Proposal "Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan...
Seminar Proposal "Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan...Seminar Proposal "Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan...
Seminar Proposal "Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan...Nasrullah Sulaiman
 
Ak prodjosantoso jurnal th 2 2014 (2)
Ak prodjosantoso jurnal th 2 2014 (2)Ak prodjosantoso jurnal th 2 2014 (2)
Ak prodjosantoso jurnal th 2 2014 (2)Hidayah Khairol
 
Kualifikasi 14 juni 2013
Kualifikasi 14 juni 2013Kualifikasi 14 juni 2013
Kualifikasi 14 juni 2013Rizka Ahsan
 
Matematika bisnis1
Matematika bisnis1Matematika bisnis1
Matematika bisnis1Amri Sandy
 
Tugas tik meilani rahmawati xii ipa 1
Tugas tik meilani rahmawati xii ipa 1Tugas tik meilani rahmawati xii ipa 1
Tugas tik meilani rahmawati xii ipa 1Meilani Rahmawati
 

Viewers also liked (16)

Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Hasratuddin
HasratuddinHasratuddin
Hasratuddin
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
 
Seminar Proposal "Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan...
Seminar Proposal "Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan...Seminar Proposal "Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan...
Seminar Proposal "Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan...
 
Ak prodjosantoso jurnal th 2 2014 (2)
Ak prodjosantoso jurnal th 2 2014 (2)Ak prodjosantoso jurnal th 2 2014 (2)
Ak prodjosantoso jurnal th 2 2014 (2)
 
1401409017
14014090171401409017
1401409017
 
Judul ptk mtk lena p. h. aritonang
Judul ptk mtk lena p. h. aritonangJudul ptk mtk lena p. h. aritonang
Judul ptk mtk lena p. h. aritonang
 
Kualifikasi 14 juni 2013
Kualifikasi 14 juni 2013Kualifikasi 14 juni 2013
Kualifikasi 14 juni 2013
 
Artikel PTK
Artikel PTKArtikel PTK
Artikel PTK
 
Matematika bisnis1
Matematika bisnis1Matematika bisnis1
Matematika bisnis1
 
Tugas tik meilani rahmawati xii ipa 1
Tugas tik meilani rahmawati xii ipa 1Tugas tik meilani rahmawati xii ipa 1
Tugas tik meilani rahmawati xii ipa 1
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ruas Garis Berarah
Ruas Garis BerarahRuas Garis Berarah
Ruas Garis Berarah
 
2005
20052005
2005
 

Similar to Koneksi dan Berpikir Kritis

Matriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiryMatriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiryRisky Hasibuan
 
Tugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaTugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaBunda Dewi
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syabanFppi Unila
 
1 peningkatan kualitas belajar
1 peningkatan kualitas belajar1 peningkatan kualitas belajar
1 peningkatan kualitas belajarAffan Dhafir
 
Pengembangan pembelajaranmatematika unit_1_0
Pengembangan pembelajaranmatematika unit_1_0Pengembangan pembelajaranmatematika unit_1_0
Pengembangan pembelajaranmatematika unit_1_0wirentakewirentake
 
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiriIntan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiriIntan Nsp
 
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptxJURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptxdika410943
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsiSayid Barca
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranmarnosumarno2
 
Merancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdf
Merancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdfMerancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdf
Merancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdfFauzyOji1
 
Seminar Matematika
Seminar MatematikaSeminar Matematika
Seminar MatematikaVivin Dolpin
 
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaLukman
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematikamatematikauntirta
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitifjayamartha
 
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
 

Similar to Koneksi dan Berpikir Kritis (20)

Matriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiryMatriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiry
 
Tugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaTugas hesti cepriana
Tugas hesti cepriana
 
08 mumun syaban
08 mumun syaban08 mumun syaban
08 mumun syaban
 
1 peningkatan kualitas belajar
1 peningkatan kualitas belajar1 peningkatan kualitas belajar
1 peningkatan kualitas belajar
 
Pengembangan pembelajaranmatematika unit_1_0
Pengembangan pembelajaranmatematika unit_1_0Pengembangan pembelajaranmatematika unit_1_0
Pengembangan pembelajaranmatematika unit_1_0
 
Tugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain PembelajaranTugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain Pembelajaran
 
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiriIntan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
 
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptxJURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsi
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Merancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdf
Merancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdfMerancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdf
Merancang dan Mendesai Instrumen Ranah Kognitif.pdf
 
Seminar Matematika
Seminar MatematikaSeminar Matematika
Seminar Matematika
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
 
3. bab i
3. bab i3. bab i
3. bab i
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
 
PTK - Satra Hamzah
PTK - Satra HamzahPTK - Satra Hamzah
PTK - Satra Hamzah
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitif
 
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...
 

Recently uploaded

(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Kanaidi ken
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxafkarzidan98
 
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Kanaidi ken
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf
 
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWPOKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWKafe Buku Pak Aw
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfEstetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfHendroGunawan8
 
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxvincentptk17
 
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...OH TEIK BIN
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++BayuYudhaSaputra
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal FaizinKanaidi ken
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxwulandaritirsa
 
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
 
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
 
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AWPOKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
POKOK BAHASAN DEMOKRASI MATAKULIA PKN - DJOKO AW
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfEstetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
 
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
 
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
 
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
 

Koneksi dan Berpikir Kritis

  • 1. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SERTA MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP KARUNIA EKA LESTARI karunia1101196@gmail.com PENDIDIKAN MATEMATIKA-FKIP UNSIKA ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu faktor penyebab permasalahan tersebut adalah pembelajaran yang tidak memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memberdayakan potensi otak secara optimal, dimana pembelajaran pada umumnya lebih menekan pada penggunaan fungsi otak kiri. Sementara itu, mengajarkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis perlu didukung oleh pergerakan otak kanan. Karakteristik ini dapat dijumpai dalam pembelajaran Brain-based Learning (BbL) karena BbL menawarkan suatu konsep pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang yang terdiri atas lima kelas dan diambil dua kelas sebagai sanpel penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis selanjutnya diolah secara deskriptif dan inferensial. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil angket motivasi belajar, jurnal harian dan lembar observasi selanjutnya diolah secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) peningkatan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa melalui BbL lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran langsung; 2) secara keseluruhan motivasi belajar dan respon siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui BbL, menunjukkan sikap yang positif. Kata Kunci : Brain-based Learning, Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis, Motivasi Belajar Siswa. PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil dalam berpikir secara rasional dan siap menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Setiawan, 2012). Volume 2 Nomor 1, November 2014 36 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 2. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 Matematika dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis, serta mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka. Maka dari itu, mengembangkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika sangatlah penting. Kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat penting dan harus dikembangkan karena dalam pembelajaran matematika setiap konsep berkaitan satu sama lain dengan konsep lainnya. Bruner (1977) menyatakan bahwa anak perlu menyadari bagaimana hubungan antar konsep, karena antara sebuah bahasan dengan bahasan matematika lainnya saling berkaitan. Selanjutnya, Lasmawati (2011) mengungkapkan bahwa melalui koneksi matematis, wawasan siswa akan semakin terbuka terhadap matematika, yang kemudian akan menimbulkan sikap positif terhadap matematika itu sendiri. Melalui proses koneksi matematis, konsep pemikiran dan wawasan siswa terhadap matematika akan semakin lebih luas, tidak hanya terfokus pada topik yang sedang dipelajari. Jika siswa memiliki wawasan yang luas, maka siswa akan memiliki kecakapan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara masuk akal (reasonable), mendalam (in dept), dapat dipertanggungjawabkan (responsible) dan berdasarkan pemikiran yang cerdas (skillfull thinking). Kecakapan-kecakapan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian, penguasaan kemampuan koneksi yang baik dapat menunjang kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir matematis yang perlu dimiliki oleh setiap siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan. Menurut Anderson (2003) bila berpikir kritis dikembangkan, seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir secara mandiri. Siswa yang berpikir kritis akan menjadikan penalaran sebagai landasan berpikir, berani megambil keputusan dan konsisten dengan keputusan tersebut (Spliter dalam Hanaswati, 2000). Kemampuan koneksi dan berpikir kritis siswa akan berkembang dengan baik apabila siswa dapat menerima pelajaran matematika. Agar siswa dapat menerima pelajaran matematika perlu ditanamkan motivasi belajar siswa terhadap matematika. Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar matematika, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Motivasi belajar yang perlu ditanamakan selama pembelajaran diantaranya dengan menumbuhkan dorongan yang kuat dan kebutuhan belajar, menumbuhkan perhatian dan minat terhadap matematika, melatih ketekunan dan keuletan dalam menghadapi kesulitan, serta menumbuhkan hasrat dan keinginan untuk berhasil. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar maka kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis akan berkembang dengan optimal. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu faktor penyebab munculnya permasalahan ini adalah pembelajaran yang masih Volume 2 Nomor 1, November 2014 37 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 3. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 menganut paradigma lama yaitu belajar yang kurang mengaktifkan siswa. Menurut Park (Hulu, 2009) pendidikan yang menganut paradigma transfer of knowledge didasarkan pada asumsi-asumsi: 1) orang mentransfer pembelajaran secara mudah dengan mempelajari konsep abstrak dan konsep yang tidak berhubungan dengan konteksnya; 2) siswa merupakan penerima pengetahuan; 3) siswa itu bersifat behavioristik dan melibatkan penguatan stimulus dan respon; 4) siswa dalam keadaan kosong yang siap diisi dengan pengetahuan; 5) keterampilan dan pengetahuan sangat baik diperoleh dengan terlepas dari konteksnya. Pembelajaran yang menganut paradigma tersebut tidak memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memberdayakan potensi otaknya, karena pembelajaran semacam itu lebih menekankan pada penggunaan fungsi otak kiri. Sementara itu, mengajarkan kemampuan koneksi matematis dan berpikir kritis perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan melibatkan unsur- unsur yang dapat mempengaruhi emosi seperti unsur estetika, serta melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar matematika. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menyeimbangkan seluruh potensi berpikir siswa. Dengan kata lain, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menyeimbangkan antara potensi otak kanan dan otak kiri siswa. Jika pembelajaran dalam kelas tidak melibatkan kedua fungsi otak itu, maka akan terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri siswa, yaitu potensi salah satu bagian otak akan melemah dikarenakan tidak digunakannya fungsi bagian otak tersebut. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kerja otak serta diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa, serta menumbuhkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang cocok dengan karakteristik tersebut adalah pembelajaran berbasis kemampuan otak atau Brain-based Learning (BbL), karena pembelajaran ini diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara alamiah untuk belajar (Jensen, 2008:5). Pembelajaran berbasis kemampuan otak ini tidak terfokus pada keterurutan, tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan siswa akan belajar, sehingga siswa dapat dengan mudah menyerap materi yang sedang dipelajari. BbL mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman (Jensen, 2008: 12). Dengan demikian, pembelajaran ini tidak mengharuskan atau menginstruksikan siswa untuk belajar, tetapi merangsang serta memotivasi siswa untuk belajar dengan sendirinya. Syafa’at (2009) juga mengungkapkan bahwa BbL menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa. Upaya pemberdayaan otak tersebut dilakukan melalui tiga strategi berikut: (1) menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa; (2) menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan; (3) menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Volume 2 Nomor 1, November 2014 38 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 4. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 Strategi-strategi tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasah kemampuan berpikir, khususnya kemampuan berpikir matematis seperti kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang menantang, jaringan sel-sel saraf akan terkoneksi satu sama lain. Semakin terkoneksi jaringan-jaringan tersebut, akan semakin merangsang kemampuan berpikir siswa, yang pada akhirnya akan semakin besar pula pemaknaan yang diperoleh siswa dari pembelajaran. Tugas-tugas matematika yang bervariasi, dapat melatih siswa untuk menggunakan dan mengembangkan koneksi matematis. Tantangan berupa masalah, dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Di samping itu, lingkungan pembelajaran yang menyenangkan juga akan memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dan beraktifitas secara optimal dalam pembelajaran. Maka dari itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian serta analisis lebih mendalam mengenai implementasi pembelajaran Brain-based Learning terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis serta motivasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung; (2) bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara langsung; (3) bagaimana motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL; (4) bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran BbL? LANDASAN TEORI 1. Kemampuan Koneksi Matematis Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan dalam mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan bidang lain. Indikator kemampuan koneksi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika, antara konsep atau aturan matematika dengan bidang studi lain dan antara konsep atau aturan matematika dengan aplikasi pada kehidupan nyata. Proses penciptaan koneksi dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan melalui BbL, mengingat dalam pembelajaran tersebut terdapat tahap inisiasi dan akuisisi. Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron- neuron saling “berkomunikasi” satu sama lain (Jensen, 2008:53). Semakin terkoneksi jaringan-jaringan tersebut, maka akan semakin merangsang kemampuan berpikir siswa, yang pada akhirnya akan semakin besar pula pemaknaan yang diperoleh siswa dari pembelajaran. Tugas-tugas matematika yang bervariasi, dapat melatih siswa untuk menggunakan dan mengembangkan koneksi matematis. Ini menjadi dasar bahwa kemampuan koneksi matematis dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika menggunakan BbL. Volume 2 Nomor 1, November 2014 39 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 5. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalah matematika yang melibatkan pengetahuan matematika, penalaran matematika dan pembuktian matematika. Indikator kemampuan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); (2) membangun keterampilan dasar (basic support); (3) membuat simpulan (inference); (4) membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification); (5) menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics) untuk memecahkan masalah (Ennis, 1996). Guna mengembangkan kelima indikator berpikir kritis dalam pembelajaran matematika, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa yang disesuaikan dengan cara otak bekerja secara alamiah untuk belajar. Hal tersebut merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pembelajaran BbL. Ini menjadi dasar bahwa kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika menggunakan BbL. 3. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah suatu daya, dorongan atau kekuatan, baik yang datang dari diri sendiri maupun dari luar yang mendorong siswa untuk belajar. Indikator motivasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah (1) adanya dorongan dan kebutuhan belajar; (2) menunjukkan perhatian dan minat terhadap tugas-tugas yang diberikan; (3) tekun menghadapi tugas; (4) ulet menghadapi kesulitan; (5) adanya hasrat dan keinginan berhasil. Guna mengembangkan kelima indikator motivasi belajar dalam pembelajaran matematika, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan cara otak bekerja secara alamiah untuk belajar. Hal tersebut merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pembelajaran BbL. Pembelajaran ini tidak mengharuskan siswa untuk belajar, melainkan menanamkan kecintaan untuk belajar pada siswa, sehingga siswa dengan sendirinya akan merasa membutuhkan belajar. Ini menjadi dasar bahwa penerapan BbL dalam pembelajaran matematika dapat menimbulkan motivasi belajar yang positif bagi siswa. 4. Pembelajaran Melalui Brain-Based Learning Pembelajaran BBL adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar. Pembelajaran ini mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman, serta tidak terfokus pada keterurutan, tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan siswa akan belajar. Adapun fase pembelajaran BbL menurut Jensen (2008) yaitu: (1) pra-pemaparan; (2) persiapan; (3) inisiasi dan akuisisi; (4) elaborasi; (5) inkubasi dan memasukkan memori; (6) verifikasi dan pengecekan keyakinan; serta (7) perayaan dan integrasi. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Hal ini dikarenakan tidak memungkinkan pemilihan sampel secara Volume 2 Nomor 1, November 2014 40 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 6. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 acak karena telah terbentuknya satu kelompok utuh seperti kelompok siswa dalam satu kelas, sehingga jika dilakukan lagi pengelompokan secara acak maka akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non randomized control-treatment group, pretest–posttest design disebut juga sebagai non equivalent control group design. Desain ini mirip dengan pretest-posttest di dalam true experiment namun tidak dilakukan pemilihan sampel secara acak. Desain dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Kelas eksperimen : O X O Kelas kontrol : O O Keterangan: O: Pretes dan postes (tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis) X: Perlakuan pembelajaran melalui Brain-based Learning. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2006). Selanjutnya, dipilih dua kelas secara acak dengan cara mengundi untuk dijadikan sampel penelitian. Satu dari dua kelas tersebut dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya dijadikan sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengundian tersebut diperoleh kelas VIII B sebagai kelas kontrol dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapat pembelajaran melalui BbL dan siswa yang mendapat pembelajaran langsung. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data pretes, postes dan data N-gain kemampuan koneksi matematis. Analisis awal mengenai skor pretes pada kedua kelas menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan awal koneksi matematis antar kedua kelas, dengan rata- rata skor pretes siswa kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Terjadinya perbedaan tersebut dikarenakan pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik probability sampling, sehingga memungkinkan terpilihnya dua kelas sebagai sampel yang memiliki perbedaan dari segi kemampuan ataupun karakteristik lainnya. Dengan demikian, untuk mengetahui bagaimana peningkatannya, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata terhadap data N-gain kemampuan koneksi matematis pada kedua kelas. Hasil pengujian normalitas dan homogenitas data N-gain, menunjukkan bahwa data N-gain kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Selanjutnya, hasil uji t indepentdent sample menghasilkan nilai signifikansi 1-tailed sebesar 0,0005, lebih kecil dari ∝= 0,05, maka H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung. Volume 2 Nomor 1, November 2014 41 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 7. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 Hal ini sejalan dengan kajian teori, bahwa proses penciptaan koneksi dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan melalui BbL, mengingat dalam pembelajaran tersebut terdapat tahap inisiasi dan akuisisi. Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron-neuron saling “berkomunikasi” satu sama lain (Jensen, 2008:53). Semakin terkoneksi jaringan-jaringan tersebut, maka akan semakin merangsang kemampuan berpikir siswa, yang pada akhirnya akan semakin besar pula pemaknaan yang diperoleh siswa dari pembelajaran. Tugas-tugas matematika yang bervariasi, dapat melatih siswa untuk menggunakan dan mengembangkan koneksi matematis. Ini menjadi dasar bahwa pembelajaran BbL dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Sementara itu, kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dapat dilihat berdasarkan klasifikasi N-gain. Nilai rata-rata N-gain pada kelas BbL sebesar 0,74 atau berada pada klasifikasi tinggi, sedangkan rata-rata N-gain pada kelas langsung sebesar 0,61 atau berada pada klasifikasi sedang. Indikator kemampuan koneksi matematis yang diukur pada penelitian ini meliputi: mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika, mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan bidang studi lain, dan mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan aplikasi pada kehidupan nyata. Hasil analisis deskriptif N- gain kemampuan koneksi matematis siswa berdasarkan tiga indikator tersebut, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis untuk setiap indikator pada kelas BbL lebih tinggi daripada peningkatan pada kelas langsung. Adapun nilai N-Gain terendah pada kedua kelas yaitu dalam hal mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika, dimana nilai rata-rata N-Gain pada kedua kelas berada pada kategori sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian Ruspiani (2000) yang mengungkapkan bahwa kemampuan koneksi terendah siswa ada pada kemampuan antar topik matematika. Rendahnya tingkat kemampuan koneksi antar topik ini dikarenakan banyaknya topik matematika yang harus dikaitkan dengan penyelesaian soal sehingga memerlukan jangkauan pemikirn yang tinggi. Disamping itu, berdasarkan hasil pengerjaan siswa, dapat diidentifikasi bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi prasyarat, seperti teorema phytagoras dan operasi aljabar masih kurang baik. 2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran melalui BbL dan siswa yang mendapat pembelajaran langsung. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data pretes, postes dan N-gain kemampuan koneksi matematis. Analisis awal mengenai skor pretes pada kedua kelas menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan awal berpikir kritis matematis antar kedua kelas, dengan rata-rata skor pretes siswa kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Terjadinya perbedaan tersebut dikarenakan pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik probability sampling, sehingga memungkinkan terpilihnya dua kelas sebagai sampel yang memiliki perbedaan dari segi kemampuan ataupun karakteristik lainnya. Dengan demikian, untuk mengetahui Volume 2 Nomor 1, November 2014 42 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 8. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 bagaimana peningkatannya, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata terhadap data N-gain kemampuan berpikir kritis matematis pada kedua kelas. Hasil pengujian normalitas data N-gain, menunjukkan bahwa data N-gain kedua kelas tidak berdistribusi normal, sehingga pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney menghasilkan nilai signifikansi 1-tailed sebesar 0,001, lebih kecil dari ∝= 0,05, maka H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung. Hal ini sejalan dengan kajian teori, bahwa proses berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan melalui strategi dalam BbL, yaitu dengan menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa yang disesuaikan dengan cara otak bekerja secara alamiah untuk belajar (Syafa’at, 2009). Ini yang menjadi dasar bahwa pembelajaran BbL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Sementara itu, kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat dilihat berdasarkan klasifikasi N-gain. Nilai rata-rata N-gain pada kelas BbL dan kelas langsung berturut-turut sebesar 0,53 dan 0,42 atau berada pada klasifikasi sedang. Jika melihat nilai rata-rata N-Gain secara keseluruhan, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelas BbL lebih baik daripada kelas langsung. Namun jika dilihat per indikator kemampuan berpikir kritis matematis, peningkatan kemampuan siswa kelas langsung memang lebih baik dari kelas BbL. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang diukur pada penelitian ini terdiri atas lima indikator, yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); (2) membangun keterampilan dasar (basic support); (3) menyimpulkan (inference); (4) membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification); dan (5) menyusun strategi dan taktik (strategies and tactics). Hasil analisis deskriptif mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari lima indikator tersebut, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inference), dan membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), pada kelas langsung lebih tinggi daripada peningkatan pada kelas BbL. Hal ini dapat disebabkan karena pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan teknik probability sampling, dimana kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol (pembelajaran langsung) termasuk kelas yang unggul. Dengan demikian, siswa pada kelas langsung pada dasarnya memang telah memiliki kemampuan yang baik. Rendahnya kemampuan membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inference), dan membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification) mengindikasikan bahwa siswa masih kesulitan dalam memecahkan masalah yang memerlukan penalaran matematis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian TIM Survey IMSTEP-JICA (Liliasari, 2000) di kota Bandung bahwa salah satu kegiatan terkait berpikir kritis yang dianggap sulit oleh siswa untuk Volume 2 Nomor 1, November 2014 43 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 9. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 mempelajarinya adalah kegiatan pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematis dan menemukan generalisasi atau konjektur. Meskipun demikian, peningkatan kemampuan memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) dan menyusun strategi dan taktik (strategis and tactics), pada kelas BbL lebih tinggi daripada peningkatan siswa kelas langsung. Agar dapat memberikan penjelasan sederhana dan menyusun strategi dan taktik, siswa perlu memiliki wawasan yang luas terhadap matematika. Wawasan yang luas dapat dibangun jika siswa memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, diketahui bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kelas BbL lebih baik daripada siswa kelas langsung. Inilah menyebabkan kemampuan siswa kelas BbL dalam hal memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) dan menyusun strategi dan taktik (strategis and tactics) lebih baik daripada siswa kelas langsung. Dengan demikian, jelas bahwa penguasaan kemampuan koneksi matematis yang baik dapat menunjang kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis. 3. Motivasi Belajar Siswa yang Mendapat Pembelajaran BbL Pemberian angket pada kelas eksperimen bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar mereka setelah mengikuti pembelajaran matematika melalui BbL. Angket yang diberikan terdiri dari 25 pertanyaan yang memuat lima indikator, meliputi; (1) adanya dorongan dan kebutuhan belajar; (2) menunjukkan perhatian dan minat terhadap materi atau tugas yang diberikan; (3) tekun menghadapi tugas; (4) ulet menghadapi kesulitan; (5) adanya hasrat dan keinginan berhasil. Hasil jawaban angket siswa kemudian diubah ke dalam skala Likert yang telah dimodifikasi, kemudian ditransformasikan menjadi skala interval dengan menggunakan Metode of Successive Interval (MSI). Hasil perhitungan MSI diperoleh rata-rata skor sikap siswa secara keseluruhan adalah 2,96, nilai tersebut lebih besar dari rata-rata skor sikap netral yaitu 2,37. Ini menunjukkan motivasi belajar siswa yang positif terhadap pembelajaran matematika melalui BbL. Hal tersebut sejalan dengan kajian teori, bahwa implementasi BbL dalam pembelajaran matematika dapat menimbulkan motivasi belajar yang positif bagi siswa, karena pembelajaran ini tidak mengharuskan siswa untuk belajar, melainkan menanamkan kecintaan untuk belajar pada siswa, sehingga siswa dengan sendirinya akan merasa membutuhkan belajar. Disamping itu, strategi dalam BbL yaitu dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan disesuaikan dengan cara otak bekerja secara alamiah untuk belajar, dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika. Namun, sikap negatif ditunjukkan siswa pada item pernyataan nomor 15 sebagian besar (67,6%) siswa jarang mengerjakan soal-soal latihan jika tidak ditugaskan guru. Dengan demikian, agar siswa mengerjakan soal-soal latihan meskipun tidak ditugaskan, guru perlu memberikan motivasi ekstrinsik kepada siswa, misalnya dengan memberikan penghargaan atau reward bagi siswa yang mampu mengerjakan soal-soal latihan meskipun tidak ditugaskan. Volume 2 Nomor 1, November 2014 44 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 10. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 4. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran BbL Respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui BbL diperoleh dari jurnal harian siswa. Hasil jurnal harian siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan tiga kategori, yaitu respon siswa terhadap penyajian materi, respon siswa terhadap proses pembelajaran, dan respon siswa terhadap evaluasi pembelajaran melalui BbL. Respon siswa terhadap materi yang disajikan pada umumnya siswa menyatakan lebih mengerti dan memahami materi melalui pembelajaran seperti ini, namun terdapat beberapa siswa yang mengeluhkan soal-soal yang diberikan terlalu banyak dan sulit dan ada pula siswa yang tidak menyukai penyajian materi dengan slide pada power point. Begitu pula halnya dengan respon siswa terhadap proses pembelajaran, sebagian besar siswa menyukai pembelajaran yang dilakukan karena memberikan lebih banyak pengalaman dan motivasi dalam menghadapi masalah, terutama masalah dalam menghadapi pelajaran matematika. Namun, dikarenakan pelajaran matematika merupakan pelajaran terakhir, sehingga ada siswa yang mengantuk. Oleh karena, itu pemilihan lagu sebagai pengiring dalam pembelajaran perlu disesuaikan dengan kondisi siswa. Selanjutnya, respon siswa terhadap evaluasi pembelajaran melalui BbL, pada umumnya berpendapat bahwa mengerjakan tes dengan diiringi musik membuat siswa lebih rileks sehingga mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan. Namun, perlu diperhatikan bahwa karakter siswa dalam satu kelas berbeda-beda, dari 37 siswa terdapat seorang siswa yang tidak menyukai mengerjakan tes dengan diiringi musik. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil, yang telah diuraikan pada babsebelumnya, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL lebih baik dari pada siswa yang mendapat pembelajaran langsung. 2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL lebih baik dari pada siswa yang mendapat pembelajaran langsung. 3. Secara keseluruhan motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui BbL, menunjukkan sikap yang positif. 4. Pada umumnya siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran matematika melalui BbL yaitu terhadap penyajian materi, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran melalui BbL. DAFTAR RUJUKAN Anderson. (2003). Critical Thinking Across the Disciplines. Makalah pada Faculty Development Seminar in New York City College of Technology, New York. Bruner. (1977). The Process of Education. London: Harvard University Press. Ennis. (1996). Critical Thingking. New York: Prentice Hall. Inc. Volume 2 Nomor 1, November 2014 45 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari
  • 11. [JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN 2338-2996 Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Hulu. (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis SPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Jensen, E. (2008). Brain-Based Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lasmanawati. (2011). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Proses Berpikir Reflektif terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Tesis SPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Liliasari. (2000). Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis untuk Mempersiapkan Calon Guru IPA Memasuki Era Globalisasi. Proceeding National Science and Mathematics Education Seminar Science and Mathematics Education Development in Global Era. Yogyakarta: JICA- IMSTEP FPMIPA UNY. Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Setiawan. (2012). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Tesis SPS UPI: Tidak diterbitkan. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suherman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia Syafa’at. (2009). Strategi dalam Pembelajaran Brain-Based Learning. [Online]. Tersedia:http://matematika.upi.edu. [8 Oktober 2012]. Volume 2 Nomor 1, November 2014 46 Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP – Karunia Eka Lestari