Pasien laki-laki berusia 28 tahun menjalani hemodialisa karena CKD stage 5. Pasien mengeluh lemas dan kedinginan sebelum, selama, dan sesudah hemodialisa. Perawat memberikan dukungan dan mengawasi kondisi pasien.
Interaksi antara perawat dengan klien berjalan lancar. Klien dapat memperkenalkan diri dengan baik dan menjawab pertanyaan sederhana tentang dirinya. Pada interaksi selanjutnya, klien menceritakan masalahnya dengan jujur namun mengalami halusinasi suara. Perawat membantu klien mengenali halusinasinya. Pada akhir interaksi, klien menerima proses terminasi dengan baik.
1. Kasus pasien An. A laki-laki berusia 8 tahun yang dirujuk ke rumah sakit karena nyeri pada tulang kering akibat jatuh dari pohon. Keluarga masih mempercayai pengobatan tradisional.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep diri, yang didefinisikan sebagai ide, pemikiran, dan kepercayaan seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman dan interaksi sosial, dan memiliki komponen seperti gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri. Dokumen tersebut juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri dan gangguan yang dapat timbul j
Pasien laki-laki berusia 28 tahun menjalani hemodialisa karena CKD stage 5. Pasien mengeluh lemas dan kedinginan sebelum, selama, dan sesudah hemodialisa. Perawat memberikan dukungan dan mengawasi kondisi pasien.
Interaksi antara perawat dengan klien berjalan lancar. Klien dapat memperkenalkan diri dengan baik dan menjawab pertanyaan sederhana tentang dirinya. Pada interaksi selanjutnya, klien menceritakan masalahnya dengan jujur namun mengalami halusinasi suara. Perawat membantu klien mengenali halusinasinya. Pada akhir interaksi, klien menerima proses terminasi dengan baik.
1. Kasus pasien An. A laki-laki berusia 8 tahun yang dirujuk ke rumah sakit karena nyeri pada tulang kering akibat jatuh dari pohon. Keluarga masih mempercayai pengobatan tradisional.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep diri, yang didefinisikan sebagai ide, pemikiran, dan kepercayaan seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman dan interaksi sosial, dan memiliki komponen seperti gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri. Dokumen tersebut juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri dan gangguan yang dapat timbul j
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Dibawah ini adalah contoh Soal ukom perawat dan kunci jawaban.
1. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dibawa ke UGD oleh keluarganya karena mengalami kejang saat di rumah sampai lidahnya berdarah karena tergigit.
Apakah tindakan keperawatan yang menjadi prioritas pada kasus yang dialami oleh Tn. B?
Dapatkan soal soal uji kompetensi perawat terlengkap di www.kumpulanukom.blogspot.com dan Kumpulanukom.blogspot.com serta ukomperawat.blogspot.com
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan anak dengan diare. Secara ringkas, diare adalah kondisi buang air besar yang tidak normal lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer yang disebabkan oleh inflamasi usus dan gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Gejala klinis diare antara lain buang air besar encer, dehidrasi, dan gangguan keseimbangan asam basa. Penanganannya meliputi pemberian cair
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
I. Klasifikasi data menunjukkan gejala dehidrasi berat pada anak akibat diare berlebihan disertai muntah-muntah, nafsu makan berkurang, dan kelelahan. Ibu sangat cemas dengan kondisi anaknya.
II. Anak dirawat karena muntah-muntah berulang, sakit perut, dan diare parah di rumah sehingga orang tua membawanya ke rumah sakit.
III. Saat dirawat, anak masih mengal
Dokumen tersebut membahas tentang sterilisasi dan desinfeksi untuk membunuh organisme penyebab infeksi. Ia menjelaskan definisi sterilisasi dan desinfeksi, istilah terkait, bahan kimia yang digunakan seperti yodium, klorin, alkohol, dan fenol, serta cara-cara melakukan sterilisasi melalui pemanasan, gas, dan sinar ultraviolet. Dokumen ini juga membahas penggunaan antibiotika untuk menghambat pertumbuhan mikro
Seminar proposal ini membahas asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan masalah manajemen kesehatan yang tidak efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan keluarga melalui identifikasi pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, dan evaluasi pada pasien diabetes mellitus. Hasilnya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan keluarga pada pas
Dokumen ini membahas pengalaman penulis sebagai mahasiswa kesehatan di UI. Penulis belajar tentang pentingnya kerja sama tim kesehatan setelah mengikuti modul kolaborasi tim kesehatan di semester dua. Modul ini mengajarkan konsep kerja sama antar profesi kesehatan dan peran masing-masing dalam tim. Penulis belajar bahwa pelayanan kesehatan dilaksanakan secara tim untuk meningkatkan layanan pasien.
Tinjauan kasus pasien Ny. "S" yang mengalami gastroenteritis mencakup:
1. Identitas pasien wanita berumur 23 tahun dengan keluhan demam, diare dan muntah
2. Riwayat penyakit sekarang mengalami panas badan dan diare 5 kali sehari selama 2 hari
3. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah dan panas beserta tanda vital tidak normal
Perawat perlu mengaktifkan prosedur respons bencana sebagai tindakan awal ketika banyak korban kecelakaan pesawat akan dikirim ke rumah sakit. Prosedur ini harus diaktivkan sebelum melakukan intervensi lainnya.
Konsep pasien terminal & menjelang ajalMitha Khair
Dokumen tersebut membahas konsep pasien terminal dan menjelang ajal. Ia menjelaskan pengertian kondisi terminal, tanda-tanda klinis menjelang kematian, serta tahapan yang dijalani pasien dalam menerima kenyataan menjelang kematian seperti penyangkalan, marah, depresi, hingga penerimaan."
Ketidakbersihan jalan napas, kekurangan volume cairan, kerusakan jaringan kulit, dan hambatan mobilitas merupakan masalah prioritas pasien dengan diabetes mellitus dan komplikasinya.
Asuhan keperawatan untuk Ny. W dengan diagnosis bronchitis kronis mencakup evaluasi gejala sesak napas dan nafas tidak teratur serta pemberian terapi oksigen dan obat-obatan. Perawatan fokus pada meningkatkan kemampuan bernafas dan kebersihan saluran pernapasan.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar keperawatan gerontik yang mencakup definisi, proses penuaan, karakteristik dan masalah yang dihadapi lansia, serta lingkup dan model pemberian asuhan keperawatan gerontik yang meliputi pendekatan fisik, psikis, sosial dan spiritual."
Proposal kegiatan terapi aktivitas kelompok menggambar yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial dan ekspresi diri klien gangguan jiwa melalui aktivitas menggambar secara berkelompok. Kegiatan ini akan diikuti oleh 6 klien yang dibagi menjadi 2 kelompok dan dinilai berdasarkan kerjasama tim, ketepatan waktu, dan penjelasan gambar. Diharapkan kegiatan ini dapat mencapai tujuan meningkatkan interaksi s
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, manfaat, indikasi, dan contoh-contoh dari terapi aktivitas kelompok.
2. Terapi aktivitas kelompok adalah upaya memfasilitasi psikoterapi kepada sejumlah klien secara bersamaan untuk meningkatkan hubungan antar anggota.
3. Manfaat terapi aktivitas kelompok antara lain dukungan, pendidikan, dan meningkatkan
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Dibawah ini adalah contoh Soal ukom perawat dan kunci jawaban.
1. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dibawa ke UGD oleh keluarganya karena mengalami kejang saat di rumah sampai lidahnya berdarah karena tergigit.
Apakah tindakan keperawatan yang menjadi prioritas pada kasus yang dialami oleh Tn. B?
Dapatkan soal soal uji kompetensi perawat terlengkap di www.kumpulanukom.blogspot.com dan Kumpulanukom.blogspot.com serta ukomperawat.blogspot.com
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan anak dengan diare. Secara ringkas, diare adalah kondisi buang air besar yang tidak normal lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer yang disebabkan oleh inflamasi usus dan gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Gejala klinis diare antara lain buang air besar encer, dehidrasi, dan gangguan keseimbangan asam basa. Penanganannya meliputi pemberian cair
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
I. Klasifikasi data menunjukkan gejala dehidrasi berat pada anak akibat diare berlebihan disertai muntah-muntah, nafsu makan berkurang, dan kelelahan. Ibu sangat cemas dengan kondisi anaknya.
II. Anak dirawat karena muntah-muntah berulang, sakit perut, dan diare parah di rumah sehingga orang tua membawanya ke rumah sakit.
III. Saat dirawat, anak masih mengal
Dokumen tersebut membahas tentang sterilisasi dan desinfeksi untuk membunuh organisme penyebab infeksi. Ia menjelaskan definisi sterilisasi dan desinfeksi, istilah terkait, bahan kimia yang digunakan seperti yodium, klorin, alkohol, dan fenol, serta cara-cara melakukan sterilisasi melalui pemanasan, gas, dan sinar ultraviolet. Dokumen ini juga membahas penggunaan antibiotika untuk menghambat pertumbuhan mikro
Seminar proposal ini membahas asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan masalah manajemen kesehatan yang tidak efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan keluarga melalui identifikasi pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, dan evaluasi pada pasien diabetes mellitus. Hasilnya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan keluarga pada pas
Dokumen ini membahas pengalaman penulis sebagai mahasiswa kesehatan di UI. Penulis belajar tentang pentingnya kerja sama tim kesehatan setelah mengikuti modul kolaborasi tim kesehatan di semester dua. Modul ini mengajarkan konsep kerja sama antar profesi kesehatan dan peran masing-masing dalam tim. Penulis belajar bahwa pelayanan kesehatan dilaksanakan secara tim untuk meningkatkan layanan pasien.
Tinjauan kasus pasien Ny. "S" yang mengalami gastroenteritis mencakup:
1. Identitas pasien wanita berumur 23 tahun dengan keluhan demam, diare dan muntah
2. Riwayat penyakit sekarang mengalami panas badan dan diare 5 kali sehari selama 2 hari
3. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah dan panas beserta tanda vital tidak normal
Perawat perlu mengaktifkan prosedur respons bencana sebagai tindakan awal ketika banyak korban kecelakaan pesawat akan dikirim ke rumah sakit. Prosedur ini harus diaktivkan sebelum melakukan intervensi lainnya.
Konsep pasien terminal & menjelang ajalMitha Khair
Dokumen tersebut membahas konsep pasien terminal dan menjelang ajal. Ia menjelaskan pengertian kondisi terminal, tanda-tanda klinis menjelang kematian, serta tahapan yang dijalani pasien dalam menerima kenyataan menjelang kematian seperti penyangkalan, marah, depresi, hingga penerimaan."
Ketidakbersihan jalan napas, kekurangan volume cairan, kerusakan jaringan kulit, dan hambatan mobilitas merupakan masalah prioritas pasien dengan diabetes mellitus dan komplikasinya.
Asuhan keperawatan untuk Ny. W dengan diagnosis bronchitis kronis mencakup evaluasi gejala sesak napas dan nafas tidak teratur serta pemberian terapi oksigen dan obat-obatan. Perawatan fokus pada meningkatkan kemampuan bernafas dan kebersihan saluran pernapasan.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar keperawatan gerontik yang mencakup definisi, proses penuaan, karakteristik dan masalah yang dihadapi lansia, serta lingkup dan model pemberian asuhan keperawatan gerontik yang meliputi pendekatan fisik, psikis, sosial dan spiritual."
Proposal kegiatan terapi aktivitas kelompok menggambar yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial dan ekspresi diri klien gangguan jiwa melalui aktivitas menggambar secara berkelompok. Kegiatan ini akan diikuti oleh 6 klien yang dibagi menjadi 2 kelompok dan dinilai berdasarkan kerjasama tim, ketepatan waktu, dan penjelasan gambar. Diharapkan kegiatan ini dapat mencapai tujuan meningkatkan interaksi s
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, manfaat, indikasi, dan contoh-contoh dari terapi aktivitas kelompok.
2. Terapi aktivitas kelompok adalah upaya memfasilitasi psikoterapi kepada sejumlah klien secara bersamaan untuk meningkatkan hubungan antar anggota.
3. Manfaat terapi aktivitas kelompok antara lain dukungan, pendidikan, dan meningkatkan
Proposal ini mengusulkan terapi aktivitas kelompok (TAK) untuk stimulasi persepsi sensori khususnya halusinasi pada pasien gangguan jiwa. TAK ini akan terdiri dari dua sesi, yaitu sesi pertama untuk mengenal halusinasi dan sesi kedua untuk melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tujuannya adalah membantu pasien meningkatkan kemampuan mengontrol gejala halusinasi secara bertahap
Makalah ini membahas terapi aktivitas kelompok dalam keperawatan jiwa. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang dilakukan kepada sekelompok klien dengan masalah yang sama untuk meningkatkan hubungan antar anggota. Terapi ini memberikan manfaat seperti dukungan, pendidikan, dan meningkatkan keterampilan sosial. Klien yang cocok untuk terapi ini adalah yang sudah stabil dan tidak agresif, sedangkan yang tidak cocok adal
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
Laporan ini membahas masalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku maladaptif dalam memanifestasikan perasaan marah yang dapat berupa mencederai diri, menganiaya orang lain, atau merusak lingkungan. Gangguan harga diri rendah dapat menyebabkan perilaku kekerasan dan ditandai dengan perasaan negatif terhadap diri, kehilangan percaya diri, dan rasa malu. Diagnosa keperaw
Proposal terapi aktivitas kelompok untuk menangani perilaku kekerasan dengan lima sesi, masing-masing sesi mempelajari topik berbeda seperti mengenal, mencegah, dan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, sosial, dan spiritual beserta evaluasi hasilnya. Terapi dilakukan dengan diskusi, simulasi, dan relaksasi untuk mengubah persepsi dan tanggapan klien terhadap situasi yang menimbulkan amarah.
Makalah ini membahas analisis proses interaksi antara perawat dan pasien dalam keperawatan jiwa, mencakup pengertian, tujuan, pendokumentasian, fase-fase komunikasi, dan variabel analisis proses interaksi. Tujuan analisis proses interaksi adalah untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi perawat dan memahami interaksi dengan pasien. Pendokumentasian meliputi catatan interaksi, interpretasi, dan evaluasi. Fase-fase komunikasi
Dokumen tersebut membahas laporan pendahuluan keperawatan jiwa mengenai perubahan proses pikiran berupa waham. Laporan ini menjelaskan pengertian, penyebab, gejala, akibat, dan rencana tindakan keperawatan untuk menangani masalah tersebut seperti meningkatkan hubungan saling percaya, menghadirkan realitas, serta meningkatkan harga diri dan kemampuan klien.
Laporan ini membahas tentang perilaku kekerasan dan gangguan harga diri yang rendah pada pasien gangguan jiwa. Masalah utama adalah perilaku kekerasan seperti amuk. Penyebabnya antara lain frustasi, takut, manipulasi, dan gangguan harga diri yang rendah. Rencana tindakan mencakup pencegahan perilaku kekerasan dengan cara fisik, sosial, spiritual, dan kepatuhan minum obat, serta meningkatkan harga diri dengan membangun
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Defisit perawatan diri (DPD) pada pasien gangguan jiwa yang menyebabkan isolasi sosial. DPD disebabkan penurunan proses berpikir yang mengakibatkan kurangnya motivasi untuk merawat diri. Diagnosa keperawatan pasien tersebut adalah DPD dan isolasi sosial. Rencana tindakan keperawatan bertujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam merawat diri secara mandiri
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi dan terapi okupasi bagi pasien dengan gangguan jiwa, yang meliputi pengertian, tujuan, tim penanggung jawab, jenis-jenis kegiatan, dan proses pelaksanaannya."
Terapi perilaku merupakan pendekatan psikoterapi yang berfokus pada modifikasi tingkah laku dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Terapi ini berdasarkan pada pandangan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh lingkungan melalui proses kondisionering klasik dan operan serta pemodelan sosial. Teknik yang digunakan antara lain penguatan, sistematis desensitisasi, flooding, pelatihan keterampilan sosial, dan pengel
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa yang bertujuan mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif melalui berbagai jenis terapi seperti individu, kelompok, keluarga, lingkungan, biologis, kognitif, dan perilaku.
Proposal terapi aktivitas kelompok perawatan diri pada pasien dengan masalah defisit perawatan diri di RSJ Provinsi Lampung bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien akan pentingnya perawatan diri secara maksimal melalui kegiatan berdandan dan berhias. Terapi akan diikuti oleh pasien kooperatif tanpa perilaku agresif dan dilaksanakan selama dua sesi untuk memperkenalkan diri dan alat berdandan serta manfaatnya.
Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi fisik, mental, sosial, dan ekonomik, di rumah sakit-rumah sakit, dan pusat-pusat rehabilitasi tertentu
Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical Rehabilitation (1969). Penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan medis, sosial, pendidikan dan vokasional untuk melatih kembali individu ke arah kemungkinan tertinggi dari tingkat kemampuan fungsionalnya.
Kegiatan ini diberikan dengan menggunakan sejumlah kegiatan dimana bertujuan membantu pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang dirawat di rumah sakit.
Terapi okupasi merupakan salah satu jenis kegiatan rehabilitasi. Berdasarkan hasil penelitian dalam Jurnal tahun 2006 oleh Rika Sabri, dkk. dari 27 anak autis yang melakukan terapi okupasi yang baik, ada 25 anak (92,6%) yang mengalami kemajuan.
Laporan ini membahas masalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku maladaptif dalam memanifestasikan perasaan marah secara fisik atau verbal. Gangguan harga diri rendah dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Diagnosa keperawatan yang diberikan adalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengidentifikasi penyebab, t
Teori perilaku menjelaskan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh lingkungan serta pembelajaran. Teori ini menekankan pentingnya aspek kognitif dan sosial dalam membentuk perilaku manusia. Berbagai teknik kaunseling perilaku seperti desensitisasi, terapi implosif, dan pendekatan kognitif digunakan untuk mengubah pola pikir dan tingkah laku klien.
Dokumen tersebut membahas strategi pelaksanaan untuk menangani defisit perawatan diri pasien melalui tiga tahap, yaitu membahas kebersihan diri, berdandan, dan cara makan minum yang benar. Setiap tahap mencakup orientasi, pelaksanaan tindakan, dan terminasi untuk melatih pasien agar dapat merawat diri secara mandiri.
Laporan pendahuluan ini membahas gangguan konsep diri berupa harga diri rendah pada seorang pasien. Gangguan ini dapat terjadi karena faktor situasional maupun kronis, dengan gejala seperti perasaan malu, isolasi sosial, dan perilaku kekerasan terhadap diri sendiri. Diagnosa masalahnya adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, dengan rencana tindakan keperawatan untuk meningkatkan konsep diri dan hubungan s
Halusinasi dan isolasi sosial menyebabkan risiko mencederai diri dan lingkungan. Diagnosa keperawatan meliputi perubahan sensori persepsi seperti halusinasi dan isolasi sosial seperti menarik diri. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasi, serta membina hubungan sosial dan dukungan keluarga untuk mencegah isolasi sosial.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Satuan acara penyuluhan tentang gastroenteritis yang berisi tujuan, materi, metode, dan evaluasi penyuluhan selama 30 menit kepada pasien dan keluarga di rumah sakit untuk meningkatkan pemahaman tentang definisi, penyebab, gejala, pencegahan, dan penanganan gastroenteritis.
Diare merupakan kondisi dimana seseorang mengalami pembuangan air besar berulang kali selama lebih dari 2 hari. Penyebabnya adalah infeksi bakteri atau virus dari makanan atau air yang terkontaminasi, serta susu atau makanan yang mengandung laktosa. Pengobatan diare dapat dilakukan dengan meminum oralit atau larutan garam gula untuk mencegah dehidrasi, atau pergi ke fasilitas kesehatan jika gej
Dokumen ini membahas tentang gastroenteritis, yaitu penyakit perubahan bentuk dan konsistensi tinja serta bertambahnya frekuensi buang air besar yang disebabkan oleh infeksi, masalah pencernaan, makanan, atau faktor psikologis. Tanda dan gejalanya meliputi gelisah, lesu, muntah, haus, dan diare. Penatalaksanaannya berfokus pada penggantian cairan dan elektrolit yang hilang melalui diare dan muntah
Dokumen tersebut merupakan satuan acara penyuluhan tentang hipertensi yang diadakan untuk ibu S. Penyuluhan ini membahas tentang pengertian, gejala, penyebab, komplikasi, dan pengobatan hipertensi serta cara pencegahannya melalui pola makan sehat dan olahraga. Tujuan dari penyuluhan ini adalah agar ibu S dapat memahami hipertensi dan menerapkan pencegahan hipertensi secara tepat dalam ke
Hipertensi atau darah tinggi adalah kondisi dimana tekanan darah seseorang melebihi 160/95 mmHg dan dapat disebabkan oleh stres, obesitas, dan merokok. Gejala hipertensi antara lain sakit kepala, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Hipertensi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke.
Strategi Pelaksanaan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
1. Dokumen tersebut merupakan rangkaian strategi pelaksanaan risiko perilaku kekerasan melalui 4 pertemuan. Pada setiap pertemuan dilatih cara mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik, sosial, spiritual dan cara keempat yang akan dibahas. Latihan dilakukan dengan membina hubungan, mengidentifikasi penyebab marah, dan cara mengontrolnya melalui nafas, gerakan fisik, komunikasi dan ibadah.
Strategi Pelaksanaan Jiwa - Defisit Perawatan DiriYusuf Saktian
Dokumen tersebut merupakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk menangani defisit perawatan diri pada seorang pasien. Strategi tersebut mencakup evaluasi kondisi pasien, diagnosa keperawatan, tujuan tindakan, dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri melalui diskusi dan latihan tentang kebersihan diri, berdandan, makan, dan minum
Laporan Pendahuluan Jiwa - Harga Diri RendahYusuf Saktian
Laporan pendahuluan ini membahas gangguan konsep diri berupa harga diri rendah pada seorang pasien. Gangguan ini dapat terjadi karena faktor situasional maupun kronis, dengan gejala seperti perasaan negatif diri, isolasi sosial, dan perilaku kekerasan yang berisiko mencederai diri atau orang lain. Diagnosa masalahnya adalah harga diri rendah dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan m
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat
mengarah kepada kematian. Perilaku destruktif diri langsung mencakup setiap aktivitas
bunuh diri (stuart, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk ekspresi kemarahan
yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membahayakan atau mencederai diri sendiri, oranglain bahkan dapat merusak
lingkungan.
Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan
yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang
bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai. Kami mengangkat terapi aktivitas kelompok
dengan penyaluran energi bertujuan agar pasien dengan resiko perilaku kekerasan dapat
memanfaatkan kegiatan yang positif.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien dapat menyalurkan energinya secara konstruktif dan memberikan
stimulasi pada klien agar mampu mengekspresikan perasaannya melalui gerakan
badan dalam aktivitas.
2. Tujuan Khusus :
Mencegah pasien mencederai diri dan oranglain.
3. Kriteria hasil :
Klien dengan resiko perilaku kekerasan yang berjumlah 8 orang. Dengan
kriteria :
1. Pasien kooperatif
2. Pasien dapat diajak berkomunikasi
3. Pasien dapat melakukan aktivitas
4. Pasien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif
atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
2. 2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
1. Penyebab
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
2. Gejala klinis :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian, meliputi :
a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang diserasakan oleh klien.
b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak, merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
Gejala klinis secara umum :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik atau menyalahkan diri sendiri).
c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.( Budiana Keliat, 1999).
3. 3
3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang
lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
B. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling
bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu
dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi.
Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota
kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di desain secara sistematis dapat menjadi
sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan
sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut sebagai
Terapi Aktivitas Kelompok.
Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai
dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan menimbulkan
distres serta gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terapi
menggunaksan aktivitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas
Kelompok. Dengan demikian, terapi aktivitas kelompok sebagai bagian dari terapi
kelompok sangat penting diterapkan dalam penanganan pasien gangguan jiwa
dimasyarakat.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok
pasien (5-12 orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah
perilaku maladaptif menjadi adaptif. Lama pelaksanan TAK adalah 20-40 menit untuk
kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah kohesif, TAK dapat
berlangsung selama 60-120 menit ( Budi Ana Keliat, 2007 ).
Terapi Aktivitas Kelompok dibagi menjadi 4, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
stimulasi realita, dan terapi aktivitasi kelompok sosialisasi.
1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan dalam pada
tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan menjadi adaptif.
4. 4
Aktivitas berupa stimulus dan persepsi, stimulus yang disediakan: baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang
disediakan), stimlulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi
klien yang maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus
hubungan, pandangan negatif pada orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih
persepsi klien terhadap stimulus.
2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada stimulus sensori klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi
perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah dan gerakan tubuh). Biasanya klien yang
tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan
perasaannya, serta menampilkan respon. Aktivitas yang digunakan sebagai stimlus
adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya dapat
dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan sebagai
stimulus.
3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri
dan orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan
lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. demikian pula dengan
orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan. Aktivitas dapat
berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi
nyata.
5. 5
BAB III
PELAKSANAAN
I. Tujuan
Klien dapat menyalurkan energinya secara konstruktif dan memberikan stimulasi pada
klien agar mampu mengekspresikan perasaannya melalui gerakan badan dalam aktifitas
yang meliputi :
1. Melatih kesabaran untuk pasien resiko perilaku kekerasan
2. Melatih konsentrasi pada pasien
3. Melibatkan pasien dalam kegiatan sehari-hari
4. Melatih kebersamaan pasien dengan pasien lain
Kriteria Anggota :
Klien dengan resiko perilaku kekerasan yang berjumlah 8 orang. Dengan kriteria :
1. Pasien kooperatif
2. Pasien dapat diajak berkomunikasi
3. Pasien dapat melakukan aktifitas
4. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
I. Waktu Pelaksanaan
Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Kamis, 04 Agustus 2016
Waktu : 08.00 – Selesai
Tempat : Halaman depan ruang III RSJD Dr. Amino GondoHutomo
Semarang.
II. Nama Klien
Klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah 18 orang. Adapun
nama - nama klien yang akan mengikuti terapi aktivitas kelompok ini adalah:
1. Sdr. Y
2. Sdr. S
3. Sdr. N
4. Sdr. S
5. Sdr. M
6. Sdr. K
6. 6
III. Susunan pelaksanaan
1. Leader : Wiwin Lidya Sari
2. Fasilitator I : Yusuf Saktian
3. Fasilitator II : Rino Perdana Putra
4. Observer : Ratih Tri Yulita
IV. Uraian Tugas pelaksanaan
1. Tugas Leader
a. Memimpin berlangsungnya TAK
b. Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK
c. Menyampaikan materi sesuai TAK
d. Memimpin diskusi kelompok.
2. Tugas Fasilitator
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b. Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk aktif
mengikuti berlangsungnya TAK.
3. Tugas Observer
a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).
b. Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses hingga penutupan
V. Setting
Tempat : Di halaman depan Ruang III RSJD Dr. Amino GondoHutomo Semarang.
7. 7
VI. Denah Pelaksanaan TAK
Metode
1. Demonstrasi
2. Pijat punggung
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien dengan riwayat resiko perilaku kekerasan
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam terapeutik : salam dari terapis (memperkenalkan leader, fasilitator dan
observer)
b. Evaluasi validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak:
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 30 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Tempatkan pasien sesuai dengan denah pelaksanaan TAK
b. Jelaskan peraturan TAK
Keterangan :
: Leader
: Fasilitator
: Peserta
8. 8
c. Demonstrasikan tentang cara permainan TAK
d. Laksanakan TAK yaitu:
1. Pasien berbaris seperti denah yang telah dibuat, kemudian melakukan
kegiatan tarik napas dalam selama tiga kali dengan posisi duduk bersila dan
posisi tangan seperti orang bermeditasi.
2. Selesai tarik napas dalam, melakukan terapi refleksi punggung dengan cara
klien diposisikan menghadap kearah kanan kemudian lakukan pemijatan
pada punggung.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih penyaluran energi dengan aktivitas
sehari-hari yang positif .
2) Memasukkan kegiatan penyaluran energi pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu melatih penyaluran energi dengan cara fisik
yaitu memukul bantal dan kasur.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
9. 9
VII. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja yang menilai kemampuan klien
melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
1. Kemampuan verbal
No: Aspek yang Dinilai
Nama Klien
1. Menyebutkan Nama
2. Menyebutkan Penyebab Marah
3. Menyebutkan Tanda dan Gejala
4. Menyebutkan Perilaku Kekerasan
5. Menyebutkan Akibat Perilaku
Kekerasan
6. Mempraktekkan Cara Mengontrol
PK dengan Menarik Napas Dalam
Jumlah
10. 10
2. Kemampuan Nonverbal
No: Aspek yang Dinilai
Nama Klien
1. Paling semangat dalam
mengikuti senam
2. Kooperatif
4. Mengikuti kegiatan dari
awal hingga akhir
Jumlah
11. 11
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi
psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara
kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan
pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok ; tujuan
ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian
besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas
kolektif.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
DepKes (2000). Standar Pedoman Keperawatan Jiwa. Jakarta: DepKes
Nurhasanah. J. dkk, (2006). Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan.
Jakarta: TBK
Tarwoto & Wartonah (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna. Dkk, (2007). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta:
EGC
Keliat, Akemat, (2004). Keperawatan Jiwa Teori Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC