Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi fisik, mental, sosial, dan ekonomik, di rumah sakit-rumah sakit, dan pusat-pusat rehabilitasi tertentu
Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical Rehabilitation (1969). Penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan medis, sosial, pendidikan dan vokasional untuk melatih kembali individu ke arah kemungkinan tertinggi dari tingkat kemampuan fungsionalnya.
Kegiatan ini diberikan dengan menggunakan sejumlah kegiatan dimana bertujuan membantu pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang dirawat di rumah sakit.
Terapi okupasi merupakan salah satu jenis kegiatan rehabilitasi. Berdasarkan hasil penelitian dalam Jurnal tahun 2006 oleh Rika Sabri, dkk. dari 27 anak autis yang melakukan terapi okupasi yang baik, ada 25 anak (92,6%) yang mengalami kemajuan.
Dokumen tersebut membahas tentang kehilangan, berduka, dan kematian. Secara garis besar, kehilangan adalah kondisi dimana seseorang kehilangan sesuatu yang sebelumnya dimiliki, berduka adalah respon emosi atas kehilangan, dan kematian adalah proses alami yang dihadapi manusia namun dapat menimbulkan trauma.
Dokumen tersebut membahas tentang tren dan isu dalam keperawatan di abad ke-21. Tren yang dihadapi perawat antara lain adalah masyarakat yang semakin maju dengan peningkatan pendidikan dan pendapatan yang menuntut perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan secara profesional dan berwawasan luas. Isu yang dihadapi meliputi permasalahan pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan, serta isu kesehatan umum seperti abors
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang meliputi pengkajian tanda dan gejala pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan bayi di bawah 2 bulan, penentuan klasifikasi penyakit, serta tindakan yang diberikan berdasarkan hasil pengkajian."
Dokumen tersebut membahas tentang kehilangan, berduka, dan kematian. Secara garis besar, kehilangan adalah kondisi dimana seseorang kehilangan sesuatu yang sebelumnya dimiliki, berduka adalah respon emosi atas kehilangan, dan kematian adalah proses alami yang dihadapi manusia namun dapat menimbulkan trauma.
Dokumen tersebut membahas tentang tren dan isu dalam keperawatan di abad ke-21. Tren yang dihadapi perawat antara lain adalah masyarakat yang semakin maju dengan peningkatan pendidikan dan pendapatan yang menuntut perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan secara profesional dan berwawasan luas. Isu yang dihadapi meliputi permasalahan pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan, serta isu kesehatan umum seperti abors
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang meliputi pengkajian tanda dan gejala pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan bayi di bawah 2 bulan, penentuan klasifikasi penyakit, serta tindakan yang diberikan berdasarkan hasil pengkajian."
Asuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & Kematianpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kehilangan dan berduka, sumber kehilangan, dampak kehilangan, tipe dan rentang respon kehilangan, tanda-tanda sakratul maut dan kematian, serta asuhan keperawatan pada pasien yang menghadapi kehilangan dan kematian.
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
Dokumen tersebut membahas beberapa model dan nilai promosi kesehatan, yaitu: 1) Health Belief Model yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang, 2) Transtheoretical Model yang mengidentifikasi tahapan perubahan perilaku, 3) Theory of Reasoned Action yang menjelaskan pengaruh sikap dan norma sosial terhadap niat berperilaku, 4) Stress and Coping yang membahas hubungan antara stresor, stres, dan k
Komunikasi dalam konteks sosial dan budayaYesi Tika
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi dalam konteks sosial dan keanekaragaman budaya serta keyakinan. Komunikasi antarbudaya melibatkan negosiasi makna simbol dan pertukaran sistem simbol antarsubjek, serta berperan dalam menyatakan identitas sosial, integrasi sosial, penambahan pengetahuan, dan memberikan jalan keluar. Faktor budaya penting dalam komunikasi karena mobilitas, saling ketergantungan ekonomi, teknologi, pol
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian oksigenasi yang merupakan upaya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru, dan difusi. Dokumen juga menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhinya serta alat-alat untuk pemberian oksigen seperti tabung ok
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka dan praktik pemasangan bandage. Terdapat informasi mengenai definisi luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, perawatan luka bersih dan kotor, serta teknik pemasangan bandage.
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi dan terapi okupasi bagi pasien dengan gangguan jiwa, yang meliputi pengertian, tujuan, tim penanggung jawab, jenis-jenis kegiatan, dan proses pelaksanaannya."
Asuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & Kematianpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kehilangan dan berduka, sumber kehilangan, dampak kehilangan, tipe dan rentang respon kehilangan, tanda-tanda sakratul maut dan kematian, serta asuhan keperawatan pada pasien yang menghadapi kehilangan dan kematian.
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
Dokumen tersebut membahas beberapa model dan nilai promosi kesehatan, yaitu: 1) Health Belief Model yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang, 2) Transtheoretical Model yang mengidentifikasi tahapan perubahan perilaku, 3) Theory of Reasoned Action yang menjelaskan pengaruh sikap dan norma sosial terhadap niat berperilaku, 4) Stress and Coping yang membahas hubungan antara stresor, stres, dan k
Komunikasi dalam konteks sosial dan budayaYesi Tika
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi dalam konteks sosial dan keanekaragaman budaya serta keyakinan. Komunikasi antarbudaya melibatkan negosiasi makna simbol dan pertukaran sistem simbol antarsubjek, serta berperan dalam menyatakan identitas sosial, integrasi sosial, penambahan pengetahuan, dan memberikan jalan keluar. Faktor budaya penting dalam komunikasi karena mobilitas, saling ketergantungan ekonomi, teknologi, pol
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian oksigenasi yang merupakan upaya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru, dan difusi. Dokumen juga menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhinya serta alat-alat untuk pemberian oksigen seperti tabung ok
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka dan praktik pemasangan bandage. Terdapat informasi mengenai definisi luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, perawatan luka bersih dan kotor, serta teknik pemasangan bandage.
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi dan terapi okupasi bagi pasien dengan gangguan jiwa, yang meliputi pengertian, tujuan, tim penanggung jawab, jenis-jenis kegiatan, dan proses pelaksanaannya."
4. KONSEP DASAR, RUANG LINGKUP & SASARAN TERAPI OKUPASI AUTIS.pptxAllyawinata
Terapi okupasi untuk autisme didasarkan pada konsep-konsep seperti nilai setiap individu, pandangan holistik terhadap manusia, model kinerja okupasi, penggunaan aktivitas terapeutik, dan perspektif perkembangan manusia. Terapi bertujuan untuk meningkatkan nilai diri dan membantu pengembangan potensi individu dengan memberikan pengalaman fungsional. Terapi mempertimbangkan aspek mental, fisik, sosial budaya, dan spiritual secara ut
Makalah ini membahas terapi aktivitas kelompok dalam keperawatan jiwa. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang dilakukan kepada sekelompok klien dengan masalah yang sama untuk meningkatkan hubungan antar anggota. Terapi ini memberikan manfaat seperti dukungan, pendidikan, dan meningkatkan keterampilan sosial. Klien yang cocok untuk terapi ini adalah yang sudah stabil dan tidak agresif, sedangkan yang tidak cocok adal
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, manfaat, indikasi, dan contoh-contoh dari terapi aktivitas kelompok.
2. Terapi aktivitas kelompok adalah upaya memfasilitasi psikoterapi kepada sejumlah klien secara bersamaan untuk meningkatkan hubungan antar anggota.
3. Manfaat terapi aktivitas kelompok antara lain dukungan, pendidikan, dan meningkatkan
Dokumen tersebut membahas konsep dasar keperawatan jiwa dan perkembangannya di Indonesia dan luar negeri. Terdapat penjelasan mengenai peran, fungsi, dan kolaborasi perawat kesehatan jiwa dalam merawat pasien serta pencegahan gangguan jiwa.
Terapi perilaku merupakan pendekatan psikoterapi yang berfokus pada modifikasi tingkah laku dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Terapi ini berdasarkan pada pandangan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh lingkungan melalui proses kondisionering klasik dan operan serta pemodelan sosial. Teknik yang digunakan antara lain penguatan, sistematis desensitisasi, flooding, pelatihan keterampilan sosial, dan pengel
1) Dokumen tersebut membahas peran perawat dalam penyuluhan gizi meliputi pengenalan masalah, tujuan, sasaran, aspek yang diperhatikan, ciri-ciri penyuluhan, dan media penyuluhan.
2) Perawat berperan sebagai penyuluh gizi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi melalui kegiatan konsultasi gizi.
3) Tujuan akhir penyuluhan gizi adalah terciptanya
Dokumen tersebut membahas tentang peran perawat dalam penyuluhan gizi dan penatalaksanaan masalah gizi. Peran perawat meliputi sebagai pemberi asuhan, advokat, edukator, koordinator, kolaborator, konsultan, dan pembaharu. Penyuluhan gizi bertujuan untuk membentuk sikap positif, menambah pengetahuan, dan mengubah perilaku. Media yang digunakan dalam penyuluhan gizi antara lain booklet, leaflet,
Terapi psikososial adalah bentuk bantuan yang melibatkan pengetahuan tentang dimensi psikologis dan sosial manusia untuk membantu klien mengubah diri, perilaku, atau situasi mereka. Tujuannya adalah perubahan kognitif, emosional, perilaku, lingkungan, serta mengurangi beban penderitaan klien.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Materi tersebut membahas tentang tujuan pembelajaran umum dan khusus dalam mempelajari kepribadian dan perilaku manusia.
2) Terdapat uraian mengenai pengertian kepribadian, struktur kepribadian, dan ciri-ciri kepribadian menurut beberapa ahli psikologi.
3) Topik tersebut bertujuan membantu pemahaman mahasiswa tentang konsep dasar kepribadian.
Makalah ini membahas tentang dasar-dasar bantuan dan tujuan konseling dalam psikologi. Terdapat pembahasan mengenai sejarah perkembangan konseling, pengertian profesional psikologi dan konseling, konsep pengubahan tingkah laku, serta prinsip-prinsip tingkah laku.
Promosi adalah kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui program, layanan, dan kebijakan yang efektif. Psikoedukasi merupakan salah satu contoh promosi kesehatan yang memberikan edukasi psikologis kepada individu atau kelompok untuk menambah pengetahuan tentang gangguan kesehatan tertentu dan mengembangkan keterampilan untuk mengelola gangguan tersebut.
2. 1
1. Sri Wahyuni Badjuka
2. Nur Avni Manan
3. Yuriska Kuka
4. Saepi Guntoro
5. Silvana Daud
3. 2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
kepada Allah SWT. Karena dengan izin dan kuasa-Nyalah makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Terapi Modalitas: Terapi Okupasi” yaitu mengenai
konsep terapi okupasi dan peran perawat dalam terapi okupasi.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik kami yang telah
menyusun tugas ini, dan bermanfaat pula kepada pembaca makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menemukan kesulitan, akan
tetapi dengan adanya ketekunan dan kesabaran akhirnya tugas ini dapat penulis
selesaikan.
Gorontalo, 04 April 2014
Kelompok 1
4. 3
DAFTAR ISI
Namelist Of Group 1........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 5
A. Konsep Terapi Okupasi........................................................................ 5
B. Peran Perawat dalam Terapi Okupasi .................................................. 8
C. Pelaksanaan.......................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
5. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang
mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi
fisik, mental, sosial, dan ekonomik, di rumah sakit-rumah sakit, dan pusat-pusat
rehabilitasi tertentu
Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical Rehabilitation
(1969). Penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan medis, sosial,
pendidikan dan vokasional untuk melatih kembali individu ke arah kemungkinan
tertinggi dari tingkat kemampuan fungsionalnya.
Kegiatan ini diberikan dengan menggunakan sejumlah kegiatan dimana
bertujuan membantu pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam kehidupan
sehari-hari sebagai bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang dirawat di
rumah sakit.
Terapi okupasi merupakan salah satu jenis kegiatan rehabilitasi.
Berdasarkan hasil penelitian dalam Jurnal tahun 2006 oleh Rika Sabri, dkk. dari
27 anak autis yang melakukan terapi okupasi yang baik, ada 25 anak (92,6%)
yang mengalami kemajuan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep terapi okupasi dan peran perawat dalam terapi
okupasi.
6. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Terapi Okupasi
1. Pengertian
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada
pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
2. Tujuan Terapi Okupasi
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009),
adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya.
2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan
terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak,
sendi, otot dan koordinasi gerakan.
c. Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB dan sebagainya.
d. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah.
e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang dimiliki.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk
mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan
bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.
7. 6
g. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah klien kembali
di lingkungan masyarakat.
3. Indikasi Terapi Okupasi
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa indikasi dari terapi
okupasi sebagai berikut:
a. Klien dengan kelainan tingkah laku, seperti klien harga diri rendah yang
disertai dengan kesulitan berkomunikasi.
b. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi
terhadap rangsang tidak wajar.
c. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang
yang mengalami kemunduran.
d. Klien dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.
e. Orang yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas.
f. Orang yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada
membayangkan.
4. Karakteristik Aktivitas Terapi
Riyadi dan Purwanto (2009), mengemukakan bahwa karateristik dari
aktivitas terapi okupasi, yaitu: mempunyai tujuan jelas, mempunyai arti
tertentu bagi klien, harus mampu melibatkan klien walaupun minimal, dapat
mencegah bertambah buruknya kondisi, dapat memberi dorongan hidup,
dapat dimodifikasi, dan dapat disesuaikan dengan minat klien.
5. Analisa Aktivitas
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan
terapi okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak
badan atau pekerjaan sehari-hari, maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan
dan manfaatnya bagi klien, sarana atau alat atau aktivitas dilakukan
disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan terhadap sarana
pendukung dan klien maupun perawat, pelaksanaan dari kegiatan yang telah
direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau tidak disukai yang
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh klien.
8. 7
6. Jenis Aktivitas dalam Terapi Okupasi
Menurut Creek (2002) okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang
biasa disebut dengan occupational performance yaitu, activity of daily living
(perawatan diri), productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang).
Bagaimanapun setiap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen
tersebut. Individu-individu tersebut perlu melakukan perawatan diri seperti
aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan sebagainya tanpa
memerlukan bantuan dari orang lain. Individu juga perlu bekerja untuk bisa
mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya.
Selain itu, penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi, dan
pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-
sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang
bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna
atau arti hidup meski telah mengalami gangguan fisik atau mental.
Jenis terapi okupasi menurut Creek (2002) yaitu:
a. Aktivitas Sehari-hari (Activity of Daily Living)
Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang juga disebut Basic
Activities of Daily Living atau Personal Activities of Daily Living terdiri
dari: kebutuhan dasar fisik (makan, cara makan, kemampuan berpindah,
merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi, dan menjaga
kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (memasak, berpakaian,
berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar tetap sehat).
b. Pekerjaan (Productivity)
Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar. Pekerjaan
di mana seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya
menjadi bagian penting dari identitas pribadi dan peran sosial, memberinya
posisinya dalam masyarakat, dan rasa nilai sendiri sebagai anggota yang
ikut berperan. Pekerjaan yang berbeda diberi nilai-nilai sosial yang
berbeda pada masyarakat. Termasuk aktivitas yang diperlukan untuk
dilibatkan pada pekerjaan yang menguntungkan/menghasilkan atau
aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari pekerjaan dan
9. 8
kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran dan penyesuaian,
partisipasi sukarela, relawan sukarela. Pekerjaan secara individu memiliki
banyak fungsi yaitu pekerjaan memberikan orang peran utama dalam
masyarakat dan posisi sosial, pekerjaan sebagai sarana dari mata
pencaharian, memberikan struktur untuk pembagian waktu untuk kegiatan
lain yang dapat direncanakan, dapat memberikan rasa tujuan hidup dan
nilai hidup, dapat menjadi bagian penting dari identitas pribadi seseorang
dan sumber harga diri, dapat menjadi forum untuk bertemu orang-orang
dan membangun hubungan, dan dapat menjadi suatu kepentingan dan
sumber kepuasan.
c. Waktu Luang (Leisure)
Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu
luang yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta
mengalihkan perhatian pasien. Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya
kebebasan beraktivitas. Adapun jenis-jenis aktivitas waktu luang seperti
menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat, keterampilan,
kesempatan, dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu
luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas waktu luang yang
sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang
lainnya, dan memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang
yang sesuai).
B. Peran Perawat dalam Terapi Okupasi
Berikut ini beberapa peran perawat dalam terapi okupasi:
1. Sebagai motivator dan sumber reinforces: memberikan motivasi pada pasien
dan meningkatkan motivasi dengan memberikan penjelasan ada pasien
tentang kondisinya, memberikan penjelasan dan menyakinkan pada psien
akan sukses.
2. Sebagai guru: perawat memberikan pengalaman learning re-rearnign okupasi
terapi harus mempunyai ketrampilan dan ahli tertentu dan harus dapat
menciptakan dan menerapkan aktifitas mengajarnya pada pasien
10. 9
3. Sebagai peran model sosial: perawat harus dapat menampilkan perilaku yang
dapat dipelajari oleh pasien, pasien mengidentifikasikan dan meniru terapi
melalui role playing, terapi mengidentifikasikan tingkah laku yang diinginkan
(verbal – nonverbal) yang akan dicontoh pasien.
4. Sebagai konsultan: perawat menentukan program perilaku yang dapat
menghasilkan respon terbaik dari pasien, perawat bekerja sama dengan pasien
dan keluarga dalam merencanakan rencana tersebut.
C. Pelaksanaan
1. Proses Terapi Okupasi
Secara umum proses terapi okupasi melalui tiga tahap yaitu:
a. Assessment
Adalah proses dimana seseorang terapi memperoleh pengertian tentang
pasien yang berguna untuk membuat keputusan dan mengkontruksikan
kerangka kerja atau model dari pasien. Proses ini harus dilakukan dengan
adekuat untuk menentukan jenis okupasi yang diberikan pada pasien.
b. Treatment
Setelah dilakukan assessment dengan detail, maka dilakukan treatment
yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
1) Formulasi pemberian terapi
2) Impelementasi terapi yang telah direncanakan
3) Review terapi yang diberikan dan selanjutnya dilakukan evaluasi
c. Evaluasi
Dari hasil evaluasi ini perawat dapat menentukan apakah pasien
mengalami kemajuan dan dapat melanjutkan divokasional training.
2. Metode
Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara individual, maupun berkelompok,
tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:
a. Metode individual dilakukan untuk:
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
dan sekaligus untuk evaluasi pasien
11. 10
Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup
baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu
kelancaran suatu kelomppok bila dia dimasukan dalam kelompok
tersebut
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis
dapat mengevaluasi pasien lebih efektif
b. Metode kelompok dilakukan untuk:
Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hampir bersamaan,
Beberapa pasien sekaligus dalam melakukan suatu aktivitas untuk
mencapai tujuan tertentu.
Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok
maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang
menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan
menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka
lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu
kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan
kemampuan terapis mengawasi.
3. Tahapan Terapi Okupasi Kelompok
Setiap akan melakukan terapi okupasi kelompok harus direncanakan dahulu.
Terapis melakukan kontrak kepada kelompok. Terapis dan kelompok
mempertimbangkan tempat, lokasi yang kondusif, alat, dan bahan yang harus
disiapkan. Menurut Untari (2006) adapun tahapan aktivitas terapi okupasi
kelompok, yaitu:
a. Orientasi
Orientasi sangat membantu pasien untuk mengikuti kelompok terapi.
Tujuan orientasi adalah meyakinkan bahwa pasien mempunyai orientasi
yang baik tentang orang, tempat, dan waktu. Orientasi memerlukan waktu
kurang lebih 5 menit. Aktivitas yang dilakukan selama tahapan orientasi
adalah terapis melakukan orientasi kegiatan yang akan dilakukan oleh
kelompok terapi.
12. 11
b. Tahap Pendahuluan (Introduction)
Tahap pendahuluan adalah tahap perkenalan baik dari terapis maupun
pasien. Terapis memperkenalkan diri baru kemudian masing-masing
pasien menyebutkan nama dan alamatnya. Cara yang biasa digunakan
adalah dengan melemparkan balon yaitu pasien harus menyebutkan nama
apabila mendapatkan bola yang telah dilempar. Setiap kali seorang pasien
selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua pasien untuk
bertepuk tangan. Tahap pendahuluan memerlukan waktu 5-10 menit.
c. Tahap pemanasan (Warm-up activities)
Setelah melakukan proses memperkenalkan diri, terapis mengajak pasien
untuk aktivitas pemanasan (warm-up activities). Tahap ini memerlukan
waktu 5-10 menit. Aktivitas yang digunakan adalah latihan fisik
sederhana (simple physical exercise). Tujuannya adalah meningkatkan
perhatian dan minat pasien melalui gerakan dasar tubuh dan agar pasien
mampu mengikuti aturan atau instruksi sederhana seperti berputar,
turunkan tangan, dan lain-lain.
d. Tahap aktivitas terpilih (selected activities)
Tahap ini memerlukan waktu 10-20 menit. Mempertimbangkan
kebutuhan kognitif, motorik, dan interaksi yang akan dikembangkan.
Biasanya aktivitas yang dipilih adalah aktivitas dengan aturan sederhana
dan aktivitas yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan yang
ingin dicapai. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai
melakukan terapi okupasi dengan baik dan mengajak anggota kelompok
bertepuk tangan.
e. Tahap Terminasi
Tahap ini menandakan bahwa terapi okupasi akan berakhir. Terapis dan
pasien mengumpulkan material (alat-bahan) bersama-sama dan
mengadakan diskusi kecil tentang jalannya proses terapi okupasi.
13. 12
BAB III
KESIMPULAN
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar
mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain.
14. 13
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sabri Rika, dkk. 2006. Pengaruh Terapi Autis Terhadap Kemajuan Anak Autis
Sekolah Khusus Autisme di Kota Padang. E-journal
http://rikasabri.files.wordpress.com/2008/01/artikel-penelitian.pdf
Creek, J. 2002. Occupational Therapy & Mental Heal. London: Churchil Livis
Stone
http://klinikotcponorogo.blogspot.com/2012/01/terapi-okupasi.html