Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Dokumen tersebut merangkum proses pengkajian keperawatan yang meliputi pengumpulan data dasar dan fokus untuk mengevaluasi status kesehatan pasien secara komprehensif dan akurat guna merencanakan diagnosis dan tindakan keperawatan yang tepat.
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Dokumen tersebut merangkum proses pengkajian keperawatan yang meliputi pengumpulan data dasar dan fokus untuk mengevaluasi status kesehatan pasien secara komprehensif dan akurat guna merencanakan diagnosis dan tindakan keperawatan yang tepat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Dokumen tersebut membahas tentang tren dan isu dalam keperawatan di abad ke-21. Tren yang dihadapi perawat antara lain adalah masyarakat yang semakin maju dengan peningkatan pendidikan dan pendapatan yang menuntut perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan secara profesional dan berwawasan luas. Isu yang dihadapi meliputi permasalahan pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan, serta isu kesehatan umum seperti abors
Klien didiagnosis menderita anemia defisiensi besi berdasarkan gejala klinis seperti lemas, mual, sesak napas, dan pucat. Perawat melakukan pengkajian dan merencanakan tindakan untuk menangani 6 diagnosa keperawatan terkait, yaitu gangguan fungsi paru-paru, intoleransi aktivitas, infeksi mulut, gangguan gizi, disfungsi sistem pencernaan, dan kurangnya pengetahuan, dengan tujuan mem
Modul ini membahas beberapa model dokumentasi keperawatan seperti SOR, POR, dan Progress Notes. Model POR adalah model yang berorientasi pada masalah dan mengintegrasikan data dari berbagai sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada pasien.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Proposal ini mengusulkan terapi aktivitas kelompok (TAK) untuk stimulasi persepsi sensori khususnya halusinasi pada pasien gangguan jiwa. TAK ini akan terdiri dari dua sesi, yaitu sesi pertama untuk mengenal halusinasi dan sesi kedua untuk melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tujuannya adalah membantu pasien meningkatkan kemampuan mengontrol gejala halusinasi secara bertahap
Interaksi antara perawat dengan klien berjalan lancar. Klien dapat memperkenalkan diri dengan baik dan menjawab pertanyaan sederhana tentang dirinya. Pada interaksi selanjutnya, klien menceritakan masalahnya dengan jujur namun mengalami halusinasi suara. Perawat membantu klien mengenali halusinasinya. Pada akhir interaksi, klien menerima proses terminasi dengan baik.
Berduka adalah respon normal terhadap kehilangan yang memungkinkan individu melakukan koping secara bertahap untuk menerima kehilangan. Berduka diwujudkan secara unik pada setiap orang dan dipengaruhi pengalaman pribadi, budaya, dan keyakinan. Teori Engel menjelaskan proses berduka melalui lima fase mulai dari penyangkalan hingga penerimaan.
Proposal terapi aktivitas kelompok untuk menangani perilaku kekerasan dengan lima sesi, masing-masing sesi mempelajari topik berbeda seperti mengenal, mencegah, dan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, sosial, dan spiritual beserta evaluasi hasilnya. Terapi dilakukan dengan diskusi, simulasi, dan relaksasi untuk mengubah persepsi dan tanggapan klien terhadap situasi yang menimbulkan amarah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Dokumen tersebut membahas tentang tren dan isu dalam keperawatan di abad ke-21. Tren yang dihadapi perawat antara lain adalah masyarakat yang semakin maju dengan peningkatan pendidikan dan pendapatan yang menuntut perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan secara profesional dan berwawasan luas. Isu yang dihadapi meliputi permasalahan pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan, serta isu kesehatan umum seperti abors
Klien didiagnosis menderita anemia defisiensi besi berdasarkan gejala klinis seperti lemas, mual, sesak napas, dan pucat. Perawat melakukan pengkajian dan merencanakan tindakan untuk menangani 6 diagnosa keperawatan terkait, yaitu gangguan fungsi paru-paru, intoleransi aktivitas, infeksi mulut, gangguan gizi, disfungsi sistem pencernaan, dan kurangnya pengetahuan, dengan tujuan mem
Modul ini membahas beberapa model dokumentasi keperawatan seperti SOR, POR, dan Progress Notes. Model POR adalah model yang berorientasi pada masalah dan mengintegrasikan data dari berbagai sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada pasien.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Proposal ini mengusulkan terapi aktivitas kelompok (TAK) untuk stimulasi persepsi sensori khususnya halusinasi pada pasien gangguan jiwa. TAK ini akan terdiri dari dua sesi, yaitu sesi pertama untuk mengenal halusinasi dan sesi kedua untuk melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tujuannya adalah membantu pasien meningkatkan kemampuan mengontrol gejala halusinasi secara bertahap
Interaksi antara perawat dengan klien berjalan lancar. Klien dapat memperkenalkan diri dengan baik dan menjawab pertanyaan sederhana tentang dirinya. Pada interaksi selanjutnya, klien menceritakan masalahnya dengan jujur namun mengalami halusinasi suara. Perawat membantu klien mengenali halusinasinya. Pada akhir interaksi, klien menerima proses terminasi dengan baik.
Berduka adalah respon normal terhadap kehilangan yang memungkinkan individu melakukan koping secara bertahap untuk menerima kehilangan. Berduka diwujudkan secara unik pada setiap orang dan dipengaruhi pengalaman pribadi, budaya, dan keyakinan. Teori Engel menjelaskan proses berduka melalui lima fase mulai dari penyangkalan hingga penerimaan.
Proposal terapi aktivitas kelompok untuk menangani perilaku kekerasan dengan lima sesi, masing-masing sesi mempelajari topik berbeda seperti mengenal, mencegah, dan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, sosial, dan spiritual beserta evaluasi hasilnya. Terapi dilakukan dengan diskusi, simulasi, dan relaksasi untuk mengubah persepsi dan tanggapan klien terhadap situasi yang menimbulkan amarah.
Proposal kegiatan terapi aktivitas kelompok menggambar yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial dan ekspresi diri klien gangguan jiwa melalui aktivitas menggambar secara berkelompok. Kegiatan ini akan diikuti oleh 6 klien yang dibagi menjadi 2 kelompok dan dinilai berdasarkan kerjasama tim, ketepatan waktu, dan penjelasan gambar. Diharapkan kegiatan ini dapat mencapai tujuan meningkatkan interaksi s
Terapi bermain merupakan aktivitas penting untuk perkembangan optimal anak, terutama anak yang dirawat di rumah sakit. Dokumen ini membahas rencana pelaksanaan terapi bermain berupa mewarnai gambar untuk anak usia pra-sekolah di rumah sakit dengan tujuan mengurangi stres akibat rawat inap dan meningkatkan kreativitas anak. Terapi akan dilaksanakan selama 45 menit dengan memandu anak untuk memilih dan mewarnai gambar sesuai
1. Dokumen ini membahas pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi.
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi telah terbukti mampu menurunkan gejala halusinasi pasien skizofrenia.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat mempengaruhi peningkatan kontrol halusinasi pas
Makalah ini membahas analisis proses interaksi antara perawat dan pasien dalam keperawatan jiwa, mencakup pengertian, tujuan, pendokumentasian, fase-fase komunikasi, dan variabel analisis proses interaksi. Tujuan analisis proses interaksi adalah untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi perawat dan memahami interaksi dengan pasien. Pendokumentasian meliputi catatan interaksi, interpretasi, dan evaluasi. Fase-fase komunikasi
Dokumen tersebut membahas laporan pendahuluan keperawatan jiwa mengenai perubahan proses pikiran berupa waham. Laporan ini menjelaskan pengertian, penyebab, gejala, akibat, dan rencana tindakan keperawatan untuk menangani masalah tersebut seperti meningkatkan hubungan saling percaya, menghadirkan realitas, serta meningkatkan harga diri dan kemampuan klien.
Laporan ini membahas tentang perilaku kekerasan dan gangguan harga diri yang rendah pada pasien gangguan jiwa. Masalah utama adalah perilaku kekerasan seperti amuk. Penyebabnya antara lain frustasi, takut, manipulasi, dan gangguan harga diri yang rendah. Rencana tindakan mencakup pencegahan perilaku kekerasan dengan cara fisik, sosial, spiritual, dan kepatuhan minum obat, serta meningkatkan harga diri dengan membangun
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Defisit perawatan diri (DPD) pada pasien gangguan jiwa yang menyebabkan isolasi sosial. DPD disebabkan penurunan proses berpikir yang mengakibatkan kurangnya motivasi untuk merawat diri. Diagnosa keperawatan pasien tersebut adalah DPD dan isolasi sosial. Rencana tindakan keperawatan bertujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam merawat diri secara mandiri
Halusinasi dan isolasi sosial menyebabkan risiko mencederai diri dan lingkungan. Diagnosa keperawatan meliputi perubahan sensori persepsi berupa halusinasi dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasi, serta meningkatkan interaksi sosial dengan dukungan keluarga untuk mencegah gejala dan komplikasi.
Laporan Pendahuluan Jiwa - Harga Diri RendahYusuf Saktian
Laporan pendahuluan ini membahas gangguan konsep diri berupa harga diri rendah pada seorang pasien. Gangguan ini dapat terjadi karena faktor situasional maupun kronis, dengan gejala seperti perasaan negatif diri, isolasi sosial, dan perilaku kekerasan yang berisiko mencederai diri atau orang lain. Diagnosa masalahnya adalah harga diri rendah dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan m
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
Laporan ini membahas masalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku maladaptif dalam memanifestasikan perasaan marah yang dapat berupa mencederai diri, menganiaya orang lain, atau merusak lingkungan. Gangguan harga diri rendah dapat menyebabkan perilaku kekerasan dan ditandai dengan perasaan negatif terhadap diri, kehilangan percaya diri, dan rasa malu. Diagnosa keperaw
satuan acara penyuluhan gizi ibu hamilMJM Networks
Dokumen tersebut membahas tentang acara penyuluhan mengenai penyakit kusta yang akan diselenggarakan di Puskesmas Kampung Dalam pada 16 Februari 2013. Acara ini akan menjelaskan tentang pengertian, gejala, pencegahan, dan pengobatan penyakit kusta kepada masyarakat umum.
Laporan ini membahas masalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku maladaptif dalam memanifestasikan perasaan marah secara fisik atau verbal. Gangguan harga diri rendah dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Diagnosa keperawatan yang diberikan adalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengidentifikasi penyebab, t
Proposal terapi aktivitas kelompok perawatan diri pada pasien dengan masalah defisit perawatan diri di RSJ Provinsi Lampung bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien akan pentingnya perawatan diri secara maksimal melalui kegiatan berdandan dan berhias. Terapi akan diikuti oleh pasien kooperatif tanpa perilaku agresif dan dilaksanakan selama dua sesi untuk memperkenalkan diri dan alat berdandan serta manfaatnya.
Rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal SMP Negeri 1 Sungailiat membahas tiga hal utama, yaitu: (1) tujuan bimbingan untuk membantu peserta didik mengidentifikasi dan mengelola emosi secara positif, (2) materi kecerdasan emosi dan pengendalian diri, (3) pelaksanaan bimbingan melalui ceramah, tulisan, dan diskusi.
Terapi merupakan rawatan untuk masalah personaliti, mental dan tingkah laku yang dilakukan oleh ahli psikologi. Terdapat beberapa jenis terapi seperti terapi individu, terapi kelompok, terapi tingkah laku, terapi kognitif dan terapi psikodinamik. Terapi bertujuan untuk mengenalpasti konflik, memahami masalah dan melepasi emosi untuk menyelesaikan masalah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar kaunseling, proses kaunseling, dan kemahiran berkomunikasi dalam kaunseling. Definisi, tujuan, dan peranan kaunselor dibahas secara mendalam. Proses kaunseling meliputi tahap membangun hubungan, penerokaan masalah, membuat keputusan, pelaksanaan, dan pengakhiran sesi. Kemahiran komunikasi nonverbal kaunselor dan klien juga dijelaskan.
Dokumen tersebut merangkum beberapa teori kaunseling utama seperti psikoanalisis, pemusatan diri, tingkahlaku, rasional emosi, dan realiti. Ia juga menjelaskan empat fasa proses kaunseling yaitu pra-sesi, penerokaan masalah, pemilihan strategi, dan penamatan. Kemahiran komunikasi lisan dan bukan lisan dianggap penting untuk membina hubungan dan memahami klien.
Teori perilaku menjelaskan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh lingkungan serta pembelajaran. Teori ini menekankan pentingnya aspek kognitif dan sosial dalam membentuk perilaku manusia. Berbagai teknik kaunseling perilaku seperti desensitisasi, terapi implosif, dan pendekatan kognitif digunakan untuk mengubah pola pikir dan tingkah laku klien.
Terapi perilaku merupakan pendekatan psikoterapi yang berfokus pada modifikasi tingkah laku dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Terapi ini berdasarkan pada pandangan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh lingkungan melalui proses kondisionering klasik dan operan serta pemodelan sosial. Teknik yang digunakan antara lain penguatan, sistematis desensitisasi, flooding, pelatihan keterampilan sosial, dan pengel
Similar to Proposal terapi aktivitas kelompok pk (20)
1. PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN
I. Latar Belakang
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000 ; hal. 147 )
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan
pada orang lain.
Pasien jiwa yang mengalami perilaku kekerasan umumnya tidak dapat
mengendalikan kemarahannya dengan baik. Sehingga emosinya sangat labil dan
membahayakan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Namun pada pasien jiwa dengan perilaku kekerasan yang sudah mampu
bekerja sama dengan perawat hendaknya diajarkan tentang perilaku kekerasan
yang pasien alami, mulai dari stimulasi penyebab kemarahannya, tanda dan
gejala kemarahannya, yang dilakukannya saat marah atau perilaku
kekerasannya, dan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya dan juga
cara mencegah perilaku kekerasan baik dengan cara kegiatan fisik, interaksi
sosial, kegiatan spiritual maupun dengan cara patuh minum obat agar perilaku
kekerasan yang dilakukannya dapat terkendali dengan baik.
2. II. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
c. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
d. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang
biasa dilakukannya.
e. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat.
III. Sesi yang Digunakan
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi,
yaitu:
1. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
2. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
3. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
4. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
5. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
IV. Klien
Kriteria klien
a. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan
perawat.
b. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yng masuk kriteria.
3. d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan
aturan main dalam kelompok.
V. Kriteria Hasil
Evalusi struktur
a. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
Evalusi proses
a. Leder dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
Evalusi hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
a. Memperkenalkan diri
b. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.
c. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.
d. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
e. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.
4. VI. Pengorganisasian
a. Leader, bertugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2. Memimpin jalannya terapi kelompok.
3. Memimpin diskusi.
b. Co-Leader, bertugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4. Menggantikan leader jika terhalang tugas.
c. Fasilitator, bertugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalm ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3. Mengatur posisi kelompok dalm lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6. Bertanggung jawab terhadap program antisispasi masalah.
d. Observer, bertugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat,
dan jalannya acara.
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
5. e. Setting tempat
Keterangan :
: Leader
: Co-leader
: Pasien
: Fasilitator
: Observer
VII. Proses Pelaksanaan
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Waktu :
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
6. Tim Terapis
Leader :
Co-Leader :
Fasilitator :
Observer :
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard
2. Kapur/spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
7. c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
o Lama kegiatan 45 menit.
o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1) Tanyakan pengalaman tiap klien.
2) Tulis di Papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
2) Tulis di Papan tulis/flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri.
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
2) Tulis di Papan tulis/flipchart/whiteboard
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.
e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dank lien yang melakukan
perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan.
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2) Tuliskan di Papan tulis/flipchart/whiteboard
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
8. i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; dan
akibat perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta
akibat perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan gejala; perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
9. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir
evaluasi sebagai berikut.
No
Nama
Klien
Penyebab PK
Memberi tanggapan tentang
Tanda&gejala
PK
Perilaku
kekerasan
Akibat PK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien mampu dan beri
tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 1, TAK
stimulasipersepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab
perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan
gejala yang dirasakan (“gregetan” dan “deg-degan”), perilaku kekerasan yang
dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke
rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua
dirasakan selama di rumah sakit.
10. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Waktu :
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
Tim Terapis
Leader :
Co-Leader :
Fasilitator :
Observer :
Alat
1. Kasur/kantong tinju/gendang
2. Papan tulis/flipchart/whiteboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
11. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan; penyebab; tanda
dan gejala; perilaku kekerasan dan akibatnya.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
· Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
· Lama kegiatan 45 menit.
· Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
1) Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa dilakukan
klien.
2) Tulis di Papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal,
menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan
memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
1. Terapis mempraktikkan.
12. 2. Klien melakukan redemonstrasi.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran
kemarahan.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
No Nama klien Mempraktikkan cara fisik
yang pertama
Mempraktikkan cara fisik
yang kedua
1.
2.
3.
4.
13. 5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua cara
fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien mampu dan beri
tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampumempraktikkan tarik napas dalam,
tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu
klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Januari 2010
Waktu : Pkl. 09.00 s.d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung
14. Tim Terapis
Leader : Evan Sunarya
Co-Leader : Hendri Setiawan
Fasilitator : Gusti Putu Suartha
Nur Aris Hendayanto
Benny Kesuma Yudha
Observer : Sodikin
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
15. 3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
· Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
· Lama kegiatan 45 menit.
· Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang
lain.
b. Menuliskan cara-cara yang yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “saya
perlu/ingin/minta . . ., yang akan saya gunakan untuk. . .”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu “saya tidak dapat melakukan. . .” atau ”saya tidak menerima
dikatakan. . .” atau “saya kesal dikatakan seperti. . .”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
16. 1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
secara teratur.
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
No Nama
klien
Memperagakan cara
meminta tanpa
paksa
Memperagakan
cara menolak yang
baik
Memperagakan cara
mengungkapkan
kekerasan yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
17. mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda jika klien mampu dan beri
tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3,TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Januari 2010
Waktu : Pkl. 11.00 s.d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung
Tim Terapis
Leader : Noverita Gusmeta
Co-Leader : Budi Santoso
Fasilitator : Sodikin
Budi Setiawan
Komang Astrawan
Observer : Gusti Putu Suartha
Alat
18. 1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 3.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
· Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
· Lama kegiatan 45 menit.
· Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
19. a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif,
dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 4, kemampuan klien yang
diharapkan adalah kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan. Formulir
evaluasi sebagai berikut.
20. No Nama klien Mempraktikkan kegiatan
ibadah pertama
Mempraktikkan kegiatan
ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah saat TAK. Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda jika klien
tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4,TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah.
Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
21. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Januari 2010
Waktu : Pkl. 09.00 s.d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung
Tim Terapis
Leader : Komang Astrawan
Co-Leader : Noverita Gusmeta
Fasilitator : Hendri Setiawan
Budi Setiawan
Sodikin
Observer : Budi Santoso
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat.
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 4.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
22. a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan kegiatan
ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
· Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
· Lama kegiatan 45 menit.
· Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan
tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dam b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secar bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
perilaku kekerasan/kambuh.
23. k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.Memberi pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif,
kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain
.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan klien yang
24. diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.
No Nama klien Menyebutkan
lima benar
minum obat
Menyebutkan
keuntungan minum
obat
Menyebutkan
akibat tidak patuh
minum obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5,TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan lima benar cara minum
obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh
minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu
klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.
DAFTAR PUSTAKA
http://darsananursejiwa.blogspot.com/2009/10/laporan-pendahuluan-perilaku-
kekeraan.html