Dokumen tersebut membahas strategi pelaksanaan untuk menangani defisit perawatan diri pasien melalui tiga tahap, yaitu membahas kebersihan diri, berdandan, dan cara makan minum yang benar. Setiap tahap mencakup orientasi, pelaksanaan tindakan, dan terminasi untuk melatih pasien agar dapat merawat diri secara mandiri.
Strategi Pelaksanaan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
1. Dokumen tersebut merupakan rangkaian strategi pelaksanaan risiko perilaku kekerasan melalui 4 pertemuan. Pada setiap pertemuan dilatih cara mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik, sosial, spiritual dan cara keempat yang akan dibahas. Latihan dilakukan dengan membina hubungan, mengidentifikasi penyebab marah, dan cara mengontrolnya melalui nafas, gerakan fisik, komunikasi dan ibadah.
"[Ringkasan]"
Merupakan dokumen yang membahas tentang intervensi keperawatan yang meliputi tahapan penentuan masalah prioritas, penetapan tujuan dan hasil yang diharapkan, serta penulisan rencana tindakan keperawatan yang mencakup empat tipe utama yaitu diagnostik, terapeutik, pendidikan, dan rujukan.
Dokumen tersebut membahas strategi pelaksanaan untuk menangani defisit perawatan diri pasien melalui tiga tahap, yaitu membahas kebersihan diri, berdandan, dan cara makan minum yang benar. Setiap tahap mencakup orientasi, pelaksanaan tindakan, dan terminasi untuk melatih pasien agar dapat merawat diri secara mandiri.
Strategi Pelaksanaan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
1. Dokumen tersebut merupakan rangkaian strategi pelaksanaan risiko perilaku kekerasan melalui 4 pertemuan. Pada setiap pertemuan dilatih cara mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik, sosial, spiritual dan cara keempat yang akan dibahas. Latihan dilakukan dengan membina hubungan, mengidentifikasi penyebab marah, dan cara mengontrolnya melalui nafas, gerakan fisik, komunikasi dan ibadah.
"[Ringkasan]"
Merupakan dokumen yang membahas tentang intervensi keperawatan yang meliputi tahapan penentuan masalah prioritas, penetapan tujuan dan hasil yang diharapkan, serta penulisan rencana tindakan keperawatan yang mencakup empat tipe utama yaitu diagnostik, terapeutik, pendidikan, dan rujukan.
Pasien laki-laki berusia 29 tahun dirawat karena nyeri perut akibat luka jahitan operasi usus buntu. Perawat melakukan pengkajian dan merencanakan intervensi untuk mengatasi gangguan rasa nyeri, istirahat, dan aktivitas pasien dengan memberikan obat analgetik, mengatur lingkungan, serta membantu pasien melakukan aktivitas secara bertahap.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan hipospadia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hipospadia adalah kelainan bawaan dimana muara uretra terletak di bagian ventral penis. Laporan ini menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, perkembangan embrionik, masalah, pemeriksaan penunjang, prinsip terapi, dan manajemen keperawatan pasien hipospadia.
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalOkta-Shi Sama
Dokumen tersebut menjelaskan tahapan pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal yang meliputi inspeksi dan palpasi berbagai sendi dan otot untuk mendeteksi gangguan. Tahapannya meliputi orientasi, kerja, dan penutupan dengan memeriksa bagian kepala, leher, tangan, siku, bahu, kaki, lutut, pinggul, dan tulang belakang.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kemih dan manifestasi klinis gangguan sistem tersebut, meliputi nyeri, perubahan eliminasi urin, gejala gastrointestinal dan lainnya. Juga dibahas mengenai pengkajian pasien meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium, radiologi, serta diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Interaksi antara perawat dengan klien berjalan lancar. Klien dapat memperkenalkan diri dengan baik dan menjawab pertanyaan sederhana tentang dirinya. Pada interaksi selanjutnya, klien menceritakan masalahnya dengan jujur namun mengalami halusinasi suara. Perawat membantu klien mengenali halusinasinya. Pada akhir interaksi, klien menerima proses terminasi dengan baik.
Modul 3 kb1 pemeriksaan fisik sistem pencernaanUwes Chaeruman
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang teknik pemeriksaan fisik sistem pencernaan, mulai dari persiapan, alat yang dibutuhkan, urutan pemeriksaan, hingga cara melakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi organ-organ dalam sistem pencernaan seperti hati dan limpa.
(1) Proses komter terdiri dari empat tahap yaitu tahap persiapan, perkenalan, kerja, dan terminasi.
(2) Tahap persiapan melibatkan pengenalan diri, perasaan, dan tujuan interaksi.
(3) Tahap perkenalan meliputi perkenalan diri, penentuan kontrak waktu, dan menggali masalah klien.
(4) Tahap kerja adalah inti proses dan melibatkan pendengaran aktif dan memberikan solusi
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
1) Dokumen tersebut merupakan proposal home visit untuk klien bernama Ny. S yang menderita gangguan skizofrenia berupa halusinasi pendengaran.
2) Tujuan home visit adalah memberikan edukasi kepada keluarga tentang kondisi klien dan cara merawat klien di rumah, serta mengajarkan klien cara mengontrol halusinasinya.
3) Rencana tindakan mencakup strategi pelaksanaan home visit melalui tahap orientasi,
Dokumen tersebut merupakan rencana tindakan keperawatan untuk pasien bernama Tn. N yang mengalami gangguan sensori persepsi berupa halusinasi pendengaran. Rencana tersebut mencakup identifikasi jenis, isi, waktu, dan frekuensi halusinasi pasien beserta situasi pemicunya. Tujuannya adalah membantu pasien mengenali dan mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, serta melatih pasien untuk memasukkan
Pasien laki-laki berusia 29 tahun dirawat karena nyeri perut akibat luka jahitan operasi usus buntu. Perawat melakukan pengkajian dan merencanakan intervensi untuk mengatasi gangguan rasa nyeri, istirahat, dan aktivitas pasien dengan memberikan obat analgetik, mengatur lingkungan, serta membantu pasien melakukan aktivitas secara bertahap.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan hipospadia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hipospadia adalah kelainan bawaan dimana muara uretra terletak di bagian ventral penis. Laporan ini menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, perkembangan embrionik, masalah, pemeriksaan penunjang, prinsip terapi, dan manajemen keperawatan pasien hipospadia.
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalOkta-Shi Sama
Dokumen tersebut menjelaskan tahapan pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal yang meliputi inspeksi dan palpasi berbagai sendi dan otot untuk mendeteksi gangguan. Tahapannya meliputi orientasi, kerja, dan penutupan dengan memeriksa bagian kepala, leher, tangan, siku, bahu, kaki, lutut, pinggul, dan tulang belakang.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kemih dan manifestasi klinis gangguan sistem tersebut, meliputi nyeri, perubahan eliminasi urin, gejala gastrointestinal dan lainnya. Juga dibahas mengenai pengkajian pasien meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium, radiologi, serta diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Interaksi antara perawat dengan klien berjalan lancar. Klien dapat memperkenalkan diri dengan baik dan menjawab pertanyaan sederhana tentang dirinya. Pada interaksi selanjutnya, klien menceritakan masalahnya dengan jujur namun mengalami halusinasi suara. Perawat membantu klien mengenali halusinasinya. Pada akhir interaksi, klien menerima proses terminasi dengan baik.
Modul 3 kb1 pemeriksaan fisik sistem pencernaanUwes Chaeruman
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang teknik pemeriksaan fisik sistem pencernaan, mulai dari persiapan, alat yang dibutuhkan, urutan pemeriksaan, hingga cara melakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi organ-organ dalam sistem pencernaan seperti hati dan limpa.
(1) Proses komter terdiri dari empat tahap yaitu tahap persiapan, perkenalan, kerja, dan terminasi.
(2) Tahap persiapan melibatkan pengenalan diri, perasaan, dan tujuan interaksi.
(3) Tahap perkenalan meliputi perkenalan diri, penentuan kontrak waktu, dan menggali masalah klien.
(4) Tahap kerja adalah inti proses dan melibatkan pendengaran aktif dan memberikan solusi
Ada 4 jenis penyuntikan obat, yaitu intramuskular, intravena, subkutan, dan intrakutan. Masing-masing jenis memiliki lokasi dan sudut penyuntikan yang berbeda-beda, sesuai dengan jaringan sasaran. Spuit dan ukuran jarum juga bervariasi tergantung jenis penyuntikan.
1) Dokumen tersebut merupakan proposal home visit untuk klien bernama Ny. S yang menderita gangguan skizofrenia berupa halusinasi pendengaran.
2) Tujuan home visit adalah memberikan edukasi kepada keluarga tentang kondisi klien dan cara merawat klien di rumah, serta mengajarkan klien cara mengontrol halusinasinya.
3) Rencana tindakan mencakup strategi pelaksanaan home visit melalui tahap orientasi,
Dokumen tersebut merupakan rencana tindakan keperawatan untuk pasien bernama Tn. N yang mengalami gangguan sensori persepsi berupa halusinasi pendengaran. Rencana tersebut mencakup identifikasi jenis, isi, waktu, dan frekuensi halusinasi pasien beserta situasi pemicunya. Tujuannya adalah membantu pasien mengenali dan mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, serta melatih pasien untuk memasukkan
1. Dokumen ini membahas tentang halusinasi lihat yang dialami seorang pasien. Terdapat penjelasan tentang proses terjadinya masalah, mekanisme koping, diagnosa keperawatan, dan strategi komunikasi dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Dokumen tersebut merangkum strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan deficit perawatan diri, meliputi proses orientasi, kerja, dan terminasi untuk membantu klien belajar tentang kebersihan diri, berpakaian, makan, dan BAB yang benar.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan deficit perawatan diri meliputi diskusi tentang pentingnya kebersihan diri, cara berdandan, dan makan dengan baik secara mandiri untuk memulihkan keterampilan hidup pasien.
Matrikulasi Komunikasi dalam Keperawatan 2 TA 2022-2023.docTomiSuranta
Rencana pembelajaran mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan II membahas tentang tujuan dan capaian pembelajaran lulusan serta mata kuliah terkait komunikasi terapeutik dan penugasan mahasiswa berupa makalah kelompok dan individu.
Elaborasi Pemahaman dan Rencana Aksi Nyata-KSE.pptxAbdulWafi65
Ppt elaborasi pemahaman cp dan rencana aksi nyata ini sangat dibutuhkan oleh seorang kasek dan dewan komite pembelajaran yang ikut Diklat psp kurikulum merdeka
Majalah Kekuatan Sugesti Edisi Mei 2016
Kembali hadir, majalah kekuatan sugesti bulan ini. Mei 2016
Dengan artikel dan pembahasan menarik di kolom hipnosis, telepati, sugesti diri yang dijamin memberikan manfaat bagi anda.
Dan yang penting, majalah ini bisa didownload gratis untuk siapapun. Bagi anda yang tertarik memasang iklan di majalah ini silahkan menghubungi redaksi,
klik www.kekuatansugesti.com
Download majalah kekuatan sugesti yang hadir pada setiap bulan untuk memberikan pencerahan kepada anda. Majalah Kekuatan Sugesti, satu-satunya majalah digital yang mensugesti pembacanya untuk lebih baik. Masih banyak lagi edisi majalah kekuatan sugesti lainnya yg bisa anda dapatkan pada link di bawah ini :
www,kekuatansugesti.com
Presentation4 komunikasi efektif - PsikoedukasiBagus Utomo
Orang dengan gangguan mental memiliki kesulitan dalam berkomunikasi karena gangguan pikiran dan perasaan mereka. Untuk berkomunikasi dengan mereka secara efektif, kita perlu mendengarkan mereka dengan baik, memahami perasaan mereka, dan mengekspresikan pendapat kita dengan cara yang positif dan menolong.
Proposal ini mengusulkan terapi aktivitas kelompok (TAK) untuk stimulasi persepsi sensori khususnya halusinasi pada pasien gangguan jiwa. TAK ini akan terdiri dari dua sesi, yaitu sesi pertama untuk mengenal halusinasi dan sesi kedua untuk melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tujuannya adalah membantu pasien meningkatkan kemampuan mengontrol gejala halusinasi secara bertahap
Laporan ini membahas masalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku maladaptif dalam memanifestasikan perasaan marah secara fisik atau verbal. Gangguan harga diri rendah dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Diagnosa keperawatan yang diberikan adalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengidentifikasi penyebab, t
Laporan pendahuluan ini membahas gangguan konsep diri berupa harga diri rendah pada seorang pasien. Gangguan ini dapat terjadi karena faktor situasional maupun kronis, dengan gejala seperti perasaan malu, isolasi sosial, dan perilaku kekerasan terhadap diri sendiri. Diagnosa masalahnya adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, dengan rencana tindakan keperawatan untuk meningkatkan konsep diri dan hubungan s
Halusinasi dan isolasi sosial menyebabkan risiko mencederai diri dan lingkungan. Diagnosa keperawatan meliputi perubahan sensori persepsi seperti halusinasi dan isolasi sosial seperti menarik diri. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasi, serta membina hubungan sosial dan dukungan keluarga untuk mencegah isolasi sosial.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Satuan acara penyuluhan tentang gastroenteritis yang berisi tujuan, materi, metode, dan evaluasi penyuluhan selama 30 menit kepada pasien dan keluarga di rumah sakit untuk meningkatkan pemahaman tentang definisi, penyebab, gejala, pencegahan, dan penanganan gastroenteritis.
Diare merupakan kondisi dimana seseorang mengalami pembuangan air besar berulang kali selama lebih dari 2 hari. Penyebabnya adalah infeksi bakteri atau virus dari makanan atau air yang terkontaminasi, serta susu atau makanan yang mengandung laktosa. Pengobatan diare dapat dilakukan dengan meminum oralit atau larutan garam gula untuk mencegah dehidrasi, atau pergi ke fasilitas kesehatan jika gej
Dokumen ini membahas tentang gastroenteritis, yaitu penyakit perubahan bentuk dan konsistensi tinja serta bertambahnya frekuensi buang air besar yang disebabkan oleh infeksi, masalah pencernaan, makanan, atau faktor psikologis. Tanda dan gejalanya meliputi gelisah, lesu, muntah, haus, dan diare. Penatalaksanaannya berfokus pada penggantian cairan dan elektrolit yang hilang melalui diare dan muntah
Dokumen tersebut merupakan satuan acara penyuluhan tentang hipertensi yang diadakan untuk ibu S. Penyuluhan ini membahas tentang pengertian, gejala, penyebab, komplikasi, dan pengobatan hipertensi serta cara pencegahannya melalui pola makan sehat dan olahraga. Tujuan dari penyuluhan ini adalah agar ibu S dapat memahami hipertensi dan menerapkan pencegahan hipertensi secara tepat dalam ke
Hipertensi atau darah tinggi adalah kondisi dimana tekanan darah seseorang melebihi 160/95 mmHg dan dapat disebabkan oleh stres, obesitas, dan merokok. Gejala hipertensi antara lain sakit kepala, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Hipertensi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke.
Strategi Pelaksanaan Jiwa - Defisit Perawatan DiriYusuf Saktian
Dokumen tersebut merupakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk menangani defisit perawatan diri pada seorang pasien. Strategi tersebut mencakup evaluasi kondisi pasien, diagnosa keperawatan, tujuan tindakan, dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri melalui diskusi dan latihan tentang kebersihan diri, berdandan, makan, dan minum
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
Laporan ini membahas masalah perilaku kekerasan dan gangguan harga diri rendah. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku maladaptif dalam memanifestasikan perasaan marah yang dapat berupa mencederai diri, menganiaya orang lain, atau merusak lingkungan. Gangguan harga diri rendah dapat menyebabkan perilaku kekerasan dan ditandai dengan perasaan negatif terhadap diri, kehilangan percaya diri, dan rasa malu. Diagnosa keperaw
Laporan Pendahuluan Jiwa - Harga Diri RendahYusuf Saktian
Laporan pendahuluan ini membahas gangguan konsep diri berupa harga diri rendah pada seorang pasien. Gangguan ini dapat terjadi karena faktor situasional maupun kronis, dengan gejala seperti perasaan negatif diri, isolasi sosial, dan perilaku kekerasan yang berisiko mencederai diri atau orang lain. Diagnosa masalahnya adalah harga diri rendah dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan m
Halusinasi dan isolasi sosial menyebabkan risiko mencederai diri dan lingkungan. Diagnosa keperawatan meliputi perubahan sensori persepsi berupa halusinasi dan isolasi sosial akibat menarik diri. Rencana tindakan mencakup membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasi, serta meningkatkan interaksi sosial dengan dukungan keluarga untuk mencegah gejala dan komplikasi.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
1. 1
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENDENGARAN
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) HALUSINASI PENDENGARAN
A. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan
telinga kea rah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar suara-
suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, dan
mendengar suara menyuruh melakukan sesuatau yang berbahaya.
B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
C. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukkkan rasa senang
3) Klien bersedia diajak berjabat tangan
4) Klien bersedia menyebutkan nama
5) Ada kontak mata
6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Membantu klien mengenal halusinasinya
c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi
D. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.
b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
2) Peragakan cara menghardik halusinasi
3) Minta klien memperagakan ulang
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang
sesuai
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
2. 2
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan Ibu?
Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa Akper
Muhammadiyah Kendal, Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa
dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak
tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ???
Bagaimana kalau di ruang tamu saya ???
2. Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu
saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan
agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
3. 3
“Caranya seperti ini:
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya
tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan!
Nah begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak
mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-
ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah
begitu……….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M,
jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman
maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu
mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara
dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB,
bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai
jumpa besok.
Wassalamualaikum,……………
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi
4. 4
C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini? mas
masih ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah massudah
makan?
Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita sudah
berdiskusi tentang halusinasi, apakah mas bisa menjelaskan kepada saya tntang
isi suara-suara yang mas dengar dan apakah mas bisa mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi yang pertama yaitu dengan menghardik?”
Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruamg
tamu mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas dengar dulu agar
suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan
orang lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja,
bagaimana mas setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? mas setuju?”
b. Fase kerja
”kalau mas mendengar suara yang kata mas kemarin mengganggu dan membuat
mas jengkel. Apa yang mas lakukan pada saat itu? Apa yang telah saya ajarkan
kemarin apakah sudah dilakukan?”
”cara yang kedua adalah mas langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat
bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas mengobrol
sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya
senag sekali mas mau berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan
mas setelah kita berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas pilih
untuk mengontrol halusinasinya adalah......
Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mas terus praktekkan
cara yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran
mas.”
5. 5
Kontrak yang akan datang :
Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan
yang bermanfaat.”
waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mas setuju?”
tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih mas
sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan : halusinasi
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian
klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya
hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan
kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara
yang kita bicarakan kemarin
Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang
tentang suara- suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan engan
cara melakukan aktifitas / kegiatan harian.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mas
setuju?”
2. Fase Kerja
”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi
tentang cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi
yaitu caar ketiga adalah mas menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan
yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.”
6. 6
”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri
dengan kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan
kegiatan lain.”
F. Fase Terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama,
saya senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana
perasaan mas setelah berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi
yang ketiga?
Tindak lanjut : ”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi
seperti yang sudah diajarkan tadi?
Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh
obat.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”
Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih mas
sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4)
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan : halusinasi
C. Tujuan: Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan obat
secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
F. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Masih ingat saya ???
Evaluasi validasi : ”mas tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ?
sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi,
apa itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.
Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang
obat-obatgan yang mas minum.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalu di ruang tamu? mas setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit, bagaimana mas setuju?”
7. 7
2. Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh mas setiap hari. Obat yang warnanya....ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini
diminum....sehari siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari. Obat
yang warnanya....ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas dengar
sedangkan yang warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini
mempunyai efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah
terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas? Tolong nanati mas sampaikan ke dokter
apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus diminum terus, mungkin
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian mas jangan berhenti minum obat
tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang mas alami sekarang akan muncul lagi,
jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh mas pada saat mionum obat yaitu beanr
obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mas..?!!”
3. Fase Terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi?
Kemudian berapa dosisnya?
Tindak lanjut : ”tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum
obat.”
Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam .....? mas setuju?”
Tempat :
”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan. Terimakasih mas sudah
mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”