1. AGAMA DAN BUDAYA
Oleh ; MOH.Rosul
Yondrik
Achmad Muzammil
Silvana
November 2016
DOSEN PEMBIMBING;Moh.Cholil Mpdi
2. A. PENGERTIAN AGAMA
B. PENGERTIAN BUDAYA
C. BENTUK-BENTUK AGAMA DAN KEBUDAYAAN
.Bentuk agama .BENTUK KEBUDAYAAN
D. UNSUR-UNSUR AGAMA DAN KEBUDAYAAN
E. AGAMA BUDAYA
F.AGAMA DAN BUDAYA
G.HUBUNGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN
TIMBUL BEBERAPA SIKAP
PENUTUP
3. Pengertian Agama
Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak
dangama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu
yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara
integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan
Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut
Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari
seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas
tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu
disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai
kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.
Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris)
yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata
religare yang berarti mengikat. Dalam pengertian religio termuat peraturan
tentang kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya dengan
realitas tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungan antar
sesamanya (horizontal).
4. Pengertian Budaya
Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta serta akal
budi manusia untuk memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan
kualitas hidup dan kehidupannya. Atau, kebudayaan adalah keseluruhan
kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan) manusia yang digunakan untuk
memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya.
Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan
lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon manusia berada.
Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya.
Unsur-unsur kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan
perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia mengembangkan
kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut
makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai
budayanya. Sebagian makhluk berbudaya, bukan saja bermakna
mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek
moyangnya, melainkan termasuk mengembangkan hasil-hasil
kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya,
dalam interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun
temurun yang disebut tradisi
5. C. Bentuk-Bentuk Agama Dan Kebudayaan
1. BENTUK AGAMA
Bentuk Agama
Agama ada yang bersifat primitif dan ada
pula yang dianut oleh masyarakat yang telah
meninggalkan fase keprimitifan. Agama-
agama yang terdapat dalam masyarakat
primitif ialah Dinamisme, Animisme,
Monoteisme dll, adapun pengertiannya adalah
sebagai berikut:
6. a) Pengertian Agama Dinamisme ialan : Agama yang
mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Dalam
faham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan
berpengaruh pada kehidupan manusia sehari – hari. Kekuatan gaib itu
ada yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat. Dan dalam
bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut ‘mana’ dan dalam bahasa
Indonesia ‘tuah atau sakti’.
b) Pengertian Agama Animisme ialah : Agama yang
mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang bernyawa maupun
tidak bernyawa, mempunyai roh. Bagi masyarakat primitif roh masih
tersusun dari materi yang halus sekali yang dekat menyerupai uap
atau udara. Roh dari benda-benda tertentu adakalanya mempunyai
pengaruh yang dasyat terhadap kehidupan manusia, Misalnya : Hutan
yang lebat, pohon besar dan ber daun lebat, gua yang gelap dll.
c) Pengertian Agama Monoteisme ialah : Adanya
pengakuan yang hakiki bahwa Tuhan satu, Tuhan Maha Esa,
Pencipta alam semesta dan seluruh isi kehidupan ini baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak.
7. Bentuk Kebudayaan
Kebudayaan Persia
Dalam sejarah kebudayaan Persia, masyarakatnya banyak yang menyembah berbagai
alam nyata, seperti langit, cahaya, udara, air dan api. Api dilambangkan sebagai Tuhan
baik, sehingga mereka menyembah api yang selalu dinyalakan didalam rumah – rumah.
Kebudayaan Romawi Timur
Kerajaan Romawi didirikan pada tahun 753 M. Budaya Romawi pada umumnya
beragama Nasrani. Dalam Kebudayaannya dikenal 3 muhzab yang termasyur yaitu :
1. Mazhab Yaaqibah, yang bertebaran di Mesir, Habsyah Mazhab ini berkeyakinan
bahwa Isa Almasih adalah Allah.
2. Mazhab Nasathirah yang betebaran di Mesir, Irak, Persia
3. Mazhab Mulkaniyah, Kedua Mazhab ini berkeyakinan bahwa dalam diri Al-Masih
terdapat 2 tabiat yaitu :
a. Tabiat ketuhanan.
b. Tabiat kemanusiaan
Kebudayaan Islam
Sejalan dengan perkembangan dunia dan perubahan zaman, Ajaran – ajaran Islam pun
kian marak dijadikan sebuah Budaya, yang akhirnya masyarakat sendiri sulit
membandingkan antara Agama dengan Budaya.
Contohnya : Masalah busana muslim “Jilbab”, di zaman dahulu busana muslim atau
jilbab adalah pakaian yang menutup aurat, pakaian longgar dan panjang, sedangkan
zaman sekarang jilbab menjadi sebuah model atau gaya yang mana tidak lagi melihat
pada tuntunan Islam.
8. 1. Unsur-Unsur Agama
· Unsur Kekuatan Gaib : Manusia merasa
dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu
sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu,
manusia merasa harus mengadakan hubungan baik
dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini
dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan
larangan kekuatan gaib itu sendiri.
· Keyakinan Manusia : bahwa kesejahteraannya di
dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya
hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan
kebahagiaan yang dicari akan hilang pula
9. · Respons yang bersifat Emosionil dari
manusia : Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan
takut, seperti yang terdapat dalam agama – agama primitif,
atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam agama –
agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk
penyembahan yang terdapat dalam agama primitif, atau
pemujaan yang terdapat dalam agama – agama monoteisme.
Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara hidup
tertentu bagi masyarakat yang besangkutan.
· Paham adanya yang kudus (saered)
dan suci : dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk
kitab yang mengandung ajaran – ajaran agama bersangkutan
dan dalam bentuk tempat – tempat tertentu.
10. 2. Unsur-Unsur Budaya
Adapun Unsur Kebudayaan yang bersifat universal yang dapat kita sebut sebagai isi
pokok tiap kebudayaan di dunia ini, adalah sebagai berikut :
· Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari – hari
misalnya : pakaian, perubahan, alat rumah tangga, senjata dan
sebagainya.
· Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi. Misalnya
: Pertanian, peternakan, sitem produksi.
· Sistem kemasyarakatan, misalnya : kekerabatan, sistem
perkawinan, sistem warisan.
· Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun
tertulis.
· Ilmu Pengetahuan
· Kesenian, misalnya : seni suara, seni rupa, seni gerak.
11. . Agama Budaya
Agama yang dibudayakan adalah ajaran suatu agama yang
dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya sehingga
menghasilkan suatu karya/budaya tertentu yang mencerminkan ajaran
agama yang dibudayakannya itu. Atau dengan singkat dapat dikatakan
bahwa membudayakan agama berarti membumikan dan melaksanakan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Memandang agama bukan
sebagai peraturan yang dibuat oleh Tuhan untuk menyenangkan Tuhan,
melainkan agama itu sebagai kebutuhan manusia dan untuk kebaikan
manusia. Adanya agama merupakan hakekat perwujudan Tuhan.
Seperti dalam mengideologikan agama, pembudayaan suatu agama dapat
mengangkat citra agama apabila pembudayaan itu dilakukan dengan tepat
dan penuh tanggung jawab sehingga mampu mencerminkan agamanya.
Sebaliknya dapat menurunkan nilai agama apabila dilakukan dengan tidak
bertanggung jawab
12. Agama dan Budaya
Budaya menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem,
gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.
Jadi budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari
antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang,
berrelasi dalam masyarakat adalah budaya. Tapi kebudayaan tidak saja
terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang terdapat dalam fikiran
yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, ethos kerja dan
pandangan hidup. Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama
terhadap budaya manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan kolektif
tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan keagamaan
berpola kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan, menghayati dan
membayangkan Tuhan.
Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari
proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif
pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu
faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif.
13. . Hubungan Agama dan Kebudayaan
Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-
unsur kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan perkembangan hidup
dan kehidupan. Manusia mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang
karena manusia. Manusia disebut makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup
dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk berbudaya, bukan saja bermakna
mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek moyangnya;
melainkan termasuk mengembangkan (hasil-hasil) kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam
interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut
tradisi. Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami
sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi
tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam komunitas budaya (dan tradisi)
tertentu; banyak unsur-unsur kebudayaan (misalnya puisi-puisi, bahasa, nyanyian,
tarian, seni lukis dan ukir) di isi formula keagamaan sehingga menghasilkan paduan
atau sinkretis antara agama dan kebudayaan.
Kebudayaan dan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya, tidak pernah berubah;
yang mengalami perubahan dan perkembangan adalah hasil-hasil atau unsur-unsur
kebudayaan. Namun, ada kecenderungan dalam masyarakat yang memahami bahwa
hasil-hasil dan unsur-unsur budaya dapat berdampak pada perubahan kebudayaan.
14. Perbedaan antara agama dan budaya tersebut menghasilkan hubungan
antara iman-agama dan kebudayaan. Sehingga memunculkan hubungan (bukan
hubungan yang saling mengisi dan membangun) antara agama dan budaya.
Akibatnya, ada beberapa sikap hubungan antara Agama dan Kebudayaan, yaitu:
1. Sikap Radikal: Agama menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap
radikal dan ekslusif, menekankan pertantangan antara Agama dan Kebudayaan.
Menurut pandangan ini, semua sikon masyarakat berlawanan dengan keinginan
dan kehendak Agama. Oleh sebab itu, manusia harus memilih Agama atau
Kebudayaan, karena seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Dengan
demikian, semua praktek dalam unsur-unsur kebudayaan harus ditolak ketika
menjadi umat beragama.
2. Sikap Akomodasi: Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan
keselarasan antara Agama dan kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan: Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan
adanya suatu keterikatan antara Agama dan kebudayaan. Hidup dan kehidupan
manusia harus terarah pada tujuan ilahi dan insani; manusia harus mempunyai
dua tujuan sekaligus.
15. . 4 Sikap Pambaharuan: Agama Memperbaharui Kebudayaan.
Sikap ini menunjukkan bahwa Agama harus memperbaharui masyarakat dan
segala sesuatu yang bertalian di dalamnya. Hal itu bukan bermakna
memperbaiki dan membuat pengertian kebudayaan yang baru; melainkan
memperbaharui hasil kebudayaan. Oleh sebab itu, jika umat beragama mau
mempraktekkan unsur-unsur budaya, maka perlu memperbaikinya agar tidak
bertantangan ajaran-ajaran Agama. Karena perkembangan dan kemajuan
masyarakat, maka setiap saat muncul hasil-hasil kebudayaan yang baru. Oleh
sebab itu, upaya pembaharuan kebudayaan harus terus menerus. Dalam arti,
jika masyarakat lokal mendapat pengaruh hasil kebudayaan dari luar
komunitasnya, maka mereka wajib melakukan pembaharuan agar dapat
diterima, cocok, dan tepat ketika mengfungsikan atau menggunakannya.
Karena adanya aneka ragam bentuk hubungan Agama dan Kebudayaan
tersebut, maka solusi terbaik adalah perlu pertimbangan – pengambilan
keputusan etis-teologis (sesuai ajaran agama). Dan untuk mencapai hal
tersebut tidak mudah.
16. . PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tentang “Agama dan Budaya” yang telah dipaparkan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Agama adalah mutlak ciptaan Tuhan yang hakiki oleh
karena itu agama dijamin akan kefitrahannya, kemurniannya, kebenarannya,
kekekalannya, dan konstanta atau tidak dapat dirubah oleh manusia sampai
kapanpun. Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa dan akal
buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidupnya, dimana
kebudayaan itu sendiri akan mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan jaman. Oleh karena itu, saya menekankan bahwa antara agama
dan budaya meski memiliki hubungan namun tidak dapat dicampur adukan.
Demikian makalah ini disususun, semoga dapat menjadi satu dari budaya sarana
dalam menerangkan antara agama dan budaya.