Sistem mata pencaharian tradisional seperti bertani dan irigasi berpengaruh terhadap sistem budaya lain seperti struktur sosial masyarakat. Manusia senantiasa beradaptasi dengan lingkungan melalui teknologi dan kebudayaan mereka.
1. Kebudayaan sebagai sistem adaptasi
(Prof. Dr. Mundardjito)
Interaksi manusia-lingkungan melahirkan sistem teknologi yang adaptif
terhadap lingkungan alam yang spesifik. Jelaskan dengan contoh bahwa sistem
teknologi mata pencaharian berpengaruh juga pada sistem budaya lain seperti:
kepercayaan/keyakinan, struktur/organisasi kemasyarakatan, pengetahuan,
pola pemukiman, kesenian dan bahasa dari masyarakat tertentu. Anda dapat
memakai contoh dari satu atau beberapa tipe sosial budaya berdasarkan
klasifikasi Koentjaraningrat (1994)
Manusia dan lingkungan merupakan suatu hubungan yang saling
membutuhkan. Keberagaman kondisi lingkungan di bumi ini melahirkan pula
keberagaman jenis organisme serta ekosistem. Mengambil pendapat pandangan
environmental determinism yang menyatakan bahwa lingkungan mempengaruhi
kepribadian seseorang serta pandangan possibilism yang beranggapan bahwa
lingkungan memungkinkan suatu kebudayaan untuk terjadi dimana keadaan
lingkungan memungkinan fitur budaya muncul pada lingkungan tertentu namun tidak
di lingkungan lainnya. Maka dapat dikatakan hubungan antara makhluk hidup yang
ada di suatu lingkungan dengan tempat tinggalnya saling mempengaruhi.
Manusia sebagai makhluk yang paling pandai di bumi memiliki beragam cara
untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sejak jaman savagery dimana manusia
masih hidup secara liar dan belum mengenal alat-alat teknologi canggih, mereka
berusaha beradaptasi dengan lingkungan dengan cara berburu dan menangkap ikan
menggunakan panah dan tombak. Manusia memperoleh makanannya yang berasal
dari alam yaitu ikan, hewan, buah-buahan serta kacang-kacangan. Pada masa itu juga
manusia membuat api dari batu.
Cara beradaptasi manusia tehadap lingkungannya berbeda-beda sesuai
dengan kondisi lingkungannya. Pada lingkungan yang beriklim dingin, manusia
beradaptasi dengan cara membuat rumah dengan perapian di dalamnya, atau
membuat rumah dengan bahan dasar kayu sebagai pengganti dinding serta
2. menggunakan pakaian yang terbuat dari wol atau berpakaian yang tebal untuk
menahan dingin. Lain halnya dengan adaptasi manusia yang tinggal di iklim panas.
Mereka menggunakan pakaian yang tidak tebal dan menggunakan pendingin
ruangan.
Perkembangan adaptasi manusia terhadap lingkungannya semakin kompleks
sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapinya. Sistem teknologi pun dari
masa ke masa terus berkembang. Salah satu sistem teknologi yang terus menerus
berkembang yaitu dalam hal sistem mata pencaharian. Koentjaraningrat
mengklasifikasikan tipe sosial budaya yang dilihat dari sistem mata pencaharian
manusia secara tradisional yaitu: tipe sosial masyarakat berburu meramu, berladang,
nelayan, berternak, bertani dan irigasi, dan tipe sosial budaya jasa. Sistem mata
pencaharian tersebut dapat berpengaruh pada sistem budaya lain seperti pada
kepercayaan/keyakinan, struktur/organiasi kemasyarakatan, pengetahuan, pola
pemukiman, kesenian dan bahasa dari masyarakat tertentu.
Di dalam kehidupan sehari hari dalam suatu masyarakat terdapat berbagai
macam kebudyaan, termasuk mata pencaharian mereka. Hal ini karena keadaan
sosial dan geografi mereka yang berbeda beda, sehingga mereka harus
menyesuaikanya dengan kondisi keadaan mereka agar mereka dapat bertahan demi
memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hal sistem mata pencaharian yang berpengaruh
pada sistem budaya lain dapat diambil contoh dengan sistem mata pencaharian
melalui bertani dan irigasi yang berpengaruh pada struktur/organisasi
kemasyarakatan. Daripada hal itu bertani dan irigasi merupakan salah satu mata
pencaharian yang telah ada sejak jaman dahulu. Indonesia yang memiliki iklim dan
lingkungan yang memungkinkan untuk bertani, menjadikan Indonesia sebagai negara
agraris karena lingkungan alam Indonesia yang subur. Bertani kemudian merupakan
salah satu adaptasi manusia terhadap lingkungannya dalam memperoleh kebutuhan
pangan.
Namun seiring perkembangan, kegiatan bertani di Indonesia semakin
ditinggalkan oleh masyarakat karena sebab ketersediaan lahan, produktivitas hasil
tani, ataupun nilai hasil jual pertanian Indonesia yang kalah saing dengan produk
3. impor. Keadaan yang dihadapi masyarakat tani ini menggerakkan pihak tertentu yang
ingin tetap membudayakan pertanian di Indonesia dan tetap ingin meningkatkan
produktifitas hasil pertanian di Indonesia. Kegiatan ini yang kemudian menghasilkan
oraganisasi kemasyarakatan bagi para insan tani di Indonesia yaitu Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia.
Daftar pustaka:
Hardesty, Donald, L. 1977. “Introduction” dalam Ecological Anthropology. New
York: John Wiley&sons, pp. 1-17.
4. TEORI KEBUDAYAAN
UJIAN AKHIR SEMESTER
Dosen: Prof. Dr. Mundardjito
OKTARI ANELIYA
1206335685
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2013