2. DEFINISI AGAMA
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari
kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan.Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan
sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna
hidup dan atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam
semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat
manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum
agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa
perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
3. RUANG LINGKUP AGAMA
Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup :
Hubungan manusia dengan tuhannya
Hubungan manusia dengan manusia
Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya.
4. FUNGSI AGAMA DALAM
MASYARAKAT
1. Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum)
berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi
agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa
dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-
masing.
2. Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu
menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama
meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya
Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap
agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu).
5. FUNGSI AGAMA DALAM
MASYARAKAT
3. Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok
orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan
perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu
dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
4. Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya
makin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan,
kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini
juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan
yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
6. FUNGSI AGAMA DALAM
MASYARAKAT
5. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara
serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak
menjadi pilar "Civil Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.
6. Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan
pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan
fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan
basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
7. FUNGSI AGAMA DALAM
MASYARAKAT
7. Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi
pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan
inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
8. Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama
mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi,
melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak
bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang
tulus, karena untuk Alloh, itu adalah ibadah.
8. DIMENSI KOMITMEN
AGAMA
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson:
Dimensi keyakinan mengandung perkiraan/harapan bahwa orang yang
religius akan menganut pandangan teologis tertentu.
Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu
perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama
mempunyai perkiraan tertentu.
Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah
laku perseorangan.
9. KAITAN AGAMA DENGAN
MASYARAKAT
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe,
meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K.
Nottingham, 1954), yaitu:
Masyarakat yang terbelakang dan nilai- nilai sakral. Masyarakat tipe ini
kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama
yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat,
dalam kelompok keagamaan adalah sama.
Masyarakat- masyarakat pra- industri yang sedang berkembang.
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang
lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan
kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial
diisi dengan upacara- upacara tertentu.
10. KAITAN AGAMA DENGAN
MASYARAKAT
Masyarakat- masyarakat industri sekular. Masyarakat industri bercirikan
dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek
kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam
fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam
hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu
akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan
metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi
masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular
semakin meluas.
11. PELEMBAGAAN AGAMA
Agama begitu universal, permanen (langgeng) dan mengatur
dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar
memahami masyarakat. Agama melalui wahyunya atau kitab sucinya
memberikan petunjuk kepada manusia guna memenuhi kebutuhan
mendasar, yaitu selamat dunia dan di akhirat, di dalam perjuangannya
tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan yang
memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam
sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi
salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial, merupakan
fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia,
keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat
keagamaan.
12. PELEMBAGAAN AGAMA
Agama menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok
sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk
perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam
beberapa hal penting bersifat keagamaan. Dan terbentuklah
organisasi keagamaan untuk mengelola masalah keagamaan.
Yang semula terbentuk dari pengalaman agama tokoh kharismatik
pendiri organisasi, kemudian menjadi organisasi kegamaan yang
terlembaga. Lembaga keagamaan berkembang sebagai pola
ibadah, ide- ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk
asosiasi atau organisasi. Tampilnya organisasi agama akibat
adanya kedalaman beragama, dan mengimbangi perkembangan
masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan
dan sebagainya.
13. AGAMA SEBAGAI FAKTOR
KONFLIK DI MASYARAKAT
Agama dalam satu sisi dipandang oleh pemeluknya sebagai
sumber moral dan nilai, sementara di sisi lain dianggap sebagai sumber
konflik. Menurut Afif Muhammad : Agama acap kali menampakkan diri
sebagai sesuatu yang berwajah ganda”. Sebagaimana yang disinyalir
oleh John Effendi yang menyatakan bahwa Agama pada sesuatu waktu
memproklamirkan perdamaian, jalan menuju keselamatan, persatuan
dan persaudaraan. Namun pada waktu yang lain menempatkan dirinya
sebagai sesuatu yang dianggap garang-garang menyebar konflik,
bahkan tak jarang, seperti di catat dalam sejarah, menimbulkan
peperangan.
14. AGAMA SEBAGAI FAKTOR KONFLIK DI
MASYARAKAT
Sebagaiman pandangan Afif Muhammad, Betty R. Scharf juga
mengatakan bahwa agama juga mempunyai dua wajah. Pertama,
merupakan keenggaran untuk menyerah kepada kematian, menyerah
dan menghadapi frustasi.
Kedua, menumbuhkan rasa permusuhan terhadap
penghancuranb ikatan-ikatan kemanusiaan. Fakta yang terjadi dalam
masyarakat bahwa “Masyarakat” menjadi lahan tumbuh suburnya konflik.
Bibitnya pun bias bermacam-macam. Bahkan, agama bias saja menjadi
salah satu factor pemicu konflik yang ada di Masyarakat itu sendiri.