Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Laporan ini membahas tentang penentuan kadar klorida dalam limbah bekas cucian piring rumah tangga menggunakan titrasi argentometri metode Mohr. Dilakukan persiapan larutan NaCl 0,0141 N, larutan indikator K2CrO4 5%, dan larutan AgNO3 0,1 M yang digunakan sebagai titran. Prosedur titrasi dilakukan sampai terbentuknya endapan
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
This is a general presentation about Argentometric Titration or well known as Precipitation Titration. Contain Mohr Methods, Volhard Methods, and Fajans Methods.
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
This is a general presentation about Argentometric Titration or well known as Precipitation Titration. Contain Mohr Methods, Volhard Methods, and Fajans Methods.
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Dalam rangka melengkapi mata kuliah KKP di Perguruan Tinggi Raharja, setiap mahasiswa di haruskan membuat final presentasi.
yang di presentasikan diantara latar belakang KKP, data perusahaan, project, dll...
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri
1. PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA
LINGKUNGAN
LAPORAN
PENENTUAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA LIMBAH BEKAS CUCIAN
PIRING RUMAH TANGGA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI SECARA MOHR
Oleh:
Ni Luh Ramadhani Ade Mula 1313031018/VI
L.G. Dwi Karyani 1313031019/VI
Made Enny Budi Astuti 1313031027/VI
I Putu Junia Purwanto 1313031063/VI
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016
2. PRAKTIKUM
PENENTUAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA LIMBAH BEKAS CUCIAN
PIRING RUMAH TANGGA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI SECARA MOHR
I. Tujuan
Untuk mengetahui kadar klorida yang terkandung dalam limbah bekas cucian piring rumah
tangga dengan menggunakan titrasi argentometri secara mohr.
II. Dasar Teori
Limbah merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia baik bentuk padat,
cair, ataupun gas yang dipandang mudah tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung
untuk dibuang (Vini, 2011). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001,
limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang karena sifat atau konsentrasi dan jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk lain. Jadi, pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau
dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang
dipandang tidak memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan sumbernya limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu : (a) limbah domestik
(rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan rekreasi; (b) limbah industri;
dan (c) limbah rembesan dan limpasan air hujan. Menurut Keputusan Mentri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah
domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate),
rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Adapun komposisi
dari air limbah domestik adalah sebagai berikut:
Air Limbah
Air (99,9%) Bahan Padatan
Organik (70%) Anorganik (30%)
- Protein (65%) - Butiran
- Karbohidrat (25%) - Garam
3. - Lemak (10%) - Logam
Limbah cair rumah tangga merupakan sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Salah satu jenis limbah cair rumah tangga adalah limbah bekas cuci piring.
Limbah cair rumah tangga yang dalam hal ini limbah bekas cucian piring termasuk ke dalam
limbah cair domestic yang dikarakterisasikan ke dalam darkgrey water (Nur’arif,2008).
Limbah cair rumah tangga selain mengandung bahan organic, juga diduga mengandung
klorida.
Klorida adalah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan alam. Senyawa –
senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion. Ion klorida
pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat – sifat kimia dan biologi perairan.
Kation dari garam – garam klorida dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut.Ion klorida
secara umum tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion – ion logam.Ion ini
juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik.Tetapi kelebihan
garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting
dilakukan analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan
pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air. Adapun kandungan klorida dalam
limbah domestik dapat dilihat pada tabel karakteristik air limbah di bawah ini:
Table 1. Karakteristik Air Limbah Domestik
Parameter Konsentrasi
Kisaran Rata – rata
Padatan:
Terlarut
Tersuspensi
BOD
COD
TOC
250-850
100-350
110-400
250-1000
80-290
500
220
220
500
160
4. Nitrogen:
Organic
NH3
8-35
12-50
15
25
Phospor:
Organic
Anorganik
1-5
3-10
3
5
Klorida
Minyak dan Lemak
Alkalinitas
30-100
50-150
50-200
50
100
100
Anion Cl- dengan larutan perak nitrat AgNO3 membentuk endapan perak klorida , AgCl,
yang seperti dadih dan putih. Perak klorida tak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer
tetapi larut dalam larutan amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan
tiosulfat.
Ion klorida terdapat dalam bentuk senyawa. Begitu juga pada limbah rumah tangga
khususnya limbah bekas cucian piring juga mengandung klorida. Kadar klorida tiap senyawa
berbeda-beda. Oleh karenanya sebelum diolah, maka perlu dilakukan analisis kandungan klor
dalam limbah cair rumah tangga khususnya air bekas cucian piring. Analisis kadar klor ini
dapat dilakukan secara titrasi pengendapan atau sering disebut dengan titrasi argentometri
yaitu dengan metode Mohr.
Titrasi pengendapan adalah suatu proses titrasi yang mengakibatkan terjadinya endapan.
Titrasi yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan sangat terbatas dibandingkan dengan
analisis volumetri yang lain (Selamat, 2002). Dalam titrasi pengendapan, zat yang ditentukan
bereaksi dengan titran membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Karena itu kepekatan
zat yang ditentukan itu berkurang selama berlangsungnya proses titrasi. Perubahan kepekatan
itu diamati dekat dengan titik ekivalen dengan bantuan indikator. Namun demikian ada
beberapa persyaratan dalam titrasi pengendapan sehingga pemakaiannya terbatas dalam
titrimetri. Persyaratan itu adalah sebagai berikut:
5. 1. Terjadinya kesetimbangan yang serbaneka harus berlangsung cukup cepat;
2. Zat yang ditentukan harus beraksi secara stoikiometri dengan titran;
3. Endapan yang terbentuk harus cukup sukar larut sehinggs terjamin kesempurnaan
reaksi sampai 99,9 %;
4. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Adapun rangkaian alat titrasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 01. Buret yang umum digunakan dalam titrasi
Karena persyaratan diatas harus terpenuhi dalam dalam titrasi pengendapan, maka reaksi
pengendapan dengan ion perak yang lazim digunakan dalam titrasi pengendapan.Salah satu
jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan
antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai
argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standart perak nitrat (AgNO3). Titrasi argentometri tidak hanya dapat
digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan
merkaptan (tioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalen seperti ion fosfat PO4
3- dan
ion arsenat AsO4
3-. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit, sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s)(putih) + NaNO3(aq)
Titrasi argentometri dimana terbentuk endapan yang dibedakan menjadi tiga macam
berdasarkan indicator yang dipakai untuk penentuan titik akhir. Salah satu metode dalam
argentometri adalah Titrasi argentometri cara Mohr. Metode Mohr pertama kali
diperkenalkan oleh K.F Mohr , seorang ahli farmasi Jerman pada tahun 1865. Titrasi ini
terutama digunakan untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung, atau
Sumber : www.chem-is-try.org
6. menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar NaCl
berlebih. Titrasi argentometri cara Mohr menggunakan ion-ion kromat (CrO4
2-) sebagai
indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan dari
Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung ion klorida ditambahkan indikator
K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar AgNO3 maka akan terjadi
pengendapan bertingkat berikut:
1. Cl- + Ag+ ↔ AgCl Ksp = 1,2 x 10-10
2. CrO4
2- + 2Ag+ ↔ Ag2CrO4 Ksp = 1,7 x 10-12
Dari dua persamaan reaksi tersebut dapat dihitung konsentrasi ion kromat pada saat AgCl
mulai mengendap yaitu sebesar 0,014 M. Dengan demikian untuk menghindari pengendapan
Ag2CrO4 mendahului atau berbarengan dengan AgCl maka konsentrasi ion kromat yang
dipergunakan harus lebih kecil dari 0,014 M.
Tirasi Argentometri cara Mohr harus dilakukan dalam suasana yang relatif netral. Pada
kondisi pH terlalu tinggi, menyebabkan terbentuknya endapan AgOH dan lebih lanjut terurai
menjadi Ag2O sehingga titran yang diperlukan menjadi lebih banyak.
2Ag+ + 2OH- ↔ 2 AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O
Pada kondisi pH terlalu rendah ion CrO4
2- sebagian berubah menjadi Cr2O7
2-. Dengan
berkurangnya konsentrasi indikator akan menyebabkan timbulnya endapan menjadi sangat
terlambat.
2H+ + 2CrO4
2- ↔ Cr2O7
2- + H2O
Selama titrasi Mohr, larutan diaduk dengan baik untuk menghindari terjadinya kelebihan
titran secara lokal. Hal ini dapat menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen
tercapai dan oklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk nanti, serta akibat lebih lanjut adalah
titik akhir menjadi tidak tajam.
Untuk menentukan kadar klorida dalam limbah bekas cucian rumah tangga, dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Kadar Cl- (mg/L) =
( 𝐴−𝐵) 𝑋 𝑁 𝑋 35,450
𝑉
Keterangan :
A = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (mL)
B = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)
7. N = normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)
V = volume contoh uji
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Buret 50mL 1
2 Labu erlenmeyer 20mL 5
3 Labu Erlenmeyer 100mL 2
4 Gelas ukur 10mL 1
5 Pipet volumetri 10mL 1
6 Gelas piala 250 mL 1
7 Spatula - 1
8 pH meter - 1
9 Corong - 1
10 Timbangan analitik - 1
11 Kaca arloji - 1
12 Labu ukur 100 mL 1
b. Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi/Spesifikasi Amount
1 Larutan NaCl 0,0141 N 100 mL
2 Larutan K2CrO4 5% 5% Secukupnya
3 Larutan AgNO3 0,1M Secukupnya
4 Padatan NaOH - Secukupnya
5 H2SO4 - Secukupnya
6 Sampel (Limbah Cucian
Piring)
- 30 mL
8. IV. PROSEDUR DAN HASIL PENGAMATAN
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
Pembuatan larutan natrium klorida (NaCl) 0,0141 N
1 Serbuk NaCl dikeringkan didalam
oven bersuhu 1400C selama 2 jam,
kemudian didinginkan didalam
desikator.
-
2 Sebanyak 0,824 gram NaCl kering
ditimbang, kemudian dilarutkan
dengan air suling bebas klorida ke
dalam labu ukur 1000 mL sampai
tanda batas. Larutan ini
mempunyai kadar klorida 500 µg
Cl-/mL.
-
Larutan Indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5% b/v
1 Sebanyak 5,0080 g K2CrO4
dilarutkan dengan sedikit air suling
bebas klorida. Larutan AgNO3
ditambahkan sampai mulai
terbentuk endapan merah
kecoklatan yang jelas. dibiarkan
selama 12 jam, lalu di saring.
Filtrat yang diperoleh diencerkan
dengan air suling bebas klorida
hingga volume 100 mL.
-
Pembuatan Larutan Baku Perak Nitrat (AgNO3) 0,1M
1 Sebanyak 8,5 g AgNO3 dilarutkan Sebanyak 8,5 gram AgNO3 dilarutkan
9. dengan air suling bebas klorida
dalam labu ukur 500 mL sampai
tanda batas. Pembakuan dilakukan
dengan menggunakan larutan NaCl
0,0141 N. Simpan di dalam botol
berwarna coklat
dengan aquades dalam labu ukur 500 mL
sampai tanda batas.
Gambar 01. Larutan AgNO3
Pembakuan larutan baku perak nitrat (AgNO3) dengan NaCl 0,0141 N
1 Sebanyak 25 mL larutan NaCl
0,0141 N dipipet dan dimasukkan
ke dalam labu erlenmeyer
berukuran 100 mL.
-
2 Sebanyak 1 mL larutan indikator
K2CrO4 5% b/v ditambahkan ke
dalam larutan tersebut dan diaduk.
-
3 Kemudian dititrasi dengan larutan
AgNO3 sampai terjadi warna
merah kecoklatan.
-
4 Volume larutan AgNO3 yang
digunakan untuk titrasi dicatat.
kemudian dirata-ratakan.
Titrasi
ke
Volume NaCl Volume
AgNO3
1 5 mL
2 5 mL
10. 3 5 mL
Volume rata-rata
Prosedur Persiapan Contoh Uji ( Limbah Rumah Tangga)
1 Sampel limbah rumah tangga
disiapkann terlebih dahulu
Limbah yang digunakan adalah limbah
rumah tangga yaitu air bekas cucian piring
Gambar 02. Sampel limbah cucian piring
rumah tangga
2 Limbah disaring menggunakan
kertas saring
Limbah di saring menggunakan kertas saring
dan warna limbah setelah disaring adalah
bening.
Gambar 03. Penyaringan limbah dengan
kertas saring
3 Apabila warna limbah setelah
disaring adalah pekat, maka
Pada prosedur ini tidak dilakukan, karena
warna limbah yang dihasilkan setelah
11. ditambahkan 3mL suspense
Al(OH)3, dan diaduk, biarkan
sampai terbentuk endapan
dilakukan penyaringan adalah bening
4 Sebanyak 1mL H2O2 30%
ditambahkan kedalam limbah yang
telah disaring. Ini dilakukan
apabila limbah mengandung
sulfide, sulfit atau tiosulfat
-
5 Limbah disaring menggunakan
kertas saring
-
6 pH sampel limbah dicek hingga
kisaran 7 sampai dengan 10.
Apabila pH terlalu asam maka
ditambah NaOH pada sampel tetes
demi tetes, namun apabila pH
sampel terlalu basa maka
ditambahkan H2SO4 1N tetes demi
tetes
Sampel limbah awal memiliki pH 6,15
kemudian ditambahkan NaOH tetes demi
tetes pada sampel, setelah ditambahkan
NaOH pH sampel menjadi 9.
Gambar 04. Pengukuran pH setelah
ditambahkan NaOH
Prosedur Titrasi Limbah Rumah Tangga Bekas Cucian Piring dengan AgNO3
Sebanyak 10 mL contoh uji limbah
rumah tangga yang sudah disaring
diencerkan dengan aquades hingga
-
12. 100 mL.
Sebanyak 100 mL contoh uji
digunakan secara duplo,
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
250 mL dan dibuat larutan blanko.
Sebanyak 10 mL limbah rumah tangga
digunakan secara duplo, dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer.
Gambar 05. Sampel limbah dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan berwarna bening
Larutan blanko dibuat dan dimasukan ke
dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL.
Gambar 06. Larutan blanko berwarna
bening
Limbah rumah tangga dan larutan
blanko ditambahkan 1 mL larutan
indikator K2CrO4 5%
Setelah limbah rumah tangga ditambahkan 1
mL larutan indikator K2CrO4 5%,
13. Gambar 07. Limbah rumah tangga setelah
ditambahkan indikator
Setelah larutan blanko ditambahkan 1 mL
larutan indikator K2CrO4 5%, warnanya
berubah dari bening tak berwarna menjadi
kuning.
Gambar 08. Larutan blanko setelah
ditambah indikator
Contoh uji dan blanko dititrasi
dengan larutan baku AgNO3
sampai titik akhir titrasi yang
ditandai dengan terbentuknya
endapan berwarna merah
kecoklatan dari Ag2CrO4. Catat
volume AgNO3yang digunakan
dan titrasi diulang sebanyak tiga
kali.
Setelah limbah rumah tangga dan blanko
dititrasi dengan larutan AgNO3 warna larutan
berubah dari kuning menjadi merah
kecoklatan.
Titrasi
ke
Volume
Limbah
rumah tangga
Volume
AgNO3
1 10.00 mL 0,75 mL
2 10.00 mL 0,85 mL
3 10.00 mL 0,75 mL
Volume rata-rata 0,78 mL
14. Titrasi
ke
Volume
Larutan
Blanko
Volume
AgNO3
1 10.00 mL 0,15 mL
2 10.00 mL 0,15 mL
3 10.00 mL 0,15 mL
Volume rata-rata 0,15 mL
V. ANALISIS PERHITUNGAN
Titrasi Blanko
Titrasi blanko dilakukan dengan menggunakan air suling bebas klorida. Kemudian didapat
data titrasi sebagai berikut:
Table 2. Hasil Titrasi Blanko
Perhitungan Kadar Klorida dalam Sampel
Table 3.Volume AgNO3 yang dihabiskan untuk titrasi sampel
No Titrasi ke Volume Blanko Volume AgNO3
1 I 10 mL 0,15 mL
2 II 10 mL 0,15 mL
3 III 10 mL 0,15 mL
Rata-rata : 0,15 mL
No Titrasi ke Volume Sampel Volume AgNO3
1 I 10 mL 0,75 mL
2 II 10 mL 0,85 mL
3 III 10 mL 0,75 mL
Rata-rata : 0,78 mL
15. Berdasarkan data di atas, maka dapat ditentukan kadar klorida dalam sampel (limbah bekas
cucian piring rumah tangga) dengan menggunakan persamaan berikut ini:
Kadar Cl- (mg/L) =
( 𝐴−𝐵) 𝑋 𝑁 𝑋 3540
𝑉
Keterangan :
A = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (mL)
B = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)
N = normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)
V = volume contoh uji
Kadar Cl- (mg/L) =
( 𝐴−𝐵) 𝑋 𝑁 𝑋 3540
𝑉
=
(0,78−0,15) 𝑥 0,1 𝑥 3540
10
= 22,3 mg/L
Jadi dalam praktikum ini kadar klorida dalam sampel limbah cucian piring sebesar 22,3 mg/L.
VI. PEMBAHASAN
Anasisis kadar klorida dalam sampel dapat dilakukan dengan menggunakan titrasi
argentometri secara Mohr. Titrasi ini terutama digunakan untuk menentukan garam klorida
dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah
ditambah larutan standar NaCl berlebih (Selamat,2002 ). Titrasi argentometri cara Mohr
menggunakan ion-ion kromat (CrO4
2-) sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata dari Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung
ion klorida ditambahkan indikator K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
AgNO3 maka akan terjadi pengendapan bertingkat berikut:
Cl- + Ag+ ↔ AgCl Ksp = 1 x 10-10
CrO4
2- + 2Ag+ ↔ Ag2CrO4 Ksp = 2 x 10-12
(Selamat, 2002)
Selain itu, tirasi Argentometri cara Mohr harus dilakukan dalam suasana yang relatif netral
atau sedikit alkali. Dalam larutan netral atau sedikit alkali, kalium kromat (K2CrO4) dapat
16. menunjukkan titik akhir pada penitaran klorida dengan perak nitrat (AgNO3). (Dewa Sastra,
2015). Pada kondisi pH terlalu tinggi, menyebabkan terbentuknya endapan AgOH dan lebih
lanjut terurai menjadi Ag2O sehingga titran yang diperlukan menjadi lebih banyak.
2Ag+ + 2OH- ↔ 2 AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O
Pada kondisi pH terlalu rendah ion CrO4
2- sebagian berubah menjadi Cr2O7
2-. Dengan
berkurangnya konsentrasi indikator akan menyebabkan timbulnya endapan menjadi sangat
terlambat.
2H+ + 2CrO4
2- ↔ Cr2O7
2- + H2O
Oleh karenanya, pada saat persiapan sampel dilakukan pengecekan pH dengan menggunakan
pH meter. Setelah dicek pH dari sampel, ternyata rendah yaitu sebesar 6,15 oleh karenanya
sampel ditambahkan larutan NaOH untuk menaikkan pH sampel. Setelah ditambahkan
NaOH pH sampel menjadi 9.Selanjutnya adalah dilakukan titrasi blanko.Yang digunakan
sebagai blanko adalah air suling bebas klorida atau aquades. Titrasi ini dilakukan sebanyak
tiga kali pengulangan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, yang mana AgNO3
digunakan sebagai titran. Setelah dilakukan titrasi, volume rata – rata perak nitrat yang
dihabiskan untuk mentitrasi blanko yaitu sebanyak 0,15 mL. Hasil dari titrasi blanko ini lebih
lanjut akan digunakan dalam perhitungan penentuan kadar klorida dalam sampel.
Setelah melakukan titrasi blanko, tahap selanjutanya yang dilakukan adalah menentukan
kadar klorida dalam sampel. Penentuan kadar klorida dalam sampel dilakukan dengan cara
titrasi. Untuk mentitrasi sampel bekas cucian piring rumah tangga digunakan larutan perak
nitrat. Titrasi pada praktikum kali ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan data
yang lebih akurat sehingga didapat volume rata-rata perak nitrat yang dihabiskan untuk
mentitrasi sampel adalah sebanyak 0,78 mL. Lebih lanjut setelah dilakukan perhitungan,
dapat diketahui kadar klorida dalam sampel yaitu sebesar 22,3 mg/L atau 22,3 ppm.
Klorida adalah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan alam. Senyawa -
senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion. Ion klorida
pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat-sifat kimia dan biologi perairan.
Kation dari garam-garam klorida dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut. Ion klorida
secara umum tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini
juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan
garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting
17. dilakukan analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan
pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air.
Tabel 4. Karakteristik air limbah domestik
Parameter Konsentrasi
Kisaran Rata – rata
Padatan:
Terlarut
Tersuspensi
BOD
COD
TOC
250-850
100-350
110-400
250-1000
80-290
500
220
220
500
160
Nitrogen:
Organic
NH3
8-35
12-50
15
25
Phospor:
Organic
Anorganik
1-5
3-10
3
5
Klorida
Minyak dan Lemak
Alkalinitas
30-100
50-150
50-200
50
100
100
Dari data di atas diketahui bahwa rata-rata konsentrasi klorida dalam limbah cair domestik
yaitu sebesar 50 mg/L. Akan tetapi, dalam praktikum kali ini didapat konsentrasi klorida
dalam sampel yaitu sebesar 22,3 mg/L. konsentrasi tersebut tergolong rendah jika
dibandingkan dengan teori. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ion klorida tidak
membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam sehingga konsentrasinya
rendah. Karena kadar klorida dalam limbah cucian piring rumah tangga relative rendah, maka
limbah tersebut dapat dibuang langsung ke lingkungan.
18. VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kadar klorida dalam limbah bekas cucian piring rumah tangga adalah sebesar 22,3 mg/L.
Kadar tersebut jika dibandingkan dengan teori masih rendah, sehingga dapat langsung
dapat dibuang ke lingkungan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan Limbah-Bagian 12: Cara Uji Kesadahan Total
Kalsium dan Magnesium dengan Metode Titrimetri.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, Tersedia :http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_112_2003.pdf,
diakses tanggal : 11 April 2016
Nur’arif, Muhamad. 2008. Pengelolaan Air Limbah Domestik.Tesis.Tersedia
:http://eprints.undip.ac.id/17344, diakses tanggal : 11 April 2016
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang standar baku
kualitas air.
Sastrawidana,I Dewa Ketut & Siti Maryam.2015.Penuntun Praktikum Analisis Kimia Tanah dan
Air. Singaraja: UNDIKSHA
Selamat, I Nyoman, dkk. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Singaraja : Jurdik Kimia,
IKIP N Singaraja.
Widyaningsih, Vini. 2011. Pengolahan Limbah Cair Yongma FISIP UI, Skirpsi Program S1,
Universitas Indonesia.