SlideShare a Scribd company logo
k.wr ‘14
PENENTUAN SULFAT SECARA TURBIDIMETRI
TUJUAN
Menentukan sulfat secara turbidimetri sebagai koloid barium sulfat
DASAR TEORI
Koloid adalah system dispersi. System dispersi adalah suatu system yang menunjukkan
bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Zat yang didispersikan disebut fase dispersi,
sedangkan zat yang digunakan untuk mendispersikan disebut fase pendispersi. Koloid
merupakan system dua fase yang ketercampurannya berada di antara homogeny dan
heterogen, agak keruh, serta memiliki diameter partikel 10-7
sampai 10-5
cm. koloid umumnya
mempunyai sifat berbeda dengan sifat dispersi molekuler (larutan) maupun dengan sifat
dispersi kasar (suspensi), di mana contoh sifat koloid yakni gerak Brown dan efek Tyndall
(Sumardjo, 2006).
Koloid hidrofilik yakni koloid dengan air sebagai medium pendispersi, sedangkan zat
yang tersebar cenderung menarik molekul air sehingga diperoleh koloid yang kental. Koloid
hidrofob yakni koloid dengan air sebagai medium terdispersi, sedangkan zat yang tersebar
cenderung menolak molekul air sehingga diperoleh system koloid yang encer (Pudjaatmaka,
1999).
Terdapat dua kuantitas yang menyatakan kelarutan zat yakni kelarutan molar (jumlah
mol zat terlarut dalam 1 L larutan jenuh) dan kelarutan (jumlah gram zat terlarut dalam 1 L
larutan jenuh). Hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ialah hasil kali konsentrasi molar dari
ion-ion penyusunnya, di mana masing-masing dipangkatkan dengan koefisien stokiometrinya di
dalam persamaan kesetimbangan (Chang, 2003).
Bila cahaya dilewatkan melalui suspense, sebagian dari energy radiasi yang jatuh
didisipaio (dihamburkan) dengan absorpsi, refleksi, refraksi, sementara sisanya ditransmisi.
Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi fase-terdispersi
adalah dasar dari analisis turbidimetri. Intensitas cahaya-baur bergantung pada banyaknya dan
ukuran partikel dalam suspensi (Bassett, 1994).
Turbidimetri hampir sama dengan kolorimatri karena keduanya berdasar pengukuran
intensitas cahaya yang ditrasmisikan melalui suatu medium. Io adalah intensitas cahaya awal
saat melewati sampel dan I adalah intensitas cahaya saat telah melewati sampel. Transmitasi T
adalah konsnetrasi c dari material yang dinyatakan sebagai persamaan Hukum Beer, di mana A
disebut turbidan, b adalah panjang kuvet, dan k adalah koefisien turbidity. Dalam turbidimetri,
pengukuran transmitasi dinyatakan sebagai berikut (Bhagwan, 2005).
k.wr ‘14
Kekeruhan (turbidity) merupakan sifat dispersi spectra dan bisa juga sebagai
perbandingan dari pencerminan cahaya terhadap sinar saat proses dispersi. Intensitas cahaya
yang dicerminkan oleh suspansi merupakan fungsi dari konsentrasi saat kondisi lain dalam
keadaan konstan. Turbidimetri melibatkan pengukuran transmitasi cahaya dan berbanding
lururs terhadap konsentrasi (Khopkhar, 1998).
Spektrofotometer UV-Visibel digunakan untuk mengukur absorbansi pada spectrum
daerah UV dan visible. Instrument ini merupakan bentuk colorimeter yang dapat menyediakan
cahaya monokromatis. Prisma akan memecah cahaya menjadi komponen warnanya dan dapat
langsung menjadi cahaya monokromatis dari larutan sampel yang dianalisis. Sorotan cahaya
mengandung kekuatan foton. Saat foton mengenai molekul analit, analit akan mengadsorp
foton, sehingga jumlah foton berkurang (Nair, 2007).
METODE PERCOBAAN
ï‚· ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang dibutuhkan pada percobaan ini meliputi spektrofotometer UV-Vis,
labu takar 25 ml, gelas beker, pipet ukur 5 ml, pipet ukur 10 ml, pipet tetes, pipet pump,
kuvet, dan tisu.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi larutan
SO4
2-
standar 250 ppm, larutan NaCl-HCl 0,02%, larutan BaCl2 3 M, etanol, larutan NaCl
0,3 M, larutan MgCl2, larutan sampel dan akuades.
Skema Alat
Keterangan:
 Sumber sinar: sumber radiasi, berupa lampu wolfram untuk analisis visible dan
lampu deuterium untuk analisis UV.
 Monokromator: penyaring sinar polikromatis menjadi monokromatis
 Sel sampel: tempat kuvet yang berisi sampel diletakkan. Kuvet kuarsa digunakan
untuk analisis UV dan visible, sedangkan kuvet plastik untuk analisis visibel
k.wr ‘14
 Detector: menangkap energi foton, mengubah menjadi sinyal listrik yang diperkuat
dengan amplifier
 Recorder: merekam sinyal listrik yang telah diperkuat dari detektor dan
menampilkan out put berupa angka absorbansi.
ï‚· CARA KERJA
Pengaruh Penambahan Etanol
Empat labu takar 25 ml disediakan. Larutan SO4
2-
standar 250 ppm sebanyak 5 ml
dan larutan NaCl-HCl 0,02% sebanyak 2,5 ml dimasukkan ke dalam masing-masing labu
takar. Etanol sebanyak 5, 10, dan 15 ml ditambahkan ke dalam labu takar ke 2, 3, dan 4.
Lalu larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml ditambahkan ke tiap labu takar dan diencerkan
dengan akuades hingga tanda batas. Kemudian labu takar dikocok dan didiamkan
selama 2-3 menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada panjang gelombang 450 nm
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan larutan blangko dibuat dengan cara
yang sama, kecuali penambahan larutan BaCl2.
Kurva Kalibrasi
Lima labu takar 25 ml disediakan. Larutan SO4
2-
standar 250 ppm sebanyak 0, 1,
2, 4, dan 6 ml dimasukkan ke dalam tiap labu takar untuk membentuk konsentrasi 0, 10,
20, 40, dan 60 ppm. Lalu larutan NaCl-HCl 0,02% sebanyak 2,5 ml, etanol sebanyak 5 ml,
dan larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke dalam tiap labu takar dan
diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Kemudian labu takar dikocok dan
didiamkan selama 2-3 menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada panjang gelombang
450 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Pengukuran Sampel
Tiga labu takar 25 ml disediakan. Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan pada labu
takar ke 2 dan 3. Lalu larutan NaCl-HCl 0,02% sebanyak 2,5 ml, etanol sebanyak 5 ml,
dan larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml ditambahkan ke dalam tiap labu takar dan
diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Kemudian labu takar dikocok dan
didiamkan selama 2-3 menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada panjang gelombang
450 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Pengaruh Jenis Senyawa Pengendap
Empat labu takar 25 ml disediakan. Larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml
dimasukkan ke labu takar kedua, larutan NaCl 0,3 M sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke
labu takar ketiga, dan larutan MgCl2 sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke labu takar keempat.
Lalu larutan NaCl-HCl 0,02% sebanyak 2,5 ml, etanol sebanyak 5 ml, dan larutan BaCl2 3
M sebanyak 0,5 ml ditambahkan ke dalam tiap labu takar dan diencerkan dengan
akuades hingga tanda batas. Kemudian labu takar dikocok dan didiamkan selama 2-3
k.wr ‘14
menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada panjang gelombang 450 nm menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
ï‚· HASIL PERCOBAAN
 Pengaruh Penambahan Etanol
Volume Etanol Absorbansi
0 ml
5 ml
10 ml
5 ml
0
0,040
0,085
0,040
 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Absorbansi
0 ppm
10 ppm
20 ppm
40 ppm
0
0,04
0,08
0,13
 Pengukuran Sampel
Volume Sampel Absorbansi
0 ml
10 ml
10 ml
0
0,025
0,025
Rata-Rata 0,025
Konsentrasi Sampel = 15,83 ppm
 Pengaruh Senyawa Pengendap
Jenis Senyawa Absorbansi
MgCl2
NaCl
BaCl2
0
0
0,19
ï‚· PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi sulfat secara
turbidimetri sebagai koloid barium sulfat. Pada analisis ini dilakukan empat macam
k.wr ‘14
percobaan, yaitu pengaruh penambahan etanol, pembuatan kurva kalibrasi, penentuan
konsentrasi sampel sulfat, dan pengaruh jenis senyawa pengendap.
Penggunaan metode turbidimetri untuk menentukan kadar sulfat didasarkan pada sifat
sulfat yang cenderung membentuk BaSO4 jika ditambahkan dengan BaCl2. Barium (Ba2+
) dengan
sulfat akan membentuk endapan putih barium sulfat BaSO4, yang berbutir halus dan praktis tak
larutdalamair(2,5mg/L;Ks =9,2x10-11
)(Svehla:296).
Untuk membentuk suatu koloid BaSO4, larutan sulfat awalnya perlu ditambah dengan
larutan salt-acid (NaCl-HCl) 0,02%. Larutan NaCl-HCl ini merupakan jenis larutan buffer yang
bersifat asam. Dikarenakan larutan NaCl-HCl merupakan larutan buffer, maka larutan ini akan
mempertahankan pH larutan. Hal ini dikarenakan jika pH>8 (basa) sulfida pada sulfat akan
cenderung membentuk ion sulfide, sedangkan jika pH<8 (asam) sulfida justru akan cenderung
dalam bentuk H2S. Sehingga, larutan NaCl-HCl tersebut juga dapat dikatakan untuk
mempertahankankekeruhan yang terbentuk (pembentukan endapan BaSO4).
Adanya penambahan etanol dapat menjadikan larutan menjadi kental. Kondisi
larutan yang kental tersebut dapat menjaga suspensi koloid stabil dan merata
(menstabilkan kekeruhan larutan). Sehingga, endapan BaCl2 yang terbentuk akan tetap
merata di seluruh bagian larutan dan tidak mengendap di dasar larutan. Hal itu
menyebabkan kekeruhan pada larutan karena endapan putih BaCl2 dalam larutan tersebut.
Kekeruhan yang terjadi inilah yang menunjukkan adanya partikel-partikel di dalam larutan
yang ukurannya lebih besar dari larutan. Partikel tersebut yang kemudian jika dianalisis
menggunakanspektrofotometerUV-Visdapatmenghamburkanenergyradiasidari sumbersinar.
Adanya penambahan BaCl2 menyebabkan sulfat bereaksi dengan Ba2+
dari BaCl2,
sehingga menghasilkan BaSO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
BaSO4 sebenarnya merupakan endapan putih. Namun, dengan adanya
penambahan etanol yang menyebabkan endapan putih BaSO4 tidak mengendap pada
dasar larutan, melainkan menjadi koloid tersuspensi yang menyebabkan larutan menjadi
menjadi keruh. Larutan tersebut perlu didiamkan selama 2-3 menit. Pendiaman ini
bertujuan agar reaksi yang terjadi berjalan sempurna, sehingga koloid yang terbentuk
dapat stabil.
Pada penentuan konsentrasi sulfat ini digunakan spektrofotometer UV-Vis,
karena pada metode turbidimetri di mana metode ini didasarkan pada pembentukan
kekeruhan (turbidity) larutan atau pembentukan koloid. Pembentukan koloid ini
menyebabkan ukuran partikel menjadi lebih besar dari larutan. Cahaya yang berasal dari
spektrofotometer ini jika melewati larutan tersebut (koloid) maka menyebabkan
adanya penghamburan energy radiasi dengan absorpsi, refleksi, refraksi, dll. Energy
radiasi yang tidak dihamburkan tersebutlah yang kemudian diteruskan dan ditangkap
k.wr ‘14
detector. Panjang gelombang yang digunakan yakni 450 nm, yang mana panjang
gelombang tersebut berada pada sinar visible.
Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blangko. Larutan blangko
ini bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika tanpa analit.
Larutan blangko biasanya digunakan untuk larutan pembanding dalam analisis atau
larutan penetralan karena untuk menstabilkan absorpsi akibat perubahan voltase dari
sumber cahaya. Sehingga, saat pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis, pengujian
harus selalu diawali pengujian terhadap larutan blangko dahulu baru pengujian pada
larutan yang akan dianalisis.
Penggunaan setiap larutan standard dan sampel harus diencerkan dahulu saat
preparasi karena proses analisis dengan spektrofotometer tidak bisa dilakukan dengan
larutan yang memiliki konsentrasi tinggi. Jika digunakan larutan dengan konsentrasi
tinggi justru akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya, sehingga grafik
yang terbentuk tidak lagi linear. Hal ini karena konsentrasi yang tinggi akan terdapat
banyak molekul dalam larutan, sehingga justru terjadi interaksi antar molekul itu
sendiri.
Pengaruh Penambahan Etanol
Pada percobaan pengaruh penambahan etanol dilakukan untuk mengetahui
volume etanol yang sesuai untuk memperoleh absorbansi yang optimum. Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa adanya etanol untuk mengentalkan larutan, sehingga
endapan tidak mengendap di dasar larutan. Penggunaan etanol yang kurang dapat
menyebabkan kekentalan larutan juga berkurang, sehingga akan ada endapan BaSO4
yang mengendap di dasar larutan. Variasi volume etanol digunakan untuk mengetahui
volume etanol yang dibutuhkan untuk diperoleh absorbansi yang optimum.
Perbedaan volume etanol yang digunakan akan mempengaruhi kondisi larutan
yang terjadi. Pada larutan pertama yang tanpa etanol menunjukkan warna bening dan
terdapat endapan putih di dasar larutan. Sementara itu, larutan paling keruh
ditunjukkan pada larutan keempat dengan penambahan etanol sebanyak 15 ml.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa saat tidak ditambahkan etanol
menunjukkan absorbansi 0. Kondisi itu menunjukkan bahwa tidak ada energy radiasi
dari sinar yang dipancarkan yang mengalami penghamburan. Hal ini dikarenakan larutan
tidak mengental, sehingga endapan BaSO4 yang terbentuk tidak membentuk koloid
tersuspensi yang menyebabkan larutan menjadi keruh, melainkan endapan akan
mengendap di dasar larutan.
Sementara itu, pada penambahan etanol 10 ml menunjukkan hasil absorbansi
yang tertinggi. Hasil tersebut tidak sesuai yang seharusnya, di mana seharusnya volume
k.wr ‘14
etanol optimumnya yakni 5 ml, di mana volume tersebut mencakup setidaknya kurang
lebih 30% dari total volume keseluruhannya.
Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Pengukuran Sampel
Kurva kalibrasi diperoleh dengan melakukan pengukuran larutan standar. Pada
penentuan absorbansi larutan standar, digunakan larutan standar sulfat dengan
konsentrasi yang bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0, 10, 20, 40, dan 60 ppm.
Sementara itu, untuk pengukuran absorbansi sampel dilakukan dengan teknik
diplo, di mana ada pengulangan pembuatan analit berisi sampel sebanyak dua kali. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan. Pada percobaan tersebut, salah satu
analit tidak diberi sampel sebagai pembanding, sedangkan pada analit kedua dan ketiga
ditambahkan sampel dengan jumlah yang sama.
Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
konsentrasi (C) vs absorbansi (A). Berdasarkan kurva tersebut, terlihat bahwa semakin
besar konsentrasi larutan maka absorbansinya juga semakin besar. Kurva membentuk
garis linear yang menunjukkan bahwa absorbansi merupakan fungsi dari konsentrasi,
dengan persamaan garis y = 0,0032x + 0,006 dan R2
= 0,9834.
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada analit pertama dengan tanpa sampel
tentunya menghasilkan absorbansi 0, karena dalam larutan tidak mengandung analit
yang dapat membentuk endapan koloid dengan BaCl2. Sementara itu, pada analit kedua
dan ketiga menunjukkan hasil absorbansi rata-rata yakni 0,025. Hasil absorbansi
tersebut disubstitusikan ke dalam persamaan pada kurva kalibrasi tersebut sebagai nilai
y. sehingga, dapat diperoleh konsentrasi sampelnya 14,844 ppm.
Sebagai tambahan, pada pembuatan kurva kalibrasi, senyawa dengan
konsentrasi sulfat yang semakin tinggi akan menghasilkan larutan yang semakin keruh.
Hal ini karena di dalam larutan mengandung banyak sulfat yang mana saat bereaksi
dengan Ba2+
akan menghasilkan BaSO4 yang semakin banyak pula.
Pengaruh Jenis Senyawa Pengendap
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pembentukan endapan
terhadap sulfat untuk beberapa jenis senyawa pengendap. Jenis senyawa pengendap
yang digunakan yakni MgCl2, NaCl, dan BaCl2.
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa pada pengukuran absorbansi
dengan senyawa pengendap MgCl2 dan NaCl menunjukkan hasil 0. Hal ini menunjukkan
dalam sulfat dengan MgCl2 dan NaCl tidak membentuk endapan. Hal tersebut terlihat
dari bentuk larutan keduanya yang tetap jernih.
Reaksi yang terjadi antara sulfat dengan MgCl2 adalah sebagai berikut.
k.wr ‘14
Sedangkan reaksi yang terjadi antara sulfat dengan NaCl adalah sebagai berikut.
Sementara itu, jika digunakan BaCl2 akan memberikan absorbansi 0,19. Hal ini
karena reaksi sulfat dengan BaCl2 membentuk endapan putih (BaSO4) koloid tersuspensi
yang menyebabkan larutan menjadi keruh. Reaksinya adalah sebagai berikut.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Basset, dkk., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal 909.
Bhagwan, P., 2005, A Handbook Of Chemical Analysis, Internationa Scientific Publishing
Academy, New Delhi, hal 290.
Chang, R., 2003, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jilid 2, Edisi Ketiga, (diterjemahkan oleh:
Achmadi, S. S.), Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal 145.
Khopkhar, S. M., 1998, Basic Concepts Of Analytical Chemistry, New Age International Limited
Publisher, New Delhi, Hal 303.
Nair, A. J., 2007, Principle of Biotechnology, Laxmi Publications, New Delhi, Hal 265.
Pudjaatmaka, H., 1999, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta, Hal 414.
Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksata, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal 532.

More Related Content

What's hot

Kimia analisis ku
Kimia analisis kuKimia analisis ku
Kimia analisis ku
Dokter Tekno
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
Yasherly Amrina
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
Linda Rosita
 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
PT. SASA
 
Asidi alkalimetri
Asidi alkalimetriAsidi alkalimetri
Asidi alkalimetriZamZam Pbj
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
qlp
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
qlp
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
Ahmad Dzikrullah
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
qlp
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriDila Adila
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporanChaLim Yoora
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
Yusrizal Azmi
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
Jurnal reaksi redoks
Jurnal reaksi redoksJurnal reaksi redoks
Jurnal reaksi redoks
nurul limsun
 
Konduktometri
KonduktometriKonduktometri
KonduktometriHilya Fithri
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Alfian Nopara Saifudin
 
anorganik Belerang
anorganik Belerang anorganik Belerang
anorganik Belerang
Fera Fajrin
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
qlp
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
adefemia1
 
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK BogorPenetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
DeviPurnama
 

What's hot (20)

Kimia analisis ku
Kimia analisis kuKimia analisis ku
Kimia analisis ku
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
 
Asidi alkalimetri
Asidi alkalimetriAsidi alkalimetri
Asidi alkalimetri
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum Konduktometri
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporan
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
Jurnal reaksi redoks
Jurnal reaksi redoksJurnal reaksi redoks
Jurnal reaksi redoks
 
Konduktometri
KonduktometriKonduktometri
Konduktometri
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
anorganik Belerang
anorganik Belerang anorganik Belerang
anorganik Belerang
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK BogorPenetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
 

Similar to Penentuan sulfat secara turbidimetri

Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutArdinda Avicenna
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan krom
qlp
 
Kimia titik-didih
Kimia titik-didihKimia titik-didih
Kimia titik-didih
PT. SASA
 
Penurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanPenurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutan
adinugroho wisnu
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Herawati laporan praktikum titrasi
Herawati laporan praktikum titrasiHerawati laporan praktikum titrasi
Herawati laporan praktikum titrasi
HeraChem96
 
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
HalimArifXIMIPA1
 
Tujuan percobaan
Tujuan percobaanTujuan percobaan
Tujuan percobaan
Dewi Triastuti
 
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam BasaLaporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
Milantika Dyah Puspitasari
 
Reaksi Redoks
Reaksi RedoksReaksi Redoks
Reaksi Redoks
Andina Aulia Rachma
 
Portofolio kimia
Portofolio kimiaPortofolio kimia
Portofolio kimia
gabrieldejan1234
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1marwahrutama
 
Redoks
RedoksRedoks
RedoksTillapia
 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Eva Apriliyana Rizki
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
qlp
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Rihlatul adni
 
laporan praktikum titrasi asam basa
laporan praktikum titrasi asam basalaporan praktikum titrasi asam basa
laporan praktikum titrasi asam basawd_amaliah
 

Similar to Penentuan sulfat secara turbidimetri (20)

Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan krom
 
Kimia titik-didih
Kimia titik-didihKimia titik-didih
Kimia titik-didih
 
Penurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanPenurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Herawati laporan praktikum titrasi
Herawati laporan praktikum titrasiHerawati laporan praktikum titrasi
Herawati laporan praktikum titrasi
 
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
 
Tujuan percobaan
Tujuan percobaanTujuan percobaan
Tujuan percobaan
 
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam BasaLaporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
 
Reaksi Redoks
Reaksi RedoksReaksi Redoks
Reaksi Redoks
 
Portofolio kimia
Portofolio kimiaPortofolio kimia
Portofolio kimia
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
Redoks
RedoksRedoks
Redoks
 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
 
laporan praktikum titrasi asam basa
laporan praktikum titrasi asam basalaporan praktikum titrasi asam basa
laporan praktikum titrasi asam basa
 

More from qlp

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
qlp
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
qlp
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
qlp
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
qlp
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
qlp
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis imina
qlp
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
qlp
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
qlp
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
qlp
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
qlp
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
qlp
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
qlp
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
qlp
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
qlp
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometri
qlp
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
qlp
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
qlp
 
Laporan analitik 3
Laporan analitik 3Laporan analitik 3
Laporan analitik 3
qlp
 
Laporan polimer makromolekul
Laporan polimer makromolekulLaporan polimer makromolekul
Laporan polimer makromolekul
qlp
 
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tabletLaporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
qlp
 

More from qlp (20)

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis imina
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometri
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
 
Laporan analitik 3
Laporan analitik 3Laporan analitik 3
Laporan analitik 3
 
Laporan polimer makromolekul
Laporan polimer makromolekulLaporan polimer makromolekul
Laporan polimer makromolekul
 
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tabletLaporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
 

Recently uploaded

Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 

Recently uploaded (20)

Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 

Penentuan sulfat secara turbidimetri

  • 1. k.wr ‘14 PENENTUAN SULFAT SECARA TURBIDIMETRI TUJUAN Menentukan sulfat secara turbidimetri sebagai koloid barium sulfat DASAR TEORI Koloid adalah system dispersi. System dispersi adalah suatu system yang menunjukkan bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Zat yang didispersikan disebut fase dispersi, sedangkan zat yang digunakan untuk mendispersikan disebut fase pendispersi. Koloid merupakan system dua fase yang ketercampurannya berada di antara homogeny dan heterogen, agak keruh, serta memiliki diameter partikel 10-7 sampai 10-5 cm. koloid umumnya mempunyai sifat berbeda dengan sifat dispersi molekuler (larutan) maupun dengan sifat dispersi kasar (suspensi), di mana contoh sifat koloid yakni gerak Brown dan efek Tyndall (Sumardjo, 2006). Koloid hidrofilik yakni koloid dengan air sebagai medium pendispersi, sedangkan zat yang tersebar cenderung menarik molekul air sehingga diperoleh koloid yang kental. Koloid hidrofob yakni koloid dengan air sebagai medium terdispersi, sedangkan zat yang tersebar cenderung menolak molekul air sehingga diperoleh system koloid yang encer (Pudjaatmaka, 1999). Terdapat dua kuantitas yang menyatakan kelarutan zat yakni kelarutan molar (jumlah mol zat terlarut dalam 1 L larutan jenuh) dan kelarutan (jumlah gram zat terlarut dalam 1 L larutan jenuh). Hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ialah hasil kali konsentrasi molar dari ion-ion penyusunnya, di mana masing-masing dipangkatkan dengan koefisien stokiometrinya di dalam persamaan kesetimbangan (Chang, 2003). Bila cahaya dilewatkan melalui suspense, sebagian dari energy radiasi yang jatuh didisipaio (dihamburkan) dengan absorpsi, refleksi, refraksi, sementara sisanya ditransmisi. Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi fase-terdispersi adalah dasar dari analisis turbidimetri. Intensitas cahaya-baur bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel dalam suspensi (Bassett, 1994). Turbidimetri hampir sama dengan kolorimatri karena keduanya berdasar pengukuran intensitas cahaya yang ditrasmisikan melalui suatu medium. Io adalah intensitas cahaya awal saat melewati sampel dan I adalah intensitas cahaya saat telah melewati sampel. Transmitasi T adalah konsnetrasi c dari material yang dinyatakan sebagai persamaan Hukum Beer, di mana A disebut turbidan, b adalah panjang kuvet, dan k adalah koefisien turbidity. Dalam turbidimetri, pengukuran transmitasi dinyatakan sebagai berikut (Bhagwan, 2005).
  • 2. k.wr ‘14 Kekeruhan (turbidity) merupakan sifat dispersi spectra dan bisa juga sebagai perbandingan dari pencerminan cahaya terhadap sinar saat proses dispersi. Intensitas cahaya yang dicerminkan oleh suspansi merupakan fungsi dari konsentrasi saat kondisi lain dalam keadaan konstan. Turbidimetri melibatkan pengukuran transmitasi cahaya dan berbanding lururs terhadap konsentrasi (Khopkhar, 1998). Spektrofotometer UV-Visibel digunakan untuk mengukur absorbansi pada spectrum daerah UV dan visible. Instrument ini merupakan bentuk colorimeter yang dapat menyediakan cahaya monokromatis. Prisma akan memecah cahaya menjadi komponen warnanya dan dapat langsung menjadi cahaya monokromatis dari larutan sampel yang dianalisis. Sorotan cahaya mengandung kekuatan foton. Saat foton mengenai molekul analit, analit akan mengadsorp foton, sehingga jumlah foton berkurang (Nair, 2007). METODE PERCOBAAN ï‚· ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang dibutuhkan pada percobaan ini meliputi spektrofotometer UV-Vis, labu takar 25 ml, gelas beker, pipet ukur 5 ml, pipet ukur 10 ml, pipet tetes, pipet pump, kuvet, dan tisu. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi larutan SO4 2- standar 250 ppm, larutan NaCl-HCl 0,02%, larutan BaCl2 3 M, etanol, larutan NaCl 0,3 M, larutan MgCl2, larutan sampel dan akuades. Skema Alat Keterangan:  Sumber sinar: sumber radiasi, berupa lampu wolfram untuk analisis visible dan lampu deuterium untuk analisis UV.  Monokromator: penyaring sinar polikromatis menjadi monokromatis  Sel sampel: tempat kuvet yang berisi sampel diletakkan. Kuvet kuarsa digunakan untuk analisis UV dan visible, sedangkan kuvet plastik untuk analisis visibel
  • 3. k.wr ‘14  Detector: menangkap energi foton, mengubah menjadi sinyal listrik yang diperkuat dengan amplifier  Recorder: merekam sinyal listrik yang telah diperkuat dari detektor dan menampilkan out put berupa angka absorbansi. ï‚· CARA KERJA Pengaruh Penambahan Etanol Empat labu takar 25 ml disediakan. Larutan SO4 2- standar 250 ppm sebanyak 5 ml dan larutan NaCl-HCl 0,02% sebanyak 2,5 ml dimasukkan ke dalam masing-masing labu takar. Etanol sebanyak 5, 10, dan 15 ml ditambahkan ke dalam labu takar ke 2, 3, dan 4. Lalu larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml ditambahkan ke tiap labu takar dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Kemudian labu takar dikocok dan didiamkan selama 2-3 menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada panjang gelombang 450 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan larutan blangko dibuat dengan cara yang sama, kecuali penambahan larutan BaCl2. Kurva Kalibrasi Lima labu takar 25 ml disediakan. Larutan SO4 2- standar 250 ppm sebanyak 0, 1, 2, 4, dan 6 ml dimasukkan ke dalam tiap labu takar untuk membentuk konsentrasi 0, 10, 20, 40, dan 60 ppm. Lalu larutan NaCl-HCl 0,02% sebanyak 2,5 ml, etanol sebanyak 5 ml, dan larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke dalam tiap labu takar dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Kemudian labu takar dikocok dan didiamkan selama 2-3 menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada panjang gelombang 450 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran Sampel Tiga labu takar 25 ml disediakan. Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan pada labu takar ke 2 dan 3. Lalu larutan NaCl-HCl 0,02% sebanyak 2,5 ml, etanol sebanyak 5 ml, dan larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml ditambahkan ke dalam tiap labu takar dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Kemudian labu takar dikocok dan didiamkan selama 2-3 menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada panjang gelombang 450 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengaruh Jenis Senyawa Pengendap Empat labu takar 25 ml disediakan. Larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke labu takar kedua, larutan NaCl 0,3 M sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke labu takar ketiga, dan larutan MgCl2 sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke labu takar keempat. Lalu larutan NaCl-HCl 0,02% sebanyak 2,5 ml, etanol sebanyak 5 ml, dan larutan BaCl2 3 M sebanyak 0,5 ml ditambahkan ke dalam tiap labu takar dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Kemudian labu takar dikocok dan didiamkan selama 2-3
  • 4. k.wr ‘14 menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada panjang gelombang 450 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. HASIL DAN PEMBAHASAN ï‚· HASIL PERCOBAAN  Pengaruh Penambahan Etanol Volume Etanol Absorbansi 0 ml 5 ml 10 ml 5 ml 0 0,040 0,085 0,040  Pembuatan Kurva Kalibrasi Konsentrasi Absorbansi 0 ppm 10 ppm 20 ppm 40 ppm 0 0,04 0,08 0,13  Pengukuran Sampel Volume Sampel Absorbansi 0 ml 10 ml 10 ml 0 0,025 0,025 Rata-Rata 0,025 Konsentrasi Sampel = 15,83 ppm  Pengaruh Senyawa Pengendap Jenis Senyawa Absorbansi MgCl2 NaCl BaCl2 0 0 0,19 ï‚· PEMBAHASAN Percobaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi sulfat secara turbidimetri sebagai koloid barium sulfat. Pada analisis ini dilakukan empat macam
  • 5. k.wr ‘14 percobaan, yaitu pengaruh penambahan etanol, pembuatan kurva kalibrasi, penentuan konsentrasi sampel sulfat, dan pengaruh jenis senyawa pengendap. Penggunaan metode turbidimetri untuk menentukan kadar sulfat didasarkan pada sifat sulfat yang cenderung membentuk BaSO4 jika ditambahkan dengan BaCl2. Barium (Ba2+ ) dengan sulfat akan membentuk endapan putih barium sulfat BaSO4, yang berbutir halus dan praktis tak larutdalamair(2,5mg/L;Ks =9,2x10-11 )(Svehla:296). Untuk membentuk suatu koloid BaSO4, larutan sulfat awalnya perlu ditambah dengan larutan salt-acid (NaCl-HCl) 0,02%. Larutan NaCl-HCl ini merupakan jenis larutan buffer yang bersifat asam. Dikarenakan larutan NaCl-HCl merupakan larutan buffer, maka larutan ini akan mempertahankan pH larutan. Hal ini dikarenakan jika pH>8 (basa) sulfida pada sulfat akan cenderung membentuk ion sulfide, sedangkan jika pH<8 (asam) sulfida justru akan cenderung dalam bentuk H2S. Sehingga, larutan NaCl-HCl tersebut juga dapat dikatakan untuk mempertahankankekeruhan yang terbentuk (pembentukan endapan BaSO4). Adanya penambahan etanol dapat menjadikan larutan menjadi kental. Kondisi larutan yang kental tersebut dapat menjaga suspensi koloid stabil dan merata (menstabilkan kekeruhan larutan). Sehingga, endapan BaCl2 yang terbentuk akan tetap merata di seluruh bagian larutan dan tidak mengendap di dasar larutan. Hal itu menyebabkan kekeruhan pada larutan karena endapan putih BaCl2 dalam larutan tersebut. Kekeruhan yang terjadi inilah yang menunjukkan adanya partikel-partikel di dalam larutan yang ukurannya lebih besar dari larutan. Partikel tersebut yang kemudian jika dianalisis menggunakanspektrofotometerUV-Visdapatmenghamburkanenergyradiasidari sumbersinar. Adanya penambahan BaCl2 menyebabkan sulfat bereaksi dengan Ba2+ dari BaCl2, sehingga menghasilkan BaSO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut. BaSO4 sebenarnya merupakan endapan putih. Namun, dengan adanya penambahan etanol yang menyebabkan endapan putih BaSO4 tidak mengendap pada dasar larutan, melainkan menjadi koloid tersuspensi yang menyebabkan larutan menjadi menjadi keruh. Larutan tersebut perlu didiamkan selama 2-3 menit. Pendiaman ini bertujuan agar reaksi yang terjadi berjalan sempurna, sehingga koloid yang terbentuk dapat stabil. Pada penentuan konsentrasi sulfat ini digunakan spektrofotometer UV-Vis, karena pada metode turbidimetri di mana metode ini didasarkan pada pembentukan kekeruhan (turbidity) larutan atau pembentukan koloid. Pembentukan koloid ini menyebabkan ukuran partikel menjadi lebih besar dari larutan. Cahaya yang berasal dari spektrofotometer ini jika melewati larutan tersebut (koloid) maka menyebabkan adanya penghamburan energy radiasi dengan absorpsi, refleksi, refraksi, dll. Energy radiasi yang tidak dihamburkan tersebutlah yang kemudian diteruskan dan ditangkap
  • 6. k.wr ‘14 detector. Panjang gelombang yang digunakan yakni 450 nm, yang mana panjang gelombang tersebut berada pada sinar visible. Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blangko. Larutan blangko ini bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika tanpa analit. Larutan blangko biasanya digunakan untuk larutan pembanding dalam analisis atau larutan penetralan karena untuk menstabilkan absorpsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya. Sehingga, saat pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis, pengujian harus selalu diawali pengujian terhadap larutan blangko dahulu baru pengujian pada larutan yang akan dianalisis. Penggunaan setiap larutan standard dan sampel harus diencerkan dahulu saat preparasi karena proses analisis dengan spektrofotometer tidak bisa dilakukan dengan larutan yang memiliki konsentrasi tinggi. Jika digunakan larutan dengan konsentrasi tinggi justru akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya, sehingga grafik yang terbentuk tidak lagi linear. Hal ini karena konsentrasi yang tinggi akan terdapat banyak molekul dalam larutan, sehingga justru terjadi interaksi antar molekul itu sendiri. Pengaruh Penambahan Etanol Pada percobaan pengaruh penambahan etanol dilakukan untuk mengetahui volume etanol yang sesuai untuk memperoleh absorbansi yang optimum. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa adanya etanol untuk mengentalkan larutan, sehingga endapan tidak mengendap di dasar larutan. Penggunaan etanol yang kurang dapat menyebabkan kekentalan larutan juga berkurang, sehingga akan ada endapan BaSO4 yang mengendap di dasar larutan. Variasi volume etanol digunakan untuk mengetahui volume etanol yang dibutuhkan untuk diperoleh absorbansi yang optimum. Perbedaan volume etanol yang digunakan akan mempengaruhi kondisi larutan yang terjadi. Pada larutan pertama yang tanpa etanol menunjukkan warna bening dan terdapat endapan putih di dasar larutan. Sementara itu, larutan paling keruh ditunjukkan pada larutan keempat dengan penambahan etanol sebanyak 15 ml. Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa saat tidak ditambahkan etanol menunjukkan absorbansi 0. Kondisi itu menunjukkan bahwa tidak ada energy radiasi dari sinar yang dipancarkan yang mengalami penghamburan. Hal ini dikarenakan larutan tidak mengental, sehingga endapan BaSO4 yang terbentuk tidak membentuk koloid tersuspensi yang menyebabkan larutan menjadi keruh, melainkan endapan akan mengendap di dasar larutan. Sementara itu, pada penambahan etanol 10 ml menunjukkan hasil absorbansi yang tertinggi. Hasil tersebut tidak sesuai yang seharusnya, di mana seharusnya volume
  • 7. k.wr ‘14 etanol optimumnya yakni 5 ml, di mana volume tersebut mencakup setidaknya kurang lebih 30% dari total volume keseluruhannya. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Pengukuran Sampel Kurva kalibrasi diperoleh dengan melakukan pengukuran larutan standar. Pada penentuan absorbansi larutan standar, digunakan larutan standar sulfat dengan konsentrasi yang bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0, 10, 20, 40, dan 60 ppm. Sementara itu, untuk pengukuran absorbansi sampel dilakukan dengan teknik diplo, di mana ada pengulangan pembuatan analit berisi sampel sebanyak dua kali. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan. Pada percobaan tersebut, salah satu analit tidak diberi sampel sebagai pembanding, sedangkan pada analit kedua dan ketiga ditambahkan sampel dengan jumlah yang sama. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara konsentrasi (C) vs absorbansi (A). Berdasarkan kurva tersebut, terlihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan maka absorbansinya juga semakin besar. Kurva membentuk garis linear yang menunjukkan bahwa absorbansi merupakan fungsi dari konsentrasi, dengan persamaan garis y = 0,0032x + 0,006 dan R2 = 0,9834. Hasil percobaan diperoleh bahwa pada analit pertama dengan tanpa sampel tentunya menghasilkan absorbansi 0, karena dalam larutan tidak mengandung analit yang dapat membentuk endapan koloid dengan BaCl2. Sementara itu, pada analit kedua dan ketiga menunjukkan hasil absorbansi rata-rata yakni 0,025. Hasil absorbansi tersebut disubstitusikan ke dalam persamaan pada kurva kalibrasi tersebut sebagai nilai y. sehingga, dapat diperoleh konsentrasi sampelnya 14,844 ppm. Sebagai tambahan, pada pembuatan kurva kalibrasi, senyawa dengan konsentrasi sulfat yang semakin tinggi akan menghasilkan larutan yang semakin keruh. Hal ini karena di dalam larutan mengandung banyak sulfat yang mana saat bereaksi dengan Ba2+ akan menghasilkan BaSO4 yang semakin banyak pula. Pengaruh Jenis Senyawa Pengendap Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pembentukan endapan terhadap sulfat untuk beberapa jenis senyawa pengendap. Jenis senyawa pengendap yang digunakan yakni MgCl2, NaCl, dan BaCl2. Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa pada pengukuran absorbansi dengan senyawa pengendap MgCl2 dan NaCl menunjukkan hasil 0. Hal ini menunjukkan dalam sulfat dengan MgCl2 dan NaCl tidak membentuk endapan. Hal tersebut terlihat dari bentuk larutan keduanya yang tetap jernih. Reaksi yang terjadi antara sulfat dengan MgCl2 adalah sebagai berikut.
  • 8. k.wr ‘14 Sedangkan reaksi yang terjadi antara sulfat dengan NaCl adalah sebagai berikut. Sementara itu, jika digunakan BaCl2 akan memberikan absorbansi 0,19. Hal ini karena reaksi sulfat dengan BaCl2 membentuk endapan putih (BaSO4) koloid tersuspensi yang menyebabkan larutan menjadi keruh. Reaksinya adalah sebagai berikut. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Basset, dkk., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 909. Bhagwan, P., 2005, A Handbook Of Chemical Analysis, Internationa Scientific Publishing Academy, New Delhi, hal 290. Chang, R., 2003, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jilid 2, Edisi Ketiga, (diterjemahkan oleh: Achmadi, S. S.), Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal 145. Khopkhar, S. M., 1998, Basic Concepts Of Analytical Chemistry, New Age International Limited Publisher, New Delhi, Hal 303. Nair, A. J., 2007, Principle of Biotechnology, Laxmi Publications, New Delhi, Hal 265. Pudjaatmaka, H., 1999, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta, Hal 414. Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal 532.