Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 dan Nomor 3 Tahun 2022 mengatur tentang prosedur mediasi di pengadilan. Peraturan tahun 2022 memperkenalkan mediasi secara elektronik dengan menggunakan infrastruktur dan aplikasi elektronik untuk memfasilitasi proses mediasi secara virtual. Kedua peraturan ini mengatur tahapan pra mediasi, pelaksanaan mediasi, peran mediator, serta ketentuan penutup.
Hukum acara pidana merupakan aturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara pidana mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan hingga pelaksanaan putusan. Tujuan utamanya adalah mencari kebenaran, melakukan penuntutan yang tepat, dan memberikan putusan yang adil berdasarkan hasil pemeriksaan. Dalam prosesnya, dipandu oleh asas-asas seperti praduga tak bersalah,
Dokumen tersebut membahas tentang penulisan hukum dan perancangan hukum (legal drafting). Ringkasannya adalah: (1) penulisan hukum penting untuk praktisi hukum seperti advokat dan hakim, (2) terdapat metode IRAC dan CRARC dalam penulisan hukum yang membahas issue, rule, application, dan conclusion, (3) perancangan hukum melibatkan proses pra-penulisan, penulisan, dan editing.
Hukum acara perdata mengatur tentang pengajuan gugatan dan permohonan ke pengadilan, pemeriksaan di persidangan melalui pembuktian dan perdamaian, serta putusan dan upaya hukum terhadap putusan.
Dokumen tersebut membahas tentang Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS) di Indonesia. MAPS telah ada sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia dengan budaya musyawarah untuk mencapai mufakat. Jenis-jenis MAPS meliputi konsultasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Undang-undang No. 30 tahun 1999 menjadi dasar hukum pelaksanaan MAPS di Indonesia.
Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
Hukum acara pidana merupakan aturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara pidana mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan hingga pelaksanaan putusan. Tujuan utamanya adalah mencari kebenaran, melakukan penuntutan yang tepat, dan memberikan putusan yang adil berdasarkan hasil pemeriksaan. Dalam prosesnya, dipandu oleh asas-asas seperti praduga tak bersalah,
Dokumen tersebut membahas tentang penulisan hukum dan perancangan hukum (legal drafting). Ringkasannya adalah: (1) penulisan hukum penting untuk praktisi hukum seperti advokat dan hakim, (2) terdapat metode IRAC dan CRARC dalam penulisan hukum yang membahas issue, rule, application, dan conclusion, (3) perancangan hukum melibatkan proses pra-penulisan, penulisan, dan editing.
Hukum acara perdata mengatur tentang pengajuan gugatan dan permohonan ke pengadilan, pemeriksaan di persidangan melalui pembuktian dan perdamaian, serta putusan dan upaya hukum terhadap putusan.
Dokumen tersebut membahas tentang Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS) di Indonesia. MAPS telah ada sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia dengan budaya musyawarah untuk mencapai mufakat. Jenis-jenis MAPS meliputi konsultasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Undang-undang No. 30 tahun 1999 menjadi dasar hukum pelaksanaan MAPS di Indonesia.
Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
Dokumen tersebut membahas mengenai hukum acara perdata di Indonesia, mencakup pengertian dan sumber-sumber hukum acara perdata, asas-asas yang diterapkan dalam hukum acara perdata seperti asas sidang terbuka untuk umum dan asas mendengar kedua belah pihak, serta tata cara pengajuan tuntutan hak, proses pemeriksaan perkara di pengadilan, dan putusan hakim beserta pelaksanaannya.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang berbagai aspek upaya paksa dalam hukum pidana Indonesia, termasuk pengertian, jenis (penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat), syarat pelaksanaan, dan batas waktu pelaksanaan untuk masing-masing upaya paksa.
1. PENGGUGAT mengajukan gugatan wanprestasi kepada TERGUGAT karena TERGUGAT gagal melakukan pembayaran tahap kedua sebesar Rp._____ berdasarkan perjanjian jasa antara kedua belah pihak.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang hukum adat, mulai dari pengertian hukum adat menurut beberapa ahli hukum, unsur-unsur kepatuhan hukum adat, nilai-nilai universal hukum adat, kegunaan mempelajari hukum adat, dasar hukum berlakunya hukum adat, corak khusus dan sifat hukum adat, sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum adat dalam perundang-undangan. Dokumen
Dokumen ini berisi replik dari penggugat terhadap jawaban yang diajukan tergugat dalam perkara perdata nomor 16/Pdt.G/2010/PN-PBR. Penggugat membantah beberapa dalil tergugat dan meminta majelis hakim menolak jawaban tergugat, menghukum tergugat untuk membayar sisa pembayaran kerjasama, mengabulkan sita jaminan, serta menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara.
Dokumen ini berisi jawaban tergugat dalam perkara perdata antara Iman Pantara sebagai penggugat dan James Sumartono sebagai tergugat. Tergugat mengajukan eksepsi dan menyangkal gugatan penggugat. Tergugat juga mengajukan gugatan balik dengan meminta pengadilan meletakkan sita jaminan atas mobil yang dijaminkan dan meminta penggugat membayar ganti rugi. Tergugat meminta pengadilan menolak gugatan pen
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
Dokumen tersebut membahas tentang jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi dalam hukum perdata Indonesia. Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi harus dibahas secara bersamaan karena saling berhubungan. Eksepsi merupakan tangkisan terhadap gugatan penggugat yang tidak langsung menyangkut pokok perkara, sedangkan rekonvensi adalah gugatan balasan dari tergugat terhadap penggugat.
Dokumen tersebut membahas tentang proses hukum pidana di Indonesia mulai dari penyelidikan, penyidikan, pra peradilan, peradilan hingga peran advokat. Secara garis besar dokumen menjelaskan tahapan-tahapan proses hukum pidana berdasarkan ketentuan KUHAP dan hak-hak tersangka/terdakwa untuk didampingi advokat.
Ulasan Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)wulandari1996
ITE adalah penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik yang diatur dalam undang-undang untuk mendukung perdagangan dan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, asalkan dilakukan secara aman dan memperhatikan nilai-nilai sosial budaya Indonesia. UU ITE mengatur tentang pengakuan hukum informasi elektronik, larangan penyebaran konten negatif, dan ancaman hukum bagi pelanggaran.
Peraturan Menteri Agama Nomor 14/2016 mengatur tentang tata cara penyelesaian perkara ekonomi syariah. Beberapa hal baru yang diatur antara lain pendaftaran perkara secara online, pemeriksaan acara sederhana dan biasa yang dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi, serta pelaksanaan putusan perkara ekonomi syariah yang berada pada kewenangan Pengadilan Agama.
Dokumen tersebut membahas mengenai hukum acara perdata di Indonesia, mencakup pengertian dan sumber-sumber hukum acara perdata, asas-asas yang diterapkan dalam hukum acara perdata seperti asas sidang terbuka untuk umum dan asas mendengar kedua belah pihak, serta tata cara pengajuan tuntutan hak, proses pemeriksaan perkara di pengadilan, dan putusan hakim beserta pelaksanaannya.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang berbagai aspek upaya paksa dalam hukum pidana Indonesia, termasuk pengertian, jenis (penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat), syarat pelaksanaan, dan batas waktu pelaksanaan untuk masing-masing upaya paksa.
1. PENGGUGAT mengajukan gugatan wanprestasi kepada TERGUGAT karena TERGUGAT gagal melakukan pembayaran tahap kedua sebesar Rp._____ berdasarkan perjanjian jasa antara kedua belah pihak.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang hukum adat, mulai dari pengertian hukum adat menurut beberapa ahli hukum, unsur-unsur kepatuhan hukum adat, nilai-nilai universal hukum adat, kegunaan mempelajari hukum adat, dasar hukum berlakunya hukum adat, corak khusus dan sifat hukum adat, sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum adat dalam perundang-undangan. Dokumen
Dokumen ini berisi replik dari penggugat terhadap jawaban yang diajukan tergugat dalam perkara perdata nomor 16/Pdt.G/2010/PN-PBR. Penggugat membantah beberapa dalil tergugat dan meminta majelis hakim menolak jawaban tergugat, menghukum tergugat untuk membayar sisa pembayaran kerjasama, mengabulkan sita jaminan, serta menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara.
Dokumen ini berisi jawaban tergugat dalam perkara perdata antara Iman Pantara sebagai penggugat dan James Sumartono sebagai tergugat. Tergugat mengajukan eksepsi dan menyangkal gugatan penggugat. Tergugat juga mengajukan gugatan balik dengan meminta pengadilan meletakkan sita jaminan atas mobil yang dijaminkan dan meminta penggugat membayar ganti rugi. Tergugat meminta pengadilan menolak gugatan pen
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
Dokumen tersebut membahas tentang jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi dalam hukum perdata Indonesia. Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi harus dibahas secara bersamaan karena saling berhubungan. Eksepsi merupakan tangkisan terhadap gugatan penggugat yang tidak langsung menyangkut pokok perkara, sedangkan rekonvensi adalah gugatan balasan dari tergugat terhadap penggugat.
Dokumen tersebut membahas tentang proses hukum pidana di Indonesia mulai dari penyelidikan, penyidikan, pra peradilan, peradilan hingga peran advokat. Secara garis besar dokumen menjelaskan tahapan-tahapan proses hukum pidana berdasarkan ketentuan KUHAP dan hak-hak tersangka/terdakwa untuk didampingi advokat.
Ulasan Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)wulandari1996
ITE adalah penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik yang diatur dalam undang-undang untuk mendukung perdagangan dan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, asalkan dilakukan secara aman dan memperhatikan nilai-nilai sosial budaya Indonesia. UU ITE mengatur tentang pengakuan hukum informasi elektronik, larangan penyebaran konten negatif, dan ancaman hukum bagi pelanggaran.
Peraturan Menteri Agama Nomor 14/2016 mengatur tentang tata cara penyelesaian perkara ekonomi syariah. Beberapa hal baru yang diatur antara lain pendaftaran perkara secara online, pemeriksaan acara sederhana dan biasa yang dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi, serta pelaksanaan putusan perkara ekonomi syariah yang berada pada kewenangan Pengadilan Agama.
TATA CARA (HUKUM ACARA) PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI.pptxUjangHermansyah1
Dokumen tersebut merangkum tentang penyelesaian sengketa informasi publik di Indonesia berdasarkan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013, meliputi prosedur pengajuan permohonan, proses mediasi dan ajudikasi, serta bentuk putusan yang diucapkan secara terbuka untuk umum.
PRINSIP-PRINSIP HUKUM ACARA PERADILAN KONSTITUSI .pptWahyuNurRohman4
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Prinsip-prinsip hukum acara peradilan konstitusi mencakup asas-asas seperti persidangan terbuka, independen, dan cepat serta hak untuk didengar secara seimbang. Terdapat empat jenis persidangan yaitu pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan, rapat permusyawaratan hakim, dan pengucapan putusan. Permohonan dapat diajukan secara online atau konven
e-Court adalah sistem peradilan elektronik Mahkamah Agung RI yang menyediakan layanan pendaftaran perkara, pembayaran biaya, dan pemanggilan secara online guna mempermudah akses masyarakat terhadap layanan pengadilan.
BANI merupakan lembaga arbitrase nasional yang didirikan pada tahun 1977 untuk menyelesaikan sengketa melalui proses arbitrase. Dokumen ini menjelaskan sejarah, struktur organisasi, prosedur, dan peran BANI dalam menyelesaikan sengketa secara alternatif melalui arbitrase.
2. Perubahan Perma Mediasi
PERMA No. 2 tahun 2003
bahwa pengintegrasian mediasi ke
dalam proses beracara di
pengadilan dapat menjadi salah
satu instrumen efektif mengatasi
kemungkinan penumpukan perkara
di pengadilan
PERMA No. 1 Tahun
2008
1.Di arahkannya para pihak untuk
menempuh mediasi
2. Pemberian sebuah konsekuensi
3. Sanksi putusan batal demi hukum
apabila tidak mengikuti atau mengabaikan
perma ini.
PERMA No.1 Tahun 2016
perubahan dilakukan karena
beberapa alasan mendasar
berkaitan dengan masalah waktu
dan mengukur itikad baik para
pihak untuk melakukan mediasi di
Pengadilan.
PERMA No.3 Tahun 2022
Pelaksanaan mediasi dilaksanakan berbasis
elektronik
3. PERMA NO:1 TAHUN 2016
Tentang
PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak
dengan dibantu oleh mediator. Perma No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Perma ini mengatur
tata cara ataupun langkah-langkah melaksanakan ataupun menyelenggarakan mediasi . Kecuali perkara sengketa yang
diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga, sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan Industrial,
keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha,. keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen,
permohonan pembatalan putusan arbitrase, keberatan atas putusan Komisi Informasi, penyelesaian perselisihan partai politik,
sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana, sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan
tenggang waktu penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang tel
Ruang Lingkup:
pasal 2 ayat 1 yaitu tentang Ketentuan mengenai Prosedur Mediasi dalam Peraturan
Mahkamah Agung ini berlaku dalam proses berperkara di Pengadilan baik dalam lingkungan
peradilan umum maupun peradilan agama.Dalam perkara pemeriksaannya dilakukan secara
manual, pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh Para Pihak dan/ atau
kuasanya, sebelum menunda proses persidangan mewajibkan kepada Para Pihak menempuh
mediasi.
4. PROSEDUR MEDIASI PERMA NO.1 TAHUN 2016
MEDIASI
MEDIATO
R PARA PIHAK
Hakim atau pihak lain
yang memiliki
Sertifikat Mediator
sebagai pihak netral
Sertifikat Mediator
adalah dokumen yang
diterbitkan oleh
Mahkamah Agung
KESEPAKATAN
PERDAMAIAN
PARA PIHAK YANG
MEMBAWA SENGKETA
KE PENGADILAN
5. Tahapan pra mediasi
PENDAFTARAN
PERKARA PERDATA
SURAT GUGATAN KE
PENGADILAN
Diberikan
kepada
Panitera
Panitera
Menyerahkan
kepada Kepala
pengadilan
Kepala pengadilan
menunjuk majelis
hakim
Hakim
menjelaskan
dan
mewajibkan
prosedur
mediasi
PENENTUA
N HARI
SIDANG
Hari Pertama Sidang
(Hakim mewajibkan para
pihak menempuh mediasi)
Pasal 7 (1)
6. SIDANG PERTAMA
Sidang I
PEMILIHAN MEDIATOR DI
DALAM MAUPUN DI LUAR
PENGADILAN
TIDAK SEPAKAT
MEMILIH
SEPAKAT MEMILIH
PENUNJUKAN
MEDIATOR OLEH
KETUA MAJELIS HAKIM
Proses MEDIASI
- Proses Mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi.
- Atas dasar kesepakatan Para Pihak, jangka waktu Mediasi
dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak berakhir jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
Pasal 20 ayat
5
Ps.24 ayat 3
dan 4
7. Setelah menempuh proses mediasi
Menghadap Kembali kepada majelis
hakim pemeriksa
Mediasi Gagal
Mediasi berhasil
Mediasi berhasil
sebagian
Mediasi tidak dapat
dilaksanakan
Akta perdamaian
(akta vandading)
Penetapan tentang
pencabutan gugatan
Akta Perdamaian (Acta Van
Dading)Kesepakatan Perdamaian
antara sebagaian pihak yang
berperkara dapat dikuatkan dengan
Akta Perdamian sepanjang tidak
menyangkut aset, harta kekayaan
dan/atau kepentingan pihak yang
tidak mencapai kesepakatan
penetapan Melanjutkan Pemeriksaan Perkara
- Dalam hal kesepakatan Pedamaian hanya
menyangkut sebagaian objek gugatan
- Majelis Hakim melenjutkan pemeriksaan
terhadap objek perkara atau tuntutan
hukum yang belum berhasil disepakti oleh
kedua belah pihakberperkara
- Majelis Hakim Pemeriksa Perkara wajib
memuat Kesepakatan Perdamaian sebagai
tersebut dalam pertimbangan dan amar
putusan
Penetapan
melanutkan
pemeriksaan perkara
8. PEMBEDA ANTARA PERMA NO.1 TAHUN 2016 DENGAN PERMA NO.3 TAHUN 2022 TENTANG MEDIASI.
Perbedaan Perma Nomor 1 Tahun 2016 Perma Nomor 3 Tahun 2022
Ruang lingkup pasal 2 ayat 1 yaitu tentang Ketentuan mengenai Prosedur Mediasi dalam
Peraturan Mahkamah Agung ini berlaku dalam proses berperkara di Pengadilan
baik dalam lingkungan peradilan umum maupun peradilan agama.
Dalam perkara pemeriksaannya dilakukan secara manual, pada hari sidang yang
telah ditentukan dan dihadiri oleh Para Pihak dan/ atau kuasanya, sebelum
menunda proses persidangan mewajibkan kepada Para Pihak menempuh mediasi
Pasal 3 yaitu Mediasi Elektronik merupakan alternatif tata cara mediasi di
pengadilan dalam hal Para Pihak menghendaki melakukan proses Mediasi
dengan menggunakan sarana elektronik.
hakim pemeriksa perkara memberikan penjelasan dan meminta
persetujuan kepada Para Pihak mengenai Mediasi Elektronik.
Pelaksanaan mediasi Pasal 6 ayat 1 yaitu : Para Pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan
Mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum.
Pasal 4 ayat 3 yaitu : Dalam perkara yang pemeriksaannya dilakukan
secara manual, pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh
Para Pihak dan/ atau kuasanya, sebelum menunda proses persidangan
mewajibkan kepada Para Pihak menempuh mediasi, hakim pemeriksa
perkara memberikan penjelasan dan meminta persetujuan kepada Para
Pihak mengenai Mediasi Elektronik.
Pasal 5 yaitu : (1) Mediasi Elektronik dapat dilaksanakan setelah Para Pihak
dan/ atau kuasanya memberikan persetujuan. (2) Dalam hal salah satu
pihak tidak menyetujui pelaksanaan Mediasi Elektronik, mediasi
dilaksanakan secara manual.
Tempat pelaksanaan Mediasi Pasal 11 yaitu: (1) Mediasi diselenggarakan di ruang Mediasi Pengadilan atau di
tempat lain di luar Pengadilan yang disepakati oleh Para Pihak.
(2)Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan dilarang menyelenggarakan Mediasi
di luar Pengadilan.
Pasal 11 ayat 1 Pertemuan Mediasi Elektronik diselenggarakan di ruang
virtual yang ada dalam Aplikasi yang telah disepakati oleh Para Pihak.
11. BAB 1 - KETENTUAN UMUM
Mediasi
Elektronik
Infrastruktur
Elektronik
Aplikasi
Dokumen
Elektronik
Administrasi
Mediasi
Elektronik
Ruang Virtual
Mediasi
Elektronik
Tanda Tangan
Elektronik
Ketentuan Keadaan
Tertentu.
15. BAB 3 - PELAKSANAAN MEDIASI ELEKTRONIK
Kesepakatan
Para Pihak
Verifikasi
Identitas
Persetujuan
Tertulis
Penunjukan
Mediator
Dokumen
Elektronik
Administrasi
Mediasi
Dom. Elektronik
-
>Dom. Sah
Persetujuan Para Hakim
Pihak Pemeriksa
16. BAB 3 - LANJUTAN
Mediator Pertemuan Acara
Elektronik
Etika
Penentuan
Aplikasi Ruang Virtual
Resume
Perkara Pertemuan
Tdk
Bercara
Elektronik
Mediator
SIP
E-Mediasi
Resume
Mediator
Efektrivitas Menentukan
Jadwal
Rahasia
Mediator Para
Pihak
17. BAB 3 - PELAKSANAAN MEDIASI ELEKTRONIK
Perubahan Sifat Pertemuan
dan Kehadiran Ahli atau Pihak
lain
Penyampaian Hasil
Mediasi
Penandatangan
Kesepakatan Perdamaian
21. Komparasi
Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Mediasi di Pengadilan
Secara Elektronik
BAB 1 – KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Pasal 1
BAB 1 – KETENTUAN UMUM
BAB II – PEDOMAN MEDIASI DI
PENGADILAN
Bagian Kesatu – Ruang Lingkup
Pasal 2
Pasal 3
BAB II – PRINSIP PENYLENGGARAAN MEDIASI
ELEKTRONIK
Pasal 2
Pasal 3
BAB 1 – KETENTUAN
UMUM
BAB 1 – KETENTUAN
UMUM
BAB II – PEDOMAN MEDIASI
DI PENGADILAN
BAB II – PRINSIP PENYELENGGARAAN
MEDIASI ELEKTRONIK
22. Bagian Kedua – Jenis Perkara Wajib Menempuh
Mediasi
Pasal 4
Bagian Ketiga – Sifat Proses Mediasi
Pasal 5
Bagian Keempat – Kewajiban Menghadiri Mediasi
Pasal 6
Bagian Kelima – Itikad Baik Menempuh Mediasi
Pasal 7
Bagian Keenam – Biaya Mediasi
Paragraf 1 – Biaya Jasa Mediator
Pasal 8
23. Paragraf 2 – Biaya Pemanggilan Para Pihak
Pasal 9
Pasal 10
Biaya Ketujuh Tempat Penyelenggaraan Mediasi
Pasal 11
Bagian Kedelapan – Tata Kelola Mediasi di
Pengadilan
Pasal 12
BAB III – MEDIATOR
Bagian Kesatu – Sertifikasi Mediator dan
Akreditasi Lembaga
Pasal 13
BAB III – PELAKSANAAN MEDIASI
ELEKTRONIK
Bagian Kesatu – Kesepakatan Para Pihak Melakukan
Mediasi Elektronik
Pasal 4
24. Bagian Kedua – Tahapan Tugas Mediator
Pasal 14
Bagian Ketiga – Pedoman Perilaku Mediator
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 5
Pasal 6
Bagian Kedua – Pencatatan Mediasi Elektronik
Pasal 7
Bagian Ketiga – Penunjukan Mediator
Pasal 8
Bagian Keempat – Verifikasi Identitas
Pasal 9
Bagian Kelima – PenentuanAplikasi Mediasi
Pasal 10
25. Bagian Keenam – Ruang Virtual Penyelenggaraan
Mediasi Elektronik
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Bagian Ketujuh – Penyampaian Resume Perkara
E-Mediasi
Pasal 14
Bagian Kedelapan – Pertemuan Mediasi Elektronik
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
26. Pasal 20
Bagian Kesembilan – Perubahan Sifat Pertemuan dan
KehadiranAhli atau Pihak Lain
Pasal 21
Pasal 22
Bagian Kesepuluh – Penyampaian Hasil Mediasi
Pasal 23
Bagian Kesebelas – Penandatnganan Kesepakatan
Perdamaian
Pasal 24
27. BAB IV – TAHAPAN PRAMEDIASI
Bagian Kesatu – Kewajiban Hakim Pemeriksa
Perkara
Pasal 17
Bagian Kedua – Kewajiban Kuasa Hukum
Pasal 18
Bagian Ketiga – Hak Para Pihak Memilih
Mediator
Pasal 19
Bagian Keempat – Batas Waktu Pemilihak
Mediator
Pasal 20
BAB IV – KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pasal 26
28. Bagian Kelima – Pemanggilan Para Pihak
Pasal 21
Bagian Keenam –Akibat Hukum Pihak Tidak
Beritikad Baik
Pasal 22
Pasal 23
BAB V – TAHAPAN PROSES MEDIASI
Bagian Kesatu – Penyerahan Resume Perkara dan
Jangka Waktu Proses Mediasi
Pasal 24
29. Bagian Kedua – Ruang Lingkup Materi Pertemuan
Mediasi
Pasal 25
Bagian Ketiga – KeterlibatanAhli dan Tokoh
Masyarakat
Pasal 26
Bagian Keempat – Mediasi Mencapai Kesepakatan
Pasal 27
Pasal 28
30. Bagian Kelima – Kesepakatan Perdamaian
Sebagian
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
Bagian Keenam – Mediasi Tidak Berhasil atau
Tidak dapat Dilaksanakan
Pasal 32
BAB VI – PERDAMAIAN SUKARELA
Bagian Kesatu – Perdamaian Sukarela pada Tahap
Pemeriksaan Perkara
Pasal 33
31. Bagian Kedua – Perdamaian Sukarela pada
Tingkat Upaya Hukum Banding, Kasasi, atau
Peninjauan Kembali
Pasal 34
BAB VII – KETERPISAHAN MEDIASI DARI
LITIGASI
Pasal 35
BAB VIII – PERDAMAIAN DI LUAR
PENGADILAN
Pasal 36
Pasal 37
BAB IX – KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Pasal 39