Audit komunikasi. Siklus yang tidak pernah berhneti dalam komunikasi organisasi. Jenis-jenis model dominan dalam audit komunikasi: model struktural konseptual, model profil keorganisasian, model evaluasi komunikasi keorganisasian
Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerangYogan Daru Prabowo
Hasil laporan penelitian tim studio perencanaan wilayah dan kota institut teknologi indonesia mengenai aspek sosial budaya di Kota Tangerang yang meliputi karakteristik masyarakat, peninggalan sejarah, sejarah sosial, keragaman etnis, budaya lokal, kesenian dan produk khas, kehidupan beragam, institusi sosial, komunitas lokal, dan bahasa/tutur kata.
Materi ini berisi pengenalan dasar-dasar Social Network Analysis. Disampaikan pada workshop yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di bulan November 2020
Audit komunikasi. Siklus yang tidak pernah berhneti dalam komunikasi organisasi. Jenis-jenis model dominan dalam audit komunikasi: model struktural konseptual, model profil keorganisasian, model evaluasi komunikasi keorganisasian
Laporan penelitian profil sosial budaya masyarakat di kota tangerangYogan Daru Prabowo
Hasil laporan penelitian tim studio perencanaan wilayah dan kota institut teknologi indonesia mengenai aspek sosial budaya di Kota Tangerang yang meliputi karakteristik masyarakat, peninggalan sejarah, sejarah sosial, keragaman etnis, budaya lokal, kesenian dan produk khas, kehidupan beragam, institusi sosial, komunitas lokal, dan bahasa/tutur kata.
Materi ini berisi pengenalan dasar-dasar Social Network Analysis. Disampaikan pada workshop yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di bulan November 2020
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. Sampel pada studi jaringan komunikasi mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan metode
penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan dalam
penelitian ini yang diteliti bukan hanya aktor
(responden), melainkan jaringan, relasi antar aktor
satu dengan aktor yang lain.
Penarikan sampel selalu dimulai dari sebuah
“populasi,” populasi menjadi dasar penarikan
sampel oleh karena itu penarikan sebuah populasi
dalam sebuah penelitian haruslah tepat, sehingga
sampel yang akan diteliti menjadi tepat sasaran
2
3. Penentuan populasi pada penelitian jaringan
komunikasi lebih rumit dan kompleks karena dalam
penelitian ini yang kita teliti adalah “Jaringan
Komunikasi”.
Pada jaringan komunikasi peneliti kesulitan dalam
menentukan batas (boundaries) yang tegas dari
suatu populasi yang akan diteliti, hal yang berbeda
jika kita melakukan penelitian survei, analisis isi
atau eksperimen dimana ada batas-batas yang
tegas yang akan menjadi sebuah polpulasi
3
4. Ex : “Ketika kita membuat penelitian survei
mengenai eksposure acara televisi di desa X. Batas
(Boundaries) dari penelitian adalh penduduk
dewasa (misalnya usia 15 tahun keatas) didesa X,
Boundaries menjadi populasi penelitian dan usia
menjadi sampel pada penelitian survei tersebut.”
Berbeda dengan populasi dan sampel pada studi
jaringan, sebuah populasi penelitian tidak bisa
hanya diterapkan sebagai penduduk dewasa saja
didesa X, karena pada dasarnya jaringan
komunikasi juga melintasi batas wilayah antar desa
X dengan desa yang lainnya.
4
5. Borgatti dan halgin, 2009 : “ menggambarkan hal
diatas dengan mengatakan bahwa populasi pada
studi jaringan komunikasi tidak mempunyai batas-
batas natural seperti pada penelitian survei,
analasis isi dan eksperimen.”
Hal ini berarti bahwa dalam penelitian survei yang
diteliti adalah “responden” sedangkan dalam
penelitian jaringan adalah “jaringan antar
responden”.
Seorang responden dalam studi jaringan bisa saja
bukan hanya memiliki jaringan dalam kelompoknya
melainkan juga diluar kelompoknya (Gambar-1)
5
7. Untuk mengatasi masalah diatas maka seorang
peneliti jaringan komunikasi haruslah terlebih
dahulu menentukan batasan spesifik
(specifications boundaries).
Spesifications boundries dapat mendefinisikan
dengan tegas jaringan mana dari aktor yang kita
masukan dalam penelitian dan menjadi polpulasi
penelitian. Ex : dalam gambar-1 diatas seorang
peneliti harus membuat pembatasan, apakah
jaringan yang dimaksud hanya menyertakan
jaringan anggota antar anggota dikelompok A, atau
juga menyertakan anggota diluar kelompok A
7
8. Lauman, 1983 : “ ada dua pendekatan utama
dalam menentukan pembatasan spesifik
(specification boundaries), yaitu :
1. Pendekatan Realis : “ Dalam pendekatan ini melihat
jaringan komunikasi melalui perspektif informan
(aktor)”. Peneliti tidak boleh menggunakan asumsi
subjektif dalam menetukan jaringan dari aktor.
Peneliti membiarkan aktor menentukan dan
mendefinisikan sendiri jaringannya, sedangkan
peneliti tinggal menggambarkan jaringan yang
dibentuk oleh aktor.
8
9. 2. Pendekatan Nominalis : “ Dalam pendekatan ini
melihat jaringan komunikasi melalui kerangka
konseptual peneliti, peneliti bisa mendefiniskan
batas-batas nya sesuai dengan tujuan dan kerangka
penelitian yang dipakai atau dengan kata lain
peneliti menentukan dan mendifiniskan sutau
jaringan berdasarkan suatu teori tertentu”.
Ex : kita membuat penelitian tentang jaringan
politik desa, dari mana penduduk desa
memperoleh pengetahuan tentang politik. Kita
juga ingin mengetahui siapa saja orang atau
warga yang dihubungi ketika membicarakan
masalah politik, bagaimana pola jaringan ini
mempengaruhi pilihan atau preferensi pada
partai tertentu.
9
10. Jika menggunakan pendekatan “realis”, jaringan
ditentukan sendiri oleh informan, peneliti hanya
mencatat nama-nama yang disebut informan, sedangkan
jika menggunakan pendekatan nominalis, peneliti harus
membuat pembatasan aktor dan jaringan mana yang
akan diteliti dengan merujuk pada teori tertentu,
misalnya teori tentang kedekatan parta (Party ID).
Dalam teori ini pilihan seseorang terhadap partai
ditentukan oleh kedekatan, perasaan, keterikatan
emosional sesorang terhadapa partai tersebut, dengan
menggunakan asumsi tersebut maka peneliti mengambil
asumsi bahwa aktor yang diteliti adalah warga desa
penelitian (Table-1)
10
11. Pendekatan Realis Pendekatan nominalis
Pembatasan Ditentukan oleh
informan sendiri
Ditentukan oleh teori
Populasi Aktor ditentukan oleh
informan. Populasi
dari semua aktor yang
disebut informan,
tidak terbatas pada
warga dilokasi
penelitian
Aktor ditentukan oleh
teori, Populasi dibatasi
menjadi semua warga yang
tinggal didesa penelitian.
Aktor yang diteliti hanya
warga dilokasi penelitian
Jaringan yang
diteliti
Semua aktor yang
disebut oleh informan
tidak hanya warga
lokasi penelitian
Jaringan dari warga
penduduk di lokasi
penelitian
11
12. Knoke and Yang, 2008 : “mengidentifikasi
ada tiga strategi utama yang bisa dipakai
untuk seorang peneliti untuk identifikasi
aktor” (Tabel-2)
12
13. 13
(1). Posisi (2). Reputasi (3). Batasan
waktu
Kerangka
Sampel
Ada Tidak ada Tidak ada
Penentuan
aktor yang
diteliti
Keanggotaan atau posisi
sesorang yang tercatat,
misalnya keanggotaan
organisasi perusahaan,
mahasiawa diperguruan
tinggi atau karyawan
disebuah perusahaan
dsb
Dibantu oleh
informan. Peneliti
tidak mempunyai
pengetahuan yang
cukup atas aktor
yang akan diteliti
atau tidak
mempunyai
catatan atas aktor
Keikutsertaan
atau keterlibatan
pada peristiwa
atau kegiatan
tertentu
Contoh
penerapan
Jaringan politik
diantara warga desa
dalam menentukan
pilihan partai.
Jaringan pemuka-
pemuka agama
didesa dalam
mempengaruhi
pilihan warga
Jaringan diantara
warga yan pernah
mengikuti
kegiatan
kampanye dibalai
desa
14. Tiga strategi tersebut dapat membantu kita dalam
menentukan populasi, pilihan dalam penggunaannya
ditentukan oleh sejumlah aspek :
1. Catatan keanggotaan aktor, jika ada bisa menggunakan
strategi posisional, namun jika tidak ada menggunakan strategi
reputasi (scoot, 2006)
2. Pengetahun peneliti tentang objek yang diteliti, jika cukup
dokumen tentang aktor yang diteliti kita mengunakan strategi
posisional, namun jika tidak kita memilih strategi reputasi.
Penelitian jaringan Komunikasi umunya tidak
menggunakan sampel tetatpi mengunakan sensus dimana
peneliti mewawancari semua anggota populasi. Karena
jika hanya sampel yang diambil dari sebuah populasi maka
tidak akan tergambar jaringan komunikasi yang
sesungguhnya.
14
15. Dua macam teknik pengambilan sampel yang
bayak dipakai dalam studi jaringan
komunikasi, yaitu :
1. Snowball (bola Salju) : “ Penarikan sampel dimulai dari
aktor (kecil), yang kemudian terus menerus membesar
hingga jumlah sampel mencukupi.” Peneliti mulai dari
seorang aktor (A) dan menanyakan jaringan dari aktor
tersebut. Aktor (A) tersebut misalnya menyebut nama
(B) dan (C) dan menanyakan hal serupa seperti
ditanyakan kepada aktor A. Aktor yang disebut oleh B
dan C kemudian ditelusuri lebih lanjut, dan begitu
seterusnya hingga jumlah sampel terpenuhi.
15
16. Knoke and Kuklinski, 1982 : “Peneliti bisa
menghentikan penarikan sampel ketika terjadi
informasi yang berulang dan mencapai titik jenuh
atau berulang-ulang.”
Kelebihan dari penarikan sampel ini yaitu bisa
menggambarkan rantai (chain) dari satu aktor ke
aktor lainnya, kita bisa mengamati bagaimana
aktor yang satu menyebut aktor yang lainnya, dan
bagaimana kembali ke aktor semula.
16
17. Kelebihan lainnya adalah : “teknik ini relatif
peraktis dan mudah dilakukan peneliti tinggal
mengambil satu aktor dan mengikuti aktor yang
dirujuk hingga sampel terpenuhi.
Valente, 2010 : “teknik ini juga mempunyai
kelemahan yaitu (1). Membutuhkan waktu yang
relatif lama, apalagi kalo jarak antara satu aktor
dan aktor lain relatif jauh, (2). Kurang bisa
menggambarkan jaringan secara utuh karena
sampel relatif menyebar.”
17
18. 2. Kelompok kecil : “peneliti mengambil satu kelompok
dan mengambil semua anggota dari kelompok tersebut,
kemudian peneliti menggambar secara lengkap jaringan
yang terbentuk dari kelompok tersebut.”
Unit dari sebuah kelompok kecil ini bisa sebuah desa,
unit-unit tertentu dalam sebuah perusahaan, rumah
sakit dsb.
Proses penarikan sampel dalam kelompok kecil ini
terdiri dari dua langkah :
1. Peneliti menentukan karakteristik sampel
berdasarkan basis teori dan tujuan penelitian. Ex :
Peneliti ingin membuat penelitian pola jaringan adopsi
internet dimasyarkat desa, maka karakteristik
sampelnya adalah masyarakat desa yang belum
mengenal internet
18
19. 2. Peneliti mengambil komunitas sesuai dengan
karateristik yang telah ditentukan, disini peneliti bisa
menggunakan data sekunder ataupun melakukan
observasi lapangan.
19
20. Cahyana, Yan Yan, Analisis Jaringan Komunikasi, dalam
metode penelitian Sosial, berbagai alternatf
pendekatan,kencana Prenada Media.
Mulyana, Deddy, Metodelogi Penelitian Komunikasi,
Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001
Pace.R. Wayne & Don F. Faules, Komunikasi organisasi,
strategi meningkatkan kinerja perusahaan, Editor : Deddy
Mulyana, Remaja Rosda Karya, Bandung 2005
Krinyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2009.
Eriyanto, Analisis Jaringan Komunikasi, strategi Baru dalam
penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya,
Prenadamedia Group, Jakarta 2014
20