SlideShare a Scribd company logo
SMA KATOLIK SANTO PAULUS
Jl.Trunojoyo22-C, Jember68137
Tel 0331 - 421727
Fax 0331-425364
saintpauljember.sch.id
MATERI
SOSIOLOGI
“The function of sociology, as of every
science, is to reveal that which is hidden.”
Pierre Bourdieu
Materi Sosiologi UN - 1
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
TENTANG MASYARAKAT
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar-individu dalam
masyarakat. Sebagai kajian tentang hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat, sosiologi
berusaha menjelaskan fenomena atau fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat melalui
berbagai penelitian. Fungsi sosiologi adalah menjadi solusi masalah sosial, menjadi bahan
perencanaan dan pembangunan sosial, menjadi bahan pembuatan keputusan, dan menjadi
bahan penelitian sosial. Sumbangan sosiologi berkaitan dengan cara kerja sistematis dalam
suatu penelitian sosial maupun pemecahan masalah sosial sehingga dapat mencapai tujuan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa sosiologi berfungsi sebagai penganalisis masalah sosial,
penganalisis dampak pembangunan dan sekaligus menjadi kontrol sosial dengan
mengendalikan gejala yang terjadi dalam masyarakat.
Sosiologi sebagai metode adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada
dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
(Ilmu pengetahuan). Karena, salah satu ciri ilmu pengetahuan adalah mengembangkan metode
ilmiah. Metode ilmiah yang biasanya dipergunakan dalam Sosiologi adalah sebagai berikut:
1) Metode Kualitatif
Metode kualitatif terdiri atas tiga jenis yaitu :
a) Metode historis adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa silam. Contoh : untuk mengetahui dampak revolusi
industri atau revolusi Perancis, kita harus mempergunakan metode historis untuk
mendapatkan bahan sejarah.
b) Metode komparatif adalah metode yang mempergunakan perbedaan dan persamaan
beserta sebab akibatnya dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai keadaan
masyarakat masa silam dan masa sekarang. Misalnya masyarakat tradisional dengan
masyarakat modern.
c) Metode studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk mempelajari sedalam-
dalamnya gejala atau kejadian nyata yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya
maraknya tawuran antar desa dan antar suku di Indonesia.
2) Metode kuantitatif
Metode kuantitatif ini ada dua macam yaitu :
a) Metode Statistik adalah metode yang bertujuan untuk menelaah gejala-gejala sosial
dengan perhitungan matematis atau dengan angka-angka. Misalnya : jumlah
penduduk di Indonesia meningkat 2% pertahun
b) Metode Sosiometri adalah metode yang bertujuan untuk meneliti dan menggambarkan
hubungan-hubungan antar manusia dalam kehidupan masyarakat secara kuantitatif
dengan angka. Misalnya angka pengangguran meningkat tajam pada massa krisis
ekonomi global digambarkan dalam sebuah grafik.
3) Metode induktif dan deduktif
a) Metode induktif adalah metode yang dipergunakan untuk merumuskan suatu proses
yang dimulai dari kaidah-kaidah yang berlaku secara khusus untuk kemudian dipelajari
dalam keadaan umum. Misal: Dita kelas X A nilainya bagus, Amir dan beberapa
temannya nilainya bagus. Siswa kelas X A nilainya bagus-bagus.
b) Metode deduktif adalah metode yang menggunakan suatu proses yang dimulai dari
kaidah-kaidah umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan khusus atau bagian-
bagian. Misal: Lagu-lagu Pop di Indonesia sangat populer di Malaysia. Lagu karya
Piterpan, Ungu, Nidji, D-Masiv, Ahmad Dani, Padi dll sangat populer di Malaysia.
Materi Sosiologi UN - 2
4) Metode empiris dan rasionalistis
a) Metode empiris adalah metode yang menyadarkan diri pada keadaan atau pengalaman
nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yang diwujudkan melalui penelitian.
Jumlah kendaraan baik motor maupun mobil. Jumlahnya meningkat, terlihat semakin
padatnya lalu lintas di jalan raya.
b) Metode rasionalistis adalah metode yang mengutamakan logika atau rasio untuk
memahami masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Misal
Bencana banjir yang melanda di Indonesia disebabkan hutan lindung dibabat habis oleh
illegal loging.
5) Metode fungsional
Metode fungsional adalah metode yang bertujuan untuk meneliti sesuatu dari segi fungsi
atau tujuannya dan hubungan balik yang saling mempengaruhi. Misalnya meneliti fungsi daun
jambu berfungsi untuk obat sakit diare.
6) Metode Survey Lapangan (Observasi)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang ada pada kehidupan masyarakat
secara langsung. Data dapat diperoleh melalui angket, wawancara atau observasi secara
langsung. Misalnya penelitian tentang adat istiadat suku Dayak di Kalimantan
7) Metode Partisipasi
Metode ini digunakan untuk mengadakan penelitian mendalam tentang kehidupan
kelompok dengan cara berbaur dengan kehidupan kelompok sambil melakukan pengamatan
secara langsung melalui cara penyamaran. Misalnya :Penelitian tentang kehidupan pemulung
dengan menyamar menjadi pemulung.
Sebagai metode, sosiologi berfungsi sebagai cara untuk mengkaji atau menganalisis realitas
sosial dalam masyarakat dengan prosedur ilmiah berdasarkan prinsip-prinsip metodologis.
Fungsi sosiologi sebagai metode antara lain:
a. Menganalisis berbagai realitas sosial dalam masyarakat secara ilmiah
b. Membangun teori atau generalisasi dari berbagai gejala sosial
c. Mengembangkan sikap objektif dalam mengkaji fenomena sosial
d. Menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dalam mengumpulkan maupun
mengolah data
Secara garis besar, sosiologi sangat berguna untuk kegiatan yang bersifat teoritis (penelitian)
dan praktis (pembangunan).
Sosiologi memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat khusus sebagaimana disebutkan
oleh Harry M. Johnson (1960) dalam bukunya Sociology A Systematic Introduction yang
menjelaskan:
1. Sosiologi bersifat empiris,artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi
(pengamatan) terhadap keyakinan dan akal sehat, serta hasilnya tidak bersifat
spekulatif, melainkan objektif.
2. Sosiologi bersifat teoretis, artinya ilmu pengetahuan itu selalu berusaha menyusun
abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka dari unsur-unsur
yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan antarhubungan dan sebab
akibat, sehingga menjadi teori.
3. Sosiologi bersifat kumulatif,artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-
teori yang sudah ada. Jadi sosiologi memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-
teori yang sudah ada itu.
Materi Sosiologi UN - 3
4. Sosiologi bersifat non-etis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi
bukanlah baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan
menjelaskan fakta tersebut.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, seorang sosiolog dapat berprofesi sebagai :
1. Ahli riset, untuk pengembangan ilmu atau industry. Para Sosiolog menaruh perhatian
pada pengumpulan dan penggunaan data.
2. Konsultan kebijaksanaan, guna memberi masukan berupa prediksi pengaruh kebijakan
sosial yang akan diambil.
3. Teknisi (sosiolog klinis) yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
masyarakat. Mereka memberi saran-saran, baik dalam penyelesaian berbagai masalah
hubungan masyarakat, hubungan antarkaryawan, masalah moral, maupun hubungan
antar kelompok dalam masyarakat atau suatu organisasi. Dalam kedudukan tersebut
sosiolog bekerja sebagai ilmuwan terapan.
4. Guru, yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar
5. Pekerja sosial
Materi Sosiologi UN - 4
NILAI, NORMA
DAN KETERATURAN SOSIAL
Nilai menunjuk pada hal-hal yang dianggap berharga karena baik, indah, benar dan pantas.
Nilai dapat dibedakan menjadi:
a. Nilai Dominan: nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lain
b. Nilai Mendarah-daging: nilai ini telah mempribadi dan menjadi kebiasaan warga
masyarakat
c. Nilai Material: segala benda yang berguna bagi manusia
d. Nilai Vital: segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat hidup dan
mengadakan kegiatan atau aktivitas
e. Nilai Kerohanian:
1. Nilai Kebenaran: bersumber pada akal manusia (rasio, budi, dan cipta)
2. Nilai Keindahan: bersumber pada unsur perasaan manusia (estetika)
3. Nilai Moral: bersumber pada unsur kehendak dan kemauan (karsa dan etika)
4. Nilai Religius: nilai ke-Tuhan-an yang bersifat mutlak dan abadi
Norma adalah ukuran (benar-salah, tepat-keliru, pantas-tidak pantas) perilaku seseorang dalam
masyarakat. Norma berisi serangkain petunjuk hidup berkenaan dengan perintah dan larangan
yang dilengkapi dengan sanksi bagi para pelanggarnya.
1) Macam-macam norma dan sanksinya dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan daya
ikatnya:
a) Tata cara (usage)
Tata cara merupakan norma yang menunjuk kepada cara melakukan sesuatu. Daya
ikat usage sangat lemah, karena sanksi yang diberikan kepada individu yang
melanggarnya tidak terlalu berat..
Misalnya : Cara memegang garpu atau sendok ketika makan,
Pelanggaran atau penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman
yang berat, tetapi hanya sekedar celaan atau dinyatakan tidak sopan oleh orang lain.
b) Mode
Mode adalah cara melakukan atau membuat sesuatu yang cenderung diikuti banyak
orang dalam waktu tertentu. Mode berubah-ubah dari waktu ke waktu.Tidak ada
sanksi bagi individu yang tidak mengikuti mode, selain dinilai sebagai “ketinggalan
jaman”.
c) Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan atau Folkways merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh
masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Folkways
mempunyai kekuatan untuk mengikat yang lebih besar daripada usage.
Misalnya: Mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai
tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua. Apabila tindakan itu tidak
dilakukan maka sanksinya adalah berupa teguran, sindiran, atau perunjingan.
d) Tata Kelakuan (mores)
Tata kelakuan merupakan norma yang dilandasi oleh nilai moral yang berasal dari
filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat.Mores memuat
prinsip-prinsip yang sangat dihormati atau dijunjung tinggi masyarakat.
Materi Sosiologi UN - 5
Misalnya : Larangan berzina,berjudi,minum-minuman keras, penggunaan narkotika
dan zat-zat adiktif (obat-obatan terlarang), mencuri, dll.
Mores sangat penting dalam masyarakat, karena berfungsi :
1. Memberikan batas-batas pada kelakuan-kelakuan individu.Setiap masyarakat
mempunyai tata kelakuan masing-masing yang seringkali berbeda yang satu
dengan yang lain.
2. Tata kelakuan mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya.Disatu
pihak tata kelakuan memaksa agar individu menyesuaikan tindakan-
tindakannya dengan tata kelakuan yang berlaku,dan di lain pihak memaksa
masyarakat untuk menerima individu berdasarkan kesanggupannya
menyesuaikan dirinya dengan tata kelakuan yang berlaku.
3. Tata kelakuan menjaga solidaritas antara anggota-anggota masyarakat
sehingga mengkukuhkan ikatan dan mendorong tercapainya integrasi social
yang kuat.
e) Adat (custom)
Adat merupakan norma ynag tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, sehingga
anggota-anggota masyarkat yang melanggar adat istiadat akan menderita, karena
sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan.
Misalnya : Pada masyarakat yang melarang terjadinya perceraian,apabila terjadinya
perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang mendapatkan sanksi atau
menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga bahkan masyarakatnya.
f) Hukum (law) dan Tata Tertib (order)
Hukum dan tata tertib merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan
tertulis. Ketentuan sanksi terhadap pelanggar paling tegas apabila dibandingkan
dengan norma-norma yang disebut terdahulu.
2) Macam-macam norma dan sanksinya dibedakan berdasarkan jenis atau sumbernya:
A. Norma Agama adalah norma mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sanksinya: mendapat dosa
B. Norma Kesusilaan adalah petunjuk hidup yang berasal dari akhlak atau dari hati
nurani sendiri tentang apa yang lebih baik dan apa yang buruk.
Sanksinya: akan dikucilkan orang lain
C. Norma Kesopanan adalah petunjuk hidup yang mengatur bagaimana seseorang
harus bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat .
Sanksinya: akan dicemoohkan oleh masyarakat dalam pergaulan .
D. Norma Hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau peraturan-peraturan oleh
pemerintah.
Sanksinya: dipenjara atau denda.
Keteraturan Sosial merupakan hubungan selaras antara nilai, norma dan interaksi sosial.
Keteraturan Sosial dapat diartikan sebagai kondisi kehidupan yang tertib dan teratur sehingga
segala aturan dapat ditegakkan secara konsisten. Keteraturan Sosial didukung oleh sejumlah
perilaku:
a) Order
Keteraturan yang terjadi karena adanya perintah atau tata tertib yang harus
dilaksanakan.
Materi Sosiologi UN - 6
b) Keajegan
Keteraturan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan secara konsisten, ajeg atau terus
menerus (kontinyu) sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
c) Pola
Keteraturan yang terwujud dalam perilaku kebiasaan sehari-hari karena pola, contoh
atau gambaran ideal.
d) Tertib Sosial
Kondisi setiap individu anggota masyarakat telah berperilaku teratur tanpa harus
diperintah atau diberi contoh.
Materi Sosiologi UN - 7
INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial adalah tindakan sosial individu yang dibalas dengan respons oleh individu lain.
merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara
kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :
1. Adanya kontak sosial (social contact): kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau
cum (artinya bersama-sama) dan tangere (yang artinya menyentuh). Arti secara
hanafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila
terjadinya hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu
hubungan badaniah, karena dewasa ini dengan adanya perkembangan teknologi, orang
dapat menyentuh berbagai pihak tanpa menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa
hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu kontak.
2. Adanya komunikasi: komunikasi dapat diartikan pergaulan, pemberitahuan, dan
perhubungan. Akan tetapi dalam pembicaraan kita ini komunikasi yang berarti
pemberitahuan. Komunikasi juga diartikan sebagai suatu proses penyampaian
informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat
bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
KONTAK SOSIAL KOMUNIKASI SOSIAL
Tahap kontak Tahap komunikasi
Hubungan simbolis / lambang Hubungan pesan / makna / maksud
Bahasa atau isyarat lain Makna (ide / pengetahuan / sikap / tindakan
Pengamatan / penginderaan Penalaran / pemikiran
Sentuhan dengan lambang yang konkret Sentuhan bathin (pemahaman)
Melontarkan simbol untuk diamati pihak
lain
Melontarkan pesan untuk dipahami orang
lain
Bentuk:
1. Primer: terjadi secara langsung / tanpa perantara
2. Sekunder: memerlukan pihak ketiga yang berupa benda (alat) atau individu lain.
Ciri Interaksi Sosial
1. Jumlah pelakunya dua orang atau lebih
2. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak social dengan menggunakan
simbol atau lambang-lambang
3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan
datang
4. Mempunyai maksud atau tujuan yang hendak dicapai dengan jelas
5. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Materi Sosiologi UN - 8
Faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial:
(1) Imitasi
Imitasi adalah tindakan individu meniru sikap, penampilan, gaya hidup, atau salah satu
sifat menarik yang dimiliki oleh individu lain.
(2) Identifikasi
Identifikasi adalah usaha individu untuk menjadi sama dengan individu lain.
Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi, atau lebih dari sekedar meniru
individu lain. Pandangan, sikap, dan norma yang dianur oleh figur tsb akan menjiwai
individu yang mengidentifikasikan diri itu. Identifikasi mengakibatkan terjadinya
pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam daripada proses imitasi.
(3) Sugesti
Sugesti adalah pandangan atau pengaruh yang diberikan oleh seorang individu kepada
individu lain sehingga individu lain tsb menuruti pandangan atau pengaruh tsb. Sugesti
lazimnya berkonotasi negatif karena mampu mendorong orang untuk bertindak secara
emosional.
(4) Motivasi
Motivasi adalah pandangan atau pengaruh yang diberikan oleh seorang individu kepada
individu lain sehingga individu lain tsb menuruti isi pandangan atau pengaruh tsb secara
kritis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, motivasi lebih berkonotasi positif.
(5) Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik kepada pihak lain yang mendorong keinginan untuk
memahami dan bekerja dengan pihak lain. Contoh: membantu orang lain yang terkena
musibah hingga memunculkan emosional yang mampu merasakan orang yang terkena
musibah tersebut.
(6) Empati
Empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja,
melainkan diikuti perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Empati bisa diartikan
daya tarik energi fisik, sehingga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang
untuk mengenali, mempersepsi dan merasakan perasaan orang lain. Empati adalah
proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan
itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa sehingga
menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain tsb.
Proses Sosial
1. Proses Asosiatif
Proses Asosiatif yaitu proses sosial yang mengarah pada kerukunan, kesatuan atau integrasi
Materi Sosiologi UN - 9
Kerja sama (cooperation)
Bentuk-bentuk kerjasama
1) bargaining (tawar menawar) yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa
2) kooptasi yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau penerimaan kebijakan
yang dicetuskan oleh seorang pimpinan
3) koalisi yaitu kejasama dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama
4) joint venture yaitu kerjasama dalam mengusahakan proyek-proyek tertentu
Akomodasi
Akomodasi adalah bentuk penyelesaian pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan
Tujuan Akomodasi adalah:
1) meredam dan mencegah konflik
2) menghindari disintegrasi
3) mendorong dan memudahkan proses integrasi dan asimilasi
4) menjaga keutuhan bangsa dan menggalang persatuan dan kesatuan warga
Adapun bentuk-bentuk akomodasi
a. Koersi (coercion): memaksa pihak lain untuk berdamai.
b. Kompromi (compromise): pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutan.
c. Arbitrasi (arbitration): menggunakan jasa pihak ketiga yang memiliki kuasa untuk
membuat keputusan mengikat.
d. Adjudikasi (adjudication): bentuk arbitrasi melalui pengadilan.
e. Mediasi (mediation): menggunakan jasa pihak ketiga yang netral dan hanya berfungsi
sebagai penasehat sehingga tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan.
f. Toleransi (toleration): sikap saling menghargai pendirian masing-masing.
g. Konsiliasi (concilliation): usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-
pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama (kesepakatan).
h. Negosiasi (negotiation): usaha menyelesaikan konflik atas inisiatif kedua belah pihak.
Dalam proses ini, masing-masing pihak melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar
menawar mengenai syarat-syarat mengakhiri konflik.
i. Stalemate: konflik berhenti dengan sendirinya karena masing-masing pihak
mempunyai kekuatan seimbang.
j. Segregasi (segregation): saling memisahkan diri dan saling menjauhi.
k. Cease fire: menangguhkan pertentangan untuk jangka waktu tertentu (gencatan
senjata).
l. Displacement: usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing-
masing.
m. Elimination (eliminasi): pengunduran diri salah satu pihak untuk mengalah.
n. Subjugation (Dominasi): pihak yang memiliki kekuatan terbesar dapat memaksa pihak
lain untuk menaaatinya atau tunduk kepadanya.
o. Majority Rule: suara terbanyak yang ditentukan melalui voting menentukan keputusan
tanpa mempertimbangkan argumentasi.
p. Minority Consent: kelompok minoritas yang kalah menerima keputusan serta sepakat
melakukan kegiatan bersama.
Materi Sosiologi UN - 10
Amalgamasi (=Asimilasi dalam pengertian Indonesia)
Amalgamasi adalah percampuran dua kelompok sehingga melahirkan kelompok baru
yang memiliki ciri dan sifat berbeda dari kelompok asal masing-masing.Orang Amerika
Serikat mengenal bentuk amalgamsi ini sebagai “melting pot”. William M. Newman
(Schaefer & Lamm, 2000) menjelaskan amalgamasi ini dengan rumus:
Adapun faktor pendorongnya adalah:
1) toleransi di antara kelompok yang berbeda
2) kesempatan yang sama di bidang ekonomi
3) kesediaan menghormati budaya asing
4) sikap terbuka golongan penguasa
5) persamaan unsur-unsur kebudayan
6) amalgamasi (kawin campur)
Asimilasi (=Asimilasi dalam pengertian Internasional)
Asimilasi adalah proses individu atau kelompok meninggalkan tradisi budaya sendiri
untuk menjadi bagian dari kelompok dominan. Newman menjelaskan asimilasi dengan
rumus:
Akulturasi
Akulturasi yaitu proses penerimaan dan pengolahan unsur budaya asing menjadi bagian
dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan yang asli.
Nama lain dari Akulturasi adalah Pluralisme.
2. Proses Disosiatif
Proses Disosiatif, yaitu proses sosial yang mengarah pada perpecahan dan disintegrasi
 Persaingan (competition)
Persaingan terjadi jika beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas.
 Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai dengan ketidakpastian, keraguan,
penolakan dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka.
Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese
1) kontravensi umum misalnya penolakan, keengganan
A B+ + C D
AD
B C AD
+ +
B C+ A B+ C+A +
Materi Sosiologi UN - 11
2) kontravensi sederhana misalnya menyangkal pernyataan orang di depan umum
3) kontravensi intensif misalnya penghasutan, desas desus
4) kontravensi rahasia misalnya pembocoran rahasia, khianat
5) kontravensi taktis misalnya provokasi, intimidasi, mengejutkan pihat lawan
 Konflik
Suatu proses antara dua pihak yang saling berusaha menyingkirkan dengan cara
menghancurkan atau membuat pihak lain tidak berdaya.
Materi Sosiologi UN - 12
SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses transfer nilai, norma atau kebudayaan masyarakat dari individu yang
lebih tua kepada individu yang lebih muda. Tujuan sosialisasi adalah menjadikan seorang
individu menjadi anggota masyarakat dan hidup seturut budaya yang ada dalam
masyarakatnya.
1. Proses Sosialisasi
Sosialisasi terjadi melalui interaksi antar-manusia.
2. Hal-hal yang Disosialisasikan
Hal-hal yang disosialisasikan adalah pengetahuan, nilai, norma dan ketrampilan hidup
3. Jenis-jenis Sosialisasi
Berdasarkan Bentuknya:
a) Sosialisasi Primer
Sosialisasi pertama yang dijalani seorang anak dan berfungsi mengantar mereka
memasuki kehidupan sebagai anggota masyarakat
b) Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi lanjutan di sektor nyata dalam masyarakat: tempat kerja, akademi militer,
dll
Berdasarkan Tipenya:
a) Sosialisasi Formal
Sosialisasi yang dilakukan di sekolah
b) Sosialisasi Non-Formal
Sosialisasi yang dilakukan di luar sekolah
Berdasarkan Polanya:
a) Sosialisasi Represif
Mengutamakan penggunaan hukuman, komunikasi satu arah, dan kepatuhan penuh
anak terhadap orangtua
b) Sosialisasi Partisipatif
Mengutamakan penggunaan motivasi, komunikasi timbal balik, penghargaan terhadap
otonomi anak, dan sharing tanggung jawab
4. Tujuan Sosialisasi
a) Membentuk kepribadian ideal insan multikultural
b) Transfer nilai dan norma sesuai aturan umum
c) Menanamkan kaidah yang disepakati kelompok
d) Membentuk pribadi yang tertib dan teratur - menumbuhkan disiplin dasar
e) Membentuk pribadi yang sesuai dengan harapan masyarakat
f) Membentuk pribadi sesuai dengan kebutuhan lingkungan
g) Memahami dan menjalankan atuan yang berlaku
h) Menanamkan nilai dan kepercayaan pokok
i) Menanamkan aspirasi dan cita-cita
Materi Sosiologi UN - 13
j) Mengajarkan peran-peran sosial dan sikap-sikap penunjangnya
k) Mengajarkan ketrampilan sebagai persiapan dasar untuk berpartisipasi dalam
kehidupan orang dewasa di tengah–tengah masyarakat
l) Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuan untuk membaca, menulis dan bercerita
m) Membantu seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan mawas diri
n) Menanamkan kepada seseorang nilai dan kepercayaan pokok yang ada dalam
masyarakat
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi
a) Lingkungan kebudayaan
b) Lingkungan keluarga: media transfer nilai dan norma sesuai dengan aturan umum
c) Lingkungan sekolah: menanamkan karakter pemberani, kritis, sistematis, sopan
d) Media masa: memberi informasi dan pengetahuan; menjadi sumber belajar
e) Lingkungan bergaul
f) Lingkugan kerja
g) Kesiapan dan kematangan pribadi seseeorang
h) Lingkungan atau sarana sosialisasi yang tepat: interaksi, bahasa dan kasih sayang
A. Agen-agen Sosialisasi
1. Keluarga
 Merupakan kelompok primer yang memiliki intensitas tinggi untuk mengawasi
perilaku anggota keluarganya secara maksimal.
 Orang tua berperan mendidik anak agar kehadirannya dapat diterima oleh
masyarakat.
 Sosialisasi diberikan oleh orang tua kepada anak agar membentuk cirri khas
kepribadiannya.
 Sosialisasi sering bersifat otoriter / memaksa anak untuk mematuhi nilai dan
norma sosial
2. Sekolah
 Berperan dalam proses sosialisasi sekunder
 Melibatkan interaksi yang tidak sederajat ( antara guru dengan murid ) dan
interaksi yang sederajat ( murid dengan murid )
 Cakupan sosialisasi lebih luas
 Berorientasi untuk mempersiapkan penguasaan peran siswa pada masa
mendatang
 Menanamkan nilai kedisiplinan yang lebih tinggi dan mutlak
3. Peer Group atau Teman Sebaya
 Dilakukan antar teman sebaya maupun tidak sebaya
 Terjadi secara ekualitas ( hubungan sosialisasi yang sederajat )
 Hubungan pertemanan yang tidak sebaya tetap dapat membentuk hubungan
yang sederajat
 Kelompok bermain ikut menentukan cara berperilaku anggota kelompoknya
 Menjadi bagian dari subkultur yang dapat memberikan pengaruh positif atau
negatif
 Melatih solidaritas, empati dan sportivitas.
4. Media Massa
 Dilakukan untuk menghadapi masyarakat luas
 Pesan sosialisasi lebih bersifat umum
Materi Sosiologi UN - 14
 Diperlukan peran serta masyarakat untuk bersikap selektif terhadap informasi
yang akan diserap oleh anak
 Sosialisasi mengikuti segala bentuk perkembangan dan perubahan sosial yang
bersifat universal
 Berperan penting untuk menyampaikan nilai dan norma untuk menghadapi
masyarakat yang heterogen
5. Tempat Kerja
 Diutamakan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan hasil kerja
 Sosialisasi tahap lanjut setelah memasuki masa dewasa
 Adaptasi dalam proses sosialisasi lingkungan kerja dilakukan berdasarkan
tuntutan system
 Intensitas sosialisasi tertinggi dilakukan antar kolega
6. Negara
Pengertian Kepribadian
a. Keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temperamen seseorang (Horton, 1982)
b. Keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan perilaku seseorang (Schaefer &
Lamm, 1998)
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
a. Warisan Biologis: gen orangtua
b. Lingkungan Fisik: pengaruh lingkungan fisik terhadap kebudayaan masyarakat
c. Kebudayaan: norma yang ada dalam kebudayaan tsb serta pengalaman bersama dalam
kebudayaan tsb
d. Pengalaman Hidup dalam Kelompok
e. Pengalaman Unik atau Khas
2. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Menurut Eric Erikson, perkembangan kepribadian berlangsung melalui delapan tahap: bayi,
awal kanak-kanak, bermain, sekolah, remaja, dewasa, dewasa menengah dan tua.
George Herbert Meadberpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan
menlalui tahap-tahap perkembangan kepribadian sebagai berikut.
(1) Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap
ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak
memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
Seorang anak dilatih berbicara, memberi dan menerima dengan tangan kanan.
(2) Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan
siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang
dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain,
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap
ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk.
Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan
Materi Sosiologi UN - 15
dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak,
orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
Seorang anak bermain dengan teman sebayanya menirukan orang dewasa (mis. bermain
sebagai dokter dan pasien, atau sebagai tuan rumah dengan tamunya)
(3) Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada
posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.
Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami.
Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
Seorang remaja mencari sosok figur yang dijadikan patokan bertindak; belajar mengambil
peran orang lain, belajar menentukan sikap, belajar mandiri.
(4) Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized Other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada
posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan
orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa
menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang
tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah
menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Seorang yang sudah dewasa berusaha menjalankan tugasnya dengan baik, menghormati atasan,
ramah terhadap bawahan. Ia menyadari status dan perang orang lain, dan mampu menempatkan
diri sesuai status dan peran.
Materi Sosiologi UN - 16
PENYIMPANGAN
DAN PENGENDALIAN SOSIAL
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah perilaku individu atau kelompok yang dianggap melanggar
standar perilaku atau norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
2. Penyebab Perilaku Menyimpang
a) Proses sosialisasi berlangsung tidak sempurna
Terjadi proses sosialisasi atau proses transfer nilai, norma dan keyakinan, namun
individu yang menerima sosialisasi ini justru berperilaku menyimpang. Penyebab
perilaku menyimpang ini adalah:
1) Nilai, norma dan keyakinan yang diterima tidak lengkap atau tidak utuh. Individu
yang disosialisasi hanya menerima sebagian dari keseluruhan nilai, norma dan
keyakinan dalam masyarakat. Keadaan ini dapat terjadi karena agen sosialisasi
tidak lengkap (misalnya orangtua bercerai) atau tidak menjalankan perannya
dengan baik (misalnya guru yang sering tidak masuk atau tidak melaksanakan
pembelajaran), dll.
2) Cacat bawaan. Karena cacat bawaan dalam bentuk keterbelakangan mental atau
kecerdasan di bawah normal, individu tidak mampu menyerap semua nilai, norma
dan keyakinan yang disosialisasikan. Perilaku menyimpang terjadi karena
individu yang bersangkutan benar-benar tidak memahami nilai, norma dan
keyakinan yang disosialisasikan.
3) Tidak tegas dalam menegakkan nilai, norma dan keyakinan. Agen sosialisasi
tidak tegas menindak individu yang melanggar nilai dan norma yang berlaku,
sehingga oleh individu yang bersangkutan nilai dan norma yang disosialisasikan
tidak memiliki daya ikat. Individu merasa bebas untuk melanggar nilai dan norma
yang berlaku.
4) Ketidaksepadanan pesan-pesan yang disampaikan oleh masing-masing agen
sosialisasi. Agen sosialisasi menyampaikan nilai, norma dan keyakinan dalam
proses sosialisasi, namun agen tsb tidak mampu memberi teladan baik dalam
menjalaninya. Misalnya, orangtua melarang anak-anaknya menonton tv pada jam
belajar, namun mereka justru menonton tv pada jam belajar anak.
b) Adanya sub-kebudayaan penyimpangan sosial
Sosialisasi yang terjadi di dalam sub-kebudayaan menyimpang terhadap individu-
individu yang berada di dalamnya. Sub-kebudayaan atau sub-kultur adalah
sekumpulan norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan, atau gaya hidup yang berbeda dan
bahkan menyimpang dari kultur dominan. Individu menerima nilai, norma dan
keyakinan menyimpang sehingga individu ini berperilaku seturut penyimpangan
yang diajarkan kepada mereka. Mereka memiliki jalan pikiran nilai dan norma serta
aturan bertingkah laku yang berbeda dengan norma-norma sosial masyarakat pada
umumnya (kultur dominan).
3. Berbagai jenis perilaku menyimpang
1. Berdasarkan tujuannya atau efeknya:
(1) Penyimpangan sosial positif yaitu jenis penyimpangan yang membawa
dampak positif dan memberikan keuntungan bagi kehidupan masyarakat.
(2) Penyimpangan sosial negatif yaitu perilaku menyimpang yang mengarah
Materi Sosiologi UN - 17
pada nilai-nilai yang dipandang rendah pleh masyarakat.
2. Berdasarkan sifatnya:
(1) Penyimpangan primer (primary deviation) yaitu penyimpangan yang
bersifat:
(a) temporer dan tidak berulang-ulang. Gaya hidup tidak didominasi oleh
perilaku menyimpang.
(b) masih dapat diterima secara sosial atau ditoleransi oleh masyarakat
(c) akibat yang ditimbulkan kecil
(2) Penyimpangan sekunder (secondary deviation) yaitu penyimpangan yang
bersifat:
(a) kontinyu dan berulang-ulang. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku
menyimpang.
(b) masyarakat tidak bisa menerima atau menoleransi penyimpangan
semacam itu.
(c) akibat yang ditimbulkan besar atau fatal
3. Berdasarkan jumlah pelaku
(1) Penyimpangan individual (individual deviation): Penyimpangan ini
muncul disebabkan karena kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku
jahat. Misdalnya pencandu narkoba, perilaku tindak kejahatan bertindik,
bertatato, korupsi, dan lain-lain. Individu bertindak sendirian dan tidak
merencanakan penyimpangan dengan siapapun.
(2) Penyimpangan kolektif (group deviation) yaitu penyimpangan yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara bersama-sama.
Penyimpangan kelompok ini terjadi disebabkan karena mereka patuh pada
norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma
masyarkat yang berlaku.
4. Berdasarkan Bentuknya
(1) Bukan Kejahatan
Orang tua / dewasa bermain kelereng
(2) Kejahatan (Crime)
Light, Keller dan Calhoun membagi kejahatan dalam 4 bentuk:
1) Kejahatan tanpa korban (Crime without Victim) kejahatan ini
tidakmengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak pidana
orang lain. Contoh: berjudi, mabuk-mabukan, hubungan sek bebas dan
lin-lain
2) Kejahatan terorganisir (Organized Crime) pelaku kejahatan
merupakan komplotan yang secara berkesinambungan melakukan
berbagai cara untuk mendapatkan uang/kekuasaan dengan jalan
menghindari hukum
3) Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime) kejahatan ini tipenya
yang mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang
terpandang/orang yang berstatus tinggi dalam rangka pekerjaan.
4) Kejahatan Korporat (Corporate Crime) kejahatan yang dilakukan
Materi Sosiologi UN - 18
atas nama organisasi dengan tujuan menaikan keuntungan/menekan
kerugian.
(3) Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency)
Tawuran antar-pelajar, narkoba
(4) Labelling
Edwin M. Lemert mengungkapkan penyimpangan terjadi karena proses
labelling (pemberian julukan, cap, merk atau stigma yang dianggap tidak
sesuai dengan norma)
4. Wujud Penyimpangan
a) Ada perilaku menyimpang yang didasarkan menurut kata orang
b) Perilaku menyimpang berbeda dari waktu ke waktu karena perubahan norma
masyarakat
c) Perilaku menyimpang berbeda antara masyarakat satu dengan lainnya
d) Ada perilaku menyimpang yang berupa tindakan kriminal
e) Ada perilaku melanggar hukum tetapi tidak dikatakan sebagai perilaku menyimpang
(mis. pelanggaran kecepatan berkendaraan).
f) Ada perilaku menyimpang yang dibuat oleh penguasa untuk melindungi
kepentingannya (teori konflik)
5. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Faktor-Faktor penyebab Terjadinya Penyimpangan Sosial
Terjadinya penyimpangan pada diri seseorang, dikarenakan oleh beberapa factor. Faktor-
faktor yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku seseorang, antara lain sebagai
berikut:
a) Adanya Kelompok Yang Tidak Puas Dengan Kondisi Masyarakat
(1) Golongan Moderat
Golongan moderat adalah kelompok masyarakat yang setuju dengan dasar
Negara yaitu Pancasila dan UUD 1945 namun tidak setuju dengan
pelaksanaannya.
(2) Golongan Ekstrem
Golongan ekterm adalah golongan yang tidak setuju dengan ideologi Pancaila
dan UUD 1945. Golongan ekstrem dibagi dua macam, yaitu:
1. Golongan ekstrem kanan, yaitu golongan yang tidak puas terhadap
pola dasar haluan masyarakat atau Negara yang mereka anggap tidak
sanggup menjamin tercapainya nilai spiritual keagamaan yang merka
anut. Contoh golongan ekstrem kanan yaitu adanya kelompok agama
Islam yang fundamentalis seperti: Darul Islam dan Kelompok
Kartosuwiryo.
2. Golongan ekstrem Kiri, adalah sekelompok masyarakat yang
menganggap bahwa pola dasar yang berlaku tidak sanggup mencapai
nilai-nilai material secara memuaskan. Golongan ektrem kiri yang dikenal
dalam sejarah Indonesia adalah Gerakan 30 S/PKI. Mereka mau merubah
Pancasila dan UUD 1945 (ideologi Negara) dengan ideology Marxisme -
komunisme.
b) Tidak Sanggup Mengikuti Peraturan Dalam Masyarakat
Materi Sosiologi UN - 19
(1) Penderita gangguan mental atau jiwa
Kelompok ini melakukan penyimpangan sosialtidak bermaksud jahat tetapi
karena gangguan jiwa. Kelompok masyarakat seperti ini sering kali
dikelompokkan di tempat-tempat khusus demi kepentingan umum, seperti
rumah sakit jiwa. Penderita gangguan jiwa ini , biasanya kalau dibiarkan hidup
bersama di masyarakat sering menimbulkan penyimpangan sosial, seperti
mengganggu orang lain, melempari orang, berpakaian tidak sopan, dan lain-
lain.
(2) Penderita cacat tubuh atau fisik
Masyarakat yang termasuk kelompok penderita cacat fisik ini antara lain:
penderita bisu, tuli, buta, usia lanjut, dan sebagainya. Penderita cacat fisik ni
kadang menimbulkan penyimpangan sosial, misalnya bersalaman dengan
tangan kiri karena tangan kanannya putus, menulis dengan jari kaki karena
tangannya putus, dan sebagainya.
(3) Kelompok kriminal
Kelompok kriminal adalah kelompok masyarakat yang melakukan tindak
kejahatan dan terbukti melanggar peraturan yang berlaku. Termasuk criminal
atau penjahat ini antara lain: pembunuh, perampok, pencuri, dan sebagainya.
c) Pendidikan Keluarga Yang Terlalu Keras
Ada beberapa orang tua yang mendidik anaknya terlalu keras. Jika anak tidak
menurut, anak dihukum, dimarahi bahkan sering kali dipukul. Akibatnya anak-anak
di rumah merasa tertekan dan serba tidak bebas. Dampak negatifnya anak tersebut
berontak, mungkin dirumah dia pendiam dan penurut tetapi diluar rumah dia berbuat
menyimpang sebagai pelampiasan rasa kesalnya dirumah.
d) Pengaruh Lingkungan Pergaulan
Pengaruh lingkungan pergaulan sangat kuat dari pada lingkungan pergaulan di
keluarga. Pada dasarnya mungkin kepribadian seseorang itu baik, tetapi karena
lingkungan pergaulannya dengan orang-orang yang melakukan penyimpangan
sosial, lama-kelamaan dia terpangaruh melakukan penytimpangan sosial. Contoh
meskipun di rumah penurut, karena lingkungan pergaulannya dengan anak-anak
yang suka mabuk-mabukan, maka ia ikut-ikutanmabuk.
e) Pengaruh Berita dan Tayangan Media Masa
Pakaian yang dipakai para artis di telavisi terlalu terbuka, sehingga bisa
menimbulkan nafsu bagi yang menonton. Dampak negatifnya, banyak terjadi tindak
pemerkosaan. Belum lagi tayangan yang lain, seperti film-film adegan perkelahian,
tawuran dan sebagainya semua itu jelas akan berpengaruh terhadap penyimpangan
sosial yang dilakukan mesyarakat terutama rara remaja dan anak-anak (Sadali dkk,
Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu, 2007).
f) Dorongan Kebutuhan Ekonomi
Perilaku menyimpang ini disebabkan oleh dorongan kebutuhan ekonomi. Seseorang
terdesak dengan kebutuhan ekonominya, sementara ia memiliki pekerjaan atau
malas bekerja. Jika tidak memiliki iman yang kuat atau tidak dapat mengendalikan
diri, maka dapat terdorong untuk berperilaku menyimpang. Misalnya: penjabret,
pencuri, pelacur, berjudi, korupsi, dan bahkan bunuh diri.
g) Pelampiasan Rasa Kecewa
Perilaku menyimpang ini disebabkan oleh pelampiasan rasa kecewa yang
mendalam. Apabila tidak bisa mengalihkan rasa kecewaan tersebut ke hal-hal yang
positif, ia dapat melakukan perilaku menyimpang sebagai usaha pelarian atau
pelampiasan terhadap rasa kecewanya. Misalnya, seseorang yang kecewa ditinggal
Materi Sosiologi UN - 20
kekasihnya, karena cintanya yang sangat mendalam, sampai-sampai dia bunuh diri.
h) Keinginan Dipuji atau Meningkatkan Gengsi Sosial
Perilaku menyimpang ini disebabkan oleh factor dari dalam yaitu keinginan dipuji
atau sekedar untuk gaya-gayaan untuk meningkatkan gengsi sosial dilingkungan
pergaulan. Hal ini terutama sering terjadi pada diri remaja. Misalnya
penyalahgunaan narkotika dan berkelahi yang dilakukan agar dia terlihat hebat yang
menjadikan dia menjadi orang nomor satu diantara teman-temannya.
i) Keluarga Yang Terpecah atau Broken Home
Perilaku menyimpang ini sumbernya dari keluarga, yakni keluarga mengalami apa
yang disebut broken home. Dalamkeluarga sudah tidak adalagi keharmonisan dan
kedamaian, anggota-anggota keluarga seakan sudah saling mementingkan dirinya
sendiri dan tidak ada saling kecocokan. Anak merasa keluarga sebagai neraka,
akhirnya anak mencari kesenangan di luar rumah dengan melakukan kegiatan-
kegiatan yang menyimpang. Misalnya menelan obat-obat terlarang, demikian juga
ayah mencari idaman lain dan juga ibu mencari pria idaman lain (Sulisyono, Ilmu
Pengetahuan Sosial, 2007).
j) Disebabkan Oleh Beberapa faktor
1. Biologis
Misalnya orang yang lahir sebagai pencopet atau pembangkang. Ia membuat
penjelasan mengenai “si penjahat yang sejak lahir”. Berdasarkan ciri-ciri
tertentu orang bisa diidentifikasi menjadi penjahat atau tidak. Ciri-ciri fisik
tersebut antara lain: bentuk muka, kedua alis yang menyambung menjadi satu
dan sebagainya (Cesare Lombroso).
2. Psikologis
Menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan kepribadian
retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk melakukan
penyimpangan. Dapat juga karena pengalaman traumatis yang dialami
seseorang.
3. Sosiologis
Menjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang ada kaitannya dengan
sosialisasi yang kurang tepat. Individu tidak dapat menyerap norma-norma
kultural budayanya atau individu yang menyimpang harus belajar bagaimana
melakukan penyimpangan
6. Kontribusi Positif Perilaku Menyimpang
Empat kontribusi positif menurut Emile Durkheim:
1. Memperkokoh nilai dan norma dalam masyarakat
2. Mendorong terjadinya perubahan sosial
3. Tanggapan atas perilaku menyimpang memperjelas batas moral
4. Tanggapan atas perilaku menyimpang menumbuh kesatuan masyarakat
7. Teori-teori Tentang Perilaku Menyimpang
1) Teori Biologi
Struktur tubuh dapat memprediksi kriminalitas (Caesare Lombroso & William
Sheldon)
2) Teori Labeling
Tiga paham “labeling”
a) Labeling adalah proses deteksi, definisi dan tanggapan. Setiap tindakana bersifat
Materi Sosiologi UN - 21
netral. Disebut perilaku menyimpang karena masyarakat memaknainya dan
menamainya sebagai perilaku menyimpang (Howard S. Becker).
b) Labeling adalah proses stigmatisasi (penamaan negatif terhadap individu atau
kelompok) melalui tata cara penghinaan dan menyebabkan orang sakit secara
mental (Harold Garfinkel).
c) Labeling adalah proses pembuktian mitos atas stigmatisasi (Thomas Szasz).
3) Teori Sosialisasi
Penyimpangan merupakan produk sosialisasi yang gagal karena:
a) Meniru orang lain yang berperilaku menyimpang
b) Akibat dari cara mendidik yang terlalu keras dan agresif
c) Adanya ikatan sosial dengan orang yang memiliki perilaku menyimpang: mis.
pengaruh teman dekat yang menyimpang
4) Teori Ketegangan
Teori ini dikemukakan oleh Robert K. Merton. Perilaku menyimpang adalah akibat
dari adanya ketegangan antara aspirasi (A) yang dianggap bernilai oleh masyarakat
dengan cara pencapaian aspirasi (P) yang dianggap sah. Ada lima kemungkinan sikap
yang muncul dari ketegangan ini:
a) Konformitas: A (+); P (+)
b) Inovasi: A (+); P (-)
c) Ritualisme: A (-); P (+)
d) Retreatisme: A (-); P (-)
e) Pemberontakan: A B; P Q (menolak norma dan nilai yang berlaku dan mengganti
nilai dan norma yang ada dengan nilai dan norma yang sama sekali baru)
5) Teori Disorganisasi Sosial
Disorganisasi sosial adalah kekacauan sosial yang terjadi karena tidak adanya
kesepakatan mengenai nilai dan norma fundamental sebagai dasar tindakan bersama.
6) Teori Anomie
Anomie berarti runtuhnya norma mengenai bagaimana masyarakat seharusnya
bersikap terhadap orang lain. Masyarakat tidak tahu lagi apa yang dapat diharapkan
dari orang lain. Anomie mengacu pada hancurnya norma-norma sosial ketika norma-
norma itu tidak lagi mengontrol anggota masyarakat.
7) Teori Konflik
Perilaku menyimpang adalah akibat dari ketidaksamaan dalam masyarakat;
tergantung pada kekuasaan relatif dari kelompok masyarakat; terkait dengan praktik
kekuasaan yang tidak adil yang hanya berpihak pada kaum kaya dan berkuasa.
8. Pengendalian Sosial
a) Pengertian
Berbagai upaya yang dilakukan oleh kelompok atau masyarakat untuk membuat
anggota-anggotanya mematuhi norma-norma yang berlaku, baik melalui himbauan
maupun teguran, imbalan maupun sanksi.
Bruce J. Cohen
Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk
mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau
masyarakat luas tertentu.
Materi Sosiologi UN - 22
Horton
Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh
sekelompok orang atau masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak
sesuai harapan kelompok atau masyarakat.
Joseph S. Roucek
Pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses
terencana ataupun tidak terencana yang mengajarkan, membujuk atau memaksa
individu untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai
kelompok.
Peter L. Berger
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat
untuk menertibkan anggota-anggotanya membangkang.
Soetandyo Wignyo Subroto
Pengendalian sosial adalah sanksi, yaitu suatu bentuk penderitaan yang secara
sengaja diberikan oleh masyarakat.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah
proses yang digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak,
bahkan memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma dan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga tercipta ketertiban di masyarakat.
b) Macam Pengendalian Sosial
a. Berdasarkan Cara Pengendalilan Sosial
1. Cara Persuasif (mengajak atau membimbing)
Pengendalian sosial yang dilakukan tanpa kekerasan misalnya melalui
cara mengajak, menasihati atau membimbing anggota masyarakat agar
bertindak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat. Cara ini dilakukan
melalui lisan atau simbolik. Contoh pengendalian sosial melalui lisan
yaitu dengan mengajak orang menaati nilai dan norma dengan berbicara
langsung menggunakan bahasa lisan, sedang pengendalian secara
simbolik dapat menggunakan tulisan, spanduk dan iklan layanan
masyarakat.
2. Cara Koersif (memaksa)
Pengendalian sosial yang dilakukan dengan menggunakan paksaan atau
kekerasan, baik secara kekerasan fisik atau pun psikis. Contoh
pengendalian sosial koersif adalah penertiban pedagang kaki lima di
trotoar jalan yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja atau Satpol
PP dengan cara membongkar dan merusak tempat berniaga dan
mengangkut barang-barang milik pedagang.
b. Berdasarkan Sifat Pengendalian Sosial
1. Upaya Prefentif (mencegah)
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk melakukan tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran
terhadap norma-norma sosial. Contohnya, guru menasihati murid agar
tidak terlambat datang ke sekolah.
2. Upaya Represif (memberi sanksi)
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian
yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran dengan cara
Materi Sosiologi UN - 23
menjatuhkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
Contohnya, sanksi skors diberikan kepada siswa yang sering melanggar
peraturan.
3. Upaya Kuratif (menyembuhkan)
Pengendalian sosial bersifat kuratif adalah pengendalian sosial yang
dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial. Contohnya, seorang
guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada
saat ulangan.
c. Berdasarkan Pelaku Pengendalian Sosial
1. Pengendalian pribadi: yaitu pengaruh yang datang dari orang atau tokoh
tertentu (panutan). Pengaruh ini dapat bersifat baik atau pun buruk.
2. Pengendalian institusional: yaitu pengaruh yang ditimbulkan dari
adanya suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tersebut tidak
hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja, akan tetapi juga
mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar
lembaga tersebut berada. Misalnya kehidupan para santri di pondok
pesantren akan mengikuti aturan, baik dalam hal pakaian, tutur sapa,
sikap, pola pikir, pola tidur, dan sebagainya. Dalam hal ini, pengawasan
dan pengaruh dari pondok pesantren tersebut tidak hanya terbatas pada
para santrinya saja, namun juga kepada masyarakat di sekitar pondok
pesantren.
3. Pengendalian non-institusional: cara pengendalian di luar institusi yang
ada. Cara pengendalian ini sifatnya tidak resmi, seringkali dilakukan oleh
individu atau kelompok massa yang tidak saling mengenal, dan sering kali
menggunakan kekerasan.
4. Pengendalian resmi: yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang
dilakukan oleh lembaga resmi negara sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan sanksi yang jelas dan mengikat.
Pengendalian resmi dilakukan oleh aparat negara, seperti kepolisian,
satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk mengawasi ketaatan
warga masyarakat terhadap hukum yang telah ditetapkan.
5. Pengendalian tidak resmi: yaitu pengendalian atau pengawasan sosial
yang dilakukan tanpa rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi hukum
yang tegas. Meskipun demikian, pengendalian tidak resmi juga memiliki
efektivitas dalam mengawasi atau mengendalikan perilaku masyarakat.
Hal ini dikarenakan sanksi yang diberikan kepada pelaku penyimpangan
berupa sanksi moral dari masyarakat lain, misalnya dikucilkan atau
bahkan diusir dari lingkungannya. Pengendalian tidak resmi dilakukan
oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh agama yang memiliki
kharisma dan dipandang sebagai panutan masyarakat.
c) Cara-cara yang ditempuh dalam Pengendalian Sosial:
1. Cara Pengendalian Melalui Institusi dan Non-Institusi
Cara pengendalian melalui institusi adalah cara pengendalian sosial melalui
Materi Sosiologi UN - 24
lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat, seperti lembaga
pendidikan, hukum, agama, politik, ekonomi, dan keluarga. Cara pengendalian
melalui non-institusi adalah cara pengendalian di luar institusi yang ada. Cara
pengendalian ini sifatnya tidak resmi, seringkali dilakukan oleh individu atau
kelompok massa yang tidak saling mengenal, dan sering kali menggunakan
kekerasan.
2. Cara Pengendalian Secara Lisan, Simbolik dan Kekerasan
Cara pengendalian melalui lisan dan simbolik sering juga disebut cara
pengendalian sosial persuasif. Cara ini menekankian pada usaha untuk
mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku. Pengendalian sosial secara lisan dilakukan
dengan mengajak orang menaati aturan denngan berbicara lengsung dengan
bahasa lisan (verbal). Pengendalian sosial secara simbolik dapat dilakukan
antara lain melalui tulisan, spanduk, poster, iklan layanan masyarakat, dan surat
kabar. Pengendalian sosial melalui kekerasan (pengendalian sosial koersif)
menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekuatan fisik.
3. Cara Pengendalian Sosial melalui Imbalan dan Hukuman
Cara pengendalian sosial melalui imbalan cenderung bersifat preventif (bersifat
mengalihkan). Seseorang diberi imbalan atas tindakannya agar ia berperilaku
sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Cara pengendaian sosial
melalui hukuman cenderung beresifat represif. Cara ini bertujuan untuk
memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi.
4. Cara Pengendalian Sosial Formal dan Informal
Cara pengendalian formal adalah cara pengendalian sosial yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga resmi yang juga memiliki peraturan-peraturan resmi, seperti
perusahaan, perkumpulan serikat kerja, atau lembaga peradilan. Cara
pengendalian informal adalah cara pengendalian sosial yang dilakukan oleh
kelompok yang kecil, akrab, bersifat tidak resmi, dan tidak mempunyai aturan-
aturan resmi yang tertulis.
5. Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi
Melalui sosialisasi seseorang menginternalisasikan norma dan nilai. Jika nilai
dan norma sosial itu sudah menginternal dalam diri individu, maka di mana pun
individu itu akan berperilaku konform (menyesuaikan diri).
6. Cara Pengendalian Sosial Melalui Tekanan Sosial
Seorang individu cenderung mengekspresikan pernyataan pribadinya seirama
atau sesuai dengan pandangan kelompoknya.
d) Pelaku dan Sasaran
1. Individu terhadap individu lain
2. Individu terhadap kelompok
3. Kelompok terhadap individu
4. Kelompok terhadap kelompok lain
e) Jenis-jenis Pengendalian Sosial
1. Gosip
Gosip sering juga diistilahkan dengan desas-desus. Gosip merupakan
memperbincangkan perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang tanpa didukung
oleh fakta yang jelas. Gosip tidak dapat diketahui secara terbuka, terlebih-lebih oleh
Materi Sosiologi UN - 25
orang yang merupakan objek gosip. Namun demikian gosip dapat menyebar dari
mulut ke mulut sehingga hampir seluruh anggota masyarakat tahu dan terlibat dalam
gosip. Misalnya gosip tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Si A dengan Si B.
gosip seperti ini dalam waktu singkat akan segera menyebar. Warga masyarakat yang
telah mendengar gosip tertentu akan terpengaruh dan bersikap sinis kepada orang
yang digosipkan. Karena sifatnya yang laten, biasanya orang sangat menjaga agar
tidak menjadi objek gosip.
2. Ostrasisme (pengucilan)
Ostrasisme adalah suatu tindakan pemutusan hubungan sosial dari sekelompok orang
terhadap seorang anggota masyarakat.
3. Fraundulens
Fraundulens merupakan bentuk pengendalian sosial yang umumnya terdapat pada
anak kecil. Misalnya, A bertengkar dengan B. Jika si A lebih kecil dari B, maka si A
mengancam bahwa dia mempunyai kakak yang berani yang dapat mengalahkan B.
4. Teguran
Teguran biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap
seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar etika dan/atau
mengganggu kenyamanan warga masyarakat. Teguran merupakan kritik sosial yang
dilakukan secara langsung dan terbuka sehingga yang bersangkutan segera menyadari
kekeliruan yang telah diperbuat. Di dalam tradisi masyarakat kita teguran merupakan
suatu hal yang tidak aneh lagi. Misalnya teguran terhadap sekelompok pemuda yang
begadang sampai larut malam sambil membuat kegaduhan yang mengganggu
ketentraman warga yang sedang tidur, teguran yang dilakukan oleh guru kepada
pelajar yang sering meninggalkan pelajaran, dan lain sebagainya.
5. Sanksi/Hukuman
Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan imbalan yang bersifat negatif yang
diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap telah melakukan
perilaku menyimpang. Misalnya pemecatan yang dilakukan terhadap polisi yang
terbukti telah mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya.
Adapun manfaat dari sanksi atau hukuman antara lain adalah: (1) untuk menyadarkan
seseorang atau sekelompok orang terhadap penyimpangan yang telah dilakukan
sehingga tidak akan mengulanginya lagi, dan (2) sebagai peringatan kepada warga
masyarakat lain agar tidak melakukan penyimpangan.
6. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mencapai taraf
kedewasaan. Melalui pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan
sekaligus mempraktekkan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-
tengah masyarakat.
7. Agama
Agama mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk menjaga hubungan baik
antara manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan makhluk lain, dan
antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan yang baik dapat dibina
dengan cara menjalankan segala perintah Tuhan dan sekaligus menjauhi segala
larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan keyakinan bahwa melaksanakan perintah
Tuhan merupakan perbuatan baik yang akan mendatangkan pahala. Sebaliknya,
melanggar larangan Tuhan merupakan perbuatan dosa yang akan mendatangkan
siksa. Dengan keyakinan seperti ini, maka agama memegang peranan yang sangat
penting dalam mengontrol perilaku kehidupan manusia.
Materi Sosiologi UN - 26
f) Lembaga Pengendalian Sosial
1. Lembaga kepolisian
Polisi merupakan aparat resmi pemerintah untuk menertibkan keamanan. Tugas-tugas
polisi, antara lain memelihara ketertiban masyarakat, menjaga dan menahan setiap
anggota masyarakat yang dituduh dan dicurigai melakukan kejahatan yang
meresahkan masyarakat, misalnya pencuri, perampok dan pembunuh.
2. Pengadilan
Pengadilan lembaga resmi yang dibentuk pemerintah untuk menangani perselisihan
atau pelanggaran kaidah di dalam masyarakat. Pengadilan memiliki unsur-unsur yang
saling berhubungan satu sama lain. Unsur-nsur yang saling berhubungan dengan
pengadilan adalah hakim, jaksa dan pengacara. Dalam proses persidangan, jaksa
bertugas menuntut pelaku untuk dijatuhi hukuman sesuai peraturan yanag berlaku.
Hakim bertugas menetapkan dan menjatuhkan putusan berdasarkan data dan
keterangan resmi yang diungkapkan di persidangan. Pengacara atau pembela bertugas
mendampingi pelaku dalam memberikan pembelaan.
3. Tokoh adat
Tokoh adat adalah pihak ang berperan menegakkan aturan adat. Peranan tokoh adat
adalah sangat penting dalam pengendalian sosial. Tokoh adat berperan dalam
membina dan mengendalikan sikap dan tingkah laku warga masyarakat agar sesuai
dengan ketentuan adat.
4. Tokoh agama
Tokoh agama adalah orang yang memiliki pemahaman luas tentang agama dan
menjalankan pengaruhnya sesuai dengan pemahaman tersebut. Pengendalian yang
dilakukan tokoh agama terutama ditujukan untuk menentang perbuatan yang tidak
sesuai dengan nilai dan norma agama.
5. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah setiap orang yang memiliki pengaruh besar, dihormati, dan
disegani dalam suatu masyarakat karena aktivitasnya, kecakapannya dan sifat-sifat
tertentu yang dimilikinya.
Materi Sosiologi UN - 27
STRUKTUR, KONFLIK
DAN MOBILITAS SOSIAL
STRUKTUR SOSIAL
1. Pengertian
 Saling keterkaitan antar-institusi.
 Pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar-individu dan antar-
kelompok.
 Pola hubungan, kedudukan dan jumlah orang yang memberikan kerangka bagi
organisasi.
 Hubungan sosial yang memberi BENTUK DASAR dan BATAS AKSI.
 Tatanan atau system yang mengatur jalinan antara unsur-unsur social pokok.
2. Elemen (Unsur) Dasar Struktur Sosial
2.1. Status Sosial: kedudukan atau posisi seorang individu
a) Ascribed status: status karena kelahiran (keturunan),
b) Achieved status: status sebagai hasil usaha atau perjuangan,
c) Assigned status: status karena jasa yang diberikan,
d) Main / Master status: status utama atau yang dominan,
e) Status inconsistency: status yang tidak sesuai dengan hasil usaha selama ini
(seorang Sarjana Hukum menjadi sopir taksi)
f) Status set: seluruh status yang dimiliki seseorang.
2.2. Peran Sosial: harapan yang harus dipenuhi sesuai dengan statusnya.
a) Ascribed role: peran karena kelahiran,
b) Achieved role: peran sebagai hasil usaha atau perjuangan,
c) Expected role: peran yang diharapkan oleh masyarakat untuk dilaksanakan
dengan baik (cth: hakim, polisi, jaksa)
d) Actual role: peran yang dimiliki di sini dan saat ini,
e) Role conflict: seseorang yang memiliki dua peran yang saling bertentangan,
f) Role strain: satu peran yang memiliki dua harapan yang saling bertentangan.
3. Tipe atau Bentuk
3.1. Intersected Social Structure (interseksi)
Interseksi adalah struktur sosial yang keanggotaannya bersifat menyilang atau
memiliki “perpotongan”. Artinya, di antara anggota-anggota dari kelompok-
kelompok yang berbeda, ada yang saling memiliki kesamaan.
Materi Sosiologi UN - 28
3.2. Consolidated Social Structure (konsolidasi)
Konsolidasi adalah struktus sosial yang keanggotaannya memiliki kesamaan
parameter (tolok ukur) sehingga terjadi penguatan identitas. Keanggotaan dalam
struktur ini memiliki latar belakang SAMA, baik itu ras, suku, agama, jenis kelamin,
dll. Contoh: Keluarga Katolik Indonesia di New York (KKI-NY), Ikatan Keluarga
Alumni Santo Paulus, dll.
DIFERENSIASI SOSIAL
1. Pengertian
 Proses perbedaan antara hal-hal yang semula sama.
 Pengelompokan anggota masyarakat secara horisontal berdasarkan ciri atau
kesamaan tertentu.
2. Dasar Pembedaan
2.1. Ciri Fisik: adanya ciri biologis berupa fenotip kuantitatif tertentu
2.2. Ciri Sosial: memiliki cara pandang dan pola perilaku tertentu dalam masyarakat
2.3. Ciri Budaya: memiliki nilai-nilai tertentu yang dianut atau diyakini
3. Sumber Pembedaan
3.1. Alamiah: pembedaan berdasarkan ciri-ciri biologis yang dimiliki sejak lahir.
Diferensiasi sosial yang bersumber pada pembedaan alamiah: ras, usia, jenis
kelamin, intelegensi atau potensi diri.
3.2. Sosial: dipengaruhi oleh konstruksi sosial-budaya atau cara pandang masyarakat
Diferensiasi sosial yang bersumber pada pembedaan sosial: etnis, agama, gender,
pekerjaan (profesi)
4. Bentuk Diferensiasi Sosial
4.1. Ras
Ras menunjuk pada ciri-ciri fisik yang identik yang dimiliki oleh sekelompok
manusia. Ciri fisik ini memiliki asal-usul geografis dari suatu wilayah tertentu.
4.1.1 Ras Kaukasoid (Caucasoid)
Ras ini meliputi orang-orang kulit putih dengan beberapa variasinya yang
diklasifikasikan dalam empat rumpun.
a) Nordic Caucasoid: terdapat di daerah Eropa Utara sekitar laut Baltik
b) Mediteran Caucasoid: terdapat disekitar Laut Tengah, Afrika Utara,
Armenia, Saudi Arabia dan Iran
c) Alpin Caucasoid: terdapat di Eropa Timur dan Eropa Tengah
d) Indic Caucasoid: terdapat di India, Pakistan, Bangladesh dan Srilanka
4.1.2 Ras Mongoloid
Materi Sosiologi UN - 29
a) Asiatic Mongoloid: terdapat di daerah Asia Utara, Asia Tengah dan Asia
Timur
b) Malayan Mongoloid: terdapata di Asia Tenggara, Kepulauan Indonesia,
Filipina, dan penduduk asli Taiwan
c) American Mongoloid: terdapat di Amerika Selatan sampai dengan Amerika
Utara
4.1.3 Ras Negroid
a) African Negroid: terdapat di benua Afrika pada umumnya
b) Negrito: terdapt di Africa Tengah, Semenanjung Melayu dan Filipina
c) Papua Melanosoid (Negroid Melanesia): terdapat di Papua dan Kepulauan
Melanesia
d) Austroloid: ras penduduk asli Australia
4.1.4 Ras Khusus
a) Bushman: terdapat di derah gurun Kalahari, Afrika
b) Veddoid: terdapat di pedalaman Srilanka dan Sulawesi Selatan
c) Polinesoid: terdapat di Kepulaian Mikronesia dan Polinesia
d) Ainu: terdapat di Pulau Hokaido dan Karafuko (Jepang)
4.2. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin menunjuk pada perbedaan anatomi biologis antara laki-laki dan
perempuan.
4.3. Usia
Usia adalah ukuran waktu yang dihitung sejak seorang anak manusia dilahirkan.
Mereka yang lahir terdahulu akan memiliki usia yang lebih tinggi daripada mereka
yang dilahirkan kemudian. Perbedaan usia menggambarkan perbedaan golongan
manusia yang lazim disebut generasi. Usia menunjuk pada generasi manusia dalam
masyarakatnya.
4.4. Potensi Diri
Potensi diri dapat berupa kecerdasan dan bakat (talenta). Potensi diri ini dimiliki
secara berbeda antara seorang individu dengan lainnya. Perbedaan potensi diri ini
banyak dipengaruhi oleh faktor sosialisasi, pendidikan dan latihan.
4.5. Etnis
Etnis adalah kelompok masyarakat yang didasarkan atas budaya yang dimiliki
kelompok tersebut. Perbedaan antar etnis adalah perbedaan kebudayaan yang
dimiliki kelompok masyarakat yang berbeda.
4.6. Agama
Agama menyangkut dua dimensi: dimensi lahiriah dan batiniah. Dimensi lahiriah
agama meliputi: (a) ikatan orang yang percaya; (b) ajaran (dogma) dan rumusan
kepercayaan (credo); (c) ritus atau upacara keagamaan; (d) cara hidup; (e) kegiatan
keagamaan. Dimensi rohaniah menunjuk pada kesadaran religius yanga da dalam
hati masing-masing individu. Secara umum, agama dimengerti sebagai perwujudan
hubungan manusia dengan yang ilahi (the supreme being). Agama adalah wujud
pelembagaan dari kepercayaan yang ada dalam masyarakat.
4.7. Gender
Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara
sosial dan budaya oleh masyarakat (Calhoun, 1997). Gender menunjuk pada
perbedaan sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini adalah
hasil sosialisasi, bukan warisan biologis.
Materi Sosiologi UN - 30
4.8. Pekerjaan
Pekerjaan (profesi) menunjuk pada keahlian yang dimiliki oleh seorang individu
untuk mencari nafkah kehidupan.
STRATIFIKASI SOSIAL
1. Pengertian
Pengelompokan masyarakat secara vertikal.
2. Kriteria Umum
2.1. Ukuran Kekayaan
2.2. Ukuran Kekuasaan
2.3. Ukuran Kehormatan
2.4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
3. Sifat
3.1.Closed Stratification (tertutup)
Tidak dimungkinkan adanya perpindahan dari lapisan satu ke lapisan lainnya.
3.2. Open Stratification (terbuka)
Adanya kemungkinan perpindahan dari lapisan satu ke lapisan lainnya.
4. Prinsip dasar
4.1. Stratifikasi sosial adalah ciri khas dari masyarakat, bukan sekedar refleksi dari
perbedaan individual.
4.2.Stratifikasi sosial bertahan dari generasi ke generasi.
4.3.Stratifikasi sosial bersifat universal namun juga bervariasi.
4.4.Stratifikasi sosial mencakup ketidaksamaan dan kepercayaan-kepercayaan
MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas dalam bahasa Latin (Romawi) memiliki akar kata movere yang berarti
bergerak. Mobilitas berarti kemampuan untuk bergerak atau berubah (movableness,
changeableness). Mobilitas sosial (social mobility) berbeda dengan social movement yang
berarti gerakan sosial.
Untuk mempertajam dan memperjelas pengertian mobilitas sosial, sejumlah ahli
memberikan sejumlah definisi.
 Craig Calhoun (1997): “Mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dari satu kedudukan
atau tingkat sosial ke tingkat sosial yang lainnya. Hal itu mungkin berupa naik ke atas
dalam tangga sosial, memanjat ke puncak atau terjun ke bawah.”
 Borgatta & Borgatta (1992): “Mobilitas sosial adalah gerakan orang per orang,
keluarga-keluarga, kelompok-kelompok dari suatu kedudukan sosial ke yang lainnya.”
 David L. Sills (1968): “Mobilitas sosial telah didefinisikan sebagai gerakan melalui
‘ruang sosial’ dari satu kategori status (asal) ke kategori sosial lainnya (tujuan).
Mobilitas sosial dipandang sebagai perubahan dalam posisi sosial atau status sosial.”
 Anthony Giddens (1993): “Mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dari orang per
orang dan kelompok-kelompok di antara kedudukan-kedudukan sosial ekonomi yang
berbeda.”
 Horton & Hunt (1984): “Mobilitas sosial dapat didefinisikan sebagai tindakan
berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.”
Materi Sosiologi UN - 31
 Soerjono Soekanto (1982): “Mobilitas sosial diartikan sebagai suatu gerak dalam
struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial.”
1. Jenis Mobilitas Sosial
1.1. Berdasarkan Tipe
Berdasarkan topenya, mobilitas sosial dibedakan menjadi empat macam: veretikal,
horisontal, lateral dan struktural.
a. Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau kelompok dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat dalam
stratifikasi (pelapisan) sosial. Menurut Giddens (1993), mobilitas vertikal ini
berarti gerakan ke atas (social climbing atau upward mobility) atau ke bawah
(social sinking atau downward mobility) dalam skala ekonomi.
b. Mobilitas Sosial Horisontal
Mobilitas sosial horisontal merupakan peralihan individu-individu atau
kelompok sosial dari suatu kelompok atau golongan sosial ke kelompok atau
golongan sosial yang lain yang sederajat. (Contoh: berganti warga negara,
berganti profesi, berganti agama, dll.)
c. Mobilitas Intelektual
Mobilitas ini menyangkut perkembangan intelektual seorang individu: dari
sebelumnya tidak terpelajar menjadi terpelajar; atau dari sebelumnya tidak
pernah membaca menjadi individu yang kaya ilmu atau informasi karena
membaca.
d. Mobilitas Sosial Lateral
Mobilitas lateral disebut juga mobilitas geografis (Giddens, 1993). Sejumlah
ahli sosiologi menggolongkan jenis mobilitas sosial ini ke dalam mobilitas
sosial horisontal. Mobilitas sosial lateral mengacu pada mobilitas perpindahan
orang-orang, baik secara individu maupun kelompok, dari unit-unit wilayah
(ruang) ke suatu unit wilayah lain yang secara tidak langsung mengubah status
sosial seseorang. Mobilitas lateral ini terbagi menjadi dua:
1) Mobilitas Permanen: yaitu mobilitas yang bermaksud melakukan
perpindahan permanen / menetap.
2) Mobilitas Tidak Permanen: yaitu bentuk mobilitas individu atau kelompok
yang bersifat sementara, jangka pendek, dan tidak bermaksud pindah secara
permanen.
e. Mobilitas Sosial Struktural
Menurut Michael S. Bassis (1998), mobilitas struktural adalah mobilitas yang
disebabkan oleh inovasi teknologi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi,
peperangan dan kejadian-kejadian lain yang mengubah struktur dan jenis
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Mobilitas struktural adalah mobilitas
sosial yang dihasilkan dari perubahan-perubahan distribusi status-status dalam
masyarakat. Mobilitas struktural dibedakan menjadi dua menurut proses
terjadinya.
1) Mobilitas struktural melalui proses positif: yaitu mobilitas yang terjadi
karena proses kemajuan, pertumbuhan atau perkembangan. Contoh:
mobilitas sosial dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri, dll.
Materi Sosiologi UN - 32
2) Mobilitas struktural melalui proses negatif: yaitu mobilitas yang terjadi
karena gejolak politik, gejolak ekonomi atau bencana. Contoh: mobilitas
struktural karena bencana lumpur LAPINDO.
1.2 Berdasarkan Ruang Lingkup
Menurut ruang lingkupnya, mobilitas terdiri dari dua jenis: mobilitas intra-generasi
dan mobilitas antar-generasi.
a. Mobilitas Intra-generasi
Mobilitas intra-generasi adalah mobilitas sosial yang dialami individu selama
masa hidupnya (dalam satu generasi). Contoh: pekerjaan pertama sebagai ketua
RT  pekerjaan kedua menjadi ketua partai tingkat kabupaten  pekerjaan
ketiga menjadi wakil bupati.
b. Mobilitas Antar-generasi
Mobilitas antar-generasi adalah mobilitas sosial yang terjadi antara dua generasi
atau lebih. Mobilitas antar-generasi juga dimengerti sebagai perubahan
kedudukan yang terjadi sesudah terjadi perubahan generasi, yaitu perubahan
kedudukan anak dibandingkan kedudukan orangtuanya. Contoh: kakek bekerja
sebagai kuli tukan  ayah bekerja sebagai tukang ahli  anak bekerja sebagai
insinyur sipil.
2. Saluran Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertikal dilakukan masyarakat melalui berbagai saluran yang terdapat
dalam masyarakat. Pitirim A. Sorokin menyebut saluran mobilitas ini sirkulasi sosial
(social circulation). Saluran-saluran mobilitas sosial ini adalah sbb:
a. Angkatan Bersenjata.
Seorang prajurit dapat naik ke kelas atau kedudukan yang lebih tinggi karena
telah memberikan jasa yang besar. Melalui peningkatan karir ini, mereka
memperoleh kekuasaan dan wewenang lebih besar.
b. Lembaga Keagamaan.
Agama dianggap sebagai lembaga luhur dan penting dalam masyarakat. Oleh
karena itu, para pemuka agama termasuk dalam kelas tinggi. Menjadi pemuka
agama merupakan cara untuk bergerak ke kelas sosial yang lebih tinggi.
c. Lembaga Pendidikan Sekolah.
Lembaga sekolah dianggap sebagai saluran yang paling efektif dan konkrit dalam
upaya meningkatkan status sosial. Masyarakat menganggap sekolah sebagai
”social elevator”. Lembaga ini terbuka untuk dimasuki oleh berbagai golongan
atau kelas sosial. Selain itu, jenjang pendidikan yang dicapai merupakan simbol
status sosial.
d. Keluarga.
Keluarga terbentuk melalui proses perkawinan. Perkawinan dapat menjadi
saluran mobilitas karena individu dari lapisan lebih rendah dapat menikah dengan
individu dari lapisan sosial lebih tinggi.
e. Organisasi atau Peserikatan Ekonomi.
Organisasi ekonomi (mis. perusahaan atau industri) memberikan peluang untuk
meningkatkan pendapatan, mengubah pola hidup, dan dapat membangun simbol
status ”orang kaya”.
Materi Sosiologi UN - 33
f. Politik.
Organisasi politik memberi peluang bagi anggotanya untuk melakukan mobilitas
sosial. Kader politik yang berprestasi dapat ditunjuk menjadi menteri atau
anggota DPR.
g. Organisasi keahlian.
Organisasi keahlian, seperti ikatan sarjana di bidang keilmuan tertentu atau
komunitas keahliah tertentu, dapat menjadi saluran mobilitas sosial. Melalui
organisasi keahlian ini, seorang individu dapat menjadi populer dan dikenal
masyarakat.
KONFLIK
1. Pemahaman Teoretik Tentang Konflik
Ada dua sudut pandang yang umumnya digunakan untuk memahami realitas konflik
dalam masyarakat, yaitu pendekatan konsensus dan pendekatan konflik.
1.1. Pendekatan Konsensus
Pendekatan konsensus adalah pendekatan atas dasar teori fungsional-struktural.
Menurut pendekatan ini, masyarakat merupakan jaringan dari bagian-bagian yang saling
terkait. Jaringan ini membentuk keseimbangan karena setiap bagian menyumbang pada
pemeliharaan sistem secara keseluruhan. Sebagai sebuah jaringan, masyarakat selalu bergeaak
ke arah integrasi. Dengan demikian, integrasi merupakan bentuk dasar interaksi masyarakat.
Menurut pendekatan konsensus, konflik adalah proses yang menyertai terbentuknya
integrasi. Konflik ini akan lenyap karena masyarakat memiliki konsensus atau kesepakatan di
antara warganya mengenai nilai-nilai yang menjadi pondasi system sosial. Konsensus ini
mendorong seetiap warga masyarakat untuk memiliki komitmen mengatasi perbedaan dan
konflik di antara mereka. Selain konsensus, masyarakat juga memiliki mekanisme untuk
memelihara sistemsosial, yaitu sosialisasi dan kontrol sosial. Melalui sosialisasi, warga
masyarakat belajar tentang norma-norma yang berlaku di masyarakat. Melalui kontrol sosial,
warga masyarakat dipaksa oleh warga lainnya untuk mematuhi norma-norma sosial yang
berlaku.
1.2. Pendekatan Teori Konflik
Pendekatan konflik adalah pendekatan atas dasar teori konflik. Teori konflik
berpendapat bahwa masyarakat terbagi atas kelas-kelas. Kelas-kelas ini saling bertentangan
untuk memperjuangkan kepentingan kelas masing-masing. Kepentingan merupakan kata kunci
untuk memahami konflik. Oleh karena itu, sejarah manusia adalah sejarah konflik, yaitu
konflik di antara kelompok-kelompok ekonomi dalam masyarakat.
Berdasarkan pandangan teori konflik ini, konflik dimengerti sebagai konfrontasi
kekuasaan. Konflik sosial dengan demikian berarti konfrontasi antara kekuatan-kekuatan yang
ada dalam masyarakat.
2. Faktor-Faktor Penyebab Konflik
Konflik merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia untuk mencapai tujuan dan cota-
citanya. Oleh sebab itu, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan sosial diantara
individu yang terlibat dalam suatu interaksi sosial.
Materi Sosiologi UN - 34
2.1. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Secara Umum:
a. Perbedaan Individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan
dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang. Perbedaan kebiasaan dan perasaan yang
dapat menimbulkan kebencian dan amarah sebagai awal timbulnya konflik. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua
masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik
oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat.
Misalnya orang jawa dengan orang Papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan
membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang
dapat mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik.
c. Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau keompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu
atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan
kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Misalnya
seseorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi sehingga
terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. Namun, para pegawai yang terkena
rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut
menimbulkan suatu konflik. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta
alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora
dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal
persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang
menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang saling
bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.
d. Perubahan Sosial
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat mengganggu
keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat
terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan
kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan itu. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-
nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut
jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun
dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian
waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan
ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Materi Sosiologi UN - 35
2.2. Faktor-Faktor Penyebab Konflik di Indonesia
Masyarakat Indonesia yang multikultur rawan terhadap terjadinya suatu konflik sosial, karena
secara garis besar struktur sosial masyarakat Indonesia terbagi kedalam berbagai suku bangsa,
agama, maupun golongan yang beragam.
Menurut J. Ranjabar, hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya konflik pada masyarakat
Indoenesia adalah sebagai berikut :
1) Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain, contohnya adalah
konflik yang terjadi di Aceh dan Papua.
2) Terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang
berlainan suku bangsa. Contohnya konflik yang terjadi di Sambas
3) Terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku
bangsa lain. Contohnya konflik yang terjadi di Sampit.
4) Terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat. Contohnya
konflik antar suku di pedalaman Papua.
3. Macam atau Bentuk Konflik
Bentuk-bentuk konflik dapat berupa:
1) Berdasarkan Alasan
a) Konflik Realistik
b) Konflik Non-realistik
2) Berdasarkan Keanggotaan Kelompok
a) Konflik in-group
b) Konflik out-group
3) Berdasarkan Waktu
a) Konflik sesaat
b) Konflik berkelanjutan
4) Berdasarkan Pengendalian
a) Konflik terkendali
b) Konflik tidak terkendali
5) Berdasarkan Sistematika
a) Konflik spontan
b) Konflik sistematis
6) Berdasarkan Tujuan Organisasi
a) Konflik fungsional
b) Konflik disfungsional
7) Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Masyarakat
a) Konflik ekonomi
b) Konflik politik
c) Konflik budaya
d) Konflik pertahanan
e) Konflik antar-umat beragama
8) Berdasarkan Sifat Pelaku
a) Konflik terbuka
b) Konflik tertutup
9) Berdasarkan Posisi Pelaku
a) Konflik vertikal
b) Konflik
Materi Sosiologi UN - 36
c) Konflik diagonal
10) Berdasarkan Pelaku
a) Konflik antar-individu
b) Konflik dalam kelompok
c) Konflik antar-kelompok
d) Konflik antar-organisasi
Konflik dapat muncul sebagai:
1) pertentangan antar pribadi
2) pertentangan rasial
3) pertentangan antar kelas sosial
4) pertentangan politik
5) pertentangan internasional
4. Akomodasi – Usaha Menyelesaikan Konflik
4.1. Pengertian Akomodasi
Akomodasi adalah bentuk penyelesaian pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan.
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menunjuk pada suatu keadaan dan pada suatu
proses. Akomodasi, dalam pengertian sebagai suatu keadaan, adalah adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia
dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
4.2. Tujuan Akomodasi adalah:
1) meredam dan mencegah konflik
2) menghindari disintegrasi
3) mendorong dan memudahkan proses integrasi dan asimilasi
4) menjaga keutuhan bangsa dan menggalang persatuan dan kesatuan warga
5) menghasilkan sintesis atau titik temu antara dua atau beberapa pendapat yang berbeda
agar menghasilkan suatu pola baru.
6) mengadakan kerja sama antarkelompok sosial yang terpisah akibat faktor sosial dan
psikologis atau kebudayaan, misalnya: kerja sama antarindividu yang berbeda kasta.
7) mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui
perkawinan.
4.3. Bentuk-bentuk Akomodasi
Adapun bentuk-bentuk akomodasi adalah sbb:
a. Koersi (coercion): memaksa pihak lain untuk berdamai.
b. Kompromi (compromise): pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutan.
c. Arbitrasi (arbitration): menggunakan jasa pihak ketiga yang memiliki kuasa untuk
membuat keputusan mengikat.
d. Adjudikasi (adjudication): bentuk arbitrasi melalui pengadilan.
e. Mediasi (mediation): menggunakan jasa pihak ketiga yang netral dan hanya berfungsi
sebagai penasehat sehingga tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan.
f. Toleransi (toleration): sikap saling menghargai pendirian masing-masing.
Materi Sosiologi UN - 37
g. Konsiliasi (concilliation): usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-
pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama (kesepakatan).
h. Negosiasi (negotiation): usaha menyelesaikan konflik atas inisiatif kedua belah pihak.
Dalam proses ini, masing-masing pihak melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar
menawar mengenai syarat-syarat mengakhiri konflik.
i. Stalemate: konflik berhenti dengan sendirinya karena masing-masing pihak
mempunyai kekuatan seimbang.
j. Segregasi (segregation): saling memisahkan diri dan saling menjauhi.
k. Cease fire: menangguhkan pertentangan untuk jangka waktu tertentu (gencatan
senjata).
l. Displacement: usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing-
masing.
m. Elimination (eliminasi): pengunduran diri salah satu pihak untuk mengalah.
n. Subjugation (Dominasi): pihak yang memiliki kekuatan terbesar dapat memaksa
pihak lain untuk menaaatinya atau tunduk kepadanya.
o. Majority Rule: suara terbanyak yang ditentukan melalui voting menentukan
keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
p. Minority Consent: kelompok minoritas yang kalah menerima keputusan serta sepakat
melakukan kegiatan bersama.
5. Dampak Konflik
Setiap konflik yang terjadi dalam masyarakat akan membawa dampak, baik dampak secara
langsung amupun dampak secara tidak langsung.
5.1. Dampak Secara Langsung
a) Dampak secara langsung merupakan dampak yang secara langsung dirasakan oleh
pihak-pihak yang terlibat konflik. Adapun dampak konflik secara langsung diantaranya
sebagai berikut :
b) Menimbulkan keretakan hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau
kelompok lainnya.
c) Adanya perubahan kepribadian seseorang seperti selalu memunculkan rasa curiga, rasa
benci, dan akhirnya dapat berubah menjadi tindakan kekerasan.
d) Hancurnya harta benda dan korban jiwa, jika konflik benrubah menjadi tindakan
kekerasan.
e) Kemiskinan bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan.
f) Lumpuhnya roda perekonomian jika suatu konflik berlanjut menjadi tindakan
kekerasan.
g) Pendidikan formal dan informal terhambat karena rusaknya sarana dan prasarana
pendidikan.
5.2. Dampak Tidak Langsung
Dampak tidak langsung merupakan dampak yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak
terlibat langsung dalam sebuah konflik ataupun dampak jangka panjang dari suatu konflik yang
tidak secara langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Misalnya agresi militer Israel yang dilakukan kepada para pejuang Hizbullah di Lebanon akan
membawa dampak pada kenaikan harga minyak dunia yang akan merembet pada kenaikan
harga-harga barang di pasaran.
Materi Sosiologi UN - 38
5.3. Dampak Positif Adanya Konflik
Disamping dampak yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung, sebuah
konflik juga memiliki sisi positif. Adapun sisi positif dari sebuah konflik adalah sebagai
berikut:
a) Meningkatnya solidaritas sesama anggota kelompok
b) Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi
konflik.
c) Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma
baru.
d) Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan yang
seimbang. Misalnya adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik untuk bersatu
kembali karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak membawa keuntungan
bagi kedua belah pihak.
INTEGRASI SOSIAL
1. Pengertian Integrasi Sosial
Istilah integrasi berasal dari bahasa Latin (Romawi) integer, integra, integrum (adj) yang
berarti utuh, lengkap, bulat, tidak rusak, tidak luka. Berdasarkan kata ini, integrasi berarti
kondisi masyarakat yang ditandai keutuhan di dalamnya. Istilah lain untuk menunjukkan
kondisi keutuhan ini adalah: kohesi sosial, keseimbangan sosial dan harmoni sosial.
2. Bentuk Integrasi Sosial
Latar belakang munculnya integrasi sosial adalah kenyataan masyarakat majemuk. Menurut
Piere L. van den Berghe, masyarakat majemuk memiliki ciri sebagai berikut:
a. Adanya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok kebudayaan yang berbeda-beda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-
komplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-
nilai sosial fundamental.
d. Relatif sering terjadi konflik antar kelompok.
e. Secara relative, integrasi tumbuh atas dasar paksaan (koersi) dan saling ketergantungan
ekonomi.
f. Adanya dominasi satu kelompok terhadap yang lain.
2.1. Berdasarkan Dimensi Masyarakat
Berdasarkan dimensinya, masyarakat majemuk terbagi atas dua jenis: masyarakat majemuk
vertikal dan masyarakat majemuk horisontal. Bersumber pada dua dimensi masyarakat ini,
integrasi sosial terdiri atas dua bentuk: integrasi sosial vertikal dan integrasi sosial horisontal.
a. Integrasi Sosial Vertikal
Integrasi Sosial Vertikal adalah terbentuknya kesatuan antara lapisan-lapisan sosial
dalam masyarakat (Stratifikasi Sosial), yaitu antara elite dan massa, atau antara
pemimpin dan masyarakat kebanyakan
b. Integrasi Sosial Horisontal
Integrasi Sosial Horisontal adalah terbentuknya kesatuan antara golongan-golongan
sosial dalam masyarakat (Diferensiasi Sosial), yaitu antara ras, suku-budaya, agama,
dll. Dengan kata lain, Integrasi Sosial Horisontal adalah kesatuan dari keragaman
karakteristik dan identitas budaya dalam masyarakat.
Materi Sosiologi UN - 39
2.2. Berdasarkan Latar Belakang Alasan Terbentuknya
Berdasarkan latar belakang alas an terbentuknya, integrasi sosial dapat dibedakan dalam tiga
bentuk:
a. Integrasi Normatif
Integrasi normatif adalah bentuk integrasi yang terjadi atas dasar norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain, integrasi ini diikat oleh norma yang
mampu mempersatukan masyarakat. Contoh: Bhineka Tunggal Ika.
b. Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing
pihak dalam masyarakat. Contoh: Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku yang
mengintegrasikan diri dengan melihat fungsi dari masing-masing suku yang ada: Suku
Jawa sebagai pekerja, Suku Bugis sebagai pelaut, Suku Tionghoa sebagai pengusaha
dan pedagang, dll.
c. Integrasi Koersif
Integrasi Koersif adalah bentuk integrasi yang lebih mengedepankan kekuasaan yang
dimiliki oleh penguasa atau kelompok dominan. Integrasi dilakukan dengan cara
paksaan atau kekerasan.
2.3. Berdasarkan Tingkat Pertukaran Unsur-unsur Budaya
Berdasarkan tingkat pertukaran unsur-unsur budaya masing-masing kelompok masyarakat,
integrasi dibedakan dalam dua bentuk:
a. Amalgamasi
Amalgamasi adalah percampuran dua kelompok sehingga melahirkan kelompok baru
yang memiliki ciri dan sifat berbeda dari kelompok asal masing-masing.
+ =
b. Asimilasi
Asimilasi adalah proses individu atau kelompok meninggalkan tradisi budaya sendiri
untuk menjadi bagian dari kelompok dominan.
+ = D = Unsur Budaya Dominan
c. Akulturasi
Akulturasi adalah proses menerima dan mengolah kebudayaan luar atau asing atau
yang berbeda ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa akulturasi adalah proses
perubahan yang ditandai dengan penyatuan dua kebudayaan yang berbeda
+ =
Kebudayaan luar atau asing akan relatif mudah diterima jika memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Tidak ada hambatan geografis sehingga kontak dengan masyarakat luar menjadi
mudah.
D D
Materi Sosiologi UN - 40
2) Kebudayaan yang datang member manfaat yang lebih besar bila dibandingkan
dengan kebudayaan lama. (Contoh: membajak dengan traktor lebih efisien
dibandingkan dengan menggunakan tenaga kerbau.)
3) Adanya persamaan dengan unsur-unsur budaya lama.
4) Adanya kesiapan pengetahuan tertentu.
5) Kebudayaan itu bersifat kebendaan, seperti teknologi mesin, computer atau
perangkat digital modern lainnya.
3. Tujuan Integrasi Sosial
Integrasi sosial bertujuan untuk:
a. Mewujudkan fungsionalisasi dan prestasi yang lebih tinggi. Artinya, integrasi sosial
dapat meningkatkan fungsi-fungsi berbagai kelompok sosial dalam mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
b. Mewujudkan interdependensi atau saling ketergantungan antara berbagai kelompok
sosial yang ada.
c. Mencegah dan mengelola konflik sehingga tidak merusak masyarakat.
Materi Sosiologi UN - 41
KELOMPOK SOSIAL
DAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL
KELOMPOK SOSIAL
1. Bentuk Atau Macam Kumpulan Individu
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia membutuhkan manusia yang lain. Hubungan
antara manusia satu dengan lainnya melahirkan kumpulan individu. Dalam masyarakat,
kumpulan individu ini tidak serta merta dinamakan kelompok. Kumpulan individu ini dapat
dikategorikan dalam beberapa bentuk, yaitu Kelompok Sosial, Kategori Sosial, Kerumunan
dan Publik.
1.1. Kelompok Sosial
Untuk memahami pengertian kelompok sosial, perlu dipahami berbagai ciri atau
karakteristik yang ada di dalamnya. Kelompok sosial memiliki ciri-ciri berikut ini:
a. Sebagai salah satu bentuk kumpulan individu, kelompok sosial adalah kumpulan dari
sejumlah orang atau individu. Jumlah individu yang ada di dalamnya 2 atau lebih.
b. Individu-individu yang menjadi anggotanya terlibat dalam interaksi.
c. Interaksi dalam kelompok dilandasi oleh pola yang sudah mapan.
d. Interaksi ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang relatif lama.
e. Para anggota kelompok memiliki kesadaran bawa mereka adalah satu kesatuan, atau
dengan kata lain ada kesadaran sebagai ”kita”.
f. Pihak lain juga melihat individu-individu dalam kelompok tsb sebagai suatu kesatuan
kelompok.
1.2. Kategori Sosial
Kategori sosial adalah pengelompokan individu secara statistik. Setiap individu
diklasifikasikan dalam suatu kelompok atas dasar sifat-sifat atau ciri tertentu yang dimiliki
bersama. Misalnya: kelompok pedagang, kelompok dokter, kelompok remaja, kelompok
lansia, dll. Keanggotaan seorang individu dalam suatu kategori berarti bahwa individu
tersebut memiliki kesamaan-kesamaan dengan anggota yang lain.
Kategori sosial berbeda dengan kelompok sosial karena individu-individu yang ada
dalam kategori sosial tidak harus berhubungan satu sama lain atau berkumpul bersama di satu
tempat tertentu. Dapat dimungkinkan bahwa individu-individu yang ada di dalamnya asing
satu sama lain.
1.3. Kolektivitas (Collectivity)
Erving Goffman dan Stewart menyebut agregat (aggregate) untuk menggambarkan
fenomena individu yang berkumpul bersama di tempat yang sama pada waktu yang sama
pula, namun di antara mereka tidak ada hubungan yang pasti. Goffman menegaskan
pendapatnya bahwa kumpulan individu ini berada dalam interaksi yang tidak terfokus.
Sementara itu Stewart berpendapat bahwa dalam agregat tidak ada interaksi di antara
individu-individu yang ada di dalamnya.
John J. Machionis (2005) menyebut kumpulan individu tersebut dengan istilah
collectivity (atau kolektivitas). Kolektivitas adalah sejumlah besar individu yang memiliki
interaksi yang sangat minimal dalam suatu hubungan yang tidak dilandasi oleh norma-norma
konvensional atau yang sudah ditentukan sebelumnya. Ada dua macam kolektivitas: (1)
localized collectivity, menunjuk pada kehadiran secara fisik bersama individu lain; contoh:
Materi Sosiologi UN - 42
kerumunan (crowd) dan huru-hara (riot). (2) dispersed collectivity (kumpulan bergerak) yang
melibatkan orang-orang yang saling mempengaruhi, meskipun mereka terpisah oleh jarak.
Kerumunan (crowd) adalah orang-orang yang berkumpul pada waktu tertentu,
memiliki fokus perhatian yang sama dan saling mempengaruhi satu sama lain. Crowd
dibedakan atas:
1) Casual Crowd
Dalam kerumunan ini, interaksi sangat sedikit, dan bahkan hampir tidak ada. Contoh:
orang-orang yang sedang rekreasi di pantai
2) Conventional Crowd
Kerumunan ini adalah hasil dari rencana yang ditentukan atau dijadwalkan. Contoh:
pelajaran atau kuliah di kelas
3) Expressive Crowd
Kerumunan ini dibentuk oleh orang-orang yang berkumpul pada acara atau peristiwa
yang sifatnya emosional. Contoh: KKR, perayaan Tahun Baru.
4) Acting Crowd
Kumpulan ini adalah orang-orang yang digerakkan bersama-sama oleh satu tujuan.
Contoh: lari dari gedung yang terbakar atau yang diancam bom.
1.4. Publik
Menurut Soerjono Soekanto (1982), publik bukanlah sebuah kesatuan. Interaksi
terjadi secara tidak langung, melainkan melalui alat-alat komunikasi: surat kabar, radio,
televisi, dsb. Penggunaan alat komunikasi ini memungkinkan publik memiliki partisipan yang
besar jumlahnya dan meliputi wilayah yang luas.
2. Arti Penting Kelompok Dalam Analisis Sosiologi
Kelompok menjadi satuan pokok dalam analisis sosiologis karena beberapa alasan
yang mendasarinya:
a. Arah dan tujuan individu
Bagian terbesar dari hidup manusia terarah kepada kelompok, mulai dari kelompok
intim, keluarga dan kelompok yang lebih kompleks (birokrasi). Setiap individu
mengalami keinginan paling kuat untuk menjadi anggora suatu kelompok. Kelompok
dapat menjadi surga yang diimpikan, di dalamnya seorang individu merasa diakui dan
diterima. Kelompok dapat juga menjadi penjara yang membuat individu tidak dapat
berbuat bebas. Juga terdapat kelompok besar dan kompleks yang membuat seorang
individu terserap dan lenyap atau tak bermakna di dalamnya.
b. Pemenuhan kebutuhan
Kelompok memenenuhi kebutuhan individu, termasuk kebutuhan untuk disetujui dan
diterima, kebutuhan akan perlindungan dan keamanan serta dukungan atas nilai-nilai
yang dianut. Seringkali, kelompok menjadi refensi atau acuan seorang individu untuk
membangun identitas dan kepercayaan.
c. Sumber konflik dan masalah
Kelompok adalah sumber konflik dan masalah bagi individu-individu yang
berinteraksi di dalamnya. Diskriminasi atau pun peperangan sering disebabkan oleh
interaksi di dalam kelompok dan antar kelompok. Selain itu, keanggotaan dalam
kelompok selalu mensyaratkan kesetiaan terhadap nilai dan tradisi kelompok yang
bersangkutan.
d. Struktur hubungan sosial
Kelompok menstrukturkan hubungan sosial dalam cara yang berbeda. Dalam
kelompok, individu-individu yang ada di dalamnya dapat belajar banyak tentang cara-
Materi Sosiologi UN - 43
cara mencapai tujuan sosial.
3. TIPE KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL
3.1. Tipe Kelompok Berdasarkan Jumlah Anggota
Georg Simmel membedakan tipe-tipe kelompok berdasarkan jumlah anggota di
dalamnya. Menurut klasifikasi ini, kelompok dibedakan atas:
a. Diad (Dyad)
Diad memiliki ciri-ciri sbb:
- Anggota berupa pasangan (terdiri dari 2 individu)
- Setiap anggota mengendalikan keberlangsungan hubungan. Jika salah satu atau
kedua anggota tidak lagi berkenan hidup dalam kelompok, terjadilah perceraian
yang berarti bubarnya kelompok.
- Keanggotaan bergantung pada konsensus. Artinya, setiap anggotanya bebas untuk
bergabung atau keluar dari ikatan kelompok.
- Setiap anggota memiliki kekuasaan untuk mengontrol anggota lain sekaligus untuk
memotivasi.
b. Triad
Triad beranggotakan tiga orang. Tipe kelompok ini memiliki sifat hubungan:
1) Transitivitas.
Transitif berarti saling melengkapi. Triad cenderung seimbang dan konsisten.
Dalam Triad, kesatuan yang terbentuk sangat kuat sehingga memungkinkan
tercetus semboyan: “One for All, All for One”.
2) Koalisi
Dalam hubungan triad, seorang anggota dapat kehilangan kontrol atas hubungan
dengan kedua anggota lain yang membuat koalisi untuk melawannya dalam
sebuah konflik internal.
c. Kelompok Kecil
Kelompok kecil beranggotakan lebih dari tiga orang. Pola interaksi cenderung
berubah-ubah. Semakin besar anggota, semakin rumit pola interaksinya. Karena itu,
diperlukan seorang pemimpin untuk mengarahkan kelompok kecil dalam mencapai
tujuan.
d. Kelompok Besar
Anggota kelompok ini sangat besar. Demikian pula, struktur organisasi kelompok ini
menjadi semakin rumit.
3.2. Tipe Kelompok Berdasarkan Makna Kelompok Bagi Anggota
Berdasarkan makna kelompok bagi anggotanya, Charles H. Cooley (1909)
mengajukan konsep tentang Kelompok Primer. Ellsworth Farris melengkapi konsep Cooley
dengan menambahkan konsep tentang Kelompok Sekunder.
a. Kelompok Primer
Anggota-anggota kelompok primer saling kenal satu dengan lainnya. Kerjasama
antar-anggota bersifat spontan atas dasar simpati. Hubungan bersifat pribadi, sehingga
tujuan individu sekaligus adalah tujuan kelompok. Kelompok primer bermakna dalam
pembentukan pribadi dan cita-cita sosial individu yang menjadi anggotanya.
Kelompok ini memiliki ciri-ciri khusus:
- Kondisi Fisik: secara fisik berdekatan, jumlah anggota kecil, dan ikatan bersifat
langgeng.
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi

More Related Content

What's hot

definisi sosiologi pendidikan
definisi sosiologi pendidikandefinisi sosiologi pendidikan
definisi sosiologi pendidikan
Aprilia putri
 
Fungsi dan peran sosiologi
Fungsi dan peran sosiologi Fungsi dan peran sosiologi
Fungsi dan peran sosiologi
Hana Subagya
 
Kuliah 4 pendekatan sosiologi
Kuliah 4 pendekatan sosiologiKuliah 4 pendekatan sosiologi
Kuliah 4 pendekatan sosiologi
Mukhrizal Effendi
 
Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
Sosiologi sebagai Ilmu dan MetodeSosiologi sebagai Ilmu dan Metode
Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
adelitameidyanti
 
Sosiologi Kelas X pertemuan kedua
Sosiologi Kelas X pertemuan keduaSosiologi Kelas X pertemuan kedua
Sosiologi Kelas X pertemuan kedua
SherinPutrianaMuslih
 
Materi sosiologi kelas x
Materi sosiologi kelas xMateri sosiologi kelas x
Materi sosiologi kelas x
Mas Alfarisi
 
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
Alifia Putri Yudanti
 
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosialSosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosialAthia Nabila Faqiha
 
Sosiologi sebagai kajian tentang masyarakat dan lingkungan
Sosiologi sebagai kajian tentang masyarakat dan lingkunganSosiologi sebagai kajian tentang masyarakat dan lingkungan
Sosiologi sebagai kajian tentang masyarakat dan lingkunganMeita Purnamasari
 
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
Paper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapanPaper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapan
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
Dadang DjokoKaryanto
 
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 2
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 2HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 2
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 2
UNIVERSITY FOR TEACHERS XD
 
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: SosiologiRingkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: SosiologiIswi Haniffah
 
Topik 1 pengenalan_sosio_pendidikan
Topik 1 pengenalan_sosio_pendidikanTopik 1 pengenalan_sosio_pendidikan
Topik 1 pengenalan_sosio_pendidikan
jasman esmon
 
Sosiologi.smt1
Sosiologi.smt1Sosiologi.smt1
Sosiologi.smt1
Mutiarafah Rafa
 
Kumpulan Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) - Baiq Rilda Erliana Zahara,...
Kumpulan Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) - Baiq Rilda Erliana Zahara,...Kumpulan Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) - Baiq Rilda Erliana Zahara,...
Kumpulan Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) - Baiq Rilda Erliana Zahara,...
Baiq Rilda Erliana Zahara
 
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Universitas Islam Balitar
 
SK-KD Sosiologi SMA-MA
SK-KD Sosiologi SMA-MASK-KD Sosiologi SMA-MA
SK-KD Sosiologi SMA-MA
SMA Negeri 9 KERINCI
 
sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuan
sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuansosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuan
sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuanRohadi19
 
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi PesantrenDinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Habib Achmad
 

What's hot (20)

definisi sosiologi pendidikan
definisi sosiologi pendidikandefinisi sosiologi pendidikan
definisi sosiologi pendidikan
 
Fungsi dan peran sosiologi
Fungsi dan peran sosiologi Fungsi dan peran sosiologi
Fungsi dan peran sosiologi
 
Kuliah 4 pendekatan sosiologi
Kuliah 4 pendekatan sosiologiKuliah 4 pendekatan sosiologi
Kuliah 4 pendekatan sosiologi
 
Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
Sosiologi sebagai Ilmu dan MetodeSosiologi sebagai Ilmu dan Metode
Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
 
Sosiologi Kelas X pertemuan kedua
Sosiologi Kelas X pertemuan keduaSosiologi Kelas X pertemuan kedua
Sosiologi Kelas X pertemuan kedua
 
Materi sosiologi kelas x
Materi sosiologi kelas xMateri sosiologi kelas x
Materi sosiologi kelas x
 
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
 
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosialSosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
 
Sosiologi sebagai kajian tentang masyarakat dan lingkungan
Sosiologi sebagai kajian tentang masyarakat dan lingkunganSosiologi sebagai kajian tentang masyarakat dan lingkungan
Sosiologi sebagai kajian tentang masyarakat dan lingkungan
 
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
Paper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapanPaper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapan
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
 
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 2
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 2HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 2
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 2
 
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: SosiologiRingkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
Ringkasan Materi UAN SMA IPS: Sosiologi
 
Topik 1 pengenalan_sosio_pendidikan
Topik 1 pengenalan_sosio_pendidikanTopik 1 pengenalan_sosio_pendidikan
Topik 1 pengenalan_sosio_pendidikan
 
KPS3014
KPS3014KPS3014
KPS3014
 
Sosiologi.smt1
Sosiologi.smt1Sosiologi.smt1
Sosiologi.smt1
 
Kumpulan Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) - Baiq Rilda Erliana Zahara,...
Kumpulan Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) - Baiq Rilda Erliana Zahara,...Kumpulan Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) - Baiq Rilda Erliana Zahara,...
Kumpulan Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) - Baiq Rilda Erliana Zahara,...
 
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
 
SK-KD Sosiologi SMA-MA
SK-KD Sosiologi SMA-MASK-KD Sosiologi SMA-MA
SK-KD Sosiologi SMA-MA
 
sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuan
sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuansosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuan
sosiologi-sebagai-ilmu-pengetahuan
 
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi PesantrenDinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
 

Similar to Materi Pembahasan Konsep Sosiologi

1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
ALTAFJAUHAR32
 
SLIDE 1 SOSIOLOGIo.pptx
SLIDE 1 SOSIOLOGIo.pptxSLIDE 1 SOSIOLOGIo.pptx
SLIDE 1 SOSIOLOGIo.pptx
renjiryuujinjakka
 
Ernawati - Peran dan Fungsi Sosiologis.pptx
Ernawati - Peran dan Fungsi Sosiologis.pptxErnawati - Peran dan Fungsi Sosiologis.pptx
Ernawati - Peran dan Fungsi Sosiologis.pptx
darussalam DARUZALAM
 
Sosiologi - Kajian Sosiologi
Sosiologi - Kajian SosiologiSosiologi - Kajian Sosiologi
Sosiologi - Kajian Sosiologi
Rania Afifa Dewi
 
Nilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosialNilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosial
sman 2 mataram
 
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
AhmadMuflihin2
 
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 ruang lingkup dan perkembangan sosiologi ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
ruang lingkup dan perkembangan sosiologisuher lambang
 
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptx
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptxDasar-dasar Sosiologi 1.pptx
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptx
LaPanritaInstitute
 
Sociology Presentation
Sociology PresentationSociology Presentation
Sociology Presentation
Syifa Sahaliya
 
Teori belajar sosial
Teori belajar sosialTeori belajar sosial
Teori belajar sosialTamami Kece
 
Sosiologi sebagai ilmu
Sosiologi sebagai ilmuSosiologi sebagai ilmu
Sosiologi sebagai ilmu
Cornelia Riasdita
 
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. PasuruanI. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
Heru Paryono
 
Isna wati (xii ips 1)
Isna wati (xii ips 1)Isna wati (xii ips 1)
Isna wati (xii ips 1)Paarief Udin
 
Konsep dasar sosiologi
Konsep dasar sosiologiKonsep dasar sosiologi
Konsep dasar sosiologi
Adi Noegraha
 
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptxkd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
firmansyah960116
 
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatifPertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
Al Azhar Indonesia University
 
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deletedKunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Rahmat Rizqan
 
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada PendidikanGPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
Atifah Ruzana Abd Wahab
 

Similar to Materi Pembahasan Konsep Sosiologi (20)

Sosiologi Sebagai Ilmu
Sosiologi Sebagai IlmuSosiologi Sebagai Ilmu
Sosiologi Sebagai Ilmu
 
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
 
SLIDE 1 SOSIOLOGIo.pptx
SLIDE 1 SOSIOLOGIo.pptxSLIDE 1 SOSIOLOGIo.pptx
SLIDE 1 SOSIOLOGIo.pptx
 
Ernawati - Peran dan Fungsi Sosiologis.pptx
Ernawati - Peran dan Fungsi Sosiologis.pptxErnawati - Peran dan Fungsi Sosiologis.pptx
Ernawati - Peran dan Fungsi Sosiologis.pptx
 
Sosiologi - Kajian Sosiologi
Sosiologi - Kajian SosiologiSosiologi - Kajian Sosiologi
Sosiologi - Kajian Sosiologi
 
Nilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosialNilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosial
 
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
 
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 ruang lingkup dan perkembangan sosiologi ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptx
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptxDasar-dasar Sosiologi 1.pptx
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptx
 
Sociology Presentation
Sociology PresentationSociology Presentation
Sociology Presentation
 
Teori belajar sosial
Teori belajar sosialTeori belajar sosial
Teori belajar sosial
 
Pengantar sosiologi
Pengantar sosiologiPengantar sosiologi
Pengantar sosiologi
 
Sosiologi sebagai ilmu
Sosiologi sebagai ilmuSosiologi sebagai ilmu
Sosiologi sebagai ilmu
 
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. PasuruanI. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
 
Isna wati (xii ips 1)
Isna wati (xii ips 1)Isna wati (xii ips 1)
Isna wati (xii ips 1)
 
Konsep dasar sosiologi
Konsep dasar sosiologiKonsep dasar sosiologi
Konsep dasar sosiologi
 
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptxkd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
 
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatifPertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
 
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deletedKunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
 
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada PendidikanGPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
 

Recently uploaded

Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
NathanielIbram
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
FazaKhilwan1
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 

Recently uploaded (10)

Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 

Materi Pembahasan Konsep Sosiologi

  • 1. SMA KATOLIK SANTO PAULUS Jl.Trunojoyo22-C, Jember68137 Tel 0331 - 421727 Fax 0331-425364 saintpauljember.sch.id MATERI SOSIOLOGI “The function of sociology, as of every science, is to reveal that which is hidden.” Pierre Bourdieu
  • 2. Materi Sosiologi UN - 1 SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU TENTANG MASYARAKAT Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar-individu dalam masyarakat. Sebagai kajian tentang hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat, sosiologi berusaha menjelaskan fenomena atau fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat melalui berbagai penelitian. Fungsi sosiologi adalah menjadi solusi masalah sosial, menjadi bahan perencanaan dan pembangunan sosial, menjadi bahan pembuatan keputusan, dan menjadi bahan penelitian sosial. Sumbangan sosiologi berkaitan dengan cara kerja sistematis dalam suatu penelitian sosial maupun pemecahan masalah sosial sehingga dapat mencapai tujuan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sosiologi berfungsi sebagai penganalisis masalah sosial, penganalisis dampak pembangunan dan sekaligus menjadi kontrol sosial dengan mengendalikan gejala yang terjadi dalam masyarakat. Sosiologi sebagai metode adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Ilmu pengetahuan). Karena, salah satu ciri ilmu pengetahuan adalah mengembangkan metode ilmiah. Metode ilmiah yang biasanya dipergunakan dalam Sosiologi adalah sebagai berikut: 1) Metode Kualitatif Metode kualitatif terdiri atas tiga jenis yaitu : a) Metode historis adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis peristiwa- peristiwa yang terjadi pada masa silam. Contoh : untuk mengetahui dampak revolusi industri atau revolusi Perancis, kita harus mempergunakan metode historis untuk mendapatkan bahan sejarah. b) Metode komparatif adalah metode yang mempergunakan perbedaan dan persamaan beserta sebab akibatnya dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai keadaan masyarakat masa silam dan masa sekarang. Misalnya masyarakat tradisional dengan masyarakat modern. c) Metode studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk mempelajari sedalam- dalamnya gejala atau kejadian nyata yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya maraknya tawuran antar desa dan antar suku di Indonesia. 2) Metode kuantitatif Metode kuantitatif ini ada dua macam yaitu : a) Metode Statistik adalah metode yang bertujuan untuk menelaah gejala-gejala sosial dengan perhitungan matematis atau dengan angka-angka. Misalnya : jumlah penduduk di Indonesia meningkat 2% pertahun b) Metode Sosiometri adalah metode yang bertujuan untuk meneliti dan menggambarkan hubungan-hubungan antar manusia dalam kehidupan masyarakat secara kuantitatif dengan angka. Misalnya angka pengangguran meningkat tajam pada massa krisis ekonomi global digambarkan dalam sebuah grafik. 3) Metode induktif dan deduktif a) Metode induktif adalah metode yang dipergunakan untuk merumuskan suatu proses yang dimulai dari kaidah-kaidah yang berlaku secara khusus untuk kemudian dipelajari dalam keadaan umum. Misal: Dita kelas X A nilainya bagus, Amir dan beberapa temannya nilainya bagus. Siswa kelas X A nilainya bagus-bagus. b) Metode deduktif adalah metode yang menggunakan suatu proses yang dimulai dari kaidah-kaidah umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan khusus atau bagian- bagian. Misal: Lagu-lagu Pop di Indonesia sangat populer di Malaysia. Lagu karya Piterpan, Ungu, Nidji, D-Masiv, Ahmad Dani, Padi dll sangat populer di Malaysia.
  • 3. Materi Sosiologi UN - 2 4) Metode empiris dan rasionalistis a) Metode empiris adalah metode yang menyadarkan diri pada keadaan atau pengalaman nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yang diwujudkan melalui penelitian. Jumlah kendaraan baik motor maupun mobil. Jumlahnya meningkat, terlihat semakin padatnya lalu lintas di jalan raya. b) Metode rasionalistis adalah metode yang mengutamakan logika atau rasio untuk memahami masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Misal Bencana banjir yang melanda di Indonesia disebabkan hutan lindung dibabat habis oleh illegal loging. 5) Metode fungsional Metode fungsional adalah metode yang bertujuan untuk meneliti sesuatu dari segi fungsi atau tujuannya dan hubungan balik yang saling mempengaruhi. Misalnya meneliti fungsi daun jambu berfungsi untuk obat sakit diare. 6) Metode Survey Lapangan (Observasi) Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang ada pada kehidupan masyarakat secara langsung. Data dapat diperoleh melalui angket, wawancara atau observasi secara langsung. Misalnya penelitian tentang adat istiadat suku Dayak di Kalimantan 7) Metode Partisipasi Metode ini digunakan untuk mengadakan penelitian mendalam tentang kehidupan kelompok dengan cara berbaur dengan kehidupan kelompok sambil melakukan pengamatan secara langsung melalui cara penyamaran. Misalnya :Penelitian tentang kehidupan pemulung dengan menyamar menjadi pemulung. Sebagai metode, sosiologi berfungsi sebagai cara untuk mengkaji atau menganalisis realitas sosial dalam masyarakat dengan prosedur ilmiah berdasarkan prinsip-prinsip metodologis. Fungsi sosiologi sebagai metode antara lain: a. Menganalisis berbagai realitas sosial dalam masyarakat secara ilmiah b. Membangun teori atau generalisasi dari berbagai gejala sosial c. Mengembangkan sikap objektif dalam mengkaji fenomena sosial d. Menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dalam mengumpulkan maupun mengolah data Secara garis besar, sosiologi sangat berguna untuk kegiatan yang bersifat teoritis (penelitian) dan praktis (pembangunan). Sosiologi memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat khusus sebagaimana disebutkan oleh Harry M. Johnson (1960) dalam bukunya Sociology A Systematic Introduction yang menjelaskan: 1. Sosiologi bersifat empiris,artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap keyakinan dan akal sehat, serta hasilnya tidak bersifat spekulatif, melainkan objektif. 2. Sosiologi bersifat teoretis, artinya ilmu pengetahuan itu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan antarhubungan dan sebab akibat, sehingga menjadi teori. 3. Sosiologi bersifat kumulatif,artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori- teori yang sudah ada. Jadi sosiologi memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori- teori yang sudah ada itu.
  • 4. Materi Sosiologi UN - 3 4. Sosiologi bersifat non-etis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi bukanlah baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan menjelaskan fakta tersebut. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, seorang sosiolog dapat berprofesi sebagai : 1. Ahli riset, untuk pengembangan ilmu atau industry. Para Sosiolog menaruh perhatian pada pengumpulan dan penggunaan data. 2. Konsultan kebijaksanaan, guna memberi masukan berupa prediksi pengaruh kebijakan sosial yang akan diambil. 3. Teknisi (sosiolog klinis) yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka memberi saran-saran, baik dalam penyelesaian berbagai masalah hubungan masyarakat, hubungan antarkaryawan, masalah moral, maupun hubungan antar kelompok dalam masyarakat atau suatu organisasi. Dalam kedudukan tersebut sosiolog bekerja sebagai ilmuwan terapan. 4. Guru, yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar 5. Pekerja sosial
  • 5. Materi Sosiologi UN - 4 NILAI, NORMA DAN KETERATURAN SOSIAL Nilai menunjuk pada hal-hal yang dianggap berharga karena baik, indah, benar dan pantas. Nilai dapat dibedakan menjadi: a. Nilai Dominan: nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lain b. Nilai Mendarah-daging: nilai ini telah mempribadi dan menjadi kebiasaan warga masyarakat c. Nilai Material: segala benda yang berguna bagi manusia d. Nilai Vital: segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat hidup dan mengadakan kegiatan atau aktivitas e. Nilai Kerohanian: 1. Nilai Kebenaran: bersumber pada akal manusia (rasio, budi, dan cipta) 2. Nilai Keindahan: bersumber pada unsur perasaan manusia (estetika) 3. Nilai Moral: bersumber pada unsur kehendak dan kemauan (karsa dan etika) 4. Nilai Religius: nilai ke-Tuhan-an yang bersifat mutlak dan abadi Norma adalah ukuran (benar-salah, tepat-keliru, pantas-tidak pantas) perilaku seseorang dalam masyarakat. Norma berisi serangkain petunjuk hidup berkenaan dengan perintah dan larangan yang dilengkapi dengan sanksi bagi para pelanggarnya. 1) Macam-macam norma dan sanksinya dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan daya ikatnya: a) Tata cara (usage) Tata cara merupakan norma yang menunjuk kepada cara melakukan sesuatu. Daya ikat usage sangat lemah, karena sanksi yang diberikan kepada individu yang melanggarnya tidak terlalu berat.. Misalnya : Cara memegang garpu atau sendok ketika makan, Pelanggaran atau penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi hanya sekedar celaan atau dinyatakan tidak sopan oleh orang lain. b) Mode Mode adalah cara melakukan atau membuat sesuatu yang cenderung diikuti banyak orang dalam waktu tertentu. Mode berubah-ubah dari waktu ke waktu.Tidak ada sanksi bagi individu yang tidak mengikuti mode, selain dinilai sebagai “ketinggalan jaman”. c) Kebiasaan (folkways) Kebiasaan atau Folkways merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Folkways mempunyai kekuatan untuk mengikat yang lebih besar daripada usage. Misalnya: Mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua. Apabila tindakan itu tidak dilakukan maka sanksinya adalah berupa teguran, sindiran, atau perunjingan. d) Tata Kelakuan (mores) Tata kelakuan merupakan norma yang dilandasi oleh nilai moral yang berasal dari filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat.Mores memuat prinsip-prinsip yang sangat dihormati atau dijunjung tinggi masyarakat.
  • 6. Materi Sosiologi UN - 5 Misalnya : Larangan berzina,berjudi,minum-minuman keras, penggunaan narkotika dan zat-zat adiktif (obat-obatan terlarang), mencuri, dll. Mores sangat penting dalam masyarakat, karena berfungsi : 1. Memberikan batas-batas pada kelakuan-kelakuan individu.Setiap masyarakat mempunyai tata kelakuan masing-masing yang seringkali berbeda yang satu dengan yang lain. 2. Tata kelakuan mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya.Disatu pihak tata kelakuan memaksa agar individu menyesuaikan tindakan- tindakannya dengan tata kelakuan yang berlaku,dan di lain pihak memaksa masyarakat untuk menerima individu berdasarkan kesanggupannya menyesuaikan dirinya dengan tata kelakuan yang berlaku. 3. Tata kelakuan menjaga solidaritas antara anggota-anggota masyarakat sehingga mengkukuhkan ikatan dan mendorong tercapainya integrasi social yang kuat. e) Adat (custom) Adat merupakan norma ynag tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, sehingga anggota-anggota masyarkat yang melanggar adat istiadat akan menderita, karena sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya : Pada masyarakat yang melarang terjadinya perceraian,apabila terjadinya perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga bahkan masyarakatnya. f) Hukum (law) dan Tata Tertib (order) Hukum dan tata tertib merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis. Ketentuan sanksi terhadap pelanggar paling tegas apabila dibandingkan dengan norma-norma yang disebut terdahulu. 2) Macam-macam norma dan sanksinya dibedakan berdasarkan jenis atau sumbernya: A. Norma Agama adalah norma mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sanksinya: mendapat dosa B. Norma Kesusilaan adalah petunjuk hidup yang berasal dari akhlak atau dari hati nurani sendiri tentang apa yang lebih baik dan apa yang buruk. Sanksinya: akan dikucilkan orang lain C. Norma Kesopanan adalah petunjuk hidup yang mengatur bagaimana seseorang harus bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat . Sanksinya: akan dicemoohkan oleh masyarakat dalam pergaulan . D. Norma Hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau peraturan-peraturan oleh pemerintah. Sanksinya: dipenjara atau denda. Keteraturan Sosial merupakan hubungan selaras antara nilai, norma dan interaksi sosial. Keteraturan Sosial dapat diartikan sebagai kondisi kehidupan yang tertib dan teratur sehingga segala aturan dapat ditegakkan secara konsisten. Keteraturan Sosial didukung oleh sejumlah perilaku: a) Order Keteraturan yang terjadi karena adanya perintah atau tata tertib yang harus dilaksanakan.
  • 7. Materi Sosiologi UN - 6 b) Keajegan Keteraturan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan secara konsisten, ajeg atau terus menerus (kontinyu) sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. c) Pola Keteraturan yang terwujud dalam perilaku kebiasaan sehari-hari karena pola, contoh atau gambaran ideal. d) Tertib Sosial Kondisi setiap individu anggota masyarakat telah berperilaku teratur tanpa harus diperintah atau diberi contoh.
  • 8. Materi Sosiologi UN - 7 INTERAKSI SOSIAL Interaksi sosial adalah tindakan sosial individu yang dibalas dengan respons oleh individu lain. merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat terjadinya interaksi sosial : 1. Adanya kontak sosial (social contact): kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (artinya bersama-sama) dan tangere (yang artinya menyentuh). Arti secara hanafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadinya hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena dewasa ini dengan adanya perkembangan teknologi, orang dapat menyentuh berbagai pihak tanpa menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu kontak. 2. Adanya komunikasi: komunikasi dapat diartikan pergaulan, pemberitahuan, dan perhubungan. Akan tetapi dalam pembicaraan kita ini komunikasi yang berarti pemberitahuan. Komunikasi juga diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. KONTAK SOSIAL KOMUNIKASI SOSIAL Tahap kontak Tahap komunikasi Hubungan simbolis / lambang Hubungan pesan / makna / maksud Bahasa atau isyarat lain Makna (ide / pengetahuan / sikap / tindakan Pengamatan / penginderaan Penalaran / pemikiran Sentuhan dengan lambang yang konkret Sentuhan bathin (pemahaman) Melontarkan simbol untuk diamati pihak lain Melontarkan pesan untuk dipahami orang lain Bentuk: 1. Primer: terjadi secara langsung / tanpa perantara 2. Sekunder: memerlukan pihak ketiga yang berupa benda (alat) atau individu lain. Ciri Interaksi Sosial 1. Jumlah pelakunya dua orang atau lebih 2. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak social dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang 3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang 4. Mempunyai maksud atau tujuan yang hendak dicapai dengan jelas 5. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
  • 9. Materi Sosiologi UN - 8 Faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial: (1) Imitasi Imitasi adalah tindakan individu meniru sikap, penampilan, gaya hidup, atau salah satu sifat menarik yang dimiliki oleh individu lain. (2) Identifikasi Identifikasi adalah usaha individu untuk menjadi sama dengan individu lain. Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi, atau lebih dari sekedar meniru individu lain. Pandangan, sikap, dan norma yang dianur oleh figur tsb akan menjiwai individu yang mengidentifikasikan diri itu. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam daripada proses imitasi. (3) Sugesti Sugesti adalah pandangan atau pengaruh yang diberikan oleh seorang individu kepada individu lain sehingga individu lain tsb menuruti pandangan atau pengaruh tsb. Sugesti lazimnya berkonotasi negatif karena mampu mendorong orang untuk bertindak secara emosional. (4) Motivasi Motivasi adalah pandangan atau pengaruh yang diberikan oleh seorang individu kepada individu lain sehingga individu lain tsb menuruti isi pandangan atau pengaruh tsb secara kritis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, motivasi lebih berkonotasi positif. (5) Simpati Simpati adalah perasaan tertarik kepada pihak lain yang mendorong keinginan untuk memahami dan bekerja dengan pihak lain. Contoh: membantu orang lain yang terkena musibah hingga memunculkan emosional yang mampu merasakan orang yang terkena musibah tersebut. (6) Empati Empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Empati bisa diartikan daya tarik energi fisik, sehingga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi dan merasakan perasaan orang lain. Empati adalah proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa sehingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain tsb. Proses Sosial 1. Proses Asosiatif Proses Asosiatif yaitu proses sosial yang mengarah pada kerukunan, kesatuan atau integrasi
  • 10. Materi Sosiologi UN - 9 Kerja sama (cooperation) Bentuk-bentuk kerjasama 1) bargaining (tawar menawar) yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa 2) kooptasi yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau penerimaan kebijakan yang dicetuskan oleh seorang pimpinan 3) koalisi yaitu kejasama dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama 4) joint venture yaitu kerjasama dalam mengusahakan proyek-proyek tertentu Akomodasi Akomodasi adalah bentuk penyelesaian pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan Tujuan Akomodasi adalah: 1) meredam dan mencegah konflik 2) menghindari disintegrasi 3) mendorong dan memudahkan proses integrasi dan asimilasi 4) menjaga keutuhan bangsa dan menggalang persatuan dan kesatuan warga Adapun bentuk-bentuk akomodasi a. Koersi (coercion): memaksa pihak lain untuk berdamai. b. Kompromi (compromise): pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutan. c. Arbitrasi (arbitration): menggunakan jasa pihak ketiga yang memiliki kuasa untuk membuat keputusan mengikat. d. Adjudikasi (adjudication): bentuk arbitrasi melalui pengadilan. e. Mediasi (mediation): menggunakan jasa pihak ketiga yang netral dan hanya berfungsi sebagai penasehat sehingga tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan. f. Toleransi (toleration): sikap saling menghargai pendirian masing-masing. g. Konsiliasi (concilliation): usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak- pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama (kesepakatan). h. Negosiasi (negotiation): usaha menyelesaikan konflik atas inisiatif kedua belah pihak. Dalam proses ini, masing-masing pihak melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar menawar mengenai syarat-syarat mengakhiri konflik. i. Stalemate: konflik berhenti dengan sendirinya karena masing-masing pihak mempunyai kekuatan seimbang. j. Segregasi (segregation): saling memisahkan diri dan saling menjauhi. k. Cease fire: menangguhkan pertentangan untuk jangka waktu tertentu (gencatan senjata). l. Displacement: usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing- masing. m. Elimination (eliminasi): pengunduran diri salah satu pihak untuk mengalah. n. Subjugation (Dominasi): pihak yang memiliki kekuatan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk menaaatinya atau tunduk kepadanya. o. Majority Rule: suara terbanyak yang ditentukan melalui voting menentukan keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi. p. Minority Consent: kelompok minoritas yang kalah menerima keputusan serta sepakat melakukan kegiatan bersama.
  • 11. Materi Sosiologi UN - 10 Amalgamasi (=Asimilasi dalam pengertian Indonesia) Amalgamasi adalah percampuran dua kelompok sehingga melahirkan kelompok baru yang memiliki ciri dan sifat berbeda dari kelompok asal masing-masing.Orang Amerika Serikat mengenal bentuk amalgamsi ini sebagai “melting pot”. William M. Newman (Schaefer & Lamm, 2000) menjelaskan amalgamasi ini dengan rumus: Adapun faktor pendorongnya adalah: 1) toleransi di antara kelompok yang berbeda 2) kesempatan yang sama di bidang ekonomi 3) kesediaan menghormati budaya asing 4) sikap terbuka golongan penguasa 5) persamaan unsur-unsur kebudayan 6) amalgamasi (kawin campur) Asimilasi (=Asimilasi dalam pengertian Internasional) Asimilasi adalah proses individu atau kelompok meninggalkan tradisi budaya sendiri untuk menjadi bagian dari kelompok dominan. Newman menjelaskan asimilasi dengan rumus: Akulturasi Akulturasi yaitu proses penerimaan dan pengolahan unsur budaya asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan yang asli. Nama lain dari Akulturasi adalah Pluralisme. 2. Proses Disosiatif Proses Disosiatif, yaitu proses sosial yang mengarah pada perpecahan dan disintegrasi  Persaingan (competition) Persaingan terjadi jika beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas.  Kontravensi Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai dengan ketidakpastian, keraguan, penolakan dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese 1) kontravensi umum misalnya penolakan, keengganan A B+ + C D AD B C AD + + B C+ A B+ C+A +
  • 12. Materi Sosiologi UN - 11 2) kontravensi sederhana misalnya menyangkal pernyataan orang di depan umum 3) kontravensi intensif misalnya penghasutan, desas desus 4) kontravensi rahasia misalnya pembocoran rahasia, khianat 5) kontravensi taktis misalnya provokasi, intimidasi, mengejutkan pihat lawan  Konflik Suatu proses antara dua pihak yang saling berusaha menyingkirkan dengan cara menghancurkan atau membuat pihak lain tidak berdaya.
  • 13. Materi Sosiologi UN - 12 SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN Pengertian Sosialisasi Sosialisasi adalah proses transfer nilai, norma atau kebudayaan masyarakat dari individu yang lebih tua kepada individu yang lebih muda. Tujuan sosialisasi adalah menjadikan seorang individu menjadi anggota masyarakat dan hidup seturut budaya yang ada dalam masyarakatnya. 1. Proses Sosialisasi Sosialisasi terjadi melalui interaksi antar-manusia. 2. Hal-hal yang Disosialisasikan Hal-hal yang disosialisasikan adalah pengetahuan, nilai, norma dan ketrampilan hidup 3. Jenis-jenis Sosialisasi Berdasarkan Bentuknya: a) Sosialisasi Primer Sosialisasi pertama yang dijalani seorang anak dan berfungsi mengantar mereka memasuki kehidupan sebagai anggota masyarakat b) Sosialisasi Sekunder Sosialisasi lanjutan di sektor nyata dalam masyarakat: tempat kerja, akademi militer, dll Berdasarkan Tipenya: a) Sosialisasi Formal Sosialisasi yang dilakukan di sekolah b) Sosialisasi Non-Formal Sosialisasi yang dilakukan di luar sekolah Berdasarkan Polanya: a) Sosialisasi Represif Mengutamakan penggunaan hukuman, komunikasi satu arah, dan kepatuhan penuh anak terhadap orangtua b) Sosialisasi Partisipatif Mengutamakan penggunaan motivasi, komunikasi timbal balik, penghargaan terhadap otonomi anak, dan sharing tanggung jawab 4. Tujuan Sosialisasi a) Membentuk kepribadian ideal insan multikultural b) Transfer nilai dan norma sesuai aturan umum c) Menanamkan kaidah yang disepakati kelompok d) Membentuk pribadi yang tertib dan teratur - menumbuhkan disiplin dasar e) Membentuk pribadi yang sesuai dengan harapan masyarakat f) Membentuk pribadi sesuai dengan kebutuhan lingkungan g) Memahami dan menjalankan atuan yang berlaku h) Menanamkan nilai dan kepercayaan pokok i) Menanamkan aspirasi dan cita-cita
  • 14. Materi Sosiologi UN - 13 j) Mengajarkan peran-peran sosial dan sikap-sikap penunjangnya k) Mengajarkan ketrampilan sebagai persiapan dasar untuk berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa di tengah–tengah masyarakat l) Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuan untuk membaca, menulis dan bercerita m) Membantu seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan mawas diri n) Menanamkan kepada seseorang nilai dan kepercayaan pokok yang ada dalam masyarakat 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi a) Lingkungan kebudayaan b) Lingkungan keluarga: media transfer nilai dan norma sesuai dengan aturan umum c) Lingkungan sekolah: menanamkan karakter pemberani, kritis, sistematis, sopan d) Media masa: memberi informasi dan pengetahuan; menjadi sumber belajar e) Lingkungan bergaul f) Lingkugan kerja g) Kesiapan dan kematangan pribadi seseeorang h) Lingkungan atau sarana sosialisasi yang tepat: interaksi, bahasa dan kasih sayang A. Agen-agen Sosialisasi 1. Keluarga  Merupakan kelompok primer yang memiliki intensitas tinggi untuk mengawasi perilaku anggota keluarganya secara maksimal.  Orang tua berperan mendidik anak agar kehadirannya dapat diterima oleh masyarakat.  Sosialisasi diberikan oleh orang tua kepada anak agar membentuk cirri khas kepribadiannya.  Sosialisasi sering bersifat otoriter / memaksa anak untuk mematuhi nilai dan norma sosial 2. Sekolah  Berperan dalam proses sosialisasi sekunder  Melibatkan interaksi yang tidak sederajat ( antara guru dengan murid ) dan interaksi yang sederajat ( murid dengan murid )  Cakupan sosialisasi lebih luas  Berorientasi untuk mempersiapkan penguasaan peran siswa pada masa mendatang  Menanamkan nilai kedisiplinan yang lebih tinggi dan mutlak 3. Peer Group atau Teman Sebaya  Dilakukan antar teman sebaya maupun tidak sebaya  Terjadi secara ekualitas ( hubungan sosialisasi yang sederajat )  Hubungan pertemanan yang tidak sebaya tetap dapat membentuk hubungan yang sederajat  Kelompok bermain ikut menentukan cara berperilaku anggota kelompoknya  Menjadi bagian dari subkultur yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif  Melatih solidaritas, empati dan sportivitas. 4. Media Massa  Dilakukan untuk menghadapi masyarakat luas  Pesan sosialisasi lebih bersifat umum
  • 15. Materi Sosiologi UN - 14  Diperlukan peran serta masyarakat untuk bersikap selektif terhadap informasi yang akan diserap oleh anak  Sosialisasi mengikuti segala bentuk perkembangan dan perubahan sosial yang bersifat universal  Berperan penting untuk menyampaikan nilai dan norma untuk menghadapi masyarakat yang heterogen 5. Tempat Kerja  Diutamakan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan hasil kerja  Sosialisasi tahap lanjut setelah memasuki masa dewasa  Adaptasi dalam proses sosialisasi lingkungan kerja dilakukan berdasarkan tuntutan system  Intensitas sosialisasi tertinggi dilakukan antar kolega 6. Negara Pengertian Kepribadian a. Keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temperamen seseorang (Horton, 1982) b. Keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan perilaku seseorang (Schaefer & Lamm, 1998) 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian a. Warisan Biologis: gen orangtua b. Lingkungan Fisik: pengaruh lingkungan fisik terhadap kebudayaan masyarakat c. Kebudayaan: norma yang ada dalam kebudayaan tsb serta pengalaman bersama dalam kebudayaan tsb d. Pengalaman Hidup dalam Kelompok e. Pengalaman Unik atau Khas 2. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian Menurut Eric Erikson, perkembangan kepribadian berlangsung melalui delapan tahap: bayi, awal kanak-kanak, bermain, sekolah, remaja, dewasa, dewasa menengah dan tua. George Herbert Meadberpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap perkembangan kepribadian sebagai berikut. (1) Tahap persiapan (Preparatory Stage) Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya. Seorang anak dilatih berbicara, memberi dan menerima dengan tangan kanan. (2) Tahap meniru (Play Stage) Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan
  • 16. Materi Sosiologi UN - 15 dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other) Seorang anak bermain dengan teman sebayanya menirukan orang dewasa (mis. bermain sebagai dokter dan pasien, atau sebagai tuan rumah dengan tamunya) (3) Tahap siap bertindak (Game Stage) Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. Seorang remaja mencari sosok figur yang dijadikan patokan bertindak; belajar mengambil peran orang lain, belajar menentukan sikap, belajar mandiri. (4) Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized Other) Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. Seorang yang sudah dewasa berusaha menjalankan tugasnya dengan baik, menghormati atasan, ramah terhadap bawahan. Ia menyadari status dan perang orang lain, dan mampu menempatkan diri sesuai status dan peran.
  • 17. Materi Sosiologi UN - 16 PENYIMPANGAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL 1. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang adalah perilaku individu atau kelompok yang dianggap melanggar standar perilaku atau norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat. 2. Penyebab Perilaku Menyimpang a) Proses sosialisasi berlangsung tidak sempurna Terjadi proses sosialisasi atau proses transfer nilai, norma dan keyakinan, namun individu yang menerima sosialisasi ini justru berperilaku menyimpang. Penyebab perilaku menyimpang ini adalah: 1) Nilai, norma dan keyakinan yang diterima tidak lengkap atau tidak utuh. Individu yang disosialisasi hanya menerima sebagian dari keseluruhan nilai, norma dan keyakinan dalam masyarakat. Keadaan ini dapat terjadi karena agen sosialisasi tidak lengkap (misalnya orangtua bercerai) atau tidak menjalankan perannya dengan baik (misalnya guru yang sering tidak masuk atau tidak melaksanakan pembelajaran), dll. 2) Cacat bawaan. Karena cacat bawaan dalam bentuk keterbelakangan mental atau kecerdasan di bawah normal, individu tidak mampu menyerap semua nilai, norma dan keyakinan yang disosialisasikan. Perilaku menyimpang terjadi karena individu yang bersangkutan benar-benar tidak memahami nilai, norma dan keyakinan yang disosialisasikan. 3) Tidak tegas dalam menegakkan nilai, norma dan keyakinan. Agen sosialisasi tidak tegas menindak individu yang melanggar nilai dan norma yang berlaku, sehingga oleh individu yang bersangkutan nilai dan norma yang disosialisasikan tidak memiliki daya ikat. Individu merasa bebas untuk melanggar nilai dan norma yang berlaku. 4) Ketidaksepadanan pesan-pesan yang disampaikan oleh masing-masing agen sosialisasi. Agen sosialisasi menyampaikan nilai, norma dan keyakinan dalam proses sosialisasi, namun agen tsb tidak mampu memberi teladan baik dalam menjalaninya. Misalnya, orangtua melarang anak-anaknya menonton tv pada jam belajar, namun mereka justru menonton tv pada jam belajar anak. b) Adanya sub-kebudayaan penyimpangan sosial Sosialisasi yang terjadi di dalam sub-kebudayaan menyimpang terhadap individu- individu yang berada di dalamnya. Sub-kebudayaan atau sub-kultur adalah sekumpulan norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan, atau gaya hidup yang berbeda dan bahkan menyimpang dari kultur dominan. Individu menerima nilai, norma dan keyakinan menyimpang sehingga individu ini berperilaku seturut penyimpangan yang diajarkan kepada mereka. Mereka memiliki jalan pikiran nilai dan norma serta aturan bertingkah laku yang berbeda dengan norma-norma sosial masyarakat pada umumnya (kultur dominan). 3. Berbagai jenis perilaku menyimpang 1. Berdasarkan tujuannya atau efeknya: (1) Penyimpangan sosial positif yaitu jenis penyimpangan yang membawa dampak positif dan memberikan keuntungan bagi kehidupan masyarakat. (2) Penyimpangan sosial negatif yaitu perilaku menyimpang yang mengarah
  • 18. Materi Sosiologi UN - 17 pada nilai-nilai yang dipandang rendah pleh masyarakat. 2. Berdasarkan sifatnya: (1) Penyimpangan primer (primary deviation) yaitu penyimpangan yang bersifat: (a) temporer dan tidak berulang-ulang. Gaya hidup tidak didominasi oleh perilaku menyimpang. (b) masih dapat diterima secara sosial atau ditoleransi oleh masyarakat (c) akibat yang ditimbulkan kecil (2) Penyimpangan sekunder (secondary deviation) yaitu penyimpangan yang bersifat: (a) kontinyu dan berulang-ulang. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang. (b) masyarakat tidak bisa menerima atau menoleransi penyimpangan semacam itu. (c) akibat yang ditimbulkan besar atau fatal 3. Berdasarkan jumlah pelaku (1) Penyimpangan individual (individual deviation): Penyimpangan ini muncul disebabkan karena kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku jahat. Misdalnya pencandu narkoba, perilaku tindak kejahatan bertindik, bertatato, korupsi, dan lain-lain. Individu bertindak sendirian dan tidak merencanakan penyimpangan dengan siapapun. (2) Penyimpangan kolektif (group deviation) yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara bersama-sama. Penyimpangan kelompok ini terjadi disebabkan karena mereka patuh pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma masyarkat yang berlaku. 4. Berdasarkan Bentuknya (1) Bukan Kejahatan Orang tua / dewasa bermain kelereng (2) Kejahatan (Crime) Light, Keller dan Calhoun membagi kejahatan dalam 4 bentuk: 1) Kejahatan tanpa korban (Crime without Victim) kejahatan ini tidakmengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain. Contoh: berjudi, mabuk-mabukan, hubungan sek bebas dan lin-lain 2) Kejahatan terorganisir (Organized Crime) pelaku kejahatan merupakan komplotan yang secara berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang/kekuasaan dengan jalan menghindari hukum 3) Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime) kejahatan ini tipenya yang mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang terpandang/orang yang berstatus tinggi dalam rangka pekerjaan. 4) Kejahatan Korporat (Corporate Crime) kejahatan yang dilakukan
  • 19. Materi Sosiologi UN - 18 atas nama organisasi dengan tujuan menaikan keuntungan/menekan kerugian. (3) Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) Tawuran antar-pelajar, narkoba (4) Labelling Edwin M. Lemert mengungkapkan penyimpangan terjadi karena proses labelling (pemberian julukan, cap, merk atau stigma yang dianggap tidak sesuai dengan norma) 4. Wujud Penyimpangan a) Ada perilaku menyimpang yang didasarkan menurut kata orang b) Perilaku menyimpang berbeda dari waktu ke waktu karena perubahan norma masyarakat c) Perilaku menyimpang berbeda antara masyarakat satu dengan lainnya d) Ada perilaku menyimpang yang berupa tindakan kriminal e) Ada perilaku melanggar hukum tetapi tidak dikatakan sebagai perilaku menyimpang (mis. pelanggaran kecepatan berkendaraan). f) Ada perilaku menyimpang yang dibuat oleh penguasa untuk melindungi kepentingannya (teori konflik) 5. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang Faktor-Faktor penyebab Terjadinya Penyimpangan Sosial Terjadinya penyimpangan pada diri seseorang, dikarenakan oleh beberapa factor. Faktor- faktor yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku seseorang, antara lain sebagai berikut: a) Adanya Kelompok Yang Tidak Puas Dengan Kondisi Masyarakat (1) Golongan Moderat Golongan moderat adalah kelompok masyarakat yang setuju dengan dasar Negara yaitu Pancasila dan UUD 1945 namun tidak setuju dengan pelaksanaannya. (2) Golongan Ekstrem Golongan ekterm adalah golongan yang tidak setuju dengan ideologi Pancaila dan UUD 1945. Golongan ekstrem dibagi dua macam, yaitu: 1. Golongan ekstrem kanan, yaitu golongan yang tidak puas terhadap pola dasar haluan masyarakat atau Negara yang mereka anggap tidak sanggup menjamin tercapainya nilai spiritual keagamaan yang merka anut. Contoh golongan ekstrem kanan yaitu adanya kelompok agama Islam yang fundamentalis seperti: Darul Islam dan Kelompok Kartosuwiryo. 2. Golongan ekstrem Kiri, adalah sekelompok masyarakat yang menganggap bahwa pola dasar yang berlaku tidak sanggup mencapai nilai-nilai material secara memuaskan. Golongan ektrem kiri yang dikenal dalam sejarah Indonesia adalah Gerakan 30 S/PKI. Mereka mau merubah Pancasila dan UUD 1945 (ideologi Negara) dengan ideology Marxisme - komunisme. b) Tidak Sanggup Mengikuti Peraturan Dalam Masyarakat
  • 20. Materi Sosiologi UN - 19 (1) Penderita gangguan mental atau jiwa Kelompok ini melakukan penyimpangan sosialtidak bermaksud jahat tetapi karena gangguan jiwa. Kelompok masyarakat seperti ini sering kali dikelompokkan di tempat-tempat khusus demi kepentingan umum, seperti rumah sakit jiwa. Penderita gangguan jiwa ini , biasanya kalau dibiarkan hidup bersama di masyarakat sering menimbulkan penyimpangan sosial, seperti mengganggu orang lain, melempari orang, berpakaian tidak sopan, dan lain- lain. (2) Penderita cacat tubuh atau fisik Masyarakat yang termasuk kelompok penderita cacat fisik ini antara lain: penderita bisu, tuli, buta, usia lanjut, dan sebagainya. Penderita cacat fisik ni kadang menimbulkan penyimpangan sosial, misalnya bersalaman dengan tangan kiri karena tangan kanannya putus, menulis dengan jari kaki karena tangannya putus, dan sebagainya. (3) Kelompok kriminal Kelompok kriminal adalah kelompok masyarakat yang melakukan tindak kejahatan dan terbukti melanggar peraturan yang berlaku. Termasuk criminal atau penjahat ini antara lain: pembunuh, perampok, pencuri, dan sebagainya. c) Pendidikan Keluarga Yang Terlalu Keras Ada beberapa orang tua yang mendidik anaknya terlalu keras. Jika anak tidak menurut, anak dihukum, dimarahi bahkan sering kali dipukul. Akibatnya anak-anak di rumah merasa tertekan dan serba tidak bebas. Dampak negatifnya anak tersebut berontak, mungkin dirumah dia pendiam dan penurut tetapi diluar rumah dia berbuat menyimpang sebagai pelampiasan rasa kesalnya dirumah. d) Pengaruh Lingkungan Pergaulan Pengaruh lingkungan pergaulan sangat kuat dari pada lingkungan pergaulan di keluarga. Pada dasarnya mungkin kepribadian seseorang itu baik, tetapi karena lingkungan pergaulannya dengan orang-orang yang melakukan penyimpangan sosial, lama-kelamaan dia terpangaruh melakukan penytimpangan sosial. Contoh meskipun di rumah penurut, karena lingkungan pergaulannya dengan anak-anak yang suka mabuk-mabukan, maka ia ikut-ikutanmabuk. e) Pengaruh Berita dan Tayangan Media Masa Pakaian yang dipakai para artis di telavisi terlalu terbuka, sehingga bisa menimbulkan nafsu bagi yang menonton. Dampak negatifnya, banyak terjadi tindak pemerkosaan. Belum lagi tayangan yang lain, seperti film-film adegan perkelahian, tawuran dan sebagainya semua itu jelas akan berpengaruh terhadap penyimpangan sosial yang dilakukan mesyarakat terutama rara remaja dan anak-anak (Sadali dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu, 2007). f) Dorongan Kebutuhan Ekonomi Perilaku menyimpang ini disebabkan oleh dorongan kebutuhan ekonomi. Seseorang terdesak dengan kebutuhan ekonominya, sementara ia memiliki pekerjaan atau malas bekerja. Jika tidak memiliki iman yang kuat atau tidak dapat mengendalikan diri, maka dapat terdorong untuk berperilaku menyimpang. Misalnya: penjabret, pencuri, pelacur, berjudi, korupsi, dan bahkan bunuh diri. g) Pelampiasan Rasa Kecewa Perilaku menyimpang ini disebabkan oleh pelampiasan rasa kecewa yang mendalam. Apabila tidak bisa mengalihkan rasa kecewaan tersebut ke hal-hal yang positif, ia dapat melakukan perilaku menyimpang sebagai usaha pelarian atau pelampiasan terhadap rasa kecewanya. Misalnya, seseorang yang kecewa ditinggal
  • 21. Materi Sosiologi UN - 20 kekasihnya, karena cintanya yang sangat mendalam, sampai-sampai dia bunuh diri. h) Keinginan Dipuji atau Meningkatkan Gengsi Sosial Perilaku menyimpang ini disebabkan oleh factor dari dalam yaitu keinginan dipuji atau sekedar untuk gaya-gayaan untuk meningkatkan gengsi sosial dilingkungan pergaulan. Hal ini terutama sering terjadi pada diri remaja. Misalnya penyalahgunaan narkotika dan berkelahi yang dilakukan agar dia terlihat hebat yang menjadikan dia menjadi orang nomor satu diantara teman-temannya. i) Keluarga Yang Terpecah atau Broken Home Perilaku menyimpang ini sumbernya dari keluarga, yakni keluarga mengalami apa yang disebut broken home. Dalamkeluarga sudah tidak adalagi keharmonisan dan kedamaian, anggota-anggota keluarga seakan sudah saling mementingkan dirinya sendiri dan tidak ada saling kecocokan. Anak merasa keluarga sebagai neraka, akhirnya anak mencari kesenangan di luar rumah dengan melakukan kegiatan- kegiatan yang menyimpang. Misalnya menelan obat-obat terlarang, demikian juga ayah mencari idaman lain dan juga ibu mencari pria idaman lain (Sulisyono, Ilmu Pengetahuan Sosial, 2007). j) Disebabkan Oleh Beberapa faktor 1. Biologis Misalnya orang yang lahir sebagai pencopet atau pembangkang. Ia membuat penjelasan mengenai “si penjahat yang sejak lahir”. Berdasarkan ciri-ciri tertentu orang bisa diidentifikasi menjadi penjahat atau tidak. Ciri-ciri fisik tersebut antara lain: bentuk muka, kedua alis yang menyambung menjadi satu dan sebagainya (Cesare Lombroso). 2. Psikologis Menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan kepribadian retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk melakukan penyimpangan. Dapat juga karena pengalaman traumatis yang dialami seseorang. 3. Sosiologis Menjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang ada kaitannya dengan sosialisasi yang kurang tepat. Individu tidak dapat menyerap norma-norma kultural budayanya atau individu yang menyimpang harus belajar bagaimana melakukan penyimpangan 6. Kontribusi Positif Perilaku Menyimpang Empat kontribusi positif menurut Emile Durkheim: 1. Memperkokoh nilai dan norma dalam masyarakat 2. Mendorong terjadinya perubahan sosial 3. Tanggapan atas perilaku menyimpang memperjelas batas moral 4. Tanggapan atas perilaku menyimpang menumbuh kesatuan masyarakat 7. Teori-teori Tentang Perilaku Menyimpang 1) Teori Biologi Struktur tubuh dapat memprediksi kriminalitas (Caesare Lombroso & William Sheldon) 2) Teori Labeling Tiga paham “labeling” a) Labeling adalah proses deteksi, definisi dan tanggapan. Setiap tindakana bersifat
  • 22. Materi Sosiologi UN - 21 netral. Disebut perilaku menyimpang karena masyarakat memaknainya dan menamainya sebagai perilaku menyimpang (Howard S. Becker). b) Labeling adalah proses stigmatisasi (penamaan negatif terhadap individu atau kelompok) melalui tata cara penghinaan dan menyebabkan orang sakit secara mental (Harold Garfinkel). c) Labeling adalah proses pembuktian mitos atas stigmatisasi (Thomas Szasz). 3) Teori Sosialisasi Penyimpangan merupakan produk sosialisasi yang gagal karena: a) Meniru orang lain yang berperilaku menyimpang b) Akibat dari cara mendidik yang terlalu keras dan agresif c) Adanya ikatan sosial dengan orang yang memiliki perilaku menyimpang: mis. pengaruh teman dekat yang menyimpang 4) Teori Ketegangan Teori ini dikemukakan oleh Robert K. Merton. Perilaku menyimpang adalah akibat dari adanya ketegangan antara aspirasi (A) yang dianggap bernilai oleh masyarakat dengan cara pencapaian aspirasi (P) yang dianggap sah. Ada lima kemungkinan sikap yang muncul dari ketegangan ini: a) Konformitas: A (+); P (+) b) Inovasi: A (+); P (-) c) Ritualisme: A (-); P (+) d) Retreatisme: A (-); P (-) e) Pemberontakan: A B; P Q (menolak norma dan nilai yang berlaku dan mengganti nilai dan norma yang ada dengan nilai dan norma yang sama sekali baru) 5) Teori Disorganisasi Sosial Disorganisasi sosial adalah kekacauan sosial yang terjadi karena tidak adanya kesepakatan mengenai nilai dan norma fundamental sebagai dasar tindakan bersama. 6) Teori Anomie Anomie berarti runtuhnya norma mengenai bagaimana masyarakat seharusnya bersikap terhadap orang lain. Masyarakat tidak tahu lagi apa yang dapat diharapkan dari orang lain. Anomie mengacu pada hancurnya norma-norma sosial ketika norma- norma itu tidak lagi mengontrol anggota masyarakat. 7) Teori Konflik Perilaku menyimpang adalah akibat dari ketidaksamaan dalam masyarakat; tergantung pada kekuasaan relatif dari kelompok masyarakat; terkait dengan praktik kekuasaan yang tidak adil yang hanya berpihak pada kaum kaya dan berkuasa. 8. Pengendalian Sosial a) Pengertian Berbagai upaya yang dilakukan oleh kelompok atau masyarakat untuk membuat anggota-anggotanya mematuhi norma-norma yang berlaku, baik melalui himbauan maupun teguran, imbalan maupun sanksi. Bruce J. Cohen Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu.
  • 23. Materi Sosiologi UN - 22 Horton Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat. Joseph S. Roucek Pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana ataupun tidak terencana yang mengajarkan, membujuk atau memaksa individu untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai kelompok. Peter L. Berger Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya membangkang. Soetandyo Wignyo Subroto Pengendalian sosial adalah sanksi, yaitu suatu bentuk penderitaan yang secara sengaja diberikan oleh masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah proses yang digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, bahkan memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga tercipta ketertiban di masyarakat. b) Macam Pengendalian Sosial a. Berdasarkan Cara Pengendalilan Sosial 1. Cara Persuasif (mengajak atau membimbing) Pengendalian sosial yang dilakukan tanpa kekerasan misalnya melalui cara mengajak, menasihati atau membimbing anggota masyarakat agar bertindak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat. Cara ini dilakukan melalui lisan atau simbolik. Contoh pengendalian sosial melalui lisan yaitu dengan mengajak orang menaati nilai dan norma dengan berbicara langsung menggunakan bahasa lisan, sedang pengendalian secara simbolik dapat menggunakan tulisan, spanduk dan iklan layanan masyarakat. 2. Cara Koersif (memaksa) Pengendalian sosial yang dilakukan dengan menggunakan paksaan atau kekerasan, baik secara kekerasan fisik atau pun psikis. Contoh pengendalian sosial koersif adalah penertiban pedagang kaki lima di trotoar jalan yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja atau Satpol PP dengan cara membongkar dan merusak tempat berniaga dan mengangkut barang-barang milik pedagang. b. Berdasarkan Sifat Pengendalian Sosial 1. Upaya Prefentif (mencegah) Pengendalian sosial yang bertujuan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial. Contohnya, guru menasihati murid agar tidak terlambat datang ke sekolah. 2. Upaya Represif (memberi sanksi) Pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran dengan cara
  • 24. Materi Sosiologi UN - 23 menjatuhkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Contohnya, sanksi skors diberikan kepada siswa yang sering melanggar peraturan. 3. Upaya Kuratif (menyembuhkan) Pengendalian sosial bersifat kuratif adalah pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial. Contohnya, seorang guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada saat ulangan. c. Berdasarkan Pelaku Pengendalian Sosial 1. Pengendalian pribadi: yaitu pengaruh yang datang dari orang atau tokoh tertentu (panutan). Pengaruh ini dapat bersifat baik atau pun buruk. 2. Pengendalian institusional: yaitu pengaruh yang ditimbulkan dari adanya suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tersebut tidak hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja, akan tetapi juga mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar lembaga tersebut berada. Misalnya kehidupan para santri di pondok pesantren akan mengikuti aturan, baik dalam hal pakaian, tutur sapa, sikap, pola pikir, pola tidur, dan sebagainya. Dalam hal ini, pengawasan dan pengaruh dari pondok pesantren tersebut tidak hanya terbatas pada para santrinya saja, namun juga kepada masyarakat di sekitar pondok pesantren. 3. Pengendalian non-institusional: cara pengendalian di luar institusi yang ada. Cara pengendalian ini sifatnya tidak resmi, seringkali dilakukan oleh individu atau kelompok massa yang tidak saling mengenal, dan sering kali menggunakan kekerasan. 4. Pengendalian resmi: yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan oleh lembaga resmi negara sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dengan sanksi yang jelas dan mengikat. Pengendalian resmi dilakukan oleh aparat negara, seperti kepolisian, satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk mengawasi ketaatan warga masyarakat terhadap hukum yang telah ditetapkan. 5. Pengendalian tidak resmi: yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan tanpa rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi hukum yang tegas. Meskipun demikian, pengendalian tidak resmi juga memiliki efektivitas dalam mengawasi atau mengendalikan perilaku masyarakat. Hal ini dikarenakan sanksi yang diberikan kepada pelaku penyimpangan berupa sanksi moral dari masyarakat lain, misalnya dikucilkan atau bahkan diusir dari lingkungannya. Pengendalian tidak resmi dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh agama yang memiliki kharisma dan dipandang sebagai panutan masyarakat. c) Cara-cara yang ditempuh dalam Pengendalian Sosial: 1. Cara Pengendalian Melalui Institusi dan Non-Institusi Cara pengendalian melalui institusi adalah cara pengendalian sosial melalui
  • 25. Materi Sosiologi UN - 24 lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat, seperti lembaga pendidikan, hukum, agama, politik, ekonomi, dan keluarga. Cara pengendalian melalui non-institusi adalah cara pengendalian di luar institusi yang ada. Cara pengendalian ini sifatnya tidak resmi, seringkali dilakukan oleh individu atau kelompok massa yang tidak saling mengenal, dan sering kali menggunakan kekerasan. 2. Cara Pengendalian Secara Lisan, Simbolik dan Kekerasan Cara pengendalian melalui lisan dan simbolik sering juga disebut cara pengendalian sosial persuasif. Cara ini menekankian pada usaha untuk mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Pengendalian sosial secara lisan dilakukan dengan mengajak orang menaati aturan denngan berbicara lengsung dengan bahasa lisan (verbal). Pengendalian sosial secara simbolik dapat dilakukan antara lain melalui tulisan, spanduk, poster, iklan layanan masyarakat, dan surat kabar. Pengendalian sosial melalui kekerasan (pengendalian sosial koersif) menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekuatan fisik. 3. Cara Pengendalian Sosial melalui Imbalan dan Hukuman Cara pengendalian sosial melalui imbalan cenderung bersifat preventif (bersifat mengalihkan). Seseorang diberi imbalan atas tindakannya agar ia berperilaku sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Cara pengendaian sosial melalui hukuman cenderung beresifat represif. Cara ini bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi. 4. Cara Pengendalian Sosial Formal dan Informal Cara pengendalian formal adalah cara pengendalian sosial yang dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi yang juga memiliki peraturan-peraturan resmi, seperti perusahaan, perkumpulan serikat kerja, atau lembaga peradilan. Cara pengendalian informal adalah cara pengendalian sosial yang dilakukan oleh kelompok yang kecil, akrab, bersifat tidak resmi, dan tidak mempunyai aturan- aturan resmi yang tertulis. 5. Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi Melalui sosialisasi seseorang menginternalisasikan norma dan nilai. Jika nilai dan norma sosial itu sudah menginternal dalam diri individu, maka di mana pun individu itu akan berperilaku konform (menyesuaikan diri). 6. Cara Pengendalian Sosial Melalui Tekanan Sosial Seorang individu cenderung mengekspresikan pernyataan pribadinya seirama atau sesuai dengan pandangan kelompoknya. d) Pelaku dan Sasaran 1. Individu terhadap individu lain 2. Individu terhadap kelompok 3. Kelompok terhadap individu 4. Kelompok terhadap kelompok lain e) Jenis-jenis Pengendalian Sosial 1. Gosip Gosip sering juga diistilahkan dengan desas-desus. Gosip merupakan memperbincangkan perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang tanpa didukung oleh fakta yang jelas. Gosip tidak dapat diketahui secara terbuka, terlebih-lebih oleh
  • 26. Materi Sosiologi UN - 25 orang yang merupakan objek gosip. Namun demikian gosip dapat menyebar dari mulut ke mulut sehingga hampir seluruh anggota masyarakat tahu dan terlibat dalam gosip. Misalnya gosip tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Si A dengan Si B. gosip seperti ini dalam waktu singkat akan segera menyebar. Warga masyarakat yang telah mendengar gosip tertentu akan terpengaruh dan bersikap sinis kepada orang yang digosipkan. Karena sifatnya yang laten, biasanya orang sangat menjaga agar tidak menjadi objek gosip. 2. Ostrasisme (pengucilan) Ostrasisme adalah suatu tindakan pemutusan hubungan sosial dari sekelompok orang terhadap seorang anggota masyarakat. 3. Fraundulens Fraundulens merupakan bentuk pengendalian sosial yang umumnya terdapat pada anak kecil. Misalnya, A bertengkar dengan B. Jika si A lebih kecil dari B, maka si A mengancam bahwa dia mempunyai kakak yang berani yang dapat mengalahkan B. 4. Teguran Teguran biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar etika dan/atau mengganggu kenyamanan warga masyarakat. Teguran merupakan kritik sosial yang dilakukan secara langsung dan terbuka sehingga yang bersangkutan segera menyadari kekeliruan yang telah diperbuat. Di dalam tradisi masyarakat kita teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh lagi. Misalnya teguran terhadap sekelompok pemuda yang begadang sampai larut malam sambil membuat kegaduhan yang mengganggu ketentraman warga yang sedang tidur, teguran yang dilakukan oleh guru kepada pelajar yang sering meninggalkan pelajaran, dan lain sebagainya. 5. Sanksi/Hukuman Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan imbalan yang bersifat negatif yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap telah melakukan perilaku menyimpang. Misalnya pemecatan yang dilakukan terhadap polisi yang terbukti telah mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya. Adapun manfaat dari sanksi atau hukuman antara lain adalah: (1) untuk menyadarkan seseorang atau sekelompok orang terhadap penyimpangan yang telah dilakukan sehingga tidak akan mengulanginya lagi, dan (2) sebagai peringatan kepada warga masyarakat lain agar tidak melakukan penyimpangan. 6. Pendidikan Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mencapai taraf kedewasaan. Melalui pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan sekaligus mempraktekkan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah- tengah masyarakat. 7. Agama Agama mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan makhluk lain, dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan yang baik dapat dibina dengan cara menjalankan segala perintah Tuhan dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan keyakinan bahwa melaksanakan perintah Tuhan merupakan perbuatan baik yang akan mendatangkan pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan merupakan perbuatan dosa yang akan mendatangkan siksa. Dengan keyakinan seperti ini, maka agama memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol perilaku kehidupan manusia.
  • 27. Materi Sosiologi UN - 26 f) Lembaga Pengendalian Sosial 1. Lembaga kepolisian Polisi merupakan aparat resmi pemerintah untuk menertibkan keamanan. Tugas-tugas polisi, antara lain memelihara ketertiban masyarakat, menjaga dan menahan setiap anggota masyarakat yang dituduh dan dicurigai melakukan kejahatan yang meresahkan masyarakat, misalnya pencuri, perampok dan pembunuh. 2. Pengadilan Pengadilan lembaga resmi yang dibentuk pemerintah untuk menangani perselisihan atau pelanggaran kaidah di dalam masyarakat. Pengadilan memiliki unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain. Unsur-nsur yang saling berhubungan dengan pengadilan adalah hakim, jaksa dan pengacara. Dalam proses persidangan, jaksa bertugas menuntut pelaku untuk dijatuhi hukuman sesuai peraturan yanag berlaku. Hakim bertugas menetapkan dan menjatuhkan putusan berdasarkan data dan keterangan resmi yang diungkapkan di persidangan. Pengacara atau pembela bertugas mendampingi pelaku dalam memberikan pembelaan. 3. Tokoh adat Tokoh adat adalah pihak ang berperan menegakkan aturan adat. Peranan tokoh adat adalah sangat penting dalam pengendalian sosial. Tokoh adat berperan dalam membina dan mengendalikan sikap dan tingkah laku warga masyarakat agar sesuai dengan ketentuan adat. 4. Tokoh agama Tokoh agama adalah orang yang memiliki pemahaman luas tentang agama dan menjalankan pengaruhnya sesuai dengan pemahaman tersebut. Pengendalian yang dilakukan tokoh agama terutama ditujukan untuk menentang perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma agama. 5. Tokoh masyarakat Tokoh masyarakat adalah setiap orang yang memiliki pengaruh besar, dihormati, dan disegani dalam suatu masyarakat karena aktivitasnya, kecakapannya dan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya.
  • 28. Materi Sosiologi UN - 27 STRUKTUR, KONFLIK DAN MOBILITAS SOSIAL STRUKTUR SOSIAL 1. Pengertian  Saling keterkaitan antar-institusi.  Pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar-individu dan antar- kelompok.  Pola hubungan, kedudukan dan jumlah orang yang memberikan kerangka bagi organisasi.  Hubungan sosial yang memberi BENTUK DASAR dan BATAS AKSI.  Tatanan atau system yang mengatur jalinan antara unsur-unsur social pokok. 2. Elemen (Unsur) Dasar Struktur Sosial 2.1. Status Sosial: kedudukan atau posisi seorang individu a) Ascribed status: status karena kelahiran (keturunan), b) Achieved status: status sebagai hasil usaha atau perjuangan, c) Assigned status: status karena jasa yang diberikan, d) Main / Master status: status utama atau yang dominan, e) Status inconsistency: status yang tidak sesuai dengan hasil usaha selama ini (seorang Sarjana Hukum menjadi sopir taksi) f) Status set: seluruh status yang dimiliki seseorang. 2.2. Peran Sosial: harapan yang harus dipenuhi sesuai dengan statusnya. a) Ascribed role: peran karena kelahiran, b) Achieved role: peran sebagai hasil usaha atau perjuangan, c) Expected role: peran yang diharapkan oleh masyarakat untuk dilaksanakan dengan baik (cth: hakim, polisi, jaksa) d) Actual role: peran yang dimiliki di sini dan saat ini, e) Role conflict: seseorang yang memiliki dua peran yang saling bertentangan, f) Role strain: satu peran yang memiliki dua harapan yang saling bertentangan. 3. Tipe atau Bentuk 3.1. Intersected Social Structure (interseksi) Interseksi adalah struktur sosial yang keanggotaannya bersifat menyilang atau memiliki “perpotongan”. Artinya, di antara anggota-anggota dari kelompok- kelompok yang berbeda, ada yang saling memiliki kesamaan.
  • 29. Materi Sosiologi UN - 28 3.2. Consolidated Social Structure (konsolidasi) Konsolidasi adalah struktus sosial yang keanggotaannya memiliki kesamaan parameter (tolok ukur) sehingga terjadi penguatan identitas. Keanggotaan dalam struktur ini memiliki latar belakang SAMA, baik itu ras, suku, agama, jenis kelamin, dll. Contoh: Keluarga Katolik Indonesia di New York (KKI-NY), Ikatan Keluarga Alumni Santo Paulus, dll. DIFERENSIASI SOSIAL 1. Pengertian  Proses perbedaan antara hal-hal yang semula sama.  Pengelompokan anggota masyarakat secara horisontal berdasarkan ciri atau kesamaan tertentu. 2. Dasar Pembedaan 2.1. Ciri Fisik: adanya ciri biologis berupa fenotip kuantitatif tertentu 2.2. Ciri Sosial: memiliki cara pandang dan pola perilaku tertentu dalam masyarakat 2.3. Ciri Budaya: memiliki nilai-nilai tertentu yang dianut atau diyakini 3. Sumber Pembedaan 3.1. Alamiah: pembedaan berdasarkan ciri-ciri biologis yang dimiliki sejak lahir. Diferensiasi sosial yang bersumber pada pembedaan alamiah: ras, usia, jenis kelamin, intelegensi atau potensi diri. 3.2. Sosial: dipengaruhi oleh konstruksi sosial-budaya atau cara pandang masyarakat Diferensiasi sosial yang bersumber pada pembedaan sosial: etnis, agama, gender, pekerjaan (profesi) 4. Bentuk Diferensiasi Sosial 4.1. Ras Ras menunjuk pada ciri-ciri fisik yang identik yang dimiliki oleh sekelompok manusia. Ciri fisik ini memiliki asal-usul geografis dari suatu wilayah tertentu. 4.1.1 Ras Kaukasoid (Caucasoid) Ras ini meliputi orang-orang kulit putih dengan beberapa variasinya yang diklasifikasikan dalam empat rumpun. a) Nordic Caucasoid: terdapat di daerah Eropa Utara sekitar laut Baltik b) Mediteran Caucasoid: terdapat disekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Saudi Arabia dan Iran c) Alpin Caucasoid: terdapat di Eropa Timur dan Eropa Tengah d) Indic Caucasoid: terdapat di India, Pakistan, Bangladesh dan Srilanka 4.1.2 Ras Mongoloid
  • 30. Materi Sosiologi UN - 29 a) Asiatic Mongoloid: terdapat di daerah Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur b) Malayan Mongoloid: terdapata di Asia Tenggara, Kepulauan Indonesia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan c) American Mongoloid: terdapat di Amerika Selatan sampai dengan Amerika Utara 4.1.3 Ras Negroid a) African Negroid: terdapat di benua Afrika pada umumnya b) Negrito: terdapt di Africa Tengah, Semenanjung Melayu dan Filipina c) Papua Melanosoid (Negroid Melanesia): terdapat di Papua dan Kepulauan Melanesia d) Austroloid: ras penduduk asli Australia 4.1.4 Ras Khusus a) Bushman: terdapat di derah gurun Kalahari, Afrika b) Veddoid: terdapat di pedalaman Srilanka dan Sulawesi Selatan c) Polinesoid: terdapat di Kepulaian Mikronesia dan Polinesia d) Ainu: terdapat di Pulau Hokaido dan Karafuko (Jepang) 4.2. Jenis Kelamin Jenis Kelamin menunjuk pada perbedaan anatomi biologis antara laki-laki dan perempuan. 4.3. Usia Usia adalah ukuran waktu yang dihitung sejak seorang anak manusia dilahirkan. Mereka yang lahir terdahulu akan memiliki usia yang lebih tinggi daripada mereka yang dilahirkan kemudian. Perbedaan usia menggambarkan perbedaan golongan manusia yang lazim disebut generasi. Usia menunjuk pada generasi manusia dalam masyarakatnya. 4.4. Potensi Diri Potensi diri dapat berupa kecerdasan dan bakat (talenta). Potensi diri ini dimiliki secara berbeda antara seorang individu dengan lainnya. Perbedaan potensi diri ini banyak dipengaruhi oleh faktor sosialisasi, pendidikan dan latihan. 4.5. Etnis Etnis adalah kelompok masyarakat yang didasarkan atas budaya yang dimiliki kelompok tersebut. Perbedaan antar etnis adalah perbedaan kebudayaan yang dimiliki kelompok masyarakat yang berbeda. 4.6. Agama Agama menyangkut dua dimensi: dimensi lahiriah dan batiniah. Dimensi lahiriah agama meliputi: (a) ikatan orang yang percaya; (b) ajaran (dogma) dan rumusan kepercayaan (credo); (c) ritus atau upacara keagamaan; (d) cara hidup; (e) kegiatan keagamaan. Dimensi rohaniah menunjuk pada kesadaran religius yanga da dalam hati masing-masing individu. Secara umum, agama dimengerti sebagai perwujudan hubungan manusia dengan yang ilahi (the supreme being). Agama adalah wujud pelembagaan dari kepercayaan yang ada dalam masyarakat. 4.7. Gender Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya oleh masyarakat (Calhoun, 1997). Gender menunjuk pada perbedaan sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini adalah hasil sosialisasi, bukan warisan biologis.
  • 31. Materi Sosiologi UN - 30 4.8. Pekerjaan Pekerjaan (profesi) menunjuk pada keahlian yang dimiliki oleh seorang individu untuk mencari nafkah kehidupan. STRATIFIKASI SOSIAL 1. Pengertian Pengelompokan masyarakat secara vertikal. 2. Kriteria Umum 2.1. Ukuran Kekayaan 2.2. Ukuran Kekuasaan 2.3. Ukuran Kehormatan 2.4. Ukuran Ilmu Pengetahuan 3. Sifat 3.1.Closed Stratification (tertutup) Tidak dimungkinkan adanya perpindahan dari lapisan satu ke lapisan lainnya. 3.2. Open Stratification (terbuka) Adanya kemungkinan perpindahan dari lapisan satu ke lapisan lainnya. 4. Prinsip dasar 4.1. Stratifikasi sosial adalah ciri khas dari masyarakat, bukan sekedar refleksi dari perbedaan individual. 4.2.Stratifikasi sosial bertahan dari generasi ke generasi. 4.3.Stratifikasi sosial bersifat universal namun juga bervariasi. 4.4.Stratifikasi sosial mencakup ketidaksamaan dan kepercayaan-kepercayaan MOBILITAS SOSIAL Mobilitas dalam bahasa Latin (Romawi) memiliki akar kata movere yang berarti bergerak. Mobilitas berarti kemampuan untuk bergerak atau berubah (movableness, changeableness). Mobilitas sosial (social mobility) berbeda dengan social movement yang berarti gerakan sosial. Untuk mempertajam dan memperjelas pengertian mobilitas sosial, sejumlah ahli memberikan sejumlah definisi.  Craig Calhoun (1997): “Mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dari satu kedudukan atau tingkat sosial ke tingkat sosial yang lainnya. Hal itu mungkin berupa naik ke atas dalam tangga sosial, memanjat ke puncak atau terjun ke bawah.”  Borgatta & Borgatta (1992): “Mobilitas sosial adalah gerakan orang per orang, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok dari suatu kedudukan sosial ke yang lainnya.”  David L. Sills (1968): “Mobilitas sosial telah didefinisikan sebagai gerakan melalui ‘ruang sosial’ dari satu kategori status (asal) ke kategori sosial lainnya (tujuan). Mobilitas sosial dipandang sebagai perubahan dalam posisi sosial atau status sosial.”  Anthony Giddens (1993): “Mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dari orang per orang dan kelompok-kelompok di antara kedudukan-kedudukan sosial ekonomi yang berbeda.”  Horton & Hunt (1984): “Mobilitas sosial dapat didefinisikan sebagai tindakan berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.”
  • 32. Materi Sosiologi UN - 31  Soerjono Soekanto (1982): “Mobilitas sosial diartikan sebagai suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.” 1. Jenis Mobilitas Sosial 1.1. Berdasarkan Tipe Berdasarkan topenya, mobilitas sosial dibedakan menjadi empat macam: veretikal, horisontal, lateral dan struktural. a. Mobilitas Sosial Vertikal Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat dalam stratifikasi (pelapisan) sosial. Menurut Giddens (1993), mobilitas vertikal ini berarti gerakan ke atas (social climbing atau upward mobility) atau ke bawah (social sinking atau downward mobility) dalam skala ekonomi. b. Mobilitas Sosial Horisontal Mobilitas sosial horisontal merupakan peralihan individu-individu atau kelompok sosial dari suatu kelompok atau golongan sosial ke kelompok atau golongan sosial yang lain yang sederajat. (Contoh: berganti warga negara, berganti profesi, berganti agama, dll.) c. Mobilitas Intelektual Mobilitas ini menyangkut perkembangan intelektual seorang individu: dari sebelumnya tidak terpelajar menjadi terpelajar; atau dari sebelumnya tidak pernah membaca menjadi individu yang kaya ilmu atau informasi karena membaca. d. Mobilitas Sosial Lateral Mobilitas lateral disebut juga mobilitas geografis (Giddens, 1993). Sejumlah ahli sosiologi menggolongkan jenis mobilitas sosial ini ke dalam mobilitas sosial horisontal. Mobilitas sosial lateral mengacu pada mobilitas perpindahan orang-orang, baik secara individu maupun kelompok, dari unit-unit wilayah (ruang) ke suatu unit wilayah lain yang secara tidak langsung mengubah status sosial seseorang. Mobilitas lateral ini terbagi menjadi dua: 1) Mobilitas Permanen: yaitu mobilitas yang bermaksud melakukan perpindahan permanen / menetap. 2) Mobilitas Tidak Permanen: yaitu bentuk mobilitas individu atau kelompok yang bersifat sementara, jangka pendek, dan tidak bermaksud pindah secara permanen. e. Mobilitas Sosial Struktural Menurut Michael S. Bassis (1998), mobilitas struktural adalah mobilitas yang disebabkan oleh inovasi teknologi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan dan kejadian-kejadian lain yang mengubah struktur dan jenis kelompok-kelompok dalam masyarakat. Mobilitas struktural adalah mobilitas sosial yang dihasilkan dari perubahan-perubahan distribusi status-status dalam masyarakat. Mobilitas struktural dibedakan menjadi dua menurut proses terjadinya. 1) Mobilitas struktural melalui proses positif: yaitu mobilitas yang terjadi karena proses kemajuan, pertumbuhan atau perkembangan. Contoh: mobilitas sosial dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri, dll.
  • 33. Materi Sosiologi UN - 32 2) Mobilitas struktural melalui proses negatif: yaitu mobilitas yang terjadi karena gejolak politik, gejolak ekonomi atau bencana. Contoh: mobilitas struktural karena bencana lumpur LAPINDO. 1.2 Berdasarkan Ruang Lingkup Menurut ruang lingkupnya, mobilitas terdiri dari dua jenis: mobilitas intra-generasi dan mobilitas antar-generasi. a. Mobilitas Intra-generasi Mobilitas intra-generasi adalah mobilitas sosial yang dialami individu selama masa hidupnya (dalam satu generasi). Contoh: pekerjaan pertama sebagai ketua RT  pekerjaan kedua menjadi ketua partai tingkat kabupaten  pekerjaan ketiga menjadi wakil bupati. b. Mobilitas Antar-generasi Mobilitas antar-generasi adalah mobilitas sosial yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Mobilitas antar-generasi juga dimengerti sebagai perubahan kedudukan yang terjadi sesudah terjadi perubahan generasi, yaitu perubahan kedudukan anak dibandingkan kedudukan orangtuanya. Contoh: kakek bekerja sebagai kuli tukan  ayah bekerja sebagai tukang ahli  anak bekerja sebagai insinyur sipil. 2. Saluran Mobilitas Sosial Vertikal Mobilitas sosial vertikal dilakukan masyarakat melalui berbagai saluran yang terdapat dalam masyarakat. Pitirim A. Sorokin menyebut saluran mobilitas ini sirkulasi sosial (social circulation). Saluran-saluran mobilitas sosial ini adalah sbb: a. Angkatan Bersenjata. Seorang prajurit dapat naik ke kelas atau kedudukan yang lebih tinggi karena telah memberikan jasa yang besar. Melalui peningkatan karir ini, mereka memperoleh kekuasaan dan wewenang lebih besar. b. Lembaga Keagamaan. Agama dianggap sebagai lembaga luhur dan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu, para pemuka agama termasuk dalam kelas tinggi. Menjadi pemuka agama merupakan cara untuk bergerak ke kelas sosial yang lebih tinggi. c. Lembaga Pendidikan Sekolah. Lembaga sekolah dianggap sebagai saluran yang paling efektif dan konkrit dalam upaya meningkatkan status sosial. Masyarakat menganggap sekolah sebagai ”social elevator”. Lembaga ini terbuka untuk dimasuki oleh berbagai golongan atau kelas sosial. Selain itu, jenjang pendidikan yang dicapai merupakan simbol status sosial. d. Keluarga. Keluarga terbentuk melalui proses perkawinan. Perkawinan dapat menjadi saluran mobilitas karena individu dari lapisan lebih rendah dapat menikah dengan individu dari lapisan sosial lebih tinggi. e. Organisasi atau Peserikatan Ekonomi. Organisasi ekonomi (mis. perusahaan atau industri) memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan, mengubah pola hidup, dan dapat membangun simbol status ”orang kaya”.
  • 34. Materi Sosiologi UN - 33 f. Politik. Organisasi politik memberi peluang bagi anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial. Kader politik yang berprestasi dapat ditunjuk menjadi menteri atau anggota DPR. g. Organisasi keahlian. Organisasi keahlian, seperti ikatan sarjana di bidang keilmuan tertentu atau komunitas keahliah tertentu, dapat menjadi saluran mobilitas sosial. Melalui organisasi keahlian ini, seorang individu dapat menjadi populer dan dikenal masyarakat. KONFLIK 1. Pemahaman Teoretik Tentang Konflik Ada dua sudut pandang yang umumnya digunakan untuk memahami realitas konflik dalam masyarakat, yaitu pendekatan konsensus dan pendekatan konflik. 1.1. Pendekatan Konsensus Pendekatan konsensus adalah pendekatan atas dasar teori fungsional-struktural. Menurut pendekatan ini, masyarakat merupakan jaringan dari bagian-bagian yang saling terkait. Jaringan ini membentuk keseimbangan karena setiap bagian menyumbang pada pemeliharaan sistem secara keseluruhan. Sebagai sebuah jaringan, masyarakat selalu bergeaak ke arah integrasi. Dengan demikian, integrasi merupakan bentuk dasar interaksi masyarakat. Menurut pendekatan konsensus, konflik adalah proses yang menyertai terbentuknya integrasi. Konflik ini akan lenyap karena masyarakat memiliki konsensus atau kesepakatan di antara warganya mengenai nilai-nilai yang menjadi pondasi system sosial. Konsensus ini mendorong seetiap warga masyarakat untuk memiliki komitmen mengatasi perbedaan dan konflik di antara mereka. Selain konsensus, masyarakat juga memiliki mekanisme untuk memelihara sistemsosial, yaitu sosialisasi dan kontrol sosial. Melalui sosialisasi, warga masyarakat belajar tentang norma-norma yang berlaku di masyarakat. Melalui kontrol sosial, warga masyarakat dipaksa oleh warga lainnya untuk mematuhi norma-norma sosial yang berlaku. 1.2. Pendekatan Teori Konflik Pendekatan konflik adalah pendekatan atas dasar teori konflik. Teori konflik berpendapat bahwa masyarakat terbagi atas kelas-kelas. Kelas-kelas ini saling bertentangan untuk memperjuangkan kepentingan kelas masing-masing. Kepentingan merupakan kata kunci untuk memahami konflik. Oleh karena itu, sejarah manusia adalah sejarah konflik, yaitu konflik di antara kelompok-kelompok ekonomi dalam masyarakat. Berdasarkan pandangan teori konflik ini, konflik dimengerti sebagai konfrontasi kekuasaan. Konflik sosial dengan demikian berarti konfrontasi antara kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat. 2. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Konflik merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia untuk mencapai tujuan dan cota- citanya. Oleh sebab itu, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan sosial diantara individu yang terlibat dalam suatu interaksi sosial.
  • 35. Materi Sosiologi UN - 34 2.1. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Secara Umum: a. Perbedaan Individu Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang. Perbedaan kebiasaan dan perasaan yang dapat menimbulkan kebencian dan amarah sebagai awal timbulnya konflik. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Misalnya orang jawa dengan orang Papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik. c. Perbedaan Kepentingan Setiap individu atau keompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Misalnya seseorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi sehingga terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. Namun, para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik. d. Perubahan Sosial Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan itu. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai- nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
  • 36. Materi Sosiologi UN - 35 2.2. Faktor-Faktor Penyebab Konflik di Indonesia Masyarakat Indonesia yang multikultur rawan terhadap terjadinya suatu konflik sosial, karena secara garis besar struktur sosial masyarakat Indonesia terbagi kedalam berbagai suku bangsa, agama, maupun golongan yang beragam. Menurut J. Ranjabar, hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya konflik pada masyarakat Indoenesia adalah sebagai berikut : 1) Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain, contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh dan Papua. 2) Terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contohnya konflik yang terjadi di Sambas 3) Terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain. Contohnya konflik yang terjadi di Sampit. 4) Terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat. Contohnya konflik antar suku di pedalaman Papua. 3. Macam atau Bentuk Konflik Bentuk-bentuk konflik dapat berupa: 1) Berdasarkan Alasan a) Konflik Realistik b) Konflik Non-realistik 2) Berdasarkan Keanggotaan Kelompok a) Konflik in-group b) Konflik out-group 3) Berdasarkan Waktu a) Konflik sesaat b) Konflik berkelanjutan 4) Berdasarkan Pengendalian a) Konflik terkendali b) Konflik tidak terkendali 5) Berdasarkan Sistematika a) Konflik spontan b) Konflik sistematis 6) Berdasarkan Tujuan Organisasi a) Konflik fungsional b) Konflik disfungsional 7) Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Masyarakat a) Konflik ekonomi b) Konflik politik c) Konflik budaya d) Konflik pertahanan e) Konflik antar-umat beragama 8) Berdasarkan Sifat Pelaku a) Konflik terbuka b) Konflik tertutup 9) Berdasarkan Posisi Pelaku a) Konflik vertikal b) Konflik
  • 37. Materi Sosiologi UN - 36 c) Konflik diagonal 10) Berdasarkan Pelaku a) Konflik antar-individu b) Konflik dalam kelompok c) Konflik antar-kelompok d) Konflik antar-organisasi Konflik dapat muncul sebagai: 1) pertentangan antar pribadi 2) pertentangan rasial 3) pertentangan antar kelas sosial 4) pertentangan politik 5) pertentangan internasional 4. Akomodasi – Usaha Menyelesaikan Konflik 4.1. Pengertian Akomodasi Akomodasi adalah bentuk penyelesaian pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan. Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menunjuk pada suatu keadaan dan pada suatu proses. Akomodasi, dalam pengertian sebagai suatu keadaan, adalah adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan. 4.2. Tujuan Akomodasi adalah: 1) meredam dan mencegah konflik 2) menghindari disintegrasi 3) mendorong dan memudahkan proses integrasi dan asimilasi 4) menjaga keutuhan bangsa dan menggalang persatuan dan kesatuan warga 5) menghasilkan sintesis atau titik temu antara dua atau beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru. 6) mengadakan kerja sama antarkelompok sosial yang terpisah akibat faktor sosial dan psikologis atau kebudayaan, misalnya: kerja sama antarindividu yang berbeda kasta. 7) mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan. 4.3. Bentuk-bentuk Akomodasi Adapun bentuk-bentuk akomodasi adalah sbb: a. Koersi (coercion): memaksa pihak lain untuk berdamai. b. Kompromi (compromise): pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutan. c. Arbitrasi (arbitration): menggunakan jasa pihak ketiga yang memiliki kuasa untuk membuat keputusan mengikat. d. Adjudikasi (adjudication): bentuk arbitrasi melalui pengadilan. e. Mediasi (mediation): menggunakan jasa pihak ketiga yang netral dan hanya berfungsi sebagai penasehat sehingga tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan. f. Toleransi (toleration): sikap saling menghargai pendirian masing-masing.
  • 38. Materi Sosiologi UN - 37 g. Konsiliasi (concilliation): usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak- pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama (kesepakatan). h. Negosiasi (negotiation): usaha menyelesaikan konflik atas inisiatif kedua belah pihak. Dalam proses ini, masing-masing pihak melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar menawar mengenai syarat-syarat mengakhiri konflik. i. Stalemate: konflik berhenti dengan sendirinya karena masing-masing pihak mempunyai kekuatan seimbang. j. Segregasi (segregation): saling memisahkan diri dan saling menjauhi. k. Cease fire: menangguhkan pertentangan untuk jangka waktu tertentu (gencatan senjata). l. Displacement: usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing- masing. m. Elimination (eliminasi): pengunduran diri salah satu pihak untuk mengalah. n. Subjugation (Dominasi): pihak yang memiliki kekuatan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk menaaatinya atau tunduk kepadanya. o. Majority Rule: suara terbanyak yang ditentukan melalui voting menentukan keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi. p. Minority Consent: kelompok minoritas yang kalah menerima keputusan serta sepakat melakukan kegiatan bersama. 5. Dampak Konflik Setiap konflik yang terjadi dalam masyarakat akan membawa dampak, baik dampak secara langsung amupun dampak secara tidak langsung. 5.1. Dampak Secara Langsung a) Dampak secara langsung merupakan dampak yang secara langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik. Adapun dampak konflik secara langsung diantaranya sebagai berikut : b) Menimbulkan keretakan hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya. c) Adanya perubahan kepribadian seseorang seperti selalu memunculkan rasa curiga, rasa benci, dan akhirnya dapat berubah menjadi tindakan kekerasan. d) Hancurnya harta benda dan korban jiwa, jika konflik benrubah menjadi tindakan kekerasan. e) Kemiskinan bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan. f) Lumpuhnya roda perekonomian jika suatu konflik berlanjut menjadi tindakan kekerasan. g) Pendidikan formal dan informal terhambat karena rusaknya sarana dan prasarana pendidikan. 5.2. Dampak Tidak Langsung Dampak tidak langsung merupakan dampak yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam sebuah konflik ataupun dampak jangka panjang dari suatu konflik yang tidak secara langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang berkonflik. Misalnya agresi militer Israel yang dilakukan kepada para pejuang Hizbullah di Lebanon akan membawa dampak pada kenaikan harga minyak dunia yang akan merembet pada kenaikan harga-harga barang di pasaran.
  • 39. Materi Sosiologi UN - 38 5.3. Dampak Positif Adanya Konflik Disamping dampak yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung, sebuah konflik juga memiliki sisi positif. Adapun sisi positif dari sebuah konflik adalah sebagai berikut: a) Meningkatnya solidaritas sesama anggota kelompok b) Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik. c) Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru. d) Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan yang seimbang. Misalnya adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik untuk bersatu kembali karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. INTEGRASI SOSIAL 1. Pengertian Integrasi Sosial Istilah integrasi berasal dari bahasa Latin (Romawi) integer, integra, integrum (adj) yang berarti utuh, lengkap, bulat, tidak rusak, tidak luka. Berdasarkan kata ini, integrasi berarti kondisi masyarakat yang ditandai keutuhan di dalamnya. Istilah lain untuk menunjukkan kondisi keutuhan ini adalah: kohesi sosial, keseimbangan sosial dan harmoni sosial. 2. Bentuk Integrasi Sosial Latar belakang munculnya integrasi sosial adalah kenyataan masyarakat majemuk. Menurut Piere L. van den Berghe, masyarakat majemuk memiliki ciri sebagai berikut: a. Adanya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok kebudayaan yang berbeda-beda. b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi dalam lembaga-lembaga yang bersifat non- komplementer. c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai- nilai sosial fundamental. d. Relatif sering terjadi konflik antar kelompok. e. Secara relative, integrasi tumbuh atas dasar paksaan (koersi) dan saling ketergantungan ekonomi. f. Adanya dominasi satu kelompok terhadap yang lain. 2.1. Berdasarkan Dimensi Masyarakat Berdasarkan dimensinya, masyarakat majemuk terbagi atas dua jenis: masyarakat majemuk vertikal dan masyarakat majemuk horisontal. Bersumber pada dua dimensi masyarakat ini, integrasi sosial terdiri atas dua bentuk: integrasi sosial vertikal dan integrasi sosial horisontal. a. Integrasi Sosial Vertikal Integrasi Sosial Vertikal adalah terbentuknya kesatuan antara lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat (Stratifikasi Sosial), yaitu antara elite dan massa, atau antara pemimpin dan masyarakat kebanyakan b. Integrasi Sosial Horisontal Integrasi Sosial Horisontal adalah terbentuknya kesatuan antara golongan-golongan sosial dalam masyarakat (Diferensiasi Sosial), yaitu antara ras, suku-budaya, agama, dll. Dengan kata lain, Integrasi Sosial Horisontal adalah kesatuan dari keragaman karakteristik dan identitas budaya dalam masyarakat.
  • 40. Materi Sosiologi UN - 39 2.2. Berdasarkan Latar Belakang Alasan Terbentuknya Berdasarkan latar belakang alas an terbentuknya, integrasi sosial dapat dibedakan dalam tiga bentuk: a. Integrasi Normatif Integrasi normatif adalah bentuk integrasi yang terjadi atas dasar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain, integrasi ini diikat oleh norma yang mampu mempersatukan masyarakat. Contoh: Bhineka Tunggal Ika. b. Integrasi Fungsional Integrasi fungsional terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing pihak dalam masyarakat. Contoh: Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku yang mengintegrasikan diri dengan melihat fungsi dari masing-masing suku yang ada: Suku Jawa sebagai pekerja, Suku Bugis sebagai pelaut, Suku Tionghoa sebagai pengusaha dan pedagang, dll. c. Integrasi Koersif Integrasi Koersif adalah bentuk integrasi yang lebih mengedepankan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa atau kelompok dominan. Integrasi dilakukan dengan cara paksaan atau kekerasan. 2.3. Berdasarkan Tingkat Pertukaran Unsur-unsur Budaya Berdasarkan tingkat pertukaran unsur-unsur budaya masing-masing kelompok masyarakat, integrasi dibedakan dalam dua bentuk: a. Amalgamasi Amalgamasi adalah percampuran dua kelompok sehingga melahirkan kelompok baru yang memiliki ciri dan sifat berbeda dari kelompok asal masing-masing. + = b. Asimilasi Asimilasi adalah proses individu atau kelompok meninggalkan tradisi budaya sendiri untuk menjadi bagian dari kelompok dominan. + = D = Unsur Budaya Dominan c. Akulturasi Akulturasi adalah proses menerima dan mengolah kebudayaan luar atau asing atau yang berbeda ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa akulturasi adalah proses perubahan yang ditandai dengan penyatuan dua kebudayaan yang berbeda + = Kebudayaan luar atau asing akan relatif mudah diterima jika memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Tidak ada hambatan geografis sehingga kontak dengan masyarakat luar menjadi mudah. D D
  • 41. Materi Sosiologi UN - 40 2) Kebudayaan yang datang member manfaat yang lebih besar bila dibandingkan dengan kebudayaan lama. (Contoh: membajak dengan traktor lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan tenaga kerbau.) 3) Adanya persamaan dengan unsur-unsur budaya lama. 4) Adanya kesiapan pengetahuan tertentu. 5) Kebudayaan itu bersifat kebendaan, seperti teknologi mesin, computer atau perangkat digital modern lainnya. 3. Tujuan Integrasi Sosial Integrasi sosial bertujuan untuk: a. Mewujudkan fungsionalisasi dan prestasi yang lebih tinggi. Artinya, integrasi sosial dapat meningkatkan fungsi-fungsi berbagai kelompok sosial dalam mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bersama. b. Mewujudkan interdependensi atau saling ketergantungan antara berbagai kelompok sosial yang ada. c. Mencegah dan mengelola konflik sehingga tidak merusak masyarakat.
  • 42. Materi Sosiologi UN - 41 KELOMPOK SOSIAL DAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL KELOMPOK SOSIAL 1. Bentuk Atau Macam Kumpulan Individu Sebagai makhluk sosial, setiap manusia membutuhkan manusia yang lain. Hubungan antara manusia satu dengan lainnya melahirkan kumpulan individu. Dalam masyarakat, kumpulan individu ini tidak serta merta dinamakan kelompok. Kumpulan individu ini dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk, yaitu Kelompok Sosial, Kategori Sosial, Kerumunan dan Publik. 1.1. Kelompok Sosial Untuk memahami pengertian kelompok sosial, perlu dipahami berbagai ciri atau karakteristik yang ada di dalamnya. Kelompok sosial memiliki ciri-ciri berikut ini: a. Sebagai salah satu bentuk kumpulan individu, kelompok sosial adalah kumpulan dari sejumlah orang atau individu. Jumlah individu yang ada di dalamnya 2 atau lebih. b. Individu-individu yang menjadi anggotanya terlibat dalam interaksi. c. Interaksi dalam kelompok dilandasi oleh pola yang sudah mapan. d. Interaksi ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang relatif lama. e. Para anggota kelompok memiliki kesadaran bawa mereka adalah satu kesatuan, atau dengan kata lain ada kesadaran sebagai ”kita”. f. Pihak lain juga melihat individu-individu dalam kelompok tsb sebagai suatu kesatuan kelompok. 1.2. Kategori Sosial Kategori sosial adalah pengelompokan individu secara statistik. Setiap individu diklasifikasikan dalam suatu kelompok atas dasar sifat-sifat atau ciri tertentu yang dimiliki bersama. Misalnya: kelompok pedagang, kelompok dokter, kelompok remaja, kelompok lansia, dll. Keanggotaan seorang individu dalam suatu kategori berarti bahwa individu tersebut memiliki kesamaan-kesamaan dengan anggota yang lain. Kategori sosial berbeda dengan kelompok sosial karena individu-individu yang ada dalam kategori sosial tidak harus berhubungan satu sama lain atau berkumpul bersama di satu tempat tertentu. Dapat dimungkinkan bahwa individu-individu yang ada di dalamnya asing satu sama lain. 1.3. Kolektivitas (Collectivity) Erving Goffman dan Stewart menyebut agregat (aggregate) untuk menggambarkan fenomena individu yang berkumpul bersama di tempat yang sama pada waktu yang sama pula, namun di antara mereka tidak ada hubungan yang pasti. Goffman menegaskan pendapatnya bahwa kumpulan individu ini berada dalam interaksi yang tidak terfokus. Sementara itu Stewart berpendapat bahwa dalam agregat tidak ada interaksi di antara individu-individu yang ada di dalamnya. John J. Machionis (2005) menyebut kumpulan individu tersebut dengan istilah collectivity (atau kolektivitas). Kolektivitas adalah sejumlah besar individu yang memiliki interaksi yang sangat minimal dalam suatu hubungan yang tidak dilandasi oleh norma-norma konvensional atau yang sudah ditentukan sebelumnya. Ada dua macam kolektivitas: (1) localized collectivity, menunjuk pada kehadiran secara fisik bersama individu lain; contoh:
  • 43. Materi Sosiologi UN - 42 kerumunan (crowd) dan huru-hara (riot). (2) dispersed collectivity (kumpulan bergerak) yang melibatkan orang-orang yang saling mempengaruhi, meskipun mereka terpisah oleh jarak. Kerumunan (crowd) adalah orang-orang yang berkumpul pada waktu tertentu, memiliki fokus perhatian yang sama dan saling mempengaruhi satu sama lain. Crowd dibedakan atas: 1) Casual Crowd Dalam kerumunan ini, interaksi sangat sedikit, dan bahkan hampir tidak ada. Contoh: orang-orang yang sedang rekreasi di pantai 2) Conventional Crowd Kerumunan ini adalah hasil dari rencana yang ditentukan atau dijadwalkan. Contoh: pelajaran atau kuliah di kelas 3) Expressive Crowd Kerumunan ini dibentuk oleh orang-orang yang berkumpul pada acara atau peristiwa yang sifatnya emosional. Contoh: KKR, perayaan Tahun Baru. 4) Acting Crowd Kumpulan ini adalah orang-orang yang digerakkan bersama-sama oleh satu tujuan. Contoh: lari dari gedung yang terbakar atau yang diancam bom. 1.4. Publik Menurut Soerjono Soekanto (1982), publik bukanlah sebuah kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langung, melainkan melalui alat-alat komunikasi: surat kabar, radio, televisi, dsb. Penggunaan alat komunikasi ini memungkinkan publik memiliki partisipan yang besar jumlahnya dan meliputi wilayah yang luas. 2. Arti Penting Kelompok Dalam Analisis Sosiologi Kelompok menjadi satuan pokok dalam analisis sosiologis karena beberapa alasan yang mendasarinya: a. Arah dan tujuan individu Bagian terbesar dari hidup manusia terarah kepada kelompok, mulai dari kelompok intim, keluarga dan kelompok yang lebih kompleks (birokrasi). Setiap individu mengalami keinginan paling kuat untuk menjadi anggora suatu kelompok. Kelompok dapat menjadi surga yang diimpikan, di dalamnya seorang individu merasa diakui dan diterima. Kelompok dapat juga menjadi penjara yang membuat individu tidak dapat berbuat bebas. Juga terdapat kelompok besar dan kompleks yang membuat seorang individu terserap dan lenyap atau tak bermakna di dalamnya. b. Pemenuhan kebutuhan Kelompok memenenuhi kebutuhan individu, termasuk kebutuhan untuk disetujui dan diterima, kebutuhan akan perlindungan dan keamanan serta dukungan atas nilai-nilai yang dianut. Seringkali, kelompok menjadi refensi atau acuan seorang individu untuk membangun identitas dan kepercayaan. c. Sumber konflik dan masalah Kelompok adalah sumber konflik dan masalah bagi individu-individu yang berinteraksi di dalamnya. Diskriminasi atau pun peperangan sering disebabkan oleh interaksi di dalam kelompok dan antar kelompok. Selain itu, keanggotaan dalam kelompok selalu mensyaratkan kesetiaan terhadap nilai dan tradisi kelompok yang bersangkutan. d. Struktur hubungan sosial Kelompok menstrukturkan hubungan sosial dalam cara yang berbeda. Dalam kelompok, individu-individu yang ada di dalamnya dapat belajar banyak tentang cara-
  • 44. Materi Sosiologi UN - 43 cara mencapai tujuan sosial. 3. TIPE KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL 3.1. Tipe Kelompok Berdasarkan Jumlah Anggota Georg Simmel membedakan tipe-tipe kelompok berdasarkan jumlah anggota di dalamnya. Menurut klasifikasi ini, kelompok dibedakan atas: a. Diad (Dyad) Diad memiliki ciri-ciri sbb: - Anggota berupa pasangan (terdiri dari 2 individu) - Setiap anggota mengendalikan keberlangsungan hubungan. Jika salah satu atau kedua anggota tidak lagi berkenan hidup dalam kelompok, terjadilah perceraian yang berarti bubarnya kelompok. - Keanggotaan bergantung pada konsensus. Artinya, setiap anggotanya bebas untuk bergabung atau keluar dari ikatan kelompok. - Setiap anggota memiliki kekuasaan untuk mengontrol anggota lain sekaligus untuk memotivasi. b. Triad Triad beranggotakan tiga orang. Tipe kelompok ini memiliki sifat hubungan: 1) Transitivitas. Transitif berarti saling melengkapi. Triad cenderung seimbang dan konsisten. Dalam Triad, kesatuan yang terbentuk sangat kuat sehingga memungkinkan tercetus semboyan: “One for All, All for One”. 2) Koalisi Dalam hubungan triad, seorang anggota dapat kehilangan kontrol atas hubungan dengan kedua anggota lain yang membuat koalisi untuk melawannya dalam sebuah konflik internal. c. Kelompok Kecil Kelompok kecil beranggotakan lebih dari tiga orang. Pola interaksi cenderung berubah-ubah. Semakin besar anggota, semakin rumit pola interaksinya. Karena itu, diperlukan seorang pemimpin untuk mengarahkan kelompok kecil dalam mencapai tujuan. d. Kelompok Besar Anggota kelompok ini sangat besar. Demikian pula, struktur organisasi kelompok ini menjadi semakin rumit. 3.2. Tipe Kelompok Berdasarkan Makna Kelompok Bagi Anggota Berdasarkan makna kelompok bagi anggotanya, Charles H. Cooley (1909) mengajukan konsep tentang Kelompok Primer. Ellsworth Farris melengkapi konsep Cooley dengan menambahkan konsep tentang Kelompok Sekunder. a. Kelompok Primer Anggota-anggota kelompok primer saling kenal satu dengan lainnya. Kerjasama antar-anggota bersifat spontan atas dasar simpati. Hubungan bersifat pribadi, sehingga tujuan individu sekaligus adalah tujuan kelompok. Kelompok primer bermakna dalam pembentukan pribadi dan cita-cita sosial individu yang menjadi anggotanya. Kelompok ini memiliki ciri-ciri khusus: - Kondisi Fisik: secara fisik berdekatan, jumlah anggota kecil, dan ikatan bersifat langgeng.