Tiga sosok peserta didik dibahas dalam dokumen tersebut, yaitu murid, talib ilmu, dan anak didik. Murid memiliki arti kesungguhan belajar dan hormat kepada guru. Talib ilmu adalah orang yang mencari ilmu. Anak didik harus dipandang sebagai subjek yang memerlukan bimbingan sesuai potensinya."
2. Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah
yang menunjukkan makna peserta didik yaitu :
MURID
AL-TILMIDZ
AL-THALIB
Arada - Yuridu-Iradatan
- Muridan
(Tidak memiliki akar kata)
Thalaba – Yathlubu –
Thalabatan - Tholibun
orang yang menginginkan
atau membutuhkan sesuatu
pelajar atu murid
orang yang mencari sesuatu
atau menuntut ilmu
3. “Peserta didik adalah murid bukan pelajar, anak
didik atau peserta didik. Pemakaian murid dalam
pendidikan mengandung kesungguhan belajar,
memuliakan guru, keprihatinan guru terhadap
murid. Dalam konsep ini wajib, dalam perbuatan
mengajar dan belajar terdapat keberkahan
tersendiri. Sebutan murid lebih umum sama
halnya dengan penyebutan anak didik dan
peserta didik. Istilah murid memiliki ciri khas
tersendiri dalam ajaran Islam.”
Ahmad Tafsir (2006:164-165)
4. “Dari segi kedudukannya , anak didik adalah makhluk
yang sedang berada dalam proses perkembangan
dan pertumbuhan menurut fithrahnya masing-
masing. Mereka memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik
optimal kemampuan fitrahnya. Dalam pandangan
lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap
sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan
harus perlakukan sebagai subjek pendidikan.”
Abuddin Nata (2005:131)
5. َع ٌةَضْي ِ
رَف ِمْلِعْال ُبَلَط
مِلْسُم ُّلُك ىَل
Sabda Rasulullah SAW :
“ Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim”
Menurut Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah,
bahwasannya peserta didik adalah semua orang, baik berjenis
kelamin laki-laki maupun perempuan baik anak-anak maupun
dewasa yang sedang mengalami fase perkembangan baik secara
fisik atau psikis yang memiliki kesamaan dalam hal pendidikan.
Proses ini dilakukan dengan cara dididik, dibina, dan dilatih untuk
menjadi makhluk yang taat kepada Allah SWT melalui pendidikan
Islam.
6. ِعاَج ىِنِإ ِةَكِئَلَمْلِل َُّكبَر َلاَق ْذِإ َو
ْوُلاَق ًةَفْيِلَخ ِ
ض ْرَألْا ىِف ٌل
ا
ْسَي َو اَهْيِف ُدِسْفُي ْنَم اَهْيِف ُلَعْجَتَأ
ِبَسُن ُنَْحن َو َءاَمِالد ُكِف
َكِدْمَحِب ُح
ْعَت َال اَم ُمَلْعَأ ىِنِإ َلاَق َكَل ُسِدَقُن َو
ََ ْوُمَل
(
30
)
َمَداَء َمَّلَع َو
َمْال ىَلَع ْمُهَضَرَع َّمُث اَهَّلُك َءاَمْسَ ْ
األ
ِب ىِنوُئِبْنَأ َلَقَف ِةَكِئَل
ِاءَمْسَأ
َْنيِقِدَص ْمُتْنُك َْ ِإ ِءَالُؤَه
(
31
)
Surah al-Baqarah (2) ayat 30-31
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua
(benda) ini, jika kamu yang benar.”
Murid Sebagai Objek dan Subjek Pendidikan
7. Ada dua sosok peserta didik yang diperbincangkan dalam
ayat tersebut, yaitu malaikat dan Nabi Adam. Pendidiknya
adalah Allah. Dia mengajar malaikat dan juga mengajar
Adam.
Malaikat diberi hak berbicara
mengenai apa yang akan Allah
lakukan, yaitu penciptaan manusia
sebagai khalifah di muka bumi
Nabi Adam sebagai peserta didik
tidak hanya menerima transfer ilmu
tanpa usaha dari Allah. Tetapi, Allah
memberikan daya kepadanya,
berupa indra, akal dan qalbu,
sehingga membuat Nabi Adam aktif
dan memperoleh ilmu mengungguli
malaikat, malaikat tidak menguasai
ilmu yang dikuasai Nabi Adam
8. Sikap Peserta Didik Terhadap Pendidik
Allah berfirman dalam surah An-Nisa (4) ayat 170:
ِب ُلوُسَّالر ْمُكَءاَج ْدَق ُاسَّنال اَهُّيَأَي
َئَف ْمُكِبَّر ْنِم ِقَحْال
ْمُكَّل اًْريَخ ا ْوُنِام
ا ْوُرُفْكَت َْ ِإ َو
ىِف اَم ِ ِ
لِل َّنِإَف
َانَك َو ِ
ض ْرَألا َو ِت َوَمَّسال
ْميِكَح اًمِلَع ُهللا
ًا
Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih baik
bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan bagi Allah sedikit pun) karena
sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha mengetahui,
Maha bikajksana.
Ayat ini menyeru seluruh manusia agar beriman kepada Rasulullah Muhammad
SAW yang diutus oleh Allah sebagai pendidik manusia. Agar proses pendidikan
berhasil meraih tujuannya, terdapat suatu sikap yang seharusnya dimiliki
peserta didik, yaitu yakin dan percaya kepada guru yang mengajarnya.
9. tonggak pertama dan utama yang mesti dibangun
sebelum terjadinya proses pembelajaran lebih jauh dan
mendalam adalah keyakinan siswa terhadap kompetensi
yang dimilki oleh guru. Keyakinan ini akan melahirkan
penghormatan siswa kepada guru, dan selanjutnya
kecintaan kepada pelajaran yang diajarkan oleh guru
tersebut. Dan untuk membangun keyakinan itu, guru
perlu tampil meyakinkan yang tergambar dalam
penguasaannya terhadap materi, kemampuannya dalam
menyajikan materi tersebut, sikap dan perbuatannya,
serta interaksi sosialnya yang baik dan mulia baik
dengan siswa ataupun dengan masyarakat luas.
10. Dengan demikian, paling tidak ada empat norma yang mesti dijaga peserta
didik dalam bermuamalah dengan gurunya, yaitu :
1) Kepercayaan dan keyakinan peserta didik kepada guru, dimana
guru memang layak mengajar karena telah memenuhi
kualifikasi dan kmpetensi dalam melaksanakan pembelajaran.
2) Tidak boleh mendahului ketetapan dan jawaban guru mengenai
persoalan apa saja yang timbul dalam proses pembelajaran.
3) Seorang peserta didik, terutama dalam proses pembelajaran,
tidak boleh meninggikan suaranya sehingga mengalahkan suara
guru karena hal itu dapat mengganggu proses pembelajaran.
4) Peserta didik tidak layak memanggil guru seperti memanggil
teman sebayanya.
11. Karakteristik peserta didik dalam Hadits
Memiliki Potensi
ْنَع
يِبَأ
َةَْريَرُه
َي ِ
ضَر
ُ َّ
ّللا
ُهْنَع
َلاَق
َق
َلا
ُّيِبَّنال
ىَّلَص
ُ َّ
ّللا
َع
ِهْيَل
َمَّلَس َو
ُّلُك
ْوَم
ودُل
ُدَلوُي
ىَلَع
ِةَرْطِفْال
ُها َوَبَأَف
ِوَهُي
ِهِناَد
ْوَأ
ِهِناَر ِ
َصنُي
ْوَأ
ِجَمُي
ِهِناَس
ِلَثَمَك
ْيِهَبْال
ِةَم
ُجَتْنُت
َةَمْيِهَبْال
،
ْلَه
ىَرَت
اَهْيِف
َج
َءاَعْد
.
رواه
البخارى
ومسلم
وأبوداود
والترمذى
والنسائى
ومالك
وغيره
“dari abu Hurairah r.a , Rasulullah s.a.w bersabda : “setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani,
atau Majusi. Bagaikan binatang yang melahirkan binatang.bagaimana pendapatmu,
apakah didapati kekurangan? ( HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-
Nasa’I, Malik, dan lainnya)
Kemudian Abu hurairah membaca firman Allah (QS. Ar-Rum: 30). (tetaplah atas) fitrah
Allah yang menciptakan Manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas Fitrah
itu (Agama Allah).
Fitrah yang dimaksud adalah agama Islam. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath Al-Bari
Syarh Shahih Al-Bukhari, jus III, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) , cet. ke-1, hlm. 619 dan
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syams Al-Haqq Al-Azhim Abadi, ‘Aun Al-Ma’bud Syarh
Sunan Abi Dawud, (Beirut: Dar Al-Fikr, 339 H/979 M) , jus XII, hlm. 487.
12. Syarah Hadis (penjelasan Hadis)
Hadis ini menjelaskan tentang status fitrah setiap
anak, bahwa statusnya bersih, dan fitrahnya Islam.
Namun kedua orang tuanya yang menggiring
anaknya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Hadis ini memperkuat bahwa pengaruh orang tua
sangat dominan dalam pembentukan kepribadian
seorang anak, karna pendidikan yang pertama
dilalui adalah pendidikan dalam keluarga. (Fitrah yang
dimaksud adalah agama Islam. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath Al-Bari Syarh
Shahih Al-Bukhari, jus III, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) , cet. ke-1, hlm.
619 dan Abu Ath-Thayyib Muhammad Syams Al-Haqq Al-Azhim Abadi,
‘Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, (Beirut: Dar Al-Fikr, 339 H/979
M) , jus XII, hlm. 487).
13. Secara etimologi, kata fitrah berasal dari bahasa Arab, yaitu
dari kata: fathora, yafthuru, fathrang, wa fithrotan. Yang
diantaranya artinya :
Terbelah dan tumbuh, misalnya: طرَف رْيِعَبال ُابَن – “onta itu
terbelah (dagin gusi) dan tumbuh gigi taringnya.” Tumbuhnya
gigi taring dengan membelah daging gusi mengawali asal
kejadiaannya, disebut fitrah.
Ciptaan awal, misalnya firman Allah dalam QS. Al-an`aam: (6):
79:
"
ِتَاو اَمَّسال َرَطَف ِيذَّلِل َيِهْجَو ُْتهَّجَو ْيِنِإ
ااْيََِِ َ
َََْْااَو
"
“sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang
menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada
agama yang benar”.
Dalam ayat diatas, ciptaan langit dan bumi adalah ciptaan yang
tidak ada sebelumya dan tidak ada yang menyerupainya.
Demikian juga ciptaan allah yang lain, seperti bentuk manusia
baik segi jasmani dan rohani adalah fitrah.
Majma al-Lughah al-Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wajiz, (Mesir:
Wazarah al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, 1997), hlm. 476.
14. Rasulullah SAW bersabda:
ِةَرْطِفال ىَلَع ُدَل ْوُي َّالإ ٍدوُل ْوَم ْنِم اَم
“tidak ada dari seorang anak (adam) melainkan
dilahirkan atas fitrah (islam)”.
Berbeda dengan makna fitrah pada hadis di atas; “setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah...” makna fitrah disini
ada beberapa pengertian, di antaranya:
Al-khilaqah [ciptaan] awal sejak lahir yang masih netral
tidak diketahui iman dan kufurnya sehingga mencapai
umur baligh.
Al ()ال pada kata “al-fitrah” (ة َرْطِف)ال bermakna; fitrah yang
sudah dimaklumi (للعهد ) maknanya طِفابويه رة (fitrah anak
mengikuti fitrah kedua orang tuanya). Fitrah anak Islam
jika orang tuanya muslim dan sebaliknya.
15. LANJUTAN
Fitrah diartikan agama Islam
Jadi, setiap anak yang lahir membawa fitrah yakni
agama Islam, sekalipun dari orang tua yang non-
Muslim.
16. Kesimpulan
Guru yang baik adalah pendidik yang tidak hanya
menyuguhkan ilmu yang siap dikonsumsi saja, tetapi ia juga
mesti memberikan alat untuk mendapatkan ilmu itu.
Sehingga mereka aktif dan kreatif menggunakan alat
tersebut. Allah tidak hanya menurunkan ilmu kepada
manusia dalam bentuk ilham dan wahyu, tetapi Dia juga
memberikan perangkat untuk memperolehnya sehingga
manusia bisa “mandiri” dalam mencari ilmu. Hal ini
semestinya dicontoh dan diteladani oleh para guru dalam
melaksankan tugasnya.