Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Hadits nabi saw tentang menuntut ilmu 02
1. A. Hadits Nabi saw Tentang Menuntut Ilmu
1. Hadits tentang salah satu Fungsi ilmu
َلَعَف اَمُه َدا َرَأ ْنَم َو ِمْلِلعْاِب ِهْيَلَعَف ِةَر ِْاآلخ َدا َرَأ ْنَم َو ِمْلِلعْاِب ِهْيَلَعَف اَيْنُّدال َدا َرَأ ْنَمرروا ِمْلِلعْاِب ِهْي)الطبراني ه
Artinya,’Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki
ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus
dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus
dengan ilmu.” (HR. Thabrani)
2. Hadits tentang hukum menuntut ilmu
رَبُْالدْبَع ُنْبا ُها َوَر) ) ِمْلِلعْا ُبَلَطٍةَمِلْسُم َو ٍمِلْسُم ِلُك ىَلَع ٌة ِضْي ِرَف
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil
Bari)
3. Kewajiban mencari ilmu itu tidak memandang batasan usia, melainkan seumur hidup.
Sabda Nabi SAW
َمْلا َنِم َمْلِعْلا ُبُلْطُأْهالل ىَلِإ ِدْح)مسلم اهو(ر ِد
Artinya, “Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat”(HR.
Muslim)
4. Menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah, karena ilmu itu harus dicari di mana
saja, sekalipun sangat jauh tempatnya dan banyak rintangannya, seperti sabda Nabi
SAW :
}رَبُْالدْبَع ُها َوَ{ر ِنْيالصِب ْوَل َو َمْلِعْواالُبُلْطُأ
Artinya ,
“Carilah ilmu itu walau di negeri Cina”.(HR. Abdul Bar)
5. Etika menuntut ilmu
)ْيِّنا َرْبَّالط ُهواَر ( ْمُكْيِّمِّلَعُمِّل ا ْوَلَيَل َو ْمُكْيِّمِّلَعُمِّلا ْوُعَضا َوَت َاو ْوُمِّلَع َاو ْوُمَّلَعَت
2. Artinya,”Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-
gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Tabrani)
6. Keutamaan menuntut ilmu
Banyak hadits Nabi SAW yang mengungkapkan keutamaan / fadhilah menuntut ilmu,
diantaranya sebagai berikut :
a. Dimohonkan ampun dosanya oleh semua makhluk
ْنَعَالَق ُهْنَع ُهللا َى ِض َر ٍَسنَأ:ْي ِرَف ِمْلِلعْا ُبَلَط مَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا ُل ْوُس َر َالَقىَلَع ٌةَض
َبِلاَط َّنِإ َو ، ٍمِلْسُم ِلُكَّتَح َْيش ُّلُك ُهَل ُرِفْغَتْسَي ِمْلِلعْاأ ىَانَتْي ِحْلِرْحَبْال يِفرعبد ابن رواها)نَمْحلر
Artinya,“Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: menuntut ilmu itu
wajib atas setiap orang Islam, karena sesungguhnya semua (makhluk) sampai
binatang-binatang yang ada di laut memohonkan ampun untuk orang yang
menuntut ilmu”. (H.R. Ibnu Abdurrahman)
b. Dimudahkan jalan masuk surga
َالَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا ُل ْوُس َر َّنَأ ُهْنَع ُهللا َى ِض َر َةَرْي َرُه يِبَا ْنَع:َي اًقْي ِرَط َكَلَس ْنَمُسِمَتْل
)مسلم ررواه ."ِةَّنَجْال ىَلِإ اًقْي ِرَط ُهَل ُهللا َلَّهَس ،اًمْلِع ِهْيِف
Artinya, “Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda: Barang
siapa yang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan jalannya menuju surga”. (H.R. Muslim)
c. Digolongkan sebagai orang yang jihad fi sabilillah
) يِذِمْرِالت ُها َوَر ر َع ِج ْرَي ىَّتَح هللا ِلْيِبَس ْيِف َوُهَف ِمْلِعْال ِبَلَط ْيِف َج َخَر ْنَم
Artinya,” Siapa yang keluar (dari rumah) dalam (keadaan) menuntut ilmu, maka ia itu
termasuk fi sabilillah sampai ia kembali/pulang.” (HR. Turmudzi)
Arti Kata-kata (mufrodat)
َع, ْنْنِم : dari
ْنَم : siapa
3. َدا َرَأ : menghendaki / menginginkan
هْيَلَعَف : maka wajib atasnya
َالَق : Ia telah berkata
ُبَلَط : Menuntut/mencari
ُمْلِعْلَا : Ilmu itu
ا ْوُمَّلَعَت : belajarlah kamu semua
ا ْوُمِلَع َو : dan mengajarlah kamu semua
ْمُكْيِمِلَعُمِل : terhadap guru-gurumu
ا ْوَلَيَل َو : dan berlaku baiklah kamu semua
ٌةَضْي ِرَف : Wajib
ىَلَع : atas
ِلُك : tiap-tiap/ setiap
ِدْهَمْلَأ : ayunan
دْلحَّلَأ : liang lahat
َّنِإ : Sesungguhnya
ُهَل ُرِفْغَتْسَي : Memohonkan ampun untuknya
ٍءَْيش ُّلُك : Segala sesuatu
َّتىَح : Hingga/sampai
َانَتْلحَا : Binatang-binatang
رْحَبْلَا يِف : di dalam laut
َكَلَس : berjalan
ُسِمَتْلَي : menyentuh / mendapatkan
اًقْي ِرَط : jalan
هللا لَّهَس : maka Allah memudahkan
ةَّنَجْلَا : Surga
َج َخَر : Keluar
ىَّتَح : Sehingga
َع ِج ْرَي : ia kembali/ ia pulang
4. B. Penjelasan Hadits
Ilmu itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia dapat
mengetahui segala hal termasuk mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah, sehingga
dengan begitu manusia dapat selalu dekat dengan Sang Maha Penciptanya. Karena dengan
ilmu itu manusia dapat mengetahui kedudukannya di hadapan Allah dan bagaimana ia
harus berbuat. Disamping itu, dengan ilmu pula manusia dapat mengetahui rahasia -
rahasia ciptaan Allah, sehingga ia dapat melaksanakan fungsi- fungsi kekhalifahannya di
bumi, yakni memanfaatkannya untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Karena itu dalam hadits di atas Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita,” jika manusia
ingin mendapatkan kehidupan yang baik di dunia hendaknya diraih dengan ilmu, jika
menginginkan kehidupan yang baik di akhirat hendaknya dengan ilmu, dan jika
menginginkan kedua-duanya juga hanya bisa diraih dengan ilmu.”
Mengingat pentingnya ilmu itu, hadits di atas menjelaskan bahwa menuntut ilmu
sangat diwajibkan bagi setiap orang Islam tanpa terkecuali, baik laki-laki, perempuan, tua
maupun muda. Menuntut ilmu disini mengandung makna yang sangat luas, yaitu mencari
ilmu pengetahuan melalui proses belajar, baik melalui bimbingan orang lain (guru)
maupun secara mandiri atau otodidak. Belajar secara mandiri dapat dilakukan dengan
membaca, mengamati dan mempelajari suatu ilmu tanpa bantuan orang lain (guru). Tetapi
harus diingat, tidak semua ilmu itu dapat dipelajari secara sendiri. Hal itu di samping
karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki individu itu sendiri sehingga butuh bantuan
orang lain yang lebih ahli, juga dikarenakan adanya ilmu yang dalam mempelajarinya
harus melalui bimbingan guru / mursyid, terutama dalam belajar membaca Al-qur’an,
aqidah dan ubudiyah.
Kewajiban menuntut ilmu bagi setiap umat Islam itu berlaku sepanjang hayat atau
dikenal dengan istilah long life education. Dalam hadits tersebut, Rasulullah
memerintahkan untuk menuntut ilmu sejak masih dalam ayunan / buaian (ibu) sampai ke
liang lahat (meninggal). Sehingga hanya kematianlah yang mampu menghentikan
kewajiban seorang muslim dalam menuntut ilmu. Dengan demikian, dalam menuntut ilmu
tidak ada istilah “sudah tua”. Boleh saja pendidikan formal lewat bangku sekolah atau
kuliah telah selesai, tetapi kegiatan belajar kepada siapapun dan dimanapun harus tetap
dilaksanakan hingga akhir hayat, baik di keluarga, pengajian di masjid, majlis-majlis
taklim, dan lain sebagainya.
5. Sejalan dengan itu, Islam memang tidak membatasi tempat di mana kita harus
mencari ilmu. Dimanapun keberadaan ilmu, Islam memerintahkan untuk mencarinya,
sekalipun sampai ke negeri Cina sebagaimana ditegaskan dalam hadits di atas, yaitu “
carilah ilmu meskipun sampai ke negeri Cina”. Hadits tersebut juga mengisaratkan bahwa
menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah. Betapa tidak ? Coba renungkan ! Perjalanan
dari Tanah Suci ke Cina saat itu dapat berlangsung berminggu-minggu, bahkan berbulan-
bulan, serta banyak rintangan yang harus dilalui seperti badai gurun pasir, banyaknya
penyamun, sulitnya membawa perbekalan, dan belum lagi sulitnya memenuhi keperluan
hidup selama belajar di rantau, karena saat itu belum ada sarana pengiriman uang lewat
wesel atau tansfer lewat Bank maupun barang lewat kiriman paket seperti sekarang. Tentu
perintah Rasulullah SAW tersebut baru dapat terlaksana bila yang bersangkutan
mempunyai kebulatan niat yang kuat, keuletan yang tinggi, punya sifat kemandirian, dan
kerja keras. Sehingga melalui pesan hadits itu seolah-olah Rasulullah SAW ingin
berpesan kepada kita semua bahwa belajar itu harus didasari oleh niat yang kuat, keuletan,
kemandirian, dan kerja keras atau mau bersusah payah dan tidak manja. Karena itu pula
dalam hadits di atas Rasululllah SAW menyejajarkan kedudukan orang yang menuntut
ilmu sama dengan orang yang sedang jihad fisabilillah.
Selain niat yang kuat, ulet, mandiri, dan kerja keras, hal lain yang tidak boleh
dikesampingkan dalam menuntut ilmu adalah hormat dan berlaku baik kepada guru
sebagaimana yang tersebut dalam sabda Rasulullah SAW di atas. Menurut Imam Az-
Zarnuji dalam Kitab “Ta’limul Muta’allim” salah satu penyebab tidak manfaatnya ilmu
yang dimiliki oleh para generasi sekarang adalah kurang tawadhu’ atau kurang hormatnya
siswa kepada guru. Indikasi tidak bermanfaatnya ilmu itu adalah ilmu yang dimilikinya itu
tidak mampu mendekatkannya kepada Allah dan tidak melahirkan kepatuhan kepada-Nya,
bahkan semakin menjauhkannya dengan Allah, serta tidak dapat mendatangkan
kemanfaatan bagi orang banyak, bahkan sebaliknya acapkali merugikannya. Akibatnya
seperti yang dapat kita lihat di negeri ini, banyak orang pinter yang pada akhir karirnya
tidak selamat akibat olahnya sendiri. Na’udzu billahi min Dzalika. Sebaliknya seorang
yang manfaat ilmunya, ia akan memiliki kemantapan iman serta patuh dan tawadhu'
kepada Allah. Firman Allah SWT :
6.
Artinya,“Dan agarorang-orang yg telah diberiilmu meyakinial-Qur'an itulah yang hak (petunjuk
yang benar) dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya." (QS.al-
Hajj/22: 54).
Hadits di atas juga menerangkan tentang berbagai keutamaan yang diberikan Allah
SWT kepada orang yang mau menuntut ilmu, diantaranya diampuni dosa-dosanya oleh
Allah SWT karena semua makhluk di dunia ini termasuk semua binatang yang hidup di
lautan memohonkan ampun kepadanya, dimudahkan jalan baginya oleh Allah SWT jalan
menuju surga, serta dinaungi dan dimuliakan oleh malaikat dengan mau meletakkan
sayapnya untuk jalan orang yang menuntut ilmu.
Selain itu Allah juga akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu
lebih tinggi beberapa derajat daripada orang yang tidak berilmu. Dalam sebuah hadits
disebutkan, bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan perumpaan keutamaan seorang
yang alim (berilmu) dengan seorang abid (ahli ibadah) itu diperumpamakan
perbandingannya antara bulan dengan bintang. Perumpamaan Nabi tersebut sangat masuk
akal, sebab seorang yang alim itu memiliki ilmu yang manfaatnya tidak terbatas hanya
bagi dirinya, tetapi juga dapat dirasakan bagi orang lain, baik melalui pengajaran yang
diberikan atau membaca karya tulisnya. Sedangkan ibadahnya abid manfaatnya terbatas
hanya pada dirinya. Disamping itu, ilmu pengaruhnya tetap abadi dan lestari selama
masih ada orang yang memanfaatkannya, meskipun sudah beberapa ribu tahun. Seperti
temuan para ilmuwan Muslim pada zaman dahulu hingga sekarang masih terus
dimanfaatkan orang. Berbeda dengan amal ibadah, seperti melakukan shalat, puasa, zakat,
haji, dan sebagainya juga mendapatkan balasan pahala oleh Allah, akan tetapi semua ini
segera berakhir dengan berakhirnya pelaksanaan dan kegiatan sang pelakunya. Seperti
penjelasan hadits Nabi Muhammad yang sudah sangat populer di kalangan umat Islam,
yaitu jika anak Adam meninggal dunia, semua amalnya terputus kecuali tiga hal: shadaqah
jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya.
Dalam Al-Qur`an Allah juga berulang-ulang menegaskan akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
7. beberapa derajat. Allah juga mengingatkan kepada manusia untuk berfikir dan
merenungkan, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui.