Surat ini membahas tentang peran penting pendidik dalam mendidik anak didik, khususnya dalam menanamkan nilai-nilai spiritual. Pendidik diharapkan mampu menjamah aspek kognitif dan spiritual dalam proses pembelajaran.
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
GURU
1. PENDIDIK/GURU
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi II
Dosen Pengampu: Failasuf Fadli, M.Si
Disusun oleh:
Anik Mufidah (2021113212)
Hanifatunnisa (2021113216)
Diah Puspitasari (2021113233)
Kelas PAI E
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
2. 1 | P e n d i d i k / G u r u
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik sering disebut dengan istilah
murabbi, mu’allim, muaddib. Ketiga terma tersebut mempunyai tempat
penggunaan tersendiri. Di samping itu, istilah pendidikan kadang kala disebut
melalui gelarnya, seperti istilah Al-Ustadz dan Asy-Syaikh.
Pada awalnya, mengurus atau mendidik anak merupakan tugas utama
orangtua. Tanggung jawab orangtua sebagai pendidik pertama, tercermin dalam
firman Allah Q.S. At-Tahrim: 6.
Perkembangan pengetahuan, keteranmpilan, sikap, serta kebutuhan hidup
yang kompleks menempatkan posisi orangtua menjadi semakin sulit dan rumit.
Oleh karena itu, untuk mendidik anaknya, orangtua mengirimkan anaknya ke
sekolah. Hal tersebut dilakukan karena orangtua merasa tidak mampu untuk
mendidik anaknya dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang sangat
dibutuhkan pada zaman sekarang ini.1
Kondisi masyarakat yang semakin maju dalam segala bidang kehidupan
berdampak pada kualitas mendidik anak. Sepandai apapun orangtua tidak akan
mampu mendidik anaknya dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu fungsi
pendidik terlihat semakin penting.
Sebagai pendidik harusnya mengetahui dan melaksanakan tugasnya yaitu
memberikan pengajaran yang baik kepada anak didiknya mencakup aspek
kognitif dan aspek spiritual. Tetapi pada kenyataannya pendidikan yang terjadi
pada saat ini hanya lebih mampu menjamah aspek kognitifnya saja. Dalam
makalah ini akan dibahas tentang peran pendidik yang baik. Semoga bermanfaat.
1 Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) hlm. 131
3. 2 | P e n d i d i k / G u r u
BAB I
PEMBAHASAN
A. QS. Ar-Rahman ayat 1-4
1. Ayat dan Terjemah
ُن ٰمْحَّلرَاُ(١ُ)َُمَّلَعَُُأنْرقْلاُ(٢ُ)َُقَلَخَُُانَسْنِ ْاْلُ(٣ُ)هَمَّلَعَُُانَيَبْلاُ(٤)
Artinya:
1. (Allah) Yang Maha Pengasih
2. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an
3. Dia meciptakan manusia
4. mengajarnya pandai berbicara2
2. Makna Mufrodat
ُن ٰمْحَّلرَا : Yang Maha Pemurah
َُمَّلَع : telah mengajarkan
َُأنْرقْلا : Al-Qur’an
َُقَلَخُانَسْنِ ْاْل : Dia menciptakan manusia
َُانَيَبْلُاهَمَّلَع : mengajarnya pandai berbicara3
3. Tafsir
Ayat 1-2
(ُن ٰمْحَّالر١(ُ َنَأْرقْلُاَمَّلَعُ)٢)
“Ar-Rahman. Dialah yang telah mengajarkan al-Qur’an.”
Surah ini dimulai dengan menyebut sifat rahmat-Nya yang menyeluruh
yaitu ar-Rahman, yakni Allah mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk
dalam kehidupan dunia ini, baik manusia atau jin – yang taat dan durhaka,
malaikat, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.
Setelah menyebut rahmat-Nya secara umum, disebutkan rahmat dan
nikmat-Nya yang teragung sekaligus menunjukkan kuasa-Nya melimpahkan
sekelumit dari sifat-Nya kepada hamba-hamba-Nya agar mereka meneladani-
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Bayan, (Jakarta: Bayan Qur’an, 2009) hlm. 531
3 Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul Jilid Dua, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2010) hlm. 984
4. 3 | P e n d i d i k / G u r u
Nya yakni dengan menyatakan: Dialah yang telah mengajarkan al-Qur’an
kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Dimulainya surah ini dengan kata tersebut bertujuan juga mengundang
rasa ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui
nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya. Di sisi lain, penggunaan kata
tersebut di sini sambil menguraikan nikmat-nikmat-Nya, merupakan juga
bantahan terhadap mereka yang enggan mengakui-Nya itu.
Patron kata مّلع ‘allama/mengajarkan memerlukan dua objek. Banyak
ulama yang menyebut objeknya adalah kata اإلنسان al-insan/manusia yang
diisyaratkan oleh ayat berikut. Thabathaba’i menambahkan bahwa jin juga
termasuk, karena surah ini ditujukan kepada manusia dan jin. Di sisi lain,
tidak disebutkan objek kedua dari kata tersebut, mengisyaratkan bahwa ia
bersifat umum dan mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh
pengajaran-Nya.
Al-Qur’an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad saw dengan lafal dan maknanya yang
beribadah siapa yang membacanya, dan menjadi bukti kebenaran mukjizat
Nabi Muhammad saw. Kata القرأن al-Qur’an dapat dipahami sebagai
keseluruhan ayat-ayatnya yang enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan
untuk menunjuk walau satu ayat saja atau bagian dari satu ayat.
Ayat 3-4
َُقَلَخَُُانَسْنِ ْاْلُ(٣ُ)هَمَّلَعَُُانَيَبْلاُ(٤)
“Dialah yang menciptakan manusia, mengajarnya ekspresi.”
Allah ar-Rahman yang mengajarkan al-Qur’an itu Dialah yang
menciptakan manusia makhluk yang paling membutuhkan tuntunan-Nya,
sekaligus yang paling berpotensi memanfaatkan tuntunan itu dan
mengajarnya ekspresi yakni kemampuan menjelaskan apa yang ada dalam
benaknya, dengan berbagai cara utamanya adalah bercakap dengan baik dan
benar.
Kata اإلنسان al-insan pada ayat ini mencakup semua jenis manusia, sejak
Adam as hingga akhir zaman.
5. 4 | P e n d i d i k / G u r u
Kata البيان al-bayan pada mulanya berarti jelas. Kata tersebut di sini
dipahami oleh Thabathaba’i dalam arti “potensi mengungkap” yakni
kalam/ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat dalam
benak.
Hemat penulis, pengajaran al-bayan itu tidak hanya terbatas pada ucapan,
tetapi mencakup segala bentuk ekspesi, termasuk seni dan raut muka. Bahkan
menurut al-Biqa’i, kata al-bayan adalah potensi berpikir, yakni mengetahui
persoalan kulli dan juz’i, menilai yang tampak dan juga yang gaib dan
menganalogikannya dengan yang tampak. Sekali dengan tanda-tanda, di kali
lain dengan perhitungan, kali ketiga dengan ramalan dan di kali selanjutnya
dengan memandang ke alam raya serta cara-cara yang lain, sambil
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk atau semacamnya. Itu
semua disertai dengan potensi untuk menguraikan sesuatu yang tersembunyi
dalam benak serta menjelaskan dan mengajarkannya kepada pihak lain.
Sekali dengan kata-kata, di kali lain dengan perbuatan-dengan ucapan,
tulisan-isyarat dan lain-lain. Dengan demikian manusia tadi mampu untuk
menyempurnakan dirinya sekaligus menyempurnakan selainnya. Demikian
antara lain al-Biqa’i.
Di sisi lain, kita tidak perlu menyatakan bahwa pengajaran Allah melalui
ilham-Nya itu adalah pengajaran bahasa. Ia adalah penciptaan potensi pada
diri manusia dengan jalan menjadikannya tidak dapat hidup sendiri, atau
dengan kata lain menciptakannya sebagai makhluk sosial. Itulah yang
mendorong manusia untuk saling berhubungan.4
4. Asbabun Nuzul
Berdasarkan literatur yang kami baca surat Ar-Rahman ayat 1-4 tidak
mempunyai asbabun nuzul
5. Munasabah
Beberapa nikmat Allah kepada manusia
4 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm.
493-496
6. 5 | P e n d i d i k / G u r u
Pada ayat terakhir surah Al-Qamar dinyatakan bahwa orang yang ebrtakwa
akan hidup di dalam surga di sisi Allah yang Mahakuasa. Pada ayat-ayat
berikut dijelaskan tentang Allah yang Maha Mengasihi hamba-hamba-Nya
dengan berbagai nikmat.5
6. Aspek Tarbawi
Rahmat Allah dicurahkan kepada seluruh makhluk di dunia ini.
Sebagai manusia yang memiliki akal sebaikknya kita bisa meneladani sifat
Rahman-Nya.
Hendaknya kita meyakini nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya.
Kita harus sadar bahwa dalam hidup ini kita membutuhkan tuntunan-Nya
dan kita hendaknya kita mengetahui bahwa kita adalah makhluk yang
paling berpotensi memanfaatkan tuntunan-Nya..
B. QS. An-Najm ayat 5-6
1. Ayat dan Terjemah
هَمَّلَعُى ٰوقْلاْديِدَشُ(٥ُ)ٍة َّرِم ْوذٍُة َّرِم ْوذُ(٦)
Artinya:
5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril yang sangat kuat)
6. yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri
dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa)6
2. Makna Mufrodat
هَمَّلَع : yang diajarkan kepadanya
ى ٰوقْلاْديِدَش : yang sangat kuat
ٍة َّرِم ْوذ : yang mempunyai kecerdasan
ٍة َّرِم ْوذ : maka menetaplah ia7
3. Tafsir
هَمَّلَعُى ٰوقْلاْديِدَشُ(٥ُ)ٍة َّرِم ْوذُى ٰوَتْساَفُ(٦)
“Ia diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat, pemilik potensi yang
sangat hebat; lalu dia tampil sempurna.”
5 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 531
6 Departemen Agama RI, Ibid., hlm. 526
7 Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Op.,Cit.,hlm. 951
7. 6 | P e n d i d i k / G u r u
Allah berfirman bahwa: Ia yakni wahyu yang diterimanya itu
diajarkan kepadanya yakni kepada Nabi Muhammad saw oleh malaikat
Jibril yang sangat kuat, pemilik potensi akliah yang sangat hebat; lalu
dia yakni malaikat Jibril itu tampil sempurna dan menampakkan diri
dengan rupanya yang asli.
Kata مهّلع ‘allamahu/diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa
wahyu tersebut bersumber dari malaikat Jibril. Seorang yang mengajar
tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar,
bukankah kita mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan
yang diajarkan itu bukan karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan
sesuatu secara baik dan benar adalah salah satu bentuk pengajaran.
Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikannya
secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang dimaksud
dengan pengajarannya di sini.
Kata ة ّمر mirrah terambil dari kalimat ُالحبلأمررت amrartu al-habla
yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata ة ّذومر dzu
mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya
kemampuan seseorang. Al-Biqa’i memahaminya dalam arti ketegasan
dan kekuatan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya tanpa sedikitpun mengarah kepada tugas selainnya disertai
dengan keikhlasan penuh. Ada juga yang memahaminya dalam arti
kekuatan fisik, akal dan nalar.
Ada lagi ulama yang memahami ayat di atas sebagai berbicara
tentang Nabi Muhammad saw., yakni Nabi agung itu adalah seorang
tokoh yang kuat kepribadiannya serta matang pikiran dan akalnya lagi
sangat tegas dalam membela agama Allah.8
4. Asbabun Nuzul
Berdasarkan literatur yang kami baca surat An-Najm ayat 5-6 tidak
mempunyai asbabun nuzul.
5. Munasabah
8 M. Quraish Shihab, Op.,Cit., hlm. 410-411
8. 7 | P e n d i d i k / G u r u
Di akhir Surah At-Tur Allah swt memerintahkan Rasul saw untuk
bersabar atas sikap keras kepala orang-orang kafir dan musyrik terhadap
dakwahnya, jangan bersedih hati sebagaimana Allah berpesan kepada
Rasul untuk untuk bertasbih memuji Tuhan baik di pagi hari maupun
waktu malam. Di awal Surah An-Najm ini, Allah bersumpah dengan
makhluk-Nya yaitu bintang, bahwa Rasul adalah benar tidak melakukan
kekeliruan dan Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan melalui
malaikat Jibril.9
6. Aspek Tarbawi
Hendaknya kita mengetahui bahwa setiap ilmu yang kita terima
hakikatnya bersumber dari dari Allah, adapun seorang guru atau
pendidik merupakan salah satu perantaranya.
Pengajaran yang baik adalah dengan cara menyampaikan suatu
materi dengan baik dan benar.
Dalam mengerjakan tugas hendaknya kita bersikap ikhlas dan fokus.
C. QS. An-Nahl ayat 43-44
1. Ayat dan Terjemah
ُْنَِامنلَس ْرَآاَم َوَُُكِلْبَقُُْٓي ِح ْوُّن ااْلَج ِر َِّْلاُُْمِهْيَلِاَُُلْهَا ْٓولَئْسَفُُِْنا ِرْكِّذالُُْمتْنكَُُْلَُُن ْومَلْعَتُ(٤٣ُ)
ُِتٰنِّيَبْلاِبَُُْكيَلِآاَنْلَزْنَا َو ِربُّالز َوَُُرْكِّذالَُُنِّيَبتِلُُِاسَّنلِلُاَمَُُل ِّزنُُْمِهْيالِاُُْمهَّلَعَل َوَُُن ْورَّكَفَتَيُ(٤٤)
Artinya:
43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan
orang laik-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
44. (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur’an)
kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan10
2. Makna Mufrodat
9 Departemen Agama RI, Op.,Cit.,hlm. 526
10 Departemen Agama RI, Ibid., hlm. 272
9. 8 | P e n d i d i k / G u r u
ُْنَِامنلَس ْرَآاَم َوَُُكِلْبَقُُْٓي ِح ْوُّن ااْلَج ِر َِّْلاُُْمِهْيَلِا : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu,
kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka
َُلْهَا ْٓولَئْسَفُُِرْكِّذال : maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan.
ُِْناُُْمتْنكَُُْلَُُن ْومَلْعَت : jika kalian tidak mengetahui
ُِتٰنِّيَبْلاِبُ : dengan membawa keterangan-keterangan
ُِربُّالز َو : dan kitab-kitab
َُْكيَلِآاَنْلَزْنَا َوَُُرْكِّذالُ : Dan Kami turunkan kepadamu Az-Zikr
َُنِّيَبتِلُُِاسَّنلِلُاَمَُُل ِّزنُُْمِهْيالِاُ : agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa
yang diturunkan kepada mereka
َُُن ْورَّكَفَتَيُُْمهَّلَعَل َو : dan supaya mereka memikirkan11
3. Tafsir
Pada ayat 43 dan ayat-ayat berikutnya kembali menguraikan
kesesatan pandangan mereka menyangkut kerasulan Nabi Muhammad
saw. Dalam penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak
wajar menjadi utusan Allah, atau paling tidak ia harus disertai oleh
malaikat. Ayat ini menegaskan bahwa: Dan kami tidak mengutus
sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan dimanapun, kecuali
orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat yang
Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat Jibril,
maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu bertanyalah kepada
ahl adz-Dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.
Para ulama menjadikan kata rijal pada ayat ini sebagai alasan
untuk menyatakan bahwa semua manusia yang diangkat Allah sebagai
Rasul adalah pria, dan tidak satu pun yang wanita. Memang dari segi
bahasa kata rijal yang merupakan bentuk jamak dari kata rajul seringkali
dipahami dalam arti lelaki. Namun demikian, terdapat ayat-ayat al-
Qur’an yang mengesakan bahwa kata tersebut tidak selalu dalam arti
11 Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul Jilid Satu, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2010) hlm. 1021
10. 9 | P e n d i d i k / G u r u
jenis kelamin lelaki. Ia digunakan juga untuk menunjuk manusia yang
memiliki keistimewaan atau kekokohan, atau ciri tertentu yang
membedakan mereka dari yang lain.
Kata ahl adz-Dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama
dalam arti pemuka agama Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-
orang yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para Rasul
yang diutus Allah.
Kata in/jika pada ayat diatas yang biasanya digunakan menyangkut
sesuatu yang tidak pasti atau diragukan, mengisyaratkan bahwa persoalan
yaang dipaparkan oleh Nabi saw dan al-Qur’an sudah demikian jelas,
sehingga diragukan adanya ketidaktahuan, dan dengan demikian
penolakan yang dilakukan kaum musyrikin itu bukan lahir dari
ketidaktahuan, tetapi dari sikap keras kepala.
Pada ayat 44, kata az-zubur adalah jamak dari kata zabur yakni
tulisan. Yang dimaksud disini adalah kitab-kitab yang ditulis seperti,
Taurat, Injil, Zabur dan Shuhuf Ibrahim as. Para ulama berpendapat
bahwa zubur adalah kitab-kitab singkat yang tidak mengundang syariat,
tetapi sekadar nasihat-nasihat.
Salah satu nama al-Qur’an adalah adz-Dzikr yang dari segi bahasa
adalah antonim dari kata lupa. Al-Qur’an dinamai demikian karena ayat-
ayatnya berfungsi mengingatkan manusia apa yang dia berpotensi
melupakannya dari kewajiban, tuntunan dan peringatan yang seharusnya
dia selalu ingat, laksanakan dan indahkan.
Pengulangan kata turun dua kali yakni anzalna ilaika/ kami
turunkan kepadamu dan ma nuzzila ilaihim/ apa yang telah diturunkan
kepada mereka mengisyaratkan perbedaan penurunan yang dimaksud.
Yang pertama adalah penurunan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad,
sedang yang kedua adalah yang diturnkan kepada manusia seluruhnya.12
4. Asbabun Nuzul
12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm.
234-238
11. 10 | P e n d i d i k / G u r u
Ibnu Jarir at-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu
‘Abbas bahwa ia berkata, “ketika Allah mengutus Muhammad sebagai
nabi, orang Arab mengingkarinya. Kemudian turunlah ayat ini.”
5. Munasabah
Di dalam ayat-ayat yang lalu, Allah swt menjelaskan bahwa kaum
musyrikin mengingkari kerasulan Muhammad saw, dan menganiaya
Nabi dan pengikutnya sehingga mereka hijrah menyelamatkan diri, hal
ini menunjukkan bahwa kaum musyrikin tidak memerlukan Nabi karena
tidak meyakini hari kebangkitan dan pembalasan. Dalam ayat-ayat ini ,
Allah swt menjelaskan pengingkaran mereka dalam bentuk lain untuk
mendustakan kerasulan Muhammad saw. Mereka menyangkal kerasulan
Muhammad dengan mengatakan bahwa kalau Allah akan mengirimkan
utusan, tentu Ia akan mengutus malaikat. Akan tetapi, alasan mereka itu
tidak dapat dibenarkan karena selama ini Allah hanya mengutus manusia
sebagai rasul untuk manusia.13
6. Aspek Tarbawi
Semua manusia yang diangkat Allah sebagai Rasul adalah pria, dan
tidak satu pun yang wanita.
Penolakan yang dilakukan kaum musyrikin itu bukan lahir dari
ketidaktahuan, tetapi dari sikap keras kepala.
Adz-Dzikr adalah nama dari Al-Qur’an karena isinya berupa
pengingat bagi umat manusia
D. QS. Al-Kahfi ayat 66
1. Ayat dan Terjemah
َُلاَقُهَلُسٰى ْومُُْلَهَُُكعِبَّتَاُىٰٓلَعُُْنَاُُِنَمِّلَعتُاَّمِمَُُتْمِّلعُاادْشرُ(٦٦)
Artinya:
66. Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau
mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu
( untuk menjadi) petunjuk?”14
13 Departemen Agama RI, Op.,Cit., hlm. 272
14 Departemen Agama RI, Ibid., hlm. 301
12. 11 | P e n d i d i k / G u r u
2. Makna Mufrodat
َُكعِبَّتَا : aku mengikutimu
ُْنَاُُِنَمِّلَعت : agar engkau mengajarkan kepadaku
اادْشر : petunjuk
3. Tafsir
Dalam pertemuan kedua tokoh itu Musa berkata kepadanya, yakni
kepada hamba Allah yang memperoleh ilmu khusus itu, “Bolehkah aku
mengikutimu secara bersungguh-sungguh supaya engkau mengajarkan
kepadaku sebagian dari apa, yakni ilmu-ilmu yang telah diajarkan Allah
kepadamu untuk menjadi petunjuk bagiku menuju kebenaran?”
Nabi Musa as, memiliki ilmu lahiriah dan menilai sesuatu berdasar
hal-hal yang bersifat lahiriah. Tetapi seperti diketahui, setiap hal yang
lahir ada pula sisi batiniahnya. Sisi batiniah inilah yang tidak terjangkau
oleh pengetahuan Nabi Musa as. Hamba Allah yang saleh secara tegas
menyatakan bahwa Nabi Musa a.s. tidak akan sabar, bukan saja karena
Nabi Musa as dikenal berkepribadian sangat tegas dan keras, tetapi lebih-
lebih karena peristiwa dan apa yang akan dilihatnya dari hamba Allah
saleh itu, sepenuhnya bertentangan dengan hukum-hukum syariat yang
bersifat lahiriah dan yang dipegang teguh oleh Nabi Musa as.
Kata بعكّتأ attabi’uka asalnya adalah أتبعك atba’uka dari kata تبع
tabi’a, yakni mengikuti. Penambahan huruf ت ta’ pada kata attabi’uka
mengandung makna kesungguhan dalam upaya mengikuti itu. Memang
demikianlah seharusnya seorang pelajar, harus bertekad untuk
bersungguh-sungguh mencurahkan perhatian, bahkan tenaganya,
terhadap apa yang akan dipelajarinya.
Ucapan Nabi Musa as ini sungguh sangat halus. Beliau tidak
menuntut untuk diajar tetapi permintaannya diajukan dalam bentuk
pernyataan, “Bolehkah aku mengikutimu?” Selanjutnya beliau menamai
pengajaran yang diharapkannya itu sebagai ikutan, yakni beliau
menjadikan diri beliau sebagai pengikut dan pelajar. Beliau juga
menggarisbawahi kegunaan pengajaran itu untuk dirinya secara pribadi,
13. 12 | P e n d i d i k / G u r u
yakni untuk menjadi petunjuk baginya. Di sisi lain, beliau
mengisyaratkan keluasan ilmu hamba yang saleh itu sehingga Nabi Musa
a.s. hanya mengharap kiranya dia mengajarkan sebagian dari apa yang
telah diajarkan kepadanya. Dalam konteks itu, Nabi Musa as tidak
menyatakan “apa yang engkau ketahui wahai hamba Allah”, karena
beliau sepenuhnya sadar bahwa ilmu pastilah bersumber dari satu
sumber, yakni dari Allah Yang Maha Mengetahui.15
4. Asbabun Nuzul
Berdasarkan literatur yang kami baca surat Al-Kahfi ayat 66 tidak
mempunyai asbabun nuzul.
5. Munasabah
Khidir membocorkan perahu dan membunuh seorang anak
Pada ayat-ayat yang lalu, diceritakan bahwa Musa a.s. beserta muridnya
mencari Khidir a.s. untuk menerima pelajaran dan mencari pengalaman.
Diterangkan pula bahwa Musa a.s. bersedia memenuhi syarat-syarat yang
dikemukakan oleh Khidhir agar diterima menjadi murdnya. Pada ayat-
ayat berikut ini, diterangkan pengalaman-pengalaman yang dialami Musa
a.s. selama berjalan mengikuti Khidhir dan sikapnya terhadap
pengalaman-pengalaman itu.16
6. Aspek Tarbawi
Kita seharusnya sebagai seorang pelajar harus bertekad untuk
bersungguh-sungguh mencurahkan perhatian, bahkan tenaganya,
terhadap apa yang akan dipelajari.
Kita perlu memahami kegunaan sebuah pengajaran adalah untuk diri
seorang pelajar, yakni untuk menjadi petunjuk baginya dalam
kehidupan di dunia guna mengetahui mana yang baik dan mana yang
tidak baik.
15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 97-
98
16 Departemen Agama RI, Op.,Cit., hlm. 301
14. 13 | P e n d i d i k / G u r u
Setiap ilmu pastilah bersumber dari satu sumber, yakni dari Allah
Yang Maha Mengetahui.
Seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya dan memberi
tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntun ilmu,
bahkan mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang
pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai
dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.
Dalam ayat ini memberi isyarat pada kita agar meniru tekad Nabi
Musa a.s. yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang
belum dipahami.
Kesabaran merupakan salah satu unsur penting dalam menuntut
ilmu.
15. 14 | P e n d i d i k / G u r u
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Demikian kompleks tugas, peran, dan tanggungjawab pendidik. Seorang
pendidik dalam Islam dituntut untuk memiliki kompetensi dasar dan berbagai
syarat untuk memenuhi tuntutan tugas dan tanggungjawab tersebut. Salah satu
tugas pendidik adalah memberikan pengajaran yang baik dengan cara
menyampaikan suatu materi dengan baik dan benar.
Dengan pengajaran yang baik pendidik diharapkan tidak hanya membuat
anak didik baik dalam aspek kognitifnya saja tetapi juga dalam aspek spiritualnya.
Karena yang paling penting dalam pendidikan adalah anak didik mampu
mengambil pesan-pesan ilahi yang ada pada setiap materi pelajaran atau segala
kejadian yang mereka alami. Dengan itu anak didik bisa menjelma menjadi insan
kamil yang diharapkan.
16. 15 | P e n d i d i k / G u r u
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2010.
Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid Satu. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2010.
Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid Dua. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an Bayan. Jakarta: Bayan Qur’an.
Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam.Bandung: Pustaka Setia.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 7. Jakarta: Lentera
Hati.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 8. Jakarta: Lentera
Hati.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 13. Jakarta: Lentera
Hati.
17. 16 | P e n d i d i k / G u r u
Pertanyaan
1. 2021113143
Bagaimanakha karakter pendidik yang baik?
2. Zakiatul Fitri
Bagaimanakah penjelasan pemakalah tentang ketiga surat selain surat
al-kahfi?
Apakah ada keterkaitan antar surat dalam menggambarkan poin-poin
yang harus ada untuk menjadi guru yang baik?
3. Khasbih maslekhah
Apakah konsep pendidikan yang ada dalam surat al-kahfi?
Bagaimana penjelasan aspek tarbawi poin ke 4?
Pandangan Umum
1. Arina Manasikana
Tentang keterkaitan antar surat dalam menggambarkan poin-poin yang harus
ada untuk menjadi guru yang baik