Pada masa pendudukan Jepang, pers berada di bawah kendali ketat pemerintah penjajah. Hanya satu surat kabar yang terbit secara ilegal, yaitu Berita Indonesia. Pemerintah menerapkan sistem lisensi dan sensor untuk mengontrol pers. Meski demikian, pers memberikan pengalaman berharga bagi wartawan Indonesia dan meluasnya penggunaan bahasa Indonesia.
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Pers pada masa penjajahan jepang (1942 1945)
1. PERS PADA MASA
PENJAJAHAN JEPANG (1942-1945)
KLIPING
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Guru Mapel : Bashori, S.Ag
NAMA KELOMPOK
KHOIRUL ANWAR
ISNAINAH DWI NUR HASANAH
KHALIMATUS SA’DIAH
MADRASAH ALIYAH (MA) MA’ARIF 1 PUNGGUR
LAMPUNG TENGAH
TH. 2015/1436 H
2. PERS PADA MASA
PENJAJAHAN JEPANG (1942-1945)
Di masa penduduk Jepang, pers, baik radio, majalah surat kabar maupun kantor berita
dikuasai Jepang, kecuali beberapa surat kabar pribumi dibawah control berat melalui UU
penguasa. Hanya ada satu surat kabar yang terbit (secara illegal), yaitu Berita Indonesia. Surat ini
dipelopori oleh Soeadi Tahsin (pelajar kenkoku gakukin). Surat kabar tersebut diantaranya
memuat berita-berita sekitar kehidupan masyarakat yang sangat memprihatinkan akibat
penjajahan, kenyataan kehidupan politik pada masa itu, san berita-berita lainnya mengenai
perjuangan bangsa Indonesia.
Penyebar luasan Berita Indonesia ini bertujuan untuk mengimbangi propaganda
pemerintah Jepang yang disiarkan melalui berita Goenseikanbu. Surat kabar ini intinya berisi
propaganda-propaganda Jepang agar rakyat Indonesia membantu Jepang dalam perangnya
melawan tentara serikat.
Pada masa ini Indonesia berada dalam kekuasaan pemerintah penjajah Jepang.
Kehidupan pers diatur pemerintah penjajah dengan Undang-Undang No.16 yang memberlakukan
sistem lisensi dan sensor preventif. Setiap penerbit cetak harus memiliki izin terbit serta
melarang penerbitan yang dinilai memusuhi Jepang. Aturan ini masih diperkuat lagi dengan
menempatkan Shidooin (penasihat) dalam redaksi setiap surat kabar. Tugas “penasihat” ini
adalah mengontrol dan melakukan sensor. (Soerjomiharjo dan Suryadinata, 2002) sensor adalah
tindakan pengawasan, dan pemeriksaan terhadap informasi yang akan dipublikasikan.
3. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, berbagai surat kabar berbahasa Belanda dibredel.
Selanjutnya, pemerintah penjajah Jepang mendirikan surat kabar Jawa Simbun ka dan
membentuk kantor berita Domei.
Selama sama penduduknya di Indonesia, pemerintah penjajah Jepang melatih wartawan
Indonesia mengenai teknik pemberitaan modern. Selain itu, pemerintah penjajah juga
mengangkat wartawan Indonesia menjadi redaktur berbagai surat kabar di Jakarta (Asia Raya,
Djakarta Pembangung, Kung Yung Pao), di Surabaya (Soera Asia), di Bandung (Tjahaja), di
Semarang (Sinar Baroe), dan di Yogyakarta (Sinar Matahari).
Namun demikian, keberadaan pers dikontrol secara ketat oleh pemerintah penjajah
Jepang. Pers sepenuhnya diarahkan untuk melayani kepentingan pemerintah Jepang, yakni
“Memobilisasi rakyat untuk melayani kepentingan pemerintah penjajah Jepang”.
Pada masa ini surat kabar Indonesia semula berusaha dan berdiri sendiri di paksa
bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta
tujuan-tujuan tentang Japeng untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso”
atau perang Asia Timur Raya.
Dengan demikian, di zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-
kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata. Pers nasional masa
penduduk Jepang mengalami penderitaan dan pengekangan kebebasan seperti jaman Belanda.
Namun, ada beberapa keuntungan yang didapat oleh para wartawan atau instan pers di Indonesia
yang bekerja pada penerbitan Jepang.
4. Meskipun pers pada masa ini mendapat tekanan, bangsa Indonesia mendapat banyak
keuntungan diantaranya adalah :
Pengalaman karyawan pers Indonesia bertambah, fasilitas dan alat yang digunakan jauh
lebih banyak dari pada masa Belanda.
Adanya pengajaran bagi rakyat agar berfikir kritis terhadap berita yang disajikan oleh
sumber resmi Jepang. Kekejaman dan penderitaan yang dialami pada masa Jepang
memudahkan pemimpin bangsa member semangat untuk melawan penjajah.
Meluasnya penggunaan bahasa Indonesia karena bahasa Belanda berusaha dihapus oleh
Jepang. Hal ini yang dinantinya akan membantu bahasa Indonesia digunakan sebagai
bahasa nasional.
Contoh pers pada masa ini adalah sebagai berikut :
1. Surat kabar Soera Asia diterbitkan tahun 1942
2. Surat kabar Tjahaja di pimpin oleh Otto Iskandar Dinata
3. Surat kabar Sinar Matahari diterbitkan di Yogyakarta
4. Surat kabar Sinar Baru diterbitkan di Semarang
5. Surat kabar Asia Raya diterbitkan di Jakarta
6. Surat kabar yang terbit di Sumatera, misalnya Pada Nippo (Padang), Kita Sumatera
(Medan), Palembang Simbun (Palembang), Lampung Simbun (Lampung)
7. Surat kabar yang terbit di Kalimantan misalnya Suara Kalimantan.