SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1
PERAN MASYARAKAT MITRA POLHUT (MMP)
TERHADAP KAWASAN KONSERVASI *)
Oleh : Sudirman Sultan, SP.,MP.**)
A. Latar Belakang MMP
Kerjasama antara pihak pengelola kawasan konservasi dengan
masyarakat lokal diyakini merupakan bagian yang penting untuk kelangsungan
pengelolaan kawasan konservasi dalam jangka panjang. Kerjasama tersebut
bisa diwujudkan dalam bentuk pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
kawasan konservasi. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan
konservasi telah diatur dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.
Khusus untuk peran serta masyarakat dalam pengamanan hutan telah
disebutkan pada Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan. Pasal ini menjelaskan bahwa masyarakat berkewajiban
untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan
perusakan. Oleh karena itu untuk mengimplementasikan aturan ini,
masyarakat perlu dilibatkan dalam pelaksanaan pengamanan hutan. Berbagai
bentuk pelibatan masyarakat dalam kegiatan perlindungan dan pengamanan
hutan, diantaranya adalah :
a. Pengamanan Hutan Berbasis Masyarakat
b. Kegiatan Kader konservasi
c. Kegiatan Pemuda/Masyarakat Peduli Api
d. Kegiatan Pemuda Pecinta Alam
e. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Peduli Hutan
f. Kegiatan Pengembangan Desa Model Konservasi
g. Kegiatan Penyuluhan oleh Sentra Penyuluhan Kehutanan Partisipatif
(SPKP), dan
h. Kegiatan oleh Organisasi lain yang bersifat sukarela (volunteer)
Pengamanan hutan berbasis masyarakat sebagai salah satu bentuk
pelibatan masyarakat memerlukan kelembagaan yang baik. Hal ini sesuai
2
dengan amanah Pasal 7 huruf d dan huruf i Peraturan Pemerintah Nomor 45
Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009, bahwa untuk mencegah,
membatasi dan mempertahankan hutan, Pemerintah perlu memfasilitasi
terbentuknya kelembagaan masyarakat dalam rangka mencegah perusakan
hutan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, telah ditetapkan Peraturan
Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2014 tentang Masyarakat Mitra Polisi
Kehutanan (MMP). MMP adalah kelompok masyarakat sekitar hutan yang
membantu Polhut dalam pelaksanaan perlindungan hutan dibawah
koordinasi, pembinaan dan pengawasan intansi pembina.
B. Hak dan Kewajiban MMP
Hak MMP adalah :
1. Mendapatkan pendampingan dalam rangka koordinasi.
2. Mendapatkan bimbingan dan pembinaan administrasi, operasional, dan
personil.
3. Mendapatkan pinjaman perlengkapan keselamatan tugas.
4. Mendapatkan pelatihan teknis dalam bidang pengamanan.
5. Mendapatkan bantuan dan sumber dana dari instansi pembina atau sumber
lain yang tidak mengikat.
Kewajiban MMP adalah :
1. membantu Polhut dalam mengamankan sarana prasarana perlindungan
hutan
2. melakukan patroli bersama-sama Polhut di kawasan hutan;
3. membantu melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi kehutanan;
4. melaporkan kepada polisi kehutanan setiap indikasi ancaman dan
gangguan keamanan terhadap hutan, kawasan hutan dan hasil hutan serta
tumbuhan dan satwa liar di wilayahnya; dan
3
5. menangkap tersangka dalam hal tertangkap tangan dan mengamankan
barang bukti untuk segera diserahkan kepada polisi kehutanan atau kepada
Penyidik
C. Tingkatan Peran Serta/Partisipasi
Peran serta/partisipasi yang dalam bahasa inggris “participation” berarti
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, partisipasi artinya adalah perihal turut berperan serta dalam suatu
kegiatan. Partisipasi tersebut terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu :
a. Tingkat 1, Pemberitahuan (Informing).
Hasil yang diputuskan oleh orang luar (pakar, pejabat, dll.) diberitahukan
kepada masyarakat. Komunikasi terjadi satu arah dari luar ke masyarakat
setempat.
b. Tingkat 2, Pengumpulan Informasi (Information Gathering).
Masyarakat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang luar.
Komunikasi searah dari masyarakat ke luar.
c. Tingkat 3, Perundingan (Consultation).
Pihak luar berkonsultasi dan berunding dengan masyarakat melalui
pertemuan atau public hearing dan sebagainya. Komunikasi dua arah,
tetapi masyarakat tidak ikut serta dalam menganalisis atau mengambil
keputusan.
d. Tingkat 4, Plakasi/Konsiliasi (Placation/Consiliation).
Masyarakat ikut dalam proses pengambilan keputusan yang biasanya
sudah diputuskan sebelumnya oleh pihak luar, terutama menyangkut hal-
hal penting. Mereka mungkin terbujuk oleh insentif berupa uang, barang, dll.
e. Tingkat 5, Kemitraan (Partnership).
Masyarakat mengikuti seluruh proses pengambilan keputusan bersama
dengan pihak luar, seperti studi kelayakan, perencanaan, implementasi,
evaluasi, dll. Partisipasi merupakan hak mereka dan bukan kewajiban untuk
mencapai sesuatu. Ini disebut “partisipasi interaktif.”
4
f. Tingkat 6, Mobilisasi dengan Kemauan Sendiri (Self Mobilization)
Masyarakat mengambil inisiatip sendiri, jika perlu dengan bimbingan dan
bantuan pihak luar. Mereka memegang kontrol atas keputusan dan pe-
manfaatan sumber daya; pihak luar memfasilitasi mereka.
Tingkat-tingkat partisipasi masyarakat tersebut bermanfaat sebagai alat
untuk menilai partisipasi nyata di lapangan. Pada dasarnya partisipasi yang
sesungguhnya terdapat pada Tingkat 5 dan Tingkat 6.Tingkatan partisipasi
MMP yang telah terbentuk dapat dinilai berada pada tingkat yang mana ?.
Namun harapannya tentu saja MMP yang dibentuk berada tingkat 5 dan 6,
yaitu berperan sebagai mitra Polhut yang mempunyai inisiatif sendiri dalam
mengamankan kawasan hutan dibawah bimbingan dan binaan Polhut.
Menurut Jules Pretty (1995) Tipologi partisipasi dapat dilihat dalam
tabel 1 berikut.
Tabel 1. Tipologi Partisipasi Pretty
No. Tipologi Karakteristik
1. Partisipasi Manipulatif Ini merupakan bentuk partisipasi yang paling
lemah. Karakteristiknya : masyarakat seolah-olah
dilibatkan dan diberi kedudukan dalam organisasi
resmi, namun mereka tidak dipilih dan tidak
memiliki kekuatan.
2. Partisipasi pasif Masyarakat menerima pemberitahuan apa yang
sedang terjadi dan yang telah terjadi.
Pemberitahuan ini sifatnya hanya sepihak, tanpa
memperhatikan tanggapan masyarakat dan
hanya terbatas dikalangan tertentu saja.
3. Partisipasi Konsultatif Masyarakat berpartisipasi dengan cara
berkonsultasi, melakukan dengan pendapat,
sedangkan orang luar hanya mendengarkan,
menganalisis masalah dan pemecahannya.
Namun belum ada peluang untuk keputusan
bersama. Para professional tidak berkewajiban
untuk memasukkan pandangan masyarakat untuk
ditindaklanjuti.
4. Partisipasi Insentif Material Masyarakat berpartisipasi dengan
menyumbangkan tenaga dan jasa untuk
mendapatkan imbalan, baik berupa uang maupun
materi lainnya. Mereka tidak dilibatkan dalam
proses pembelajaran sehingga masyarakat tidak
menguasai teknologinya dan tidak memiliki andil
untuk melanjutkan kegiatan tersebut.
5
No. Tipologi Karakteristik
5. Partisipasi Fungsional Partisipasi yang diawali oleh kelompok luar
sebagai sarana untuk mencapai tujuan, terutama
untuk mengurangi pembiayaan. Masyarakat dapat
berpartisipasi dengan membentuk kelompok-
kelompok untuk mencapai tujuan proyek.
Keterlibatan masyarakat dalam partisipasi ini
dapat secara interaktif dan terlibat dalam
pengambilan keputusan, namun cenderung
setelah keputusan utama dibuat oleh kelompok
luar. Secara kasar dapat dikatakan, masyarakat
masih berpartisipasi hanya untuk melayani
kepentingan orang luar
6. Partisipasi Interaktif Masyarakat berperan dalam analisis untuk
perencanaan kegiatan, pembentukan dan
penguatan kelembagaan setempat. Partisipasi
dipandang sebagai hak, bukan sebagai cara
untuk mencapai tujuan semata. Proses partisipasi
ini melibatkan metode interdisipliner yang mencari
keberagaman perspektif dalam proses belajar
yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat
memiliki peran untuk mengontrol keputusan-
keputusan mereka dan menentukan seberapa
besar sumber daya yang tersedia dapat
digunakan, sehingga mereka memiliki andil
dalam keseluruhan proses kegiatan
7. Partisipasi Mandiri Masyarakat berpartisipasi dengan cara
mengambil inisiatif secara bebas untuk
mengubah sistem. mereka mengembangkan
kontak dengan lembaga lain untuk mendapatkan
bantuan dan dukungan teknis serta sumber daya
yang diperlukan.
D. Pola Penerapan Partisipasi MMP sebagai Wujud Polmas
POLRI sejak terpisah resmi dari Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) pada 1 April 1999, kembali menjadi bagian dari lembaga
pemerintahan sipil yang fungsinya melayani, melindungi dan mengayomi
masyarakat. TAP MPR No VI dan No VII tahun 2000 lebih menegaskan lagi
adanya reformasi struktural dalam tubuh POLRI. Bersamaan dengan itu,
POLRI terus berbenah dan berupaya menjadi polisi yang profesional dan
mandiri. Salah satu upaya reformasi yang tengah dilakukan adalah pada
pengembangan Pemolisian Masyarakat (community policing) atau lebih sering
disebut dengan POLMAS. Yang intinya adalah menekankan pada kemitraan
6
dengan masyarakat untuk penyelesaian masalah, dalam upaya pencegahan
terhadap ancaman keamanan dan ketertiban di masyarakat.
Kebijakan mengenai POLMAS, telah dikeluarkan oleh Kapolri melalui
Surat Keputusan Kapolri No 737 tahun 2005, selanjutnya diperbaharui dengan
Peraturan Kapolri (PERKAP) No 7 tahun 2008. Sebagai suatu strategi, Polmas
merupakan model perpolisian yang menekankan kemitraan yang sejajar,
antara polisi dengan masyarakat lokal, dalam menyelesaikan dan mengatasi
setiap permasalahan sosial yang mengancam keamanan dan ketertiban, guna
meningkatkan kualitas hidup warga setempat.
Strategi Polmas sebagai wujud perkembangan kepolisian modern dalam
negara demokrasi yang plural yang menjunjung tinggi hak asasi manusia
diterapkan melalui model-model Polmas yang dikembangkan melalui :
a. modifikasi pranata sosial dan pola pemolisian masyarakat tradisional (Model
A);
1. Model system keamanan lingkungan (ronda kampong, ronda di kawasan
pemukiman).
2. Model pemberdayaan pranata sosial/adat (jaga baya, jaga tirta,
pecalang, pelagandong)
b. intensifikasi fungsi Polri di bidang Pembinaan Masyarakat (Model B);
1. intensifikasi kontak petugas polri dengan warga masyarakat (system
hubungan cepat melalui hotline telpon atau sms dan pemanfaatan kotak
pengaduan).
2. Intensifikasi penerangan, penyuluhan
3. Intensifikasi patroli
c. penyesuaian model community policing dari negara-negara lain (Model C).
1. Perpolisian masyarakat (petugas polmas, forum kemitraan Polri-
Masyarakat, Balai kemitraan Polri-Masyarakat).
2. Jepang (Sistem koban dan chuzaisho).
3. Kanada dan Amerika Serikat (Hots Spot Area dan Neighborhood Watch
Model).
7
E. Peran MMP dalam Pengamanan Kawasan Konservasi.
MMP berperan membantu Polhut dalam melakukan kegiatan
Pengamanan Hutan. Berikut ini akan lebih jelas peran MMP pada setiap
tahapan kegiatan pengamanan hutan. Kegiatan pengamanan hutan dilakukan
melalui tahapan preemtif, preventif, represif dan yustisi.
1. Preemtif
Upaya preemtif adalah kegiatan dalam upaya penciptaan kondisi yang
kondusif dengan tujuan menumbuhkan peran aktif masyarakat dalam
pengamanan kawasan hutan. Tahapan ini dimaksudkan untuk meniadakan
niat yang merupakan salah satu faktor pencetus timbulnya suatu tindak
pidana. Bentuk pelaksanaan kegiatan preemtif yang dapat dilakukan oleh
MMP meliputi :
a. Melaksanakan kegiatan penyuluhan agar masyarakat secara bersama-
sama berpartisipasi dalam pengamanan kawasan hutan.
b. Melaksanakan kegiatan papanisasi.
c. Mengadakan dialog dengan lembaga-lembaga masyarakat, tokoh
agama, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat setempat.
d. Memberikan contoh perilaku yang baik kepada masyarakat.
e. Melaksanakan kegiatan sosialisasi peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan hutan dan kawasan hutan.
f. Melaksanakan kegiatan sosialisasi batas-batas kawasan hutan.
2. Preventif
Kegiatan preventif adalah segala kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya gangguan keamanan kawasan dan hasil hutan.
Tahapan ini dimaksudkan untuk menekan kesempatan atau peluang bagi
pelaku yang sudah memiliki niat melakukan tindak pidana kehutanan.
Bentuk kegiatan preventif terdiri dari :
a. Pengumpulan bahan keterangan (Pulbaket)
Pulbaket adalah kegiatan yang dilaksanakan di lapangan untuk
mengumpulkan bahan keterangan maupun informasi terbaru dalam
rangka pengecekan kebenaran atas informasi yang masuk tentang :
8
1) Jenis dan bentuk gangguan dan ancaman terhadap kawasan hutan.
2) Situasi dan kondisi lapangan serta modus operandi pelanggaran atau
kejahatan bidang kehutanan yang terjadi.
3) Tokoh-tokoh penggerak, pemodal atau aktor intelektual yang terlibat.
4) Peluang dan tokoh masyarakat yang dapat membantu pengamanan
kawasan hutan dan hasil hutan.
5) Perkiraan upaya pengamanan yang diperlukan, perkiraan tenaga,
sarana dan prasarana, waktu dan dana yang dibutuhkan.
6) Mengumpulkan database mengenai metode, lokasi dan waktu-waktu
rawan terjadinya pelanggaran hukum di bidang kehutanan.
7) Membuat peta kerawanan pelanggaran bidang kehutanan dan
kerawanan gangguan satwa liar.
Sifat kegiatan pengumpulan bahan dan keterangan adalah rahasia
dengan personil yang terbatas dan dipercaya.
b. Pemeliharaan dan pengamanan batas kawasan hutan
Dalam rangka menjaga dan mempertahankan kepastian hukum atas
kawasan hutan di lapangan, secara terus menerus batas hutan harus
dipelihara dan diamankan.
Tujuan pemeliharaan dan pengamanan batas kawasan hutan adalah
untuk menjaga agar kondisi batas hutan di lapangan tetap baik. Artinya
batas hutan yang berupa jalur rintis atau lorong batas, pal batas dan
tanda-tanda batas lainnya tetap terpelihara sehingga mudah dikenali,
letak posisi dan kondisi pal batas hutan tetap dalam keadaan semula
dan terhindar dari kerusakan atau tidak hilang serta tanda-tanda batas
lainnya dapat membantu keberadaan batas hutan.
c. Penjagaan Pengamanan Hutan
Kegiatan penjagaan dilakukan di pos-pos jaga yang telah ditentukan
yang penempatannya berdasarkan pada titik rawan terjadinya gangguan
hutan dan hasil hutan.
Tujuan utama penjagaan adalah untuk mengurangi ruang gerak
terjadinya pelanggaran di bidang kehutanan.
9
d. Patroli Pengamanan Hutan
Patroli adalah kegiatan pengawasan pengamanan hutan yang dilakukan
dengan cara gerakan dari satu tempat ketempat lain oleh dua atau tiga
orang atau lebih di wilayah hutan yang menjadi tanggung jawabnya atau
daerah tertentu dimana sering terjadi pelanggaran atau kejahatan
bidang kehutanan.
Patroli dilaksanakan secara teratur dan selektif atau tergantung situasi
dan kondisi keamanan hutan dengan tujuan mencegah gangguan
terhadap hutan dan hasil hutan, mengetahui situasi lapangan serta
melakukan tindakan terhadap pelaku pelanggaran pelanggaran/
kejahatan yang ditemukan pada saat patroli. Patroli yang dilakukan oleh
MMP dapat berupa Patroli Mandiri dan Patroli Bersama Polhut.
3. Represif
Kegiatan refresif adalah kegiatan penindakan dalam rangka penegakan
hukum dimana situasi dan kondisi gangguan keamanan kawasan hutan
telah terjadi dan cenderung terus berlangsung atau meningkat sehingga
perlu segera dilakukan penindakan terhadap pelakunya. Mengingat
kegiatannya adalah penindakan, maka kegiatan refresif tidak boleh
dilakukan secara mandiri oleh MMP.
Berdasarkan bentuk tindakan yang dilakukan di lapangan, kegiatan refresif
dibedakan atas :
a. Operasi Taktis
Yaitu kegiatan atau upaya untuk mencegah dan menindak pelaku
pelanggaran secara langsung di lapangan melalui kegiatan operasi
bersama Polhut, pemeriksaan dokumen dan barang bukti, pemeriksaan
pelaku, penyitaan barang bukti, penitipan barang bukti, pengamanan
barang bukti, pengamanan tempat kejadian perkara, penyelesaian
administrasi lapangan dan pelaporan.
b. Operasi Yustisi
Yaitu kegiatan atau upaya penegakan hukum untuk membuat jera para
pelaku pelanggaran oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau
10
Penyidik Polri yang diawali dari tindakan penyidikan sampai dengan
pemberian sanksi pada putusan pengadilan.
F. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Agar kegiatan yang dilakukan oleh MMP efektif dan efesien, setiap
kegiatan yang dilakukan oleh MMP harus berdasarkan SOP yang telah
ditetapkan oleh unit kerjanya. Efektifitas terkait pencapaian tujuan secara tepat
atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan
cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga
diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumberdaya
secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap
bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untu mencari
cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Apabila
membicarakan efektivitas dan efisiensi maka harus dihubungkan dengan
sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi
tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan. SOP dibuat dari bawah keatas atau dengan melibatkan minimal
tiga (3) pihak: pembuat, pengguna dan manajemen atau wakilnya. Sebuah
SOP selalu dibuat melalui sebuah kesepatan, kesepakatan antara pembuat,
pengguna dan manajemen atau wakilnya, apabila salah satu pihak tidak
dilibatkan, SOP dapat menjadi dokumen yang susah diterapkan. Di sejumlah
organisasi tertentu, SOP ini biasa disebut juga Prosedur Tetap (Protap), yang
biasanya memiliki turunan yang disebut Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
Petunjuk Teknis (Juknis/Manual).
11
PUSTAKA :
Nanang, Marthinus dan Simon Devung, 2004. Panduan Pengembangan Peran
dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan di Kabupaten
Kutai Barat. Institute for Global Environmental Strategies Kanagawa,
Jepang.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.56/Menhut-II/2014
Tentang Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan.
Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat
Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.
Pretty, Jules N. 1995. “Participatory Learning for Sustainable Agriculture”.
World Development,Vol 23, No 8, pp. 1247-1263.
Development,Vol 23, No 8, pp. 1247-1263.Susanto Eko, Agus Mardiyanto dan
Chepi Supiyana, 2011. Petunjuk Teknis (JUKNIS) Pengamanan
Kawasan Konservasi di Taman Nasional Karimun Jawa oleh Masyarakat
Mitra Polhut (MMP). Balai Taman Nasional Karimun Jawa, Semarang.
Sultan, Sudirman, 2014. Bahan Ajar Prosedur Penatausahaan Hasil Hutan
Kayu dan Non Kayu, Diklat Alih Tingkat Jabatan Fungsional Polhut
Terampil ke Polhut Ahli. Balai Diklat Kehutanan Makassar, Sulawesi
Selatan.
Sultan, Sudirman, 2014. Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan,
Diklat Pembentukan Polhut. Balai Diklat Kehutanan Makassar, Sulawesi
Selatan.
*) Materi disampaikan pada Pembinaan MMP Balai Besar KSDA Sul-Sel pada
Hari Kamis, 3 September 2015.
**) Widyaiswara Madya pada Balai Diklat Kehutanan Makassar.

More Related Content

What's hot

Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanabdul gonde
 
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnyaP.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnyaPayyu Kogata
 
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiStrategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiSudirman Sultan
 
Materi dan media penyuluhan
Materi dan media penyuluhanMateri dan media penyuluhan
Materi dan media penyuluhanarifbogor
 
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3Sudirman Sultan
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Jhon Blora
 
kenaikan pangkat dan jabatan bagi fungsional polhut
kenaikan pangkat dan jabatan bagi fungsional polhutkenaikan pangkat dan jabatan bagi fungsional polhut
kenaikan pangkat dan jabatan bagi fungsional polhutSudirman Sultan
 
Pengumpulan bahan dan keterangan
Pengumpulan bahan dan keteranganPengumpulan bahan dan keterangan
Pengumpulan bahan dan keteranganSudirman Sultan
 
ppt penanganan pertama tindak pidana kehutanan
ppt penanganan pertama tindak pidana kehutananppt penanganan pertama tindak pidana kehutanan
ppt penanganan pertama tindak pidana kehutananSudirman Sultan
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialRyadhi EthniCitizen
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)npgkuja
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananabdul gonde
 
Lk ba dan administrasi pelaporan
Lk ba dan administrasi pelaporanLk ba dan administrasi pelaporan
Lk ba dan administrasi pelaporanSudirman Sultan
 
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorDraft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorArdi Susanto
 
Blangko praktek administrasi tkp
Blangko praktek administrasi tkpBlangko praktek administrasi tkp
Blangko praktek administrasi tkpSudirman Sultan
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananJhon Blora
 
Pandangan Perhutani atas Putusan MK 45/PUU-IX/2011
Pandangan Perhutani atas Putusan MK 45/PUU-IX/2011Pandangan Perhutani atas Putusan MK 45/PUU-IX/2011
Pandangan Perhutani atas Putusan MK 45/PUU-IX/2011Aji Sahdi Sutisna
 
Laporan kegitan penyuluhan pertanian 14
Laporan kegitan penyuluhan pertanian 14Laporan kegitan penyuluhan pertanian 14
Laporan kegitan penyuluhan pertanian 14Begawan Lereng Muria
 

What's hot (20)

Pulbaket BAGI POLHUT
Pulbaket BAGI POLHUTPulbaket BAGI POLHUT
Pulbaket BAGI POLHUT
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
 
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnyaP.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
 
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiStrategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
 
Materi dan media penyuluhan
Materi dan media penyuluhanMateri dan media penyuluhan
Materi dan media penyuluhan
 
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
 
kenaikan pangkat dan jabatan bagi fungsional polhut
kenaikan pangkat dan jabatan bagi fungsional polhutkenaikan pangkat dan jabatan bagi fungsional polhut
kenaikan pangkat dan jabatan bagi fungsional polhut
 
Pengumpulan bahan dan keterangan
Pengumpulan bahan dan keteranganPengumpulan bahan dan keterangan
Pengumpulan bahan dan keterangan
 
ppt penanganan pertama tindak pidana kehutanan
ppt penanganan pertama tindak pidana kehutananppt penanganan pertama tindak pidana kehutanan
ppt penanganan pertama tindak pidana kehutanan
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
 
profil KPH
profil KPHprofil KPH
profil KPH
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutanan
 
Lk ba dan administrasi pelaporan
Lk ba dan administrasi pelaporanLk ba dan administrasi pelaporan
Lk ba dan administrasi pelaporan
 
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan AdministratorDraft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Draft Rancangan Aksi Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
 
Blangko praktek administrasi tkp
Blangko praktek administrasi tkpBlangko praktek administrasi tkp
Blangko praktek administrasi tkp
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
 
Pandangan Perhutani atas Putusan MK 45/PUU-IX/2011
Pandangan Perhutani atas Putusan MK 45/PUU-IX/2011Pandangan Perhutani atas Putusan MK 45/PUU-IX/2011
Pandangan Perhutani atas Putusan MK 45/PUU-IX/2011
 
Laporan kegitan penyuluhan pertanian 14
Laporan kegitan penyuluhan pertanian 14Laporan kegitan penyuluhan pertanian 14
Laporan kegitan penyuluhan pertanian 14
 

Similar to Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan

Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian DaerahMencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian DaerahDadang Solihin
 
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4eli priyatna laidan
 
Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatPartisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatabu hanafie
 
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSudirman Sultan
 
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakanimplementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakanAnggit T A W
 
Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah
Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerahPartisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah
Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerahWijining Putri
 
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata
Geopolitik secara etimologi berasal dari kataGeopolitik secara etimologi berasal dari kata
Geopolitik secara etimologi berasal dari kataBoris Aulia
 
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralKebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralmonalisaibrahim
 
Kepemimpinan dan Manajemen Satlinmas.pdf
Kepemimpinan dan Manajemen Satlinmas.pdfKepemimpinan dan Manajemen Satlinmas.pdf
Kepemimpinan dan Manajemen Satlinmas.pdfdeniridwan5
 
PPT_Kelompok 5_Tipe dan strata kebijakan publik.pptx
PPT_Kelompok 5_Tipe dan strata kebijakan publik.pptxPPT_Kelompok 5_Tipe dan strata kebijakan publik.pptx
PPT_Kelompok 5_Tipe dan strata kebijakan publik.pptxChairunisaliani
 
Tgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaTgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaputulina
 

Similar to Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan (20)

Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian DaerahMencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
Mencari Model Sinergi Masyarakat Dalam Membangun Kemandirian Daerah
 
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
Rpp ppkn sma xi bab 9 pertemuan 4
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatPartisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat
 
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
 
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakanimplementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
 
Makalah atman
Makalah atmanMakalah atman
Makalah atman
 
Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah
Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerahPartisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah
Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah
 
Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 
Bab i imakalah ppkn
Bab i imakalah ppknBab i imakalah ppkn
Bab i imakalah ppkn
 
Bab i imakalah ppkn
Bab i imakalah ppknBab i imakalah ppkn
Bab i imakalah ppkn
 
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata
Geopolitik secara etimologi berasal dari kataGeopolitik secara etimologi berasal dari kata
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata
 
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralKebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
 
Materi 7
Materi  7Materi  7
Materi 7
 
Amerashinghe part 1
Amerashinghe part 1Amerashinghe part 1
Amerashinghe part 1
 
Kepemimpinan dan Manajemen Satlinmas.pdf
Kepemimpinan dan Manajemen Satlinmas.pdfKepemimpinan dan Manajemen Satlinmas.pdf
Kepemimpinan dan Manajemen Satlinmas.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PPT_Kelompok 5_Tipe dan strata kebijakan publik.pptx
PPT_Kelompok 5_Tipe dan strata kebijakan publik.pptxPPT_Kelompok 5_Tipe dan strata kebijakan publik.pptx
PPT_Kelompok 5_Tipe dan strata kebijakan publik.pptx
 
Tgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaTgas prof atmadja
Tgas prof atmadja
 

More from Sudirman Sultan

Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfTesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfSudirman Sultan
 
Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfSkripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdfBahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdfBahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdfBahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdfSudirman Sultan
 
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfLampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfSudirman Sultan
 
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfBAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdfBahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdfBahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdfSudirman Sultan
 
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 0111 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01Sudirman Sultan
 
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 0110 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01Sudirman Sultan
 
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 0109 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01Sudirman Sultan
 
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 0107 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01Sudirman Sultan
 
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 0106 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01Sudirman Sultan
 
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIANPENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIANSudirman Sultan
 
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORANLAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORANSudirman Sultan
 
Remunerasi akankah meningkatkan Kinerja
Remunerasi akankah meningkatkan Kinerja Remunerasi akankah meningkatkan Kinerja
Remunerasi akankah meningkatkan Kinerja Sudirman Sultan
 
Pembentukan SPORC, antara harapan dan kenyataan
Pembentukan SPORC, antara harapan dan kenyataanPembentukan SPORC, antara harapan dan kenyataan
Pembentukan SPORC, antara harapan dan kenyataanSudirman Sultan
 
Modul diklat pemberkasan perkara bagi polhut
Modul diklat pemberkasan perkara bagi polhutModul diklat pemberkasan perkara bagi polhut
Modul diklat pemberkasan perkara bagi polhutSudirman Sultan
 
Sosialisasi pendaftaran Uji Kompetensi
Sosialisasi pendaftaran Uji Kompetensi Sosialisasi pendaftaran Uji Kompetensi
Sosialisasi pendaftaran Uji Kompetensi Sudirman Sultan
 

More from Sudirman Sultan (20)

Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfTesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Tesis Strategi Penanggulangan Gangguan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
 
Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdfSkripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf
 
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdfBahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
 
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdfBahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
 
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdfBahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
 
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfLampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
 
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfBAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
 
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdfBahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
 
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdfBahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
 
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 0111 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
 
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 0110 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
 
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 0109 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
 
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 0107 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
 
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 0106 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
 
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIANPENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
 
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORANLAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
LAPORAN KEJADIAN, BERITA ACARA DAN ADMINISTRASI PELAPORAN
 
Remunerasi akankah meningkatkan Kinerja
Remunerasi akankah meningkatkan Kinerja Remunerasi akankah meningkatkan Kinerja
Remunerasi akankah meningkatkan Kinerja
 
Pembentukan SPORC, antara harapan dan kenyataan
Pembentukan SPORC, antara harapan dan kenyataanPembentukan SPORC, antara harapan dan kenyataan
Pembentukan SPORC, antara harapan dan kenyataan
 
Modul diklat pemberkasan perkara bagi polhut
Modul diklat pemberkasan perkara bagi polhutModul diklat pemberkasan perkara bagi polhut
Modul diklat pemberkasan perkara bagi polhut
 
Sosialisasi pendaftaran Uji Kompetensi
Sosialisasi pendaftaran Uji Kompetensi Sosialisasi pendaftaran Uji Kompetensi
Sosialisasi pendaftaran Uji Kompetensi
 

Recently uploaded

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan

  • 1. 1 PERAN MASYARAKAT MITRA POLHUT (MMP) TERHADAP KAWASAN KONSERVASI *) Oleh : Sudirman Sultan, SP.,MP.**) A. Latar Belakang MMP Kerjasama antara pihak pengelola kawasan konservasi dengan masyarakat lokal diyakini merupakan bagian yang penting untuk kelangsungan pengelolaan kawasan konservasi dalam jangka panjang. Kerjasama tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi telah diatur dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Khusus untuk peran serta masyarakat dalam pengamanan hutan telah disebutkan pada Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal ini menjelaskan bahwa masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan. Oleh karena itu untuk mengimplementasikan aturan ini, masyarakat perlu dilibatkan dalam pelaksanaan pengamanan hutan. Berbagai bentuk pelibatan masyarakat dalam kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan, diantaranya adalah : a. Pengamanan Hutan Berbasis Masyarakat b. Kegiatan Kader konservasi c. Kegiatan Pemuda/Masyarakat Peduli Api d. Kegiatan Pemuda Pecinta Alam e. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Peduli Hutan f. Kegiatan Pengembangan Desa Model Konservasi g. Kegiatan Penyuluhan oleh Sentra Penyuluhan Kehutanan Partisipatif (SPKP), dan h. Kegiatan oleh Organisasi lain yang bersifat sukarela (volunteer) Pengamanan hutan berbasis masyarakat sebagai salah satu bentuk pelibatan masyarakat memerlukan kelembagaan yang baik. Hal ini sesuai
  • 2. 2 dengan amanah Pasal 7 huruf d dan huruf i Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009, bahwa untuk mencegah, membatasi dan mempertahankan hutan, Pemerintah perlu memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat dalam rangka mencegah perusakan hutan. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2014 tentang Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP). MMP adalah kelompok masyarakat sekitar hutan yang membantu Polhut dalam pelaksanaan perlindungan hutan dibawah koordinasi, pembinaan dan pengawasan intansi pembina. B. Hak dan Kewajiban MMP Hak MMP adalah : 1. Mendapatkan pendampingan dalam rangka koordinasi. 2. Mendapatkan bimbingan dan pembinaan administrasi, operasional, dan personil. 3. Mendapatkan pinjaman perlengkapan keselamatan tugas. 4. Mendapatkan pelatihan teknis dalam bidang pengamanan. 5. Mendapatkan bantuan dan sumber dana dari instansi pembina atau sumber lain yang tidak mengikat. Kewajiban MMP adalah : 1. membantu Polhut dalam mengamankan sarana prasarana perlindungan hutan 2. melakukan patroli bersama-sama Polhut di kawasan hutan; 3. membantu melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi kehutanan; 4. melaporkan kepada polisi kehutanan setiap indikasi ancaman dan gangguan keamanan terhadap hutan, kawasan hutan dan hasil hutan serta tumbuhan dan satwa liar di wilayahnya; dan
  • 3. 3 5. menangkap tersangka dalam hal tertangkap tangan dan mengamankan barang bukti untuk segera diserahkan kepada polisi kehutanan atau kepada Penyidik C. Tingkatan Peran Serta/Partisipasi Peran serta/partisipasi yang dalam bahasa inggris “participation” berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, partisipasi artinya adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Partisipasi tersebut terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu : a. Tingkat 1, Pemberitahuan (Informing). Hasil yang diputuskan oleh orang luar (pakar, pejabat, dll.) diberitahukan kepada masyarakat. Komunikasi terjadi satu arah dari luar ke masyarakat setempat. b. Tingkat 2, Pengumpulan Informasi (Information Gathering). Masyarakat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang luar. Komunikasi searah dari masyarakat ke luar. c. Tingkat 3, Perundingan (Consultation). Pihak luar berkonsultasi dan berunding dengan masyarakat melalui pertemuan atau public hearing dan sebagainya. Komunikasi dua arah, tetapi masyarakat tidak ikut serta dalam menganalisis atau mengambil keputusan. d. Tingkat 4, Plakasi/Konsiliasi (Placation/Consiliation). Masyarakat ikut dalam proses pengambilan keputusan yang biasanya sudah diputuskan sebelumnya oleh pihak luar, terutama menyangkut hal- hal penting. Mereka mungkin terbujuk oleh insentif berupa uang, barang, dll. e. Tingkat 5, Kemitraan (Partnership). Masyarakat mengikuti seluruh proses pengambilan keputusan bersama dengan pihak luar, seperti studi kelayakan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dll. Partisipasi merupakan hak mereka dan bukan kewajiban untuk mencapai sesuatu. Ini disebut “partisipasi interaktif.”
  • 4. 4 f. Tingkat 6, Mobilisasi dengan Kemauan Sendiri (Self Mobilization) Masyarakat mengambil inisiatip sendiri, jika perlu dengan bimbingan dan bantuan pihak luar. Mereka memegang kontrol atas keputusan dan pe- manfaatan sumber daya; pihak luar memfasilitasi mereka. Tingkat-tingkat partisipasi masyarakat tersebut bermanfaat sebagai alat untuk menilai partisipasi nyata di lapangan. Pada dasarnya partisipasi yang sesungguhnya terdapat pada Tingkat 5 dan Tingkat 6.Tingkatan partisipasi MMP yang telah terbentuk dapat dinilai berada pada tingkat yang mana ?. Namun harapannya tentu saja MMP yang dibentuk berada tingkat 5 dan 6, yaitu berperan sebagai mitra Polhut yang mempunyai inisiatif sendiri dalam mengamankan kawasan hutan dibawah bimbingan dan binaan Polhut. Menurut Jules Pretty (1995) Tipologi partisipasi dapat dilihat dalam tabel 1 berikut. Tabel 1. Tipologi Partisipasi Pretty No. Tipologi Karakteristik 1. Partisipasi Manipulatif Ini merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah. Karakteristiknya : masyarakat seolah-olah dilibatkan dan diberi kedudukan dalam organisasi resmi, namun mereka tidak dipilih dan tidak memiliki kekuatan. 2. Partisipasi pasif Masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang terjadi dan yang telah terjadi. Pemberitahuan ini sifatnya hanya sepihak, tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan hanya terbatas dikalangan tertentu saja. 3. Partisipasi Konsultatif Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, melakukan dengan pendapat, sedangkan orang luar hanya mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya. Namun belum ada peluang untuk keputusan bersama. Para professional tidak berkewajiban untuk memasukkan pandangan masyarakat untuk ditindaklanjuti. 4. Partisipasi Insentif Material Masyarakat berpartisipasi dengan menyumbangkan tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan, baik berupa uang maupun materi lainnya. Mereka tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga masyarakat tidak menguasai teknologinya dan tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan tersebut.
  • 5. 5 No. Tipologi Karakteristik 5. Partisipasi Fungsional Partisipasi yang diawali oleh kelompok luar sebagai sarana untuk mencapai tujuan, terutama untuk mengurangi pembiayaan. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan membentuk kelompok- kelompok untuk mencapai tujuan proyek. Keterlibatan masyarakat dalam partisipasi ini dapat secara interaktif dan terlibat dalam pengambilan keputusan, namun cenderung setelah keputusan utama dibuat oleh kelompok luar. Secara kasar dapat dikatakan, masyarakat masih berpartisipasi hanya untuk melayani kepentingan orang luar 6. Partisipasi Interaktif Masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan, pembentukan dan penguatan kelembagaan setempat. Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan sebagai cara untuk mencapai tujuan semata. Proses partisipasi ini melibatkan metode interdisipliner yang mencari keberagaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol keputusan- keputusan mereka dan menentukan seberapa besar sumber daya yang tersedia dapat digunakan, sehingga mereka memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan 7. Partisipasi Mandiri Masyarakat berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif secara bebas untuk mengubah sistem. mereka mengembangkan kontak dengan lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumber daya yang diperlukan. D. Pola Penerapan Partisipasi MMP sebagai Wujud Polmas POLRI sejak terpisah resmi dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 1 April 1999, kembali menjadi bagian dari lembaga pemerintahan sipil yang fungsinya melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat. TAP MPR No VI dan No VII tahun 2000 lebih menegaskan lagi adanya reformasi struktural dalam tubuh POLRI. Bersamaan dengan itu, POLRI terus berbenah dan berupaya menjadi polisi yang profesional dan mandiri. Salah satu upaya reformasi yang tengah dilakukan adalah pada pengembangan Pemolisian Masyarakat (community policing) atau lebih sering disebut dengan POLMAS. Yang intinya adalah menekankan pada kemitraan
  • 6. 6 dengan masyarakat untuk penyelesaian masalah, dalam upaya pencegahan terhadap ancaman keamanan dan ketertiban di masyarakat. Kebijakan mengenai POLMAS, telah dikeluarkan oleh Kapolri melalui Surat Keputusan Kapolri No 737 tahun 2005, selanjutnya diperbaharui dengan Peraturan Kapolri (PERKAP) No 7 tahun 2008. Sebagai suatu strategi, Polmas merupakan model perpolisian yang menekankan kemitraan yang sejajar, antara polisi dengan masyarakat lokal, dalam menyelesaikan dan mengatasi setiap permasalahan sosial yang mengancam keamanan dan ketertiban, guna meningkatkan kualitas hidup warga setempat. Strategi Polmas sebagai wujud perkembangan kepolisian modern dalam negara demokrasi yang plural yang menjunjung tinggi hak asasi manusia diterapkan melalui model-model Polmas yang dikembangkan melalui : a. modifikasi pranata sosial dan pola pemolisian masyarakat tradisional (Model A); 1. Model system keamanan lingkungan (ronda kampong, ronda di kawasan pemukiman). 2. Model pemberdayaan pranata sosial/adat (jaga baya, jaga tirta, pecalang, pelagandong) b. intensifikasi fungsi Polri di bidang Pembinaan Masyarakat (Model B); 1. intensifikasi kontak petugas polri dengan warga masyarakat (system hubungan cepat melalui hotline telpon atau sms dan pemanfaatan kotak pengaduan). 2. Intensifikasi penerangan, penyuluhan 3. Intensifikasi patroli c. penyesuaian model community policing dari negara-negara lain (Model C). 1. Perpolisian masyarakat (petugas polmas, forum kemitraan Polri- Masyarakat, Balai kemitraan Polri-Masyarakat). 2. Jepang (Sistem koban dan chuzaisho). 3. Kanada dan Amerika Serikat (Hots Spot Area dan Neighborhood Watch Model).
  • 7. 7 E. Peran MMP dalam Pengamanan Kawasan Konservasi. MMP berperan membantu Polhut dalam melakukan kegiatan Pengamanan Hutan. Berikut ini akan lebih jelas peran MMP pada setiap tahapan kegiatan pengamanan hutan. Kegiatan pengamanan hutan dilakukan melalui tahapan preemtif, preventif, represif dan yustisi. 1. Preemtif Upaya preemtif adalah kegiatan dalam upaya penciptaan kondisi yang kondusif dengan tujuan menumbuhkan peran aktif masyarakat dalam pengamanan kawasan hutan. Tahapan ini dimaksudkan untuk meniadakan niat yang merupakan salah satu faktor pencetus timbulnya suatu tindak pidana. Bentuk pelaksanaan kegiatan preemtif yang dapat dilakukan oleh MMP meliputi : a. Melaksanakan kegiatan penyuluhan agar masyarakat secara bersama- sama berpartisipasi dalam pengamanan kawasan hutan. b. Melaksanakan kegiatan papanisasi. c. Mengadakan dialog dengan lembaga-lembaga masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat setempat. d. Memberikan contoh perilaku yang baik kepada masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan hutan dan kawasan hutan. f. Melaksanakan kegiatan sosialisasi batas-batas kawasan hutan. 2. Preventif Kegiatan preventif adalah segala kegiatan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan kawasan dan hasil hutan. Tahapan ini dimaksudkan untuk menekan kesempatan atau peluang bagi pelaku yang sudah memiliki niat melakukan tindak pidana kehutanan. Bentuk kegiatan preventif terdiri dari : a. Pengumpulan bahan keterangan (Pulbaket) Pulbaket adalah kegiatan yang dilaksanakan di lapangan untuk mengumpulkan bahan keterangan maupun informasi terbaru dalam rangka pengecekan kebenaran atas informasi yang masuk tentang :
  • 8. 8 1) Jenis dan bentuk gangguan dan ancaman terhadap kawasan hutan. 2) Situasi dan kondisi lapangan serta modus operandi pelanggaran atau kejahatan bidang kehutanan yang terjadi. 3) Tokoh-tokoh penggerak, pemodal atau aktor intelektual yang terlibat. 4) Peluang dan tokoh masyarakat yang dapat membantu pengamanan kawasan hutan dan hasil hutan. 5) Perkiraan upaya pengamanan yang diperlukan, perkiraan tenaga, sarana dan prasarana, waktu dan dana yang dibutuhkan. 6) Mengumpulkan database mengenai metode, lokasi dan waktu-waktu rawan terjadinya pelanggaran hukum di bidang kehutanan. 7) Membuat peta kerawanan pelanggaran bidang kehutanan dan kerawanan gangguan satwa liar. Sifat kegiatan pengumpulan bahan dan keterangan adalah rahasia dengan personil yang terbatas dan dipercaya. b. Pemeliharaan dan pengamanan batas kawasan hutan Dalam rangka menjaga dan mempertahankan kepastian hukum atas kawasan hutan di lapangan, secara terus menerus batas hutan harus dipelihara dan diamankan. Tujuan pemeliharaan dan pengamanan batas kawasan hutan adalah untuk menjaga agar kondisi batas hutan di lapangan tetap baik. Artinya batas hutan yang berupa jalur rintis atau lorong batas, pal batas dan tanda-tanda batas lainnya tetap terpelihara sehingga mudah dikenali, letak posisi dan kondisi pal batas hutan tetap dalam keadaan semula dan terhindar dari kerusakan atau tidak hilang serta tanda-tanda batas lainnya dapat membantu keberadaan batas hutan. c. Penjagaan Pengamanan Hutan Kegiatan penjagaan dilakukan di pos-pos jaga yang telah ditentukan yang penempatannya berdasarkan pada titik rawan terjadinya gangguan hutan dan hasil hutan. Tujuan utama penjagaan adalah untuk mengurangi ruang gerak terjadinya pelanggaran di bidang kehutanan.
  • 9. 9 d. Patroli Pengamanan Hutan Patroli adalah kegiatan pengawasan pengamanan hutan yang dilakukan dengan cara gerakan dari satu tempat ketempat lain oleh dua atau tiga orang atau lebih di wilayah hutan yang menjadi tanggung jawabnya atau daerah tertentu dimana sering terjadi pelanggaran atau kejahatan bidang kehutanan. Patroli dilaksanakan secara teratur dan selektif atau tergantung situasi dan kondisi keamanan hutan dengan tujuan mencegah gangguan terhadap hutan dan hasil hutan, mengetahui situasi lapangan serta melakukan tindakan terhadap pelaku pelanggaran pelanggaran/ kejahatan yang ditemukan pada saat patroli. Patroli yang dilakukan oleh MMP dapat berupa Patroli Mandiri dan Patroli Bersama Polhut. 3. Represif Kegiatan refresif adalah kegiatan penindakan dalam rangka penegakan hukum dimana situasi dan kondisi gangguan keamanan kawasan hutan telah terjadi dan cenderung terus berlangsung atau meningkat sehingga perlu segera dilakukan penindakan terhadap pelakunya. Mengingat kegiatannya adalah penindakan, maka kegiatan refresif tidak boleh dilakukan secara mandiri oleh MMP. Berdasarkan bentuk tindakan yang dilakukan di lapangan, kegiatan refresif dibedakan atas : a. Operasi Taktis Yaitu kegiatan atau upaya untuk mencegah dan menindak pelaku pelanggaran secara langsung di lapangan melalui kegiatan operasi bersama Polhut, pemeriksaan dokumen dan barang bukti, pemeriksaan pelaku, penyitaan barang bukti, penitipan barang bukti, pengamanan barang bukti, pengamanan tempat kejadian perkara, penyelesaian administrasi lapangan dan pelaporan. b. Operasi Yustisi Yaitu kegiatan atau upaya penegakan hukum untuk membuat jera para pelaku pelanggaran oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau
  • 10. 10 Penyidik Polri yang diawali dari tindakan penyidikan sampai dengan pemberian sanksi pada putusan pengadilan. F. Standar Operasional Prosedur (SOP) Agar kegiatan yang dilakukan oleh MMP efektif dan efesien, setiap kegiatan yang dilakukan oleh MMP harus berdasarkan SOP yang telah ditetapkan oleh unit kerjanya. Efektifitas terkait pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumberdaya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untu mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Apabila membicarakan efektivitas dan efisiensi maka harus dihubungkan dengan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. SOP dibuat dari bawah keatas atau dengan melibatkan minimal tiga (3) pihak: pembuat, pengguna dan manajemen atau wakilnya. Sebuah SOP selalu dibuat melalui sebuah kesepatan, kesepakatan antara pembuat, pengguna dan manajemen atau wakilnya, apabila salah satu pihak tidak dilibatkan, SOP dapat menjadi dokumen yang susah diterapkan. Di sejumlah organisasi tertentu, SOP ini biasa disebut juga Prosedur Tetap (Protap), yang biasanya memiliki turunan yang disebut Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis/Manual).
  • 11. 11 PUSTAKA : Nanang, Marthinus dan Simon Devung, 2004. Panduan Pengembangan Peran dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan di Kabupaten Kutai Barat. Institute for Global Environmental Strategies Kanagawa, Jepang. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.56/Menhut-II/2014 Tentang Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Pretty, Jules N. 1995. “Participatory Learning for Sustainable Agriculture”. World Development,Vol 23, No 8, pp. 1247-1263. Development,Vol 23, No 8, pp. 1247-1263.Susanto Eko, Agus Mardiyanto dan Chepi Supiyana, 2011. Petunjuk Teknis (JUKNIS) Pengamanan Kawasan Konservasi di Taman Nasional Karimun Jawa oleh Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Balai Taman Nasional Karimun Jawa, Semarang. Sultan, Sudirman, 2014. Bahan Ajar Prosedur Penatausahaan Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu, Diklat Alih Tingkat Jabatan Fungsional Polhut Terampil ke Polhut Ahli. Balai Diklat Kehutanan Makassar, Sulawesi Selatan. Sultan, Sudirman, 2014. Bahan Ajar Teknik Pengamanan Kawasan Hutan, Diklat Pembentukan Polhut. Balai Diklat Kehutanan Makassar, Sulawesi Selatan. *) Materi disampaikan pada Pembinaan MMP Balai Besar KSDA Sul-Sel pada Hari Kamis, 3 September 2015. **) Widyaiswara Madya pada Balai Diklat Kehutanan Makassar.