SlideShare a Scribd company logo
1 of 68
Download to read offline
SKRIPSI
PERAN POLISI KEHUTANAN TERHADAP PENGAMANAN
HUTAN DI KABUPATEN SINJAI
S U P R I A D I
09 01 055
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SATRIA
MAKASSAR
2012
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PERANAN POLISI KEHUTANAN TERHADAP PENGAMANAN HUTAN
DI KABUPATEN SINJAI
SUPRIADI
09 01 055
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Pada
Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Satria Makassar
Makassar, Juni 2012
Disetujui Oleh;
Komisi Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Yulis Sayang, MP. Indrajaya Idris, S.Hut., MP.
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian,
Dr. Ir. Yulis Sayang, MP.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kasih sayang dan perkenaan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul penelitian ini adalah “Peran
Polisi Kehutanan Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai”.
Rampungnya skripsi ini berkat adanya bimbingan, masukan,
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal
termaksud maka penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Kedua orang tua, kakak dan sanak family kami atas dukungannya baik
secara materi maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini.
2. Dr.Ir. Yulis Sayang, MP. dan Indrajaya Idris, S.Hut., ,MP. selaku
komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan
arahan dan masukan dalam penyelesaian proposal ini.
3. Bapak Dekan Fakultas Pertanian Universitas Satria Makassar Dr. Ir.
Yulis Sayang, MP. Yang memberikan kesempatan penulis menimba
ilmu pengetahuan sehingga mendukung penyelesaian proposal ini.
4. Segenap teman-teman mahasiswa Universitas Satria Makassar
khususnya mahasiswa Program Studi Kehutanan yang telah
membantu penulis selama mengikuti pendidikan.
ii
5. Segenap teman-teman Polisi Kehutanan Kabupaten Sinjai atas
dukungan doa yang begitu berharga bagi penulis.
Akhirnya penulis mohon maaf atas segala kekurangan tulisan ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa kami
harapkan guna penyempurnaannya.
Makassar, Desember 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....……………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ....…………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iv
I. PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………....…....…….
B. Perumusan Masalah …..…….…….......…………………...….
C. Tujuan Penelitian..... …...……....………………………………
D. Manfaat Penelitian ……......................................……………
1
3
3
3
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 4
A. Pengertian Hutan dan Kawasan Hutan………………………
B. Tugas dan Fungsi Polisi Kehutanan ....……….........…………
C. Sistem Perlindungan dan Pengamanan Hutan .............…….
D. Jenis-Jenis Gangguan Hutan ......... …. ………………………
E. Penanganan Jenis Gangguan ………………………………
F. Prosedur Pengamanan Hutan..….. ……………………………
G. Hipotesis ................................................................................
4
6
9
11
12
15
18
iv
III. METODE PENELITIAN …………………………………………… 19
A. Waktu dan Tempat .........……… ……………………………..
B. Bahan dan Alat Penelitian ..........………………………………
C. Populasi dan Sampel ….....................………………………...
D. Variabel Penelitian ……………………………………………..
E. Teknik Penentuan Sampel ....................................................
F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………
H. Defenisi Operasional .............................................................
19
19
19
20
20
20
21
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....…………………………………… 24
A. Jenis Gangguan Hutan....……… ……………………………..
B. Peran Polisi Kehutanan (Polhut) ……………………………
C. Kendala Polhut dalam Pengamanan Hutan................……..
24
29
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN.....…………………………………… 44
A. Kesimpulan......................……… ……………………………..
B. Saran ..........................................………………………………
44
45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 46
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena di
dalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma
nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air,
pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam
hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi,
pariwisata dan sebagainya. Karena itu, pemanfaatan dan perlindungan
hutan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan dan
beberapa keputusan Dirjen PHKA dan Dirjen Pengusahaan Hutan.
Pemanfaatan dan perlindungan hutan telah diatur dalam beberapa
peraturan perundang-undangan, namun sampai saat ini gangguan
terhadap sumber daya hutan terus berlangsung. Sumber daya ini akan
terancam kelestariannya, karena setiap tahun hutan di Indonesia
mengalami kerusakan akibat berbagai agen perusak hutan seperti faktor
fisik berupa bencana alam, faktor biologis yaitu hama dan penyakit dan
faktor sosial adalah aktivitas manusia.
Gangguan hutan yang paling banyak menyebabkan hutan
terdegradasi belakangan ini adalah bencana alam dan aktivitas manusia.
1
Tahun 2004 terindikasi kawasan hutan yang terdegradasi seluas 59,17
juta ha, sehingga laju kerusakan hutan antara tahun 2000 sampai
dengan 2004 diperkirakan mencapai 2,8 juta ha/tahun (Departemen
Kehutanan, 2006a).
Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi
permasalahan gangguan hutan antara lain melaksanakan kegiatan
operasi hutan lestari, operasi fungsional, operasi gabungan dan patroli
rutin, namun gangguan hutan hingga saat ini belum dapat diatasi dengan
baik. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan pengamanan melalui berbagai operasi pengamanan baik
yang bersifat preventif maupun represif. Operasi pengamanan preventif
dilakukan utamanya melalui kegiatan patroli pengamanan, sedangkan
pengamanan represif dilakukan melalui operasi reguler dan operasi
gabungan dengan melibatkan anggota Polhut, Satuan Polhut Reaksi
Cepat (SPORC), Penyidik PNS (PPNS) dan anggota Kepolisian.
Hutan di Kabupaten Sinjai juga telah mengalami kerusakan akibat
berbagai jenis gangguan hutan seperti tanah longsor, pencurian hasil
hutan, perambahan dan jenis gangguan hutan lainnya. Untuk mencegah
semakin meluasnya kerusakan hutan tersebut, sejak tahun 2005 – 2009
Pemerintah Kabupaten Sinjai telah merekrut tenaga pengamanan hutan
untuk melaksanakan tugas perlindungan dan pengamanan hutan.
Tenaga pengamanan hutan tersebut telah ditugaskan di berbagai
wilayah, namun gangguan hutan masih terus terjadi.
2
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperlukan
penelitian tentang Peranan Polisi Kehutanan (Polhut) dalam
Pengamanan Hutan di Wilayah Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Sinjai.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana peran Polisi Kehutanan (Polhut) dalam pengamanan
hutan di Kabupaten Sinjai ?
2. Kendala apa yang ditemui oleh Polisi Kehutanan (Polhut) dalam
pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran Polisi Kehutanan (Polhut) dalam
pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai.
2. Untuk mengetahui kendala apa yang ditemui oleh Polisi Kehutanan
(Polhut) dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas informasi dan
pengetahuan tentang peran Polhut dalam upaya pengamanan hutan.
Studi tentang perlindungan atau pengamanan hutan belum banyak
mendapat perhatian dari berbagai pihak, sehingga diharapkan penelitian
ini dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian-penelitian
pengamanan hutan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hutan dan Kawasan Hutan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu
yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk di-pertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.
Sampai dengan tahun 2005, pemerintah telah menetapkan
kawasan hutan seluas 126,8 juta ha dengan fungsi konservasi (23,2 juta
ha), lindung (32,4 juta ha), produksi terbatas (21,6 juta ha), produksi
(35,6 juta ha) dan produksi yang dapat dikonversi (14,0 juta ha),
(Dephut, 2006a). Sumardi dan Widyastuti (2004) menuliskan bahwa dari
angka resmi luasan kawasan hutan, luas hutan yang sebenarnya ada
hanya sekitar 75% dari luas kawasan hutan. Hutan banyak mengalami
kerusakan sehingga luasnya pun mengalami penyusutan dengan laju
yang sangat tinggi.
Laju kerusakan hutan selama 12 tahun (periode 1985 - 1997) untuk
pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi mencapai rata-rata 1,6 juta
ha per tahun, bahkan pada periode 1997 – 2000 deforestasi di lima
4
pulau besar mencapai rata-rata sebesar 2,83 juta ha per tahun,
kerusakan ini termasuk kerusakan hutan akibat kebakaran hutan pada
tahun 1997 – 1998 seluas 9,7 juta ha. Hal ini telah menempatkan
kegiatan rehabilitasi dan konservasi kawasan hutan sebagai sasaran
strategis pembangunan kehutanan kedepan (Dephut, 2006a).
Laju kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia ini akan
mengancam terjadinya penurunan keanekaragam hayati, padahal
Indonesia termasuk ke dalam negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi, atau menduduki peringkat nomor 3 di dunia setelah
Brazil dan Columbia. Hal ini tercermin dalam jumlah keanekaragaman
hayati yang dimiliki oleh Indonesia antara lain ; mamalia 515 jenis (12 %
dari jenis mamalia dunia), reptilia 511 jenis (7,3 % dari jenis reptilia
dunia), burung 1.531 jenis (17 % jenis burung dunia), amphibi 270 jenis,
binatang tak bertulang 2.827 jenis, dan tumbuhan 38.000 jenis (IBSAP,
2003).
Dalam rangka mempertahankan ekosistem dan keanekaragaman
hayatinya, sampai dengan tahun 2006 Pemerintah telah menetapkan
kawasan konservasi daratan dan perairan yaitu : 50 unit Taman Nasional
(TN), 124 unit Taman Wisata Alam (TWA), 21 unit Taman Hutan Raya
(TAHURA), 14 unit Taman Buru (TB), 249 unit Cagar Alam (CA), dan 77
unit Suaka Margasatwa (SM) (DEPHUT, 2006b).
5
B. Tugas dan Fungsi Polisi Kehutanan
Polisi Kehutanan adalah pejabat tertentu dalam lingkup instansi
kehutanan pusat dan daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya,
menyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha perlindungan hutan
yang oleh kuasa undang-undang diberikan wewenang kepolisian khusus
di bidang kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya (Pasal 1 ayat (2) PP No. 45 Tahun 2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka Kreditnya, Tugas pokok Polisi
Kehutanan adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan,
memantau, dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan
perlindungan dan pengamanan hutan serta pengawasan peredaran
hasil hutan.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan
Kepala Kepolisian RI No. 10/Kpts-II/93-Skep/07/93 tentang susunan
organisasi dan tata kerja jagawana (POLHUT) dijelaskan bahwa :
Tugas Pokok (Pasal 4)
1. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran dan hama
penyakit.
2. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas hutan dan hasil
hutan.
6
Fungsi (Pasal 5)
1. Menjaga keutuhan batas kawasan hutan.
2. Melarang pendudukan dan pengerjaan lahan hutan tanpa izin.
3. Melarang pengelolaan tanah hutan secara tidak sah yang dapat
menimbulkan keruskan tanah dan tegakan.
4. Melarang penebangan tegakan hutan tanpa izin.
5. Melarang pemungutan hasil hutan dan perburuan satwa liar tanpa
izin.
6. Mencegah dan memadamkan kebakaran hutan serta melarang
pembakaran hutan tanpa kewenangan yang sah.
7. Melarang pengangkutan hasil hutan dan satwa liar tanpa izin.
8. Melarang penggembalaan ternak, pengambilan rumput dan makanan
ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan kecuali di tempat-
tempat yang disediakan untuk keperluan tersebut.
9. Mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan dan hasil hutan
yang disebabkan oleh daya alam, hama dan penyakit.
10.Melarang membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk memotong
dan membelah pohon di dalam kawasan hutan.
11.Mencegah terjadinya kerusakan sumberdaya alam hayati dan
lingkungannya (ekosistem).
12.Mencegah terjadinya kerusakan terhadap bangunan-bangunan
dalam rangka upaya konservasi tanah dan air.
7
Wewenang (Pasal 6 dan 7)
Pasal 6
1. Mengadakan patroli di dalam kawasan hutan dan wilayah sekitarnya.
2. Memeriksa surat-surat/dokumen yang berkaitan dengan
pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah
sekitar hutan (Kring) dan daerah-daerah lain yang oleh Pemerintah
Daerah ditentukan sebagai Wilayah Kewenangan Polhut tersebut
untuk memeriksa hasil hutan.
3. Menerima laporan tentang terjadinya tindak pidana yang hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan.
4. Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana bidang
kehutanan.
5. Dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk
diserahkan kepada Penyidik Kepolisian RI.
6. Membuat dan menandatangani Laporan terjadinya tindak pidana di
bidang Kehutanan.
Pasal 7
Dalam hal didapatkan suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak
pidana, satuan Polhut sesuai dengan ketentuan Pasal 6 dapat
melakukan pemeriksaan adanya tindak pidana untuk selanjutnya
diserahkan kepada Penyidik PNS Kehutanan atau Penyidik Polri untuk
penyidikannya.
8
C. Sistem Perlindungan dan Pengamanan Hutan
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan
penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan
(Dephut, 2004).
Perlindungan hutan tidak hanya menghadapi bagaimana mengatasi
kerusakan pada saat terjadi melainkan lebih diarahkan untuk mengenali
dan mengevaluasi semua sumber kerusakan yang potensil, agar
kerusakan yang besar dapat dihindari, sehingga kerusakan hutan dapat
ditekan seminimal mungkin dari penyebab-penyebab potensil (Sumardi
dan Widyastuti , 2004).
Pengamanan hutan adalah segala kegiatan, upaya dan usaha yang
dilaksanakan oleh aparat kehutanan dan dukungan instansi terkait dalam
rangka mengamankan hutan dan hasil hutan secara terencana, terus
menerus dengan prinsip berdaya guna dan berhasil guna (Dephut,
1995).
Secara Fungsional Pengamanan Hutan dilaksanakan oleh Satuan
Tugas (Satgas) Pengamanan Hutan yang berkedudukan di Dinas-dinas
Propinsi, Kabupaten/Kota yang menangani bidang Kehutanan, dan UPT
Departemen Kehutanan (Dephutbun, 1998).. Sedangkan Pengamanan
9
Hutan di areal hutan yang telah dibebani Hak dilaksanakan oleh Satuan
Pengamanan Hutan pemegang hak tersebut, yang dikenal dengan
sebutan Satpam Pengusahaan Hutan (Dephut, 1995).
Saat ini, masalah perlindungan dan pengamanan hutan adalah
masalah yang cukup kompleks serta dinamis. Dengan adanya
perkembangan diberbagai bidang dan perubahan dinamika di lapangan,
maka terjadi pula perkembangan permasalahan perlindungan dan
pengamanan hutan, mulai dari perladangan berpindah dan perladangan
liar/perambahan yang dilakukan oleh warga masyarakat yang
sederhana, sampai pencurian kayu dan penyelundupan satwa yang
didalangi oleh bandit berdasi (Mappatoba dan Nuraeni , 2009).
Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga
hutan, hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agar fungsi
lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal.
Prinsip-prinsip perlindungan hutan meliputi :
a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan
hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama serta penyakit.
b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
(Dephut, 2004).
10
Prinsip yang penting dalam kegiatan perlindungan hutan adalah
pencegahan awal perkembangan penyebab kerusakan jauh lebih efektif
daripada memusnahkan perusak setelah menyerang. Dalam tahun-
tahun terakhir ini anggapan bahwa pencegahan merupakan sistem yang
lebih penting dalam perlindungan hutan telah diterima secara meluas.
Tetapi hal ini masih tetap diragukan apakah perluasan ide ini melalui
sistem silvikultur dan forest management dalam jangka waktu panjang
dianggap sudah cukup menguntungkan. Pencegahan melalui aplikasi
manajemen dan silvikultur memerlukan waktu panjang, tetapi hasilnya
akan lebih abadi dan lebih murah dibandingkan metode pemberantasan
secara langsung (Mappatoba dan Nuraeni, 2009).
D. Jenis-Jenis Gangguan Hutan
Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri dari atas
organisme hidup atau faktor-faktor lingkungan fisik. Penyebab
kerusakan hutan digolongkan kelompok biotik dan abiotik. Kelompok
biotik biasa juga disebut organisme pengganggu tanaman (OPT) meliputi
kelompok patogen (penyebab penyakit), serangga dan hewan hama,
tumbuhan pengganggu dan satwa liar serta ternak, sedangkan yang
termasuk kelompok abiotik adalah faktor lingkungan abiotik dan
kebakaran (Sumardi dan Widyastuti , 2004).
Mappatoba dan Nuraeni (2009) membagi faktor-faktor prenyebab
gangguan hutan dalam 3 bagian, yaitu :
a. faktor fisik terdiri dari api, angin, air, vulkanis, peties dll.
11
b. faktor biologis terdiri dari hama dan penyakit.
c. faktor sosial terdiri dari kebakaran hutan, perladangan berpindah,
penggembalaan, penebangan liar dan pencurian kayu.
Tiap tipe perusak tersebut diatas dapat dianggap penting karena
masing-masing mempunyai potensi untuk membinasakan hutan.
Dengan kenyataan tersebut maka setiap insan rimbawan harus
menyadari bahwa untuk perlindungan yang baik maka diperlukan
keseimbangan alamnya.
Selama tahun 2006, telah tercatat berbagai gangguan yang
mengancam eksistensi dan kondisi kawasan hutan. Gangguan berupa
penyerobotan kawasan hutan oleh masyarakat mencapai luasan
44.668,87 hektar, sedangkan gangguan terhadap tegakan hutan berupa
penebangan ilegal diperkirakan telah mengakibatkan kehilangan kayu
±7.420,64 M 3 kayu bulat (PHKA, 2006).
E. Penanganan Jenis Gangguan
Perlindungan hutan dalam menekan populasi perusak memerlukan
keahlian khusus untuk mengetahui gambaran dari setiap penyebab
kerusakan sehingga dapat memilih metode pemberantasan yang sesuai.
Seorang rimbawan, walaupun bukan spesialis perlindungan hutan tetapi
harus mengetahui problema-problema perlindungan hutan yang
dianggap penting, harus memiliki kecakapan untuk mengatasi penyebab
kerusakan hutan, harus mengerti prinsip-prinsip pengaturan
pemberantasan musuh-musuh hutan apabila ditemukan di lapangan dan
12
pada akhirnya dapat mengorganisir dan melaksanakan tindakan
pemberantasan yang diperlukan (Mappatoba dan Nuraeni, 2009).
Upaya Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat yang
dilakukan untuk mencegah, membatasi dan mempertahankan serta
menjaga hutan dari penyebab kerusakan hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia adalah :
a. melakukan sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan;
b. melakukan inventarisasi permasalahan;
c. mendorong peningkatan produktivitas masyarakat;
d. memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat;
e. meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
hutan;
f. melakukan kerjasama dengan pemegang hak atau izin;
g. meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan;
h. mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat;
i. meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan
hutan;
j. mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan
keamanan hutan; atau
k. mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum. (Dephut, 2004).
Sebagaimana dilaporkan oleh pemerintah daerah/UPT, kebakaran
melanda kawasan hutan seluas ± 4.241,59 Ha. Namun demikian, karena
13
adanya kendala dalam memperkirakan luasan kawasan yang terbakar,
diyakini bahwa angka tersebut lebih kecil dari kenyataan lapangan yang
sebenarnya. Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, antara lain
dengan mendeteksi titik api, dimana pada tahun 2006 dideteksi
sebanyak 146.264 titik api (PHKA, 2006).
Pencegahan merupakan sistem perlindungan yang murah dan
efektif dan dilaksanakan sebagai usaha untuk menghalang-halangi satu
diantara banyak penyebab kerusakan dari peledakan populasinya.
Pencegahan dilaksanakan melalui program jangka panjang secara terus
menerus dengan manajemen yang teliti (Mappatoba dan Nuraeni, 2009).
Upaya lain yang dilaksanakan untuk melindungi kawasan hutan,
Departemen Kehutanan telah melaksanakan berbagai kegiatan yang
bersifat pengembangan dan pemberdayaan masyarakat serta upaya
penegakan hukum (PHKA, 2006). Jika cara-cara mengurus kawasan
hutan negara yang selama ini diterpkan kurang berhasil atau malah
gagal, maka diperlukan pendekatan baru yaitu mengalihkan pengelolaan
areal-areal kawasan hutan yang digarap penduduk dan yang tidak lagi
berhutan menjadi sistem usahatani produktif dan lestari masyarakat
setempat. Diharapkan pengalihan areal kawasan hutan ini didasarkan
pada pertimbangan : lahan diserahkan kepada penduduk yang memang
memerlukan dan layak menerimanya, bukan tuan tanah atau pengusaha
bermodal kuat (Kusworo, 2000).
14
F. Prosedur Pengamanan Hutan
(Dephut, 1995), Prosedur pelaksanaan kegiatan pengamanan
hutan secara fungsional adalah :
1. Perencanaan
Perencanaan dalam bentuk program kerja operasional dibuat secara
berjenjang. Perencanaan kegiatan berisi perkiraan hal-hal yang
dibutuhkan seperti personil, logistik/transportasi, serta penentuan
cara bertindak (Penyuluhan, preemtif, preventif dan refresif).
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pengamanan hutan meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan pengamanan hutan fungsional dalam
bentuk:
1). Kegiatan deteksi yaitu membuat perkiraan keadaan atas
kemungkinan terjadinya gangguan terhadap hutan dan hasil
hutan dengan dilengkapi data pelaku pelanggar hukum, tokoh
masyarakat disekitar hutan, ploting peta kerawanan dan
penggalangan yang berencana dan terus menerus.
2). Kegiatan kesamaptaan, yaitu pelaksanaan tugas yang
bersifat rutin dan selektif, dengan tujuan mencegah terjadinya
gangguan atas hutan dan hasil hutan. Kegiatan
Kesamaptaan terdiri dari :
a. Patroli berlanjut, rutin dan selektif.
b. Penjagaan di tempat-tempat yang telah ditentukan.
15
c. Pengawalan hal-hal tertentu.
d. Pemeriksaan surat-surat atau dokumen yang berkaitan
dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan
hutan atau wilayah sekitar hutan (kring)
3). Kegiatan Bimbingan Masyarakat yang dilaksanakan dalam
bentuk:
a. Penyuluhan kepada masyarakat.
b. Program Bina Desa, seperti perbaikan pengairan,
bantuan ternak, bantuan bibit pohon, sarana ibadah,
tumpang sari dan sebagainya.
4). Kegiatan refresif atau penegakan hukum dengan
mengamankan tempat kejadian (tersangka dan barang bukti),
membuat dan menandatangani laporan kejadian, dan
selanjutnya segera melaporkan/menyerahkan masalah
tersebut kepada Penyidik PNS kehutanan atau Penyidik Polri.
b. Pelaksanaan kegiatan operasi pengamanan hutan dalam
bentuk :
1). Operasi Rutin
Operasi rutin adalah kegiatan satuan tugas wilayah dan atau
satuan tugas resort Polisi Kehutanan yang terus menerus
dilaksanakan dengan tujuan :
a. Mencegah timbulnya gangguan terhadap hutan dan hasil
hutan
16
b. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat tentang
perlunya menjaga kelestarian hutan.
c. Pendataan atau pembuatan peta kerawanan hutan.
d. Mengupayakan penyelesaian kasus-kasus bidang
kehutanan.
e. Sifat kegiatan ini adalah : dilaksanakan secara terus
menerus sesuai jadwal dan secara selektif, dibuatkan
jurnal kegiatan, setiap kasus-kasus kecil diselesaikan
sampai tuntas, lebih menonjolkan fungsi penyuluhan dan
tindakan preventif, serta melaporkan hasil pelaksanaan
tugas secara periodik kepada pimpinan satu tingkat
diatasnya.
2). Operasi Gabungan
Pelaksanaan operasi gabungan didahului dengan persiapan :
a.Pulahjianta pelaku, jaringan kejadian, modus operandi,
otak atau penggerak, tempat pengumpul dan penadah.
b.Penyusunan personil dan pembagian tugas.
c. Dukungan logistik / dana dan formulir isian hasil operasi.
d.Operasi gabungan dilaksanakan hanya pada tingkat
Instansi Kehutanan Dati II
17
c. Gelar Operasional
Gelar operasional rutin diadakan setiap bulan pada tingkat
Instansi Kehutanan Dati II dan triwulan pada tingkat Instansi
Kehutanan Dati I, dengan maksud :
1). Saling tukar menukar informasi.
2). Mengadakan gelar perkara untuk kasus pidana kehutanan.
3). Paparan jurnal kejadian pelanggaran
3. Pengawasan dan pengendalian
Pengawasan dan pengendalian dimaksudkan dalam rangka
pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang dan penerapan peraturan
perundang-undangan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
4. Mekanisme Koordinasi
5. Penyelesaian Administrasi
G. Hipotesis
1. Polisi Kehutanan (Polhut) mempunyai peran penting dalam
pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai.
2. Terdapat beberapa kendala yang ditemui oleh Polisi Kehutanan
(Polhut) dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Sinjai dan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan yaitu dari
bulan Mei sampai dengan Juni 2012.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kertas untuk pencatatan hasil observasi
2. Quesioner untuk responden.
3. Alat tulis menulis untuk pencatatan.
4. Kamera untuk kepentingan dokumentasi.
C. Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi responden penelitian adalah pegawai Dinas
Perkebunan dan Kehutanan (Kepala Bidang kehutanan, Kepala Seksi
Perlindungan Hutan dan Polisi Kehutanan), Pemerintah Desa dan
masyarakat yang mengetahui peran Polisi Kehutanan Dinas Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling, yaitu responden dipilih sebagai sampel
karena dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan sesuai tujuan
penelitian.
19
D. Variabel Penelitian
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah peran Polisi
Kehutanan terhadap pengamanan hutan. Indikator yang digunakan
untuk mengukur variabel tersebut adalah :
1. Peran Polisi Kehutanan
a. kegiatan dan aktifitas polisi kehutanan
b. cara pelaksanaan kegiatan
c. frekuensi kegiatan
d. persepsi masyarakat
2. Kendala Pengamanan Hutan
E. Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive
Sampling, yaitu penentuan sampel ditentukan oleh peneliti terhadap
populasi yang mengetahui tugas, fungsi dan peran Polisi Kehutanan.
Sampel dipilih dari pejabat struktural, Polisi Kehutanan dan masyarakat
yang berhubungan dengan hutan dan hasil hutan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berupa observasi, kuesioner dan studi
dokumen untuk melengkapi data primer.
a. Observasi
Dalam metode observasi ini, dilakukan pengamatan secara
langsung bagaiman peran Polisi Kehutanan terhadap pengamanan
hutan. Dengan metode inilah dapat diketahui kebenaran dari informasi
20
yang didapatkan sebelumnya. Observasi yang dilakukan adalah dengan
melihat dan mengamati kegiatan dan aktifitas Polisi Khusus Kehutanan
di Kabupaten Sinjai.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara tertulis kepada responden.
Kuesioner untuk mengetahui tanggapan dan pendapat responden
mengenai peran Polisi Kehutanan. Kuesioner akan dibagikan kepada
Kepala Bidang Kehutanan, Kepala Seksi Perlindungan Hutan, Polisi
Kehutanan dan masyarakat setempat yang berhubungan dengan hutan
dan penatausahaan hasil hutan.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-
dokumen laporan yang berkaitan dengan kegiatan Polisi Kehutanan
dalam melaksanakan tugas pengamanan hutan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis, artinya menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-cirinya
yang terdapat dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang
tersedia, setelah itu dari sumber bahan dokumen. Tahap selanjutnya
adalah dilakukan analisis, diinterpretasikan, dan ditafsirkan isinya. Data-
data yang telah diseleksi dan diuji kebenarannya itu adalah fakta-fakta
21
yang akan diuraikan dan dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang
harmonis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
H. Defenisi Operasional
1. Peran Polisi Kehutanan adalah kegiatan dan aktifitas Polisi
Kehutanan dalam rangka mengamankan kawasan hutan yang
menjadi wilayah hukumnya.
2. Kegiatan dan aktifitas adalah kegiatan-kegiatan pengamanan hutan
yang meliputi kegiatan pre-emtif, kegiatan refresif dan kegiatan
preventif.
3. Kegiatan Pre-emtif adalah kegiatan yang bersifat pembinaan dan
penyuluhan terhadap masyarakat sebagai upaya menciptakan
kondisi yang kondusif dengan tujuan menumbuhkan peran aktif
masyarakat dalam pengamanan kawasan hutan.
4. Kegiatan Preventif adalah segala kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengawasi dan mencegah terjadinya gangguan keamanan kawasan
dan hasil hutan.
5. Kegiatan Represif adalah upaya/kegiatan untuk menindak dan
menghentikan segala perbuatan pelanggaran/kejahatan tindak
pidana kehutanan dalam rangka menegakkan hukum. Situasi dan
kondisi gangguan keamanan hutan telah terjadi dan cenderung terus
berlangsung atau akan meningkat bila tidak dilakukan penindakan
terhadap pelakunya.
22
6. Cara pelaksanaan kegiatan adalah prosedur dan tahapan dalam
melaksanakan kegiatan pengamanan hutan.
7. Frekuensi kegiatan adalah berapa kali kegiatan tersebut
dilaksanakan dalam satu tahun.
8. Persepsi masyarakat adalah pendapat pemerintah desa dan
masyarakat mengenai peran Polisi Kehutanan dalam mengamankan
kawasan hutan berdasarkan pengamatan tahun sebelumnya.
9. Kendala pengamanan hutan adalah permasalahan yang dihadapi
Polisi Kehutanan dalam melaksanakan tugas pengamanan hutan.
10.Upaya Polisi Kehutanan adalah upaya yang dilakukan oleh Polisi
Kehutanan dalam mengatasi permasalahan pengamanan hutan yang
dihadapinya.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Gangguan Hutan
Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
menyebutkan bahwa kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk
dan ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap. Saat ini kawasan hutan di Kabupaten Sinjai meliputi
areal seluas 18.894 ha. Menurut statusnya, luas areal kawasan hutan ini
terdiri atas Hutan Lindung seluas 11.074 ha atau 58,61 %, Hutan Produksi
Terbatas seluas 7.100 ha atau 37,58%, dan Hutan Konservasi seluas 720
ha atau 3.81%. Namun sebagian wilayah kawasan hutan tersebut yaitu
seluas 4.261,5 ha atau 22,55 % sudah dikonversi menjadi areal
pemukiman dan areal budidaya perkebunan terutama untuk tanaman
kakao, cengkeh dan kopi, sehingga kawasan hutan tersebut tidak
berfungsi lagi sesuai dengan statusnya.
Luas Kawasan tersebut hanya 23,04 % dari luas Kabupaten Sinjai
yang luasnya 81.996 ha. Hal ini berarti sangat jauh dari idealnya luas
suatu daerah dengan luas wilayah hutannya yang minimal mencapai
angka 30 %. Luas kawasan hutan ini berada di bawah standar baik
kuantitas maupun kualitasnya, apalagi diperparah dengan adanya areal
yang telah dikonversi seluas 5,20 %, sehingga luasnya hanya 17,85 %.
Berdasarkan analisis data kuesioner terhadap responden yaitu
petugas Polisi Kehutanan yang di tugaskan di wilayah Dinas Perkebunan
24
dan Kehutanan Kabupaten Sinjai diperoleh informasi berbagai jenis
gangguan hutan yang terjadi diwilayah kerja responden, yang disajikan
pada Gambar 1 berikut ini :
1 2 3 4 5 6 7
0
10
20
30
40
50
60
70
% Responden
% Responden
Keterangan :
1 = Pencurian hasil hutan kayu
2 = Pencurian hasil hutan non kayu
3 = Perambahan hutan
4 = Perladaangan berpindah
5 = Penggembalaan liar
6 = Pengangkutan hasil hutan tanpa dokumen
7 = Tumpang tindih penggunaan lahan
Gambar1. Persentase Responden tentang Jenis Gangguan Hutan di
Wilayah Kerjanya.
Data pada Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa 60 % responden
menyatakan jenis gangguan perambahan terjadi di wilayah kerjanya dan
50% responden menyatakan jenis gangguan pengangkutan hasil hutan
tanpa dokumen. Hal ini berarti bahwa secara umum jenis gangguan
perambahan hutan dan jenis gangguan pengangkutan hasil hutan tanpa
dokumen masih terjadi disebagian wilayah kawasan hutan di Kabupaten
Sinjai yaitu di wilayah Kecamatan Sinjai Selatan (Balang Lajange Desa
25
Talle, hutan Santi Desa Palangka dan Songing), Kecamatan Sinjai Barat
(Desa Terasa), Kecamatan Bulupoddo (Lamattiriattang dan Tompobulu).
Perbandingan luas areal kawasan hutan dengan luas areal
kawasan hutan yang telah mengalami gangguan perambahan hutan di
masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Persentase Luas Areal Kawasan Hutan Yang Telah Dirambah.
No. Kecamatan Luas Kawasan
Hutan (ha)
Luas Areal Yg
Dirambah (ha)
Persentase (%)
1. Bulupoddo 2.196 270 12,30
2. Sinjai Selatan 1.883 900 47,80
3. Tellulimpoe 628,875 576,5 91,67
4. Sinjai Tengah 3.168,125 415 13,10
5. Sinjai Barat 8.791 1.325 15,07
6. Sinjai Borong 2.227 775 34,80
Sumber : Disbunhut Kab. Sinjai, 2010.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Kecamatan Tellulimpoe
memiliki persentase luas areal kawasan hutan yang telah mengalami
gangguan perambahan hutan yang paling tinggi, selanjutnya berturut-turut
adalah Kecamatan Sinjai Selatan, Sinjai Borong, Sinjai Barat, Sinjai
Tengah dan Bulupoddo.
Jenis gangguan perambahan hutan yang terjadi di Kabupaten
Sinjai adalah pendudukan lahan kawasan hutan tanpa izin seperti
berkebun, pemukiman dan pengkaplingan lahan dalam kawasan hutan.
Perbuatan tersebut melanggar ketentuan pada pasal 50 ayat 3 huruf (a)
dan (b) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
26
Meskipun melanggar peraturan perundangan yang berlaku,
namun sampai saat ini masyarakat di tiga kecamatan tersebut masih
berkebun dan bermukim di dalam kawasan hutan. Petugas kehutanan
tidak dapat melakukan tindakan penangkapan terhadap masyarakat yang
berkebun dan bermukim dalam kawasan hutan karena masyarakat
mengaku telah bermukim dan berkebun sejak lama seperti di jelaskan
sebagai berikut :
a. Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan, terdapat dua dusun yang
berada di dalam kawasan hutan, yaitu Dusun Jennae dan Dusun
Lengkese. Menurut Kepala Desa Polewali, Dusun Lengkese
merupakan dusun lama yang telah dihuni oleh masyarakat sejak tahun
1960. Pada tahun itu masyarakat yang bermukim baru 10 KK, namun
sekarang jumlah pemukiman semakin banyak dari anak cucu mereka.
Dan masyarakat sudah mengakui lahan itu sebagai miliknya dengan
adanya bukti surat pajak.
b. Desa Bontokatute Kecamatan Sinjai Borong, terdapat beberapa
masyarakat yang berkebun sejak lama di areal yang saat ini ditetapkan
sebagai kawasan hutan. Menurut Kepala Desa Bontokatute, luas areal
kawasan hutan yang masih digarap oleh masyarakat seluas 225 ha.
Beberapa areal kawasan hutan yang sebelumnya digarap oleh
masyarakat saat ini digunakan sebagai areal GN-RHL tahun 2004
s/d 2006.
27
c. Kecamatan Tellulimpoe, terdapat dua kawasan hutan yang sebagian
besar telah digarap oleh masyarakat yaitu kawasan hutan lindung
Balampesoang dan kawasan hutan lindung Balang Jatie. Berdasarkan
informasi dari responden yang bermukim di sekitar kawasan hutan
lindung Balampesoang, kawasan ini sudah dirambah sejak 20 tahun
yang lalu. Perambahan diawali oleh seorang tokoh yang berpengaruh,
sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan penegakan hukum.
Meskipun masyarakat di sekitar hutan di Kecamatan Tellulimpoe
terlibat dalam perambahan kawasan hutan lindung Balampesoang
dan Balang Jatie, namun karekteristik perambah di kedua lokasi
tersebut berbeda. Berdasarkan informasi dari responden, pelaku
utama perambahan di kawasan hutan lindung Balampesoang adalah
oknum-oknum tertentu yang mempunyai kekuasaan, kekuatan dan
kemampuan finansial. Masyarakat lokal umumnya hanya sebagai
petani penggarap saja. Sedangkan pelaku perambahan di kawasan
hutan lindung Balang Jatie adalah masyarakat lokal yang menuntut
keadilan dalam penguasaan lahan sebagai akibat tidak adanya
penegakan hukum di kawasan hutan lindung Balampesoang.
Pengangkutan hasil hutan tanpa dokumen merupakan jenis
gangguan kedua yang harus dilakukan penanggulangan setelah
gangguan perambahan hutan. Banyaknya gangguan ini
dimungkinkan karena masyarakat belum mengetahui dengan jelas
aturan penatausahaan hasil hutan, khususnya penatausahaan hasil
28
hutan kayu yang berasal dari tanah milik. Masyarakat (73%)
menyatakan belum memahami aturan penatausahaan kayu dari tanah
milik karena Polhut tidak memberikan petunjuk dalam pengurusan
dokumen hasil hutan kayu yang berasal dari tanah milik. Sementara
Polhut saat menemukan pengangkutan kayu tanpa dokumen, 80 %
masyarakat mengatakan Polhut menindak tegas pengangkutan kayu
tanpa dokumen.
B. Peran Polisi Kehutanan (Polhut)
Untuk melaksanakan tugas-tugas pengamanan hutan di wilayah
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai, telah dilakukan
penambahan jumlah Polisi Kehutanan dengan merekrut beberapa warga
masyarakat desa di Kabupaten Sinjai dan umumnya adalah anak tokoh
masyarakat di desa tersebut, sehingga dalam penugasannya mereka
ditugaskan ke desa-desa yang berbatasan dengan kawasan hutan. Pola
ini diharapkan dapat mencegah meluas dan meningkatnya gangguan
hutan di Kabupaten Sinjai.
Jumlah tenaga pengamanan hutan di wilayah Dinas Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Sinjai di sajikan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Pengamanan Hutan di Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Sinjai
29
No. Tenaga Pengamanan Hutan Jumlah (Orang)
1. Polisi Kehutanan 66
a. Sarjana (S1) 6
b. Diploma Tiga -
c. S M A / Sederajat 60
2. Tenaga Pamhut Lainnya (Mandor
Hutan)
20
3. Penyidik PNS (PPNS) -
Sumber : Disbunhut Kab. Sinjai, 2012.
Polisi Kehutanan dan tenaga pengamanan hutan lainnya berperan
dalam upaya mencegah, membatasi dan mempertahankan serta menjaga
hutan dari berbagai jenis gangguan hutan yang menyebabkan terjadinya
kerusakan hutan di Kabupaten Sinjai. Dalam menunjukkan peran Polhut
maka Polhut Kabupaten Sinjai telah melakukan berbagai upaya dalam
rangka penanggulangan gangguan hutan, yaitu :
a. Preemtif
Upaya Polhut dalam rangka penanggulangan gangguan hutan
yang sifatnya preemtif adalah :
1. Sosialisasi peraturan perundang-undangan
Sosialisasi peraturan perundang-undangan dilaksanakan oleh Polhut
Kabupaten Sinjai saat melaksanakan kegiatan penyuluhan dalam
bentuk anjangsana ke rumah penduduk di wilayah kerjanya dan
ceramah yaitu bekerjasama dengan pemerintah desa untuk
menghadirkan tokoh-tokoh masyarakat dan anggota kelompok tani di
ruang Balai Desa.
Namun atasan Polhut di Sinjai Timur mengemukakan pendapatnya
bahwa kegiatan penyuluhan yang sifatnya anjangsana perlu
30
ditingkatkan, dimana saat ini intensitas Polhut di lapangan masih
sangat kurang. Sedangkan 53 % masyarakat menyatakan Polhut
sering melakukan kegiatan anjangsana, 95 % mengatakan Polhut
melakukan sosialisasi aturan perundang-undangan dan diskusi dengan
masyarakat tentang permasalahan kehutanan.
2. Pendekatan kesejahteraan
Pendekatan kesejahteraan dilaksanakan oleh Polhut Kabupaten Sinjai
dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan reboisasi dan Kebun
Bibit Rakyat (KBR).
3. Pembinaan dan bimbingan masyarakat
Polhut Kabupaten Sinjai juga melakukan kegiatan pembinaan dan
bimbingan masyarakat. Kegiatan pembinaan dilakukan dengan
memberikan teguran kepada masyarakat yang baru pertama kali
ditemukan melakukan kegiatan ilegal. Teguran yang di berikan polisi
hutan kepada masyarakat adalah dengan menasehati sehingga
hubungan kemitraan dengan masyarakat tetap berlangsung harmonis.
Karena setiap Polhut juga diharapkan bisa menyatu atau membaur
serta peduli terhadap penduduk sekitar hutan. Hal ini bisa menarik
simpati masyarakat dengan tujuan agar mereka sadar untuk tidak
berbuat kejahatan terhadap hutan secara bertahap. Dengan demikian
mereka akan membantu Polhut dalam pengamanan hutan dengan
cara memberikan informasi rencana-rencana pengrusakan hutan.
31
Sedangkan bimbingan masyarakat dilakukan dalam pengembangan
aneka usaha kehutanan. Hal ini juga didukung oleh 98 % pendapat
masyarakat yang menyatakan bahwa Polhut menganjurkan
masyarakat menanam pohon, membantu masyarakat menyediakan
bibit pohon dan memberikan bimbingan dalam penanaman pohon.
Kegiatan ini sifatnya pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan
hutan yang nantinya diharapkan mampu mengurangi gangguan hutan
karena masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungannya. Program pemberdayaan masyarakat tersebut antara
lain adalah :
 Gerakan Pembangunan Sejuta Sadap Pinus (Gerbang Sedap)
Luas tanaman pinus di Kabupaten Sinjai yang siap sadap
mencapai 3.155 hektar dengan jumlah tanaman 1.009.200 pohon
umur 14 -34 Tahun.
 Pengelolaan dan Pemanfaatan Hasil hutan non kayu seperti
pengembangan lebah madu, sutera alam, jamur, gula aren,
ekotourism, dan lain-lain
 Pengembangan Silvopasture di Desa Barania Sinjai Barat,
masyarakat menanam hijauan ternak/rumput gajah diantara
eucalyptus.
 Pengembangan dan pembinaan aneka usaha kehutanan yang
bersifat lokal spesifik seperti penyerahan sapi perah pada
kelompok tani.
32
 Pengembangan dan pembinaan sumber benih tanaman
kehutanan seperti sumber benih bakau, sengon, kayu manis,
gmelina dan lain-lain.
b. Preventif
Dalam mendukung tugas Polhut dalam upaya penanggulangan
gangguan hutan yang sifatnya preventif, maka Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Sinjai menetapkan anggota Polisi Kehutanan pada
setiap unit wilayah yang dipimpin oleh satu kepala unit wilayah.
Berdasarkan analisis data kuesioner terhadap responden yaitu
petugas Polisi Kehutanan yang di tugaskan di wilayah Dinas Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Sinjai diperoleh informasi bahwa upaya
pengamanan hutan yang sifatnya preventif yang dilakukan oleh Polhut di
masing-masing unit kerjanya adalah :
1). Kegiatan Deteksi
Kegiatan deteksi yang dilakukan Polhut adalah melakukan pendataan
tokoh-tokoh masyarakat, anggota kelompok tani dan mandor hutan.
Dengan mengetahui informasi ini, maka Polhut dapat bermitra dengan
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas pengamanan hutan.
Kegiatan lain yang merupakan kegiatan deteksi adalah melakukan
pendataan jumlah perambah dan luas areal hutan yang dirambah.
Sejak Tahun 2010, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Sinjai telah menginstruksikan kepada kepala satuan unit wilayah agar
melakukan pendataan perambah di wilayahnya masing-masing.
33
2). Patroli Pengawasan Kawasan Hutan
Patroli pengamanan kawasan hutan secara rutin dilaksanakan oleh
petugas Polisi Kehutanan di wilayah kerjanya masing-masing.
Frekuensi pelaksanaan kegiatan ini umumnya dilaksanakan satu kali
seminggu.
3). Patroli Pengawasan Peredaran Hasil Hutan, Tumbuhan dan Satwa
Patroli pengawasan peredaran hasil hutan, tumbuhan dan satwa
dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan dokumen berupa SKAU
(surat keterangan asal usul kayu) apabila kayu tersebut berasal dari
hutan hak/tanah milik.
Polhut dalam melakukan Patroli pengawasan peredaran hasil hutan
umumnya hasil hutan kayu yang diawasi, sementara pengawasan hasil
hutan non kayu belum sering dilakukan. Hal ini sesuai dengan
pendapat masyarakat, dimana 95 % masyarakat menyatakan Polhut
belum melakukan Patroli pengawasan peredaran hasil hutan non kayu.
4). Pembuatan papan informasi
Pembuatan papan informasi merupakan salah satu kegiatan preventif
yang bertujuan untuk memberikan suatu informasi tentang fungsi dan
manfaat hutan yang bersifat himbauan kepada warga masyarakat.
c. Refresif
Refresif merupakan upaya Polhut yang berperan dalam
melakukan tindakan yang bersifat penegakan hukum, dimana sudah
34
terjadi pelanggaran atau kejahatan. Bila ditemukan
pelanggaran/kejahatan di bidang kehutanan, Polisi kehutanan selaku PNS
yang diberi wewenang kepolisian khusus bidang kehutanan melakukan
tindakan sesuai dengan wewenang yang telah ditetapkan oleh peraturan
perundangan yang berlaku. Peranan Polhut dalam bentuk refresif yang
dilaksanakan di Kabupaten Sinjai adalah :
1). Operasi Rutin
Operasi rutin ini dilakukan secara berkelompok dalam satu wilayah
kecamatan dan dibawah koordinasi satuan unit wilayah. Berdasarkan
data sekunder kantor Dinas Perkebunan dan Kehutanan, jenis
gangguan hutan hasil operasi rutin yang mendapatkan penanganan
lebih lanjut di Kantor Dinas Perkebunan dan Kehutanan adalah
pengangkutan hasil hutan kayu tanpa dokumen, yang disajikan pada
gambar 2 .
Gambar 2 menunjukkan bahwa dari tahun 2010 sampai 2012,
Polhut Kabupaten Sinjai berperan dalam melakukan penurunan
gangguan pengangkutan hasil hutan kayu tanpa dokumen, yaitu tahun
2010 terdapat 12 kasus, 2011 terdapat 7 kasus dan tahun 2012
terdapat 2 kasus. Penurunan kasus ini dikarenakan Polhut Kabupaten
Sinjai melakukan penjagaan pada wilayah perbatasan yang menjadi
akses pengangkutan hasil hutan kayu.
35
1 2 3
0
2
4
6
8
10
12
14
Jumlah Kasus
Jumlah Kasus
1 = Tahun 2010 ; 2 = Tahun 2011 ; 3 = Tahun 2012
Gambar 1. Jumlah Kasus Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Tanpa
Dokumen..
2). Operasi Refresif
Operasi refresif merupakan upaya untuk menindak pelaku pelanggaran
secara langsung di lapangan melalui kegiatan pengamanan pelaku
dan barang bukti, penyelesaian administrasi lapangan seperti laporan
kejadian, berita acara pemeriksaan TKP (Tempat Kejadian Perkara)
dan sketsa lokasi kejadian.
3). Operasi Yustisi
Operasi yustisi merupakan upaya penegakan hukum untuk membuat
jera para pelaku pelanggaran oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS)/ Penyidik Polri dimulai dengan Penyidikan sampai dengan
Putusan Pengadilan. Penyidikan tindak pidana kehutanan di
Kabupaten Sinjai dilakukan oleh Penyidik Polri karena belum memiliki
Penyidik PNS.
Berdasarkan informasi kemajuan penyidikan dari 10 kasus
perambahan hutan hanya diperoleh 2 kasus yang sampai ke tahapan
36
peradilan yaitu kasus pembukaan jalan di kawasan hutan Balimengka
kelompok hutan Apparang II Desa Songing dan perambahan hutan
untuk perluasan lahan perkebunan seluas 40 ha di Desa Bontokatute
Sinjai Borong.
C. Kendala Polhut dalam Pengamanan Hutan
Kendala Polhut dalam melakukan pengamanan hutan di
Kabupaten Sinjai adalah sebagai berikut :
a. Masyarakat telah dibiarkan bermukim dan berkebun sejak lama di
dalam kawasan hutan,
Terjadinya pembiaran pada awal masyarakat melakukan
perambahan menyebabkan perambahan semakin meluas dan bahkan
perambahan di suatu wilayah mengakibatkan wilayah lainnya juga di
rambah seperti terjadinya pembiaran perambahan di kawasan hutan
lindung Balampesoang mengakibatkan masyarakat yang bermukim di
sekitar kawasan hutan lindung Balang Jatie juga menuntut kepada
pemerintah daerah agar diberikan kebijakan memanfaatkan lahan
kawasan hutan. Olehnya itu pihak pemerintah daerah memberikan
kebijakan pengelolaan lahan kawasan hutan lindung Balang Jatie.
Namun kebijakan tersebut tidak didukung dengan pengawasan yang
ketat dari petugas kehutanan sehingga masyarakat memanfaatkan
lahan hutan sesuai dengan keinginannya tanpa memperhatikan fungsi
kawasan hutan lindung Balang Jatie.
b. Anggaran pengamanan hutan yang tidak tersedia di unit wilayah,
37
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di unit
wilayah, salah satu permasalahan dalam penanggulangan gangguan
hutan adalah anggaran pengamanan hutan yang tidak tersedia di unit
wilayah. Padahal kegiatan pengamanan hutan telah dianggarkan di
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten sinjai dalam program
perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan. Program ini
dilakukan dengan 2 (dua) kegiatan, yaitu lomba rehabilitasi dan
konservasi sumberdaya alam serta pengamanan dan pengawasan
peredaran hasil hutan.
Untuk memaksimalkan pelaksanaan kegiatan penanggulangan
hutan di unit wilayah, tiap-tiap wilayah didukung dengan pendanaan
minimal untuk tugas masing-masing wilayah. Unit wilayah
membutukan dana tersebut untuk melakukan kerja lapangan seperti
patroli, penjagaan, anjangsana ke desa-desa/kampung terdekat dan
sebagainya.
Hal lain yang juga membutuhkan biaya adaah pembenahan
dan pengadaan sarana dan prasarana. Pembenahan sarana dan
prasarana di kantor unit wilayah dilakukan dalam dua tahun terakhir ini.
Sarana prasarana minimal yang dimiliki oleh kantor unit wilayah Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai yang akan mendukung
staf bekerja di lapangan adalah buku kerja, peta kerja, GPS, blangko
register dan sepeda motor. Sarana prasarana yang belum dimiliki
adalah kamera, binokular, kompas, alat komunikasi dan senjata api.
38
c. kurangnya koordinasi antara mitra instansi terkait.
Kurangnya koordinasi antara mitra instansi terkait seperti perkebunan,
pertanian, kepolisian, kejaksaan dan sebagainya menyebabkan
penanggulangan gangguan hutan tidak terlaksana dengan baik.
Koordinasi internal saja antara kehutanan dan perkebunan masih
belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dengan adanya program
pengembangan tanaman kakao yang lokasinya berada dalam
kawasan hutan. Apalagi koordinasi eksternal seperti dengan
kepolisian, dimana pelibatan personil dari Polres Sinjai hanya
dilakukan ketika ada kejadian yang harus diserahkan untuk
penyidikan.
d. Penanganan kejadian/kasus yang berbeda-beda dalam
penanggulangan gangguan hutan.
Penanganan kejadian/kasus di masing-masing wilayah berbeda,
padahal jenis kejadiannya sama. Untuk lokasi yang telah dirambah
oleh masyarakat sejak lama, petugas kehutanan di masing-masing
desa melakukan penanganan yang berbeda-beda seperti dijelaskan
pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Upaya Penanganan Gangguan Perambahan Hutan oleh
Polhut di Beberapa Desa di Kabupaten Sinjai.
No. Desa/ Kecamatan Penanganan Kasus Perambahan Hasil Penanganan
39
Hutan
1 2 3 4
1. Bontokatute/ Sinjai
Borong
Masih mentolerir penebangan
pohon untuk keperluan rumah
tangga dengan ketentuan
mengganti 3 pohon untuk 1 pohon
yang ditebang.
Masyarakat
mendukung dan
mematuhi
aturannya.
2. Polewali/
Sinjai Selatan
langsung menangkap setiap
masyarakat yang melakukan
penebangan dalam kawasan hutan.
Masyarakat
menebang jika tidak
ada petugas
3. Palangka/
Sinjai Selatan
Pendekatan persuasif terhadap
perambah lama untuk sadar dan
keluar dari kawasan hutan
70 % perambah
sudah keluar dari
kawasan hutan.
4. Baru/
Sinjai Tengah
Langsung menangkap setiap
masyarakat yang melakukan
penebangan dalam kawasan hutan
dan mencabuti semua tanaman
perkebunan dalam kawasan hutan
yang umurnya dibawah 1 tahun.
Masyarakat
mematikan pohon
dengan melakukan
peneresan pada
batang.
5. Samaturue/
Tellulimpoe
Tidak lagi melakukan pengamanan
terhadap kawasan hutan (90 %
kawasan hutan telah dirambah oleh
masyarakat.
Masyarakat
seenaknya
memanfaatkan
areal kws hutan
Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi variasi penanganan
kejadian perambahan hutan di wilayah Kabupaten Sinjai. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya prosedur tetap penanggulangan
gangguan perambahan hutan yang dikeluarkan oleh Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai.
Penanganan kejadian perambahan lama dengan melakukan
penangkapan langsung kepada setiap masyarakat yang melakukan
penebangan pohon dalam areal kawasan hutan tersebut bukannya
membuat jera masyarakat dan menyadarkan masyarakat. Masyarakat
menjadi tidak bersahabat dan tidak mau lagi mengikuti program
40
pemerintah untuk menanam pohon di lahan kawasan hutan yang
diolahnya, dan bahkan masyarakat akan melakukan aktivitas yang
makin merusak hutan seperti perilaku masyarakat di Sinjai Tengah
yang mematikan pohon dengan melakukan peneresan batang.
Penanganan kejadian perambahan kawasan dengan
memberikan kebijakan yang mentolerir penebangan pohon secara
bersyarat seperti yang terjadi di kawasan hutan lindung Bolalangiri
Desa Bontokatute Kecamatan Sinjai Borong memerlukan payung
hukum yang jelas, sehingga kebijakan ini tidak melanggar Undang-
Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan peraturan
perundangan lainnya.
Penanganan kejadian perambahan kawasan yang telah terjadi
sejak lama akan lebih efektif dengan pendekatan persuasif dan
kekeluargan dalam menyadarkan masyarakat tentang fungsi hutan
seperti yang telah dilakukan oleh petugas kehutanan di Desa
Palangka Kecamatan Sinjai Selatan dan Desa Bontokatute Sinjai
Borong.
e. Polhut belum diangkat dalam jabatan fungsional
Permasalahan lain yang menjadi penghambat Polhut dalam
menjalankan tugasnya secara efektif adalah belum diangkatnya
tenaga Polhut dalam Jabatan Fungsional Polhut. Padahal
berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 55/KEP/M.PAN/7/2003 yang saat ini telah diganti
41
dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Polhut dan Angka Kreditnya, Polisi Kehutanan merupakan
pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis
fungsional perlindungan dan pengamanan hutan serta pengawasan
peredaran hasil hutan pada instansi pemerintah baik pusat maupun
daerah.
Tidak diangkatnya Polhut dalam jabatan fungsional bisa
menyebabkan tidak kreatifnya Polhut dalam melakukan
penanggulangan gangguan keamanan hutan. Padahal dalam hal
karier, Polhut sangat mengharapkan diangkat dalam jabatan
fungsional. Hal ini terbukti dengan beberapa kali Polhut telah
berupaya mengcopykan aturan Polhut sebagai jabatan fungsional dan
menyerahkan ke bagian kepegawaian Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Sinjai. Namun sampai saat ini, Polhut
Kabupaten Sinjai belum sebagai pejabat fungsional.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai peran
Polhut dalam kegiatan pengamanan hutan di Wilayah Dinas Perkebunan
Kabupaten Sinjai, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Peranan Polhut dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai adalah
mencegah dan membatasi terjadinya dan meluasnya gangguan hutan
seperti perambahan hutan dan pengangkutan hasil hutan tanpa
dokumen.
2. Kendala yang ditemui Polhut dalam pengamanan hutan di Kabupaten
Sinjai adalah telah dibiarkannya masyarakat bermukim dan berkebun
sejak lama di dalam kawasan hutan, anggaran pengamanan hutan
yang tidak tersedia di unit wilayah, kurangnya koordinasi antara mitra
instansi terkait, ketidakseragaman dalam melakukan penanganan
gangguan hutan dan Polhut belum diangkat dalam jabatan fungsional.
44
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran Polhut dalam
kegiatan pengamanan hutan di Wilayah Dinas Perkebunan Kabupaten
Sinjai, maka kami sarankan sebagai berikut :
1. Penanggulangan gangguan hutan difokuskan kepada gangguan
perambahan hutan dan pengangkutan hasil hutan kayu tanpa
dokumen.
2. Meningkatkan peran Polhut dalam mengusulkan wilayah kawasan
hutan dimana masyarakat telah dibiarkan berkebun dan bermukim
sejak lama seperti di kawasan hutan Balampesoang-Balangjatie
Tellulimpoe, Apparang Polewali Sinjai Selatan dan Bolalangiri
Bontokatute Sinjai Borong, untuk mendapatkan program Hutan
Kemasyarakatan atau Hutan Desa.
3. Meningkatkan koordinasi dan kolaborasi dengan mitra instansi
terkait dalam penanggulangan gangguan hutan yang
mengedepankan pelibatan atau pemberdayaan masyarakat.
4. Pengalokasian anggaran penanggulangan gangguan hutan di unit-
unit wilayah dan penetapan prosedur tetap penanggulangan
gangguan hutan merupakan hal yang patut diperhatikan dalam
pelaksanaan penanggulangan gangguan hutan di Kabupaten
Sinjai.
45
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan, 1995. Keputusan Menteri Kehutanan No:
506/Kpts-II/ 1995 tentang Petunjuk Teknis Pengamanan Hutan
Secara Fungsional di Daerah Tingkat II.
Departemen Kehutanan, 2004. Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2004
tentang Perlindungan Hutan. Himpunan Peraturan Perundang-
Undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,
Jakarta.
Departemen Kehutanan, 2006a. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :
P.27/Menhut-II/2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025. Pusat Rencana dan
Statistik Kehutanan, Badan Planologi Kehutanan. Jakarta.
Departemen Kehutanan, 2006b. Booklet Data Kawasan Konservasi
Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Bogor.
IBSAP, 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati
Indonesia 2003-2020, IBSAP Dokumen Nasional, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta.
Kusworo, Ahmad, 2000. Perambah Hutan atau Kambing Hitam ? Potret
Sengketa Kawasan Hutan di Lampung. Pustaka Latin, Bogor.
Mappatoba Sila dan Nuraeni, 2009. Buku Ajar Perlindungan dan
Pengamanan Hutan, Laboratorium Perlindungan dan Serangga
Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
PHKA, 2006. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Forest
Protection and Nature Conservation), http://www.dephut.go.id/
INFORMASI/ STATISTIK/ 2006/PHKA_06.pdf, Diakses 24 Juni
2009 Jam 10.15.
Sumardi dan Widyastuti, S.M., 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Kepala Kepolisian RI
No. 10/Kpts-II/93-Skep/07/93 tentang susunan organisasi dan
tata kerja jagawana (POLHUT)
46
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka Kreditnya
Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan. 1999. Jakarta.
47
Lampiran 1. Penyebaran Kawasan Hutan di Kabupaten Sinjai
NO. Kecamatan/ Desa
Kelompok Kawasan Luas
Kawasan (ha)
Luas Yang
Dirambah
(Ha)
Persentase
(%)
1. Bulupoddo
 Duampanuae
 Tompo Bulu
 L. Riattang
Sungai Tangka II
Sungai Tangka II
Bappajeng Rappa
490
1.509
197
100
150
20
20,41
9,94
10,15
Jumlah 2.196 270 12,30
2. Sinjai Selatan
 Talle
 Songing
 Palangka
 Polewali
 Puncak
Balang Lajange
Apparang II
Apparang I
Apparang II
Apparang I
200
465
317
668
233
150
50
200
400
100
75,00
10,75
63,09
59,88
42,92
Jumlah 1.883 900 47,80
3. Tellulimpoe
 Kalobba
 Saotengah/ Massaile
Balang Pesoang
Balang Jatie
496,375
132,500
444
132,5
89,45
100,00
Jumlah 628,875 576,5 91,67
4. Sinjai Tengah
 Kompang
 Bonto
 Saohiring
 Saotanre
 Baru
 Pattongko
 Saotengnga
Tangka I
Alehanuae
Tangka I
Loua
Balang Lajange
Tangka I
Tangka
1.100
345
275
486,125
450
355
157
150
40
25
100
-
-
100
13,64
11,59
9,09
20,57
0
0
63,69
Jumlah 3.168,125 415 13,10
5. Sinjai Barat
 Turungan Baji
 Bontosalama
 Arabika
 Botolempangan
 Balakia
 Gunung Perak
 Barania
Bakung,Tangkoloe
Lompobattang
Lompobattang
Appareng
Appareng
Appareng
Appareng
1.103
2.325
278
877
225
2.583
1.400
100
300
75
200
200
300
150
9,07
12,90
26,98
22,81
88,89
11,61
10,71
Jumlah 8.791 1.325 15,07
5. Sinjai Borong
 Batu Belerang
 Barambang
 Bonto Katute
Appareng
Appareng
Bolalangiri
950
377
900
225
150
400
23,68
39,79
44,44
Jumlah 2.227 775 34,80
T O T A L 18.894 4.261,5 22,55
Sumber : Data Sekunder, 2010.
48
Lampiran 2. Daftar Nama Responden Polhut
No. Nama Responden Wilayah Kerja
1. Maing Baso Kecamatan Tellulimpoe
2. M. Yasin Kecamatan Tellulimpoe
3. Mustakin, S.Pd. Kecamatan Sinjai Utara
4. Faisal Saleh Kabupaten Sinjai
5. Armansyah Kecamatan Sinjai Tengah
6. Ambo Syahrir Kecamatan Sinjai Barat
7. Lasanrang Kecamatan Sinjai Barat
8. Suardi BR. Kecamatan Sinjai Tengah
9. Aminuddin Kecamatan Selatan
10. Sultan Kecamatan Sinjai Selatan
Lampiran 3. Daftar Nama Atasan Polhut
No. Nama Responden Keterangan
1. Muddin Lemba, SP. Kasie Perlind. Hutan
2. Suardi, SP. Kanit Sinjai Barat
3. Agus Salim B., ST. Kanit Sinjai Timur
4. A. Mattaliu Kanit Sinjai Tengah
5. Bustan Kanit Sinjai Selatan
Lampiran 3. Daftar Nama Responden Masyarakat
49
No NAMA Umur Alamat
1 ANAS 56 DESA BONTOKATUTE KEC. SINJAI BORONG
2 YUSUF 32 DESA BONTOKUNYI KEC. TELLULIMPOE
3 AWAL ASNAWI 26 KEL. MANNANTI KEC. TELLULIMPOE
4 SULFIKAR 19 DESA TELLULIMPOE KEC. TELLULIMPOE
5 ISHAK, MS., S.Sos. 35 DESA PUNCAK KEC. SINJAI SELATAN
6 ANSAR 31 SINJAI BARAT
7 BAKRI 50 DESA LEMBANG2 KEC. SINJAI BARAT
8 SIARA 40 DESA PANAIKANG KEC. SINJAI TIMUR
9 SALAM 56 DESA PANAIKANG KEC. SINJAI TIMUR
10 MAUDU 58 DESA BUA KEC. SINJAI TIMUR
11 HATTA 35 DESA PATALLASSANG KEC. SINJAI TIMUR
12 HAMMING 40 DESA G. PERAK KEC. SINJAI BARAT
13 SABBA 50 DESA BONTO LEMPANGAN SINJAI BARAT
14 MARDIA 40 BORONG
15 ABIDIN 50 DUSUN URANGA KEC. SINJAI TIMUR
16 MILU 40 DESA SAOTANRE KEC. SINJAI TENGAH
17 TAJU' 40 DUSUN GARECCING DESA TALLE
18 MUDDIN 50 DESA BONTO SALAMA KEC. SINJAI BARAT
19 H. LAHABE 60 DUSUN LAPPA DATA KEC. SINJAI TENGAH
20 USDAR 40 DESA DUMME KEC. SINJAI TIMUR
21 BASRI 40 DESA BIJINANGKA KEC. SINJAI BORONG
22 H. SYAMSUDDIN 56 DESA ERASA KEC. TELLULIMPOE
23 A. ADHLY, AF. 36 DESA SUKAMAJU KEC. TELLULIMPOE
24 MADE 45 DESA LEMBANG LOHE KEC. TELLULIMPOE
50
25 P HASI 45 DESA SAMATURUE KEC. TELLULIMPOE
26 TONTI 50 DESA BONTOKATUTE KEC. SINJAI BORONG
27 AHMADONG 45 DESA BIRORO KEC. SINJAI SELATAN
28 ANTONG 39 LASIAI KEC. SINJAI TIMUR
29 KAMA 50 DESA ARABIKA KEC. SINJAI BARAT
30 ABBY 41 DESA BULU TELLUE KEC. BULUPOPODDO
31 ISKANDAR 38 DESA SAOHIRING KEC. SINJAI TENGAH
32 POLEWAI L. 39 DESA SAOTANRE KEC. SINJAI TENGAH
33 DARWIS 34 DESA LAMATTIRIAJA KEC. BULUPODDO
34 LANTO 45 RAPPA CIRANA KEC. BULUPODDO
35 SABIRIN 45 DESA DUMME KEC. SINJAI TIMUR
36 HAFID 20 DESA MANGARABOMBANG SINJAI TIMUR
37 DULLA 29 DESA TONGKE2 KEC. SINJAI TIMUR
38 BULLE 40 DESA LASIE KEC. SINJAI TIMUR
39 TABBO 60 DESA PATTONGKO KEC. TELLULIMPOE
40 KASENG 50 DESA ASKA KEC. SINJAI SELATAN
51
Lampiran : Data Responden Masyarakat
No NAMA Umur Alamat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 ANAS 56 DESA BONTOKATUTE KEC. SINJAI BORONG 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
2 YUSUF 32 DESA BONTOKUNYI KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1
3 AWAL ASNAWI 26 KEL. MANNANTI KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1
4 SULFIKAR 19 DESA TELLULIMPOE KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
5
ISHAK, MS.,
S.Sos. 35 DESA PUNCAK KEC. SINJAI SELATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 ANSAR 31 SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
7 BAKRI 50 DESA LEMBANG2 KEC. SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1
8 SIARA 40 DESA PANAIKANG KEC. SINJAI TIMUR 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
9 SALAM 56 DESA PANAIKANG KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
10 MAUDU 58 DESA BUA KEC. SINJAI TIMUR 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
11 HATTA 35 DESA PATALLASSANG KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
12 HAMMING 40 DESA G. PERAK KEC. SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
13 SABBA 50 DESA BONTO LEMPANGAN SINJAI BARAT 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
14 MARDIA 40
DESA BATU BELERANG KEC. SINJAI
BORONG 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
15 ABIDIN 50 DUSUN URANGA KEC. SINJAI TIMUR 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
16 MILU 40 DESA SAOTANRE KEC. SINJAI TENGAH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
17 TAJU' 40 DUSUN GARECCING DESA TALLE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
18 MUDDIN 50 DESA BONTO SALAMA KEC. SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
19 H. LAHABE 60 DUSUN LAPPA DATA KEC. SINJAI TENGAH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
20 USDAR 40 DESA DUMME KEC. SINJAI TIMUR 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
21 BASRI 40 DESA BIJINANGKA KEC. SINJAI BORONG 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
22
H.
SYAMSUDDIN 56 DESA ERASA KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
23 A. ADHLY, AF. 36 DESA SUKAMAJU KEC. TELLULIMPOE 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
24 MADE 45 DESA LEMBANG LOHE KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1
25 P HASI 45 DESA SAMATURUE KEC. TELLULIMPOE 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1
26 TONTI 50 DESA BONTOKATUTE KEC. SINJAI BORONG 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
27 AHMADONG 45 DESA BIRORO KEC. SINJAI SELATAN 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
28 ANTONG 39 LASIAI KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
29 KAMA 50 DESA ARABIKA KEC. SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
30 ABBY 41 DESA BULU TELLUE KEC. BULUPOPODDO 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
31 ISKANDAR 38 DESA SAOHIRING KEC. SINJAI TENGAH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
32 POLEWAI L. 39 DESA SAOTANRE KEC. SINJAI TENGAH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
33 DARWIS 34 DESA LAMATTIRIAJA KEC. BULUPODDO 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
34 LANTO 45 RAPPA CIRANA KEC. BULUPODDO 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
35 SABIRIN 45 DESA DUMME KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
36 HAFID 20 DESA MANGARABOMBANG SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
37 DULLA 29 DESA TONGKE2 KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
38 BULLE 40 DESA LASIE KEC. SINJAI TIMUR 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1
39 TABBO 60 DESA PATTONGKO KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
40 KASENG 50 DESA ASKA KEC. SINJAI SELATAN 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
0.525 0.95 0.95 0.95 0.975 0.975 0.975 0.05 0.975 1 0.9 0.725 0.8
Kode
1
0.475 0.05 0.05 0.05 0.025 0.025 0.025 0.95 0.025 0 0.1 0.275 0.2
Kode
2
Lampiran 4:
KUESIONER PENELITIAN
RESPONDEN POLISI KEHUTANAN
Mengenai : Peranan Polisi Kehutanan dalam Pengamanan Hutan di
Kabupaten Sinjai.
PENGANTAR
Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada
Bapak/Ibu/ Saudara (i) sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk
mengisi daftar pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahaman,
pengalaman dan pengamatannya tentang “Peranan Polisi Kehutanan
terhadap Pengamanan Hutan” di Kabupaten Sinjai.
Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini,
peneliti menghaturkan banyak terima kasih. Segala budi
Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya peneliti membalasnya. Semoga Allah
SWT menilai budi Bapak/Ibu/ Saudara (i) sebagai suatu hadiah. Dan
segala kerahasiaan, maka identitas Bapak/Ibu/ Saudara (i) kami akan
rahasiakan.
PETUNJUK PENGISIAN
Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan mengisi dan memberi tanda (√)
pada item yang dipilih dan memberikan penjelasan frekuensi dan cara
pelaksanaannya.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umir :
Alamat :
Wilayah Tugas:
51
PERTANYAAN-PERTANYAAN :
1. Sebagai Polisi Kehutanan, Kegiatan dan aktifitas apa saja yang
saudara lakukan sehari-hari ?
No. KEGIATAN √ CARA PELAKSANAAN Frekuensi
A. TINDAKAN PRE-EMTIF
1. Sosialisasi Peraturan
Perundang-Undangan
2. Pendekatan Kesejahteraan
3. Penyuluhan
4. Pembinaan dan Bimbingan
Masyarakat
B. TINDAKAN PREVENTIF
1. Kegiatan Deteksi
2. Pengawasan Terhadap
Kawasan Hutan
3. Pengawasan Peredaran
Hasil Hutan, Tumbuhan dan
Satwa
C. TINDAKAN REFRESIF
1. Penyelidikan Tindak Pidana
52
Kehutanan
2. Operasi Pengamanan
3. Penanganan TKP
4. Penindakan
5. Penyidikan
2. Jenis gangguan hutan apa saja yang terjadi di wilayah kerja saudara ?
√ Jenis Gangguan Hutan Keterangan
Pencurian HH Kayu
Pencurian HH Non Kayu
Perambahan Hutan
Perladangan Berpindah
Penggembalaan Liar
Pengangkutan HH Tanpa
Dokumen
Tumpang Tindih Penggunaan
Lahan.
53
3. Upaya apa yang saudara telah lakukan sebagai Polisi Kehutanan
dalam menanggulangi gangguan hutan tersebut pada no. 2 di atas ?
4. Permasalahan apa saja yang saudara alami dalam melaksanakan
tugas pengamanan hutan ?
Lampiran 5 :
KUESIONER PENELITIAN
RESPONDEN ATASAN POLISI KEHUTANAN
Mengenai : Peranan Polisi Kehutanan dalam Pengamanan Hutan di
Kabupaten Sinjai.
PENGANTAR
Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada
Bapak/Ibu/ Saudara (i) sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk
54
mengisi daftar pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahaman,
pengalaman dan pengamatannya tentang “Peranan Polisi Kehutanan
terhadap Pengamanan Hutan” di Kabupaten Sinjai.
Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini,
peneliti menghaturkan banyak terima kasih. Segala budi
Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya peneliti membalasnya. Semoga Allah
SWT menilai budi Bapak/Ibu/ Saudara (i) sebagai suatu hadiah. Dan
segala kerahasiaan, maka identitas Bapak/Ibu/ Saudara (i) kami akan
rahasiakan.
PETUNJUK PENGISIAN
Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan mengisi dan
memberikan penjelasan secara singkat dan jelas.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
1. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai pelaksanaan tugas Polisi
Kehutanan dalam mengamankan kawasan hutan ?
2. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai pelaksanaan tugas Polisi
Kehutanan dalam melakukan pengawasan peredaran hasil hutan ?
55
3. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai pelaksanaan tugas Polisi
Kehutanan dalam memberikan Penyuluhan Kepada Warga agar timbul
Kesadaran menjaga dan memelihara kelestarian hutan ?
4. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai pelaksanaan tugas Polisi
Kehutanan dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan ?
5. Permasalahan apa saja yang sering menjadi hambatan bagi Polisi
Kehutanan dalam menjalankan tugas-tugas pengamanan hutan ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi
permasalahan pada no. 5 di atas ?
Lampiran 6 :
KUESIONER PENELITIAN
RESPONDEN MASYARAKAT
Mengenai : Peranan Polisi Kehutanan dalam Pengamanan Hutan di
Kabupaten Sinjai.
PENGANTAR
56
Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada
Bapak/Ibu/ Saudara (i) sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk
mengisi daftar pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahaman,
pengalaman dan pengamatannya tentang “Peranan Polisi Kehutanan
terhadap Pengamanan Hutan” di Kabupaten Sinjai.
Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini,
peneliti menghaturkan banyak terima kasih. Segala budi
Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya peneliti membalasnya. Semoga Allah
SWT menilai budi Bapak/Ibu/ Saudara (i) sebagai suatu hadiah. Dan
segala kerahasiaan, maka identitas Bapak/Ibu/ Saudara (i) kami akan
rahasiakan.
PETUNJUK PENGISIAN
Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada item
yang dianggap paling sesuai.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
No. PERTANYAAN Ya Tidak
1. Apakah Polhut sering melakukan kunjungan ke rumah-rumah
masyarakat ?
2. Apakah Polhut menyampaikan sosialisasi aturan perundang-
undangan ?
3. Apakah Polhut memberikan penyuluhan mengenai pentingnya
kawasan hutan ?
4. Apakah Polhut melakukan diskusi dengan masyarakat tentang
permasalahan2 kehutanan ?
5. Apakah Polhut melakukan pembinaan masyarakat bagi pelanggar
57
sebelum melakukan penangkapan ?
6. Apakah Polhut melakukan Patroli pengamanan terhadap kawasan
hutan ?
7. Apakah Polhut melakukan Patroli pengawasan peredaran hasil
hutan kayu ?
8. Apakah Polhut melakukan Patroli pengawasan peredaran hasil
hutan non kayu?
9. Apakah Polhut menganjurkan masyarakat menanam Pohon ?
10. Apakah Polhut membantu menyediakan bibit Pohon ?
11. Apakah Polhut memberikan bimbingan dalam penanaman
pohon ?
12. Apakah Polhut memberikan petunjuk dalam pengurusan dokumen
hasil hutan kayu yang berasal dari tanah milik?
13. Apakah Polhut menindak tegas pengangkutan kayu tanpa
dokumen ?
58
Lampiran 5. Jenis Gangguan Hutan di Wilayah Kerja Responden Petugas Kehutanan
No.
Resp.
Wilayah
Kerja
Jenis Gangguan Hutan
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Komp. Hutan Balang
Lajange (Desa Talle) √ √
2. Hutan Santi
Desa Songing
√ √ √
3. Hutan Santi
Desa Songing
√ √ √
4. Desa Palangka
Sinjai Selatan
√ √ √ √
5. Desa Puncak
Sinjai SElatan
√ √ √
6. Kec. Sinjai Borong
7. Desa Turungan Baji
Sinjai Barat
√
8. Desa Terasa
Sinjai Barat
√ √ √
9. Bonto Salama
Sinjai Barat
√
10. Desa Arabika Sinjai
Barat
√ √
11. Desa Terasa
Sinjai Barat
√ √ √
12. Desa Botolempangan
Sinjai Barat
√
13. Desa Gunung Perak
Sinjai Barat
√
14. Sinjai Tengah √ √ √
15. Kec. Sinjai Borong √ √
16. Desa Duampanue
Bulupoddo
√ √ √
17. Desa Tompobulu
Bulupoddo
√ √ √
18. Desa Lattiriattang
Bulupoddo
√ √ √
19. HL Balang Pesoang
Kec. Tellulimpoe
√ √
20. HL Balang Jatie
Kec.Tellulimpoe
√
JUMLAH 7 1 1 10 18 7
Lampiran 6. Frekuensi Jenis Gangguan Hutan di Wilayah Kerja Responden
No.
Resp.
Wilayah
Kerja
Jenis Gangguan Hutan
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Komp. Hutan Balang
Lajange (Desa Talle) 1 2
2. Hutan Santi
Desa Songing
1 1 2
3. Hutan Santi
Desa Songing
1 1 2
4. Desa Palangka
Sinjai Selatan
1 1 6 1
5. Desa Puncak 1 2 lama
96
Sinjai SElatan
6. Kec. Sinjai Borong
7. Desa Turungan Baji
Sinjai Barat
2
8. Desa Terasa
Sinjai Barat
1 1 1
9. Bonto Salama
Sinjai Barat
2
10. Desa Arabika Sinjai
Barat
2 2
11. Desa Terasa
Sinjai Barat
1 1 2
12. Desa Botolempangan
Sinjai Barat
5
13. Desa Gunung Perak
Sinjai Barat
1
14. Sinjai Tengah 1 2 1
15. Kec. Sinjai Borong 1 2
16. Desa Duampanue
Bulupoddo
1 1 2
17. Desa Tompobulu
Bulupoddo
1 3 6
18. Desa Lattiriattang
Bulupoddo
3 2 2
19. HL Balang Pesoang
Kec. Tellulimpoe
lama 4
20. HL Balang Jatie
Kec.Tellulimpoe
lama
97

More Related Content

Similar to Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf

Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)Yoel Hendrawan
 
Statistik Kawasan Hutan Indonesia 2013 / Forest Area Statistics IndonesiaStat...
Statistik Kawasan Hutan Indonesia 2013 / Forest Area Statistics IndonesiaStat...Statistik Kawasan Hutan Indonesia 2013 / Forest Area Statistics IndonesiaStat...
Statistik Kawasan Hutan Indonesia 2013 / Forest Area Statistics IndonesiaStat...Maman Permana
 
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiStrategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiSudirman Sultan
 
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah S...
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove   Sebagai Salah S...Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove   Sebagai Salah S...
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah S...bramantiyo marjuki
 
11 sumberdaya-alam-hutan
11 sumberdaya-alam-hutan11 sumberdaya-alam-hutan
11 sumberdaya-alam-hutanKoran Bekas
 
Lembar informasi-fwi
Lembar informasi-fwiLembar informasi-fwi
Lembar informasi-fwiAksi SETAPAK
 
Renstra Kementerian Kehutanan 2011-2014
Renstra Kementerian Kehutanan 2011-2014Renstra Kementerian Kehutanan 2011-2014
Renstra Kementerian Kehutanan 2011-2014Selvia Sari
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanhenengsuseno
 
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesiaStatus lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesiaOswar Mungkasa
 
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambutRpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambutwalhiaceh
 
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataManfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataDendhy Nugraha
 
Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandiMakalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandiJackAbidin
 
Workshop bermanfaat (kebijakan pengembangan hhbk jatim ver 2)
Workshop bermanfaat (kebijakan pengembangan hhbk jatim ver 2)Workshop bermanfaat (kebijakan pengembangan hhbk jatim ver 2)
Workshop bermanfaat (kebijakan pengembangan hhbk jatim ver 2)GAPOKTAN NUSANTARA
 
Ph berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemPh berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemErwin Radom
 
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdfPaper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdfEkaKim
 
kerajinan bambu.pdf
kerajinan bambu.pdfkerajinan bambu.pdf
kerajinan bambu.pdfarif590617
 
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutKebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutFazrin Rahmadani
 

Similar to Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf (20)

profil KPH
profil KPHprofil KPH
profil KPH
 
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
Vol 11 No 3 (Jul-Sep 2003)
 
Statistik Kawasan Hutan Indonesia 2013 / Forest Area Statistics IndonesiaStat...
Statistik Kawasan Hutan Indonesia 2013 / Forest Area Statistics IndonesiaStat...Statistik Kawasan Hutan Indonesia 2013 / Forest Area Statistics IndonesiaStat...
Statistik Kawasan Hutan Indonesia 2013 / Forest Area Statistics IndonesiaStat...
 
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjaiStrategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
Strategi penanggulangan gangguan hutan di kab sinjai
 
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah S...
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove   Sebagai Salah S...Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove   Sebagai Salah S...
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah S...
 
11 sumberdaya-alam-hutan
11 sumberdaya-alam-hutan11 sumberdaya-alam-hutan
11 sumberdaya-alam-hutan
 
Lembar informasi-fwi
Lembar informasi-fwiLembar informasi-fwi
Lembar informasi-fwi
 
Renstra Kementerian Kehutanan 2011-2014
Renstra Kementerian Kehutanan 2011-2014Renstra Kementerian Kehutanan 2011-2014
Renstra Kementerian Kehutanan 2011-2014
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutan
 
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesiaStatus lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
Status lingkungan hidup indonesia 2012. pilar lingkungan hidup indonesia
 
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambutRpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
Rpi 5 pengelolaan_hutan_rawa_gambut
 
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataManfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
 
Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandiMakalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
 
Workshop bermanfaat (kebijakan pengembangan hhbk jatim ver 2)
Workshop bermanfaat (kebijakan pengembangan hhbk jatim ver 2)Workshop bermanfaat (kebijakan pengembangan hhbk jatim ver 2)
Workshop bermanfaat (kebijakan pengembangan hhbk jatim ver 2)
 
Alih Fungsi Kawasan
Alih Fungsi KawasanAlih Fungsi Kawasan
Alih Fungsi Kawasan
 
Ph berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemPh berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistem
 
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdfPaper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
 
kerajinan bambu.pdf
kerajinan bambu.pdfkerajinan bambu.pdf
kerajinan bambu.pdf
 
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutKebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 

More from Sudirman Sultan

Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdfBahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdfBahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdfBahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdfSudirman Sultan
 
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfLampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfSudirman Sultan
 
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfBAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdfBahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdfSudirman Sultan
 
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdfBahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdfSudirman Sultan
 
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2022
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2022Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2022
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2022Sudirman Sultan
 
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3Sudirman Sultan
 
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2020
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2020Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2020
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2020Sudirman Sultan
 
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 0111 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01Sudirman Sultan
 
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 0110 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01Sudirman Sultan
 
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 0109 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01Sudirman Sultan
 
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 0107 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01Sudirman Sultan
 
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 0106 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01Sudirman Sultan
 
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutanPeran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutanSudirman Sultan
 
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhutTugas dan fungsi jabatan fungsional polhut
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhutSudirman Sultan
 
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIANPENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIANSudirman Sultan
 
Lk ba dan administrasi pelaporan
Lk ba dan administrasi pelaporanLk ba dan administrasi pelaporan
Lk ba dan administrasi pelaporanSudirman Sultan
 
Blanko Laporan Kejadian dan Berita Acara
Blanko Laporan Kejadian dan Berita AcaraBlanko Laporan Kejadian dan Berita Acara
Blanko Laporan Kejadian dan Berita AcaraSudirman Sultan
 

More from Sudirman Sultan (20)

Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdfBahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
Bahan Ajar Pengenalan Jabatan ASN.pdf
 
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdfBahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan.pdf
 
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdfBahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
Bahan Ajar Tugas dan Standar Kompetensi JF Polhut.pdf
 
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfLampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
Lampiran Bahan Ajar Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
 
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdfBAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
BAHAN AJAR Administrasi Pelaporan Kegiatan Linpamhut.pdf
 
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdfBahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
Bahan Ajar Cara Praktis Persiapan Uji Kompetensi.pdf
 
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdfBahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
Bahan Ajar Penatusahaan Pemanfaatan TSL.pdf
 
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2022
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2022Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2022
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2022
 
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
PANDUAN APLIKASI SMART 6.2.3
 
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2020
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2020Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2020
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut 2020
 
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 0111 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
11 bahan ajar rencana operasi pengamanan hutan 01
 
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 0110 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
10 bahan ajar laporan kejadian tindak pidana kehutanan 01
 
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 0109 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
09 bahan ajar tindakan pertama tkp kehutanan 01
 
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 0107 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
07 bahan ajar dasar dasar intelijen polhut 01
 
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 0106 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
06 bahan ajar teknik pengamanan hutan 01
 
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutanPeran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
 
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhutTugas dan fungsi jabatan fungsional polhut
Tugas dan fungsi jabatan fungsional polhut
 
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIANPENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
PENGISIAN BLANKO LAPORAN KEJADIAN
 
Lk ba dan administrasi pelaporan
Lk ba dan administrasi pelaporanLk ba dan administrasi pelaporan
Lk ba dan administrasi pelaporan
 
Blanko Laporan Kejadian dan Berita Acara
Blanko Laporan Kejadian dan Berita AcaraBlanko Laporan Kejadian dan Berita Acara
Blanko Laporan Kejadian dan Berita Acara
 

Recently uploaded

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

Skripsi Peran Polhut Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai.pdf

  • 1. SKRIPSI PERAN POLISI KEHUTANAN TERHADAP PENGAMANAN HUTAN DI KABUPATEN SINJAI S U P R I A D I 09 01 055 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SATRIA MAKASSAR 2012 i
  • 2. HALAMAN PERSETUJUAN PERANAN POLISI KEHUTANAN TERHADAP PENGAMANAN HUTAN DI KABUPATEN SINJAI SUPRIADI 09 01 055 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Satria Makassar Makassar, Juni 2012 Disetujui Oleh; Komisi Pembimbing, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Yulis Sayang, MP. Indrajaya Idris, S.Hut., MP. Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Yulis Sayang, MP. i
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kasih sayang dan perkenaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul penelitian ini adalah “Peran Polisi Kehutanan Terhadap Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai”. Rampungnya skripsi ini berkat adanya bimbingan, masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal termaksud maka penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Kedua orang tua, kakak dan sanak family kami atas dukungannya baik secara materi maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 2. Dr.Ir. Yulis Sayang, MP. dan Indrajaya Idris, S.Hut., ,MP. selaku komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian proposal ini. 3. Bapak Dekan Fakultas Pertanian Universitas Satria Makassar Dr. Ir. Yulis Sayang, MP. Yang memberikan kesempatan penulis menimba ilmu pengetahuan sehingga mendukung penyelesaian proposal ini. 4. Segenap teman-teman mahasiswa Universitas Satria Makassar khususnya mahasiswa Program Studi Kehutanan yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan. ii
  • 4. 5. Segenap teman-teman Polisi Kehutanan Kabupaten Sinjai atas dukungan doa yang begitu berharga bagi penulis. Akhirnya penulis mohon maaf atas segala kekurangan tulisan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan guna penyempurnaannya. Makassar, Desember 2012 Penulis iii
  • 5. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. ii KATA PENGANTAR ....…………………………………………………. iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iv I. PENDAHULUAN …………………………………………………… 1 A. Latar Belakang ……………………………………....…....……. B. Perumusan Masalah …..…….…….......…………………...…. C. Tujuan Penelitian..... …...……....……………………………… D. Manfaat Penelitian ……......................................…………… 1 3 3 3 II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 4 A. Pengertian Hutan dan Kawasan Hutan……………………… B. Tugas dan Fungsi Polisi Kehutanan ....……….........………… C. Sistem Perlindungan dan Pengamanan Hutan .............……. D. Jenis-Jenis Gangguan Hutan ......... …. ……………………… E. Penanganan Jenis Gangguan ……………………………… F. Prosedur Pengamanan Hutan..….. …………………………… G. Hipotesis ................................................................................ 4 6 9 11 12 15 18 iv
  • 6. III. METODE PENELITIAN …………………………………………… 19 A. Waktu dan Tempat .........……… …………………………….. B. Bahan dan Alat Penelitian ..........……………………………… C. Populasi dan Sampel ….....................………………………... D. Variabel Penelitian …………………………………………….. E. Teknik Penentuan Sampel .................................................... F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. G. Teknik Analisis Data …………………………………………… H. Defenisi Operasional ............................................................. 19 19 19 20 20 20 21 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....…………………………………… 24 A. Jenis Gangguan Hutan....……… …………………………….. B. Peran Polisi Kehutanan (Polhut) …………………………… C. Kendala Polhut dalam Pengamanan Hutan................…….. 24 29 37 V. KESIMPULAN DAN SARAN.....…………………………………… 44 A. Kesimpulan......................……… …………………………….. B. Saran ..........................................……………………………… 44 45 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 46 LAMPIRAN-LAMPIRAN v
  • 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena itu, pemanfaatan dan perlindungan hutan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan dan beberapa keputusan Dirjen PHKA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Pemanfaatan dan perlindungan hutan telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, namun sampai saat ini gangguan terhadap sumber daya hutan terus berlangsung. Sumber daya ini akan terancam kelestariannya, karena setiap tahun hutan di Indonesia mengalami kerusakan akibat berbagai agen perusak hutan seperti faktor fisik berupa bencana alam, faktor biologis yaitu hama dan penyakit dan faktor sosial adalah aktivitas manusia. Gangguan hutan yang paling banyak menyebabkan hutan terdegradasi belakangan ini adalah bencana alam dan aktivitas manusia. 1
  • 8. Tahun 2004 terindikasi kawasan hutan yang terdegradasi seluas 59,17 juta ha, sehingga laju kerusakan hutan antara tahun 2000 sampai dengan 2004 diperkirakan mencapai 2,8 juta ha/tahun (Departemen Kehutanan, 2006a). Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi permasalahan gangguan hutan antara lain melaksanakan kegiatan operasi hutan lestari, operasi fungsional, operasi gabungan dan patroli rutin, namun gangguan hutan hingga saat ini belum dapat diatasi dengan baik. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pengamanan melalui berbagai operasi pengamanan baik yang bersifat preventif maupun represif. Operasi pengamanan preventif dilakukan utamanya melalui kegiatan patroli pengamanan, sedangkan pengamanan represif dilakukan melalui operasi reguler dan operasi gabungan dengan melibatkan anggota Polhut, Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC), Penyidik PNS (PPNS) dan anggota Kepolisian. Hutan di Kabupaten Sinjai juga telah mengalami kerusakan akibat berbagai jenis gangguan hutan seperti tanah longsor, pencurian hasil hutan, perambahan dan jenis gangguan hutan lainnya. Untuk mencegah semakin meluasnya kerusakan hutan tersebut, sejak tahun 2005 – 2009 Pemerintah Kabupaten Sinjai telah merekrut tenaga pengamanan hutan untuk melaksanakan tugas perlindungan dan pengamanan hutan. Tenaga pengamanan hutan tersebut telah ditugaskan di berbagai wilayah, namun gangguan hutan masih terus terjadi. 2
  • 9. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperlukan penelitian tentang Peranan Polisi Kehutanan (Polhut) dalam Pengamanan Hutan di Wilayah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sinjai. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana peran Polisi Kehutanan (Polhut) dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai ? 2. Kendala apa yang ditemui oleh Polisi Kehutanan (Polhut) dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peran Polisi Kehutanan (Polhut) dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai. 2. Untuk mengetahui kendala apa yang ditemui oleh Polisi Kehutanan (Polhut) dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperluas informasi dan pengetahuan tentang peran Polhut dalam upaya pengamanan hutan. Studi tentang perlindungan atau pengamanan hutan belum banyak mendapat perhatian dari berbagai pihak, sehingga diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian-penelitian pengamanan hutan. 3
  • 10. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hutan dan Kawasan Hutan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk di-pertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Sampai dengan tahun 2005, pemerintah telah menetapkan kawasan hutan seluas 126,8 juta ha dengan fungsi konservasi (23,2 juta ha), lindung (32,4 juta ha), produksi terbatas (21,6 juta ha), produksi (35,6 juta ha) dan produksi yang dapat dikonversi (14,0 juta ha), (Dephut, 2006a). Sumardi dan Widyastuti (2004) menuliskan bahwa dari angka resmi luasan kawasan hutan, luas hutan yang sebenarnya ada hanya sekitar 75% dari luas kawasan hutan. Hutan banyak mengalami kerusakan sehingga luasnya pun mengalami penyusutan dengan laju yang sangat tinggi. Laju kerusakan hutan selama 12 tahun (periode 1985 - 1997) untuk pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi mencapai rata-rata 1,6 juta ha per tahun, bahkan pada periode 1997 – 2000 deforestasi di lima 4
  • 11. pulau besar mencapai rata-rata sebesar 2,83 juta ha per tahun, kerusakan ini termasuk kerusakan hutan akibat kebakaran hutan pada tahun 1997 – 1998 seluas 9,7 juta ha. Hal ini telah menempatkan kegiatan rehabilitasi dan konservasi kawasan hutan sebagai sasaran strategis pembangunan kehutanan kedepan (Dephut, 2006a). Laju kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia ini akan mengancam terjadinya penurunan keanekaragam hayati, padahal Indonesia termasuk ke dalam negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, atau menduduki peringkat nomor 3 di dunia setelah Brazil dan Columbia. Hal ini tercermin dalam jumlah keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia antara lain ; mamalia 515 jenis (12 % dari jenis mamalia dunia), reptilia 511 jenis (7,3 % dari jenis reptilia dunia), burung 1.531 jenis (17 % jenis burung dunia), amphibi 270 jenis, binatang tak bertulang 2.827 jenis, dan tumbuhan 38.000 jenis (IBSAP, 2003). Dalam rangka mempertahankan ekosistem dan keanekaragaman hayatinya, sampai dengan tahun 2006 Pemerintah telah menetapkan kawasan konservasi daratan dan perairan yaitu : 50 unit Taman Nasional (TN), 124 unit Taman Wisata Alam (TWA), 21 unit Taman Hutan Raya (TAHURA), 14 unit Taman Buru (TB), 249 unit Cagar Alam (CA), dan 77 unit Suaka Margasatwa (SM) (DEPHUT, 2006b). 5
  • 12. B. Tugas dan Fungsi Polisi Kehutanan Polisi Kehutanan adalah pejabat tertentu dalam lingkup instansi kehutanan pusat dan daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya, menyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha perlindungan hutan yang oleh kuasa undang-undang diberikan wewenang kepolisian khusus di bidang kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Pasal 1 ayat (2) PP No. 45 Tahun 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka Kreditnya, Tugas pokok Polisi Kehutanan adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau, dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan serta pengawasan peredaran hasil hutan. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Kepala Kepolisian RI No. 10/Kpts-II/93-Skep/07/93 tentang susunan organisasi dan tata kerja jagawana (POLHUT) dijelaskan bahwa : Tugas Pokok (Pasal 4) 1. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran dan hama penyakit. 2. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas hutan dan hasil hutan. 6
  • 13. Fungsi (Pasal 5) 1. Menjaga keutuhan batas kawasan hutan. 2. Melarang pendudukan dan pengerjaan lahan hutan tanpa izin. 3. Melarang pengelolaan tanah hutan secara tidak sah yang dapat menimbulkan keruskan tanah dan tegakan. 4. Melarang penebangan tegakan hutan tanpa izin. 5. Melarang pemungutan hasil hutan dan perburuan satwa liar tanpa izin. 6. Mencegah dan memadamkan kebakaran hutan serta melarang pembakaran hutan tanpa kewenangan yang sah. 7. Melarang pengangkutan hasil hutan dan satwa liar tanpa izin. 8. Melarang penggembalaan ternak, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan kecuali di tempat- tempat yang disediakan untuk keperluan tersebut. 9. Mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh daya alam, hama dan penyakit. 10.Melarang membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk memotong dan membelah pohon di dalam kawasan hutan. 11.Mencegah terjadinya kerusakan sumberdaya alam hayati dan lingkungannya (ekosistem). 12.Mencegah terjadinya kerusakan terhadap bangunan-bangunan dalam rangka upaya konservasi tanah dan air. 7
  • 14. Wewenang (Pasal 6 dan 7) Pasal 6 1. Mengadakan patroli di dalam kawasan hutan dan wilayah sekitarnya. 2. Memeriksa surat-surat/dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah sekitar hutan (Kring) dan daerah-daerah lain yang oleh Pemerintah Daerah ditentukan sebagai Wilayah Kewenangan Polhut tersebut untuk memeriksa hasil hutan. 3. Menerima laporan tentang terjadinya tindak pidana yang hutan, kawasan hutan dan hasil hutan. 4. Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana bidang kehutanan. 5. Dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada Penyidik Kepolisian RI. 6. Membuat dan menandatangani Laporan terjadinya tindak pidana di bidang Kehutanan. Pasal 7 Dalam hal didapatkan suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana, satuan Polhut sesuai dengan ketentuan Pasal 6 dapat melakukan pemeriksaan adanya tindak pidana untuk selanjutnya diserahkan kepada Penyidik PNS Kehutanan atau Penyidik Polri untuk penyidikannya. 8
  • 15. C. Sistem Perlindungan dan Pengamanan Hutan Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan (Dephut, 2004). Perlindungan hutan tidak hanya menghadapi bagaimana mengatasi kerusakan pada saat terjadi melainkan lebih diarahkan untuk mengenali dan mengevaluasi semua sumber kerusakan yang potensil, agar kerusakan yang besar dapat dihindari, sehingga kerusakan hutan dapat ditekan seminimal mungkin dari penyebab-penyebab potensil (Sumardi dan Widyastuti , 2004). Pengamanan hutan adalah segala kegiatan, upaya dan usaha yang dilaksanakan oleh aparat kehutanan dan dukungan instansi terkait dalam rangka mengamankan hutan dan hasil hutan secara terencana, terus menerus dengan prinsip berdaya guna dan berhasil guna (Dephut, 1995). Secara Fungsional Pengamanan Hutan dilaksanakan oleh Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Hutan yang berkedudukan di Dinas-dinas Propinsi, Kabupaten/Kota yang menangani bidang Kehutanan, dan UPT Departemen Kehutanan (Dephutbun, 1998).. Sedangkan Pengamanan 9
  • 16. Hutan di areal hutan yang telah dibebani Hak dilaksanakan oleh Satuan Pengamanan Hutan pemegang hak tersebut, yang dikenal dengan sebutan Satpam Pengusahaan Hutan (Dephut, 1995). Saat ini, masalah perlindungan dan pengamanan hutan adalah masalah yang cukup kompleks serta dinamis. Dengan adanya perkembangan diberbagai bidang dan perubahan dinamika di lapangan, maka terjadi pula perkembangan permasalahan perlindungan dan pengamanan hutan, mulai dari perladangan berpindah dan perladangan liar/perambahan yang dilakukan oleh warga masyarakat yang sederhana, sampai pencurian kayu dan penyelundupan satwa yang didalangi oleh bandit berdasi (Mappatoba dan Nuraeni , 2009). Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan, hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal. Prinsip-prinsip perlindungan hutan meliputi : a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama serta penyakit. b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. (Dephut, 2004). 10
  • 17. Prinsip yang penting dalam kegiatan perlindungan hutan adalah pencegahan awal perkembangan penyebab kerusakan jauh lebih efektif daripada memusnahkan perusak setelah menyerang. Dalam tahun- tahun terakhir ini anggapan bahwa pencegahan merupakan sistem yang lebih penting dalam perlindungan hutan telah diterima secara meluas. Tetapi hal ini masih tetap diragukan apakah perluasan ide ini melalui sistem silvikultur dan forest management dalam jangka waktu panjang dianggap sudah cukup menguntungkan. Pencegahan melalui aplikasi manajemen dan silvikultur memerlukan waktu panjang, tetapi hasilnya akan lebih abadi dan lebih murah dibandingkan metode pemberantasan secara langsung (Mappatoba dan Nuraeni, 2009). D. Jenis-Jenis Gangguan Hutan Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri dari atas organisme hidup atau faktor-faktor lingkungan fisik. Penyebab kerusakan hutan digolongkan kelompok biotik dan abiotik. Kelompok biotik biasa juga disebut organisme pengganggu tanaman (OPT) meliputi kelompok patogen (penyebab penyakit), serangga dan hewan hama, tumbuhan pengganggu dan satwa liar serta ternak, sedangkan yang termasuk kelompok abiotik adalah faktor lingkungan abiotik dan kebakaran (Sumardi dan Widyastuti , 2004). Mappatoba dan Nuraeni (2009) membagi faktor-faktor prenyebab gangguan hutan dalam 3 bagian, yaitu : a. faktor fisik terdiri dari api, angin, air, vulkanis, peties dll. 11
  • 18. b. faktor biologis terdiri dari hama dan penyakit. c. faktor sosial terdiri dari kebakaran hutan, perladangan berpindah, penggembalaan, penebangan liar dan pencurian kayu. Tiap tipe perusak tersebut diatas dapat dianggap penting karena masing-masing mempunyai potensi untuk membinasakan hutan. Dengan kenyataan tersebut maka setiap insan rimbawan harus menyadari bahwa untuk perlindungan yang baik maka diperlukan keseimbangan alamnya. Selama tahun 2006, telah tercatat berbagai gangguan yang mengancam eksistensi dan kondisi kawasan hutan. Gangguan berupa penyerobotan kawasan hutan oleh masyarakat mencapai luasan 44.668,87 hektar, sedangkan gangguan terhadap tegakan hutan berupa penebangan ilegal diperkirakan telah mengakibatkan kehilangan kayu ±7.420,64 M 3 kayu bulat (PHKA, 2006). E. Penanganan Jenis Gangguan Perlindungan hutan dalam menekan populasi perusak memerlukan keahlian khusus untuk mengetahui gambaran dari setiap penyebab kerusakan sehingga dapat memilih metode pemberantasan yang sesuai. Seorang rimbawan, walaupun bukan spesialis perlindungan hutan tetapi harus mengetahui problema-problema perlindungan hutan yang dianggap penting, harus memiliki kecakapan untuk mengatasi penyebab kerusakan hutan, harus mengerti prinsip-prinsip pengaturan pemberantasan musuh-musuh hutan apabila ditemukan di lapangan dan 12
  • 19. pada akhirnya dapat mengorganisir dan melaksanakan tindakan pemberantasan yang diperlukan (Mappatoba dan Nuraeni, 2009). Upaya Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat yang dilakukan untuk mencegah, membatasi dan mempertahankan serta menjaga hutan dari penyebab kerusakan hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia adalah : a. melakukan sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang- undangan di bidang kehutanan; b. melakukan inventarisasi permasalahan; c. mendorong peningkatan produktivitas masyarakat; d. memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat; e. meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan; f. melakukan kerjasama dengan pemegang hak atau izin; g. meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan; h. mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat; i. meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan; j. mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan hutan; atau k. mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum. (Dephut, 2004). Sebagaimana dilaporkan oleh pemerintah daerah/UPT, kebakaran melanda kawasan hutan seluas ± 4.241,59 Ha. Namun demikian, karena 13
  • 20. adanya kendala dalam memperkirakan luasan kawasan yang terbakar, diyakini bahwa angka tersebut lebih kecil dari kenyataan lapangan yang sebenarnya. Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, antara lain dengan mendeteksi titik api, dimana pada tahun 2006 dideteksi sebanyak 146.264 titik api (PHKA, 2006). Pencegahan merupakan sistem perlindungan yang murah dan efektif dan dilaksanakan sebagai usaha untuk menghalang-halangi satu diantara banyak penyebab kerusakan dari peledakan populasinya. Pencegahan dilaksanakan melalui program jangka panjang secara terus menerus dengan manajemen yang teliti (Mappatoba dan Nuraeni, 2009). Upaya lain yang dilaksanakan untuk melindungi kawasan hutan, Departemen Kehutanan telah melaksanakan berbagai kegiatan yang bersifat pengembangan dan pemberdayaan masyarakat serta upaya penegakan hukum (PHKA, 2006). Jika cara-cara mengurus kawasan hutan negara yang selama ini diterpkan kurang berhasil atau malah gagal, maka diperlukan pendekatan baru yaitu mengalihkan pengelolaan areal-areal kawasan hutan yang digarap penduduk dan yang tidak lagi berhutan menjadi sistem usahatani produktif dan lestari masyarakat setempat. Diharapkan pengalihan areal kawasan hutan ini didasarkan pada pertimbangan : lahan diserahkan kepada penduduk yang memang memerlukan dan layak menerimanya, bukan tuan tanah atau pengusaha bermodal kuat (Kusworo, 2000). 14
  • 21. F. Prosedur Pengamanan Hutan (Dephut, 1995), Prosedur pelaksanaan kegiatan pengamanan hutan secara fungsional adalah : 1. Perencanaan Perencanaan dalam bentuk program kerja operasional dibuat secara berjenjang. Perencanaan kegiatan berisi perkiraan hal-hal yang dibutuhkan seperti personil, logistik/transportasi, serta penentuan cara bertindak (Penyuluhan, preemtif, preventif dan refresif). 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pengamanan hutan meliputi : a. Pelaksanaan kegiatan pengamanan hutan fungsional dalam bentuk: 1). Kegiatan deteksi yaitu membuat perkiraan keadaan atas kemungkinan terjadinya gangguan terhadap hutan dan hasil hutan dengan dilengkapi data pelaku pelanggar hukum, tokoh masyarakat disekitar hutan, ploting peta kerawanan dan penggalangan yang berencana dan terus menerus. 2). Kegiatan kesamaptaan, yaitu pelaksanaan tugas yang bersifat rutin dan selektif, dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan atas hutan dan hasil hutan. Kegiatan Kesamaptaan terdiri dari : a. Patroli berlanjut, rutin dan selektif. b. Penjagaan di tempat-tempat yang telah ditentukan. 15
  • 22. c. Pengawalan hal-hal tertentu. d. Pemeriksaan surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah sekitar hutan (kring) 3). Kegiatan Bimbingan Masyarakat yang dilaksanakan dalam bentuk: a. Penyuluhan kepada masyarakat. b. Program Bina Desa, seperti perbaikan pengairan, bantuan ternak, bantuan bibit pohon, sarana ibadah, tumpang sari dan sebagainya. 4). Kegiatan refresif atau penegakan hukum dengan mengamankan tempat kejadian (tersangka dan barang bukti), membuat dan menandatangani laporan kejadian, dan selanjutnya segera melaporkan/menyerahkan masalah tersebut kepada Penyidik PNS kehutanan atau Penyidik Polri. b. Pelaksanaan kegiatan operasi pengamanan hutan dalam bentuk : 1). Operasi Rutin Operasi rutin adalah kegiatan satuan tugas wilayah dan atau satuan tugas resort Polisi Kehutanan yang terus menerus dilaksanakan dengan tujuan : a. Mencegah timbulnya gangguan terhadap hutan dan hasil hutan 16
  • 23. b. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat tentang perlunya menjaga kelestarian hutan. c. Pendataan atau pembuatan peta kerawanan hutan. d. Mengupayakan penyelesaian kasus-kasus bidang kehutanan. e. Sifat kegiatan ini adalah : dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal dan secara selektif, dibuatkan jurnal kegiatan, setiap kasus-kasus kecil diselesaikan sampai tuntas, lebih menonjolkan fungsi penyuluhan dan tindakan preventif, serta melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara periodik kepada pimpinan satu tingkat diatasnya. 2). Operasi Gabungan Pelaksanaan operasi gabungan didahului dengan persiapan : a.Pulahjianta pelaku, jaringan kejadian, modus operandi, otak atau penggerak, tempat pengumpul dan penadah. b.Penyusunan personil dan pembagian tugas. c. Dukungan logistik / dana dan formulir isian hasil operasi. d.Operasi gabungan dilaksanakan hanya pada tingkat Instansi Kehutanan Dati II 17
  • 24. c. Gelar Operasional Gelar operasional rutin diadakan setiap bulan pada tingkat Instansi Kehutanan Dati II dan triwulan pada tingkat Instansi Kehutanan Dati I, dengan maksud : 1). Saling tukar menukar informasi. 2). Mengadakan gelar perkara untuk kasus pidana kehutanan. 3). Paparan jurnal kejadian pelanggaran 3. Pengawasan dan pengendalian Pengawasan dan pengendalian dimaksudkan dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang dan penerapan peraturan perundang-undangan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. 4. Mekanisme Koordinasi 5. Penyelesaian Administrasi G. Hipotesis 1. Polisi Kehutanan (Polhut) mempunyai peran penting dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai. 2. Terdapat beberapa kendala yang ditemui oleh Polisi Kehutanan (Polhut) dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai. 18
  • 25. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai dan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan yaitu dari bulan Mei sampai dengan Juni 2012. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kertas untuk pencatatan hasil observasi 2. Quesioner untuk responden. 3. Alat tulis menulis untuk pencatatan. 4. Kamera untuk kepentingan dokumentasi. C. Populasi dan Sampel Populasi yang menjadi responden penelitian adalah pegawai Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Kepala Bidang kehutanan, Kepala Seksi Perlindungan Hutan dan Polisi Kehutanan), Pemerintah Desa dan masyarakat yang mengetahui peran Polisi Kehutanan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu responden dipilih sebagai sampel karena dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan sesuai tujuan penelitian. 19
  • 26. D. Variabel Penelitian Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah peran Polisi Kehutanan terhadap pengamanan hutan. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah : 1. Peran Polisi Kehutanan a. kegiatan dan aktifitas polisi kehutanan b. cara pelaksanaan kegiatan c. frekuensi kegiatan d. persepsi masyarakat 2. Kendala Pengamanan Hutan E. Teknik Penentuan Sampel Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel ditentukan oleh peneliti terhadap populasi yang mengetahui tugas, fungsi dan peran Polisi Kehutanan. Sampel dipilih dari pejabat struktural, Polisi Kehutanan dan masyarakat yang berhubungan dengan hutan dan hasil hutan. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data berupa observasi, kuesioner dan studi dokumen untuk melengkapi data primer. a. Observasi Dalam metode observasi ini, dilakukan pengamatan secara langsung bagaiman peran Polisi Kehutanan terhadap pengamanan hutan. Dengan metode inilah dapat diketahui kebenaran dari informasi 20
  • 27. yang didapatkan sebelumnya. Observasi yang dilakukan adalah dengan melihat dan mengamati kegiatan dan aktifitas Polisi Khusus Kehutanan di Kabupaten Sinjai. b. Kuesioner Kuesioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara tertulis kepada responden. Kuesioner untuk mengetahui tanggapan dan pendapat responden mengenai peran Polisi Kehutanan. Kuesioner akan dibagikan kepada Kepala Bidang Kehutanan, Kepala Seksi Perlindungan Hutan, Polisi Kehutanan dan masyarakat setempat yang berhubungan dengan hutan dan penatausahaan hasil hutan. c. Studi Dokumen Studi dokumen dilakukan dengan mengumpulkan dokumen- dokumen laporan yang berkaitan dengan kegiatan Polisi Kehutanan dalam melaksanakan tugas pengamanan hutan. G. Teknik Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, artinya menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-cirinya yang terdapat dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, setelah itu dari sumber bahan dokumen. Tahap selanjutnya adalah dilakukan analisis, diinterpretasikan, dan ditafsirkan isinya. Data- data yang telah diseleksi dan diuji kebenarannya itu adalah fakta-fakta 21
  • 28. yang akan diuraikan dan dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang harmonis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. H. Defenisi Operasional 1. Peran Polisi Kehutanan adalah kegiatan dan aktifitas Polisi Kehutanan dalam rangka mengamankan kawasan hutan yang menjadi wilayah hukumnya. 2. Kegiatan dan aktifitas adalah kegiatan-kegiatan pengamanan hutan yang meliputi kegiatan pre-emtif, kegiatan refresif dan kegiatan preventif. 3. Kegiatan Pre-emtif adalah kegiatan yang bersifat pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif dengan tujuan menumbuhkan peran aktif masyarakat dalam pengamanan kawasan hutan. 4. Kegiatan Preventif adalah segala kegiatan yang dilaksanakan untuk mengawasi dan mencegah terjadinya gangguan keamanan kawasan dan hasil hutan. 5. Kegiatan Represif adalah upaya/kegiatan untuk menindak dan menghentikan segala perbuatan pelanggaran/kejahatan tindak pidana kehutanan dalam rangka menegakkan hukum. Situasi dan kondisi gangguan keamanan hutan telah terjadi dan cenderung terus berlangsung atau akan meningkat bila tidak dilakukan penindakan terhadap pelakunya. 22
  • 29. 6. Cara pelaksanaan kegiatan adalah prosedur dan tahapan dalam melaksanakan kegiatan pengamanan hutan. 7. Frekuensi kegiatan adalah berapa kali kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu tahun. 8. Persepsi masyarakat adalah pendapat pemerintah desa dan masyarakat mengenai peran Polisi Kehutanan dalam mengamankan kawasan hutan berdasarkan pengamatan tahun sebelumnya. 9. Kendala pengamanan hutan adalah permasalahan yang dihadapi Polisi Kehutanan dalam melaksanakan tugas pengamanan hutan. 10.Upaya Polisi Kehutanan adalah upaya yang dilakukan oleh Polisi Kehutanan dalam mengatasi permasalahan pengamanan hutan yang dihadapinya. 23
  • 30. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Gangguan Hutan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Saat ini kawasan hutan di Kabupaten Sinjai meliputi areal seluas 18.894 ha. Menurut statusnya, luas areal kawasan hutan ini terdiri atas Hutan Lindung seluas 11.074 ha atau 58,61 %, Hutan Produksi Terbatas seluas 7.100 ha atau 37,58%, dan Hutan Konservasi seluas 720 ha atau 3.81%. Namun sebagian wilayah kawasan hutan tersebut yaitu seluas 4.261,5 ha atau 22,55 % sudah dikonversi menjadi areal pemukiman dan areal budidaya perkebunan terutama untuk tanaman kakao, cengkeh dan kopi, sehingga kawasan hutan tersebut tidak berfungsi lagi sesuai dengan statusnya. Luas Kawasan tersebut hanya 23,04 % dari luas Kabupaten Sinjai yang luasnya 81.996 ha. Hal ini berarti sangat jauh dari idealnya luas suatu daerah dengan luas wilayah hutannya yang minimal mencapai angka 30 %. Luas kawasan hutan ini berada di bawah standar baik kuantitas maupun kualitasnya, apalagi diperparah dengan adanya areal yang telah dikonversi seluas 5,20 %, sehingga luasnya hanya 17,85 %. Berdasarkan analisis data kuesioner terhadap responden yaitu petugas Polisi Kehutanan yang di tugaskan di wilayah Dinas Perkebunan 24
  • 31. dan Kehutanan Kabupaten Sinjai diperoleh informasi berbagai jenis gangguan hutan yang terjadi diwilayah kerja responden, yang disajikan pada Gambar 1 berikut ini : 1 2 3 4 5 6 7 0 10 20 30 40 50 60 70 % Responden % Responden Keterangan : 1 = Pencurian hasil hutan kayu 2 = Pencurian hasil hutan non kayu 3 = Perambahan hutan 4 = Perladaangan berpindah 5 = Penggembalaan liar 6 = Pengangkutan hasil hutan tanpa dokumen 7 = Tumpang tindih penggunaan lahan Gambar1. Persentase Responden tentang Jenis Gangguan Hutan di Wilayah Kerjanya. Data pada Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa 60 % responden menyatakan jenis gangguan perambahan terjadi di wilayah kerjanya dan 50% responden menyatakan jenis gangguan pengangkutan hasil hutan tanpa dokumen. Hal ini berarti bahwa secara umum jenis gangguan perambahan hutan dan jenis gangguan pengangkutan hasil hutan tanpa dokumen masih terjadi disebagian wilayah kawasan hutan di Kabupaten Sinjai yaitu di wilayah Kecamatan Sinjai Selatan (Balang Lajange Desa 25
  • 32. Talle, hutan Santi Desa Palangka dan Songing), Kecamatan Sinjai Barat (Desa Terasa), Kecamatan Bulupoddo (Lamattiriattang dan Tompobulu). Perbandingan luas areal kawasan hutan dengan luas areal kawasan hutan yang telah mengalami gangguan perambahan hutan di masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Persentase Luas Areal Kawasan Hutan Yang Telah Dirambah. No. Kecamatan Luas Kawasan Hutan (ha) Luas Areal Yg Dirambah (ha) Persentase (%) 1. Bulupoddo 2.196 270 12,30 2. Sinjai Selatan 1.883 900 47,80 3. Tellulimpoe 628,875 576,5 91,67 4. Sinjai Tengah 3.168,125 415 13,10 5. Sinjai Barat 8.791 1.325 15,07 6. Sinjai Borong 2.227 775 34,80 Sumber : Disbunhut Kab. Sinjai, 2010. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Kecamatan Tellulimpoe memiliki persentase luas areal kawasan hutan yang telah mengalami gangguan perambahan hutan yang paling tinggi, selanjutnya berturut-turut adalah Kecamatan Sinjai Selatan, Sinjai Borong, Sinjai Barat, Sinjai Tengah dan Bulupoddo. Jenis gangguan perambahan hutan yang terjadi di Kabupaten Sinjai adalah pendudukan lahan kawasan hutan tanpa izin seperti berkebun, pemukiman dan pengkaplingan lahan dalam kawasan hutan. Perbuatan tersebut melanggar ketentuan pada pasal 50 ayat 3 huruf (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. 26
  • 33. Meskipun melanggar peraturan perundangan yang berlaku, namun sampai saat ini masyarakat di tiga kecamatan tersebut masih berkebun dan bermukim di dalam kawasan hutan. Petugas kehutanan tidak dapat melakukan tindakan penangkapan terhadap masyarakat yang berkebun dan bermukim dalam kawasan hutan karena masyarakat mengaku telah bermukim dan berkebun sejak lama seperti di jelaskan sebagai berikut : a. Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan, terdapat dua dusun yang berada di dalam kawasan hutan, yaitu Dusun Jennae dan Dusun Lengkese. Menurut Kepala Desa Polewali, Dusun Lengkese merupakan dusun lama yang telah dihuni oleh masyarakat sejak tahun 1960. Pada tahun itu masyarakat yang bermukim baru 10 KK, namun sekarang jumlah pemukiman semakin banyak dari anak cucu mereka. Dan masyarakat sudah mengakui lahan itu sebagai miliknya dengan adanya bukti surat pajak. b. Desa Bontokatute Kecamatan Sinjai Borong, terdapat beberapa masyarakat yang berkebun sejak lama di areal yang saat ini ditetapkan sebagai kawasan hutan. Menurut Kepala Desa Bontokatute, luas areal kawasan hutan yang masih digarap oleh masyarakat seluas 225 ha. Beberapa areal kawasan hutan yang sebelumnya digarap oleh masyarakat saat ini digunakan sebagai areal GN-RHL tahun 2004 s/d 2006. 27
  • 34. c. Kecamatan Tellulimpoe, terdapat dua kawasan hutan yang sebagian besar telah digarap oleh masyarakat yaitu kawasan hutan lindung Balampesoang dan kawasan hutan lindung Balang Jatie. Berdasarkan informasi dari responden yang bermukim di sekitar kawasan hutan lindung Balampesoang, kawasan ini sudah dirambah sejak 20 tahun yang lalu. Perambahan diawali oleh seorang tokoh yang berpengaruh, sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan penegakan hukum. Meskipun masyarakat di sekitar hutan di Kecamatan Tellulimpoe terlibat dalam perambahan kawasan hutan lindung Balampesoang dan Balang Jatie, namun karekteristik perambah di kedua lokasi tersebut berbeda. Berdasarkan informasi dari responden, pelaku utama perambahan di kawasan hutan lindung Balampesoang adalah oknum-oknum tertentu yang mempunyai kekuasaan, kekuatan dan kemampuan finansial. Masyarakat lokal umumnya hanya sebagai petani penggarap saja. Sedangkan pelaku perambahan di kawasan hutan lindung Balang Jatie adalah masyarakat lokal yang menuntut keadilan dalam penguasaan lahan sebagai akibat tidak adanya penegakan hukum di kawasan hutan lindung Balampesoang. Pengangkutan hasil hutan tanpa dokumen merupakan jenis gangguan kedua yang harus dilakukan penanggulangan setelah gangguan perambahan hutan. Banyaknya gangguan ini dimungkinkan karena masyarakat belum mengetahui dengan jelas aturan penatausahaan hasil hutan, khususnya penatausahaan hasil 28
  • 35. hutan kayu yang berasal dari tanah milik. Masyarakat (73%) menyatakan belum memahami aturan penatausahaan kayu dari tanah milik karena Polhut tidak memberikan petunjuk dalam pengurusan dokumen hasil hutan kayu yang berasal dari tanah milik. Sementara Polhut saat menemukan pengangkutan kayu tanpa dokumen, 80 % masyarakat mengatakan Polhut menindak tegas pengangkutan kayu tanpa dokumen. B. Peran Polisi Kehutanan (Polhut) Untuk melaksanakan tugas-tugas pengamanan hutan di wilayah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai, telah dilakukan penambahan jumlah Polisi Kehutanan dengan merekrut beberapa warga masyarakat desa di Kabupaten Sinjai dan umumnya adalah anak tokoh masyarakat di desa tersebut, sehingga dalam penugasannya mereka ditugaskan ke desa-desa yang berbatasan dengan kawasan hutan. Pola ini diharapkan dapat mencegah meluas dan meningkatnya gangguan hutan di Kabupaten Sinjai. Jumlah tenaga pengamanan hutan di wilayah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai di sajikan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Jumlah Tenaga Pengamanan Hutan di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai 29
  • 36. No. Tenaga Pengamanan Hutan Jumlah (Orang) 1. Polisi Kehutanan 66 a. Sarjana (S1) 6 b. Diploma Tiga - c. S M A / Sederajat 60 2. Tenaga Pamhut Lainnya (Mandor Hutan) 20 3. Penyidik PNS (PPNS) - Sumber : Disbunhut Kab. Sinjai, 2012. Polisi Kehutanan dan tenaga pengamanan hutan lainnya berperan dalam upaya mencegah, membatasi dan mempertahankan serta menjaga hutan dari berbagai jenis gangguan hutan yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan di Kabupaten Sinjai. Dalam menunjukkan peran Polhut maka Polhut Kabupaten Sinjai telah melakukan berbagai upaya dalam rangka penanggulangan gangguan hutan, yaitu : a. Preemtif Upaya Polhut dalam rangka penanggulangan gangguan hutan yang sifatnya preemtif adalah : 1. Sosialisasi peraturan perundang-undangan Sosialisasi peraturan perundang-undangan dilaksanakan oleh Polhut Kabupaten Sinjai saat melaksanakan kegiatan penyuluhan dalam bentuk anjangsana ke rumah penduduk di wilayah kerjanya dan ceramah yaitu bekerjasama dengan pemerintah desa untuk menghadirkan tokoh-tokoh masyarakat dan anggota kelompok tani di ruang Balai Desa. Namun atasan Polhut di Sinjai Timur mengemukakan pendapatnya bahwa kegiatan penyuluhan yang sifatnya anjangsana perlu 30
  • 37. ditingkatkan, dimana saat ini intensitas Polhut di lapangan masih sangat kurang. Sedangkan 53 % masyarakat menyatakan Polhut sering melakukan kegiatan anjangsana, 95 % mengatakan Polhut melakukan sosialisasi aturan perundang-undangan dan diskusi dengan masyarakat tentang permasalahan kehutanan. 2. Pendekatan kesejahteraan Pendekatan kesejahteraan dilaksanakan oleh Polhut Kabupaten Sinjai dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan reboisasi dan Kebun Bibit Rakyat (KBR). 3. Pembinaan dan bimbingan masyarakat Polhut Kabupaten Sinjai juga melakukan kegiatan pembinaan dan bimbingan masyarakat. Kegiatan pembinaan dilakukan dengan memberikan teguran kepada masyarakat yang baru pertama kali ditemukan melakukan kegiatan ilegal. Teguran yang di berikan polisi hutan kepada masyarakat adalah dengan menasehati sehingga hubungan kemitraan dengan masyarakat tetap berlangsung harmonis. Karena setiap Polhut juga diharapkan bisa menyatu atau membaur serta peduli terhadap penduduk sekitar hutan. Hal ini bisa menarik simpati masyarakat dengan tujuan agar mereka sadar untuk tidak berbuat kejahatan terhadap hutan secara bertahap. Dengan demikian mereka akan membantu Polhut dalam pengamanan hutan dengan cara memberikan informasi rencana-rencana pengrusakan hutan. 31
  • 38. Sedangkan bimbingan masyarakat dilakukan dalam pengembangan aneka usaha kehutanan. Hal ini juga didukung oleh 98 % pendapat masyarakat yang menyatakan bahwa Polhut menganjurkan masyarakat menanam pohon, membantu masyarakat menyediakan bibit pohon dan memberikan bimbingan dalam penanaman pohon. Kegiatan ini sifatnya pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan yang nantinya diharapkan mampu mengurangi gangguan hutan karena masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungannya. Program pemberdayaan masyarakat tersebut antara lain adalah :  Gerakan Pembangunan Sejuta Sadap Pinus (Gerbang Sedap) Luas tanaman pinus di Kabupaten Sinjai yang siap sadap mencapai 3.155 hektar dengan jumlah tanaman 1.009.200 pohon umur 14 -34 Tahun.  Pengelolaan dan Pemanfaatan Hasil hutan non kayu seperti pengembangan lebah madu, sutera alam, jamur, gula aren, ekotourism, dan lain-lain  Pengembangan Silvopasture di Desa Barania Sinjai Barat, masyarakat menanam hijauan ternak/rumput gajah diantara eucalyptus.  Pengembangan dan pembinaan aneka usaha kehutanan yang bersifat lokal spesifik seperti penyerahan sapi perah pada kelompok tani. 32
  • 39.  Pengembangan dan pembinaan sumber benih tanaman kehutanan seperti sumber benih bakau, sengon, kayu manis, gmelina dan lain-lain. b. Preventif Dalam mendukung tugas Polhut dalam upaya penanggulangan gangguan hutan yang sifatnya preventif, maka Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai menetapkan anggota Polisi Kehutanan pada setiap unit wilayah yang dipimpin oleh satu kepala unit wilayah. Berdasarkan analisis data kuesioner terhadap responden yaitu petugas Polisi Kehutanan yang di tugaskan di wilayah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai diperoleh informasi bahwa upaya pengamanan hutan yang sifatnya preventif yang dilakukan oleh Polhut di masing-masing unit kerjanya adalah : 1). Kegiatan Deteksi Kegiatan deteksi yang dilakukan Polhut adalah melakukan pendataan tokoh-tokoh masyarakat, anggota kelompok tani dan mandor hutan. Dengan mengetahui informasi ini, maka Polhut dapat bermitra dengan masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas pengamanan hutan. Kegiatan lain yang merupakan kegiatan deteksi adalah melakukan pendataan jumlah perambah dan luas areal hutan yang dirambah. Sejak Tahun 2010, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai telah menginstruksikan kepada kepala satuan unit wilayah agar melakukan pendataan perambah di wilayahnya masing-masing. 33
  • 40. 2). Patroli Pengawasan Kawasan Hutan Patroli pengamanan kawasan hutan secara rutin dilaksanakan oleh petugas Polisi Kehutanan di wilayah kerjanya masing-masing. Frekuensi pelaksanaan kegiatan ini umumnya dilaksanakan satu kali seminggu. 3). Patroli Pengawasan Peredaran Hasil Hutan, Tumbuhan dan Satwa Patroli pengawasan peredaran hasil hutan, tumbuhan dan satwa dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan dokumen berupa SKAU (surat keterangan asal usul kayu) apabila kayu tersebut berasal dari hutan hak/tanah milik. Polhut dalam melakukan Patroli pengawasan peredaran hasil hutan umumnya hasil hutan kayu yang diawasi, sementara pengawasan hasil hutan non kayu belum sering dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat masyarakat, dimana 95 % masyarakat menyatakan Polhut belum melakukan Patroli pengawasan peredaran hasil hutan non kayu. 4). Pembuatan papan informasi Pembuatan papan informasi merupakan salah satu kegiatan preventif yang bertujuan untuk memberikan suatu informasi tentang fungsi dan manfaat hutan yang bersifat himbauan kepada warga masyarakat. c. Refresif Refresif merupakan upaya Polhut yang berperan dalam melakukan tindakan yang bersifat penegakan hukum, dimana sudah 34
  • 41. terjadi pelanggaran atau kejahatan. Bila ditemukan pelanggaran/kejahatan di bidang kehutanan, Polisi kehutanan selaku PNS yang diberi wewenang kepolisian khusus bidang kehutanan melakukan tindakan sesuai dengan wewenang yang telah ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Peranan Polhut dalam bentuk refresif yang dilaksanakan di Kabupaten Sinjai adalah : 1). Operasi Rutin Operasi rutin ini dilakukan secara berkelompok dalam satu wilayah kecamatan dan dibawah koordinasi satuan unit wilayah. Berdasarkan data sekunder kantor Dinas Perkebunan dan Kehutanan, jenis gangguan hutan hasil operasi rutin yang mendapatkan penanganan lebih lanjut di Kantor Dinas Perkebunan dan Kehutanan adalah pengangkutan hasil hutan kayu tanpa dokumen, yang disajikan pada gambar 2 . Gambar 2 menunjukkan bahwa dari tahun 2010 sampai 2012, Polhut Kabupaten Sinjai berperan dalam melakukan penurunan gangguan pengangkutan hasil hutan kayu tanpa dokumen, yaitu tahun 2010 terdapat 12 kasus, 2011 terdapat 7 kasus dan tahun 2012 terdapat 2 kasus. Penurunan kasus ini dikarenakan Polhut Kabupaten Sinjai melakukan penjagaan pada wilayah perbatasan yang menjadi akses pengangkutan hasil hutan kayu. 35
  • 42. 1 2 3 0 2 4 6 8 10 12 14 Jumlah Kasus Jumlah Kasus 1 = Tahun 2010 ; 2 = Tahun 2011 ; 3 = Tahun 2012 Gambar 1. Jumlah Kasus Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Tanpa Dokumen.. 2). Operasi Refresif Operasi refresif merupakan upaya untuk menindak pelaku pelanggaran secara langsung di lapangan melalui kegiatan pengamanan pelaku dan barang bukti, penyelesaian administrasi lapangan seperti laporan kejadian, berita acara pemeriksaan TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan sketsa lokasi kejadian. 3). Operasi Yustisi Operasi yustisi merupakan upaya penegakan hukum untuk membuat jera para pelaku pelanggaran oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)/ Penyidik Polri dimulai dengan Penyidikan sampai dengan Putusan Pengadilan. Penyidikan tindak pidana kehutanan di Kabupaten Sinjai dilakukan oleh Penyidik Polri karena belum memiliki Penyidik PNS. Berdasarkan informasi kemajuan penyidikan dari 10 kasus perambahan hutan hanya diperoleh 2 kasus yang sampai ke tahapan 36
  • 43. peradilan yaitu kasus pembukaan jalan di kawasan hutan Balimengka kelompok hutan Apparang II Desa Songing dan perambahan hutan untuk perluasan lahan perkebunan seluas 40 ha di Desa Bontokatute Sinjai Borong. C. Kendala Polhut dalam Pengamanan Hutan Kendala Polhut dalam melakukan pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai adalah sebagai berikut : a. Masyarakat telah dibiarkan bermukim dan berkebun sejak lama di dalam kawasan hutan, Terjadinya pembiaran pada awal masyarakat melakukan perambahan menyebabkan perambahan semakin meluas dan bahkan perambahan di suatu wilayah mengakibatkan wilayah lainnya juga di rambah seperti terjadinya pembiaran perambahan di kawasan hutan lindung Balampesoang mengakibatkan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan lindung Balang Jatie juga menuntut kepada pemerintah daerah agar diberikan kebijakan memanfaatkan lahan kawasan hutan. Olehnya itu pihak pemerintah daerah memberikan kebijakan pengelolaan lahan kawasan hutan lindung Balang Jatie. Namun kebijakan tersebut tidak didukung dengan pengawasan yang ketat dari petugas kehutanan sehingga masyarakat memanfaatkan lahan hutan sesuai dengan keinginannya tanpa memperhatikan fungsi kawasan hutan lindung Balang Jatie. b. Anggaran pengamanan hutan yang tidak tersedia di unit wilayah, 37
  • 44. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di unit wilayah, salah satu permasalahan dalam penanggulangan gangguan hutan adalah anggaran pengamanan hutan yang tidak tersedia di unit wilayah. Padahal kegiatan pengamanan hutan telah dianggarkan di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten sinjai dalam program perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan. Program ini dilakukan dengan 2 (dua) kegiatan, yaitu lomba rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam serta pengamanan dan pengawasan peredaran hasil hutan. Untuk memaksimalkan pelaksanaan kegiatan penanggulangan hutan di unit wilayah, tiap-tiap wilayah didukung dengan pendanaan minimal untuk tugas masing-masing wilayah. Unit wilayah membutukan dana tersebut untuk melakukan kerja lapangan seperti patroli, penjagaan, anjangsana ke desa-desa/kampung terdekat dan sebagainya. Hal lain yang juga membutuhkan biaya adaah pembenahan dan pengadaan sarana dan prasarana. Pembenahan sarana dan prasarana di kantor unit wilayah dilakukan dalam dua tahun terakhir ini. Sarana prasarana minimal yang dimiliki oleh kantor unit wilayah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai yang akan mendukung staf bekerja di lapangan adalah buku kerja, peta kerja, GPS, blangko register dan sepeda motor. Sarana prasarana yang belum dimiliki adalah kamera, binokular, kompas, alat komunikasi dan senjata api. 38
  • 45. c. kurangnya koordinasi antara mitra instansi terkait. Kurangnya koordinasi antara mitra instansi terkait seperti perkebunan, pertanian, kepolisian, kejaksaan dan sebagainya menyebabkan penanggulangan gangguan hutan tidak terlaksana dengan baik. Koordinasi internal saja antara kehutanan dan perkebunan masih belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dengan adanya program pengembangan tanaman kakao yang lokasinya berada dalam kawasan hutan. Apalagi koordinasi eksternal seperti dengan kepolisian, dimana pelibatan personil dari Polres Sinjai hanya dilakukan ketika ada kejadian yang harus diserahkan untuk penyidikan. d. Penanganan kejadian/kasus yang berbeda-beda dalam penanggulangan gangguan hutan. Penanganan kejadian/kasus di masing-masing wilayah berbeda, padahal jenis kejadiannya sama. Untuk lokasi yang telah dirambah oleh masyarakat sejak lama, petugas kehutanan di masing-masing desa melakukan penanganan yang berbeda-beda seperti dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel 3. Upaya Penanganan Gangguan Perambahan Hutan oleh Polhut di Beberapa Desa di Kabupaten Sinjai. No. Desa/ Kecamatan Penanganan Kasus Perambahan Hasil Penanganan 39
  • 46. Hutan 1 2 3 4 1. Bontokatute/ Sinjai Borong Masih mentolerir penebangan pohon untuk keperluan rumah tangga dengan ketentuan mengganti 3 pohon untuk 1 pohon yang ditebang. Masyarakat mendukung dan mematuhi aturannya. 2. Polewali/ Sinjai Selatan langsung menangkap setiap masyarakat yang melakukan penebangan dalam kawasan hutan. Masyarakat menebang jika tidak ada petugas 3. Palangka/ Sinjai Selatan Pendekatan persuasif terhadap perambah lama untuk sadar dan keluar dari kawasan hutan 70 % perambah sudah keluar dari kawasan hutan. 4. Baru/ Sinjai Tengah Langsung menangkap setiap masyarakat yang melakukan penebangan dalam kawasan hutan dan mencabuti semua tanaman perkebunan dalam kawasan hutan yang umurnya dibawah 1 tahun. Masyarakat mematikan pohon dengan melakukan peneresan pada batang. 5. Samaturue/ Tellulimpoe Tidak lagi melakukan pengamanan terhadap kawasan hutan (90 % kawasan hutan telah dirambah oleh masyarakat. Masyarakat seenaknya memanfaatkan areal kws hutan Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi variasi penanganan kejadian perambahan hutan di wilayah Kabupaten Sinjai. Hal ini disebabkan karena tidak adanya prosedur tetap penanggulangan gangguan perambahan hutan yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. Penanganan kejadian perambahan lama dengan melakukan penangkapan langsung kepada setiap masyarakat yang melakukan penebangan pohon dalam areal kawasan hutan tersebut bukannya membuat jera masyarakat dan menyadarkan masyarakat. Masyarakat menjadi tidak bersahabat dan tidak mau lagi mengikuti program 40
  • 47. pemerintah untuk menanam pohon di lahan kawasan hutan yang diolahnya, dan bahkan masyarakat akan melakukan aktivitas yang makin merusak hutan seperti perilaku masyarakat di Sinjai Tengah yang mematikan pohon dengan melakukan peneresan batang. Penanganan kejadian perambahan kawasan dengan memberikan kebijakan yang mentolerir penebangan pohon secara bersyarat seperti yang terjadi di kawasan hutan lindung Bolalangiri Desa Bontokatute Kecamatan Sinjai Borong memerlukan payung hukum yang jelas, sehingga kebijakan ini tidak melanggar Undang- Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan peraturan perundangan lainnya. Penanganan kejadian perambahan kawasan yang telah terjadi sejak lama akan lebih efektif dengan pendekatan persuasif dan kekeluargan dalam menyadarkan masyarakat tentang fungsi hutan seperti yang telah dilakukan oleh petugas kehutanan di Desa Palangka Kecamatan Sinjai Selatan dan Desa Bontokatute Sinjai Borong. e. Polhut belum diangkat dalam jabatan fungsional Permasalahan lain yang menjadi penghambat Polhut dalam menjalankan tugasnya secara efektif adalah belum diangkatnya tenaga Polhut dalam Jabatan Fungsional Polhut. Padahal berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 55/KEP/M.PAN/7/2003 yang saat ini telah diganti 41
  • 48. dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Polhut dan Angka Kreditnya, Polisi Kehutanan merupakan pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional perlindungan dan pengamanan hutan serta pengawasan peredaran hasil hutan pada instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Tidak diangkatnya Polhut dalam jabatan fungsional bisa menyebabkan tidak kreatifnya Polhut dalam melakukan penanggulangan gangguan keamanan hutan. Padahal dalam hal karier, Polhut sangat mengharapkan diangkat dalam jabatan fungsional. Hal ini terbukti dengan beberapa kali Polhut telah berupaya mengcopykan aturan Polhut sebagai jabatan fungsional dan menyerahkan ke bagian kepegawaian Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. Namun sampai saat ini, Polhut Kabupaten Sinjai belum sebagai pejabat fungsional. 42
  • 49. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai peran Polhut dalam kegiatan pengamanan hutan di Wilayah Dinas Perkebunan Kabupaten Sinjai, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Peranan Polhut dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai adalah mencegah dan membatasi terjadinya dan meluasnya gangguan hutan seperti perambahan hutan dan pengangkutan hasil hutan tanpa dokumen. 2. Kendala yang ditemui Polhut dalam pengamanan hutan di Kabupaten Sinjai adalah telah dibiarkannya masyarakat bermukim dan berkebun sejak lama di dalam kawasan hutan, anggaran pengamanan hutan yang tidak tersedia di unit wilayah, kurangnya koordinasi antara mitra instansi terkait, ketidakseragaman dalam melakukan penanganan gangguan hutan dan Polhut belum diangkat dalam jabatan fungsional. 44
  • 50. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran Polhut dalam kegiatan pengamanan hutan di Wilayah Dinas Perkebunan Kabupaten Sinjai, maka kami sarankan sebagai berikut : 1. Penanggulangan gangguan hutan difokuskan kepada gangguan perambahan hutan dan pengangkutan hasil hutan kayu tanpa dokumen. 2. Meningkatkan peran Polhut dalam mengusulkan wilayah kawasan hutan dimana masyarakat telah dibiarkan berkebun dan bermukim sejak lama seperti di kawasan hutan Balampesoang-Balangjatie Tellulimpoe, Apparang Polewali Sinjai Selatan dan Bolalangiri Bontokatute Sinjai Borong, untuk mendapatkan program Hutan Kemasyarakatan atau Hutan Desa. 3. Meningkatkan koordinasi dan kolaborasi dengan mitra instansi terkait dalam penanggulangan gangguan hutan yang mengedepankan pelibatan atau pemberdayaan masyarakat. 4. Pengalokasian anggaran penanggulangan gangguan hutan di unit- unit wilayah dan penetapan prosedur tetap penanggulangan gangguan hutan merupakan hal yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan penanggulangan gangguan hutan di Kabupaten Sinjai. 45
  • 51. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan, 1995. Keputusan Menteri Kehutanan No: 506/Kpts-II/ 1995 tentang Petunjuk Teknis Pengamanan Hutan Secara Fungsional di Daerah Tingkat II. Departemen Kehutanan, 2004. Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan. Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Jakarta. Departemen Kehutanan, 2006a. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.27/Menhut-II/2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025. Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, Badan Planologi Kehutanan. Jakarta. Departemen Kehutanan, 2006b. Booklet Data Kawasan Konservasi Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Bogor. IBSAP, 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020, IBSAP Dokumen Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta. Kusworo, Ahmad, 2000. Perambah Hutan atau Kambing Hitam ? Potret Sengketa Kawasan Hutan di Lampung. Pustaka Latin, Bogor. Mappatoba Sila dan Nuraeni, 2009. Buku Ajar Perlindungan dan Pengamanan Hutan, Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin. PHKA, 2006. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Forest Protection and Nature Conservation), http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/ STATISTIK/ 2006/PHKA_06.pdf, Diakses 24 Juni 2009 Jam 10.15. Sumardi dan Widyastuti, S.M., 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Kepala Kepolisian RI No. 10/Kpts-II/93-Skep/07/93 tentang susunan organisasi dan tata kerja jagawana (POLHUT) 46
  • 52. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dan Angka Kreditnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. 1999. Jakarta. 47
  • 53. Lampiran 1. Penyebaran Kawasan Hutan di Kabupaten Sinjai NO. Kecamatan/ Desa Kelompok Kawasan Luas Kawasan (ha) Luas Yang Dirambah (Ha) Persentase (%) 1. Bulupoddo  Duampanuae  Tompo Bulu  L. Riattang Sungai Tangka II Sungai Tangka II Bappajeng Rappa 490 1.509 197 100 150 20 20,41 9,94 10,15 Jumlah 2.196 270 12,30 2. Sinjai Selatan  Talle  Songing  Palangka  Polewali  Puncak Balang Lajange Apparang II Apparang I Apparang II Apparang I 200 465 317 668 233 150 50 200 400 100 75,00 10,75 63,09 59,88 42,92 Jumlah 1.883 900 47,80 3. Tellulimpoe  Kalobba  Saotengah/ Massaile Balang Pesoang Balang Jatie 496,375 132,500 444 132,5 89,45 100,00 Jumlah 628,875 576,5 91,67 4. Sinjai Tengah  Kompang  Bonto  Saohiring  Saotanre  Baru  Pattongko  Saotengnga Tangka I Alehanuae Tangka I Loua Balang Lajange Tangka I Tangka 1.100 345 275 486,125 450 355 157 150 40 25 100 - - 100 13,64 11,59 9,09 20,57 0 0 63,69 Jumlah 3.168,125 415 13,10 5. Sinjai Barat  Turungan Baji  Bontosalama  Arabika  Botolempangan  Balakia  Gunung Perak  Barania Bakung,Tangkoloe Lompobattang Lompobattang Appareng Appareng Appareng Appareng 1.103 2.325 278 877 225 2.583 1.400 100 300 75 200 200 300 150 9,07 12,90 26,98 22,81 88,89 11,61 10,71 Jumlah 8.791 1.325 15,07 5. Sinjai Borong  Batu Belerang  Barambang  Bonto Katute Appareng Appareng Bolalangiri 950 377 900 225 150 400 23,68 39,79 44,44 Jumlah 2.227 775 34,80 T O T A L 18.894 4.261,5 22,55 Sumber : Data Sekunder, 2010. 48
  • 54. Lampiran 2. Daftar Nama Responden Polhut No. Nama Responden Wilayah Kerja 1. Maing Baso Kecamatan Tellulimpoe 2. M. Yasin Kecamatan Tellulimpoe 3. Mustakin, S.Pd. Kecamatan Sinjai Utara 4. Faisal Saleh Kabupaten Sinjai 5. Armansyah Kecamatan Sinjai Tengah 6. Ambo Syahrir Kecamatan Sinjai Barat 7. Lasanrang Kecamatan Sinjai Barat 8. Suardi BR. Kecamatan Sinjai Tengah 9. Aminuddin Kecamatan Selatan 10. Sultan Kecamatan Sinjai Selatan Lampiran 3. Daftar Nama Atasan Polhut No. Nama Responden Keterangan 1. Muddin Lemba, SP. Kasie Perlind. Hutan 2. Suardi, SP. Kanit Sinjai Barat 3. Agus Salim B., ST. Kanit Sinjai Timur 4. A. Mattaliu Kanit Sinjai Tengah 5. Bustan Kanit Sinjai Selatan Lampiran 3. Daftar Nama Responden Masyarakat 49
  • 55. No NAMA Umur Alamat 1 ANAS 56 DESA BONTOKATUTE KEC. SINJAI BORONG 2 YUSUF 32 DESA BONTOKUNYI KEC. TELLULIMPOE 3 AWAL ASNAWI 26 KEL. MANNANTI KEC. TELLULIMPOE 4 SULFIKAR 19 DESA TELLULIMPOE KEC. TELLULIMPOE 5 ISHAK, MS., S.Sos. 35 DESA PUNCAK KEC. SINJAI SELATAN 6 ANSAR 31 SINJAI BARAT 7 BAKRI 50 DESA LEMBANG2 KEC. SINJAI BARAT 8 SIARA 40 DESA PANAIKANG KEC. SINJAI TIMUR 9 SALAM 56 DESA PANAIKANG KEC. SINJAI TIMUR 10 MAUDU 58 DESA BUA KEC. SINJAI TIMUR 11 HATTA 35 DESA PATALLASSANG KEC. SINJAI TIMUR 12 HAMMING 40 DESA G. PERAK KEC. SINJAI BARAT 13 SABBA 50 DESA BONTO LEMPANGAN SINJAI BARAT 14 MARDIA 40 BORONG 15 ABIDIN 50 DUSUN URANGA KEC. SINJAI TIMUR 16 MILU 40 DESA SAOTANRE KEC. SINJAI TENGAH 17 TAJU' 40 DUSUN GARECCING DESA TALLE 18 MUDDIN 50 DESA BONTO SALAMA KEC. SINJAI BARAT 19 H. LAHABE 60 DUSUN LAPPA DATA KEC. SINJAI TENGAH 20 USDAR 40 DESA DUMME KEC. SINJAI TIMUR 21 BASRI 40 DESA BIJINANGKA KEC. SINJAI BORONG 22 H. SYAMSUDDIN 56 DESA ERASA KEC. TELLULIMPOE 23 A. ADHLY, AF. 36 DESA SUKAMAJU KEC. TELLULIMPOE 24 MADE 45 DESA LEMBANG LOHE KEC. TELLULIMPOE 50
  • 56. 25 P HASI 45 DESA SAMATURUE KEC. TELLULIMPOE 26 TONTI 50 DESA BONTOKATUTE KEC. SINJAI BORONG 27 AHMADONG 45 DESA BIRORO KEC. SINJAI SELATAN 28 ANTONG 39 LASIAI KEC. SINJAI TIMUR 29 KAMA 50 DESA ARABIKA KEC. SINJAI BARAT 30 ABBY 41 DESA BULU TELLUE KEC. BULUPOPODDO 31 ISKANDAR 38 DESA SAOHIRING KEC. SINJAI TENGAH 32 POLEWAI L. 39 DESA SAOTANRE KEC. SINJAI TENGAH 33 DARWIS 34 DESA LAMATTIRIAJA KEC. BULUPODDO 34 LANTO 45 RAPPA CIRANA KEC. BULUPODDO 35 SABIRIN 45 DESA DUMME KEC. SINJAI TIMUR 36 HAFID 20 DESA MANGARABOMBANG SINJAI TIMUR 37 DULLA 29 DESA TONGKE2 KEC. SINJAI TIMUR 38 BULLE 40 DESA LASIE KEC. SINJAI TIMUR 39 TABBO 60 DESA PATTONGKO KEC. TELLULIMPOE 40 KASENG 50 DESA ASKA KEC. SINJAI SELATAN 51
  • 57. Lampiran : Data Responden Masyarakat No NAMA Umur Alamat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 ANAS 56 DESA BONTOKATUTE KEC. SINJAI BORONG 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 YUSUF 32 DESA BONTOKUNYI KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 AWAL ASNAWI 26 KEL. MANNANTI KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 4 SULFIKAR 19 DESA TELLULIMPOE KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 ISHAK, MS., S.Sos. 35 DESA PUNCAK KEC. SINJAI SELATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 ANSAR 31 SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 7 BAKRI 50 DESA LEMBANG2 KEC. SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 8 SIARA 40 DESA PANAIKANG KEC. SINJAI TIMUR 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 9 SALAM 56 DESA PANAIKANG KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 10 MAUDU 58 DESA BUA KEC. SINJAI TIMUR 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 HATTA 35 DESA PATALLASSANG KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 12 HAMMING 40 DESA G. PERAK KEC. SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 13 SABBA 50 DESA BONTO LEMPANGAN SINJAI BARAT 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 14 MARDIA 40 DESA BATU BELERANG KEC. SINJAI BORONG 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 15 ABIDIN 50 DUSUN URANGA KEC. SINJAI TIMUR 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 16 MILU 40 DESA SAOTANRE KEC. SINJAI TENGAH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 17 TAJU' 40 DUSUN GARECCING DESA TALLE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 18 MUDDIN 50 DESA BONTO SALAMA KEC. SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 19 H. LAHABE 60 DUSUN LAPPA DATA KEC. SINJAI TENGAH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 20 USDAR 40 DESA DUMME KEC. SINJAI TIMUR 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 21 BASRI 40 DESA BIJINANGKA KEC. SINJAI BORONG 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 22 H. SYAMSUDDIN 56 DESA ERASA KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 23 A. ADHLY, AF. 36 DESA SUKAMAJU KEC. TELLULIMPOE 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 24 MADE 45 DESA LEMBANG LOHE KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 25 P HASI 45 DESA SAMATURUE KEC. TELLULIMPOE 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 26 TONTI 50 DESA BONTOKATUTE KEC. SINJAI BORONG 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 27 AHMADONG 45 DESA BIRORO KEC. SINJAI SELATAN 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
  • 58. 28 ANTONG 39 LASIAI KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 29 KAMA 50 DESA ARABIKA KEC. SINJAI BARAT 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 30 ABBY 41 DESA BULU TELLUE KEC. BULUPOPODDO 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 31 ISKANDAR 38 DESA SAOHIRING KEC. SINJAI TENGAH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 32 POLEWAI L. 39 DESA SAOTANRE KEC. SINJAI TENGAH 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 33 DARWIS 34 DESA LAMATTIRIAJA KEC. BULUPODDO 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 34 LANTO 45 RAPPA CIRANA KEC. BULUPODDO 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 35 SABIRIN 45 DESA DUMME KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 36 HAFID 20 DESA MANGARABOMBANG SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 37 DULLA 29 DESA TONGKE2 KEC. SINJAI TIMUR 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 38 BULLE 40 DESA LASIE KEC. SINJAI TIMUR 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 39 TABBO 60 DESA PATTONGKO KEC. TELLULIMPOE 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 40 KASENG 50 DESA ASKA KEC. SINJAI SELATAN 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 0.525 0.95 0.95 0.95 0.975 0.975 0.975 0.05 0.975 1 0.9 0.725 0.8 Kode 1 0.475 0.05 0.05 0.05 0.025 0.025 0.025 0.95 0.025 0 0.1 0.275 0.2 Kode 2
  • 59. Lampiran 4: KUESIONER PENELITIAN RESPONDEN POLISI KEHUTANAN Mengenai : Peranan Polisi Kehutanan dalam Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai. PENGANTAR Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada Bapak/Ibu/ Saudara (i) sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahaman, pengalaman dan pengamatannya tentang “Peranan Polisi Kehutanan terhadap Pengamanan Hutan” di Kabupaten Sinjai. Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini, peneliti menghaturkan banyak terima kasih. Segala budi Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya peneliti membalasnya. Semoga Allah SWT menilai budi Bapak/Ibu/ Saudara (i) sebagai suatu hadiah. Dan segala kerahasiaan, maka identitas Bapak/Ibu/ Saudara (i) kami akan rahasiakan. PETUNJUK PENGISIAN Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan mengisi dan memberi tanda (√) pada item yang dipilih dan memberikan penjelasan frekuensi dan cara pelaksanaannya. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umir : Alamat : Wilayah Tugas: 51
  • 60. PERTANYAAN-PERTANYAAN : 1. Sebagai Polisi Kehutanan, Kegiatan dan aktifitas apa saja yang saudara lakukan sehari-hari ? No. KEGIATAN √ CARA PELAKSANAAN Frekuensi A. TINDAKAN PRE-EMTIF 1. Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan 2. Pendekatan Kesejahteraan 3. Penyuluhan 4. Pembinaan dan Bimbingan Masyarakat B. TINDAKAN PREVENTIF 1. Kegiatan Deteksi 2. Pengawasan Terhadap Kawasan Hutan 3. Pengawasan Peredaran Hasil Hutan, Tumbuhan dan Satwa C. TINDAKAN REFRESIF 1. Penyelidikan Tindak Pidana 52
  • 61. Kehutanan 2. Operasi Pengamanan 3. Penanganan TKP 4. Penindakan 5. Penyidikan 2. Jenis gangguan hutan apa saja yang terjadi di wilayah kerja saudara ? √ Jenis Gangguan Hutan Keterangan Pencurian HH Kayu Pencurian HH Non Kayu Perambahan Hutan Perladangan Berpindah Penggembalaan Liar Pengangkutan HH Tanpa Dokumen Tumpang Tindih Penggunaan Lahan. 53
  • 62. 3. Upaya apa yang saudara telah lakukan sebagai Polisi Kehutanan dalam menanggulangi gangguan hutan tersebut pada no. 2 di atas ? 4. Permasalahan apa saja yang saudara alami dalam melaksanakan tugas pengamanan hutan ? Lampiran 5 : KUESIONER PENELITIAN RESPONDEN ATASAN POLISI KEHUTANAN Mengenai : Peranan Polisi Kehutanan dalam Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai. PENGANTAR Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada Bapak/Ibu/ Saudara (i) sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk 54
  • 63. mengisi daftar pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahaman, pengalaman dan pengamatannya tentang “Peranan Polisi Kehutanan terhadap Pengamanan Hutan” di Kabupaten Sinjai. Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini, peneliti menghaturkan banyak terima kasih. Segala budi Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya peneliti membalasnya. Semoga Allah SWT menilai budi Bapak/Ibu/ Saudara (i) sebagai suatu hadiah. Dan segala kerahasiaan, maka identitas Bapak/Ibu/ Saudara (i) kami akan rahasiakan. PETUNJUK PENGISIAN Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan mengisi dan memberikan penjelasan secara singkat dan jelas. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umur : Alamat : 1. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai pelaksanaan tugas Polisi Kehutanan dalam mengamankan kawasan hutan ? 2. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai pelaksanaan tugas Polisi Kehutanan dalam melakukan pengawasan peredaran hasil hutan ? 55
  • 64. 3. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai pelaksanaan tugas Polisi Kehutanan dalam memberikan Penyuluhan Kepada Warga agar timbul Kesadaran menjaga dan memelihara kelestarian hutan ? 4. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai pelaksanaan tugas Polisi Kehutanan dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan ? 5. Permasalahan apa saja yang sering menjadi hambatan bagi Polisi Kehutanan dalam menjalankan tugas-tugas pengamanan hutan ? 6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada no. 5 di atas ? Lampiran 6 : KUESIONER PENELITIAN RESPONDEN MASYARAKAT Mengenai : Peranan Polisi Kehutanan dalam Pengamanan Hutan di Kabupaten Sinjai. PENGANTAR 56
  • 65. Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada Bapak/Ibu/ Saudara (i) sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahaman, pengalaman dan pengamatannya tentang “Peranan Polisi Kehutanan terhadap Pengamanan Hutan” di Kabupaten Sinjai. Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini, peneliti menghaturkan banyak terima kasih. Segala budi Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya peneliti membalasnya. Semoga Allah SWT menilai budi Bapak/Ibu/ Saudara (i) sebagai suatu hadiah. Dan segala kerahasiaan, maka identitas Bapak/Ibu/ Saudara (i) kami akan rahasiakan. PETUNJUK PENGISIAN Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada item yang dianggap paling sesuai. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umur : Alamat : No. PERTANYAAN Ya Tidak 1. Apakah Polhut sering melakukan kunjungan ke rumah-rumah masyarakat ? 2. Apakah Polhut menyampaikan sosialisasi aturan perundang- undangan ? 3. Apakah Polhut memberikan penyuluhan mengenai pentingnya kawasan hutan ? 4. Apakah Polhut melakukan diskusi dengan masyarakat tentang permasalahan2 kehutanan ? 5. Apakah Polhut melakukan pembinaan masyarakat bagi pelanggar 57
  • 66. sebelum melakukan penangkapan ? 6. Apakah Polhut melakukan Patroli pengamanan terhadap kawasan hutan ? 7. Apakah Polhut melakukan Patroli pengawasan peredaran hasil hutan kayu ? 8. Apakah Polhut melakukan Patroli pengawasan peredaran hasil hutan non kayu? 9. Apakah Polhut menganjurkan masyarakat menanam Pohon ? 10. Apakah Polhut membantu menyediakan bibit Pohon ? 11. Apakah Polhut memberikan bimbingan dalam penanaman pohon ? 12. Apakah Polhut memberikan petunjuk dalam pengurusan dokumen hasil hutan kayu yang berasal dari tanah milik? 13. Apakah Polhut menindak tegas pengangkutan kayu tanpa dokumen ? 58
  • 67. Lampiran 5. Jenis Gangguan Hutan di Wilayah Kerja Responden Petugas Kehutanan No. Resp. Wilayah Kerja Jenis Gangguan Hutan 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Komp. Hutan Balang Lajange (Desa Talle) √ √ 2. Hutan Santi Desa Songing √ √ √ 3. Hutan Santi Desa Songing √ √ √ 4. Desa Palangka Sinjai Selatan √ √ √ √ 5. Desa Puncak Sinjai SElatan √ √ √ 6. Kec. Sinjai Borong 7. Desa Turungan Baji Sinjai Barat √ 8. Desa Terasa Sinjai Barat √ √ √ 9. Bonto Salama Sinjai Barat √ 10. Desa Arabika Sinjai Barat √ √ 11. Desa Terasa Sinjai Barat √ √ √ 12. Desa Botolempangan Sinjai Barat √ 13. Desa Gunung Perak Sinjai Barat √ 14. Sinjai Tengah √ √ √ 15. Kec. Sinjai Borong √ √ 16. Desa Duampanue Bulupoddo √ √ √ 17. Desa Tompobulu Bulupoddo √ √ √ 18. Desa Lattiriattang Bulupoddo √ √ √ 19. HL Balang Pesoang Kec. Tellulimpoe √ √ 20. HL Balang Jatie Kec.Tellulimpoe √ JUMLAH 7 1 1 10 18 7 Lampiran 6. Frekuensi Jenis Gangguan Hutan di Wilayah Kerja Responden No. Resp. Wilayah Kerja Jenis Gangguan Hutan 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Komp. Hutan Balang Lajange (Desa Talle) 1 2 2. Hutan Santi Desa Songing 1 1 2 3. Hutan Santi Desa Songing 1 1 2 4. Desa Palangka Sinjai Selatan 1 1 6 1 5. Desa Puncak 1 2 lama 96
  • 68. Sinjai SElatan 6. Kec. Sinjai Borong 7. Desa Turungan Baji Sinjai Barat 2 8. Desa Terasa Sinjai Barat 1 1 1 9. Bonto Salama Sinjai Barat 2 10. Desa Arabika Sinjai Barat 2 2 11. Desa Terasa Sinjai Barat 1 1 2 12. Desa Botolempangan Sinjai Barat 5 13. Desa Gunung Perak Sinjai Barat 1 14. Sinjai Tengah 1 2 1 15. Kec. Sinjai Borong 1 2 16. Desa Duampanue Bulupoddo 1 1 2 17. Desa Tompobulu Bulupoddo 1 3 6 18. Desa Lattiriattang Bulupoddo 3 2 2 19. HL Balang Pesoang Kec. Tellulimpoe lama 4 20. HL Balang Jatie Kec.Tellulimpoe lama 97