1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam yang sangat besar manfaatnya bagi
kesejahteraan manusia adalah hutan. Hutan juga merupakan modal dasar
pembangunan nasional. Sebagai modal dasar pembangunan nasional, maka
hutan tersebut harus kita jaga kelestariannya agar kelak manfaat hutan ini
tidak hanya kita nikmati sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan
datang. Oleh sebab itu, sumber daya hutan ini perlu dikelola dengan baik dan
tepat agar manfaat dan hasilnya dapat diperoleh secara maksimal dan lestari.
Perencanaan yang tepat dan baik sangat diperlukan agar pelaksaan
pengelolaan hutan dapat berjalan lancar, sesuai yang kita harapkan, yaitu
berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian, dimana hutan selalu ada, produksi
selalu ada, dan kondisinya selalu baik. Diharapkan dengan adanya suatu
perencanaan, maka hutan dapat diurus dan diusahakan dengan baik agar
kelestarian hutan dapat terwujud.
Hutan yang dipruntukan untuk tujuan pengembangan pendidikan,
khususnya untuk tujuan praktek dan penelitian bagi mahasiswa. Selain
menjadi tempat pengembangan pendidikan Hutan Bengo-bengo juga
menyimpan potensi wisata alam yang menakjubkan sehingga pengunjung
yang gemar wisata petualangan akan menemukan berbagai sensasi alam
dalam bentangan kawasan hutannya. Pemandangan alamnya indah, asri dan
sarat dengan nuansa hijau yang eksotis. Kontur medannya berbukit-bukit
landai dan beberapa permukaan kawasannya ditutupi rumput tebal.
Hutan Bengo-bengo dikenal menjadi habitat alami satwa-satwa liar
yang berkembang biak dengan baik antara lain jenis monyet langka yang
populer, Macaca maura serta Tarsius, spesies monyet terkecil didunia. Pada
bagian batas-batas wilayah hutannya, terdapat tiga sumber air dengan
pemandangan alam yang indah antara lain Air Terjun tiga susun, Air Terjun
Palanro dan Telaga bidadari.
2. 2
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dan Kegunaan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1 Mengetahui jenis tanaman yang ada dikawasan hutan terarsebut
2 Mengetahui kondisi fisik kawasan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo
Guna menabah wawasan kami dalam menyetahui keadaan lapangan
secara langsung di Hutan Pendidikan Bengo-Bengo dan juga untuk
mempraktekan teori yang kami dapat dalam proses akademik.
3. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perencanaan Hutan
Perencanaan hutan adalah suatu upaya dalam bentuk rencana, dasar
acuan dan pegangan bagi pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan pengusahaan hutan yang bertolak dari kenyataan saat ini dan
memperhitungkan pengaruh masalah dan kendala yang memungkinkan terjadi
selama proses mencapai tujuan tersebut.
Zaitunah ( 2004) mengemukakan bahwa perencanaan merupakan
tahapan penting dalam mewujudkan tujuan dari pengelolaan hutan
lestari. Perencanaan yang baik menjadikan pengelolaan hutan terarah dan
terkendali, baik dalam awal pengelolaan hutan maupun kegiatan monitoring
dan evaluasi kegiatan.
Inventarisasi hutan untuk rencana pengelolaan (IHRP) adalah
kegiatan inventarisasi pada tingkat unit atau sub-unit pengelolaan hutan
seperti bagian hutan, hak pengusahaan hutan (HPH), hak pengusahaan hutan
tanaman industri (HPHTI), areal rencana karya lima tahunan (RKL) dan
lainnya. Kegiatan IHRP meliputi kegiatan persiapan dan pelaksanaan, serta
persiapan rencana kerja dan peta kerja Persiapan pelaksanaan IHRP meliputi
penyiapan peta dasar (peta interpretasi sitra satelit bumi, peta tematik, peta
tanah dan peta iklim), rescoring dan evaluasi areal, persiapan alat dan bahan
(GPS, kompas, hagameter, clinometer, pita ukur, hypsometer, christenmeter,
tabel konversi jarak lapang ke jarak datar, alat pembuat herbarium, alat tulis,
alat hitung, kanera, alat camping dan obat-obatan), persiapan tenaga regu
kerja, stratifikasi dan bagan penarikan contoh. Pelaksanaan IHRP di lapangan
dimulai dengan pencarian titik awal, pembuatan unit contoh/jalur,
pengumpulan data pohon maupun data penunjang, pengolahan data serta
pembuatan laporan. Kegiatan pencarian titik awal terdiri dari pembuatan unit
contoh, pengumpulan data pohon, pencacahan jenis pohon, pengukuran
4. 4
diameter pohon, pengukuran tinggi pohon dan pencacahan/ pengukuran
permudaan.
Kegiatan pengumpulan data penunjang terdiri dari data luas dan
letak, topografi, bentang alam spesifik, geologi dan tanah, iklim, fungsi hutan,
tipe hutan, flora dan fauna yang dilindungi, pengusahaan hutan serta
penduduk, kelembagaan dan sarana-prasarana. Kegiatan pengolahan data
terdiri dari penyususnan daftar nama jenis pohon dan dominasi, perhitungan
masa tegakan, perhitungan luas bidang dasar pohon dan perhitungan volume
pohon. Laporan yang dibuat dalam pelaksanaan IHRP adalah laporan hasil
evaluasi dan laporan hasil inventarisasi. Inventarisasi hasil hutan non-kayu
(IHHNK) dilakukan untuk mengumpulkan data potensi dan penyebaran hasil-
hasil hutan non kayu yang pada saat ini mempunyai nilai ekonomi tinggi,
seperti rotan, bambu, sagu dan nipah. IHHNK dikakukan pada areal yang
berisi hasil-hasil hutan tersebut baik secara murni maupun bagian dari
ekosistem hutan.(Rahmawaty.2006)
B. Komponen-Komponen Perencanaan Hutan
1. Inventarisasi Hutan
Inventarisasi hutan adalah kegiatan dalam sistem pengelolaan
hutan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan
pada saat tertentu (Simon, 1996).
Istilah inventarisasi hutan ini biasa juga disebut perisalahan hutan
/timber cruising/cruising/timber estimation. Secara umum inventarisasi
hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan poenyusunan data dan fakta
mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya
tersebut bagi kesejhteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna
(Departemen Kehutanan dan Perkebunanan, 1999).
5. 5
Berdasarkan tujuan penggunaan serta kedalaman dan cakupan data
yang akan digunakan inventariosasi hutan dibagi menjadi empat
tinhgkatan, aitu:
a.Inventarisasi hutan nasional (IHN)
b.Inventarisasi hutan untuk rencana pengelolaan (IHRP)
c.Inventraisasdi hutan untuk rencana operasional (IHRO)
d.Inventarisasai hasil huan non-kayu (IHHNK)
Tujuan inventarisasi hutan adalah untuk Mendapatkan data yang
akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan
perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang,
jangla menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan
dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan. Pemantauan atas
perubahan kuantitatif sumberdaya hutan, baik yang bersifat pertumbuhan
maupun pengurangan karena terjadinya gangguan alami maupoun
gangguan manusia.
Inventarisasi hutan untuk rencana pengelolaan (IHRP) adalah
kegiatan inventarisasi pada tingkat unit atau sub-unit pengelolaan hutan
seperti bagian hutan, hak pengusahaan hutan (HPH), hak pengusahaan
hutan tanaman industri (HPHTI), areal rencana karya lima tahunan (RKL)
dan lainnya. Kegiatan IHRP meliputi kegiatan persiapan dan pelaksanaan,
serta persiapan rencana kerja dan peta kerja Persiapan pelaksanaan IHRP
meliputi penyiapan peta dasar (peta interpretasi sitra satelit bumi, peta
tematik, peta tanah dan peta iklim), rescoring dan evaluasi areal, persiapan
alat dan bahan (GPS, kompas, hagameter, clinometer, pita ukur,
hypsometer, christenmeter, tabel konversi jarak lapang ke jarak datar, alat
pembuat herbarium, alat tulis, alat hitung, kanera, alat camping dan obat-
obatan), persiapan tenaga regu kerja, stratifikasi dan bagan penarikan
contoh.
6. 6
Pelaksanaan IHRP di lapangan dimulai dengan pencarian titik
awal, pembuatan unit contoh/jalur, pengumpulan data pohon maupun data
penunjang, pengolahan data serta pembuatan laporan. Kegiatan pencarian
titik awal terdiri dari pembuatan unit contoh, pengumpulan data pohon,
pencacahan jenis pohon, pengukuran diameter pohon, pengukuran tinggi
pohon dan pencacahan/ pengukuran permudaan.
Kegiatan pengumpulan data penunjang terdiri dari data luas dan
letak, topografi, bentang alam spesifik, geologi dan tanah, iklim, fungsi
hutan, tipe hutan, flora dan fauna yang dilindungi, pengusahaan hutan
serta penduduk, kelembagaan dan sarana-prasarana. Kegiatan pengolahan
data terdiri dari penyususnan daftar nama jenis pohon dan dominasi,
perhitungan masa tegakan, perhitungan luas bidang dasar pohon dan
perhitungan volume pohon. Laporan yang dibuat dalam pelaksanaan IHRP
adalah lapaoran hasil evaluasi dan laporan hasil inventarisasi. Inventarisasi
hasil hutan non-kayu (IHHNK) dilakukan untuk mengumpulkan data
potensi dan penyebaran hasil-hasil hutan non kayu yang pada saat ini
mempunyai nilai ekonomi tinggi, seperti rotan, bambu, sagu dan nipah.
IHHNK dikakukan pada areal yang berisi hasil-hasil hutan tersebut baik
secara murni maupun bagian dari ekosistem hutan.
Beberapa jenis hasil hutan non-kayu yang biasa diinventarisasi
adalah rotan dan bambu. Metode inventarisasai rotan terdiri dari
stratifikasi, pola inventarisasi, persiapan, pelaksanaan di lapangan dan
pengolahan data. Pola inventarisasi terdiri dari pengenalan jenis rotan dan
pengumpulan data mengenai jenis rotan, potensi per jenis, potensi seluruh
jenis dan potensi permudaan.
Kegiatan persiapan terdiri dari persiapan peta 9peta topografi, peta
tata guna hutan kesepakatan dan peta vegetasi), persiapan bahan dan alat
(alat tulis, kompas, tali ukur, golk, alat ukur lereng, alat ukur berat, alat
ukur diameter, tally sheet, obat-obatan dan personal use), dan persiapan
bagan sampling. Pelaksanaan di lapangan terdiri dari penentuan titik awal,
pembuatan jalur ukur, pengumpulan rotan contoh, pengukuran dan
7. 7
pencatatan data. Pengolahan data terdiri dari identifikasi jenis rotan,
penaksiran panjang dan berat basah rotan, penaksiran panjang rotan dan
penaksiran potensi rotan tiap hektar.
Metode inventarisasi bambu terdiri dari pola inventarisasi bambu,
persiapan, pengumpulan data dan pengolahan data. Dalam inventarisasi
bambu, data yang dikumpulkan adalah data primer dan skunder. Data
primer seperti pengambilan jenis contoh bambu untuk mengetahui jenis,
jumlah rumpun, jumlah batang dalam rumpun dan permudan. Data
skunder antara lain seperti kedaan hutan (massa tegakan bambu, jenis,
penyebaran, tringkat permudaan, jenis flora dan fauna), keadaan fisik (luas
dan letak hutan, hidrologi, bentang alam spesifik, geologi dan tanah serta
iklim) dan data penduduk dan perhubungan (jumlah dan kepadatan
penduduk, mata pencaharian, kesehatan, interaksi penduduk dengan hutan
abambu dan sarana prasarana perhubungan darat, laut dan udara).
Kegiatan persiapan terdiri dari persiapan peta (peta pencadangan
area, peta topografi, peta dasar sesuai SK Menhut No 3 tahun 1989, peta
penafsiran potret udara, peta tanah dan geologi, peta ilkim dan peta kerja),
persiapan bahan dan alat (plainimeter, timbangan, tally sheet, kuisioner,
alat tulis, perlengkapan kemah dan personal use) dan pembuatan bagan
pengambilan contoh. Kegiatan pengambilan data terdiri dari penentuan
titik awal, pembuatan jalur ukur, perhitungan rumpun bambu dan potensi
biomassa. Kegiatan pengolahan data terdiri dari perhitungan masa tegakan,
perhitungan tegakan bambu pada areal dengan keragaman rendah,
perhitungan tegakan bambu pada areal dengan keragaman tinggi dan
analisis permudaan.
2. Pengukuhan Hutan
Dalam rangka perencanaan hutan, pemerintah menyusun rencana
umum yang memuat peruntukan, penyediaan, pengadaan dan penggunaan
hutan di seluruh Indonesia. Berdasarkan rencana umum tersebut disusun
rencana pengukuhan hutan dan rencana penatagunaann hutan. Pengukuhan
hutan adalah kegiatan yang berhubungan dengan penataan batas suatu
8. 8
wilayah yang telah ditunjuk sebagai wilayah hutan, guna memperolah
kepastian hukum mengenai status dan batas kawasan hutan. Penatagunaan
hutan adalah kegiatan perencanaan tata guna hutan, pemanfaatan hutan
dan pengendalian pemanfaatan hutan sesuai dengan fungsinya kawasan
hutan suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa), kawasan hutan
pelstarian alam (taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam),
kawasan hutan taman buru, kawasan hutan lindung, kawasan hutan
produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan produksi
yang dapat dikonversi). Perencanaan hutan dimaksudkan untuk
memberikan landasan kerja dan hukum guna terwujudnya ketertiban dan
kepastian hukum dalam pemanfaatan hutan sehingga menjamin
diperolehnya manfaat yang sebesar-besarnya dari hutan yang berfungsi
serbaguna dan didayagunakan secra lestari.
Pengukuhan hutan bertujuan untuk terwujudnya kepastian hukum
mengenai status, batas dan luas wilayah hutan. Penatagunaan hutan
bertujuan:
a. Terselenggaranya perencanaan, pemanfaatan, pengendalian
pemanfaatan hutan sesuai fungsinya secara serbaguna dan
berkelanjutan bagi berbagai kegiatan pembangunan yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai
rencana tata guna hutan yang telah ditetapkan.
b. Terselenggaranya pemanfaatan hutan yang berwawasan lingkungan di
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
c. Terwujudnya tertib pemanfaatan hutan yang meliputi peruntukan,
penyediaan, pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan hutan.
d. Terwujudnya kepastian hukum untuk menggunakan hutan bagi
masyarakat yang mempunyai hubungan hukum dengan hutan.
3. Penataan Hutan
Penataan hutan adalah kegiatan penataan ruang hutan sebagaimana
dipersyaratkan oleh prinsip pengelolaan hutan lestari didasarkan atas
identifikasi areal dan kualitas lahan dari suatu areal kerja pengusahaan
9. 9
hutan agar terselenggara kegiatan pengelolaan hutan yang lestari, efisien
dan berwawasan lingkungan. Berdasarkan kegiatan penataan hutan dapat
disusun rencana karya yang meliputi penanaman hutan, pemeliharaan
hutan, pemungutan hasil hutan dan pemasaran hasil hutan.
Tujuan penataan hutan adalah untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang potensi dan keadaan hutan serta menentukan cara pengaturan
pemanfaatan dan pembinaannya untuk menjamin azas kelestarian dan hasil
optimum. Penataan hutan dilaksanakan oleh pengelola kesatuan
pengusahaan hutan produksi (KPHP), dengan dapat menggunakan jasa
konsultan dan disahkan oleh Departemen Kehutanan. Kegiatan penataan
hutan terdiri dari invetarisasi hutan, penataan batas, pembagian hutan,
pengukuran dan pemetaan, serta kompartemenisasi.
Hasil dari pemetaan hutan adalah dibuatanya rencana karya
pengusahaan, yaitu suatu dokumen yangg memuat rencana pengelolaan
areal hutan secara lengkap yang meliputi rencana jangka panjang, jangka
mengenah, dan jangka pendek (tahunan). Menurut Peraturan
Pemerintahno. 21 tahun 1970 bab II pasal 3 ayat 3, pemegang
pengusahaan hutan (HPH) wajib membuat rencana karya yang terdiri dari:
a. Rencana karya pengusahaan hutan (RKPH)
b. Rencana karya pengusahaan hutan tanaman industri (RKP-HTI)
c. Rencana karya lima tahun pengusahaan hutan (RKT-PH)
d. Rencana karya tahunan pengusahaan hutan (RKT-PH)
4. Pemetaan Hutan
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi pada suatu bidang
datar yang dibuat secara kartografis menurut proyeksi dan skala tertentu
dengan menyajikan unsur-unsur alam dan buatan serta informasi lain yang
diinginkan. Jenis-jenis peta terdiri dari peta dasar, peta tematik dan peta
kehutanan.
Pemetaan adalah proses penggambaran informasi yang ada di
permukaan bumi mulai dari pengambilan data secara terestris maupun
penginderaan jauh, pengolahan data dengan metode dan acuan tertentu
10. 10
serta penyajian data berupa peta secara manual ataupun digital. Tujuan
pemetaan hutan adalah untuk membuta atau mengadakan peta dasar
maupun peta tematik sebagai salah satu dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan khususnya di bidang kehutanan.
Salah satu teknologi untuk mendukung pemetaan adalah Sistem Informasi
Geografis (SIG). SIG digunakan untuk membentuk basis data kehutanan
yang mantap sebagai bahan pengambilan keputusan kebijakan yang
berkaitan dengan areal atau kawasan hutan. Dengan adanya SIG maka data
daan informasi kehutanan baik yang bersifat deskriptif maupun
numerik/angka akan tertata dengan baik dan terpetakan secara rapi
menggunakan teknologi digital, serta mempergunakannya secara akurat
dan cepat untuk keperluan analisis.
Prosedur input data secara digital dala SIG adalah:
a. Persiapan, yang meliputi pengecekan peta, pengecekan antar lembar
peta, mempersiapkan titik ikat beserta koordinat, pemilahan layer,
menyiapkan kodifikasi pada setiap layer, dan penyiapan sistematika
penyimpanan coverage.
b. Digitasi, dengan metode streamline atau metode point.
c. Edgematching atau penyambungan sisi peta yang satu dengan sisi peta
lainnya.
d. Editing, untuk mengkoreksi poligon dan garis, penyusunan topologi,
dan pengecekan label error.
e. Atributing, yaitu memasukkan data non-spasial yang berkaitan dengan
kodifikasi penampakan (legenda
11. 11
C. Profil Hutan Pendidikan Bengo-Bengo
Bengo-bengo adalah sebuah kawasan hutan alami yang menjadi salah
satu objek wisata petualangan di Sulawesi Selatan. Berjarak 40 km dari kota
Makassar dan lokasinya yang sangat dekat dari jalan poros Maros – Camba
sehingga mudah dijangkau. Berada ditempat yang strategis membuat hutan
Bengo-bengo menjadi destinasi yang populer.
Daya tarik keindahan alam dan beragam satwa langkanya yang selama
ini diperuntukkan untuk internal akademik, kini sudah mampu memikat
kalangan para pelancong dari dalam maupun luar negeri untuk datang
mengeksplorasinya. Hutan Bengo-bengo adalah hutan pendidikan yang
dikelola Universitas Hasanuddin sejak tahun 1980 dengan luas areal 1300 ha.
Kawasan Hutannya rimbun dengan berbagai jenis pepohonan yang di
dominasi pohon pinus tinggi menjulang dengan hawa sejuk khas pegunungan.
Hutan Bengo-bengo menyimpan potensi alam yang luar biasa
pesonanya hingga membuat para penggemar wisata yang mengunjunginya
akan dibuat takjub dan terkagum-kagum. Pemandangan hutan pinusnya
eksotik, tertata rapi menampilkan murninya keasrian romantis hutan tropis.
Kontur alamnya berbukit-bukit landai dan hampir seluruh permukaannya
ditutupi rumput tebal. Terdapat pula satwa-satwa liar yang berkembang biak
dengan baik antara lain jenis monyet langka, Macaca maura dan Tarsius,
monyet terkecil didunia. Pada sisi dalam wilayah hutannya, akan banyak
dijumpai interior alami yang menakjubkan.
Terdapat tiga sumber air jeram yang mengalir deras membelah hutan
antara lain Air Terjun tiga susun, Air Terjun Palanro dan Telaga bidadari.
Untuk menikmati keragaman potensi hutan Bengo, butuh waktu setidaknya 4-
5 hari untuk menjelajahi batas-batas hutannya.
1. Dasar Hukum Penetapan Hutan Pendidikan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan
oleh Fakultas Kehutanan, luas Hutan Pendidikan Unhas Bengo-Bengo
adalah ± 1300 ha dengan pembagian wilayah kedalam tiga blok yaitu blok
I 397 ha, Blok II seluas 457 ha, dan Blok III seluas 466 ha. Antara blok
12. 12
yang satu dengan blok yang lain dibatasi oleh jalan setapak yang kelak
akan direncanakan menjadi jalan induk dan batas alam. Status hukum
hutan pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK
86/Menhut–II/2005 tentang perubahan keputusan Direktorat Jenderal
Kehutanan Nomor 063/Kpts/BS/1/1980 tanggal 31 maret 1980 tentang
Penunjukan Areal Hutan di Sekitar Sungai Camba Seluas 1.300 ha
sebagai Hutan Pendidikan, menjadi penunjukan kawasan hutan lindung
dan kawasan hutan produksi tetap seluas 1.300 ha di Kabupaten Maros,
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus
untuk menjadi hutan pendidikan Universitas Hasanuddin, ditetapkan di
Jakarta,tanggal 4 Maret 2005.
2. Luas Dan Letak Hutan Pendidikan Bengo-Bengo
Hutan pendidikan Bengo-Bengo termasuk dalam kawasan hutan
Bulusaraung yang berada di Desa Limapoccoe, Kecamatan Cenrana,
Kabupaten Maros atau tepatnya 65 km dari kota Makassar. Ditinjau dari
segi geografisnya, Hutan Pendidikan Bengo-Bengo berada pada altitude
119 43 30o – 119 46 54o BT dan 4 49 5 2o LS
Hutan Pendidikan Bengo-Bengo mempunyai batas-batas sebagai
berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Timpuseng
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Laiya
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kappang
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Balocci(Anonim, 2013).
13. 13
BAB III
METODE PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat
Praktek lapangan Inventarisasi Hutan di laksanakan pada hari Rabu
tanggal 07 s/d Kamis 08 Desember 2016. Praktek lapangan Inventarisasi
Hutan bertempat di Hutan pendidikan Bengo-bengo, Desa Limapoccoe,
Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dunakan pada praktek kali ini adalah
sebagi berikut:
1. Kamera hp
2. Alat tulis
3. Abney Level
C. Cara Kerja
1. Mendokumentasikan tumbuhan hasil pengamatan dengan menggunakan
kamera (HP)
2. Mendata/menulis keadaan fisik lapangan yang ada di kawasan Hutan
Pendidikan Bengo-Bengo.
14. 14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Jenis-jenis tumbuhan
a. Pinus
b. Pulai
c. Pandan
d. Kopi
e. Paku
f. Kadaka
g. Lumut
h. Talas
2. Keadaan umum kawasan hutan pendidikan bengo-bengo
a. Topografi
b. Geologi dan tanah
c. Iklim dan suhu
B. Pembahasan
1. Jenis-jenis tumbuhan yang kami dapat di kawasan hutan pendidikan
bengo-bengo antara lain:
a. Pinus
Gambar, 4. Tanaman Pinus
15. 15
Klasifikasi pinus:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii Jungh.& DeVr
Pohon pinus dapat dimanfaatkan kayunya untuk konstruksi, korek
api, pulp, dan kertas serat panjang, getah pinus juga dapat diolah menjadi
bahan pengencer cat. Ekstrak pohon pinus juga dapat memperlancar
peredaran darah, menghilangkan rasa nyeri di lutut, dan obat untuk
meningkatkan daya ingat pada lanjut usia.
b. Pulai
Gambar, 5. Tumbuhan Pulai
Klasifikasi tanaman pulai:
Kingdom: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Magnoloiphyhita (tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo: Aentianales
Fanili: Aocynaceae
Genus: Alstonia
Species: Alstonia scholaris R.Br.
16. 16
Tnaman pulai adalah tanaman pohon yang berkayu besar yang
sering kita jumpai di sekitar kita. Nama latin tanaman pulai Alstonia
scholaris tanaman pulai mempunyai nama indian Devil tree. Tanaman
pulai ini tersebar di wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara, Autralia
kepulauan Solomon. Ciri-ciri tanaman pulai ini adalah pohon yang
ukurannya besar dengan bentuk daun bersusun melingkar dengan bentuk
daun tersusun melingkar dengan jumlah daun 4-8 helai.
c. Pandan
Ggambar,6. Tumbuhan Pandan
Klasifikasi tumbuhan pandan:
Regnum: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom: Aracheobionta (tumbuhan berembuluh)
Divisi: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu /monokotil)
Ordo: Pandanales
Famili: Pandanaceae
Genus: Andanus
Species: Pandanus
Pandan tumbuh di daerah tropis dan banyak di tanam di halaman
atau kebun. Pandan kandang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa, dan di
tempat tempat yang agak lembab, tumbuh subur dari daerah pantai sampai
daerah yang ketinggiannya mencapai 500 m.dpl. erdu tahunan, tinggi
mencapai 1-2 m.
17. 17
d. Kopi
Gambar,7. Kopi
Klasifikasi kopi:
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliophida
Ordo: Gentinacea
Famili: Rubiaceae
Genus: Coffea
Species: Coffea
Kopi pada awalnya hanya di kenal sebagai semak atau tanaman liar
yang mampu tinggi hingga beberapa meter tingginya. Indonesia
merupakan negara produsen kopi terbesar ke empat di dunia setelah
kolombia. Area pproduksi kopi di indonesia di perkirakan telah mencaai
sekitar 1,3 juta hektare yang terbesar dari pulau sumatra, jawa dan
sulawesi.
e. Paku
Gambar, 8. Tumbuhan paku
18. 18
Klasifikasi tumbuhan paku:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Divisi: pteridohyta (paku-pakuan)
Kelas: pteridopsida
Ordo: cyathheatae
Famili: : cyatheaceae
Genus: cyathea
Species: cyathea sp.
Pterosida (paku sejati) atau pakis meruakan kelompok tumbuhan
paku yang sering kita temukan di berbagai habitat, terutama di tempat
yang lembab. Pteropsida hidup di tanah, air, dan ada juga yang tumbuh di
atas pohon. Pterosida yang hidu di hutan trois sangat beraneka ragam
jenisnya, namun pterosida juga di temukan di daerah beriklim sedang
(subtropis).
f. Kadaka
Gambar,9. Tumbuhan kadaka
Klasifikasi kadaka:
Kingdom: Plantae
Division: Pteridohyta
Class: Polypodiopsida
Ordo: Polypodiales
Family: Aspleniaceae
Genus: Asplenium
Species: Asplenium nidus
19. 19
Tumbuhan ini sekarang sudah dijadikan tanaman hias bagi
sebagian orang. Tanaman hias ini termasuk juga dalam jenis tanaman
pakis. Namun tanaman ini menunyai daun yang lebih besar dan panjang
daripada tanaman akis pada umumnya tanaman ini banyak tumbuh di
hutan. Dulu memang tidak ada harganya, namun sekarang sudah menjadi
tanaman yang paling banyak di buru oleh pencita tanaman hias. Tanaman
ini memiliki bentuk daun yang tebal. Tanaman ini termasuk tanaman khas
indonesia.
g. Tumbuhan lumut
Gambar,10. Tumbuhan lumut
Tumbuhan lumut (bryophyta) merupakan divisi dalam kingdom
plantae. Tumbuhan lumut merupakan kelomok tumbuhan sporophyta
yakni tumbuhan yang berkembang biak dengan spora.meski demikian ,
tumbuhan lumut juga memiliki fase reproduksi dengan game. Oleh karena
itu, tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dari fase spora ke
fase gamet dalam siklus hidunya yang di sebut metagenesis.
20. 20
h. Tumbuhan Talas hutan
Gambar, 11. Talas hutan
Klasifikasi tumbuhan talas:
Kingdom: Plantae (tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (tumbuhan yang memiliki bunga)
Famili: Araceae (talas-talasan)
Genus: Kanthosoma
Species: Kanthosoma sagitifolium L.
3. Keadaan umum kawasan hutan pendidikan bengo-bengo
a. Topografi
Menurut letaknya, kawsan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo berada
pada ketinggian 400-600 m diatas permukaan laut dengan kedalaman
lapang berbukit, berombak, bergelombang dan bergunung-gunung.
Topografi Hutan Pendidikan Bengo-Bengo secara garis besar terdiri
dari 4 topografi, yaitu:
1. Berombak, dengan kemiringan 3-10%
2. Bergelombang, dengan kemiringan 10-30%
3. Berbukit-bukit, dengan kemiringan 30-50%
4. Bergunung-gunung, yang terletak pada daerah bagian utara sampai
dengan selatan.
21. 21
b. Geologi dan Tanah
Menurut peta tanah, ditinjauan Provinsi Sulawesi Selatan (LPT
Bogor, 1967), bahwa jenis tanah yang terdapat pada wilayah
kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros adalah sebagai berikut :
1) Alluvial kelabu, dengan bahan induk endapan liat terdapat pada
daerah datar dan bergelombang disekitar sungai camba.
2) Litosol, dengan bahan induk batuan gamping da tufa alkali terdapat
pada topografi berbukit sampai bergunung.
3) Mediteran coklat, regosol dan litosol, dengan bahan induk tufa dan
batuan alkali, terdapat pada topografi berbukit sampai bergunung.
c. Iklim Dan Suhu
Tipe iklim di Indonesia diklasihikasikan oleh Schmid dan
Fergusson atas dasar perbandingan rata-rata jumlah bulan basah
dengan kategori :
1) Bulan kering = rata-rata curah hujan < 60mm/bulan
2) Bulan lembab = rata-rata curah hujan 60-100mm/bulan
3) Bulan basah = rata-rata curah hujan diatas 100 mm/bulan
Faktor untuk menentukan tipe iklim yang penting adalah curah
hujan dalam 10 tahun terakhir. Schmid dan fergusson (1980)
mengklasifikasikan tipe iklim di Indonesia berdasarkan perbandingan
bulan kering dan bulan basah yang sering dinyatakan dalam nilai Q
dalam persen (%).
Nilai Q dalam persen (%) untuk masing-masing tipe iklim di
Indonesia digolongkan sebagai berikut :
1) Tipe iklim A = 0-14,3%
2) Tipe iklim B = 14,3-33,3%
3) Tipe iklim C = 33,3-60%
4) Tipe iklim D = 60-100%
5) Tipe iklim E = 100-167%
6) Tipe iklim F = 167-300%
22. 22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan perencanaan kehutanan adalah untuk mewujudkan
penyelenggaraan bidang kehutanan yang efektif dan efisien agar supaya
mencapai menfaat fungsi hutan yang optimum dan lestari.
Jenis-jenis tumbuhan yang kami data di antaranya adalah Pinus, Pulai,
Pandan, Kopi, Paku, Kadaka, Lumut dan Talas sadangkan keadaan umum
kawasan hutan pendidikan bengo-bengo sangat baik dan terawat. Topografi
Hutan Pendidikan Bengo-Bengo secara garis besar terdiri dari 4 topografi,
yaitu Berombak, dengan kemiringan 3-10%, Bergelombang, dengan
kemiringan 10-30% Berbukit-bukit, dengan kemiringan 30-50% dan
Bergunung-gunung, yang terletak pada daerah bagian utara sampai dengan
selatan.
Geologi dan Tanah Menurut peta tanah, jenis tanah yang terdapat pada
wilayah kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros adalah sebagai berikut :
1. Alluvial kelabu, dengan bahan induk endapan liat terdapat pada daerah
datar dan bergelombang disekitar sungai camba.
2. Litosol, dengan bahan induk batuan gamping da tufa alkali terdapat pada
topografi berbukit sampai bergunung.
3. Mediteran coklat, regosol dan litosol, dengan bahan induk tufa dan batuan
alkali, terdapat pada topografi berbukit sampai bergunung
B. Saran
1. Untuk kelancaran praktikum berikutnya sebaiknya fasilitas seperti alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar hasil yang
diperoleh dalam pengambilan data lebih maksimal dan kesalahan dalam
pengambilan data juga dapat berkurang.
2. Sebaiknya disediakan penuntun praktikum agar praktikum dapat berjalan
dengan maksimal dan juga di beri petunjuk ataupun format dalam
pembuatan laporannya agar mudah dan cepat dalam penyusunannya.
23. 23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Profil Hutan Pendidikan dan letak Hutan Pendidikan
http://unhas.ac.id/fahutan/file///D=%36/hutan pendidikan Bengo-bengo,
diakses pada tanggal 10 januari
Anonim, 2012. Penatapan hutan pendidikan bengo ditetapkan oleh Derjen
No . 86 / menhut 11/ Dirjen kehutanan. pada tanggal 13 Maret 1980
Rahmawaty.2006. Perencanaan Pengelolaan Hutan di Indonesia. USU
Repository. Medan.
Samsuri. 2003. Panduan Praktek Umum Kehutanan 2003. Program Ilmu
Kehutanan USU. Medan.
Zaitunah, A., 2004. Perencanaan Pengelolaan Hutan dalam Panduan Praktik
Umum Kehutanan (PUK) 2004. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
USU. Medan.