Dokumen tersebut merupakan modul praktikum mikrobiologi dan imunologi penyakit infeksi yang membahas dua praktikum yaitu tes presipitasi lateral flow untuk mendeteksi antibodi IgM Salmonella Typhi dan tes aglutinasi MLPA untuk mendeteksi antibodi IgM Mycobacterium leprae. Dua praktikum tersebut menggunakan prinsip reaksi antara antigen spesifik dengan antibodi untuk diagnosis penyakit.
Coombs' test adalah tes antiglobulin yang digunakan untuk mendeteksi antibodi dan komponen komplemen yang melekat pada sel darah merah. Tes ini terdiri atas Direct Antiglobulin Test untuk mendeteksi adanya antibodi atau komplemen in vivo, dan Indirect Antiglobulin Test untuk mendeteksi antibodi bebas dalam serum secara in vitro. Prinsipnya adalah menggunakan antihuman globulin untuk mengaglutinasi sel darah merah yang telah terlekati antibodi atau
Dokumen tersebut membahas tentang beta HCG dan progesteron. Beta HCG adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan dan digunakan untuk mendeteksi kehamilan dini. Progesteron diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta, dan berperan dalam perubahan endometrium dan ovulasi. Kedua hormon ini diuji menggunakan metode kompetitif atau sandwich ELISA untuk mengevaluasi kehamilan, kanker, dan fungsi ovarium
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan ANA dengan metode imunofluoresens indirek. Metode ini digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis antibodi antinuklear yang ada dalam serum pasien dengan pola fluoresensi nukleus berupa homogen, perifer, bercak atau nukleolar. Teknik TITERPLANE dari EUROIMMUN digunakan untuk standardisasi pemeriksaan ini dengan menggunakan substrat HEp-20-10 dan hati primata serta dil
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis leptospirosis. Terdapat beberapa metode seperti pemeriksaan langsung, kultur, serologi, dan molekular. Pemeriksaan serologi seperti MAT dan Dri-Dot merupakan metode utama untuk diagnosis. PCR juga dapat digunakan untuk diagnosis awal sebelum terbentuknya antibodi.
1. Isolasi plasmid dari bakteri E. coli untuk menentukan urutan DNA sisipan.
2. Metode isolasi plasmid meliputi kultur bakteri, sentrifugasi, lisis sel, dan ekstraksi DNA plasmid.
3. Urutan DNA sisipan dianalisis menggunakan tabel kode genetik untuk mendapatkan asam amino.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip dan metode pemeriksaan parameter hematologi seperti hemoglobin, hitung jumlah sel darah, laju endap darah, dan hematokrit menggunakan berbagai alat dan reagen. Dokumen ini juga menjelaskan rujukan nilai normal hasil pemeriksaan parameter hematologi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Coombs' test adalah tes antiglobulin yang digunakan untuk mendeteksi antibodi dan komponen komplemen yang melekat pada sel darah merah. Tes ini terdiri atas Direct Antiglobulin Test untuk mendeteksi adanya antibodi atau komplemen in vivo, dan Indirect Antiglobulin Test untuk mendeteksi antibodi bebas dalam serum secara in vitro. Prinsipnya adalah menggunakan antihuman globulin untuk mengaglutinasi sel darah merah yang telah terlekati antibodi atau
Dokumen tersebut membahas tentang beta HCG dan progesteron. Beta HCG adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan dan digunakan untuk mendeteksi kehamilan dini. Progesteron diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta, dan berperan dalam perubahan endometrium dan ovulasi. Kedua hormon ini diuji menggunakan metode kompetitif atau sandwich ELISA untuk mengevaluasi kehamilan, kanker, dan fungsi ovarium
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan ANA dengan metode imunofluoresens indirek. Metode ini digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis antibodi antinuklear yang ada dalam serum pasien dengan pola fluoresensi nukleus berupa homogen, perifer, bercak atau nukleolar. Teknik TITERPLANE dari EUROIMMUN digunakan untuk standardisasi pemeriksaan ini dengan menggunakan substrat HEp-20-10 dan hati primata serta dil
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis leptospirosis. Terdapat beberapa metode seperti pemeriksaan langsung, kultur, serologi, dan molekular. Pemeriksaan serologi seperti MAT dan Dri-Dot merupakan metode utama untuk diagnosis. PCR juga dapat digunakan untuk diagnosis awal sebelum terbentuknya antibodi.
1. Isolasi plasmid dari bakteri E. coli untuk menentukan urutan DNA sisipan.
2. Metode isolasi plasmid meliputi kultur bakteri, sentrifugasi, lisis sel, dan ekstraksi DNA plasmid.
3. Urutan DNA sisipan dianalisis menggunakan tabel kode genetik untuk mendapatkan asam amino.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip dan metode pemeriksaan parameter hematologi seperti hemoglobin, hitung jumlah sel darah, laju endap darah, dan hematokrit menggunakan berbagai alat dan reagen. Dokumen ini juga menjelaskan rujukan nilai normal hasil pemeriksaan parameter hematologi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Teks tersebut membahas tentang metode hitung bakteri secara kualitatif yaitu metode Most Probable Number (MPN) untuk menghitung jumlah bakteri koliform. Metode ini terdiri dari 3 langkah yaitu uji pendugaan, penguatan, dan lengkap dengan menggunakan medium tertentu dan Tabel Hopkins untuk menentukan indeks MPN.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum mengenai kuantitasi mikroba dengan metode hitungan cawan yang dilakukan oleh mahasiswa farmasi. Tujuan praktikum adalah mempelajari prosedur hitungan cawan untuk menghitung jumlah mikroba pada sempel minuman teh. Hasilnya menunjukkan angka lempeng total sebesar 300.000.000 koloni per gram yang dihitung berdasarkan hasil penghitungan koloni pada ketiga peng
Dokumen tersebut membahas tentang alur diagnosis dan pengobatan TB RO di Indonesia. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain:
1. Pemeriksaan laboratorium seperti TCM, biakan, dan uji kepekaan obat merupakan hal kritis untuk mendiagnosis dan menentukan hasil akhir pengobatan pasien TB RO
2. Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis TB RO seperti mikroskopis, molekuler, biakan, dan
Dokumen tersebut membahas tentang metode penghitungan jumlah bakteri menggunakan counting chamber dan hemositometer. Metode tersebut digunakan untuk menghitung jumlah sel secara cepat terutama untuk konsentrasi sel yang rendah. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur penggunaan counting chamber dan hemositometer beserta kelebihan dan kekurangannya.
Dokumen tersebut menjelaskan pentingnya memiliki laboratorium khusus untuk pengujian sensori. Laboratorium tersebut perlu memiliki kondisi yang bersih, tenang dan nyaman agar tidak mempengaruhi respon manusia sebagai panelis. Faktor-faktor lingkungan seperti pencahayaan, suhu, kelembaban, dan isolasi dari gangguan luar perlu dikendalikan. Tata letak ruangan juga perlu diatur agar proses pengujian berjalan efektif.
Pengamatan meiosis sel-sel anther gandum untuk mempelajari proses pembentukan sel gamet jantan melalui pembelahan sel. Sel-sel anther mengalami meiosis untuk membentuk mikrogametofit yang merupakan sel gamet jantan dari tanaman.
Tutor Kimia Klinik membahas prosedur quality control untuk pemeriksaan urinalisis, termasuk parameter yang diperiksa, reagen yang digunakan, dan cara interpretasi hasilnya. Dokumen ini juga menjelaskan penggunaan bahan kontrol untuk memastikan akurasi hasil tes.
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfDdokebi18
Buku penuntun praktikum Imunoserologi II ini memberikan panduan lengkap tentang 8 materi praktikum, meliputi pemeriksaan RPR, TPHA, ELISA untuk Dengue dan HBsAg, serta pemeriksaan HIV menggunakan ELISA dan imunokromatografi. Buku ini disusun untuk membantu mahasiswa mempelajari materi praktikum secara mandiri sesuai kurikulum.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Teks tersebut membahas tentang metode hitung bakteri secara kualitatif yaitu metode Most Probable Number (MPN) untuk menghitung jumlah bakteri koliform. Metode ini terdiri dari 3 langkah yaitu uji pendugaan, penguatan, dan lengkap dengan menggunakan medium tertentu dan Tabel Hopkins untuk menentukan indeks MPN.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum mengenai kuantitasi mikroba dengan metode hitungan cawan yang dilakukan oleh mahasiswa farmasi. Tujuan praktikum adalah mempelajari prosedur hitungan cawan untuk menghitung jumlah mikroba pada sempel minuman teh. Hasilnya menunjukkan angka lempeng total sebesar 300.000.000 koloni per gram yang dihitung berdasarkan hasil penghitungan koloni pada ketiga peng
Dokumen tersebut membahas tentang alur diagnosis dan pengobatan TB RO di Indonesia. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain:
1. Pemeriksaan laboratorium seperti TCM, biakan, dan uji kepekaan obat merupakan hal kritis untuk mendiagnosis dan menentukan hasil akhir pengobatan pasien TB RO
2. Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis TB RO seperti mikroskopis, molekuler, biakan, dan
Dokumen tersebut membahas tentang metode penghitungan jumlah bakteri menggunakan counting chamber dan hemositometer. Metode tersebut digunakan untuk menghitung jumlah sel secara cepat terutama untuk konsentrasi sel yang rendah. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur penggunaan counting chamber dan hemositometer beserta kelebihan dan kekurangannya.
Dokumen tersebut menjelaskan pentingnya memiliki laboratorium khusus untuk pengujian sensori. Laboratorium tersebut perlu memiliki kondisi yang bersih, tenang dan nyaman agar tidak mempengaruhi respon manusia sebagai panelis. Faktor-faktor lingkungan seperti pencahayaan, suhu, kelembaban, dan isolasi dari gangguan luar perlu dikendalikan. Tata letak ruangan juga perlu diatur agar proses pengujian berjalan efektif.
Pengamatan meiosis sel-sel anther gandum untuk mempelajari proses pembentukan sel gamet jantan melalui pembelahan sel. Sel-sel anther mengalami meiosis untuk membentuk mikrogametofit yang merupakan sel gamet jantan dari tanaman.
Tutor Kimia Klinik membahas prosedur quality control untuk pemeriksaan urinalisis, termasuk parameter yang diperiksa, reagen yang digunakan, dan cara interpretasi hasilnya. Dokumen ini juga menjelaskan penggunaan bahan kontrol untuk memastikan akurasi hasil tes.
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfDdokebi18
Buku penuntun praktikum Imunoserologi II ini memberikan panduan lengkap tentang 8 materi praktikum, meliputi pemeriksaan RPR, TPHA, ELISA untuk Dengue dan HBsAg, serta pemeriksaan HIV menggunakan ELISA dan imunokromatografi. Buku ini disusun untuk membantu mahasiswa mempelajari materi praktikum secara mandiri sesuai kurikulum.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Salmonella adalah bakteri gram negatif penyebab penyakit seperti tifus dan penyakit makanan. Bakteri ini ditemukan pada tahun 1885 dan dinamai dari Daniel Salmon. Uji laboratorium seperti kultur, serologi, dan PCR digunakan untuk mendeteksi Salmonella. Prosedur semi-kuantitatif Widal test digunakan untuk mendeteksi antibodi Salmonella melalui reaksi antara antigen dan antibodi yang menghasilkan perubahan warna dan butiran agglutinasi
Uji silang serasi atau crossmatch merupakan serangkaian tes yang dilakukan sebelum transfusi darah untuk memastikan kecocokan antara darah donor dan penerima serta mendeteksi kemungkinan adanya antibodi yang dapat mengurangi umur hidup sel darah donor atau bahkan merusaknya. Tes ini bertujuan mencegah terjadinya reaksi transfusi dan memberikan manfaat maksimal dari transfusi untuk pasien. Ada beberapa metode crossmatch, yaitu mayor (ant
Dokumen ini menjelaskan prosedur pemeriksaan kompatibilitas darah antara donor dan penerima melalui tes silang yang terdiri dari 4 fase, yaitu: (1) aglutinasi darah donor dan plasma penerima, (2) penambahan albumin sapi, (3) penambahan Coombs serum, (4) penambahan sel kontrol Coombs. Tes ini digunakan untuk mengetahui kecocokan golongan darah dan keberadaan antibodi di darah donor dan penerima sebelum transf
Metode CMIA adalah modifikasi dari ELISA yang menggunakan konjugat akridinium dan mikropartikel paramagnetik. CMIA memiliki sensitivitas tinggi untuk mendeteksi berbagai analit seperti antigen virus, metabolit, dan penanda tumor. CMIA cocok untuk pemeriksaan skrining massal meskipun membutuhkan peralatan khusus dan biaya yang lebih tinggi.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut memberikan instruksi lengkap tentang prosedur pemeriksaan imunologi untuk mendeteksi berbagai penyakit menular seperti demam berdarah dengue, sifilis, salmonella, leptospira, dan COVID-19 dengan menggunakan metode uji cepat antigen dan antibodi.
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s testDewi Fitriani
Dokumen tersebut membahas tentang tes Coombs yang digunakan untuk mendeteksi antibodi pada darah pasien sebelum transfusi. Tes ini dilakukan secara langsung dengan mendeteksi antibodi pada permukaan eritrosit atau secara tidak langsung dengan mendeteksi antibodi di serum menggunakan eritrosit O sebagai pembawa. Tes ini penting untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan darah akibat keberadaan antibodi.
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...Farida Lukmi
Praktikum ini melibatkan penghitungan mikroba secara tidak langsung dengan metode hitungan cawan dan secara langsung menggunakan alat haemocytometer. Pengenceran berseri dilakukan untuk memperoleh konsentrasi bakteri yang tepat dihitung. Hasil penghitungan menunjukkan jumlah koloni dan spora bakteri yang berbeda pada setiap kelompok dan season.
Similar to Penuntun Praktikum Imunologi (Daring).pdf (20)
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
1. PENUNTUN DAN LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
IMMUNOLOGI PENYAKIT INFEKSI
Prof. dr. Mochammad Hatta, Ph.D.,Sp.MK. (K)
BAGIAN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2. 1
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
KARTU KONTROL
SISTIM IMUNOLOGI
Nama : Foto
NIM :
Kelompok :
R e g u :
Praktikum I Tanggal
Praktikum II Tanggal
3. 2
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
PERATURAN PRAKTIKUM
1. Selama berjalannya praktikum secara daring, mahasiswa wajib tetap
menyalakan kamera video dan mematikan mikropon, mikropon nanti
dinyalakan ketika interaktif
2. Disediakan oleh mahasiswa :
a. Baju praktikum yang harus dipakai selama praktikum secara
daring
b. Modul penuntun dan laporan yang dicetak secara mandiri
3. Selesai Praktikum secara daring :
a. Tanyakan hal yang belum jelas tentang materi praktikum
b. Isi halaman identitas (hal.1) pada modul
c. Jawab pertanyaan pada modul (hal.9 & hal.13) dengan tulisan
tangan.
d. Pindai atau foto halaman yang diisi tadi (Hal.1,9,&13) lalu
kirimkan ke admin lab (alamat email menyusul)
e. Modul hasil pindai atau foto dikirim selambat-lambatnya 1 hari
sebelum ujian praktikum sebagai syarat untuk mengikuti ujian
praktikum
SELAMAT MENGIKUTI PRAKTIKUM
4. 3
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
PRAKTIKUM I
TES PRESIPITASI LATERAL FLOW
TUJUAN :
Mendeteksi adanya presipitasi yang terjadi akibat reaksi antigen spesifik
dari Salmonella enteritica serovar typhi (Lypopolysacharida /LPS)
dengan antibodi IgM penderita dari serum penderita demam tifoid
dengan menggunakan lateral flow .
PRINSIP KERJA :
Typhoid lateral flow adalah test imunokromatografi dengan satu langkah.
Antigen yang digunakan adalah Lipopolisacharida (LPS) dari bakteri
Salmonella enteritica serovar typhi hasil isolasi dari penderita demam
tifoid di Makassar.
LPS dari hasil kultur dilewatkan pada garis didalam porus dari kertas
nitroselulosa pada daerah strip untuk test serum. Pemeriksaan ini
menggunakan reagen detetion yang telah dikeringkan didalam alat test
tersebut. Reagen sebagai alat deteksi terdiri dari anti-human antibodi
yang dilabel dengan partikel “red colloidal gold”. Test Salmonella IgM
lateral flow menggunakan anti-human IgM antibodi dan LPS Salmonella
enteritica serovar Typhi IgM dengan antihuman IgM antibodi. Untuk
melakukan test ini digunakan sampel spesimen berupa serum yang
diletakkan dalam tempat lubang sampel. Cairan “running solution”
ditambahkan untuk mencairkan reagen deteksi dan membawa molekul
5. 4
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
serum. Selanjutnya reagen deteksi akan melalui porus membran pada
daerah test.
Antibodi dalam serum yang spesifik untuk Salmonella serovar typhi akan
melekat dengan antigen LPS dan antibodi ini akan diwarnai dengan
adanya reagen deteksi. Adanya antibodi IgM yang spesifik terhadap LPS
Salmonella enteritica serovar Typhi akan terlihat garis berwarna merah di
daerah test pada test Salmonella Lateral flow. Hasil akhir akan
menunjukkan garis berupa pita merah akan terlihat didaerah test pada
test Salmonella lateral flow. Bila sampel serum tidak mengandung
antibodi IgM Salmonella serovar Typhi yang spesifik maka sampel akan
melewati daerah test dan tidak akan memperlihatkan warna merah pada
daerah test. Semua sampel akan memperlihat warna merah pada daerah
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa reagen deteksi masih aktif dan hasil
akan akurat.
BAHAN :
Reagen yang digunakan dalam tes lateral flow ini adalah ;
1. Paket Lateral flow
2. Cairan Running buffer
3. Pipet untuk running buffer (130 ul per sampel)
4. Lateral flow terdiri dari : Strip putih yaitu pita antigen (lower band),
internal kontrol (upper band).
6. 5
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
CARA KERJA :
- Buka bungkus test typhoid lateral flow dan letakkan mendatar
dengan permukaan pada bagian atas lubang untuk memasukkan
sampel.
- Siapkan kapas alkohol, autoklik dan pipet kapiler
- Disinfeksi ujung jari dengan kapas alkohol
- Tusuk jari dengan posisi vertical menggunakan autoklik
- Darah yang keluar diisap dengan menggunakan pipet kapiler (±5 µl)
- Masukkan darah kedalam lubang dengan menempelkan ujung pipet
- Tambahkan 130 ul atau 5 tetes cairan “running buffer”
- Biarkan 10 - 15 menit dan lihat perubahan pada daerah test dan
daerah kontrol
- Bila muncul pita berwarna merah pada daerah kontrol dan/atau
daerah test, terang warna yang terjadi semakin menuju kearah nilai
positip tinggi.
7. 6
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
Pemeriksaan ini menggambarkan 5 : 130 larutan serum dalam running
buffer deteksi dan reagen deteksi pada kertas nitroselulose. Pewarnaan pita
antigen menggambarkan IgM antibodi spesifik S. typhi dalam serum sampel.
Pita horisontal kontrol untuk mencek integritas dari reagen deteksi.
Prinsip tes adalah terjadinya ikatan antara antibodi IgM spesifik
dengan LPS dari Salmonella enteritica serovar Typhi sebagai antigen
spesifik tifoid. Ikatan antibodi IgM spesifik pada reaksi non enzymatik dengan
antibodi IgM manusia yang bersifat stabil. Pada tes ini dilakukan
pencampuran 5 µl serum dengan 130 µl running buffer dengan melewatkan
pada kertas nitroselulose dan ditunggu selama 10 – 15 menit.
Reaksi positif akan terlihat warna merah pada pita antigen (pita
bawah) intensitas warna dapat memberikan nilai semi kuantitatif, tidak
berwarna berarti negative (-) dan merah kabur (1+), merah sedang (2+ / 3+),
merah jelas (4+) (lihat gambar 1).
8. 7
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
Gambar 1. Prinsip pemeriksaan Typhoid Lateral Flow
Gambar 2. Hasil pemeriksaan Typhoid Lateral Flow
C
T
+4 +3 +2 +1 - Invalid
9. 8
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
1. Jelaskan bagaimana proses terjadinya reaksi pada Typhoid Lateral flow
2. Sebutkan manfaat dari tes Typhoid Lateral flow
3. Jelaskan perbedaan antara tes Typhoid Lateral flow dengan MLPA tes
10. 9
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
PRAKTIKUM II
TES AGLUTINASI MLPA (MYCOBACTERIUM LEPRAE
PARTICLE AGGLUTINATION) KUALITATIF
TUJUAN :
Menentukan adanya aglutinasi/pengumpalan yang terjadi akibat reaksi
antara antigen yang spesifik Mycobacterium leprae (Phenolic Glycolipid-
1/PGL-1) dengan imunoglobulin M (IgM) dari serum penderita yang
menderita kusta / lepra.
BAHAN DAN ALAT :
a. Microplate yang setiap pelatnya berisi 96 buah sumur kecil berbentuk U
dan yang dipakai 3 buah sumur untuk setiap pemeriksaan qualitatif.
b. Micropipet serta multipipet dengan tips berbagai ukuran
c. Reading mirror
d. Kit MLPA lengkap yang terdiri atas :
1. Dropper yang setiap tetesnya setara dengan 25 ul
2. Reconstituting solution
3. Serum diluent
4. Sensitized particles yang berisi NT-P-BSA (Antigen semisintetik)
5. Unsensitized particles / kontrol negatif
6. Positive control
11. 10
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
Tes kualitatif dilakukan berturut sebagai berikut :
Sebelum tes dilakukan terlebih dahulu dibuat resgeansia dari KIT MLPA
yang telah tersedia, dengan membuat larutan homogen untuk tiap vial yang
berisi sensitized particle, control particle dan positif control dengan
reconstituting solution. Reagensia didiamkam selama 30 menit sebelum
digunakan.
1. Teteskan 75 ul (tiga tetes) zat pelarut serum (serum diluent) pada sumur
pertama dan masing-masing 25 ul (satu tetes) pada sumur kedua dan
ketiga.
2. Tambahkan 25 ul serum penderita pada sumur pertama dan dicampur
sampai larutan merata sehingga sumur pertama mengalami pengenceran
menjadi 1 : 4
3. Kemudian ambillah 25 ul larutan dari sumur pertama dan campurkan ke
sumur kedua sampai merata, selanjutnya ambil lagi 25 ul dari larutan
sumur kedua lalu tambahkan ke sumur ketiga dan campurlah sampai
merata. Pengenceran ini menghasilkan larutan serum di sumur kedua
menjadi 1 : 8 dan disumur ketiga menjadi 1 : 16.
4. Kemudian ke dalam sumur kedua ditambahkan 25 ul partikel kontrol
(unsensitized particle control ) sedangkan ke dalam sumur ketiga
ditambahkan 25 ul sensitized particle yang menghasilkan larutan serum 1
: 16 di sumur kedua dan larutan serum 1 : 32 di sumur ketiga.
5. Setelah proses tersebut selesai, maka pelat didiamkan pada suhu kamar
atau dalam lemari inkubator selama 2 jam.
6. Setelah 2 jam hasil tes dibaca dan hasil yang positif pada sumur ketiga
12. 11
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
1 2 3
A
C
B
D
Prosedur kerja
Well No. 1 2 3
Serum Diluent (ul) 75 25 25
Serum specimen (ul) 25 25 25
Serum dilution (Ratio) 1/4 1/8 1/16
Unsensitized particle (ul) - 25 -
Sensitized particle (ul) - - 25
Final dilution 1/16 1/32
HASIL PENGAMATAN
Buang
POSITIF
NEGATIF
INVALID
INVALID
13. 12
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
Tugas
1. Jelaskan dasar dari pemeriksaan MLPA ini
2. Jelaskan antigen yang dipakai dalam pemeriksaan MLPA ini
3. Jelaskan perbedaan antara pemeriksaan dengan cara ELISA dan MLPA
14. 13
UNTUK PENGGUNAAN KALANGAN SENDIRI
Kepustakaan:
1. Mochammad Hatta, Marga D.A Goris, Evy Heerkens, George C
Gussenhoven, Jairo Goosken, Henk L Smits. Simple dipstick assay for
the detection of Salmonellla typhi-specific immunoglobulin M antibodies
and the evolution of the immune response in patients with typhoid fever
American J. Tropical Medicine and Hygiene. vol 66, no,4, hal 416-
421 (2002).
2. Mochammad Hatta, Mubin Halim, Theresia Abdoel, Henk L. Smits.
Antibody response in typhoid fever in endemic Indonesia and relevance
of serology and culture to diagnosis. Southeast Asian Journal of
Tropical Medicine and Public Health. vol 33 no, 4, hal 182-191 (2002)
3. Mochammad Hatta, Shinzo Izumi and Paul R Klatser. Evaluation of
the Mycobacterium leprae Particle Agglutination test as tool in the
epidemiology of leprosy in high prevalence village in South Sulawesi,
Indonesia. South-east Asia J. Tropical Medicine and Hygiene, vol
26, no.4 hal 631-635, Desember (1995).
4. Mochammad Hatta, Rob Pastoor, Theresia H. Abdoel, Henk L. Smits.
Simple, rapid and affordable point-of-care test for the serodiagnosis of
typhoid fever. J. Diagnostic Microbiology and Infectious Disease.
Vol 61 (2) : 129-134, Feb (2008).