SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
TES MAKROSKOPIKDAN MIKROSKOPIK
CAIRAN OTAK
Hairul Anwar
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMUH
I. PENDAHULUAN
Cairan Otak :
- Dibentuk oleh pleksus koroideus yang
terdapat pada ventrikel
- Melalui proses ultrafiltrasi dan sekresi
- Melibatkan transport aktif
- Produksi + 20 ml /jam
- Reabsorpsi oleh vili arachnoid
- Total volume pada dewasa 90-150 ml,
pada neonatus 10-60 ml.
Fungsi Cairan Otak:
- Melindungi jaringan penyokong SSP dari
trauma mekanik
- Regulasi volume TIK
- Sirkulasi, nutrisi, pelepasan hasil
metabolisme di otak
- Lubrikasi SSP
• Cairan otak diperoleh dari punksi lumbal
• Tujuan : diagnostik dan terapi
• Kategori mayor sbg indikasi punksi lumbal:
- meningitis
- perdarahan sub arachnoid
- keganasan atau tumor SSP
- kelainan demyelinasi
• Kontra indikasi absolut untuk punksi lumbal:
- infeksi di tempat punksi dan sekitarnya
- infeksi epidural
- kelainan anatomi di tempat punksi
• Indikasi terapi:
- mengeluarkan darah dari sub arachnoid
- memasukkan obat, bahan kontras,anestesi
spinal
Komplikasi:
- Sakit kepala
- Herniasi batang otak
- Paralisis/Kematian
- Tujuan tes cairan otak:
untuk mengetahui kelainan cairan otak
dapat melalui tes makroskopi, mikroskopi,
kimia dan mikrobiologi.
- Tes Nonne Apelt dan tes Pandy : tes protein
secara kualitatif.
- Tes Pandy menggunakan larutan jenuh fenol dalam air
sebanyak 1 ml ditambahkan 1 tetes cairan otak ,diamati
timbulnya kekeruhanpositif.
- Tes Nonne: Larutan ammoniumsulfat jenuh sebanyak 1
ml + cairan otak 1 ml,diamati timbulnya presipitasi
(cincin putih) pada batas kedua lapisan positif.
- Tes total protein dan glukosa secara kuantitatif harus
menggunakan fotometer atau autoanalyser seperti
Cobas Mira.
• Nilai normal: glukosa 40-70 mg/dL
protein 20-45 mg/ dL.
• Peningkatan kadar protein:
- penyakit organik pada SSP
- meningitis purulenta
- perdarahan sub arachnoid
- penyumbatan (block)
• Kadar glukosa menurun: meningitis purulenta
• Tes makroskopi: warna, kekeruhan, sedimen,
bekuan
• Tes mikroskopi:jumlah dan jenis sel
II. METODE
- Punksi lumbal dilakukan pada ruang
intervertebra lumbal yaitu L3-L4 atau L4-L5.
- Jumlah cairan otak yang diambil sebanyak 10-20
ml, tampung ke dalam 3 tabung kaca yang
transparan dan steril.
– Tabung I : untuk tes kimia, dikirim ke sub bagian
Kimia Klinik
– Tabung II : untuk tes mikroskopi, dilakukan di sub
bagian Cairan Tubuh
– Tabung III: untuk tes mikrobiologi, dikirim ke sub
bagian Mikrobiologi untuk dikultur.
• A. TES MAKROSKOPI
• PRA ANALITIK
– Persiapan pasien : Pasien sebaiknya dalam keadaan
rileks dan diberi penjelasan tentang tahap
pengambilan sampel, tujuan, keuntungan dan resiko
yang mungkin terjadi.
– Persiapan sampel : Hindari sampel warna merah
akibat tindakan punksi.
– Prinsip tes : Membandingkan warna cairan otak
dengan larutan jernih, memeriksa kekeruhan dan
bekuan cairan otak secara langsung.
– Alat : Tabung reaksi
ANALITIK
- Warna
a. Cara kerja
Bandingkan warna pada tabung yang berisi cairan otak
dengan aquadest pada latar belakang kertas putih di
tempat yang terang
b. Nilai rujukan : normal: jernih
- Kekeruhan
a. Cara kerja:
Bandingkan kekeruhan pada tabung yang berisi cairan
otak dengan tabung yang berisi aquadest pada latar
belakang kertas putih di tempat yang terang
b. Nilai rujukan: Tidak ada kekeruhan.
- Bekuan
a. Cara kerja:
Bandingkan bekuan pada tabung
yang berisi cairan otak dengan tabung
yang berisi aquadest pada latar belakang
kertas putih yang terang
b.Nilai rujukan: Tidak ada bekuan
PASCA ANALITIK
Interpretasi:
Warna: coklat  perdarahan kronik
Kuning ikterus atau kadar protein yang tinggi
Abu-abu  ditemukan lekosit dalam jumlah besar
– Kekeruhan:
Derajat kekeruhan:
Agak keruh  bila terdapat > 200 sel /ul
Keruh  meningitis tuberkulosa
Sangat keruh  meningitis bakterial akut
– Bekuan
Bekuan pada cairan otak dapat berbentuk
halus, keping-keping, selaput atau kasar.
B. TES MIKROSKOPI
Menghitung jumlah sel lekosit
Pra analitik
– Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus
– Prinsip tes: Menghitung jumlah sel lekosit cairan otak
menggunakan kamar hitung
– Alat dan bahan: untuk cairan otak yang jernih:
– Pipet pasteur
– Kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup
– Mikroskop
0,2
0,05
1 mm
Tinggi kotak : 1 mm
L : KH. LEKOSIT
EE
E
E E
L
L L
L
Alat dan bahan untuk cairan otak keruh :
– pipet mikro 200 uLdan 20 uL
– pipet Pasteur
– kamar hitung Improved Neubauer dan kaca
penutup
– mikroskop
– larutan Turk pekat
Analitik
- Cara kerja:
a.Untuk cairan otak yang jernih:
Ambil cairan otak dari tabung II dengan pipet
Pasteur,teteskan sebanyak 2 tetes dalam kamar
hitung. Periksa pada mikroskop dengan
pembesaran 45 x.
- Perhitungan:
• Hitung semua sel dalam 9 bidang seluas 9
mm2, tinggi kamar hitung 0,1 mm
• Jumlah lekosit / mm3 :_ n__= 10 x n/ mm3
9 x 0,1 9
n = lekosit dalam kamar hitung
b. Untuk cairan otak keruh:
• Masukkan larutan Turk 180 uL dan cairan
otak 20 uL (pengenceran 10 x) dalam
tabung reaksi. Setelah homogen, teteskan
pada kamar hitung. Hitung semua sel
pada seluruh bidang.
• Jumlah leukosit/ mm3 : n x 100 / mm3
9
n = lekosit dalam kamar hitung
– Nilai rujukan
Normal: dewasa : 0 – 5 sel / mm3
anak s/d 5 tahun : 0 – 20 sel/ mm3
• Kalau cairan otak mengandung darah,
jumlah sel yang dihitung harus dikoreksi.
• Jumlah sel /mm3 = leukosit cairan otak –
( leukosit darah lengkap x eritrosit c.otak) /
(eritrosit darah lengkap)
Pasca analitik
Interpretasi:
Peningkatan jumlah sel, terutama limfosit
(10 -200 sel ) ditemukan pada :
– poliomyelitis
– ensefalitis
– neurosifilis
– sklerosis multiple
– trombosis serebrum
• Peningkatan jumlah sel antara 200-500
terutama limfosit atau campuran
ditemukan pada:
– meningitis tuberculosis
– koriomeningitis
– infeksi herpes pada sistem saraf pusat
– sifilis meningovaskular
• Peningkatan jumlah sel yang sangat tinggi
terutama granulosit (> 500 sel) ditemukan
pada meningitis bakterial akut.
HITUNG JENIS
Pra Analitik
– Persiapan sampel : sedimen dari cairan otak yang
telah disentrifus 1500 -2000 rpm selama 10 menit.
– Prinsip tes: Menghitung persentase morfologi
leukosit dalam cairan otak.5
– Alat dan bahan:
– alat sentrifus
– kaca objek
– pewarna Wright atau Giemsa
– mikroskop
Analitik
a. Cara kerja:
Sentrifus cairan otak dengan
kecepatan 1500-2000 rpm selama 10
menit. Sedimen yang terbentuk dibuat
apusan, biarkan kering kemudian
diwarnai. Hitung sel mononukleus dan
polimorfonukleus di antara 100 sel
lekosit.
b. Nilai rujukan:
Normal : 60 -70 % mononukleus
Pasca Analitik
Interpretasi:
Sel mononukleus meningkat pada:
- infeksi kronik
- meningitis tuberkulosa.
Peningkatan sel PMN dapat dijumpai
pada:
- infeksi akut
- abses serebral atau ekstradural.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputumProsedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
Bambang Fadhil
 
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris TrichiuraAscaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
rika ferlianti
 
PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)
Chacha febrian
 

What's hot (20)

Lokasi pengambilan sampel darah
Lokasi pengambilan sampel darahLokasi pengambilan sampel darah
Lokasi pengambilan sampel darah
 
Tutor 1
Tutor 1Tutor 1
Tutor 1
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
 
Kimia klinik tutor 1
Kimia klinik tutor 1Kimia klinik tutor 1
Kimia klinik tutor 1
 
Transfusi darah
Transfusi  darahTransfusi  darah
Transfusi darah
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Syok anafilaksis
Syok anafilaksisSyok anafilaksis
Syok anafilaksis
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 
Penanganan sputum
Penanganan sputumPenanganan sputum
Penanganan sputum
 
Anatomi Fisiologi Pankreas
Anatomi Fisiologi PankreasAnatomi Fisiologi Pankreas
Anatomi Fisiologi Pankreas
 
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputumProsedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
 
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris TrichiuraAscaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
 
Aki
AkiAki
Aki
 
PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubinMetabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin
 
Hormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagonHormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagon
 
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode ImunokromatografiPemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
 
ppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urine
 

Similar to Tes cairan otak

Pemeriksaan dan ANALISA CAIRAN Liquor Cerebro Spinal 1.pptx
Pemeriksaan dan  ANALISA CAIRAN Liquor Cerebro  Spinal  1.pptxPemeriksaan dan  ANALISA CAIRAN Liquor Cerebro  Spinal  1.pptx
Pemeriksaan dan ANALISA CAIRAN Liquor Cerebro Spinal 1.pptx
pudjo3
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
Noorahmah Adiany
 
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdfpemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
MuhammadAndre28
 
Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone pada meningitis tuberkulosa (1)
Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone pada meningitis tuberkulosa (1)Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone pada meningitis tuberkulosa (1)
Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone pada meningitis tuberkulosa (1)
Jumraini Tammasse
 
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Kuliah Parkinson.ppt
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Kuliah  Parkinson.pptdr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Kuliah  Parkinson.ppt
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Kuliah Parkinson.ppt
PujaMonitra
 
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikMakalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Delina Damanik
 
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdfdoku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
ikhsan1611
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
pdspatklinsby
 

Similar to Tes cairan otak (20)

Csf analysis
Csf analysisCsf analysis
Csf analysis
 
lumbal pungsi.ppt
lumbal pungsi.pptlumbal pungsi.ppt
lumbal pungsi.ppt
 
Pemeriksaan diagnostik sistem neurologik
Pemeriksaan diagnostik sistem neurologikPemeriksaan diagnostik sistem neurologik
Pemeriksaan diagnostik sistem neurologik
 
Pemeriksaan dan ANALISA CAIRAN Liquor Cerebro Spinal 1.pptx
Pemeriksaan dan  ANALISA CAIRAN Liquor Cerebro  Spinal  1.pptxPemeriksaan dan  ANALISA CAIRAN Liquor Cerebro  Spinal  1.pptx
Pemeriksaan dan ANALISA CAIRAN Liquor Cerebro Spinal 1.pptx
 
Analisa cairan pleuraaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Analisa cairan pleuraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAnalisa cairan pleuraaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Analisa cairan pleuraaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Tugas hematologi
Tugas hematologiTugas hematologi
Tugas hematologi
 
Laporan praktikum iv
Laporan praktikum ivLaporan praktikum iv
Laporan praktikum iv
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdfpemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
 
Eritrosit
EritrositEritrosit
Eritrosit
 
Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone pada meningitis tuberkulosa (1)
Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone pada meningitis tuberkulosa (1)Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone pada meningitis tuberkulosa (1)
Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone pada meningitis tuberkulosa (1)
 
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Kuliah Parkinson.ppt
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Kuliah  Parkinson.pptdr.Yusmahenry Galindra,Sp. S.  Kuliah  Parkinson.ppt
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Kuliah Parkinson.ppt
 
LUMBAR PUNCTURE
LUMBAR PUNCTURELUMBAR PUNCTURE
LUMBAR PUNCTURE
 
Diagnostik mikrobiologi klinik
Diagnostik mikrobiologi klinikDiagnostik mikrobiologi klinik
Diagnostik mikrobiologi klinik
 
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikMakalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
 
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdfdoku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Dna & pcr
Dna & pcrDna & pcr
Dna & pcr
 
Askep cidera kepala
Askep cidera kepalaAskep cidera kepala
Askep cidera kepala
 

More from Ami Febriza

More from Ami Febriza (17)

Basic bacteriology
Basic bacteriologyBasic bacteriology
Basic bacteriology
 
Dasar-dasar parasitologi
Dasar-dasar parasitologi Dasar-dasar parasitologi
Dasar-dasar parasitologi
 
Nutrisi dan Pertumbuhan
Nutrisi dan PertumbuhanNutrisi dan Pertumbuhan
Nutrisi dan Pertumbuhan
 
Patofisiologi Demam
Patofisiologi Demam Patofisiologi Demam
Patofisiologi Demam
 
Patofisiologi edema
Patofisiologi edema Patofisiologi edema
Patofisiologi edema
 
Patofisiologi batuk
Patofisiologi batukPatofisiologi batuk
Patofisiologi batuk
 
Pemeriksaan cairan pleura
Pemeriksaan cairan pleuraPemeriksaan cairan pleura
Pemeriksaan cairan pleura
 
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutinPemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutin
 
Virologi Dasar
Virologi DasarVirologi Dasar
Virologi Dasar
 
Mikologi
MikologiMikologi
Mikologi
 
Mediator Radang
Mediator RadangMediator Radang
Mediator Radang
 
Radang akut
Radang akutRadang akut
Radang akut
 
Cell adaptation and injury
Cell adaptation and injuryCell adaptation and injury
Cell adaptation and injury
 
Patologi/Gangguan pada pembuluh darah
Patologi/Gangguan pada pembuluh darahPatologi/Gangguan pada pembuluh darah
Patologi/Gangguan pada pembuluh darah
 
Mikrobiologi kedokteran dasar
Mikrobiologi kedokteran dasarMikrobiologi kedokteran dasar
Mikrobiologi kedokteran dasar
 
Mati batang otak mbo
Mati batang otak mboMati batang otak mbo
Mati batang otak mbo
 
Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalisHernia umbilikalis
Hernia umbilikalis
 

Recently uploaded

399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 

Recently uploaded (20)

Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 

Tes cairan otak

  • 1. TES MAKROSKOPIKDAN MIKROSKOPIK CAIRAN OTAK Hairul Anwar FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMUH
  • 2. I. PENDAHULUAN Cairan Otak : - Dibentuk oleh pleksus koroideus yang terdapat pada ventrikel - Melalui proses ultrafiltrasi dan sekresi - Melibatkan transport aktif - Produksi + 20 ml /jam - Reabsorpsi oleh vili arachnoid - Total volume pada dewasa 90-150 ml, pada neonatus 10-60 ml.
  • 3. Fungsi Cairan Otak: - Melindungi jaringan penyokong SSP dari trauma mekanik - Regulasi volume TIK - Sirkulasi, nutrisi, pelepasan hasil metabolisme di otak - Lubrikasi SSP
  • 4. • Cairan otak diperoleh dari punksi lumbal • Tujuan : diagnostik dan terapi • Kategori mayor sbg indikasi punksi lumbal: - meningitis - perdarahan sub arachnoid - keganasan atau tumor SSP - kelainan demyelinasi
  • 5. • Kontra indikasi absolut untuk punksi lumbal: - infeksi di tempat punksi dan sekitarnya - infeksi epidural - kelainan anatomi di tempat punksi • Indikasi terapi: - mengeluarkan darah dari sub arachnoid - memasukkan obat, bahan kontras,anestesi spinal
  • 6. Komplikasi: - Sakit kepala - Herniasi batang otak - Paralisis/Kematian - Tujuan tes cairan otak: untuk mengetahui kelainan cairan otak dapat melalui tes makroskopi, mikroskopi, kimia dan mikrobiologi.
  • 7. - Tes Nonne Apelt dan tes Pandy : tes protein secara kualitatif. - Tes Pandy menggunakan larutan jenuh fenol dalam air sebanyak 1 ml ditambahkan 1 tetes cairan otak ,diamati timbulnya kekeruhanpositif. - Tes Nonne: Larutan ammoniumsulfat jenuh sebanyak 1 ml + cairan otak 1 ml,diamati timbulnya presipitasi (cincin putih) pada batas kedua lapisan positif. - Tes total protein dan glukosa secara kuantitatif harus menggunakan fotometer atau autoanalyser seperti Cobas Mira.
  • 8. • Nilai normal: glukosa 40-70 mg/dL protein 20-45 mg/ dL. • Peningkatan kadar protein: - penyakit organik pada SSP - meningitis purulenta - perdarahan sub arachnoid - penyumbatan (block) • Kadar glukosa menurun: meningitis purulenta • Tes makroskopi: warna, kekeruhan, sedimen, bekuan • Tes mikroskopi:jumlah dan jenis sel
  • 9. II. METODE - Punksi lumbal dilakukan pada ruang intervertebra lumbal yaitu L3-L4 atau L4-L5. - Jumlah cairan otak yang diambil sebanyak 10-20 ml, tampung ke dalam 3 tabung kaca yang transparan dan steril. – Tabung I : untuk tes kimia, dikirim ke sub bagian Kimia Klinik – Tabung II : untuk tes mikroskopi, dilakukan di sub bagian Cairan Tubuh – Tabung III: untuk tes mikrobiologi, dikirim ke sub bagian Mikrobiologi untuk dikultur.
  • 10. • A. TES MAKROSKOPI • PRA ANALITIK – Persiapan pasien : Pasien sebaiknya dalam keadaan rileks dan diberi penjelasan tentang tahap pengambilan sampel, tujuan, keuntungan dan resiko yang mungkin terjadi. – Persiapan sampel : Hindari sampel warna merah akibat tindakan punksi. – Prinsip tes : Membandingkan warna cairan otak dengan larutan jernih, memeriksa kekeruhan dan bekuan cairan otak secara langsung. – Alat : Tabung reaksi
  • 11. ANALITIK - Warna a. Cara kerja Bandingkan warna pada tabung yang berisi cairan otak dengan aquadest pada latar belakang kertas putih di tempat yang terang b. Nilai rujukan : normal: jernih - Kekeruhan a. Cara kerja: Bandingkan kekeruhan pada tabung yang berisi cairan otak dengan tabung yang berisi aquadest pada latar belakang kertas putih di tempat yang terang b. Nilai rujukan: Tidak ada kekeruhan.
  • 12. - Bekuan a. Cara kerja: Bandingkan bekuan pada tabung yang berisi cairan otak dengan tabung yang berisi aquadest pada latar belakang kertas putih yang terang b.Nilai rujukan: Tidak ada bekuan PASCA ANALITIK Interpretasi: Warna: coklat  perdarahan kronik Kuning ikterus atau kadar protein yang tinggi Abu-abu  ditemukan lekosit dalam jumlah besar
  • 13. – Kekeruhan: Derajat kekeruhan: Agak keruh  bila terdapat > 200 sel /ul Keruh  meningitis tuberkulosa Sangat keruh  meningitis bakterial akut – Bekuan Bekuan pada cairan otak dapat berbentuk halus, keping-keping, selaput atau kasar.
  • 14. B. TES MIKROSKOPI Menghitung jumlah sel lekosit Pra analitik – Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus – Prinsip tes: Menghitung jumlah sel lekosit cairan otak menggunakan kamar hitung – Alat dan bahan: untuk cairan otak yang jernih: – Pipet pasteur – Kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup – Mikroskop
  • 15. 0,2 0,05 1 mm Tinggi kotak : 1 mm L : KH. LEKOSIT EE E E E L L L L
  • 16. Alat dan bahan untuk cairan otak keruh : – pipet mikro 200 uLdan 20 uL – pipet Pasteur – kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup – mikroskop – larutan Turk pekat
  • 17. Analitik - Cara kerja: a.Untuk cairan otak yang jernih: Ambil cairan otak dari tabung II dengan pipet Pasteur,teteskan sebanyak 2 tetes dalam kamar hitung. Periksa pada mikroskop dengan pembesaran 45 x. - Perhitungan: • Hitung semua sel dalam 9 bidang seluas 9 mm2, tinggi kamar hitung 0,1 mm • Jumlah lekosit / mm3 :_ n__= 10 x n/ mm3 9 x 0,1 9 n = lekosit dalam kamar hitung
  • 18. b. Untuk cairan otak keruh: • Masukkan larutan Turk 180 uL dan cairan otak 20 uL (pengenceran 10 x) dalam tabung reaksi. Setelah homogen, teteskan pada kamar hitung. Hitung semua sel pada seluruh bidang. • Jumlah leukosit/ mm3 : n x 100 / mm3 9 n = lekosit dalam kamar hitung
  • 19. – Nilai rujukan Normal: dewasa : 0 – 5 sel / mm3 anak s/d 5 tahun : 0 – 20 sel/ mm3 • Kalau cairan otak mengandung darah, jumlah sel yang dihitung harus dikoreksi. • Jumlah sel /mm3 = leukosit cairan otak – ( leukosit darah lengkap x eritrosit c.otak) / (eritrosit darah lengkap)
  • 20. Pasca analitik Interpretasi: Peningkatan jumlah sel, terutama limfosit (10 -200 sel ) ditemukan pada : – poliomyelitis – ensefalitis – neurosifilis – sklerosis multiple – trombosis serebrum
  • 21. • Peningkatan jumlah sel antara 200-500 terutama limfosit atau campuran ditemukan pada: – meningitis tuberculosis – koriomeningitis – infeksi herpes pada sistem saraf pusat – sifilis meningovaskular • Peningkatan jumlah sel yang sangat tinggi terutama granulosit (> 500 sel) ditemukan pada meningitis bakterial akut.
  • 22. HITUNG JENIS Pra Analitik – Persiapan sampel : sedimen dari cairan otak yang telah disentrifus 1500 -2000 rpm selama 10 menit. – Prinsip tes: Menghitung persentase morfologi leukosit dalam cairan otak.5 – Alat dan bahan: – alat sentrifus – kaca objek – pewarna Wright atau Giemsa – mikroskop
  • 23. Analitik a. Cara kerja: Sentrifus cairan otak dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 10 menit. Sedimen yang terbentuk dibuat apusan, biarkan kering kemudian diwarnai. Hitung sel mononukleus dan polimorfonukleus di antara 100 sel lekosit. b. Nilai rujukan: Normal : 60 -70 % mononukleus
  • 24. Pasca Analitik Interpretasi: Sel mononukleus meningkat pada: - infeksi kronik - meningitis tuberkulosa. Peningkatan sel PMN dapat dijumpai pada: - infeksi akut - abses serebral atau ekstradural.