Permainan montase dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini melalui stimulasi motorik halus dan kognitif. Penelitian dilakukan selama 4 minggu di PAUD Al-Bayan untuk meningkatkan kemampuan sosial emosi 20 anak melalui aktivitas menempel gambar. Hasilnya, permainan montase bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan anak.
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Nurul
1. Peningkatan kemampuan sosial emosiaonal melalui permainan montase
pada anak usia dini 5-6 tahun di paud al bayan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada dasarnya proses pembelajaran anak tidak tergantung
pada aspek inteligensi atau kemampuan kognitif saja, tetapi juga
dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek perkembangan emosi dan
sosial. Terkadang tujuan pembelajaran tidak tercapai bukan karena
ketidakmampuan berpikir anak namun karena ia mengalami masalah
dalam aspek perkembangan emosi dan sosial yang mengakibatkan
terhambatnya proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya untuk meningkatkan perkembangan aspek emosi dalam
proses pembelajaran anak di mulai sejak dini sejak anak memasuki
masa perkembangan agar tercapai tujuan pendidikan yang optimal
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Pada Pendidikan
Anak usia dini harus sudah di terapakan pendidikan anak yang
melibatkan emosi dimana diharapkan pendidikan paud dapat
meningkatkan aspek emosi anak pada proses pembelajarannya.
Hurlock (2002: 261) masa kanak-kanak awal sering disebut
“UsiaPragang” (Pregang Age). Pada masa ini, sejumlah hubungan
yang dilakukan anak dengan anak lain meningkat dan sebagian
menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka.
Anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah (Nursery school,
Day Care Centre, Kindergarten) biasanya mempunyai sejumlah besar
hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang
umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah
melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya
adalah mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan
partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak-
2. anak yang aktifitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan
anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat.
Anak usia taman kanak-kanak sangat tertarik pada rekan-rekannya.
Dengan menetapkan hubungan produktif, sosial positif dan hubungan
kerja dengan anak-anak lain yang sebaya memberikan pondasi bagi
pengembangan rasa kompetensi sosial. Proses sosial emosi
melibatkan perubahan dalam hubungan seseorang dengan orang lain,
perubahan emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Senyum
seorang anak karena sentuhan ibu, serangan anak laki-laki pada
teman bermainnya, semua itu mencerminkan perkembangan sosial
emosi.
Karena emosi memainkan peran yang sedemikian penting dalam
kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan dan
pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sulit
mempelajari emosi anak-anak karena informasi tentang aspek emosi
yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi,
sedangkan anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik
karena mereka masih berusia sangat muda.
Diakui adanya kemungkinan perbedaan genetik dalam emosionalitas.
Berbagai bukti menunjukkan bahwa kondisi lingkungan juga ikut
berpengaruh terhadap perbedaan itu. Menurut penelitian yang ada
anak-anak yang dibesarkan di dalam lingkungan yang berupa konflik
secara verbal dan penuh tekanan terus menerus untuk menyesuaikan
diri dengan tuntutan orangtua yang terlalu tinggi dapat berkembang
menjadi orang-orang yang tegang, gugup, dan tinggi
emosionalitasnya. Sulit untuk mempelajari reaksi emosi melalui
pengamatan terhadap ekspresi yang nampak, terutama ekspresi
wajah dan tindakan yang berkaitan dengan berbagai emosi, karena
anak-anak suka menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
3. Melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak-
anak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang lain
dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain. Semua emosi, baik
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong
interaksi sosial. Melalui emosi anak belajar cara mengubah perilaku
agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran sosial.
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang
sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu
bermasyarakat memerlukan tiga proses. Masing-masing proses
terpisah dan sangat berbeda satu sama lain tetapi saling berkaitan,
sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar
sosialisasi individu
Anak akan melakukan semua kegiatan yang ingin ia lakukan dengan
panca indra terutama adalah indra peraba. Indra peraba
dikembangkan melaui motorik halus dan motorik kasar, namun yang
paling dominan adalah motorik halus adapun yang harus dilakukan
dalam mengembangkan motorik halus dengan melaksanakan kegiatan
bermain yang mempengaruhi motorik halus anak, agar kegiatan yang
dilakukan anak dengan indra peraba dapat berkembang dengan baik.
2. Dasar Hukum
Amandemen UUD 1945 pasal 28 ayat 2 dinyatakan bahwa “Setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. UU No. 23
Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang perlindungan anak dinyatakan
bahwa “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya”
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas diri seorang anak. Dalam Undang-Undang
4. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
angka 14 dinyatakan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Motorik halus merupakan
salah satu potensi dari anak yang harus ikut dikembangkan. Adapun
menurut rasional pengembangan kurikulum 2013 pendidikan anak
usia dini, Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan
yang paling fundamental karena perkembangan anak masa
selanjutnya akan sangat ditentukan oleh berbagai stimulasi bermakna
yang diberikan sejak usia dini. Awal kehidupan anak merupakan masa
yang paling tepat dalam memberikan dorongan atau upaya
pengembangan agar anak dapat berkembang secara optimal.
Seorang anak harus di stimulasi sejak dia kecil, termaksud dengan
perkembangan motorik halus yang juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan fisik seorang anak.. Peraturan menteri pendidikan
nasional republik indonesia nomor 137 tahun 2014 tentang standar
pendidikan anak usia dini yang mencetuskan tentang 5 aspek
perkembangan antara lain adalah moral dan agama, fisik dan motorik,
kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Motorik halus merupakan salah
satu aspek yang juga harus dikembangkan dalam perkembangan
anak usia dini
Adapun perkembangan motorik halus yang dapat
dikembangkan antara lain adalah dengan mengembangkan tingkat
pencapaian perkembangan yang tercantum dalam peraturan menteri
No 137 tahun 2014 yaitu (1) Membuat garis vertikal, horizontal,
lengkung kiri/kanan, miring kiri / kanan, dan lingkaran, (2) Menjiplak
bentuk, (3) Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu
bentuk dengan menggunakan berbagai media, (4) meniru bentuk, (5)
5. menggunakan alat tulis dengan benar (6) menempel gambar dengan
tepat
Namun kenyataanya yang harus dikembangkan dari peraturan menteri
No. 137 Tahun 2014 tentang Pendidikan Anak Usia Dini tidak sesuai
dengan yang ada dilapangan, Termasuk di PAUD Al-Bayan
Sukajadi Bandung .siswa di PAUD tersebut masih kesulitan dalam
menerapkannya , sehingga perkembangan social emosi nya juga
kurang berkembang dan ini memerlukan pembelajaran yang lebih
tepat salah satu alternatif pembelajaran yang tepat adalah
pembelajaran montase dengan menggunakan media.
Tabel 1. Perkembangan social emosi anak usia dini kelompok B di PAUD Al-
Bayan tahun pelajaran 2016/2017
No. Kategori Penilaian Jumlah Anak
1. BSB 1
2. BSH 3
3. MB 4
4. BB 12
Jumlah Total 20
Sumber data hasil pengamatan awal di PAUD Al-Bayan tahun pelajaran
2016/2017
Keterangan:
1. BB = Belum Berkembang
2. MB = Mulai Berkembang
3. BSH
= Berkembang Sesuai
Harapan
4. BSB = Berkembang Sangat Baik
6. Berdasarkan data diatas maka sangatdiperlukan kegiatan yang
dapat membantu untuk meningkatkan Kemampuan social emosi
anak dengan permaninan montase.. Permainan montase adalah
menggambar dengan menempel. Bahanya berupa gambar bekas,
gambar-gambar yang dipilih digunting rapi, beberapa gambar lalu
disusun letak gambar ditandai dengan pensil gambar diolesi lem dan
ditempel. Perkembangan motorik halus anak tidak terlepas dari
pendidikan yang diterima anak baik dari lingkungan keluarga maupun
lingkungan yang ada di sekolah. Seharusnya sekolah bisa
memberikan pembelajaran yang tidak diperoleh anak dilingkungan
keluarga atau dirumah, namun kenyataanya sekolah kurang
memberikan stimulasi untuk mengembangkan motorik halus anak.
sebagaimana yang disebutkan dalam peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dinyatakan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisispasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dilihat dari
peraturan pemerintah diatas, pengalaman langsung melalui bermain
kepada anak akan memberikan makna yang lebih mendalam sehingga
akan diingat anak sepanjang hidupnya. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengembangkan Sosial emosi adalah dengan
permainan Montase.
3. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, bertujuan untuk mampu menjelaskan
tentang perkembangan emosi dan sosial anak usia dini dengan
permainan Montase DI Paud Al- Bayan Kec. Sukajadi Kota Bandung
selama proses pembelajaran yang berlangsung adari tgl 29 Agustus
s/d 27 September 2016
7. 4. Manfaat
a. Manfaat teoritis :
i. Memperoleh pengetahuan baru tentang bermain
montase yang dapat mempengaruhi perkembangan
motorik halus dan kognitif anak
ii. Sebagai dasar untuk meneliti bidang lain yang
berkaiatan dengan bidang penelitian ini
b. Manfaat Praktis :
i. Manfaat bagi siswa
Penelitian yang dilakukan dapat meningkatkan perkembangan
motorik halus bagi siswa serata menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam pembelajaran
ii. Manfaat bagi guru
Guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya untuk
perbaikan dalam pembelajaran, dan guru dapat berkembang,
karena dapat menunjukan ia mampu menilai dan mempelajari
yang dikelolanya.
8. BAB II
PELAKSANAAN
1. WAKTU PELAKSANAAN
Pelakasanaan dalam penelitian ini di lakukan secara kontinue dari
mulai 29 agustus sampai 23 september 2016 terhadap anak didik
sebanyak 20 siswa terdiri dari siswa laki laki sebanyak 13 orang dan 7
orang perempuan yang keseluruhan siswanya berusia antara 5
sampai 6 tahun.
Keseluruhan siswa yang di lakukan penelitian berdasarkan survei
adalah dari kalangan ekonomi menengah ke bawah ini menjadikan
semangat tersendiri bagi peneliti untuk lebih memacu ingin
mengetahui proses perkembangan emosinya dalam proses
pembelajaran yang dilakukan.
2. TEMPAT
Tempat pelaksanaan penelitian adalah PAUD Al Bayan yang
beralamat di Jln Sukagalih II No 35 RT 05 RW 09 Kelurahan Cipedes
Kec. Sukajadi Kota Bandung. PAUD Al-Bayan Berdiri dari tahun 2011.
9. BAB III
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
1. JADWAL KEGIATAN
NO HARI/TGL KEGIATAN
1 Rabu/ 24 Agustus 2016
2 Kamis / 25 Agustus 2016
3 Jum'at / 26 Agustus 2016
4 Senin / 29Agustus 2016
5 Selasa/ 30 Agustus 2016
6 Rabu / 31 Agustus 2016
7 Kamis / 1 September 2016
8 Jum'at / 2 September 2016
9 Senin / 5 September 2016
10 Selasa/ 6 September 2016
11 Rabu / 7 September 2016
12 Kamis / 8 September 2016
13 Jum'at / 9 September 2016
14
Selasa/ 13 September
2016
15 Rabu / 14 September 2016
16
Kamis / 15 September
2016
17
Jum'at / 16 September
2016
18
Senin / 19 September
2016
19
Selasa/ 20 September
2016
20 Rabu / 21 September 2016
21
Kamis / 22 September
2016
22
Jum'at / 23 September
2016
23
Senin / 19 September
2016
10. 24
Selasa/ 20 September
2016
25 Selasa/ 2
2. URAIAN KEGIATAN
Permainan montase dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
motorik halus anak, adapun langkah-langkah dalam permainan montase
antara lain sebagai berikut:
a. Sediakan alat dan bahan :
- Majalah, koran, gambar-gambar bekas
- Gunting
- Lem
- Pewarna
b. Potonglah gambar-gambar dari majalah yang akan dijadikan
montase, misalkan badan dan kepala berbeda
c. Guntinglah gambar tersebut yang dirasakan sudah cocok
d. Temple gambar pada buku gambar yang sudah disiapkan, dengan
mengguanakan lem
e. Boleh diberi warna apabila gambar tidak berwarna
f. Lihat hasil montase yang dibuat
11. 3. HASIL YANG DI PEROLEH
Variabel Indikator
Keteranga
n
Sangat
sesuai Sesuai Tidak sesuai
Aktivitas Aktivitas anak dalam
Permaian mengikuti aturan
Montase dalam permainan
Aktivitas anak dalam
menggunting gambar
sesuai dengan pola
Aktivitas anak dalam
mewarnai gambar
sesuai dengan bentuk
Aktivitas anak dalam
menempel gambar
dengan tepat
Aktivitas anak dalam
menyusun gambar
sesuai dengan pola
Aktivitas anak dalam
mencocok gambar
sesuai bentuk
12. Hasil pengolahan Instrumen 2016dinikmati (pleasurable and enjoyable), bermain
dapat mengguanakan alat (mainan) ataupun tidak, sesuai dengan pendapat Igrea
Siswanto (2012:47).
Minggu pertama 29 Agustus 2016 sampai 2 September 2016
Tabel 2. Perkembangan social emosi anak usia dini kelompok B di PAUD Al-
Bayan tahun pelajaran 2016/2017 seelah di lakukan pembelajaran
montase
No. Kategori Penilaian Jumlah Anak
1. BSB 4
2. BSH 3
3. MB 10
4. BB 3
Jumlah Total 20
Keterangan:
1. BB = Belum Berkembang
2. MB = Mulai Berkembang
3. BSH
= Berkembang Sesuai
Harapan
4. BSB = Berkembang Sangat Baik
Dilihat data dari table diatas terlihat jelas perkembngan emosianal anak mulai
terlihat ada perkembangannya, dimana BB dari awal 60% ( 12 Orang ) menjadi
15% (3 orang ) MB dari awal 20 % ( 4 Orang ) menjadi 50 % ( 10 orang )
13. kemudian BSH tidak berubah 15 % dan BB dari 0.5 % ( 1 Orang ) menjadi 20 %
( 4 Orang )
Minggu Ketiga 5 September 2016 sampai 9 September 2016
Tabel 3. Perkembangan social emosi anak usia dini kelompok B di PAUD Al-
Bayan tahun pelajaran 2016/2017 seelah di lakukan pembelajaran
montase
No. Kategori Penilaian Jumlah Anak
1. BSB 4
2. BSH 5
3. MB 11
4. BB
Jumlah Total 20
Keterangan:
1. BB = Belum Berkembang
2. MB = Mulai Berkembang
3. BSH
= Berkembang Sesuai
Harapan
4. BSB = Berkembang Sangat Baik
Dilihat data dari table diatas terlihat jelas perkembngan emosianal anak mulai
terlihat ada perkembangannya, dimana BB dari awal 15% (3 orang ) menjadi 0%
(0 orang ) MB dari awal 50 % ( 10 orang ) menjadi 55 % ( 11 orang ) kemudian
14. BSH dari 15 % (3 orang) menjadi 25 % ( 5 Orang ) dan BB tetap 20 % ( 4
Orang )
Minggu Keempat 13 September 2016 sampai 16 September 2016
Tabel 4. Perkembangan social emosi anak usia dini kelompok B di PAUD Al-
Bayan tahun pelajaran 2016/2017 seelah di lakukan pembelajaran
montase
No. Kategori Penilaian Jumlah Anak
1. BSB 8
2. BSH 8
3. MB 4
4. BB
Jumlah Total 20
Keterangan:
1. BB = Belum Berkembang
2. MB = Mulai Berkembang
3. BSH
= Berkembang Sesuai
Harapan
4. BSB = Berkembang Sangat Baik
Dilihat data dari table diatas terlihat jelas perkembngan emosianal anak mulai
terlihat ada perkembangannya, dimana MB dari awal 55 % ( 11 orang ) menjadi
15. 20 % ( 4 orang ) kemudian BSH dari 25 % ( 5 Orang ) menjadi 40 % ( 8
Orang ) dan BB dari 20 % ( 4 Orang ) menjadi 40 % ( 8 Orang )
Minggu ke lima 19 September 2016 sampai 23 September 2016
Tabel 5. Perkembangan social emosi anak usia dini kelompok B di PAUD Al-
Bayan tahun pelajaran 2016/2017 seelah di lakukan pembelajaran
montase
No. Kategori Penilaian Jumlah Anak
1. BSB 15
2. BSH 5
3. MB
4. BB
Jumlah Total 20
Keterangan:
1. BB = Belum Berkembang
2. MB = Mulai Berkembang
3. BSH
= Berkembang Sesuai
Harapan
4. BSB = Berkembang Sangat Baik
Dilihat data dari table diatas terlihat jelas perkembngan emosianal anak mulai
terlihat ada perkembangannya, dimana MB 20 % ( 4 orang ) menjadi 0 % ( 0
16. orang ) kemudian BSH dari 40 % ( 8 Orang ) menjadi 25 % ( 5 Orang ) dan BB
dari 40 % ( 8 Orang ) menjadi 75 % ( 15 Orang )
BAB IV
MASALAH DAN PEMECAHANYA
1. PERMASALAHAN
Permasalahan yang terjadi sesuai uraian diatas adalah kurangnya
kegiatan pembelajaran anak yang dapat meningkatkan kemampuan
emosionalnya sehingga penulis tertarik untuk melakukan obsevasi di
PAUD Al-Bayan tentang meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional
anak dengan menggunakan pembelajaran permainan Montase
2. PEMECAHANNYA
Melalui permainan montase dengan menggunakan tema-tema yang
sesuai dengan lingkungan anak dan dibantu oleh media yang berupa
gambar bentuk geometri, huruf dan angka serta tumbuhan. Kegiatan
permaianan pun harus disesuaikan dengan usia anak, kegiatan
permainan montase ini memilki kegiatan yang sesuai untuk anak usia
dini kelompok B, seperti menggunting, mewarnai dan menempel.
Dalam hal ini anak diharapkan untuk dapat menggunting, mewarnai,
dan menempel dengan tepat dan sesuai dengan pola. Adapun
menurut Barmin (2008:96) Bermain montase merupakan menggambar
dengan menempel menggunakan gambar bekas atau gambar-gambar
17. yang telah dipilih untuk digunting rapi dan disusun sesuai dengan pola.
Dalam permainan ini anak dapat diajak untuk menirukan bentuk-
bentuk yang akan diajarkan dalam proses belajar mengajar, seperti
mengajarkan bentuk huruf, bentuk angka maupun bentuk tumbuhan,
dan geometri. Berdasarkan teori kognitivisme bahwa saat belajar
maka akan terjadi persepsi dan pemahaman, artinya seseorang telah
mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Sama
halnya dengan bermain montase bahwasanya saat bermain anak
akan mengalami pemahaman dan persepsi tentang suatu bentuk.
anak akan memilki pengalaman dan pengetahuan baru tentang
bentuk. berbagai macam bentuk yang ada dilingkungan anak akan
mudah dia hapal bentuknya melaui kegiatan aktivitas bermain
montase dalam meniru bentuk, dengan bermain ini juga anak akan
terlihat lebih antusias dan aktif dalam belajar. Adapun menurut Piaget
dalam M.Thobroni (201583) bahwasanya pengalaman belajar aktif
cenderung meningkatkan perkembangan kognitif . aktif dalam arti
bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-
benda konkret. Berdasarkan teori konstruktivisme bahwa belajar
berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan
terus menerus, yang berarti bersifat membangun. Dalam permainan
montase anak sangat diharapkan dapat aktif dan membangun
kemapuan dirinya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,
permaianan montase mengajak anak untuk mengembangkan
kemampuannya dalam berekspresi tentang bentuk gambar yang ia
pilih, bentuk warna, bentuk pola-pola yang ada disekitar. Adapun
18. menurut M.Thobroni (2015:93) bahwa belajar merupakan proses aktif
siswa mengkonstruksi pengetahuan yaitu: belajar berarti membentuk
makna, belajar dipengaruhi pengalaman dengan dunia fisik dan
lingkungan siswa.
3.
Penerapan aktivitas permainan montase selain untuk meningkatkan
keterampilan meniru bentuk pada anak usia dini kelompok B juga
dapat meningkatkan aktivitas anak dalam proses belajar mengajar di
sekolah sehinga anak tidak hanya duduk dan mendengarkan saja
melainkan ada keterlibatan yang dilakukan oleh anak pada saat
proses belajar mengajar. Saat ini banyak sekali kita jumpai proses
pembelajaran yang memaksakan anak untuk dapat calistung padahal
tidak sesuai dengan tahapan usia anak. Selain itu juga aktivitas
permainan montase mampu membantu anak untuk mengembangkan
motorik halusnya. Selain mengembangkan motorik halus juga dapat
membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan kognitifnya
seperti dalam kegiatan mewarnai dan menempelkan gambar sesuai
dengan bentuk dan pola yang tepat. Selain itu juga aktivitas bermain
montase membantu anak dalam merenggangkan atau melatih
melancarkan otot kecil motorik halus dengan kegiatan menggunting,
kegiatan seperti ini akan sangat membantu anak saat dalam belajar
menulis. Adapun menurut Janice J, Beaty (2013:258) bahwa kegiatan
menggunting merupakan pertimbangan latihan halus yang diberikan
pada anak-anak dalam mengembangakan kekuatan dan koordinasi
tangan dan jemari.
19. Dengan demikian sinerjisitas antara teori belajar behavioristic dengan
teori belajar konstruktivistik serta teori belajar kognitivisme
menghasilkan hubungan yang berkaitan yaitu dalam proses belajar,
seperti halnya teori behavioristik mengutamakan stimulus yang
diberikan dan respon yang diperoleh, kemudian dalam teori
konstruktivisme yang menyatakan bahwa belajar berarti membentuk
pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus, yang
berarti bersifat membangun. Sedang teori kognitivisme bahwa saat
belajar maka akan terjadi persepsi dan pemahaman, artinya
seseorang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam
dirinya. Dari ketiga teori tersebut ada keterkaitan yang erat dalam
pengembangan atau proses saat belajar
20. BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang dilakukan selama
kurun waktu sesuai jadwal diatas dapat disimpulkan bahwa:
Ada pengaruh yang nyata dari aktivitas permainan montase terhadap
peningkatan Kemampuan Sosial Emosi pada anak usia dini kelompok B
Al- Bayan Sukajadi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
menggunakan permainan montase dapat meningkatkan Kemampuan
Sosial Emosi anak usia dini kelompok B.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Untuk Guru
21. Guru dapat mengajarkan proses pembelajaran dengan menggunakan
media yang menarik seperti menggunakan permainan montase dan strategi
pembelajran yang berpusat pada anak sehingga proses belajar mengajar
didasari pada kebutuhan anak dalam bermain yang akan meningkatkan
Kemampuan social emosi anak
2. Untuk Sekolah
Diharapkan sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang
dalam proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan maksimal serta anak dapat
mengoptimalkan perkembanganya dengan fasilitas yang memadai.
3. Untuk Peneliti Lain
Bagi peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi agar
dapat menyusun penelitian yang lebih baik lagi dengan menggunakan media
yang dimodifikasi untuk meningkatkan keterampilan meniru bentuk anak.
22. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. 2012. Perkembangan AnakUsiaDini. KencanaPrenada Media
Group. Jakarta
Anggra Debi dan Elisabeth. 2014. Pengaruh kegiatan menggunting pola terhadap
kemampuan motorik halus anak usia dini kelompok B di TK islam qoshru
lubudiyah (http ://ejournal. unesa. ac. Id / index. php/paud-teratai /article/
view/ 7584/ 3695) [diunduh tanggal 20 januari 2016]
A.Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Direktorat Jenderal
Pendidik Tinggi. Jakarta
Barmin dan Eko Wijino. 2008. Keterampilan untuk kelas 1 SD dan MI. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri. Solo
Dunia Pelajar. com. 2014. referensi belajar anak Indonesia. http:// www.dunia
pelajar. Com /2014/ 07/ 29/ pengertian-keterampilan-menurut-para-ahli.
Evi dwi lestari dan nurul khotimah. 2015. Pengaruh kegiatan montase terhadap
kemampuan kognitif memasang kan benda pada anak (http:// ejournal.
unesa. ac. id/ index. php/ paud-teratai/ article/ view/ 11399/4427)
Hadi, S. 2006. Metodologi Penelitian. Andi Ofset.Jakarta.
Helmawati.2012.Mengenal dan Memahami PAUD. PT Remaja Rosda Karya.
Bandung
Heri Rahyubi. 2014. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.
Nusa Media. Bandung
Igrea Siswanto dan Sri Lestari. 2012. Panduan Bagi Guru dan Orangtua
:Pembelajaran Atraktif dan 100 Permainan Kreatif untuk Pendidikan
Anak Usia Dini. Perpustakaan Nasional. Yogyakarata
Izatul Lailah / Nurul khotimah. 2013. Upaya meningkatkan kemampuan motorik
halus anak melalui menggunting dan menempeldi kelompok B TK
23. muslimat 2 jombang (http:// ejournal.unesa.ac.id/ index.php/ paud-teratai/
article/ view/ 3565/ 1945)[diunduh tanggal 20 januari 2016]
Janice J. Beaty. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Kencana.
Jakarta
Juliansyah Noor. 2015. Metodologi Penelitian (Skripsi, tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah). Prenada Media Group.Jakarta
Kadek Candra. 2014. montase. (Http:// kadek candra blog.blogspot.com./ 2014/
04/ montase.html) [diunduh tanggal 25 Januari 2016]
Mayke S. Tedjasaputra. 2003. Bermain, Mainan, dan Permainan. PT Grasindo.
Jakarta
M. Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Ar-Ruzz
Media. Yogyakarta
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146
Tahun 2014. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen
Pendidikan Nasional. 2014. Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen
Pendidikan Nasional. 2014. Jakarta
S. Eko Putro Widoyoko. 2014. Teknik Penyusunan Instrument Penelitian. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta.
Bandung
Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D Alfabeta.Bandung
Syofian Siregar.2015. Statistika Terapan untuk Perguruan Tinggi. Prenada Media
Group.Jakarta
Yuliani Nuraini Sujiono. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.PT
Indeks. Jakarta