1. PERAN IBU DALAM MENGEMBANGKAN KEBERBAKATAN ANAK
Mamluatul hasanah
Latar belakang.
Bakat yang dimiliki oleh sebagian individu masih belum terwujud,yaitu
masih berupa potensi ,maka perlu dikembangkan. Berkembangnya bakat
dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Dalam keadaan
normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga.
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas orang tua, saudara-
saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Keluarga merupakan
media sosialisasi yang pertama dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah
media sosialisasi primer. Melalui keluarga, anak mengenal dunianya dan pola
pergaulan sehari-hari. Arti pentingnya keluarga sebagai media sosialisasi primer
bagi anak terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini.
Orang tua umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar
memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman
disiplin, kebebasan, dan penyerasian.
Usia dini adalah usia yang sangat penting bagi perkembangan
anak,sehingga disebut “golden age”. Masa usia dini merupakan masa yang perlu
mendapatpenanganan sedini mungkin, masa ini dimana otak anak mengalami
perkembanganpaling cepat sepanjang sejarah kehidupannya. Periode ini dimulai
sejak janin dalamkandungan hingga usia 6 tahun.
Hubungan anak dengan orang tua merupakan sumber emosional dan
kognitif bagi anak. Hubungan tersebut memberi kesempatan bagi anak untuk
mengeksplorasi lingkungan maupun kehidupan sosial. Hubungan anak pada masa-
masa awal dapat menjadi model dalam hubungan-hubungan selanjutnya.
Hubungan awal ini dimulai sejak anak terlahir ke dunia, bahkan sebetulnya sudah
dimulai sejak janin berada dalam kandungan. Ibu dalam hal ini digambarkan
sebagai figur sentral yang dapat membantu anak sejak masa bayi mencapai untuk
2. mencapai kepercayaan dasar atau kelekatan yang baik. Hal tersebut dikarenakan
ibu berperan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bayi, menjadi sumber
bergantung pemenuhan kebutuhan nutrisi serta sumber kenyamanan.
Keluarga terutama seorang ibu diharapkan mampu mengasah potensi yang
dimiliki oleh anak agar anak tidak menjadi underachieve, yaitu sebuah kondisi
dimana hasil kinerja yang tidak sesuai dengan porsi kemampuan yang
dimilikinya. Sehingga bukan hanyalah pendidik atau guru yang bertugas
memupuk talenta dan kemampuan anak berbakat, tetapi juga menjadi kewajiban
seorang ibu tentunya sebagai bagian dari keluarga yang merupakan agen pertama
dalam kehidupan anak untuk bisa mengetahui, mengoptimalkan talenta anak.
Anak yang cerdas saja tentu tidak cukup untuk mencapai keberhasilan
dalamkehidupan. Agar anak dapat berhasil dalam kehidupan mereka memerlukan
sikapmental yng mandri, percaya diri, ketabahan hati dalam menghadapi
kesulitan. Ini berarti bahwa di samping kemampuan kecerdasan, anak (siswa)
harus dikembangkan kemampuan kreatifnya agar dapat lebih berhasil dalam
mencapaitujuan kehidupan.
Kajian Teori
Pengertian berbakat.
Konsep anak berbakat itu sendiri masing-masing ahli memiliki sudut
pandang yang berbeda-beda, namun semua dapat dipakai sebagai rujukan untuk
memahami tentang pengertian anak berbakat. Namun, menurut sayekti (2013)
Kata berbakat berasal dari bahasa Inggris yaitu gifted atau talent. Dalam bahasa
Indonesia istilah berbakat mewakili arti “ gifted dan talented “. Meskipun
sebenarnya dua kata tersebut memiliki perbedaan. Gifted menunjukan
kemampuan berpikir dengan ditandai IQ yang tinggi ( ± 140 ), disamping itu
gifted menunjukkan kecakapan khusus yang menonjol. Berdasarkan pertimbangan
bahwa “ gifted “ meliputi macam-macam dimensi atau bidang kemampuan atau
ketrampilan, sedang “ intellectual giftedness” hanya merupakan alah satu bentuk
3. keberbakatan, karena itu sebaiknya digunakan istilah “ anak berbakat “ untuk
gifted dan talented ( Munandar 1985 ). Jadi jika berbicara tentang “ anak berbakat
“ berarti sudah terkandung aspek “gifted” dan “talented”. Orangtua dapat
memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkanpengamatannya yang lama
terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan denganitu, orangtua dapat
memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugasintelektual dan minat dan
keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya,menyuruh orangtua untuk
mempertimbangkan bakat anak adalah suatu carayang baik untuk melibatkan
orangtua dalam cmemberikan informasi yang sangatberharga bagi pemahaman
anak ang lebihkomprehensif.
Peran keluarga
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh agen sosialnya. Hal yang
paling utama dalamproses perkembangan sosial adalah keluarga yaitu orang tua
dan saudara kandung. Anak sebagaibagian dari anggota keluarga, dalam
petumbuhan dan perkembangannya tidak akan terlepas darilingkungan yang
merawat dan mengasuhnya (Wahini, 2002).,Orang tua selalu mempunyai
pengaruh yang paling kuat pada anak. Setiap orang tuamempunyai pola asuh
tersendiri dari segi asuh, asah, dan asih dalam hubungannya dengan anakanaknya,
dan ini mempengaruhi perkembangan anak (Djiwandono,2003). Keluarga
merupakanlingkungan sosial pertama dan utama bagi anak sehingga memberi
pengaruh terbesar bagiperkembangan anak. Keluarga terutama ayah dan ibu
memberikan dasar pembentukan tingkahlaku, watak, moral dan pendidikan anak.
Pengalaman interaksi di dalam keluarga akanmenentukan pola dan tingkah laku
anak terhadap orang lain dalam masyarakat (Soetjiningsih,2002).
Sayekti memaparkan tentang Faktor Lingkungan yang mempengaruhi
keberbakatan anak adalah sebagai berikut.;
a. Keluarga
1). Sosial ekonomi keluarga
Untuk mendukung munculnya giftedness anak, diperlukan fasilitas yang
memadai, misalnya buku-buku, sarana-sarana belajar yang lain seperti computer,
permainan, piano dan lain-lain. Bagi keluarga yang ekonominya menengah ke atas
penyediaan sarana belajar seperti di atas tidaklah menjadi permasalahan.
4. 2). Tingkat pendidikan orang tua
Semakin tinggi pendidikan orang tua seharusnya dapat memberikan stimulasi,
perhatian yang baik terhadap munculnya keberbakatan anak.
3). Pola asuh orang tua
Jenis pola asuh yang diterapkan dalam keluarga akan berpengaruh juga pada
keberbakatan anak.
4). Aspirasi dan persepsi orang tua terhadap keberbakatan anak.
Aspirasi dan persepsi keberbakatan dari orang tua akan mempengaruhi aspirasi
dan persepsi anak terhadap keberbakatan yang ada pada dirinya. Misalnya
labeling terhadap anak, tuntutan yang tak sesuai dengan kebutuhan anak dan
sebagainya.
5). Terpenuhinya kebutuhan anak dan rancangan program untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan mereka sejak awal atau usia dini.Anak berbakat secara
intens melakukan kegiatan dengan dorongan internalnya ( motivasi ) yang
dilakukan dengan senang, maka kemungkinan besar itulah minat dan bakatnya.
Untuk membedakan mana anak yang berbakat dan bukan, dapat diketahui dari
kemampuan anak secara mandiri dalam mengembangkan minatnya tersebut. Anak
berbakat selain mempunyai tempo yang cepat dalam belajar, juga bisa dilepas (
mandiri dan mampu mengubah lagi dengan motivasi dalam diri yang kuat.
orang tua adalah orang pertama yang membuat anak demikian,yang membuat
anak merasa tidak aman dan terancam. Orang tua pulalah yang bisa membuat anak
merasa aman dan bebas dari tekanan serta yang mampu membuat anak
mengaktualisasikan dirinya. Orang tua sebaai pendidik pertama dan utama
mengambil peran sentral terhadap pembentukan perilaku anak. Seperti halnya
teori tabularasa mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih, lingkungan
pendidikanlah yang akan meneteskan tinta hingga terbentuk tulisan dengan tinta
emas yang enak dibaca atau tercetak tulisan dengan tinta yang berceceran hingga
orang enggan membacanya. Sekali lagi tergantung lingkungan (orang tua). Tokoh
behavioris JB. Watson, pernah sesumbar : “ Berikan saya seribu bayi, maka saya
akan menjadikan mereka seperti apa yang Anda mau” ( Bell, 1991) dalam
sriyanti. Oleh karena itu maka keluarga terutama seorang ibu hendaknya menjadi
role model yang baik kepada anak Karen aKarakteristik anak yang lain adalah
5. mempunyai daya fantasi dan daya imitasi yang kuat. Dua sifat khas ini membuat
anak menjadi peniru ulung (Hurlock, 1985) dalam sriyanti. Anak mencontoh apa
yang didengar dan lihat dari sekitarnya.
Kesimpulan
Bakat merupakan suatu potensi yang perlu dikembangakan, jika potensi
tersebut tidak dikembangkan dengan baik dapat menimbulkan permasalahan
sendiri bagi individu yang bersangkutan. Keluarga merupakan agen utama yang
dapat mengembangkan potensi keberbakatan anak, melalui peran pengasuhan
seorang ibu maka seorang anak diharapkan bisa terdeteksi sedini mungkin tentang
keberbakatannya. Seorang ibu diharapkan mampu bisa mengasuh anak dengan
mengerti bakat dan potensi yang dimiliki anak sehingga ibu dapat mengikuti alur
perkembangan anak sesuai dengan minat dan kemampuannya tetapi tidak juga
menekankan pada pengasuhan yang permisif
6. Daftar pustaka
Djiwandono, SE. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Sri Sayekti, Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia, Vol : XX, No : 3,
Agustus 2013
Soetjiningsih, 2002. Tumbuh Kembang anak. EGC : Jakarta
Sriyanti ,lilik. Membentuk self concept positif Pada anak (Pendekatan
Parenting Skill) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
Utami Munandar, (1995) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, , Jakarta :
Rineka Cipta
Wahini, M. (2002). Keluarga Sebagai Tempat Pertama dan Utama Terjadinya.
Sosialisasi Pada Anak. http://rudyct.tripod.com. Dikutip Pada Tanggal
12 Juni 2015.