Pengertian tentang museum selalu berubah dengan mengikuti perkembangan zaman dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan museum senantiasa mengalami perubahan tugas dan kewajibannya dengan mengikuti pekembangan zaman. Museum merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan.
1. 1
LAPORAN OBSERVASI MUSEUM LAMPUNG
“MUSEUM DAN FUNGSINYA DARI MASA KE MASA SERTA
HUBUNGAN MUSEUM DENGAN AUDIENS”
Mata Kuliah : Museologi
Dosen Pengampu : Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum.
Oleh
Kelompok 3 Ganjil
Adillah Sobariyah (1513033067)
Armadira Eno Pangestika (1513033049)
Pranita Dewi Vanli (1513033021)
Sanjoko Wirayuda (1513033065)
Sita Dewi Aulia (1513033007)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengertian tentang museum selalu berubah dengan mengikuti perkembangan
zaman dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan museum senantiasa mengalami
perubahan tugas dan kewajibannya dengan mengikuti pekembangan zaman.
Museum merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti
perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu
sebagai prasarana sosial atau kebudayaan. Museum sendiri pastinya ada pada tiap-
tiap negara dibelahan dunia bagian mana saja, karena museum sebagai identitas
dari masa lalu di suatu negara tersebut dan juga untuk menjadi pembelajaran di
masa depan sehingga museum berperan penting dikehidupan.
Menurut Muhammad Yamin yang mengatakan bahwa museum di Eropa pada
awal mulanya merupakan museum pribadi dari para raja atau orang-orang kaya
dan tidak dibuka untuk umum, dan museum itu disebut Cabinet of Curiosities.
Museum pada zaman modern saat ini, mula-mulanya dirintis oleh Dr. Von Sibold,
seorang doktor yang pernah bertugas di Pulau Desima, Jepang. Ia mendirikan
sebuah museum di Leiden, Belanda, pada tahun 1837 dan diberi nama Ryks
Museum yang terbuka untuk umum.
Menurut Muhammad Yamin, di Indonesia, museum yang dibangun pada tahun
1778 dan sampai saat ini masih berfungsi yaitu Museum Bataviaasch Cenootschap
yang sekarang diganti menjadi Museum Nasional Depdikbud Republik Indonesia.
Museum pertama yang dibangun setelah kemerdekaan Indonesia adalah Museum
Radya Pustaka.
Hubungan museum dengan para audiens sangatlah erat, karena museum dibuka
untuk umum dalam hal edukasi, rekreasi, dan sebagai tempat wisata sehingga
museum tanpa audiens bagaikan tempat mati. Koleksi-koleksi yang ada didalam
3. 3
museum bertujuan sebagai sarana penyampaian pengetahuan untuk masyarakat
luas yang tidak dibatasi sehingga para audiens dapat mendapatkan pengetahuan
dan rasa kenyaman ketika berkunjung ke museum.
Adapun beberapa kendala yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan laporan
ini, diantaranya adalah sulitnya mencari bahan materi karena bahan materi yang
ada sangat terbatas. Dari sumber buku, internet, dan wawancara pun masih kurang
lengkap. Tetapi dengan bantuan dari doen serta teman-teman yang lain, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian museum?
2. Bagaimanakah museum dan fungsinya dari masa ke masa?
3. Bagaimana sejarah museum di Indonesia?
4. Apakah pengertian dan jenis-jenis audiens serta hubungan audiens dan
museum?
5. Apakah peranan audiens terhadap eksistensi museum?
6. Bagaimanakah perkembangan museum dan audiens di Indonesia?
7. Adakah upaya dari pihak museum Lampung untuk menarik minat audiens?
8. Hal apakah yang didapat oleh audiens jika mengunjungi museum?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dengan menulis laporan ini yang membahas tentang Museum Dan
Fungsinya Dari Masa Ke Masa Serta Hubungan Museum Dengan Audiens adalah
agar para pembaca dapat memahami sejarah perkembangan museum dan fungsi
dari museum yang ada didunia maupun di Indonesia dari masa ke masa. Selain itu,
para pembaca juga agar dapat mengetahui bahwa para audiuens sangat berperan
penting dalam kemajuan dari museum di dunia maupun di Indonesia.
4. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Museum
Kata museum berasal dari bahasa Yunani yaitu mouseion yang berarti tempat para
muse. Muse adalah sembilan anak wanita Dewa Zeus yang memberikan inspirasi
pada seniman. Yang kemudian mouseion tersebut dijadikan nama kuil tempat
memuja dewi-dewi tersebut. Pada perkembangannya, mouseion dipakai sebagai
tempat penyimpanan hadiah dan persembahan untuk dewa dari para umat (Encarta
Researcher, 2003)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 601) museum / museum / n
gedung yang digunakan sbg tempat untuk pameran tetap benda-benda yg patut
mendapat perhatian umum, spt peninggaian sejarah, seni dan ilmu, tempat
menyimpan barang kuno:
ABRI museum tempat memamerkan benda-benda yang pernah
dipergunakan oleh ABRI dl perang masa lampau;
sejarah museum tempat memamerkan benda-benda bersejarah
(menggambarkan peristiwa sejarah)
Menurut Internalional Council of Museum (ICOM) museum adalah suatu
lembaga yang memelihara dan memamerkan kumpulan benda-benda koleksi yang
bernilai budaya dan ilmiah untuk tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan.
Peranan museum yang utama adalah menyajikan koleksinya kepada masyarakat
untuk membantu pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan rasa
senangnya (Douglas dalam Desintha, 2002 ; 7)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah
lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-
benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna
menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
5. 5
Sedangkan menurut Caleb Setiawan (Devi, 1996 ; 7) museum adalah bangunan
untuk menempatkan koleksi obyek untuk diteliti, dipelajari dan dinikmati.
Museum mengumpulkan berbagai material dari berbagai tempat dan waktu yang
berbeda ke dalam sebuah bangunan. Disamping itu museum merupakan lembaga
tetap tempat memelihara, menyelidiki, mengajar, memamerkan dan memeragakan
benda konservasi kepada masyarakat luas untuk tujuan publikasi, informasi,
edukasi dan rekreasi.
2.2. Pengertian Fungsi
Fungsi adalah kegiatan pokok yang dilakukan dalam suatu organisasi atau
lembaga. Adapun menurut J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, mengemukakan fungsi adalah jabatan atau kedudukan.
(Badudu dan Sutan, 1996:412).
Menurut The Liang Gie dalam Nining Haslinda Zainal (Skripsi: “Analisis
Kesesuaian Tugas Pokok dan Fungsi dengan Kompetensi Pegawai Pada
Sekretariat Pemerintah Kota Makassar”,2008), Fungsi merupakan sekelompok
aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifatnya, pelaksanaan
ataupun pertimbangan lainnya.
Menurut Sutarto dalam Nining Haslinda Zainal (2008:22), Fungsi adalah rincian
tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh
seorang pegawai tertentu yang masing-masing berdasarkan sekelompok aktivitas
sejenis menurut sifat atau pelaksanaannya.
Sedangkan pengertian singkat dari definisi fungsi menurut Moekijat dalam Nining
Haslinda Zainal (2008:22), yaitu fungsi adalah sebagai suatu aspek khusus dari
suatu tugas tertentu.
6. 6
2.3. Pengertian Masa atau Waktu
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian
saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung.
Sir Isaac Newton lebih kepada pandangan realis, dan disebut sebagai waktu
Newtonian. Pandangan yang berlawan yaitu waktu tidak mengacu pada apapun
melalui "wadah" terhadap suatu peristiwa dan benda-benda yang "bergerak
melalui", atau untuk setiap entitas yang "mengalir", tetapi bukan bagian dari
struktur dasar intelektual (bersama-sama dengan ruang dan nomor / angka) di
mana manusia dapat membandingkan urutan kejadian.
Pandangan kedua, dalam tradisi Gottfried Leibniz dan Immanuel Kant,
menjelaskan waktu itu bukanlah suatu peristiwa atau hal, dan dengan demikian
tidak terukur dengan sendiri dan juga tidak bisa berpindah.
2.4. Pengertian Hubungan atau Relasi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia
re·la·si /rélasi/ n 1 hubungan; perhubungan; pertalian: banyak -- (dng orang lain);
2 kenalan: banyak -- nya di kalangan atas; 3 pelanggan: pelayanan kpd -- harus
baik.
Relasi /rélasi/ (kb) memiliki arti yang sama dengan hubungan, perhubungan,
pertalian, kenalan, dan pelanggan.
hubungan/hu·bung·an/ n 1 keadaan berhubungan: ~ yang harmonis antara suami
istri perlu dibina; 2 kontak: untuk membeli barang itu dengan harga yang lebih
murah sebaiknya kita mengadakan ~ langsung dengan produsen; 3 sangkut-paut:
jabatan yang dipegangnya itu tidak ada ~ nya dengan keahliannya; 4 ikatan;
pertalian (keluarga, persahabatan, dan sebagainya).
2.5. Pengertian Audiens
Menurut McQuail (1994) Audience adalah pertemuan publik, berlangsung dalam
rentang waktu tertentu, dan terhimpun bersama oleh tindakan individual
7. 7
untuk memilih secara sukarela sesuai dengan harapan tertentu bagi masalah
menikmati,mengagumi, mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan atau lega.
Dalam penelitian ini yang menjadi khalayak adalah pendengar radio.
Wilbur Schramm (1955) mengemukakan kata audiens menjadi mengemuka ketika
diidentikan dengan “receivers” dalam model proses komunikasi massa (source,
channel, message, receiver, effect).
Dalam media, audiens dapat diartikan sebagai pasar dan program yang disajikan
merupakan produk yang ditawarkan. Pada dasarnya audiens merupakan
sekumpulan orang yang membaca, mendengar, menonton berbagai media massa,
baik cetak maupun elektronik. Dalam konteks media online (internet), audiens
disebut "pembaca" (reader), "pengguna" (user), dan "pengunjung" (visitor).
Wasalam. (http://blogromeltea.blogspot.com).*
8. 8
BAB III
HASIL
3.1. Definisi Museum
Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum
berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan warisan
budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian, dan kesenangan atau
hiburan (Ayo Kita Mengenal Museum; 2009).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah
lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-
benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna
menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Sedangkan menurut Intenasional Council of Museum (ICOM): dalam Pedoman
Museum Indonesia 2008, museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap,
tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka
untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-
artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan
dan rekreasi.
3.2. Museum dan Fungsinya Dari Masa Ke Masa
3.1.1.Abad Ke-8 Sampai Ke-6 SM (Zaman Kuno)
Sebenarnya museum sudah ada sejak jaman kuno, atau jaman sebelum abad
masehi terlahir. Pada mulanya museum atau museion (Kata latin artinya yaitu kuil
untuk sembilan dewi Mouse, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah
menghibur) merupakan tempat kerja para ahli dan filosof berpikir zaman Yunani
kuno, seperti Pythagoras dan Plato.
9. 9
Bentuk bangunannya adalah berupa kuil, karena bagi pemikir jaman tersebut
mencari pengetahuan adalah bentuk persembahannya. Bentuk bangunannya
adalah berupa kuil, karena bagi pemikir jaman tersebut mencari pengetahuan
adalah bentuk pembaktian atau persembahannya untuk dewi Muse yaitu dewi
ilmu pengetahuan dan kesenian dalam mitologi Yunani. Kemudian bangunan kuil
tersebut dikembangkan dengan diisi perangkat kerja yang dibutuhkan oleh para
ilmuwan, tempat tersebut juga digunakan sebagai tempat para ilmuwan bertemu
membicarakan pengetahuan yang mereka miliki.
Fungsi museum pada saat itu adalah sebagai tempat penyelidikan dan pendidikan
filsafat, sebagai ruang lingkup ilmu dan kesenian serta sebagai tempat berkumpul
para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu
pengetahuan. Jadi yang datang ke museum itu hanya cendekiawan dan ahli pikir
pada zaman itu.
3.1.2.Abab Ke-5 Sampai Ke-10 (Abad Pertengahan Eropa)
Fungsi museum berubah pada abad pertengahan. Museum yang pada mulanya
menjadi tempat pengumpulan benda-benda dan alat-alat yang diperlukan bagi
penyelidikan ilmu dan kesenian, berubah fungsi sebagai tempat penyimpanan
benda-benda antik, aneh dan dianggap memiliki nilai tinggi oleh para bangsawan.
Perkembangan ini meningkat pada abad pertengahan di Eropa. Kala itu yang
disebut museum adalah tempat benda-benda pribadi milik raja, bangsawan, para
pencipta seni dan budaya, serta para ilmuwan. Pada masa gelap di Eropa, para
bangsawan dan rohaniawan gereja sangat antusias terhadap benda-benda kuno.
Benda-benda ini berbentuk penulisan, kronik, annal, dan hagiografi.
Para bangsawan pengumpul benda-benda antik tersebut melengkapi koleksinya
dari berbagai negara. Hal ini bertujuan untuk pamer kekayaan. Kumpulan benda
atau koleksi mencerminkan minat dan perhatian khusus pemiliknya. Tempat
tersebut hanya boleh dikunjungi oleh kalangan bangsawan, dan kalangan tertentu
saja karena tempat tersebut melambangkan derajat dari sang pemilik. Dan hal ini
berlangsung hingga abad ke 18. Museum seperti itu disebut Cabinet of
10. 10
Curiosities. Benda-benda hasil seni rupa ditambah benda-benda dari luar Eropa
merupakan modal yang kelak menjadi dasar pertumbuhan museum-museum besar
di Eropa.
3.1.3.Abad Ke-18 (Zaman Sesudah Renaissance)
Museum pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam karya tulis
seorang sarjana. Ini terjadi di zaman ensiklopedis yaitu zaman setelah
Renaissance atau masa pencerahan di Eropa Barat, di tandai dengan ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat, sehingga muncullah keinginan para
bangsawan untuk mengumpulkan benda-benda antik dan kegiatan orang-orang
untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka tentang manusia,
berbagai jenis flora maupun fauna serta tentang bumi dan jagat raya di sekitarnya.
Perdagangan antar negara, khususnya dengan negara-negara di luar Eropa, juga
mengalami perkembangan.
Pada akhir abad 18, museum mulai dikelola oleh organisasi atau lembaga baik
pemerintah maupun swasta sebagai tempat penyimpanan dan memamerkan
benda-benda yang memiliki nilai arkeologi atau sejarah pada masyarakat. Negeri
Belanda yang merupakan bagian dari Eropa dalam hal ini juga tidak ketinggalan
dalam upaya mendirikan museum.
Terlihat pada gambar diatas para bangsawan sedang menikmati
koleksi museum pribadi milik bangsawan lainnya.
11. 11
Museum tertua di dunia yang masih ada sampai sekarang, yaitu Capitoline
Museums, merupakan museum dengan koleksi seni yang ditujukan untuk publik
yang paling tua di dunia, dimulai pada tahun 1471 ketika Paus Siktus IV
mendonasikan sekelompok koleksi patung kuno untuk masyarakat Roma. Sejak
itu, koleksi museum telah berkembang untuk memasukkan sejumlah besar patung
Romawi kuno, prasasti, sebuah koleksi abad pertengahan dan Renaissance seni,
koleksi perhiasan, koin, dan artefak lainnya. Museum ini dimiliki dan
dioperasikan oleh pemerintah kota Roma.
3.1.4.Abad Ke-19 (The Nineteenth)
Dan pada abad ke-19 hingga saat ini museum berkembang menjadi banyak
jenisnya sesuai dengan kebutuhan lembaga pengelolanya. Seperti halnya museum
dirgantara, untuk menyimpan pesawat yang memiliki nilai sejarah. Museum
biologi, untuk menyimpan benda-benda yang berhubungan dengan ilmu ini,
museum flora dan fauna di Nusa Tenggara Timur, dan masih banyak lagi jenis
museum yang lainnya.
Pada awal abad ke-19, pemberian akses publik terhadap koleksi yang sebelumnya
bersifat pribadi telah menjadi sesuatu yang lebih umum. Selama kurang lebih 100
tahun kemudian, otoritas regional dan nasional di seluruh dunia menegaskan
bahwa museum ditujukan untuk kepentingan publik. Dalam perkembangannya,
museum telah menjadi bagian dari perwujudan identitas nasional. Fenomena ini
Ruang koleksi patung Museum Capitoline
12. 12
awalnya terlihat di Hungaria, Moravia, Austria ataupun Polandia. Peningkatan
minat terhadap barang antik pun menyebabkan penggalian situs arkeologi dan
berdampak pada pengembangan museum. Rusia, Denmark, Perancis, dan Yunani
memelopori berdirinya museum arkeologi yang menyimpan koleksi arkeologis
yang digali dari wilayah setempat. Setelah Inggris melaksanakan reformasi sosial
untuk mengatasi masalah akibat industrialisasi, pengembangan museum kota
mulai terjadi.
Dukungan terhadap museum oleh otoritas lokal dipandang sebagai sarana untuk
memberikan instruksi dan hiburan kepada penduduk. Ini menjadi subyek dari
undang-undang khusus yang terbit pada tahun 1845. Museum juga dipandang
sebagai kendaraan untuk mempromosikan desain industri serta prestasi ilmiah dan
teknis. Promosi tersebut dipelopori oleh Victoria and Albert Museum and Science
Museum di South Kensington, London. Koleksi kedua museum diperoleh dari
Pameran Besar tahun 1851 yang pameran pertama di dunia. Pameran internasional
telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan sejumlah
museum sejak saat itu, termasuk Museum Teknis Perindustrian dan Perdagangan
di Wina dan Istana Discovery di Paris. Selama paruh kedua abad ke-19 museum
mulai berkembang biak di Eropa. Kebanggaan warga dan gerakan pendidikan
gratis adalah salah satu penyebab dari perkembangan ini. Sekitar 100 museum
dibuka di Inggris dalam 15 tahun sebelum tahun 1887, sedangkan 50 museum
didirikan di Jerman dalam lima tahun selama 1876-1880. Ini juga merupakan
periode inovasi. Museum Liverpool di Inggris, misalnya, mulai mengedarkan
spesimen ke sekolah-sekolah untuk tujuan pendidikan, panorama dan kelompok
habitat yang digunakan untuk memfasilitasi interpretasi.
Ketika pencahayaan gas pertama dan penerangan listrik tersedia, museum dibuka
pada malam hari untuk memberikan layanan kepada mereka yang tidak sempat
untuk mengunjunginya di siang hari. Booming museum juga melanda kawasan di
luar Eropa dan AS. Di Amerika Selatan museum baru didirikan di kota-kota dan
di provinsi-provinsi. Beberapa dari mereka disediakan oleh universitas, seperti
Museum Geologi di Lima, Peru (1891) atau Museum Geografis dan Geologi di
13. 13
São Paulo, Brazil (1895). Lainnya diciptakan oleh badan provinsi: museum
regional di Córdoba (1887), Gualeguaychu (1898) di Argentina, di Ouro Prêto,
Brasil (1876), Museum Hualpen, Chili (1882) atau Museum dan Perpustakaan
Kota di Guayaquil, Ekuador (1862).
Pada saat yang bersamaan, Museum India di Calcutta dan Museum Pusat Budaya
Indonesia di Jakarta adalah lembaga mapan di Asia. Sementara di Jepang, sebuah
museum untuk mendorong industri dan pengembangan sumber daya alam yang
dibuka pada tahun 1872, memberikan dasar bagi terbentuknya Museum Nasional
Tokyo dan Museum Sains Nasional. Meskipun beberapa museum komunitas studi
juga ada di Cina pada akhir abad 19, museum pertama dalam arti kata yang kaku
adalah Museum Nantung di provinsi Kiangsu yang didirikan pada tahun 1905.
Satu decade kemudian berdiri Museum Sejarah China di Peking (Beijing) dan
Museum Northern Territory di Tientsin. Museum-museum lain di Asia adalah
koleksi di Grand Palace di Bangkok yang didirikan pada tahun 1874 (sekitar 60
tahun kemudian menjadi Museum Nasional Thailand), Museum Nasional Ceylon
dibuka untuk umum pada tahun 1877, Museum Sarawak dibuka pada tahun 1891
dan Museum Peshawar di Pakistan dibuka pada tahun 1906.
Afrika ternyata juga tidak mau ketinggalan. Di Afrika tengah dan selatan, museum
didirikan pada awal abad ke-20. Museum Nasional Zimbabwe di Bulawayo dan
Harare didirikan pada tahun 1901, Museum Uganda berasal pada tahun 1908 dari
koleksi yang dirakit oleh Komisaris Distrik Inggris dan Museum Nasional Kenya
di Nairobi dimulai oleh Masyarakat Sejarah Alam Afrika Timur dan Uganda pada
tahun 1909. Museum pertama di Mozambik, Dr. Alvaro de Castro Museum di
Maputo didirikan pada tahun 1913. Sementara itu, di Afrika Utara, Museum Mesir
di Kairo telah dipindahkan ke gedung baru pada tahun 1902 dan beberapa koleksi
telah dipindahkan untuk membentuk dua lembaga baru: Museum Islaiih Clt
(1903) dan Museum Koptik (1908). Di Afrika Selatan ada pembangunan museum
di sejumlah provinsi, misalnya di Grahamstown (1837), Port Elizabeth (1856),
Bloemfontein (1877), Durban (1887), Pretoria (1893) dan Pietermaritzburg
(1903).
14. 14
Selama abad ke-20 sejumlah kekuatan sosial mempengaruhi perkembangan
museum, khususnya museum nasional dan regional. Konsekuensi sosial yang
mendalam dari dua perang dunia, Revolusi Rusia tahun 1917 dan periode resesi
ekonomi memunculkan periode penilaian ulang. Pemerintah, asosiasi profesi, dan
organisasi lain yang meninjau peran museum dalam mengubah masyarakat dan
membuat sejumlah saran untuk meningkatkan layanan mereka kepada publik. Di
beberapa negara pendekatan baru dikembangkan di mana museum dikembangkan
untuk mencerminkan nenek moyang mereka yang beragam. Perubahan radikal itu
terutama terjadi di Rusia di mana koleksi museum di bawah kontrol negara setelah
Revolusi Rusia tahun 1917.
Keyakinan Lenin bahwa budaya adalah untuk rakyat dan upaya untuk
melestarikan warisan budaya negara itu menyebabkan peningkatan sebanyak tiga
kali lipat dalam 20 tahun. Tidak hanya itu banyak warisan seni, sejarah dan ilmiah
negara disatukan bersama dalam museum, tapi museum jenis lain juga muncul. Di
Jerman banyak museum regional didirikan setelah Perang Dunia I untuk
mempromosikan tokoh-tokoh sejarah tanah air dan mereka pasti mendorong
kecenderungan nasionalistik yang mengarah ke era Nazi. Tahun-tahun setelah
Perang Dunia II merupakan periode pencapaian luar biasa bagi museum. Hal ini
tercermin baik dalam kebijakan internasional dan nasional. Museum menjadi
fasilitas pendidikan, sumber aktivitas waktu luang dan media komunikasi.
Kekuatan mereka terletak pada kenyataan bahwa mereka adalah repositori dari hal
yang nyata bisa menginspirasi dan membangkitkan rasa takjub dan nostalgia.
Di Eropa, khususnya, ada periode rekonstruksi pascaperang. Banyak harta karun
seni telah dipindahkan ke tempat aman selama perang yang harus dipulihkan.
Rekonstruksi ini memberikan kesempatan untuk merealisasian beberapa ide yang
sempat mandeg. Sebuah pendekatan baru muncul di mana kurator di museum
besar menjadi anggota tim yang terdiri dari para ilmuwan sebagai konservator,
desainer untuk membantu dalam pekerjaan pameran, pendidik untuk
mengembangkan fasilitas bagi siswa dan masyarakat, ilmuwan informasi untuk
15. 15
menangani data ilmiah yang melekat dalam koleksi, bahkan manajer pemasaran
untuk mempromosikan museum dan pekerjaannya. Sebagai hasil dari inovasi
tersebut, museum menemukan popularitas baru dan semakin menarik minat
pengunjung. Banyak dari para pengunjung adalah wisatawan. Pemerintahan,
khususnya di negara-negara Eropa tertentu, segera mengakui kontribusi museum
bagi perekonomian.
Fungsi museum seperti ini adalah sebagai institusi permanen, nirlaba, melayani
kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan
benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis,
dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran
imajinatif pada masa depan. Sejak tahun 1977, setiap tanggal 18 Mei diperingati
sebagai Hari Museum Internasional. Fungsi museum yang seperti ini sudah
merupakan museum dan fungsinya yang digunakan saat ini yang bisa disebut
dengan museum modern.
Tujuan museum modern adalah mengumpulkan, melestarikan, menafsirkan, dan
menampilkan seni, budaya, atau ilmiah penting untuk pendidikan masyarakat.
Tujuannya juga dapat bergantung pada satu sudut pandang. Untuk keluarga yang
Gambar Museum Guggenheim Bilbao, Spanyol, merupakan salah
satu museum modern saat ini.
16. 16
mencari hiburan, perjalanan ke museum sejarah lokal atau besar museum seni
kota bisa menjadi menyenangkan, dan cara mencerahkan untuk menghabiskan
hari. Untuk pemimpin kota, komunitas museum yang sehat dapat dilihat sebagai
ukuran kesehatan ekonomi kota, dan cara meningkatkan kecanggihan
penghuninya. Untuk seorang profesional museum, museum bisa dipandang
sebagai cara untuk mendidik masyarakat tentang misi museum, seperti hak-hak
sipil atau environmentalisme.
Dapat diketahui bahwa fungsi museum tidak banyak berubah dari masa ke masa.
Adapun fungsi museum yang dapat kita ketahui adalah sebagai berikut :
1. Tempat Menyimpanan Warisan Budaya Leluhur
Museum merupakan salah satu tempat yang tepat untuk menyimpan sekaligus
mengamankan warisan budaya yang ada di Indonesia. Warisan budaya semisal
keris, baju adat kerajaan masa lalu, dll. Dengan adanya warisan budaya leluhur,
maka museum harus menjadi bahan yang representatif untuk para
pengunjungnya.
2. Dokumentasi untuk Sarana Penelitian
Masa lalu tidak akan bisa kita selami tanpa adanya dokumentasi yang didapat
pada zamannya. Adanya naskah-naskah kuno menjadi salah satu dokumentasi
yang bisa dijadikan penelitian untuk diaplikasikan pada zaman sekarang.
3. Ilmu Pengetahuan
Tidak hanya kalangan peneliti yang harus mengetahui semua kebudayaan masa
lalu, tetapi hasil penelitian tersebut harus di sebarkan kepada masyarakat. Salah
satu fungsi museum adalah sebagai alat untuk penyebaran ilmu tersebut.
4. Mengenalkan Kebudayaan dari Luar
Di museum kita akan bisa melihat warisan budaya masa lampau dari berbagai
kawasan, khususnya di Indonesia. Bila kita datang ke museum nasional, maka
warisan dari tiap daerah hampir semuanya ada di tempat tersebut.
5. Visualisasi Budaya dan Warisan Masa Lalu
Ini fungsi yang paling penting dari museum. Kita tidak akan bisa kembali ke
tahun di mana warisan dan budaya itu terbentuk. Museum sebagai salah satu
alat untuk menggambarkan masa-masa tersebut.
17. 17
6. Cermin untuk Masa Datang
Kita bisa melihat bagaimana adanya peradaban sekarang. Bentuk yang ada
sekarang sebenarnya terbentuk dari masa lalu. Karena bisa dikatakan sejarah
adalah sebagai salah satu cermin untuk kehidupan yang akan datang.
7. Menambah Keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa
Museum juga akan menjadikan kita merasa kagum akan kekayaan budaya
masa lampau. Bagaimana kebudayaan tersebut terbentuk merupakan sebuah
daya cipta dari Tuhan Yang Maha Esa.
3.3. Sejarah Museum di Indonesia
2.3.1.Periode Belanda
Perkembangan museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan museum
di Indonesia. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E. Rumphius
yang pada abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya untuk menulis tentang
Ambonsche Landbeschrijving yang antara lain memberikan gambaran tentang
sejarah kesultanan Maluku, di samping penulisan tentang keberadaan kepulauan
dan kependudukan.
Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan, baik
pada masa VOC maupun Hindia-Belanda, makin jelas. Pada tanggal 24 April
1778 dibangun museum yang paling tua milik Belanda, yaitu Bataviaasch
Genootschap von Kunsten en Westenschappen (Perkumpulan Batavia untuk
Memajukan Kesenian dan Ilmu Pengetahuan) di Jakarta. Museum ini memiliki
slogan "Ten nutten van het gemmen" yang berarti untuk kepentingan umum.
Museum ini berisi buku-buku dan benda-benda ilmu alam dan sosial budaya.
Museum ini mengkhususkan pada bidang ilmu bahasa, ilmu bumi, dan ilmu
bangsa-bangsa Dengan beranggotakan tokoh-tokoh pemerintah, perbankan, dan
perdagangan. Pada tahun 1915 didirikan Museum Bali di Denpasar. Sekitar tahun
1930-an Striching End Bataviaasch (Perkumpulan Belanda Kuno) mendirikan
Museum End Batavia (Museum Belanda Kuno), yang merupakan suatu museum.
18. 18
2.3.2.Periode Inggris
Pada waktu Inggris mengambil alih kekuasan dari Belanda, Raffles langsung
mengepalai Batavia Society of Arts and Sciences. Pada periode ini museum
berfungsi sebagai lembaga penasihat pemerintah. Nama Bataviaasch Genootschap
von Kunsten en Westenschappen diganti menjadi Batavian Society of Arts an
Sciences (Perkumpulan Seni dan Ilmu Pengetahuan Orang-orang Batavia).
Pada masa ini preranan museum semakin berkembang. Selain itu juga pengelola
museum mengadakan penerbitan dimana penerbitan ini kemudian bekerjasama
dengan lembaga-lembaga di luar negeri. Museum juga digunakan oleh para ahli
sebagai pusat pertemuan para orientalis, yaitu ilmuwan yang tertarik pada
masalah-masalah atau ilmu-ilmu ketimuran.
2.3.3.Periode Indonesia
Sesudah kemerdekaan Indonesia 1945 museum diabadikan pada pembangunan
bangsa Indonesia. Para ahli bangsa Belanda yang aktif di museum dan lembaga-
lembaga yang berdiri sebelum 1945, masih diizinkan tinggal di Indonesia dan
terus menjalankan tugasnya. Namun di samping para ahli bangsa Belanda, banyak
juga ahli bangsa Indonesia yang menggeluti permuseuman yang berdiri sebelum
1945 dengan kemampuan yang tidak kalah dengan bangsa Belanda.
Museum Van Het Bataviaasch Genootchap voor Kusten en
Wetenschappen tahun 1900, dari KITLV LEIDEN.
19. 19
Memburuknya hubungan Belanda dan Indonesia akibat sengketa Papua Barat
mengakibatkan orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia, termasuk orang-
orang pendukung dan penyandang dana lembaga tersebut, keberadaan museum
jadi terbengkalai.
Sejak itu terlihat proses Indonesianisasi terhadap berbagai hal yang berbau
kolonial, termasuk pada 29 Februari 1950 Bataviaach Genootschap van Kunsten
en Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI).
LKI membawahkan dua instansi, yaitu museum dan perpustakaan. Pada 1962 LKI
menyerahkan museum dan perpustakaan kepada pemerintah, kemudian menjadi
Museum Pusat beserta perpustakaannya. Teknologi meningkat dan arus
komunikasi lancar, sehingga budaya asing masuk dengan cepat. Untuk
menanggulangi pengaruh budaya asing yang negatif, pemerintah Republik
Indonesia membentuk Jawatan Kebudayaan di Yogyakarta. Jawatan Kebudayaan
merupakan satu organisasi Kementriaan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.
Pada tahun 1975, di Jawatan Kebudayaan ini ditambah satu unit kerja yaitu
Urusan Museum yang bertugas untuk membina dan mengembangkan
permuseuman.
Periode 1962-1967 merupakan masa sulit bagi upaya untuk perencanaan
mendirikan Museum Nasional dari sudut profesionalitas, karena dukungan
keuangan dari perusahaan Belanda sudah tidak ada lagi. Di tengah kesulitan
tersebut, pada 1957 pemerintah membentuk bagian Urusan Museum. Urusan
Museum diganti menjadi Lembaga Urusan Museum-Museum Nasional pada
1964, dan diubah menjadi Direktorat Museum pada 1966. Pada 1975, Direktorat
Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman.
Pada 17 September 1962 LKI dibubarkan, Museum diserahkan pada pemerintah
Indonesia dengan nama Museum Pusat di bawah pengawasan Direktorat Jenderal
Kebudayaan. Museum Pusat diganti namanya menjadi Museum Nasional pada 28
Mei 1979. Penyerahan museum ke pemerintah pusat diikuti oleh museum-
museum lainnya. Yayasan Museum Bali menyerahkan museum ke pemerintah
20. 20
pusat pada 5 Januari 1966 dan langsung di bawah pengawasan Direktorat
Museum. Begitu pula dengan Museum Zoologi, Museum Herbarium, dan
museum lainnya di luar Pulau Jawa mulai diserahkan kepada pemerintah
Indonesia. Sejak museum-museum diserahkan ke pemerintah pusat, museum
semakin berkembang. Museum baru pun bermunculan, baik diselenggarakan oleh
pemerintah maupun oleh yayasan-yayasan swasta.
Perubahan politik akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa
pada 1998, telah mengubah tata negara Republik Indonesia. Perubahan ini
memberikan dampak terhadap permuseuman di Indonesia. Direktorat
Permuseuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan Museum di bawah
Departemen Pendidikan Nasional pada 2000. Pada 2001, Direktorat Sejarah dan
Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman. Susunan organisasi diubah
menjadi Direktorat Purbakala dan Permuseuman di bawah Badan Pengembangan
Kebudayaan dan Pariwisata pada 2002. Direktorat Purbakala dan Permuseuman
diubah menjadi Asdep Purbakala dan Permuseuman pada 2004. Akhirnya pada
2005, dibentuk kembali Direktorat Museum di bawah Direktorat Jenderal Sejarah
dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (Tim Direktorat
Museum).
3.4. Pengertian, Jenis-jenis Audiens, dan Hubungan Audiens dengan Museum
Pengertian audiens disini ialah para pengunjung museum yang datang dengan
tujuan tertentu baik yang datang secara sadar ataupun terpaksa karena penugasan.
Adapun pengunjung yang datang dengan tujuan rekreasi biasanya datang sengaja
untuk melihat koleksi museum ataupun menjawab rasa keingintahuan tentang
perjalanan sejarah daerah ataupun negaranya melalui benda benda yang menjadi
saksi bisu sejarah. Adapun jenis audiens berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 3
jenis ;
a. Pengunjung rerkreasi
b. Pengunjung kebutuhan pendidikan
c. Pengunjung khusus
21. 21
Pengunjung museum memiliki keragaman yang dapat diamati dari segi
demografis, geografis, psikografis, dan perilaku. Oleh sebab itu, untuk mengamati
siapa yang menjadi pengunjung museum, diperlukan adanya pembagian
pengunjung atau lazim disebut dengan segmentasi pengunjung. Segmentasi yang
paling umum digunakan oleh berbagai museum adalah segmentasi demografis,
yang membagi pengunjung ke dalam kategori dasar seperti usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan lain sebagainya. Keragaman
pengunjung museum juga dapat diamati dan dikelompokkan dalam berbagai
kategori. Seperti kategori pengunjung yang dibuat oleh Direktorat Museum dalam
Pedoman Museum Indonesia (2010), yang mengelompokkan pengunjung museum
berdasarkan intensitas dan tujuan kunjungannya.
Berdasarkan intensitasnya, pengunjung dibagi menjadi :
1. Kelompok yang secara rutin berhubungan dengan museum, seperti kolektor,
seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa dan pelajar.
2. Kelompok orang yang baru mengunjungi museum.
Sementara dari tujuan kunjungan, pengunjung museum dibedakan menjadi :
1. Pengunjung pelaku studi,
2. Pengunjung tujuan tertentu,
3. Dan Pengunjung pelaku rekreasi (Direktorat Museum, 2010: 22 – 23).
Berbeda dengan kategori yang dibuat oleh Direktorat Permuseuman (Graham
Black, 2005: 11) membagi pengunjung museum dalam kategori sebagai berikut :
1. Demografi : sebagai contoh adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, kelas
sosial atau pekerjaan.
2. Geografi : lokal, turis nasional atau internasional.
3. Sosio-ekonomi : (A) manajer tingkat atas, administrator atau professional. (B)
manajer tingkat menengah, administrator atau profesional. (C1) pengawas,
tata usaha atau manajerial. (C2) pekerja manual terlatih. (D) pekerja manual
semi dan tidak terlatih. (E) pensiunan, tidak bekerja, pekerja kelas bawah.
22. 22
4. Struktur pendidikan: pendidikan primer atau dasar (sampai usia 11 atau 12),
pendidikan menengah atau atas (usia 11 sampai 16 atau 18), perguruan tinggi
atau universitas.
5. Minat khusus : spesialis subjek tertentu, pembelajar mandiri, komunitas
misalnya komunitas sejarah lokal.
6. Psikografi : gaya hidup, opini, perilaku.
Kategori pengunjung yang berbeda dibuat oleh Hooper-Greenhil (1994: 100-112),
yang membagi kategori pengunjung berdasarkan kebutuhan dasarnya, yaitu:
a. Pengunjung keluarga (orang tua yang membawa anaknya ke museum).
b. Pengunjung dari kelompok pendidikan (siswa sekolah, mahasiswa, guru).
c. Pengunjung dengan kebutuhan khusus (pengunjung difabel).
3.5. Peranan Audiens Terhadap Eksistensi Museum
Dapat dipastikan bahwa kunjungan masyarakat ke suatu museum mempunyai
maksud tertentu. Mereka pastinya didasari kepada keinginan atau motivasi
tertentu sehingga mau mendatangi museum-museum. Masyarakat Indonesia
dewasa ini dapat dinyatakan masih berada dalam tahap transisi untuk dinamakan
modern. Di kota-kota besar masyarakat telah mengenyam pendidikan yang lebih
maju dan setidaknya mengerti guna suatu museum. Dalam pada itu sebagian
masyarakat di pedesaan dan pelosok-pelosok Indonesia tentunya akan sulit jika
harus berpikir tentang kedudukan dan peran museum di tengah masyarakat.
Dengan demikian yang dimaksudkan sebagai masyarakat para pengunjung
museum adalah masyarakat di kota-kota atau mereka yang telah terpelajar,
walaupun tidak berasal dari tataran pendidikan tinggi. Keberadaan museum di
suatu negara adalah keniscayaan, kehadirannya di tengah masyarakat sebenarnya
sudah merupakan keharusan. Sebagai masyarakat negara yang mengembangkan
dan menghargai pencapaian peradaban masa lalunya, museum mutlak harus ada.
23. 23
Selanjutnya apabila suatu museum telah resmi didirikan, tahapan berikut adalah
apresiasi dari khalayak umum. Apabila tidak ada bentuk apresiasi, maka museum
yang baru didirikan itu akan menjelma menjadi gudang penyimpanan benda-
benda masa lalu saja. Bentuk apresiasi yang nyata bagi suatu museum adalah
banyaknya kunjungan dari masyarakat ke museum, banyaknya kegiatan yang
dilakukan masyarakat berkenaan dengan kedudukan museum, dan bermacam
aktivitas masyarakat yang terkait dengan museum. Masyarakat merupakan
organisme sosial yang dinamis, wujudnya pun bermacam-macam serta banyak
kategori yang dapat dikenakan kepadanya. Dapat dinyatakan bahwa masyarakat
pengunjung museum adalah salah satu segmen khusus masyarakat yang secara
sadar atau tidak sadar mau mendatangi museum, karena kunjungan ke museum-
museum di Indonesia masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat.
Suatu kajian terhadap pengunjung museum dapat dilakukan oleh pengelola
museum sendiri ataupun oleh lembaga lain, atau juga oleh peneliti untuk
keperluan studinya. Sebenarnya hasil dari kajian yang dilakukan terhadap
masyarakat pengunjung museum dapat digunakan oleh pihak museum untuk
mengembangkan museum dari berbagai aspeknya.
3.6. Perkembangan Museum dan Audiens Di Indonesia
Umumnya peran museum di negara-negara maju sangat penting dalam
memperkuat identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Kepedulian
akan identitas masyarakat atau bangsa di negara maju terhadap perkembangan
budaya beserta lingkungannya tercermin dari banyaknya minat orang untuk
mengunjungi museum. Hal ini sangat kontras dengan kondisi di Indonesia.
Persepsi masyarakat terhadap museum antara lain masih sebagai tempat
penyimpanan benda benda kuno yang sudah tidak berfungsi lagi pada masa
sekarang, sebagai tempat untuk mengenal sejarah melalui benda yang dihasilkan
oleh suatu masyarakat, serta sebagai tempat untuk hiburan atau berwisata
dilingkungan museum. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar museum di
Indonesia saat ini lebih mencerminkan kesan formal seperti layaknya gedung
24. 24
perkantoran yang tidak saja kotor, kusam dan seram, tetapi juga kurang terlihat
kesan memiliki daya tarik untuk mengundang minat masyarakat atau wisatawan
untuk berkunjung ke museum.
Lebih jauh lagi adalah sebagian besar museum di Indonesia dibangun atau
dikembangkan baru sampai pada peran tidak lebih untuk mengumpulkan,
meregistrasi, mengkonservasi, dan menyimpan, belum sampai pada tahap
menginformasikan dan memamerkan untuk kepentingan pemahaman dan apresiasi
komunitas masyarakat sekelilingnya. Sehingga sangat disayangkan apabila
museum sebagai jendela budaya dikembangkan, dikelola dan dinikmati hanya
untuk dirinya sendiri. Yang menyedihkan, museum hingga saat ini belum
memperlihatkan orientasi memberikan manfaat kepada para pemangku
kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya pemerintah, swasta dan
masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung yang bergerak antara lain
di bidang pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi, pemasaran, dan bahkan
dalam pengelolaannya belum menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang.
Secara umum perkembangan museum di Indonesia adalah:
1. Baru sampai pada peran tidak lebih untuk mengumpulkan,
meregistrasi, mengkonservasi, dan menyimpan, belum sampai pada tahap
menginformasikan dan memamerkan untuk kepentingan pemahaman dan
apresiasi komunitas masyarakat sekelilingnya.
2. Museum hingga saat ini belum memperlihatkan orientasi memberikan manfaat
kepada para pemangku kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya
pemerintah, swasta dan masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung
3. Pengelolaan museum belum menyesuaikan dengan kemajuan bidang dan ilmu
pengetahuan teknologi lainnya.
Selama ini kebanyakan masyarakat indonesia memandang museum sebagai
tempat yang kurang menarik untuk dikunjungi. Salah satu penyebab utamanya
adalah mereka juga tidak memberikan apersisi yang lebih tinggi terhadap
25. 25
kebaradaan suatu museum. Banyak masyarakat yang punya pendapat jika museum
hanya dijadikan tempat untuk menyimpan benda kuno saja. Bahkan yang lebih
parah lagi ada sebagian orang yang menghubungkan keberadaan benda kuno yang
sebebnarnya punya nilai sejarah tinggi itu dengan hal-hal lain yang berkaitan
dengan dunia gaib atau klenik akibatnya adlah muncul prasangka apabila
mengunjungi museum itu merupakan hal yang tidak punya manfaat bahkan
bertentangan dengan ajaran agama tertentu. Pola pemikiran inilah yang
menjadikan museum makin sepi dari pengunjung.
Pengelolaan museum yang ada di Indonesia juga kurang bagus dibandingkan
dengan museum yang ada diEropa sana. Meski sebenarnya punya benda koleksi
yang sangat lengkap. Namun karena itu tidak dikelola dengan baik akibatnya
museum tersebut kurang mempunyai daya tarik yang lebih tinggi penglola kurang
berani melakukan terobosan baru sebab terkendala oleh aturan birokrasi yang
begitu rumit. Beberapa kondisi inilah yang menyebabkan perkembangan museum
diindonesia kalah maju jika dibandingkan dengan perkembangan museum
diEropa. Tapi apabila masyarakat mau memberi apersiasi yang lebih tinggi dan
berhasil menghilangkan stigma yang kurang bagus pada museum tentu kita bis
mengejar ketertinggalan tersebut.
Berbeda dengan museum di Eropa, hampir semua orang Eropa memandang
bahwa museum itu merupakan suatu tempat yang sangat menarik untuk
dikunjungi. Penduduk disana punya apresiasi yang sangat tinggi terhadap
keberadaan suatu museum. Banyak masyarakat yang punya pendapat jika museum
hanya dijadkan tempat untuk meyimpan benda kuno saja tapi juga sebagai media
untuk mempelajari kehidupan yang telah terjadi pada masa lalu dan berbagai
macam ilmu pengetahuan lainya. Selain itu kebanyakan museum di Eropa punya
benda koleksi yang lebih fariatif dan menarik. Bahkan pengelola museum terus
berusaha mencari terobosan baru agar pengunjung tidak merasa bosan untuk
datang ke museum tersebut misalnya tat ruang yang selalu dirubah dalam jangka
waktu tertentu. Hal ini lah yang menyebabkan perkembangan museum di Eropa
lebih bagus dan bisa menjadi obyek wisata yang menarik.
26. 26
3.7. Upaya Pihak Museum Menarik Audiens
Upaya museum dalam menarik minat para audiens adalah sebagai berikut:
1) Museum mengadakan kegiatan keliling kesekolah-sekolah yang namanya
Museum go to School.
2) Membangun kesan yaitu museum bisa menjadi tempat untuk orang yang
memahami tentang persaingan yang sehat, prestasi tentang perjuangan.
Dengan mengadakan kegiatan lomba dengan konteks yang berkaitan dengan
sejarah dan kebudayaan, sehingga kesan yang ditampilkan museum bukan
hanya tempat untuk barang-barang kuno tapi juga tempat untuk berekspresi.
3) Membangun pengalaman. (Budi Supriyanto, Kepala Seksi Pelayanan
Museum Lampung; Kamis, 12 Mei 2016).
Fungsi lainnya dari museum adalah museum sebagai ruang publik bagi siapapun
yang ingin berekspresi tentang kebudayaan. Namun, kenyataan belum
menunjukkan keadaan yang diharapkan. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi untuk
memperbaiki fungsi museum dan menarik pengunjung. Beberapa cara yang dapat
ditempuh diantaranya:
1. Lakukan kegiatan interaktif dan menghibur
Pengemasan program kunjungan yang menarik akan menumbuhkan minat
pengunjung untuk memasuki museum, misalnya dengan menyediakan photo
booth dan maskot museum untuk mengabadikan momen pengunjung yang
pernah mengunjungi museum, menyediakan mini store yang menyediakan
souvenir-souvenir museum, mengadakan event tertentu dengan menggunakan
unsur-unsur yang terdapat di dalam museum dan menciptakan tema-tema yang
berubah pada hari-hari tertentu.
2. Promosi Secara Efektif
Promosi merupakan kunci utama dalam menarik pengunjung. Banyak sekali
cara promosi yang dapat dilakukan, tergantung target pemasaran. Misalnya,
untuk membidik target remaja, promosi dapat dilakukan melalui jejaring sosial
seperti twitter, facebook, hello, dan sebagainya. Pihak museum juga dapat
mengadakan pemilihan teen ambassador of museum dari kalangan pelajar,
sehingga dapat menarik minat para remaja berprestasi dan populer yang
27. 27
menjadi inspirasi untuk remaja-remaja lainnya. Apabila sasarannya adalah
pelajar SD atau SMP, pihak museum dapat mengundang sekolah-sekolah
tersebut untuk mengunjungi museum secara kolektif dan melakukan sosialisasi
museum ke sekolah-sekolah melalui ambassador yang telah terpilih. Selain itu,
promosi juga dapat dilakukan di tempat-tempat umum seperti mall untuk
menjangkau target sasaran yang lebih luas, misalnya keluarga.
3. Perhatian Terhadap Kebersihan dan Penyajian Barang Koleksi
Untuk menghilangkan kesan suram, usang, dan menyeramkan, kebersihan
museum harus dijaga. Sirkulasi udara dan fasilitas seperti toilet, tempat duduk,
dan tempat ibadah juga harus diperhatikan. Penataan barang pajangan juga
harus ditata sedemikian rupa sehingga enak dipandang. Penataan tersebut juga
dapat dipindah atau diubah secara berkala dalam periode waktu tertentu
sehingga tidak membosankan. Akan lebih menarik lagi jika penataan diatur
menurut waktu sehingga menjadi sebuah alur cerita. Dengan begitu, benda-
benda yang dipajang dapat lebih dimaknai, bukan hanya dianggap sebagai
benda mati tak berarti.
4. Merekrut Tenaga yang Ahli Dibidangnya
Pihak pengelola museum harus memilki kemampuan di bidangnya, sehingga
pekerjaan yang dijalani dapat berhasil baik, terutama tour guide yang
mendampingi pengunjung untuk memberikan informasi atas segala sesuatu
yang dipamerkan di museum. Guide tersebut harus menguasai segala sesuatu
yang berkaitan dengan museum, sehingga informasi yang disampaikan benar
dan valid.
5. Jalin Hubungan Baik
Museum tidak akan berkembang apabila hanya berdiri secara mandiri dan tidak
menjalin hubungan dengan pihak lain. Dengan menjalin hubungan yang
bersinergi bersama Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan
dan sebagainya, program-program yang diadakan museum akan mudah
mendapatkan dukungan sehingga berjalan sukses dan lancar.
28. 28
3.8. Hal Yang Didapat Oleh Audiens Di Museum
Museum menyajikan benda-benda koleksi apa adanya dan seimbang. Selama
benda itu secara fisik tersedia, maksudnya bendanya masih bisa kita temukan.
Karena ada dua yang jadi persoalan museum sekarang, yaitu ada cerita atau
keterangan tapi bendanya sudah tidak ada, contohnya adalah kain Inuh, sekarang
sudah tidak ada yang membuat kain Inuh dan juga ada bendanya tapi tidak ada
orang yang bisa menceritakan tentang benda tersebut, contohnya adalah
Pesihungan yaitu alat untuk menempatkan ramuan untuk upacara Asah Dini, tidak
ada orang yang bisa menceritakan tentang cara memakainya dan apa saja
ramuannya. Proses pameran yaitu proses Rekonsiliasi Budaya.
Disamping ilmu pengetahuan pada benda yang ada, Museum Lampung
menyampaikan segala sesuatu apa adanya dan disampaikan dengan seimbang
sehingga orang tidak rendah dimuseum. Karena jika suatu hari orang Saibatin atau
Pepadun mengunjungi museum mereka tidak merasa direndahkan karena
diberikan sisi yang sama pada kebudayaan mereka. Yang kedua, disini kami tidak
mengajarkan kebudayaan sebagai sesuatu yang harus dikuasai. Karena audiens
yang datang ke museum itu bermacam-macam, dari anak PAUD, TK, SD, SMP,
SMP hingga perguruan tinggi dan Profesor dan masyarakat lainnya, mereka punya
kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, apa yang museum sajikan ini yang
terpenting adalah sesuatu yang dalam konteks secara keseluruhan tata pameran
bisa dinikmati, kalau proses belajarnya sendiri dalam museum hanya berlangsung
sebentar.
Posisi museum yang pertama yaitu di museum orang bisa rekonsiliasi, jadi orang
tidak perlu ribut tentang kebudayaan, yang kedua kami menyampaikan sesuatu
yang bisa dinikmati dan itu bernilai ilmu pengetahuan. Tapi kalau mau mendalami
konteks keahlian masing-masing kami juga bisa membantu. Tapi kalau anak
PAUD yang terpenting mereka masih ingat pernah datang museum, karena tidak
mungkin mengajarkan kebudayaan dalam waktu satu jam kepada anak-anak
PAUD (Budi Supriyanto, Kepala Seksi Pelayanan Museum Lampung; Kamis,12
Mei 2016).
29. 29
BAB IV
PEMBAHASAN
Museum merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti sejarah
perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu
sebagai prasarana sosial atau kebudayaan. Perubahan itu berlangsung secara
perlahan-lahan, dari museum yang awalnya digunakan sebagai tempat pemujaan,
tempat berkumpulnya para cendekiawan yang mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan, tempat penyimpanan barang pribadi raja dan orang-orang kaya,
tempat kumpulan ilmu pengetahuan, hingga digunakan sebagai tempat
memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang
benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan.
Pengertian tentang museum selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan
zamannya. Hal ini disebabkan museum senantiasa mengalami perubahan fungsi,
tugas, dan kewajibannya. Meski begitu ada salah satu fungsi museum yang masih
bertahan, yakni peran museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda yang
dianggap berharga, bersejarah, dan mempunyai nilai tinggi. Benda-benda yang
dimuseumkan tidak hanya benda yang mengandung nilai sejarah saja, namun juga
benda-benda yang bernilai karya seni tinggi dan termasuk juga benda-benda
mewah lainnya. Ada pula benda-benda unik yang dapat dimasukkan ke dalam
koleksi museum.
Zaman dulu museum tidak terjamah oleh orang-orang biasa apalagi orang-orang
awam karena dulu tidak setiap orang mengerti apa itu museum dan apa fungsi
serta kegunaanya. Hanya orang-oarng kaya dan terpandang saja yang mengetahui
tentang apa itu museum dan sering pergi kesana untuk bersantai dan
menghabiskan waktu mereka.
30. 30
Awal mula tercipta sebuah museum adalah karena adanya hobi dalam
mengumpulkan benda-benda yang dinilai berharga ataupun unik dan pada
akhirnya barang yang mereka kumpulkan sangat banyak dan mereka harus
memiliki tempat tersendiri untuk menempatkan koleksi-koleksi mereka itu agar
tetap awet dan tidak rusak atau hilang. Tempat berkumpulnya benda-benda
koleksi tersebut disebut museum. Bahkan pada abad pertengahan di Eropa, para
raja dan orang-orang kaya memiliki museum pribadi mereka sendiri untuk
menyimpan benda-benda pribadi mereka yang dianggap berharga. Mereka tidak
membukanya untuk masyarakat umum karena koleksinya menjadi ajang prestise
dari pemiliknya dan biasanya hanya diperlihatkan kepada para kerabat atau orang-
orang dekat saja. Bagi mereka (kolektor) yang suka mengoleksi benda-benda yang
seperti itu, mereka akan mempuyai kesan bangga atau kepuasan tersendiri untuk
memilikinya meskipun benda-benda yang dimuseumkan tersebut hanya dipajang
saja dan dinikmati sendiri atau tidak untuk dipamerkan. Namun ada juga kolektor
yang tidak keberatan memamerkan koleksi-koleksi museumnya kepada kerabat-
kerabat atau orang yang dianggap penting.
Museum awalnya didirikan hanya untuk keperluan pribadi saja dan dimiliki
perseorangan yakni hanya dimiliki oleh orang-orang elit dari menengah ke atas,
jadi orang-orang dikalangan bawah tidak dapat menikmatinya. Namun seiring
berjalannya waktu dan bertambahnya modernisasi, mulai diadakan museum yang
dibuka untuk umum. Tentu saja ini sangat menarik perhatian dan menjadi
kesenangan tersendiri bagi orang-orang yang tidak bisa menikmati museum pada
awalnya. Orang-orang Eropa memandang bahwa museum itu merupakan suatu
tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Penduduk disana punya apresiasi
yang sangat tinggi terhadap keberadaan suatu museum.
Museum yang sekarang adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari
keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum,
dengan tujuan menghubungkan dan memamerkan,benda-benda yang ada di
museum untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan, dan kesenangan (rekreasi).
Museum yang sekarang tidak hanya dimiliki perorang atau pribadi, namun juga
31. 31
ada yang dibuka untuk umum dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Museum
adalah tempat untuk pembuktian perkembangan peradaban manusia dan
lingkungannya. Jadi museum sebenarnya sangat penting karena dari museum
itulah kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan zaman dari masa ke masa
dan sejarah yang tersimpan didalamnya.
Ada dua jenis museum, yang pertama museum yang merupakan museum pribadi
yang sengaja dibuka untuk umum untuk memamerkan koleksi pemiliknya, dan
yang kedua adalah museum yang berdiri dibawah pemerintah dan dijadikan milik
bersama dan dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Semakin majunya
perkembangan zaman, semakin banyak berdiri museum-museum yang khusus
memamerkan benda-benda tertentu. Misalnya satu museum yang hanya
dikhususkan untuk memamerkan benda-benda yang ada di suatu daerah, seperti
museum daerah, yang hanya memamerkan kebudayaan masyarakat daerahnya,
kesenian daerahnya, sejarah, dan lain-lain. Ada juga museum batik, museum
makanan, museum sejarah perjuangan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh
museum daerah yang ada di lampung adalah Museum Lampung.
Di Indonesia, museum pertama yang berdiri pada 24 April 1778 bernama
Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang merupakan sebuah
lembaga berstatus setengah resmi, dipimpin oleh dewan direksi yang didirikan
oleh orang Belanda. Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
adalah tempat untuk menyimpan benda-benda penting, meliputi pembukuan
(boekreij); himpunan etnografis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori;
himpunan keramik; himpunan muzikologis; himpunan numismatik, dan cap-cap;
serta naskah-naskah (handschriften), termasuk perpustakaan. Kemudian setelah
Belanda berkuasa kembali setelah Inggris mengambil alih kuasa sebentar,
museum itu memusatkan perhatian pada ilmu kebudayaan, terutama ilmu bahasa,
ilmu sosial, ilmu bangsa-bangsa, ilmu purbakala, dan ilmu sejarah. Sekarang
Museum Bataviaach Genootschap lebih dikenal dengan Museum Nasional setelah
menempati gedung baru di Jl. Merdeka Barat No. 12 pada 1862 dan telah
berbentuk museum kebudayaan yang besar dengan perpustakaan yang lengkap.
32. 32
Di Lampung sendiri juga memiliki Museum Daearah yang bernama Museum
Lampung ‘Ruwa Jura’. Museum tersebut dibuka pada tanggal 24 September
1988. Museum tersebut mendapat status dari Dirgen UPT 1987 dan pada tahun
1988 mulai diresmikan. Awalnya hanya buka satu hari dalam seminggu karena
jumlah koleksi yang dimiliki masih sedikit. Baru pada tahun 1989 baru bisa buka
untuk pelayaanan museum secara umum. Dalam perkembangannya disekitar
masyarakat, mulai banyak masyarakat datang dari luar kota Bandar Lampung,
yang memiliki minat untuk mengunjungi Museum Lampung ini, sehingga
kebijakan yang sekarang museum dibuka setiap hari dari senin sampai minggu
kecuali hari libur Nasional, dan untuk hari jumat museum hanya buka dari pukul
08.00 sampai pukul 11.00 wib. Biaya untuk masyarakat umum dikenai sebesar
Rp. 4000, sedangkan bagi pelajar yang menunjukkan katu pelajar hanya dikenai
biaya sebesar Rp. 1000.
Hubungan museum denga audiens sangatlah erat, karena tanpa audiens museum
akan kehilangan salah satu fungsi atau kegunaannya, yaitu lembaga yang
melayani masyarakat untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan.
Tujuan museum juga selain untuk tempat penyimpanan adalah tempat yang
dibuka untuk umum dalam hal edukasi, rekreasi, dan sebagai tempat wisata
sehingga museum tanpa audiens bagaikan tempat mati. Koleksi-koleksi yang ada
didalam museum bertujuan sebagai sarana penyampaian pengetahuan untuk
masyarakat luas yang tidak dibatasi sehingga para audiens dapat mendapatkan
pengetahuan dan rasa kenyaman ketika berkunjung ke museum.
Suatu museum yang telah resmi didirikan harus memiliki apresiasi dari khalayak
umum. Apabila tidak ada bentuk apresiasi, maka museum yang baru didirikan itu
akan menjelma menjadi gudang penyimpanan benda-benda masa lalu saja. Bentuk
apresiasi yang nyata bagi suatu museum adalah banyaknya kunjungan dari
audiens (masyarakat) ke museum, banyaknya kegiatan yang dilakukan audiens
(masyarakat) berkenaan dengan kedudukan museum, dan bermacam aktivitas
audiens (masyarakat) yang terkait dengan sesuatu yang ada di museum. Hubungan
33. 33
museum dengan audiens (masyarakat) lebih bersifat presentasi, yaitu menyajikan
apa yang dikoleksinya untuk dinikmati oleh masyarakat. Agar penyajian itu lebih
menarik maka perlu pula diketahui pendapat audiens-nya.
Dipandang dari segi audiens (masyarakat) maka fungsi penting setiap museum
ialah penyampaian informasi mengenai khasanah pengetahuan yang terdapat
didalam museum itu kepada publik pengunjungnya, yang dilaksanakan melalui
sistem dan tata penyajian berbagai koleksinya. Tapi justru mengenai hal presentasi
atau penyajian koleksi yang pada umumnya dapat kita katakan, bahwa museum
belum lagi memanfaatkannya secara optimal. Inilah yang menjadi sebab sebagian
besar audiens (masyarakat) belum pernah mengunjungi museum. Mereka
(audiens) yang pernah mengunjungi museum adalah mereka yang termasuk
lapisan atas masyarakat; mereka yang pada umumnya menduduki posisi sosial
penting dan yang pernah menikmati pendidikan baik.
Minat para audiens juga ditentukan oleh cara-cara bagaimana kehadiran dan
segala kegiatan museum itu dapat menjadi pusat perhatian mayarakat
lingkungannya. Hal ini juga tergantung dari seberapa jauh media masa yang ada
menaruh perhatian terhadap museum tersebut. Dari hasil-hasil penelitian dan dari
teori-teorinya Eisenbeis berkesimpulan, bahwa museum akan dapat menjadi lebih
menarik atau memikat untuk para audiens-nya, apabila museum-museum tersebut
lebih banyak lagi menawarkan hal-hal yang beraneka ragam sifatnya, seperti – di
samping penyajian koleksi museum itu sendiri – pertunjukan film, slide,
sandiwara dan seni musik, tersedianya sebuah restoran, bengkel hastakarya, toko
dan perpustakaan.
34. 34
BAB V
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,
melayani masyarakat dan terbuka untuk umum, sebagai tujuan studi, pendidikan
dan rekreasi.
Museum yang pada mulanya menjadi tempat pengumpulan benda-benda dan alat-
alat yang diperlukan bagi penyelidikan ilmu dan kesenian. Di Eropa pada awal
mulanya merupakan museum pribadi dari para raja atau orang-orang kaya.
Museum juga digunakan sebagai institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan
publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,
mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata
kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.
Audiens ialah para pengunjung museum yang datang dengan tujuan tertentu baik
yang datang secara sadar ataupun terpaksa karena penugasan, adapun pengunjung
yang datang dengan tujuan rekreasi.
Museum menyajikan benda dalam pameran. konsepsi sebenarnya bertujuan
menjadi bagian dari Rekonsiliasi Budaya, tidak ada budaya yang lebih superior
dari budaya yang lain. Museum menyajikan benda-benda koleksi apa adanya dan
seimbang.
3.2. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu para pembaca serta
dapat menambah pengetahuan kepada pembaca. Pengetahuan yang kami paparkan
kedalam makalah ini sebagian besar merupakan hasil wawancara kami dengan
Bapak Budi Suprayitno selaku Kepala Seksi Pelayanan Museum Lampung
sehingga dapat dipastikan kebenaran dari makalah yang kami buat ini, yang akan
menambahkan pengetahuan para pembaca.
35. 35
DAFTAR PUSTAKA
Gunandi, I Made Giri. 2015. Buku Panduan Museum Lampung. Lampung:
Museum Lampung.
Van Wengen, Ger. 1986. Pedoman Penalaran Tentang Metode dan Teknik
Penyajian dan Bimbingan Edukatif di Museum. Jakarta: Proyek
Pengembangan Permuseuman.
Internasional Council of Museum. 2003. Sejarah Perkembangan Museum. Jurnal
of ICOM. Amerika. Vol. 2.
Zainal, Nining Haslinda 2008. Analisis Kesesuaian Tugas Pokok dan Fungsi
dengan Kompetensi Pegawai Pada Sekretariat Pemerintah Kota
Makassar. Makasar: Skripsi.
Anonim. 2011. Pengertian Audiens. http://blogromeltea.blogspot.com. Diunduh
pada 21 Juni 2016. Pukul 10.12 wib.
Soseno, Anto. 2014. Bagaimana Sejarahnya Berdirinya Museum.
http://antoksoesanto.blogspot.co.id/2014/06/bagaimana-sejarahnya-
berdirinya-sejarah.html. Diunduh pada 19 Juni 2016. Pukul 15.30 wib.
Priyanto, Agus. 2013. Sejarah dan Arti Penting Museum. http://gandrungrontak.
blogspot.co.id/2013/09/sejarah-dan-arti-penting-museum.html. Diunduh
pada 23 Mei 2016. Pukul 12.34. wib.
Sumber lain:
Supriyanto, Budi. 2016. Museum dan Fungsinya dari Waktu ke Waktu Serta
Hubunga Museum dengan Audiens. Wawancarai oleh Sanjoko dan
diwawancarai pada Kamis, 12 Mei 2016. Pukul 12.15 wib.