SlideShare a Scribd company logo
i
KUMPULAN ARTIKEL
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALINYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Gatot Triono Senoaji
NIM : F1B021119
Prodi/Kelas : Teknik Elektro/Kelas D
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
ISTIRADJ ............................................................................................................... 1-6
1. Pengertian ................................................................................................... 1-3
2. Ciri-ciri Istiradj ........................................................................................... 3
3. Cara hindari Istiradj .................................................................................... 3-4
4. Dalil-dalil tentang isriradj ........................................................................... 4-6
HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG
ALLAH SWT .......................................................................................................... 6-9
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA ......................... 10-17
KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA ........................... 17-20
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA ........................... 20-24
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA. ............................................................................................................ 24-28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 29
1
A. Istiradj
1. Pengertian
Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan harta yang
berlimpah dari Allah SWT. Dalam Islam, kenikmatan dunia itu disebut
dengan istidraj.
Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia
lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa
menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang
sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya.
Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An'am ayat 44 sebagai
berikut:
‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬‫ا‬َ۟ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫س‬ ‫و‬‫ر‬ُ‫و‬‫ا‬‫و‬۟ ‫ب‬
‫و‬‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ت‬َ‫ح‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫ب‬ ََُْ‫ۦ‬ََ ‫ن‬ُ‫و‬ ‫و‬‫ا‬ ‫ىَن‬َ‫ء‬ٍَ ‫ن‬َْ
‫ء‬َ‫ن‬َٰٓ ‫س‬َ۟‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬ٰٓ ‫و‬‫ر‬َ‫ا‬ ‫ب‬َ‫ل‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫س‬ َُ‫و‬ٓ ‫و‬َ ‫ل‬‫و‬‫ي‬ََْ۟ َ‫ه‬ََ ‫ن‬
َ‫غ‬َ‫ن‬َ‫ة‬َ‫ۦ‬ ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫س‬َ۟‫و‬‫ه‬َ‫ا‬
‫ُبَن‬‫و‬‫ا‬‫و‬‫م‬َ‫ن‬‫ا‬
Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa
yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-
konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al An'am: 44).
Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya
dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT
memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga
orang tersebut lupa diri.
Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah
lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat
dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang
sekonyong-konyong.
Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya
pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal
yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah
SWT.
2
Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa
menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang
dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika
semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam
penyesalan yang terlambat.
Allah SWT berfirman dalam QS. al-Qalam ayat 44 sebagai berikut:
‫ء‬‫و‬َ۟‫ر‬َ َ‫ا‬ ‫و‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ب‬ُ‫و‬ َ‫ب‬‫و‬ُ ‫س‬َ َْ‫ي‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬ُْ‫و‬‫د‬َ‫ح‬َ ِ‫ن‬‫ن‬ ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ ‫و‬‫َر‬‫د‬َ‫ن‬َ‫ا‬َ‫ت‬َ‫م‬ ‫ن‬َ‫و‬ُ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬َ
‫ا‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫ن‬َُ
Artinya: "Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-
orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah
yang tidak mereka ketahui," (QS. al-Qalam: 44)
Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan
semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang
yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka
peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.
Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya.
Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang
ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.
Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari
kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat
dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah.
Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu
merupakan istidraj.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat
Rasulullah SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila
engkau lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa
saja yang diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian
yang demikian adalah istidraj." (HR. Ahmad)
3
Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan
oleh Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian
harta yang kita peroleh kepada orang yang membutuhkan.
2. Ciri-ciri Istiradj
 Ibadah kita semakin turun, namun kesenenganmakin melimpah
Ibnu athaillah berkata :
“Hendaklah‫ن‬ engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah,
sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepadanya, jangan
sampai karunia itu semata-mata‫ن‬ istiradj‫ن‬ oleh‫ن‬Allah.”
 Kita melakukan maksiat, tapi malah makin banyak kesenagan.
Ali bin Abi Thalib r.a berkata :
“Hai‫ن‬ anak‫ن‬adam‫ن‬ingat‫ن‬ dan‫ن‬waspadalah‫ن‬ bila‫ن‬ kau‫ن‬lihat‫ن‬ tuhanmu‫ن‬ terus‫ن‬
menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus
menerus‫ن‬ melakukan‫ن‬ maksiat‫ن‬ kepadanya”
 Semakin kita kikir, namun harta semakin banyak
Sebagaimana kita ketahui bahwa sebetulnya Sodaqoh dapat membuat
harta kita semakin banyak. Ketika kita dihinggapi sifat kikir, tak
pernah zakat, infak, shadaqah ataupun mengulurkan bantuan orang
lain. Namun justru harta semakin melimpah ruah. itulah menjadi
salah satu ciri pengertian istidraj dalam islam.
 Jarang sakit
Imam‫ن‬ Syafi’I‫ن‬ pernah‫ن‬mengatakan:
”Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam
hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang
mungkin ada yang salah dengan dirimu.”
3. Cara hindari Istiradj
 Meningkatkan keimanan
Jadikan keimanan kita kepada Allah SWT sebagai dasar bagi kita
dalam menjalankan kehidupan di dunia. Karena dengan iman yang
kuat keberkahan yang sejati akan kita dapatkan dalam hidup.
 Mengerjakan amal soleh
Allah‫ن‬ subhanahu‫ن‬ wa‫ن‬ta’ala‫ن‬berfirman‫ن‬ yang artinya:
4
“Barangsiapa‫ن‬ yang‫ن‬ mengerjakan‫ن‬ amal‫ن‬ sholeh‫ن‬ baik‫ن‬laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman. maka sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah‫ن‬ mereka‫ن‬kerjakan.”‫ن‬ (QS‫ن‬An-nahl ayat 97)
 Berdoa
Doa merupakan obat yang paling ampuh bagi umat muslim. Berdoa
dengan sungguh-sungguh merupakan cara kita meminta kepada Allah
secara langsung agar diberikan keberkahan harta, waktu, keluarga
dan juga kenikmatan kenikmatan dunia yang lainnya. Namun juga
jangan sampai nikmat tersebut melalaikan kita, menjadikan kita
malas untuk beribadah, berbangga diri dan menyepelekan orang lain.
Bahkan‫ن‬ membuat‫ن‬ kita‫ن‬semakin‫ن‬ jauh‫ن‬dari‫ن‬Allah‫ن‬ subhanahu‫ن‬ wa‫ن‬ta’ala.
Ingatlah bahwa sebaik-baiknya kenikmatan ialah yang akan kita
dapatkan di akhirat kelak kenikmatan yang kekal selama-lamanya.
 Memperbanyak intropeksi diri
Senantiasa intropeksi diri adalah hal terbaik untuk mengukur dan
mengingatkan diri sendiri agar terhindar dari perbuatan yang tidak
disukai Allah SWT. Ketika hati diingatkan untuk memohon ampun,
maka‫ن‬itulah‫ن‬ “perahu”‫ن‬ yang‫ن‬ menyelamatkan‫ن‬ dari‫ن‬arus istidraj.Agar
sinyal taubat itu ada, hendaknya seorang beriman menjaga diri dari
harta yang haram dan berupaya konsisten dalam menjalankan
perintah-perintah Allah.
4. Dalil dalil tentang Istiradj
Allah Ta’ala berfirman.
ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫ت‬‫و‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ِّ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ح‬ ِّ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫إ‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫اب‬ َ‫ْو‬‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ِّ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ح‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ر‬ِّ‫ك‬ُ‫ذ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫وا‬ُ‫س‬َ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬
َ‫ف‬ ًَ‫ت‬َْْ‫ب‬ ْ‫م‬
‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫ِإ‬
ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ‫ون‬ُ‫س‬ِّ‫ل‬ْ‫ب‬ُ‫م‬
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
5
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika
itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.‫ن‬Al‫ن‬An’am:‫ن‬ 44)
Disebutkan dalam surat Al Qalam kisah pemilik kebun berikut ini,
ِّ‫ب‬ْ‫ص‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ه‬َّ‫ن‬ُ‫م‬ ِّ‫ر‬ْ‫ص‬َ‫ي‬َ‫ل‬ ‫وا‬ُ‫م‬َ‫س‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ ْ‫ذ‬ِّ‫إ‬ ًَِّّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫اب‬َ‫ح‬ْ‫ص‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬
( َ‫ين‬ ِّ‫ح‬
17
( َ‫ون‬ُ‫ن‬ْ‫ث‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ َ‫و‬ )
18
َ‫اف‬َ‫ط‬َ‫ف‬ )
( َ‫ون‬ُ‫م‬ِّ‫ئ‬‫َا‬‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ َ‫ك‬ِّ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ٌ‫ف‬ِّ‫ئ‬‫ا‬َ‫ط‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬
19
( ِّ‫يم‬ ِّ‫ر‬َّ‫ص‬‫ال‬َ‫ك‬ ْ‫ت‬َ‫ح‬َ‫ب‬ْ‫ص‬َ‫أ‬َ‫ف‬ )
20
( َ‫ين‬ ِّ‫ح‬ِّ‫ب‬ْ‫ص‬ُ‫م‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫د‬‫َا‬‫ن‬َ‫ت‬َ‫ف‬ )
21
‫ُوا‬‫د‬ْ‫غ‬‫ا‬ ِّ‫ن‬َ‫أ‬ )
( َ‫ين‬ِّ‫م‬ ِّ‫ار‬َ‫ص‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِّ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِّ‫ث‬ْ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬
22
( َ‫ون‬ُ‫ت‬َ‫ف‬‫َا‬‫خ‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ط‬ْ‫ن‬‫ا‬َ‫ف‬ )
23
ٌ‫ين‬ِّ‫ك‬ْ‫س‬ ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫د‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ )
(
24
( َ‫ين‬ ِّ‫ر‬ِّ‫د‬‫ا‬َ‫ق‬ ٍ‫د‬ْ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫د‬َ‫غ‬ َ‫و‬ )
25
( َ‫ون‬ُّ‫ل‬‫ا‬َ‫ض‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫َا‬‫ه‬ ْ‫و‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ )
26
( َ‫ون‬ُ‫م‬‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫م‬ ُ‫ن‬ْ‫ح‬َ‫ن‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ )
27
)
( َ‫ون‬ُ‫ح‬ِّ‫ب‬َ‫س‬ُ‫ت‬ َ
‫َل‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫أ‬ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ط‬َ‫س‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
28
‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ )
( َ‫ين‬ِّ‫م‬ِّ‫ل‬‫ا‬َ‫ظ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫َا‬‫ن‬ِّ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬ ‫ا‬
29
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ل‬َ‫ب‬ْ‫ق‬َ‫أ‬َ‫ف‬ )
( َ‫ون‬ُ‫م‬ َ‫و‬ َ
‫َل‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ٍ
‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬
30
( َ‫ين‬ِّ‫غ‬‫ا‬َ‫ط‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬ْ‫ي‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ )
31
‫َا‬‫ن‬ِّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ا‬‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬ِّ‫د‬ْ‫ب‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫س‬َ‫ع‬ )
( َ‫ُون‬‫ب‬ِّ‫غ‬‫ا‬َ‫ر‬
32
َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِّ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ك‬ )
( َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ ُ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ِّ‫ة‬ َ‫ر‬ ِّ‫خ‬َ ْ
‫اْل‬ ُ‫اب‬َ‫ذ‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ُ‫اب‬َ‫ذ‬
33
)
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah)
sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka
bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di
pagi hari. dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin). lalu kebun itu
diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur.
maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. lalu mereka
panggil memanggil‫ن‬ di‫ن‬pagi‫ن‬ hari:“Pergilah‫ن‬ di‫ن‬waktu‫ن‬pagi‫ن‬ (ini)‫ن‬ ke‫ن‬kebunmu‫ن‬
jika‫ن‬kamu‫ن‬ hendak‫ن‬memetik‫ن‬ buahnya.”. Maka pergilah mereka saling
berbisik-bisik. “Pada‫ن‬hari‫ن‬ ini‫ن‬ janganlah‫ن‬ ada‫ن‬seorang‫ن‬ miskin‫ن‬ pun‫ن‬masuk‫ن‬ ke‫ن‬
dalam‫ن‬ kebunmu.”. Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat
menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya). Tatkala
mereka‫ن‬melihat‫ن‬ kebun‫ن‬itu,‫ن‬ mereka‫ن‬berkata:‫ن‬ “Sesungguhnya‫ن‬ kita‫ن‬benar-benar
orang-orang yang sesat (jalan),bahkan kita dihalangi (dari memperoleh
hasilnya). Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka:
“Bukankah‫ن‬ aku‫ن‬telah‫ن‬ mengatakan‫ن‬ kepadamu,‫ن‬hendaklah‫ن‬ kamu‫ن‬ bertasbih‫ن‬
(kepada Tuhanmu). Mereka‫ن‬mengucapkan:‫ن‬ “Maha‫ن‬Suci‫ن‬ Rabb‫ن‬kami,‫ن‬
sesungguhnya kami adalah orang-orang‫ن‬ yang‫ن‬ zalim.”. Lalu sebahagian
mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela. Mereka
6
berkata:‫ن‬ “Aduhai‫ن‬ celakalah‫ن‬ kita;‫ن‬ sesungguhnya‫ن‬ kita‫ن‬ini‫ن‬ adalah‫ن‬ orang-orang
yang‫ن‬ melampaui‫ن‬ batas.”. Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti
kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita
mengharapkan ampunan dari Rabb kita. Seperti itulah azab (dunia). Dan
sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui. (QS. Al
Qalam: 17-33).
B. HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH
SAYANG ALLAH SWT
Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya
hingga hari kiamat. Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan
disegeraka Allah SWT di dunia.
‫و‬َْ ‫أ‬‫و‬‫ۦ‬ََ ‫ن‬
َ‫ك‬ َ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫أ‬ ‫و‬
‫ي‬ َ‫ر‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫و‬‫ه‬َ‫ت‬َْ، ‫ن‬‫و‬‫و‬َْ ‫ن‬ُ‫و‬‫أ‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ ‫فل‬ ‫ق‬ : ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ن‬
َ‫ب‬ُ۟۟ ‫ن‬‫و‬‫ر‬ ‫و‬‫ه‬ ُ ‫ن‬
‫و‬‫هللا‬ ‫تيف‬ ‫ا‬ ‫اف‬
‫ن‬َ‫ى‬‫ٍف‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫ُُم‬ ‫ن‬‫و‬‫غ‬‫ةهفا‬ ‫س‬ ‫ن‬َ
‫اا‬ ‫ن‬َ‫ةأ‬َ‫ن‬ ‫س‬، ‫ْةُقَن‬ ‫ن‬‫و‬‫ُو‬َ‫د‬ ‫ُس‬ ‫س‬، َ ‫ن‬
َ‫غ‬‫هن‬ ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ٰٓل‬َ‫ر‬ ‫س‬، ‫ن‬‫و‬ ‫و‬ِ‫ون‬ُ ‫يف‬‫و‬‫ن‬ٰٓ‫هف‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫۟هف‬‫د‬ ‫س‬ ‫ن‬َ ‫قن‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬َُ‫ل‬ ‫س‬
Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW
bersabda,”‫ن‬Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT
hingga hari kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan
memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian
menjemput.”‫ن‬ (HR‫ن‬Al‫ن‬Hakim, Al Mustadrak No 7345).
Berikut ini 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah swt. didunia :
1. Dosa yang berbuat zalim.
Zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan.
Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah,
fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa
besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa
pedih di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:
‫ن‬
َ َْ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ‫ي‬‫و‬َُْ ‫و‬َ‫ان‬‫ن‬‫و‬َُِ‫ح‬َ ‫نس‬ ‫و‬‫َر‬‫ه‬َ‫ة‬‫و‬‫ۦ‬‫ن‬ ‫و‬
‫ا‬ َ‫ر‬َ َ
‫أنسس‬‫و‬‫ا‬‫ن‬ َ‫ُب‬‫و‬‫ة‬َ‫ن‬َُ َ ‫ن‬ َ‫فْل‬َ‫ت‬ ‫نس‬ َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫م‬ََُِ‫ن‬ َ‫ُو‬‫و‬ َ ‫ءنس‬َ‫م‬َْ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬‫و‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫فنس‬َ‫ل‬َ۟‫و‬‫ا‬‫نس‬ٌ‫ل‬‫ه‬‫و‬ََ‫ن‬ ٌ‫ب‬
“Sesungguhnya‫ن‬ dosa‫ن‬itu‫ن‬ atas‫ن‬orang-orang yang berbuat zalim kepada
manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu
mendapat‫ن‬ azab‫ن‬yang‫ن‬ pedih.”‫ن‬ (QS‫ن‬Asy-Syura: 42)
7
2. Orang yang suka durhaka kepada orang tua
Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak menyayangi kedua orang
tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab
keberadaan kita di dunia ini. Jika sikap ini dilakukan, maka akan
mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam
bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka. Karena
itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu
kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT:
‫ن‬ْ
‫ء‬َ‫ض‬َ‫ق‬ َ ‫يَن‬‫ۦ‬َ‫ر‬ ‫ن‬َ
‫ا‬ََ ‫ن‬
َ‫ن‬َٓ‫س‬ ‫و‬‫د‬‫و‬‫ن‬ ‫ن‬َ
‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
‫و‬‫ي‬‫َف‬ُ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫َو‬َُ‫د‬‫و‬ ‫س‬ ََُ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ َ ‫ف‬َ۟‫ف‬َ‫ا‬َٰٓ‫و‬‫ا‬‫نن‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫َو‬‫ة‬‫و‬‫م‬َ‫ن‬َُ ‫نَن‬َ‫د‬َ‫ت‬‫و‬ْ ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ن‬‫و‬‫ب‬َ ‫س‬ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫و‬‫د‬َََٰٓ ‫ن‬َ ََ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬ َ
‫م‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ
‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫و‬‫ة‬َٓ
‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫َن‬ُ ‫و‬َ ‫ن‬َ
‫ا‬ َ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬َ‫ر‬َ‫ي‬َ‫ت‬َٓ ‫ن‬َ ‫و‬‫ق‬ َ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ
‫ا‬ ََُ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ا‬
“Dan‫ن‬ Tuhanmu‫ن‬ telah‫ن‬ memerintahkan‫ن‬ supaya‫ن‬kamu‫ن‬ jangan‫ن‬ menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak‫ن‬ mereka,‫ن‬dan‫ن‬ucapkanlah‫ن‬ kepada‫ن‬mereka‫ن‬ucapan‫ن‬ yang‫ن‬ mulia.”‫ن‬
(QS Al-Isra: 23).
3. Dosa orang yang memutuskan silaturahmi
Islam tidak menyukai orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan.
Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang
memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda
dari‫ن‬Abu‫ن‬Muhammad‫ن‬ Jubiar‫ن‬ bin‫ن‬Muth’im‫ن‬ RA:
‫ْو‬ ‫ۦأ‬ََ ‫احلد‬ ‫ن‬‫و‬‫َر‬‫ه‬َ‫ن‬‫و‬‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫ۦو‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫يأ‬ ‫ر‬ ‫هللا‬ ‫ته‬ ْ ‫ن‬َ‫ب‬ََ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫رم‬ ‫سهَن‬ ‫ﷺ‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬: ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬ ‫و‬‫ه‬َ‫د‬َُ ‫ن‬
َ‫غ‬َ‫ت‬َِ ‫س‬
‫ن‬ٌ‫ا‬‫و‬ِ‫ف‬َ‫ق‬
“Tidak‫ن‬ akan‫ن‬masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari
dan Muslim).
8
Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena
itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan,
Islam pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga
sebagai balasannya. Sungguh mengerikan.
Kasih sayang merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat dicintai oleh
Allah SWT. Hal ini karena kasih sayang dapat mendorong manusia untuk
membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia lain.
Dengan adanya kasih sayang, tercipta kepedulian, kedamaian, dan rasa
empati kepada orang lain. Nah, berikut ini beberapa pandangan Islam terhadap
kasih sayang yang diriwayatkan dalam hadis :
1. Orang yang tidak menyayangi maka tidak disayangi
‫ورٰٓل‬ُ‫رٰٓلنان‬َُ‫نان‬ َ‫و‬َ‫ا‬
Man laa yarham walaa yurham
Artinya:
"Barang siapa tidak menyayangi maka tidak akan disayangi." (HR Bukhari
dan Muslim)
2. Allah swt hanya menyayangi hambanya yang penyayang
Rasulullah‫ن‬ Shallallahu‫ن‬ ‘Alaihi‫ن‬ Wasallam bersabada:
‫ن‬َ‫ى‬‫ف‬َ‫ل‬َٰٓ‫ر‬ ‫نس‬‫و‬‫ي‬‫و‬ ‫ف‬َ‫ن‬‫و‬ْ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫نا‬‫و‬‫هللا‬‫ن‬‫و‬‫ل‬ََٰٓ‫ر‬َُ‫فن‬َ‫ل‬َ۟‫و‬‫ا‬
Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambaNya yang
penyayang (HR Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam‫ن‬ al-Kabiir, dan
dihasankan oleh Syekh Albani dalam sahih Al-Jaami’‫ن‬ no‫ن‬2377)
3. Orang yang penyayang akan dirahmati oleh Allah swt
Berbicara‫ن‬ tentang‫ن‬ kasih‫ن‬ sayang,‫ن‬ Rasulullah‫ن‬ Shallallahu‫ن‬ ‘Alaihi‫ن‬ Wasallam‫ن‬
juga bersabda:
‫ن‬‫و‬‫فى‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫أنس‬‫و‬‫ا‬‫ن‬ َ‫و‬َ‫ا‬‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬َ‫ل‬ََٰٓ‫ر‬َُ‫ن‬ ‫و‬
‫ا‬ َ‫ر‬َ‫س‬‫أنس‬‫و‬‫ا‬‫ن‬َ‫و‬َ‫ا‬‫ُسن‬‫و‬‫ل‬ََٰٓ‫ور‬‫س‬‫ن‬،‫و‬‫فب‬َ‫ل‬ََٰٓ‫ر‬ ‫نس‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫ل‬ََٰٓ‫ر‬َُ‫ن‬ َ‫ب‬ َُ‫و‬‫ل‬ ‫و‬ٰٓ‫س‬َ‫ر‬ ‫س‬
9
Artinya:
“Para‫ن‬pengasih‫ن‬ dan‫ن‬penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahman
(Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), rahmatilah yang ada di
bumi‫ن‬ niscaya‫ن‬ kalian‫ن‬ akan‫ن‬dirahmati‫ن‬ oleh‫ن‬zat‫ن‬yang‫ن‬ ada‫ن‬di‫ن‬langit.”‫ن‬ (HR‫ن‬Abu‫ن‬
Dawud no 4941 dan At-Tirmidzi no 1924 dan disahihkan oleh Syekh Albani
dalam as-Sahihah no 925)
4. Kasih sayang adalah bagian dari rahmat allah
Seruan untuk menebarkan kasih sayang kepada sesama muslim juga terdapat
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Berikut bunyi hadis
tersebut:
"Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah
yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi maka semua
yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat
Allah, barang siapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa yang
memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya." (Hadis riwayat
Tirmidzi)
5. Kasih sayang tak terbatas hanya diantara orang mukmin saja, melainkan
untuk seluruh umat manusia
Dalam‫ن‬ hadis‫ن‬lain‫ن‬ diriwayatkan‫ن‬ bahwa‫ن‬Rasulullah‫ن‬ Shallallahu‫ن‬ ‘Alaihi‫ن‬
Wasallam bersabda:
“Sekali-kali‫ن‬ tidaklah‫ن‬ kalian‫ن‬ beriman‫ن‬ sebelum‫ن‬ kalian‫ن‬ mengasihi”.‫ن‬ Kemudian‫ن‬
mereka‫ن‬menjawab,‫ن‬ “Wahai‫ن‬ Rasulullah,‫ن‬ semua‫ن‬ kami‫ن‬ pengasih”.‫ن‬ Rasulullah‫ن‬
SAW‫ن‬bersabda‫ن‬kembali,‫ن‬ “Kasih‫ن‬ sayang‫ن‬ itu‫ن‬ tidak‫ن‬terbatas‫ن‬pada‫ن‬kasih‫ن‬ sayang‫ن‬
salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat
umum‫ن‬ (untuk‫ن‬ seluruh‫ن‬ umat‫ن‬ manusia”‫ن‬ (H.R.‫ن‬Ath‫ن‬Thabrani)
Berikut ini salah satu contoh kasus hukuman yang harus disegerakan :
Menguburkan jenazah, memandikan dan mengubur jenazah tidak boleh ditunda.
Apabila yang ingin menguburkan jenazah di kampung halaman, kalau ada
10
pekarangan yang lebih dekat, bisa langsung menggunakan area tersebut tanpa
melakukan perjalanan jauh karena lebih cepat lebih baik.
C. DOSA DAN KRITRIA RIBA
1. Pengertian
Riba (‫ف‬ ‫رۦ‬ ُ ‫رۦ‬ ُ) secara bahasa artinya bertambah/tambahan, bisa juga
diartikan mengembang atau lebih banyak. Menurut syariat, pengertian riba
lebih luas, yaitu penambahan atau penundaan (meskipun tidak ada
penambahan). Hukum riba adalah haram, berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunnah‫ن‬ serta‫ن‬ijma’‫ن‬ umat Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
‫ى‬ ‫ف‬ ُ ‫ف‬َ‫ي‬ََُ ‫ُوَن‬‫و‬ َ ‫س‬ ‫ُس‬‫و‬‫ت‬َ‫ا‬‫ا‬ ‫ُس‬‫و‬‫ة‬َٓ‫س‬ ‫ن‬
َ َ‫سه‬ ‫س‬ ‫و‬‫ر‬َ۟ َ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫أ‬‫و‬‫ة‬َ‫ۦ‬ ‫وَن‬‫و‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ب‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫هوَن‬‫و‬‫ت‬‫و‬‫ا‬َ ‫و‬‫ا‬ (278) ‫ن‬َ‫ب‬‫و‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬َ ‫ُس‬‫و‬‫م‬َ‫ن‬ََُٓ ‫ُس‬‫و‬َََُ۟۟‫ا‬
‫ن‬
َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ح‬‫و‬‫ۦ‬ ‫وَن‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬‫و‬ ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ َ ‫ن‬َ‫ب‬‫و‬‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬‫و‬ٓ ‫ن‬
َ‫م‬َ‫ا‬‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬ ‫ن‬‫و‬‫ْل‬ ‫و‬‫ى‬‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬‫و‬ ‫س‬ ََُ‫ا‬ََ ‫ن‬َ
‫ا‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫م‬ََِٓ ‫ن‬َ
‫ا‬ َ ‫ُبَن‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َِ‫و‬ٓ(279) ‫ن‬َ‫ب‬‫و‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬َ 279
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang benar benar
beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S. Al Baqarah: 278-279).
Dosanya adalah mendapat ancaman dari Allah dan Rasul-nya. Hanya ini
(riba, pen) yang mendapat ancaman dari dua itu (Allah dan Rasul-nya). Hal
ini yang mendapat ancaman peperangan dari Allah, yaitu seperti yang
tercantum‫ن‬ di‫ن‬hadits‫ن‬ Arba’in;‫ن‬ “Barang‫ن‬ siapa‫ن‬memusuhi‫ن‬ waliku, maka aku
umumkan‫ن‬ perang‫ن‬ kepadanya...”.‫ن‬ Riba‫ن‬itu‫ن‬ aniaya/zalim‫ن‬ (dzolim)‫ن‬ secara‫ن‬
realistisnya, meskipun yang terzalimi merasa terbantu dan merasa terbantu ini
dalah subjektif. Bagaimanapun juga, mengambil tambahan (dalam
perutangan, red) itu adalah zalim, meskipun sukarela. Riba memang sukarela,
kalau tidak sukarela, maka itu perampokan/perampasan. Sungguh suatu
kemurahan dan kasih sayang dari Allah, jika bertaubat dari riba, boleh
mengambil pokok tanpa peranakannya/bunganya. Kita tidak diwajibkan
memutihkan utang tersebut. Kita tidak perlu membuang semua dari
perutangan yang mengandung riba, masih diperbolehkan mengambil harta
yang pokok/asli.
Allah‫ن‬ subhanu‫ن‬ wata’ala‫ن‬ juga‫ن‬ berfirman‫ن‬ :
11
‫ُوَن‬‫و‬ َ ‫س‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫م‬‫و‬‫ا‬ََُُ ‫ف‬َ‫ۦ‬ُ‫و‬‫ر‬ ‫س‬ ‫ا‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫ا‬ُ‫و‬‫ة‬َُ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬ُ‫و‬‫ة‬َُ ‫ا‬‫و‬ َ ‫س‬ ‫و‬‫ه‬‫و‬ َ‫ن‬َََّ‫ن‬َُ ‫ن‬‫و‬‫فب‬َ َ‫ه‬َ‫ن‬ ‫س‬ ‫وَن‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ُ ‫و‬
‫م‬َ‫ل‬َ ‫س‬ ‫يَن‬‫و‬ َ۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬ََُ۟‫و‬‫ۦ‬ ‫ُس‬‫و‬ ‫ف‬َ‫ق‬ ‫ف‬َ‫ل‬َ۟‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬َ ‫س‬
‫ن‬‫و‬ َ‫ل‬‫و‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ُ‫و‬‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َ َََٰٓ َ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬َ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ر‬َٰٓ َ ‫ف‬َ‫ۦ‬ُ‫و‬‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫و‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ن‬
‫و‬‫ي‬َ‫ى‬‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬
ٌ‫غ‬َِ‫و‬ْ ََُ‫ا‬ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬ُ‫و‬‫ۦ‬َ‫ر‬ ‫ء‬َ‫ي‬َ‫ن‬َ۟‫ف‬َ‫ا‬ ‫و‬‫ه‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫م‬ ‫ن‬
‫و‬‫ي‬ ‫و‬‫ر‬َ‫ا‬ََ َ ‫ء‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬َ‫و‬َ‫ا‬ َ
‫ن‬
َ ‫ف‬َْ ‫يَن‬‫و‬َُ ‫و‬َُ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫فب‬َ‫ح‬َ‫ص‬ََ ‫ن‬‫و‬‫فر‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬ ‫ف‬َ‫ي‬‫ه‬‫و‬‫ا‬ ‫بَن‬ ‫و‬‫د‬‫و‬ ‫َف‬‫ه‬(275)
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang
kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275).
(‫ن‬‫و‬َِ‫ح‬َ‫ل‬َُ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ‫أ‬‫و‬‫ۦ‬َ‫ور‬ُ َ ‫ن‬‫و‬‫م‬‫ف‬َ‫ق‬َ‫د‬َ‫ه‬ ‫ننس‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ َ ‫ن‬َ
‫ا‬ ‫ن‬
‫ح‬ ‫و‬‫وح‬ُ ‫ن‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫فر‬ََُ‫ا‬ ‫ن‬َ‫هل‬‫و‬‫م‬ََ(276
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa.” (Q.S. Al-Baqarah: 276).
Memakan riba maksudnya adalah mengambil dan menerima riba, tidak
hanya terbatas pada menggunakannya untuk makan, tetapi juga untuk
membeli pakaian dan lainnya. Ulama mengatakan bahwa pemakan riba nanti
ketika bangkit dari kubur, jalannya sempoyongan. Allah berkata berkebalikan
dengan pikiran manusia. Allah memusnahkan/menghancurkan keuntungan
riba, padahal dianggap baik oleh manusia. Pikiran manusia, jika meribakan
uangnya, maka akan mendapat tambahan, akan tetapi Allah mengatakan akan
menghancurkannya. Pikiran manusia, jika menyedekahkan hartanya maka
akan membuat berkurang, akan tetapi Allah mengatakan akan menyuburkan
sedekah.
‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ء‬‫و‬‫ۦ‬ََ ‫ن‬
َ‫ك‬ َ‫َر‬َُ‫ر‬‫و‬‫إ‬ – ‫يء‬ ‫ر‬ ‫هللا‬ ‫ته‬ ْ – ‫ن‬‫و‬‫و‬َْ ‫ن‬‫و‬ُ‫ء‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ – ‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ – ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ « ‫وُس‬‫ن‬‫و‬‫ت‬َ‫ن‬َ‫س‬‫س‬
‫ن‬َ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬‫ف‬َ‫ة‬‫و‬‫ۦ‬ُ‫و‬‫ل‬َ ‫س‬ » . ‫ن‬
َ‫ق‬‫ُس‬‫و‬ ‫ف‬ ‫ف‬َُ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ، ‫ف‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ « ‫ن‬‫و‬‫ن‬َ‫ر‬‫و‬ُ‫ن‬ ‫س‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫فه‬‫و‬‫ۦ‬ ، ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ح‬‫و‬ُ‫ا‬ ‫س‬ َ ، ‫ن‬‫و‬ َ‫ن‬َ‫ق‬ َ ‫ن‬‫و‬
‫م‬ََُ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬‫و‬‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ر‬َٰٓ
12
‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬
َ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َُِ‫ح‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ، ‫ن‬‫و‬ َ‫ا‬ََ َ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ، ‫ن‬‫و‬ َ‫ا‬ََ َ ‫ن‬‫و‬‫ل‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫هل‬‫و‬‫ن‬َ‫ه‬َ ‫س‬ ، ‫ء‬‫و‬ُ ََُ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬َ‫م‬ ََُُ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ََٰٓ‫ف‬ ‫س‬ ، ‫ن‬‫و‬ َ َ‫ق‬ َ ‫ن‬‫و‬‫م‬‫َف‬‫ت‬َ‫ه‬َ‫ح‬‫و‬‫ل‬َ ‫س‬ ‫ن‬
َ ‫نس‬‫و‬‫م‬‫َف‬‫ت‬‫و‬‫ا‬َ ‫و‬‫ل‬
‫ن‬‫و‬‫م‬َ‫م‬‫و‬‫ا‬‫َف‬‫ة‬َ ‫س‬
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang
membinasakan!”. Para shahabat bertanya, “Apa saja tujuh dosa itu wahai
rasulullah?”Jawaban Nabi, “Menyekutukan Allah, sihir, menghabisi nyawa
yang Allah haramkan tanpa alasan yang dibenarkan, memakan riba,
memakan harta anak yatim, meninggalkan medan perang setelah perang
berkecamuk dan menuduh berzina wanita baik baik(yang menjaga dirinya)”
[Muttafaq ‘alaih].
Menjauhi itu lebih dari sekadar meninggalkan, yakni juga meninggalkan
setiap sarana yang mengantarkan ke hal itu. Memakan riba larangannya
adalah mutlak. Memakan harta anak yatim terlarang jika zalim. Misalkan
orang tuanya miskin, maka hal ini boleh terutama bagi ibu, jika suaminya
meninggal, lalu pembagian warisnya tidak tepat (ibu mendapat warisan
berlebih, red), ibu itu berarti (berpotensi) memakan harta anak yatim. Hal ini
juga menunjukkan pentingnya pembagian waris dengan tepat.
‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬َ‫ر‬‫و‬‫ۦ‬‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫وَن‬َ‫ن‬َ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ -‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ - ‫ن‬َ ‫و‬‫ا‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫ا‬ُ‫و‬‫ا‬ َ ‫و‬‫ه‬َ‫م‬ ‫و‬‫ه‬َ‫ن‬‫و‬ٓ‫ف‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ه‬ََُ‫د‬‫و‬‫إ‬‫َف‬ٍ َ
‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬ ‫ن‬ٌ‫ى‬‫س‬ ََُ‫م‬
Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu.
Dosa riba yang paling ringan itu semisal dosa menzinai/menyetubuhi ibu
sendiri” [H.R. Hakim].
‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬‫و‬‫د‬َ‫ن‬َْ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫َو‬‫ۦ‬ ‫ن‬
َ‫غ‬َ‫م‬ََِ‫ت‬َٰٓ ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬‫و‬‫ا‬َِ ‫ن‬‫و‬‫غ‬َ‫ب‬‫و‬ََ‫م‬َ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ -‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ - « ‫ن‬‫و‬‫ل‬َ‫إ‬َ‫ر‬‫و‬
‫ن‬
َ‫ف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫و‬‫ه‬‫و‬‫م‬‫و‬‫ا‬ََُُ ‫ن‬‫و‬ ‫و‬‫س‬َ‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َُ‫و‬‫إ‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫ن‬َُ ‫َد‬ٍََ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ن‬‫و‬‫م‬ ‫هوَن‬‫و‬‫م‬َ‫م‬َ‫م‬ َ ‫ن‬
َ‫غ‬َ‫ه‬ًََ۟
Dari Abdullah bin Hanzholah[2], Rasulullah bersabda, “Satu dirham
uang riba yang dinikmati seseorang dalam keadaan tahu bahwa itu riba
dosanya lebih jelek dari pada berzina 36 kali” [HR Ahmad].
‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬‫و‬‫َو‬‫ۦ‬‫س‬ ‫ن‬َ ُ‫و‬‫ن‬َ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬
‫و‬ُ‫أ‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫م‬َ‫ص‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫م‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ف‬َ‫ا‬ ٌ‫د‬َََٰٓ ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ل‬َ‫ا‬ََ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َ
‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫فبَن‬َ‫ا‬ ‫ن‬
‫و‬‫غ‬َ‫ن‬‫و‬‫ق‬‫ف‬َْ ‫ن‬
‫و‬‫ي‬ ‫و‬‫ر‬َ‫ا‬ََ ‫ء‬َ ‫و‬‫ا‬
‫ن‬َ‫غ‬َ‫م‬‫و‬‫ق‬
13
Dari‫ن‬Ibnu‫ن‬ Mas’ud,‫ن‬Nabi‫ن‬bersabda,‫“ن‬Tidaklah seorang itu memperbanyak
harta dari riba kecuali kondisi akhirnya adalah
kekurangan/kemiskinan” [H.R. Ibnu Majah].
2. Macam-macam riba
Pada dasarnya, riba terbagi menjadi dua macam: riba karena penundaan dan
riba karena selisih/kelebihan.
 Riba‫ن‬karena‫ن‬penundaan‫ن‬ (Nasi’ah)
Dapat diartikan dengan tambahan yang disyaratkan yang
diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai kompensasi dari
penundaan pelunasan (termasuk di dalamnya riba jahiliyah). Riba ini
bisa terjadi karena penundaan saja atau penundaan sekaligus dengan
tambahan.
Riba jahiliyah adalah salah satu model riba, yaitu ketika jatuh
tempo, tidak bisa melunasi, lalu jatuh tempo ini diundur, dengan
syarat ada penambahan pembayaran. Namun, jika dapat dilunasi pada
saat jatuh tempo yang pertama, maka tidak ada penambahan. Ini
model rentenir jahiliyah.
Riba modern lebih kejam daripada riba jahiliyahnya orang
jahiliyah. Riba modern, dari jatuh tempo pertama sudah diwajibkan
membayar tambahan. Kalau riba jahiliyah, jatuh tempo pertama
gratis dari uang administrasi dan semacamnya. Riba modern, belum
terima uang sudah harus bayar. Misal, pinjam lima juta rupiah,
dapatnya empat juta lima ratus ribu. Baru menerima, sudah langsung
terkena ribanya, dianggapnya utang lima juta rupiah. Riba jenis ini
haram‫ن‬ berdasarkan‫ن‬Quran,‫ن‬Sunnah,‫ن‬ dan‫ن‬ijma’‫ن‬ umat‫ن‬ Islam.
 Riba karena selisih (Riba Fadhl)
Ini terdapat dalam dunia perdagangan, tepatnya pada barter, akan
tetapi tidak semua barter, hanya barter pada barang-barang tertentu
saja (komoditas ribawi). Yakni barter uang dengan uang atau bahan
makanan dengan bahan makanan, dengan ada penambahan. Riba ini
haram‫ن‬ berdasarkan‫ن‬hadits‫ن‬ dan‫ن‬ijma’.‫ن‬ Pada awalnya ada ikhtilaf, yakni
14
Ibnu Abbas membolehkannya, tetapi akhirnya beliau rujuk dan
meralat pendapatnya, dan hasilnya ulama sepakat bahwa ini tidak
boleh,‫ن‬ riba‫ن‬ini‫ن‬ dinilai‫ن‬ menjadi‫ن‬ sarana‫ن‬menuju‫ن‬ riba‫ن‬nasi’ah.
Tidak terjadi riba dalam dunia barter kecuali dengan enam benda
ribawi. Dalam hadits hanya ada enam benda ribawi. Ada perselisihan
apakah riba hanya pada enam benda tersebut atau bisa dilebarkan ke
benda yang lainnya. Pendapat yang lebih kuat adalah enam benda
tersebut bisa dilebarkan kepada benda yang sejenis dan semisal.
Enam jenis benda ribawi tersebut adalah emas, perak, gandum bur,
gandum‫ن‬ sa’ir,‫ن‬kurma,‫ن‬ dan‫ن‬garam.‫ن‬ Hal‫ن‬ini‫ن‬ sebagaimana‫ن‬ hadits:
‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬
َ‫ك‬َ ‫ف‬َ‫ن‬‫و‬ْ ‫ن‬‫و‬‫َو‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬‫ص‬‫و‬‫فا‬َ‫ه‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ -‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ - « ‫ن‬‫و‬‫َح‬‫إ‬َ ‫س‬ َ‫إ‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬‫ن‬
‫و‬‫ح‬
‫ن‬
‫و‬‫غ‬َ‫ض‬‫و‬َُ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫غ‬َ‫ض‬‫و‬َُ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬
‫ور‬‫ن‬َ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬ُ‫ور‬‫ن‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬‫هر‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫هر‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬‫ا‬َ‫م‬‫و‬‫ل‬َ ‫س‬ َ ‫ن‬
‫و‬‫ا‬َ‫م‬‫و‬‫ل‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬
َ‫م‬َ‫ل‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ َ‫ل‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫س‬ ََُ‫م‬
‫سىَن‬ ََُ‫ا‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َس‬‫د‬َُ ‫ن‬َ‫د‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ ‫س‬َ۟‫و‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ص‬ََُ‫م‬َ‫ن‬َ‫ه‬‫س‬ ‫ن‬
‫و‬‫ي‬‫و‬ َ‫إ‬ ‫ن‬‫و‬ ‫َف‬‫ت‬َ‫ص‬َ‫س‬‫س‬ ‫ُس‬‫و‬‫ن‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫َل‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َُ‫و‬ٍ ‫س‬َ۟‫و‬‫ا‬ ‫فبَن‬َ‫ا‬ ‫َس‬‫د‬َُ ‫ن‬َ‫د‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬
Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah bersabda, “Jika emas dibarter
dengan emas, perak dibarter dengan perak, gandum burr dibarter
dengan gandum burr, gandum sya’ir dibarter dengan gandum sya’ir,
kurma dibarter dengan kurma, garam dibarter dengan garam maka
takarannya harus sama dan tunai. Jika benda yang dibarterkan
berbeda maka takarannya sesuka hati kalian asalkan tunai.” [H.R.
Muslim].
Maka emas jika dibarter dengan emas, tidak boleh melihat karat,
tidak boleh melihat kualitas, yang dilihat hanya takaran/timbangan,
dan menurut pendapat yang paling kuat, tidak juga melihat bentuk,
entah berbentuk batangan ataupun perhiasan. Kalau ingin dibarter,
menurut aturan syariat, harus rela seperti itu. Lima gram emas
dibarter dengan lima gram emas, meskipun kualitas berbeda. Jika
tidak rela, mungkin karena harganya berbeda, maka jangan dibarter.
Silakan jual emas tersebut, lalu uang yang didapat gunakan untuk
membeli seperti apa yang diinginkan.
Demikian juga perak dengan perak. Namun jika emas dengan
perak, maka boleh berbeda takaran/timbangannya, tetapi keduanya
15
tetap harus diserahkan pada saat itu juga. Maka jika terdapat barter,
bendanya sejenis, maka ada dua yang dilarang, yaitu haram adanya
selisih dan haram adanya penundaan. Maka tidak boleh tidak, harus
ada kesamaan dalam timbangan dan waktu penyerahan dengan
menutup mata terhadap kualitas. Meskipun beda karat itu dianggap
beda dalam pandangan manusia, akan tetapi hal itu tidak dianggap
dalam pandangan syariat.
‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ء‬‫و‬‫ۦ‬ََ ‫هد‬‫و‬‫ن‬َ‫م‬ ‫درا‬‫و‬َّ ‫س‬ – ‫يء‬ ‫ر‬ ‫هللا‬ ‫ته‬ ْ – ‫ن‬َ‫َب‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ – ‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬
– ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬
َ‫ا‬ ‫ُس‬‫و‬‫ن‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َٓ ‫ن‬َ‫َح‬‫إ‬َ ‫س‬ ‫ن‬
‫و‬‫ح‬َ‫إ‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ
‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ
‫م‬َ‫ل‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ َ‫ل‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ن‬
َ‫ا‬ َ ‫ُس‬ُ‫و‬‫ن‬‫و‬ٓ ‫ف‬َ‫ي‬َ‫ض‬َ‫ن‬َ‫ۦ‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ
‫ع‬َ‫ن‬َ‫ۦ‬، ‫ن‬
َ‫ا‬ َ ‫ُس‬‫و‬‫ن‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َٓ
‫قَن‬ ‫و‬‫ر‬ َُ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫ق‬ ‫و‬‫ر‬ َُ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ
‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ
‫م‬َ‫ل‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ َ‫ل‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ن‬
َ‫ا‬ َ ‫ُس‬ُ‫و‬‫ن‬‫و‬ٓ ‫ف‬َ‫ي‬َ‫ض‬َ‫ن‬َ‫ۦ‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ
‫ع‬َ‫ن‬َ‫ۦ‬، ‫ن‬
َ‫ا‬ َ ‫ُس‬‫و‬‫ن‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َٓ ‫ف‬َ‫ي‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫َف‬‫ن‬‫و‬َ‫َف‬ِ ‫ن‬َ‫ف‬ ‫و‬‫َفس‬‫ت‬‫و‬‫ۦ‬
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menjual emas dengan
emas, kecuali beratnya sama (semisal dengan semisal). Jangan
melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Janganlah kalian
menjual perak dengan perak, kecuali beratnya sama. Jangan
melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Dan janganlah
menukar emas-perak yang satu tunai sementara yang satu
terutang/tertunda.” [HR. Bukhari].
‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ل‬‫و‬ْ ‫ن‬َ‫أ‬ ‫و‬
‫ي‬ َ‫ر‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ‫ت‬َْ ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬ُ‫و‬‫أ‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫م‬َ‫ص‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫م‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬: ‫ن‬‫و‬‫َح‬‫إ‬َ ‫س‬ ‫ن‬
‫و‬‫ح‬َ‫إ‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ
‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬
‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ َ ‫ن‬
‫ور‬‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬ُ‫و‬‫ور‬‫ن‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ
‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ َ ‫ن‬‫و‬‫هر‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫هر‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ
‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ
‫ا‬‫و‬‫ا‬
‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ َ
Dari ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa, Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Emas ditukar dengan emas adalah riba
kecuali dengan kontan, gandum bur ditukar dengan gandum bur
adalah riba kecuali secara kontan, gandum sya’iir/jewawut ditukar
dengan gandum sya’iir adalah riba kecuali secara kontan, dan
kurma ditukar dengan krma adalah riba kecuali secara kontan”
[Muttafaq ‘alaih].
16
Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Pada masa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam kami pernah diberi kurma jama’ (yaitu) kurma
campuran (antara yang bagus dengan yang jelek), maka kami
menjualnya dua sha’ dengan satu sha’. Berita tersebut sampai
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau
bersabda:
‫ن‬
َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ف‬َ‫ص‬ ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ل‬َٓ ‫ن‬
َ‫فص‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬
َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ف‬َ‫ص‬ ‫ن‬َ‫غ‬َ َ‫ت‬ ‫و‬ٰٓ ‫ن‬
َ‫فص‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬
َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫إ‬َ‫ر‬‫و‬ ‫ن‬‫و‬‫َو‬‫ه‬َ‫ل‬َ‫إ‬َ‫ر‬‫و‬‫د‬‫و‬‫ۦ‬.
“Janganlah menjual dua sha’ kurma dengan satu sha’ dan jangan
pula menjual dua sha’ gandum dengan satu sha’ dan jangan pula
satu dirham dengan dua dirham.” [Muttafaq ‘alaih]
Namun jika jenis dari enam benda ribawi ini dibarter dengan
yang tidak sejenis, misalnya emas dengan perak, gandum bur dengan
gandum‫ن‬ sya’iir,‫ن‬ maka‫ن‬boleh‫ن‬ ada‫ن‬selisih‫ن‬ takaran/timbangan‫ن‬ dengan‫ن‬
syarat semuanya harus diserahkan dalam majelis/kontan. Hal ini
berdasarkan‫ن‬sabda‫ن‬Nabi‫ن‬shallallahu‫ن‬ ‘alaihi‫ن‬ wasallam‫ن‬ pada‫ن‬hadits‫ن‬
‘Ubadah‫ن‬yang‫ن‬ telah‫ن‬ lewat:‫ن‬ “Jika‫ن‬ benda‫ن‬yang‫ن‬ dibarterkan‫ن‬ berbeda‫ن‬
maka‫ن‬takarannya‫ن‬ sesuka‫ن‬hati‫ن‬ kalian‫ن‬ asalkan‫ن‬ tunai.”
Hal‫ن‬ini‫ن‬ juga‫ن‬ karena‫ن‬sabda‫ن‬beliau‫ن‬ Shallallahu‫ن‬ ‘alaihi‫ن‬ wa‫ن‬sallam‫ن‬
dalam‫ن‬ hadits‫ن‬ ‘Ubadah‫ن‬yang terdapat dalam riwayat Abu Dawud dan
yang lainnya:
‫ن‬
َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫ْل‬ََُ‫ۦ‬ ‫ن‬
‫و‬‫َا‬‫ه‬َ‫ن‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬
‫و‬‫ح‬َ‫إ‬َ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫غ‬َ‫ض‬‫و‬َُ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ن‬
‫و‬‫غ‬َ‫ض‬‫و‬َُ ‫س‬ َ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ا‬ََ, ‫َس‬‫د‬َُ ‫ن‬َ‫د‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬, ‫ف‬َ‫ا‬ََ ‫ن‬
‫و‬‫غ‬ََُ‫ه‬‫و‬‫ا‬َ۟ ‫ن‬
َ‫م‬َ‫ا‬, ‫ن‬
َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫ْل‬ََُ‫ۦ‬ ‫ن‬
‫و‬‫َا‬‫ه‬َ‫ن‬‫و‬‫ۦ‬
‫ن‬ُ‫و‬‫ور‬‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫َر‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ن‬‫و‬‫َر‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ا‬ََ ‫َس‬‫د‬َُ ‫ن‬َ‫د‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ف‬َ‫ا‬ََ َ ‫ن‬
‫و‬‫غ‬ََُ‫ه‬‫و‬‫ا‬َ۟ ‫ن‬
َ‫م‬َ‫ا‬.
“Tidak mengapa menjual emas dengan perak dengan jumlah perak
lebih banyak (apabila) langsung serah terima/kontan, adapun
dengan cara nasi’ah (ditangguhkan serah terimanya), maka tidak
boleh. Dan tidak mengapa menjual gandum bur dengan sya’ir
dengan jumlah sya’ir lebih banyak (apabila) langsung serah terima,
adapun dengan cara nasi’ah maka tidak boleh.” [H.R. Abu Dawud]
Jika barter beda kelompok, maka dua aturan tadi tidak berlaku.
Timbangannya boleh berbeda dan tidak harus semuanya saat itu juga,
boleh salah satu diserahkan belakangan.namun tidak boleh dua-
17
duanya tidak ada, dan ini adalah aturan jual beli secara umum, baik
benda ribawi maupun bukan benda ribawi. Jika keduanya diserahkan
tertunda maka jual belinya batal/tidak sah, dengan sepakat para
ulama. Hal ini disebut bai’ dain bid dain (jual beli tertunda dengan
tertunda), jual beli ini haram dan transaksi tidak sah.
Dari‫ن‬‘Aisyah‫ن‬ Radhiyallahu‫ن‬ anhuma‫ن‬ :
‫ن‬َ‫ب‬ََ ‫ن‬َ‫أ‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫م‬َ‫ص‬ ‫ن‬
‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫م‬ َ ‫ا‬َ‫ر‬َ‫ن‬ٍَ‫و‬‫س‬ ‫ف‬َ‫ا‬‫ف‬َ‫ن‬َِ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
َُ‫ن‬َُ‫ا‬‫و‬ ُ‫و‬‫ي‬ ‫ء‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ َ‫س‬ََ ‫و‬‫ه‬َ‫ت‬َ‫إ‬َ‫ر‬ َ ‫و‬‫ه‬ََْ‫ر‬‫و‬ .
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan
(yakni gandum) dari seorang Yahudi dengan (pembayaran) tempo,
dan beliau menggadaikan baju perangnya kepadanya.” [H.R.
Bukhari]
D. SHODAQOH
1. Pengertian
Sedekah merupakan ibadah yang istimewa, ia dapat memudahkan kita
dalam menghapus dosa-dosa.‫ن‬Rasulullah‫ن‬ SAW‫ن‬pernah‫ن‬ bersabda‫“ن‬Sedekah‫ن‬itu‫ن‬
dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api. (HR. At-
Tirmidzi).
2. Hukum bershodaqoh
Apa hukum sedekah ? Bersedekah berarti memberikan sesuatu kepada
orang lain dalam rangka kebijakan. Kata sedekah berasal dari bahasa Arab
“shadaqoh”‫ن‬ yang‫ن‬ artinya‫ن‬ suatu‫ن‬ pemberian‫ن‬ dari‫ن‬seorang‫ن‬ muslim‫ن‬ ke‫ن‬orang‫ن‬ lain‫ن‬
secara sukarela tanpa ada batasan waktu dan jumlah harta yang disedekahkan.
Sedekah sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad karena nilai pahalanya
besar. Berbicara mengenai hukum sedekah, menurut hukum islam ada 3
hukum mengenai sedekah, yaitu:
 Sunnah, ini maksudnya Allah akan memberi pahala bagi siapapun
yang bersedekah. Sedangkan bagi yang tidak bersedekah, Allah tidak
akan mengazabnya dengan dosa.
 Haram, jika orang yang bersedekah tahu bahwa sedekah yang
diberikan akan digunakan untuk perbuatan maksiat. Maka untuk hal
ini diharamkan bersedekah untuk hal tersebut.
18
 Wajib, Untuk orang yang mampu maka diwajibkan untuk
bersedekah. Selain itu sedekah juga wajib saat kita sudah bernadzar
untuk bersedekah.
3. Orang yang wajib bershodaqoh
Siapa saja yang wajib diberi sedekah ? Apakah semua orang bisa menerima
sedekah ? Sedekah paling afdhal diberi kepada golongan orang-orang berikut
ini:
a. Sedekah kepada saudara kandung atau kerabat dekat lebih utama
sebelum bersedekah kepada orang lain.
b. Sedekah harus diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Kemudian, sedekah juga seharusnya dilakukan secara diam-diam. Selain
itu, kualitas barang yang disedekahkan juga harus dalam kondisi dan
kualitas terbaik. Karena Allah lebih suka pemberian yang baik.
3. Keutamaan dan manfaat sedekah
 Sedekah dapat menghapus dosa
Keutamaan sedekah yang pertama adalah dapat menghapus dosa.
Setiap manusia pasti tidak bisa lepas dari dosa. Sedekah adalah cara
termudah yang Allah berikan untuk menghapus dosa-dosa kita. Akan
tetapi, sedekah yang kita berikan menurut sebagian ulama hanya dapat
menghapus dosa kecil. Sedangkan untuk menghapus dosa besar harus
diikuti dengan taubat.
 Sedekah tidak mengurangi harta
Berbeda dengan konsep keuangan manusia, di mana semakin
banyak uang keluar semakin berkurang harta kita. Justru dalam konsep
islam, barangsiapa yang sering mengeluarkan uang untuk sedekah maka
ia akan semakin kaya. Allah berjanji akan melipat gandakan harta orang
yang gemar bersedekah dengan niat tulus.
 Mendapat naungan di hari akhir
Manfaat besar sedekah selain pahala adalah diberi naungan di
hari akhir. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa salah satu golongan
yang mendapat naungan di hari kiamat adalah orang-orang yang gemar
19
bersedekah. Orang yang diberi naungan adalah orang yang bersedekah
dengan tangan kanan, namun tangan kirinya tidak tahu. Artinya, orang
tersebut bersedekah secara diam-diam tanpa diketahui orang lain (tidak
riya).
 Keutamaan sedekah membuat hati tenang
Ketika bersedekah, hati akan tenang karena mengetahui hartanya
sudah bersih. Hak-hak orang lain yang ada di dalam harta kita sudah
diberikan, oleh karena itu terbebaslah tanggung jawab kita kepada harta
di depan Allah kelak. Selain itu, keutamaan sedekah adalah bisa
membuat hati senang karena bisa membantu orang yang membutuhkan.
 Sedekah untuk menyembuhkan orang sakit
Sedekah adalah penyembuh untuk orang sakit. Tidak hanya bisa
menyembuhkan penyakit orang lain, namun juga bisa menyembungkan
sakit kita. Rasullah bersabda bahwa barang siapa yang memelihara harta
bendanya dengan cara mengeluarkan zakat, obatilah penyakitmu dengan
sedekah. Saat membantu orang yang sedang sakit dengan cara
memberinya uang untuk membeli obat, juga akan membantu mereka
sembuh dan kita terbebas dari penyakit berbahaya.
 Memadamkan murka allah
Nabi Muhammad bersabda bahwa barang siapa yang suka
bersedekah, maka akan memadamkan murka Allah‫ن‬ Ta‟ala.‫ن‬ Selain‫ن‬ itu,‫ن‬
sedekah juga akan menghindari seseorang 18 dari kematian yang buruk.
Untuk itu, keutamaan dan manfaat sedekah adalah bisa memadamkan
amarah Allah sehingga akan aman di dunia dan akhirat.
 Terhindar dari keburukan
Keutamaan sedekah yang besar untuk kehidupan kita adalah bisa
melindungi dari musibah. Sedekah yang diberikan akan melindungi kita
dari musibah yang akan datang kepada kita. Keburukan yang ditimpa
bisa berupa penyakit, kehilangan barang berharga, kesulitan dalam
bekerja, dan lainnya. Oleh karena itu, seringkali sedekah disarankan
untuk dilakukan orang yang sedang berikhtiar atau mengusahakan
sesuatu hal dalam hidup.
20
 Untuk memperpanjang umur
Keutamaan dan manfaat sedekah lainnya adalah dapat
mempanjang umur. Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda sedekah
akan‫ن‬mengilangkan‫ن‬ bala‟‫ن‬(musibah)‫ن‬ dan‫ن‬menambah‫ن‬ umur.‫ن‬ Oleh‫ن‬karena‫ن‬
itu, buat kamu yang ingin panjang umur, kuncinya bukan hanya menjaga
kesehatan dan pola makan, namun juga rajin bersedekah.
4. Keutamaan sedekah saat musibah datang
Salah satu golongan orang yang berhak menerima sedekah adalah orang
yang membutuhkan. Saat wabah penyakit atau musibah bencana alam datang,
banyak korban yang membutuhkan uluran tangan kita. Donasi adalah cara
sedekah terbaik dan termudah yang harus kamu lakukan. Bayangkan saja,
orang-orang yang mendapat 19 penghasilan harian, ketika tidak bisa bekerja,
mereka pasti tidak bisa menafkahi anak dan istrinya.
Selain itu, relawan dan petugas medis yang bekerja sepenuh tenaga
menolong korban wabah dan musibah tentu membutuhkan bantuan dari segi
dana, makan dan minuman, serta dukungan moril. Saat wabah penyakit
datang tentu saja banyak orang akan merasa kesulitan mencari nafkah. Oleh
karena itu, saat musibah datang ini adalah waktu yang tepat untuk semakin
banyak bersedekah.
Jika dilihat dari keutamaan sedekah di atas, sedekah dapat
menyembuhkan penyakit, membuat hati bahagia, menghapus dosa, dan
menambah rezeki. Semoga dengan semakin banyak orang bersedekah,
musibah atau wabah penyakit yang datang segera pergi.
E. SIFAT TAKDIR KEMATIAN
1. Pengertian Kematian
Setiap manusia pasti akan merasakan yang namanya kematian, saat
dimana nyawa seseorang terlepas dari badannya. Manusia hanya dianjurkan
untuk sering mengingat kematian, agar hidupnya diisi dengan banyak amal
ibadah.Apabila saatnya telah tiba, tidak ada yang bisa menolaknya atau
mendahulukannya.
Sebelum kita mengetahui ayat tentang kematian, alangkah baiknya
teman-teman baca dulu ayat tentang sabar, agar bisa menjadi tambahan
21
ilmu.Tidak ada sesuatu yang kekal di dunia ini, karna kematian merupakan
sebuah hakikat yang akan menghampri semua manusia.
Sering kita mendengar dongeng ketika kecil bahwa orang yang hidup kekal di
dunia akan bahagia selamanya. Betul, mana ada. Sesungguhnya itu adalah
sesuatu yang batil dan mustahil.
Banyak sebagain para ulama yang menjelaskan tentang kematian dalam
Islam yang akan dijelaskan di bawah ini. Seringkali manusia melalaikan dari
mengingat mati, karna tergoda oleh gemerlap dan kenikmatan dunia.
Sehingga hidupnya hanya untuk menuruti hawa nafsunya. Setiap manusia
yang hidup di dunia pada hakikatnya sedang mengantri giliran, menunggu
kapan datangnya ajal. Tapi manusia banyak yang lupa terhadap itu. Allah
telah menjelaskan di dalam Al-Qur’an‫ن‬ bahwa‫ن‬apa‫ن‬itu‫ن‬ kematian?‫ن‬ Kematian‫ن‬
adalah hak yang terjadi dan bukan sebuah akhir, namun awal dari fase
kehidupan yang baru.
2. Ayat-ayat tentang kematian
 Surah Al-A’raf‫ن‬ ayat‫ن‬34
‫ن‬‫و‬ُ ‫و‬‫ب‬‫و‬ َ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ا‬‫و‬‫س‬ ‫ن‬ٌ َ‫س‬َ‫س‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫و‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫س‬َ۟ ‫ن‬َ‫ى‬َ‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫م‬َ‫س‬َ‫س‬ ‫ن‬َ
‫ا‬ ‫بَن‬ َ ‫و‬‫ر‬ ‫و‬ََُِّ‫ن‬َ‫ا‬َُ ‫ف‬َ‫م‬ ‫ن‬
َ‫غ‬َْ ‫ن‬َ
‫ا‬ َ ‫بَن‬ َُ‫و‬‫ا‬‫و‬‫د‬َ‫ة‬َ‫ن‬َ‫ا‬َُ
Artinya :
Dan setiap umat mempunyai ajal. Maka apabila ajalnya telah tiba mereka
tidak bisa meminta penundaan atau di percepat sesaat pun.
 Surah Al-Qaf ayat 19
‫ن‬َ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ى‬َ‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬
‫و‬‫ك‬ َ‫ر‬َ‫ب‬َ‫م‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬ُِ‫ـ‬َ‫ح‬َ ‫ن‬ ‫يَن‬‫و‬ ْ۟ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫صَن‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫و‬‫ه‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫و‬‫د‬َ‫ه‬ ‫و‬‫ح‬َٓ
Artinya :
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang
dahulu pernah kamu hindari.
 Surah Al-An’am‫ن‬ ayat‫ن‬61
Bagaimana malaikat tersebut mencabut nyawa kalau bukan berdasarkan
dari segala amal perbuatan yang dilakukan manusia di dunia.
Malaikat pencabut nyawa selalu mejalankan perintah Allah untuk
mencabut nyawa siapa saja yang dikehendakinya. Sebagaimana dalam
Al-Qur’an
22
‫ن‬َُ‫و‬‫إ‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ر‬‫و‬‫إ‬‫ف‬َ‫ة‬َ ‫س‬ ‫قَن‬ ََُ‫ا‬ ‫ف‬َ‫ن‬‫و‬ْ ‫ن‬ِ‫ي‬‫و‬ ‫ن‬‫و‬ ‫و‬‫م‬ َ‫ور‬ُ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬
َ‫غ‬َََُِٰٓ ‫ن‬ ‫ء‬
َ‫ت‬‫ن‬َٰٓ ‫س‬َ۟‫و‬‫س‬ ‫ن‬َ‫ى‬َ‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ا‬َ‫د‬ََٰٓ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫و‬‫ه‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ََُٓ ‫َف‬‫ت‬‫ـ‬‫و‬‫م‬‫و‬‫م‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬ َ ‫ن‬َ
‫ا‬
‫بَن‬ َُ‫و‬ِ ‫و‬ُ‫ر‬َُ‫و‬ُ
Artinya :
Dialah penguasa mutlak atas semua hambanya, kemudian diutus
kepadamu malaikat-malaikat penjaga. Sehingga apabila kematian datang
kepada salah seorang di antara kamu, malaikat akan mencabut
nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya.
 Surah Al-Jum’at
Semua yang hidup pasti akan kembali padanya. Jadi semua perbuatan
yang dilakukan didunia akan ditunjukan kepada manusia.
‫ن‬َ ‫و‬‫ق‬ ‫ن‬َ‫وب‬‫س‬ ‫مَن‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ا‬‫و‬ َ ‫س‬ ‫بَن‬ َ ‫ر‬‫و‬َُٓ ‫و‬‫ه‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫و‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫هَّن‬َ۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬َ‫ه‬‫و‬‫ة‬ْ‫م‬‫و‬‫ا‬
Artinya :
Katakanlah wahai Muhammad, sesungguhnya kematian yang kamu
hidari itu pasti akan menemui kamu
 Surah Az-Zumar ayat 30
Telah jelas bahwa semua yang ada di dunia tidak ada yang kekal abadi
kecuali hanyalah Allah.
‫يَن‬َ۟‫و‬‫س‬ ‫ن‬ٌ‫ص‬‫و‬ُ‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ۟‫و‬‫س‬ َ ‫بَن‬ َُ‫و‬‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬َ‫ا‬
Artinya :
Sesungguhnya kamu Muhammad pasti akan mati dan mereka pula akan
mati.
 Surah An-Nisa’‫ن‬ ayat‫ن‬78
Malaikat akan tetap menghampirinya dan menggapai dimana saja kamu
berada. Malaikat pencabut nyawa selalu siap menjemput hamba allah
yang sudah dikehendakinya, sebagaimana dalam ayat ini :
‫َوَن‬َُ‫س‬ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫س‬ َُ‫و‬۟ َُ‫و‬‫ب‬َٓ ‫ن‬‫و‬‫ل‬‫ب‬َ‫ا‬ ‫و‬‫َر‬‫د‬‫و‬ُ ‫ن‬‫و‬‫م‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ن‬ََُ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫أ‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
َ‫ر‬ َ ‫و‬‫ور‬‫ۦ‬ َ‫ك‬َ‫د‬َ‫ه‬َ‫ن‬‫ا‬
Artinya :
Dimana pun kamu berada kematian pasti akan mendapatkan kamu,
walaupun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh.
 Surah An-Nahl ayat 61
23
Waktu kematian yang telah ditetapkan tersebut akan terjadi dengan
cepat, apabila Allah sudah menentukan waktu kematian hambanya.
‫ن‬ََُ َ ‫ن‬
‫و‬ ‫و‬‫سه‬َ ‫و‬ُ ‫ن‬
‫و‬ ‫سهت‬ ‫ف‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ْل‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬‫و‬ِ‫و‬‫ۦ‬ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫نَن‬َ‫ر‬َٓ ‫ف‬َ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
َ‫س‬َ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ب‬‫ـ‬ْ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫و‬‫ر‬ ‫و‬ُ‫ه‬َ ُ ‫ء‬
َْ‫و‬‫س‬ ‫ن‬َ َ‫س‬َ‫س‬ ‫ن‬
‫ءا‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫و‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫س‬َ۟ ‫ن‬َ‫ى‬َ‫ف‬َ‫س‬
‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫م‬َ‫س‬َ‫س‬ ‫ن‬َ
‫ا‬ ‫بَن‬ َ ‫و‬‫ر‬ ‫و‬‫ه‬َُ‫ـ‬َ‫ن‬َ‫ا‬َُ ‫ف‬َ‫م‬ ‫ن‬
َ‫غ‬َْ ‫ن‬َ
‫ا‬ َ ‫بَن‬ َُ‫و‬‫ا‬‫و‬‫د‬َ‫ة‬َ‫ن‬َ‫ا‬َُ
Artinya :
kalau Allah menghukum hambanya karna kezaliman, niscaya tidak akan
ada yang ditinggalkannya di bumi dari makhluknya. Tapi Allah
menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka
apabila ajalnya telah tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau
percepatan sesaat pun.
 Surah Al-Waqiah ayat 60
Allah yang menentukan kapan dan dimana hambanya akan
dikembalikannya, tidak ada yang mampu mengalahkan kuasanya. Allah
maha kuasa atas segala sesuatu. Sebagaimana dalam ayat ini.
‫ن‬‫و‬‫و‬َ‫ح‬َ۟ ‫َف‬َ۟‫َر‬‫د‬َ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ب‬َ‫ت‬َ‫ه‬َ‫ۦ‬ ‫مَن‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ف‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬‫و‬‫و‬َ‫ح‬َ۟ ‫َوَن‬‫ه‬‫و‬‫ق‬ َُ‫و‬‫ن‬َ‫ا‬َ‫ل‬‫و‬‫ۦ‬
Artinya :
kami telah menentukan kematian masing-masing kamu, dan kami tidak
lemah.
 Surah Al-Anfal ayat 50
‫ن‬َ ‫ن‬ََُ ‫ا‬ َْ
‫ر‬َٓ ‫ن‬
َ۟‫و‬‫س‬ ‫ء‬َ‫ا‬ ََُ‫ن‬َُ ‫َوَن‬ُ‫و‬ َ ‫س‬ ‫س‬ ‫و‬‫ر‬ََُ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫و‬‫غ‬َ‫ب‬‫و‬َُْ‫م‬َ‫ل‬َ ‫س‬ ‫بَن‬ َُ‫و‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬َ‫ض‬َُ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ‫إ‬ َُ‫و‬‫س‬ ‫و‬ ‫ن‬
َ‫س‬ َ ‫ف‬َ‫ۦ‬َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬َ‫ر‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫س‬ َُ‫و‬‫ق‬ َ ‫و‬۟ َ ‫س‬َ َْ ‫ن‬َ‫ب‬
‫ن‬‫و‬َُِ ‫و‬‫ر‬َ‫ح‬َ ‫س‬
Artinya :
Seandainya kamu melihat para malaikat ketika mencabut nyawa orang
kafir sambil memukul wajah dan punggungnya. Maka rasakanlah siksa
neraka yang akan membakarnya
3. Hadist tentang mengingat kematian
Kita hanya diperintahkan untuk terus mempersiapkan dan mengingatnya,
adapun hadist tentang mengingat kematian diantaranya sebagai berikut.
 Hadist Dari Abu Hurairah
Artinya:
24
Apabila manusia meninggal maka terputus semua amal ibadahnya
kecuali tiga. Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang
sholeh yang mendoakannya.
 Hadist Kedua
Artinya:
Kematan itu jembatan yang akan menghubungkan antara kekasih kepada
kekasih.
Hadist ini dijelaskan oleh Imam An-Nawawi, tapi dalam mensyarah
hadist ini tidak menyebutkan perowi hadist.
 Hadist Ketiga
Artinya:
Sebaik-baiknya kematian adalah istirahatnya orang Muslim
F. KEWAJIBAN MAKRUF – NAHI MUNKAR
1. Pengertian
Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah satu istilah yang memiliki dua
komponen.‫ن‬ Pertama,‫ن‬“Amar‫ن‬ Ma’ruf”‫ن‬ yang‫ن‬ artinya‫ن‬ mengajak‫ن‬ kebaikan.‫ن‬
Kedua,‫“ن‬Nahi‫ن‬ Munkar”‫ن‬ yang‫ن‬ artinya‫ن‬ mencegah‫ن‬ keburukan‫ن‬ atau‫ن‬kemungkaran.
Secara bahasa, Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah mencegah kebaikan
dan mencegah kemungkaran. Sedangkan secara istilah adalah tuntutan untuk
selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna
dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah semua
hal-hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.
Amar Ma'ruf Nahi Munkar merupakan dua sendi yang mutlak diperlukan
untuk menopang tata kehidupan yang diridai Allah. Menurut para ulama,
Amar‫ن‬Ma’ruf‫ن‬ memiliki‫ن‬ arti‫ن‬mengajak‫ن‬ atau‫ن‬mendorong‫ن‬ perbuatan‫ن‬ baik,‫ن‬baik‫ن‬
yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrawi. Sedangkan Nahi
Munkar artinya menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan,
merusak, merendahkan, dan menjerumuskan nilai-nilai kehidupan.Hanya
dengan melaksanakan dua gerakan ini (Amar Ma'ruf Nahi Munkar),
kehidupan lahiriah dan batiniah kita akan mencapai kebahagiaan.
2. Tujuan Makruf Nahi Munkar
25
 Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam. artinya
selalu menghormati, mempertahankan, membela, dan menaati nilai-nilai
ajaran Islam.
 Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
Artinya kepentingan pribadi yang dapat merugikan kepentingan bersama
tidak boleh didahulukan. Kepentingan yang lebih besar harus
didahulukan, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan yang lebih
kecil.
 Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmah, dan berjuang. Artinya
berlaku ikhlas karena Allah Swt. dalam melakukan segala perbuatan
tanpa membuang keyakinan dan harapan bahwa segala perbuatan baik
pasti akan mendapatkan balasan dari Allah Swt.
 Menjunjung tinggi persaudaraan, persatuan, serta kasih-mengasihi.
Artinya selalu berusaha menjaga sikap di atas kepada sesama warga
nahdiyin, antara sesama muslim, antar sesama bangsa dan sesama umat
Islam.
 Meluhurkan kemuliaan moral (akhlaqul karimah), dan menjunjung tinggi
kejujuran dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Sikap ini menghendaki
agar selalu berusaha menerapkan akhlaqul karimah kepada diri sendiri,
keluarga, dan masyarakat. Langkah awalnya adalah kejujuran dalam
berpikir, bersikap, dan bertindak. Jujur kepada Allah Swt., dan jujur
kepada masyarakat.
 Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan
negara. Artinya selalu siap menghormati, membela kepentingan dan taat
kepada agama, bangsa dan Negara secara proporsional dan
komprehensif, tidak mempertentangkan antara ketiganya. Membela
kepentingan Bangsa dan Negara adalah juga bagian dari ajaran agama.
 Menjunjung tinggi nilai amal, kerja, dan prestasi sebagai bagian dari
ibadah kepada Allah Swt. Artinya berpendirian bahwa amal, kerja, dan
prestasi (kemampuan melakukan tugas berhasil dengan baik) merupakan
ibadah (pengabdian) kepada Allah Swt., di samping
26
ibadah mahdhah (ibadah murni, terbatas) seperti puasa, salat, Haji, dan
lain sebagainya.
 Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya. Perilaku seperti
ini dimaksudkan agar warga NU atau Ahlussunnah Wal Jamaah selalu
berusaha menambah ilmu, baik ilmu tentang ayat-ayat yang berwujud
ajaran agama maupun ayat-ayat Allah yang berwujud alam semesta.
Selalu menghormati para ahli ilmi sebagai pembawa Khazanah ilmu
yang mutlak diperlukan oleh umat manusia dalam menempuh kehidupan
duniawi maupun ukhrawi.
 Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang
membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia. Maksudnya selalu
menyadari bahwa alam semesta ini terus-menerus mengalami perubahan,
tidak pernah berhenti. Kita harus selalu siap menghadapi perubahan-
perubahan tersebut dan berusaha mengarahkannya. Setiap perubahan
membawa dampak sendiri, ada kalanya positif dan ada kalanya negatif,
dan yang paling banyak adalah yang berdampak ganda (membawa
dampak positif sekaligus negatif). Perubahan yang berdampak positif
diterima, dimanfaatkan dan kita berusaha menyesuaikan diri dengan
perubahan itu. Sedangkan perubahan yang negatif kita tolak,
diminimalisasi, dan diusahakan agar menjadi positif.
 Menyusun tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan
mempercepat perkembangan masyarakatnya. Artinya kita selalu
berusaha memelopori, mendorong, mempercepat perkembangan
masyarakat ke arah positif, bermanfaat, dan benar menurut agama dan
akal sehat. Selalu mencari yang baru dan lebih baik serta tetap
memelihara yang lama.
 Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara. Maksudnya warga NU atau Ahlussunnah Wal Jamaah
diharapkan selalu berusaha memelihara kebersamaan, kerukunan,
kerjasama, saling membantu dalam menempuh kehidupan di antara
bangsa dan kehidupan bernegara. Hal itu dilakukan untuk memelihara
keutuhan bangsa, negara, dan mewujudkan kesejahteraan bersama.
27
3. Kewajiban dan dalilnya
Tidak‫ن‬diragukan‫ن‬ lagi‫ن‬ bahwa‫ن‬amar‫ن‬ma’ruf‫ن‬ nahi‫ن‬ mungkar‫ن‬ adalah‫ن‬ upaya‫ن‬
menciptakan kemaslahatan umat dan memperbaiki kekeliruan yang ada pada
tiap-tiap individunya. Dengan demikian, segala hal yang bertentangan dengan
urusan agama dan merusak keutuhannya, wajib dihilangkan demi menjaga
kesucian para pemeluknya.
Persoalan ini tentu bukan hal yang aneh karena Islam adalah akidah dan
syariat yang meliputi seluruh kebaikan dan menutup segala celah yang
berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Amar ma’ruf‫ن‬ nahi‫ن‬ mungkar‫ن‬ merupakan‫ن‬ amal‫ن‬ yang‫ن‬ paling‫ن‬ tinggi‫ن‬ karena‫ن‬
posisinya sebagai landasan utama dalam Islam.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kamu‫ن‬ (umat‫ن‬ Islam)‫ن‬ adalah‫ن‬ umat‫ن‬ terbaik‫ن‬ yang‫ن‬ dilahirkan‫ن‬ untuk‫ن‬ manusia,‫ن‬
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf,‫ن‬ mencegah‫ن‬ dari‫ن‬yang‫ن‬
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang‫ن‬ fasik.”‫ن‬ (Ali‫ن‬ Imran:‫ن‬ 110)
Jika kita perhatikan dengan saksama, sebenarnya diutusnya para rasul
dan diturunkannya Al-Kitab adalah dalam rangka memerintah dan
mewujudkan‫ن‬ yang‫ن‬ ma’ruf,‫ن‬ yaitu‫ن‬ tauhid‫ن‬ yang‫ن‬ menjadi‫ن‬ intinya,‫ن‬ kemudian‫ن‬ untuk‫ن‬
mencegah dan menghilangkan yang mungkar, yaitu kesyirikan yang menjadi
sumbernya.Jadi, segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang
disampaikan melalui rasul-Nya‫ن‬ adalah‫ن‬ perkara‫ن‬yang‫ن‬ ma’ruf.‫ن‬ Begitu‫ن‬ pula‫ن‬
seluruh larangan-Nya adalah perkara yang mungkar. Kemudian,
Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan‫ن‬ amar‫ن‬ma’ruf‫ن‬ nahi‫ن‬ mungkar‫ن‬ ini
sebagai sifat yang melekat dalam diri nabi-Nya dan kaum mukminin secara
menyeluruh.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan
28
zakat, serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat
oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)
Siapa pun meyakini bahwa kebaikan manusia dan kehidupannya ada dalam
ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dan hal tersebut tidak akan sempurna tercapai melainkan
dengan‫ن‬ adanya‫ن‬ amar‫ن‬ma’ruf‫ن‬ nahi‫ن‬ mungkar.‫ن‬ Dengan‫ن‬ hal‫ن‬ inilah‫ن‬ umat‫ن‬ ini‫ن‬
menjadi sebaik-baik umat di tengah-tengah manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kamu‫ن‬ (umat‫ن‬ Islam)‫ن‬ adalah‫ن‬ umat‫ن‬ terbaik‫ن‬ yang‫ن‬ dilahirkan‫ن‬ untuk‫ن‬ manusia,‫ن‬
(karena‫ن‬kamu)‫ن‬ menyuruh‫ن‬ (berbuat)‫ن‬yang‫ن‬ ma’ruf,‫ن‬ dan‫ن‬mencegah‫ن‬ dari‫ن‬yang‫ن‬
mungkar….”‫ن‬ (Ali‫ن‬ Imran:‫ن‬ 110)
29
DAFTAR PUSTAKA
1997. Al-Qur’an‫ن‬ dan‫ن‬ Ilmu‫ن‬ Pengetahuan‫ن‬ Kealaman,‫ن‬ Yogyakarta:‫ن‬ Dana‫ن‬ Bhakti‫ن‬
Primayasa.
Al-Audah,‫ن‬ Salman‫ن‬ bin‫ن‬ Fahd.,‫ن‬ Fadli‫ن‬ Ilahi,‫ن‬ Amar‫ن‬ Ma’ruf‫ن‬ Nahi‫ن‬ Munkar,‫ن‬ diterjemah‫ن‬ oleh:‫ن‬
Rakhmat, dkk., Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993. Cet. 1
Al-Mubayyadh, Muhammad Ahmad. 2014. Ensiklopedia Akhir Zaman. Surakarta:
Granada Mediatama.
Atiqoh,‫ن‬ Nurul.‫ن‬ Konsep‫ن‬ Amar‫ن‬ Ma’ruf‫ن‬ Nahi‫ن‬ Munkar‫ن‬ Dalam‫ن‬ Tafsir‫ن‬ Al-Misbah Karya
Quraish Shihab Dalam Perspektif Dakwah. Fakultas Dakwah, IAIN Walisongo,
Semarang, 2011 (umar, 2011)
Attas, Syed Naquib al-. 1991. Islam dan Sekularisme, Bandung: Pustaka Salman.
Baiquni, Achmad (a). 1995. Al-Qur’an,‫ن‬ Ilmu‫ن‬ Pengetahuan‫ن‬ dan‫ن‬ Teknologi,‫ن‬ Yogyakarta:‫ن‬
Dana Bhakti Wakaf.
Barbour, Ian G. 2005. Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan Agama,
Bandung: Mizan.
Dzahabi, al-. 1961. al-Tafsir wa al-Mufassirun, Jilid II, Kairo: Daar al-Kutub al-
Haditsah.
Hakim, Manshur Abdul. 2006. Kiamat. Jakarta: Gema Insani
Sumber website :
https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-dengan-
nikmat-dunia,https://umroh.com/blog/pengertian-istidraj-dalam-islam/,
https://rumaysho.com/10828-istidraj-jebakan-berupa-limpahan-rezeki-karena-
bermaksiat.html,https://www.republika.co.id/berita/qm4fk9320/3-dosa-yang-
balasannya-akan-disegerakan-allah-swt-di-dunia, https://sef.feb.ugm.ac.id/mengenal-
riba-dan-bahayanya/, https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba/,
https://duniapondok.com/ayat-tentang-kematian/, https://asysyariah.com/kewajiban-
amar-maruf-nahi-mungkar-2/

More Related Content

What's hot

Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma WijayaKumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Lalu Teguh Atma Wijaya
 
Yanuar rizki,agama islam, ilmu komunikasi, dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Yanuar rizki,agama islam, ilmu komunikasi, dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosYanuar rizki,agama islam, ilmu komunikasi, dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Yanuar rizki,agama islam, ilmu komunikasi, dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
YanuarRizki4
 
Pasya rama hidayat l1 b021063_uts_pai
Pasya rama hidayat l1 b021063_uts_paiPasya rama hidayat l1 b021063_uts_pai
Pasya rama hidayat l1 b021063_uts_pai
PasyaRama
 
Ramdhan Zoelva, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Ramdhan Zoelva, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.SosRamdhan Zoelva, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Ramdhan Zoelva, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
ManusiaAlternatif
 
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAIMahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
MahendraAnandaPutra
 
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
amri30
 
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama IslamKumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
ShoofiAssaudah
 
Uts agama shohibul sydqy
Uts agama shohibul sydqyUts agama shohibul sydqy
Uts agama shohibul sydqy
ShoofiAssaudah
 
Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021
WidiaAprilia3
 
Risalah ramadan 000 risalah puasa ramadan penting
Risalah ramadan 000 risalah puasa ramadan pentingRisalah ramadan 000 risalah puasa ramadan penting
Risalah ramadan 000 risalah puasa ramadan penting
Ahmad Junaidi Mohd Said
 
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
dinda396631
 
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
NoversaWila1
 
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistiraAgama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
LaluSirdiZunistira
 
PAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
PAI Kelas XII Oleh Dra. HamidahPAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
PAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
TeukuMahawira
 
Id cara pengobatan_dengan_quran
Id cara pengobatan_dengan_quranId cara pengobatan_dengan_quran
Id cara pengobatan_dengan_quran
RS-Pengobatan-Qurani
 
PAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
PAI Kelas XII Oleh Dra. HamidahPAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
PAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
TeukuMahawira
 
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia HidupMengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
andrew gromiko
 
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas XModul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Insan Cendikia6f
 

What's hot (18)

Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma WijayaKumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
 
Yanuar rizki,agama islam, ilmu komunikasi, dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Yanuar rizki,agama islam, ilmu komunikasi, dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosYanuar rizki,agama islam, ilmu komunikasi, dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Yanuar rizki,agama islam, ilmu komunikasi, dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
 
Pasya rama hidayat l1 b021063_uts_pai
Pasya rama hidayat l1 b021063_uts_paiPasya rama hidayat l1 b021063_uts_pai
Pasya rama hidayat l1 b021063_uts_pai
 
Ramdhan Zoelva, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Ramdhan Zoelva, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.SosRamdhan Zoelva, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Ramdhan Zoelva, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
 
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAIMahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
Mahendra Ananda Putra_L1C020053_UAS PAI
 
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
 
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama IslamKumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
 
Uts agama shohibul sydqy
Uts agama shohibul sydqyUts agama shohibul sydqy
Uts agama shohibul sydqy
 
Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021
 
Risalah ramadan 000 risalah puasa ramadan penting
Risalah ramadan 000 risalah puasa ramadan pentingRisalah ramadan 000 risalah puasa ramadan penting
Risalah ramadan 000 risalah puasa ramadan penting
 
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
 
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
 
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistiraAgama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
 
PAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
PAI Kelas XII Oleh Dra. HamidahPAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
PAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
 
Id cara pengobatan_dengan_quran
Id cara pengobatan_dengan_quranId cara pengobatan_dengan_quran
Id cara pengobatan_dengan_quran
 
PAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
PAI Kelas XII Oleh Dra. HamidahPAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
PAI Kelas XII Oleh Dra. Hamidah
 
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia HidupMengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
 
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas XModul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
 

Similar to Tugas uas agama islam 2021

Tugas uts agama islam 2021
Tugas uts agama islam 2021Tugas uts agama islam 2021
Tugas uts agama islam 2021
GatotTrionoSenoaji
 
Uas pai
Uas paiUas pai
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
NurinHandayani
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAILalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
LaluGilangRahmadiHam1
 
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
LalesekarIdamanperti
 
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
LaluTeguh2
 
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putraTugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
muhammad furdaus
 
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
FatimaZahara5
 
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
MYamin4
 
Kultum.docx
Kultum.docxKultum.docx
Kultum.docx
AlyaFitriAningrum
 
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
Adinda917803
 
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
MizanPujaisna1
 
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
Habib171
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_paiLalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
LaluGilangRahmadiHam
 
Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01
Muhsin Hariyanto
 
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Putrybq
 
pptx_20220921_113430_0000.pptx
pptx_20220921_113430_0000.pptxpptx_20220921_113430_0000.pptx
pptx_20220921_113430_0000.pptx
AdindaNda1
 
Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Uas agama islam aulia putri sifani 2021Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Auliaputri298047
 
UJIAN AKHIR SEMESTER
UJIAN AKHIR SEMESTERUJIAN AKHIR SEMESTER
UJIAN AKHIR SEMESTER
FakhriLabibAlIdrus
 

Similar to Tugas uas agama islam 2021 (20)

Tugas uts agama islam 2021
Tugas uts agama islam 2021Tugas uts agama islam 2021
Tugas uts agama islam 2021
 
Uas pai
Uas paiUas pai
Uas pai
 
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAILalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
 
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
 
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
Lalu Teguh Atma Wijaya, Agama Islam, Ilmu Hukum, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,...
 
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putraTugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
 
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
 
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
 
Kultum.docx
Kultum.docxKultum.docx
Kultum.docx
 
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
 
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
 
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
F1B021019_NUR HABIIBURRAHMAN_AGAMA ISLAM_TEKNIK ELEKTRO_Dr Taufik Ramdani, S....
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_paiLalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uts_pai
 
Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01
 
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
 
pptx_20220921_113430_0000.pptx
pptx_20220921_113430_0000.pptxpptx_20220921_113430_0000.pptx
pptx_20220921_113430_0000.pptx
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Uas agama islam aulia putri sifani 2021Uas agama islam aulia putri sifani 2021
Uas agama islam aulia putri sifani 2021
 
UJIAN AKHIR SEMESTER
UJIAN AKHIR SEMESTERUJIAN AKHIR SEMESTER
UJIAN AKHIR SEMESTER
 

Tugas uas agama islam 2021

  • 1. i KUMPULAN ARTIKEL 1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ 2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS). 3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA 4. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA 5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALINYA 6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL- DALILNYA Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu: Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos Disusun Oleh: Nama : Gatot Triono Senoaji NIM : F1B021119 Prodi/Kelas : Teknik Elektro/Kelas D PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM 2021
  • 2. ii DAFTAR ISI COVER ................................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii ISTIRADJ ............................................................................................................... 1-6 1. Pengertian ................................................................................................... 1-3 2. Ciri-ciri Istiradj ........................................................................................... 3 3. Cara hindari Istiradj .................................................................................... 3-4 4. Dalil-dalil tentang isriradj ........................................................................... 4-6 HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH SWT .......................................................................................................... 6-9 DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA ......................... 10-17 KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA ........................... 17-20 SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA ........................... 20-24 KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL- DALILNYA. ............................................................................................................ 24-28 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 29
  • 3. 1 A. Istiradj 1. Pengertian Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan harta yang berlimpah dari Allah SWT. Dalam Islam, kenikmatan dunia itu disebut dengan istidraj. Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya. Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An'am ayat 44 sebagai berikut: ‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬‫ا‬َ۟ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫س‬ ‫و‬‫ر‬ُ‫و‬‫ا‬‫و‬۟ ‫ب‬ ‫و‬‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ت‬َ‫ح‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫ب‬ ََُْ‫ۦ‬ََ ‫ن‬ُ‫و‬ ‫و‬‫ا‬ ‫ىَن‬َ‫ء‬ٍَ ‫ن‬َْ ‫ء‬َ‫ن‬َٰٓ ‫س‬َ۟‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬ٰٓ ‫و‬‫ر‬َ‫ا‬ ‫ب‬َ‫ل‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫س‬ َُ‫و‬ٓ ‫و‬َ ‫ل‬‫و‬‫ي‬ََْ۟ َ‫ه‬ََ ‫ن‬ َ‫غ‬َ‫ن‬َ‫ة‬َ‫ۦ‬ ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫س‬َ۟‫و‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫ا‬‫و‬‫م‬َ‫ن‬‫ا‬ Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong- konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al An'am: 44). Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri. Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong. Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT.
  • 4. 2 Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Qalam ayat 44 sebagai berikut: ‫ء‬‫و‬َ۟‫ر‬َ َ‫ا‬ ‫و‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ب‬ُ‫و‬ َ‫ب‬‫و‬ُ ‫س‬َ َْ‫ي‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬ُْ‫و‬‫د‬َ‫ح‬َ ِ‫ن‬‫ن‬ ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ ‫و‬‫َر‬‫د‬َ‫ن‬َ‫ا‬َ‫ت‬َ‫م‬ ‫ن‬َ‫و‬ُ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫ن‬َُ Artinya: "Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang- orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui," (QS. al-Qalam: 44) Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan. Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan. Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat Rasulullah SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah istidraj." (HR. Ahmad)
  • 5. 3 Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada orang yang membutuhkan. 2. Ciri-ciri Istiradj  Ibadah kita semakin turun, namun kesenenganmakin melimpah Ibnu athaillah berkata : “Hendaklah‫ن‬ engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepadanya, jangan sampai karunia itu semata-mata‫ن‬ istiradj‫ن‬ oleh‫ن‬Allah.”  Kita melakukan maksiat, tapi malah makin banyak kesenagan. Ali bin Abi Thalib r.a berkata : “Hai‫ن‬ anak‫ن‬adam‫ن‬ingat‫ن‬ dan‫ن‬waspadalah‫ن‬ bila‫ن‬ kau‫ن‬lihat‫ن‬ tuhanmu‫ن‬ terus‫ن‬ menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus menerus‫ن‬ melakukan‫ن‬ maksiat‫ن‬ kepadanya”  Semakin kita kikir, namun harta semakin banyak Sebagaimana kita ketahui bahwa sebetulnya Sodaqoh dapat membuat harta kita semakin banyak. Ketika kita dihinggapi sifat kikir, tak pernah zakat, infak, shadaqah ataupun mengulurkan bantuan orang lain. Namun justru harta semakin melimpah ruah. itulah menjadi salah satu ciri pengertian istidraj dalam islam.  Jarang sakit Imam‫ن‬ Syafi’I‫ن‬ pernah‫ن‬mengatakan: ”Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.” 3. Cara hindari Istiradj  Meningkatkan keimanan Jadikan keimanan kita kepada Allah SWT sebagai dasar bagi kita dalam menjalankan kehidupan di dunia. Karena dengan iman yang kuat keberkahan yang sejati akan kita dapatkan dalam hidup.  Mengerjakan amal soleh Allah‫ن‬ subhanahu‫ن‬ wa‫ن‬ta’ala‫ن‬berfirman‫ن‬ yang artinya:
  • 6. 4 “Barangsiapa‫ن‬ yang‫ن‬ mengerjakan‫ن‬ amal‫ن‬ sholeh‫ن‬ baik‫ن‬laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman. maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah‫ن‬ mereka‫ن‬kerjakan.”‫ن‬ (QS‫ن‬An-nahl ayat 97)  Berdoa Doa merupakan obat yang paling ampuh bagi umat muslim. Berdoa dengan sungguh-sungguh merupakan cara kita meminta kepada Allah secara langsung agar diberikan keberkahan harta, waktu, keluarga dan juga kenikmatan kenikmatan dunia yang lainnya. Namun juga jangan sampai nikmat tersebut melalaikan kita, menjadikan kita malas untuk beribadah, berbangga diri dan menyepelekan orang lain. Bahkan‫ن‬ membuat‫ن‬ kita‫ن‬semakin‫ن‬ jauh‫ن‬dari‫ن‬Allah‫ن‬ subhanahu‫ن‬ wa‫ن‬ta’ala. Ingatlah bahwa sebaik-baiknya kenikmatan ialah yang akan kita dapatkan di akhirat kelak kenikmatan yang kekal selama-lamanya.  Memperbanyak intropeksi diri Senantiasa intropeksi diri adalah hal terbaik untuk mengukur dan mengingatkan diri sendiri agar terhindar dari perbuatan yang tidak disukai Allah SWT. Ketika hati diingatkan untuk memohon ampun, maka‫ن‬itulah‫ن‬ “perahu”‫ن‬ yang‫ن‬ menyelamatkan‫ن‬ dari‫ن‬arus istidraj.Agar sinyal taubat itu ada, hendaknya seorang beriman menjaga diri dari harta yang haram dan berupaya konsisten dalam menjalankan perintah-perintah Allah. 4. Dalil dalil tentang Istiradj Allah Ta’ala berfirman. ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫ت‬‫و‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ِّ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ح‬ ِّ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫إ‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫اب‬ َ‫ْو‬‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ِّ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ح‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ِّ‫ه‬ِّ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ر‬ِّ‫ك‬ُ‫ذ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫وا‬ُ‫س‬َ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ف‬ ًَ‫ت‬َْْ‫ب‬ ْ‫م‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِّ‫ِإ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ون‬ُ‫س‬ِّ‫ل‬ْ‫ب‬ُ‫م‬ “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
  • 7. 5 kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.‫ن‬Al‫ن‬An’am:‫ن‬ 44) Disebutkan dalam surat Al Qalam kisah pemilik kebun berikut ini, ِّ‫ب‬ْ‫ص‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ه‬َّ‫ن‬ُ‫م‬ ِّ‫ر‬ْ‫ص‬َ‫ي‬َ‫ل‬ ‫وا‬ُ‫م‬َ‫س‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ ْ‫ذ‬ِّ‫إ‬ ًَِّّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫اب‬َ‫ح‬ْ‫ص‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ( َ‫ين‬ ِّ‫ح‬ 17 ( َ‫ون‬ُ‫ن‬ْ‫ث‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ َ‫و‬ ) 18 َ‫اف‬َ‫ط‬َ‫ف‬ ) ( َ‫ون‬ُ‫م‬ِّ‫ئ‬‫َا‬‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ َ‫ك‬ِّ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ٌ‫ف‬ِّ‫ئ‬‫ا‬َ‫ط‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ 19 ( ِّ‫يم‬ ِّ‫ر‬َّ‫ص‬‫ال‬َ‫ك‬ ْ‫ت‬َ‫ح‬َ‫ب‬ْ‫ص‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ) 20 ( َ‫ين‬ ِّ‫ح‬ِّ‫ب‬ْ‫ص‬ُ‫م‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫د‬‫َا‬‫ن‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ) 21 ‫ُوا‬‫د‬ْ‫غ‬‫ا‬ ِّ‫ن‬َ‫أ‬ ) ( َ‫ين‬ِّ‫م‬ ِّ‫ار‬َ‫ص‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ِّ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِّ‫ث‬ْ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ 22 ( َ‫ون‬ُ‫ت‬َ‫ف‬‫َا‬‫خ‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َ‫ل‬َ‫ط‬ْ‫ن‬‫ا‬َ‫ف‬ ) 23 ٌ‫ين‬ِّ‫ك‬ْ‫س‬ ِّ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫د‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ) ( 24 ( َ‫ين‬ ِّ‫ر‬ِّ‫د‬‫ا‬َ‫ق‬ ٍ‫د‬ْ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫د‬َ‫غ‬ َ‫و‬ ) 25 ( َ‫ون‬ُّ‫ل‬‫ا‬َ‫ض‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫َا‬‫ه‬ ْ‫و‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ) 26 ( َ‫ون‬ُ‫م‬‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫م‬ ُ‫ن‬ْ‫ح‬َ‫ن‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ ) 27 ) ( َ‫ون‬ُ‫ح‬ِّ‫ب‬َ‫س‬ُ‫ت‬ َ ‫َل‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫أ‬ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ط‬َ‫س‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ 28 ‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ) ( َ‫ين‬ِّ‫م‬ِّ‫ل‬‫ا‬َ‫ظ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫َا‬‫ن‬ِّ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬ ‫ا‬ 29 ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ل‬َ‫ب‬ْ‫ق‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ) ( َ‫ون‬ُ‫م‬ َ‫و‬ َ ‫َل‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ٍ ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ 30 ( َ‫ين‬ِّ‫غ‬‫ا‬َ‫ط‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬ْ‫ي‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ) 31 ‫َا‬‫ن‬ِّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِّ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِّ‫م‬ ‫ا‬‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬ِّ‫د‬ْ‫ب‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫س‬َ‫ع‬ ) ( َ‫ُون‬‫ب‬ِّ‫غ‬‫ا‬َ‫ر‬ 32 َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ِّ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ك‬ ) ( َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ ُ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ِّ‫ة‬ َ‫ر‬ ِّ‫خ‬َ ْ ‫اْل‬ ُ‫اب‬َ‫ذ‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ُ‫اب‬َ‫ذ‬ 33 ) Artinya : Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari. dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin). lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur. maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. lalu mereka panggil memanggil‫ن‬ di‫ن‬pagi‫ن‬ hari:“Pergilah‫ن‬ di‫ن‬waktu‫ن‬pagi‫ن‬ (ini)‫ن‬ ke‫ن‬kebunmu‫ن‬ jika‫ن‬kamu‫ن‬ hendak‫ن‬memetik‫ن‬ buahnya.”. Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik. “Pada‫ن‬hari‫ن‬ ini‫ن‬ janganlah‫ن‬ ada‫ن‬seorang‫ن‬ miskin‫ن‬ pun‫ن‬masuk‫ن‬ ke‫ن‬ dalam‫ن‬ kebunmu.”. Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya). Tatkala mereka‫ن‬melihat‫ن‬ kebun‫ن‬itu,‫ن‬ mereka‫ن‬berkata:‫ن‬ “Sesungguhnya‫ن‬ kita‫ن‬benar-benar orang-orang yang sesat (jalan),bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya). Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah‫ن‬ aku‫ن‬telah‫ن‬ mengatakan‫ن‬ kepadamu,‫ن‬hendaklah‫ن‬ kamu‫ن‬ bertasbih‫ن‬ (kepada Tuhanmu). Mereka‫ن‬mengucapkan:‫ن‬ “Maha‫ن‬Suci‫ن‬ Rabb‫ن‬kami,‫ن‬ sesungguhnya kami adalah orang-orang‫ن‬ yang‫ن‬ zalim.”. Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela. Mereka
  • 8. 6 berkata:‫ن‬ “Aduhai‫ن‬ celakalah‫ن‬ kita;‫ن‬ sesungguhnya‫ن‬ kita‫ن‬ini‫ن‬ adalah‫ن‬ orang-orang yang‫ن‬ melampaui‫ن‬ batas.”. Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita. Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui. (QS. Al Qalam: 17-33). B. HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH SWT Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya hingga hari kiamat. Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan disegeraka Allah SWT di dunia. ‫و‬َْ ‫أ‬‫و‬‫ۦ‬ََ ‫ن‬ َ‫ك‬ َ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫أ‬ ‫و‬ ‫ي‬ َ‫ر‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫و‬‫ه‬َ‫ت‬َْ، ‫ن‬‫و‬‫و‬َْ ‫ن‬ُ‫و‬‫أ‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ ‫فل‬ ‫ق‬ : ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ب‬ُ۟۟ ‫ن‬‫و‬‫ر‬ ‫و‬‫ه‬ ُ ‫ن‬ ‫و‬‫هللا‬ ‫تيف‬ ‫ا‬ ‫اف‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫ٍف‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫ُُم‬ ‫ن‬‫و‬‫غ‬‫ةهفا‬ ‫س‬ ‫ن‬َ ‫اا‬ ‫ن‬َ‫ةأ‬َ‫ن‬ ‫س‬، ‫ْةُقَن‬ ‫ن‬‫و‬‫ُو‬َ‫د‬ ‫ُس‬ ‫س‬، َ ‫ن‬ َ‫غ‬‫هن‬ ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ٰٓل‬َ‫ر‬ ‫س‬، ‫ن‬‫و‬ ‫و‬ِ‫ون‬ُ ‫يف‬‫و‬‫ن‬ٰٓ‫هف‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫۟هف‬‫د‬ ‫س‬ ‫ن‬َ ‫قن‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬َُ‫ل‬ ‫س‬ Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,”‫ن‬Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.”‫ن‬ (HR‫ن‬Al‫ن‬Hakim, Al Mustadrak No 7345). Berikut ini 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah swt. didunia : 1. Dosa yang berbuat zalim. Zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran: ‫ن‬ َ َْ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ‫ي‬‫و‬َُْ ‫و‬َ‫ان‬‫ن‬‫و‬َُِ‫ح‬َ ‫نس‬ ‫و‬‫َر‬‫ه‬َ‫ة‬‫و‬‫ۦ‬‫ن‬ ‫و‬ ‫ا‬ َ‫ر‬َ َ ‫أنسس‬‫و‬‫ا‬‫ن‬ َ‫ُب‬‫و‬‫ة‬َ‫ن‬َُ َ ‫ن‬ َ‫فْل‬َ‫ت‬ ‫نس‬ َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫م‬ََُِ‫ن‬ َ‫ُو‬‫و‬ َ ‫ءنس‬َ‫م‬َْ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬‫و‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫فنس‬َ‫ل‬َ۟‫و‬‫ا‬‫نس‬ٌ‫ل‬‫ه‬‫و‬ََ‫ن‬ ٌ‫ب‬ “Sesungguhnya‫ن‬ dosa‫ن‬itu‫ن‬ atas‫ن‬orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat‫ن‬ azab‫ن‬yang‫ن‬ pedih.”‫ن‬ (QS‫ن‬Asy-Syura: 42)
  • 9. 7 2. Orang yang suka durhaka kepada orang tua Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita di dunia ini. Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka. Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT: ‫ن‬ْ ‫ء‬َ‫ض‬َ‫ق‬ َ ‫يَن‬‫ۦ‬َ‫ر‬ ‫ن‬َ ‫ا‬ََ ‫ن‬ َ‫ن‬َٓ‫س‬ ‫و‬‫د‬‫و‬‫ن‬ ‫ن‬َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ي‬‫َف‬ُ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫َو‬َُ‫د‬‫و‬ ‫س‬ ََُ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ َ ‫ف‬َ۟‫ف‬َ‫ا‬َٰٓ‫و‬‫ا‬‫نن‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫َو‬‫ة‬‫و‬‫م‬َ‫ن‬َُ ‫نَن‬َ‫د‬َ‫ت‬‫و‬ْ ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ن‬‫و‬‫ب‬َ ‫س‬ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫و‬‫د‬َََٰٓ ‫ن‬َ ََ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬ َ ‫م‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ ‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫و‬‫ة‬َٓ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫َن‬ُ ‫و‬َ ‫ن‬َ ‫ا‬ َ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬َ‫ر‬َ‫ي‬َ‫ت‬َٓ ‫ن‬َ ‫و‬‫ق‬ َ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ ‫ا‬ ََُ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ا‬ “Dan‫ن‬ Tuhanmu‫ن‬ telah‫ن‬ memerintahkan‫ن‬ supaya‫ن‬kamu‫ن‬ jangan‫ن‬ menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak‫ن‬ mereka,‫ن‬dan‫ن‬ucapkanlah‫ن‬ kepada‫ن‬mereka‫ن‬ucapan‫ن‬ yang‫ن‬ mulia.”‫ن‬ (QS Al-Isra: 23). 3. Dosa orang yang memutuskan silaturahmi Islam tidak menyukai orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari‫ن‬Abu‫ن‬Muhammad‫ن‬ Jubiar‫ن‬ bin‫ن‬Muth’im‫ن‬ RA: ‫ْو‬ ‫ۦأ‬ََ ‫احلد‬ ‫ن‬‫و‬‫َر‬‫ه‬َ‫ن‬‫و‬‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫ۦو‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫يأ‬ ‫ر‬ ‫هللا‬ ‫ته‬ ْ ‫ن‬َ‫ب‬ََ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫رم‬ ‫سهَن‬ ‫ﷺ‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬: ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬ ‫و‬‫ه‬َ‫د‬َُ ‫ن‬ َ‫غ‬َ‫ت‬َِ ‫س‬ ‫ن‬ٌ‫ا‬‫و‬ِ‫ف‬َ‫ق‬ “Tidak‫ن‬ akan‫ن‬masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim).
  • 10. 8 Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan. Kasih sayang merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Hal ini karena kasih sayang dapat mendorong manusia untuk membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia lain. Dengan adanya kasih sayang, tercipta kepedulian, kedamaian, dan rasa empati kepada orang lain. Nah, berikut ini beberapa pandangan Islam terhadap kasih sayang yang diriwayatkan dalam hadis : 1. Orang yang tidak menyayangi maka tidak disayangi ‫ورٰٓل‬ُ‫رٰٓلنان‬َُ‫نان‬ َ‫و‬َ‫ا‬ Man laa yarham walaa yurham Artinya: "Barang siapa tidak menyayangi maka tidak akan disayangi." (HR Bukhari dan Muslim) 2. Allah swt hanya menyayangi hambanya yang penyayang Rasulullah‫ن‬ Shallallahu‫ن‬ ‘Alaihi‫ن‬ Wasallam bersabada: ‫ن‬َ‫ى‬‫ف‬َ‫ل‬َٰٓ‫ر‬ ‫نس‬‫و‬‫ي‬‫و‬ ‫ف‬َ‫ن‬‫و‬ْ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫نا‬‫و‬‫هللا‬‫ن‬‫و‬‫ل‬ََٰٓ‫ر‬َُ‫فن‬َ‫ل‬َ۟‫و‬‫ا‬ Artinya: Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang (HR Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam‫ن‬ al-Kabiir, dan dihasankan oleh Syekh Albani dalam sahih Al-Jaami’‫ن‬ no‫ن‬2377) 3. Orang yang penyayang akan dirahmati oleh Allah swt Berbicara‫ن‬ tentang‫ن‬ kasih‫ن‬ sayang,‫ن‬ Rasulullah‫ن‬ Shallallahu‫ن‬ ‘Alaihi‫ن‬ Wasallam‫ن‬ juga bersabda: ‫ن‬‫و‬‫فى‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫أنس‬‫و‬‫ا‬‫ن‬ َ‫و‬َ‫ا‬‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬َ‫ل‬ََٰٓ‫ر‬َُ‫ن‬ ‫و‬ ‫ا‬ َ‫ر‬َ‫س‬‫أنس‬‫و‬‫ا‬‫ن‬َ‫و‬َ‫ا‬‫ُسن‬‫و‬‫ل‬ََٰٓ‫ور‬‫س‬‫ن‬،‫و‬‫فب‬َ‫ل‬ََٰٓ‫ر‬ ‫نس‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫ل‬ََٰٓ‫ر‬َُ‫ن‬ َ‫ب‬ َُ‫و‬‫ل‬ ‫و‬ٰٓ‫س‬َ‫ر‬ ‫س‬
  • 11. 9 Artinya: “Para‫ن‬pengasih‫ن‬ dan‫ن‬penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), rahmatilah yang ada di bumi‫ن‬ niscaya‫ن‬ kalian‫ن‬ akan‫ن‬dirahmati‫ن‬ oleh‫ن‬zat‫ن‬yang‫ن‬ ada‫ن‬di‫ن‬langit.”‫ن‬ (HR‫ن‬Abu‫ن‬ Dawud no 4941 dan At-Tirmidzi no 1924 dan disahihkan oleh Syekh Albani dalam as-Sahihah no 925) 4. Kasih sayang adalah bagian dari rahmat allah Seruan untuk menebarkan kasih sayang kepada sesama muslim juga terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Berikut bunyi hadis tersebut: "Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat Allah, barang siapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa yang memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya." (Hadis riwayat Tirmidzi) 5. Kasih sayang tak terbatas hanya diantara orang mukmin saja, melainkan untuk seluruh umat manusia Dalam‫ن‬ hadis‫ن‬lain‫ن‬ diriwayatkan‫ن‬ bahwa‫ن‬Rasulullah‫ن‬ Shallallahu‫ن‬ ‘Alaihi‫ن‬ Wasallam bersabda: “Sekali-kali‫ن‬ tidaklah‫ن‬ kalian‫ن‬ beriman‫ن‬ sebelum‫ن‬ kalian‫ن‬ mengasihi”.‫ن‬ Kemudian‫ن‬ mereka‫ن‬menjawab,‫ن‬ “Wahai‫ن‬ Rasulullah,‫ن‬ semua‫ن‬ kami‫ن‬ pengasih”.‫ن‬ Rasulullah‫ن‬ SAW‫ن‬bersabda‫ن‬kembali,‫ن‬ “Kasih‫ن‬ sayang‫ن‬ itu‫ن‬ tidak‫ن‬terbatas‫ن‬pada‫ن‬kasih‫ن‬ sayang‫ن‬ salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum‫ن‬ (untuk‫ن‬ seluruh‫ن‬ umat‫ن‬ manusia”‫ن‬ (H.R.‫ن‬Ath‫ن‬Thabrani) Berikut ini salah satu contoh kasus hukuman yang harus disegerakan : Menguburkan jenazah, memandikan dan mengubur jenazah tidak boleh ditunda. Apabila yang ingin menguburkan jenazah di kampung halaman, kalau ada
  • 12. 10 pekarangan yang lebih dekat, bisa langsung menggunakan area tersebut tanpa melakukan perjalanan jauh karena lebih cepat lebih baik. C. DOSA DAN KRITRIA RIBA 1. Pengertian Riba (‫ف‬ ‫رۦ‬ ُ ‫رۦ‬ ُ) secara bahasa artinya bertambah/tambahan, bisa juga diartikan mengembang atau lebih banyak. Menurut syariat, pengertian riba lebih luas, yaitu penambahan atau penundaan (meskipun tidak ada penambahan). Hukum riba adalah haram, berdasarkan Al-Quran dan As- Sunnah‫ن‬ serta‫ن‬ijma’‫ن‬ umat Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman: ‫ى‬ ‫ف‬ ُ ‫ف‬َ‫ي‬ََُ ‫ُوَن‬‫و‬ َ ‫س‬ ‫ُس‬‫و‬‫ت‬َ‫ا‬‫ا‬ ‫ُس‬‫و‬‫ة‬َٓ‫س‬ ‫ن‬ َ َ‫سه‬ ‫س‬ ‫و‬‫ر‬َ۟ َ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫أ‬‫و‬‫ة‬َ‫ۦ‬ ‫وَن‬‫و‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ب‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫هوَن‬‫و‬‫ت‬‫و‬‫ا‬َ ‫و‬‫ا‬ (278) ‫ن‬َ‫ب‬‫و‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬َ ‫ُس‬‫و‬‫م‬َ‫ن‬ََُٓ ‫ُس‬‫و‬َََُ۟۟‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ح‬‫و‬‫ۦ‬ ‫وَن‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬‫و‬ ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ َ ‫ن‬َ‫ب‬‫و‬‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬‫و‬ٓ ‫ن‬ َ‫م‬َ‫ا‬‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬ ‫ن‬‫و‬‫ْل‬ ‫و‬‫ى‬‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬‫و‬ ‫س‬ ََُ‫ا‬ََ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫م‬ََِٓ ‫ن‬َ ‫ا‬ َ ‫ُبَن‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َِ‫و‬ٓ(279) ‫ن‬َ‫ب‬‫و‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬َ 279 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang benar benar beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S. Al Baqarah: 278-279). Dosanya adalah mendapat ancaman dari Allah dan Rasul-nya. Hanya ini (riba, pen) yang mendapat ancaman dari dua itu (Allah dan Rasul-nya). Hal ini yang mendapat ancaman peperangan dari Allah, yaitu seperti yang tercantum‫ن‬ di‫ن‬hadits‫ن‬ Arba’in;‫ن‬ “Barang‫ن‬ siapa‫ن‬memusuhi‫ن‬ waliku, maka aku umumkan‫ن‬ perang‫ن‬ kepadanya...”.‫ن‬ Riba‫ن‬itu‫ن‬ aniaya/zalim‫ن‬ (dzolim)‫ن‬ secara‫ن‬ realistisnya, meskipun yang terzalimi merasa terbantu dan merasa terbantu ini dalah subjektif. Bagaimanapun juga, mengambil tambahan (dalam perutangan, red) itu adalah zalim, meskipun sukarela. Riba memang sukarela, kalau tidak sukarela, maka itu perampokan/perampasan. Sungguh suatu kemurahan dan kasih sayang dari Allah, jika bertaubat dari riba, boleh mengambil pokok tanpa peranakannya/bunganya. Kita tidak diwajibkan memutihkan utang tersebut. Kita tidak perlu membuang semua dari perutangan yang mengandung riba, masih diperbolehkan mengambil harta yang pokok/asli. Allah‫ن‬ subhanu‫ن‬ wata’ala‫ن‬ juga‫ن‬ berfirman‫ن‬ :
  • 13. 11 ‫ُوَن‬‫و‬ َ ‫س‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫م‬‫و‬‫ا‬ََُُ ‫ف‬َ‫ۦ‬ُ‫و‬‫ر‬ ‫س‬ ‫ا‬ ‫ُبَن‬‫و‬‫ا‬ُ‫و‬‫ة‬َُ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬ُ‫و‬‫ة‬َُ ‫ا‬‫و‬ َ ‫س‬ ‫و‬‫ه‬‫و‬ َ‫ن‬َََّ‫ن‬َُ ‫ن‬‫و‬‫فب‬َ َ‫ه‬َ‫ن‬ ‫س‬ ‫وَن‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ُ ‫و‬ ‫م‬َ‫ل‬َ ‫س‬ ‫يَن‬‫و‬ َ۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬ََُ۟‫و‬‫ۦ‬ ‫ُس‬‫و‬ ‫ف‬َ‫ق‬ ‫ف‬َ‫ل‬َ۟‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬ َ‫ل‬‫و‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ُ‫و‬‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َ َََٰٓ َ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬َ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ر‬َٰٓ َ ‫ف‬َ‫ۦ‬ُ‫و‬‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫و‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ي‬َ‫ى‬‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬ ٌ‫غ‬َِ‫و‬ْ ََُ‫ا‬ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬ُ‫و‬‫ۦ‬َ‫ر‬ ‫ء‬َ‫ي‬َ‫ن‬َ۟‫ف‬َ‫ا‬ ‫و‬‫ه‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫م‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ي‬ ‫و‬‫ر‬َ‫ا‬ََ َ ‫ء‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬َ‫و‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬ َ ‫ف‬َْ ‫يَن‬‫و‬َُ ‫و‬َُ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫فب‬َ‫ح‬َ‫ص‬ََ ‫ن‬‫و‬‫فر‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬ ‫ف‬َ‫ي‬‫ه‬‫و‬‫ا‬ ‫بَن‬ ‫و‬‫د‬‫و‬ ‫َف‬‫ه‬(275) “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275). (‫ن‬‫و‬َِ‫ح‬َ‫ل‬َُ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ‫أ‬‫و‬‫ۦ‬َ‫ور‬ُ َ ‫ن‬‫و‬‫م‬‫ف‬َ‫ق‬َ‫د‬َ‫ه‬ ‫ننس‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ َ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ح‬ ‫و‬‫وح‬ُ ‫ن‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫فر‬ََُ‫ا‬ ‫ن‬َ‫هل‬‫و‬‫م‬ََ(276 “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Q.S. Al-Baqarah: 276). Memakan riba maksudnya adalah mengambil dan menerima riba, tidak hanya terbatas pada menggunakannya untuk makan, tetapi juga untuk membeli pakaian dan lainnya. Ulama mengatakan bahwa pemakan riba nanti ketika bangkit dari kubur, jalannya sempoyongan. Allah berkata berkebalikan dengan pikiran manusia. Allah memusnahkan/menghancurkan keuntungan riba, padahal dianggap baik oleh manusia. Pikiran manusia, jika meribakan uangnya, maka akan mendapat tambahan, akan tetapi Allah mengatakan akan menghancurkannya. Pikiran manusia, jika menyedekahkan hartanya maka akan membuat berkurang, akan tetapi Allah mengatakan akan menyuburkan sedekah. ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ء‬‫و‬‫ۦ‬ََ ‫ن‬ َ‫ك‬ َ‫َر‬َُ‫ر‬‫و‬‫إ‬ – ‫يء‬ ‫ر‬ ‫هللا‬ ‫ته‬ ْ – ‫ن‬‫و‬‫و‬َْ ‫ن‬‫و‬ُ‫ء‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ – ‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ – ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ « ‫وُس‬‫ن‬‫و‬‫ت‬َ‫ن‬َ‫س‬‫س‬ ‫ن‬َ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬‫ف‬َ‫ة‬‫و‬‫ۦ‬ُ‫و‬‫ل‬َ ‫س‬ » . ‫ن‬ َ‫ق‬‫ُس‬‫و‬ ‫ف‬ ‫ف‬َُ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ، ‫ف‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ « ‫ن‬‫و‬‫ن‬َ‫ر‬‫و‬ُ‫ن‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫فه‬‫و‬‫ۦ‬ ، ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ح‬‫و‬ُ‫ا‬ ‫س‬ َ ، ‫ن‬‫و‬ َ‫ن‬َ‫ق‬ َ ‫ن‬‫و‬ ‫م‬ََُ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬‫و‬‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ر‬َٰٓ
  • 14. 12 ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬ َ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َُِ‫ح‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ، ‫ن‬‫و‬ َ‫ا‬ََ َ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ، ‫ن‬‫و‬ َ‫ا‬ََ َ ‫ن‬‫و‬‫ل‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬‫هل‬‫و‬‫ن‬َ‫ه‬َ ‫س‬ ، ‫ء‬‫و‬ُ ََُ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬َ‫م‬ ََُُ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ََٰٓ‫ف‬ ‫س‬ ، ‫ن‬‫و‬ َ َ‫ق‬ َ ‫ن‬‫و‬‫م‬‫َف‬‫ت‬َ‫ه‬َ‫ح‬‫و‬‫ل‬َ ‫س‬ ‫ن‬ َ ‫نس‬‫و‬‫م‬‫َف‬‫ت‬‫و‬‫ا‬َ ‫و‬‫ل‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬َ‫م‬‫و‬‫ا‬‫َف‬‫ة‬َ ‫س‬ Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan!”. Para shahabat bertanya, “Apa saja tujuh dosa itu wahai rasulullah?”Jawaban Nabi, “Menyekutukan Allah, sihir, menghabisi nyawa yang Allah haramkan tanpa alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, meninggalkan medan perang setelah perang berkecamuk dan menuduh berzina wanita baik baik(yang menjaga dirinya)” [Muttafaq ‘alaih]. Menjauhi itu lebih dari sekadar meninggalkan, yakni juga meninggalkan setiap sarana yang mengantarkan ke hal itu. Memakan riba larangannya adalah mutlak. Memakan harta anak yatim terlarang jika zalim. Misalkan orang tuanya miskin, maka hal ini boleh terutama bagi ibu, jika suaminya meninggal, lalu pembagian warisnya tidak tepat (ibu mendapat warisan berlebih, red), ibu itu berarti (berpotensi) memakan harta anak yatim. Hal ini juga menunjukkan pentingnya pembagian waris dengan tepat. ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬َ‫ر‬‫و‬‫ۦ‬‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫وَن‬َ‫ن‬َ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ -‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ - ‫ن‬َ ‫و‬‫ا‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫ا‬ُ‫و‬‫ا‬ َ ‫و‬‫ه‬َ‫م‬ ‫و‬‫ه‬َ‫ن‬‫و‬ٓ‫ف‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ه‬ََُ‫د‬‫و‬‫إ‬‫َف‬ٍ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬ ‫ن‬ٌ‫ى‬‫س‬ ََُ‫م‬ Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu. Dosa riba yang paling ringan itu semisal dosa menzinai/menyetubuhi ibu sendiri” [H.R. Hakim]. ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬‫و‬‫د‬َ‫ن‬َْ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫َو‬‫ۦ‬ ‫ن‬ َ‫غ‬َ‫م‬ََِ‫ت‬َٰٓ ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬‫و‬‫ا‬َِ ‫ن‬‫و‬‫غ‬َ‫ب‬‫و‬ََ‫م‬َ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ -‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ - « ‫ن‬‫و‬‫ل‬َ‫إ‬َ‫ر‬‫و‬ ‫ن‬ َ‫ف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫و‬‫ه‬‫و‬‫م‬‫و‬‫ا‬ََُُ ‫ن‬‫و‬ ‫و‬‫س‬َ‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َُ‫و‬‫إ‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫ن‬َُ ‫َد‬ٍََ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ن‬‫و‬‫م‬ ‫هوَن‬‫و‬‫م‬َ‫م‬َ‫م‬ َ ‫ن‬ َ‫غ‬َ‫ه‬ًََ۟ Dari Abdullah bin Hanzholah[2], Rasulullah bersabda, “Satu dirham uang riba yang dinikmati seseorang dalam keadaan tahu bahwa itu riba dosanya lebih jelek dari pada berzina 36 kali” [HR Ahmad]. ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬‫و‬‫َو‬‫ۦ‬‫س‬ ‫ن‬َ ُ‫و‬‫ن‬َ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬ ‫و‬ُ‫أ‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫م‬َ‫ص‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫م‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ف‬َ‫ا‬ ٌ‫د‬َََٰٓ ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ل‬َ‫ا‬ََ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ف‬َ‫ۦ‬ ‫و‬ُ‫ر‬ ‫س‬ ‫ن‬َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫فبَن‬َ‫ا‬ ‫ن‬ ‫و‬‫غ‬َ‫ن‬‫و‬‫ق‬‫ف‬َْ ‫ن‬ ‫و‬‫ي‬ ‫و‬‫ر‬َ‫ا‬ََ ‫ء‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫م‬‫و‬‫ق‬
  • 15. 13 Dari‫ن‬Ibnu‫ن‬ Mas’ud,‫ن‬Nabi‫ن‬bersabda,‫“ن‬Tidaklah seorang itu memperbanyak harta dari riba kecuali kondisi akhirnya adalah kekurangan/kemiskinan” [H.R. Ibnu Majah]. 2. Macam-macam riba Pada dasarnya, riba terbagi menjadi dua macam: riba karena penundaan dan riba karena selisih/kelebihan.  Riba‫ن‬karena‫ن‬penundaan‫ن‬ (Nasi’ah) Dapat diartikan dengan tambahan yang disyaratkan yang diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai kompensasi dari penundaan pelunasan (termasuk di dalamnya riba jahiliyah). Riba ini bisa terjadi karena penundaan saja atau penundaan sekaligus dengan tambahan. Riba jahiliyah adalah salah satu model riba, yaitu ketika jatuh tempo, tidak bisa melunasi, lalu jatuh tempo ini diundur, dengan syarat ada penambahan pembayaran. Namun, jika dapat dilunasi pada saat jatuh tempo yang pertama, maka tidak ada penambahan. Ini model rentenir jahiliyah. Riba modern lebih kejam daripada riba jahiliyahnya orang jahiliyah. Riba modern, dari jatuh tempo pertama sudah diwajibkan membayar tambahan. Kalau riba jahiliyah, jatuh tempo pertama gratis dari uang administrasi dan semacamnya. Riba modern, belum terima uang sudah harus bayar. Misal, pinjam lima juta rupiah, dapatnya empat juta lima ratus ribu. Baru menerima, sudah langsung terkena ribanya, dianggapnya utang lima juta rupiah. Riba jenis ini haram‫ن‬ berdasarkan‫ن‬Quran,‫ن‬Sunnah,‫ن‬ dan‫ن‬ijma’‫ن‬ umat‫ن‬ Islam.  Riba karena selisih (Riba Fadhl) Ini terdapat dalam dunia perdagangan, tepatnya pada barter, akan tetapi tidak semua barter, hanya barter pada barang-barang tertentu saja (komoditas ribawi). Yakni barter uang dengan uang atau bahan makanan dengan bahan makanan, dengan ada penambahan. Riba ini haram‫ن‬ berdasarkan‫ن‬hadits‫ن‬ dan‫ن‬ijma’.‫ن‬ Pada awalnya ada ikhtilaf, yakni
  • 16. 14 Ibnu Abbas membolehkannya, tetapi akhirnya beliau rujuk dan meralat pendapatnya, dan hasilnya ulama sepakat bahwa ini tidak boleh,‫ن‬ riba‫ن‬ini‫ن‬ dinilai‫ن‬ menjadi‫ن‬ sarana‫ن‬menuju‫ن‬ riba‫ن‬nasi’ah. Tidak terjadi riba dalam dunia barter kecuali dengan enam benda ribawi. Dalam hadits hanya ada enam benda ribawi. Ada perselisihan apakah riba hanya pada enam benda tersebut atau bisa dilebarkan ke benda yang lainnya. Pendapat yang lebih kuat adalah enam benda tersebut bisa dilebarkan kepada benda yang sejenis dan semisal. Enam jenis benda ribawi tersebut adalah emas, perak, gandum bur, gandum‫ن‬ sa’ir,‫ن‬kurma,‫ن‬ dan‫ن‬garam.‫ن‬ Hal‫ن‬ini‫ن‬ sebagaimana‫ن‬ hadits: ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬ َ‫ك‬َ ‫ف‬َ‫ن‬‫و‬ْ ‫ن‬‫و‬‫َو‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬‫ص‬‫و‬‫فا‬َ‫ه‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ -‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ - « ‫ن‬‫و‬‫َح‬‫إ‬َ ‫س‬ َ‫إ‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬‫ن‬ ‫و‬‫ح‬ ‫ن‬ ‫و‬‫غ‬َ‫ض‬‫و‬َُ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫غ‬َ‫ض‬‫و‬َُ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬ ‫ور‬‫ن‬َ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬ُ‫ور‬‫ن‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬‫هر‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫هر‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬‫ا‬َ‫م‬‫و‬‫ل‬َ ‫س‬ َ ‫ن‬ ‫و‬‫ا‬َ‫م‬‫و‬‫ل‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬ َ‫م‬َ‫ل‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ َ‫ل‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫س‬ ََُ‫م‬ ‫سىَن‬ ََُ‫ا‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َس‬‫د‬َُ ‫ن‬َ‫د‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ ‫س‬َ۟‫و‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ص‬ََُ‫م‬َ‫ن‬َ‫ه‬‫س‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ي‬‫و‬ َ‫إ‬ ‫ن‬‫و‬ ‫َف‬‫ت‬َ‫ص‬َ‫س‬‫س‬ ‫ُس‬‫و‬‫ن‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫َل‬‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َُ‫و‬ٍ ‫س‬َ۟‫و‬‫ا‬ ‫فبَن‬َ‫ا‬ ‫َس‬‫د‬َُ ‫ن‬َ‫د‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah bersabda, “Jika emas dibarter dengan emas, perak dibarter dengan perak, gandum burr dibarter dengan gandum burr, gandum sya’ir dibarter dengan gandum sya’ir, kurma dibarter dengan kurma, garam dibarter dengan garam maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda yang dibarterkan berbeda maka takarannya sesuka hati kalian asalkan tunai.” [H.R. Muslim]. Maka emas jika dibarter dengan emas, tidak boleh melihat karat, tidak boleh melihat kualitas, yang dilihat hanya takaran/timbangan, dan menurut pendapat yang paling kuat, tidak juga melihat bentuk, entah berbentuk batangan ataupun perhiasan. Kalau ingin dibarter, menurut aturan syariat, harus rela seperti itu. Lima gram emas dibarter dengan lima gram emas, meskipun kualitas berbeda. Jika tidak rela, mungkin karena harganya berbeda, maka jangan dibarter. Silakan jual emas tersebut, lalu uang yang didapat gunakan untuk membeli seperti apa yang diinginkan. Demikian juga perak dengan perak. Namun jika emas dengan perak, maka boleh berbeda takaran/timbangannya, tetapi keduanya
  • 17. 15 tetap harus diserahkan pada saat itu juga. Maka jika terdapat barter, bendanya sejenis, maka ada dua yang dilarang, yaitu haram adanya selisih dan haram adanya penundaan. Maka tidak boleh tidak, harus ada kesamaan dalam timbangan dan waktu penyerahan dengan menutup mata terhadap kualitas. Meskipun beda karat itu dianggap beda dalam pandangan manusia, akan tetapi hal itu tidak dianggap dalam pandangan syariat. ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ء‬‫و‬‫ۦ‬ََ ‫هد‬‫و‬‫ن‬َ‫م‬ ‫درا‬‫و‬َّ ‫س‬ – ‫يء‬ ‫ر‬ ‫هللا‬ ‫ته‬ ْ – ‫ن‬َ‫َب‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬ُ‫و‬‫م‬ َ‫ر‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ – ‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ – ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ُس‬‫و‬‫ن‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َٓ ‫ن‬َ‫َح‬‫إ‬َ ‫س‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ح‬َ‫إ‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ ‫م‬َ‫ل‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ َ‫ل‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ن‬ َ‫ا‬ َ ‫ُس‬ُ‫و‬‫ن‬‫و‬ٓ ‫ف‬َ‫ي‬َ‫ض‬َ‫ن‬َ‫ۦ‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ ‫ع‬َ‫ن‬َ‫ۦ‬، ‫ن‬ َ‫ا‬ َ ‫ُس‬‫و‬‫ن‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َٓ ‫قَن‬ ‫و‬‫ر‬ َُ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫ق‬ ‫و‬‫ر‬ َُ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ ‫م‬َ‫ل‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ َ‫ل‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ن‬ َ‫ا‬ َ ‫ُس‬ُ‫و‬‫ن‬‫و‬ٓ ‫ف‬َ‫ي‬َ‫ض‬َ‫ن‬َ‫ۦ‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ ‫ع‬َ‫ن‬َ‫ۦ‬، ‫ن‬ َ‫ا‬ َ ‫ُس‬‫و‬‫ن‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َٓ ‫ف‬َ‫ي‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫َف‬‫ن‬‫و‬َ‫َف‬ِ ‫ن‬َ‫ف‬ ‫و‬‫َفس‬‫ت‬‫و‬‫ۦ‬ Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali beratnya sama (semisal dengan semisal). Jangan melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Janganlah kalian menjual perak dengan perak, kecuali beratnya sama. Jangan melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Dan janganlah menukar emas-perak yang satu tunai sementara yang satu terutang/tertunda.” [HR. Bukhari]. ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ل‬‫و‬ْ ‫ن‬َ‫أ‬ ‫و‬ ‫ي‬ َ‫ر‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ‫ت‬َْ ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬ُ‫و‬‫أ‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫م‬َ‫ص‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫م‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫ف‬َ‫ق‬: ‫ن‬‫و‬‫َح‬‫إ‬َ ‫س‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ح‬َ‫إ‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ َ ‫ن‬ ‫ور‬‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬ُ‫و‬‫ور‬‫ن‬َ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ َ ‫ن‬‫و‬‫هر‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫هر‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫َف‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ ‫ن‬َ‫ى‬‫َف‬‫إ‬ َ Dari ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Emas ditukar dengan emas adalah riba kecuali dengan kontan, gandum bur ditukar dengan gandum bur adalah riba kecuali secara kontan, gandum sya’iir/jewawut ditukar dengan gandum sya’iir adalah riba kecuali secara kontan, dan kurma ditukar dengan krma adalah riba kecuali secara kontan” [Muttafaq ‘alaih].
  • 18. 16 Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kami pernah diberi kurma jama’ (yaitu) kurma campuran (antara yang bagus dengan yang jelek), maka kami menjualnya dua sha’ dengan satu sha’. Berita tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda: ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ف‬َ‫ص‬ ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ل‬َٓ ‫ن‬ َ‫فص‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬ َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫أ‬َْ‫ف‬َ‫ص‬ ‫ن‬َ‫غ‬َ َ‫ت‬ ‫و‬ٰٓ ‫ن‬ َ‫فص‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬ َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫إ‬َ‫ر‬‫و‬ ‫ن‬‫و‬‫َو‬‫ه‬َ‫ل‬َ‫إ‬َ‫ر‬‫و‬‫د‬‫و‬‫ۦ‬. “Janganlah menjual dua sha’ kurma dengan satu sha’ dan jangan pula menjual dua sha’ gandum dengan satu sha’ dan jangan pula satu dirham dengan dua dirham.” [Muttafaq ‘alaih] Namun jika jenis dari enam benda ribawi ini dibarter dengan yang tidak sejenis, misalnya emas dengan perak, gandum bur dengan gandum‫ن‬ sya’iir,‫ن‬ maka‫ن‬boleh‫ن‬ ada‫ن‬selisih‫ن‬ takaran/timbangan‫ن‬ dengan‫ن‬ syarat semuanya harus diserahkan dalam majelis/kontan. Hal ini berdasarkan‫ن‬sabda‫ن‬Nabi‫ن‬shallallahu‫ن‬ ‘alaihi‫ن‬ wasallam‫ن‬ pada‫ن‬hadits‫ن‬ ‘Ubadah‫ن‬yang‫ن‬ telah‫ن‬ lewat:‫ن‬ “Jika‫ن‬ benda‫ن‬yang‫ن‬ dibarterkan‫ن‬ berbeda‫ن‬ maka‫ن‬takarannya‫ن‬ sesuka‫ن‬hati‫ن‬ kalian‫ن‬ asalkan‫ن‬ tunai.” Hal‫ن‬ini‫ن‬ juga‫ن‬ karena‫ن‬sabda‫ن‬beliau‫ن‬ Shallallahu‫ن‬ ‘alaihi‫ن‬ wa‫ن‬sallam‫ن‬ dalam‫ن‬ hadits‫ن‬ ‘Ubadah‫ن‬yang terdapat dalam riwayat Abu Dawud dan yang lainnya: ‫ن‬ َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫ْل‬ََُ‫ۦ‬ ‫ن‬ ‫و‬‫َا‬‫ه‬َ‫ن‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ح‬َ‫إ‬َ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫غ‬َ‫ض‬‫و‬َُ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ن‬ ‫و‬‫غ‬َ‫ض‬‫و‬َُ ‫س‬ َ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ا‬ََ, ‫َس‬‫د‬َُ ‫ن‬َ‫د‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬, ‫ف‬َ‫ا‬ََ ‫ن‬ ‫و‬‫غ‬ََُ‫ه‬‫و‬‫ا‬َ۟ ‫ن‬ َ‫م‬َ‫ا‬, ‫ن‬ َ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫ْل‬ََُ‫ۦ‬ ‫ن‬ ‫و‬‫َا‬‫ه‬َ‫ن‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬ُ‫و‬‫ور‬‫ن‬َ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫َر‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ن‬‫و‬‫َر‬‫ه‬‫و‬‫ن‬َ‫ن‬ ‫س‬ َ ‫ف‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫و‬‫ر‬َ‫ل‬َ‫ا‬ََ ‫َس‬‫د‬َُ ‫ن‬َ‫د‬َ‫ه‬‫و‬‫ۦ‬، ‫ف‬َ‫ا‬ََ َ ‫ن‬ ‫و‬‫غ‬ََُ‫ه‬‫و‬‫ا‬َ۟ ‫ن‬ َ‫م‬َ‫ا‬. “Tidak mengapa menjual emas dengan perak dengan jumlah perak lebih banyak (apabila) langsung serah terima/kontan, adapun dengan cara nasi’ah (ditangguhkan serah terimanya), maka tidak boleh. Dan tidak mengapa menjual gandum bur dengan sya’ir dengan jumlah sya’ir lebih banyak (apabila) langsung serah terima, adapun dengan cara nasi’ah maka tidak boleh.” [H.R. Abu Dawud] Jika barter beda kelompok, maka dua aturan tadi tidak berlaku. Timbangannya boleh berbeda dan tidak harus semuanya saat itu juga, boleh salah satu diserahkan belakangan.namun tidak boleh dua-
  • 19. 17 duanya tidak ada, dan ini adalah aturan jual beli secara umum, baik benda ribawi maupun bukan benda ribawi. Jika keduanya diserahkan tertunda maka jual belinya batal/tidak sah, dengan sepakat para ulama. Hal ini disebut bai’ dain bid dain (jual beli tertunda dengan tertunda), jual beli ini haram dan transaksi tidak sah. Dari‫ن‬‘Aisyah‫ن‬ Radhiyallahu‫ن‬ anhuma‫ن‬ : ‫ن‬َ‫ب‬ََ ‫ن‬َ‫أ‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫م‬َ‫ص‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫م‬ َ ‫ا‬َ‫ر‬َ‫ن‬ٍَ‫و‬‫س‬ ‫ف‬َ‫ا‬‫ف‬َ‫ن‬َِ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ َُ‫ن‬َُ‫ا‬‫و‬ ُ‫و‬‫ي‬ ‫ء‬َ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ َ‫س‬ََ ‫و‬‫ه‬َ‫ت‬َ‫إ‬َ‫ر‬ َ ‫و‬‫ه‬ََْ‫ر‬‫و‬ . “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan (yakni gandum) dari seorang Yahudi dengan (pembayaran) tempo, dan beliau menggadaikan baju perangnya kepadanya.” [H.R. Bukhari] D. SHODAQOH 1. Pengertian Sedekah merupakan ibadah yang istimewa, ia dapat memudahkan kita dalam menghapus dosa-dosa.‫ن‬Rasulullah‫ن‬ SAW‫ن‬pernah‫ن‬ bersabda‫“ن‬Sedekah‫ن‬itu‫ن‬ dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api. (HR. At- Tirmidzi). 2. Hukum bershodaqoh Apa hukum sedekah ? Bersedekah berarti memberikan sesuatu kepada orang lain dalam rangka kebijakan. Kata sedekah berasal dari bahasa Arab “shadaqoh”‫ن‬ yang‫ن‬ artinya‫ن‬ suatu‫ن‬ pemberian‫ن‬ dari‫ن‬seorang‫ن‬ muslim‫ن‬ ke‫ن‬orang‫ن‬ lain‫ن‬ secara sukarela tanpa ada batasan waktu dan jumlah harta yang disedekahkan. Sedekah sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad karena nilai pahalanya besar. Berbicara mengenai hukum sedekah, menurut hukum islam ada 3 hukum mengenai sedekah, yaitu:  Sunnah, ini maksudnya Allah akan memberi pahala bagi siapapun yang bersedekah. Sedangkan bagi yang tidak bersedekah, Allah tidak akan mengazabnya dengan dosa.  Haram, jika orang yang bersedekah tahu bahwa sedekah yang diberikan akan digunakan untuk perbuatan maksiat. Maka untuk hal ini diharamkan bersedekah untuk hal tersebut.
  • 20. 18  Wajib, Untuk orang yang mampu maka diwajibkan untuk bersedekah. Selain itu sedekah juga wajib saat kita sudah bernadzar untuk bersedekah. 3. Orang yang wajib bershodaqoh Siapa saja yang wajib diberi sedekah ? Apakah semua orang bisa menerima sedekah ? Sedekah paling afdhal diberi kepada golongan orang-orang berikut ini: a. Sedekah kepada saudara kandung atau kerabat dekat lebih utama sebelum bersedekah kepada orang lain. b. Sedekah harus diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Kemudian, sedekah juga seharusnya dilakukan secara diam-diam. Selain itu, kualitas barang yang disedekahkan juga harus dalam kondisi dan kualitas terbaik. Karena Allah lebih suka pemberian yang baik. 3. Keutamaan dan manfaat sedekah  Sedekah dapat menghapus dosa Keutamaan sedekah yang pertama adalah dapat menghapus dosa. Setiap manusia pasti tidak bisa lepas dari dosa. Sedekah adalah cara termudah yang Allah berikan untuk menghapus dosa-dosa kita. Akan tetapi, sedekah yang kita berikan menurut sebagian ulama hanya dapat menghapus dosa kecil. Sedangkan untuk menghapus dosa besar harus diikuti dengan taubat.  Sedekah tidak mengurangi harta Berbeda dengan konsep keuangan manusia, di mana semakin banyak uang keluar semakin berkurang harta kita. Justru dalam konsep islam, barangsiapa yang sering mengeluarkan uang untuk sedekah maka ia akan semakin kaya. Allah berjanji akan melipat gandakan harta orang yang gemar bersedekah dengan niat tulus.  Mendapat naungan di hari akhir Manfaat besar sedekah selain pahala adalah diberi naungan di hari akhir. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa salah satu golongan yang mendapat naungan di hari kiamat adalah orang-orang yang gemar
  • 21. 19 bersedekah. Orang yang diberi naungan adalah orang yang bersedekah dengan tangan kanan, namun tangan kirinya tidak tahu. Artinya, orang tersebut bersedekah secara diam-diam tanpa diketahui orang lain (tidak riya).  Keutamaan sedekah membuat hati tenang Ketika bersedekah, hati akan tenang karena mengetahui hartanya sudah bersih. Hak-hak orang lain yang ada di dalam harta kita sudah diberikan, oleh karena itu terbebaslah tanggung jawab kita kepada harta di depan Allah kelak. Selain itu, keutamaan sedekah adalah bisa membuat hati senang karena bisa membantu orang yang membutuhkan.  Sedekah untuk menyembuhkan orang sakit Sedekah adalah penyembuh untuk orang sakit. Tidak hanya bisa menyembuhkan penyakit orang lain, namun juga bisa menyembungkan sakit kita. Rasullah bersabda bahwa barang siapa yang memelihara harta bendanya dengan cara mengeluarkan zakat, obatilah penyakitmu dengan sedekah. Saat membantu orang yang sedang sakit dengan cara memberinya uang untuk membeli obat, juga akan membantu mereka sembuh dan kita terbebas dari penyakit berbahaya.  Memadamkan murka allah Nabi Muhammad bersabda bahwa barang siapa yang suka bersedekah, maka akan memadamkan murka Allah‫ن‬ Ta‟ala.‫ن‬ Selain‫ن‬ itu,‫ن‬ sedekah juga akan menghindari seseorang 18 dari kematian yang buruk. Untuk itu, keutamaan dan manfaat sedekah adalah bisa memadamkan amarah Allah sehingga akan aman di dunia dan akhirat.  Terhindar dari keburukan Keutamaan sedekah yang besar untuk kehidupan kita adalah bisa melindungi dari musibah. Sedekah yang diberikan akan melindungi kita dari musibah yang akan datang kepada kita. Keburukan yang ditimpa bisa berupa penyakit, kehilangan barang berharga, kesulitan dalam bekerja, dan lainnya. Oleh karena itu, seringkali sedekah disarankan untuk dilakukan orang yang sedang berikhtiar atau mengusahakan sesuatu hal dalam hidup.
  • 22. 20  Untuk memperpanjang umur Keutamaan dan manfaat sedekah lainnya adalah dapat mempanjang umur. Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda sedekah akan‫ن‬mengilangkan‫ن‬ bala‟‫ن‬(musibah)‫ن‬ dan‫ن‬menambah‫ن‬ umur.‫ن‬ Oleh‫ن‬karena‫ن‬ itu, buat kamu yang ingin panjang umur, kuncinya bukan hanya menjaga kesehatan dan pola makan, namun juga rajin bersedekah. 4. Keutamaan sedekah saat musibah datang Salah satu golongan orang yang berhak menerima sedekah adalah orang yang membutuhkan. Saat wabah penyakit atau musibah bencana alam datang, banyak korban yang membutuhkan uluran tangan kita. Donasi adalah cara sedekah terbaik dan termudah yang harus kamu lakukan. Bayangkan saja, orang-orang yang mendapat 19 penghasilan harian, ketika tidak bisa bekerja, mereka pasti tidak bisa menafkahi anak dan istrinya. Selain itu, relawan dan petugas medis yang bekerja sepenuh tenaga menolong korban wabah dan musibah tentu membutuhkan bantuan dari segi dana, makan dan minuman, serta dukungan moril. Saat wabah penyakit datang tentu saja banyak orang akan merasa kesulitan mencari nafkah. Oleh karena itu, saat musibah datang ini adalah waktu yang tepat untuk semakin banyak bersedekah. Jika dilihat dari keutamaan sedekah di atas, sedekah dapat menyembuhkan penyakit, membuat hati bahagia, menghapus dosa, dan menambah rezeki. Semoga dengan semakin banyak orang bersedekah, musibah atau wabah penyakit yang datang segera pergi. E. SIFAT TAKDIR KEMATIAN 1. Pengertian Kematian Setiap manusia pasti akan merasakan yang namanya kematian, saat dimana nyawa seseorang terlepas dari badannya. Manusia hanya dianjurkan untuk sering mengingat kematian, agar hidupnya diisi dengan banyak amal ibadah.Apabila saatnya telah tiba, tidak ada yang bisa menolaknya atau mendahulukannya. Sebelum kita mengetahui ayat tentang kematian, alangkah baiknya teman-teman baca dulu ayat tentang sabar, agar bisa menjadi tambahan
  • 23. 21 ilmu.Tidak ada sesuatu yang kekal di dunia ini, karna kematian merupakan sebuah hakikat yang akan menghampri semua manusia. Sering kita mendengar dongeng ketika kecil bahwa orang yang hidup kekal di dunia akan bahagia selamanya. Betul, mana ada. Sesungguhnya itu adalah sesuatu yang batil dan mustahil. Banyak sebagain para ulama yang menjelaskan tentang kematian dalam Islam yang akan dijelaskan di bawah ini. Seringkali manusia melalaikan dari mengingat mati, karna tergoda oleh gemerlap dan kenikmatan dunia. Sehingga hidupnya hanya untuk menuruti hawa nafsunya. Setiap manusia yang hidup di dunia pada hakikatnya sedang mengantri giliran, menunggu kapan datangnya ajal. Tapi manusia banyak yang lupa terhadap itu. Allah telah menjelaskan di dalam Al-Qur’an‫ن‬ bahwa‫ن‬apa‫ن‬itu‫ن‬ kematian?‫ن‬ Kematian‫ن‬ adalah hak yang terjadi dan bukan sebuah akhir, namun awal dari fase kehidupan yang baru. 2. Ayat-ayat tentang kematian  Surah Al-A’raf‫ن‬ ayat‫ن‬34 ‫ن‬‫و‬ُ ‫و‬‫ب‬‫و‬ َ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ا‬‫و‬‫س‬ ‫ن‬ٌ َ‫س‬َ‫س‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫و‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫س‬َ۟ ‫ن‬َ‫ى‬َ‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫م‬َ‫س‬َ‫س‬ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫بَن‬ َ ‫و‬‫ر‬ ‫و‬ََُِّ‫ن‬َ‫ا‬َُ ‫ف‬َ‫م‬ ‫ن‬ َ‫غ‬َْ ‫ن‬َ ‫ا‬ َ ‫بَن‬ َُ‫و‬‫ا‬‫و‬‫د‬َ‫ة‬َ‫ن‬َ‫ا‬َُ Artinya : Dan setiap umat mempunyai ajal. Maka apabila ajalnya telah tiba mereka tidak bisa meminta penundaan atau di percepat sesaat pun.  Surah Al-Qaf ayat 19 ‫ن‬َ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ى‬َ‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ك‬ َ‫ر‬َ‫ب‬َ‫م‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ف‬‫و‬‫ۦ‬ ‫ن‬‫و‬ُِ‫ـ‬َ‫ح‬َ ‫ن‬ ‫يَن‬‫و‬ ْ۟ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫صَن‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫و‬‫ه‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫و‬‫د‬َ‫ه‬ ‫و‬‫ح‬َٓ Artinya : Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu pernah kamu hindari.  Surah Al-An’am‫ن‬ ayat‫ن‬61 Bagaimana malaikat tersebut mencabut nyawa kalau bukan berdasarkan dari segala amal perbuatan yang dilakukan manusia di dunia. Malaikat pencabut nyawa selalu mejalankan perintah Allah untuk mencabut nyawa siapa saja yang dikehendakinya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an
  • 24. 22 ‫ن‬َُ‫و‬‫إ‬ َ ‫ن‬‫و‬‫ر‬‫و‬‫إ‬‫ف‬َ‫ة‬َ ‫س‬ ‫قَن‬ ََُ‫ا‬ ‫ف‬َ‫ن‬‫و‬ْ ‫ن‬ِ‫ي‬‫و‬ ‫ن‬‫و‬ ‫و‬‫م‬ َ‫ور‬ُ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬ َ‫غ‬َََُِٰٓ ‫ن‬ ‫ء‬ َ‫ت‬‫ن‬َٰٓ ‫س‬َ۟‫و‬‫س‬ ‫ن‬َ‫ى‬َ‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ا‬َ‫د‬ََٰٓ‫س‬ ‫ن‬‫و‬‫م‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫و‬‫ه‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ََُٓ ‫َف‬‫ت‬‫ـ‬‫و‬‫م‬‫و‬‫م‬ ‫و‬‫ر‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬ َ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫بَن‬ َُ‫و‬ِ ‫و‬ُ‫ر‬َُ‫و‬ُ Artinya : Dialah penguasa mutlak atas semua hambanya, kemudian diutus kepadamu malaikat-malaikat penjaga. Sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat akan mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya.  Surah Al-Jum’at Semua yang hidup pasti akan kembali padanya. Jadi semua perbuatan yang dilakukan didunia akan ditunjukan kepada manusia. ‫ن‬َ ‫و‬‫ق‬ ‫ن‬َ‫وب‬‫س‬ ‫مَن‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ا‬‫و‬ َ ‫س‬ ‫بَن‬ َ ‫ر‬‫و‬َُٓ ‫و‬‫ه‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫و‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫هَّن‬َ۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ب‬َ‫ه‬‫و‬‫ة‬ْ‫م‬‫و‬‫ا‬ Artinya : Katakanlah wahai Muhammad, sesungguhnya kematian yang kamu hidari itu pasti akan menemui kamu  Surah Az-Zumar ayat 30 Telah jelas bahwa semua yang ada di dunia tidak ada yang kekal abadi kecuali hanyalah Allah. ‫يَن‬َ۟‫و‬‫س‬ ‫ن‬ٌ‫ص‬‫و‬ُ‫ه‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ۟‫و‬‫س‬ َ ‫بَن‬ َُ‫و‬‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬َ‫ا‬ Artinya : Sesungguhnya kamu Muhammad pasti akan mati dan mereka pula akan mati.  Surah An-Nisa’‫ن‬ ayat‫ن‬78 Malaikat akan tetap menghampirinya dan menggapai dimana saja kamu berada. Malaikat pencabut nyawa selalu siap menjemput hamba allah yang sudah dikehendakinya, sebagaimana dalam ayat ini : ‫َوَن‬َُ‫س‬ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫س‬ َُ‫و‬۟ َُ‫و‬‫ب‬َٓ ‫ن‬‫و‬‫ل‬‫ب‬َ‫ا‬ ‫و‬‫َر‬‫د‬‫و‬ُ ‫ن‬‫و‬‫م‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ن‬ََُ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ن‬َ‫ت‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫أ‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ر‬ َ ‫و‬‫ور‬‫ۦ‬ َ‫ك‬َ‫د‬َ‫ه‬َ‫ن‬‫ا‬ Artinya : Dimana pun kamu berada kematian pasti akan mendapatkan kamu, walaupun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh.  Surah An-Nahl ayat 61
  • 25. 23 Waktu kematian yang telah ditetapkan tersebut akan terjadi dengan cepat, apabila Allah sudah menentukan waktu kematian hambanya. ‫ن‬ََُ َ ‫ن‬ ‫و‬ ‫و‬‫سه‬َ ‫و‬ُ ‫ن‬ ‫و‬ ‫سهت‬ ‫ف‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ْل‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬‫و‬ِ‫و‬‫ۦ‬ ‫ف‬َ‫ا‬ ‫نَن‬َ‫ر‬َٓ ‫ف‬َ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ َ‫س‬َ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬‫ب‬‫ـ‬ْ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬‫و‬‫ر‬ ‫و‬ُ‫ه‬َ ُ ‫ء‬ َْ‫و‬‫س‬ ‫ن‬َ َ‫س‬َ‫س‬ ‫ن‬ ‫ءا‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫و‬‫ف‬َ‫ا‬ ‫س‬َ۟ ‫ن‬َ‫ى‬َ‫ف‬َ‫س‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫م‬َ‫س‬َ‫س‬ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫بَن‬ َ ‫و‬‫ر‬ ‫و‬‫ه‬َُ‫ـ‬َ‫ن‬َ‫ا‬َُ ‫ف‬َ‫م‬ ‫ن‬ َ‫غ‬َْ ‫ن‬َ ‫ا‬ َ ‫بَن‬ َُ‫و‬‫ا‬‫و‬‫د‬َ‫ة‬َ‫ن‬َ‫ا‬َُ Artinya : kalau Allah menghukum hambanya karna kezaliman, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkannya di bumi dari makhluknya. Tapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya telah tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.  Surah Al-Waqiah ayat 60 Allah yang menentukan kapan dan dimana hambanya akan dikembalikannya, tidak ada yang mampu mengalahkan kuasanya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Sebagaimana dalam ayat ini. ‫ن‬‫و‬‫و‬َ‫ح‬َ۟ ‫َف‬َ۟‫َر‬‫د‬َ‫ق‬ ‫ن‬‫و‬‫ل‬‫و‬‫ب‬َ‫ت‬َ‫ه‬َ‫ۦ‬ ‫مَن‬ ََُ‫ل‬َ ‫س‬ ‫ف‬َ‫ا‬ َ ‫ن‬‫و‬‫و‬َ‫ح‬َ۟ ‫َوَن‬‫ه‬‫و‬‫ق‬ َُ‫و‬‫ن‬َ‫ا‬َ‫ل‬‫و‬‫ۦ‬ Artinya : kami telah menentukan kematian masing-masing kamu, dan kami tidak lemah.  Surah Al-Anfal ayat 50 ‫ن‬َ ‫ن‬ََُ ‫ا‬ َْ ‫ر‬َٓ ‫ن‬ َ۟‫و‬‫س‬ ‫ء‬َ‫ا‬ ََُ‫ن‬َُ ‫َوَن‬ُ‫و‬ َ ‫س‬ ‫س‬ ‫و‬‫ر‬ََُ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫و‬‫غ‬َ‫ب‬‫و‬َُْ‫م‬َ‫ل‬َ ‫س‬ ‫بَن‬ َُ‫و‬‫ۦ‬ ‫و‬‫ر‬َ‫ض‬َُ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ‫إ‬ َُ‫و‬‫س‬ ‫و‬ ‫ن‬ َ‫س‬ َ ‫ف‬َ‫ۦ‬َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫إ‬َ‫ر‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫س‬ َُ‫و‬‫ق‬ َ ‫و‬۟ َ ‫س‬َ َْ ‫ن‬َ‫ب‬ ‫ن‬‫و‬َُِ ‫و‬‫ر‬َ‫ح‬َ ‫س‬ Artinya : Seandainya kamu melihat para malaikat ketika mencabut nyawa orang kafir sambil memukul wajah dan punggungnya. Maka rasakanlah siksa neraka yang akan membakarnya 3. Hadist tentang mengingat kematian Kita hanya diperintahkan untuk terus mempersiapkan dan mengingatnya, adapun hadist tentang mengingat kematian diantaranya sebagai berikut.  Hadist Dari Abu Hurairah Artinya:
  • 26. 24 Apabila manusia meninggal maka terputus semua amal ibadahnya kecuali tiga. Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakannya.  Hadist Kedua Artinya: Kematan itu jembatan yang akan menghubungkan antara kekasih kepada kekasih. Hadist ini dijelaskan oleh Imam An-Nawawi, tapi dalam mensyarah hadist ini tidak menyebutkan perowi hadist.  Hadist Ketiga Artinya: Sebaik-baiknya kematian adalah istirahatnya orang Muslim F. KEWAJIBAN MAKRUF – NAHI MUNKAR 1. Pengertian Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah satu istilah yang memiliki dua komponen.‫ن‬ Pertama,‫ن‬“Amar‫ن‬ Ma’ruf”‫ن‬ yang‫ن‬ artinya‫ن‬ mengajak‫ن‬ kebaikan.‫ن‬ Kedua,‫“ن‬Nahi‫ن‬ Munkar”‫ن‬ yang‫ن‬ artinya‫ن‬ mencegah‫ن‬ keburukan‫ن‬ atau‫ن‬kemungkaran. Secara bahasa, Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah mencegah kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sedangkan secara istilah adalah tuntutan untuk selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah semua hal-hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan. Amar Ma'ruf Nahi Munkar merupakan dua sendi yang mutlak diperlukan untuk menopang tata kehidupan yang diridai Allah. Menurut para ulama, Amar‫ن‬Ma’ruf‫ن‬ memiliki‫ن‬ arti‫ن‬mengajak‫ن‬ atau‫ن‬mendorong‫ن‬ perbuatan‫ن‬ baik,‫ن‬baik‫ن‬ yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrawi. Sedangkan Nahi Munkar artinya menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak, merendahkan, dan menjerumuskan nilai-nilai kehidupan.Hanya dengan melaksanakan dua gerakan ini (Amar Ma'ruf Nahi Munkar), kehidupan lahiriah dan batiniah kita akan mencapai kebahagiaan. 2. Tujuan Makruf Nahi Munkar
  • 27. 25  Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam. artinya selalu menghormati, mempertahankan, membela, dan menaati nilai-nilai ajaran Islam.  Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Artinya kepentingan pribadi yang dapat merugikan kepentingan bersama tidak boleh didahulukan. Kepentingan yang lebih besar harus didahulukan, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan yang lebih kecil.  Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmah, dan berjuang. Artinya berlaku ikhlas karena Allah Swt. dalam melakukan segala perbuatan tanpa membuang keyakinan dan harapan bahwa segala perbuatan baik pasti akan mendapatkan balasan dari Allah Swt.  Menjunjung tinggi persaudaraan, persatuan, serta kasih-mengasihi. Artinya selalu berusaha menjaga sikap di atas kepada sesama warga nahdiyin, antara sesama muslim, antar sesama bangsa dan sesama umat Islam.  Meluhurkan kemuliaan moral (akhlaqul karimah), dan menjunjung tinggi kejujuran dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Sikap ini menghendaki agar selalu berusaha menerapkan akhlaqul karimah kepada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Langkah awalnya adalah kejujuran dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Jujur kepada Allah Swt., dan jujur kepada masyarakat.  Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan negara. Artinya selalu siap menghormati, membela kepentingan dan taat kepada agama, bangsa dan Negara secara proporsional dan komprehensif, tidak mempertentangkan antara ketiganya. Membela kepentingan Bangsa dan Negara adalah juga bagian dari ajaran agama.  Menjunjung tinggi nilai amal, kerja, dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah Swt. Artinya berpendirian bahwa amal, kerja, dan prestasi (kemampuan melakukan tugas berhasil dengan baik) merupakan ibadah (pengabdian) kepada Allah Swt., di samping
  • 28. 26 ibadah mahdhah (ibadah murni, terbatas) seperti puasa, salat, Haji, dan lain sebagainya.  Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya. Perilaku seperti ini dimaksudkan agar warga NU atau Ahlussunnah Wal Jamaah selalu berusaha menambah ilmu, baik ilmu tentang ayat-ayat yang berwujud ajaran agama maupun ayat-ayat Allah yang berwujud alam semesta. Selalu menghormati para ahli ilmi sebagai pembawa Khazanah ilmu yang mutlak diperlukan oleh umat manusia dalam menempuh kehidupan duniawi maupun ukhrawi.  Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia. Maksudnya selalu menyadari bahwa alam semesta ini terus-menerus mengalami perubahan, tidak pernah berhenti. Kita harus selalu siap menghadapi perubahan- perubahan tersebut dan berusaha mengarahkannya. Setiap perubahan membawa dampak sendiri, ada kalanya positif dan ada kalanya negatif, dan yang paling banyak adalah yang berdampak ganda (membawa dampak positif sekaligus negatif). Perubahan yang berdampak positif diterima, dimanfaatkan dan kita berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan itu. Sedangkan perubahan yang negatif kita tolak, diminimalisasi, dan diusahakan agar menjadi positif.  Menyusun tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakatnya. Artinya kita selalu berusaha memelopori, mendorong, mempercepat perkembangan masyarakat ke arah positif, bermanfaat, dan benar menurut agama dan akal sehat. Selalu mencari yang baru dan lebih baik serta tetap memelihara yang lama.  Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Maksudnya warga NU atau Ahlussunnah Wal Jamaah diharapkan selalu berusaha memelihara kebersamaan, kerukunan, kerjasama, saling membantu dalam menempuh kehidupan di antara bangsa dan kehidupan bernegara. Hal itu dilakukan untuk memelihara keutuhan bangsa, negara, dan mewujudkan kesejahteraan bersama.
  • 29. 27 3. Kewajiban dan dalilnya Tidak‫ن‬diragukan‫ن‬ lagi‫ن‬ bahwa‫ن‬amar‫ن‬ma’ruf‫ن‬ nahi‫ن‬ mungkar‫ن‬ adalah‫ن‬ upaya‫ن‬ menciptakan kemaslahatan umat dan memperbaiki kekeliruan yang ada pada tiap-tiap individunya. Dengan demikian, segala hal yang bertentangan dengan urusan agama dan merusak keutuhannya, wajib dihilangkan demi menjaga kesucian para pemeluknya. Persoalan ini tentu bukan hal yang aneh karena Islam adalah akidah dan syariat yang meliputi seluruh kebaikan dan menutup segala celah yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Amar ma’ruf‫ن‬ nahi‫ن‬ mungkar‫ن‬ merupakan‫ن‬ amal‫ن‬ yang‫ن‬ paling‫ن‬ tinggi‫ن‬ karena‫ن‬ posisinya sebagai landasan utama dalam Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Kamu‫ن‬ (umat‫ن‬ Islam)‫ن‬ adalah‫ن‬ umat‫ن‬ terbaik‫ن‬ yang‫ن‬ dilahirkan‫ن‬ untuk‫ن‬ manusia,‫ن‬ (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf,‫ن‬ mencegah‫ن‬ dari‫ن‬yang‫ن‬ mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang‫ن‬ fasik.”‫ن‬ (Ali‫ن‬ Imran:‫ن‬ 110) Jika kita perhatikan dengan saksama, sebenarnya diutusnya para rasul dan diturunkannya Al-Kitab adalah dalam rangka memerintah dan mewujudkan‫ن‬ yang‫ن‬ ma’ruf,‫ن‬ yaitu‫ن‬ tauhid‫ن‬ yang‫ن‬ menjadi‫ن‬ intinya,‫ن‬ kemudian‫ن‬ untuk‫ن‬ mencegah dan menghilangkan yang mungkar, yaitu kesyirikan yang menjadi sumbernya.Jadi, segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang disampaikan melalui rasul-Nya‫ن‬ adalah‫ن‬ perkara‫ن‬yang‫ن‬ ma’ruf.‫ن‬ Begitu‫ن‬ pula‫ن‬ seluruh larangan-Nya adalah perkara yang mungkar. Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan‫ن‬ amar‫ن‬ma’ruf‫ن‬ nahi‫ن‬ mungkar‫ن‬ ini sebagai sifat yang melekat dalam diri nabi-Nya dan kaum mukminin secara menyeluruh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan
  • 30. 28 zakat, serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71) Siapa pun meyakini bahwa kebaikan manusia dan kehidupannya ada dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hal tersebut tidak akan sempurna tercapai melainkan dengan‫ن‬ adanya‫ن‬ amar‫ن‬ma’ruf‫ن‬ nahi‫ن‬ mungkar.‫ن‬ Dengan‫ن‬ hal‫ن‬ inilah‫ن‬ umat‫ن‬ ini‫ن‬ menjadi sebaik-baik umat di tengah-tengah manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Kamu‫ن‬ (umat‫ن‬ Islam)‫ن‬ adalah‫ن‬ umat‫ن‬ terbaik‫ن‬ yang‫ن‬ dilahirkan‫ن‬ untuk‫ن‬ manusia,‫ن‬ (karena‫ن‬kamu)‫ن‬ menyuruh‫ن‬ (berbuat)‫ن‬yang‫ن‬ ma’ruf,‫ن‬ dan‫ن‬mencegah‫ن‬ dari‫ن‬yang‫ن‬ mungkar….”‫ن‬ (Ali‫ن‬ Imran:‫ن‬ 110)
  • 31. 29 DAFTAR PUSTAKA 1997. Al-Qur’an‫ن‬ dan‫ن‬ Ilmu‫ن‬ Pengetahuan‫ن‬ Kealaman,‫ن‬ Yogyakarta:‫ن‬ Dana‫ن‬ Bhakti‫ن‬ Primayasa. Al-Audah,‫ن‬ Salman‫ن‬ bin‫ن‬ Fahd.,‫ن‬ Fadli‫ن‬ Ilahi,‫ن‬ Amar‫ن‬ Ma’ruf‫ن‬ Nahi‫ن‬ Munkar,‫ن‬ diterjemah‫ن‬ oleh:‫ن‬ Rakhmat, dkk., Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993. Cet. 1 Al-Mubayyadh, Muhammad Ahmad. 2014. Ensiklopedia Akhir Zaman. Surakarta: Granada Mediatama. Atiqoh,‫ن‬ Nurul.‫ن‬ Konsep‫ن‬ Amar‫ن‬ Ma’ruf‫ن‬ Nahi‫ن‬ Munkar‫ن‬ Dalam‫ن‬ Tafsir‫ن‬ Al-Misbah Karya Quraish Shihab Dalam Perspektif Dakwah. Fakultas Dakwah, IAIN Walisongo, Semarang, 2011 (umar, 2011) Attas, Syed Naquib al-. 1991. Islam dan Sekularisme, Bandung: Pustaka Salman. Baiquni, Achmad (a). 1995. Al-Qur’an,‫ن‬ Ilmu‫ن‬ Pengetahuan‫ن‬ dan‫ن‬ Teknologi,‫ن‬ Yogyakarta:‫ن‬ Dana Bhakti Wakaf. Barbour, Ian G. 2005. Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan Agama, Bandung: Mizan. Dzahabi, al-. 1961. al-Tafsir wa al-Mufassirun, Jilid II, Kairo: Daar al-Kutub al- Haditsah. Hakim, Manshur Abdul. 2006. Kiamat. Jakarta: Gema Insani Sumber website : https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-dengan- nikmat-dunia,https://umroh.com/blog/pengertian-istidraj-dalam-islam/, https://rumaysho.com/10828-istidraj-jebakan-berupa-limpahan-rezeki-karena- bermaksiat.html,https://www.republika.co.id/berita/qm4fk9320/3-dosa-yang- balasannya-akan-disegerakan-allah-swt-di-dunia, https://sef.feb.ugm.ac.id/mengenal- riba-dan-bahayanya/, https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba/, https://duniapondok.com/ayat-tentang-kematian/, https://asysyariah.com/kewajiban- amar-maruf-nahi-mungkar-2/