SlideShare a Scribd company logo
1 of 82
Download to read offline
KATA PENGANTAR


Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa
namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika.
Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam
dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada
konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa,
bukan dengan cara menghapal rumus-rumus.

Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global
dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan
memecahkan soal-soal fisika.

Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu penyelesaian buku ini. Penulis menyadari bahwa di dalam buku ini masihjauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan buku
ini

Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya.




                                                                                            1
DAFTAR ISI


Surat Keterangan                                  1
Kata Pengantar                                    2
Daftar Isi                                        3

   1.    Besaran dan Satuan                       4
   2.    Gerak Lurus                              9
   3.    Hukum Newton                             12
   4.    Memadu Gerak                             14
   5.    Gerak Rotasi                             16
   6.    Gravitasi                                20
   7.    Usaha-Energi                             21
   8.    Momentum-Impuls-Tumbukan                 22
   9.    Elastisitas                              23
   10.   Fluida                                   24
   11.   Gelombang Bunyi                          26
   12.   Suhu dan Kalor                           30
   13.   Listrik Stattis                          33
   14.   Listrik Dinamis                          37
   15.   Medan Magnet                             43
   16.   Imbas Elektromagnetik                    47
   17.   Optika Geometri                          49
   18.   Alat-alat Optik                          53
   19.   Arus Bolak-balik                         55
   20.   Perkembangan Teori Atom                  58
   21.   Radioaktivitas                           61
   22.   Kesetimbangan Benda Tegar                64
   23.   Teori Kinetik Gas                        69
   24.   Hukum Termodinamika                      71
   25.   Gelombang Elektromagnetik                75
   26.   Optika Fisis                             77
   27.   Relativitas                              80
   28.   Dualisme Gelombang Cahaya                81




                                                       2
BESARAN DAN SATUAN

Ada 7 macam besaran dasar berdimensi:

         Besaran             Satuan (SI)                  Dimensi
1. Panjang                       m                          [L]
2. Massa                         kg                         [M]
3. Waktu                        detik                       [T]
4. Suhu Mutlak                   °K                         []
5. Intensitas Cahaya             Cd                         [J]
6. Kuat Arus                   Ampere                       [I]
7. Jumlah Zat                   mol                         [N]

2 macam besaran tambahan tak berdimensi:

         a.    Sudut datar   ---->          satuan : radian
         b.    Sudut ruang   ---->          satuan : steradian



Satuan             SI        Satuan Metrik



                                     MKS              CGS

                                     M 
                                     L
Dimensi ---->     Primer ---->            dan dimensi Sekunder ---> jabaran   Guna dimensi untuk
                                     T
                                      
: Checking persamaan Fisika.



Dimensi dicari melalui ----> Rumus atau Satuan Metrik

Contoh :
  W
     F  v  P (daya)
  t
ML2 T -2
          MLT-2 LT -1
  T
ML2 T -3  ML2 T -3




                                                                                                 3
No   Besaran            Rumus            Sat. Metrik (SI)           Dimensi
                           s
                        v               m
1    Kecepatan             t                 dt                     LT 1
                           v
                        a               m
2    Percepatan            t              dt 2                     LT 2

                        F  ma
                                         kg m            N 
3    Gaya                                         dt 2              MLT 2

                        W  F s
                                         kg m 2           Joule
4    Usaha                                         dt 2             ML2T 2
                            W
                        P               kg m 2           Watt 
5    Daya                   t                      dt 3             ML2T 3
                            F
                        P               kg              atm
6    Tekanan                A                 m dt 2                ML1T 2
                             1
                        Ek  mv 2        kg m 2           Joule
7    Energi kinetik          2                     dt 2             ML2T 2

                        Ep  m  g  h
                                         kg m 2           Joule
8    Energi potensial                              dt 2             ML2T 2
                                         kg m
9    Momentum           M  mv                   dt                MLT 1
                                         kg m
10   Impuls             i  F t                  dt                MLT 1
                             m
                                       kg
11   Massa Jenis             V                m3                    ML3
                           w             kg
12   Berat Jenis        s= V                  m 2 dt 2              ML2T 2
                             F
                        k               kg
13   Konst. pegas            x                dt 2                  MT 2
                            Fr 2         m3
14   Konst. grafitasi   G= m
                               2              kgdt 2                M 1 L3T 2
                            P.V          kgm2
15   Konst. gas         R = n.T                    dt 2 mol o K     ML2T 2 N 1 1
                              F
                        g               m
16   Gravitasi               m             dt 2                     LT 2
17   Momen Inersia      I  mR 2         kg m 2                     ML2




                                                                                       4
ANGKA PENTING

Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari :
   Angka pasti
   Angka taksiran

Aturan :
a.  Penjumlahan / Pengurangan
    Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit
    Contoh :
          2,7481
          8,41
             ------- +
        11,1581 ------> 11,16

b.       Perkalian / Pembagian
         Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit
         Contoh :
                4,756
               110
                --------- 
                0000
            4756
           4756
           -------------- +
         523,160 ----> 520



BESARAN VEKTOR


Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja.
                                         Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya.
Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya,
                             juga ditentukan oleh arahnya.
                                         Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.


Sifat-sifat vektor
                              
1.   A+ B            =   B   +   A       Sifat komutatif.
                                            
2.   A   + ( B +C ) = (              A+ B ) +C       Sifat assosiatif.
                                         
3. a (   A+ B            )=a     A   +a     B




                                                                                                     5
                  
4. /   A/ + / B / / A+ B /

RESULTAN DUA VEKTOR




                                           α = sudut antara A dan B


                                                 

       /R/=        / A/ 2  / B / 2 2 / A/ / B / cos

                                               
                     / R/   / A/   / B/
                                
       arahnya :
                    sin  sin  1 sin  2




   Vektor          sudut            vx = v cos           vy = v sin   

       V1
                     1             vx = v cos
                                                 1      vy = v sin
                                                                      1

       V2
                     2             vx = v cos
                                                 2      vy = v sin
                                                                       2

       V3
                     3             vx = v cos
                                                 3      vy = v sin
                                                                       3
                                vx  .......            vy  .......




                                                                            6
Resultan / v R / =
                         (  v X ) 2  (  vY ) 2
                         vY
Arah resultan : tg =
                        vX

Uraian Vektor Pada Sistem Koordinat Ruang ( x, y, z )




                                                     ,  ,       = masing-masing sudut antara                   vektor A

                                      A       Ax+ Ay+ Az                           A        A x / i + / A y /    A k
                                                                                                                 j+/ z/ 
dengan sumbu-sumbu x, y dan z             =                                 atau       =/

/ A x / = A cos  /     Ay/= A      cos
                                           /Az     /=   A   cos
                                                                   
Besaran vektor A

                      A  / AX / 2  / AY / 2  / AZ / 2

dan   i ,  , k
           j      masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z




                                                                                                                         7
GERAK LURUS




Vt = kecepatan waktu t detik   S = jarak yang ditempuh
Vo = kecepatan awal            a = percepatan
t = waktu                      g = percepatan gravitasi




                                                          8
v0=0
                                                   v=   2 gh
                                          h
                                                   t=   2h / g

         GJB

                                      vo=0

                                v?        h1       v=   2 g (h1  h2)
                                h2




Variasi GLB



             P                             Q
                                                   SP + SQ = AB

             A                                 B




                       A
                  ·                                SA = SB
                       B




             P                   Q
                           SP
                                                   SP – SQ = AB
         A                       B
                                     SQ




Gerak Lurus Berubah Beraturan


                 r r2  r1
1    v   =         
                 t t 2  t1



                                                                        9
v v2  v1
2.   a     
          t t 2  t1
               drx                   dry                             drz
3.   vx              ;       vy           ;              vz 
               dt                    dt                              dt

                              v  vx  v y  vz
                                           2          2      2




               dv x                  dv y                            dv z
4.   ax                  ;   ay              ;           az 
                dt                    dt                              dt

                              a  ax  a y  az
                                            2          2         2




5    Diketahui a(t)

          t2

     v   at   dt
          t1


          t2

6.   r   vt  dt
          t1


  h = tinggi
Vy = kecepatan terhadap sumbu y                    h1 = ketinggian pertama        Vz = kecepatan terhadap sumbu z
h2 = ketinggian kedua                                | v | = kecepatan rata-rata mutlak
SP = jarak yang ditempuh P                            |ā| = percepatan rata-rata mutlak
SQ = jarak yang ditempuh Q                            a x = percepatan terhadap sumbu x
AB = panjang lintasan                                a y = percepatan terhadap sumbu y
SA = jarak yang ditempuh A                            a z = percepatan terhadap sumbu z
SB = jarak yang ditempuh B                           a (t) = a fungsi t
 v = kecepatan rata-rata                              V (t) = V fungsi t
∆r = perubahan posisi                                V 1 = kecepatan 1
∆t = selang waktu                                    Vx = kecepatan terhadap sumbu x
r2 = posisi akhir
r1 = posisi awal
t1 = waktu awal bergerak
t2 = waktu akhir bergerak
ā = percepatan rata-rata
∆V = perubahan rata-rata
V2 = kecepatan 2




                                                                                                                    10
HUKUM NEWTON
1.    Hk. I Newton  Hk. kelembaman (inersia) :
     Untuk benda diam dan GLB         F  0   Fx  0 dan  Fy  0
2.    Hk. II Newton  a    0  GLBB     F  ma
     1   2  m1  m2 a
      1  T  m1  a




3.    Hukum III Newton  F aksi = - F reaksi
      Aksi – reaksi tidak mungkin terjadi pada 1 benda


4.    Gaya gesek (fg) : * Gaya gesek statis (fs)  diam  fs = N.s
                      * Gaya gesek kinetik (fk)  bergerak  fk = N. k
     Arah selalu berlawanan dengan gerak benda/sistem.




      N=w       N = w – F sin     N = w + Fsin N = w cos 
. Statika

           F  0 :       *    Fx  0
                      *    Fy  0
             0


                                                                          11
ΣFx = resultan gaya sumbu x
ΣFy = resultan gaya sumbu y
ΣF = resultan gaya
m = massa
a = percepatan
N = gaya normal
μs= koefisien gesek statis
μk= koefisien gesek kinetik
W = gaya berat
α=sudut yang dibentuk gaya berat setelah diuraikan ke sumbu




                                                              12
MEMADU GERAK


     v R  v1  v2  2v1v2 cos 
                2     2
1.                                                      GLB – GLB

                            Vr = kecepatan resultan
2.   Gerak Peluru                              V 1 = kecepatan benda 1
     Pada sumbu x              GLB                  V2 = kecepatan benda 2
     Pada sumbu y              GVA – GVB

            Y                                           v x  v0 cos 
                Vo                                      x  v0 cos   t
                
                                      X                 v y  v0 sin   g  t
                                                                             1 2
                                                        y  v0 sin   t      gt
                                                                             2
                                               X = jarak yang ditempuh benda pada sb x
                                               Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y
                                               Vx = kecepatan di sumbu x
     Syarat :                                   V0 = kecepatan awal
         Mencapai titik tertinggi        vy   0      t = waktu
         Jarak tembak max      y0        g    = percepatan gravitasi




                                                        y  h
     H



         Koordinat titik puncak


           v0 2 sin 2 v0 2 sin 2  
                      ,             
                2g          2g      
                                    



                                                                                          13
   Jarak tembak max    tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai
                        y  h

             v sin 2
                   2

    x max    0
                g




                                                                               14
GERAK ROTASI
         GERAK TRANSLASI                             GERAK ROTASI                       Hu b u n g a n n y a
 Pergeseran linier             s           Pergeseran sudut                                 s=.R
 Kecepatan linier             v            Kecepatan sudut                                  v=.R
 Percepatan Linier            a            Percepatan sudut                                 a=.R


 Kelembaman                   m            Kelembaman rotasi                      I         I =  m.r2
 translasi                                 (momen inersia)
 ( massa )
 Gaya                      F=m.a           Torsi (momen gaya)                =I.           =F.R
 Energi kinetik                            Energi kinetik                                        -



 Daya                      P=F.v           Daya                              P=.               -
 Momentum linier           p = m.v         Momentum anguler                  L = I .            -


PADA GERAK DENGAN PERCEPATAN TETAP
     GERAK TRANSLASI (ARAH TETAP)                              GERAK ROTASI (SUMBU TETAP)
  vt = v0 + at                                         t = 0 +  .t
   s = vot + / a t
             1 2       2                                     = 0t + 1/2 .t 2
 vt 2 = v0 2 + 2 a.s                                   t2 = 02 + 2.


s = jarak
a = percepatan
v = kecepatan
R = jari–jari lintasan
vt = kecepatan dalam waktu t detik
vo = kecepatan awal
t = waktu yang ditempuh
ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik
ωo= kecepatan sudut awal




                                                                                                               15
Besarnya sudut :
                                   S
                             =        radian
                                   R
                            S = panjang busur
                            R = jari-jari


           1
f.T=1 f=
           T
     2
=        atau     =2f
      T
v=R




                                                 v1 = v2, tetapi 1     2




                                                     v1 = v2, tetapi 1     2




                                  A = R = C , tetapi v A      vB      vC




                                  v2
                           ar =        atau     ar = 2 R
                                  R




                                                                                  16
v2
                                     Fr = m .        atau   Fr = m 2 R
                                                R

1. Gerak benda di luar dinding melingkar




                                v2                                                          v2
                N=m.g-m.                                            N = m . g cos  - m .
                                R                                                           R

2. Gerak benda di dalam dinding melingkar.




                                v2                                                          v2
                N=m.g+m.                                            N = m . g cos  + m .
                                R                                                           R




                      v2                                                         v2
              N=m.         - m . g cos                                   N=m.        -m.g
                      R                                                          R




                                                                                                 17
3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal




                                v2                                                            v2
                  T=m.g+m                                             T = m m . g cos  + m
                                R                                                             R




                      v2                                                          v2
              T=m.         - m . g cos                                  T=m.          -m.g
                      R                                                           R

4. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan centrifugal/konis)
                                      T cos  = m . g

                                                      v2
                                      T sin  = m .
                                                      R
                                                            L cos
                                      Periodenya T = 2
                                                              g
                                      Keterangan : R adalah jari-jari lingkaran



5. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar.

                                             v2
                              N . k = m .
                                             R
                              N = gaya normal
                              N=m.g




                                                                                                   18
GRAVITASI

                    m1  m2
1.
      F G                                     VEKTOR
                      R2
               M
2.   g G                       VEKTOR
               R2

     kuat medan gravitasi


                  M
3.   v  G                        massa bumi
                  R
                  mM
4.   Ep  G
                   R

5.   wAB  mv B  v A 

                            1   1 
6.   HKE v 2 2  v1 2  2GM     
                                   
                             R1 R2 


F = gaya tarik-menarik antara kedua benda
G = konstanta gravitasi
m1 = massa benda 1
m2 = massa benda 2
R = jarak antara dua benda
Ep = energi potensial gravitasi
V = potensial gravitasi
WAB = Usaha dari benda A ke B
V1 = kecepatan benda 1
V2 = kecepatan benda 2




                                                         19
USAHA–ENERGI
     _______________
1.   w  F cos   s                 α = sudut kemiringan

                                     v = kecepatan
            1 2
2.   Ek      mv                    W = usaha
            2
                                    F = Gaya


3.
      Ep  m  g  h                  s = jarak
                                    Ep = Energi Potenaial

4.   Emek  Ep  Ek                    m = massa benda
                                       g = percepatan gravitasi



5.
      w  Ek                         h = ketinggian benda dari tanah
                                      Ek = Energi Kinetik



6.
      w  Ep                         Em = Energi mekanik

7.   HKE (Hukum Kekekalan Energi)



     Ek1  Ep1  Ek 2  Ep 2




                                                                        20
MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN
1.    P  mv                                                     P = momentum
                                                               m = massa
2.    I  F  t                                                v = kecepatan
                                                             I = impuls
      I  P
3.                                                                 F= gaya
      I  mvt  v0 
                                                             ∆t = selang waktu
4.    HKM (Hukum Kekekalan Momentum)

                                                 
      m A  v A  mB  v B  m A  v A  mB  v B

      arah kekanan v +
     arah ke kiri v -

                      
             v A  vB
5.    e                                                 e = koefisien tumbukan (kelentingan)
              v A  vB

6.    Jenis tumbukan
          Lenting sempurna          e 1                 HKE
                                                          HKM
          Lenting sebagian        0  e 1               HKM
          Tidak lenting sama sekali      e0                   HKM


             h1
7.    e                       h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1
             h0
                            ho = tinggi benda mula-mula
8.    hn  h0  e      2n
                                hn = tinggi benda setelah pemantulan ke n


       E hilang = Ek sebelum tumbukan – Ek sesudah tumbukan
9.
                       1                 2   1         
                                                            2
                                                                        
                                                                         2
                          m A v A  mB v B    m A  v A   mB  v B  
                                   1                          1
                                                                 
                                 2
                   =   
                       2          2        2             2   



                                                                                                 21
ELASTISITAS

1.   F kx                                               F = gaya pegas
                                                        k = konstanta pegas
             1
2.   Ep       k  x2             luasan grafik F – x   x = simpangan pada pegas
             2
                                                        Ep = energi potensial

3    kp  k1  k 2            susunan paralel



     1  1 1
4.                     susunan seri
     ks k1 k 2


             P       F  L0
     E          
                    A  L
5.




F = gaya tekan/tarik
Lo = panjang mula-mula
A = luas penampang yang tegak lurus gaya F
∆L = pertambahan panjang
E = modulus elastisitas
P = stress
ε = strain




                                                                                   22
FLUIDA
Fluida Tak Bergerak

                m
1.     zat 
                v

                    z
2.     relativ                           air   pada 40C            1 gr          = 1000
                                                                                             kg
                     air                                                    cm 3                 m3

             m A  mB
3.    c 
             v A  vB

4.   h   z  g  h


     Fh   h  A
5.
         z  g  h  A

6.   Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang
     dipindahkan.


      FA   z  g  h

7.   Terapung               w  FA   (jika dibenamkan seluruhnya)


                                                              
                                                     w  FA               dalam keadaan setimbang


                                                      bd  g  vb   z  g  v2


8.   Melayang




                                                                                                       23
w1  w2   z  g v1  v2 



9.    Tenggelam
      w  FA
      ws  w  FA

10.   Kohesi (K)
      Adhesi (A)



11.   Kapilaritas

             2 cos 
       y
             z  g  r


Fluida Bergerak


             Vol
1.    Q          Av
              t

2.    Kontinuitas


       A1v1  A2 v2

                                                      1                            1
3.    Bernoully                  P1    g  h1         v12  P2    g  h2    v2 2
                                                      2                            2

ρ = massa jenis
m = massa
v = volume
A = luas permukaan
P = daya tekan
h = ketinggian dari dasar
Q = Debit
ρrelatif = massa jenis relatif




                                                                                               24
GELOMBANG BUNYI

GETARAN


                                           k = konstanta pegas
1.
            w                              W = berat
      k =
            x                              x = perubahan panjang pegas
                                           F = gaya pegas
                                           y = simpangan
2.                                         Ep = energi potensial
                                           Emek = energi mekanik
      F=-k.
                                           Ek = energi kinetik
3.    y = ½ ky2
      Ep                                   A = amplitudo
                                            t = waktu
                                           ω = kecepatan sudut
4.    E mek = ½ kA2                        m = massa
                                           T = periode
                                           k = konstanta
5.    Ek = ½ k (A2-y2)                     l = panjang
                                           f = frekuensi
                                           λ = panjang gelombang
                                           Lo = panjang mula-mula
6.
             k ( A2  y 2 )                ∆L = perubahan panjang
      v=
                   m                       n = nada dasar ke
                                           Vp = kecepatan pendengar
                                           Vs = kecepatan sumber bunyi
7.    k  m 2                              P = daya
                                            R1= jarak 1
                                            R2 = jarak 2
8.    y  A sin t


9.    v  A cos t


10.   a   2 A sin t

11.
      Ek       1
                    2   m 2 A2 cos 2 t



                                                                         25
12.    Ep      1
                    2   m 2 A2 sin 2 t

13.
       E mek            1
                             2   m 2 A2


                         m
14.     T  2
                         k


                         l
15.     T  2
                         g



GELOMBANG


                                   mekanik refleksi            gel.           gel.
                                                      refraksi         longitudinal   transversal
                                                      interferensi          1
Gelombang                                             defraksi
                                                      polarisasi
                                                                                1
                                   gel.
                                   elektromagnetik


1.    v  f     vt


                                             t x
2.     y gel. berjalan =           A sin 2   
                                            T  


       y diam                      ujung bebas                    0
3.
                                   x         t L
       y  2 A cos 2                sin 2   
                                           T  


                                                                       1
       y diam                      ujung terikat                 
4.                                                                     2
                                   x        t L
       y  2 A sin 2               cos 2   
                                          T  
                                                                                                    26
5.                  F                 m
         v                      
                                     

                                  E = modulus young
                    E
6.       v                               stress P         F            F  Lo
                                 E                         A
                                                                    
                                          strain         L
                                                               Lo       A  L


                            P
         v gas =        
                            
7.
                            RT     Cp
                =              
                            M      Cv

BUNYI Gelombang Longitudinal

            nada                      > 20.000 Hz (Ultrasonic)              keras / lemah tergantung Amplitudo
Bunyi       20 Hz –                   20.000 Hz
            desah                     < 20 Hz (Infrasonic)                  tinggi/rendah tergantung Frekuensi



Nada                    Sumber

1.      Dawai

                                             n  1P                    fn 
                                                                                 n 1
                                                                                      v
                                             n  2s                             2L
              ND

2       Pipa Organa Terbuka


                                            n  2P                     fn 
                                                                                 n 1
                                                                                      v
                                            n  1s                              2L

3.      Pipa Organa Tertutup

                                             n  1P                    fn 
                                                                                 2n  1
                                                                                        v
                                             n  1s                             4L




                                                                                                                 27
Sifat :

     Refleksi (Pemantulan)

                                                           v.tpp
                                                    d
                                                             2
     Resonansi


                                                    ln =   2n  1 1 
                                                                   4

     Interferensi (Percobaan Quinke)
              memperkuat              n
              memperlemah             n  1 1 
                                                2

     Pelayangan (beat)         Beat


          f layangan =   fA  fB

     Efek Doppler


                  v  vP
          fP             fs
                  v  vs

     Intensitas

                P   P
          I      
                A 4R 2


                                                              1     1
                                                I1 : I 2       2
                                                                  : 2
                                                             R1 R2
     Taraf Intensitas (TI)


                         I
          TI  10 log                       I 0  10 12 Watt m2
                         I0
          dB




                                                                          28
SUHU DAN KALOR
01.                 C         R              F           K
             Td     100       80             212         373                                  C = celcius
                                                                                              R = reamur
       Air            100               80                   180         100                  F = fahrenheit
                                                                                              tk= suhu dalam kelvin
         Tb               0         0                   32         273                        tc = suhu dalam
celsius


             C:R:F=5:4:9
              tK = tC + 273

      Contoh :

             X        Y
          Tb -20      40           X : Y = 150 : 200
                                         =3:4
               60         ?

                                         4
                                              (60 + 20) + 40 = …
                                         3

         Td 130       240

                                                                                      enaikkan suhu
      Sifat termal zat             diberi kalor (panas)                        perubahan dimensi (ukuran)
                                                                                      ubahan wujud

02.      Muai panjang.                                ∆L = perubahan panjang
                                                            = koefisien muai panjang
       L = Lo .  . t                            Lo = panjang mula-mula
                                                   ∆t = perubahan suhu
       Lt = Lo ( 1 +  . t )                      Lt = panjang saat to
                                                   ∆A = perubahan luas




                                                                                                                      29
Ao = luas mula-mula
03.     Muai luas.                            β= koefisien muai luas
                                           ∆V = perubahan volume
      A = Ao .  . t                     Vo = Volume awal
                                          γ= koefisien muai volume
      At = Ao ( 1 +  . t )



04.     Muai volume.

      V = Vo .  . t

      Vt = Vo ( 1 + .  . t )




      =2
                } =                                           Q = kalor
      =3
                                                                  m = massa
                                                               c= kalor jenis
                                                               t = perubahan suhu
05.     Q = m . c. t                                            H = perambatan suhu




06.     Q = H . t



07.     H=m.c



08.     Azas Black.                T1
                                        Qdilepas
        Qdilepas = Qditerima
                                         TA
                                                   Qditerima

                                                                  T2

09. Kalaor laten                 Kalor lebur             Q = m . Kl          Kl = kalor lebur

                         Kalor uap            Q = m . Ku               Ku = kalor uap




                                                                                                30
09.              Perambatan kalor.

      Konduksi        Konveksi         Radiasi



           k . A.t
      H=              H = h . A . t   I = e .  . T4
                l


      A = luas
      k = koefisien konduksi
      l = panjang bahan
      h = koefisien konfeksi
      I = Intensitas
      e = emitivitas bahan
      σ = konstanta Boltzman
      T = suhu




                                                        31
LISTRIK STATIS

               q1 . q 2
01.    Fk
                r2
               1
       k
            4  0
                       = 9 x 10 9 Nm2/Coulomb2

      0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2
       F = gaya
       Q1 = muatan benda 1
       Q2 = muatan benda 2
       R = jarak benda 1 ke 2



                  Q
02.    Ek
                  r2
       E = kuat medan listrik
       Q = muatan
        R = jarak
03. Kuat medan listrik oleh bola konduktor.




                                                            Q              Q
                                          ER=0.    Es  k         Ep  k
                                                            R2             r2
           Er = kuat medan listrik di pusat bola
           Es = kuat medan listrik di kulit bola
           Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola




                                                                                32
04. Kuat medan disekitar pelat bermuatan.




                                 Q                           
        Ep                                     EP 
               2 0               A                              0

            σ = rapat muatan                            Ep = kuat medan listrik
                                    1 1
05.     WA B  k . Q. q.(       )
                                   rB rA
                                                       Q. q                     Q. q     1 Q. q
              Bila rA =  maka     W~  B  k .          -----   EP  k               .
                                                       rB                       rB     4  0 rB
                  Q    1     Q
06.      V k             .
                  rB 4  0 rB

         V = potensial listrik


07.    WA B  q.(v B  v A )

08. POTENSIAL BOLA KONDUKTOR.




                                                                      q         q
                                            VO = VK =   VL  k .        VM  k.
                                                                      R         r

09. HUKUM KEKEKALAN ENERGI
                            2q
      v2  2  v1  2       (V1  V2 )
                            m
              Q
10.     C
              V




                                                                                                   33
 .A
               
                         A
11.       C0         0
                                C
                     d                   d
                               K 0 A
12.       C  C0 . K 
                                    d
                     Q2
13.        W    1
                 2           atau   W  2 CV 2
                                        1
                     C

14.       Susunan Seri.




      - Q = Q1 = Q = Q = .....
         s        2   3

      - V = V + V + V + V +.....
         s   ab  bc  cd  de
          1   1   1   1
      -              .....
          CS C1 C2 C3



15. Susunan paralel.




      - V = V1= V2 = V3
         p
      - Qp = Q1 + Q2 + Q3 + .....
      - Cp = C1 + C2 + C3 + .....




                                                 34
C1V2  C 2V2
16.   VGAB 
                 C1  C 2

C = kapasitas listrik
Q = muatan listrik
V = beda potensial
Co = Kapasitas dalam hampa udara
d = jarak antar dua keeping
A = luas masing-masing keeping
K = konstanta dielektrik
W = energi kapasitor




                                   35
LISTRIK DINAMIS
              dq
01.    i
              dt



02.                              dq = n.e.V.A.dt


              dq
       i         n. e.V . A   Ampere
              dt

           i
03.   J      n. e.V       Ampere/m2
           A


04.
                V A  VB
           i
                    R

              L
05. R =  .
              A




06. R(t) = R0 ( 1 + .t )


07. SUSUNAN SERI




                                                    36
 i = i1 = i2 = i3 = ....
         VS = Vab + Vbc + Vcd + ...
         RS = R1 + R2 + R3 + ...




08. SUSUNAN PARALEL




         VP = V1 = V2 = V3
         i + i1 + i2 + i3 + ....
               1    1   1   1
                         ...
               R p R1 R2 R3

09. Jembatan wheatstone




   RX . R2 = R1 . R3
                R1 . R3
       RX 
                 R2
10. AMPEREMETER/GALVANOMETER .




                1
      RS          Rd     Ohm
              n 1




                                        37
11. V O L T M E T E R .




                                                       Rv = ( n - 1 ) Rd   Ohm




.
            W=i2.r.t=V.i.t                Joule
       1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori
            W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t   Kalori


                dw
13.    P           V .i        (Volt -Ampere = Watt)
                dt

14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah                sejumlah energi
       dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai.
      Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen
       karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut.
      Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator.
      Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer :
       1.     Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen
              Volta.
       2.     Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator.
      misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll.


b)     Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari
       sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu.
      Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan
       sebagai Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.


c)     Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar
       yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik.
       Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa.




                                                                                                          38
dW
15.  =          ( Joule/Coulomb = Volt )
           dq




16.   i
            
           Rr
17. disusun secara seri




                  n.
            i
                 n. r  R
18. disusun secara paralel




            i
                  
                 r
                   R
                 m




                                            39
19. Susunan seri - paralel




                        n .
               i
                      n
                        .r  R
                      m

20. TEGANGAN JEPIT
                                                    K = i . R


21. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang )
    i=0




  i1 + i2 + i 3 = i 4 + i5


22. Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu )
                                                 +  i.R = 0

                                                            E    : negatif



                                                            E    : positif


arah arus berlawanan dengan arah loop diberi tanda negatif.


I = kuat arus                        Ro = hambatan mula-mula
q = muatan listrik                    α = koefisien suhu
t = waktu                           P = daya
v = kecepatan electron                r = hambatan dalam




                                                                             40
n = jumlah electron per satuan volume      ε = GGL
e = muatan electron                     n = jumlah rangkaian seri
A = luas penampang kawat                 m = jumlah rangkaian paralel
V = beda potensial                      Rd = hambatan dalam
R = hambatan                            K = tegangan jepit
ρ = hambat jenis kawat                   Rv = tahanan depan




                                                                        41
MEDAN MAGNET
             
01. r 
              0
              
02.   B
               A
               B
03.   H
               
04.   B   H   r.  o. H
05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu.
      Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta.
      Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu.
      Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat

             paramagnetik.

      Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu.

      Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )


06. Rumus Biot Savart.

                  0
                       I .d sin 
      dB =
              4            r2
              0            Weber
      k=           = 10-7
           4                A. m

07. Induksi magnetik di sekitar arus lurus

              I
               0
      B=           .
           2  .a
           B     B                         I
             r .
      H=     =                       =
                                         2 . a
                                 0




                                                                                                      42
08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.

                           a. I . N                                    a2 . I. N
      B=
                0
                        .            . sin  1   atau   B=
                                                                 0
                                                                     .
            2                 r2                             2              r3
09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.

               0               I. N
      B=                .
            2                    a

1 0 . S ol e n o i d e
      Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :

      B n I
                    0

      Bila p tepat di ujung-ujung solenoide

            
      B            0
                        n I
             2
1 1 . T or o i d a

      B n I

            N
      n=
           2 R
12. Gaya Lorentz
      F=BI                 sin 

      F = B.q.v sin 
13.




        Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang

                               I P IQ
         F                 0

                        2            a

14. Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Listrik



                                                                                     43
lintasan berupa : PARABOLA.
                            q. E
    percepatan :      a
                             m
    Usaha : W = F . d = q . E .d
    Usaha = perubahan energi kin
    Ek = q . E .d


        mv2  2 mv1  q. E . d
    1        21         2
    2



15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E.




         
    t
         v
                        q. E  2
   d  2 at 2  2 .
       1        1
                            .
                         m vX 2
   Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.

    v  v X  vY
                 2      2


                      q. E 
    v Y  a. t           .
                       m vX
   Arah kecepatan dengan bidang horisontal  :
                 vY
    tg  
                 vX
16. Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Magnet
    Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN.




                                                     mv
                                   jari-jari : R =
                                                     B q


                                                                       44
17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet
     = B.i.A.N.Sin 


μr = permeabilitas relative       a = jari–jari lingkaran
μ = permeabilitas zat            r = jarak
B = induksi magnet               I = kuat arus
ф = Fluks                       N = banyak lilitan
H = kuat medan magnet             l = panjang kawat
A = luas bidang yang ditembus      F = gaya Lorentz
q = muatan listrik              v = kecepatan partikel
θ = sudut antara v dengan B      R = jari-jari lintasan partikel




                                                                     45
IMBAS ELEKTROMAGNETIK

                                                              d
                             Perubahan fluks : Eind = -N
                                                              dt
                                                              di
                             Perubahan arus :       Eind = -L
                                                              dt
                                                                       di1                    di 2
GGL IMBAS                    Induktansi timbal balik : Eind1 = -M              , Eind2 = -M
                                                                       dt1                    dt 2
                                    K a w a t m e m o t on g g a r i s g a y a : E i n d = B . l . v s i n 


                             Kumparan berputar : Eind = N.B.A. sin t



                                                          
                                                   L=N
                                                           i
                                                        o N 2 A
                                                   L=
                                                            
I N D U K T A NS I D I R I
                                                             1                  2
                                                   M = N2             , M = N1
                                                             i1                  i2
                                                           o N1 N 2 A
                                                   M=                        (Induktansi Ruhmkorff)
                                                                  

                                                                         Ideal     : Np : Ns = Is : Ip
                     TRANSFORMATOR                                         Np : N s = Ep : Es
                                                                        Tidak ideal : Ps = Pp

Eind = GGL induksi
N = banyak lilitan
B = induksi magnet
A = luas bidang permukaan/kumparan
θ = fluks magnet
L = induktansi diri
I = kuat arus
Np = banyak lilitan kumparan primer
Ns = banyak lilitan kumparan sekunder



                                                                                                               46
l = panjang solenoida
Pp = Daya pada kumparan primer
Ps = daya pada kumparan sekunder
Ep = tegangan pada kumparan primer
Es = tegangan pada kumparan sekunder
ω = kecepatan sudut
M = induktansi Ruhmkorff




                                       47
OPTIKA GEOMETRI
                                            Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar penglihat.
Teori melihat benda                        Aristoteles              : Menentang sinar-sinar penglihat.
                                           Al Hasan                : Pancaran atau pantulan benda



                                           S i r I s a a k N e w t o n : T e o r i E mi s i “ S u mb e r c a h a y a
                                           me n y a l u r k a n
                                           Partikel yang kecil dan ringan berkecepatan tinggi.
                                           Christian Huygens : Teori Eter alam : cahaya pada
                                           dasarnya
                                           S a ma d e n g a n b u n y i , me r a mb a t me me r l u k a n
                                           me d i u m.
                                           T h o ma s Y o u n g d a n A u g u s t i n e F r e s n e l l : C a h a y a
                                           dapat lentur dan berinterferensi
                                           J ean Leo n Fo uc a ul t : C e p at ra mb at ca h a ya d i za t
                                           cair leb i h ke cil d ar ip ad a d i ud ar a.
          TEORI CAHAYA                     James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang elektromagnetik.
                                           Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang transversal
                                            karena Mengalami polarisasi.
                                           Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan magnet
                                           yang kuat.
                                           Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan listrik
                                           yang kuat.
                                           Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada.
                                           Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum cahaya.

                                           Albert Einstein : Teori dualisme cahaya. Cahaya se-
                                           bagai partikel dan bersifat gelombang

                                           Merupakan gelombang elektromagnetik.
                                           Tidak memerlukan medium dalam perambatannya

                      Merambat dalam garis lurus
                                                                                       8
SIFAT CAHAYA          K e c e p a t a n t e r b e s a r d i d a l a m v a k u m 3 . 1 0 m/ s
                      Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di
                      vakum.
                      Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergan-
                      tung pada pengamat.




                                                                                                                  48
PEMANTULAN CAHAYA.

      1 1 1
01.      
       f s s'
          s'    h'
02.   M=-    =/      /
          s     h
03. Cermin datar :        R=         sifat bayangan : maya, sama besar, tegak
                              360
                         n=         -1
                               
04. cermin gabungan            d = s 1’ + s 2
                               Mtotal = M1.M2



Cermin cekung :          R = positif    Mengenal 4 ruang
                         Sifat bayangan : benda di Ruang I : Maya, tegak, diperbesar
                                         Benda di Ruang II : Nyata, terbalik, diperbesar
                                         Benda di Ruang III: Nyata, terbalik, diperkecil

Cermin cembung :          R = negatif        sifat bayangan : Maya, tegak, diperkecil

PEMBIASAN/REFRAKSI.

                                     c  
01. Indeks bias          nbenda =       u            nbenda > 1
                                    vm m
                                                                               n1 v 2  2
                     n relatif medium 1 thdp medium 2                  n12 =        
                                                                               n2 v1 1
02. benda bening datar               n sin i = n’ sin r

03. kaca plan paralel                (1) n sin i = n’ sin r (cari r)
                                                            d
                                             (2)     t=          sin(i  r )
                                                           cos r
04. Prisma            (deviasi)           umum            (1) n sin i1 = n’ sin r1 (cari r1)
                                                           (2)  = r1 + i2 (cari i2)
                                                                   (3) n’ sin i2 = n sin r2 (cari r2)
                                                                   (4)  = i1 + r2 - 

                                                    minimum            syarat : i1 = r2

                                                                                            n'    1
                                                           > 10
                                                                   o
                                                                       sin ½ (min + ) =      sin 
                                                                                            n     2




                                                                                                        49
n'
                                                   > = 10
                                                             o
                                                                      min =     (       1) 
                                                                                     n

                                        n n' n'  n
05. Permukaan lengkung.                   
                                        s s'   R

                                      n n' n'  n
06. Lensa tebal                 (1)         
                                      s1 s1'   R1

                             (2)d = s1’ + s2

                                   n'   n   n  n'
                             (3)       ' 
                                   s2 s2      R2


                            1    n'    1  1
07. Lensa tipis                (  1)(  )
                            f    n     R1 R2

                            1           1   1
                                         
                           f gab        f1 f 2

                                        Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 -

                                        Datar – cembung R1 = tak hingga , R2 -

                                        Cekung – cembung R1 - , R2 -

                                        Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 +

                                        Datar – cekung R1 = tak hingga , R2 +

                                        Cembung – cekung R1 + , R2               +


                                                       1 1 1
9. Lensa                 Konvergen (positif)             
                                                       f s s'

                                                                 s'         h'
                     divergen (negatif)                M=-             =/        /
                                                                 s          h

                                        1
10. Kekuatan lensa (P)             P=               f dalam meter
                                        f



                                                                                                 50
100
                           P=              f dalam cm
                                 f


n = banyak bayangan (untuk cermin datar)    R = jari-jari bidang lengkung
θ = sudut antara ke dua cermin              λ = panjang gelombang cahaya
f = jarak focus                            P = kekuatan lensa
s = jarak benda ke cermin
s’ = jarak bayangan ke cermin
h = tinggi benda
h’ = tinggi bayangan
m = perbesaran bayangan
i = sudut datang
r = sudut pantul
n = indeks bias
d = tebal kaca
t = pergeseran sinar
β = sudut pembias
δ = deviasi




                                                                            51
ALAT-ALAT OPTIK
            Mata Emetropi (mata normal)              pp = 25 cm       ; pr = 

            Mata Myopi (mata dekat/rabun jauh) pp = 25 cm               ; pr < 



MATA        Mata Hipermetropi (rabun dekat)              pp > 25 cm     ; pr = 

            Mata Presbiopi (mata tua)                pp > 25 cm       ; pr < 




                 Kaca Mata lensa Negatif (Untuk orang Myopi)

                  s =  dan s’ = -pr

KACA MATA
                 Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi)
                 s = 25 cm dan s’ = -pp

                                                                   Sd
                                 Akomodasi max               P=       1
                                                                    f
            Ditempel dimata
                                                                   Sd
                                 Tanpa Akomodasi              P=
                                                                    f

LOUPE


            Berjarak d cm dari mata        D = -s’ + d         D = daya akomodasi
                                              Sd Sd Sd .d
                                         P=        
                                               f   D D. f
                        Sd = titik baca normal
                                       d = s’oby + sok




                                                                                    52
Akomodasi max

                                                   s ' oby Sd
                                           P=            (    1)
                                                   soby fok

MIKROSKOP                           d = jarak lensa obyektif - okuler


                      Tanpa Akomadasi           d = s’oby + fok
                                             s ' oby Sd
                                      P=           (   )
                                             s oby fok

                                     Akomodasi max                   d = foby + sok
                                                            f oby Sd  f ok
                                                      P=         (          )
                                                            f ok    Sd

TEROPONG BINTANG
                                     Tanpa akomodasi                 d = foby + fok
                                                             f oby
                                                       P=
                                                              f ok
Pp = titik jauh mata
Pp = titik dekat mata
s’ = jarak bayangan
s = jarak benda ke lup
P = kekuatan lensa
d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler




                                                                                      53
ARUS BOLAK-BALIK

Osiloskop = mengukur tegangan max
E=Emax. Sin .t
Eefektif = yang diukur oleh voltmeter
Emax = yang belum terukur
Epp = dari puncak ke puncak
ω = frekwensi anguler
t = waktu
Vmax = tegangan maksimum
Imax = Arus maksimum
T = periode

            V max
Eefektif=
               2
            i max                         1 T 2 2
                                          T 0
Iefektif=             Iefektif = Imax{        sin ( )dt }
               2                                    T
Epp = 2.Emax

I.           Resistor pada DC-AC




II.          Induktor (L) pada DC-AC




             Xl = reaktansi induktif




                                                             54
dim ax. sin  .t
                                     EL
                                                 dt
                                         E  L. .i max . cos  .t
                                          Xl   .L
                                             (satuan XL = ohm)

III.   Capacitor pada DC-AC




       C = kapasitas kapasitor
                                        Q=C.V
                                            dQ dc.V
       Xc = reaktansi kapasitif         i       
                                             dt     dt
                                            c.dV max . sin  .t
                                        i
                                                    dt
                                       i   .c.V max . cos  .t
                                              1
                                       XC =
                                            C
                                    (Satuan XC = 0hm)
IV.    R-L-C dirangkai seri

       1. . Xl   .L
                  1
       2. Xc 
                  .C
       3.   Gambar fasor




       4. Z  R 2  ( Xl  Xc ) 2
              E
       5. i 
              Z


                                                                     55
6.   Vab  i.R             Vac  Vr 2  Vl 2
     Vbc  i. Xl           Vbd  Vl  Vc
     Vcd  i. Xc           Vad  Vr 2  (Vl  Vc ) 2
7.   Daya=Psemu.cos 
                   R
     Daya=Psemu.
                   Z
     Psemu = V.I (Volt Amper)
     a. Xl  Xc  RLC bersifat induktif
                         V mendahului I dengan beda fase 
     b. Xl  Xc  RLC resonansi
         Z = R  kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil.
                                  1     1
                           f                        T  2 L.C
                                 2    L.C
     c.   Xc  Xl  RLC bersifat capasitif
                           I mendahului V dengan beda fase 

              XL  XC
8.   tg  =
                 R
     Z = Impedansi
     θ = sudut fase
     L = induktansi diri
     f = frekwensi
     T = periode
     R = hambatan




                                                                               56
PERKEMBANGAN TEORI ATOM
                          -    Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat
                          -    Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel
                               Yang lebih kecil.
                          -    Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain.
                          -    Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai
                               Bentuk, ukuran dan massa yang sama.
             DALTON   -        Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain.
                          -    Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang
                               berlainan dapat membentuk senyawa.
                          -    Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perban-
                               Dingan tertentu.
                          -    Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa
                               Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam
                               kedua senyawa itu sederhana.

                              KELEMAHANNYA.
                          -   Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspe-
                              Rimen.
                          -   Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul
                              Satuan molekul juga disebut atom.
                          -   Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat ber-
                              Tentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson

                          -    Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan
                               Positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom.
TEORI   J.J THOMSON
ATOM                      -   Muatan positif dalam atom ini dinetralkan oleh elektron-
                               Elektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif
                               Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan
                               Positif.

                               KELEMAHANNYA.
                          -    Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan ham-
                               Buran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata na-
                               Mun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM.




                                                                                            57
-    Atom terdiri dari muatan-muatan positif, di mana seluruh
                                               Muatan posoitif dan sebagian besar massa atom terkumpul
                                               ditengah-tengah atom yang disebut dengan INTI ATOM.
                                          -    Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh beredar
                   RUTHERFORD               Lah elektron-elektron mengelilingi inti atom.
                                          -    Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang me-
                                               ngelilingi inti, sehingga atom bersifat netral.

                                              KELEMAHANNYA.
                                          -   Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom
                                              Atau tidak mendukung kemantapan atom.
                                          -   Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum
                                              Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu.



Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan.



SINAR KATODA                          Partikel bermuatan negatif


Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda.
        - Memiliki energi
        - Memendarkan kaca
        - Membelok dalam medan listrik dan medan magnet.

MODEL ATOM BOHR DIBUAT BERDASARKAN 2 POSTULATNYA YAITU :

1.    Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada
      lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini
      Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan
                                     nh
      Stasioner ini adalah : mvr =
                                     2
      n disebut bilangan kwantum (kulit) utama.

2.    Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang ener-
      ginya tinggi, dan sebaliknya.



              e2
01.   Ep = -k
              r
                   e2
02. Ek = - ½ k
                   r
                        e2
03. Etotal = - ½ k
                        r


                                                                                                               58
n2   h
04. r =        ( )2
           me k 2
             2



05. r1 : r2 : r3 : … = 12 : 22 : 32 : …

      1            1     1
06.         R(         2)               R = tetapan Ridberg        R = 1,097.10 7 m-1
                 nA
                     2
                        nB
          Deret Lyman            nA = 1        nB = 2, 3, 4 ….
          Deret Balmer           nA = 2        nB = 3, 4, 5, ….
          Deret Paschen          nA = 3        nB = 4, 5, 6, ….
          Deret Brackett         nA = 4        nB = 5, 6, 7, ….
          Deret Pfund             nA = 5        nB = 6, 7, 8, ….

            max     fmin         nB = 1 lebihnya dari nA

             min      fmax        nB = 
                                                                   13,6
                                  Energi stasioner          E=          eV
                                                                    n2
05. Energi
                                                                          1     1
                                  Energi Pancaran           E = 13,6 (      2
                                                                               2 ) eV    E = h.f (J)
                                                                         nA    nB

           e = muatan electron
           r = jari-jari lintasan electron
           Ep = Energi potensial
           Ek = energi kinetic
           n = bilangan kuantum
           r = jari-jari lintasan electron
           λ = panjang gelombang
           h = tetapan Planck




                                                                                                        59
RADIOAKTIVITAS
                                Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari.

Dasar penemuan
                                Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari.



Penemu: Henry Becquerel

                            Menghitamkan film
                            Dapat mengadakan ionisasi
                            Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu
Sifat-sifat                 Merusak jaringan tubuh
                            Daya tembusnya besar

                       Sinar 
Macam sinar            Sinar       Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie
                       Sinar 



Urutan naik daya tembus: Sinar , Sinar , Sinar 
Urutan naik daya ionisasi: Sinar  , Sinar , Sinar 

x x x x x x x x x x x
B 
xxxxxxxxxxxx
                            
xxxxxxxxxxxx




01. I = Io e-x

                                                               ln 2       0,693
02. HVL           nilai x       sehingga I = ½ Io      HVL =          
                                                                          
03.   Z   X
          A       N=A–Z

04. Deffect massa = (mproton + mnetron) – minti




                                                                                             60
05. Eikat inti = {(mproton + mnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma
               = {(mproton + mnetron) – minti }.c2      m dalam kg
                                       
                               ZXA           Z-2XA-4 atau ZXA     Z-2XA-4 + 

06. Hukum Pergeseran                       
                               ZXA           Z+ 1XA atau  ZXA    Z+ 1XA + 



                                Jika memancarkan             tetap

          0,693         ln 2
07. T =             
                        
08.     R = . N

09.     N = No.2-t/T

             E
10.     D=
             m

11.     Ereaksi = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).931 MeV       m dalam sma.

             = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).c2           m dalam kg

12. Reaksi FISI              Pembelahan inti berat menjadi ringan
                             Terjadi pada reaktor atom dan bom atom
                             Menghasilkan Energi besar < enerfi reaksi FUSI
                             Dapat dikendalikan.

      Reaksi FUSI            Penggabungan inti ringan menjadi inti berat
                             Terjadi pada reaksi di Matahari dan bom hidrogen
                             Tidak dapat dikendalikan.



                                        Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik)
                                        Tabung Sintilasi (pulsa listrik)
13. ALAT DETEKSI                        Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja)
                                        Emulsi film



X = nama atom / unsure
z = nomor atom
a = nomor massa
p = proton
n = netron
m = massa
T = waktu paruh



                                                                                     61
N = jumlah inti yang belum meluruh
No = jumlah inti mula2
λ = konstanta peluruhan
t = lamanya berdesintegrasi
R = aktivitas radioaktif




                                     62
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Momen:           Momen Gaya : =F.l.sin 
                 Momen Kopel : dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah, besarnya = F.d

                       Kesetimbangan Translasi : Fx=0,Fy=0
                       Kesetimbangan Rotasi : =0
                       Kesetimbangan translasi dan Rotasi : F=0, =0
                       Kesetimbangan Stabil (mantap) :
                       Apabila gaya dihilangkan, akan kembali ke kedudukan semula.
Kesetimbangan          (titik berat benda akan naik)
                       Kesetimbangan Indeferen :
                       Gaya dihilangkan, setimbang di tempat berlainan
                       (titik berat benda tetap)
                       Keseimbangan labil :
                       Apabila gaya dihilangkan, tidak dapat kembali semula.
                       (titik berat benda akan turun)



TITIK BERAT BENDA
Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ).
a. Untuk benda linier ( berbentuk garis )
                                          ln . x n                  ln . y n
                                  x0                        y0 
                                            l                          l
b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka :
                                          An . x n                  An . y n
                                 x0                         y0 
                                            A                          A
c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga )
                                          Vn . x n                  Vn . y n
                                 x0                         y0 
                                            V                          V
Sifat - sifat:
1.   Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada
     sumbu simetri atau bidang simetri tersebut.
2.   Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda.
3.   Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya
     terletak pada garis potong kedua bidang tersebut.



                                                                                                   63
Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya
terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut.

ΣFx = resultan gaya di sumbu x
ΣFy = resultan gaya di sumbu y
Σσ = jumlah momen gaya




Tabel titik berat teratur linier
Nama benda                    Gambar benda               letak titik berat                      keterangan
1. Garis lurus
                                                                  x0 =   1
                                                                             l                  z = titik tengah garis
                                                                         2


2. Busur lingkaran                                                                        tali busur AB
                                                                    y0  R 
                                                                                            busur AB
                                                                             R = jari-jari lingkaran



3. Busur setengah
  lingkaran                                                                                     2R
                                                                                         y0 
                                                                                                




Tabel titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen
Nama benda                 Gambar benda                         Letak titik berat                 Keterangan
1. Bidang segitiga
                                                                         y0 =    1
                                                                                     t            t = tinggi
                                                                                 3
                                                                                                  z = perpotongan
                                                                                                  garis-garis berat
                                                                                                  AD & CF




                                                                                                                         64
2.Jajaran genjang,
Belah ketupat,                                                       y0 =        1
                                                                                     t       t = tinggi
                                                                                 2
Bujur sangkar                                                                                z = perpotongan
Persegi panjang                                                                              diagonal AC dan
                                                                                             BD


3. Bidang juring                                                                          tali busur AB
  lingkaran                                                          y0  2 R 
                                                                          3
                                                                                            busur AB
                                                                                 R = jari-jari lingkaran



4.Bidang setengah
  lingkaran                                                                                     4R
                                                                                         y0 
                                                                                                3
                                                                                 R = jari-jari lingkaran




Tabel titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen
Nama benda              Gambar benda                      Letak titik berat                 Keterangan
1. Bidang kulit                                                                             z1 = titik berat
  prisma                                                  z pada titik                            bidang alas
                                                           tengah garis z1z2 y0 =           z2 = titik berat
                                                                     1
                                                                         l                        bidang atas
                                                                     2
                                                                                            l = panjang sisi
                                                                                                 tegak.




2. Bidang kulit                                                                             t = tinggi
  silinder.                                                       y0 =   1
                                                                             t                   silinder
                                                                         2
 ( tanpa tutup )                                                                            R = jari-jari
                                                                A = 2  R.t
                                                                                                lingkaran alas
                                                                                            A = luas kulit
                                                                                                  silinder




                                                                                                                 65
3. Bidang Kulit
  limas                                                             T’z =       1
                                                                                    T’ T   T’T = garis
                                                                                3
                                                                                           tinggi ruang




4. Bidang kulit
  kerucut                                                   zT’ =    1
                                                                          T T’             T T’ = tinggi
                                                                     3
                                                                                                kerucut
                                                                                           T’ = pusat
                                                                                             lingkaran alas




5. Bidang kulit
  setengah bola.                                                         y0 =   1
                                                                                    R      R = jari-jari
                                                                                2




Tabel titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen
Nama benda              Gambar benda                        Letak titik berat              Keterangan
1. Prisma                                                   z pada titik tengah            z1 = titik berat
  beraturan.                                                garis z1z2                         bidang alas
                                                                         y0 =   1
                                                                                     l     z2 = titik berat
                                                                                2
                                                                                               bidang atas
                                                            V = luas alas kali
                                                                                           l = panjang sisi
                                                            tinggi
                                                                                              tegak
                                                                                           V = volume
                                                                                               prisma




                                                                                                              66
2. Silinder Pejal
                                   y0 =   1
                                              t    t = tinggi silinder
                                          2
                                                   R = jari-jari
                               V =  R2 t
                                                       lingkaran alas




3. Limas pejal                                     T T’ = t = tinggi
  beraturan         y0 =   1
                               T T’                limas beraturan
                           4
                           1
                      =    4   t

                    V = luas alas x tinggi
                                      3
4. Kerucut pejal                                   t = tinggi kerucut
                                   y0 =   1
                                              t    R = jari-jari lingkaran
                                          4
                                                   alas
                           V=        1
                                     3     R2 t




5. Setengah bola
  pejal                            y0 =   3
                                              R    R = jari-jari bola.
                                          8




                                                                         67
TEORI KINETIK GAS
GA S I D E A L
1.     Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul ) dalam jumlah yang besar
       sekali.
2.     Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang.
3.     Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil.
4.     Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga ukurtan partikel
       dapat diabaikan.
5.     Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan.
6.     Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna,
       partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar.
7.     Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.


             N
01.     n
             N0

        v         3kT
02.      ras =
                   m
             M                   R
03.    m         dan   k
             N                   N0

04. v            3RT
     ras =
                  M
05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan :

      v      v          1             1
       ras1 : ras2 =             :
                        M1            M2
06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan :
      v      v
       ras1 : ras2 =    T1   :       T2
            2L
07.   t
           Vras
             N m V 2 ras
08.    F      .
             3    L



                                                                                                            68
N m V 2 ras                        1
09.   P      .                   atau   P       V 2 ras
            3   V                              3
            2 N                          2 N
10.   P     .       1
                     2   mV 2 ras        .  Ek
            3V                           3V
11. P . V = K’ . T   atau         P . V = N. k .T
      k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K
                                         N
12. P . V = n R T    dengan        n
                                         N0
       R    = 8,317 joule/mol.0K
           = 8,317 x 107 erg/mol0K
           = 1,987 kalori/mol0 K
           = 0,08205 liter.atm/mol0K
                R                   P        R. T                P. Mr
13.   P          T       atau                    atau             T
                Mr                          Mr                   R. T
      P1 .V1 P2 .V2
14.         
       T1     T2
      Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac.
             3
15.   Ek      Nk .T
             2
P = tekanan gas ideal
N = banyak partikel gas
m = massa 1 pertikel gas
V = volume gas
v = kecepatan partikel gas
n = jumlah mol gas
No = bilangan Avogadro
R = tetapan gas umum
M = massa atom relatif
k = tetapan boltzman
Ek = energi kinetic
vras = kecepatan partikel gas ideal
ρ = massa jenis gas ideal
T = suhu




                                                                           69
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1Nita Mardiana
 
Rumus dinamika gerak lurus
Rumus dinamika gerak lurusRumus dinamika gerak lurus
Rumus dinamika gerak lurusAde Hidayat
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada PegasNur Azizah
 
Gelombang Transversal
Gelombang TransversalGelombang Transversal
Gelombang TransversalAzmi14015
 
Laporan praktikum fisika energi potensial dan usaha
Laporan praktikum fisika energi potensial dan usahaLaporan praktikum fisika energi potensial dan usaha
Laporan praktikum fisika energi potensial dan usahaElsens Viele
 
RPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTONRPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTONMAFIA '11
 
Percobaan gerak jatuh bebas
Percobaan gerak jatuh bebasPercobaan gerak jatuh bebas
Percobaan gerak jatuh bebasKLOTILDAJENIRITA
 
20 logam dan non logam
20 logam dan non logam20 logam dan non logam
20 logam dan non logamHabibur Rohman
 
Dimensi dan analisis dimensi
Dimensi dan analisis dimensiDimensi dan analisis dimensi
Dimensi dan analisis dimensiFransisca Vivin
 
FISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumFISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumEko Efendi
 
Rangkuman materi Fisika SMP kelas IX
Rangkuman materi Fisika SMP kelas IXRangkuman materi Fisika SMP kelas IX
Rangkuman materi Fisika SMP kelas IXSulistiyo Wibowo
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Rezki Amaliah
 
Teori ketidakpastian
Teori ketidakpastianTeori ketidakpastian
Teori ketidakpastianFarrrsa
 

What's hot (20)

Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
 
Rumus dinamika gerak lurus
Rumus dinamika gerak lurusRumus dinamika gerak lurus
Rumus dinamika gerak lurus
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
 
Gelombang Transversal
Gelombang TransversalGelombang Transversal
Gelombang Transversal
 
Laporan praktikum fisika energi potensial dan usaha
Laporan praktikum fisika energi potensial dan usahaLaporan praktikum fisika energi potensial dan usaha
Laporan praktikum fisika energi potensial dan usaha
 
RPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTONRPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTON
 
Percobaan gerak jatuh bebas
Percobaan gerak jatuh bebasPercobaan gerak jatuh bebas
Percobaan gerak jatuh bebas
 
20 logam dan non logam
20 logam dan non logam20 logam dan non logam
20 logam dan non logam
 
Percobaan gerak melingkar
Percobaan gerak melingkarPercobaan gerak melingkar
Percobaan gerak melingkar
 
Gelombang Berjalan
Gelombang Berjalan Gelombang Berjalan
Gelombang Berjalan
 
Laporan termokimia
Laporan termokimia Laporan termokimia
Laporan termokimia
 
Dimensi dan analisis dimensi
Dimensi dan analisis dimensiDimensi dan analisis dimensi
Dimensi dan analisis dimensi
 
FISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumFISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentum
 
Rangkuman materi Fisika SMP kelas IX
Rangkuman materi Fisika SMP kelas IXRangkuman materi Fisika SMP kelas IX
Rangkuman materi Fisika SMP kelas IX
 
Gerak Harmonis Sederhana
Gerak Harmonis SederhanaGerak Harmonis Sederhana
Gerak Harmonis Sederhana
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
Kinematika gerak rpp
Kinematika gerak rppKinematika gerak rpp
Kinematika gerak rpp
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Fluida dinamis
Fluida dinamisFluida dinamis
Fluida dinamis
 
Teori ketidakpastian
Teori ketidakpastianTeori ketidakpastian
Teori ketidakpastian
 

Viewers also liked

Taraf intensitas bunyi FISIKA SMA 12
Taraf intensitas bunyi FISIKA SMA 12Taraf intensitas bunyi FISIKA SMA 12
Taraf intensitas bunyi FISIKA SMA 12marwahhh
 
Intensitas bunyi dan taraf intensitas bunyi
Intensitas bunyi dan taraf intensitas bunyiIntensitas bunyi dan taraf intensitas bunyi
Intensitas bunyi dan taraf intensitas bunyiRiyanti Febriyanti
 
Bab 4 energi dan daya listrik
Bab 4 energi dan daya listrikBab 4 energi dan daya listrik
Bab 4 energi dan daya listrikMustahal SSi
 
Ipa fisika smp un 2013 (paket 2)
Ipa fisika smp un 2013 (paket 2)Ipa fisika smp un 2013 (paket 2)
Ipa fisika smp un 2013 (paket 2)agus mulanto
 
Kumpulan Rumus Fisika SMA kelas X
Kumpulan Rumus Fisika SMA kelas XKumpulan Rumus Fisika SMA kelas X
Kumpulan Rumus Fisika SMA kelas XSulistiyo Wibowo
 
SOAL UAS GANJIL IPA SMP KELAS VII 2015/2016
SOAL UAS GANJIL IPA SMP KELAS VII 2015/2016SOAL UAS GANJIL IPA SMP KELAS VII 2015/2016
SOAL UAS GANJIL IPA SMP KELAS VII 2015/2016Budi Haryono
 
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VII Lengkap 1 Tahun
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VII Lengkap 1 TahunKumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VII Lengkap 1 Tahun
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VII Lengkap 1 TahunSMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VIII Lengkap 1 Tahun
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VIII Lengkap 1 TahunKumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VIII Lengkap 1 Tahun
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VIII Lengkap 1 TahunSMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 

Viewers also liked (19)

Rumus Fisika Sma
Rumus Fisika SmaRumus Fisika Sma
Rumus Fisika Sma
 
Lingkaran
LingkaranLingkaran
Lingkaran
 
Taraf intensitas bunyi FISIKA SMA 12
Taraf intensitas bunyi FISIKA SMA 12Taraf intensitas bunyi FISIKA SMA 12
Taraf intensitas bunyi FISIKA SMA 12
 
Intensitas bunyi dan taraf intensitas bunyi
Intensitas bunyi dan taraf intensitas bunyiIntensitas bunyi dan taraf intensitas bunyi
Intensitas bunyi dan taraf intensitas bunyi
 
IMPULS DAN MOMENTUM
IMPULS DAN MOMENTUMIMPULS DAN MOMENTUM
IMPULS DAN MOMENTUM
 
Modul Interferensi
Modul InterferensiModul Interferensi
Modul Interferensi
 
Rumus optika geometri
Rumus optika geometriRumus optika geometri
Rumus optika geometri
 
7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs
 
Bab 4 energi dan daya listrik
Bab 4 energi dan daya listrikBab 4 energi dan daya listrik
Bab 4 energi dan daya listrik
 
Fisika - GLBB
Fisika - GLBBFisika - GLBB
Fisika - GLBB
 
Ipa fisika smp un 2013 (paket 2)
Ipa fisika smp un 2013 (paket 2)Ipa fisika smp un 2013 (paket 2)
Ipa fisika smp un 2013 (paket 2)
 
Bunyi
BunyiBunyi
Bunyi
 
Momentum dan Impuls
Momentum dan ImpulsMomentum dan Impuls
Momentum dan Impuls
 
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMAGERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
 
Kumpulan Rumus Fisika SMA kelas X
Kumpulan Rumus Fisika SMA kelas XKumpulan Rumus Fisika SMA kelas X
Kumpulan Rumus Fisika SMA kelas X
 
SOAL UAS GANJIL IPA SMP KELAS VII 2015/2016
SOAL UAS GANJIL IPA SMP KELAS VII 2015/2016SOAL UAS GANJIL IPA SMP KELAS VII 2015/2016
SOAL UAS GANJIL IPA SMP KELAS VII 2015/2016
 
Dinamika hukum newton soal dan pembahasannya
Dinamika hukum newton soal dan pembahasannyaDinamika hukum newton soal dan pembahasannya
Dinamika hukum newton soal dan pembahasannya
 
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VII Lengkap 1 Tahun
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VII Lengkap 1 TahunKumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VII Lengkap 1 Tahun
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VII Lengkap 1 Tahun
 
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VIII Lengkap 1 Tahun
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VIII Lengkap 1 TahunKumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VIII Lengkap 1 Tahun
Kumpulan Latihan Soal IPA SMP Kelas VIII Lengkap 1 Tahun
 

Similar to Kumpulan rumus-fisika

Besaran dan-satuan
Besaran dan-satuanBesaran dan-satuan
Besaran dan-satuanzummbo
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuanMAC Co. Ltd.
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuanmtsmaarif
 
Sistem satuan internasional
Sistem satuan internasionalSistem satuan internasional
Sistem satuan internasionalJosua Sitinjak
 
Makalah pengukuran teknik
Makalah pengukuran teknikMakalah pengukuran teknik
Makalah pengukuran tekniksadil_ahmad
 
materi besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.pptmateri besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.pptafni48
 
Materi 1. besaran, dimensi dan satuan
Materi 1. besaran, dimensi dan satuanMateri 1. besaran, dimensi dan satuan
Materi 1. besaran, dimensi dan satuanDanang Darmawan
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuankalfinmanopo
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptRobinSarSinaga
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptayubprihantoro2
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanDody Swastiko
 
Pengukuran by dzombie
Pengukuran by dzombiePengukuran by dzombie
Pengukuran by dzombieDicky Renaldy
 

Similar to Kumpulan rumus-fisika (20)

Besaran dan-satuan
Besaran dan-satuanBesaran dan-satuan
Besaran dan-satuan
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Sistem satuan internasional
Sistem satuan internasionalSistem satuan internasional
Sistem satuan internasional
 
Rpp 1 new
Rpp 1 newRpp 1 new
Rpp 1 new
 
Makalah pengukuran teknik
Makalah pengukuran teknikMakalah pengukuran teknik
Makalah pengukuran teknik
 
materi besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.pptmateri besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.ppt
 
Pembekalan un
Pembekalan unPembekalan un
Pembekalan un
 
Pembekalan un
Pembekalan unPembekalan un
Pembekalan un
 
Materi 1. besaran, dimensi dan satuan
Materi 1. besaran, dimensi dan satuanMateri 1. besaran, dimensi dan satuan
Materi 1. besaran, dimensi dan satuan
 
Sarwan xi ipa 4 9629
Sarwan xi ipa 4 9629Sarwan xi ipa 4 9629
Sarwan xi ipa 4 9629
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.ppt
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.ppt
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
P2_Besaran dan Satuan.ppt
P2_Besaran dan Satuan.pptP2_Besaran dan Satuan.ppt
P2_Besaran dan Satuan.ppt
 
Outline materi fisika kimia
Outline materi fisika   kimiaOutline materi fisika   kimia
Outline materi fisika kimia
 
Pengukuran by dzombie
Pengukuran by dzombiePengukuran by dzombie
Pengukuran by dzombie
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

Kumpulan rumus-fisika

  • 1.
  • 2. KATA PENGANTAR Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika. Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa, bukan dengan cara menghapal rumus-rumus. Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan memecahkan soal-soal fisika. Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyelesaian buku ini. Penulis menyadari bahwa di dalam buku ini masihjauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan buku ini Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya. 1
  • 3. DAFTAR ISI Surat Keterangan 1 Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 1. Besaran dan Satuan 4 2. Gerak Lurus 9 3. Hukum Newton 12 4. Memadu Gerak 14 5. Gerak Rotasi 16 6. Gravitasi 20 7. Usaha-Energi 21 8. Momentum-Impuls-Tumbukan 22 9. Elastisitas 23 10. Fluida 24 11. Gelombang Bunyi 26 12. Suhu dan Kalor 30 13. Listrik Stattis 33 14. Listrik Dinamis 37 15. Medan Magnet 43 16. Imbas Elektromagnetik 47 17. Optika Geometri 49 18. Alat-alat Optik 53 19. Arus Bolak-balik 55 20. Perkembangan Teori Atom 58 21. Radioaktivitas 61 22. Kesetimbangan Benda Tegar 64 23. Teori Kinetik Gas 69 24. Hukum Termodinamika 71 25. Gelombang Elektromagnetik 75 26. Optika Fisis 77 27. Relativitas 80 28. Dualisme Gelombang Cahaya 81 2
  • 4. BESARAN DAN SATUAN Ada 7 macam besaran dasar berdimensi: Besaran Satuan (SI) Dimensi 1. Panjang m [L] 2. Massa kg [M] 3. Waktu detik [T] 4. Suhu Mutlak °K [] 5. Intensitas Cahaya Cd [J] 6. Kuat Arus Ampere [I] 7. Jumlah Zat mol [N] 2 macam besaran tambahan tak berdimensi: a. Sudut datar ----> satuan : radian b. Sudut ruang ----> satuan : steradian Satuan SI Satuan Metrik MKS CGS M  L Dimensi ----> Primer ---->   dan dimensi Sekunder ---> jabaran Guna dimensi untuk T   : Checking persamaan Fisika. Dimensi dicari melalui ----> Rumus atau Satuan Metrik Contoh : W  F  v  P (daya) t ML2 T -2  MLT-2 LT -1 T ML2 T -3  ML2 T -3 3
  • 5. No Besaran Rumus Sat. Metrik (SI) Dimensi s v m 1 Kecepatan t dt LT 1 v a m 2 Percepatan t dt 2 LT 2 F  ma kg m N  3 Gaya dt 2 MLT 2 W  F s kg m 2 Joule 4 Usaha dt 2 ML2T 2 W P kg m 2 Watt  5 Daya t dt 3 ML2T 3 F P kg atm 6 Tekanan A m dt 2 ML1T 2 1 Ek  mv 2 kg m 2 Joule 7 Energi kinetik 2 dt 2 ML2T 2 Ep  m  g  h kg m 2 Joule 8 Energi potensial dt 2 ML2T 2 kg m 9 Momentum M  mv dt MLT 1 kg m 10 Impuls i  F t dt MLT 1 m  kg 11 Massa Jenis V m3 ML3 w kg 12 Berat Jenis s= V m 2 dt 2 ML2T 2 F k kg 13 Konst. pegas x dt 2 MT 2 Fr 2 m3 14 Konst. grafitasi G= m 2 kgdt 2 M 1 L3T 2 P.V kgm2 15 Konst. gas R = n.T dt 2 mol o K ML2T 2 N 1 1 F g m 16 Gravitasi m dt 2 LT 2 17 Momen Inersia I  mR 2 kg m 2 ML2 4
  • 6. ANGKA PENTING Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari :  Angka pasti  Angka taksiran Aturan : a. Penjumlahan / Pengurangan Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit Contoh : 2,7481 8,41 ------- + 11,1581 ------> 11,16 b. Perkalian / Pembagian Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit Contoh : 4,756 110 ---------  0000 4756 4756 -------------- + 523,160 ----> 520 BESARAN VEKTOR Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja. Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya. Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya, juga ditentukan oleh arahnya. Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya. Sifat-sifat vektor     1. A+ B = B + A Sifat komutatif.       2. A + ( B +C ) = ( A+ B ) +C Sifat assosiatif.     3. a ( A+ B )=a A +a B 5
  • 7.    4. / A/ + / B / / A+ B / RESULTAN DUA VEKTOR α = sudut antara A dan B      /R/= / A/ 2  / B / 2 2 / A/ / B / cos    / R/ / A/ / B/   arahnya : sin  sin  1 sin  2 Vektor sudut vx = v cos  vy = v sin  V1 1 vx = v cos 1 vy = v sin 1 V2 2 vx = v cos 2 vy = v sin 2 V3 3 vx = v cos 3 vy = v sin 3 vx  ....... vy  ....... 6
  • 8. Resultan / v R / = (  v X ) 2  (  vY ) 2  vY Arah resultan : tg = vX Uraian Vektor Pada Sistem Koordinat Ruang ( x, y, z )  ,  , = masing-masing sudut antara vektor A A Ax+ Ay+ Az A A x / i + / A y /  A k j+/ z/  dengan sumbu-sumbu x, y dan z = atau =/ / A x / = A cos  / Ay/= A cos  /Az /= A cos  Besaran vektor A A  / AX / 2  / AY / 2  / AZ / 2 dan i ,  , k j  masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z 7
  • 9. GERAK LURUS Vt = kecepatan waktu t detik S = jarak yang ditempuh Vo = kecepatan awal a = percepatan t = waktu g = percepatan gravitasi 8
  • 10. v0=0 v= 2 gh h t= 2h / g GJB vo=0 v? h1 v= 2 g (h1  h2) h2 Variasi GLB P Q SP + SQ = AB A B A · SA = SB B P Q SP SP – SQ = AB A B SQ Gerak Lurus Berubah Beraturan r r2  r1 1 v =  t t 2  t1 9
  • 11. v v2  v1 2. a  t t 2  t1 drx dry drz 3. vx  ; vy  ; vz  dt dt dt v  vx  v y  vz 2 2 2 dv x dv y dv z 4. ax  ; ay  ; az  dt dt dt a  ax  a y  az 2 2 2 5 Diketahui a(t) t2 v   at   dt t1 t2 6. r   vt  dt t1 h = tinggi Vy = kecepatan terhadap sumbu y h1 = ketinggian pertama Vz = kecepatan terhadap sumbu z h2 = ketinggian kedua | v | = kecepatan rata-rata mutlak SP = jarak yang ditempuh P |ā| = percepatan rata-rata mutlak SQ = jarak yang ditempuh Q a x = percepatan terhadap sumbu x AB = panjang lintasan a y = percepatan terhadap sumbu y SA = jarak yang ditempuh A a z = percepatan terhadap sumbu z SB = jarak yang ditempuh B a (t) = a fungsi t v = kecepatan rata-rata V (t) = V fungsi t ∆r = perubahan posisi V 1 = kecepatan 1 ∆t = selang waktu Vx = kecepatan terhadap sumbu x r2 = posisi akhir r1 = posisi awal t1 = waktu awal bergerak t2 = waktu akhir bergerak ā = percepatan rata-rata ∆V = perubahan rata-rata V2 = kecepatan 2 10
  • 12. HUKUM NEWTON 1. Hk. I Newton  Hk. kelembaman (inersia) : Untuk benda diam dan GLB   F  0   Fx  0 dan  Fy  0 2. Hk. II Newton  a  0  GLBB  F  ma 1   2  m1  m2 a 1  T  m1  a 3. Hukum III Newton  F aksi = - F reaksi Aksi – reaksi tidak mungkin terjadi pada 1 benda 4. Gaya gesek (fg) : * Gaya gesek statis (fs)  diam  fs = N.s * Gaya gesek kinetik (fk)  bergerak  fk = N. k Arah selalu berlawanan dengan gerak benda/sistem. N=w N = w – F sin N = w + Fsin N = w cos  . Statika  F  0 : *  Fx  0 *  Fy  0    0 11
  • 13. ΣFx = resultan gaya sumbu x ΣFy = resultan gaya sumbu y ΣF = resultan gaya m = massa a = percepatan N = gaya normal μs= koefisien gesek statis μk= koefisien gesek kinetik W = gaya berat α=sudut yang dibentuk gaya berat setelah diuraikan ke sumbu 12
  • 14. MEMADU GERAK v R  v1  v2  2v1v2 cos  2 2 1. GLB – GLB Vr = kecepatan resultan 2. Gerak Peluru V 1 = kecepatan benda 1 Pada sumbu x GLB V2 = kecepatan benda 2 Pada sumbu y GVA – GVB Y v x  v0 cos  Vo x  v0 cos   t  X v y  v0 sin   g  t 1 2 y  v0 sin   t  gt 2 X = jarak yang ditempuh benda pada sb x Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y Vx = kecepatan di sumbu x Syarat : V0 = kecepatan awal  Mencapai titik tertinggi vy 0 t = waktu  Jarak tembak max y0 g = percepatan gravitasi y  h H  Koordinat titik puncak  v0 2 sin 2 v0 2 sin 2    ,   2g 2g    13
  • 15. Jarak tembak max tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai y  h v sin 2 2 x max  0 g 14
  • 16. GERAK ROTASI GERAK TRANSLASI GERAK ROTASI Hu b u n g a n n y a Pergeseran linier s Pergeseran sudut  s=.R Kecepatan linier v Kecepatan sudut  v=.R Percepatan Linier a Percepatan sudut  a=.R Kelembaman m Kelembaman rotasi I I =  m.r2 translasi (momen inersia) ( massa ) Gaya F=m.a Torsi (momen gaya) =I. =F.R Energi kinetik Energi kinetik - Daya P=F.v Daya P=. - Momentum linier p = m.v Momentum anguler L = I . - PADA GERAK DENGAN PERCEPATAN TETAP GERAK TRANSLASI (ARAH TETAP) GERAK ROTASI (SUMBU TETAP) vt = v0 + at t = 0 +  .t s = vot + / a t 1 2 2  = 0t + 1/2 .t 2 vt 2 = v0 2 + 2 a.s t2 = 02 + 2. s = jarak a = percepatan v = kecepatan R = jari–jari lintasan vt = kecepatan dalam waktu t detik vo = kecepatan awal t = waktu yang ditempuh ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik ωo= kecepatan sudut awal 15
  • 17. Besarnya sudut : S  = radian R S = panjang busur R = jari-jari 1 f.T=1 f= T 2 = atau =2f T v=R v1 = v2, tetapi 1  2 v1 = v2, tetapi 1  2 A = R = C , tetapi v A  vB  vC v2 ar = atau ar = 2 R R 16
  • 18. v2 Fr = m . atau Fr = m 2 R R 1. Gerak benda di luar dinding melingkar v2 v2 N=m.g-m. N = m . g cos  - m . R R 2. Gerak benda di dalam dinding melingkar. v2 v2 N=m.g+m. N = m . g cos  + m . R R v2 v2 N=m. - m . g cos  N=m. -m.g R R 17
  • 19. 3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal v2 v2 T=m.g+m T = m m . g cos  + m R R v2 v2 T=m. - m . g cos  T=m. -m.g R R 4. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan centrifugal/konis) T cos  = m . g v2 T sin  = m . R L cos Periodenya T = 2 g Keterangan : R adalah jari-jari lingkaran 5. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar. v2 N . k = m . R N = gaya normal N=m.g 18
  • 20. GRAVITASI m1  m2 1. F G VEKTOR R2 M 2. g G VEKTOR R2 kuat medan gravitasi M 3. v  G massa bumi R mM 4. Ep  G R 5. wAB  mv B  v A  1 1  6. HKE v 2 2  v1 2  2GM       R1 R2  F = gaya tarik-menarik antara kedua benda G = konstanta gravitasi m1 = massa benda 1 m2 = massa benda 2 R = jarak antara dua benda Ep = energi potensial gravitasi V = potensial gravitasi WAB = Usaha dari benda A ke B V1 = kecepatan benda 1 V2 = kecepatan benda 2 19
  • 21. USAHA–ENERGI _______________ 1. w  F cos   s α = sudut kemiringan v = kecepatan 1 2 2. Ek  mv W = usaha 2 F = Gaya 3. Ep  m  g  h s = jarak Ep = Energi Potenaial 4. Emek  Ep  Ek m = massa benda g = percepatan gravitasi 5. w  Ek h = ketinggian benda dari tanah Ek = Energi Kinetik 6. w  Ep Em = Energi mekanik 7. HKE (Hukum Kekekalan Energi) Ek1  Ep1  Ek 2  Ep 2 20
  • 22. MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN 1. P  mv P = momentum m = massa 2. I  F  t v = kecepatan I = impuls I  P 3. F= gaya I  mvt  v0  ∆t = selang waktu 4. HKM (Hukum Kekekalan Momentum)   m A  v A  mB  v B  m A  v A  mB  v B arah kekanan v + arah ke kiri v -   v A  vB 5. e e = koefisien tumbukan (kelentingan) v A  vB 6. Jenis tumbukan  Lenting sempurna e 1 HKE HKM  Lenting sebagian 0  e 1 HKM  Tidak lenting sama sekali e0 HKM h1 7. e h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1 h0 ho = tinggi benda mula-mula 8. hn  h0  e 2n hn = tinggi benda setelah pemantulan ke n E hilang = Ek sebelum tumbukan – Ek sesudah tumbukan 9. 1 2 1  2   2 m A v A  mB v B    m A  v A   mB  v B   1 1     2 =  2 2  2   2    21
  • 23. ELASTISITAS 1. F kx F = gaya pegas k = konstanta pegas 1 2. Ep  k  x2 luasan grafik F – x x = simpangan pada pegas 2 Ep = energi potensial 3 kp  k1  k 2 susunan paralel 1 1 1 4.   susunan seri ks k1 k 2 P F  L0 E   A  L 5. F = gaya tekan/tarik Lo = panjang mula-mula A = luas penampang yang tegak lurus gaya F ∆L = pertambahan panjang E = modulus elastisitas P = stress ε = strain 22
  • 24. FLUIDA Fluida Tak Bergerak m 1.  zat  v z 2.  relativ   air pada 40C 1 gr = 1000 kg  air cm 3 m3 m A  mB 3. c  v A  vB 4. h   z  g  h Fh   h  A 5.  z  g  h  A 6. Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang dipindahkan. FA   z  g  h 7. Terapung w  FA (jika dibenamkan seluruhnya)  w  FA dalam keadaan setimbang  bd  g  vb   z  g  v2 8. Melayang 23
  • 25. w1  w2   z  g v1  v2  9. Tenggelam w  FA ws  w  FA 10. Kohesi (K) Adhesi (A) 11. Kapilaritas 2 cos  y z  g  r Fluida Bergerak Vol 1. Q  Av t 2. Kontinuitas A1v1  A2 v2 1 1 3. Bernoully P1    g  h1    v12  P2    g  h2    v2 2 2 2 ρ = massa jenis m = massa v = volume A = luas permukaan P = daya tekan h = ketinggian dari dasar Q = Debit ρrelatif = massa jenis relatif 24
  • 26. GELOMBANG BUNYI GETARAN k = konstanta pegas 1. w W = berat k = x x = perubahan panjang pegas F = gaya pegas y = simpangan 2. Ep = energi potensial Emek = energi mekanik F=-k. Ek = energi kinetik 3. y = ½ ky2 Ep A = amplitudo t = waktu ω = kecepatan sudut 4. E mek = ½ kA2 m = massa T = periode k = konstanta 5. Ek = ½ k (A2-y2) l = panjang f = frekuensi λ = panjang gelombang Lo = panjang mula-mula 6. k ( A2  y 2 ) ∆L = perubahan panjang v= m n = nada dasar ke Vp = kecepatan pendengar Vs = kecepatan sumber bunyi 7. k  m 2 P = daya R1= jarak 1 R2 = jarak 2 8. y  A sin t 9. v  A cos t 10. a   2 A sin t 11. Ek  1 2 m 2 A2 cos 2 t 25
  • 27. 12. Ep  1 2 m 2 A2 sin 2 t 13. E mek  1 2 m 2 A2 m 14. T  2 k l 15. T  2 g GELOMBANG mekanik refleksi gel. gel. refraksi longitudinal transversal interferensi 1 Gelombang defraksi polarisasi 1 gel. elektromagnetik 1. v  f     vt  t x 2. y gel. berjalan = A sin 2    T   y diam ujung bebas   0 3. x  t L y  2 A cos 2 sin 2     T   1 y diam ujung terikat   4. 2 x  t L y  2 A sin 2 cos 2     T   26
  • 28. 5. F m v    E = modulus young E 6. v stress P F F  Lo  E   A  strain  L Lo A  L P v gas =   7. RT Cp =    M Cv BUNYI Gelombang Longitudinal nada > 20.000 Hz (Ultrasonic) keras / lemah tergantung Amplitudo Bunyi 20 Hz – 20.000 Hz desah < 20 Hz (Infrasonic) tinggi/rendah tergantung Frekuensi Nada Sumber 1. Dawai n  1P fn  n 1 v n  2s 2L ND 2 Pipa Organa Terbuka n  2P fn  n 1 v n  1s 2L 3. Pipa Organa Tertutup n  1P fn  2n  1 v n  1s 4L 27
  • 29. Sifat :  Refleksi (Pemantulan) v.tpp d 2  Resonansi ln = 2n  1 1  4  Interferensi (Percobaan Quinke)  memperkuat n  memperlemah n  1 1  2  Pelayangan (beat) Beat f layangan = fA  fB  Efek Doppler v  vP fP   fs v  vs  Intensitas P P I  A 4R 2 1 1 I1 : I 2  2 : 2 R1 R2  Taraf Intensitas (TI) I TI  10 log I 0  10 12 Watt m2 I0 dB 28
  • 30. SUHU DAN KALOR 01. C R F K Td 100 80 212 373 C = celcius R = reamur Air 100 80 180 100 F = fahrenheit tk= suhu dalam kelvin Tb 0 0 32 273 tc = suhu dalam celsius C:R:F=5:4:9 tK = tC + 273 Contoh : X Y Tb -20 40 X : Y = 150 : 200 =3:4 60 ? 4 (60 + 20) + 40 = … 3 Td 130 240 enaikkan suhu Sifat termal zat diberi kalor (panas) perubahan dimensi (ukuran) ubahan wujud 02. Muai panjang. ∆L = perubahan panjang = koefisien muai panjang L = Lo .  . t Lo = panjang mula-mula ∆t = perubahan suhu Lt = Lo ( 1 +  . t ) Lt = panjang saat to ∆A = perubahan luas 29
  • 31. Ao = luas mula-mula 03. Muai luas. β= koefisien muai luas ∆V = perubahan volume A = Ao .  . t Vo = Volume awal γ= koefisien muai volume At = Ao ( 1 +  . t ) 04. Muai volume. V = Vo .  . t Vt = Vo ( 1 + .  . t ) =2 } = Q = kalor =3 m = massa c= kalor jenis t = perubahan suhu 05. Q = m . c. t H = perambatan suhu 06. Q = H . t 07. H=m.c 08. Azas Black. T1 Qdilepas Qdilepas = Qditerima TA Qditerima T2 09. Kalaor laten Kalor lebur Q = m . Kl Kl = kalor lebur Kalor uap Q = m . Ku Ku = kalor uap 30
  • 32. 09. Perambatan kalor. Konduksi Konveksi Radiasi k . A.t H= H = h . A . t I = e .  . T4 l A = luas k = koefisien konduksi l = panjang bahan h = koefisien konfeksi I = Intensitas e = emitivitas bahan σ = konstanta Boltzman T = suhu 31
  • 33. LISTRIK STATIS q1 . q 2 01. Fk r2 1 k 4  0 = 9 x 10 9 Nm2/Coulomb2 0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2 F = gaya Q1 = muatan benda 1 Q2 = muatan benda 2 R = jarak benda 1 ke 2 Q 02. Ek r2 E = kuat medan listrik Q = muatan R = jarak 03. Kuat medan listrik oleh bola konduktor. Q Q ER=0. Es  k Ep  k R2 r2 Er = kuat medan listrik di pusat bola Es = kuat medan listrik di kulit bola Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola 32
  • 34. 04. Kuat medan disekitar pelat bermuatan.  Q  Ep   EP  2 0 A  0 σ = rapat muatan Ep = kuat medan listrik 1 1 05. WA B  k . Q. q.(  ) rB rA Q. q Q. q 1 Q. q Bila rA =  maka W~  B  k . ----- EP  k  . rB rB 4  0 rB Q 1 Q 06. V k  . rB 4  0 rB V = potensial listrik 07. WA B  q.(v B  v A ) 08. POTENSIAL BOLA KONDUKTOR. q q VO = VK = VL  k . VM  k. R r 09. HUKUM KEKEKALAN ENERGI 2q v2  2  v1  2  (V1  V2 ) m Q 10. C V 33
  • 35.  .A  A 11. C0 0 C d d K 0 A 12. C  C0 . K  d Q2 13. W 1 2 atau W  2 CV 2 1 C 14. Susunan Seri. - Q = Q1 = Q = Q = ..... s 2 3 - V = V + V + V + V +..... s ab bc cd de 1 1 1 1 -    ..... CS C1 C2 C3 15. Susunan paralel. - V = V1= V2 = V3 p - Qp = Q1 + Q2 + Q3 + ..... - Cp = C1 + C2 + C3 + ..... 34
  • 36. C1V2  C 2V2 16. VGAB  C1  C 2 C = kapasitas listrik Q = muatan listrik V = beda potensial Co = Kapasitas dalam hampa udara d = jarak antar dua keeping A = luas masing-masing keeping K = konstanta dielektrik W = energi kapasitor 35
  • 37. LISTRIK DINAMIS dq 01. i dt 02. dq = n.e.V.A.dt dq i  n. e.V . A Ampere dt i 03. J  n. e.V Ampere/m2 A 04. V A  VB i R L 05. R =  . A 06. R(t) = R0 ( 1 + .t ) 07. SUSUNAN SERI 36
  • 38.  i = i1 = i2 = i3 = ....  VS = Vab + Vbc + Vcd + ...  RS = R1 + R2 + R3 + ... 08. SUSUNAN PARALEL  VP = V1 = V2 = V3  i + i1 + i2 + i3 + .... 1 1 1 1     ... R p R1 R2 R3 09. Jembatan wheatstone RX . R2 = R1 . R3 R1 . R3 RX  R2 10. AMPEREMETER/GALVANOMETER . 1 RS  Rd Ohm n 1 37
  • 39. 11. V O L T M E T E R . Rv = ( n - 1 ) Rd Ohm . W=i2.r.t=V.i.t Joule 1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t Kalori dw 13. P  V .i (Volt -Ampere = Watt) dt 14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah sejumlah energi dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai. Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut. Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator. Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer : 1. Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen Volta. 2. Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator. misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll. b) Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu. Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan sebagai Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4. c) Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik. Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa. 38
  • 40. dW 15.  = ( Joule/Coulomb = Volt ) dq 16. i  Rr 17. disusun secara seri n. i n. r  R 18. disusun secara paralel i  r R m 39
  • 41. 19. Susunan seri - paralel n . i n .r  R m 20. TEGANGAN JEPIT K = i . R 21. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang ) i=0 i1 + i2 + i 3 = i 4 + i5 22. Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu )   +  i.R = 0 E : negatif E : positif arah arus berlawanan dengan arah loop diberi tanda negatif. I = kuat arus Ro = hambatan mula-mula q = muatan listrik α = koefisien suhu t = waktu P = daya v = kecepatan electron r = hambatan dalam 40
  • 42. n = jumlah electron per satuan volume ε = GGL e = muatan electron n = jumlah rangkaian seri A = luas penampang kawat m = jumlah rangkaian paralel V = beda potensial Rd = hambatan dalam R = hambatan K = tegangan jepit ρ = hambat jenis kawat Rv = tahanan depan 41
  • 43. MEDAN MAGNET  01. r   0  02. B A B 03. H  04. B   H   r.  o. H 05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu. Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta. Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu. Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat paramagnetik. Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu. Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico ) 06. Rumus Biot Savart.  0 I .d sin  dB = 4 r2  0 Weber k= = 10-7 4 A. m 07. Induksi magnetik di sekitar arus lurus  I 0 B= . 2  .a B B I   r . H= = = 2 . a 0 42
  • 44. 08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.  a. I . N  a2 . I. N B= 0 . . sin  1 atau B= 0 . 2 r2 2 r3 09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.  0 I. N B= . 2 a 1 0 . S ol e n o i d e Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide : B n I 0 Bila p tepat di ujung-ujung solenoide  B 0 n I 2 1 1 . T or o i d a B n I N n= 2 R 12. Gaya Lorentz F=BI  sin  F = B.q.v sin  13. Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang  I P IQ F 0 2  a 14. Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Listrik 43
  • 45. lintasan berupa : PARABOLA. q. E percepatan : a m Usaha : W = F . d = q . E .d Usaha = perubahan energi kin Ek = q . E .d mv2  2 mv1  q. E . d 1 21 2 2 15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E.  t v q. E  2 d  2 at 2  2 . 1 1 . m vX 2 Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik. v  v X  vY 2 2 q. E  v Y  a. t  . m vX Arah kecepatan dengan bidang horisontal  : vY tg   vX 16. Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Magnet Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN. mv jari-jari : R = B q 44
  • 46. 17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet  = B.i.A.N.Sin  μr = permeabilitas relative a = jari–jari lingkaran μ = permeabilitas zat r = jarak B = induksi magnet I = kuat arus ф = Fluks N = banyak lilitan H = kuat medan magnet l = panjang kawat A = luas bidang yang ditembus F = gaya Lorentz q = muatan listrik v = kecepatan partikel θ = sudut antara v dengan B R = jari-jari lintasan partikel 45
  • 47. IMBAS ELEKTROMAGNETIK d Perubahan fluks : Eind = -N dt di Perubahan arus : Eind = -L dt di1 di 2 GGL IMBAS Induktansi timbal balik : Eind1 = -M , Eind2 = -M dt1 dt 2 K a w a t m e m o t on g g a r i s g a y a : E i n d = B . l . v s i n  Kumparan berputar : Eind = N.B.A. sin t  L=N i o N 2 A L=  I N D U K T A NS I D I R I 1 2 M = N2 , M = N1 i1 i2  o N1 N 2 A M= (Induktansi Ruhmkorff)  Ideal : Np : Ns = Is : Ip TRANSFORMATOR Np : N s = Ep : Es Tidak ideal : Ps = Pp Eind = GGL induksi N = banyak lilitan B = induksi magnet A = luas bidang permukaan/kumparan θ = fluks magnet L = induktansi diri I = kuat arus Np = banyak lilitan kumparan primer Ns = banyak lilitan kumparan sekunder 46
  • 48. l = panjang solenoida Pp = Daya pada kumparan primer Ps = daya pada kumparan sekunder Ep = tegangan pada kumparan primer Es = tegangan pada kumparan sekunder ω = kecepatan sudut M = induktansi Ruhmkorff 47
  • 49. OPTIKA GEOMETRI Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar penglihat. Teori melihat benda Aristoteles : Menentang sinar-sinar penglihat. Al Hasan : Pancaran atau pantulan benda S i r I s a a k N e w t o n : T e o r i E mi s i “ S u mb e r c a h a y a me n y a l u r k a n Partikel yang kecil dan ringan berkecepatan tinggi. Christian Huygens : Teori Eter alam : cahaya pada dasarnya S a ma d e n g a n b u n y i , me r a mb a t me me r l u k a n me d i u m. T h o ma s Y o u n g d a n A u g u s t i n e F r e s n e l l : C a h a y a dapat lentur dan berinterferensi J ean Leo n Fo uc a ul t : C e p at ra mb at ca h a ya d i za t cair leb i h ke cil d ar ip ad a d i ud ar a. TEORI CAHAYA James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang elektromagnetik. Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang transversal karena Mengalami polarisasi. Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan magnet yang kuat. Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan listrik yang kuat. Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada. Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum cahaya. Albert Einstein : Teori dualisme cahaya. Cahaya se- bagai partikel dan bersifat gelombang Merupakan gelombang elektromagnetik. Tidak memerlukan medium dalam perambatannya Merambat dalam garis lurus 8 SIFAT CAHAYA K e c e p a t a n t e r b e s a r d i d a l a m v a k u m 3 . 1 0 m/ s Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di vakum. Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergan- tung pada pengamat. 48
  • 50. PEMANTULAN CAHAYA. 1 1 1 01.   f s s' s' h' 02. M=- =/ / s h 03. Cermin datar : R= sifat bayangan : maya, sama besar, tegak 360 n= -1  04. cermin gabungan d = s 1’ + s 2 Mtotal = M1.M2 Cermin cekung : R = positif Mengenal 4 ruang Sifat bayangan : benda di Ruang I : Maya, tegak, diperbesar Benda di Ruang II : Nyata, terbalik, diperbesar Benda di Ruang III: Nyata, terbalik, diperkecil Cermin cembung : R = negatif sifat bayangan : Maya, tegak, diperkecil PEMBIASAN/REFRAKSI. c  01. Indeks bias nbenda =  u nbenda > 1 vm m n1 v 2  2 n relatif medium 1 thdp medium 2 n12 =   n2 v1 1 02. benda bening datar n sin i = n’ sin r 03. kaca plan paralel (1) n sin i = n’ sin r (cari r) d (2) t= sin(i  r ) cos r 04. Prisma  (deviasi) umum (1) n sin i1 = n’ sin r1 (cari r1) (2)  = r1 + i2 (cari i2) (3) n’ sin i2 = n sin r2 (cari r2) (4)  = i1 + r2 -  minimum syarat : i1 = r2 n' 1  > 10 o sin ½ (min + ) = sin  n 2 49
  • 51. n' > = 10 o min = (  1)  n n n' n'  n 05. Permukaan lengkung.   s s' R n n' n'  n 06. Lensa tebal (1)   s1 s1' R1 (2)d = s1’ + s2 n' n n  n' (3)  '  s2 s2 R2 1 n' 1 1 07. Lensa tipis  (  1)(  ) f n R1 R2 1 1 1   f gab f1 f 2 Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 - Datar – cembung R1 = tak hingga , R2 - Cekung – cembung R1 - , R2 - Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 + Datar – cekung R1 = tak hingga , R2 + Cembung – cekung R1 + , R2 + 1 1 1 9. Lensa Konvergen (positif)   f s s' s' h' divergen (negatif) M=- =/ / s h 1 10. Kekuatan lensa (P) P= f dalam meter f 50
  • 52. 100 P= f dalam cm f n = banyak bayangan (untuk cermin datar) R = jari-jari bidang lengkung θ = sudut antara ke dua cermin λ = panjang gelombang cahaya f = jarak focus P = kekuatan lensa s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin h = tinggi benda h’ = tinggi bayangan m = perbesaran bayangan i = sudut datang r = sudut pantul n = indeks bias d = tebal kaca t = pergeseran sinar β = sudut pembias δ = deviasi 51
  • 53. ALAT-ALAT OPTIK Mata Emetropi (mata normal) pp = 25 cm ; pr =  Mata Myopi (mata dekat/rabun jauh) pp = 25 cm ; pr <  MATA Mata Hipermetropi (rabun dekat) pp > 25 cm ; pr =  Mata Presbiopi (mata tua) pp > 25 cm ; pr <  Kaca Mata lensa Negatif (Untuk orang Myopi) s =  dan s’ = -pr KACA MATA Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi) s = 25 cm dan s’ = -pp Sd Akomodasi max P= 1 f Ditempel dimata Sd Tanpa Akomodasi P= f LOUPE Berjarak d cm dari mata D = -s’ + d D = daya akomodasi Sd Sd Sd .d P=   f D D. f Sd = titik baca normal d = s’oby + sok 52
  • 54. Akomodasi max s ' oby Sd P=  (  1) soby fok MIKROSKOP d = jarak lensa obyektif - okuler Tanpa Akomadasi d = s’oby + fok s ' oby Sd P=  ( ) s oby fok Akomodasi max d = foby + sok f oby Sd  f ok P= ( ) f ok Sd TEROPONG BINTANG Tanpa akomodasi d = foby + fok f oby P= f ok Pp = titik jauh mata Pp = titik dekat mata s’ = jarak bayangan s = jarak benda ke lup P = kekuatan lensa d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler 53
  • 55. ARUS BOLAK-BALIK Osiloskop = mengukur tegangan max E=Emax. Sin .t Eefektif = yang diukur oleh voltmeter Emax = yang belum terukur Epp = dari puncak ke puncak ω = frekwensi anguler t = waktu Vmax = tegangan maksimum Imax = Arus maksimum T = periode V max Eefektif= 2 i max 1 T 2 2 T 0 Iefektif=  Iefektif = Imax{ sin ( )dt } 2 T Epp = 2.Emax I. Resistor pada DC-AC II. Induktor (L) pada DC-AC Xl = reaktansi induktif 54
  • 56. dim ax. sin  .t EL dt E  L. .i max . cos  .t Xl   .L (satuan XL = ohm) III. Capacitor pada DC-AC C = kapasitas kapasitor Q=C.V dQ dc.V Xc = reaktansi kapasitif i  dt dt c.dV max . sin  .t i dt i   .c.V max . cos  .t 1 XC = C (Satuan XC = 0hm) IV. R-L-C dirangkai seri 1. . Xl   .L 1 2. Xc   .C 3. Gambar fasor 4. Z  R 2  ( Xl  Xc ) 2 E 5. i  Z 55
  • 57. 6. Vab  i.R Vac  Vr 2  Vl 2 Vbc  i. Xl Vbd  Vl  Vc Vcd  i. Xc Vad  Vr 2  (Vl  Vc ) 2 7. Daya=Psemu.cos  R Daya=Psemu. Z Psemu = V.I (Volt Amper) a. Xl  Xc  RLC bersifat induktif V mendahului I dengan beda fase  b. Xl  Xc  RLC resonansi Z = R  kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil. 1 1 f  T  2 L.C 2 L.C c. Xc  Xl  RLC bersifat capasitif I mendahului V dengan beda fase  XL  XC 8. tg  = R Z = Impedansi θ = sudut fase L = induktansi diri f = frekwensi T = periode R = hambatan 56
  • 58. PERKEMBANGAN TEORI ATOM - Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat - Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel Yang lebih kecil. - Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain. - Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai Bentuk, ukuran dan massa yang sama. DALTON - Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain. - Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang berlainan dapat membentuk senyawa. - Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perban- Dingan tertentu. - Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam kedua senyawa itu sederhana. KELEMAHANNYA. - Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspe- Rimen. - Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul Satuan molekul juga disebut atom. - Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat ber- Tentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson - Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan Positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom. TEORI J.J THOMSON ATOM - Muatan positif dalam atom ini dinetralkan oleh elektron- Elektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan Positif. KELEMAHANNYA. - Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan ham- Buran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata na- Mun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM. 57
  • 59. - Atom terdiri dari muatan-muatan positif, di mana seluruh Muatan posoitif dan sebagian besar massa atom terkumpul ditengah-tengah atom yang disebut dengan INTI ATOM. - Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh beredar RUTHERFORD Lah elektron-elektron mengelilingi inti atom. - Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang me- ngelilingi inti, sehingga atom bersifat netral. KELEMAHANNYA. - Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom Atau tidak mendukung kemantapan atom. - Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu. Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan. SINAR KATODA Partikel bermuatan negatif Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda. - Memiliki energi - Memendarkan kaca - Membelok dalam medan listrik dan medan magnet. MODEL ATOM BOHR DIBUAT BERDASARKAN 2 POSTULATNYA YAITU : 1. Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan nh Stasioner ini adalah : mvr = 2 n disebut bilangan kwantum (kulit) utama. 2. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang ener- ginya tinggi, dan sebaliknya. e2 01. Ep = -k r e2 02. Ek = - ½ k r e2 03. Etotal = - ½ k r 58
  • 60. n2 h 04. r = ( )2 me k 2 2 05. r1 : r2 : r3 : … = 12 : 22 : 32 : … 1 1 1 06.  R(  2) R = tetapan Ridberg R = 1,097.10 7 m-1  nA 2 nB Deret Lyman nA = 1 nB = 2, 3, 4 …. Deret Balmer nA = 2 nB = 3, 4, 5, …. Deret Paschen nA = 3 nB = 4, 5, 6, …. Deret Brackett nA = 4 nB = 5, 6, 7, …. Deret Pfund nA = 5 nB = 6, 7, 8, …. max fmin nB = 1 lebihnya dari nA min fmax nB =  13,6 Energi stasioner E= eV n2 05. Energi 1 1 Energi Pancaran E = 13,6 ( 2  2 ) eV E = h.f (J) nA nB e = muatan electron r = jari-jari lintasan electron Ep = Energi potensial Ek = energi kinetic n = bilangan kuantum r = jari-jari lintasan electron λ = panjang gelombang h = tetapan Planck 59
  • 61. RADIOAKTIVITAS Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari. Dasar penemuan Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari. Penemu: Henry Becquerel Menghitamkan film Dapat mengadakan ionisasi Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu Sifat-sifat Merusak jaringan tubuh Daya tembusnya besar Sinar  Macam sinar Sinar  Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie Sinar  Urutan naik daya tembus: Sinar , Sinar , Sinar  Urutan naik daya ionisasi: Sinar  , Sinar , Sinar  x x x x x x x x x x x B  xxxxxxxxxxxx  xxxxxxxxxxxx 01. I = Io e-x ln 2 0,693 02. HVL nilai x sehingga I = ½ Io HVL =    03. Z X A N=A–Z 04. Deffect massa = (mproton + mnetron) – minti 60
  • 62. 05. Eikat inti = {(mproton + mnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma = {(mproton + mnetron) – minti }.c2 m dalam kg  ZXA Z-2XA-4 atau ZXA Z-2XA-4 +  06. Hukum Pergeseran  ZXA Z+ 1XA atau ZXA Z+ 1XA +  Jika memancarkan  tetap 0,693 ln 2 07. T =    08. R = . N 09. N = No.2-t/T E 10. D= m 11. Ereaksi = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).931 MeV m dalam sma. = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).c2 m dalam kg 12. Reaksi FISI Pembelahan inti berat menjadi ringan Terjadi pada reaktor atom dan bom atom Menghasilkan Energi besar < enerfi reaksi FUSI Dapat dikendalikan. Reaksi FUSI Penggabungan inti ringan menjadi inti berat Terjadi pada reaksi di Matahari dan bom hidrogen Tidak dapat dikendalikan. Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik) Tabung Sintilasi (pulsa listrik) 13. ALAT DETEKSI Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja) Emulsi film X = nama atom / unsure z = nomor atom a = nomor massa p = proton n = netron m = massa T = waktu paruh 61
  • 63. N = jumlah inti yang belum meluruh No = jumlah inti mula2 λ = konstanta peluruhan t = lamanya berdesintegrasi R = aktivitas radioaktif 62
  • 64. KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Momen: Momen Gaya : =F.l.sin  Momen Kopel : dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah, besarnya = F.d Kesetimbangan Translasi : Fx=0,Fy=0 Kesetimbangan Rotasi : =0 Kesetimbangan translasi dan Rotasi : F=0, =0 Kesetimbangan Stabil (mantap) : Apabila gaya dihilangkan, akan kembali ke kedudukan semula. Kesetimbangan (titik berat benda akan naik) Kesetimbangan Indeferen : Gaya dihilangkan, setimbang di tempat berlainan (titik berat benda tetap) Keseimbangan labil : Apabila gaya dihilangkan, tidak dapat kembali semula. (titik berat benda akan turun) TITIK BERAT BENDA Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ). a. Untuk benda linier ( berbentuk garis )  ln . x n  ln . y n x0  y0  l l b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka :  An . x n  An . y n x0  y0  A A c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga )  Vn . x n  Vn . y n x0  y0  V V Sifat - sifat: 1. Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada sumbu simetri atau bidang simetri tersebut. 2. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda. 3. Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya terletak pada garis potong kedua bidang tersebut. 63
  • 65. Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut. ΣFx = resultan gaya di sumbu x ΣFy = resultan gaya di sumbu y Σσ = jumlah momen gaya Tabel titik berat teratur linier Nama benda Gambar benda letak titik berat keterangan 1. Garis lurus x0 = 1 l z = titik tengah garis 2 2. Busur lingkaran tali busur AB y0  R  busur AB R = jari-jari lingkaran 3. Busur setengah lingkaran 2R y0   Tabel titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan 1. Bidang segitiga y0 = 1 t t = tinggi 3 z = perpotongan garis-garis berat AD & CF 64
  • 66. 2.Jajaran genjang, Belah ketupat, y0 = 1 t t = tinggi 2 Bujur sangkar z = perpotongan Persegi panjang diagonal AC dan BD 3. Bidang juring tali busur AB lingkaran y0  2 R  3 busur AB R = jari-jari lingkaran 4.Bidang setengah lingkaran 4R y0  3 R = jari-jari lingkaran Tabel titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan 1. Bidang kulit z1 = titik berat prisma z pada titik bidang alas tengah garis z1z2 y0 = z2 = titik berat 1 l bidang atas 2 l = panjang sisi tegak. 2. Bidang kulit t = tinggi silinder. y0 = 1 t silinder 2 ( tanpa tutup ) R = jari-jari A = 2  R.t lingkaran alas A = luas kulit silinder 65
  • 67. 3. Bidang Kulit limas T’z = 1 T’ T T’T = garis 3 tinggi ruang 4. Bidang kulit kerucut zT’ = 1 T T’ T T’ = tinggi 3 kerucut T’ = pusat lingkaran alas 5. Bidang kulit setengah bola. y0 = 1 R R = jari-jari 2 Tabel titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan 1. Prisma z pada titik tengah z1 = titik berat beraturan. garis z1z2 bidang alas y0 = 1 l z2 = titik berat 2 bidang atas V = luas alas kali l = panjang sisi tinggi tegak V = volume prisma 66
  • 68. 2. Silinder Pejal y0 = 1 t t = tinggi silinder 2 R = jari-jari V =  R2 t lingkaran alas 3. Limas pejal T T’ = t = tinggi beraturan y0 = 1 T T’ limas beraturan 4 1 = 4 t V = luas alas x tinggi 3 4. Kerucut pejal t = tinggi kerucut y0 = 1 t R = jari-jari lingkaran 4 alas V= 1 3  R2 t 5. Setengah bola pejal y0 = 3 R R = jari-jari bola. 8 67
  • 69. TEORI KINETIK GAS GA S I D E A L 1. Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul ) dalam jumlah yang besar sekali. 2. Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang. 3. Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil. 4. Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga ukurtan partikel dapat diabaikan. 5. Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan. 6. Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna, partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar. 7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku. N 01. n N0 v 3kT 02. ras = m M R 03. m dan k N N0 04. v 3RT ras = M 05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan : v v 1 1 ras1 : ras2 = : M1 M2 06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan : v v ras1 : ras2 = T1 : T2 2L 07. t Vras N m V 2 ras 08. F . 3 L 68
  • 70. N m V 2 ras 1 09. P . atau P  V 2 ras 3 V 3 2 N 2 N 10. P . 1 2 mV 2 ras  . Ek 3V 3V 11. P . V = K’ . T atau P . V = N. k .T k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K N 12. P . V = n R T dengan n N0 R = 8,317 joule/mol.0K = 8,317 x 107 erg/mol0K = 1,987 kalori/mol0 K = 0,08205 liter.atm/mol0K R P R. T P. Mr 13. P T atau  atau   T Mr  Mr R. T P1 .V1 P2 .V2 14.  T1 T2 Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac. 3 15. Ek  Nk .T 2 P = tekanan gas ideal N = banyak partikel gas m = massa 1 pertikel gas V = volume gas v = kecepatan partikel gas n = jumlah mol gas No = bilangan Avogadro R = tetapan gas umum M = massa atom relatif k = tetapan boltzman Ek = energi kinetic vras = kecepatan partikel gas ideal ρ = massa jenis gas ideal T = suhu 69