3. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal pikiran dan
kemampuan berinteraksi secara individu maupun sosial.
Pada prinsipnya manusia tidak dapat hidup sendiri dan karena itu
manusia membutuhkan orang lain.
Realitas masyarakat merupakan kenyataan dinamis dari berbagai cara
pandang dan variasi perilaku individu.
Manusia adalah creator kehidupan sosial yang potensial dalam
melakukan tindakan sesuai dengan keinginan masing-masing.
4. Interakasi sosial ada 3, yaitu:
1. Interaksi antara individu yang satu dengan yang lain.
2. Interaksi antara satu individu dengan kelompok individu.
3. Interaksi antara kelompok individu dengan kelompok
individu lain.
Basis sosial dalam aktivitas manusia ada 4, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Komunitas
4. Lingkungan Agama
5. Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar
individu yang satu dengan individu yang lain, saling
mempengaruhi dan didasarkan pada kesadaran untuk saling
menolong.
Manusia sebagai makluk sosial, memiliki naluri untuk hidup
dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup
dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia
juga disebut social animal.
6. Dua hasrat atau keinginan pokok manusia, yaitu:
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya.
7.
8. Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang
berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh.
Menurut Soerjono Soekanto (2005), kontak sosial dapat
berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
a) Antara orang perorangan.
b) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok
manusia atau sebaliknya.
c) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok
manusia lainnya.
9. Komunikasi merupakan upaya memberikan informasi kepada orang lain
dalam wujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap dan
perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh individu tersebut.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam
penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya,
dapat ditafsirkan sebagai keramahtamahan, sikap bersahabat atau
bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan.
Komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar
kelompok.
10. Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa hal yang perlu kita sikapi
dan terapkan agar keselarasan dalam keragaman hubungan sosial
dapat terwujud, antara lain:
1) Mematuhi sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
2) Beradaptasi atau menyesuaikan diri dalam perkataan dan
tindakan kita dengan nilai dan norma yang berlaku.
3) Mengikuti aturan yang berlaku.
4) Saling menghargai antara sesama manusia.
5) Berusaha untuk mengerti dan memahami keragaman identitas
yang ada dalam masyarakat.
12. Relasi atau hubungan sosial terdiri dari dua bentuk, yakni:
1. Relasi sosial asiosiatif
Relasi sosial asiosiatif adalah proses yang membentuk
kerjasama, akomodasi dan asimilasi.
2. Relasi sosial disiosiatif.
Relasi sosial disiosiatif adalah proses yang membentuk
persaingan, pertentangan dan perselisihan atau
pertikaian.
13. Bentuk-bentuk dari relasi sosial asiosiatif, yakni:
a) Kerjasama (Cooperation)
b) Akomodasi (Accomodation)
c) Asimilasi (Assimilation)
14. Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerjasama
merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok.
Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama
antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan
terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok
lainnya (out-group-nya).
15. Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, ada lima
bentuk kerjasama, yaitu:
1) Kerukunan.
2) Bargaining
3) Ko-optasi (Co-optation)
4) Koalisi (Coalition)
5) Joint-ventrue
16. Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu
untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk
menunjuk pada suatu proses.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu
pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk
menggambarkan suatu proses dalam hubungan-
hubungan sosial.
17. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan
situasi yang dihadapinya, seperti:
1) Untuk mengurangi pertentangan antar indvidu
dengan individu atau kelompok dengan kelompok
sebagai akibat perbedaan paham.
2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk
sementara waktu.
3) Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antara
kelompok-kelompok sosial.
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-
kelompok sosial yang terpisah.
19. Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut.
Proses asimilasi timbul, apabila ada:
(1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya.
(2) Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi
saling bergaul secara langsung dan intensif untuk
waktu yang lama.
(3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok
manusia tersebut masing-masing berubah dan
saling menyesuaikan diri.
20. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya
suatu proses asimilasi, sebagai berikut:
1) Toleransi.
2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang
ekonomi.
3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam
masyarakat.
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6) Perkawinan campur (amalgamation).
7) Adanya musuh bersama di luar.
21. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu proses
asimilasi, sebagai berikut:
1) Terisolasi kehidupan suatu golongan tertentu dalam
masyarakat.
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang
dihadapi.
4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok
tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau
kelompok lainnya.
5) Perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah.
6) In-group feeling yang kuat.
7) Golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari
golongan mayoritas dan yang memiliki kuasa.
8) Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi
22. Relasi sosial disosiatif sering disebut sebagai oppositional
processes, sama halnya dengan kerjasama.
Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan
seseoran atau sekelompok manusia, untuk mencapai tujuan
tertentu.
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau
proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk,
yaitu:
a) Persaingan (competition)
b) Kontravensi (contravention)
c) Pertentangan atau Pertikaian (conflict)
23. Persaingan adalah suatu proses sosial, di mana individu
atau kelompok-kelompok saling bersaing.
Ada beberapa bentuk persaingan, diantaranya:
1) Persaingan Ekonomi
2) Persaingan Kebudayaan
3) Persaingan Kedudukan dan Peranan
4) Persaingan Ras
24. Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat memiliki
beberapa fungsi, antara lain:
1) Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau
kelompok yang bersifat kompetitif.
2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta
nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat
perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka
yang bersaing.
3) Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar
seks dan sosial .
4) Alat untuk menyaring para warga golongan karya
(fungsional) yang akhirnya akan menghasilkan
pembagian kerja yang efektif.
25. Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian.
Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese
dan Howard Becker dalam Soekanto Soerjono (2005),
ada 5, yaitu:
1) Yang Umum
2) Yang Sederhana
3) Yang Intensif
4) Yang Rahasia
5) Yang Taktis
26. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial
di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan
ancaman atau kekerasan.
Peyebab terjadinya pertentangan, yaitu:
1) Perbedaan individu-individu
2) Perbedaan kebudayaan
3) Perbedaan kepentingan
4) Perbedaan sosial
27. Bentuk-bentuk pertentangan antara lain:
1) Pertentangan pribadi
2) Pertentangan rasial
3) Pertentangan antara kelas-kelas sosial
4) Pertentangan politik
5) Pertentangan yang bersifat internasional
29. Suatu hubungan sosial atau relasi sosial antar sesama
manusia yang tercipta dalam masyarakat adalah kekuatan
untuk terus membangun harmoni hidup.
Faktor-faktor yang dapat menghambat terjalinnya interaksi
sosial yang berakibat pada relasi sosial, antara lain:
1) Faktor imitasi
2) Faktor sugesti
3) Faktor identifikasi
4) Faktor simpati
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36. Relasi sosial merupakan salah satu aspek yang sangat
berperan penting dalam kehidupan manusia. Untuk
menciptakan relasi sosial antar sesama manusia, maka
proses awal yang harus dilakukan adalah melalui interkasi
sosial. Interaksi sosial terjadi dengan melibatkan dua
individu atau kelompok.
Dalam membangun relasi sosial, terdapat dua proses atau
dua bentuk relasi sosial, yakni relasi sosial asiosiatif dan
relasi sosial disiosiatif. Kedua bentuk relasi sosial ini
memiliki kekhasan masing-masing. Dalam membangun
relasi sosial, terdapat faktor-faktor yang dapat
memengaruhi terjalinnya relasi sosial, yakni imitasi,
sugesti, identifikasi dan simpati.
37. Sekian dan Terima Kasih…
Tuhan Yesus Berkati…
By
Yamres Pakniany
✝☺♥ ♪♫✝