Banyak ahli yang merumuskan pengertian pengembangan kurikulum, menurut Miller dan Seler (1985:3) pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan yang umum. Misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakekat kurikulum dan lainnya. Sementara itu Proses pengembangan kurikulum menurut Sagala (2000:232) ialah kebutuhan untuk menspesifikasi peranan-peranan lulusan menggambarkan kemampuan dan keterampilan yang harus dilaksanakan dalam bidang tertentu.
Banyak ahli yang merumuskan pengertian pengembangan kurikulum, menurut Miller dan Seler (1985:3) pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan yang umum. Misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakekat kurikulum dan lainnya. Sementara itu Proses pengembangan kurikulum menurut Sagala (2000:232) ialah kebutuhan untuk menspesifikasi peranan-peranan lulusan menggambarkan kemampuan dan keterampilan yang harus dilaksanakan dalam bidang tertentu.
Modul ini membahas tentang latar belakang dan konsep dasar asesemen alternatif, bentuk asesmen kinerja, asesmen portofolio, dan pengembangan alat ukur afektif.
Perbedaan evaluasi formatif dan sumatif berdasarkan referensi berikut:
Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., Worthen, B. R. Program evaluation: Alternative approaches and practical guidelines (4th ed.). Boston: Pearson
Modul ini membahas tentang latar belakang dan konsep dasar asesemen alternatif, bentuk asesmen kinerja, asesmen portofolio, dan pengembangan alat ukur afektif.
Perbedaan evaluasi formatif dan sumatif berdasarkan referensi berikut:
Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., Worthen, B. R. Program evaluation: Alternative approaches and practical guidelines (4th ed.). Boston: Pearson
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Dedy Wiranto
Sebelum membahas model pengembangan instruksional, perlu dipahami dulu apa itu pengembangan instruksional. Pengembangan instruksional merupakan terminalogi yang berkembang sejak tahun 1970, dimana Indonesia mulai popular menggunakan PPSI
( Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).
Merangkum dan mengkaji pendapat Clarence Schauer (1971), Hamreus (1971), Buhl (1975), Twelker, Urbach dan Buck (1972), Reigeluth (1978) dan AT&T pengertian pengembangan instruksional adalah proses yang sistematis dalam mencapai tujuan instruksional secara efektif dan efisien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan instruksional tersebut untuk menentukan apanya yang harus dievaluasi.
Pengembangan instruksional dan desain instruksional secara konseptual dapat dipilah bidang garapannya. Proses desain dimulai dari identifikasi masalah dan diakhiri dengan indentifikasi bahan dan strategi instruksional. Sedangkan proses pengembangan dimulai dengan memilih atau mengembangkan bahan instruksional dan menuangkannya ke dalam strategi instruksional yang telah didesain kemudian diakhiri dengan mengevaluasi strategi berikut bahan instruksional tersebut untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensinya.
2. KONSEP PENGEMBANGAN MODEL
• Kata model dalam kamus Bahasa Indonesia
diartikan sebagai ragam, dan cara yang terbaik.
• Prawiradilaga mengartikan ”model sebagai
tampilan grafis, presodur kerja yang teratur atau
sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat
uraian atau penjelasan berikut saran”.
Dewi Salma Prawiradilaga. Prinsip Desain Pembelajaran (Instructional
Design Principles) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.
33.
3. Sedangkan Smith Mengemukakan bahwa “Model
adalah sebuah gambaran mental yang membantu
seseorang dalam memahami sesuatu yang tidak
bisa dilihat dan dialami secara langsung”.
Mark K Smith. Teori Pembelajaran & Pengajaran
Terjemahan Abdul Qodir Shaleh (Yogyakarta: Mirza Media
Pustaka, 2010), h. 73.
4. • Sedangkan menurut Putra “model
pengembangan merupakan dasar produk
yang akan dihasilkan, yang dapat berupa
model prosedural, model konseptual, dan
model teoritik”.
Nusa Putra. Research & Development, Penelitian dan
Pengembangan: Suatu Pengantar (Jakarta: Raja
Grafindo, 2011), h. 133.
5. Model Dick and Carey
Model Dick and Carey adalah model desain
Instruksional yang dikembangkan oleh Walter
Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini
adalah salah satu dari model prosedural, yaitu
model yang menyarankan agar penerapan prinsip
disain instruksional disesuaikan dengan langkah-
langkah yang harus di tempuh secara berurutan
6. Steps of System Aproach Model of Educational
Research and Development
Identify
Instructional
Goal (s)
Conduct
Instructional
Analysis
Analyze
Learners and
Contexts
Write
Performance
Objectives
Revise
Instruction
Develop
Assessment
Instrument
Develop
Instructional
Strategy
Develop
and Select
Instructiona
l Materials
Design and
Conduct
Formative
Evaluation
of Instruction
Design and
Conduct
summative
Evaluation
Step 1
Step 2
Step 4
Step 4 Step
5
Step 9
Step 6 Step 8Step 7
Step 10
Source: Adapted from Figur 6 on pp. xxii-1 in: Dick, W., Carey, L., & Carey, J.
O (2005). The systematic design of instruction (6th ed.). New York: Allyn &
Bacon, Published by Allyn and Bacon, Boston, MA. Copyright 2005 by
Pearson Education. Adapted with permission from the publisher.
7. Komponen merupakan langkah-langkah
utama dari model desain sistem
pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick
and Carey terdiri atas:
(1) mengidentifikasi tujuan instruktional; (2) melakukan analisis
instruktional; (3) menganalisis karakteristik mahasiswa dan kontek; (4)
merumuskan tujuan instruktional khusus; (5) mengembangkan
instrument penilaian; (6) mengembangkan strategi instruktional; (7)
mengembangkan dan memilih bahan instruktional yang sesuai; (8)
merancang dan melakukan evaluasi formatif; (9) melakukan revisi
pembelajaran, dan (10) merancang dan melakukan evaluasi sumatif.
Walter Dick, Lou Carey, and James O Cerey, The Sistematic Design of
Insruction: Sixth Edition (New York: Pearson, 2005) h. 1.
8. (1) Identifikasi Tujuan (Identity Instructional
Goal(s)).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa
yang diinginkan agar siswa dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan
program instruksional. Tujuan instruksional
mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari
analisis kinerja (performance analysis), dari
penilaian kebutuhan (needs assessment), dari
pengalaman praktis dengan kesulitan belajar
siswa, dari analisis orang-orang yang
melakukan pekerjaan (Job Analysis), atau dari
persyaratan lain untuk instruksi baru.
9. (2) Melakukan Analisis Instruksional
(Conduct Instructional Analysis)
Proses analisis instruksional adalah untuk
menentukanketerampilan, pengetahuan,
dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku
masukan (entry behaviors), yang diperlukan
siswa untuk dapat memulai instruksional.
Peta konsep akan menggambarkan
hubungan di antara semua keterampilan
yang telah diidentifikasi.
10. (3) Analisis Siswa dan Lingkungan (Analyze
Learners and Contexts)
Pada langkah ini, dilakukan analisis siswa,
analisis konteks di mana mereka akan
belajar, dan analisis konteks di mana
mereka akan menggunakannya.
Keterampilan siswa, pilihan, dan sikap yang
telah dimiliki akan digunakan untuk
merancang strategi instruksional.
11. (4) Merumuskan Tujuan Performansi (Write
Performance Objectives)
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal
dari keterampilan yang diidentifikasi
dalam analisis instruksional, keterampilan
yang harus dipelajari, kondisi di mana
keterampilan yang harus dilakukan, dan
kriteria untuk kinerja yang sukses.
12. (5) Pengembangan Tes Acuan Patokan
(Develop Assessment Instruments)
Berdasarkan tujuan performansi yang telah
ditulis, langkah ini adalah mengembangkan
butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan
patokan) untuk mengukur kemampuan
siswa seperti yang diperkirakan dari tujuan.
Penekanan utama berkaitan diletakkan pada
jenis keterampilan yang digambarkan dalam
tujuan dan penilaian yang diminta
13. (6) Pengembangan Siasat Instruksional
(Develop Instructional Strategy)
Bagian-bagian siasat instruksional
menekankan komponen untuk
mengembangkan belajar siswa termasuk
kegiatan prainstruksional, presentasi isi,
partisipasi peserta didik, penilaian, dan
tindak lanjut kegiatan.
14. (7) Pengembangan atau Memilih Material
Instruksional (Develop and Select
Instructional Materials).
Ketika kita menggunakan istilah bahan
instruksional kita sudah termasuk segala
bentuk instruksional seperti panduan guru,
modul, overhead transparansi, kaset
video, komputer berbasis multimedia, dan
halaman web untuk instruksional jarak
jauh.
15. (8) Merancang dan Melaksanakan Penilaian
Formatif (Design and Conduct
Formative Evaluation of Instruction).
Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu
penilaian satu-satu, penilaian kelompok
kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap
jenis penilaian memberikan informasi
yang berbeda bagi perancang untuk
digunakan dalam meningkatkan
instruksional. Teknik serupa dapat
diterapkan pada penilaian formatif terhadap
bahan atau instruksional di kelas.
16. (9) Revisi Instruksional (Revise Instruction)
Strategi instruksional ditinjau kembali dan
akhirnya semua pertimbangan ini
dimasukkan ke dalam revisi instruksional
untuk membuatnya menjadi alat
instruksional yang lebih efektif.
17. (10) Merancang dan Melaksanakan Evaluasi
Sumatif (Design and Conduct
Summative Evaluation)
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan
dasar untuk menulis perangkat yang
dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya
divalidasi dan diujicobakan/
diimplementasikan di kelas dengan evaluasi
sumatif.
18. MODEL ASSURE
Sharon E. Smaldino, Debaroh L. Lowther,
dan James D. Russel mengemukan model
desain pembelajaran yang lain,
dikembangkan untuk menciptakan aktivitas
pembelajaran yang efektif dan efisien,
khususnya pada kegiatan pembelajaran
yang mengunakan media dan teknologi.
19. Gambar Model ASURE
Sumber: Sharon E. Smaldino, Debaroh L, Sharon., James D.
Russel, Instructional Technology and Media for Learning.(New
Jersey: Pearson, 2008), h. 86
20. Untuk lebih memenuhi model ASSURE, berikut ini
dikemukakan deskripsi dari setiap komponen yang terdapat
dalam model tersebut yaitu (1) analisis karakteristik
mahasiswa (analyze Leaners); (2) menetapkan tujuan
pembelajaran (state standar and objectives); (3) seleksi
media, metode dan bahan (select stratigies, technologies,
technology, media dan materials); (4) memanfaatkan
bahan ajar (utilize technology, media and material); (5)
melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran (recuire
learner participation); dan (6) evaluasi dan revisi (evaluate
and revise).
21. Model ADDIE
Gambar Model ADDIE
Sumber: Dewi Salma Prawiradilaga. Prinsip Desain
Pembelajaran: Instructional Design Principles (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 21.
22. • Model pengembangan desain sistem
pembelajaran ADDIE, adalah model yang
melibatkan tahap-tahap pengembangan
model dengan 5 (lima) langkah atau fase
pengembangan meliputi: (A)nalysis,
(D)esign, (D)evelopment, dan (E)valuate.
Model ini merupakan model desain sistem
pembelajaran sederhana dan mudah
dipelajari.
24. • Model Pengembangan Instruktional (MPI) berikut ini
menunjukkan langkah-langkah dalam menyusun sistem
instruktional yang digunakan. Pertama, tahap
mengidentifikasi diuraikan menjadi tiga langkah sebagai
berikut (1) mengidentifikasi kebutuhan instruktional dan
menulis tujuan instruktional umum; (2) menulis tes acuan
patokan; (3) menyusun strategi instruktional; dan (4)
mengembangkan bahan instruktional. Kedua, tahap
mengevaluasi dan merevisi adalah mendesain dan
melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk di
dalamnya kegiatan merevisi.
27. 2. Tahap Formative Evaluation
1) Self Evaluation
a. Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis pendahuluan meliputi
analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat
atau bahan yang akan dikembangkan.
b. Desain
Pada tahap ini dilakukan pendesainan perangkat yang
akan dikembangkan, meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan,
dan metode yang akan di kembangkan. Kemudian hasil
desain yang telah diperoleh divalidasi dengan teknik
validasi yang telah ada, misalnya menggunakan teknik
triangulasi data.