Perbedaan evaluasi formatif dan sumatif berdasarkan referensi berikut:
Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., Worthen, B. R. Program evaluation: Alternative approaches and practical guidelines (4th ed.). Boston: Pearson
Penelitian ini dilakukan pada seluruh relawan PNPM-MP di BKM Amanah sebanyak 50 orang relawan tidak termasuk pengurus. Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory) yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Selanjutnya teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik populasi, dimana sampel diambil berdasarkan populasi yang ada secara menyeluruh. Teknik analisis data yang digunakan antara lain uji validitas, uji reliabilitas, uji F dan uji t.
Penelitian ini dilakukan pada seluruh relawan PNPM-MP di BKM Amanah sebanyak 50 orang relawan tidak termasuk pengurus. Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory) yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Selanjutnya teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik populasi, dimana sampel diambil berdasarkan populasi yang ada secara menyeluruh. Teknik analisis data yang digunakan antara lain uji validitas, uji reliabilitas, uji F dan uji t.
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Semarang.
Follow saya di Instagram:
http://instagram.com/alvian.indonesia
SUBSCRIBE Youtube saya:
https://youtube.com/c/AlvianIndonesia
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Wulandari Rima Kumari
The purpose of this study is to determine the significance of the influence of the leadership, organizational culture and work environment to employee performance and job satisfaction as an intervening variable. The research population is all employees in the District of the City of Tarakan, with a sample of 128 employees. Data analysis method used in this research is path analysis.The research findings show that leadership, organizational culture and work environment had positive and significant impact on employee performance. The second discovery revealed that the leadership, work environment and job satisfaction held significant positive effect on employee performance, whereas the organizational culture had significant negative effect on employee performance. Results of path analysis showed that:(1) Job satisfaction is proven as an intervening variable between leadership a direct influence on employee performance is more dominant than the indirect effect. (2) Job satisfaction is proven as an intervening variable indirect influence of organizational culture on employee performance is more dominant than the direct effect. (3) Job satisfaction is proven as an intervening variable indirect influence among the working environment is more dominant than the direct effect.
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Semarang.
Follow saya di Instagram:
http://instagram.com/alvian.indonesia
SUBSCRIBE Youtube saya:
https://youtube.com/c/AlvianIndonesia
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Wulandari Rima Kumari
The purpose of this study is to determine the significance of the influence of the leadership, organizational culture and work environment to employee performance and job satisfaction as an intervening variable. The research population is all employees in the District of the City of Tarakan, with a sample of 128 employees. Data analysis method used in this research is path analysis.The research findings show that leadership, organizational culture and work environment had positive and significant impact on employee performance. The second discovery revealed that the leadership, work environment and job satisfaction held significant positive effect on employee performance, whereas the organizational culture had significant negative effect on employee performance. Results of path analysis showed that:(1) Job satisfaction is proven as an intervening variable between leadership a direct influence on employee performance is more dominant than the indirect effect. (2) Job satisfaction is proven as an intervening variable indirect influence of organizational culture on employee performance is more dominant than the direct effect. (3) Job satisfaction is proven as an intervening variable indirect influence among the working environment is more dominant than the direct effect.
Model Logik merupakan salah satu alat yang berasaskan Teori Program yang digunakan untuk menilai sesebuah program. Model logik merupakan satu kaedah yang jelas dan sistematik untuk menunjukkan hubung kait antara sumber yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu program, aktiviti yang dilaksanakan dengan perubahan atau hasil yang diharapkan untuk dicapai.
Article Review: How to win the battle of ideas win corporate social responsib...Muhammad Bahrudin
Masoud, N. (2017). How to win the battle of ideas in corporate social responsibility: the International Pyramid Model of CSR. International Journal of Corporate Social Responsibility, 2(4), 1-22. doi:10.1186/s40991-017-0015-y
---
- Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (corporate social responsibility/CSR) berkembang dari waktu ke waktu.
- Cara penerapannya berbeda di setiap negara.
- CSR direpresentasikan menjadi payung untuk beragam masalah yang semakin penting bagi kinerja bisnis di tingkat global.
- Tujuan makalah Najeb Masoud: melacak asal usul konsep CSR; menciptakan kerangka teoretis untuk penggunaan internasional; dan memberi manfaat untuk penerapan di negara berkembang dan negara maju.
Presentasi ini membahas tentang; 1) Ketidakpastian, risiko, dan standar; 2) Penerapan Business Continuity Management System (BCMS); dan 3) Mengelola ketidakpastian dan masa depan perpustakaan dengan standar.
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...Muhammad Bahrudin
Prinsipnya teori pembangunan dunia ketiga ini adalah teori-teori yang berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara miskin/berkembang. Negara-negara ini disebut dengan negara dunia ketiga, yang identik dengan negara agraris dan negara tradisional. Dan ternyata, proses pemiskinan di negara dunia ketiga ini disinyalir akibat kontak dengan negara-negara maju (barat) dalam proses pembangunannya.
3 Teori ini akan dibahas pada Bab ini untuk menjelaskan sudut pandang pembangunan negara dunia ketiga yaitu;
- Teori Modernisasi yang melihat bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor internal negara yang bersangkutan;
- Teori Ketergantungan, yang memaknai kemiskinan sebagai akibat kekuatan-kekuatan dari luar; dan
- Teori Sistem Dunia, yang melihat bahwa dunia hanya sebagai satu sistem ekonomi yaitu kapitalis.
Referensi bahasan ini adalah buku "Sosiologi Perubahan Sosial" karya Nanang Martono pada Bab 5 tentang Teori Pembangunan Dunia Ketiga.
Mendefinisikan Ulang Keterampilan dan Kompetensi Pustakawan untuk Mendukung E...Muhammad Bahrudin
Pertumbuhan ekonomi suatu negara berkorelasi dengan ekosistem bisnis yang baik, termasuk perkembangan investasi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia terutama di masa pandemi COVID-19 untuk mendorong peningkatan investasi mulai dari deregulasi dengan disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja atau dikenal sebagai omnibus law dan peraturan turunannya dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Salah satu implementasi dari upaya deregulasi tersebut adalah pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di Kementerian Investasi/BKPM sebagai sentra layanan terintegrasi untuk kegiatan perizinan dan nonperizinan terkait investasi baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam hal ini ikut andil sebagai lembaga yang menyediakan konter layanan di PTSP Pusat dalam rangka memberikan dukungan layanan di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK). Implikasinya adalah BSN membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten untuk mendukung layanan tersebut. Saat ini personel yang bertugas di PTSP Pusat tersebut adalah pustakawan. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pustakawan untuk mendukung ekosistem investasi di Indonesia melalui layanan PTSP Pusat. Desain penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Pada makalah ini penulis berfokus pada kasus pustakawan BSN yang ditugaskan sebagai liaison officer di PTSP Pusat. Temuan dalam kajian ini diantaranya ialah pustakawan di perpustakaan khusus perlu untuk meningkatkan dan mengadopsi 11 (sebelas) keterampilan dan kompetensi yang relevan dengan tugas dan fungsi lembaga, serta ekosistem investasi untuk menghasilkan kinerja pustakawan yang optimal bagi lembaga induk dan juga masyarakat secara umum. Keterampilan dan kompetensi tersebut diantaranya terkait; subject specialist di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK), pengetahuan dan pemahaman ekosistem industri dan investasi di Indonesia, aspek legal dan kebijakan investasi di Indonesia, literasi data, mengidentifikasi segmentasi dan kebutuhan pengguna, akuisisi teknologi, temu kembali informasi, komunikasi asertif, kemas ulang informasi, literasi hak cipta, dan mengevaluasi program.
Menilai Dampak Perpustakaan Menggunakan ISO 16439:2014 (Tinjauan Umum)Muhammad Bahrudin
Mengidentifikasi dampak perpustakaan memang proses yang kompleks. ISO 16439 ini menyediakan pedoman bagi perpustakaan mengenai metode untuk menilai dampak dan nilai manfaat perpustakaan, bagi individu, kelompok dan masyarakat.
Kemudian, ketika melakukan kajian dampak sangat penting untuk secara jelas dan terperinci menentukan bidang mana dampak yang akan diidentifikasi, dan jenis data apa saja yang diperlukan.
Semoga materi ini menjadi titik awal yang berguna untuk proyek penelitian lanjutan terkait subjek "penilaian dampak perpustakaan".
*Dipresentasikan pada Webinar dan Knowledge Sharing Kepustakawanan II 2020 dengan tema “Manejemen dan Akuntabilitas Perpustakaan Berbasis Standar” yang diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan LPNK Ristek dan Badan Standardisasi Nasional, secara daring melalui Aplikasi Zoom, 15 Desember 2020
Perpustakaan BSN mengintegrasikan pengelolaan repositorinya dengan implementasi Sistem Manajemen Mutu berbasis SNI ISO 9001:2015, sehingga dalam pelaksanaannya merupakan satu kesatuan yang berjalan secara berkelanjutan.
Pengenalan Implementasi ISO 20121:2012 Event Sustainability Management System...Muhammad Bahrudin
Di dunia standar, telah dikenal ISO 20121:2012, Event sustainability management systems – Requirements with guidance for use yang digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengelola acara dengan mengedepankan tiga dimensi berkelanjutan yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Implementasi standar ini semakin urgen mengingat seiring perkembangan zaman, suatu organisasi dituntut harus menunjukkan dampak kegiatan (acara/event) mereka terhadap masyarakat dan lingkungan serta efektivitas kinerja keuangannya. Makalah ini berupa gagasan yang akan memberikan pengenalan kepada dunia kepustakawanan Indonesia mengenai adanya standar yang dapat diimplementasikan menjadi kerangka kerja suatu konsep Sustainable Librarianship Event.
Baca artikel lengkapnya melalui https://s.id/pengenalanISO20121
Memaparkan perjalanan dan pengalaman saya dalam membranding diri sebagai seorang "Pustakawan Data" di lembaga pemerintah. Saya mengungkapkan bisnis proses seorang pustakawan data, tantangan yang dihadapi dan karakter utama yang perlu dimiliki oleh seorang pustakawan data (data librarian)
SNI Dalam Angka 2018 - Edisi Aprilmenyajikan informasi terkait ketersediaan SNI berdasarkan berbagai jenis klasifikasi yang akan bermanfaat bagi dunia industri, akademik, maupun basis informasi secara umum untuk masyarakat.
Pada edisi 2018 ini, tersedia data SNI sesuai dengan 10 Produk Unggulan Indonesia.
SNI Dalam Angka 2017 - Edisi Januarimenyajikan informasi terkait ketersediaan SNI berdasarkan berbagai jenis klasifikasi yang akan bermanfaat bagi dunia industri, akademik, maupun basis informasi secara umum untuk masyarakat.
SNI Dalam Angka 2016 - Edisi September menyajikan informasi terkait ketersediaan SNI berdasarkan berbagai jenis klasifikasi yang akan bermanfaat bagi dunia industri, akademik, maupun basis informasi secara umum untuk masyarakat.
Desain Implementasi ISO 31000 sebagai Pedoman Manajemen Risiko di Unit Dokume...Muhammad Bahrudin
- Memberikan gambaran mengenai proses manajemen risiko berdasarkan ISO 31000;
- Memberikan gambaran desain implementasi ISO 31000 di unit Dokumentasi dan Data Standardisasi, Pusido BSN; dan
- Menghasilkan rekomendasi bagi unit kerja tentang tindakan pengendalian yang efektif dan perlakuan yang tepat bagi risiko-risiko yang dihadapinya
Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Pustakawan melalui Penyesuaian/Inpa...Muhammad Bahrudin
Disampaikan oleh Dra. Opong Sumiati, M.Si. (Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan, Perpustakaan Nasional RI) dalam Diskusi Publik Kepustakawanan dengan topik "Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Pustakawan melalui Inpassing" yang diselenggarakan oleh Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi, Badan Standardisasi Nasional bekerjasama dengan Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek.
Jakarta, 29 Maret 2017
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. Evaluasi Formatif
dan Sumatif
Evaluasi dan Akuntabilitas Program Pembangunan Sosial
----------------------------
Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2021
2. Model evaluasi formatif dan sumatif
pertama kali dikemukakan oleh
Michael Scriven (1967)
Pada evaluasi, Scriven tidak hanya menekankan pada
pencapaian hasil tetapi juga memberikan perhatian pada
aspek proses.
3. Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi formatif: evaluasi yang biasanya dilakukan berulang kali
ketika ada suatu produk atau program yang sedang dikembangkan,
dengan tujuan menyediakan informasi bagi perbaikan program (menilai
manfaat atau nilai dari suatu bagian program)
Evaluasi sumatif: evaluasi yang menilai hasil program atau dampaknya,
berdasarkan informasi sebelum dan sesudah program dilaksanakan.
● Scriven (1991a) mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai “evaluasi
yang dilakukan bagi, atau oleh, pengamat atau pembuat keputusan
manapun (berbeda dengan pengembang) yang memerlukan kesimpulan nilai
untuk alasan-alasan lain di samping pembangunan.”
4. Audiens Evaluasi Formatif & Sumatif
Audiens
Evaluasi sumatif
Evaluasi formatif
Orang-orang
yang berada
dalam posisi
untuk membuat
perubahan dalam
program
Orang-orang yang
menyampaikan
program atau
orang-orang yang
dekat dengannya
Pembuat
kebijakan atau
administrator
Konsumen
potensial:
mahasiswa, guru,
karyawan,
manajer atau
pejabat instansi
yang dapat
mengadopsi
program
5. Program Audiens Evaluasi formatif Evaluasi sumatif
Jadwal Pembelajaran baru
yang dikembangkan dan
diimplementasikan di salah
satu SMA
● Dewan sekolah
● Administrator
● Kepala sekolah
● Orang tua
● Siswa
● Masyarakat
● Pemangku kepentingan
Terkait
● Kehadiran
● Nilai
● Partisipasi
ekstrakurikuler
● Dampak jadwal
pada kenakalan
Menentukan apakah
jadwal tersebut harus
dilanjutkan dan
diperluas ke SMA lain
di kabupaten
Contoh perluasan evaluasi formatif menjadi evaluasi sumatif
6. ● Evaluasi program sangat penting dilakukan baik saat
pengembangan/saat program berlangsung (formatif),
maupun saat program telah berakhir (sumatif).
● Beberapa organisasi terlalu fokus pada evaluasi sumatif;
padahal dalam proses pengembangan program, tanpa
evaluasi formatif akan menjadi tidak lengkap dan tidak
efisien.
● Data formatif dapat membantu mengidentifikasi masalah
atau kelemahan dalam model atau teori program sehingga
kemudian dapat dimodifikasi/diperbaiki saat program
sedang berjalan.
BALANCE BETWEEN FORMATIF
AND SUMMATIVE
Sumatif
Formatif
7. Hubungan Evaluasi Formatif dan Sumatif
● Meskipun evaluasi formatif lebih sering terjadi
pada tahap awal pengembangan program dan
evaluasi sumatif pada tahap selanjutnya, akan
salah jika menganggapnya terbatas pada
kerangka waktu tersebut.
● Program yang sudah mapan (well-established
program) dapat mengambil manfaat dari evaluasi
formatif, sementara program baru yang
bermasalah dapat dihentikan berdasarkan
keputusan sumatif.
● Penekanan relatif (relative emphasis) pada evaluasi
formatif dan sumatif berubah sepanjang umur
program (program life).
8. Perbedaan Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif
Kegunaan Meningkatkan program Membuat keputusan tentang masa depan
program atau adopsi program
Audiens Manajer dan staf program Administrator, pembuat kebijakan,
dan/atau calon konsumen atau lembaga
pendanaan
Dilakukan oleh Evaluator internal, didukung evaluator
eksternal
Evaluator eksternal, didukung evaluator
internal
Karakteristik utama Memberikan feedback sehingga
personel program dapat meningkatkan
programnya
Memberikan informasi yang
memungkinkan pengambil keputusan
untuk memutuskan apakah akan
melanjutkan atau menghentikan program,
atau mengadopsinya
9. Perbedaan Evaluasi Formatif dan Sumatif [lanj..]
Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif
Kendala desain Informasi apa yang dibutuhkan?
Kapan?
Standar atau kriteria apa yang akan
digunakan untuk membuat keputusan?
Tujuan pengumpulan data Diagnostik Judgmental - menghakimi
Frekuensi pengumpulan
data
Sering Jarang
Ukuran sampel Seringkali kecil Biasanya besar
Pertanyaan yang diajukan Apa yang sedang dikerjakan?
Apa yang perlu
ditingkatkan/diperbaiki?
Bagaimana bisa
ditingkatkan/diperbaiki?
Apa hasilnya? Dengan siapa?
Dalam kondisi bagaimana?
Dengan pelatihan apa?
Berapa biayanya?
10. BEYOND FORMATIVE AND SUMMATIVE
Kontribusi evaluasi terhadap
pemikiran konseptual, bukan
keputusan atau penilaian
instrumental langsung tentang
suatu objek.
Evaluasi untuk pembelajaran
organisasional jangka panjang
yang luas, dan perbaikan
berkelanjutan.
Proses evaluasi lebih
penting daripada hasil
evaluasi itu sendiri.
Michael Patton (1996) menjelaskan 3 tujuan evaluasi yang
tidak termasuk dalam dimensi formatif atau sumatif,
antara lain:
11. KONTRIBUSI EVALUASI TERHADAP PEMIKIRAN
KONSEPTUAL, BUKAN KEPUTUSAN ATAU PENILAIAN
INSTRUMENTAL LANGSUNG TENTANG SUATU OBJEK
Evaluator telah menemukan bahwa hasil evaluasi sering tidak
langsung digunakan, melainkan digunakan secara bertahap atau
konseptual untuk mengubah pemikiran stakeholders tentang klien
yang mereka layani, tentang model logika atau teori program, atau
tentang bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
12. EVALUASI UNTUK PEMBELAJARAN
ORGANISASIONAL JANGKA PANJANG YANG
LUAS, DAN PERBAIKAN BERKELANJUTAN.
Evaluasi perkembangan Patton termasuk dalam kategori ini.
Hasil dari evaluasi tersebut tidak digunakan untuk perbaikan
program secara langsung (tujuan formatif), tetapi untuk
membantu organisasi mempertimbangkan arah masa depan,
perubahan, dan adaptasi yang harus dilakukan karena temuan
penelitian baru, atau perubahan dalam konteks program dan
lingkungannya.
(Preskill [2008]; Preskill dan Torres [2000].)
13. ● Penelitian tentang penggunaan evaluasi telah menemukan bahwa
partisipasi dalam proses evaluasi dapat berdampak penting.
● Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk meningkatkan demokrasi, seperti
memberdayakan publik atau kelompok stakeholders dengan memberi
mereka informasi atau suara melalui evaluasi agar pembuat kebijakan dapat
mengetahui kebutuhan atau keadaan mereka.
EVALUASI DI MANA PROSESNYA
LEBIH PENTING DARIPADA
PENGGUNAAN HASIL
14. ● Perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif tetap
menjadi salah satu yang utama ketika mempertimbangkan
jenis keputusan yang akan dilayani dalam evaluasi tersebut.
● Namun, penting pula untuk mengingat tujuan lain dari
evaluasi, sehingga ketika kita mengenali dan
mempertimbangkan tujuan ini saat merencanakan evaluasi,
setiap evaluasi dapat mencapai potensi penuhnya.
15. Penilaian Kebutuhan, Proses,
dan Evaluasi Hasil
● Perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif utamanya berkaitan dengan jenis keputusan
atau penilaian yang akan dibuat dengan hasil evaluasi. Perbedaan pada penekanan
relatifnya merupakan salah satu hal yang penting dilakukan pada awal suatu penelitian,
karena memberikan informasi pada evaluator mengenai konteks, niat, dan potensi
penggunaan studi, serta memiliki implikasi untuk audiens yang paling tepat untuk penelitian
ini.
● Namun, istilah ini tidak menentukan sifat pertanyaan yang akan dibahas oleh penelitian.
Chen (1996) telah mengusulkan tipologi untuk memungkinkan pertimbangan proses dan
hasil dengan dimensi formatif dan sumatif, dan menambahkan penilaian kebutuhan ke dalam
campuran.
17. Outcome
Outcome atau studi dampak
lebih fokus dalam
menjelaskan, menyelidiki,
atau menentukan
perubahan yang terjadi atas
hasil suatu program pada
komunitas atau penerima
manfaat program dan
orang-orang di sekitarnya
(keluarga dari si penerima
manfaat, rekan kerja, dll).
Asesmen Kebutuhan
● Menentukan apakah
masalah atau kebutuhan
tersebut nyata/ada dan
secara jelas
mendeskripsikan masalah
tersebut
● Membuat rekomendasi
untuk mengurangi
masalah tersebut; melalui
berbagai macam
intervensi yang efektif →
untuk mencapai tujuan
yang diinginkan
Proses
● Biasa disebut monitoring →
menjelaskan bagaimana
program tersebut dijalankan
● Melihat lebih detil berbagai
macam masalah yang terjadi
dalam suatu program.
Contoh: karakteristik klien atau
murid yang sedang diobservasi,
kualifikasi orang yang
menjalankan program,
karakteristik lingkungan dari
program yang sedang berjalan,
atau aktivitas itu sendiri
18.
19. Referensi
● Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., Worthen, B. R. Program evaluation:
Alternative approaches and practical guidelines (4th ed.). Boston: Pearson