Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
METODOLOGI PENELITIAN UNTUK DESERTASI(2020).pdf
1. ANIS MASHDUROHATUN
Ketua Program Doktor Ilmu Hukum
Mobile : 081_2293_5116
0811_2900_219 (WA)
Email : anism@unissula.ac.id
anismashdurohatun@gmail.com
METODOLOGI PENELITIAN UNTUK
DESERTASI
PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM UNISBA
2.
3. Mengapa Melakukan Penelitian
Mencari Jawaban Atas Pertanyaan
Jawaban harus didasarkan pada data dan suatu
metode Ilmiah {Obyektif (apa adanya), Bebas
nilai ( baik, buruk, agama), dapat dijangkau oleh
panca indera}
Disini bedanya Penelitian dengan Pernyataan
yang benar secara kebetulan.
4.
5. Research: What does it mean?
• “Research is a structured inquiry that
utilises acceptable scientific
methodology to solve problems and
creates new knowledge that is
generally applicable.” (Grinnell 1993:4)
• “a systematic investigation to find
answers to a problem” (Burns, 1997:2)
6. Reasons for doing research
1. To understand a field you are
studying/working in
2. To explain and find answers in relation to
what you perceive
3. To critically examine certain aspects
4. To make changes
5. To find answers to theoretical questions
10. Aspek-Aspek
Paradigma
Positivisme
Paradigma
Postpositivisme
Paradigma Critical
Theory
Paradigma
Konstruktivisme
Ontologis:
What is the
nature of
“reality”?
Epistemologi:
What is the
nature of the
relationship
between the
inquirer and
knowable?
Critical realism: Ada
realitas yg. “real” yg.
diatur oleh kaidah-
kaidah tertentu yg.
berlaku universal.
Kebenaran tentang
ini hanya dapat
dicapai dng. asas
probabilistik.
Dualis/Objektivis:
Ada realitas objektif
sebagai suatu reali-
tas yang eksternal di
luar peneliti. Peneliti
harus sejauh mung-
kin membuat jarak
dengan objek pene-
litiannya.
Realitas ada, tapi tdk.
dapat sepenuhnya
diperoleh. Realitas
dikontrol oleh hukum
alam yg. hanya dapat
dipahami sebagian
saja.
Modified objectivist:
Interaktif dan netral.
Objektivitas hanya
dapat diperkirakan
dan bergantung pada
kritik.
Historical realism:
Realitas yg. teramati
(virtual reality) merupa-
kan realitas “semu”
yang telah terbentuk
oleh proses sejarah
dan kekuatan-kekuatan
sosial, budaya, dan
ekonomi politik.
Transaksionalis/Subjek
tivis: Hubungan antara
peneliti dan yg. diteliti
selain dijembatani oleh
nilai-nilai tertentu.
Pemahaman tentang
suatu realitas merupa-
kan value mediated
findings.
Relativisme: Realitas
merupakan konstruksi
sosial. Kebenaran
suatu realitas bersiat
relatif, berlaku sesuai
konteks spesifik yang
dinilai relevan oleh
pelaku sosial.
Transaksionalis/Subjek
tivis: Pemahaman
tentang suatu realitas
atau temuan suatu
penelitian merupakan
produk interaksi antara
peneliti dengan yg.
diteliti.
11. Aspek-Aspek
Paradigma
Positivisme
Paradigma
Postpositivisme
Paradigma Critical
Theory
Paradigma
Konstruktivisme
Metodologis:
the inquirer go
about finding
out knowable
How should?
Experiment /
Manipulative,
Intervensionist, dan
Falsification melalui
pengujian hipotesis
dalam struktur logika
hypothetical
deductive method.
Kegiatan melalui
laboratorium eksperi-
men atau survei
eksperimen dengan
analisis kuantitatif.
Kriteria kualitas
penelitian:
Objectivity, reliability
dan validity (internal
dan eksternal
validity).
Modified Experiment /
Manipulative:
Pengamatan secara
natural, metode kuali-
tatif dan tergantung
pada teori yang diper-
gunakan. Kriteria
kualitas penelitian:
Masih menggunakan
objectivity, reliability
dan validity (internal
dan eksternal validity).
Participative:
Mengutamakan analisis
komprehensif,
kontekstual dan
multilevel analysis
yang bisa dilakukan
melalui penempatan
diri sebagai aktifis/
partisipan dalam
proses transaksi sosial.
Kriteria kualitas
penelitian: Historical
Situatedness;
sejauhmana penelitian
memperhatikan
konteks historis, sosial,
budaya, ekonomi dan
politik.
Reflective / Dialec-
tical: Menekankan
empati dan interaksi
dialektik antara peneliti
dan responden untuk
merekonstruksi
realitas yang diteliti
melalui metode-
metode kualitatif
seperti participant
observation.
Kriteria kualitas
penelitian: Authenticity
dan reflectifity,
sejauhmana temuan
merupakan refleksi
otentik dari realitas
dihayati oleh para
pelaku sosial.
12. Aspek-
Aspek
Paradigma
Positivisme
Paradigma
Postpositivisme
Paradigma
Critical Theory
Paradigma
Konstruktivisme
Axioilogis Nilai, etika dan pilihan
moral harus berada
diluar proses
penelitian-penelitian.
Peneliti berperan
sebagai disinterested
scientist.
Tujuan penelitian:
Eksplanasi prediksi
dan kontrol
Nilai, etika dan pilihan
moral berada dalam
arus diskusi.
Peneliti berperan
sebagai mediator
antara sikap ilmiah
dan obyek penelitian.
Tujuan penelitian:
Eksplanasi, prediksi
dan kontrol.
Nilai, etika dan
pilihan moral me-
rupakan bagian
yang tak terpisah-
kan dari suatu
penelitian.
Peneliti menem-
patkan diri seba-
gai transformative
intellectual, advo-
kat dan aktivis.
Tujuan penelitian:
Kritik sosial, trans-
formasi, emansi-
pasi dan social
empowerment.
Nilai, etika dan pilih-
an moral merupakan
bagian tak terpisah-
kan dalam suatu
penelitian
Peneliti sebagai pas-
sionate participant,
fasilitator yang men-
jembatani keragam-
an subjektivitas pela-
ku sosial.
Tujuan penelitian:
Rekonstruksi realitas
sosial secara dialek-
tik antara peneliti
dengan aktor sosial
yang diteliti.
13. BEBERAPA ALIRAN DAN/ATAU PARADIGMA
DALAM ILMU HUKUM
Aliran dan/atau
Paradigma
Konsep/Pemahaman
Hukum
Ciri Hukum Ranah
Legal Philosophy/
Theology
Law as what ought to
be in moral or ideal
precepts
Ius constituendum
Asas moralitas yang bernilai
universal dan menjadi bagian
inheren sistem hukum alam;
Keadilan yang (masih) harus
diwujudkan.
Normatif
Normologik
(Norma Moral)
Legal Positivism/
Post-positivism
Law as what it is
written in the books
Ius constitutum
Kaidah-kaidah positif yang berlaku
umum in abstracto di suatu waktu /
tempat tertentu;
Terbit sebagai produk eksplisit
suatu sumber kekuasaan politik
tertentu yang berlegitimasi;
Hukum perundang-undangan
nasional / negara;
Perintah-perintah eksplisit yang
secara positif telah terumus jelas
guna menjamin kepastiannya.
Normatif Positif
(Norma Positif
Legislatif)
14. Legal Realism /
Behavioralism,
Sociological
Jurisprudence
Laws as it is made by
the judge in the court
of law or judge-made
law;
Ius constitutum.
Keputusan yang diciptakan hakim
in concreto dalam proses
peradilan;
Hasil cipta penuh pertimbangan
(judgement) dari hakim pengadil.
Normatif
Behavioral
(Norma Positif
Yudisial)
Legal
Structuralism /
Functionalism /
Structuro-
Functionalism,
Law and Society
Law as it is in society;
Law as regularities.
Pola perilaku sosial;
Institusi sosial yang nyata dan
fungsional di dalam sistem
kehidupan masyarakat, baik dalam
proses pemulihan ketertiban dan
penyelesaian sengketa, maupun
dalam proses pengarahan dan
pembentukan pola perilaku yang
baru.
Empirik
Nomologik
Critical Legal
Theory,
Critical Legal
Studies
Law as historical /
virtual realities;
Law as historically /
virtually understood or
believed;
Law as false
consciousness or as
falsely realised.
Serangkaian struktur, sebagai
suatu realitas virtual atau historis,
yang merupakan hasil proses
panjang kristalisasi nilai-nilai
politik, ekonomi, sosial, budaya,
etnik, gender, dan agama;
Sebagai instrumen hegemoni yang
cenderung dominan, diskriminatif
dan eksploitatif;
Setiap saat terbuka bagi kritik,
revisi, dan transformasi, guna
menuju emansipasi.
Empirik Kritis
15. Legal
Interpretivism /
Symbolic
Interactionism
Law as it is in human
actions and
interactions;
Law as interpretations
or processes of
interpreting.
Makna-makna simbolik hasil
interpretasi (individual ataupun
kolektif) sebagaimana dalam dan
dari aksi serta interaksi
masyarakat.
Simbolik
Interaksional /
Interpretatif
Legal
Constructivism
Law as relative and
contextual consensus
(Hukum sebagai
kesepakatan, baik
tertulis maupun
tidak);
Law as mental
construction;
Law as experiential
realities.
Konstruksi mental yang bersifat
relatif, majemuk, beragam,
intangible, lokal, dan spesifik
(walaupun elemen-elemen serupa
dapat saja dijumpai pada individu,
kelompok masyarakat, maupun
budaya yang berbeda); berbasis
sosial / eksperiential;
Rekonstruksi / revisi / perubahan
terjadi berkesinambungan, sejalan
dengan pengayaan informasi dan
‘sofistikasi’ atau ‘olah cipta-rasa’;
Yang ada, setiap saat, adalah
konsensus atau kesepakatan relatif
berkenaan dengan konstruksi
tersebut, sesuai dengan konteks
ruang dan waktu.
Relatif
Konstruktivis
16. SET BASIC (EMPAT) PARADIGMA UTAMA
Pertanyaan Positivisme Postpositivisme
ONTOLOGI
Realisme naif Realisme kritis
Realitas eksternal, objektif, real dan
dapat dipahami generalisasi bebas
konteks; hukum sebab-akibat;
reduksionis dan deterministik
Realitas eksternal, objektif dan real yang
mungkin saja dapat dipahami tetapi tidak
sempurna karena terbatasnya mekanisme
intelektual manusia; realitas diuji secara kritis
guna dipahami sedekat mungkin
EPISTEMOLOGI
Dualis / objektivis Modifikasi dualis / objektivis
Penganut/pemegang dan objek
observasi/investigasi adalah dua entity
independen; bebas nilai dan bebas bias;
prosedur ketat; temuan berulang berarti
‘benar’
Dualisme surut dan objektivitas menjadi kriteria
penentu; eksternal objektivitas; kesesuaian
dengan pengetahuan yang ada dan komunitas
ilmiah kritis; temuan berulang berarti
‘barangkali benar’; aproksimasi
METODOLOGI
Eksperimental / manipulatif Modifikasi eksperimental / manipulatif
Uji empiris dan verifikasi research
question dan hipotesa; manipulasi dan
kontrol terhadap kondisi berlawanan;
utamanya metoda kuantitatif
Falsifikasi dengan cara critical multiplism atau
modifikasi ‘triangulasi’; utilisasi teknik kualitatif:
setting lebih natural, informasi lebih situasional,
dan cara pandang emic
17. EMPAT PARADIGMA UTAMA & BEBERAPA ISSUE
PRAKTIS
Issue Positivisme Postpositivisme
Nilai Value free / bebas nilai: ditiadakan / ditolak
Etika Ekstrinsik; ethical behavior di-’posisi’ secara formal oleh
mekanisme eksternal; condong pada desepsi
Peran Penganut/
Pemegang
Pakar dengan special privelege; ilmuwan yang disinterested
dan distanced; informer bagi pembuat keputusan/kebijakan
dan change agent
Pelatihan Teknis dan kuantitatif; teori
substantif
Teknis; kuantitatif dan
kualitatif; teori substantif
Keterkaitan Commersurable: semua paradigma dapat dikomparasi titik-
demi-titik dan diakomodasi
18. SET BASIC (EMPAT) PARADIGMA UTAMA
Pertanyaan Critical theory et al Konstruktivisme
ONTOLOGI
Realisme Historis: Relativisme:
Realitas ‘virtual’ yang terbentuk oleh
faktor sosial, politik, budaya, ekonomi,
etnis, dan ‘gender’, lalu sejalan dengan
waktu terkristalisasi dan dianggap real.
Realitas majemuk dan beragam, berdasarkan
pengalaman sosial-individual, lokal, dan spesifik.
Merupakan ‘konstruksi’ mental/intelektualitas
manusia, bentuk dan isi berpulang pada
penganut/pemegang dapat berubah menjadi
informed dan atau sophisticated; humanis.
EPISTEMOLOGI
Transaksional/Subyektivis: Transaksional/Subyektivis:
Penganut/pemegang dan obyek
observasi/investigasi terkait secara
interaktif; temuan di’mediasi’ oleh nilai
yang dipegang semua pihak terkait;
fusi antara ontologi dan epistemologi.
Penganut/pemegang dan obyek
observasi/investigasi terkait secara interaktif;
temuan di’cipta’/di’konstruksi’ bersama; fusi
antara ontologi dan eistemologi.
METODOLOGI
Dialogis/Dialektikal: Hermeneutikal/Dialektikal:
Ada dialog antara penganut/pemegang
dengan obyek observasi/investigasi
secara dialektikal; men-transform
kemasabodohan dan kesalahpahaman
menjadi kesadaran bahwa struktur
historis dapat diubah dan karenanya
diperlukan aksi nyata.
‘Konstruksi’ ditelusuri melalui interaksi antar dan
sesama penganut/pemegang dan obyek
observasi/investigasi; dengan teknik
hermeneutikal dan pertukaran dialektikal
‘konstruksi’ tersebut di-interpretasi’, dibandingkan
dan ditandingkan; tujuan; destilasi ‘konstruksi’
konsensus atau ‘konstruksi’ resultante.
19. EMPAT PARADIGMA UTAMA & BEBERAPA ISSUE PRAKTIS
Issue Critical Theory et al Konstruktivisme
Nilai Value bounded/nilai diakui/dihargai : formatif
Etika Intrinsik;
pencerahan/kesadaran moral
Intrinsik; kesadaran akan
proses; problem khusus
Peran Penganut/
Pemegang
Instigator (dan fasilatator)
transformative intelectual;
‘advokat’ dan aktivis
Participant dan fasilitator
passionate participant;
fasilitator rekonstruksi
multivoice; orchestrator
Pelatihan Re-sosialisasi; kualitatif dan kuantitatif; sejarah; nilai-nilai
altruism dan pemberdayaan
Keterkaitan Incommensurable: komparasi titik-demi-titik antar
paradigma adalah irrelevant; theory relative
Sumber : Guba dan Lincoln (1994)
20. 20
Metode
Cara/jalan melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis)
Cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan.
Prosedur yang digunakan ilmuwan dalam pencarian
sistematika terhadap pengetahuan yang ada
Teknik-teknik dan prosedur pengamatan oleh ilmuwan
untuk mengolah data, fakta-fakta sesuai dengan asas dan
aturan tertentu.
21. 21
Metodologi penelitian hukum artinya ilmu tentang cara
melakukan penelitian hukum dengan teratur
(sistematis).
Ilmu tentang cara melakukan sesuatu dengan teratur
Logi
Memberikan pedoman tentang cara seorang
ilmuwan mempelajari, menganalisis, dan memahami
lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.
22. 22
METODOLOGI
• Ilmu tentang metode
• Metode semua ilmu berprinsip pada logika
• Logika pada dasarnya berlaku umum/universal
• Metodologi semua ilmu (termasuk hukum) pada dasarnya sama, yang berbeda adalah
methods (cara penelitiannya)
• Metodologi membicarakan : proses, langkah, tahap, dan prinsip-prinsip dasar
23. Konsep Ilmu
• Pengertian ilmu mencakup aktivitas penelitian, metode ilmiah, dan
pengetahuan sistematis
• Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yg rasional dan kognitif dng
berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah shg
menghasilkan kumpulan pength yg sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan utk tujuan mencapai
kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan,
ataupun melakukan penerapan
25. Ilmu sbg aktivitas penelitian
Rasional
Proses pemikiran yg berpegang pada kaidah2 logika
Kognitif
Proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan
Teleologis
Mencapai kebenaran
Memperoleh pemahaman
Memberikan penjelasan
Melakukan penerapan dgn melalui peramalan atau pengendalian
26. Ilmu sebagai metode ilmiah
I. Pola prosedural : pengamatan, percobaan,
pengukuran, survai, deduksi, induksi, analisis dll
II. Tata langkah : penentuan masalah, perumusan
hipotesis (jika ada), pengumpulan data, pengujian
hasil
III. Berbagai teknik : daftar pertanyaan, wawancara,
perhitungan dll
IV. Aneka alat : komputer, timbangan, meteran,
penelitian
27. Ilmu sebagai pengetahuan sistematis
• Dilihat dr hasil kegiatan, ilmu mrpk sekelompok
pengetahuan mengenai sesuatu pokoksoal dgn titik
pusat minat pd permasalahan tertentu shg mrpk
berbagai konsep
• Ciri pokok Pengetahuan ilmiah : empiris, sistematis,
objektif, analitis, dan verifikatif
28. Pencarian Kebenaran
1. Cara non-ilmiah/unscientific, melalui :
a. secara kebetulan
b. secara untung2an/trial and error
c. otoritas seseorang
2. Cara ilmiah, melalui :
a. berpikir kritis-rasional
b. penelitian ilmiah
29. Berpikir kritis-rasional
• Berpikir kritis-rasional : proses berpikir,
menghubungkan satu hal dgn hal lainnya,
menggunakan objek berpikir dan
menghubungkannya dgn objek lainnya, membuat
tesa dan mengkajinya dgn antitesa, kemudian
menghasilkan tesis
• Ada dua cara berpikir kritis-rasional :
1. Berpikir Analitis
2. Berpikir Sintetis
31. Berpikir Analitis
• Dinamakan pula berpikir deduktif, krn orang
membangun pola pikir dgn cara bertolak dari hal-hal
yg bersifat umum (dari pengetahuan, teori, hukum2,
dalil2), kemudian membentuk proposisi2 dlm
silogisme.
• Kebenaran deduktif
• Silogisme adl suatu argumen yg tdr dr tiga proposisi,
yaitu premis mayor, premis minor, dan
konklusi/simpulan
• Ada 4 silogisme : kategoris, bersyarat,
pilihan/alternatif, melerai/disjungtif
32. Silogisme kategoris
• Semua manusia berkulit hitam memiliki kekuatan menahan
panas matahari (premis mayor)
• Anton berkulit hitam (premis minor)
• Jadi anton memiliki kekuatan menahan panas (konklusi)
• Premis mayor memiliki kebenaran mutlak
33. Silogisme bersyarat
•Alkoholik cenderung melakukan aktivitas yg
melanggar norma (premis moyor)
•Munir adalah alkoholik (premis minor)
•Jadi, Munir cenderung melakukan aktivitas yg
melanggar norma (konklusi)
34. Silogisme pilihan
•Saya harus menikah atau meneruskan kuliah
(premis mayor)
•Munir meneruskan kuliah (premis minor)
•Jadi, Munir tidak menikah (konklusi)
35. Silogisme melerai
•Tidak mungkin bupati menyelewengkan dana bantuan
banjir di kabupatennya (premis mayor)
•Munir seorang bupati (premin minor)
•Jadi, Munir tidak akan menyelewengkan dana bantuan
banjir di kabupatennya (konklusi)
37. Berpikir Sintetis
• Dinamakan berpikir induktif, karena berangkat
dari fakta2, data2, kasus2 individual atau
pengetahuan2 yg bersifat khusus, menuju pada
konklusi2 yg umum
• Ada tiga jenis induksi :
a. induksi komplet
b. induksi tdk komplet dan
c. Induksi sistem Bacon
38. Induksi Bacon
• Dianjurkan oleh Francis Bacon, tokoh empirisme yg menolak jalan pikiran
deduksi
• Utk mencapai kebenaran, Bacon mengukur variabel2 dgn tiga macam tabulasi
• Misal :
1. Tabulasi ciri2 positif, yaitu variabel X selalu berubah saat berada dlm kondisi Y
2. Tabulasi ciri2 negatif, yaitu variabel X tdk berubah kendati berada dlm kondisi
Y
3. Tabulasi variabel kondisi, yaitu apakah variabel X berubah apabila berada pada
kondisi yg berubah2
39. Penelitian ilmiah
Reflective thinking atau berpikir refleksi : mengambil ruang
diantara berpikir deduktif dan induksif
Langkah2 Reflective thinking (John Dewey) :
1. Adanya suatu kebutuhan
2. Menetapkan masalah
3. Menyusun hipotesis
4. Merekam data utk pembuktian
5. Membuat kesimpulan
6. Memformulasi kesimpulan secara umum
40. Penelitian ilmiah (Kerlinger )
Investigasi fenomena alam sistematis,
terkontrol, empiris dan kritis dipandu oleh
teori dan hipotesis tentang hubungan antar
fenomena.
41. Hillway
Penelitian tidak lain dari suatu metode
studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati dan sempurna
terhadap suatu masalah, sehingga
diperoleh pemecahan yang tepat terhadap
masalah itu.
42. Menurut Rianto Adi
Penelitian :
Tiap usaha untuk mengetahui pengetahuan
(ilmiah) baru menurut prosedur yang
sistemais dan terkontrol melalui data empiris
(pengalaman) yang artinya dapat beberapa
kali diuji dan hasilnya sama.
44. Penelitian Dilihat Dari Sudut Sifatnya
1. Penelitian eksploratoris (menjelajah); dilakukan apabila
pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih
kurang sekali atau bahkan tidak ada.
2. Penelitian deskriptif; untuk memberikan data yang seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.
3. Penelitian eksplanatoris.
45. 1. Penelitian diagnostik; suatu penyelidikan
yang dimaksudkan untuk mendapatkan
keterangan mengenai sebab-sebab
terjadinya suatu gejala atau beberapa
gejala.
2. Penelitian preskriptif; ditujukan untuk
mendapatkan saran-saran mengenai apa
yang harus dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah tertentu.
3. Penelitian evaluatif; dilakukan apabila
seseorang ingin menilai program-program
yang dijalankan.
Penelitian
Dipandang
dari sudut
bentuknya
46. 1. Penelitian dasar : biasanya ditujukan utk
pengembangan ilmu atau teori maupun metodologi
penelitian
2. Penelitian yg berfokuskan masalah : mengkaitkan
bidang teori dgn bidang praktis, menghubungkan
antara penelitian dasar dgn penelitian terapan
3. Penelitian terapan : penelitian yg tujuannya utk
memecahkan masalah2 kemasyarakatan, yg sifatnya
praktis
Penelitian Dari sudut Penerapannya
47. 47
Berdasar Pendekatan
filosofis
Penelitian Kualitatif
Penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, tindakan, dll, secara holistik dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan naratif pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah.
Penelitian Kuantitatif
Penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan,
mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari
data numerik
48. Konsep Hukum dan Tipe Kajiannya
Konsep Hukum
Tipe Kajian Metode Penelitian
Peneliti
Orientasi
Hukum adalah asas2
kebenaran dan keadilan yg
bersifat kodrati dan berlaku
universal
Filsafat Hukum Logika deduksi,
berpangkal dari premis
normative yang diyakini
bersifat selft-evident
Pemikir Filsafat
Hukum adalah norma-norma
positif di dalam sistem per-
uu-an hukum nasional
Ajaran Hukum Murni yang
mengkaji Law as it is
written in the book
Doctrinal, bersaranakan
terutama logika deduksi
untuk membangun
system hukum positif
Para Yuris
Kontinen-
tal
Positivistis
Hukum adalah apa yang
diputuskan oleh hakim in
concreto dan tersistematisasi
sebagai judges through
judicial proceses
Amirican Sociological
Jurisprudence yang
mengkaji law as it decided
by judge, dengan
mengkaji court behaviour
Doctrinal, tapi juga non-
doktrinal bersaranakan
logika induksi untuk
mengkaji court behaviour
Amirican
Lawyer
Behaviour
al
sosiologic
Judgemad
e law
Hk adalah pola2 perilaku
social yang terlembagakan.
Eksis sebagai variable social
yang empiric
Sosiologi Hukum,
pengkaji Law as it is in
society
Sosial/Non-Doktrinal
dengan pendekatan
structural/makro dan
umumnya terkuantifikasi
(kuantitatif)
Sosiolog Structural
Hk adalah manifestasi
makna2 simbolik para pelaku
social sebagaimana tampak
dalam interaksi antar mereka
Sosiologi dan atau
antropologi hukum,
pengkaji Law as it is in
(human) actions
Sosial/Non-Doktrinal
dengan pendekatan
interaksional/mikro,
dengan analisis kualitatif
Sosial-
Antropo-
log,
pengkaji
humaniora
Simbolik
interaksi-
onal
49. Penelitian Hk Doktrinal dan Nondoktrinal
Keterangan
Doktrinal (Profesional) Nondoktrinal (Keilmuan)
Analitical
Jurisprudence
Functional
Jurisprudence
Socio-Makro Socio-Mikro
Fokus Lege/Lex Judge-Made
Law
Struktur Meanings
Proses Logika Experience Perilaku Interaksi
Scope Universal Casual Variabel Phenomena
Tujuan Decisions Judgement Explaning Verstehen
Sikap Prekriptif Preskriptif Deskriptif Deskriptif
Normologik Nomologik Nomologik Normologik
50. Pengertian Ilmu Hukum
• Ilmu hukum disebut jurisprudence (pengetahuan hukum)
• Robert L. Hayman : jurisprudence mrpk segala sesuatu yg
bersifat teoritis ttg hk. Dpl suatu metode kajian ttg makna hk
secara umum
• Gijssels dan Van Hoecke : jurisprudence sbg suatu pengetahuan
yg sistematis dan terorganisasikan ttg gejala hk, struktur
kekuasaan, norma2, hak-hak dan kewajiban.
Ilmu hk terdiri atas :dogmatik hk, teori hk, dan filsafat hk.
• Ilmu hk memandang hk dari dua aspek, yaitu sbg sistem nilai
dan sbg aturan sosial
51. Ilmu Hk bersifat Preskriptif dan
Terapan
• Sebagai ilmu yg bersifat preskriptif, Ilmu hk mempelajari
tujuan hk, nilai2 keadilan, validitas aturan hukum, konsep2
hukum, dan norma2 hk
• Sebagai ilmu terapan, Ilmu hk menetapkan standar prosedur,
ketentuan2, rambu2 dalam melaksanakan aturan hukum
52. Pengertian Penelitian Hk (doktrinal)
• Penelitian hk adalah suatu proses utk
menemukan aturan hk, prinsip2 hk, maupun
doktrin hk guna menjawab isu hk yg dihadapi
• Penelitian hk dilakukan utk menghasilkan
argumentasi, teori atau konsep baru sbg
preskripsi dalam menyelesaikan masalah yg
dihadapi
• Output dari penelitian hukum adalah preskripsi
yg berupa rekomendasi atau saran yg dapat atau
mungkin diterapkan
53. Penggunaan Logika dalam Penelitian Hukum
• Metode yg digunakan dalam penalaran hukum :
1. Metode induksi digunakan utk merumuskan fakta hk
2. Metode deduksi :
a. premis mayor : aturan hukum
b. premis minor : fakta hukum
c. konklusi
54. Isu Hukum (Masalah Penelitian)
•Isu hk timbul krn adanya dua proposisi hk yg
mempunyai hubungan yg bersifat fungsional,
kausalitas, maupun yg satu menegaskan yg lain
•Hubungan fungsional memuat proposisi yg pertama
bersifat fungsional yg kedua
•Hubungan kausalitas memuat proposisi yg satu
dipikirkan sbg penyebab yg lain
•Hubungan yg satu menerangkan yg lain memuat
proposisi yg satu dipikirkan sbg menerangkan
makna yg lain
55. Isu hukum ragam penelitian hk
• Utk penelitian dlm tataran dogmatik hk : sesuatu menjadi isu
hk apbl di dalam masalah itu tersangkut ketentuan hk
(pengertian hk) yg relevan dgn fakta hk
• Utk penelitian dlm tataran teori hk : isu hk hrs mengandung
konsep hk
• Utk penelitian dlm tataran filsafat hk : isu hk hrs menyangkut
asas-asas hk
56.
57. Isu Hukum dalam Dogmatik Hukum
• Timbul apabila :
1. Terdapat perbedaan penafsiran thd teks peraturan krn ketidakjelasan
peraturan tsb
2. Terjadi kekosongan hukum
3. Terdapat perbedaan penafsiran atas fakta
• Utk menjawab isu hk dilakukan interpretasi
• Von Savigny :
kejelasan interpretasi akan berfungsi sbg rekonstruksi gagasan yg
tersembunyi di balik aturan hk.
Ajaran interpretasi menggunakan metode hermeneutik
58. Metode Hermeneutik
• Berpangkal dari proposisi bahwa terdapat adanya saling
ketergantungan yg bermakna antara kehidupan manusia dan
budayanya.
• Manusia dikendalikan oleh pikiran atau aturan
• Aktivitas manusia ditentukan oleh gagasan2 normatif yg ada di dlm
diri manusia itu sendiri dan bukan ditentukan oleh proses mekanis
tanpa tujuan
59. Pendekatan Hermeneutik dalam
Penelitian Hukum
Hermeneutik adalah membawa keluar makna internal dari teks
beserta situasi menurut zamannya yaitu sejarah,
tata bahasa dan kerohaniannya
Hermeneutik untuk membaca makna yang tersembunyi di dalam
teks sekalipun tampaknya sudah jelas
Hermeneutik cara baru memahami bahasa
60. Hermeneutik menjelaskan dokumen hukum
menangkap jiwa zamannya
Hermeneutik proses menelusuri isi dan maksud sebuah teks
sampai kepada maknanya yang terdalam dan laten
Persoalan bahasa tugas HERMENEUTIK
Akar HERMENEUTIK adalah FILSAFAT
61. Bahasa / kata selalu bermakna
tidak pernah dibentuk secara aksidental/
tiba-tiba
Bahasa
harus dipahami sebagai sesuatu yang
memiliki tujuan
Di dalam dunianya (Gadamer)
BAHASA menjelmakan KEBUDAYAAN
BAHASA tergantung banyak faktor –
siapa, keadaan, waktu tempat/situasi –
tidak lepas dari konteks
62. Hukum – norma hukum – pedoman perilaku
Bahasa / teks -- dalam bentuk :
Rumusan gambar tanda-tanda/ gerakan
tertulis simbol-simbol lainnya
Dikonstruksikan mental/sosial manusia
merupakan pengalaman yang sarat dengan konteks
63. Ekspresi beragam/ pluralitas makna
menyangkut persoalan manusia untuk melakukan
konstruksi simbol-simbol melalui pengalaman
mental manusia kedalam kata-kata, sikap,
tindakan, nilai, custom
untuk dapat memahami / verstehen –
tidak bisa lepas dari konteks
dibutuhkan hermeneutik sebagai metode
bermakna/ tidak bermakna adalah persyaratan
untuk mencari kebenaran
64. HUKUM = sesuatu yang hidup dan dinamis
tidak dapat menggunakan metode yang kaku,
terstruktur dan ketat
sebagaimana metode yang dipergunakan dalam
ilmu-ilmu alam (Naturwissenschaften)
HERMENEUTIK = metode OPEN-MINDEDNESS
luwes, fleksibel sesuai perkembangan jaman
65. Hukum selalu dinamis karena persoalannya hukum
dibuat, ditegakkan oleh manusia dan
untuk kebahagiaan manusia yang Berkeadilan
berdasar Ketuhanan yang Maha Esa
yang harus dipahami secara utuh.
Arti seutuhnya manusia dipandang dari segala aspek
seperti sejarah, budaya, politik, ekonomi, nilai-nilai dan
lingkungannya......
Kebenaran untuk manusia itulah yang harus dicapai
sehingga tidak pernah menemukan titik akhir
66. SELAMAT BERPIKIR SECARA PROGRESIF
tidak terbelenggu oleh struktur, dogma dan teks tertulis yang kaku berupa pasal-
pasal, rumusan hitam putih.
HUKUM PROGRESIF yang senantiasa menukik pada jiwa yang paling dalam,
yaitu nurani manusia yang mencari kebenaran yang dituntun oleh cahaya Illahi
67. Isu Hukum dalam Teori Hukum
• Konsep hukum mrpk suatu gagasan yg dpt direalisasikan dlm
kerangka berjalannya aktivitas hidup bermasyarakat secara
tertib. Misal : badan hukum, kepailitan, kewenangan, hak
kekayaan intelektual, pertanggungjawaban pidana
• Penelitian hukum dlm tataran teori diperlukan :
1. Utk mengembangkan bidang kajian hk tertentu
2. Utk menggali teori yg ada dibelakang ketentuan hk
• Hermeneutik digunakan sbg alat utk menjawab isu hk
68. Isu Hukum dalam Filsafat Hukum
• J.H.P Bellefrid :
peraturan2 hk yg berlaku umum dpt diuji oleh aturan2
pokok. Aturan pokok tdk perlu diuji lagi krn diatas aturan
pokok tdk ada lagi aturan. Aturan2 pokok ini disebut asas2
hukum
• Contoh :
1. Anak hrs menghormati orang tuanya
2. Tiada pemidanaan tanpa kesalahan
3. Setiap orang dianggap tahu hukum
4. Fungsi sosial hak atas tanah
69. Asas Hukum
• Asas hukum dapat mengalami perubahan
• Asas hukum mempunyai arti penting bagi :
1. Pembentukan hukum
2. Penerapan hukum
3. Pengembangan ilmu hukum
70. Pendekatan dlm Penelitian Hukum
• Pendekatan dalam penelitian hk doktrinal sesungguhnya
merupakan esensi dari metode penelitian itu sendiri.
• Pendekatan itu yang memungkinkan diperoleh jawaban yang
diharapkan atas permasalahan hk yang diajukan.
• Pendekatan yang dapat dipakai dalam penelitian hukum di
antaranya :
1. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach).
2. Pendekatan kasus (Case Approach).
3. Pendekatan historis (Historical Approach).
4. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach).
5. Pendekatan konseptual (Conseptual Approach)
71. 1. Pendekatan Perundang-undangan
• Dilakukan dgn menelaah (dgn cara interpretasi) materi muatan semua undang2
dan regulasi yg terkait dgn isu hk
• Yang ditelaah :
a. dasar ontologi lahirnya undang-undang
b. landasan filosofis undang-undang
c. ratio legis dari ketentuan undang-undang
• Peneliti harus memahami hierarki dan asas2 dlm peraturan per-uu-an
72. Hierarki Per-UU-an RI (UU No 12/2011)
• Pasal 7
(1) jenis dan hierarki peraturan per-uu-an :
a. UUD 1945
b. Tap MPR RI
c. UU/Perpu
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah
(4) jenis peraturan per-uu-an selain tsb dlm ayat (1), diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hk sepanjang diperintahkan oleh peraturan per-uu-an yg
lebih tinggi
73. • Penjelasan Pasal 7 (4) :
jenis perat per-uu-an selain dlm ketentuan, antara
lain : peraturan yg dikeluarkan oleh MPR dan DPR,
DPD, MA, MK, BPK, BI, Menteri, Kepala Badan,
Lembaga, atau Komisi yg setingkat yg dibentuk oleh
UU atau pemerintah atas perintah UU, DPRD Prop,
Gubernur, DPRD kabupaten/kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yg setingkat
74. Asas Peraturan Per-UU-an
1. Asas lex superior derogat legi inferiori : apabila terjadi pertentangan
antara perat. Per-uu-an yg secara hierarkis lebih rendah dgn yg
lebih tinggi, perat per-uu-an yg hierarkinya lebih rendah hrs
disisihkan
2. Asas lex specialis derogat legi generali
3. Asas lex posterior derogat legi priori : perat per-uu-an yg
terkemudian menyisihkan perat per-uu-an yg terdahulu
75. Jenis Interpretasi
1. Interpretasi berdasarkan kata2 undang2 :
• beranjak dari makna kata2 yg tertuang di dlm
undang2
• Dapat dilakukan apabila kata2 yg digunakan dlm UU
itu singkat, tajam dan tdk bermakna ganda
2. Interpretasi sistematis :
• Adalah interpretasi dgn melihat kepada hubungan di
antara aturan dlm suatu UU yg saling bergantung
• Harus dilihat asas yg melandasinya
76. 3. Interpretasi historis :
• makna ketentuan undang2 dilacak dari segi
lahirnya ketentuan tsb
4. Interpretasi teleologis :
• Tujuan adanya undang2
• Yg ditelaah, pemikiran yg melandasi adanya
undang2 dan penjelasan rasional utk apa
undang2 itu dibuat
77. 5. Interpretasi antisipatoris : dilakukan dgn merujuk kepada RUU yg
telah disahkan menjadi undang2 tetapi belum berlaku
6. Interpretasi modern :
• Menitikberatkan kpd makna kata2 dlm konteks tempat
digunakannya kata2 tsb
• Kemampuan utk mengidentifikasi elemen yg membentuk konteks
• Peneliti harus merujuk kepada penjelasan umum dan anatomi thd
undang2
78. 2. Pendekatan Kasus
• Dilakukan dgn cara melakukan telaah thd kasus2 yg berkaitan dgn isu
yg dihadapi yg telah menjadi putusan pengadilan yg telah mempunyai
kekuatan hk tetap
• Yg menjadi kajian pokok : ratio decidendi atau reasoning, yaitu
pertimbangan pengadilan (alasan2 hk yg digunakan hakim) utk
sampai kepada suatu putusan
• ratio decidendi atau reasoning merupakan referensi bagi penyusunan
argumentasi dlm pemecahan isu hukum
79. • ratio decidendi dapat diketemukan dgn memperhatikan fakta
materiil.
• Di dlm hk Indonesia, ratio decidendi dapat dilihat pada konsiderans
“Menimbang” pada “Pokok Perkara”
• Kegunaan pendekatan kasus :
1. ratio decidendi-nya adalah penafsiran atau penghalusan hk
2. Dalam hal undang2 tidak mengaturnya
80. 3. Pendekatan Historis
• Dilakukan dlm kerangka pelacakan sejarah lembaga hukum
dari waktu ke waktu
• Utk memahami filosofi dari aturan hukum dari waktu ke
waktu
• Dapat memahami perubahan dan perkembangan filosofi yg
mendasari aturan hk tsb
81. 4. Pendekatan Perbandingan
• Merupakan kegiatan utk membandingkan :
a. Hukum dari suatu negara dengan hukum negara lain
b. Hukum dari suatu waktu tertentu dengan hukum dari
waktu yg lain
c. Suatu putusan pengadilan yg satu dengan putusan
pengadilan yg lainnya untuk masalah yg sama
82. PERBANDINGAN HUKUM
(COMPARATIVE LAW)
PERBANDINGAN HUKUM BUKAN SUATU BANGUNAN HUKUM
(IS NOT A BODY OF LAW) YANG TERSUSUN DARI ATURAN-
ATURAN (RULES) SPESIFIK SUATU SUBJEK, SPT. HUKUM
KONTRAK.
PERBANDINGAN HUKUM TDK. MEMILIKI KANDUNGAN SUBJEK INTI (HAS
NO CORE SUBJECT CONTENT) & TERSENDIRI. LEBIH TEPAT DIKATAKAN
SEBAGAI CARA MELIHAT HUKUM DENGAN MENGGUNAKAN PROSES
PERBANDINGAN.
31/08/2020
82
83. PERBANDINGAN HUKUM
DE CRUZ :
COMPARATIVE LAW DESCRIBES THE SYSTEMATIC STUDY OF PARTICULAR
LEGAL TRADITIONS AND LEGAL RULES ON A COMPARATIVE BASIS.
31/08/20
20
83
84. PERBANDINGAN HUKUM (COMPARATIVE LAW) :
PENGERTIAN
ALAN WATSON :
(LEGAL TRANSPLANTS AN APPROACH TO COMPARATIVE LAW, 1993)
MENGUTIP GUTTERIDGE (MENGGUNAKAN ISTILAH RECHTSVERGLEICHUNG) MENGUNGKAPKAN
BAHWA PERBANDINGAN HUKUM “CONNOTE A PROCESS OF COMPARISON AND IS
FREE FROM IMPLICATION OF EXISTENCE OF A BODY OF RULES FORMING A SEPARATE
BRANCH OR DEPARTEMENT OF THE LAW”.
PENDAPAT LAIN :
COMPARATIVE LAW DENOTES A METHOD OF STUDY AND RESEARCH, OR IS A
TECHNIQUE.
MARY ANN GLENDON, ET ALL. (DKK) :
COMPARATIVE LAW IS NOT SIMPLY A METHOD, BUT A SCIENCE WITH ITS OWN
DISTINCT PROVINCE.
31/08/2020
84
85. SYARAT MELAKUKAN PERBANDINGAN HUKUM
AGAR MENJADI STUDI PERBANDINGAN, MAKA TDK DAPAT HANYA MELIHAT
ATURAN-ATURAN & PROSEDUR-PROSEDUR HUKUM (LEGAL RULES AND
PROCEDURES) DARI SATU SISTEM DLM ISOLASI, TETAPI MEMBUTUHKAN
MELIHAT ATURAN-ATURAN & PROCEDUR-PROSEDUR YG EKUIVALEN,
MINIMAL SATU SISTEM HUKUM LAINNYA.
ALAN WATSON, “I WOULD SUGGEST THAT IT IS THE STUDY OF RELATIONSHIP
OF ONE LEGAL SYSTEM AND ITS RULES WITH ANOTHER.”
31/08/20
20
85
86. KEGUNAAN
SEBAGAI METODE
SEBAGAI SUATU METODE, PERBANDINGAN HUKUM DAPAT DIPERGUNAKAN UNTUK
BERBAGAI TUJUAN PRAKTIS MAUPUN PENGAJARAN (SCHOLARLY)
APABILA SIFAT PERBANDINGAN HUKUM NYATA, HANYA DAPAT DITELITI ATURAN-
ATURAN DAN PROSEDUR HUKUMNYA TIDAK DARI SUATU SISTEM DALAM ISOLASI,
TETAPI DALAM PENGGUNAANNYA DENGAN MENGUJI ATURAN DAN PROSEDUR YANG
EKUIVALEN, PALING TIDAK DENGAN SISTEM LAIN.
APABILA SEBATAS METODE ATAU TEKNIK, MAKA MENURUT WATSON, TIDAK
PERLU MENJADI MATA KULIAH TERSENDIRI ATAU PENGEJARAN AKADEMIS
DENGAN KEBENARANNYA SENDIRI.
31/08/20
20
86
87. KEGUNAAN
SEBAGAI ILMU
AHLI HUKUM (JURISTS) LAIN BERPEGANGAN BAHWA PERBANDINGAN HUKUM
TIDAK SESEDERHANA SEBAGAI METODE, TETAPI SUATU ILMU (SCIENCE)
DENGAN BIDANGNYA SENDIRI YANG BERBEDA. HANYA SAJA DLM. HAL INI
MASIH KURANG DUKUNGAN.
PENDEKATAN YG. LEBIH MENGEMUKA, PERBANDINGAN HUKUM DIKAJI DLM
KERANGKA MULTIDISIPLIN, SEPERTI DIAJARKAN OLEH E. LAMBERT, YG.
MEMBAGI DLM. TIGA BAGIAN :
1. DESCRIPTIVE COMPARATIVE LAW;
2. COMPARATIVE HISTORY OF LAW; DAN
3. COMPARATIVE LEGISLATION (OR COMPARATIVE JURISPRUDENCE PROPER).
31/08/20
20
87
88. DESCRIPTIVE COMPARATIVE LAW
(PERBANDINGAN HUKUM DESKRIPTIF)
MERUPAKAN INVENTARISASI SISTEM-SISTEM PADA MASA LALU MAUPUN KINI
SEBAGAI SUATU KESELURUHAN, SEPERTI HALNYA ATURAN-ATURAN INDIVIDUAL,
YANG TERDAPAT BEBERAPA KATEGORI HUBUNGAN-HUBUNGAN HUKUM.
31/08/20
20
88
89. COMPARATIVE HISTORY OF LAW
(PERBANDINGAN SEJARAH HUKUM)
TERKAIT DENGAN ILMU HUKUM ETNOLOGIS (ETHNOLOGICAL JURISPRUDENCE),
FOLKLORE, SOSIOLOGI HUKUM, DAN FILSAFAT HUKUM.
PERBANDINGAN INI BERUSAHA MEMBAWA TERBENTUKNYA SEJARAH HUKUM
UNIVERSAL ATAU HUKUM ALAM YANG MENJADI FENOMENA SOSIAL, YANG
TELAH MENGALAMI EVOLUSI INSTITUSI HUKUM.
31/08/20
20
89
90. COMPARATIVE LEGISLATION
(PERBANDINGAN LEGISLASI)
MEREPRESENTASIKAN UPAYA UNTUK MENDEFINISIKAN BAGIAN YANG UMUM
DOKTRIN-DOKTRIN HUKUM NASIONAL YANG SAAT INI ADA YANG DIARAHKAN
UNTUK MEMINDAHKAN SBG. AKIBAT, BAIK PERKEMBANGAN STUDI HUKUM SBG.
ILMU SOSIAL MAUPUN KEBANGKITAN ATAS KESADARAN HUKUM INTERNASIONAL
31/08/20
20
90
91. Pembagian perbandingan hukum
menurut J.H. Wigmore
(Alan Watson, 1993)
1. COMPARATIVE NOMOSCOPY;
∞ MERUPAKAN DESKRIPSI SISTEM HUKUM
2. COMPARATIVE NOMOTHETICS;
∞ MERUPAKAN ANALISIS KEMANFAATAN SISTEM
COMPARATIVE NEMOGENETICS.
∞ YAITU STUDI PEMBANGUNAN IDE-IDE DAN SISTEM HUKUM DUNIA
31/08/20
20
91
92. Pandangan Watson
mengenai perbedaan perbandingan hukum
sbg. disiplin akademik
• Comparative law, then, if it is to be an intellectual discipline in its own right, is
something other than the study of one foreign system (with glances at one’s own),
an overall look at the world’s systems or comparison of individual rules or of
branches of law as between two or more systems, and I would suggest that it is the
study of relationship of one legal system and its rules with another. The nature of
any such relationship, the reasons for the similarities and the differences, is
discoverable only by a study of the history of the systems or of the rules; hence in
the first place, Comparative Law is Legal History concerned with the relationship
between systems. But one cannot treat Comparative Law simply as a branch of
Legal History. It must be something more.
• So, in the second instance, I suggest that Comparative Law is about the nature of
law, and especially about the nature of legal development.
31/08/2020 92
93. pandangan Alan Watson
Dua elemen tersebut berasal dari studi mengenai hubungan antara sistem-
sistem – Sejarah Hukum dan melampaui ilmu hukum (Jurisprudence), sehingga
Watson mengajukan kandungan esensial Perbandingan Hukum sebagai
“intellectual discipline” (disiplin intelektual) .
Apabila pendekatan ini benar dan Perbandingan Hukum sbg. suatu studi
hubungan antara sistem-sistem hukum, maka ketika tidak terdapat hubungan,
tidak ada Perbandingan Hukum, dan perbandingan menggambarkan antara
aturan-aturan yang berubah-ubah dan tanpa nilai sistematis.
31/08/20
20
93
94. TUJUAN & KEGUNAAN
PERBANDINGAN HUKUM
PERBANDINGAN HUKUM MEMILIKI TUJUAN PRAKTIS (PRACTICAL) MAUPUN
ILMIAH (SCIENTIFIC).
DI ANTARANYA MEMPROMOSIKAN PENINGKATAN PEMAHAMAN SISTEM
HUKUMNYA SENDIRI ATAU MENCARI PRINSIP-PRINSIP UMUM SEJUMLAH SISTEM
HUKUM.
STUDI PERBANDINGAN MEMILIKI BERBAGAI KEGUNAAN PRAKTIS, DI ANTARANYA
:
MEMFASILITASI KOMUNIKASI UNTUK KEPENTINGAN KLIEN DENGAN COUNTERPART-
NYA DAN PEJABAT DI NEGARA LAIN, DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN UNTUK
MENJADI PERSUASIF DALAM KONTEKS INTERNASIONAL.
SEBAGAI USAHA INTERNASIONAL UNTUK MELAKUKAN HARMONISASI HUKUM,
MISAL DALAM MASYARAKAT EROPA, JUGA MEMBANGUN KERANGKA,
PENERAPAN DAN INTERPRETASI NORMA-NORMA HUKUM SUPRANASIONAL.
31/08/20
20
94
95. TUJUAN PERBANDINGAN HUKUM
FASE PERMULAAN :
STUDI PERBANDINGAN HANYA BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM HUKUM YG BERBEDA,
YG MASING-MASING BERTEMU SATU SAMA LAIN ATAU KOEKSIS DALAM SUATU NEGARA
FASE KEDUA :
SECARA GRADUAL, STUDI FASE INI MELIHAT KEGUNAANNYA BAGI PEMBANGUNAN
(PERKEMBANGAN) HUKUM INTERNASIONAL, DI SAMPING STUDI SISTEM HUKUM LAIN
UNTUK MELAKUKAN SIKAP KRITIS THD SISTEM HUKUMNYA SENDIRI DENGAN
MELANGKAH KELUAR & MELIHAT KEMBALI KE BELAKANG.
FASE KETIGA :
DENGAN MENINGKATNYA TUNTUTAN PADA HUKUM & KERANGKA KERJA HUKUM KRN
TERJADINYA PERUBAHAN MASYARAKAT & TEKNOLOGI, METODE PERBANDINGAN
HUKUM DILIHAT SBG JALAN KELUAR BG PROBLEM-PROBLEM BARU DENGAN MELIHAT
PENGALAMAN SISTEM HUKUM LAIN YG BERHUBUNGAN DENGAN PROBLEM YG SAMA.
31/08/20
20
95
96. TUJUAN PERBANDINGAN HUKUM
FASE KEEMPAT (PERTENGAHAN ABAD KE-20/TAHUN 1980-AN):
PERBANDINGAN HUKUM DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT UNTUK MEMBERI INFORMASI
BAGI REFORMASI HUKUM (LEGAL REFORM) & HARMONISASI HUKUM REGIONAL.
FASE KELIMA (MELUASNYA GLOBALISASI) :
MELUASNYA GLOBALISASI & BERKURANGNYA IKATAN, BAIK PADA KLIEN MAUPUN
BISNIS, MENSYARATKAN PARA LAWYER UNTUK KEMBALI DARI ISOLASI SISTEM
HUKUM MEREKA UNTUK KEPENTINGAN ADVISE KLIEN INTERNASIONAL ATAU
MULTINASIONAL.
31/08/20
20
96
97. TUJUAN PERBANDINGAN HUKUM
MARY ANN GLENDON, DKK. :
DISCUSSIONS OF THE GOALS OF COMPARATIVE LAW OFTEN DRAW ON OVERLY
SHARP DISTINCTION BETWEEN ITS PRACTICAL AND ITS SCIENTIFIC AIMS.
TO BE SURE, COMPARATIVE STUDIES HAVE MANY PRACTICAL USES.
APLIKASI PRAKTIS BERBEDA DENGAN TUJUAN TEORITIS, SPT. MEMPERKENALKAN
PENGERTIAN YG TELAH BERUBAH DARI SISTEM HUKUMNYA ATAU MENCARI
PRINSIP-PRINSIP YG SAMA PADA BEBERAPA SISTEM HUKUM.
THE FACT IS THAT, IN LAW AS ELSEWHERE, THEORY AND PRACTICE ARE LIKER THE
TWO BLADES OF A SCISSORS, COMPLEMENTARY AND INDISPENSABLE TO ONE
ANOTHER. THE BEST PRACTICAL WORK IS GROUNDED IN THEORETICAL
UNDERSTANDING; THE SOUNDEST THEORY EMERGES FROM CONSTANT TESTING
AGAINST PRACTICAL KNOWHOW AND EXPERIENCE.
31/08/20
20
97
98. TUJUAN PERBANDINGAN HUKUM
PERBANDINGAN HUKUM JUGA MERUPAKAN METODE HEURISTIC YG SANGAT
DIPERLUKAN BAGI TEORI HUKUM MAUPUN SOSIAL. MONTESQUIEU, TOCQUEVILLE,
DURKHEIM, & MAX WEBER SEMUA MENGGUNAKAN STUDI PERBANDINGAN UNTUK
MENJELASKAN (ILLUMINATE) SEJARAH & PERTUMBUHAN HUKUM, PERANNYA DLM
MASYARAKAT, HUBUNGANNYA PADA PERILAKU & IDE-IDE. PERBANDINGAN
HUKUM MEMBANTU KITA UNTUK MEMAHAMI DINAMIKA SOSIAL, SEPERTI HALNYA
PERUBAHAN HUKUM.
AKHIRNYA, DPT DIKATAKAN BHW KEKUATAN PARA KOMPARATIS &
KEWAJIBANNYA UNTUK MEMBUAT EVALUASI KRITIS (CRITICAL EVALUATION)
MENGENAI APA YG DICARI MELALUI ANALISIS PERBANDINGAN.
31/08/20
20
98
99. METODE PERBANDINGAN HUKUM
DUA KONSEPSI ERNST RABEL, YAITU FUNGSI DAN KONTEKS
KITA TIDAK DAPAT MEMBANDINGKAN ATURAN, INSTITUSI, DAN SISTEM HUKUM
TANPA MENGETAHUI BAGAIMANA HAL TERSEBUT BERFUNGSI;
KITA JUGA TIDAK DAPAT MENGETAHUI BAGAIMANA BERFUNGSINYA TANPA
MEMAHAMI SITUASINYA DALAM KONTEKS HUKUM, EKONOMI, DAN KULTURAL.
31/08/20
20
99
100. KONSEKUENSI METODOLOGIS
(MARY ANN GLENDON, DKK)
(1) STUDI HUKUM ASING (FOREIGN LAW) MERUPAKAN LANGKAH UTAMA
YG SANGAT DIPERLUKAN UNTUK ANALISIS PERBANDINGAN. INI BERARTI
BAHWA SESEORANG MEMILIKI PEMAHAMAN MENGENAI KARAKTERISTIK
ESENSIAL DARI SISTEM-SISTEM UNTUK DIBANDINGKAN KESELURUHAN
FUNGSIONALISASINYA. DENGAN UNSUR & INSTITUSI TERTENTU DLM STUDI,
SESEORANG MEMBUTUHKAN UNT MENGETAHUI BAGAIMANA PERANNYA
YG TEPAT DLM KESELURUHAN. APAKAH NILAI YG DILINDUNGI &
DITAWARKAN ? MELALUI BIDANG TEKNIS APA, INSTITUSI ITU DIOPERASIKAN
?
31/08/20
20
10
0
101. KONSEKUENSI METODOLOGIS
(2) SESEORANG HARUS MENGERTI SISTEM ORANG LAIN DLM CARA YG
SAMA.
(3) KEBUTUHAN UNT MELIHAT ISTITUSI HUKUM KITA SENDIRI & ASING DLM
KONTEKS, BERARTI BAHWA PERBANDINGAN HUKUM DILAKUKAN SANGAT
ALAMIAH , YAITU SEBAGAI IKHWAL YG INTERDISIPLINER, SEHINGGA
SANGAT BERGANTUNG PADA KERJA EMPIRIS. NORMA HUKUM TDK DAPAT
SECARA SEPENUHNYA DIMENGERTI TANPA PENGETAHUAN ATAS SUMBER-
SUMBERNYA; TUJUAN-TUJUAN POLITIK, SOSIAL, DAN EKONOMINYA; MILEU
TEMPATNYA BEROPERASI; PERAN PROFESI HUKUM; BEKERJANYA SISTEM
PERADILAN.
31/08/20
20
10
1
102. KONSEKUENSI METODOLOGIS
PENDEKATAN FUNGSIONAL BERARTI BAHWA INSTITUSI & ATURAN HUKUM
PADA IKHWAL YG SAMA HARUS DIBEBASKAN DARI KATEGORI-KATEGORI
KONSEPTUAL SISTEM HUKUM ASALNYA (HOME SYSTEMS), SEHINGGA DPT
DILIHAT DLM PENGERTIAN TUJUAN-TUJUAN SOSIAL YG DILAYANI. DNG.
MENGUTIP ZWEIGERT & KÖTS, DIKATAKAN BAHWA “THE FUNCTIONAL
APPROACH OF COMPARATIVE LAW CONCENTRATES ON THE REAL LIVE
PROBLEM WHICH OFTEN LURKS UNSEEN BEHIND THE CONCEPTS OF THE
NATIONAL SYSTEMS”.
31/08/20
20
10
2
103. 5. Pendekatan Konsep
• Dilakukan ketika peneliti tdk beranjak dari aturan hk yg ada, krn belum ada
aturan hk utk masalah yg dihadapi
• Peneliti hrs membangun konsep/prinsip hk utk dijadikan acuan di dalam
penelitiannya
• Prinsip-prinsip hk dpt ditemukan dalam :
a. pandangan-pandangan sarjana
b. Doktrin
c. Undang-undang
104. Analisa Data Penelitian Kualitatif
• Sebelum melakukan analisa data (kualitatif) ada
cara kerja yang harus diperhatikan:
1. Mendiskripsikan hasil wawancara secara apa adanya.
2. Melakukan kategorisasi hasil temuan-temuan itu menurut jenis
datanya yang sesuai dengan tujuan penelitian.
3. Setelah melakukan kategorisasi baru dilakukan analisa secara kritis
terhadap seluruh hasil temuan yang ada.
4. Untuk penyajian hasil wawancara secara mendalam perlu
dipisahkan antara emik (pendapat informan) dengan etik
(pendapat peneliti).
5. Pada penyajian data ada dua pilihan: Pertama, ethografi klasik
(peneliti secara rinci, detail dan mendalam menggambarkan
seluruh peristiwa tanpa interpretasi. Kedua, etnografi modern
laporan penelitian sudah imaginasikan dengan bantuan teori dsb.
105. Catatan Lapangan
1. Catatlah segala sesuatu hasil pengamatan atau hasil interview
sesegera mungkin.
2. Jangan membicarakan pengamatan yang dilakukan sebelum menulis
catatan lapangan.
3. Cari tempat yang sepi jauh dari gangguan untuk merekam kembali
segala sesuatu yang dilihat, didengar atau dirasakan selama observasi
dilakukan.
4. Sediakan waktu yang cukup untuk melakukan pencatatan hasil
observasi yang telah dilakukan.
5. Usahakan dalam melakukan rekaman kembali terhadap hasil
observasi secara kronologis.
6. Biarkanlah segala seseuatu itu keluar dari pikiran anda sesuai dengan
hasil observasi yang dilakukan.
7. Jangan ada anggapan bahwa menulis catatan lapangan itu harus sekali
jadi.
8. Hendaknya disadarai bahwa menulis catatan lapangan itu adalah
pekerjaan yang sangat melelahkan, sehingga membutuhkan
kesabarab dan ketekunan.
106. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data
1. Memeriksa kerepresentatifan data (informan).
2. Memeriksa pengaruh peneliti dari ke-bias-an.
3. Melalui triangulasi, yang intinya mencari tahu tentang
kesahihan dan keterandalan data.
4. Memberi bobot pada bukti melalui umpan balik sebelum
kesimpulan dibuat. Baik dari sumber data (saksi peristiwa)
maupun dari lingkungan data (kasus Tanjung Priok).
5. Membuat pertentangan atau perbandingan sebelum
kesimpulan dibuat.
6. Memeriksa makna segala sesuatu yang diluar dalam rangka
memperdalam kesimpulan awal.
7. Menggunakan kasus ekstrem sebagai kontrol atas kesimpulan
yang akan dibuat.
107. 8. Menyingkirkan hubungan palsu , khususnya untuk
menentukan ada-tidaknya hubungan variabel yang
bersifat sebab-akibat.
• Membuat replika temuan, sehingga temuan menjadi lebih
dapat dipercaya, terutama jika ditunjang oleh data yang
mandiri.
• Mencari penjelasan tandingan. Hal ini diperlukan
terutama untuk memperkecil subyektifitas data yang kita
peroleh.
• Memberi bukti yang negatif. Tujuan untuk mengkontrol
kesimpulan yang telah dibuat.
• Mendapatkan umpan-balik dari informan (konfirmasi)
sebelum kesimpulan definitif dibuat (Miles dan
Haberman, 1992).
109. • Kredibilitas :
1. Perpanjangan keikutsertaan: keterlibatan peneliti
dalam waktu yang panjang, diluar untuk
mempelajari kebudayaan, membangun
kepercayaan, juga, untuk mengeliminir distorsi
yang mungkin terjadi.
2. Ketekunan pengamatan: untuk memperoleh
tingkat kedalaman terhadap penelitian yang
dilakukan.
3. Triangulasi: pada dasarnya merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data, dengan
memanfaatkan apa yang ada diluar data, sebagai
pembanding.
110. Macam Triangulasi (Denzin)
1. Triangulasi dengan sumber: membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan
waktu yang berbeda.
Caranya:
a. membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara;
b. membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi;
c. membandingkan apa yang dikatakan orang dalam penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;
d. membandingkan apa yang dikatakan orang dengan berbagai
pendapat, sesuai dengan status dan kelas sosial yang ada;
e. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
111. 2.Triangulasi Metode: untuk memperoleh tingkat kepercayaan
dengan mengecek teknik pengumpulan datanya atau sumber
datanya.
3.Triangulasi penyidik: dengan memanfaatkan pengamat lain untuk
mengecek derajat kepercayaan data.
4.Triangulasi Teori: adanya asumsi bahwa realitas lebih kaya dari teori
apapun yang digunakan.
112. 5. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi: dimaksudkan agar tetap mempertahankan sikap terbuka,
jujur dan membantu hipotesa kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
6. Kajian kasus negatif: intinya untuk membandingkan informasi dengan dengan kasus yang tidak
sesuai dengan pola dan informasi yang telah dikumpulkan.
7. Pengecekan anggota: intinya untuk melakukan evaluasi terhadap hasil yang sudah diperoleh
dengan membandingkan hasil wawancara melalui kaset, misalnya, sebelum data ditafsirkan.
• Keteralihan:
• 7. Melalui uraian rinci: yang dalam istilah antropologi disebut sebagai “thick description” atau
gambaran yang mendalam tentang realitas lokal yang diteliti.
114. • Kredibilitas :
1. Perpanjangan keikutsertaan: keterlibatan peneliti
dalam waktu yang panjang, diluar untuk
mempelajari kebudayaan, membangun
kepercayaan, juga, untuk mengeliminir distorsi
yang mungkin terjadi.
2. Ketekunan pengamatan: untuk memperoleh
tingkat kedalaman terhadap penelitian yang
dilakukan.
3. Triangulasi: pada dasarnya merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data, dengan
memanfaatkan apa yang ada diluar data, sebagai
pembanding.
115. Macam Triangulasi (Denzin)
1. Triangulasi dengan sumber: membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan
waktu yang berbeda.
Caranya:
a. membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara;
b. membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi;
c. membandingkan apa yang dikatakan orang dalam penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;
d. membandingkan apa yang dikatakan orang dengan berbagai
pendapat, sesuai dengan status dan kelas sosial yang ada;
e. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
116. 2.Triangulasi Metode: untuk memperoleh tingkat kepercayaan
dengan mengecek teknik pengumpulan datanya atau sumber
datanya.
3.Triangulasi penyidik: dengan memanfaatkan pengamat lain untuk
mengecek derajat kepercayaan data.
4.Triangulasi Teori: adanya asumsi bahwa realitas lebih kaya dari teori
apapun yang digunakan.
117. 5. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi: dimaksudkan agar tetap mempertahankan sikap terbuka,
jujur dan membantu hipotesa kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
6. Kajian kasus negatif: intinya untuk membandingkan informasi dengan dengan kasus yang tidak
sesuai dengan pola dan informasi yang telah dikumpulkan.
7. Pengecekan anggota: intinya untuk melakukan evaluasi terhadap hasil yang sudah diperoleh
dengan membandingkan hasil wawancara melalui kaset, misalnya, sebelum data ditafsirkan.
• Keteralihan:
• 7. Melalui uraian rinci: yang dalam istilah antropologi disebut sebagai “thick description” atau
gambaran yang mendalam tentang realitas lokal yang diteliti.
118. • Keteralihan:
Melalui uraian rinci: yang dalam istilah antropologi disebut
sebagai “thick description” atau gambaran yang mendalam
tentang realitas lokal yang diteliti
• Ketergantungan:
Audit Ketergantungan: tidak dapat dilaksanakan apabila tidak
dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan
proses dan hasil studi.
• Kepastian:
Intinya melakukan monitoring, mulai dari pelaksanaan,
proses, maupun hasil studi. Yang salah satunya untuk
memastikan apakah hasil penelitian itu benar-benar berasal
dari data atau hasil opini.
119. Analisa Data
•pada dasarnya merupakan proses pengorganisasian
dan mengurutan data ke dalam kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan pola, tema
yang dapat dirumuskan sebagai hipotesa kerja
120. Analisis Data
• Pertama-tama yang harus dilakukan dalam analisa data adalah pengorganisaian
data dalam bentuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode
dan mengkatagorikannya.
• Tujuan pengorganisasian dan pengolahan data tersebut untuk menemukan
tema dan hipotesa kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori.
• Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang dikumpulkan,
baik yang diperoleh melalui wawancara, pengamatan, catatan lapangan dst.,
baru melakukan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi.
• Sebelum data ditafsirkan dilakukan evaluasi terhadap keabsahan data, baru
data ditafsirkan sebagai kemungkinan lahirnya teori.
121. Tiga Tujuan dalam menafsirkan data (Schaltzman dan Strauss,
1973):
1. Melakukan deskripsi semata-mata. Seluruh data
yang disajikan dalam bentuk emik.
2. Deskripsi analitik. Setelah dilakukan kategorisasi
dan proses abstraksi dilakukan penafsiran dengan
bantuan teori (lama).
3. Teori subtantif.
122. Reduksi Data
• Reduksi data: merupakan seleksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data kasar yang mucul dalam catatan tertulis di lapangan.
• Reduksi data: berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. Jadi
reduksi data bukanlah merupakan hal yang terpisah dalam analisis.
• Reduksi data: merupakan bentuk analisis yang menajam, menggolongkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data, sehingga kesimpulan dan
verifikasi dapat dilakukan.
123. Ada dua reduksi:
• Pertama reduksi vertikal: dimana reduksi data menunjukkan proses seleksi,
fokus penyederhanaan, abstraksi, mentransformasi data mentah yang
diperoleh, laporan dari lapangan menjadi konsep, hipotesis sampai pada teori.
• Kedua, reduksi horizontal yang lebih menunjukkan pada proses klasifikasi
konsep, variable, hipotesis atau teori.
• Dalam penyajian data, akhirnya merupakan proses analisis kedua yang harus
dilakukan. Sebagaimana halnya reduksi data, penciptaan dan penggunaan
penyajian data tidaklah terpisah dari analisis.
125. Praktek Pembuatan Proposal
A. Judul
B. Latar Belakang Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Kerangka Konseptual
G. Teoritik yang digunakan dalam desertasi
H. Kerangka Pemikiran
I. Metode Penelitian
J. Orisinalitas Penelitian
K. Sistematika Penulisan
L. Jadwal Penelitian
125
126. Proposal Penelitian
• adalah gagasan tentang sesuatu topik studi yang
penting dilakukan karena alasan-alasan dan tujuan
tertentu berikut pendekatan dan metodologi untuk
melakukannya.
• Penyusunan proposal harus:
1. Dibangun dalam argumen yang jelas.
2. Didukung oleh data dalam setiap pointnya.
3. Ditunjukkan bagaimana masalah itu terintegrasi
secara konseptual.
126
127. ISI PROPOSAL
Proposal pada dasarnya menjawab masalah
masalah berikut:
• Apa yang akan diteliti?
• Mengapa masalah itu perlu diteliti?
• Bagaimana penelitian itu akan dilakukan?
• Strategi apa yang akan digunakan dalam penelitian?
• Kapan setiap stage penelitian itu akan dilakukan?
127
128. 3 unsur yang harus ada dalam proposal
penelitian
1. Pendahuluan sejauhmana pemahaman
peneliti tentang peta permasalahan yang
akan diteliti
2. Teori-Teori Hukum dan Kerangka Pemikiran
sejauhmana pemahaman peneliti terhadap peta
teori dan posisi kerangka pikir dalam
penelitiannya
3. Metodologi sejauhmana pemahaman
peneliti tentang cara untuk mencapai tujuan
dari penelitiannya
128
129. A. Judul
Persoalan Umum :
•Redaksi judul penelitian tidak jelas dipahami
problem konseptualisasi
•Cakupan judul terlalu luas dan umum
•Judul tidak [mengesankan] problematika yang
dikandung dan penting untuk diteliti
•Substansi judul tidak tercermin dalam rumusan
masalah (Judul dan rumusan masalah mismacht)
129
130. Judul
• harus jelas, ringkas dan mencerminkan masalah apa yang
akan diteliti
• Tidak memberi peluang penafsiran
• Untuk penelitian survai (kuantitatif) : judul harus jelas
penempatan posisi independent variable dan dependent
variablenya
• dibuat singkat (tidak lebih dari 20 kata)
130
131. Contoh judul penelitian hk. empiris
1. Asas praduga tak bersalah dalam budaya hukum
Indonesia
2. Pengetahuan ttg pendaftaran tanah, Persepsi ttg
biaya serta jangka waktu penyelesaian pendaftaran
tanah dan Minat mendaftarakan tanah di Blora
3. Budaya hukum Keraton Yogyakarta dalam
Pengaturan Tanah Baluwarti sebagai Kawasan Cagar
Budaya
131
132. Contoh judul penelitian hk doktrinal
1. Perlindungan hukum bagi pekerja dalam PHK oleh PT.
Dan Liris Semarang
2. Reorientasi prinsip-prinsip hk agraria indonesia terhadap
World Trade Organization (WTO)
3. Due process of law dalam proses peradilan di Indonesia
132
133. B. Latar Belakang Masalah
Persoalan Umum :
•Pemaparan tidak fokus pada pokok masalah, tapi
“ngalor-ngidul” ke sana ke mari, lalu masuk ke
masalah dan fokus penelitian
•Tidak disertai dengan data-data pendahuluan yang
mendukung kepada pentingnya masalah untuk
diteliti
•Tidak mengelaborasi literatur atau hasil penelitian
terdahulu sebagai lanskap
133
134. Isi pokok dari latar belakang
•membangun argumen: mengapa penelitian itu penting
untuk dilakukan
•Disusun dengan Pola Piramida Terbalik, maksudnya latar
belakang hrs dimulai dr uraian yg bersifat umum &
kemudian mengarah kpd persoalan2 yang spesifik
134
135. Sumber Argumentasi
mengapa penelitian perlu dilakukan
• hasil penelitian orang lain,
• data-data statistik,
• hasil bacaan jurnal penelitian, studi pustaka,
• pengamatan yang menceritakan terjadinya kesenjangan
antara yang “seharusnya” (das sollen) dengan fakta-fakta
sosial “yang ada” (das sein)
135
136. Yang harus dihindari
dalam menyusun latar belakang
•adalah membangun alasan-alasan yang tidak
konsisten atau tidak relevan.
136
137. Latar Belakang untuk
penelitian hukum normatif
•Memuat identifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-
hal yang tidak relevan dengan isu hukum yang akan
dipecahkan.
•Harus ada uraian adanya dua proposisi hukum yang
mempunyai hubungan yang bersifat fungsional,
kausalitas, maupun yang satu menegaskan yang lain
137
138. C. Rumusan Masalah
Persolan Umum :
• Tidak tajam menggali persoalan
• Terlalu luas menjangkau masalah
• Jawaban dari pertanyaan yang diajukan sudah dapat
diterka, tanpa harus dilakukan penelitian
• Mismacht dengan judul yang dirumuskan
138
139. 139
RUMUSAN MASALAH
1. Merupakan elemen yang paling penting dalam research design;
2. Merupakan starting point untuk masuk dalam masalah research
yang akan dilakukan;
3. Oleh karena pertanyaan penelitian merupakan yang paling
esensial, maka harus dirumuskan dengan jelas dan padat.
140. Rumusan Masalah
• Berkaitan dengan tujuan dan sifat penelitian
• Dapat berupa pertanyaan atau berbentuk pernyataan
• harus menyatakan hubungan antara dua proposisi hukum (penelitian hukum
normatif) atau variabel (socio-legal research).
• menyiratkan kemungkinan dapat diuji secara empiris (untuk socio-legal
research / non doctrinal).
• harus dinyatakan secara tegas serta tidak mengandung keraguan.
140
141. Prinsip Perumusan Masalah dalam Penelitian
Kualitatif (Moleong)
1. Fungsi perumusan masalah pada dasarnya sekedar untuk
arahan, bimbingan, atau acuan untuk menemukan
masalah yang sebenarnya. Sedangkan masalah yang
sebenarnya baru mungkin ditemukan ketika peneliti
sudah mulai melakukan pengumpulan data
2. Masalah yang dirumuskan akan berfungsi sebagai
patokan untuk analisa data atau menjadi hipotesa kerja
141
142. 3. Untuk mempertajam perumusan masalah diperlukan
hasil kajian pustaka yang relevan
4. a. terdiri dari dua faktor atau lebih.
b. faktor-faktor itu dihubungkan dalam suatu
hubungan yang logis atau bermakna
c. hasil menghubungkan itu mungkin berupa
pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau
membutuhkan pemecahan masalah.
Inilah yang biasanya disebut sebagai tujuan penelitian
142
143. 5. Dalam upaya untuk membatasi studi dalam perumusan
masalah harus konsisten dengan paradigma yang digunakan
6. rumusan masalah:
a. dapat berbentuk deskriptif atau tanpa pertanyaan
penelitian;
b. dapat secara langsung menghubungkan faktor- faktor
hubungan logis dan bermakna:
c.secara gabungan antara bentuk diskriptif (pernyataan)
dan pertanyaan.
143
144. D. Tujuan Penelitian
•Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan hal
spesifik yang diinginkan dari kegiatan penelitian
berdasarkan rumusan masalah.
•Jadi harus ada konsistensi antara rumusan masalah,
tujuan penelitian dan kesimpulan
144
145. Tujuan Penelitian hukum doktrinal
•Tujuan penelitian menunjukkan arah preskripsi
mengenai hal yang seharusnya merupakan
esensi penelitian hukum doktrinal
145
146. Tujuan Penelitian hukum
non-doktrinal (Basic Research)
1. To explore, hanya untuk penjelajahan. Tujuannya berusaha untuk pengembangan awal,
mencari gambaran kasar atau mencari pemahaman tentang fenomena sosial yang belum
diketahui sebelumnya
2. To describe, tujuannya hanya untuk menggambarkan realitas sosial secara apa adanya atau
melakukan pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, termasuk keajegan-
keajegan sosial yang ada
3. To explain, tujuannya untuk menjelaskan (hubungan sebab-akibat) atau membuktikan suatu
teori tertentu
4. To understand: tujuannya untuk memahami fenomena sosial secara mendalam, termasuk
menentukan alasan-alasan dari tindakan sosial yang ada, kejadian-kejadian serangkain episode
sosial, dengan berbagai alasannya yang diderivasi dari aktor sosial
5. To predict, jika tujuan penelitiannya untuk meramalkan
146
147. Tujuan Penelitian hukum
non-doktrinal (Applied Research)
1. To change: untuk melakukan intervensi sosial, seperti membantu partisipasi
2. To evaluate: untuk memonitor program intervensi sosial atau menilai apakah
program yang telah ditetapkan sesuai dengan outcome yang telah
direncanakan dan membantu memecahkan masalah dan membuat
kebijakan.
3. To asses social impact: untuk mengindentifikasi kemungkinan konsekuensi/
dampak sosial-kebudayaan dari pelaksanaan proyek, perubahan teknologi
atau kebijakan tindakan pada stuktur sosial, proses sosial dan sebagainya.
147
148. Tujuan Penelitian hukum
non-doktrinal (paradigma ilmu sosial)
1. Tujuan penelitian dalam paradigma positivisme-
postpositivisme adalah untuk menemukan kelaziman
hukum alam dalam memprediksi dan mengontrol.
2. Tujuan penelitian dalam paradigma critical theory
adalah penghancuran mitologi dan memberi wewenang
masyarakat untuk mengadakan perubahan sosial.
3. Tujuan penelitian dalam paradigma konstruktivisme
adalah untuk memahami dan menggambarkan
pengertian aksi sosial
148
149. E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis :
Manfaat teoritis bertalian dengan pengembangan pemikiran/gagasan/ide/teori
baru ilmu hukum.
2. Manfaat praktis :
Manfaat praktis bertalian dengan pemecahan masalah yang diteliti.
Seyogyanya dapat dijelaskan manfaat praktis bagi institusi tempat penelitian
dilakukan, masyarakat
• Kegunaan ini dirumuskan secara spesifik sesuai dengan [seukuran] problem
yang akan dipecahkan/dijawab
149
150. F. Kerangka Konseptual
G. Teori2 yang digunakan
H. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Konseptual (menjelaskan konsep-konsep dalam judul)
2. Teori :
a. Ajaran Hukum dalam Penelitian Hukum Normatif
b. Teori Sosial dalam Penelitian Hukum Non-doktrinal
3. Kerangka Pemikiran (menjelaskan Konflik hukum, masalah, teori dan
metode penelitian serta perbandingan hukum di berbagai Negara,
konsep rekonstruksi nilai dan norma hukum)
150
151. Kajian Pustaka
• Bagian ini berisi uraian sistematis tentang berbagai keterangan yang
dikumpulkan dari pustaka yang ada hubungannya, dan menunjang
penelitian.
• Referensi pustaka yang wajib digunakan berupa jurnal (minimal tiga
jurnal terdiri atas dua jurnal internasional dan satu jurnal nasional)
dan buku teks, dengan ketentuan 75 % wajib menggunakan
referensi terbaru/termutakhir
151
152. 1a. Ajaran Hukum dalam
Penelitian Hukum Normatif
• Diuraikan :
1. aturan hukum,
2. prinsip-prinsip hukum/asas-asas hukum, dan
3. doktrin hukum guna menjawab isu hukum
sebagai permasalahan penelitian
152
153. principles of legality dari Fuller
1. Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan.
2. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan.
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut
4. Peraturan2 harus disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti.
5. Suatu sistem tdk boleh mengandung peraturan2 yg bertentangan satu sama lain.
6. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang
dapat dilakukan.
7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan sehingga
menyebabkan seorang akan kehilangan orientasi.
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaannya
sehari-hari
153
154. Ten Berge
• Ten Berge menyebutkan mengenai beberapa aspek yang harus diperhatikan atau
dipertimbangkan dalam rangka penegakan hukum, yaitu
1. Suatu peraturan harus sedikit mungkin membiarkan ruang bagi perbedaan
interpretasi;
2. Ketentuan perkecualian harus dibatasi secara minimal;
3. Peraturan harus sebanyak mungkin diarahkan pada kenyataan yang secara objektif
dapat ditentukan;
4. Peraturan harus dapat dilaksanakan oleh mereka yang terkena peraturan itu dan
mereka yang dibebani dengan (tugas) penegakan (hukum)
154
155. 1b. Teori Sosial dalam
Penelitian Hukum Non-doktrinal
• Untuk membantu kemungkinan menemukan jawaban
penelitian atau membantu mengembang hipotesa;
• Menunjukkan asumsi yang mendasari di balik pertanyaan
yang diajukan dalam penelitian;
• Menunjukkan bahwa peneliti telah mengidentifikasi masalah
yang terjadi sebelumnya dan studi yang akan dilakukan akan
mengisi apa yang dibutuhkan;
155
157. Teori:
• Teori adalah serangkaian konsep, definisi dan proposisi yang
saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran
sistematis tentang suatu fenomena (sosial).
• Teori mengandung tiga hal:
1. Teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang
saling berhubungan.
2. Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial
dengan cara menentukan hubungan sosial antar konsep.
3. Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara
menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep
lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya (Singarimbun&
Effendi, 1989:37).
157
158. Konsep
•Adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan,
kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial (masri&Effendi)
•Peranan konsep pada dasarnya untuk menghubungkan
antara dunia teori dengan dunia observasi, antara
abstraksi dan realitas
•Contoh: fungsi latent; fungsi manifest, debirokratisasi,
kekerabatan, mortalitas, fertilitas, partisipasi politik
dan sebagainya
158
159. Proposisi
• Adalah Hubungan logis antara dua konsep disebut proposisi. Proposisi
biasanya disajikan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menunjukkan
hubungan antar dua konsep
• Contoh :
1. proposisi Harris dan Todaro (1969) yang banyak digunakan dalam studi
mobilitas penduduk berbunyi: ”proses migrasi ditentukan oleh perbedaan
upah”.
2. Proposisi Jaccard dan Davidson menyatakan “niat menggunakan kontrasepsi
modern bervariasi menurut status sosial-ekonomi”
159
160. Tipe Proposisi
1. Aksioma atau postulat adalah proposisi yang
kebenarannya tidak perlu dipertanyakan lagi, sehingga
tidak perlu lagi diuji. Misalnya, “perilaku manusia
adalah fungsi kepentingannya”; “perilaku manusia
selalu terikat pada norma sosial” dst.
2. Teorem adalah proposisi yang direduksi dari aksioma.
160
161. Contoh-contoh proposisi yang lebih
umum:
1. Apabila modernisasi teknologi dan pertumbuhan ekonomi
berlangsung terus, maka ketimpangan pendapatan dan
kekayaan pada awalnya meningkat tajam, kemudian menurun
tajam, dan selanjutnya tercapai keseimbangan yang relatif stabil
(Berger, 1986)
2. Apabila struktur pengawasan dan pengadilan sangat lemah,
maka korupsi akan terus berkembangan secara kolektif dan
semakin sistemik.
161
162. Teori-Teori Sosial, antara lain :
1. Teori-teori Sosial Klasik
a. Karl Marx
b. Emile Durkheim
c. Max Weber
d. Georg Simmel
2. Teori-Teori Sosial Modern
a. Fungsionalisme Struktural
b. Neo-Marxisme
c. Interaksionisme Simbolis
d. Masyarakat Risiko
3. Teori-teori Sosial Postmodern
a. McDonalisasi
b. Poststrukturalisme
c. Postmodernisme
162
163. Dalam penelitian penjelajahan
(to explore)
• Posisi teori pada dasarnya tidak terlalu dominan. Kecuali untuk membantu
memahami realitas sosial yang ada.
• Misalnya :
1. kita belum tahu mengapa sistem perkawinan poliandri bisa diterima oleh
masyarakat di kecamatan x di Pasuruan
2. mengapa petani-gurem yang banyak memberikan sumbangan pada swadaya
pangan, tetapi paling sedikit menerima keuntungan tidak pernah berontak
(share of poverty): dan sebagainya
163
164. Dalam penelitian desktiptif
(to describe)
• meskipun tujuan penelitian hanya menggambarkan realitas sosial secara apa
adanya, teori akan sangat membantu untuk menafsirkan atau memahami realitas
sosial yang ada.
• Misalnya, untuk menggambarkan derajat nasionalisme 25 orang Indonesia di
Australia, Deddy Mulyana (dalam disertasinya) setelah membuat kategorisasi
model identitas etnik (religious, moderat, kosmopolitan dan nasionalis), ia
menggunakan berbagai teori untuk memahami gejala sosial yang ditemukan
164
165. Dalam penelitian penjelasan
(to explain)
• Posisi teori sangat jelas, yakni untuk landasan penjelasan
realitas sosial yang diturunkan dalam hipotesa hendak diuji.
• Misalnya, kita melakukan penelitian tentang bunuh diri di
Gunung Kidul dengan mencoba menverifikasi (dengan
berbagai modifikasi) teorinya Durkhiem
165
166. Teori bunuh diri (Emile Durkheim)
• mengatakan adanya hubungan antara kohesi sosial dengan pemahaman
keagamaan.
• Menurut temuan Durkheim orang Protestan atau orang yang sendirian
ternyata lebih mudah melakukan bunuh diri dibandingkan orang Katolik dan
orang yang sudah berkeluarga. Alasannya hirarkhi gereja yang ketat dalam
agama Katolik dan keterikatan orang yang sudah berkeluarga, membuat kohesi
sosial lebih kuat dibandingkan agama Protestan dan orang yang sendirian yang
ikatan sosialnya lebih longgar.
• Namun ternyata orang-orang yang banyak bunuh diri di Wonosari, Gunung
Kidul, Yogjakarta, itu malah orang-orang Katolik atau Islam yang sudah
berkeluarga, misalnya. Jadi disini uji teori telah dilakukan, termasuk mencari
jawab atas tidak berlakunya teori Durkheim dan kemungkinan pengaruh
variable lain.
166
167. Dalam penelitian untuk memahami (to
understand)
• Posisi teori adalah untuk menafsirkan realitas.
• Misalnya :
1. untuk keberhasilan kapitalisme di Asia Tenggara (oleh ras kuning) kita menggunakan
pendekatan kebudayaan (Weberian) dengan mencoba mempelajari implikasi modal
sosial etnik ini dengan mempelajari xinyong dan guanxi.
2. untuk memahami konflik etnik-keagamaan di Indonesia, kita menggunakan: teori
“etho-nationalism” (primordialist atau instrumentalist) dari William Douglas (1993);
teori “deprivasi relatif” dari Robert Gurr; atau teori penguatan identitas dan kohesi
kelompok dari Peter Blau (overlapping cleavages atau crosscutting cleavages).
3. untuk memahami mengapa mesin politik gagal menghantarkan Megawati-Hasyim jadi
presiden, dengan perspektif bureaucratic polity (Karl D Jackson), teori patron-client
(Wertheim), teori ekonomi politik (Richard Robinson) dan sebagainya.
167
168. Dalam penelitian To predict
• Posisi teori sebagai peramal realitas sosial. Untuk melakukan ramalan kejadian
tertentu di masa mendatang, setelah melakukan pemahaman dan penjelasan
atas fenomena sosial tertentu sebagai landasan postulatnya
• misalnya, telah ditemukan sebuah hitungan bahwa dalam situasi krisis ekonomi
yang sekarang ini setiap pertumbuhan negatif 1 persen akan ada 400.000 orang
yang menganggur. Dengan demikian jika sekarang pertumbuhan ekonomi kita
terkontraksi 15 %, paling tidak akan ada 6 juta angkatan kerja baru yang
menganggur.
168
169. 2. Kerangka Pemikiran
•Menggambarkan logika hukum untuk
menjawab permasalahan penelitian.
Kerangka berpikir sebaiknya disajikan
dalam bentuk bagan atau skema
kemudian diberi penjelasan.
169
170. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Pemanfaatan terminal belum
optimal, terminal mangkrak
(rendahnya dukungan sarpras,
perencanaan buruknya pengelolaan)
2. Kelemahan berupa faktor –faktor
penyebab tidak optimalnya
pemanfaatan terminal (substansi,
struktur, kultur)
3. Standar Operasional Prosedure
(SOP) Pelayanan belum Optimal
Regulasi Negara :
1. UU No, 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
2. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
3. UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik
4. UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan
Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme
5. UU No. 23Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
6. PP No. 74 Tahun 2014 tentang
Angkutan Jalan
7. PP No. 79 Tahun 2013 tentang
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jln
Regulasi Pemda. (PERGUB,
PERDA)
Perda Kabupaten Kotawaringin
Barat No. 19 Tahun 2012 tentang
Retribusi Terminal
GRAND TEORI
•Teori Utility J. Bentham
•Teori Negara Kesejahteraan
•Teori Negara Hukum
•Teori Otonomi Daerah
MIDLE TEORI
•Teori Nilai Dasar Hukm Gstf Radburch
•Teori Sistim Hukum Lwr. M.Friedman
•Teori Kebijakan Publik
APPLIED TEORI
•Teori Hukum Responsif
•Teori Hukum Progresif
•Teori Pancasila
•, T. Pelayanan Publik , Wisdom lokal
Wisdom Internasional
Singapura, Malaysia, KorSel,
Belanda
(Pelayanan, kenyamanan,
kesenangan, ketenangan,
kecepatan, kepastian,
kebahagiaan ketertiban,
kebutuhan sekunder,
kebutuhan tersier refreshing,
citra positif)
TUJUAN NKRI MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBANGUNAN DI
SEGALA BIDANG (PREAMBULE UUD RI 1945 ALINEA 4, PSL 34 AYAT 3 FASILIATAS UMUM)
REKONSTRUKSI KEBIJAKAN PELAYANAN PUBLIK
PENYEDIAAN TERMINAL BERBASIS NILAI KEMANFAATAN
( Melahirkan Teori Baru, Kaidah Perencanaan dan Aturan)
Pemda Dalam
Peyediaan Terminal
(INDONESIA SEBAGAI PENGANUT PAHAM NEGARA KESEJAHTERAAN/WELFARE STATE)
171.
172. 3. Hipotesis
• Hipotesis dirumuskan berdasarkan landasan teori atau dari
tinjauan pustaka.
• Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan
yang kebenarannya masih harus dibuktikan.
• Hipotesis disajikan dalam bentuk kalimat pernyataan.
• Hipotesis diperlukan untuk :
1. penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh data
tentang hubungan antara suatu gejala dan gejala lainnya.
2. penelitian eksplanatoris yang bertujuan untuk menguji hubungan
antara dua variabel atau lebih.
172
173. Hipotesa
• Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih.
• Ada dua kreteria untuk hipotesis dan pernyataan hipotesis yang baik:
1. Hipotesis adalah pernyataan tentang relasi
antara variabel-variabel.
2. Hipotesis mengandung implikasi-implikasi
yang jelas untuk pengujian hubungan-
hubungan yang dinyatakan itu
173
174. • Jadi, pernyataan hipotesis mengandung dua variabel yang dapat diukur dan
menunjukkan secara jelas hubungan antara variabel itu.
• Misalnya, hipotesa yang nampaknya bertentangan dengan common sense:
belajar secara berlebihan menyebabkan kemerosotan hasil. Di sini hubungan
antara variable belajar secara berlebihan dengan variabel penurunan hasil,
mudah didefinisikan dan diukur, implikasi-implikasi untuk pengujianpun mudah
dilihat
174
175. Variabel
• Adalah konsep yg diberi lebih dari satu nilai
• Inti penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antar variabel.
• Fenomena sosial dapat dijelaskan dan diramalkan apabila
hubungan antar variabel tertentu telah diketahui.
• Penentuan variabel penelitian yang dapat diukur dan
perumusan antara variable adalah dua langkah yang sangat
penting dalam penelitian sosial
175
176. • Sebagai hasil deduksi dari teori atau proposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya,
sehingga lebih mungkin diuji secara empiris.
• Misal : teori agresi yang salah satu proposinya mengatakan bahwa frustasi
penyebabkan tindakan agresif; jika diturunkan dalam hipotesa menjadi:”
tindakan agresif lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi daripada yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk yang rendah”
176
177. Jenis Variabel
1. Variabel pengaruh (independent
variable)
2. Variabel terpengaruh (dependent
variable)
177
178. Tipe Hubungan antar Variabel
1. Hubungan Simetris
2. Hubungan Timbal Balik: suatu vaiable dapat menjadi
sebab dan juga akibat dari variabel yang lain. Penanaman
modal mendatang keuntungan dan keuntungan akan
memungkinkan penanaman modal.
3. Hubungan Asimetris
178
179. Difinisi Operasional
• adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur
sebuah variable. Jadi, definisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan
bagaimana caranya mengukur variable
• Contoh:
1. “Fertilitas seorang wanita adalah jumlah kelahiran hidup selama reproduksi”;
2. Kekayaan keluarga ditunjukkan oleh skor total indeks pemilikan barang-barang
berharga”.( Masri& Effendi)
179
180. G. Metode Penelitian
1. Paradigma penelitian
2. Metode Pendekatan
3. Jenis Penelitian
4. Sifat Penelitian
5. Pendekatan Penelitian
6. Jenis dan Sumber Data Penelitian
7. Teknik Pengumpulan Data
8. Teknik Analisis Data
180
181. PARADIGMA
Denzin & Lincoln
1.“Basic belief system or worldview that guides the investigator, not only in choices of
method but in ontologically and epistomologically fundamental ways. Paradigma
adalah sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang membimbing
peneliti tidak hanya dalam memilih metoda tetapi juga cara-cara fundamental yang
bersifat ontologis dan epistomologis.
2. “Paradigm as Basic Belief Systems Based on Ontological, Epistomological, and
Methodological Assumptions.” Paradigma merupakan sistem keyakinan dasar
berdasarkan asumsi ontologis, epistomologis, dan metodologi.
3.“A paradigm may be viewed as a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with
ultimates or first principle.” Suatu paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat
kepercayaan dasar (atau yang berada di balik fisik yaitu metafisik) yang bersifat pokok
atau prinsip utama.
182. Guba (1990:18)
•Suatu paradigma dapat dicirikan oleh respon
terhadap tiga pertanyaan mendasar yaitu
pertanyaan ontologi, epistomologi, dan
metodologi.
183. • Ontological: What is the nature of the “knowable?” or what is the nature of reality? Ontologi:
Apakah hakikat dari sesuatu yang dapat diketahui? Atau apakah hakikat dari realitas? Secara lebih
sederhana, ontologi dapat dikatakan mempertanyakan tentang hakikat suatu realitas, atau lebih
konkret lagi, ontologi mempertanyakan hakikat suatu fenomena.
• Epistomological: What is the nature of the relationship between the knower (the inquirer) and the
known (or knowable)? Epistomologi: Apakah hakikat hubungan antara yang ingin mengetahui
(peneliti) dengan apa yang dapat diketahui? Secara lebih sederhana dapat dikatakan epistomologi
mempertanyakan mengapa peneliti ingin mengetahui realitas, atau lebih konkret lagi epistomologi
mempertanyakan mengapa suatu fenomena terjadi atau dapat terjadi?
• Methodological: How should the inquirer go about finding out knowledge? Metodologi: Bagaimana
cara peneliti menemukan pengetahuan? Secara lebih sederhana dapat dikatakan metodologi
mempertanyakan bagaimana cara peneliti menemukan pengetahuan, atau lebih konkret lagi
metodologi mempertanyakan cara atau metoda apa yang digunakan oleh peneliti untuk
menemukan pengetahuan?
184. Denzin & Lincoln
• The ontological question: What is the form and nature of reality and, therefore, what is
there that can be known about it? Pertanyaan ontologi: “Apakah bentuk dan hakikat
realitas dan selanjutnya apa yang dapat diketahui tentangnya?”
• The epistomological question: What is the nature of the relationship between the
knower or would be-knower and what can be known? Pertanyaan epistomologi:
“Apakah hakikat hubungan antara peneliti atau yang akan menjadi peneliti dan apa
yang dapat diketahui.”
• The methodological question: How can the inquirer (would-be knower) go about finding
out whatever he or she believes can be known. Pertanyaan metodologi: “Bagaimana
cara peneliti atau yang akan menjadi peneliti dapat menemukan sesuatu yang diyakini
dapat diketahui.”
185. PARADIGMA
•paradigma adalah sistem keyakinan dasar yang
berlandaskan asumsi ontologi, epistomologi, dan
metodologi atau dengan kata lain paradigma adalah
sistem keyakinan dasar sebagai landasan untuk
mencari jawaban atas pertanyaan apa itu hakikat
realitas, apa hakikat hubungan antara peneliti dan
realitas, dan bagaimana cara peneliti mengetahui
realitas.
186. • paradigma merupakan seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang
menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atau seperangkat
keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan kita baik tindakan keseharian
maupun dalam penyelidikan ilmiah.
• Dalam bidang ilmu pengetahuan ilmiah paradigma didefinisikan sebagai sejumlah
perangkat keyakinan dasar yang digunakan untuk mengungkapkan hakikat ilmu
pengetahuan yang sebenarnya dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.
187. George Ritzer dalam buku: Sociology A
Multiple Paradigm Science (1975):
• paradigma merupakan gambaran fundamental tentang pokok
permasalahan dalam suatu ilmu pengetahuan. Paradigma membantu
memberikan definisi tentang apa yang harus dipelajari, pertanyaan apa
yang harus dikemukakan, bagaimana pertanyaan itu dikemukakan, dan
peraturan apa yang harus dipatuhi dalam menginterpretasi jawaban yang
diperoleh.
• Paradigma merupakan suatu konsensus yang paling luas dalam suatu ilmu
pengetahuan dan membantu membedakan satu komunitas ilmiah (atau
subkomunitas) dari yang lain. Paradigma memasukkan, mendefinisikan, dan
menghubungkan eksemplar, teori, metode, dan instrumen yang ada di
dalamnya .
188. 1. Jenis Penelitian, ada dua :
a. Penelitian hukum doktrinal/normatif, terdiri atas :
1) penelitian pada ranah dogmatig hukum.
2) penelitian pada ranah teori hukum.
3) penelitian pada ranah filsafa t hukum.
b. Penelitian nondoktrinal/socio-legal reseacrh, terbagi dalam empat paradigma,
yaitu positivisme, postpositivisme, critical theory, dan konstruktivisme.
• Jenis penelitian untuk mahasiswa adalah bisa penelitian hukum pada ranah
dogmatig hukum, tapi tidak menutup kemungkinan bagi mahasiswa untuk
melakukan penelitian pada ranah teori hukum, filsafat hukum, bahkan
penelitian nondoktrinal/ socio-legal research
188
189. 2. Sifat Penelitian
• Sifat penelitian hukum doktrinal : preskriptif dan
teknis atau terapan.
• Sifat penelitian sosial mengenai
hukum/nondoktrinal/ socio-legal studies :
eksploratif, deskriptif atau eksplanatoris
189
190. 3. Metode Pendekatan Penelitian
• Dalam penelitian nondoktrinal dapat dipakai salah satu dari empat macam
paradigma, yaitu positivisme atau postpositivisme atau critical theory atau
konstruktivisme.
• Pendekatan dalam penelitian hukum doktrinal sesungguhnya merupakan esensi
dari metode penelitian itu sendiri. Pendekatan itu yang memungkinkan
diperoleh jawaban yang diharapkan atas permasalahan hukum yang diajukan.
Pendekatan yang dapat dipakai dalam penelitian hukum di antaranya :
a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach).
b. Pendekatan kasus (Case Approach).
c. Pendekatan historis (Historical Approach).
d. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach).
e. Pendekatan konseptual (Conseptual Approach).
190
191. 4, jenis & Sumber Data Penelitian
• Dalam penelitian sosial mengenai hukum (socio-legal research) digunakan
data primer dan data sekunder.
• Sumber data sekunder dalam penelitian hukum doktrinal terdiri atas :
a. Bahan hukum primer meliputi : peraturan perundang-undangan
termaksud dalam UU No 15 Tahun 2016 Tentang Perubahan UU No 12
Tahun 2011, putusan pengadilan.
b. Bahan hukum sekunder, berupa semua publikasi tentang hukum yang
bukan dokumen resmi meliputi jurnal hukum, buku teks, komentar atas
putusan pengadilan, rancangan peraturan perundang-undangan, catatan-
catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-
undangan.
c. Bahan hukum tertier, berupa kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif
191
192. 5. Teknik Pengumpulan Data
• Teknik pengumpulan data yang digunakan tergantung jenis penelitian
• Penelitian socio-legal :
a. Dalam paradigma positivisme digunakan kuesioner.
b. Dalam paradigma postpositivisme digunakan wawancara dan observasi.
c. Dalam paradigma critical theory dan konstruktivisme digunakan studi
dokumen, wawancara, dan observasi.
• Penelitian hukum doktrinal, pengumpulan bahan hukum dapat
memanfaatkan indeks-indeks hukum (indeks perundang-undangan, indeks
putusan –putusan pengadilan) baik cetak maupun elektronik termasuk
internet.
192
193. Kuesioner
• Isi kuesioner ada beberapa macam:
a. pertanyaan ttg fakta (umur, pendidikan, agama, status
perkawinan).
b. ttg pendapat dan sikap, yaitu perasaan dan sikap responden ttg
sesuatu.
c. ttg informasi (apa yg diketahui oleh responden dan sejauh mana
hal tersebut diketahuinya).
• Cara pemakaian kuesiner:
a. tatap muka,
b. diisi sendiri oleh responden,
c. melalui telpon dan
d. melalui pos
193
194. dua pilihan dlm membuat pertanyaan dalam penelitian
1. Open-ended question (OEQ) : Responden diminta untuk
memberikan jawababanya atas pertanyaan yg diajukan, dengan
jawaban yang terbuka atau tdk disediakan pilihan jawaban.
Misalnya “ Menurut anda, apa yang paling penting untuk
diselesaikan oleh Presiden ?”
2. Closed-ended question (CEQ) : Responden diminta memberikan
jawaban diantara daftar jawaban yang disediakan. Model ini
sering dipakai dlm survei krn sifat response yg uniform dan lebih
mudah diproses hasilnya
194
195. Penyusunan CEQ ini hrs mengikuti 2 persyaratan struktural
1. Kategori-kategori respon yang disediakan harus menyeluruh (exhaustive), yaitu hrs
memasukkan semua respons pilihan yg mungkin diharapkan responden/informan.
Biasanya peneliti menambahkan dlm daftar pilihan jawaban “
lainnya:……..(Jelaskan)”. Contoh: “mana diantara masalah dibawah ini yang menurut
anda paling mendesak ditangani Presiden?” 1. memberantas korupsi, 2. penegakan
hukum, 3. memerangi kemiskinan 4. pemberantasan pengangguran. (5)
lainnya…sebutkan.
2. Kategori-kategori jawaban harus “mutually exclusive”. Responden hrs tidak merasa
dipaksa untuk memilih lebih dari satu jawaban. Untuk menjamin adanya “mutually
exclusive” ini maka peneliti harus secara hati2 mempertimbangkan setiap kombinasi
dr kategori2 yg dibuat, dan tanyakan pada diri sendiri apakah seseorang
kemungkinan akan memberikan lebih dari satu jawaban
195
196. Pertimbangan pembuatan pertanyaan terbuka atau tertutup
1. Jika hanya ingin mengetahui sikap atau pendapat(setuju dan tidak dsb), maka
pertanyaan tertutup lebih baik dan efisien. Tetapi jika ingin mengetahui informasi
yg lebih luas maka pertantanyaan terbuka lebih baik.
2. Jika tersedia informasi ttg tingkat pengetahuan responden mengenai topik yang
kita kaji, maka pertanyaan tertutup lebih baik. Demiian sebaliknya.
3. Jika jawaban responden dapat diprediksi, maka pertanyaan tertutup lebih baik.
Demikan sebaliknya.
4. Pertanyaan tertutuip lebih efisien dalam penggunaan waktu, dan pengolahan data.
196
197. Wawancara
• Satu hal yang perlu diingat untuk menghindari wawancara yang tidak terfokus,
peneliti harus berusaha mengarahkan wawancara itu agar sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah dirumuskan.
• Bagi pewancara sebaiknya tetap membawa dan memegang pedoman wawancara,
yakni susunan pertanyaan yang harus diajukan, meskipun fungsinya sekedar untuk
pengingat, dan bukan untuk dilihat secara terus-menerus. Pedoman wawancara
ini hanyalah panduan umum, yang hanya memuat point-point yang akan
ditanyakan pewancara
197
198. Empat jenis interview/wawancara
1. wawancara berstruktur (structured interview) melalui questioner: di mana responden
hanya sedikit memiliki ruang untuk mengekspresikan pendapatnya atas keinginan
mereka
2. wawancara semi-terstruktur (semi-structured interview) pewawancara lebih memiliki
kebebasan untuk memperoleh jawaban yang standar, termasuk mengklarifikasi dan
mengelaborasi atas jawaban yang diberikan.
3. wawancara tak berstrukur (Unstructured or focused interview) sifatnya lebih terbuka
(open–ended character)
4. wawancara kelompok (group interview) merupakan alat investigasi yang berharga
dengan focus di sekitar masalah yang ingin diketahui
198
199. Keberhasilan wawancara
• sangat amat tergantung pada kemahiran peneliti untuk mengarahkan
pertanyaan yang diajukan seefisien mungkin, terfokus dan yang tak kalah
penting bentuk pertanyaan tidak monoton.
• Seni bertanya yang didasarkan pengetahuan yang luas atas masalah yang
akan ditanyakan sangat penting untuk memperoleh kualitas data yang
baik.
• Sebaliknya jika pengetahuan peneliti atas masalah yang akan ditanyakan
sangat minim, sudah hampir dipastikan kualitas data yang diperoleh juga
rendah.
199
200. •Selanjutnya setelah seluruh pertanyaan sampai
mencapai titik jenuh (tidak ada yang perlu ditanyakan
lagi) hasil wawancara dipilah-pilah berdasarkan
kategori yang relevan dengan model, hipotesis, atau
kerangka teori yang sedang diajukan. Analisa data
dapat dilakukan tanpa harus menunggu terkumpulnya
seluruh data terkumpul seluruhnya
200
201. Pengamatan Terlibat
• Becker at al. : pengamatan terlibat merupakan pengamatan yang dilakukan
sambil berperan serta dalam kehidupan terhadap orang yang diteliti. Jadi,
pengamatan terlibat adalah mengikuti orang-orang yang diteliti dalam
kehidupan sehari-hari, melihat apa yang mereka lakukan, kapan dengan siapa,
dan dalam keadaan apa, dan menanyai tentang tindakan mereka.
• Denzin : pengamatan terlibat dianggap sebagai strategi lapangan yang secara
simultan memadukan analisis dokumen, wawancara dengan responden atau
informan partisipasi dan observasi langsung dalam penelitian kebudayaan yang
ingin mengungkap dunia makna, sangatlah tidak mudah.
201
202. • Dalam penelitian kualitatif, pada mulanya berangkat dari
temuan-temuan fakta sosial kemudian ditransformasikan
menjadi tema-tema, pola-pola, konsep-konsep, definisi-definisi
atau model-model. Dalam proses itu kemudian dipoles dengan
konsep-konsep atau teori yang telah dibaca.
• Mengingat bahwa metode pengamatan terlibat sangat amat
tergantung kepada peneliti sebagai instrumennya, maka dalam
pelaksanaannya menuntut peneliti untuk sensitif terhadap
masalah yang diteliti, memiliki kemamupuan untuk membaca
masalah penelitian yang dicari, memiliki kemampuan untuk
mengimajinasikan masalah-masalah penelitian untuk
dirumuskan dalam hasil penelitian, dan memiliki keahlian untuk
merumuskan masalah yang ditemukan di lapangan
202
203. 5a. Teknik Penarikan Sampel
• Sampling ini diperlukan karena kita seringkali tidak dapat mengambil
semua populasi sebagai sample, karena terlalu besar jumlahnya atau
karena memang tidak perlu. Selain itu, melalui pengambilan sample yang
benar dan teliti kita sudah dapat memenuhi karakteristik populasi
• Dalam penelitian survei ada prinsip keterwakilan (representativeness) atau
probilitas dalam generalisasi hasil-hasil temuan, sehingga masalah sampel
sangat penting.
• Dalam penelitian kualitatif karena tidak ada prinsip keterwakilan, maka
masalah jumlah sampel tidak menjadi fokus utama. Sebagai
konsekuensinya tidak ada prinsip generalisasi atau prediksi. Dalam
penelitian kualitatif yang sering dilakukan dalam bentuk studi kasus, tidak
ada kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Ia hanya berlaku dalam
kasus yang diteliti saja.
203
204. Tipe metode sampling
• Nonprobabily sampling
1. Reliance on Available Subjects
2. Purposive or Judgmental
Sampling
3. Snowball Sampling
4. Quota Sampling (hrs
mengenal proporsi penduduk
berdasarkan jenis kelamin,
tingkat pendapatan, agama,
suku dsb). Lalu memberi
bobot pada semua tiap strata
sesuai dengan porsinya dari
total populasi.
• Probability sampling
1. Random sampling
2. Stratified random sampling
3. Systematic sampling
4. Stratified/Clustered sampling
204
205. •Nonprobability sampling mempunyai kegunaannya
terutama dalam penelitian kualitatif.
•Apabila kita ingin melakukan penelitian dengan
menggunakan sample yang jumlahnya besar, maka
probability sampling merupakan pilihannya.
205
206. Nonprobability Sampling
1. Reliance on Available Subjects :Pengambilan sample yang didasarkan pada subjek
yang tersedia (berguna untuk pre test)
2. Purposive or judgement sampling (misalnya ingin mengetahui pendapat para tokoh
masyarakat)
3. Snowball sampling (untuk tujuan ekplorasi)
4. Quota sampling (dengan membuat matrik atau tabel yang menggambarkan
karakteristik target populasi (sample) dengan proporsi yang relevan
sesuai tujuan penelitian). Misalnya, untuk mengetahui tingkat konservatisme
beragama dari kelompok-kelompok tertentu.
206
207. Probability Sampling
• Random Sampling : setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel.
• Stratified Random Sampling: populasi dibagi dalam berbagai kelompok, dan
sampel dari masing-masing kelompok tersebut.
• Systematic Sampling: pemilihan sampel didasarkan urutan nilai interval
tertentu.
• Clustered Sampling: populasi dibagi dalam bebarapa kelompok tetapi yang
dipilih sebagai sampel adalah bukan individu tetapi kelompok
207
208. Metode Pengambilan Sampel Acak Sederhana
• Sampel acak sederhana (simple random sampling/probability sampling) artinya
setiap anggota individu memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk dijadikan
sampel. Contoh: terdapat 24.600 mahasiswa UGM, berarti setiap mhs
mempunyai 1/24.600 kesempatan untuk terpilih sebagai sampel. Jika kita ambil
500 mhs sebagai responden, maka kesempatan seseorang untuk dipilih sebagai
sampel 500/24.600 = 1/49. Angka ini disebut sampling fraction.
208
209. cara mengambil sampel acak sederhana
• Sampel acak sederhana dipakai apabila: (a) tersedia daftar
kerangka sampling; (b) populasi homogen, (c) keadaan populasi
tidak terlalu tersebar secara geografis.
• Dengan jalan mengundi dengan membuat daftar nama dari
24.600 mhs (seluruh populasi) dengan diberi nomor urut. Sampel
yg berjumlah 500 mhs tersebut diambil dengan cara acak melalui
diundi, sehingga setiap mahasiswa memiliki peluang yg sama
untuk terpilih, atau dengan cara membuat tabel acak.
209
210. Sampel acak stratifikasi
tidak proporsional
• Sample acak meliputi tiga hal:
1. Acak stratifikasi tidak proposional,
2. acak stratifikasi proposional, dan
3. sample acak sistematis.
• Teknik pengambilan sampel acak tidak proporsional ini dipakai apabila salah
satu dari strata yang ada jumlahnya teramat kecil (sedikit), sehingga kalau
menggunakan strata proporsional akan ada strata yang tidak terwakili.
Misalnya strata status sosial ekonomi (SSE) dengan membagi kedalam 30%
kelas atas, 30% menengah dan 40% bawah.
210