Dokumen tersebut membahas tentang penelitian ilmiah dan metode ilmiah dalam 3 kalimat. Dokumen tersebut menjelaskan pengertian penelitian ilmiah sebagai upaya sistematis untuk memperoleh pengetahuan melalui metode ilmiah, kemudian menjelaskan ciri-ciri penelitian ilmiah seperti dilakukan secara sistematis, logis, empiris dan metodis, serta menjelaskan dua metode utama ilmiah yaitu metode deduktif dan indukt
2. PENELITIAN
• Bhs Inggris : Research
– re kembali ; search mencari.
• Secara bahasa berarti mencari kembali
• Penelitian dapat dipahami secara kegiatan
mencari ulang, mengungkapkan kembali
gejala-gejala, kenyataan yang sudah ada untuk
direkonstruksi dan diberi arti guna
memperoleh kebenaran yang dimasalahkan
3. PENELITIAN
• Upaya sistematis yang dilakukan manusia dalam rangka
memperoleh pengetahuan keilmuan melalui metode ilmiah
yang didasarkan pada fakta-fakta empirik;
• Kegiatan manusia yang sistematis untuk mencari kebenaran
objektif yang ditujukan untuk memberikan sumbangan
pada ilmu pengetahuan dan teknologi atau mencari
jawaban terhadap permasalahan praktis.
• Usaha manusia yang dilakukan secara sadar dan terencana
dengan pentahapan proses secara sistematik untuk:
memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan praktis di
lapang; menambah khasanah ilmu pengetahuan, baik
berupa penemuan teori-teori baru atau penyempurnaan
yang sudah ada.
4. Orientasi Penelitian
• Penelitian berorientasi pada Pemecahan
Masalah (problem solving),
– artinya bahwa suatu penelitian diadakan karena
ada masalah dan ada keinginan untuk
memecahkan masalah tersebut secara ilmiah.
– Masalah yang akan dipecahkan hendaknya
bersifat terstruktur dan kompleks, bukan masalah
elementer
5. Ciri-ciri Penelitian (Ilmiah)
• Dilakukan secara sistematis.
• Logis (sesuai dengan logika, masuk akal sehat
dan benar menurut penalaran).
• Empiris (artinya berdasarkan pengamatan dan
pengalaman yang diterima melalui indera)
• Metodis (berdasarkan metode yang
kebenarannya diakui menurut penalaran)
• Universal(bertujuan untuk menggeneralisasi)
• Akumulatif (bertambah terus, makin
berkembang dan dinamis)
6. Manfaat Penelitian
– Menjawab kesenjangan antara standar kinerja
dan tingkat pencapaian kerja
– Mengurangi kebingungan orang terhadap
sesuatu
– Memecahkan/ menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi
– Mengembangkan dan memperbaiki teori
– Memperbaiki cara kerja
7. Tujuan Penelitian (Ilmiah)
• Untuk memperoleh pengertian terhadap
fenomena atau proses dalam penyelidikan
spesifik untuk dapat memprediksikan dengan
akurat mengenai apa yang terjadi dalam
proses itu sendiri atau memodifikasikan
proses atau dalam mengembangkan proses
baru seperti metode produksi (teknologi) yang
lebih efisien (Soemarno, 2003).
8. METODE DAN METODOLOGI
PENELITIAN
• Metodologi Penelitian membahas konsep teoritik
berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, serta
pemilihan metode yang akan digunakan dalam suatu
penelitian. Metodologi Penelitian merupakan ilmu
yang mempelajari metode-metode penelitian; ilmu
tentang alat-alat untuk melakukan penelitian
(Soemarno, 2003).
• Metode Penelitian mengemukakan secara teknis
tentang metode-metode yang dipakai dalam suatu
penelitian. Metode Penelitian yakni prosedur/ cara
mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah
sistematis (METODE ILMIAH).
9. METODE ILMIAH
(METODE PENELITIAN)
• Prosedur atau langkah-langkah sistematik
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah
(ilmu) (Rusidi, 1985)
• Alur berfikir ilmiah yang terdiri dari
perumusan masalah, hipotesis, pengujian
hipotesis dengan cara analisa data dan
kemudian pengambilan keputusan (Soemarno,
2003)
10. TIPE METODE ILMIAH
• Metode Deduktif Metode berpikir ilmiah
yang berusaha untuk menarik kesimpulan dari
kasus yang bersifat umum kepada kasus yang
bersifat khusus.
• Metode Induktif Metode Berfikir ilmiah
yang berusaha untuk menarik suatu
kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus
kepada kasus yang bersifat lebih umum.
11. LANGKAH-2 UMUM
METODE ILMIAH
• (metode penelitian)
– Mencari, merumuskan dan mengidnetifikasi
MASALAH
– Menyusun KERANGKA PEMIKIRAN (Logical Construct)
– Merumuskan HIPOTESIS (jawaban rasional terhadap
masalah)
• (teknik penelitian)
– Menguji HIPOTESIS SECARA EMPIRIK
– Melakukan PEMBAHASAN
– Menarik KESIMPULAN
12. Mencari, Merumuskan dan
Mengidentifikasi Masalah
• Yakni menetapkan masalah penelitian; apa yang
dijadikan masalah penelitian dan apa objeknya.
• Cara menemukan masalah Penelitian:
– Melihat suatu proses (fenomena) dari perwujudan
teori
– Melihat Linkage dari proposisi suatu teori, kemudian
bermaksud memperbaikinya
– Merisaukan keberlakuan suatu dalil atau model di
tempat tertentu dan pada waktu tertentu
– Melihat tingkat informative value dari teori yang telah
ada, dan bermaksud meningkatkannya
13. Menyusun Kerangka Pemikiran
• adalah: mengalirkan jalan pikiran menurut
kerangka yang logis (logical construct).
• Dengan kata lain mendudukperkarakan
masalah yang diteliti (diidentifikasi) itu di
dalam kerangka teoritis yang relevan dan
mampu menangkap, menerangkan serta
menunjukkan perspektif terhadap masalah
itu.
14. Merumuskan Hipotesis
• Adalah: membentuk proposisi-proposisi yang
sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya
serta tingkat-tingkat kebenarannya.
• Syarat membentuk Hipotesis:
– Dapat menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah
dan dasar hipitesis itu
– Mengandung sesuatu yang mungkin
– Dapat mencari hubungan kausal dengan argumentasi
yang tepat
– Dapat diuji baik kebenarannya maupun kesalahannya.
15. Menguji Hipotesis
• Adalah: memperbandingkan atau
menyesuaikan (matcing) mengenai segala
yang terkandung di dalam hipotesis dengan
data empirik.
16. Membahas
• Adalah: melakukan kegiatan interpretasi
terhadap hal-hal yang ditemukan dalam
penelitian.
• Dalam interpretasi pikiran penelit diarahkan
pada dua titik fokus:
– kepada kerangka pikiran (logical construct) yang
telah disusun, dan bahkan ini menjadi framework
pembahasan penelitian.
– Pandangan diarahkan ke depan yaitu mengaitkan
kepada variabel-variabel dari topik aktual.
17. Kesimpulan
• Adalah: penemuan-penemuan dari hasil interpretasi
dan pembahasan, yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan penelitian yang dimajukan sebagai masalah
atau sebagai bukti dari penerimaan terhadap hipotesis
yang diajukan.
• Pernyataan-pernyataan dalam kesimpulan itu harus
dirumuskan dalam kalimat yang tegas dan padat,
tersusun dari kata-kakta yang baik dan pasti,
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tafsiran-
tafsiran yang berbeda (apa yang dimaksud peneliti
dengan para pembaca/ orang lain).
18. Metode Ilmiah dan Ilmu Adm Publik
• Penelitian administrasi negara (publik) menggunakan
metode ilmiah yang sesuai dengan dengan bidang ilmu
adminitrasi publik. Untuk itulah mutlak diperlukan
penguasaan ilmu administrasi publik bagi mahasiswa
administrasi publik. Penguasaan terhadap ilmu
administrasi publik yang baik merupakan modal dasar
untuk melakukan penelitian bidang administrasi publik
guna memperoleh temuan yang bermanfaat bagi
secara akademik (pengembangan ilmu administrasi
publik) maupun secara praktis (untuk dimanfaatkan
secara langsung oleh masyarakat yang
berkepentingan).
19. BERFIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF
• Pengetahuan yang yang dipikirkan manusia
adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh
indera.
• Manusia secara aktif menangkap fenomena-
fenomena dalam kehidupan sehari-hari melalui
proses pengamatan (observasi).
• Fenomena yang diamati itulah yang dinamakan
fakta.
• Fakta-fakta ini diobervasi dengan menggunakan
metode ilmiah (induktif dan deduktif).
20. Cara Berfikir Induktif
• Induksi adalah proses berfikir untuk menarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat khusus (individual).
• Proses berfikir induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum.
• Pengetahuan yang dihasilkan dari proses berfikir
ini merupakan esensi dari fakta-fakta yang
dikumpulkan.
21. Model Berfikir Induktif
• “jika sejumlah besar A (fakta-fakta dari suatu
fenomena) diamati pada variasi kondisi yang
luas, dan ternyata semua A yang diamati
tersebut menunjukkan adanya sifat X, maka
semua A (termasuk yang tidak/ belum
diamati) akan memiliki sifat X pula. Akhirnya
dapat disimpulkan (generalisasi) bahwa semua
A memiliki sifat X”
22. Induksi Bacon
• Agar suatu kebenaran hasil induksi bisa lebih baik, maka
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memperluas
variasi kondisi pengamatan.
• Dalam hal memperluas variasi kondisi ini Bacon (dalam
Rusidi, 1985) mengajukan tiga kegiatan yang disebut
sebagai Prinsip Bacon sebagai berikut:
– Tabulasi/ pencatatan ciri-ciri positf, yakni pencatatan terhadap
apa-apa yang terjadi dalam suatu kondisi.
– Tabulasi/ pencatatan ciri-ciri negatif, yakni pencatatan pada
kondisi-kondisi mana suatu hal kejadian tidak muncul.
– Tabulasi/ pencatatan vasiasi kondisi, yakni pencatatan terhadap
ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi-kondisi yang
senatiasa berubah.
23. • Proses berfikir induktif memungkinkan penyusunan
pengetahuan secara sistematis, yang mengarah pada
beberapa pernyataan yang bersifat fundamental.
• Suatu pengetahuan harus diyakini kebenarannya
melalui dua tahap keyakinan: keyakinan karena tahu
(mengetahui) dan keyakinan karena melihat.
• Keyakinan karena tahu (mengetahui) merupakan dasar
dalam merumuskan masalah yang akan diteliti.
• Sedangkan keyakinan karena melihat merupakan hasil
penelitian yang diperoleh berdasarkan data empiris
yang dikumpulkan (Muhammad, 2004).
24. Berfikir Deduktif
• Cara berfikir deduktif ini, dimulai dari suatu pekerjaan pengamatan
dari hal-hal yang bersifat umum (hasil dari induksi berupa
teori/hukum/ dalil) kepada hal-hal yang bersifat khusus (particular).
• Prinsip dasarnya ialah “segala yang dipandang benar pada semua
peristiwa dalam satu kelas/ jenis, berlaku pula sebagai hal yang
benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus,
dengan catatan hal yang khusus ini benar-benar merupakan bagian/
unsur dari hal yang umum itu”.
• Dengan demikian deduksi berarti proses berfikir untuk menarik
kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat
umum. Proses ini biasanya menggunakan pola pikir yang disusun
dari dua pernyataan serta satu kesimpulan (silogisme).
25. • Silogisme adalah suatu argumentasi yang
terdiri atas tiga proposisi yakni:
– Premis mayor
– Premis minor
– Konklusi
26. • Ketepatan menarik suatu kesimpulan dengan
demikian tergantung pada tiga hal:
– kebenaran premis mayor
– Kebenaran premis minor
– Kesahihan penarikan kesimpulan
27. • Premis mayor (PMj) adalah proposisi yang
bersifat umum (general). Biasanya berupa
teori, hukum, dalil dan asas-asas dari suatu
ilmu. Premis minor (PMn) adalah proposisi
yang disusun dari fenomena khusus yang
ditangkap dari indera, yaitu yang ingin
diketahui. Konklusi (K) atau kesimpulan adalah
jawaban logis bagi premis minor.
28. • Proposisi 1 (PMj) : semua logam jika
dipanaskan akan memuai
• Proposisi 2 (PMn) : Besi adalah logam
• Proposisi 3 (K) : Jika besi dipanaskan, maka
besi akan memuai.
29. • Proposisi 1 (PMj) : Jika dalam keadaan X
logam dipanaskan akan memuai
• Proposisi 2 (PMn) : Besi dalam keadaan X
• Proposisi 3 (K) : Jika besi dipanaskan, maka
besi akan memuai.
30. • Ada beberapa hal (kesulitan) yang harus diatasi agar hasil berfikir deduktif
ini dapat mencapai tingkat kebenaran yang tinggi, yakni:
• Ketrampilan yang harus dimiliki oleh peneliti dalam merumuskan
generalisasi (teori/ hukum/ dalil) yang akan dijadikan premis mayor (PMj).
• Ketrampilan untuk melihat fenomena guna merumuskan premis minornya
(PMn).
• Perlunya mengkaji berbagai konsep-konsep yang membangun proposisi-
proposisi (baik mayor dan minor). Misalnya apa sebenarnya konsep:
administrasi, negara, pelayanan dan masyarakat.
• Kemampuan untuk melakukan “judgement” (pembenaran) yakni
menentukan kebenaran hubungan antara konsep-konsep yang ada pada
setiap proposisi. Misalnya: benarkah hubungan antara konsep negara dan
konsep masyarakat atau konsep administrasi dan konsep pelayanan.
• Kesulitan untuk memberikan “reasoning” atau alasan terhadap duduk
perkara premis minor terhadap premis mayor.
31. Kelemahan Metode Deduktif
• Kesalahan Silogismik, yakni kesalahan
terhadap isi (material)
– Kesalahan isi yaitu kesalahan materi dari premis-
premisnya. Meskipun salah satu premisnya benar
maka kesimpulannya tetap akan salah.
• Kesalahan bentuk (formal)
– Kesalahan bentuk adalah kesalahan jalannya
deduksi. Meskipun isi (material)nya benar pada
kedua premis (mayor dan minor), tetapi karena
jalannya salah maka konklusinya pun akan salah
32. Kesalahan Isi
(PMj) :Semua logam jika dipanaskan
akan menciut
(salah)
(PMn) : Besi adalah logam (benar)
(K) : Besi bila dipanaskan, maka
akan menciut
(salah)
33. (PMj) : Kedinamisan organisais ditentukan oleh
pemimpin
(benar)
(PMn) : Perguruan tinggi bukan organisasi (salah)
(K) : Kedinamisan perguruan tinggi tidak
ditentukan oleh pemimpin
(salah)
34. Kesalahan Bentuk
(PMj) : Plastik merupakan barang murah (benar)
(PMn) : Plastik termasuk barang yang berguna (benar)
(K) : Barang yang berguna merupakan
barang mudah
(?)
35. (PMj) : Semua kera bermata dua (benar)
(PMn) : Semua manusia bermata dua (benar)
(K) : Maka manusia adalah kera (?)
36. SIKAP ILMIAH
• Untuk dapat menjadi peneliti/ ilmuwan sejati,
seseorang harus memiliki sifat dan sikap-sikap
tertentu yang disebut sebagai sikap ilmiah.
• Ilmu sosial pada dasarnya sangat tergantung
dan tidak dapat dilepaskan dari subjeknya,
yakni sang Peneliti sendiri.
37. • Objektif
• Serba Relatif
• Skeptif
• Sabar secara Intelektual
• sederhara
• Tidak Memihak Etik
38. • Sikap ilmiah lain yang harus diamalkan oleh seorang
ilmuwan adalah: sikap ingin tahu dan kritis.
• Sikap ingin tahu adalah sikap penasaran (bukan sok tahu)
terhadap sesuatu hal, karena mungkin ada hal-hal/ bagian-
bagian/ unsur-unsur yang belum jelas (gelap), tidak wajar
atau adanya suatu kejanggalan-kejanggalan tertentu.
• Sikap kritis, berarti dapat (cakap) menunjukkan batas-batas
suatu masalah, mampu membuat rumusan masalah secara
mendasar, mampu menunjukkan perbedaan dan
persamaan sesuatu dibanding yang lainnya (komparatif)
serta cakap dalam menempatkan sesuatu pengertian dalam
kedudukannya yang tepat (Rusidi, 1985).
39. • Disamping sikap-sikap tersebut, sebagai
tambahan seorang ilmuwan juga harus
memiliki perilaku: jujur, rendah hati, bersih,
demokratis, keras hati, toleran yang berakar
dari dan berujung pada kebenaran ilmiah.