Defisinisi bendung, Daerah bendung dan debit andalan, analisa hidrologi, desain hidraulis bendung, analisa stabilitas bendung, perencanaan bangunan pelengkap, gambar bendung
Laporan ini membahas pengukuran poligon dan tachymetri yang dilakukan di Kampus Diploma Teknik Sipil ITS. Metode pengukuran poligon digunakan untuk menentukan posisi titik-titik dengan mengukur sudut dan jarak antar titik yang dihubungkan membentuk poligon. Metode tachymetri digunakan untuk menggambarkan wilayah berbeda ketinggian. Laporan ini juga menjelaskan alat, tahapan kerja, perhitungan
Dokumen tersebut membahas tentang standar perencanaan irigasi khususnya untuk petak tersier. Mencakup tujuan, ruang lingkup, dan prosedur perencanaan petak tersier secara terperinci agar pengelolaan air dapat berjalan dengan baik dan mudah dioperasikan oleh petani dengan biaya rendah. Kriteria perencanaan ini bertujuan untuk memudahkan pembuatan desain irigasi petak tersier secara standar serta melibatkan pet
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem drainase untuk beberapa jenis infrastruktur seperti jalan raya, lapangan terbang, pertanian, rel kereta api, rumah tinggal, dan lapangan golf. Ia menjelaskan langkah-langkah perencanaan drainase mulai dari menentukan daerah layanan, menghitung debit rencana, memilih material dan mendesain saluran drainase. Contoh perencanaan drainase jalan raya juga diberikan untuk mendemonstrasikan penerap
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Joy Irman
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara pembuatan rencana induk drainase perkotaan yang mencakup inventarisasi kondisi awal sistem drainase, analisis drainase dan konservasi air, pendekatan penyelenggaraan sistem drainase, rencana sistem jaringan drainase, dan cara pengerjaannya.
Laporan ini membahas pengukuran poligon dan tachymetri yang dilakukan di Kampus Diploma Teknik Sipil ITS. Metode pengukuran poligon digunakan untuk menentukan posisi titik-titik dengan mengukur sudut dan jarak antar titik yang dihubungkan membentuk poligon. Metode tachymetri digunakan untuk menggambarkan wilayah berbeda ketinggian. Laporan ini juga menjelaskan alat, tahapan kerja, perhitungan
Dokumen tersebut membahas tentang standar perencanaan irigasi khususnya untuk petak tersier. Mencakup tujuan, ruang lingkup, dan prosedur perencanaan petak tersier secara terperinci agar pengelolaan air dapat berjalan dengan baik dan mudah dioperasikan oleh petani dengan biaya rendah. Kriteria perencanaan ini bertujuan untuk memudahkan pembuatan desain irigasi petak tersier secara standar serta melibatkan pet
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem drainase untuk beberapa jenis infrastruktur seperti jalan raya, lapangan terbang, pertanian, rel kereta api, rumah tinggal, dan lapangan golf. Ia menjelaskan langkah-langkah perencanaan drainase mulai dari menentukan daerah layanan, menghitung debit rencana, memilih material dan mendesain saluran drainase. Contoh perencanaan drainase jalan raya juga diberikan untuk mendemonstrasikan penerap
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Joy Irman
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara pembuatan rencana induk drainase perkotaan yang mencakup inventarisasi kondisi awal sistem drainase, analisis drainase dan konservasi air, pendekatan penyelenggaraan sistem drainase, rencana sistem jaringan drainase, dan cara pengerjaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang tanah gambut dan metode perbaikan tanah gambut dengan studi kasus penerapan metode cerucuk kayu dan geotekstil untuk perbaikan jalan di Kalimantan Selatan.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"MOSES HADUN
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai metode pelaksanaan pembangunan jalan baru yang mencakup tahapan mobilisasi lapangan, pekerjaan tanah, drainase, rehabilitasi badan jalan, lapisan pondasi bawah dan atas, serta pelaksanaan pekerjaan tersebut secara rinci.
Laporan praktikum mekanika fluida membahas pengukuran debit saluran terbuka menggunakan alat ukur sekat V-notch dan U-notch. Dilakukan pengukuran tinggi permukaan air, waktu aliran, dan perhitungan debit aktual, debit teori, serta koefisien debit untuk tiga variasi. Hasilnya ditampilkan dalam tabel data akhir.
1. The document describes the Nakayasu unit hydrograph method for calculating peak discharge values. It provides the Nakayasu equation and defines the parameters.
2. It then applies the Nakayasu method to calculate hydrographs for the Deli River basin in Medan, Indonesia using basin characteristics and rainfall data. Discharge values are calculated for different time intervals on the hydrograph curve.
3. Tables of results show the calculated hydrographs for return periods of 2 years and 5 years, with discharge values over time.
Dokumen tersebut membahas analisis daya dukung pondasi menurut teori Terzaghi. Terzaghi mengembangkan analisis daya dukung berdasarkan anggapan tertentu seperti pondasi berbentuk memanjang tak berhingga, tanah homogen, dan keruntuhan geser umum. Ia mendefinisikan daya dukung ultimit sebagai beban maksimum per satuan luas. Persamaan daya dukung mempertimbangkan kohesi, beban terbagi, dan berat tanah dengan menggun
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahReski Aprilia
Dokumen tersebut membahas tentang aliran air di dalam tanah, termasuk pengertian dasar, hukum Darcy, dan penentuan koefisien rembesan melalui uji di laboratorium. Dibahas pula konsep gradien hidrolik, jaringan aliran, dan tekanan ke atas pada dasar bangunan air."
Dokumen tersebut membahas tentang pemadatan tanah, termasuk definisi pemadatan tanah, prinsipnya, faktor-faktor yang mempengaruhinya, jenis-jenis tanah, dan metode pengukuran kepadatan tanah di lapangan seperti metode kerucut pasir, balon karet, dan nuklir.
Dokumen tersebut membahas tentang hidrolika saluran terbuka, termasuk definisi open channel dan close conduit, jenis-jenis aliran, properti saluran terbuka, persamaan dasar, distribusi kecepatan, aliran seragam, aliran berubah cepat, aliran kritis, dan praktikum tentang dasar-dasar dan alat ukur aliran terbuka.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
1. Dokumen tersebut membahas berbagai uji mekanika tanah untuk menentukan kuat geser tanah, seperti uji geser langsung, uji triaksial, dan uji geser kipas.
2. Jenis tanah yang diujikan adalah tanah pasir dan tanah lempung, dengan berbagai faktor yang mempengaruhi kuat geser masing-masing tanah.
3. Metode penentuan kuat geser tanah lempung meliputi uji triaksial dengan berbagai kondis
This project report summarizes the design of a road side drainage system for a road in Kenya. It includes an introduction describing the need for efficient road drainage. The objectives are to determine runoff, design drainage channels, and create an efficient and economic drainage system. The literature review covers types of drainage including surface, subsurface and cross drainage. Factors in drainage design like hydrological analysis and hydraulic design using formulas are also summarized.
Dokumen tersebut membahas tentang tanah gambut dan metode perbaikan tanah gambut dengan studi kasus penerapan metode cerucuk kayu dan geotekstil untuk perbaikan jalan di Kalimantan Selatan.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"MOSES HADUN
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai metode pelaksanaan pembangunan jalan baru yang mencakup tahapan mobilisasi lapangan, pekerjaan tanah, drainase, rehabilitasi badan jalan, lapisan pondasi bawah dan atas, serta pelaksanaan pekerjaan tersebut secara rinci.
Laporan praktikum mekanika fluida membahas pengukuran debit saluran terbuka menggunakan alat ukur sekat V-notch dan U-notch. Dilakukan pengukuran tinggi permukaan air, waktu aliran, dan perhitungan debit aktual, debit teori, serta koefisien debit untuk tiga variasi. Hasilnya ditampilkan dalam tabel data akhir.
1. The document describes the Nakayasu unit hydrograph method for calculating peak discharge values. It provides the Nakayasu equation and defines the parameters.
2. It then applies the Nakayasu method to calculate hydrographs for the Deli River basin in Medan, Indonesia using basin characteristics and rainfall data. Discharge values are calculated for different time intervals on the hydrograph curve.
3. Tables of results show the calculated hydrographs for return periods of 2 years and 5 years, with discharge values over time.
Dokumen tersebut membahas analisis daya dukung pondasi menurut teori Terzaghi. Terzaghi mengembangkan analisis daya dukung berdasarkan anggapan tertentu seperti pondasi berbentuk memanjang tak berhingga, tanah homogen, dan keruntuhan geser umum. Ia mendefinisikan daya dukung ultimit sebagai beban maksimum per satuan luas. Persamaan daya dukung mempertimbangkan kohesi, beban terbagi, dan berat tanah dengan menggun
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahReski Aprilia
Dokumen tersebut membahas tentang aliran air di dalam tanah, termasuk pengertian dasar, hukum Darcy, dan penentuan koefisien rembesan melalui uji di laboratorium. Dibahas pula konsep gradien hidrolik, jaringan aliran, dan tekanan ke atas pada dasar bangunan air."
Dokumen tersebut membahas tentang pemadatan tanah, termasuk definisi pemadatan tanah, prinsipnya, faktor-faktor yang mempengaruhinya, jenis-jenis tanah, dan metode pengukuran kepadatan tanah di lapangan seperti metode kerucut pasir, balon karet, dan nuklir.
Dokumen tersebut membahas tentang hidrolika saluran terbuka, termasuk definisi open channel dan close conduit, jenis-jenis aliran, properti saluran terbuka, persamaan dasar, distribusi kecepatan, aliran seragam, aliran berubah cepat, aliran kritis, dan praktikum tentang dasar-dasar dan alat ukur aliran terbuka.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
1. Dokumen tersebut membahas berbagai uji mekanika tanah untuk menentukan kuat geser tanah, seperti uji geser langsung, uji triaksial, dan uji geser kipas.
2. Jenis tanah yang diujikan adalah tanah pasir dan tanah lempung, dengan berbagai faktor yang mempengaruhi kuat geser masing-masing tanah.
3. Metode penentuan kuat geser tanah lempung meliputi uji triaksial dengan berbagai kondis
This project report summarizes the design of a road side drainage system for a road in Kenya. It includes an introduction describing the need for efficient road drainage. The objectives are to determine runoff, design drainage channels, and create an efficient and economic drainage system. The literature review covers types of drainage including surface, subsurface and cross drainage. Factors in drainage design like hydrological analysis and hydraulic design using formulas are also summarized.
This document outlines the course objectives and content for a Hydraulic Structures I course. It will cover various types of dams including gravity dams, arch dams, buttress dams, and earth/rockfill dams. It will discuss dam classification, selection of dam type and site, design considerations, stability analysis, construction aspects, and examples. Key topics include forces on different dam types, modes of failure, spillway design, stilling basins, and outlet works. The course aims to equip students with knowledge on analysis and design of hydraulic structures.
The document provides information on diversion headworks for water resources engineering projects. It discusses the different types of diversion headworks including storage and temporary diversion structures. Key components of diversion headworks are described such as weirs, barrages, divide walls, fish ladders, and canal head regulators. Factors for selecting sites for diversion structures are outlined. Causes of failures for weirs built on permeable foundations and remedies are summarized.
Topics:
1. Types of Diversion Head Works
2. Weirs and Barrages
3. Layout Diversion Head Works
4. Causes of Failures of Weirs and Barrages on Permeable Foundations
5. Silt Ejectors and Silt Excluders
Diversion head works divert river water into canals and include components like weirs, barrages, undersluices, divide walls, fish ladders, head regulators, and silt prevention devices. Weirs and barrages raise the river's water level to divert it into canals. Undersluices and divide walls help control silt and water flow. Fish ladders allow fish to pass through. Head regulators control water entering canals while silt prevention devices like silt excluders and ejectors remove silt from the water and canal bed. Guide banks and marginal embankments also help direct water flow and prevent flooding.
This document discusses types of canals and reservoirs. It outlines 7 types of canal classifications based on source of supply, function, discharge, alignment, financial output, soil type, and lining. Key canal components include main canals, branch canals, and distributaries. The document also defines important canal terms like gross command area and culturable command area. It describes reservoir components and storage zones, and outlines investigations done at reservoir sites including engineering surveys, geological investigations, and hydrological studies.
This document provides guidance on designing and constructing welded steel penstocks. It discusses factors to consider such as location, economics, head losses, stresses, supports, bends, accessories, materials, fabrication, installation, specifications, and corrosion control. Welded steel penstocks are well-suited for transmitting water from reservoirs or dams to hydroelectric turbines due to their strength and flexibility. They are designed according to codes like the ASME Boiler and Pressure Vessel Code to ensure safety. The document is intended to help designers solve problems and construct penstocks safely and efficiently.
This document discusses different types of reservoirs and their purposes. It describes three main types of reservoirs: storage reservoirs which store water for use during dry periods, flood control reservoirs which temporarily store flood water, and distribution reservoirs which supply water to urban areas. Storage reservoirs can be used for irrigation, hydropower, and water supply. Flood control reservoirs, also called retarding or detention basins, aim to reduce flood damage downstream. Distribution reservoirs maintain a constant water supply despite fluctuating demand. The document also covers reservoir site selection and factors to consider like catchment area and capacity.
This document provides information about hydraulic structures and diversion head works. It discusses that a hydraulic structure disrupts natural water flow and examples include dams and weirs. It then describes the key components of diversion head works, including weirs, barrages, under-sluices, divide walls, river training works, fish ladders, and canal head regulators. The purpose and functions of each component are explained. Design considerations for weirs and barrages such as their cost, control of flow, and ability to incorporate transportation are compared.
Channelisation involves altering the natural geometry of a watercourse through hard engineering techniques. It is done to increase channel capacity and prevent flooding, provide straighter channels for navigation, prevent erosion, and reclaim wetlands. Specific channelisation methods include resectioning to widen and deepen channels, realignment to straighten meandering rivers, bank protection through structures, lined channels with concrete, containment within pipes and arches, vegetation clearance to remove obstructions, and dredging to remove sediment.
This document discusses different types of weirs and their uses. It begins by defining a weir as a small dam commonly used to raise water levels in rivers or streams. It then describes several types of weirs in more detail, including sharp-crested weirs, broad-crested weirs, rectangular weirs, triangular weirs, and trapezoidal weirs. Examples of weirs being used in dams and for water flow measurement are also provided. The document explains that weirs come in both gated and ungated forms and discusses their functions in river navigation and controlling water levels.
This document discusses different types of weirs and their uses. It begins by defining a weir as a small dam commonly used to raise water levels in rivers or streams. It then describes several types of weirs in more detail, including sharp-crested weirs, broad-crested weirs, rectangular weirs, triangular weirs, and trapezoidal weirs. Examples of weirs being used in dams and for measuring water flow are also provided. The document concludes by noting that weirs can be dangerous due to underwater circulation patterns downstream.
1. Diversion headworks divert river water into canals to supply irrigation water. They include weirs or barrages to raise water levels, under sluices to remove silt, and canal head regulators to control water flow into canals.
2. Key components are weirs/barrages, under sluices, divide walls, fish ladders, and canal head regulators. Weirs/barrages raise water levels while under sluices and silt excluders/ejectors remove silt from the water. Canal head regulators control water entering the canals.
3. Site selection considers factors like river characteristics, canal economics, construction feasibility, land and material costs,
This document provides information on canal irrigation systems. It discusses the various components of canal distribution systems including main canals, branch canals, distributaries, minors, and watercourses. It also describes canal structures like regulators, river training works, and different types of canal falls used to change the water level. The key purpose of the document is to outline the design and components of canal irrigation networks for transporting water from its source to agricultural fields.
This document discusses various maintenance practices for irrigation systems. It addresses both physical phenomena like erosion and social phenomena like unauthorized access that can deteriorate canal systems. It provides solutions for issues like soil erosion, sediment removal, aquatic weed control, bank erosion, animal crossings, drainage, and repairing structures. The key maintenance topics covered are catchment protection, head works, channel maintenance for both earthen and lined canals, maintenance of structures, and maintenance of tertiary systems and drains. Diagrams are provided to illustrate specific maintenance remedies and best practices.
SAQIB IMRAN 0341-7549889 11
1. The document is notes written by Saqib Imran, a civil engineering student in Pakistan, to provide knowledge on hydraulic structures to other students and engineers.
2. It defines hydraulic structures as anything used to divert, restrict, or manage natural water flow, such as dams, weirs, and spillways. It also discusses factors that affect the design of canals, barrages, and culverts.
3. The notes provide definitions for various technical terms related to hydraulic structures like khadir, weir axis, river axis, and retrogression. It also describes river training works including guide banks and marginal bund
The document provides information on diversion head works and their components. It can be summarized as:
1) Diversion head works are structures constructed at the head of a canal to divert river water into the canal and ensure a regulated supply of silt-free water with a minimum head.
2) Key components of diversion head works include under sluices, divide walls, fish ladders, silt exclusion devices, guide banks, and head regulators. Under sluices control silt entry and water levels. Divide walls separate flows. Fish ladders allow fish passage.
3) Site selection factors for diversion head works include suitable foundations, positioning the weir at a right angle to river flow, space for
The document discusses various aspects of selecting a site for a diversion headworks and its components. It provides criteria for selecting an optimal site, such as the river being straight and narrow, having a higher elevation than the irrigation area, and having stable banks. It also discusses types of weirs, barrages, and other structures used at diversion headworks, such as under sluices, fish ladders, canal head regulators, and silt control works. Key considerations for site selection aim to minimize construction costs and water losses while safely diverting water for irrigation.
This document discusses plumbing. It defines plumbing as laying and repairing pipes for water distribution and sewage disposal in buildings. Plumbing is important for good hygiene, preventing disease transmission, easier access to water, human waste removal, and removal of dirty water. When planning plumbing, considerations include pipe layout, water supply, external pipe placement parallel to buildings, pipe security, storage tanks, and ensuring proper pipe gradient for water flow.
Similar to Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis tanaman padi (20)
The document discusses steel columns according to SNI 1729:2020. It covers several key points:
1) Steel columns are designed to carry symmetrical axial loads at their center of gravity or axial loads only. Buckling is one failure mechanism that can occur if the load exceeds the column's capacity.
2) Buckling can be local, affecting the cross-section, or global, affecting the entire column. Parameters like the cross-sectional area, length, and end conditions influence a column's buckling strength.
3) The standard provides formulas for determining the nominal axial strength of steel columns based on their cross-section geometry and potential buckling modes. Examples are given to demonstrate calculating strength for different cross
ppt ini mengacu ke sni 1729 2020, hal hal yang terdapat di ppt ini adalah pengertian batang tarik baja,beberapa macam batang tarik,konsep luas penampang,menghitung luas penampang netto,pola staggered, shear lag, contoh soal menghitung batang tarik
pendahuluan baja,macam - macam penampang baja,kurva stress-strain baja,standar mutu material baja,pengaruh dan pengendalian mutu baja,suhu terhadap baja, korosi terhadap baja,perencanaan baja dengan dfbt dan dki, koefisien terhadap perhtiungan kuat baja
Pengertian jalan raya, lintasan,alinyement horizontal,pelebaran tikungan,stationing dan longitudinal section,alinyement vertikal, perencanaan tebal perkerasan, potongan melintang, galian dan timbunan
The document discusses the design of reinforcement for beams. It includes calculations for:
1) Flexural reinforcement on the top and bottom of the beam based on the bending moment. The reinforcement ratio is calculated and stirrups are designed.
2) Shear reinforcement to resist the shear force. The shear capacity of the concrete and shear reinforcement is calculated. Stirrup spacing and sizes are determined.
3) Checking for torsional effects and determining they must be considered in the design.
Dokumen tersebut membahas perhitungan penulangan kolom beton bertulang. Terdapat persyaratan penulangan kolom seperti lindungan beton minimal, rasio luas tulangan terhadap luas penampang, jumlah dan jarak tulangan memanjang serta sengkang ikat. Diberikan contoh perhitungan penentuan penampang dan penulangan kolom untuk menahan beban tekan 1500 kN dan momen 80 kNm.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Shaleh Afif Hasibuan
1. Mengetahui metode pelaksanaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
2. Mengetahui perbedaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
3. Mengetahui persyaratan dari pondasi
Nama : shaleh afif hasibuan
Nim : 16-009
This document contains the name and student number of shaleh afif hasibuan with NIM 16-009, followed by calculations and responses for a structural dynamics problem involving a beam with harmonic loading. The calculations determine the natural frequency, structural period, structural frequency, loading frequency, and resonance ratio to find that resonance will not occur. A graph and table show the harmonic response of the beam displacement over time.
Dokumen ini membahas tiga layout lapangan terbang. Lapangan terbang dibagi menjadi bagian udara dan darat, dengan gedung terminal sebagai perantara. Terdapat beberapa bagian penting seperti apron untuk parkir pesawat, ATC untuk mengatur lalu lintas udara, terminal untuk penumpang, taxiway untuk menghubungkan landasan pacu dan apron, serta runway untuk lepas landas dan mendarat pesawat. Diberikan contoh layout dari tiga bandara internasional besar.
1) A 7m simple beam is designed to carry a dead load of 25kN/m, live load of 20kN/m, and torque of 50kNm. Reinforced concrete properties are given.
2) The beam self-weight is calculated as 5.76kN/m. Total factored load is calculated as 68.912kN. Shear force is 241.192kN.
3) Shear reinforcement of 100.53mm^2 of 8mm stirrups at 150mm spacing is designed to resist a shear of 150kN. Checks show it can resist higher loads at increased spacing.
ACEP Magazine edition 4th launched on 05.06.2024Rahul
This document provides information about the third edition of the magazine "Sthapatya" published by the Association of Civil Engineers (Practicing) Aurangabad. It includes messages from current and past presidents of ACEP, memories and photos from past ACEP events, information on life time achievement awards given by ACEP, and a technical article on concrete maintenance, repairs and strengthening. The document highlights activities of ACEP and provides a technical educational article for members.
Introduction- e - waste – definition - sources of e-waste– hazardous substances in e-waste - effects of e-waste on environment and human health- need for e-waste management– e-waste handling rules - waste minimization techniques for managing e-waste – recycling of e-waste - disposal treatment methods of e- waste – mechanism of extraction of precious metal from leaching solution-global Scenario of E-waste – E-waste in India- case studies.
6th International Conference on Machine Learning & Applications (CMLA 2024)ClaraZara1
6th International Conference on Machine Learning & Applications (CMLA 2024) will provide an excellent international forum for sharing knowledge and results in theory, methodology and applications of on Machine Learning & Applications.
A review on techniques and modelling methodologies used for checking electrom...nooriasukmaningtyas
The proper function of the integrated circuit (IC) in an inhibiting electromagnetic environment has always been a serious concern throughout the decades of revolution in the world of electronics, from disjunct devices to today’s integrated circuit technology, where billions of transistors are combined on a single chip. The automotive industry and smart vehicles in particular, are confronting design issues such as being prone to electromagnetic interference (EMI). Electronic control devices calculate incorrect outputs because of EMI and sensors give misleading values which can prove fatal in case of automotives. In this paper, the authors have non exhaustively tried to review research work concerned with the investigation of EMI in ICs and prediction of this EMI using various modelling methodologies and measurement setups.
Understanding Inductive Bias in Machine LearningSUTEJAS
This presentation explores the concept of inductive bias in machine learning. It explains how algorithms come with built-in assumptions and preferences that guide the learning process. You'll learn about the different types of inductive bias and how they can impact the performance and generalizability of machine learning models.
The presentation also covers the positive and negative aspects of inductive bias, along with strategies for mitigating potential drawbacks. We'll explore examples of how bias manifests in algorithms like neural networks and decision trees.
By understanding inductive bias, you can gain valuable insights into how machine learning models work and make informed decisions when building and deploying them.
Low power architecture of logic gates using adiabatic techniquesnooriasukmaningtyas
The growing significance of portable systems to limit power consumption in ultra-large-scale-integration chips of very high density, has recently led to rapid and inventive progresses in low-power design. The most effective technique is adiabatic logic circuit design in energy-efficient hardware. This paper presents two adiabatic approaches for the design of low power circuits, modified positive feedback adiabatic logic (modified PFAL) and the other is direct current diode based positive feedback adiabatic logic (DC-DB PFAL). Logic gates are the preliminary components in any digital circuit design. By improving the performance of basic gates, one can improvise the whole system performance. In this paper proposed circuit design of the low power architecture of OR/NOR, AND/NAND, and XOR/XNOR gates are presented using the said approaches and their results are analyzed for powerdissipation, delay, power-delay-product and rise time and compared with the other adiabatic techniques along with the conventional complementary metal oxide semiconductor (CMOS) designs reported in the literature. It has been found that the designs with DC-DB PFAL technique outperform with the percentage improvement of 65% for NOR gate and 7% for NAND gate and 34% for XNOR gate over the modified PFAL techniques at 10 MHz respectively.
Adaptive synchronous sliding control for a robot manipulator based on neural ...IJECEIAES
Robot manipulators have become important equipment in production lines, medical fields, and transportation. Improving the quality of trajectory tracking for
robot hands is always an attractive topic in the research community. This is a
challenging problem because robot manipulators are complex nonlinear systems
and are often subject to fluctuations in loads and external disturbances. This
article proposes an adaptive synchronous sliding control scheme to improve trajectory tracking performance for a robot manipulator. The proposed controller
ensures that the positions of the joints track the desired trajectory, synchronize
the errors, and significantly reduces chattering. First, the synchronous tracking
errors and synchronous sliding surfaces are presented. Second, the synchronous
tracking error dynamics are determined. Third, a robust adaptive control law is
designed,the unknown components of the model are estimated online by the neural network, and the parameters of the switching elements are selected by fuzzy
logic. The built algorithm ensures that the tracking and approximation errors
are ultimately uniformly bounded (UUB). Finally, the effectiveness of the constructed algorithm is demonstrated through simulation and experimental results.
Simulation and experimental results show that the proposed controller is effective with small synchronous tracking errors, and the chattering phenomenon is
significantly reduced.
Literature Review Basics and Understanding Reference Management.pptxDr Ramhari Poudyal
Three-day training on academic research focuses on analytical tools at United Technical College, supported by the University Grant Commission, Nepal. 24-26 May 2024
Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis tanaman padi
1. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
i
2. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
ii
3. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
iii
4. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
iv
5. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
v
DAFTAR ISI
BAB I – PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Definisi Bendung.................................................................................... 1
1.2 Fungsi Bendung...................................................................................... 1
1.3 Klasifikasi Bendung ............................................................................... 1
1.4 Bagian – Bagian Bendung...................................................................... 2
BAB II – DAERAH BENDUNG DAN DEBIT ANDALAN..............4
2.1 Keadaan Topografi ................................................................................. 4
2.2 Klimatologi............................................................................................. 4
2.3 Gempa..................................................................................................... 7
2.4 Catchmen Area ....................................................................................... 7
2.5 Iklim dan Hidrologi ................................................................................ 31
2.5.1 Umum......................................................................................... 31
2.5.2 Distribusi Curah Hujan .............................................................. 31
2.5.3 Metode Polygon Thiessen.......................................................... 31
2.6 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial(ETo)........................................ 32
2.6.1 Perhitungan Tekanan Uap air..................................................... 32
2.6.2 Fungsi Angin.............................................................................. 33
2.6.3 Faktor Koreksi Terhadap Temperatur........................................ 33
2.6.4 Radiasi Netto.............................................................................. 34
2.6.5 Faktor Koreksi Cuaca................................................................. 35
2.7 Perhitungan Debit Andalan .................................................................... 35
BAB III – ANALISA HIDROLOGI............................................................ 45
3.1 Umum..................................................................................................... 45
3.2 Penentuan Periode Ulang........................................................................ 45
3.3 Analisa Frekuensi Curah Hujan dengan Metode Gumbel...................... 48
3.4 Analisa Frekuensi Curah Hujan dengan Metode Log Person III............ 51
3.5 Analisa Frekuensi Curah Hujan dengan Metode Normal....................... 54
3.6 Analisa Frekuensi Curah Hujan dengan Metode Log Normal ............... 56
3.7 Analisa Debit Rencana ........................................................................... 62
BAB IV- DESAIN HIDROULIS BENDUNG........................................... 68
4.1. Elevasi Puncak Mercu ............................................................................ 68
4.2. Elevasi Dasar Sungai.............................................................................. 68
4.3.Tinggi Bendung....................................................................................... 68
4.4. Lebar Bendung ....................................................................................... 70
4.5. Lebar Efektif Bendung ........................................................................... 70
4.6. Pemilihan Bentuk Mercu........................................................................ 71
4.7. Menentukan Tinggi Muka Air di Sungai Sebelum ada Bendung........... 75
4.8. Menentukan Tinggi Air di atas Mercu Bendung.................................... 76
4.9. Perencanaan Kolam Olak ....................................................................... 79
4.9. Perhitungan Terhadap Rembesan........................................................... 83
BAB V – ANALISA STABILITAS BENDUNG ................................87
5.1 Umum..................................................................................................... 87
5.2 Syarat – Syarat Bendung ........................................................................ 87
6. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
vi
5.3 Gaya – Gaya Bekerja pada Bendung...................................................... 89
5.4 Perhitungan Terhadap Erosi Tanah ........................................................ 93
BAB VI – PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP .............120
6.1 Bangunan Intake..................................................................................... 120
6.2 Kantong Lumpur..................................................................................... 122
6.3 Bangunan Pembilas ................................................................................ 127
6.4 Desain Saluran Primer............................................................................ 128
BAB VII – GAMBAR AUTOCAD BENDUNG.................................132
7. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Bendung
Bendung merupakan bangunan pelimpah melintang sungai yang memberikan tinggi muka
air minimum kepada bangunan pengambil untuk keperluan irigasi. Bendung merupakan
penghalang selama terjadinya banjir dan dapat menyebabkan genangan yang luas di daerah –
daerah hulu bending selain itu, bending juga merupakan salah satu contoh bangunan air
yang mencakup hamper keseluruhan aspek bidang teknik sipil, seperti aspek dalam bidang
air,struktur, geoteknik, serta manajemen kontruksi dalam perencanaanya.
1.2 Fungsi Bendung
Bendung memiliki fungsi antara lain:
-) Meninggikan taraf muka air agar air sungai dapat disadap sesuai kebutuhan.
-) Mengendalikan aliran sungai.
-) Mengendalikan angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan
secara aman
1.3 Klasifikasi Bendung
Berdasarkan fungsinya, bending dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Bendung penyadap
Bendung penyadap digunakan untuk menyadap aliran air untuk berbagai keperluan
seperti irigasi, penyediaan air baru dan sebagainya.
b) Bendung Pembagi Banjir
Bendung ini dibangun pada percabangan sungai untuk mengatur muka air sungai,
sehingga terjadi pemisahan. Pemisahan antara debit banjir dan debit rendah sesuai dengan
kapasitasnya.
c) Bendung Penahan Pasang
Bendung ini dibangun pada bagian sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut
antara lain untuk mencegah masuknya air asin
berdasarkan tipe strukturnya, bending diklasifikasikan menjadi:
a) Bendung Gerak
b) Bendung Tetap
c) Bendung kombinasi
d) Bendung bottom intake
Berdasarkan sifatnya, bending diklasifikasikan menjadi:
a)Bendung Permanen
Seperti bending pasang batu, beton, ataupun kombinasi batu dan beton.
b) Bendung semi-permanen
Seperti bending bronlong, cerucuk kayu dan lain sebagainya.
c) Bendung Darurat
Bendung yang dibuat oleh masyarakat pedesaan, seperti rumpukan batu dan
sebagainya.
1.4 Bagian – Bagian Bendung
a) Tubuh bending
Komponen utama bending yang terdiri dari ambang tetap dan mercu bending.
8. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
2
Diletakkan kurang lebih tegak lurus aliran sungai saat banjir dan air normal.
Maksudnya agar arah aliran utama menuju bending dan yang keluar dari bending
terbagi merata, sehingga tidak menimbulkan pusaran – pusaran air di udik bangunan
pembilas dan intake. Pusaran aliran ini dapat menimbulkan gangguan penyadapan di
intake dan pembilasan sedimentasi.
b) Bangunan pengambil (intake)
Bangunan pengambil adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari air sungai melalui bangunan ini menuju saluran primer. Letaknya
biasanya berada pada sisi kiri dan kanan bending apabila daerah irigasi berada di
tempat tersebut. Pertimbangan utama dalam merencanakan bangunan pengambil
adalah debit rencana dan pengelola sedimen.
c) Bangunan Pembilas (Flushing Out)
Bangunan pembilas memiliki fungsi untuk membilas angkutan sedimen dengan
aliran keluar (intake) bangunan pengambil menuju tubuh bending sehingga akan
mengurangi jumlah angkutan sedimen masuk ke intake.
Ada beberapa macam metode pembilas bangunan, yakni:
-) Bangunan Pembilas Konvensionall
-) Bangunan Pembukas dengan under sluice
-) Bangunan pembilas shunt under sluice
-) Bangunan pembilas bawah tipe baus
d) Kolam olak (strilling basin)
Berfungsi untuk meredam energy air akibat pembendungan agar air di hilir bending
tidak menimbulkan pergerakan setempat yang dapat membahayakkan struktur.
e) Tanggal Pengaman
Berfungsi untuk melindungi daerah yang berdekatan dengan lokasi bending dari
genangan akibat banjir. Tanggul pengaman sebaiknya direncanakan 0,25 meter
diatas elevasi pangkal bending (abuntment) guna menciptakan keadaan ekstra
selama terjadi banjir yang luar biasa besar.
f) Kantong lumpur ( sediment trap)
Berfungsi mengendapkan fraksi – fraksi sediment dan biasanya ditempatkan persis
disebelah hilir pengambilan. Bangunan ini juga berperan menjadi kualitas air yang
masuk ke dalam daerah irigasi.
g) Bangunan pelengkap
Merupakan bangunan yang ditambahkan pada bangunan utama untuk melengkapi
fungsi – fungsi bangunan tersebut seperti:
-) Bangunan pengukur debit dan muka air di sungai maupun saluran.
-) Pengoperasian pintu air.
-) Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan
ruang kerja untuk eksploitasi dan pemeliharaan
-) Jembatan di atas bending yang ditujukan agar seluruh bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian – bagian tersebut terbuka untuk umum.
-) Instalasi air mikro atau mini tergantung pada evaluasi ekonomi serta
memungkinkan pemakaian hidrolik. Instalasi ni bias dibangun di dalam bangunan
ataupun tempat yang memungkinkan lainnya.
9. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
3
BAB II
DAERAH BENDUNG
DAN DEBIT ANDALAN
2.1 Keadaan Topografi
Topografi pada daerah yang akan direncanakan sangat memengaruhi perencanaan dan
biaya pelaksanaan bangunan utama, yaitu:
Harus cukup tempat di tepi sungai untuk membuat kompleks bangunan utama,
termasuk kantong lumpur dan bangunan pembilasan.
Topografi mempunyai pengaruh terhadap panjang serta tata letak tanggul banjir
dan tanggul penutup
Topografi mempunyai pengaruh terhadap perencanaan trase saluran primer yang
tidak terlalu mahal
Adapun keadaan topografi perencanaan bending ini adalah sebagai berikut:
Evaluasi dasar sungai rencana bending(m) : 820 m
Panjang saluran dari rencana bending sampai ke lokasi sawah(m) : 7700 m
Kemiringan sungai rata – rata di lokasi rencana bending(m) : 0.00045
Lebar rata – rata sungai di lokasi rencana bending(m) : 36 m
Kemiringan talud/tebing sungai di lokasi rencana bending : 1:1,7
Luas areal sawah sebelah kanan (Ha) : 840 Ha
Luas areal sawah sebelah kiri (Ha) : 1130 Ha
Elevasi sawah tertinggi yang akan dialiri(m) : -4 m
Elevasi sawah terendah yang akan dialiri (m) : -9 m
Tinggi genangan air di sawah (m) : 0.12 m
2.2 Klimatologi
Pada Perencanaan bending selain keadaan topografi, juga diperlukan adanya data – data
klimatologi pada sekitar lokasi bending yang direncanakan. Data – data klimatologi yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Data Penyinaran Matahari Rata-Rata Bulanan
Bulan
Penyinaran Matahari
(%)
Januari 80
Febuari 79
Maret 70
April 82
Mei 72
Juni 68
Juli 69
Agustus 80
September 70
Oktober 77
November 82
Desember 85
10. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
4
Data Kelembapan Udara Rata-Rata Bulanan
Bulan
Kelembapan Udara
(%)
Januari 80
Febuari 70
Maret 70
April 90
Mei 82
Juni 83
Juli 80
Agustus 80
September 79
Oktober 90
November 83
Desember 77
Data Temperatur Rata-Rata Bulanan
Bulan
Suhu Udara (T˚C)
Max Min 𝑻
Januari 32 26 29
Febuari 33 20 26.5
Maret 31 20 25.5
April 33 29 31
Mei 31 23 27
Juni 20 18 19
Juli 20 14 17
Agustus 29 17 23
September 28 21 24.5
Oktober 25 18 21.5
November 24 17 20.5
Desember 26 18 22
Data Kecepatan Angin Rata-Rata Bulanan (Asumsi)
Bulan
Kecepatan Angin Rata-Rata
(km/hari)
Januari 61
Febuari 62
Maret 63
April 68
Mei 84
Juni 121
Juli 170
Agustus 158
11. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
5
September 163
Oktober 116
November 93
Desember 69
Data Expose Surface (Asumsi)
Bulan
Expose Surface
(%)
Januari 20
Febuari 20
Maret 30
April 20
Mei 20
Juni 20
Juli 30
Agustus 40
September 50
Oktober 50
November 40
Desember 30
2.3 Gempa
Dari peta zona zeismeth, untuk perencanaan bangunan tahan gemoa di peroleh:
Percepatan gempa dasar, ac : 1.64 𝑚/𝑠
Koefisien jenis tanah (n:m) : 1,58 : 0,85
Faktor yang bergantung pada letak geografisnya,z : 0,56
Percepatan gempa rencana, ad= 𝑛(𝑎𝑐. 𝑧) : 1.469 𝑚/𝑠
Koefisien gempa, E= 𝑎𝑑/𝑔 : 0.149
2.4 Catchment Area
Perhitungan luas catchment area adalah dengan cara membagi – bagi luasan catchment
area pada peta menjadi luasan – luasan bangunan datar yang kecil dan umum dilihat. Luasan
catchment area pada peta dipindahkan ke atas kertas millimeter agar mempermudah
perhitungan dan harus sesuai dengan skala yang telah ditentukan, yaitu sebesar
Plot ke AUTOCAD
12. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
6
13. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
7
Hitung luasan dengan AUTOCAD
Luasan I = 224.538 𝑘𝑚
Luasan II = 287.446𝑘𝑚
14. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
8
Luasan III = 279.096𝑘𝑚
Luasan IV = 176.474𝑘𝑚
𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐼 + 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐼𝐼 + 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐼𝐼𝐼 + 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐼𝑉
= 224.538 + 287.446 + 279.096 + 176.474
= 967.554 𝑘𝑚
15. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
9
16. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
10
17. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
11
18. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
12
19. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
13
20. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
14
21. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
15
22. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
16
23. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
17
24. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
18
25. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
19
26. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
20
27. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
21
28. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
22
29. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
23
30. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
24
31. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
25
32. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
26
33. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
27
34. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
28
2.5Iklim dan Hidrologi
2.5.1 Umum
Data hidrologi di suatu daerah sangat dibutuhkan dalam perencanaan bangunan bendung.
Karakteristik hidrologi suatu daerah sangat ditentukan oleh iklim:
Curah hujan
Sinar matahari
Kecepatan angina
Temperatur
Kelembapan udara
Faktor – factor tersebut dalam perhtiungan hidrologi banyak yang tidak dapat
ditentukan dengan pasti sehingga digunakan pendekatan – pendekatan empiris untuk
mendapatkan rumusan yang diperlukan.
Umumnya, keadaan hidrologi suatu daerah sangat memengaruhi usaha
pengembangan sumner daya air dan analisa hidrologi sangat penting untuk
menentukan besar dari run off. Faktor – factor yang memngaruhi besarnya banjir dari
suatu daerah pengaliran antara lain yaitu:
Besarnya Hujan yang terjadi
Bentuk dan besarnya daerah pengaliran
Kemiringan daerah
Jenis tanah dasar yang menentukan kemampuan resapan air
Hujan yang terjadi sebelumnya
Keadaan suhu dan angina yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya
respon
2.5.2 Distribusi Curah Hujan
Curah hujan yang diperlukan dalam penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan
rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata – rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah
hujan wilayah atau daerah dan dinyatakan dalam mm.
2.5.3 Metode polygon Thiessen
Cara ini memiliki konsep berdasarkan penakaran rata - rata (weighted average). Masing –
masing stasiun mempunyai daerah pengaruh yang dibentukk dengan menggambarkan garis –
garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung di antara dua buah pers stausiun curah
hujan.
2.6 Perhitungan Evapotransporasi potensial (𝑬𝑻𝟎)
Perhitungan 𝐸𝑇 pada tugas ini menggunakan metode Panmann untuk
menghitungnya dapat digunakan persamaan berikut
𝐸𝑇 = 𝑐[(𝑤. 𝑅 ) + (1 − 𝑤)𝑓(𝑢)(𝑒 − 𝑒 )]
35. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
29
Dimana
𝐸𝑇 : Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
𝑤 : Faktor koreksi terhadap temperature
𝑅 : Radiasi netto (mm/hari)
𝑓(𝑢) : fungsi angina
(𝑒 − 𝑒 ) : perbedaan antara tekanan uap air lembab pada
temperature udara rata – rata dan
tekanan uap air akutal rata – rata
𝑐 : Faktor koreksi cuaca
2.6.1 Perhitungan tekanan uap air (𝒆𝒂 − 𝒆𝒅)
Menentukan 𝑒 (mbar)
Menentukan 𝑒 (mbar)
Dimana: t = temperature udara (℃)
𝑅 = kelembapan udara rata – rata (%)
Contoh perhitungan : Bulan Januari
Temperatur = 29℃
𝑅 = 80%
Maka :
𝑒 = 6,11 𝑒
,
𝑒 = 6.11𝑥2.718
.
𝑒 = 40.156
𝑒 =
40.156𝑥80
100
= 32.125 𝑚𝑏𝑎𝑟
2.6.2 Fungsi angin (f(u))
Pengaruh angina terhadap 𝐸𝑇 telah dipelajari untuk berbagai macam jenis iklim dan
menghasilkan perbaikan terhadap fungsi angina dan didefinisikan sebagai berikut:
Dimana,
f(u) ; fungsi angina
u : kecepatan angin berhembus dalam 24 jam (km/hari) pada ketinggian 2 m
Contoh perhitungan : bulan Januari
𝑒 = 6,11 𝑒
,
𝑒 = 𝑒 .
𝑅
100
𝑓(𝑢) = 0,27 + (1 +
𝑢
100
)
36. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
30
Data yang diketahui :
Kecepatan angin rata –rata = 61 km/hari
maka,
𝑓(𝑢) = 0,27 + 1 +
𝑢
100
= 0.27 + 1 +
61
100
= 0.435
2.6.3 Faktor Koreksi Terhadap Temperatur (w)
adalah factor koreksi terhadap temperature dan (1-w) adalah factor koreksi dari pada
pengaruh angina dan kadar terhadap Evapotranspirasi. Besar dari w sehubungan dengan
temperature dan ketinggian dapat dihitung dengan rumus:
𝑤 =
𝛿
(𝛿 𝐵
⁄ )
Dimana,
B= Konstanta psychromatric
,
(𝑚𝑏𝑎𝑟 ℃
⁄ )
L = Latent heat = 595 − 0,51𝑇dan, 𝑃 (𝑐𝑎𝑙 ℃)
⁄ = 1013 − 0,1055𝐸
Dimana E adalah elevasi dari permukaan air laut (m)
𝛿 = sudut dari kurva hubungan antara tekanan uap air dan temperature(𝑚𝑏𝑎𝑟 ℃)
⁄
dimana 𝛿 adalah 2(0,00738𝑇 + 0,8072) − 0,00116
T = Temperatur udara dalam ℃ yang digunakan adalah ( )
Contoh perhitungan : bulan januari
Data yang diketahui :
Temperatur Maximum = 32℃
Temperatur Minimum = 26℃
𝑇 =
32 + 26
2
= 29℃
𝛿 = 2. (0.00738𝑥29 + 0.8072) − 0.00116
= 2.316 𝑚𝑏𝑎𝑟/℃
𝐿 = 595 − 0.51𝑥29
𝐿 = 580.21 𝑐𝑚 ℃
⁄
𝑃 = 1013 − 0.1055𝑥820
= 926.49 𝑚𝑏𝑎𝑟
𝐵 =
0.386𝑥926.49
580.21
= 0.616 𝑚𝑏𝑎𝑟/℃
𝑤 =
2.316
2.316 + 0.616
= 0.789
1 − 𝑤 = 1 − 0.789 = 0.211
2.6.4 Radiasi netto (Rn)
Perbedaan antara semua radian yang masuk dari radiasi keluar ke dan dari permukaan
disebut radiasi netto atau Rn. Untuk menghitung Rn maka ada beberapa langkah
perhitungan formula umum:
𝑅 = 𝑅 − 𝑅 (𝑚𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖)
⁄
Dimana
𝑅 = Radiasi netto (mm/ hari)
𝑅 = solar radiasi netto = (1 − 𝛼)𝑅 (mm/hari)
𝛼 = koefisien pantul permukaan bumi dalam pecahan
37. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
31
𝑅 =
( )
𝑅
= (0,25 + 0,5 )𝑅
dimana,
n = lamanya penyinaran matahari per hari
N = kemungkinan penyinaran matahari maks ≈ 12jam
𝑅 = Total radiasi yang diterima pada lapisan atas atmosfer
𝛼 = koefisien pantul berkisar antara 0,25 – 0,5
𝑅 = 𝐸(𝜎. 𝑇 ) 0,34 − 0,044 𝑒 0,1 + 0,9 𝑛
𝑁
dimana,
E = factor reduksi ≈ 0,95 − 0,98
𝜎 = Konstanta radiasi Stefan-boltzman ≈ 1,955𝑥10
T = temperature absolut dalam kelvin
Contoh perhitungan = bulan Januari
Lama penyinaran matahari 80% dan lama penyinaran untuk n per hari =80/31=2.58%
Asumsi total radiasi yang diterima adalah 14-15, asumsi 14.8
𝑅 = 0.25 + 0.5𝑥
2.58
12
𝑥14.8 = 5.291
𝑅 = (1 − 0.25)𝑥5.291 = 3.968
𝑅 = 0.97(1.955𝑥10 𝑥(29 + 273) (0.34 − 0.044√32.125)(0.1 + 0.9𝑥0.215)
𝑅 = 0.418
𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑅 = 3.968 − 0.418 = 3.55
2.6.5 Faktor koreksi cuaca (c)
Persamaan panmann memberikan asumsi pada kebanyakan kondisi dimana radiasi
diasumsikan sedang ke tinggi, Rhmax adalah sedang ke tinggi, kecepatan angina pada
malam hari. Bagaimanapun kondisi ini sebenarnya tidak dapat dipenuhi, misalnya
daerah pantai yang mempunyai angin kencang dan tenang di waktu malam, mungkin
mempunyai perbandingan kecepatan angin siang dan malam mencapai 3-5
Untuk lebih jelasnya, pemilihan factor koreksi dapat dilihat
𝐸𝑇 = 𝑐[𝑤. 𝑅 + (1 − 𝑤)𝑓(𝑢)(𝑒 − 𝑒 )]
2.7 Perhitungan debit andalan
menggunakan metode Dr Fj Mock dengan Metode water balance dari Dr FJ Mock. Dapat
diperoleh suatu asumsi empiris untuk mendapatkan debit andalan.. Metode ini
didasarkan parameter data hujan, evapotranspirasi, karakteristik dan tempat serta kondisi
DAS. Untuk mendapatkan debit saluran bulanan pada pertimbangan hidrologi daerah
irigasi digunakan metode DR FJ Mock dengan langkah – langkah sebagai berikut:
Data curah hujan
38. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
32
Data curah hujan digunakan pada perhitungan ini. Data yang digunakan adalah
curah hujan efektif bulanan yang berada dalam DAS. Stasiun curah hujan yang
dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.
Evapotranspirasi Acuan (𝐸𝑇 )
Evapotranspirasi acuan adalah evopotranspirasi actual yang mempertimbangkan
kondisi begetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan. Untuk
menghitung evapotranspirasi acuan diperlukan data – data klimatologi, serta
evapotranspirasi terbatas memerlukan data:
Curah hujan tengah bulanan
Jumlah permukaan tengah bulanan(d), dihitung dengan asumsi
bahwa tanah dalam satu harinya mampu menahan air 12 mm dan
telah menguap sebesar 4 mm
Jumlah hari hujan tengah bulanan (n)
Ekspose surface (m%) ditaksir berdasarkan pada tata guna lahan atau dengan asumsi :
m = 20 % (Januari, februari, april, mei, juni)
m = 30% (Maret, juli, desember)
m = 40% (Agustus dan November)
m = 50% (September dan Oktober)
secara sistematis evapotranspirasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐸𝑇 = 𝐸𝑃 − 𝐸
𝐸 = 𝐸𝑃 𝑥 (𝑚 20)𝑥(18 − 𝑛)
⁄
Dimana:
E = Beda antara evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi terbatas (mm)
𝐸 = evapotranspirasi terbatas (mm)
m = tangkapan lahan (%)
n = jumlah hari hujan sebulan
Faktor karakteristik
Luas daerah pengaliran
Semakin besar daerah pengaliran daerah suatu aliran kemungkinan akan
semakin besar pula ketersediaan debitnya.
Kapasitas kelembapan tanah (smc)
Soil moisture capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah
permukaan (surface soil) setiap 𝑚 , persamaan yang digunakan:
𝑆𝑀𝐶( ) = 𝑆𝑀𝐶 + 𝐼 ( )
𝑊 = 𝐴 − 𝐼
Dimana:
SMC = kelembapan tanah (diambil 50mm – 250mm)
𝑆𝑀𝐶( ) = Kelembapan tanah bulan ke-n
𝑆𝑀𝐶 = Kelembapan tanah bulan ke (n-1)
𝐼 = Tampungan awal atau initial storage (mm)
𝐴 = Air hujan yang mencapai permukaan tanah
Keseimbangan air di permukaan tanah
Faktor – factor yang memengaruhi:
Hujan (air hujan)
𝐴 = 𝑃 − 𝐸𝑇
39. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
33
Dimana:
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah
P = Curah hujan bulanan
ET = Evapotranspirasi terbatas
Kandungan air tanah (soil storage)
Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity)
Aliran dan penyimpanan air tanah (Run off and ground water storage)
Data – data yang diperlukan untuk menentukan besarnya aliran tanah adalah
sebagai berikut:
a. Koefisiensi infiltrasi
Koefisiensi infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi prioritas
tanah dan kemiringan DAS, lahan yang terjadi memiliki
koefisiensi infiltrasi yang kecil dan demikian sebaliknya batasan
koefisien infiltrasi adalah 0-1
b. Faktor resesi aliran tanah (k)
Merupakan perbandingan antara aliran tanah pada bulan ke-n
dengan aliran tanah pada awal bulan tersebut. Factor reksesi aliran
adalah tanah dipengaruhi oleh sifat geologis DAS. Dalam
perhitungan ktersediaan air dengan metode DR.FJ Mock. Besar
nilai n adalah didapat dengan cara trial dan eror sehingga dapat
dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.
c. Penyimpanan air tanah (Ground water storage)
Penyimpanan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologis
setempat dan waktu, sebagai permukaan dan simulasi harus
ditentukan penyimpanan awal (initial storage) terlebih dahulu.
Persamaanya yang digunakan:
𝑉 = 𝑘√𝑛 − 1 + 0,5(1 + 𝑘)𝑉
𝑉 = 𝑉 − 𝑉
Dimana,
𝑉 = Volume air tanah bulan ke-n
k = 𝑞 𝑞
⁄ , factor regresi air tanah
𝑞 = Aliran tanah pada bulan ke-t
𝑞 = Aliran air tanah pada bulan ke-t
𝑉 = Volume air tanah bulan ke-(n-1)
𝑉 = Perubahan volume air tanah
Aliran Sungai
Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran langsung (direct run-
off),aliran dalam tanah (water flow) dan aliran tanah (base flow). Besarnya masing –
masing aliran tersebut adalah:
Interflow = infiltrasi-volume air tanah
Direct Run-off = watersurplus-infiltrasi
Base Flow = Aliran yang selalu ada di sepanjang tahun
Run-off = interflow + direct run-off + base flow
Aliran dasar = infiltrasi-perubahan aliran air dalam tanah
Aliran Permukaan = volume air lebih-infiltrasi
Aliran sungai = Aliran sungai + Aliran dasar
Debit andalan = (Aliran sungai + Luas DAS)/1 bulan
40. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
34
41. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
35
42. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
36
43. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
37
44. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
38
45. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
39
MENURUT WEIBULL
46. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
40
47. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
41
48. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
42
49. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
43
BAB III
ANALISA HIDROLOGI
3.1 Umum
Secara umum analisan hirologi merupakan satu bagian analiis awal dalam
perancangan bangunan-bangunan hidrolik. Pengertian yang tergantung di dalamnya
adalah bahwa informasi dan besaran – besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi
merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya. Di dalam hidrologi, salah satu
aspek yang diharapkan bias menunjang perancangan bangunan hidrolik adalah penetapan
besaran- besaran rancangan, baik banjir, maupun unsur hidrologi lainya.
Faktor – factor yang memengaruhi karakteristik hidrologi di suatu daerah seperti
curah hujan,sinar matahari, kelembapan udara, kecepatan angina dan temperature banyak
yang tidak dapat ditentukan dengan pasti, sehingga selanjutnya digunakan pendekatan-
pendekatan empiris untuk mendapatkan rumus yang diperlukan.
Umumnya, kondisi topografi suatu daerah sangat memengaruhi usaha
pengembangan sumber daya air dan analisa hidrologi untuk menentukan besar dari
limpasan air (Run-off). Faktor – factor yang memengaruhi besarnya banjir dari suatu
daerah pengaliran antara lain:
Besarnya hujan yang terjadi
Bentuk dan besarnya daerah pengaliran
Kemiringan daerah
Jenis tanah dasar yang menentukan kemampuan resapan air
Hujan yang terjadi sebelumnya
Keadaan suhu dan angina yang memengaruhi besarnya penguapan
3.2 Penentuan Periode Ulang (T)
Berdasarkan kriteria perencanaan bagian bangunan utama kp-02 , banjir rencana
maksimum untuk bangunan bendung diambil sebagai debit banjir dengan periode ulang
100 tahun. Debit banjir rencana dengan periode ulang 100 tahun ini nantinya digunakan
untuk analisa perhitungan.
Bentuk mercu
Permukaan tubuh bendung
Kolam olak
Tanggul banjir
Saluran pengolak
50. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
44
DATA CURAH HUJAN MAKSIMUM DARI
STASIUN 1, 2,3 dan 4 DENGAN METODE
POLYGON THIESSEN
*) SEBELUM DI URUTKAN
No Tahun R
1 1990 104.442
2 1991 143.075
3 1992 188.963
4 1993 221.302
5 1994 240.816
6 1995 220.516
7 1996 150.703
8 1997 164.880
9 1998 136.164
10 1999 177.944
11 2000 168.589
12 2001 203.403
13 2002 270.488
14 2003 281.370
15 2004 163.343
16 2005 185.370
*) SETELAH DIURUTKAN
No Tahun R
1 2003 281.370
2 2002 270.488
3 1994 240.816
4 1993 221.302
5 1995 220.516
6 2001 203.403
7 1992 188.963
8 2005 185.370
9 1999 177.944
10 2000 168.589
11 1997 164.880
12 2004 163.343
13 1996 150.703
14 1991 143.075
15 1998 136.164
16 1990 104.442
DATA CURAH HUJAN MAKSIMUM
No Tahun C1 C2 C3 C4
1 1990 157 128 170 125.6
2 1991 185 128 150 148
3 1992 183 240 246 146.4
4 1993 339 290 194 271.2
52. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
46
3.3 Analisa frekuensi curah hujan dengan metode gumbel.
Besarnya curah hujan untuk periode ulang; 5,10,25,50 dan 100 tahun adalah pada
periode gumbel dhitung dengan formula sebagai berikut:
Menghitung rata – rata pengamatan (x)
𝑥̅ =
∑ 𝑅
𝑛
Menghitung standard deviasi (SD)
𝑆𝐷 =
𝑛
(𝑛 − 1)
(𝑥̅ − 𝑥̅ )
𝑋 = 𝑋 + 𝑆𝐷𝑥𝑘
𝑘 =
𝑌 − 𝑌
𝑆
𝑋 = 𝑋 +
𝑌 − 𝑌
𝑠𝑛
𝑠
Dimana , 𝑌 𝑌 𝑆 didapat dari tabel
TABEL VARIASI REDUKSI DARI VARIABEL (YT), VARIASI RATA-
RATA (Yn) DAN STANDAR DEVIASI (SD)
Hubungan Periode Ulang (T) dengan Reduksi Variat dari Variable (YT)
T YT
55. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
49
3.4 Analisa perhitungan Curah hujan dengan metode log person III .
Pada metode log person, persamaan yang digunakan antara lain:
a. Menghitung Logaritma tengah (log𝑅 )
𝑙𝑜𝑔𝑅 = ∑
Dimana, R1 = curah hujan maksimum ke – 1
b. Menghitung harga standard deviasi (SD)
𝑆𝐷 =
∑(𝑙𝑜𝑔𝑅1 − 𝑙𝑜𝑔𝑅 )
𝑛 − 1
c. Menghitung koefisien asimetri (cs)
𝑐𝑠 =
𝑛 ∑(𝑙𝑜𝑔𝑅 − 𝑙𝑜𝑔𝑅 )
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆𝐷
d. Menghitung besar curah hujan rencana dan periode yang dipilih
𝑙𝑜𝑔𝑅 = 𝑙𝑜𝑔𝑅 + 𝐺. 𝑆𝐷
dimana,
G = koefisien yang diambil dari tabel log person
e. Menghitung curah hujan rencana
𝑅 = 10
56. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
50
TABEL G KOEFISIEN LOG PERSON III
ON III KOEFISIEN LOG PERSON IIITABEL G KOEFISIEN LOG PERSON II
Contoh perhitungan
𝑇 → 𝐿𝑜𝑔 𝑅𝑡 = 𝐿𝑜𝑔𝑅𝑟 + (𝐺. 𝑆𝐷) = 2.62 + (0.851𝑥0.110)
𝐿𝑜𝑔 𝑅𝑡 = 2.356
𝑅𝑡 = 10 .
= 227.047
𝑇 → 𝐿𝑜𝑔 𝑅𝑡 = 𝐿𝑜𝑔𝑅𝑟 + (𝐺. 𝑆𝐷) = 2.62 + (1.252𝑥0.110)
𝐿𝑜𝑔 𝑅𝑡 = 2.4
59. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
53
60. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
54
3.6 Analisa perhitungan Curah hujan dengan metode log normal
𝑙𝑜𝑔𝑋 = 𝑙𝑜𝑔𝑋 + 𝐾 . 𝑆𝑙𝑜𝑔𝑋
Dimana:
𝑙𝑜𝑔𝑋 = nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T
𝑙𝑜𝑔𝑋 = nilai rata rata dari 𝑙𝑜𝑔𝑋 =
∑
𝑆𝑙𝑜𝑔𝑋 = deviasi standar dari log X
𝑆𝑙𝑜𝑔𝑋 =
∑ ( )
𝐾 = 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖, 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑔𝑎𝑢𝑠𝑠
Contoh perhitungan
Diketahui :
𝑙𝑜𝑔𝑋 = 2.26 mm (dari data)
𝑆𝑙𝑜𝑔𝑋 = 0.11 (dari data)
Maka:
𝑙𝑜𝑔𝑋 = 2.26 + 0.84𝑥0.11 = 2.3548
𝑋 = 10 .
= 226.36 𝑚𝑚
61. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
55
62. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
56
63. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
57
64. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
58
65. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
59
66. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
60
3.7Analisa debit rencana.
Debit rencana adalah besarnya debit yang direncanakan untuk melewati bendung.
Debit rencana memperhitungkan debit banjir, yaitu kemungkinan debit terbesar yang
akan terjadi pada bangunan air. Perlu diingat bahwa banjir terbesar dapat terjadi kapan
saja dan debit rencana (design fload) tidaklah sebesar banjir alami yang akan terjadi
Debit rencana dapat dihitung menggunakan metode empiris, antara lain:
a. Metode wedwen
b. Metode hasper
c. Metode melchoir
d. Rasional mononobe
Metode hasper
Berdasarkan kriteria perencanaan bagian jaringan irigasi kp-01, rumusnya sebagai
berikut:
𝑄 =
𝑞𝑥𝐴𝑥𝛼𝑥𝛽𝑥1000
24𝑥3600
Dimana
𝛼 = Koefisien run-off
𝑄 = debit maksimum
q = intensitas curah hujan
𝛽= koefisien reduksi
A = luas pengaliran DAS
Contoh perhitungan debit banjir
Luas catchment area (A) = 967.554 𝑘𝑚
Panjang sungai (L) = 42.265 km
kemiringan rata rata (i) = 0.00045
Curah hujan maksimum(R) = 420.162 mm
Menghitung koefisien pengaliran (𝛼)
𝛼 =
1 + 0.012𝐴 .
1 + 0.075𝐴 .
=
1 + 0.012(967.554) .
1 + 0.075(967.554) .
= 0.24214
Menghitung waktu berlangsungnya (t)
𝑡 = 0.1𝐿 .
𝑖 .
= 0.1𝑥42.265 .
𝑥0.00045 .
= 20.17534 𝑗𝑎𝑚
Menghitung koefisien reduksi (𝛽)
1
𝛽
= 1 +
𝑡 + 3.7𝑥10 .
𝑡 + 15
𝑥
𝑡 .
12
1
𝛽
= 1 +
20.17 + 3.7𝑥10 . .
20.17 + 15
𝑥
20.17 .
12
𝛽 = 0.963
Menghitung r
𝑟 =
𝑡. 𝑅
𝑡 + 1
=
20.17𝑥420.162
20.17 + 1
= 400.32
Menghitung q
𝑞 =
𝑟
3.6𝑡
𝑥24 =
400.32
3.6𝑥20.17
𝑥24 = 132.280
Menghitung Qn
67. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
61
𝑄 =
𝑞𝑥𝐴𝑥𝛼𝑥𝛽𝑥1000
24𝑥3600
𝑄 =
132.280𝑥967.554𝑥0.24𝑥0.96𝑥1000
24𝑥3600
= 345.587 𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
68. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
62
Metode Melchoir
𝑄 = 𝛼. 𝐼. 𝐴
Dimana:
𝑄 = debit maksimum (𝑚 𝑠
⁄ )
𝛼 = Koefisien pengairan (0,42-0,62)
𝛽 = Koefisien reduksi
= 𝛽 𝑥𝛽
Nilai 𝛽 ditentukan berdasarkan rumus
𝐹 =
1970
𝛽 − 0,12
− 3960 + (1720𝑥𝛽 )
F = luas elips yang mengelilingi daerah aliran sungai dengan sumbu panjangsumbu panjang
(a) tidak lebih dari 1,5 kali pendek (b). Besaran F dinyatakan dalam Km2, dan nilainya )
luas daerah pengaluran (A).
I = intensitas hujan
⁄
=
𝑡 = ; 𝑉 = 1,31𝑥(𝑄𝑥𝑆 ) .
A = luas daerah pengaliran(𝑘𝑚 )
S adalah kemiringan dasar sungai rata - rata
69. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
63
70. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
64
Contoh
Diketahui Rn = 375.084 ; A = 967.55 𝑘𝑚 ; S = 0,00045 ; L =42.26 km
Dari peta diplot elip mechloir, didapat sumbu panjang a = 40 km dan sumbu pendek b = 14 km
Ditanya Qmaks
Jawab:
𝐹 =
1
4
𝜋𝑥𝑎𝑥𝑏 =
1
4
𝜋𝑥40𝑥14 = 439,6𝑘𝑚
𝐹 =
1970
𝛽 − 0,12
− 3960 + (1720𝑥𝛽 )
439,6 =
1970
𝛽 − 0,12
− 3960 + (1720𝑥𝛽 )
𝛽 = 0,70872
Mencari nilai I dengan interpolasi nilai F pada tabel sebelumnya.
𝐼 − 3,05
2,85 − 3,05
=
439,6 − 432
504 − 432
𝐼 = 3,02 𝑚 𝑠 𝑘𝑚
⁄
⁄
Hitung Q
𝑄 = 𝛽 𝑥𝐼𝑥𝐴 = 0,70872𝑥3,02𝑥967,55 =2070,88 m3/s
Hitung v
𝑉 = 1,31𝑥(𝑄𝑥𝑆 ) ,
= 1,31𝑥(2070,88𝑥0,00045 ) .
= 0.27656𝑚/𝑠
𝑡 =
,
,
= 42 jam
Berdasarkan tabel di atas
𝛽 =100%
Maka 𝛽 = 0,7𝑥1 = 0,7082
𝐼 =
10𝑥0,7082𝑥375,084
36𝑥44
= 1,67
I perkiraan tidak sama dengan I sebenarnya, tetapi karna nilai kemiringannya terlalu kecil sehingga
nilai v tidak berpengaruh besar maka nilai tc pun tidak akan berpengaruh besar. Dengan demikian
dipakai I sebenarnya
𝑄 = 𝛼. 𝐼. 𝐴 = 0,42𝑥1,67𝑥967,55 = 678,63 𝑚 /𝑠
71. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
65
72. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
66
BAB IV
DESAIN HIDROULIS BENDUNG
4.1Elevasi Puncak Mercu
elevasi puncak mercu bendung ditentukan dengan muka air rencana pada elevasi
tertinggi. Tinggi air sawah, kehilangan energy (tinggi energy) pada alat ukur bangunan –
bangunan dan saluran ditambah dengan keamanan
Elevasi sawah = 824 m
Tinggi air sawah = 0,12 m
Kehilangan tinggi engergi pada
a. Saluran primer = 0,2 m
b. Saluran sekunder = 0,2 m
c. Saluran tersier = 0,2 m
d. Bangunan bagi = 0,2 m
e. Bangunan ukur = 0,2 m
f. Bangunan intake = 0,2 m
Pembulatan mercu = 0,2 m
Reserve = 0,2 m
Keamanan jagaan = 0,25 m
Elevasi puncak mercu bendung = 825,97 m ≈ 826 𝑚
4.2 Elevasi dasar sungai
Berdasarkan data yang ada, elevasi dasar sungai rencana adalah 820 m
4.3Tinggi Bendung
perhitungan tinggi bendung adalah selisih antara elevasi puncak mercu dengan elevasi
sungai sehingga diperoleh tinggi bendung sebagai berikut
maka , tinggi bendung = 826 – 820 = 6 m
73. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
67
Elevasi muka air yang diperlukan di saluran primer/sekunder dihulu bangunan sadap
tersier ditentukan kp-05
P = muka air yang dibutuhkan jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier
A = elevasi sawah yang menentukan di petak tersier
a = kedalaman air di sawah
b = kehilangan tinggi energy dari saluran kuarter sampai sawah
c = kehilangan tinggi energy di bks bagi kuarter
d = kehilangan tinggi energy selama pengaliran di saluran tersier dan kuarter
e = kehilangan tinggi energy di boks bagi tersier
f = kehilangan tinggi energy di gorong – gorong
z = kehilangan tinggi energy bangunan – bangunan tersier yang lain
g = kehilangan tinggi energy di pintu
∆𝐻 = variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier
ℎ = kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder pada bangunan sadap.
Bentuk Pilar KP
Untuk pilar berujung segiempat dengan sudut – sudut dibulatkan pada jari jari yang
hamper sama dengan 0,1 dari tebal pilar
0,02
Untuk pilar berujung bulat 0,01
Untuk pilar berujung runcing 0
74. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
68
Bentuk Pangkal Tembok Ka
Untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 90° ke arah aliran 0,2
Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90° ke araha aliran dengan
0,5𝐻 > 𝑟 > 0,15𝐻
0,1
Untuk pangkal tembok bulat dimana 𝑟 > 0,5𝐻 dan teoritis hulu lebih dari 450 ke
arah aliran
0
Keterangan :
Pilihan yang digunakan untuk jenis pilar burujung bulat, maka Kp = 0,01
Pangkal bendung bulat dengan tembok hulu pada 90° kea rah aliran dengan 0,5𝐻 > 𝑟 >
0,15𝐻 maka Ka = 0,1
4.4 Lebar Bendung
lebar bendung yaitu pada jarak 2 pangkat (abutment) sebaliknya sama dengan
lebar rata – rata sungai pada bagian stabil. Lebar maximum bendung sebaiknya tidak
lebih dari 1,2 kali lebar rata – rata sungai pada ruas yang stabil.
lebar bendung = lebar rata – rata sungai x 1,2
= 36 X 1,2 = 43,2 ≈ 44 𝑚
4.5 Lebar Efektif Bendung
lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit disebut lebar efektif
bendung seperti gambar di bawah ini :
75. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
69
Untuk mendapatkan lebar efektid bendung dapat dihitung dengan rumus:
𝐵 = 𝐵 − 2 𝑛𝐾 + 𝐾 . 𝐻
𝐵 = 𝐵 + 𝐵 + 𝐵 + 𝐵
Dimana,
𝐵 = Lebar efektif
n = jumlah pilar
𝐾 = koefeisien kontraksi pilar
𝐾 = koefisien kontraksi pangkal bendung
Maka, perhitungan lebar efektifnya menjadi:
𝐵 = 𝐵1 + 𝐵2 + 𝐵3 + 𝐵4
= 4 + 16,5 + 16,5 + 4 = 41 𝑚
𝐵𝑒 = 𝐵 − 2(3𝑥0,01 + 0,1)𝐻 = 41 − 0,26𝐻
4.6 Pemilihan Bentuk Mercu
Bentuk mercu direncanakan dari beton cor 1:2:3 pada bagian luar dipasang
tulangan yang berfungsi sebagai pengaku dan penjaga bentuk agar tidak retak dengan
mercu bulat maka hulu tegak lurus dan kemiringan hiri adalah 45°. Jari jari mercu
bendung diperkirakan 0,75 m dan tekanan negative yang berkerja pada mercu akan
diperiksa kemudian.
Dari rumus debit bendung, maka air rencana dapat ditentukan sebagai berikut:
𝑄 =
2
3
𝐶 2/3. 𝑔. 𝐵 𝐻
Dimana:
Q = debit rencana (𝑚 /𝑠)
𝐶 = Koefisien debit
𝐵 = Lebar efektif (m)
𝐻 = tinggi energi hilir (m)
g = Percepatan gravitasi (9,81 𝑚/𝑠 )
maka,
𝑄 =
2
3
𝑥𝑐 𝑥
2
3
𝑥9,81𝑥(41 − 0,26𝐻 )𝐻
308,511 = 1,705𝑐 (41 − 0,26𝐻 )𝐻
dengan cara trial dan error diperoleh Cd = 1,3 H1 = 2,28 m
308,511 = 1,705𝑥1,21(41 − 0,26𝑥2,6)2,6 ,
308,511 ≈ 308.3392
76. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
70
Harga H1 = 2,28 m dikoreksi kembali Cd apakah harganya sama pada waktu permisalan diatas
untuk p/H1 =6/2,28 = 2,63
77. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
71
Didapat nilai Co , C1, C2
Maka Cd =𝐶 𝐶 𝐶 = 1,39𝑥0,995𝑥0,94 = 1,3 ≈ 1,3
Maka permisalan harga 𝐻 = 2,28 𝑚 memeuhi syarat, maka :
Lebar efektif mercu bendung
𝐵 = 41 − (0,26𝑥2,28) = 40,4072𝑚
Jari jari mercu bendung
Syarat r =0,1 – 0,7 kali h maksimum
r = 0,5 x 2,28= 1,14
78. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
72
Untuk menghindari kontraksi lokal, bila mana mercu terbuat dari beton, tekanan
minimum pada mercu bendung dibatasi sampai 4m , bila mana mercu terbuat dari pasangan batu,
maka tekanan minimum sebaiknya dibatasi sampai 1m , kemudian dikontrol harga tekanan
minimum yang terjadi pada mercu dimana mercu bendung terbuat dari pasangan batu. Tekanan
yang terjadi pada mercu adalah fungsi dari 𝐻 /r
Untuk perbandingan 𝐻 /r = 2,28/1,14 = 2
Dari gambar didapat harga perbandingan 𝑃
𝜌𝑔ℎ = -0,37
𝑃
𝜌𝑔
= −0,37𝐻 ≥ −4
= −0,37𝑥2,28 ≥ −4
= −0,8436 ≥ −4 (𝑜𝑘)
79. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
73
4.7 Menentukan Tinggi muka air di sungai sebelum ada bendung
Tinggi air di sungai sebelum ada bendung untuk debit banjir periode ulang
tertentu dapat dihitung sebagai berikut.
a. Koefisien kekasaran manning diambil (n) = 0,03
b. Perhitungan kedalaman sungai untuk debit banjir dengan periode 100 tahun
𝑄 = 308,511 𝑚 /𝑠
Lebar sungai = 36 m
Kemiringan talud = 1:1,7
Koef manning = 0,03
Kemiringan sungai = 0,00045
c. Luas Tampang (A)
A = (b+2h)h
= (36+2h)h
= 36h+2ℎ
d. Keliling Basah Tampang (P)
P = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑧
= 36 + 2ℎ 1 + 1,7
= 36 + 3,94ℎ
e. Jari jari hidraulis bendung (R)
R = =
,
f. Kecepatan alira ( V )
V = 𝑅 /
𝑖 .
=
, ,
(0,00045) ,
= 0,707
,
g. Debit Aliran (Q)
𝑄 = 𝐴𝑥𝑉
345,587 = (36h + 2ℎ ) 0,707
36ℎ + 2ℎ
36 + 3,94ℎ
80. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
74
308,511
0,707
=
(36ℎ + 2ℎ ) /
(36 + 3,94ℎ) /
Dengan trial dan error untuk persamaan diatas, diperoleh h = 4,215 m sebagai tinggi air
sebelum ada bendung(hulu), V = 1,64 m/s ; R = 3,55 ; P = 52,6 ; A = 187,27
4.8 Menentukan Tinggi air di atas mercu bendung
𝐻 = ℎ +
𝑣
2𝑔
Dimana,
H1 = tinggi energy di atas mercu (m)
h1 = tinggi air di atas mercu (m)
v1 = kecepatan aliran di mercu (m/s)
g = kecepatan gravitasi (9,8 m/𝑠 )
𝑉 =
𝑄 𝐵𝑒
⁄
(𝑃 + ℎ1)
Dimana,
Q = Debit banjir rencana (𝑚 𝑠 )
⁄
𝐵 = Lebar efektif bendung (m)
P = Tinggi bendung (m)
Perhitungan :
𝑉 =
𝑄 𝐵𝑒
⁄
(𝑃 + ℎ1)
=
308.511 40,4072
⁄
(6 + ℎ1)
=
7,635
(6 + ℎ1)
𝐻1 = ℎ1 +
𝑉
2𝑔
2,28 = ℎ1 +
7,635
(6 + ℎ1)
2𝑥9,81
Maka
h1 = 2.24 m
v1 = 0.92 m/s
maka Elevasi muka air maximum dari dasar hulu bendung adalah
E = Elevasi puncak mercu + elevasi air banjir
E = 826 + 2,28 = 828,28 m
Rekapitulasi Hasil desain hidraulis bendung
1. Bendung mempunyai radius mercu bulat sebesar = 1 m
2. Elevasi dasar hulu bendung = 820 m
Elevasi muka air banjir = 828,28 m
Elevasi Puncak Mercu = 826 m
3. Tinggi bendung = 6 m
4. Lebar bendung (B) = 36 m
Lebar pilar = 1 m
Lebar mercu = 16,5 m
5. Komponen hidraulis bagian hulu = 36 m
Kemiringan talud = 1;1,7
81. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
75
Koef manning(n) = 0,03
Kemiringan dasar talud = 0,00045
Luas penampang basah (A) = 187,27 𝑚
Keliling basah (P) = 52,6 m
Jari – jari hidraulis(R) = 3,55 m
Kecepatan aliran (v) = 1,64 m/s
Debit rencana(Q) = 308,511 𝑚 /𝑠
6. Parameter hidraulis mercu
Tinggi air di atas mercu (h1) = 2,24 m
Tinggi energi di atas mercu (H1) = 2,28 m
Kecepatan aliran di atas mercu (v1) = 0.92 m/s
Kedalaman air pada kondisi spilli = 1 m
Check elevasi Rencana
Elevasi dasar sungai rencana = 820 m
Elevasi sawah = 824 m
Asumsi tinggi bendung = 6 m
Maka, tinggi antara bendung rencana hingga sawah
h = 820 + 6 – 824 = 2 m
82. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
76
83. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
77
4.9 Perencanaan Koloam Olak (Perdaman Energi)
a. Desain Kolam olak
Aliran di atas bendung sungai dapat menunjukkan berbagai pelaku di sebelah hilir
bendung akibat kedalaman air yang ada (h2). Pada gambar menunjukkan
kemungkinan – kemungkinan yang terjadi pada aliran yang terjadi pada kolam
olak
Kasus A.
Menunjukkan aliran tenggelam menimbulkan sedikit saja gangguan di permukaan
berupa timbulnya gelombang dan gangguan pengerusan hanya sedikit.
Kasus B.
menunjukkan loncatan tenggelam yang diakibatkan (berdasarkan) bilangan
Froude dikelompokkan dalam perencanaan kolam.
1. Untuk harga ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak secara khusus, hanya
apabila bagian hilir saluran terdiri dari saluran tanah maka perlu
dilindungi dari bahaya erosi, tapi untuk pasangan batu atau beton tidak
memerlukan perlindungan khusus.
2. Untuk harga Froude 1,7-2,5 , maka diperlukan kolam olak untuk meredam
energy secara efektif. Panjang kolam sama dengan panjang loncatan air.
Tidak perlu adanya blok penghalang (buffle) dan blok ambang (sill)
dimana tujuannya untuk mematahkan energy dan memperpendek kolam
3. Jika harga Froude berkisar 2,5-4,5 maka akan timbul situasi yang paling
sulit dimana memilih kolam olak yang paling tepat. Loncatan air tidak
berbentuk dengan baik dan akan menimbulkan gelombang sampai jarak
jauh sungai. Cara mengatasinya adalah dengan mengusahakan agar kolam
olak mampu menimbulkan turbulensi yang tinggi dengan blok kolamnya
atau dengan mengetahui intensitas pasaran dengan pemasangan blok
4. Untuk harga Froude > 4,5 ini menunjukkan kolam olak paling ekonomis
karena kolam olak ini pendek. Kolam olak ini termasuk type VSBR III
yang dilengkapi dengan blok depan dan blok kalang
Kasus C.
adalah keadaan loncatan air dimana kedalaman air di hilir sama dengan
kedalaman konjugasi untuk keadaan demikian aman terhadap gerusan
Kasus D.
Terjadi apabila keadaan air kurang dari keadaan konjugasi, dalam hal ini aliran
bergerak ke hilir. Kasus ini adalah keadaan yang tidak boleh terjadi karena
loncatan air menghempas bagian sungai yang tidak terlindungi dan umumnya
menyebabkan penggerusan luas.
Untuk menemukan keadaan debit yang memberikan keadaan terbaik untuk
peredaman energy semua debit harus di cek dengan muka air hilirnya. Jika degredasi
mungkin terjadi, maka harus dibuat perhitungan dengan muka air hilirnya yang
rendah yang mungkin terjadi untuk mengecek apakah degredasi mungkin terjadi.
84. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
78
Regredasi harus dicek, jika:
Bendung dibangun pada sodetan
Sungai alluvial dan bahan tanah yang dilalui rawan erosi
Terdapat waduk di hulu bendung (reservoir)
85. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
79
b. Tipe kolam olak
Tipe kolam olak yang akan direncanakan di hilir bendung bergantung kepada
energy yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan Froude dari pada bahan
konstruksi kolam itu sendiri.
𝑣 = 2𝑔(1 2
⁄ 𝐻 + 𝑧)
Dimana,
v1 = kecepatan actual loncatan (m/s)
g = percepatan gravitasi (𝑚 /𝑠)
H1 = tinggi energi diatas ambang (m)
z = tinggi jatuh air (m)
𝑧 = 𝑃 −
Dimana,
P = tinggi bendung (m)
Dalam teori angka rembesan tanah (lantai) diandalkan bahwa bidang horizontal melilki daya
tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lama dibandingkan dengna bidang vertical, ini
untuk menghitung gaya tekan ke atas dibawah bendung dengan cara membagi beda tinggi pada
bendung sesuai dengan panjang efektif di sepanjang pondasi.
Dari harga fr<4,5 , kolam olak yang sesuai adalah kolam olak tipe user iv dilengkapi dengan
balok ambang dan balok kolam
Perhitungan perencanaan kolam olak
𝑧 = 𝑃 −
𝑃
𝜌𝑔
= 6 −
6
1𝑥9,81
= 5,38
𝑣 = 2𝑔(0,5𝐻 + 𝑧)
𝑣 = 2𝑥9,81(0,5𝑥2,28 + 5,38) = 11,31 𝑚/𝑠
87. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
81
Menghitung tinggi ambang ujung (n)
𝑛 =
( )
=
, ( , )
= 0,488𝑚
Menghitung panjang kolam
𝑦 = 5(𝑛 + 𝑦2) = 5(0,488 + 4,14) = 23,14 𝑚
y adalah panjang kolam olak dalam posisi normal. Karena desain USBR III maka
panjang kolam olak adalah
L = 2,7 y2 = 2,7 x 4,14 = 11,178 m
Menghitung jarak blok maka dan blok kalang (H)
LH = 0,81 x 4,14 = 3,3534 m
Menghitung tinggi blok kalang (h3)
ℎ =
𝑦 (4 + 𝑓𝑟)
6
=
0,651(4 + 4,5)
6
= 0,922 𝑚
Menghitung jarak antara balok kalang
Lh1 = 0,75 h3 = 0,75 x 0,922 = 0,6915 m
Menghitung jarak antar balok kalang dengan dinding
Lh2 = 0,375 x h3 = 0,375 x 0,922 = 0,34575 m
Menghitung lebar bagian atas balok dinding
Lh3 = 0,2 x h3 = 0,2 x 0,922 = 0,1844 m
4.10 Perhitungan Terhadap Rembesan
Berdasarkan data mekanika tanah dapat diketahui jenis tanah pada lokasi bendung adalah
sebagai berikut:
88. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
82
Keterangan:
0-0,2 m adalah endapan sedimen
0,2 – 1 m adalah tanah lempung dan pasir lembek, hitam abu – abu
1 – 2,2 m adalah lempung pasir abu – abu
2,2 – 2,6 m adalah pasir sedang sampai kasar, abu – abu kemerahan
2,6-4,6 m adalah pasir sedang dan kasar campuran kerikikil
Jenis tanah K (cm/s)
Kerikil Bersih 10,0-1,0
Pasir kasar 1,0-0,01
Pasir halus 0,01-0,001
Lanau 0,001-0,0001
Lempung <0,0001
Untuk kedalaman :
ℎ = 0,2𝑚 → 𝑘 = 0,0000005 𝑐𝑚/𝑠
ℎ = 0,2𝑚 → 𝑘 = 0,0009 𝑐𝑚/𝑠
ℎ = 0,2𝑚 → 𝑘 = 0,008 𝑐𝑚/𝑠
ℎ = 0,2𝑚 → 𝑘 = 0,087 𝑐𝑚/𝑠
ℎ = 0,2𝑚 → 𝑘 = 0,5 𝑐𝑚/𝑠
89. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
83
90. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
84
Untuk bidang horizontal
𝐾ℎ(𝑝𝑞) =
1
𝐻
(𝑘 ℎ + 𝑘 ℎ + 𝑘 ℎ + 𝑘 ℎ + 𝑘 ℎ
𝐾ℎ(𝑝𝑞) =
1
460
(20𝑥0,0000005 + 80𝑥0,0009 + 120𝑥0,008 + 40𝑥0,087 + 200𝑥0,5)
𝐾ℎ(𝑝𝑞) = 0,2272 𝑐𝑚/𝑠
Untuk bidang vertical.
𝐾 =
𝐻
ℎ
𝑘
+
ℎ
𝑘
+
ℎ
𝑘
+
ℎ
𝑘
+
ℎ
𝑘
𝐾 =
460
20
0,0000005
+
80
0,0009 +
120
0,008 +
40
0,087 +
200
0,5
𝐾 = 0,0000115 𝑐𝑚/𝑠
Banyaknya jumlah air yang mengalir per satuan waktu dan persatuan lebar profil pada
kolam olak adalah sebagai berikut:
Bidang horizontal
𝑞ℎ = 𝑘ℎ(𝑒𝑎)𝑖𝐴
Dimana,
Kh = koefisien rembesan horizontal
i = gradient hidrolik saluran beton (0,0033)
A = luas penampang melintang tanah dasar
𝐴 = 4,6𝐿 = 4,6𝑥11,178 = 51,4188𝑚
𝑞ℎ = 𝑘ℎ𝑖𝐴 = 0,2272𝑥0,0033𝑥51,4188 = 0,038𝑚 /𝑠
Bidang Vertikal
𝑞𝑣 = 𝑘𝑣𝑖𝐴 = 0,0000115𝑥0,0033𝑥51,41 = 1,95𝑥10 𝑚 /𝑠
Dari perhitungan di atas, nilai qh dan qv sangat kecil. Dapat disimpulkan bahwa
bangunan bendung tahan terhadap rembesan
BAB V
ANALISA STABILITAS BENDUNG
91. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
85
5.1. Umum
Untuk menyerdehanakan perhitungan tanpa mengurangi hakikat itu sendiri, maka
diadakan anggapan sebagai berikut:
a. Penampang yang ditinjau adalah bagian penampang yang paling lemah, yaitu
potongan I-I dan potongan II-II
b. Diperhatikan pada lantai hulu bendung penuh dengan material lumpur setinggi
mercu bendung
c. Peninjauan pada titik guling adalah titik pada potongan II-II
d. Perhitungan dilakukan pada 2 keadaan, yaitu
Pada waktu air normal
Pada saat air banjir
5.2 Syarat – syarat stabilitas bendung
a. Pada kontruksi dengan batu kali, tidak diizinkan terjadinya tegangan Tarik, inti
berarti bahwa resultan gaya yang bekerja pada tiap – tiap potongan harus masuk
ke Rn (inti)
b. Momen tahapan (MT) harus lebih besar dari pada momen guling (MG) dan factor
keamanan untuk itu harus berada paling tidak diantara 1,5-2,0
𝑓𝑘 ≥
𝑀𝑇
𝑀𝐺
c. Kontruksi tidak boleh bergeser, factor keamanan diambil 1,5 sampai 2,0
𝑓𝑘 > 𝑣
𝛿
𝑆𝐻
Dimana,
fk = faktor keamanan
𝛿 = koef geser antara kontruksi dan perletakan.
d. Tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan izin (𝑇 < 𝑇 )
92. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
86
e. Setiap titik pada bidang kontak perletakan, tidak boleh terangkat oleh gaya keatas
(uplift). Jadi harus selalu dalam keadaan seimbang antara tekanan ke atas dan ke
bawah.
93. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
87
5.3 Gaya – gaya yang bekerja pada bendung
gaya – gaya yang bekerja pada bendung dan memiliki arti penting dalam
perencanaan adalah:
Tekanan air
Tekanan lumpur
Gaya gempa
Berat sendiri bendung
Reaksi pondasi
1. Tekanan air
Gaya tekanan air yang bekerja terhadap bangunan dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
Gaya hidrostatik
Gaya hidrodinamik
Tekanan hidrostatis adalah sutu fungsi kedalaman di bawah permukaan air. Tekanan air
akan bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan. Karena itu, agar bangunan dalam
perhitungannya lebih mudah, gaya horizontal dan vertical dikerjakan secara terpisah.
Tekanan dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bendung. Gaya tekanan ke atas
untuk bendung pada permukaan tanah darat (subgrade) lebih rumit. Gaya angkat pada
pondasi dapat ditemukan dengan membuat jaringan aliran (flownet) atau dengan asumsi
– asumsi yang digunakan, untuk teori angkut rembesan (weighted creep theory) untuk
pembuatan jaringan aliran bagi bangunan utama yang dijelaskan disini biasanya cukup
dengan plat tangan saja. Dalam teori angka rembesan lantai, diandalkan bahwa bidang
horizontal mempunyai daya terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lama dibandingkan
dengan vertical, ini untuk menghitung gaya tekanan ke atas di bawah bendung dengan
cara membagi beda tinggi pada bendung sesuai dengan panjang relative di sepanjang
pondasi.
Menggunakan hukum Darcy untuk menentukan rembesan
𝑄 =
𝑘(ℎ1 − ℎ2)
𝐿
𝐴
Dimana :
Q = volume aliran air persatuan waktu yang masuk ataupun keluar
k = konstanta yang dikenal sebagai koefisien permebealitas
h1-h2 = perbedaan tinggi muka air
L = panjang lapisan tanah yang dirembesin
A = luas penampang tanah yang dilewati
𝑘 = 𝑘 𝑘 = 0,227𝑥0,0000115 = 1,6𝑥10
𝑄 =
1,6𝑥10 (6 − 4,14)
11,178
𝑥51,4188 = 0,013
𝑚
𝑠
𝑣 =
𝑄
𝐴
=
0,013
51,4188
= 2,52𝑥10 𝑚/𝑠
𝑣 = 𝑔𝑦 = 9,8 𝑥
1
3
𝑥2,28 = 2,79 𝑚/𝑠
𝑣 < 𝑣 (𝑜𝑘)
2. Gaya angkat pada pondasi bendung
dalam bentuk rumus itu berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang dasar
bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:
94. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
88
𝑃 = 𝐻
𝐿
𝐿
∆𝐻
dimana,
𝑃 = gaya angkat pada titik x (kg/𝑚 )
𝐻 = Tinggi energi pada hulu (m)
∆𝐻 = beda tinggi (m)
L = panjang bidang kontak bendung dan tanah bawah (m)
𝐿 = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x (m)
L dan 𝐿 adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara lane, bergantung pada arah
bidang tersebut. Bidang yang membentuk sudut 45° atau lebih terhadap arah bidang
horizontal dengan vertical
95. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
89
3. Tekanan lumpur
Tekanan lumpur bekerja terhadap muka hulu bendung atau pintu dapat dihitung sebagai
berikut:
𝑃 =
𝛾 ℎ
2
1 − 𝑠𝑖𝑛∅
1 + 𝑠𝑖𝑛∅
Ps = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur yang bekerja secara
horizontal
𝛾 = berat volume lumpur (kg/𝑚 )
h = dalamnya lumpur (m)
∅ = sudut gesekan dalam (°)
4. Gaya gempa
harga gaya gempa yang diberikan dalam bagian parameter bangunan, harga –
harga tersebut didasarkan pada peta – peta Indonesia yang menunjukkan daerah dan
resiko. Faktor minimum yang akan diperhitungkan adalah percepatan gravitasi sebagai
harga kecepatan. Faktor ini sebaiknya dipertimbangkan dengan cara mengalikanya
dengan masa bangunan. Sebagai gaya horizontal menuju ke arah yang paling tidak
aman, yaitu arah hilir bendung.
5. Berat sendiri bendung
berat bangunan tergantung pada bahan bangunan yang dipakai untuk tujuan
perencanaan pendahuluan dapat dipakai harga – harga volume di bawah ini :
Pasangan batu = 2200 kg/𝑚
Beton tumbuk = 2300 kg/𝑚
Beton bertulang = 2400 kg/𝑚
6. Reaksi pondasi
Reaksi pondasi dapat diandaikan tergantung trapesium yang terbesar secara
linear. Tekanan vertical pondasi adalah :
𝑃 =
∑ 𝑤
𝐴
+
∑ 𝑤
𝑓
. 𝑚
Unsur – unsur persamaan distribusi tekanan pada pondasi :
Dimana,
P = Tekanan vertical pondasi
∑ 𝑤 = keseluruhan gaya vertical, termasuk ke atas tetapi tidak termasuk reaksi pondasi
𝐴 = Luas dasar pondasi (𝑚 )
𝐵 = Eksentrisitas dari pembebanan atau dari jarak pusat gravitasi dasar sampai titik
potong resultan dasar.
𝑚 = jari – jari dari titik pusat dasar sampai ke titik dimana tekanan dihendaki
𝐼 = momen kelembapan (momen inersia) dasar di pusat.
96. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
90
Untuk dasar segi empat dengan panjang L dan lebar 1,0 m
𝐼 =
𝐿
12
Maka,
𝑃 =
𝑤
𝐼
𝐼 +
12𝐿
𝐿
Sedangkan tekanan vertical pondasi pada ujung bangunan ditentukan dengan :
𝑃 =
𝑤
𝐿
1 +
6𝐿
𝐿
Dengan,
m’ = m’’ = ½ L
Maka, 𝑃 = 1 +
Bila harga L dari gambar di atas dan persamaan (1) lebih besar dari 1/6 , maka akan
dihasilkan tekanan negative pada ujung bangunan. Biasanya tarikan tidak diizinkan yang
memerlukan irisan yang mempunyai dasar segi empat, sehingga resultan untuk semua kondisi
pembebanan jatuh pada daerah inti.
5.4 Perhitungan terhadap erosi tanah
pada saat air terbendung, maka akan terjadi perbedaan elevasi permukaan air di
depan dan di belakang bendung yang akan menimbulkan perbedaan tekanan. Perbedaan
97. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
91
tekanan ini akan mengakibatkan adanya aliran dibawah bendung terlebih jika tanah dasar
bendung bersifat poros. Aliran air ini akan menimbulkan tekanan pada butir – butir tanah
dasar bendung. Tekanan ini cukup besar untuk mendesak butir – butir tanah yang lama –
kelamaan akan timbul penggerusan terutama di ujung belakang bendung
untuk melindungi bendung dari erosi bawah, ada beberapa cara yang ditempuh.
Kebanyakan bangunan menggunakan kombinasi beberapa kontruksi pelindung.
Pertimbangan utama dalam membuat lindungan terhadap erosi bawah tanah adalah
mengurangi kehilangan beda tinggi energy persatuan panjang pada jalur rembesan serta
ketidakterusan (diskontiniu) pada garis ini. Dalam perencanaan bangunan, pemilihan
kontruksi bendung berikut dapat dipakai sendiri – sendiri atau kombinasi dengan :
Lantai muka
Dinding kalang
Filter pembuangan
Kontruksi pelengkap
a. Lantai muka (hulu)
lantai muka akan memperpanjang jalur rembesan. Karena gaya tekan ke
atas dibawah lantai oleh tekanan air di atasnya, maka lantai dapat dibuat tipis.
Persyaratan terpenting adalah abhwa lantai ini kedap air. Demikian pula
sambungan lantai dengan tubuh bendung. Keadaan dasar saluran adalah cukup
baik sehingga lantai muka dapat dibuat dari beton kedap air dengan tulangan dan
dihubungkan dengan tubuh bendung.
Salah satu penyebab runtuhnya kontruksi ini adalah bahaya penurunan tidak
merata antar lantai dan tubuh bendung. Untuk itu sambungan harus dilengkapi
dan dilaksanakan dengan amat hati – hati. Lantai itu sendiri dapat dibuat dibuat
dari beton bertulang dan tebal 0,30 m.
penting untuk menggunakan sekat air dan karet yang tidak akan rusak akibat
adanya penurunan yang tidak merata. Keuntungan dari pembuatan lantai hulu
adalah biayanya lebih murah dibandingkan dengan dinding haling vertical yang
dalam, apalagi jika tanah dasar terdiri dari kerikil dan batuan – batuan sangat sulit
dalam waktu memasukkan dinding penghalang vertikal.
b. Dinding haling
kondisi dasar pondasi bendung terdiri dari bahan padat muda, jenis batuan ini
butiranya tidak terlepas dan merupakan satu kesatuan yang padat, air dapat
merembes melalui pori – pori namun rembesan tersebut relatif kecil dan tidak
membayakan. Oleh karena itu, dinding haling tidak diperlukan dibagian hulu dan
hilir bendung. Dengan adanya lantai muka, rembesan dapat tertahan sehingga hal
ini dapat mengurangi laju aliran yang akan menghanyutkan butiran – butiran.
98. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
92
c. Alur pembuang/ filter
Alur pembuang dibuaat untuk mengurangi gaya angkat di bawah kolam olak
bendung karena di tempat – tempat ini tidak cukup tersedia berat pengimbang dari
tubuh bendung. Untuk mencegah hilangnya bahan padat melalui lubang itu,
kontruksi ini sebaiknya dibuat dengan filter yang dipasang terbaik dari kerikil
atau pasir bergradasi baik atau bahan filtersintesis. Gambar berikut
memperlihatkan lokasi yang umum dipilih untuk mendapatkan filter serta detail
kontruksinya.
d. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah
karena adanya perbedaan tinggi muka air di muka dan di belakang bendung, maka
akan terjadi perbedaan tinggi tekanan. Akibatnya, aka nada aliran di bawah
bendung. Hal ini terjadi karena hambatan – hambatan gesekan. Hambatan yang
terjadi pada bidang kontak antara bangunan dengan tanah creepline. Untuk
memperbesar creepline, maka akan dibuat lantai muka dan dihitung dengan
metode line.
𝐶𝐿 =
∑ 𝐿
𝐻
+
1 3
⁄ ∑ 𝐿
𝐻
Dimana:
CL = Angka rembesan line
∑ 𝐿 = Jumlah panjang vertikal (m)
∑ 𝐿 = jumlah panjang horizontal (m)
H = Beda tinggi muka air (m)
99. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
93
𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 ∶ 𝐿𝑉 +
1
3
𝐿𝐻 ≥ 𝐶𝐿 𝑍𝑟
100. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
94
Sketsa Kolam Olak
Harga – harga minimum angka rembesan lane (CL)
NO Jenis Tanah CL
1 Pasir sangat halus atau lanau 8,5
101. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
95
2 Pasir halus 7,0
3 Pasir sedang 6,0
4 Pasir kasar 5,0
5 Kerikil halus 4,0
6 Kerikil sedang 3,5
7 Kerikil kasar termasuk berangkat 3,0
8 Bongkahan dengan sedikit berangkal dan kerikil 2,5
9 Lempung lunak 3,0
10 Lempung sedang 2,0
11 Lempung keras 1,8
12 Lempung sangat keras 1,6
Angka – angka rembesan pada tabel sebaiknya dipakai
100% jika tidak dipakai pembuang, tidak dibuat jaringan dan tidak dilakukan
penyeledikan model
80% jika ada pembuangna air, tetapi tidak ada penyelidikan ataupun jaringan aturan
75% jika sebagian tertutup
Perhitungan panjang lantai muka dengan metode lane.
panjang lantai muka tergantung pada jenis tanah pondasi bendung. Untuk menghitung
panjang muka lantai dipakai metode lane. Berdasarkan hasil penyelidikan geologi dan mekanika
tanah di lokasi bendung. Jenis tanah di lokasi bendung terdiri dari batu cadas muda berkisar
antara 1 – 0,01 cm/s dan jenis tanah padat kasar.
Menurut metode lane panjang crap line harus memenuhi persamaan atau persyaratan berikut ini:
𝐿𝑉 + 𝐿𝐻 ≥ 𝐶𝐿. 𝑧
Dimana,
CL = angka rembesan lane
∑ 𝐿𝑉 = jumlah panjang garis rembesan vertikal (m)
∑ 𝐿𝐻 = jumlah panjang garis rembesan hroziontal (m)
Z = beda tinggi muka air di hilir dan di hulu bendung (m)
Beda tinggi muka air di hulu dengan di hilir bendung adalah:
Zr = tinggi muka air dihulu – tinggi muka air di hilir.
= (826 + H1) – (826-h1)
102. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
96
= (826+2.28) – ( 826 – 2.24)
= 828.28-823.76
= 4,52 m
103. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
97
HASIL PERHITUNGAN
104. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
98
Perhitugan tebal lantai kolam olak
Dari perhitungan dan menurut potongan memanjang bendung terdapat data ruang olak
sebagai berikut:
a) Elevasi puncak Mercu = 826 m
b) Elevasi muka air banjir hulu = 828,28 m
c) Elevasi muka air banjir hilir = 823,76 m
d) Elevasi lantai ruang dalam = 820 m
e) Tebal lantai di titik L = 4,5 m
f) Tebal lantai di titik M = 4 m
g) Panjang creepline total (Lt) = 28,49 m
h) Panjang creepline sampai di titik L = 19,77 m
i) Panjang creepline sampai di titik M = 23,49 m
Berat bangunan bergantung pada bahan bangunan yang digunakan untuk tujuan perencanaan
dipakai harga – harga berikut :
a) Pasangan batu = 2200 kg/𝑐𝑚 ; 𝛿𝐻 = 2,24 m ; 𝛾 = 1000 kg/𝑚
b) Beton tembok = 2300 kg/𝑐𝑚 ; HL = 6,74 m ; LL = 19,77 m
c) Beton bertulang = 2400 kg/𝑐𝑚 ; HM = 6,24 m ; LM = 23,49 m
105. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
99
Syarat
WL >VL
(𝛾 𝑡𝑙) > 𝐻𝐿 −
𝐿𝐿
𝐿𝑇
𝑥𝛿𝐻 𝛾𝑤
(2400𝑥4,5) > 6,74 −
19,77
28,49
𝑥2,24 1000
10800 > 5272,05 … … . . 𝑂𝐾
Uplift pressure di titik M
𝑈𝑀 = 𝐻𝑀 −
𝐿𝑀
𝐿𝑇
𝛿𝐻 𝛾𝑤
𝑈𝑀 = 6,24 −
23,49
28,49
2,24 1000
𝑈𝑀 = 4476,089 𝑘𝑔 𝑚
⁄
Berat sendiri
Wm = 𝛾𝑏. 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑑𝑖 𝑚
Wm = 2400 x 4 = 9600 kg/𝑚
Syarat
Wm > Um
9600 > 4476 (OK)
106. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
100
Perhitungan gaya angkat (uplift)
Perhitungan gaya angkat (uplift pressure) dapat dihitung dengan rumus:
𝑉𝐿 = 𝐻𝐿 −
𝐿𝐿
𝐿𝑇
𝑥𝛿𝐻 𝛾𝑤
Dimana:
VL = Uplift pressure pada titik L (𝑘𝑔 𝑚
⁄ )
HL = tinggi muka air di hulu bendung di hulu dari titik L (m)
Lt = panjang creepline total (m)
LL = panjang creepline sampai titik L (m)
𝛿𝐻 = perbedaan tinggi tekanan di hulu sampai di hilir bendung (m)
𝛾𝑤 = berat jenis air (1000 kg/𝑚 )
107. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
101
Perhitungan
Pada saat air normal :
𝛿𝐻 = Zr = 4,52 m
HL = 𝛿𝐻 + (tebal lantai di L – panjang vertikal di L)
= 4,52 + (4,5 – 1) = 8,02 m
HM = 𝛿𝐻 + ( tebal lantai di M – panjang vertikal di M)
= 4,52 + (4 – 1,5) =7,02 m
Uplift pressure di titik L
𝑈𝐿 = 𝐻𝐿 −
𝐿𝐿
𝐿𝑇
𝑥𝛿𝐻 𝛾𝑤
𝑈𝐿 = 8,02 −
19.77
28.49
𝑥4,52 1000 = 4270,22 𝑘𝑔 𝑚
⁄
Berat sendiri di titik L
WL = 𝛾𝑏. Tebal lantai di L
= 2400 x 4,5 = 10800 𝑘𝑔 𝑚
⁄
Syarat
WL > UL
10800 > 4270,22 𝑘𝑔 𝑚
⁄ (OK)
Uplift pressure di titik M
𝑈𝑀 = 𝐻𝑀 −
𝐿𝐿
𝐿𝑇
𝑥𝛿𝐻 𝛾𝑤
𝑈𝑀 = 7,02 −
19.77
28.49
𝑥4,52 1000 = 3270,22 𝑘𝑔 𝑚
⁄
Berat sendiri di titik M
WM = 𝛾𝑏. Tebal lantai di M
= 2400 x 4 = 9600 𝑘𝑔 𝑚
⁄
WM > UM
9600 > 3270,22 𝑘𝑔 𝑚
⁄ (OK)
Pada saat banjir
𝛿𝐻 = Elevasi muka air banjir di hulu – elevasi lantai ruang kolam olak
= 828,28 – 820 = 8,28 m
HL = 𝛿𝐻 + (tebal lantai di L – panjang vertikal di L)
= 8,28 + (4,5 – 1) = 11,78 m
HM = 𝛿𝐻 + ( tebal lantai di M – panjang vertikal di M)
= 8,28 + (4 – 1,5) =10,78 m
Uplift pressure di titik L
𝑈𝐿 = 𝐻𝐿 −
𝐿𝐿
𝐿𝑇
𝑥𝛿𝐻 𝛾𝑤
𝑈𝐿 = 11,78 −
19.77
28.49
𝑥8,28 1000 = 4910,94 𝑘𝑔 𝑚
⁄
108. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
102
Berat sendiri di titik L
WL = 𝛾𝑏. Tebal lantai di L
= 2400 x 4,5 = 10800 𝑘𝑔 𝑚
⁄
Syarat
WL > UL
10800 > 4910,94 𝑘𝑔 𝑚
⁄ (OK)
Uplift pressure di titik M
𝑈𝑀 = 𝐻𝑀 −
𝐿𝐿
𝐿𝑇
𝑥𝛿𝐻 𝛾𝑤
𝑈𝑀 = 10,78 −
19.77
28.49
𝑥8,28 1000 = 3910,94 𝑘𝑔 𝑚
⁄
Berat sendiri di titik M
WM = 𝛾𝑏. Tebal lantai di M
= 2400 x 4 = 9600 𝑘𝑔 𝑚
⁄
WM > UM
9600 > 3910,94 𝑘𝑔 𝑚
⁄ (OK)
KESIMPULAN
TITIK UPLIFT NORMAL UPLIFT BANJIR BERAT SENDIRI KET
L 4270,22 𝑘𝑔 𝑚
⁄ 4910,94 𝑘𝑔 𝑚
⁄ < 10800 𝑘𝑔 𝑚
⁄ OK
M 3270,22 𝑘𝑔 𝑚
⁄ 3910,94 𝑘𝑔 𝑚
⁄ < 9600 𝑘𝑔 𝑚
⁄ OK
109. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
103
Perhitungan gaya – gaya akibat berat sendiri
Gambar gaya – gaya akibat beban sendiri
bagian Luas(𝑚 ) Horizontal (m) Vertikal (m)
I 4,5 x 9 = 40,5 X 1 = 8.75 m Y1 = 1/2 x 9 = 4,5 m
II 1/2 x 6,5 x 6 = 19,5 X2 = 2/3 x 6,5 = 4,33 m Y2 = 1/3 x 6 + 2,5 = 4,5 m
III 2,5 x 3,5 = 8.75 X3 = 1/2 x 3.5 = 1,75 m Y3 = 1/2 x 2,5 =1,25 m
110. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
104
Tabel perhitungan gaya dan momen akibat berat sendiri
gaya Berat gaya (kg) Lengan gaya (m) Momen terhadap k (kgm)
G1 40,5 x 2400 = 97200 8,75 850500
G2 19,5 x 2400 = 46800 4,33 202644
G3 8,75 x 2400 = 21000 1,75 36750
∑ 165600 1089894
Persamaan rumus yang dipakai :
1. Berat gaya (kg) = luas bidang x BJ beton
2. Momen terhadap k = berat gaya x lengan gaya
111. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
105
Perhitungan akibat gaya gempa
Dari data diketahui :
Dari peta zona zeismeth, untuk perencanaan bangunan tahan gemoa di peroleh:
Percepatan gempa dasar, ac : 1.64 𝑚/𝑠
Koefisien jenis tanah (n:m) : 1,58 : 0,85
Faktor yang bergantung pada letak geografisnya,z : 0,56
Percepatan gempa rencana, ad= 𝑛(𝑎𝑐. 𝑧) : 1.469 𝑚/𝑠
Koefisien gempa, E= 𝑎𝑑/𝑔 : 0.149
Gaya horizontal (He) : E.∑ 𝐺
𝐻 = 𝐸 𝐺 = 0,149 𝑥 165600 = 24674,4
gaya Berat gaya (kg) Lengan momen (k) Momen terhadap k (kgm)
G1 0,149 x 97200 = 14482,8 4,5 65172,6
G2 0,149 x 46800 = 6973,2 4,5 31379,4
G3 0,149 x 21000 = 3129 1,25 3911,25
∑ 24585 100463
Perhitungan gaya dan momen akibat tekanan lumpur
Dianggap lumpur setinggi mercu, bendung dengan berat isi lumpur 𝛾𝑠𝑢𝑏 = 1,2 T/𝑚 =
1200 kg/𝑚 , sudut geser dalam ∅ = 18°
𝐾𝑎 =
1 − 𝑠𝑖𝑛∅
1 + 𝑠𝑖𝑛∅
=
1 − sin 18
1 + sin 18
= 0,528
𝑃𝑠 =
𝛾 . ℎ
2
. 𝐾𝑎 =
1200𝑥6
2
𝑥0,528 = 11404,8 𝑘𝑔
112. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
106
Tabel perhitungan gaya dan momen akibat tekanan lumpur
NO
Gaya horizontal
(kg)
Gaya vertikal
(kg)
Lengan
(m)
Momen di k
(kgm)
1 11404,8 - 5 57024
Perhitungan gaya dan momen akibat gaya hirostatis
Kondisi air normal
𝛾 = 1000 𝑘𝑔 𝑚
⁄
113. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
107
Tabel perhitungan gaya dan momen akibat gaya hidrostatis
no Gaya horizontal (kg)
Gaya vertikal
(kg)
Lengan (m)
Momen di k
(kgm)
1 6x6x1000=36000 - 6 216000
Kondisi air banjir
114. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
108
Tabel gaya dan momen akibat gaya hidrostatis
No
Gaya Horizontal
(kg)
Gaya Vertikal
(kg)
LENGAN GAYA MOMEN TERHADAP K
X(m) Y(m) MX MY
1
6x6x1000
=36000
0.00 0.00 6 0.00 216000
2
0,5x6x6x1000
=18000
0.00 0.00 5 0.00 90000
3 0.00
6x2,28x1000
=13680
9 0.00 123120 0.00
4 0.00
0,76x3x1000
=2280
4.65 0.00 10602 0.00
5 0.00
0,76x3x1000
=2280
3.33 0.00 7592,4 0.00
Σ 54000 18240 141314,4 306000
115. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
109
Perhitungan akibat uplift pressure
𝑈 = 𝐻 −
𝐿
𝐿
𝑥𝛿𝐻 𝛾
Dimana:
Ux = Uplift pressure pada titik x (𝑘𝑔 𝑚
⁄ )
Hx = tinggi muka air di hulu bendung di hulu dari titik x (m)
Lt = panjang creepline total (m)
Lx = panjang creepline sampai titik x (m)
𝛿𝐻 = perbedaan tinggi tekanan di hulu sampai di hilir bendung (m)
𝛾𝑤 = berat jenis air (1000 kg/𝑚 )
Kondisi air normal
Data :
Lt = 28,49 m
𝛿𝐻 = 4,52 m
Maka,
𝑈𝐸 = 8 −
9,5
28,49
4,52 1000 = 6492,804𝑘𝑔/𝑚
𝑈𝐹 = 10 −
11,5
28,49
4,52 1000 = 8175,5 𝑘𝑔/𝑚
𝑈𝐺 = 9,5 −
13
28,49
4,52 1000 = 7437,522 𝑘𝑔/𝑚
𝑈𝐻 = 7,5 −
14,5
28,49
4,52 1000 = 5199,544 𝑘𝑔/𝑚
𝑈𝐼 = 7,5 −
15,5
28,49
4,52 1000 = 5040,892 𝑘𝑔/𝑚
𝑈𝐽 = 10,5 −
18
28,49
4,52 1000 = 7644,261 𝑘𝑔/𝑚
𝑈𝐾 = 10,5 −
19,17
28,49
4,52 1000 = 7458,638 𝑘𝑔/𝑚
Gaya horizontal uplift
116. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
110
Gaya
Gaya Berat gaya (kg)
Lengan
momen(m)
Momen terhadap k
(kgm)
HEF 2x6492,804= 12985,608 2,33 30256,47
H’EF 0,5x2x(8175,5 -6492,804)= 1682,696 1,67 2810,102
HGH 1,5x7437,522 = 11156,28 2 22312,57
H’GH 0,5x1,5x(7437,522 -5199,544 )= 1678,4835 1,5 2517,725
HIJ 2,5x5040,892 = 12602,23 1,67 21045,724
H’IJ 0,5x2,5x(7644,261 − 5040,892)= 3254,211 0,88 2863,705
∑
(+) = 30525
(-) = 12835
(+) = 56976
(-) = 24830
Gaya vertikal
117. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
111
Gaya Berat gaya (kg)
Lengan
momen(m)
Momen terhadap k
(kgm)
VFG 4,5x8175,5 =36789,75 8,75 321910
V’FG 0,5x4,5x(8175,5 − 7437,522 )= 1660,45 9,5 15774
VHI 3x5199,544 =15598,632 5 77993
V’HI 0,5x3x(5199,544 − 5040,892 ) = 237,978 5,5 1309
VJK 3,5x7644,261 = 26754,913 1,75 46821
V’JK 0,5x3,5x(7644,261 − 7458,638 ) = 324,84 2,33 757
∑ 81366 464564
Kondisi air banjir
Data :
Lt = 28,49 m
𝛿𝐻 = 8,28 m
Maka,
𝑈𝐸 = 10,28 −
9,5
28,49
8,28 1000 = 7519 𝑘𝑔/𝑚
119. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
113
∑ 88353 509769
5.5 Kontrol Stabilitas Bendung
Kondisi air normal
NO Item
Gaya horizontal(kg) Gaya vertikal(kg) Momen titik K(kgm)
+ - + - MT MG
1 Sendiri 0 0 0 165600 1089894
2 Gempa 24585 0 0 0 0 100463
3 Lumpur 11405 0 0 0 0 57024
4 Hidro 36000 0 0 0 0 216000
5 pressure 12210 5134 32546 0 9932 208616
∑
Dengan
Gempa
84200 5134 32546 165600 1099826 582103
Tanpa
Gempa
59615 5134 32546 165600 1099826 444997
MT = Momen Tahanan
MG = Momen Guling
Uplift pressure bekerja 40% dari yang ada
a) Faktor Keamanan terhadap guling
SF (safety factor) =
∑
∑
> 1,5
Dengan gempa:
𝑆𝐹 =
1099826
582103
= 1,88 > 1,5 (𝑜𝑘)
Tanpa gempa :
𝑆𝐹 =
1099826
444997
= 2,47 > 1,5(𝑜𝑘)
b) Faktor Keamanan terhadap geser
120. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
114
𝑆𝐹 =
∑ 𝑉 𝑓
∑ 𝐻
≥ 1,5
Dimana,
SF = Faktor keamanan terhadap geser
f = koefisien geser tanah dengan pondasi bendung, f = 1 (batu cadas)
∑ 𝑉 = Total gaya vertikal
∑ 𝐻 = Total gaya horizontal
Dengan gempa :
𝑆𝐹 = = 1,74 > 1,5(𝑜𝑘)
Tanpa Gempa :
𝑆𝐹 = = 2,53 > 1,5(𝑜𝑘)
Kondisi Air Banjir
NO Item
Gaya horizontal(kg) Gaya vertikal(kg) Momen titik K(kgm)
+ - + - MT MG
1 Sendiri 0 0 0 165600 1089894 0
2 Gempa 24585 0 0 0 0 100463
3 Lumpur 11405 0 0 0 0 57024
4 Hidro 54000 0 0 18240 141314 306000
5 pressure 22604 9517 59196 0 18548 385101
∑
Dengan
Gempa
112594 9517 59196 183840 1249756 848588
Tanpa
Gempa
88009 9517 59196 183840 1249756 748125
MT = Momen Tahanan
MG = Momen Guling
Uplift pressure bekerja 67% dari yang ada
a) Faktor Keamanan terhadap guling
SF (safety factor) =
∑
∑
> 1,25
Dengan gempa:
𝑆𝐹 =
1249756
848588
= 1,47 > 1,25 (𝑜𝑘)
Tanpa gempa :
𝑆𝐹 =
1249756
1748125
= 1,67 > 1,25(𝑜𝑘)
b) Faktor Keamanan terhadap geser
𝑆𝐹 =
∑ 𝑉 𝑓
∑ 𝐻
≥ 1,25
Dimana,
SF = Faktor keamanan terhadap geser
f = koefisien geser tanah dengan pondasi bendung, f = 1 (batu cadas)
∑ 𝑉 = Total gaya vertikal
121. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
115
∑ 𝐻 = Total gaya horizontal
Dengan gempa :
𝑆𝐹 = = 1,26 > 1,25(𝑜𝑘)
Tanpa Gempa :
𝑆𝐹 = = 1,58 > 1,25(𝑜𝑘)
KESIMPULAN
Dari control stabilitas bendung terhadap momen guling dan geser di atas menunjukkan bahwa
bendung aman untuk didirikan
5.6 Referensu Nilai safety faktor
Menurut standar perencanaan irigasi Kp-02 kriteria perencanaan bagian bangunan utama, nilai
SF terhadap gaya
Geser
SF Keadaan normal : 𝑆𝐹 ≥ 1,5
SF Keadaan banjir : 𝑆𝐹 ≥ 1,25
Guling
SF keadaan normal : 𝑆𝐹 ≥ 1,5
SF keadaan banjir : 𝑆𝐹 ≥ 1,25
122. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
116
BAB VI
PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP
6.1 Bangunan intake
Bangunan intake adalah salah satu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap
aliran sungai, mengatur pemasukan air, dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai
dan sampah masuk ke intake. Terletak di bagian sisi bendung ditembok pangkal dan satu
kesatuan dengan bangunan pembilas. Kapasitas pengambilan sekurang – kurangnya 120% dari
kebutuhan pengambilan dengan kecepatan masuk 1,0 sampai 2,0 m/s , bergantung pada ukuran
butir bahan yang dapat diangkut 120% kapasitas pengambilan dari ‘dimension requirement’
ditunjukkan guna menambah fleksibilitas dan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
selama umur proyek.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan:
𝑄 = 𝑘. 𝜇. 𝑎. 𝑏 2𝑔ℎ
Dimana;
Q = Debit pengambilan
k = faktor aliran tenggelam ≈ 1,0
𝜇 = koefisien debit (0,8)
b = lebar pintu (m)
a = Tinggi bukaan (m)
h = kehilangan energy pada bukaan (0,15m)
g = percepatan gravitasi (9,81 𝑚/𝑠 )
Dimensi pintu pengambilan di sebelah kiri bendung dengan,
A = 1130 Ha
Dimensi pintu pengambilan di sebelah kanan bendung dengan,
A = 840 Ha
123. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
117
Kebutuhan air untuk daerah kiri bendung :
𝑄 =
𝑁𝑓𝑅. 𝐴
𝑒
=
1,66𝑥1130
0,65
= 2886 𝑙 𝑠
⁄ = 2,886 𝑚 /𝑠
Dimana,
NfR = net field water requirement (kebutuhan air) pada irigasi = 1,66l/s.ha
e = efisiensi irigasi keseluruhan = 0,65
Luas daerah irigasi = 1130 ha
Kebutuhan air (NFR) = 1,66 l/s.ha
Debit rencana pengambilan
𝑄 = 120%𝑄 = 1,2𝑥2,886 = 3,4632 𝑚 /𝑠
Jika direncanakan b = a
𝑄 = 𝑘. 𝜇. 𝑎. 𝑏. 2𝑔ℎ1
3,4632 = 1𝑥0,8𝑥𝑏 𝑥 2𝑥9,81𝑥0,15
𝑏 = 1,58 𝑚
Maka tinggi bukaan pintu pengambilan kanan bendung adalah 1,58 m
Kebutuhan air untuk daerah kanan bendung :
𝑄 =
𝑁𝑓𝑅. 𝐴
𝑒
=
1,66𝑥840
0,65
= 2145 𝑙 𝑠
⁄ = 2,145 𝑚 /𝑠
Dimana,
NfR = net field water requirement (kebutuhan air) pada irigasi = 1,66l/s.ha
e = efisiensi irigasi keseluruhan = 0,65
Luas daerah irigasi = 840 ha
Kebutuhan air (NFR) = 1,66 l/s.ha
Debit rencana pengambilan
𝑄 = 120%𝑄 = 1,2𝑥2,145 = 2,574 𝑚 /𝑠
Jika direncanakan b = a
𝑄 = 𝑘. 𝜇. 𝑎. 𝑏. 2𝑔ℎ1
2,574 = 1𝑥0,8𝑥𝑏 𝑥 2𝑥9,81𝑥0,15
𝑏 = 1,36 𝑚
Maka tinggi bukaan pintu pengambilan kanan bendung adalah 1,36 m
124. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
118
6.2 Kantong Lumpur
Diperlukan perencanaan kantong lumpur pada bagian awal dari saluran primer tepat
di belakang bangunan pengambil untuk mencegah partikel – partikel halus maupun sedimen
masuk ke dalam jaringan irigasi. Kantong lumpur itu merupakan pembesaran potongan
melintang saluran sungai panjang tertentu untuk mengurangi keceatan aliran dan memberi
kesempatan pada sedimen untuk mengendap.
Untuk menampung endapan sedimen ini, dasar bagian tersebut diperdalam atau
diperbesar. Kantong ini diberikan tiap jangka waktu tertentu dengan cara membilas
sedimenya kembali ke sungai dalam aliran terkontruksi yang berkecepatan tinggi.
Dimensi kantong lumpur di kiri bendung
Data – Data :
𝑄𝑛 = 2,886𝑚 /𝑠
Kontruksi merupakan pasangan batu kali dengan koefisien struktur, k = 45
Kecepatan aliran yang melalui kantong lumpur = 0,35 m/s
Debit sedimen yang diendapkan 0,05% Qn = 1,443𝑥10 𝑚 /𝑠
Frekuensi pembilasan = 7 hari
Diameter yang diendapkan = 0,07 mm
Temperatur rata – rata = 20℃
Kecepatan air pembilasan = 1 m/s
Debit pengambilan = 2,886𝑚 /𝑠
Debit pembilasan 120% Qn = 3,4632𝑚 /𝑠
125. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
119
Dengan diameter partikel yang diendapkan ∅ = 0,07𝑚𝑚 dan faktor bentuk pasir alamiah Fb =
0,75 maka berdasarkan grafik hubungan diameter ayakan dan kecepatan endap untuk air tenang,
diperoleh kecepatan endap w = 3,1 mm/s = 0,031 m/s
Misalkan waktu dari partikel A ke C adalah t . maka
𝐿 = 𝑡. 𝑣 ; ℎ = 𝑡. 𝑤
𝑡 =
𝐿
𝑉
; 𝑡 =
ℎ
𝑤
𝐿
𝑣
=
ℎ
𝑤
; 𝑣 =
𝑄𝑛
𝑏ℎ
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ,
𝐿𝑏𝑘
𝑄𝑛
=
𝑘
𝑤
𝑏𝑙 =
𝑄𝑛
𝑤
=
2,886
0,031
= 93,1𝑚
Untuk L/b ≥ 8 , maka taksiran awal dimensi kantong lumpur adalah 𝐿 ≥ 8𝑏
𝑏𝑙 = 93,1
𝑏. 8𝑏 = 93,1
8𝑏 = 93,1
𝑏 = 3,4𝑚
𝐿 = 8𝑏 = 8𝑥3,4 = 27,2 𝑚
Direncanakan b = 4 m dan L = 30 m
Luas tampang saluran, 𝐴𝑛 = =
,
,
= 9,89 𝑚
Kedalaman air, ℎ𝑛 = =
,
= 2,5 𝑚
126. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
120
Untuk m = 0,5 , B1 = 4 m dan hn = 2,5 m maka,
𝐵2 = (𝐵1 + 2𝑚. ℎ𝑛)
𝐵2 = (4 + 2.0,5.2,5)
𝐵2 = 6,5 𝑚
Keliling basah
𝑃 = 𝐵1 + 2ℎ𝑛 1 + 𝑚
𝑃 = 4 + 2.2,5 1 + 0,5 = 9,59𝑚
Jari – jari hidraulis
𝑅 =
𝐴
𝑃
=
9,89
9,59
= 1𝑚
𝑣 = 𝑘. 𝑅
/
. 𝐼
/
𝐼
/
=
0,35
45𝑥1 /
; 𝐼 = 0,00006
Pembilas kantong lumpur
Agar dapat pembilas kantong lumpur maka diusahakan agar kecepatan aliran selama
pembilasan lebih besar dari Vs = 1 m/s dan debit saluran pembilas 120%Qn
Luas tampang basah saat pembilasan
𝐴𝑠 =
𝑄𝑠
𝑉𝑠
= 3,4632 𝑚 /𝑠
Tinggi air saat pembilasan
ℎ𝑠 =
𝐴𝑠
𝐵1
=
3,4632
4
= 0,8658𝑚
Keliling basah saat pembilasan
𝑃𝑠 =
𝐵1
2ℎ𝑠
=
4
2(0,8658)
= 2,31𝑚
Kemiringan
𝐼 =
1
45𝑥1
; 𝐼 = 0,0005
Agar pembilasan dapat terlaksana dengan baik. Kecepatan aliran harus dijaga agar tetap dalam
keadaan kecepatan stabil (subkritis) atau Fr<1
Sehingga 𝐹𝑟 =
.
=
√ , ,
= 0,34 < 1 … … . . 𝑜𝑘
Volume kantong lumpur
127. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
121
𝑣 = 0,05%𝑄𝑛𝑇 = 0,0005𝑥2,886𝑥7𝑥24𝑥3600 = 872,7264𝑚
Dimensi kantong lumpur di kanan bendung
Data – Data :
𝑄𝑛 = 2,145𝑚 /𝑠
Kontruksi merupakan pasangan batu kali dengan koefisien struktur, k = 45
Kecepatan aliran yang melalui kantong lumpur = 0,35 m/s
Debit sedimen yang diendapkan 0,05% Qn = 1,0725𝑥10 𝑚 /𝑠
Frekuensi pembilasan = 7 hari
Diameter yang diendapkan = 0,07 mm
Temperatur rata – rata = 20℃
Kecepatan air pembilasan = 1 m/s
Debit pengambilan = 2,145𝑚 /𝑠
Debit pembilasan 120% Qn = 2,574𝑚 /𝑠
𝐿𝑏 =
𝑄𝑛
𝑤
=
2,145
0,031
= 69,19𝑚
Untuk L/b ≥ 8 , maka taksiran awal dimensi kantong lumpur adalah 𝐿 ≥ 8𝑏
𝑏𝑙 = 69,19
𝑏. 8𝑏 = 69,19
8𝑏 = 69,19
𝑏 = 2,94𝑚
𝐿 = 8𝑏 = 8𝑥2,94 = 23,52 𝑚
Diambil b = 4m dan L = 30 m
Luas tampang saluran, 𝐴𝑛 = =
,
,
= 6,12 𝑚
Kedalaman air, ℎ𝑛 = =
,
= 1,5 𝑚
128. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
122
Untuk m = 0,5 , B1 = 4 m dan hn = 1,5 m maka,
𝐵2 = (𝐵1 + 2𝑚. ℎ𝑛)
𝐵2 = (4 + 2.0,5.1,5)
𝐵2 = 5,5 𝑚
Keliling basah
𝑃 = 𝐵1 + 2ℎ𝑛 1 + 𝑚
𝑃 = 4 + 2.1,5 1 + 0,5 = 7,3𝑚
Jari – jari hidraulis
𝑅 =
𝐴
𝑃
=
6,12
7,3
= 0,83𝑚
𝑣 = 𝑘. 𝑅
/
. 𝐼
/
𝐼
/
=
0,35
45𝑥1 /
; 𝐼 = 0,00006
Pembilas kantong lumpur
Agar dapat pembilas kantong lumpur maka diusahakan agar kecepatan aliran selama
pembilasan lebih besar dari Vs = 1 m/s dan debit saluran pembilas 120%Qn
Luas tampang basah saat pembilasan
𝐴𝑠 =
𝑄𝑠
𝑉𝑠
= 2,574 𝑚 /𝑠
Tinggi air saat pembilasan
ℎ𝑠 =
𝐴𝑠
𝐵1
=
2,574
4
= 0,6435𝑚
Keliling basah saat pembilasan
𝑃𝑠 =
𝐵1
2ℎ𝑠
=
4
2(0,6435)
= 3,1𝑚
Kemiringan
𝐼 =
1
45𝑥1
; 𝐼 = 0,0005
Agar pembilasan dapat terlaksana dengan baik. Kecepatan aliran harus dijaga agar tetap dalam
keadaan kecepatan stabil (subkritis) atau Fr<1
Sehingga 𝐹𝑟 =
.
=
√ , ,
= 0,398 < 1 … … . . 𝑜𝑘
Volume kantong lumpur
𝑣 = 0,05%𝑄𝑛𝑇 = 0,0005𝑥2,145𝑥7𝑥24𝑥3600 = 648,648𝑚
6.3 Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas diperlukan untuk pembilasan bahan – bahan sedimen kasar yang
129. INI HANYA REFERENSI UNTUK MENGERJAKAN BENDUNG , BEUM TENTU BENAR,
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN
123
terdapat di lantai, di dasar bendung sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan membuka pintu
pembilas secara berkala. Waktu pembilasan tergantung pada banyaknya sedimen pada dasar
bendung.
Pada saat pintu pembilas dibuka akan terjadi aliran turbulensi sehingga sedimen halus
maupun kasar dapat terbongkar dan dilanjutkan melalui saluran bilas sampai dasar bendung bersih
dan selanjutnya ditutup kembali. Bangunan pembilas dibuat dua buah, yaitu (bagian kanan) 1,
bagian kiri 1, kecepatan aliran yang diperlukan untuk pembilasan dihitung dengan rumus:
𝑣 = 1,5 𝑐. 𝑑 /
Dimana, vc = kecepatan kiritis yang diperlukan untuk pembilasan (m/s)
c = koef yang tergantung dari bentuk sedimen (c = 0,45)
d = Diameter terbesar sedimen (∅ = 0,07𝑚𝑚)
𝑉𝑐 = 1,5(0,45)(0,07𝑥10 ) /
= 5,647𝑥10 𝑚/𝑠
Debit minimum pembilasan
𝑞 =
𝑣
𝑔
=
(5,647𝑥10 )
9,81
= 1,836𝑥10 𝑚 /𝑠
Kecepatan aliran
𝑣 = 𝑐 2𝑔ℎ
𝑣 = 0,62 2𝑥9,81𝑥2 = 3,88 𝑚/𝑠
Dimana, C = koef debit chezy (0,62)
h = tinggi muka air di ukur dari titik lubang sluice (2 m)
v>vc
3,88> 5,647x10
A (luas pintu pembilas) = Bh = 2 x 2 = 4𝑚
Q = v A = 3,88 x 4 = 15,52 𝑚 /𝑠
𝑞 = =
,
= 7,76𝑚 /𝑠 > qmin ok
6.4 Desain saluran primer
Rumus sticher
𝑣 = 𝑘. 𝑅 /
𝐼 /
Rumus manning
𝑣 =
1
𝑛
𝑅 𝐼
𝑅 =
𝐴
𝑃
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ 1 + 𝑚
Dimensi saluran