SlideShare a Scribd company logo
i
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL
SEMESTER V KELAS B
TUGAS BESAR
REKAYASA IRIGASI II
DOSEN PENGAMPU : Zainuri, S.T.,M.T.
DISUSUN OLEH :
RENDI FAHREZA
13.222.01.005
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN AKADEMI
2015 / 2016
i
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL
SEMESTER V KELAS B
TUGAS BESAR
REKAYASA IRIGASI II
DOSEN PENGAMPU : Zainuri, S.T.,M.T.
DISUSUN OLEH :
RENDI FAHREZA
13.222.01.005
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN AKADEMI
2015 / 2016
i
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL
SEMESTER V KELAS B
TUGAS BESAR
REKAYASA IRIGASI II
DOSEN PENGAMPU : Zainuri, S.T.,M.T.
DISUSUN OLEH :
RENDI FAHREZA
13.222.01.005
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN AKADEMI
2015 / 2016
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Tugas Besar Mata Kuliah Irigasi II ini dengan judul “ Perencanaan Jaringan
dan Saluran Irigasi ” dengan baik. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini,
penyusun banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti
dari berbagai pihak khususnya Bapak Zainuri, S.T, M.T. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Rekayasa Irigasi II.
Laporan ini ditulis dan disusun sebagai pelengkap nilai tugas semester
genap. Dengan adanya laporan ini diharapkan mahasiswa dapat lebih mudah
memahami proses atau tahapan dalam perencanaan jaringan serta saluran irigasi.
Besar harapan penyusun,semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk penyusun
dan pembaca lainnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu penulis memohon ,kritik dan saran maupun
masukan yang membawa kearah perbaikan dan bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan mahasiswa yang lain.
Pekanbaru, 15 Desember 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR ASSISTANSI ....................................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1. Latar Belakang ................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................................2
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ...........................................................3
2.1. Umum...............................................................................................3
2.2 Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi.................................3
2.3 Kebutuhan Air Irigasi.......................................................................10
2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman ..........10
2.3.2. Kebutuhan Air Tanaman........................................................11
2.3.3. Efisiensi Irigasi.......................................................................18
2.4 Pola Tanam.......................................................................................19
2.5 Kebutuhan Air..................................................................................20
2.5.1. Penyiapan Lahan ....................................................................20
2.5.2. Penggunaan Konsumtif ..........................................................23
2.5.3. Perkolasi.................................................................................24
2.5.4. Penggantian Lapisan Air........................................................25
2.6 Debit Andalan ..................................................................................25
2.6.1. Debit yang dibutuhkan ...........................................................26
2.6.2. Debit Saluran..........................................................................26
2.7 Perencanaan Pintu Sorong................................................................27
2.8 Perencanaan Jaringan Irigasi............................................................28
2.8.1. Data yang diperlukan .............................................................28
2.8.2. Perencanaan Jaringan Tersier.................................................28
2.8.3. Perencanaan Jaringan Utama .................................................29
2.8.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Perencanaan.................................30
2.9 Dimensi Saluran ...............................................................................30
v
BAB III. DATA DAN PERENCANAAN.........................................................33
3.1. Data Hidrologi.................................................................................33
3.2. Data Klimatologi.............................................................................33
3.3. Temperatur......................................................................................33
3.4. Penyinaran Matahari .......................................................................40
3.5. Kelembaban Udara..........................................................................42
3.6. Kecepatan Angin.............................................................................48
3.7. Data Curah Hujan............................................................................48
3.8. Peta Topografi.................................................................................52
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN .....................................................53
4.1 Analisa Hidrologi..............................................................................53
4.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi.................................................53
4.2 Perhitungan Curah Hujan Efektif Pada Tanaman .............................58
4.3 Perhitungan Debit Andalan...............................................................69
4.4 Perhitungan Kebutuhan Air ..............................................................70
4.5 Perhitungan Debit Saluran ................................................................76
4.6 Perhitungan Dimensi Saluran............................................................79
4.7 Perhitungan Pintu Sorong .................................................................85
BAB V. PENUTUP............................................................................................95
5.1. Kesimpulan .....................................................................................95
5.2. Saran................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................96
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan dasar tiap makhluk hidup. Baik manusia, hewan
maupun tumbuhan sangat membutuhkan air. Bagi manusia, air tidak hanya
berfungsi sebagai pemuas dahaga. Kegunaan air lainnya adalah untuk
mencuci, mandi, irigasi untuk pertanian, bahkan sebagai pembangkit tenaga
listrik. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air menjadi
semakin tinggi. Sementara itu, keberadaan air cenderung semakin langka. Untuk
itu, penggunaan air harus dilakukan secara efektif dan seefisien mungkin.
Sebagai negara agraris, kebutuhan air bagi Indonesia sangat tinggi demi
mendukung sektor pertanian. Ketersediaan air di sektor pertanian tentunya dapat
menunjang kebutuhan bahan pangan bagi masyarakat. Namun, ada saatnya air
yang tersedia cukup melimpah dan ada saatnya ketersediaan air sangat minim
tergantung pada musim. Selain itu, lahan yang jauh dari sumber air akan
mengalami kesulitan dalam penyediaan air untuk pertanian. Dengan demikian
keberadaan bangunan air dan irigasi sangat diperlukan untuk menjamin
ketersediaan dan distribusi air bagi lahan baik dekat maupun jauh dari sumber
mata air.
Untuk merencanakan suatu jaringan irigasi diperlukan perencanaan dan
perhitungan yang cermat agar dapat memenuhi persyaratan teknis dan dapat di
pergunakan selama bertahun – tahun tanpa adanya kekeringan air di sawah.
Dengan demikian, tugas desain irigasi ini akan menjelaskan secara sistematis dan
rinci perencanaan jaringan irigasi yang memenuhi persyaratan teknis tersebut.
Desain irigasi ini di prioritaskan pada masyarakat yang pada umum nya petani
padi, palawija dan lain lain yang sangat membutuhkan air sebagai asupan
makanan kebun nya agar tetap terjaga dan bisa memberikan hasil panen yang
sangat banyak tentu nya dengan mutu yang sangat bagus.
2
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya maka dapat
diambil suatu rumusan masalah yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merencanakan daripada jaringan irigasi.
2. Bagaimana cara memenuhi kebutuhan air di sawah agar sawah sewaktu-
waktu mengalami gagal panen yang di sebabkan oleh kekeringan air.
3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas hasil panen petani dan membuat hasil
panen menjadi meningkat dari musim ke musim.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan tugas besar ini adalah :
1. Memahami perancangan daerah irigasi yang meliputi perencanaan petak,
saluran beserta dimensi saluran, ketersediaan air, dan kebutuhan air.
2. Sebagai upaya manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan
memperkecil atau menghilangkan faktor yang merugikan dari suatu sumber
daya air terhadap kehidupan manusia.
3. Upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari
sumber air ke daerah yang memerlukan dan mendistribusikan secara teknis
dan sistematis.
Adapun manfaat dari penyusunan tugas besar ini adalah :
1. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah
yang curah hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah agar
daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau
maupun pada musim penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unsur
penyubur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum
masehi. Hal ini dapat dibuktikan oleh peniggalan sejarah, baik sejarah baik
sejarah nasional maupun sejarah dunia. Keberadaan bangunan tersebut disebabkan
oleh adanya kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam
sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis dari
persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang paling sederhana
sampai yang paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui
saluran-saluran secara alamiah ke tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan
irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat dicapai hasil yang
cukup memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas
yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu
alam, ilmu fisika dan juga hidrolika yang meliputi statika dan dinamika benda
cair. Semua ini membuat pengetahuan tentang irigasi bertambah lengkap.
2.2. Sistem Iriasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan
diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air
diambil dari air yang ada dipermukaan bumi yaitu dari sungai, waduk dan
danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke
petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
b. Irigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila
pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi
4
maupun teknik. Cara ini membutuhkab modal kecil, namun memerlukan
biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk
keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya stasiun pompa
Gambarsari dan Pesanggrahan (sebelum ada bendung Gerak Serayu), atau
dari air tanah, seperti pompa air suplesi di DI. Simo, Kabupaten Gunung
Kidul, Yogyakarta.
c. Irigasi Pasang Surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang surut adalah suatu tipe
irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa
pasang surut air laut. Areal yang direncanakanuntuk tipe irigasi ini adalah
areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang surut air laut.
Untuk daerah kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30-50
km memanjang pantai dan 10-15 km masuk ke darat. Air genangan yang
berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah
sufat asam dan akan dibuang pada saat air aut surut.
Adapun klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara
pengukuran aliran air dan fasilitasnya,dbedakan atas tiga tingkatan, yaitu :
a. Jaringa Irigasi Sederhana
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau
diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air
biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh
karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk
pembagian air. (Lihat Gambar 2.1).
Jaringan irigasi ini Walaupun mudah diorganisir namun memiliki
kelemahan-kelemahan serius yakni :
1) Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di
daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah
rendah yang subur.
2) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya
dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan
sendiri-sendiri.
5
3) Karena bangunan penangkap air buka bangunan tetap/permanen, maka
umurnya pendek.
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak
disungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan penghukur di
bagian hilirnya. Beberapan bangunan permanen biasanya juga sudah
dibangun di jaringan saluran. Beberapa bangunan permanen biasanya juga
sudah di bangun di jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa
dengan jaringan sederhana ( lihat gambar 2.2.). Bangunan pengambilan
dipakai untuk melayani /mengairi daerah yeng lebih luas daripada daerah
layanan jaringan sederhana.
c. Jaringan Irigasi Teknis
Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara
saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang/pemutus. Ini berarti bahwa
baik saluran pembawa maupun pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi kesawah-sawah
dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah-sawah ke
saluran pembuang. ( lihat gambar 2.3 ). Petak tersier menduduki fungsi
sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari
sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50-
100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.
Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier
dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan
kuarter. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip diatas
adalah cara pengambilan air yang paling efisien dengan mempertimbangkan
waktu-waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan
irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian
air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya
memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan
memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit disaluran primer,
ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan
6
dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi
pembagian air dijaringan utama.
Secara singkat, klasifikasi jaringan irigasi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
7
Gambar 2.1. Jaringan irigasi sederhana
8
Gambar 2.2. Jaringan irigasi semi teknis
9
Gambar 2.3. Jaringan irigasi teknis
10
2.3. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah voleme air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evapontranspirasi. Kehilangan air, kebutuhan air
untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam
melalui hujan dan kontribusi air tanah.
Kebutuhan air sawah padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
a) Penyiapan lahan
b) Penggunaan konsumtif
c) Perkolasi dan rembesan
d) Pergantian lapisan air
e) Curah hujan efektif
Kebutuhan air disawah dinyatakan dalam mm/hari datau lt/dt/ha. Kebutuhan
air belum termasuk efisiensi dijaringan tersier dan utama. Efisiensi dihitung
dalam kebutuhan pengambilan air sungai.
2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada tanaman adalah
sebagai berikut :
1) Topografi
Keadaan topografi mempengaruhi kebutuha air tanaman. Untuk lahan
yang miring membutuhkan air yanglebih banyak dari lahan yang datar.
Karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya
sedikit yang mengalami infiltrasi. Dengan kata lain kehilangan air di lahan
miring akan lebih besar.
2) Hidrologi
Jumlah curah hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak curah
hujan nya, maka makin sedikit kebutuhan air tanaman. Hal ini dikarenakan
hujan efektif akan menjadi besar.
3) Klimatologi
Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk
pengelolaan pertanian. Tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca
buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya,
11
maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode
yang tepat dan sungai dengan keadaan tanah. Cuaca dapt digunakan untuk
rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan evapotranspirasi, hal ini sangat
begantung pada jumlah jam penyinaran matahari dan radiasi matahari.
Untuk penentuan tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi harus
dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang
mungkin. Disamping data curah hujan diperlukan juga penyelidikan
evapotranspirasi, kecepatan angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam
penyinaran matahari, dan kelembaban.
4) Tekstur Tanah
Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk
tumbuh, yang dalam teknik irigasi dinamakan tanah. Tanah yang baik untuk
usaha pertanian ialah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat produktif
serta subur. Tanah yang baik tersebut memberi kesempatan pada akar
tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara
serta baik pada zona perakaran dan secara relatif memiliki persediaan hara
dan kelembaban tanah yang cukup.
Tanaman membutuhkan air. Oleh karena itu, pada zone perakaran
perlu tersedia lengas tanah yang cukup. Tetapi walaupun kelembaban tanah
perlu dipelihara, air yang diberikan tidak boleh berlebih. Pemberian air
harus sesuai dengan kebutuhan dan sifat tanah serta tanaman.
2.3.2. Kebutah air tanaman
Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor evaporasi,
transpirasi yang kemudian dihitung sebagai evapotranspirasi.
1) Evaporasi
Evaporasi adalah suatu peristiwa peubahan air menjadi uap. Dalam
proses penguapan air berubah menjadi uap dengan adanya energi panas
matahari. Laju evaporasi dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran
matahari, udara yang bertiup (angin), kelembaban udara, dan lain-lain.
Terdapat beberapa metodeuntuk menghitung besarnya evaporasi,
12
diantaranya adalah metode Penman. Rumus evaporasi dengan metode
Penman adalah :
  




 
100
135,0 2U
PuPaEo
Dengan :
Eo = Penguapan dalam mm/hari
Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian dalam mmHg
Pu = Tekanan uap sebenarnya dalam mmHg
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam mile/hari, sehingga
bentuk U2 dalam m/dt masih harus dikalikan dengan 24 x 60 x 60 x
1600
2) Transpirasi
Transpirasi adalah suatu proses pada peristiwa uap air meninggalkan
tubuh tanaman dan memasuki atmosfir. Fakta iklim yang mempengaruhi
laju transpirasi adalah intensitas penyinaran matahari, tekanan uap air di
udara, suhu, kecepatan angin.
3) Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap ke
udara bergerak dari permukaan tanah, permukaan air dan penguapan melaui
tanaman. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka
evapotranspirasi itu disebut Evapotranspirasi Potensial.
Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman yang
merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman
dengan air untuk transpirasi dari tubuh tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi
adalah suhu air, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, tekanan
udara dan sinar matahari yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Rumus Penmann dalam bentuknya yang dimodifikasi yang menunjukkan
evapotranspirasi potensial adalah seperti berikut:
Eto = C(W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed)
Dengan :
ea = Tekanan uap jenuh (mbar), lihat tabel lampiran
13
t = Tempratur berdasarkan data dari stasiun pengamatan
ed = Tekanan uap nyata, dimata :
ed = RH . ea
RH = Kelembaban udara relatif berdasarkan data dari stasiun pengamatan
F(U) = Fungsi angin, dimana :
F(U) = 0,27 x (1 + U2/100)
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m, dimana :
1-W = Faktor pembobot
W = Lihat tabel lampiran
Rn = Rns – Rnl
Rns = Radiasi sinar matahari (mm/hari), dimana :
Rns = (1-r) x Rs
Rs = Radiasi ekstra tereksterial / nilai angot (lihat lampiran)
n/N = Perbandingan penyinaran matahari dalam 1 hari yang dinyatakan
dalam persen
r = Koefisien pemantulan / koefisien albedo
Rn1 = Radiasi gelombang panjang netto (mm/hari), dimana :
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
F(T) = Fungsi tempratur, dimana :
F(T) = 4
σ.T
T = (t + 273O
K)
 = (117,4 x 10-9
) gcal/cm2
/hari
f(ed) = Fungsi tekanan uap nyata, dimana :
f(ed) = 0,34 – 0,044 ed0,5
f(n/N) = Fungsi perbandingan penyinaran matahari dalam 1 hari
f(n/N) = 0,1 + 0,9 (n/N)
c = Koefisien bulanan untuk rumus Penman (lihat tabel lampiran)
14
Tabel 2.2 Koefisien Pemantulan (Koefisien Albedo)
Sifat Permukaan R
Air Terbuka
Batu
Rumput
Tanaman Hijau
0,06
0,12 – 0,15
0,08 – 0,09
0,20
Sumber: CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1995
Tabel 2.3 Harga w sesuai Temperatur dan Ketinggian
Temperatur
0
C 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
W,pada
Ketinggian(m)
0 0.43 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.68 0.71 0.73 0.75 0.77 0.78 0.80 0.82 0.83 0.84 0.85
500 0.45 0.48 0.51 0.54 0.57 0.60 0.62 0.65 0.67 0.70 0.72 0.74 0.76 0.78 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.85
1000 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.80 0.82 0.83 0.85 0.86 0.87
2000 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88
3000 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.88 0.88 0.89
4000 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.76 0.78 0.79 0.81 0.83 0.84 0.85 0.86 0.88 0.89 0.90 0.90
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi
Tabel 2.4 Tabel dalam gambar sebagai fungsi temperatur udara rata-rata
(0
C )
Temperatur
0
C 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
ea(mbar) 6,1 6,6 7,1 7,6 8,1 8,7 9,3 10,0 10,7 11,5 12,3 13,1 14,0 15,0 16,1 17,0 18,2 19,4 20,6 22,0
Temperatur
0
C 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
ea(mbar) 23,4 24,9 26,4 28,1 29,8 31,7 33,6 35,7 37,8 40,1 42,4 44,9 47,6 50,3 53,2 56,2 59,4 62,8 66,3 69,9
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi
15
Tabel 2.5 Harga dari F(U) = 0,27x(1 + U2 /100) pada tinggi 2 meter
dinyatakan dalam km/hari
Angin
km/hari
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
- 0,30 0,32 0,35 0,38 0,41 0,43 0,46 0,49 0,51
100 0,54 0,57 0,59 0,62 0,65 0,68 0,70 0,73 0,76 0,78
200 0,81 0,84 0,86 0,89 0,92 0,95 0,97 1,00 1,03 1,05
300 1,08 1,11 1,13 1,16 1,19 1,22 1,24 1,27 1,30 1,32
400 1,35 1,38 1,40 1,43 1,46 1,49 1,51 1,54 1,57 1,59
500 1,62 1,65 1,67 1,70 1,73 1,76 1,78 1,81 1,84 1,86
600 1,89 1,92 1,94 1,97 2,00 2,03 2,05 2,08 2,11 2,13
700 2,16 2,19 2,21 2,24 2,27 2,30 2,32 2,35 2,38 2,40
800 2,43 2,46 2,48 2,51 2,54 2,57 2,59 2,62 2,65 2,67
900 2,70
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi
Tabel 2.6 Faktor penyesuaian (c) untuk persamaan Penmann dengan
modifikasi
Rs mm/hari 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
Usiang (m/detik)
0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10
3 0.79 0.84 0.92 0.97 0.92 1.00 1.11 1.19 0.99 1.10 1.27 1.32
6 0.68 0.77 0.87 0.93 0.85 0.96 1.11 1.19 0.94 1.10 1.26 1.33
9 0.55 0.65 0.78 0.90 0.76 0.88 1.02 1.14 0.88 1.01 1.16 1.27
Usiang (m/detik)
0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10
3 0.76 0.81 0.88 0.94 0.87 0.96 1.06 1.12 0.94 1.04 1.18 1.28
6 0.61 0.68 0.81 0.88 0.77 0.88 1.02 1.10 0.86 1.01 1.15 1.22
9 0.46 0.56 0.72 0.82 0.67 0.79 0.88 1.05 0.78 0.92 1.06 1.18
Usiang (m/detik)
0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10
3 0.69 0.76 0.85 0.92 0.83 0.91 0.99 1.05 0.89 0.98 1.10 1.14
6 0.53 0.61 0.74 0.84 0.70 0.80 0.94 1.02 0.79 0.92 1.05 1.12
9 0.37 0.48 0.65 0.76 0.59 0.70 0.84 0.95 0.71 0.81 0.96 1.06
Usiang (m/detik)
0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10
3 0.64 0.76 0.82 0.89 0.78 0.86 0.94 0.99 0.85 0.92 0.92 1.05
6 0.43 0.53 0.68 0.79 0.62 0.70 0.84 0.93 0.72 0.82 0.82 1.00
9 0.27 0.43 0.59 0.70 0.50 0.60 0.75 0.87 0.62 0.72 0.72 0.96
Usiang/Umalam = 3,0
Usiang/Umalam = 2,0
Usiang/Umalam = 1,0
RH max = 30% RH max = 60% RH max = 90%
Usiang/Umalam = 4,0
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi
16
Tabel 2.7 Harga Rata rata dalam Evaporasi Ekivalen (mm/hari) untuk
Belahan Bumi Selatan
Lintang Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Agust. Sep. Okt. Nop. Des.
50
0
17,5 14,7 10,9 7,0 4,2 3,1 3,5 5,5 8,9 12,9 16,5 18,2
48
0
17,6 14,9 11,2 7,5 4,7 3,5 4,0 6,0 9,3 13,2 16,6 18,2
46
0
17,7 15,1 11,5 7,9 5,2 4,0 4,4 6,5 9,7 13,4 16,7 18,3
44
0
17,8 15,3 11,9 8,4 5,7 4,4 4,9 6,9 10,2 13,7 16,7 18,3
42
0
17,8 15,5 12,2 8,8 6,1 4,9 5,4 7,4 10,6 14,0 16,8 18,3
40
0
17,9 15,7 12,5 9,2 6,6 5,3 5,9 7,9 11,0 14,2 16,9 18,3
38
0
17,9 15,8 12,8 9,6 7,1 5,8 6,3 8,3 11,4 14,4 17,0 18,3
36
0
17,9 16,0 13,2 10,1 7,5 6,3 6,8 8,8 11,7 14,6 17,0 18,2
34
0
17,8 16,1 13,5 10,5 8,0 6,8 7,2 9,2 12,0 14,9 17,1 18,2
32
0
17,8 16,2 13,8 10,9 8,5 7,3 7,7 9,6 12,4 15,1 17,2 18,1
30
0
17,8 16,4 14,0 11,3 8,9 7,8 8,1 10,1 12,7 15,3 17,3 18,1
28
0
17,7 16,4 14,3 11,6 9,3 8,2 8,6 10,4 13,0 15,4 17,2 17,9
26
0
17,6 16,4 14,4 12,0 9,7 8,7 9,1 10,9 13,2 15,5 17,2 17,8
24
0
17,5 16,5 14,6 12,3 10,2 9,1 9,5 11,2 13,4 15,6 17,1 17,7
22
0
17,4 16,5 14,8 12,6 10,6 9,6 10,0 11,6 13,7 15,7 17,0 17,5
20
0
17,3 16,5 15,0 13,0 11,0 10,0 10,4 12,0 13,9 15,8 17,0 17,4
18
0
17,1 16,5 15,1 13,2 11,4 10,4 10,8 12,3 14,1 15,8 16,8 17,1
16
0
16,9 16,4 15,2 13,5 11,7 10,8 11,2 12,6 14,3 15,8 16,7 16,8
14
0
16,7 16,4 15,3 13,7 12,1 11,2 11,6 12,9 14,5 15,8 16,5 16,6
12
0
16,6 16,3 15,4 14,0 12,5 11,6 12,0 13,2 14,7 15,8 16,4 16,5
10
0
16,4 16,3 15,5 14,2 12,8 12,0 12,4 13,5 14,8 15,9 16,2 16,2
8
0
16,4 16,1 15,5 14,4 13,1 12,4 12,7 13,7 14,9 15,8 16,0 16,0
6
0
15,8 16,0 15,6 14,7 13,4 12,8 13,1 14,0 15,0 15,7 15,8 15,7
4
0
15,5 15,8 15,6 14,9 13,8 13,2 13,4 14,3 15,1 15,6 15,5 15,4
2
0
15,3 15,7 15,7 15,1 14,1 13,5 13,7 14,5 15,2 15,5 15,3 15,1
0
0
15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi
17
Tabel 2.8. Parameter Besarnya Kemiringan
Talud (m)
Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi
Tabel 2.9 Parameter Koefisien Kekasaran
Stickler (K)
Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi
Tabel 2.10 Parameter Besarnya
Tinggi Jagaan (w)
Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi
18
Tabel 2.11 Parameter Untuk Perhitungan
Kemiringan Saluran (n)
Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi
2.3.3. Efisiensi Irigasi
Air yang diambil dari sumber air atau sungai yang dialirkan ke areal irigasi
tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi tejadi
kehilangan air. Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan disaluran irigasi,
rembesan dari saluran atau untuk keperluan lain ( rumah tangga ).
1) Efisiensi Pengaliran
Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi
mengalami kehilangan air selama pengalirannya. Kehilangan air ini
menentukan besarnya efisiensi pengaliran.
EPNG = (Asa/Adb) x 100%
Dengan :
EPNG = Efisiensi pengaliran
Asa = Air yang sampai di irigasi
Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap
19
2) Efisiensi Pemakaian
Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat
ditahan pada zone perakaran dalam periode pemberian air, dengan air yang
diberikan pada areal irigasi.
EPMK = (Adzp/Asa) x 100%
Dengan :
EPMK = Efisiensi pemakai
Adzp = Air yang dapat ditahan pada zone perakaran
Asa = Air yang diberikan ( sampai ) diareal irigasi
3) Efisiensi Penyimpanan
Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk
mengisi lengas tanah pada zone perakaran adalah Asp (air tersimpan penuh)
dan air yang diberikan adalah Adk maka efisiensi penyimpanan adalah
EPNY = (Adk/Asp) x 100%
Dengan :
EPNY = Efisiensi penyimpanan
Asp = Air yang tersimpan
Adk = Air yang diberikan
Sesungguhnya jenis efisiensi tidak terbatas seperti tertulis diatas
karena nilai efisiensi dapat pula terjadi pada saluran primer, bangunan bagi,
saluran sekunder dan sebagainya. Secara prinsip nilai efisiensi adalah :
   100%xAdbkAhlAbdkEF 
Dengan :
EF = Efisiensi
Adbk = Air yang diberikan
Ahl = Air yang hilang
2.4. Pola Tanam dan Sistem Golongan
1) Pola Tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, penentuan pola tanam
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Pola tanam adalah suatu sistem
dalam menentukan jenis-jenis tanaman atau pergiliran tanaman produksi pada
20
suatu daerah tertentu yang disesuaikan dengan persediaan air yang ada pada
periode musim hujan dan musim kemarau.
Tabel 2.12. Tabel Pola Tanam
2) Sistem Golongan
Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan yang optimal guna
mencapai produktifitas yang tinggi, maka penanaman harus memperhatikan
pembagian air secara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi.
Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga
harus dibuat rencana pembagian air yang baik, agar air yang tersedia dapat
digunakan secara merata dan seadil-adilnya. Kebutuhan air yang tertinggi untuk
suatu petak tersier adalah Qmax, yang didapat sewaktu merencanakan seluruh
sistem irigasi. Besarnya debit Q yang tersedia tidak tetap, bergantung pada
sumber dan luas tanaman yang harus diairi. Pada saat-saat dimana air tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dengan pengaliran menerus, maka
pemberian air tanaman dilakukan secara bergilir. Dalam musim kemarau dimana
keadaan air mengalami kritis, maka pemberian air tanaman akan
diberikan/diprioritaskan kepada tanaman yang telah direncanakan.
2.5. Kebutuhan Air
2.5.1. Penyiapan Lahan
Kebutuhan air untukpenyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air
irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya
kebutuhan air untuk penyiapan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
21
Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan
adalah :
a. Tersedianyan tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk
menggarap tanah
b. Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu
untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua.
1) Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan
dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah sawah.
Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk lahan
  FLPd
dNSbSa
PWR 


1000
.
Dimana :
PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = Derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N = Porositas tanah dalam (%) pada harga rata-rata untuk kedalaman
tanah
d = Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
FL = Kehilangan air sawah selama 1 hari (mm)
Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak, kebutuhan air untuk
penyiapan lahan diambil 200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan
pengolahan tanah.
2) Kebutuhan Air selama Penyiapan Lahan
Untuk perhitungan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode
yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut
didasarkan pada laju air konstan dalam lt/dt selama periode penyiapan lahan
dan menghasilkan rumus sebagai berikut :
IR= Mek
/(ek
- 1)
22
Dengan :
IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P (mm/hari)
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1:1 Eto selama penyiapan lahan
(mm/hari)
P = Perkolasi
k = MT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50
mm, yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan
diatas.
e = Eksponensial
Waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan tergantung pada
kondisi di lapangan, biasanya antara 30 – 45 hari. Untuk daerah proyek
baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan
yang berlaku di daerah sekitarnya. Sebagai pedoman, diambil jangka waktu
penyiapan lahan 45 hari untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh
petak tersier.
Untuk penjenuhan dan pengolahan tanah diperlukan lapisan air setebal
200 mm ditambah 50 mm lapisan air awal setelah transplantasi selesai,
secara keseluruhan lapisan air yang diperlukan menjadi 250 mm. Bila lahan
telah dibiarkan selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih) maka
lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm.
Berdasarkan perhitungan di atas, besarnya kebutuhan air untuk penyiapan
lahan dapat dilihat pada tabel berikut.
23
Tabel 2.13 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Eo + P
mm /
hari
S = 250
mm
S = 300
mm
S = 250
mm
S = 300
mm
5 12,7 8,4 9,5
5,5 11,1 13 8,8 9,8
6 11,4 13,3 9,1 10,1
6,5 11,7 13,6 9,4 10,4
7 12 13,9 9,8 10,8
7,5 12,3 14,2 10,1 11,1
8 12,6 14,5 10,5 11,4
8,5 13 14,8 10,8 11,8
9 13,3 15,2 11,2 12,1
9,5 13,6 15,5 11,6 12,5
10 14 15,8 12 12,9
10,5 14,3 16,2 12,4 13,2
11 14,7 16,5 12,8 13,6
15
T = 30 hari T = 45 hari
Sumber : KP – 01, tahun 1986
2.5.2. Penggunaan Konsumtif
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk
proses fotosintesis dati tanaman tersebut, penggunaan konsumtif dihitung dengan
rumus berikut :
Etc = Kc . Eto
Dengan :
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
Kc = Koefisien tanaman
Besarnya koefisien tanaman padi dan palawija menurut Prosida dan FAO dapat
dilihat pada tabel berikut.
24
Tabel 2.14 Koefisien Tanaman (Kc)
Periode
Tengah
Bulanan
Padi
Nedeco / Prosida
FAO
Kedelai
Varietas
Biasa
Varietas
Unggul
Varietas
Biasa
Varietas
Unggul
1
2
3
4
5
6
7
8
1.20
1.20
1.30
1.40
1.35
1.24
1.12
0.00
1.20
1.27
1.33
1.30
1.30
0.00
1.10
1.10
1.10
1.10
1.10
1.05
0.95
0.00
1.10
1.10
1.05
1.05
0.95
0.00
0.50
0.75
1.00
1.00
0.82
0.45
Sumber : Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985
2.5.3. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh yang terletak
di antara permukaan sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Karena belum
ada pengukuran secara langsung di lapangan, maka besarnya perkolasi yang
terjadi pada masing-masing lokasi daerah irigasi adalah berbeda. Besarnya
perkolasi masing-masing daerah itu diambil berdasarkan jenis tanah di daerah
tersebut.
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah
lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, lau perkolasi bisa lebih
tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah
tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat
meresapnya air melalui tanggul sawah.
25
2.5.4. Penggantian Lapisan Air
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan
air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu,
lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari
selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
2.6. Debit Andalan
Debit andalan adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi
yang dapat dipakai untuk irigasi. Tabel 2.11 berikut menyajikan ringkasan metode
perhitungan debit andalan.
Tabel 2.15 Debit Andalan
No. Catatan Debit Metode Parameter
Perencanaan
1 a. Data Cukup
(20 tahun atau
lebih)
Analisis Frekuensi Distribusi
Frekuensi Normal
Debit rata-
rata tengah
bulanan
dengan
kemungkinan
tak terpenuhi
20%
b. Data terbatas Analisis frekuensi. Rangkaian
debit dihubungkan dengan
rangkaian curah hujan yang
mencakup waktu lebih lama
Seperti pada
1.a dengan
ketelitian
kurang dari
itu.
2 Data minimal
atau tidak ada
a. Metode Simulasi Perimbangan
Air dari DR. Mock atau metode
serupa lainnya. Curah hujan di
daerah aliran sungai,
evapotranspirasi, vegetasi, tanah
dan karakteristik geologis daerah
aliran sebagai data masukan.
b. Perbandingan dengan daerah
aliran sungai di dekatnya.
Seperti pada
1.b dengan
ketelitian
kurang dari
itu.
3 Data tidak ada Metode kapasitas saluran. Aliran
rendah dihitung dari muka air
rendah, potongan melintang
sungai & kemiringan yang sudah
diketahui. Metode tidak tepat,
hanya sebagai cek.
Seperti pada
1,b dengan
ketelitian
kurang dari
itu.
26
Debit Andalan merupakan debit dari suatu sumber air ( misalnya sungai )
yang diharapkan dapat disadap untuk keperluan irigasi. Debit Andalan yang
digunakan dalam perencanaan Jaringan Irigasi ini menggunakan persamaan
metode rational sebagai berikut :
Q = k.C.I.A
Dimana :
Q = Debit andalan (m3
/dt)
k = 0,278
C = Runoff coefficient (0,08 untuk tanah pertanian)
I = Intensitas curah hujan / R80 (mm/hari)
A = Luas daerah yang dialiri (km2
)
2.6.1. Debit yang Dibutuhkan
Dari hasil perhitungan kebutuhan air setiap bulannya maka dapat diperoleh
debit yang dibutuhkan pada setiap pola tanam:
Q =
Eff
NFRA
Dimana :
Q = Debit yang dibutuhkan (m3
/ dt)
A = Luas daerah yang dialiri (ha)
NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha)
Eff = Efisiensi irigasi
2.6.2. Debit Saluran
Untuk menghitung debit saluran digunakan rumus:
a. Saluran Primer
Q =
tersierEffxsekunderEffxprimerEff
NFRA x
b. Saluran Sekunder
Q =
tersierEffxsekunderEff
NFRA x
27
c. Saluran Tersier
Q =
tersierEff
NFRA x
Dimana :
Q = Debit saluran (m3
/ dt)
A = Luas daerah yang dialiri (ha)
NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha)
Eff = Efisiensi irigasi
2.7. Perencanaan Pintu Sorong
Muka air di saluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas
tertentu oleh bangunan pengatur. Pada desain irigasi ini bangunan bagi dan sadap
direncanakan menggunakan pintu sorong sebagai pintu pengatur untuk
mengendalikan tinggi muka air pada saluran. Rumus debit untuk pintu sorong
adalah:
Q = K . μ . a . b. 12.g.h
Dimana :
Q = Debit (m3
/ dt)
K = Faktor aliran tenggelam
μ = Koefisien debit
a = Bukaan pintu (m)
b = Lebar pintu (m)
g = Percepatan grafitasi (m2
/ dt)
h1 = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
Gambar 2.4 Aliran dibawah Pintu Sorong Dengan Dasar Horizontal
27
c. Saluran Tersier
Q =
tersierEff
NFRA x
Dimana :
Q = Debit saluran (m3
/ dt)
A = Luas daerah yang dialiri (ha)
NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha)
Eff = Efisiensi irigasi
2.7. Perencanaan Pintu Sorong
Muka air di saluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas
tertentu oleh bangunan pengatur. Pada desain irigasi ini bangunan bagi dan sadap
direncanakan menggunakan pintu sorong sebagai pintu pengatur untuk
mengendalikan tinggi muka air pada saluran. Rumus debit untuk pintu sorong
adalah:
Q = K . μ . a . b. 12.g.h
Dimana :
Q = Debit (m3
/ dt)
K = Faktor aliran tenggelam
μ = Koefisien debit
a = Bukaan pintu (m)
b = Lebar pintu (m)
g = Percepatan grafitasi (m2
/ dt)
h1 = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
Gambar 2.4 Aliran dibawah Pintu Sorong Dengan Dasar Horizontal
27
c. Saluran Tersier
Q =
tersierEff
NFRA x
Dimana :
Q = Debit saluran (m3
/ dt)
A = Luas daerah yang dialiri (ha)
NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha)
Eff = Efisiensi irigasi
2.7. Perencanaan Pintu Sorong
Muka air di saluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas
tertentu oleh bangunan pengatur. Pada desain irigasi ini bangunan bagi dan sadap
direncanakan menggunakan pintu sorong sebagai pintu pengatur untuk
mengendalikan tinggi muka air pada saluran. Rumus debit untuk pintu sorong
adalah:
Q = K . μ . a . b. 12.g.h
Dimana :
Q = Debit (m3
/ dt)
K = Faktor aliran tenggelam
μ = Koefisien debit
a = Bukaan pintu (m)
b = Lebar pintu (m)
g = Percepatan grafitasi (m2
/ dt)
h1 = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
Gambar 2.4 Aliran dibawah Pintu Sorong Dengan Dasar Horizontal
28
2.8. Perencanaan Jaringan Irigasi
2.8.1. Data yang Diperlukan
Perencanaan yang sesungguhnya dimulai dengan pengumpulan data-data
yang diperlukan. Adapun data-data tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2
bagian, yaitu:
1. Data Non-Teknis
Data non-teknis yaitu dapat berupa :
a. Keadaan sosial ekonomi penduduk
b. Keadaan lingkungan daerah setempat
c. Tata guna lahan
2. Data Teknis
Data teknis yaitu dapat berupa :
a. Data hidrologi
b. Peta tofopografi
c. Peta situasi
2.8.2. Perencanaan Jaringan Tersier
Perencanaan jaringan tersier dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
1. Perencanaan no-teknis
a. Memberikan pengertian kepada penduduk bahwa jaringan irigasi yang
direncanakan akan bermanfaat bagi penduduk setempat.
b. Melibatkan penduduk untuk ikut serta membuat jaringan tersebut,
sehingga penduduk mempunyai rasa memiliki.
c. Memberikan pengertian tentang pengolahan petak tersier.
2. Perencanaan teknis
a. Berdasarkan data, tanaman apa saja yang akan ditanam pada sebagian
petak tersier, sehingga dapat diperkirakan luasnya.
b. Tiap-tiap petak harus direncanakan dengan petak yang jelas. Sangat
dianjurkan adanya penggunaan batas-batas yang sudah ada misalnya
jalan, bukit, lembah, sungai dan sebagainya.
c. Luas petak sedemikian sehingga memudahkan dalam pengelolaan. Luas
petak diambil kira-kira sebagai berikut:
29
 Daerah datar : 200 – 300 Ha
 Daerah agak miring : 100 – 200 Ha
 Daerah berbukit : 50 – 100 Ha
d. Bentuk petak diusahakan bujur sangkar atau mendekati dengan
perbandingan antara lebar dan panjangnya berkisar antara 1:1,5.
e. Letak petak diusahakan sedekat mungkin dengan saluran pembawa.
f. Setiap bidang dari satu petak harus dapat menggunakan air dan
membuang kelebihan air secara baik, untuk itu maka bangunan bagi
ditempatkan pada bagian yang lebih rendah.
2.8.3. Perancanaan Jaringan Utama
Perencanaan jaringan utama terdiri dari:
1. Menentukan letak bangunan utama
Menentukan letak bangunan sadap sebaiknya direncanakan pada bagian
sungai yang lurus, pada tanah yang kuat.
2. Merencanakan saluran primer
Saluran primer dibuat mengikuti arah garis trase dan dimulai dari bangunan
penyadap. Hal ini dimaksudkan agar tinggi hilang kecil, sehingga tidak
diperlukan bangunan pemecah energi, juga dimaksudkan agar saluran dapat
mengairi daerah seluas mungkin.
3. Merencanakan saluran sekunder
Saluran sekunder hendaknya direncanakan sebagai saluran punggung dan
dibuat tegak lurus arah trase. Hal ini dimaksudkan agar saluran sekunder
dapat mengairi daerah yang ada di kanan dan kirinya.
4. Perencanaan bangunan pelengkap
Bangunan pelengkap yang direncanakan sesuai dengan kondisi lapangan
yang ada dan kebutuhan dalam usaha memenuhi penyediaan air di tingkat
persawahan.
30
2.8.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Perencanaan
Tahap-tahap pelaksanaan perencanaan yaitu:
1. Merencanakan tata letak dan pemberian nama saluran dan petak.
Adapun cara pemberian nama adalah sebagai berikut:
a. Bendung diberi nama sesuai dengan nama desa terpenting yang dekat
dengan tempat pengambilan airnya.
b. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama desa yang mendapat
layanan air irigasi dari saluran induk tersebut.
c. Saluran sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang mendapat
layanan air irigasi dari saluan tersebut.
d. Bangunan bagi/sadap di sebelah hulunya ditambah indeks 1, 2, 3, dan
seterusnya.
e. Bangunan persilangan seperti gorong-gorong, talang, bangunan terjun
dan sebagainya diberi nama sesuai dengan nama ruas saluran di mana
bangunan itu terletak dan ditambah dengan indeks a, b, c, dan seterusnya.
f. Petak tersier diberi nama sesuai dengan nama bangunan sadap di tempat
air tersebut diambil dan diberi kode kanan, kiri atau tengah.
2. Menghitung luas tiap petak tersier.
Menghitung luas petak tersier dimaksudkan untuk kemudian dapat dihitung
kebutuhan air untuk setiap petak tersier, sehingga dapat ditentukan dimensi
saluran tersier.
3. Menghitung kebutuhan air di petak sekunder.
4. Menghitung debit andalan sungai.
5. Mendimensi saluran.
2.9. Dimensi Saluran
Menurut asalnya, saluran dapat digolongkan atas saluran alam dan saluran
buatan. Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di
bumi. Sedangkan saluran buatan dibentuk oleh manusia. Penampang saluran
buatan biasanya direncanakan berdasarkan bentuk geometris yang umum. Tabel
2.12 merupakan daftar bentuk geometris yang biasa dipakai.
31
Tabel 2.16 Bentuk-Bentuk Geometris Penampang Saluran
Sumber: Ven Te Chow, Hidrolika Saluran terbuka, 1989
Keterangan tabel:
b = Lebar dasar saluran
h = Tinggi air
m = Kemiringan talud
w = Tinggi jagaan
Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium adalah
bentuk penampang saluran yang paling umum dan paling ekonomis digunakan.
Dimensi saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning berikut :
V = (1/ n) x R2/3
x I1/2
No. Penampang
Luas
(A)
Keliling Basah
(P)
Jari-jari Hidrolis
(R)
1.
2.
3.
4.
w
b
M.A.N
1
b . h
(b+m.h)h
m.h2
1/8 (θ-sin
θ)d2
b + 2h
b+2h 2m1 
2h 2m1 
½.θ.d
2hb
h.b

2m12hb
hm)(b


2m12
h.m

¼ (1- sin θ/ θ)d
w
h
h
w
m
h
h
M.A.N
M.A.N
h
h
θd
h
32
Q = A x V
dengan:
V = Kecepatan aliran (m / dt)
n = Koefisien Manning
R = Jari-jari hidrolis (m)
I = Kemiringan saluran
Q = Debit saluran (m3
/ dt)
Untuk menentukan tinggi jagaan dipakai standar yang disarankan oleh
Departemen Pekerjaan Umum.
33
BAB III
DATA DAN PERENCANAAN
3.1. Data Hidrologi
1. Data Stasiun Hidrologi : 5o
6’ LS dan 101o
17’BT /
4o
30’ LS dan 104o
35’BT
2. Elevasi Lokal : 13 m
3. Tinggi Pengukura (x) : 60 Mdpl
4. Data Curah Hujan : Tahun 2005 s.d. 2014 (Lihat Lampiran)
5. Perbandingan Usiang/Umalam : 4
6. Masa Penyiapan Lahan : 30 Hari
7. Pola Tanam : Padi-Padi-Palawija
3.2. Data Klimatologi
Data klimatologi yang digunakan meliputi tempratur, penyinaran matahari,
kelembaban udara, dan kecepatan angin.
3.3. Tempratur (t)
Data temperatur udara rata-rata bulanan adalah sebagai berikut :
34
Tabel 3.1. Tabel Temperatur Maksimum Stasiun I
Data : Temperatur Maksimum
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 31,3 33,6 32,1 33,6 32,5 31,3 32,4 31,8 32,3 32,7 32,4 33,3
2006 31,4 33,7 31,5 32,5 33,1 33,5 32,2 32,4 32,7 31,0 33,2 30,7
2007 31,6 32,9 32,6 32,9 33,9 32,7 33,1 33,2 33,4 32,1 34,1 33,6
2008 32,4 33,1 31,8 31,5 31,2 32,5 33,5 32,5 33,5 32,5 30,6 32,5
2009 33,1 31,2 33,1 31,2 31,6 31,6 30,8 33,6 30,8 31,2 32,1 33,1
2010 33,2 33,2 33,2 32,9 34,0 31,5 31,5 32,9 31,5 32,5 34,0 32,6
2011 32,7 32,4 32,7 32,2 32,5 32,6 33,4 31,2 33,4 33,1 32,5 34,0
2012 31,6 31,6 32,8 33,3 33,6 32,8 33,6 30,9 33,6 32,6 33,6 31,2
2013 31,2 33,2 31,2 34,1 31,9 32,0 33,3 32,1 33,3 30,9 31,8 32,8
2014 32,4 32,8 33,2 31,2 30,4 31,1 31,2 33,8 31,2 31,2 30,1 32,7
Min 31,2 31,2 31,2 31,2 30,4 31,1 30,8 30,9 30,8 30,9 30,1 30,7
Max 33,2 33,7 33,2 34,1 34,0 33,5 33,6 33,8 33,6 33,1 34,1 34,0
Rata-rata 32,09 32,77 32,42 32,54 32,47 32,16 32,50 32,44 32,57 31,98 32,44 32,65
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI RIAU
DATA KLIMATOLOGI
Temperatur Maksimum
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
35
Tabel 3.2. Tabel Temperatur Minimum Stasiun I
Data : Temperatur Minimum
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 22,3 20,1 21,7 21,5 20,3 24,0 23,1 23,6 23,6 23,0 22,5 21,5
2006 22,6 21,9 23,6 23,9 20,6 21,3 22,6 21,5 22,5 22,6 21,9 20,4
2007 21,3 22,5 20,5 20,8 21,6 23,6 23,9 20,5 22,9 20,9 21,8 21,6
2008 23,9 22,1 23,6 23,8 20,5 20,5 20,8 21,6 21,3 20,1 22,7 20,4
2009 23,0 22,3 20,3 24,0 23,6 23,6 23,8 20,5 22,5 22,3 23,8 21,6
2010 21,9 22,5 20,9 26,1 24,3 21,5 23,6 22,9 23,9 21,8 20,1 20,5
2011 20,3 20,3 20,4 23,8 22,5 20,1 20,3 21,3 22,5 22,6 22,0 23,6
2012 25,1 20,0 20,2 20,6 21,3 21,5 23,6 22,9 23,9 21,8 20,1 22,9
2013 20,5 22,4 20,1 23,9 20,5 20,1 20,4 21,3 22,5 22,6 22,0 24,9
2014 23,6 20,5 23,4 24,1 22,0 22,0 20,9 22,5 22,4 23,9 21,9 23,6
Min 20,3 20,0 20,1 20,6 20,3 20,1 20,3 20,5 21,3 20,1 20,1 20,4
Max 25,1 22,5 23,6 26,1 24,3 24,0 23,9 23,6 23,9 23,9 23,8 24,9
Rata-rata 22,45 21,46 21,47 23,25 21,72 21,82 22,30 21,86 22,80 22,16 21,88 22,10
Temperatur Minimum
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
36
Tabel 3.3. Temperatur Udara Rata-Rata Tiap Bulan Stasiun I
Data : Perhitungan Temperatur Rata-rata
Bulan Temperatur Rata-rata
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Min 20,30 20,00 20,10 20,60 20,30 20,10 20,30 20,50 21,30 20,10 20,10 20,40
Max 33,20 33,70 33,20 34,10 34,00 33,50 33,60 33,80 33,60 33,10 34,10 34,00
Rerata 26,75 26,85 26,65 27,35 27,15 26,80 26,95 27,15 27,45 26,60 27,10 27,20
Temperature udara rata-rata tiap bulan (to
C)
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
t
o
C 26,75 26,85 26,65 27,35 27,15 26,80 26,95 27,15 27,45 26,60 27,10 27,20
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
37
Tabel 3.4. Tabel Temperatur Maksimum Stasiun II
Data : Temperatur Maksimum
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 31,3 33,6 32,1 33,6 32,5 31,3 32,4 31,8 32,3 32,7 32,4 33,3
2006 33,2 31,6 33,2 33,2 33,4 32,6 32,6 32,6 31,2 31,0 33,2 30,7
2007 32,9 32,7 32,9 33,9 33,6 33,1 33,0 33,1 33,0 32,1 34,1 33,6
2008 31,6 31,6 31,5 31,2 32,5 33,5 32,5 33,5 32,5 32,5 30,6 32,5
2009 31,2 33,1 30,1 31,6 31,6 30,8 33,6 30,8 31,2 31,2 32,1 33,1
2010 33,2 33,2 32,9 34,0 31,5 31,5 32,9 31,5 32,5 32,5 34,0 32,6
2011 32,4 32,9 32,2 32,5 32,6 33,4 31,2 33,4 33,1 33,1 32,5 34,0
2012 31,6 31,6 33,6 33,6 32,8 33,6 30,9 33,6 32,6 32,6 33,6 31,2
2013 32,7 30,3 34,0 31,9 32,0 33,3 32,1 33,3 30,5 30,9 31,8 32,8
2014 32,4 32,8 33,2 31,2 30,4 31,1 31,2 33,8 31,2 31,2 30,1 32,7
Min 31,2 30,3 30,1 31,2 30,4 30,8 30,9 30,8 30,5 30,9 30,1 30,7
Max 33,2 33,6 34,0 34,0 33,6 33,6 33,6 33,8 33,1 33,1 34,1 34,0
Rata-rata 32,25 32,34 32,57 32,67 32,29 32,42 32,24 32,74 32,01 31,98 32,44 32,65
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
Temperatur Maksimum
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
38
Tabel 3.5. Tabel Temperatur Manimum Stasiun II
Data : Temperatur Minimum
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 22,3 20,1 21,7 21,5 20,3 24,0 23,1 23,6 23,6 23,0 22,5 21,5
2006 22,3 20,1 21,9 22,6 20,3 24,0 22,6 21,5 22,5 22,6 21,9 20,4
2007 22,6 21,3 21,5 20,3 21,6 21,3 23,9 20,3 22,9 20,9 21,8 21,6
2008 21,3 21,5 21,6 20,1 21,9 23,6 20,1 21,6 21,3 20,1 22,7 20,4
2009 24,3 21,9 22,5 22,0 22,5 20,5 23,8 20,5 22,5 22,3 23,8 21,6
2010 20,3 23,0 23,1 21,9 22,1 23,6 24,0 23,6 23,9 21,8 20,1 20,5
2011 20,1 21,9 22,6 20,3 22,3 20,3 20,5 21,5 22,5 22,6 22,0 23,6
2012 21,3 21,5 20,3 21,6 22,5 20,9 23,6 22,9 23,9 21,8 20,1 22,9
2013 21,5 21,6 20,1 20,1 20,3 21,5 20,4 21,3 22,5 22,6 22,0 24,9
2014 23,6 20,5 23,4 24,1 22,0 22,0 20,9 22,5 22,4 23,9 21,9 23,6
Min 20,1 20,1 20,1 20,1 20,3 20,3 20,1 20,3 21,3 20,1 20,1 20,4
Max 24,3 23,0 23,4 24,1 22,5 24,0 24,0 23,6 23,9 23,9 23,8 24,9
Rata-rata 21,96 21,34 21,87 21,45 21,58 22,17 22,29 21,93 22,80 22,16 21,88 22,10
Temperatur Minimum
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
39
Tabel 3.6. Temperatur Udara Rata-Rata Tiap Bulan Stasiun II
Data : Perhitungan Temperatur Rata-rata
Bulan Temperatur Rata-rata
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Min 20,10 20,10 20,10 20,10 20,30 20,30 20,10 20,30 21,30 20,10 20,10 20,40
Max 33,20 33,60 34,00 34,00 33,60 33,60 33,60 33,80 33,10 33,10 34,10 34,00
Rerata 26,65 26,85 27,05 27,05 26,95 26,95 26,85 27,05 27,20 26,60 27,10 27,20
Tabel 3.1 Temperature udara rata-rata tiap bulan (to
C)
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
t
o
C 26,65 26,85 27,05 27,05 26,95 26,95 26,85 27,05 27,20 26,60 27,10 27,20
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
40
3.4. Penyinaran Matahari (n/N)
Data penyinaran matahari rata-rata bulanan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7. Penyinaran Matahari Rata-Rata Bulanan Stasiun I
Data : Rata-rata Penyinaran Matahari (%)
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 32,2 36,5 36,5 45,6 32,5 48,9 31,5 48,2 31,2 45,3 24,7 35,2
2006 45,6 41,3 45,2 45,2 30,9 36,7 30,9 36,7 30,0 48,6 26,8 43,2
2007 47,3 32,1 41,3 41,3 30,9 36,7 30,0 48,6 48,6 26,8 23,9 35,6
2008 43,0 39,0 39,5 40,6 42,3 29,8 31,9 26,5 26,5 23,9 26,7 43,2
2009 47,3 32,1 41,3 41,3 41,7 25,1 34,5 23,9 23,9 26,7 23,9 23,8
2010 43,0 39,0 39,5 40,6 42,3 29,8 31,9 26,5 26,5 23,9 26,7 23,8
2011 42,0 32,5 36,2 38,9 41,7 25,1 34,5 23,9 23,9 26,7 35,2 27,8
2012 42,0 32,5 36,2 38,9 46,3 26,9 32,7 24,8 24,8 35,2 35,2 29,3
2013 32,9 8,0 31,2 48,0 46,3 26,9 32,7 24,8 24,8 35,2 38,7 27,8
2014 25,9 40,6 36,9 26,5 30,0 26,4 42,9 40,0 40,2 42,3 31,6 29,3
Min 25,9 8,0 31,2 26,5 30,0 25,1 30,0 23,9 23,9 23,9 23,9 23,8
Max 47,3 41,3 45,2 48,0 46,3 48,9 42,9 48,6 48,6 48,6 38,7 43,2
Rata-rata 40,12 33,36 38,38 40,69 38,49 31,23 33,35 32,39 30,04 33,46 29,34 31,90
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
Rata-rata Penyinaran Matahari (% )
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
41
Tabel 3.8. Penyinaran Matahari Rata-Rata Bulanan Stasiun II
Data : Rata-rata Penyinaran Matahari (%)
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 32,2 36,5 36,5 45,6 32,5 48,9 31,5 48,2 31,2 45,3 24,7 35,2
2006 28,6 24,5 45,6 41,3 45,2 45,2 30,9 36,7 30,0 48,6 26,8 43,2
2007 41,2 35,9 47,3 32,1 41,3 41,3 42,3 29,8 31,9 26,5 23,9 35,6
2008 48,3 32,1 43,0 39,0 39,5 40,6 41,7 25,1 34,5 23,9 26,7 43,2
2009 41,2 35,9 47,3 32,1 41,3 41,3 42,3 29,8 31,9 26,5 23,9 23,8
2010 48,3 32,1 43,0 39,0 39,5 40,6 41,7 25,1 34,5 23,9 26,7 23,8
2011 36,6 36,0 42,0 32,5 36,2 38,9 46,3 26,9 32,7 24,8 35,2 27,8
2012 36,6 36,0 42,0 32,5 36,2 38,9 46,3 26,9 32,7 24,8 35,2 29,3
2013 32,9 8,0 31,2 48,0 46,3 26,9 32,7 24,8 24,8 35,2 38,7 27,8
2014 25,9 40,6 36,9 26,5 30,0 26,4 42,9 40,0 40,2 42,3 31,6 29,3
Min 25,9 8,0 31,2 26,5 30,0 26,4 30,9 24,8 24,8 23,9 23,9 23,8
Max 48,3 40,6 47,3 48,0 46,3 48,9 46,3 48,2 40,2 48,6 38,7 43,2
Rata-rata 37,18 31,76 41,48 36,86 38,80 38,90 39,86 31,33 32,44 32,18 29,34 31,90
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
Rata-rata Penyinaran Matahari (% )
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
42
3.5. Kelembaban Udara (RH)
Data kelembaban udara rata-rata bulanan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.9. Kelembaban Udara Maksimum Bulanan Stasiun I
Data : Kelembaban Maksimum
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 93 89 96 84 86 89 93 92 93 98 93 95
2006 98 94 86 92 82 87 89 95 89 97 91 92
2007 98 94 86 93 85 81 85 89 97 91 94 94
2008 97 93 89 97 86 80 82 85 94 94 97 86
2009 91 97 85 94 87 91 80 86 85 97 92 95
2010 90 98 81 97 86 80 82 87 86 92 97 86
2011 89 97 85 94 87 91 80 86 85 97 92 95
2012 86 98 81 88 81 94 87 87 86 92 85 82
2013 89 82 87 88 81 94 87 88 81 85 85 82
2014 86 82 87 89 93 96 85 87 80 87 86 95
Min 86 82 81 84 81 80 80 85 80 85 85 82
Max 98 98 96 97 93 96 93 95 97 98 97 95
Rata-rata 91,70 92,40 86,30 91,60 85,40 88,30 85,00 88,20 87,60 93,00 91,20 90,20
Kelembaban Maksimum
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
43
Tabel 3.10. Kelembaban Udara Minimum Bulanan Stasiun I
Data : Kelembaban Minimum
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 71 67 56 65 59 63 54 56 61 58 65 62
2006 52 65 59 63 54 56 65 60 56 54 56 63
2007 53 68 54 60 56 56 53 61 52 61 53 65
2008 67 70 62 56 50 52 50 52 52 61 53 65
2009 53 63 63 54 52 59 52 59 53 62 52 60
2010 67 70 62 56 50 52 50 52 52 61 53 65
2011 64 63 63 54 52 59 52 59 53 62 52 60
2012 64 56 56 58 58 58 58 58 58 54 50 52
2013 57 56 56 58 58 58 58 58 58 5 50 52
2014 64 59 59 59 53 57 53 57 54 62 60 53
Max 71 70 63 65 59 63 65 61 61 62 65 65
Min 52 56 54 54 50 52 50 52 52 5 50 52
Rata-rata 61,20 63,70 59,00 58,30 54,20 57,00 54,50 57,20 54,90 54,00 54,40 59,70
Kelembaban Minimum
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
44
Tabel 3.11. Kelembaban Rata-Rata Tiap Bulan Stasiun I
Perhitungan Kelembaban Relatif (%)
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
RH%
Min 52,00 53,00 52,00 56,00 54,00 54,00 50,00 52,00 50,00 5,00 50,00 52,00
Max 98,00 98,00 96,00 97,00 93,00 96,00 93,00 95,00 97,00 98,00 97,00 95,00
Rerata 75,00 75,50 74,00 76,50 73,50 75,00 71,50 73,50 73,50 51,50 73,50 73,50
Kelembaban Relatif (%)
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
45
Tabel 3.12. Kelembaban Udara Maksimum Bulanan Stasiun I
Data : Kelembaban Maksimum
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 93 89 96 84 86 89 93 92 93 98 93 95
2006 93 89 93 85 81 85 93 85 94 94 91 92
2007 97 85 96 87 80 82 97 86 85 97 94 94
2008 98 81 94 90 91 80 94 87 86 92 97 86
2009 97 85 96 87 80 82 97 86 85 97 92 95
2010 98 81 94 90 91 80 94 87 86 92 97 86
2011 82 87 90 94 94 87 88 81 85 85 92 95
2012 82 87 90 94 94 87 88 81 85 85 85 82
2013 89 82 87 88 81 94 87 88 81 85 85 82
2014 86 82 87 89 93 96 85 87 80 87 86 95
Min 82,0 81,0 87,0 84,0 80,0 80,0 85,0 81,0 80,0 85,0 85,0 82,0
Max 98,0 89,0 96,0 94,0 94,0 96,0 97,0 92,0 94,0 98,0 97,0 95,0
Rata-rata 91,50 84,80 92,30 88,80 87,10 86,20 91,60 86,00 86,00 91,20 91,20 90,20
Kelembaban Maksimum
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
46
Tabel 3.13. Kelembaban Udara Minimum Bulanan Stasiun II
Data : Kelembaban Minimum
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 71 67 56 65 59 63 54 56 61 58 65 62
2006 61 70 62 56 50 52 52 61 56 54 56 63
2007 60 63 61 70 62 56 50 52 52 61 53 65
2008 61 70 60 63 63 54 52 59 53 62 52 60
2009 60 63 61 70 62 56 50 52 52 61 53 65
2010 56 56 60 63 63 54 52 59 53 62 52 60
2011 56 56 56 56 56 58 58 58 58 54 50 52
2012 57 59 56 56 56 58 58 58 58 5 50 52
2013 57 68 57 59 59 59 53 57 54 62 60 53
2014 64 62 52 62 62 64 57 61 50 63 52 54
Max 56,0 56,0 52,0 56,0 50,0 52,0 50,0 52,0 50,0 5,0 50,0 52,0
Min 71,0 70,0 62,0 70,0 63,0 64,0 58,0 61,0 61,0 63,0 65,0 65,0
Rata-rata 60,30 63,40 58,10 62,00 59,20 57,40 53,60 57,30 54,70 54,20 54,30 58,60
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
Kelembaban Minimum
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
47
Tabel 3.14. Kelembaban Rata-Rata Tiap Bulan Stasiun II
Tabel 3.2 Perhitungan Kelembaban Relatif (%)
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
RH %
Min 71,00 70,00 62,00 70,00 63,00 64,00 58,00 61,00 61,00 63,00 65,00 65,00
Max 98,00 89,00 96,00 94,00 94,00 96,00 97,00 92,00 94,00 98,00 97,00 95,00
Rerata 84,50 79,50 79,00 82,00 78,50 80,00 77,50 76,50 77,50 80,50 81,00 80,00
Kelembaban Relatif (% )
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
48
3.6. Kecepatan Angin (U)
Data kecepatan angin rata-rata bulanan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.15. Kecepatan Angin Bulanan Stasiun I
Data : Rata-rata Kecepatan Angin (Km/Jam)
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 2,3 11,2 13,6 12,3 4,9 5,4 14,5 2,3 11,2 10,3 8,5 10,3
2006 8,2 10,3 14,5 9,5 11,2 6,7 13,5 3,2 10,3 12,4 6,1 9,5
2007 10,3 9,2 13,5 3,2 10,3 12,4 6,1 9,5 11,2 13,6 11,2 11,3
2008 8,2 10,3 10,2 4,6 10,2 13,6 11,2 8,5 13,2 12,4 6,1 9,5
2009 10,3 9,2 13,5 3,2 10,3 12,4 6,1 9,5 11,2 13,6 11,2 11,3
2010 10,6 8,0 10,2 4,6 10,2 13,6 11,2 8,5 13,2 9,5 10,3 8,6
2011 10,6 8,0 12,8 8,9 10,6 9,5 10,3 12,3 15,6 9,5 10,3 8,6
2012 11,0 12,3 12,8 8,9 10,6 9,5 10,3 12,3 15,6 8,9 5,2 6,5
2013 12,3 11,3 14,9 5,9 9,8 8,9 5,2 7,5 2,3 8,6 6,1 7,3
2014 15,9 2,3 9,8 7,5 2,3 8,6 6,1 10,2 2,6 9,7 3,0 10,9
Min 2,3 2,3 9,8 3,2 2,3 5,4 5,2 2,3 2,3 8,6 3,0 6,5
Max 15,9 12,3 14,9 12,3 11,2 13,6 14,5 12,3 15,6 13,6 11,2 11,3
Rata-rata 9,97 9,21 12,58 6,86 9,04 10,06 9,45 8,38 10,64 10,85 7,80 9,38
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam)
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
49
Tabel 3.16. Kecepatan Angin Bulanan Stasiun II
Data : Rata-rata Kecepatan Angin (Km/Jam)
Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2005 2,3 11,2 13,6 12,3 4,9 5,4 14,5 2,3 11,2 10,3 8,5 10,3
2006 8,2 10,3 14,5 9,5 11,2 6,7 13,2 12,0 10,2 4,6 10,2 9,5
2007 10,3 14,5 9,5 11,2 6,7 13,5 11,2 6,7 13,5 3,2 10,3 11,3
2008 9,2 12,7 8,5 13,2 12,0 10,2 13,2 12,0 10,2 4,6 10,2 9,5
2009 10,3 14,5 9,5 11,2 6,7 13,5 15,6 11,9 12,8 8,9 10,6 11,3
2010 9,2 12,7 8,5 13,2 12,0 10,2 15,6 11,9 12,8 8,9 10,6 8,6
2011 8,0 10,1 12,3 15,6 11,9 12,8 11,2 13,2 14,9 5,9 9,8 8,6
2012 8,0 10,1 12,3 15,6 11,9 12,8 9,8 14,7 9,8 7,5 2,3 6,5
2013 12,3 9,3 11,5 11,2 13,2 14,9 5,9 9,8 8,9 5,2 6,1 7,3
2014 15,9 2,3 9,8 7,5 2,3 8,6 6,1 10,2 2,6 9,7 3,0 10,9
Min 2,3 2,3 8,5 7,5 2,3 5,4 5,9 2,3 2,6 3,2 2,3 6,5
Max 15,9 14,5 14,5 15,6 13,2 14,9 15,6 14,7 14,9 10,3 10,6 11,3
Rata-rata 9,37 10,77 11,00 12,05 9,28 10,86 11,63 10,47 10,69 6,88 8,16 9,38
Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam)
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
DATA KLIMATOLOGI
(Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
50
3.7. Data Curah Hujan
Tabel 3.17. Data Curah Hujan Stasiun Metro
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
2005 53,40 29,30 60,20 180,20 88,00 80,30 36,70 52,30 26,70 48,50 81,50 42,60 779,70 180,20
2006 23,50 53,20 50,00 32,80 79,30 33,50 48,70 21,10 20,00 55,60 54,30 40,00 512,00 79,30
2007 27,00 28,70 78,40 24,10 54,90 29,70 28,20 14,50 30,60 27,20 26,20 20,70 390,20 78,40
2008 36,20 33,00 34,50 33,00 36,00 14,50 11,00 68,70 79,00 49,50 64,50 29,00 488,90 79,00
2009 48,00 60,30 40,00 35,40 42,00 28,00 35,00 32,00 24,00 44,00 39,00 58,00 485,70 60,30
2010 46,00 50,00 60,00 31,00 24,00 44,00 20,00 43,00 56,50 46,00 32,00 89,00 541,50 89,00
2011 37,00 12,00 60,00 13,50 34,00 70,00 50,00 36,00 50,00 38,00 85,00 51,00 536,50 85,00
2012 68,00 60,00 43,00 59,00 39,00 70,00 31,00 54,00 62,00 55,00 42,00 62,00 645,00 70,00
2013 36,00 22,00 91,00 69,00 60,00 10,00 33,00 34,00 26,00 45,00 48,00 41,00 515,00 91,00
2014 60,40 88,90 41,00 65,50 71,30 28,80 43,70 42,20 62,60 102,00 60,20 64,00 730,60 102,00
(Sumber Data Stasiun Metro 2014)
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
Tahun
Bulan dalam setahun Rh
Total (mm)
Rh
Max (mm)
51
Tabel 3.18. Data Curah Hujan Stasiun Damraman
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
2005 26,50 60,00 54,00 35,00 47,00 56,00 11,00 82,50 47,00 60,00 33,00 30,00 542,000 82,500
2006 45,00 39,00 90,00 34,00 51,00 37,00 118,00 37,00 25,00 44,50 42,00 31,50 594,000 118,000
2007 55,50 25,00 78,00 32,00 55,00 26,00 35,00 16,00 32,00 23,00 44,00 67,00 488,500 78,000
2008 44,00 48,00 54,00 35,00 24,00 15,00 19,50 44,00 23,00 39,50 91,00 35,00 472,000 91,000
2009 47,00 31,00 45,00 37,00 76,00 48,00 38,00 60,00 36,00 41,00 75,00 132,00 666,000 132,000
2010 57,00 71,00 82,00 80,00 83,00 55,00 28,00 27,00 53,00 88,00 63,00 104,00 791,000 104,000
2011 50,00 74,00 68,00 53,00 25,00 59,00 50,00 29,00 51,00 67,00 112,00 129,00 767,000 129,000
2012 10,00 60,30 50,00 35,40 79,30 33,50 48,70 29,50 24,00 55,60 54,30 58,00 538,600 79,300
2013 27,20 11,60 34,50 33,00 46,90 29,70 18,50 68,70 79,00 49,50 64,50 20,70 483,800 79,000
2014 22,10 35,00 28,00 35,00 32,50 18,00 16,00 24,50 5,00 16,00 35,00 23,00 290,100 35,000
(Sumber Data Stasiun Damraman 2014)
BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA
PROVINSI LAMPUNG
Tahun
Bulan dalam setahun Rh
Total (mm)
Rh
Max (mm)
52
3.8. Peta Topografi
Gambar 3.1 Peta Topografi Sungai Bunut Metro - Lampung
53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Hidrologi
4.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi
Seperti yang telah dijelaskan untuk menghitung Evapotranspirasi digunakan
rumus Penman modifikasi, yaitu :
Eto = C(W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed)
Hasil perhitungan besarnya evapotranspirasi potensial dapat dilihat pada tabel
berikut. Berikut ini adalah contoh perhitungan evapotranspirasi pada bulan
Januari.
Dengan data sbb :
Temperatur (t) = 26,70o
C
Kelembaban Udara (RH) = 79,75 %
Penyinaran Matarahi (n/N) = 36,85 %
Kecepatan Angin (U) = 9,10 km/jam = 218,40 km/hari
Tinggi Pengukuran (x) = 60 Mdpl
Penyelesaian :
Untuk temperatur (t) = 26,70o
C berdasarkan tabel 2.4. diperoleh harga ea, w, (1-
w), dan f(t) dengan cara interpolasi :
ea =
 
 
  070,3560,3370,35
2627
2670,26
60,33 


 m.bar
ed = ea x (RH/100)
= 35,070 x (79,75/100)
= 27,968 m.bar
Nilai (w) dicari berdasarkan tabel 2.3. dengan acuan terhadap nilai temperatur dan
nilai ketinggian suatu tempat dari muka air, perhitungan di dapatkan dengan cara
interpolasi sebanyak 3 kali.
a.
 
 
  761,075,076,0
0500
060
75,0 



54
b.
 
 
  771,078,077,0
0500
060
75,0 



c.
 
 
  764,0761,0771,0
2628
26650,26
761,0 



Sehingga didapat nilai (w) adalah = 0,764
(1-w) = (1-0,764)
= 0,236
Nilai Ra untuk bulan januari berdasarkan tabel 2.7. untuk koordinat 5o
6’ maka
nilai Ra adalah :
Konversi nilai 5o
6’ kedalam bentuk desimal stasiun 1
5o
6’ = 5o
+ (6 x 1/60)o
= 5o
+ 0,1o
= 5,1o
Konversi nilai 4o
30’ kedalam bentuk desimal stasiun II
4o
30’ = 4o
+ (30 x 1/60) o
= 4o
+ 0,5o
= 4,5o
Sehingga nilai yang dipakai adalah (5,1 + 4,5)/2 = 4,8o
Untuk nilai Ra menurut tabel 2.7. didapatkan dengan cara interpolasi
Ra =
 
 
  620,1550,1580,15
46
480,4
50,15 



Rs = (0,25 + 0,5 n/N) . Ra
= (0,25 + 0,5 . 36,85%) . 15,620
= 6,783 mm/hari
Untuk tanaman hijau r = 0,2 (dari tabel 2.2.)
Rns = (1-r) . Rs
= (1-0,2) . 6,783
= 5,426 mm/hari
f(ed) = 0,34 – 0,044 ed0,5
= 0,34 – 0,044 (27,698)0,5
= 0,107 mm/hari
f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N
= 0,1 + 0,9 . 36,85 %
= 0,432
55
T = to
C + 273K
= 26,70 + 273
= 299,70
f(t) = 1,99 x 10-9
(T4
)
= 1,99 x 10-9
(299,704
)
= 16,055 mm/hari
Rn1 = f(t) x f(ed) x f(n/N)
= 16,055 x 0,107 x 0,432
= 0,744 mm/hari
Rn = Rns – Rn1
= 5,426 – 0,744
= 4,683 mm/hari
U = 9,10 km/jam
U2 = (U x 1000) : 3600
= (9,10 x 1000) : 3600
= 2,528 m/dtk
f(U) = 0,27 (1 + U/100)
= 0,27 (1 + 218,4/100)
= 0,860
Nilai C berdasarkan 7 kali interpolasi dari tabel 2.6. adalah sebagai berikut :
Interpolasi untuk Rhmax = 60 %
a.
 
 
  997,098,01
03
0528,2
98,0 



b.
 
 
  101,105,111,1
03
0528,2
05,1 



c.
 
 
  096,1997,0101,1
69
6783,6
997,0 



56
Interpolasi untuk Rhmax = 90 %
a.
 
 
  094,106,110,1
03
0528,2
06,1 



b.
 
 
  243,110,127,1
03
0528,2
10,1 



c.
 
 
  133,1094,1243,1
69
6783,6
094,1 



Interpolasi untuk Rhmax = 75 %
a.
 
 
  096,1024,1133,1
6090
6075,79
024,1 



Sehingga nilai C adalah 1,095
Eto = C(W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed))
= 1,096 . ((0,765 . 4,683) + (0,235 . 0,860 . (35,070 – 27,968)))
= 5,497 mm/hari
Eto Rata-rata perbulan adalah
Eto x jumlah Hari (Masing-Masing dalam bulan)
Eto = 5,497 x 31
= 170,404 mm/bulan
Untuk bulan februari dan seterusnya perhitungan disajikan dalam tabel 4.1.
sebagai berikut :
57
Tabel 4.1 Perhitungan Evapotranspirasi Dengan Metode Penmann Modifikasi
No Uraian Simbol Sumber Satuan Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Agust. Sep. Okt. Nop. Des.
Data Meteorologi
1 Temperatur Rata-rata T data c 26,700 26,850 26,850 27,200 27,050 26,875 26,900 27,100 27,325 26,600 27,100 27,200
2 Kelembaban Udara rata-rata RHrata-rata data % 79,750 77,500 76,500 79,250 76,000 77,500 74,500 75,000 75,500 66,000 77,250 76,750
3 Kecepatan Angin pada elv 2m U data km/jam 9,100 7,850 11,925 9,650 7,250 9,825 10,300 7,900 8,850 8,925 6,775 8,900
4 Kecepatan Angin pada elv 2m U data m/dt 2,528 2,181 3,313 2,681 2,014 2,729 2,861 2,194 2,458 2,479 1,882 2,472
5 Kecepatan Angin pada elv 2m U2 data km/hari 218,400 188,400 286,200 231,600 174,000 235,800 247,200 189,600 212,400 214,200 162,600 213,600
6 Penyinaran Matahari n/N data % 36,850 24,475 38,725 37,250 38,150 37,325 37,525 36,375 34,375 36,250 31,300 33,500
Perhitungan Evapotranspirasi
1 Tekanan uap jenuh ea tabel m bar 35,070 35,385 35,385 36,120 35,805 35,438 35,490 35,910 36,383 34,860 35,910 36,120
2 ed=ea.RH ed hitung m bar 27,968 27,423 27,070 28,625 27,212 27,464 26,440 26,933 27,469 23,008 27,740 27,722
3 (ea-ed) ea-ed hitung m bar 7,102 7,962 8,315 7,495 8,593 7,973 9,050 8,978 8,914 11,852 8,170 8,398
4
Fungsi kecepatan angin =
0,27(1+(U2/100))
f(U) hitung m/dt 0,860 0,779 1,043 0,895 0,740 0,907 0,937 0,782 0,843 0,848 0,709 0,847
5 Radiasi extra terresterial (tabel) Ra tabel mm/hari 15,620 15,880 15,600 14,820 13,640 13,040 13,280 14,180 15,060 15,640 15,620 15,520
6
Radiasi sinar matahari =
(0,25+0,50*n/N)*Ra
Rs hitung mm/hari 6,783 6,069 7,162 6,686 6,220 5,888 6,011 6,330 6,561 6,972 6,545 6,688
7 Fungsi temperatur (T) f(T) tabel mm/hari 16,055 16,087 16,087 16,162 16,130 16,092 16,098 16,141 16,189 16,033 16,141 16,162
8 f(ed) = 0,34-0,044*ed^0,5 f(ed) hitung mm/hari 0,107 0,110 0,111 0,105 0,110 0,109 0,114 0,112 0,109 0,129 0,108 0,108
9 f(n/N) = 0,1+0,9*n/N f(n/N) hitung mm/hari 0,432 0,320 0,449 0,435 0,443 0,436 0,438 0,427 0,409 0,426 0,382 0,402
10 Faktor Albedo r tabel 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200
11 Radiasi gel.pendek netto = (1-r)*Rs Rns hitung mm/hari 5,426 4,855 5,730 5,349 4,976 4,711 4,809 5,064 5,248 5,577 5,236 5,350
12
Radiasi gel.panjang =
f(T)*f(ed)*f(n/N)
Rnl hitung mm/hari 0,744 0,565 0,801 0,736 0,790 0,768 0,802 0,770 0,725 0,881 0,667 0,703
13 Radiasi netto Rn = (Rns-Rnl) Rn hitung mm/hari 4,683 4,290 4,928 4,613 4,186 3,943 4,007 4,294 4,523 4,696 4,569 4,647
14 Faktor bobot (suhu dan elevasi) W tabel 0,765 0,765 0,765 0,767 0,766 0,766 0,766 0,767 0,768 0,764 0,767 0,767
15 (1-w ) 1-W tabel 0,235 0,235 0,235 0,233 0,234 0,234 0,234 0,233 0,232 0,236 0,233 0,233
16 c(faktor kondisi musim) c tabel 1,096 1,054 1,111 1,084 1,055 1,053 1,058 1,062 1,075 1,105 1,067 1,081
17
Eto = c*((W*Rn)+((1-W)*fu*(ea-
ed)))
Eto hitung mm/hari 5,497 4,996 6,448 5,529 4,953 4,964 5,351 5,236 5,612 6,585 5,178 5,644
18 Evapotranspirasi rata-rata perbulan Eto hitung mm/bulan 170,404 154,878 199,881 171,401 153,544 153,899 165,866 162,304 173,973 204,149 160,510 174,965
19 Eto rata-rata persetengah bulan Eto/2 hitung mm/0,5 85,202 77,439 99,940 85,700 76,772 76,950 82,933 81,152 86,987 102,074 80,255 87,483
58
4.2. Perhitungan Curah Hujan Efektif Pada Tanaman
Perhitungan curah hujan efektif ini diambil dari harga curah hujan bulanan
dari stasiun pencatat hujan yakni BMKG Stasiun Metro dan Stasiun Dmraman
Lampung. Data yang digunakan adalah data hujan selama 10 tahun dari tahun
2005 – 2014.
Langkah perhitungan nya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan tahun dasar perencanaan dari curah hujan diurutkan
dari nilai terkecil sampai nilai yang terbesar. Berikut tabel urutan rangking
jumlah curah hujan bulan Januari.
Tabel 4.2. Rangking Jumlah Curah Hujan Bulanan Pada Bulan Januari
No Tahun Januari
1 2013 36,00
2 2008 44,00
3 2006 45,00
4 2009 48,00
5 2011 50,00
6 2005 53,40
7 2007 55,50
8 2010 57,00
9 2014 60,40
10 2012 68,00
2. Berdasarkan metode R80 dan R50 yang telah dijelaskan sebelum nya, maka :
a. Tanaman Padi, (R80) = 1
5
n

= 1
5
10
 = 3
Jadi data yang dipergunakan untuk perhitungan hujan efektif tanaman padi adalah
tahun urutan ke 3 dari tabel 4.2. yakni tahun 2006.
b. Tanaman Palawija, (R50) = 1
2
n

= 1
2
10
 = 6
Jadi data yang dipergunakan untuk perhitungan hujan efektif tanaman palawija
adalah tahun urutan ke 6 dari tabel 4.2. yakni tahun 2015.
59
3. Perhitungan curah hujan efektif tanaman padi pada bulan Januari 2006
adalah sebagai berikut :
a) 15 harian I :
R80 = 9+3,3+17+0,8+0,6+10
= 40,60 mm/hari
Re = 1/15 x 70% x R80
= 1/15 x 70% x 40,60
= 1,895 mm/hari
b) 15 harian II :
R80 = 11,8+6,3+23,3+6,9+1+9+13,5
= 71,60 mm/hari
Re = 1/15 x 70% x R80
= 1/15 x 70% x 71,60
= 3,341 mm/hari
4. Perhitungan curah hujan efektif tanaman palawija pada bulan januari 2005
adalah sebagai berikut :
a) 15 harian I :
R50 = 0,4+0,3+7+4,9+3,5+2,1+7,5+13,3
= 38,80 mm/hari
Re = 1/15 x 70% x R50
= 1/15 x 70% x 38,80
=1,811 mm/hari
b) 15 harian II :
R50 = 7+26,7+2+10,3+12,5+2+0,9+2,3
= 63,60 mm/hari
Re = 1/15 x 70% x R50
= 1/15 x 70% x 63,60
= 2,968 mm/hari
Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk table 4.3. berikut :
60
Tabel 4.3 Data Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) Tahun 2005 – 2014
No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 2005 112,20 60,00 60,20 180,20 88,00 80,30 36,70 82,50 47,00 60,00 81,50 42,60
2 2006 102,40 53,20 90,00 34,00 79,30 37,00 118,00 180,05 25,00 128,60 54,30 40,00
3 2007 55,50 28,70 78,40 32,00 239,45 81,70 35,00 16,00 32,00 27,20 44,00 67,00
4 2008 44,00 128,65 54,00 136,60 36,00 15,00 19,50 68,70 79,00 213,50 91,00 35,00
5 2009 48,00 73,95 45,00 37,00 118,00 90,90 105,75 60,00 129,00 44,00 75,00 132,00
6 2010 57,00 71,00 82,00 80,00 83,00 55,00 28,00 43,00 186,00 88,00 63,00 104,00
7 2011 50,00 74,00 233,00 53,00 34,00 70,00 50,00 36,00 51,00 67,00 112,00 129,00
8 2012 68,00 60,30 194,75 196,70 79,30 70,00 48,70 155,95 62,00 55,60 226,80 62,00
9 2013 36,00 22,00 91,00 69,00 60,00 33,00 111,75 68,70 79,00 49,50 210,35 115,56
10 2014 60,40 88,90 41,00 65,50 71,30 28,80 43,70 42,20 62,60 102,00 60,20 154,30
633,50 660,70 969,35 884,00 888,35 561,70 597,10 753,10 752,60 835,40 1018,15 881,46
63,35 66,07 96,94 88,40 88,84 56,17 59,71 75,31 75,26 83,54 101,82 88,15
Jumlah
Rata-Rata
Sumber : Analisis Perhitungan 2015
61
Rangking Data Curah Hujan Per Bulannya Dari 10 Tahun Pengamatan
Tabel 4.4. Bulan Januari Tabel 4.5. Bulan Februari
No Tahun Januari
1 2013 36,00
2 2008 44,00
3 2006 45,00
4 2009 48,00
5 2011 50,00
6 2005 53,40
7 2007 55,50
8 2010 57,00
9 2014 60,40
10 2012 68,00
No Tahun Februari
1 2013 22,00
2 2007 28,70
3 2008 48,00
4 2006 53,20
5 2005 60,00
6 2009 60,30
7 2012 60,30
8 2010 71,00
9 2011 74,00
10 2014 88,90
Tabel 4.6. Bulan Maret Tabel 4.7. Bulan April
No Tahun Maret
1 2014 41,00
2 2009 45,00
3 2012 50,00
4 2008 54,00
5 2005 60,20
6 2011 68,00
7 2007 78,40
8 2010 82,00
9 2006 90,00
10 2013 91,00
No Tahun April
1 2007 32,00
2 2006 34,00
3 2008 35,00
4 2009 37,00
5 2011 53,00
6 2012 59,00
7 2014 65,50
8 2013 69,00
9 2010 80,00
10 2005 180,20
Tabel 4.8. Bulan Mei Tabel 4.9. Bulan Juni
No Tahun Mei
1 2011 34,00
2 2008 36,00
3 2007 55,00
4 2013 60,00
5 2014 71,30
6 2009 76,00
7 2012 79,30
8 2006 79,30
9 2010 83,00
10 2005 88,00
No Tahun Juni
1 2008 15,00
2 2014 28,80
3 2007 29,70
4 2013 33,00
5 2006 37,00
6 2009 48,00
7 2010 55,00
8 2011 70,00
9 2012 70,00
10 2005 80,30
62
Tabel 4.10. Bulan Juli Tabel 4.11. Bulan Agustus
No Tahun Juli
1 2008 19,50
2 2010 28,00
3 2013 33,00
4 2007 35,00
5 2005 36,70
6 2009 38,00
7 2014 43,70
8 2012 48,70
9 2011 50,00
10 2006 118,00
No Tahun Agustus
1 2007 16,00
2 2011 36,00
3 2006 37,00
4 2014 42,20
5 2010 43,00
6 2012 54,00
7 2009 60,00
8 2008 68,70
9 2013 68,70
10 2005 82,50
Tabel 4.12. Bulan September Tabel 4.13. Bulan Oktober
No Tahun September
1 2006 25,00
2 2007 32,00
3 2009 36,00
4 2005 47,00
5 2011 51,00
6 2010 56,50
7 2012 62,00
8 2014 62,60
9 2008 79,00
10 2013 79,00
No Tahun Oktober
1 2007 27,20
2 2009 44,00
3 2008 49,50
4 2013 49,50
5 2012 55,60
6 2006 55,60
7 2005 60,00
8 2011 67,00
9 2010 88,00
10 2014 102,00
Tabel 4.14. Bulan Nopember Tabel 4.15. Bulan Desember
No Tahun Nopember
1 2007 44,00
2 2006 54,30
3 2012 54,30
4 2014 60,20
5 2010 63,00
6 2013 64,50
7 2009 75,00
8 2005 81,50
9 2008 91,00
10 2011 112,00
No Tahun Desember
1 2008 35,00
2 2006 40,00
3 2013 41,00
4 2005 42,60
5 2012 62,00
6 2014 64,00
7 2007 67,00
8 2010 104,00
9 2011 129,00
10 2009 132,00
Ket :
Urutan ke-3 adalah R80 ( Untuk Padi )
Urutan ke-6 adalah R50 ( Untuk Palawija )
63
Tabel 4.16. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Padi Periode 15 Hari I
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2006 2008 2012 2008 2007 2007 2013 2006 2009 2008 2012 2013
1 - - - 7,0 7,3 - 6,5 4,7 5,0 - 17,5 1,2
2 9,0 - - - - - - - - 4,6 20,0 15,1
3 - - 7,0 - - - - - 4,5 1,0 10,0 -
4 - - 3,1 8,6 - 7,5 1,0 - - - 2,5 4,0
5 - - - 4,8 5,5 - 9,3 - - - 3,2 7,6
6 - 8,5 4,1 - 37,6 - 3,5 - 10,5 2,6 2,0 3,6
7 3,3 3,6 12,2 6,4 14,6 14,9 16,5 - 11,5 19,8 21,0 25,6
8 - 16,5 - - 2,1 - - 0,7 2,0 9,7 4,4 22,9
9 - 4,2 15,2 11,7 1,8 6,0 15,6 - 18,0 5,7 - -
10 17,0 - - 3,5 20,5 - - 5,0 - - 1,5 -
11 0,8 15,5 - - 11,5 - - - - 7,3 7,0 5,0
12 - 11,5 14,5 4,5 23,5 - - 17,0 - 14,5 2,8 4,2
13 0,6 2,6 26,5 - 5,6 - 9,8 5,0 16,0 3,1 11,5 -
14 - 2,5 3,5 7,0 1,1 - 8,7 0,6 - 12,3 - 19,5
15 10,0 - 7,3 - 10,9 13,0 3,5 4,0 6,5 1,0 4,5 1,6
Jumlah 40,6 64,8 93,4 53,5 141,8 41,3 74,3 37,0 74,0 81,4 107,8 110,1
Re 1,89 3,02 4,36 2,49 6,62 1,93 3,47 1,72 3,45 3,80 5,03 5,14
Tanggal
Sumber : Analisis Perhitungan 2015
64
Tabel 4.17. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Padi Periode 15 Hari II
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2006 2008 2012 2008 2007 2007 2013 2006 2009 2008 2012 2013
16 - 5,8 - 5,0 12,0 12,0 9,5 - - 23,0 - -
17 11,8 - - 16,5 1,8 1,8 - 9,3 0,5 20,5 30,9 0,6
18 6,3 - 1,5 - 1,5 1,5 - - - - 24,0 9,2
19 23,3 1,3 5,6 - - - 12,0 18,5 - 15,0 - 8,6
20 6,9 - - 12,8 3,5 3,5 - - 1,5 2,0 10,5 2,0
21 - 24,0 7,5 5,3 - - - - 2,0 5,8 - -
22 - 6,0 - 0,8 - - - 16,5 4,5 10,3 7,0 9,7
23 1,0 19,3 - 17,5 3,3 3,3 6,5 - 12,0 5,8 11,5 7,0
24 9,0 - 4,9 1,2 7,6 7,6 - - - - - 3,3
25 13,5 3,5 21,5 9,0 - - 8,5 - 5,5 6,6 10,9 -
26 - - 30,0 - 3,6 3,6 - 4,8 7,5 9,8 - 1,8
27 - 2,8 0,5 7,0 - - - 1,3 - 4,9 4,9 5,0
28 - 1,3 - 4,0 - - - 20,6 21,5 - 12,0 18,5
29 - - 11,0 4,3 - - - - - 24,8 0,9 20,5
30 - - 4,0 - 7,2 7,2 - 9,5 - 3,3 6,5 12,0
31 - - 15,0 - - - 1,0 - - 0,7 - 20,0
Jumlah 71,6 63,9 101,4 83,2 40,4 40,4 37,5 80,4 55,0 132,2 119,1 118,0
Re 3,34 2,98 4,73 3,88 1,89 1,89 1,75 3,75 2,57 6,17 5,56 5,51
Tanggal
Sumber : Analisis Perhitungan 2015
65
Tabel 4.18. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Palawija Periode 15 Hari I
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2005 2009 2011 2012 2009 2009 2009 2012 2010 2006 2013 2014
1 - - 5,8 0,8 20,5 - - 16,0 26,5 11,0 18,2 -
2 - - 8,5 16,0 - - - - - - 13,1 -
3 0,4 - - 2,0 - - - - 4,5 - 3,5 1,3
4 - - 34,0 - - 10,2 - 19,5 - - 12,1 11,9
5 0,3 - 6,5 - - 1,0 - 10,0 28,3 11,3 4,9 11,5
6 7,0 0,8 10,0 14,5 - - - 3,5 - - - 2,3
7 - 2,5 3,0 - 0,5 - - - 21,5 5,5 24,0 7,7
8 4,9 3,5 - 13,5 - - - - 3,0 27,8 - 11,3
9 - - - 39,9 6,0 - - - - - - 0,9
10 3,5 - - 7,5 - - 10,0 3,8 - - 3,8 -
11 - - - 2,3 - - - 14,8 - 9,8 13,3 -
12 2,1 - - 29,5 - 4,5 - 14,5 - - - -
13 - - 13,5 - - 4,5 13,0 - - - - 0,7
14 7,5 - - 17,7 - - - - - - - 9,3
15 13,3 2,8 47,5 - - - - 11,0 6,0 3,9 4,7 11,0
Jumlah 38,8 9,6 128,8 143,7 27,0 20,2 23,0 93,0 89,8 69,2 97,4 67,6
Re 1,81 0,45 6,01 6,70 1,26 0,94 1,07 4,34 4,19 3,23 4,54 3,15
Tanggal
Sumber : Analisis Perhitungan 2015
66
Tabel 4.19. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Palawija Periode 15 Hari II
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2005 2009 2011 2012 2009 2009 2009 2012 2010 2006 2013 2014
16 - 2,5 8,0 7,0 - 0,5 - 27,0 2,5 3,4 2,4 7,5
17 - - 11,5 1,5 - - - 4,7 - - - -
18 7,0 - - - - - - - 9,0 22,3 - 4,6
19 - 7,0 - 2,0 - - 12,3 - 1,5 - - -
20 26,7 1,0 16,0 1,2 - 33,0 9,5 - - 14,0 8,0 7,0
21 2,0 - 18,5 12,0 - - 1,0 - 23,5 6,3 32,3 32,0
22 - - - - - - 7,5 - 2,0 - - 4,0
23 10,3 36,7 28,0 1,5 6,5 - 4,0 - 13,8 - 12,4 -
24 12,5 - - - 10,5 - 1,5 0,7 25,0 - 3,2 2,6
25 2,0 - - 0,3 10,5 - - - - 3,0 35,8 7,0
26 - - - 2,7 25,5 - 7,5 5,0 10,5 3,1 2,4 14,2
27 - 1,8 9,5 15,7 - 2,8 - 17,0 - - 6,5 0,9
28 0,9 15,5 - 6,9 38,0 14,0 36,5 - - 7,0 - 7,1
29 2,3 - 6,5 - - 5,5 - 5,0 8,5 - 10,2 -
30 - - 6,3 1,3 - 15,0 3,0 1,6 - - - -
31 - - - 1,2 - - - 2,0 - 0,5 - -
Jumlah 63,6 64,4 104,3 53,1 91,0 70,8 82,8 63,0 96,3 59,4 113,0 86,7
Re 2,97 3,01 4,87 2,48 4,25 3,30 3,86 2,94 4,49 2,77 5,27 4,05
Tanggal
Sumber : Analisis Perhitungan 2015
67
Tabel 4.20. Perhitungan Curah Hujan Efektif Tanaman Padi Setiap Bulannya
R80 Re Re
(mm / 15 hari) (mm / 15 hari) (mm / hari)
1 2 3 4 5
I 40,600 1,895 0,126
II 71,600 3,341 0,223
I 64,750 3,022 0,201
II 63,900 2,982 0,199
I 93,350 4,356 0,290
II 101,400 4,732 0,315
I 53,450 2,494 0,166
II 83,150 3,880 0,259
I 141,800 6,617 0,441
II 27,000 1,260 0,084
I 41,300 1,927 0,128
II 40,400 1,885 0,126
I 74,250 3,465 0,231
II 37,500 1,750 0,117
I 36,950 1,724 0,115
II 80,350 3,750 0,250
I 74,000 3,453 0,230
II 55,000 2,567 0,171
I 81,350 3,796 0,253
II 132,150 6,167 0,411
I 107,750 5,028 0,335
II 119,050 5,556 0,370
I 110,050 5,136 0,342
II 118,000 5,507 0,367
5 Mei
2 Februari
3 Maret
4 April
No
Bulan 15 Harian
1 Januari
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
12 Desember
9 September
10 Oktober
11 Nopember
Sumber : Analisis Perhitungan 2015
Keterangan :
: Bulan yang ditinjau
: 15 harian I dan II
: R80
: Hujan efektif 15 harian
68
Tabel 4.21. Perhitungan Curah Hujan Efektif Tanaman Palawija Setiap Bulannya
R80 Re Re
(mm / 15 hari) (mm / 15 hari) (mm / hari)
1 2 3 4 5
I 38,800 1,811 0,121
II 63,600 2,968 0,198
I 9,550 0,446 0,030
II 64,400 3,005 0,200
I 128,750 6,008 0,401
II 104,250 4,865 0,324
I 143,650 6,704 0,447
II 53,050 2,476 0,165
I 27,000 1,260 0,084
II 91,000 4,247 0,283
I 20,150 0,940 0,063
II 70,750 3,302 0,220
I 23,000 1,073 0,072
II 82,750 3,862 0,257
I 93,000 4,340 0,289
II 62,950 2,938 0,196
I 89,750 4,188 0,279
II 96,250 4,492 0,299
I 69,200 3,229 0,215
II 59,400 2,772 0,185
I 97,350 4,543 0,303
II 113,000 5,273 0,352
I 67,600 3,155 0,210
II 86,700 4,046 0,270
10 Oktober
11 Nopember
12 Desember
7 Juli
8 Agustus
9 September
4 April
5 Mei
6 Juni
1 Januari
2 Februari
3 Maret
No
Bulan 15 Harian
Sumber : Analisis Perhitungan 2015
Keterangan :
: Bulan yang ditinjau
: 15 harian I dan II
: R50
: Hujan efektif 15 harian
69
4.3. Perhitungan Debit Andalan
Adapun perhitungan besarnya dari pada debit andalan ini dilakukan dengan
menggunakan data curah hujan, contoh perhitungan debit andalan untuk bulan
Januari adalah sebagai berikut :
Data :
k = 0,278 (Ketentuan)
C = 0,800 (Ketentuan)
I = 45 mm/bulan (Dari data R80 Setiap Bulannya)
A = 2826 ha (28,27 km2
)
Q = k x C x I x A
= 0,278 x 0,08 x 45 x 28,27
= 282,91 m3
/dtk
Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 4.22. Perhitungan Debit Andalan
Q = K x C x I x A
(m
3
/dt )
1 Januari 0,278 0,80 45,00 28,27 282,91
2 Februari 0,278 0,80 48,00 28,27 301,77
3 Maret 0,278 0,80 50,00 28,27 314,34
4 April 0,278 0,80 35,00 28,27 220,04
5 Mei 0,278 0,80 55,00 28,27 345,78
6 Juni 0,278 0,80 29,70 28,27 186,72
7 Juli 0,278 0,80 33,00 28,27 207,47
8 Agustus 0,278 0,80 37,00 28,27 232,61
9 September 0,278 0,80 36,00 28,27 226,33
10 Oktober 0,278 0,80 49,50 28,27 311,20
11 November 0,278 0,80 54,30 28,27 341,37
12 Desember 0,278 0,80 41,00 28,27 257,76
A ( km
2
)NO BULAN K C I ( mm / hari )
Sumber : Analisis Perhitungan Debit Andalan 2015
Keterangan :
: Bulan yang ditinjau
: 15 harian I dan II
: R80
: Hujan efektif 15 harian
: Hujan Efektif Harian
70
4.4. Perhitungan Kebutuhan Air
Adapun perhitungan kebutuhan air dengan pola tanam padi-padi-palawija
adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan air penyiapan lahan untuk tanaman padi adalah 30 hari
(Bulan September Periode I)
Eto = 5,612 mm/hari
Re = 0,295 mm/hari
T = 30 Hari
S = 300 mm (Dari Tabel)
M = (Eto x 1,1) + P
= (5,612 x 1,1) + 2
= 8,173 mm/hari
k =
S
T
.M
= 8,173 .
300
30
= 0,817
Harga IR ini juga dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
IR = M.ek
/ (ek
– 1)
= 





 )1(
.173,8
817,0
817,0
e
e
= 14,637 mm/bulan
Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut :
NFR = IR – Re
= 14,637 – 0,295
= 14,343 mm/hari
Perhitungan kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan pada masa penyiapan lahan
adalah sebagai berikut :
Luas daerah irigasi = 2826 ha
Bulan September periode I
DR =
)(8,64
NFR
=
)(8,64
14,343
= 1,660 l/dt/ha
Maka kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan untuk area seluas 2826 ha
perbulan nya adalah sebagai berikut :
= 1,660 x 2826 ha = 4692,572 lt/detik
71
2) Kebutuhan air masa tanam untuk tanaman padi (Bulan oktober Periode I)
Eto = 6,585 mm/hari
Re = 0,351 mm/hari
Etc = Eto x Kc
= 6,585 x 1,10
= 7,244 mm/hari
WLR = 1,65
Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut :
NFR = Etc + P + WLR – Re
= 7,244 + 2 + 1,65 – 0,351
= 10,543 mm/hari
Perhitungan kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan pada masa penyiapan lahan
adalah sebagai berikut :
Luas daerah irigasi = 2826 ha
Bulan September periode I
DR =
)(8,64
NFR
=
)(8,64
10,543
= 1,220 l/dt/ha
Maka kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan untuk area seluas 2826 ha
perbulan nya adalah sebagai berikut :
= 1,220 x 2826 ha = 3449,435 lt/detik
Untuk hasil perhitungan kebutuhan air selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
72
Tabel 4.23. Data Curah Hujan Efektif Periode 15 Hari I (Distribusi Gumbel)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
1 2005 38,80 91,85 22,15 130,55 144,00 171,55 35,20 162,00 53,85 129,95 133,55 68,20
2 2006 40,60 80,15 140,40 77,05 88,00 47,65 115,10 36,95 43,35 69,20 70,70 71,50
3 2007 136,35 32,30 32,80 98,80 141,80 41,30 30,25 35,80 86,95 53,30 81,05 58,75
4 2008 88,55 64,75 51,10 53,45 61,00 38,55 25,00 54,20 63,95 81,35 73,35 66,90
5 2009 118,25 9,55 54,50 57,85 27,00 20,15 23,00 72,50 74,00 106,75 112,25 90,75
6 2010 95,75 105,50 100,00 165,75 129,50 42,75 37,50 71,00 89,75 59,25 133,00 205,00
7 2011 77,00 53,50 128,75 70,75 53,50 36,50 32,00 37,00 87,40 67,50 136,75 113,75
8 2012 26,50 81,90 93,35 143,65 79,50 30,75 71,50 93,00 70,50 56,35 107,75 190,90
9 2013 67,50 8,65 122,05 79,30 133,30 26,80 74,25 35,85 97,80 126,45 97,35 110,05
10 2014 78,20 58,05 77,35 90,90 82,45 27,80 30,15 61,70 20,35 75,05 79,30 67,60
11 Rata-rata (Xrerata) 76,750 58,620 82,245 96,805 94,005 48,380 47,395 66,000 68,790 82,515 102,505 104,340
12 ∑(Xi-Xrerata)
2
11134,465 9969,191 15387,692 12898,137 15187,482 17487,951 8057,837 13675,945 5227,344 7306,905 6075,867 25145,504
13 n-1 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
14 Sdeviasi 35,173 33,282 41,349 37,857 41,079 44,081 29,922 38,981 24,100 28,493 25,983 52,858
15 Sn 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950
16 Yn 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495
17 Yt 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205
18 K 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801
19 R10 tahunan 113,724 93,703 125,395 136,462 136,885 94,261 79,118 106,782 94,691 112,809 130,288 158,999
20 Re padi(mm/15hari) 5,307 4,373 5,852 6,368 6,388 4,399 3,692 4,983 4,419 5,264 6,080 7,420
21 Re padi(mm/hari) 0,354 0,292 0,390 0,425 0,426 0,293 0,246 0,332 0,295 0,351 0,405 0,495
No Tahun
Bulan
Sumber : Analisis Perhitunga 2015
73
Tabel 4.24. Data Curah Hujan Efektif Periode 15 Hari II (Distribusi Gumbel)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
1 2005 63,60 48,65 186,80 182,10 12,95 34,20 20,80 94,75 87,70 25,45 39,45 40,10
2 2006 71,60 42,05 67,70 55,25 77,60 30,30 5,00 80,35 35,50 59,40 99,60 99,40
3 2007 44,25 63,75 177,70 93,35 97,65 40,40 111,55 29,35 74,20 93,65 59,55 105,50
4 2008 118,40 63,90 97,15 83,15 53,25 22,45 28,50 125,85 93,70 132,15 133,40 55,60
5 2009 58,50 64,40 146,35 77,90 91,00 70,75 82,75 42,50 55,00 61,35 158,25 311,90
6 2010 114,00 83,00 118,50 149,00 10,00 63,00 48,50 80,00 96,25 193,00 125,75 106,00
7 2011 126,00 22,00 104,25 70,25 67,00 78,00 163,00 34,00 116,00 118,50 178,70 134,25
8 2012 101,35 83,40 101,40 53,05 69,50 153,90 50,60 62,95 122,85 116,70 119,05 92,75
9 2013 49,70 34,15 57,65 81,15 78,25 8,70 37,50 119,80 125,10 148,25 113,00 118,00
10 2014 67,10 81,20 117,75 175,95 67,00 52,15 51,00 51,50 60,55 72,25 61,65 86,70
11 Rata-rata (Xrerata) 81,450 58,650 117,525 102,115 62,420 55,385 59,920 72,105 86,685 102,070 108,840 115,020
12 ∑(Xi-Xrerata)
2
8345,690 4119,655 16170,866 21128,885 7910,296 15087,995 20145,651 10471,262 8247,475 22099,246 17889,209 49998,101
13 n-1 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00
14 Sdeviasi 30,452 21,395 42,388 48,453 29,647 40,944 47,312 34,110 30,272 49,553 44,584 74,534
15 Sn 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950
16 Yn 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495
17 Yt 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205
18 K 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801
19 R10 tahunan 113,702 81,846 161,714 152,368 93,867 98,130 109,033 108,016 118,758 153,423 155,224 191,355
20 Re padi (mm/15hari) 5,306 3,819 7,547 7,111 4,380 4,579 5,088 5,041 5,542 7,160 7,244 8,930
21 Re padi (mm/hari) 0,354 0,255 0,503 0,474 0,292 0,305 0,339 0,336 0,369 0,477 0,483 0,595
No Tahun
Bulan
Besarnya nilai Re dalam 30 Hari (1 Bulan)
No Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
1 Nilai Re ( 30 hari ) 10,613 8,192 13,398 13,479 10,768 8,978 8,780 10,024 9,961 12,424 13,324 16,350
Sumber : Analisis Perhitungan 2015
74
Tabel 4.25. Perhitungan Kebutuhan Air di Sawah
ET0 P Re WLR ETc IR NFR DR
Kebutuhan Air di
Sawah
mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari l/dt.ha lt/dt
Sept 1 5,612 2 0,295 LP LP LP 6,173 8,173 0,817 0,000 14,637 14,343 1,660 4692,572
2 5,612 2 0,369 1,10 LP LP 6,173 8,173 0,817 0,000 14,637 14,268 1,651 4668,075
Okt 1 6,585 2 0,351 1,65 1,10 1,10 1,10 7,244 10,543 1,220 3449,435
2 6,585 2 0,477 1,65 1,10 1,10 1,10 7,244 10,417 1,206 3408,094
Nov 1 5,178 2 0,405 1,65 1,10 1,10 1,10 5,696 8,940 1,035 2925,015
2 5,178 2 0,483 1,65 1,10 1,10 1,10 5,696 8,863 1,026 2899,634
Des 1 5,644 2 0,495 1,65 1,10 1,10 1,10 6,208 9,364 1,084 3063,612
Panen 2 5,644 2 0,595 0,000 0,000 0,000 0,000
Jan 1 5,497 2 0,354 LP LP LP 6,047 8,047 0,805 0,000 14,557 14,203 1,644 4646,998
2 5,497 2 0,354 1,10 LP LP 6,047 8,047 0,805 0,000 14,557 14,203 1,644 4647,020
Feb 1 4,996 2 0,292 1,65 1,10 1,10 1,10 5,496 8,854 1,025 2896,872
2 4,996 2 0,255 1,65 1,10 1,10 1,10 5,496 8,891 1,029 2908,941
Mar 1 6,448 2 0,390 1,65 1,10 1,10 1,10 7,093 10,352 1,198 3387,077
2 6,448 2 0,503 1,65 1,10 1,10 1,10 7,093 10,239 1,185 3350,108
Apr 1 5,529 2 0,425 1,65 1,10 1,10 1,10 6,082 9,307 1,077 3045,175
Panen 2 5,529 2 0,474 0,000 0,000 0,000 0,000
Mei 1 4,953 2 0,426 LP LP LP 5,448 7,448 0,745 0,000 14,182 13,756 1,592 4500,778
2 4,953 2 0,292 1,10 LP LP 5,448 7,448 0,745 0,000 14,182 13,890 1,608 4544,564
Jun 1 4,964 2 0,293 1,65 1,10 1,10 1,10 5,461 8,818 1,021 2884,947
2 4,964 2 0,305 1,65 1,10 1,10 1,10 5,461 8,806 1,019 2881,009
Jul 1 5,351 2 0,246 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,289 1,075 3039,289
2 5,351 2 0,339 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,196 1,064 3008,839
Ags 1 5,351 2 0,246 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,289 1,075 3039,289
Panen 2 5,351 2 0,339 0,000 0,000 0,000 0,000
PadiPadiPalawija
Penyiapan Lahan
Penyiapan Lahan
Penyiapan Lahan
Pola Tanam Bulan Kc1 Kc2 Kcrata M kEo
75
Gambar 4.1. Layout Jaringan Irigasi
76
4.5. Perhitungan Debit Saluran
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air disawah dari tabel diperoleh
NFR maksimal adalah 1,660 l/dt.ha, sehingga dari hasil tersebut dapat dihitung
debit saluran primer dan saluran sekunder yang mengalirkan air ke sawah
tersebut, adapun perhitungan itu adalah sebagai berikut :
1) Saluran Sekunder (SKA1)
Q =
tersiersekunder EffxEff
NFRA x
=
0,65x0,75
1,660x293,56
= 999,62 lt/dt
2) Saluran Primer (SP)
Q =
tersiersekunderprimer EffxEffxEff
NFRA x
=
0,65x0,75x0,80
1,660x293,56
= 12032,24 lt/dt
Untuk perhiungan selanjutnya di sajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
77
Tabel 4.26. Perhitungan Kapasitas Saluran (Q)
Notasi NFR Kapasitas (Q) Kapasitas (Q)
Saluran No Petak Luas (ha) maks Primer Sekunder Tersier (l/dt) (m
3
/dt)
1 Primer SA 1 2826,81 1,660 0,80 0,75 0,65 12.032,24 12,032
12.032,24 12,032
2 Sekunder SKA1
A1 Ka 165,82 1,660 0,80 0,75 0,65 564,65 0,565
A1 Ki 127,74 1,660 0,80 0,75 0,65 434,98 0,435
999,62 0,9996
SKA2
A2 Ka 133,10 1,660 0,80 0,75 0,65 453,23 0,453
A2 Ki 120,96 1,660 0,80 0,75 0,65 411,89 0,412
865,12 0,8651
SKA3
A3 Ka 150,09 1,660 0,80 0,75 0,65 511,08 0,511
A3 Ki 110,27 1,660 0,80 0,75 0,65 375,49 0,375
886,57 0,8866
SKA4
A4 Ka 107,89 1,660 0,80 0,75 0,65 367,38 0,367
A4 Ki 38,34 1,660 0,80 0,75 0,65 130,55 0,131
497,94 0,4979
3 Sekunder SKB1
B1 Ka 88,14 1,660 0,80 0,75 0,65 300,13 0,300
B1 Ki 154,69 1,660 0,80 0,75 0,65 526,75 0,527
826,88 0,8269
SKB2
B2 Ka 128,22 1,660 0,80 0,75 0,65 436,61 0,437
B2 Ki 116,63 1,660 0,80 0,75 0,65 397,15 0,397
833,76 0,8338
SKB3
B3 Ka 165,58 1,660 0,80 0,75 0,65 563,83 0,564
B3 Ki 166,38 1,660 0,80 0,75 0,65 566,55 0,567
1.130,38 1,1304
SKB4
B4 Ka 111,18 1,660 0,80 0,75 0,65 378,59 0,379
B4 Ki 99,56 1,660 0,80 0,75 0,65 339,02 0,339
717,61 0,7176
4 Sekunder SKC1
C1 Ka 95,80 1,660 0,80 0,75 0,65 326,22 0,326
C1 Ki 114,17 1,660 0,80 0,75 0,65 388,77 0,389
714,99 0,7150
SKC2
C2 Ka 124,74 1,660 0,80 0,75 0,65 424,76 0,425
C2 Ki 96,03 1,660 0,80 0,75 0,65 327,00 0,327
751,76 0,7518
SKC3
C3 Ka 93,39 1,660 0,80 0,75 0,65 318,01 0,318
C3 Ki 119,68 1,660 0,80 0,75 0,65 407,53 0,408
725,54 0,7255
SKC4
C4 Ka 101,46 1,660 0,80 0,75 0,65 345,49 0,345
C4 Ki 96,95 1,660 0,80 0,75 0,65 330,13 0,330
675,62 0,6756
TOTAL
TOTAL
TOTAL
TOTAL
TOTAL
Petak yang dialiri
No Saluran
Eff
TOTAL
TOTAL
TOTAL
TOTAL
TOTAL
TOTAL
TOTAL
TOTAL
Sumber : Analisi Perhitungan Kapasitas Saluran 2015
78
B e n d u n g
A 1 K I
1 6 5 .8 2 H a 0 .,5 6 5 m 3 /d t
A 1 K A
1 2 7 .7 4 H a 0 .4 5 3 m 3 /d t
B 1 K IB 1 K A
8 8 .1 4 H a 0 .3 0 0 m 3 /d t 1 5 4 .6 9 H a 0 .5 2 7 m 3 /d t
C 1 K IC 1 K A
0 .3 2 6 m 3 /d t 1 1 4 .1 7 H a 0 .3 8 9 m 3 /d t
A 2 K I
1 3 3 .1 0 H a 0 .4 5 3 m 3 /d t
A 2 K A
1 2 0 .9 6 H a 0 .4 1 2 m 3 /d t
B 2 K IB 2 K A
1 2 8 .2 2 H a 0 .4 3 7 m 3 /d t 1 1 6 .6 3 H a 0 .3 9 7 m 3 /d t
C 2 K IC 2 K A
1 2 4 .7 4 H a 0 .4 2 5 m 3 /d t 9 6 .0 3 H a 0 .3 2 7 m 3 /d t
A 3 K I
1 5 0 .0 9 H a 0 .5 1 1 m 3 /d t
A 3 K A
1 1 0 .2 7 H a 0 .3 7 5 m 3 /d t
B 3 K IB 3 K A
1 6 5 .5 8 0 .5 6 4 m 3 /d t 1 6 6 .3 8 H a 0 .5 6 7 m 3 /d t
C 1 3 K IC 3 K A
9 3 .3 9 H a 0 .3 1 8 m 3 /d t 1 1 9 .6 8 H a 0 .4 1 8 m 3 /d t
A 4 K I
1 0 7 .8 9 H a 0 .3 6 7 m 3 /d t
A 4 K A
3 8 .3 4 H a 0 .1 3 1 m 3 /d t
B 4 K IB 4 K A
1 1 1 .1 8 H a 0 .3 7 9 m 3 /d t 9 9 .5 6 H a 0 .3 3 9 m 3 /d t
C 4 K IC 4 K A
1 0 1 .4 6 H a 0 .3 4 5 m 3 /d t 9 6 .9 5 H a 0 .3 3 0 m 3 /d t
S IS T E M J A R IN G A N IR IG A S I (N O M E N K L A T U R )
D A E R A H S U N G A I B U N U T P R O V IN S I L A M P U N G
S K A L A N T S
9 5 .8 0 H a
B B 1 A
B B S 2 A
B B S 3 A
B B S 4 A
B B 1 B
B B S 2 B
B B S 3 B
B B S 4 B
B B 1 C
B B S 2 C
B B S 3 C
B B S 4 C
S P 1 S P 2 S P 3
SS1A
SS2A
SS3A
SS1B
SS2B
SS3B
SS1C
SS2C
SS3C
B B S 1 AB B S 1 BB B S 1 C
79
4.6. Perhitungan Dimensi Saluran
Dimensi saluran yang direncanakan adalah dengan bentuk penampang
trapesium dengan alasan penampang ini paling sering digunakan karena paling
ekonomis dan dari segi bentuk kanstruksinya direncanakan dari beton, hal ini
bertujuan untuk mencegah kehilangan air akibat rembesan, mencegah gerusan
serta erosi. Sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan. Perhitungan untuk
dimensi saluran adalah sebagai berikut :
Diketahui :
Q Sal. Muka A1 ki = 0,453 m3
/dt ( Sal. Sekunder )
Luas A1 ki = 127,74 ha
Dari Tabel 2.8 , 2.9, 2.10 dan 2.11. dapat diketahui nilai n, m, k dan w dengan
parameter debit saluran yang sudah diketahui diatas
Sehingga didapat :
n = 1,50
m = 1,00
k = 35
w = 0,40
s = (n +m)
= (1,50 + 1,00)
= 2,5
Dengan diketahui harga – harga diatas maka dapat kita hitung untuk dimensi
menggunakan rumus trial and error sebagai berikut :
V’ = 0,42 x Q0,182
= 0,42 x 0,4530,182
= 0,361 m/dt
A’ = Q / V’
= 0,435 / 0,361
= 1,205 m2
h' = (A’ / s)0,5
= (1,205 / 2,5)0,5
= 0,964 m
80
b' = h’ x n
= 0,964 x 1,50
= 1,041 m
Lebar saluran (b) adalah nilai pembulatan harga (b’) lebar dasar minimum yang
diizinkan adalah 0,3 m sehingga nilai b = 1,00 m
h = b / n
= 1,00 / 1,50
= 0,67 m
P = b + 2h ( 1+ m2
)1/2
= 1,00 + 2(0,67) ( 1+ 1,002
)1/2
= 2,89 m
A = (b + mh)h
= (1,00 + (1,00x0,67)) x 0,67
= 1,11 m2
R = A / P
= 1,11 / 2,89
= 0,39 m
V = Q / A
= 0,453 / 1,11
= 0,39 m/dt
Hitung nilai kemiringan saluran (I) dengan menggunakan rumus Stickler
V = k x R2/3
x I1/2
I =
2
3
2
Rk x
V








=
2
3
2
0,39x35
0,39










= 0,00045
Sehingga didapat dimensi saluran Muka A1 ki (Sal. Sekunder) sebagai berikut :
Q = 0,453 m3
/dt
V = 0,390 m/dt
81
b = 1,00 m
h = 0,67 m
m = 1,00 m
w = 0,40 m
Berikut adalah gambar Saluran Muka A1 k1 (Sal. Sekunder)
Gambar 4.3 Penampang Saluran Bentuk Trapesium
Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
81
b = 1,00 m
h = 0,67 m
m = 1,00 m
w = 0,40 m
Berikut adalah gambar Saluran Muka A1 k1 (Sal. Sekunder)
Gambar 4.3 Penampang Saluran Bentuk Trapesium
Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
81
b = 1,00 m
h = 0,67 m
m = 1,00 m
w = 0,40 m
Berikut adalah gambar Saluran Muka A1 k1 (Sal. Sekunder)
Gambar 4.3 Penampang Saluran Bentuk Trapesium
Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II

More Related Content

What's hot

Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
Mira Pemayun
 
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaContoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
MOSES HADUN
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
dwidam
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
Nurul Angreliany
 
Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2
pakkamba
 
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT fileMetode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
trisna gallaran
 
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Irene Baria
 
Mektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanahMektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanah
Shaleh Afif Hasibuan
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
Aristo Amir
 
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatanMetode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA, PT TBK
 
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Yusrizal Mahendra
 
Analisa matriks
Analisa matriksAnalisa matriks
Analisa matriks
Saedi Saputra Siagian
 
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiKp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiArizki_Hidayat
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
E Sanjani
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
فهرودين سفي
 
Metode pelaksanaan jaringan irigasi
Metode pelaksanaan jaringan irigasiMetode pelaksanaan jaringan irigasi
Metode pelaksanaan jaringan irigasi
MOSES HADUN
 
Kuat geser
Kuat geserKuat geser
Kuat geser
Jaka Jaka
 
PPT Jalan Jalan.pdf
PPT Jalan Jalan.pdfPPT Jalan Jalan.pdf
PPT Jalan Jalan.pdf
AdellaCahyani
 
Bab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsungBab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsung
antonius giovanni
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
Miftakhul Yaqin
 

What's hot (20)

Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaContoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2
 
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT fileMetode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
 
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
 
Mektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanahMektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanah
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatanMetode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
 
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
 
Analisa matriks
Analisa matriksAnalisa matriks
Analisa matriks
 
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiKp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
Metode pelaksanaan jaringan irigasi
Metode pelaksanaan jaringan irigasiMetode pelaksanaan jaringan irigasi
Metode pelaksanaan jaringan irigasi
 
Kuat geser
Kuat geserKuat geser
Kuat geser
 
PPT Jalan Jalan.pdf
PPT Jalan Jalan.pdfPPT Jalan Jalan.pdf
PPT Jalan Jalan.pdf
 
Bab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsungBab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsung
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 

Similar to Tugas Besar Rekayasa Irigasi II

Data tanah
Data tanahData tanah
Data tanah
SuryaDewanto
 
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
KrisramaDwi
 
Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Proses perawatan mould water outlet ewo 10Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Chavia1
 
Tugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Tugas Besar Pemindahan Tanah MekanisTugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Tugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Rendi Fahreza
 
contoh skripsi.pdf
contoh skripsi.pdfcontoh skripsi.pdf
contoh skripsi.pdf
ssusercd5797
 
LAPORAN WISMA KALLA KLMPK 2.pdf
LAPORAN WISMA KALLA KLMPK 2.pdfLAPORAN WISMA KALLA KLMPK 2.pdf
LAPORAN WISMA KALLA KLMPK 2.pdf
FikrilUtama
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
MOSES HADUN
 
Management mutu ugm
Management mutu ugmManagement mutu ugm
Management mutu ugm
lianda akti
 
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Eko Priyanto
 
20233
2023320233
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroModul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Dede Heryadi
 
MUH. ALFIAN, ST_SDA.pptx
MUH. ALFIAN, ST_SDA.pptxMUH. ALFIAN, ST_SDA.pptx
MUH. ALFIAN, ST_SDA.pptx
MuhammadAyyub36
 
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANGTUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
Rizal Budiarta
 
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruWord Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Afwan Alkarimy
 
Proposal BPDPKS 2021 Revisi 8.docx
Proposal BPDPKS 2021 Revisi 8.docxProposal BPDPKS 2021 Revisi 8.docx
Proposal BPDPKS 2021 Revisi 8.docx
MuhammadAlqamariSPMP
 
31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf
ssuser087c2d
 
Hidrologi Terapan
Hidrologi TerapanHidrologi Terapan
Hidrologi Terapan
Rendi Fahreza
 
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
BrianAwiruddin
 

Similar to Tugas Besar Rekayasa Irigasi II (20)

Data tanah
Data tanahData tanah
Data tanah
 
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
Deep tunnel (krisrama amanda dwi cahya) 18.1003.222.0930
 
Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Proses perawatan mould water outlet ewo 10Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Proses perawatan mould water outlet ewo 10
 
Tugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Tugas Besar Pemindahan Tanah MekanisTugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
Tugas Besar Pemindahan Tanah Mekanis
 
Galo2 kp
Galo2 kpGalo2 kp
Galo2 kp
 
contoh skripsi.pdf
contoh skripsi.pdfcontoh skripsi.pdf
contoh skripsi.pdf
 
LAPORAN WISMA KALLA KLMPK 2.pdf
LAPORAN WISMA KALLA KLMPK 2.pdfLAPORAN WISMA KALLA KLMPK 2.pdf
LAPORAN WISMA KALLA KLMPK 2.pdf
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
Management mutu ugm
Management mutu ugmManagement mutu ugm
Management mutu ugm
 
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
 
20233
2023320233
20233
 
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroModul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
 
12346929 2
12346929 212346929 2
12346929 2
 
MUH. ALFIAN, ST_SDA.pptx
MUH. ALFIAN, ST_SDA.pptxMUH. ALFIAN, ST_SDA.pptx
MUH. ALFIAN, ST_SDA.pptx
 
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANGTUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
 
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruWord Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern Banjarbaru
 
Proposal BPDPKS 2021 Revisi 8.docx
Proposal BPDPKS 2021 Revisi 8.docxProposal BPDPKS 2021 Revisi 8.docx
Proposal BPDPKS 2021 Revisi 8.docx
 
31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf
 
Hidrologi Terapan
Hidrologi TerapanHidrologi Terapan
Hidrologi Terapan
 
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
Laporan Praktikum Proses Produksi 2020 Mhd. Brian Awiruddin NIM 21050118130075
 

Recently uploaded

TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
nadiafebianti2
 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
ssuser2537c0
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
AdityaWahyuDewangga1
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 

Recently uploaded (11)

TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptxNADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
NADIA FEBIANTI TUGAS PPT(GAMMA APP).pptx
 
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptxMetode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
Metode Clayperon (Persamaan Tiga Momen) untuk balok menerus.pptx
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 

Tugas Besar Rekayasa Irigasi II

  • 1. i FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL SEMESTER V KELAS B TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI II DOSEN PENGAMPU : Zainuri, S.T.,M.T. DISUSUN OLEH : RENDI FAHREZA 13.222.01.005 UNIVERSITAS LANCANG KUNING TAHUN AKADEMI 2015 / 2016 i FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL SEMESTER V KELAS B TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI II DOSEN PENGAMPU : Zainuri, S.T.,M.T. DISUSUN OLEH : RENDI FAHREZA 13.222.01.005 UNIVERSITAS LANCANG KUNING TAHUN AKADEMI 2015 / 2016 i FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL SEMESTER V KELAS B TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI II DOSEN PENGAMPU : Zainuri, S.T.,M.T. DISUSUN OLEH : RENDI FAHREZA 13.222.01.005 UNIVERSITAS LANCANG KUNING TAHUN AKADEMI 2015 / 2016
  • 2. ii
  • 3. iii KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Besar Mata Kuliah Irigasi II ini dengan judul “ Perencanaan Jaringan dan Saluran Irigasi ” dengan baik. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti dari berbagai pihak khususnya Bapak Zainuri, S.T, M.T. selaku dosen pembimbing mata kuliah Rekayasa Irigasi II. Laporan ini ditulis dan disusun sebagai pelengkap nilai tugas semester genap. Dengan adanya laporan ini diharapkan mahasiswa dapat lebih mudah memahami proses atau tahapan dalam perencanaan jaringan serta saluran irigasi. Besar harapan penyusun,semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk penyusun dan pembaca lainnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis memohon ,kritik dan saran maupun masukan yang membawa kearah perbaikan dan bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan mahasiswa yang lain. Pekanbaru, 15 Desember 2015 Penulis
  • 4. iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................i LEMBAR ASSISTANSI ....................................................................................ii KATA PENGANTAR ......................................................................................iii DAFTAR ISI .....................................................................................................iv BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1 1.1. Latar Belakang ................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah...........................................................................2 1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................................2 BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ...........................................................3 2.1. Umum...............................................................................................3 2.2 Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi.................................3 2.3 Kebutuhan Air Irigasi.......................................................................10 2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman ..........10 2.3.2. Kebutuhan Air Tanaman........................................................11 2.3.3. Efisiensi Irigasi.......................................................................18 2.4 Pola Tanam.......................................................................................19 2.5 Kebutuhan Air..................................................................................20 2.5.1. Penyiapan Lahan ....................................................................20 2.5.2. Penggunaan Konsumtif ..........................................................23 2.5.3. Perkolasi.................................................................................24 2.5.4. Penggantian Lapisan Air........................................................25 2.6 Debit Andalan ..................................................................................25 2.6.1. Debit yang dibutuhkan ...........................................................26 2.6.2. Debit Saluran..........................................................................26 2.7 Perencanaan Pintu Sorong................................................................27 2.8 Perencanaan Jaringan Irigasi............................................................28 2.8.1. Data yang diperlukan .............................................................28 2.8.2. Perencanaan Jaringan Tersier.................................................28 2.8.3. Perencanaan Jaringan Utama .................................................29 2.8.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Perencanaan.................................30 2.9 Dimensi Saluran ...............................................................................30
  • 5. v BAB III. DATA DAN PERENCANAAN.........................................................33 3.1. Data Hidrologi.................................................................................33 3.2. Data Klimatologi.............................................................................33 3.3. Temperatur......................................................................................33 3.4. Penyinaran Matahari .......................................................................40 3.5. Kelembaban Udara..........................................................................42 3.6. Kecepatan Angin.............................................................................48 3.7. Data Curah Hujan............................................................................48 3.8. Peta Topografi.................................................................................52 BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN .....................................................53 4.1 Analisa Hidrologi..............................................................................53 4.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi.................................................53 4.2 Perhitungan Curah Hujan Efektif Pada Tanaman .............................58 4.3 Perhitungan Debit Andalan...............................................................69 4.4 Perhitungan Kebutuhan Air ..............................................................70 4.5 Perhitungan Debit Saluran ................................................................76 4.6 Perhitungan Dimensi Saluran............................................................79 4.7 Perhitungan Pintu Sorong .................................................................85 BAB V. PENUTUP............................................................................................95 5.1. Kesimpulan .....................................................................................95 5.2. Saran................................................................................................95 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................96 LAMPIRAN
  • 6. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar tiap makhluk hidup. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan sangat membutuhkan air. Bagi manusia, air tidak hanya berfungsi sebagai pemuas dahaga. Kegunaan air lainnya adalah untuk mencuci, mandi, irigasi untuk pertanian, bahkan sebagai pembangkit tenaga listrik. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air menjadi semakin tinggi. Sementara itu, keberadaan air cenderung semakin langka. Untuk itu, penggunaan air harus dilakukan secara efektif dan seefisien mungkin. Sebagai negara agraris, kebutuhan air bagi Indonesia sangat tinggi demi mendukung sektor pertanian. Ketersediaan air di sektor pertanian tentunya dapat menunjang kebutuhan bahan pangan bagi masyarakat. Namun, ada saatnya air yang tersedia cukup melimpah dan ada saatnya ketersediaan air sangat minim tergantung pada musim. Selain itu, lahan yang jauh dari sumber air akan mengalami kesulitan dalam penyediaan air untuk pertanian. Dengan demikian keberadaan bangunan air dan irigasi sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan dan distribusi air bagi lahan baik dekat maupun jauh dari sumber mata air. Untuk merencanakan suatu jaringan irigasi diperlukan perencanaan dan perhitungan yang cermat agar dapat memenuhi persyaratan teknis dan dapat di pergunakan selama bertahun – tahun tanpa adanya kekeringan air di sawah. Dengan demikian, tugas desain irigasi ini akan menjelaskan secara sistematis dan rinci perencanaan jaringan irigasi yang memenuhi persyaratan teknis tersebut. Desain irigasi ini di prioritaskan pada masyarakat yang pada umum nya petani padi, palawija dan lain lain yang sangat membutuhkan air sebagai asupan makanan kebun nya agar tetap terjaga dan bisa memberikan hasil panen yang sangat banyak tentu nya dengan mutu yang sangat bagus.
  • 7. 2 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya maka dapat diambil suatu rumusan masalah yakni sebagai berikut : 1. Bagaimana cara merencanakan daripada jaringan irigasi. 2. Bagaimana cara memenuhi kebutuhan air di sawah agar sawah sewaktu- waktu mengalami gagal panen yang di sebabkan oleh kekeringan air. 3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas hasil panen petani dan membuat hasil panen menjadi meningkat dari musim ke musim. 1.3. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari penyusunan tugas besar ini adalah : 1. Memahami perancangan daerah irigasi yang meliputi perencanaan petak, saluran beserta dimensi saluran, ketersediaan air, dan kebutuhan air. 2. Sebagai upaya manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau menghilangkan faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap kehidupan manusia. 3. Upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis. Adapun manfaat dari penyusunan tugas besar ini adalah : 1. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu. 2. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. 3. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unsur penyubur.
  • 8. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum masehi. Hal ini dapat dibuktikan oleh peniggalan sejarah, baik sejarah baik sejarah nasional maupun sejarah dunia. Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis dari persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui saluran-saluran secara alamiah ke tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat dicapai hasil yang cukup memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu alam, ilmu fisika dan juga hidrolika yang meliputi statika dan dinamika benda cair. Semua ini membuat pengetahuan tentang irigasi bertambah lengkap. 2.2. Sistem Iriasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : a. Irigasi Sistem Gravitasi Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada dipermukaan bumi yaitu dari sungai, waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif. b. Irigasi Sistem Pompa Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi
  • 9. 4 maupun teknik. Cara ini membutuhkab modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya stasiun pompa Gambarsari dan Pesanggrahan (sebelum ada bendung Gerak Serayu), atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di DI. Simo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. c. Irigasi Pasang Surut Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang surut air laut. Areal yang direncanakanuntuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang surut air laut. Untuk daerah kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30-50 km memanjang pantai dan 10-15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sufat asam dan akan dibuang pada saat air aut surut. Adapun klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran aliran air dan fasilitasnya,dbedakan atas tiga tingkatan, yaitu : a. Jaringa Irigasi Sederhana Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. (Lihat Gambar 2.1). Jaringan irigasi ini Walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan-kelemahan serius yakni : 1) Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur. 2) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
  • 10. 5 3) Karena bangunan penangkap air buka bangunan tetap/permanen, maka umurnya pendek. b. Jaringan Irigasi Semi Teknis Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak disungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan penghukur di bagian hilirnya. Beberapan bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah di bangun di jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana ( lihat gambar 2.2.). Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani /mengairi daerah yeng lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana. c. Jaringan Irigasi Teknis Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang/pemutus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi kesawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah-sawah ke saluran pembuang. ( lihat gambar 2.3 ). Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50- 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip diatas adalah cara pengambilan air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu-waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit disaluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan
  • 11. 6 dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air dijaringan utama. Secara singkat, klasifikasi jaringan irigasi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
  • 12. 7 Gambar 2.1. Jaringan irigasi sederhana
  • 13. 8 Gambar 2.2. Jaringan irigasi semi teknis
  • 14. 9 Gambar 2.3. Jaringan irigasi teknis
  • 15. 10 2.3. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi adalah jumlah voleme air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapontranspirasi. Kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Kebutuhan air sawah padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : a) Penyiapan lahan b) Penggunaan konsumtif c) Perkolasi dan rembesan d) Pergantian lapisan air e) Curah hujan efektif Kebutuhan air disawah dinyatakan dalam mm/hari datau lt/dt/ha. Kebutuhan air belum termasuk efisiensi dijaringan tersier dan utama. Efisiensi dihitung dalam kebutuhan pengambilan air sungai. 2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada tanaman adalah sebagai berikut : 1) Topografi Keadaan topografi mempengaruhi kebutuha air tanaman. Untuk lahan yang miring membutuhkan air yanglebih banyak dari lahan yang datar. Karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi. Dengan kata lain kehilangan air di lahan miring akan lebih besar. 2) Hidrologi Jumlah curah hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak curah hujan nya, maka makin sedikit kebutuhan air tanaman. Hal ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar. 3) Klimatologi Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk pengelolaan pertanian. Tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya,
  • 16. 11 maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sungai dengan keadaan tanah. Cuaca dapt digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan evapotranspirasi, hal ini sangat begantung pada jumlah jam penyinaran matahari dan radiasi matahari. Untuk penentuan tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi harus dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang mungkin. Disamping data curah hujan diperlukan juga penyelidikan evapotranspirasi, kecepatan angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam penyinaran matahari, dan kelembaban. 4) Tekstur Tanah Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk tumbuh, yang dalam teknik irigasi dinamakan tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian ialah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik tersebut memberi kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan secara relatif memiliki persediaan hara dan kelembaban tanah yang cukup. Tanaman membutuhkan air. Oleh karena itu, pada zone perakaran perlu tersedia lengas tanah yang cukup. Tetapi walaupun kelembaban tanah perlu dipelihara, air yang diberikan tidak boleh berlebih. Pemberian air harus sesuai dengan kebutuhan dan sifat tanah serta tanaman. 2.3.2. Kebutah air tanaman Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor evaporasi, transpirasi yang kemudian dihitung sebagai evapotranspirasi. 1) Evaporasi Evaporasi adalah suatu peristiwa peubahan air menjadi uap. Dalam proses penguapan air berubah menjadi uap dengan adanya energi panas matahari. Laju evaporasi dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, udara yang bertiup (angin), kelembaban udara, dan lain-lain. Terdapat beberapa metodeuntuk menghitung besarnya evaporasi,
  • 17. 12 diantaranya adalah metode Penman. Rumus evaporasi dengan metode Penman adalah :          100 135,0 2U PuPaEo Dengan : Eo = Penguapan dalam mm/hari Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian dalam mmHg Pu = Tekanan uap sebenarnya dalam mmHg U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam mile/hari, sehingga bentuk U2 dalam m/dt masih harus dikalikan dengan 24 x 60 x 60 x 1600 2) Transpirasi Transpirasi adalah suatu proses pada peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman dan memasuki atmosfir. Fakta iklim yang mempengaruhi laju transpirasi adalah intensitas penyinaran matahari, tekanan uap air di udara, suhu, kecepatan angin. 3) Evapotranspirasi Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap ke udara bergerak dari permukaan tanah, permukaan air dan penguapan melaui tanaman. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut Evapotranspirasi Potensial. Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman yang merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air untuk transpirasi dari tubuh tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara dan sinar matahari yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Rumus Penmann dalam bentuknya yang dimodifikasi yang menunjukkan evapotranspirasi potensial adalah seperti berikut: Eto = C(W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed) Dengan : ea = Tekanan uap jenuh (mbar), lihat tabel lampiran
  • 18. 13 t = Tempratur berdasarkan data dari stasiun pengamatan ed = Tekanan uap nyata, dimata : ed = RH . ea RH = Kelembaban udara relatif berdasarkan data dari stasiun pengamatan F(U) = Fungsi angin, dimana : F(U) = 0,27 x (1 + U2/100) U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m, dimana : 1-W = Faktor pembobot W = Lihat tabel lampiran Rn = Rns – Rnl Rns = Radiasi sinar matahari (mm/hari), dimana : Rns = (1-r) x Rs Rs = Radiasi ekstra tereksterial / nilai angot (lihat lampiran) n/N = Perbandingan penyinaran matahari dalam 1 hari yang dinyatakan dalam persen r = Koefisien pemantulan / koefisien albedo Rn1 = Radiasi gelombang panjang netto (mm/hari), dimana : Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N) F(T) = Fungsi tempratur, dimana : F(T) = 4 σ.T T = (t + 273O K)  = (117,4 x 10-9 ) gcal/cm2 /hari f(ed) = Fungsi tekanan uap nyata, dimana : f(ed) = 0,34 – 0,044 ed0,5 f(n/N) = Fungsi perbandingan penyinaran matahari dalam 1 hari f(n/N) = 0,1 + 0,9 (n/N) c = Koefisien bulanan untuk rumus Penman (lihat tabel lampiran)
  • 19. 14 Tabel 2.2 Koefisien Pemantulan (Koefisien Albedo) Sifat Permukaan R Air Terbuka Batu Rumput Tanaman Hijau 0,06 0,12 – 0,15 0,08 – 0,09 0,20 Sumber: CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1995 Tabel 2.3 Harga w sesuai Temperatur dan Ketinggian Temperatur 0 C 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 W,pada Ketinggian(m) 0 0.43 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.68 0.71 0.73 0.75 0.77 0.78 0.80 0.82 0.83 0.84 0.85 500 0.45 0.48 0.51 0.54 0.57 0.60 0.62 0.65 0.67 0.70 0.72 0.74 0.76 0.78 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.85 1000 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.80 0.82 0.83 0.85 0.86 0.87 2000 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88 3000 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.88 0.88 0.89 4000 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.76 0.78 0.79 0.81 0.83 0.84 0.85 0.86 0.88 0.89 0.90 0.90 Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi Tabel 2.4 Tabel dalam gambar sebagai fungsi temperatur udara rata-rata (0 C ) Temperatur 0 C 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ea(mbar) 6,1 6,6 7,1 7,6 8,1 8,7 9,3 10,0 10,7 11,5 12,3 13,1 14,0 15,0 16,1 17,0 18,2 19,4 20,6 22,0 Temperatur 0 C 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ea(mbar) 23,4 24,9 26,4 28,1 29,8 31,7 33,6 35,7 37,8 40,1 42,4 44,9 47,6 50,3 53,2 56,2 59,4 62,8 66,3 69,9 Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi
  • 20. 15 Tabel 2.5 Harga dari F(U) = 0,27x(1 + U2 /100) pada tinggi 2 meter dinyatakan dalam km/hari Angin km/hari 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 - 0,30 0,32 0,35 0,38 0,41 0,43 0,46 0,49 0,51 100 0,54 0,57 0,59 0,62 0,65 0,68 0,70 0,73 0,76 0,78 200 0,81 0,84 0,86 0,89 0,92 0,95 0,97 1,00 1,03 1,05 300 1,08 1,11 1,13 1,16 1,19 1,22 1,24 1,27 1,30 1,32 400 1,35 1,38 1,40 1,43 1,46 1,49 1,51 1,54 1,57 1,59 500 1,62 1,65 1,67 1,70 1,73 1,76 1,78 1,81 1,84 1,86 600 1,89 1,92 1,94 1,97 2,00 2,03 2,05 2,08 2,11 2,13 700 2,16 2,19 2,21 2,24 2,27 2,30 2,32 2,35 2,38 2,40 800 2,43 2,46 2,48 2,51 2,54 2,57 2,59 2,62 2,65 2,67 900 2,70 Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi Tabel 2.6 Faktor penyesuaian (c) untuk persamaan Penmann dengan modifikasi Rs mm/hari 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 Usiang (m/detik) 0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10 3 0.79 0.84 0.92 0.97 0.92 1.00 1.11 1.19 0.99 1.10 1.27 1.32 6 0.68 0.77 0.87 0.93 0.85 0.96 1.11 1.19 0.94 1.10 1.26 1.33 9 0.55 0.65 0.78 0.90 0.76 0.88 1.02 1.14 0.88 1.01 1.16 1.27 Usiang (m/detik) 0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10 3 0.76 0.81 0.88 0.94 0.87 0.96 1.06 1.12 0.94 1.04 1.18 1.28 6 0.61 0.68 0.81 0.88 0.77 0.88 1.02 1.10 0.86 1.01 1.15 1.22 9 0.46 0.56 0.72 0.82 0.67 0.79 0.88 1.05 0.78 0.92 1.06 1.18 Usiang (m/detik) 0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10 3 0.69 0.76 0.85 0.92 0.83 0.91 0.99 1.05 0.89 0.98 1.10 1.14 6 0.53 0.61 0.74 0.84 0.70 0.80 0.94 1.02 0.79 0.92 1.05 1.12 9 0.37 0.48 0.65 0.76 0.59 0.70 0.84 0.95 0.71 0.81 0.96 1.06 Usiang (m/detik) 0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10 3 0.64 0.76 0.82 0.89 0.78 0.86 0.94 0.99 0.85 0.92 0.92 1.05 6 0.43 0.53 0.68 0.79 0.62 0.70 0.84 0.93 0.72 0.82 0.82 1.00 9 0.27 0.43 0.59 0.70 0.50 0.60 0.75 0.87 0.62 0.72 0.72 0.96 Usiang/Umalam = 3,0 Usiang/Umalam = 2,0 Usiang/Umalam = 1,0 RH max = 30% RH max = 60% RH max = 90% Usiang/Umalam = 4,0 Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi
  • 21. 16 Tabel 2.7 Harga Rata rata dalam Evaporasi Ekivalen (mm/hari) untuk Belahan Bumi Selatan Lintang Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Agust. Sep. Okt. Nop. Des. 50 0 17,5 14,7 10,9 7,0 4,2 3,1 3,5 5,5 8,9 12,9 16,5 18,2 48 0 17,6 14,9 11,2 7,5 4,7 3,5 4,0 6,0 9,3 13,2 16,6 18,2 46 0 17,7 15,1 11,5 7,9 5,2 4,0 4,4 6,5 9,7 13,4 16,7 18,3 44 0 17,8 15,3 11,9 8,4 5,7 4,4 4,9 6,9 10,2 13,7 16,7 18,3 42 0 17,8 15,5 12,2 8,8 6,1 4,9 5,4 7,4 10,6 14,0 16,8 18,3 40 0 17,9 15,7 12,5 9,2 6,6 5,3 5,9 7,9 11,0 14,2 16,9 18,3 38 0 17,9 15,8 12,8 9,6 7,1 5,8 6,3 8,3 11,4 14,4 17,0 18,3 36 0 17,9 16,0 13,2 10,1 7,5 6,3 6,8 8,8 11,7 14,6 17,0 18,2 34 0 17,8 16,1 13,5 10,5 8,0 6,8 7,2 9,2 12,0 14,9 17,1 18,2 32 0 17,8 16,2 13,8 10,9 8,5 7,3 7,7 9,6 12,4 15,1 17,2 18,1 30 0 17,8 16,4 14,0 11,3 8,9 7,8 8,1 10,1 12,7 15,3 17,3 18,1 28 0 17,7 16,4 14,3 11,6 9,3 8,2 8,6 10,4 13,0 15,4 17,2 17,9 26 0 17,6 16,4 14,4 12,0 9,7 8,7 9,1 10,9 13,2 15,5 17,2 17,8 24 0 17,5 16,5 14,6 12,3 10,2 9,1 9,5 11,2 13,4 15,6 17,1 17,7 22 0 17,4 16,5 14,8 12,6 10,6 9,6 10,0 11,6 13,7 15,7 17,0 17,5 20 0 17,3 16,5 15,0 13,0 11,0 10,0 10,4 12,0 13,9 15,8 17,0 17,4 18 0 17,1 16,5 15,1 13,2 11,4 10,4 10,8 12,3 14,1 15,8 16,8 17,1 16 0 16,9 16,4 15,2 13,5 11,7 10,8 11,2 12,6 14,3 15,8 16,7 16,8 14 0 16,7 16,4 15,3 13,7 12,1 11,2 11,6 12,9 14,5 15,8 16,5 16,6 12 0 16,6 16,3 15,4 14,0 12,5 11,6 12,0 13,2 14,7 15,8 16,4 16,5 10 0 16,4 16,3 15,5 14,2 12,8 12,0 12,4 13,5 14,8 15,9 16,2 16,2 8 0 16,4 16,1 15,5 14,4 13,1 12,4 12,7 13,7 14,9 15,8 16,0 16,0 6 0 15,8 16,0 15,6 14,7 13,4 12,8 13,1 14,0 15,0 15,7 15,8 15,7 4 0 15,5 15,8 15,6 14,9 13,8 13,2 13,4 14,3 15,1 15,6 15,5 15,4 2 0 15,3 15,7 15,7 15,1 14,1 13,5 13,7 14,5 15,2 15,5 15,3 15,1 0 0 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8 Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi
  • 22. 17 Tabel 2.8. Parameter Besarnya Kemiringan Talud (m) Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi Tabel 2.9 Parameter Koefisien Kekasaran Stickler (K) Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi Tabel 2.10 Parameter Besarnya Tinggi Jagaan (w) Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi
  • 23. 18 Tabel 2.11 Parameter Untuk Perhitungan Kemiringan Saluran (n) Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi 2.3.3. Efisiensi Irigasi Air yang diambil dari sumber air atau sungai yang dialirkan ke areal irigasi tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi tejadi kehilangan air. Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan disaluran irigasi, rembesan dari saluran atau untuk keperluan lain ( rumah tangga ). 1) Efisiensi Pengaliran Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi mengalami kehilangan air selama pengalirannya. Kehilangan air ini menentukan besarnya efisiensi pengaliran. EPNG = (Asa/Adb) x 100% Dengan : EPNG = Efisiensi pengaliran Asa = Air yang sampai di irigasi Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap
  • 24. 19 2) Efisiensi Pemakaian Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan pada zone perakaran dalam periode pemberian air, dengan air yang diberikan pada areal irigasi. EPMK = (Adzp/Asa) x 100% Dengan : EPMK = Efisiensi pemakai Adzp = Air yang dapat ditahan pada zone perakaran Asa = Air yang diberikan ( sampai ) diareal irigasi 3) Efisiensi Penyimpanan Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada zone perakaran adalah Asp (air tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah Adk maka efisiensi penyimpanan adalah EPNY = (Adk/Asp) x 100% Dengan : EPNY = Efisiensi penyimpanan Asp = Air yang tersimpan Adk = Air yang diberikan Sesungguhnya jenis efisiensi tidak terbatas seperti tertulis diatas karena nilai efisiensi dapat pula terjadi pada saluran primer, bangunan bagi, saluran sekunder dan sebagainya. Secara prinsip nilai efisiensi adalah :    100%xAdbkAhlAbdkEF  Dengan : EF = Efisiensi Adbk = Air yang diberikan Ahl = Air yang hilang 2.4. Pola Tanam dan Sistem Golongan 1) Pola Tanam Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, penentuan pola tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Pola tanam adalah suatu sistem dalam menentukan jenis-jenis tanaman atau pergiliran tanaman produksi pada
  • 25. 20 suatu daerah tertentu yang disesuaikan dengan persediaan air yang ada pada periode musim hujan dan musim kemarau. Tabel 2.12. Tabel Pola Tanam 2) Sistem Golongan Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan yang optimal guna mencapai produktifitas yang tinggi, maka penanaman harus memperhatikan pembagian air secara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi. Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat rencana pembagian air yang baik, agar air yang tersedia dapat digunakan secara merata dan seadil-adilnya. Kebutuhan air yang tertinggi untuk suatu petak tersier adalah Qmax, yang didapat sewaktu merencanakan seluruh sistem irigasi. Besarnya debit Q yang tersedia tidak tetap, bergantung pada sumber dan luas tanaman yang harus diairi. Pada saat-saat dimana air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dengan pengaliran menerus, maka pemberian air tanaman dilakukan secara bergilir. Dalam musim kemarau dimana keadaan air mengalami kritis, maka pemberian air tanaman akan diberikan/diprioritaskan kepada tanaman yang telah direncanakan. 2.5. Kebutuhan Air 2.5.1. Penyiapan Lahan Kebutuhan air untukpenyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan adalah : a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
  • 26. 21 Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah : a. Tersedianyan tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah b. Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua. 1) Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah sawah. Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk lahan   FLPd dNSbSa PWR    1000 . Dimana : PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm) Sa = Derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%) Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%) N = Porositas tanah dalam (%) pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah d = Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm) Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm) FL = Kehilangan air sawah selama 1 hari (mm) Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak, kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. 2) Kebutuhan Air selama Penyiapan Lahan Untuk perhitungan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam lt/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut : IR= Mek /(ek - 1)
  • 27. 22 Dengan : IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari) M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P (mm/hari) Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1:1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hari) P = Perkolasi k = MT/S T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari) S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan diatas. e = Eksponensial Waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan tergantung pada kondisi di lapangan, biasanya antara 30 – 45 hari. Untuk daerah proyek baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah sekitarnya. Sebagai pedoman, diambil jangka waktu penyiapan lahan 45 hari untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak tersier. Untuk penjenuhan dan pengolahan tanah diperlukan lapisan air setebal 200 mm ditambah 50 mm lapisan air awal setelah transplantasi selesai, secara keseluruhan lapisan air yang diperlukan menjadi 250 mm. Bila lahan telah dibiarkan selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih) maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm. Berdasarkan perhitungan di atas, besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat dilihat pada tabel berikut.
  • 28. 23 Tabel 2.13 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan Eo + P mm / hari S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm 5 12,7 8,4 9,5 5,5 11,1 13 8,8 9,8 6 11,4 13,3 9,1 10,1 6,5 11,7 13,6 9,4 10,4 7 12 13,9 9,8 10,8 7,5 12,3 14,2 10,1 11,1 8 12,6 14,5 10,5 11,4 8,5 13 14,8 10,8 11,8 9 13,3 15,2 11,2 12,1 9,5 13,6 15,5 11,6 12,5 10 14 15,8 12 12,9 10,5 14,3 16,2 12,4 13,2 11 14,7 16,5 12,8 13,6 15 T = 30 hari T = 45 hari Sumber : KP – 01, tahun 1986 2.5.2. Penggunaan Konsumtif Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk proses fotosintesis dati tanaman tersebut, penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut : Etc = Kc . Eto Dengan : Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari) Eto = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari) Kc = Koefisien tanaman Besarnya koefisien tanaman padi dan palawija menurut Prosida dan FAO dapat dilihat pada tabel berikut.
  • 29. 24 Tabel 2.14 Koefisien Tanaman (Kc) Periode Tengah Bulanan Padi Nedeco / Prosida FAO Kedelai Varietas Biasa Varietas Unggul Varietas Biasa Varietas Unggul 1 2 3 4 5 6 7 8 1.20 1.20 1.30 1.40 1.35 1.24 1.12 0.00 1.20 1.27 1.33 1.30 1.30 0.00 1.10 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 0.00 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45 Sumber : Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985 2.5.3. Perkolasi Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh yang terletak di antara permukaan sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Karena belum ada pengukuran secara langsung di lapangan, maka besarnya perkolasi yang terjadi pada masing-masing lokasi daerah irigasi adalah berbeda. Besarnya perkolasi masing-masing daerah itu diambil berdasarkan jenis tanah di daerah tersebut. Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, lau perkolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.
  • 30. 25 2.5.4. Penggantian Lapisan Air Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. 2.6. Debit Andalan Debit andalan adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang dapat dipakai untuk irigasi. Tabel 2.11 berikut menyajikan ringkasan metode perhitungan debit andalan. Tabel 2.15 Debit Andalan No. Catatan Debit Metode Parameter Perencanaan 1 a. Data Cukup (20 tahun atau lebih) Analisis Frekuensi Distribusi Frekuensi Normal Debit rata- rata tengah bulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20% b. Data terbatas Analisis frekuensi. Rangkaian debit dihubungkan dengan rangkaian curah hujan yang mencakup waktu lebih lama Seperti pada 1.a dengan ketelitian kurang dari itu. 2 Data minimal atau tidak ada a. Metode Simulasi Perimbangan Air dari DR. Mock atau metode serupa lainnya. Curah hujan di daerah aliran sungai, evapotranspirasi, vegetasi, tanah dan karakteristik geologis daerah aliran sebagai data masukan. b. Perbandingan dengan daerah aliran sungai di dekatnya. Seperti pada 1.b dengan ketelitian kurang dari itu. 3 Data tidak ada Metode kapasitas saluran. Aliran rendah dihitung dari muka air rendah, potongan melintang sungai & kemiringan yang sudah diketahui. Metode tidak tepat, hanya sebagai cek. Seperti pada 1,b dengan ketelitian kurang dari itu.
  • 31. 26 Debit Andalan merupakan debit dari suatu sumber air ( misalnya sungai ) yang diharapkan dapat disadap untuk keperluan irigasi. Debit Andalan yang digunakan dalam perencanaan Jaringan Irigasi ini menggunakan persamaan metode rational sebagai berikut : Q = k.C.I.A Dimana : Q = Debit andalan (m3 /dt) k = 0,278 C = Runoff coefficient (0,08 untuk tanah pertanian) I = Intensitas curah hujan / R80 (mm/hari) A = Luas daerah yang dialiri (km2 ) 2.6.1. Debit yang Dibutuhkan Dari hasil perhitungan kebutuhan air setiap bulannya maka dapat diperoleh debit yang dibutuhkan pada setiap pola tanam: Q = Eff NFRA Dimana : Q = Debit yang dibutuhkan (m3 / dt) A = Luas daerah yang dialiri (ha) NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha) Eff = Efisiensi irigasi 2.6.2. Debit Saluran Untuk menghitung debit saluran digunakan rumus: a. Saluran Primer Q = tersierEffxsekunderEffxprimerEff NFRA x b. Saluran Sekunder Q = tersierEffxsekunderEff NFRA x
  • 32. 27 c. Saluran Tersier Q = tersierEff NFRA x Dimana : Q = Debit saluran (m3 / dt) A = Luas daerah yang dialiri (ha) NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha) Eff = Efisiensi irigasi 2.7. Perencanaan Pintu Sorong Muka air di saluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas tertentu oleh bangunan pengatur. Pada desain irigasi ini bangunan bagi dan sadap direncanakan menggunakan pintu sorong sebagai pintu pengatur untuk mengendalikan tinggi muka air pada saluran. Rumus debit untuk pintu sorong adalah: Q = K . μ . a . b. 12.g.h Dimana : Q = Debit (m3 / dt) K = Faktor aliran tenggelam μ = Koefisien debit a = Bukaan pintu (m) b = Lebar pintu (m) g = Percepatan grafitasi (m2 / dt) h1 = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m) Gambar 2.4 Aliran dibawah Pintu Sorong Dengan Dasar Horizontal 27 c. Saluran Tersier Q = tersierEff NFRA x Dimana : Q = Debit saluran (m3 / dt) A = Luas daerah yang dialiri (ha) NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha) Eff = Efisiensi irigasi 2.7. Perencanaan Pintu Sorong Muka air di saluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas tertentu oleh bangunan pengatur. Pada desain irigasi ini bangunan bagi dan sadap direncanakan menggunakan pintu sorong sebagai pintu pengatur untuk mengendalikan tinggi muka air pada saluran. Rumus debit untuk pintu sorong adalah: Q = K . μ . a . b. 12.g.h Dimana : Q = Debit (m3 / dt) K = Faktor aliran tenggelam μ = Koefisien debit a = Bukaan pintu (m) b = Lebar pintu (m) g = Percepatan grafitasi (m2 / dt) h1 = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m) Gambar 2.4 Aliran dibawah Pintu Sorong Dengan Dasar Horizontal 27 c. Saluran Tersier Q = tersierEff NFRA x Dimana : Q = Debit saluran (m3 / dt) A = Luas daerah yang dialiri (ha) NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha) Eff = Efisiensi irigasi 2.7. Perencanaan Pintu Sorong Muka air di saluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas tertentu oleh bangunan pengatur. Pada desain irigasi ini bangunan bagi dan sadap direncanakan menggunakan pintu sorong sebagai pintu pengatur untuk mengendalikan tinggi muka air pada saluran. Rumus debit untuk pintu sorong adalah: Q = K . μ . a . b. 12.g.h Dimana : Q = Debit (m3 / dt) K = Faktor aliran tenggelam μ = Koefisien debit a = Bukaan pintu (m) b = Lebar pintu (m) g = Percepatan grafitasi (m2 / dt) h1 = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m) Gambar 2.4 Aliran dibawah Pintu Sorong Dengan Dasar Horizontal
  • 33. 28 2.8. Perencanaan Jaringan Irigasi 2.8.1. Data yang Diperlukan Perencanaan yang sesungguhnya dimulai dengan pengumpulan data-data yang diperlukan. Adapun data-data tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Data Non-Teknis Data non-teknis yaitu dapat berupa : a. Keadaan sosial ekonomi penduduk b. Keadaan lingkungan daerah setempat c. Tata guna lahan 2. Data Teknis Data teknis yaitu dapat berupa : a. Data hidrologi b. Peta tofopografi c. Peta situasi 2.8.2. Perencanaan Jaringan Tersier Perencanaan jaringan tersier dapat dibagi atas dua bagian, yaitu : 1. Perencanaan no-teknis a. Memberikan pengertian kepada penduduk bahwa jaringan irigasi yang direncanakan akan bermanfaat bagi penduduk setempat. b. Melibatkan penduduk untuk ikut serta membuat jaringan tersebut, sehingga penduduk mempunyai rasa memiliki. c. Memberikan pengertian tentang pengolahan petak tersier. 2. Perencanaan teknis a. Berdasarkan data, tanaman apa saja yang akan ditanam pada sebagian petak tersier, sehingga dapat diperkirakan luasnya. b. Tiap-tiap petak harus direncanakan dengan petak yang jelas. Sangat dianjurkan adanya penggunaan batas-batas yang sudah ada misalnya jalan, bukit, lembah, sungai dan sebagainya. c. Luas petak sedemikian sehingga memudahkan dalam pengelolaan. Luas petak diambil kira-kira sebagai berikut:
  • 34. 29  Daerah datar : 200 – 300 Ha  Daerah agak miring : 100 – 200 Ha  Daerah berbukit : 50 – 100 Ha d. Bentuk petak diusahakan bujur sangkar atau mendekati dengan perbandingan antara lebar dan panjangnya berkisar antara 1:1,5. e. Letak petak diusahakan sedekat mungkin dengan saluran pembawa. f. Setiap bidang dari satu petak harus dapat menggunakan air dan membuang kelebihan air secara baik, untuk itu maka bangunan bagi ditempatkan pada bagian yang lebih rendah. 2.8.3. Perancanaan Jaringan Utama Perencanaan jaringan utama terdiri dari: 1. Menentukan letak bangunan utama Menentukan letak bangunan sadap sebaiknya direncanakan pada bagian sungai yang lurus, pada tanah yang kuat. 2. Merencanakan saluran primer Saluran primer dibuat mengikuti arah garis trase dan dimulai dari bangunan penyadap. Hal ini dimaksudkan agar tinggi hilang kecil, sehingga tidak diperlukan bangunan pemecah energi, juga dimaksudkan agar saluran dapat mengairi daerah seluas mungkin. 3. Merencanakan saluran sekunder Saluran sekunder hendaknya direncanakan sebagai saluran punggung dan dibuat tegak lurus arah trase. Hal ini dimaksudkan agar saluran sekunder dapat mengairi daerah yang ada di kanan dan kirinya. 4. Perencanaan bangunan pelengkap Bangunan pelengkap yang direncanakan sesuai dengan kondisi lapangan yang ada dan kebutuhan dalam usaha memenuhi penyediaan air di tingkat persawahan.
  • 35. 30 2.8.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Perencanaan Tahap-tahap pelaksanaan perencanaan yaitu: 1. Merencanakan tata letak dan pemberian nama saluran dan petak. Adapun cara pemberian nama adalah sebagai berikut: a. Bendung diberi nama sesuai dengan nama desa terpenting yang dekat dengan tempat pengambilan airnya. b. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama desa yang mendapat layanan air irigasi dari saluran induk tersebut. c. Saluran sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang mendapat layanan air irigasi dari saluan tersebut. d. Bangunan bagi/sadap di sebelah hulunya ditambah indeks 1, 2, 3, dan seterusnya. e. Bangunan persilangan seperti gorong-gorong, talang, bangunan terjun dan sebagainya diberi nama sesuai dengan nama ruas saluran di mana bangunan itu terletak dan ditambah dengan indeks a, b, c, dan seterusnya. f. Petak tersier diberi nama sesuai dengan nama bangunan sadap di tempat air tersebut diambil dan diberi kode kanan, kiri atau tengah. 2. Menghitung luas tiap petak tersier. Menghitung luas petak tersier dimaksudkan untuk kemudian dapat dihitung kebutuhan air untuk setiap petak tersier, sehingga dapat ditentukan dimensi saluran tersier. 3. Menghitung kebutuhan air di petak sekunder. 4. Menghitung debit andalan sungai. 5. Mendimensi saluran. 2.9. Dimensi Saluran Menurut asalnya, saluran dapat digolongkan atas saluran alam dan saluran buatan. Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di bumi. Sedangkan saluran buatan dibentuk oleh manusia. Penampang saluran buatan biasanya direncanakan berdasarkan bentuk geometris yang umum. Tabel 2.12 merupakan daftar bentuk geometris yang biasa dipakai.
  • 36. 31 Tabel 2.16 Bentuk-Bentuk Geometris Penampang Saluran Sumber: Ven Te Chow, Hidrolika Saluran terbuka, 1989 Keterangan tabel: b = Lebar dasar saluran h = Tinggi air m = Kemiringan talud w = Tinggi jagaan Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium adalah bentuk penampang saluran yang paling umum dan paling ekonomis digunakan. Dimensi saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning berikut : V = (1/ n) x R2/3 x I1/2 No. Penampang Luas (A) Keliling Basah (P) Jari-jari Hidrolis (R) 1. 2. 3. 4. w b M.A.N 1 b . h (b+m.h)h m.h2 1/8 (θ-sin θ)d2 b + 2h b+2h 2m1  2h 2m1  ½.θ.d 2hb h.b  2m12hb hm)(b   2m12 h.m  ¼ (1- sin θ/ θ)d w h h w m h h M.A.N M.A.N h h θd h
  • 37. 32 Q = A x V dengan: V = Kecepatan aliran (m / dt) n = Koefisien Manning R = Jari-jari hidrolis (m) I = Kemiringan saluran Q = Debit saluran (m3 / dt) Untuk menentukan tinggi jagaan dipakai standar yang disarankan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
  • 38. 33 BAB III DATA DAN PERENCANAAN 3.1. Data Hidrologi 1. Data Stasiun Hidrologi : 5o 6’ LS dan 101o 17’BT / 4o 30’ LS dan 104o 35’BT 2. Elevasi Lokal : 13 m 3. Tinggi Pengukura (x) : 60 Mdpl 4. Data Curah Hujan : Tahun 2005 s.d. 2014 (Lihat Lampiran) 5. Perbandingan Usiang/Umalam : 4 6. Masa Penyiapan Lahan : 30 Hari 7. Pola Tanam : Padi-Padi-Palawija 3.2. Data Klimatologi Data klimatologi yang digunakan meliputi tempratur, penyinaran matahari, kelembaban udara, dan kecepatan angin. 3.3. Tempratur (t) Data temperatur udara rata-rata bulanan adalah sebagai berikut :
  • 39. 34 Tabel 3.1. Tabel Temperatur Maksimum Stasiun I Data : Temperatur Maksimum Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 31,3 33,6 32,1 33,6 32,5 31,3 32,4 31,8 32,3 32,7 32,4 33,3 2006 31,4 33,7 31,5 32,5 33,1 33,5 32,2 32,4 32,7 31,0 33,2 30,7 2007 31,6 32,9 32,6 32,9 33,9 32,7 33,1 33,2 33,4 32,1 34,1 33,6 2008 32,4 33,1 31,8 31,5 31,2 32,5 33,5 32,5 33,5 32,5 30,6 32,5 2009 33,1 31,2 33,1 31,2 31,6 31,6 30,8 33,6 30,8 31,2 32,1 33,1 2010 33,2 33,2 33,2 32,9 34,0 31,5 31,5 32,9 31,5 32,5 34,0 32,6 2011 32,7 32,4 32,7 32,2 32,5 32,6 33,4 31,2 33,4 33,1 32,5 34,0 2012 31,6 31,6 32,8 33,3 33,6 32,8 33,6 30,9 33,6 32,6 33,6 31,2 2013 31,2 33,2 31,2 34,1 31,9 32,0 33,3 32,1 33,3 30,9 31,8 32,8 2014 32,4 32,8 33,2 31,2 30,4 31,1 31,2 33,8 31,2 31,2 30,1 32,7 Min 31,2 31,2 31,2 31,2 30,4 31,1 30,8 30,9 30,8 30,9 30,1 30,7 Max 33,2 33,7 33,2 34,1 34,0 33,5 33,6 33,8 33,6 33,1 34,1 34,0 Rata-rata 32,09 32,77 32,42 32,54 32,47 32,16 32,50 32,44 32,57 31,98 32,44 32,65 BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI RIAU DATA KLIMATOLOGI Temperatur Maksimum (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 40. 35 Tabel 3.2. Tabel Temperatur Minimum Stasiun I Data : Temperatur Minimum Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 22,3 20,1 21,7 21,5 20,3 24,0 23,1 23,6 23,6 23,0 22,5 21,5 2006 22,6 21,9 23,6 23,9 20,6 21,3 22,6 21,5 22,5 22,6 21,9 20,4 2007 21,3 22,5 20,5 20,8 21,6 23,6 23,9 20,5 22,9 20,9 21,8 21,6 2008 23,9 22,1 23,6 23,8 20,5 20,5 20,8 21,6 21,3 20,1 22,7 20,4 2009 23,0 22,3 20,3 24,0 23,6 23,6 23,8 20,5 22,5 22,3 23,8 21,6 2010 21,9 22,5 20,9 26,1 24,3 21,5 23,6 22,9 23,9 21,8 20,1 20,5 2011 20,3 20,3 20,4 23,8 22,5 20,1 20,3 21,3 22,5 22,6 22,0 23,6 2012 25,1 20,0 20,2 20,6 21,3 21,5 23,6 22,9 23,9 21,8 20,1 22,9 2013 20,5 22,4 20,1 23,9 20,5 20,1 20,4 21,3 22,5 22,6 22,0 24,9 2014 23,6 20,5 23,4 24,1 22,0 22,0 20,9 22,5 22,4 23,9 21,9 23,6 Min 20,3 20,0 20,1 20,6 20,3 20,1 20,3 20,5 21,3 20,1 20,1 20,4 Max 25,1 22,5 23,6 26,1 24,3 24,0 23,9 23,6 23,9 23,9 23,8 24,9 Rata-rata 22,45 21,46 21,47 23,25 21,72 21,82 22,30 21,86 22,80 22,16 21,88 22,10 Temperatur Minimum BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 41. 36 Tabel 3.3. Temperatur Udara Rata-Rata Tiap Bulan Stasiun I Data : Perhitungan Temperatur Rata-rata Bulan Temperatur Rata-rata Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Min 20,30 20,00 20,10 20,60 20,30 20,10 20,30 20,50 21,30 20,10 20,10 20,40 Max 33,20 33,70 33,20 34,10 34,00 33,50 33,60 33,80 33,60 33,10 34,10 34,00 Rerata 26,75 26,85 26,65 27,35 27,15 26,80 26,95 27,15 27,45 26,60 27,10 27,20 Temperature udara rata-rata tiap bulan (to C) Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des t o C 26,75 26,85 26,65 27,35 27,15 26,80 26,95 27,15 27,45 26,60 27,10 27,20 BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 42. 37 Tabel 3.4. Tabel Temperatur Maksimum Stasiun II Data : Temperatur Maksimum Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 31,3 33,6 32,1 33,6 32,5 31,3 32,4 31,8 32,3 32,7 32,4 33,3 2006 33,2 31,6 33,2 33,2 33,4 32,6 32,6 32,6 31,2 31,0 33,2 30,7 2007 32,9 32,7 32,9 33,9 33,6 33,1 33,0 33,1 33,0 32,1 34,1 33,6 2008 31,6 31,6 31,5 31,2 32,5 33,5 32,5 33,5 32,5 32,5 30,6 32,5 2009 31,2 33,1 30,1 31,6 31,6 30,8 33,6 30,8 31,2 31,2 32,1 33,1 2010 33,2 33,2 32,9 34,0 31,5 31,5 32,9 31,5 32,5 32,5 34,0 32,6 2011 32,4 32,9 32,2 32,5 32,6 33,4 31,2 33,4 33,1 33,1 32,5 34,0 2012 31,6 31,6 33,6 33,6 32,8 33,6 30,9 33,6 32,6 32,6 33,6 31,2 2013 32,7 30,3 34,0 31,9 32,0 33,3 32,1 33,3 30,5 30,9 31,8 32,8 2014 32,4 32,8 33,2 31,2 30,4 31,1 31,2 33,8 31,2 31,2 30,1 32,7 Min 31,2 30,3 30,1 31,2 30,4 30,8 30,9 30,8 30,5 30,9 30,1 30,7 Max 33,2 33,6 34,0 34,0 33,6 33,6 33,6 33,8 33,1 33,1 34,1 34,0 Rata-rata 32,25 32,34 32,57 32,67 32,29 32,42 32,24 32,74 32,01 31,98 32,44 32,65 BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI Temperatur Maksimum (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 43. 38 Tabel 3.5. Tabel Temperatur Manimum Stasiun II Data : Temperatur Minimum Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 22,3 20,1 21,7 21,5 20,3 24,0 23,1 23,6 23,6 23,0 22,5 21,5 2006 22,3 20,1 21,9 22,6 20,3 24,0 22,6 21,5 22,5 22,6 21,9 20,4 2007 22,6 21,3 21,5 20,3 21,6 21,3 23,9 20,3 22,9 20,9 21,8 21,6 2008 21,3 21,5 21,6 20,1 21,9 23,6 20,1 21,6 21,3 20,1 22,7 20,4 2009 24,3 21,9 22,5 22,0 22,5 20,5 23,8 20,5 22,5 22,3 23,8 21,6 2010 20,3 23,0 23,1 21,9 22,1 23,6 24,0 23,6 23,9 21,8 20,1 20,5 2011 20,1 21,9 22,6 20,3 22,3 20,3 20,5 21,5 22,5 22,6 22,0 23,6 2012 21,3 21,5 20,3 21,6 22,5 20,9 23,6 22,9 23,9 21,8 20,1 22,9 2013 21,5 21,6 20,1 20,1 20,3 21,5 20,4 21,3 22,5 22,6 22,0 24,9 2014 23,6 20,5 23,4 24,1 22,0 22,0 20,9 22,5 22,4 23,9 21,9 23,6 Min 20,1 20,1 20,1 20,1 20,3 20,3 20,1 20,3 21,3 20,1 20,1 20,4 Max 24,3 23,0 23,4 24,1 22,5 24,0 24,0 23,6 23,9 23,9 23,8 24,9 Rata-rata 21,96 21,34 21,87 21,45 21,58 22,17 22,29 21,93 22,80 22,16 21,88 22,10 Temperatur Minimum BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 44. 39 Tabel 3.6. Temperatur Udara Rata-Rata Tiap Bulan Stasiun II Data : Perhitungan Temperatur Rata-rata Bulan Temperatur Rata-rata Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Min 20,10 20,10 20,10 20,10 20,30 20,30 20,10 20,30 21,30 20,10 20,10 20,40 Max 33,20 33,60 34,00 34,00 33,60 33,60 33,60 33,80 33,10 33,10 34,10 34,00 Rerata 26,65 26,85 27,05 27,05 26,95 26,95 26,85 27,05 27,20 26,60 27,10 27,20 Tabel 3.1 Temperature udara rata-rata tiap bulan (to C) Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des t o C 26,65 26,85 27,05 27,05 26,95 26,95 26,85 27,05 27,20 26,60 27,10 27,20 BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 45. 40 3.4. Penyinaran Matahari (n/N) Data penyinaran matahari rata-rata bulanan adalah sebagai berikut : Tabel 3.7. Penyinaran Matahari Rata-Rata Bulanan Stasiun I Data : Rata-rata Penyinaran Matahari (%) Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 32,2 36,5 36,5 45,6 32,5 48,9 31,5 48,2 31,2 45,3 24,7 35,2 2006 45,6 41,3 45,2 45,2 30,9 36,7 30,9 36,7 30,0 48,6 26,8 43,2 2007 47,3 32,1 41,3 41,3 30,9 36,7 30,0 48,6 48,6 26,8 23,9 35,6 2008 43,0 39,0 39,5 40,6 42,3 29,8 31,9 26,5 26,5 23,9 26,7 43,2 2009 47,3 32,1 41,3 41,3 41,7 25,1 34,5 23,9 23,9 26,7 23,9 23,8 2010 43,0 39,0 39,5 40,6 42,3 29,8 31,9 26,5 26,5 23,9 26,7 23,8 2011 42,0 32,5 36,2 38,9 41,7 25,1 34,5 23,9 23,9 26,7 35,2 27,8 2012 42,0 32,5 36,2 38,9 46,3 26,9 32,7 24,8 24,8 35,2 35,2 29,3 2013 32,9 8,0 31,2 48,0 46,3 26,9 32,7 24,8 24,8 35,2 38,7 27,8 2014 25,9 40,6 36,9 26,5 30,0 26,4 42,9 40,0 40,2 42,3 31,6 29,3 Min 25,9 8,0 31,2 26,5 30,0 25,1 30,0 23,9 23,9 23,9 23,9 23,8 Max 47,3 41,3 45,2 48,0 46,3 48,9 42,9 48,6 48,6 48,6 38,7 43,2 Rata-rata 40,12 33,36 38,38 40,69 38,49 31,23 33,35 32,39 30,04 33,46 29,34 31,90 BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI Rata-rata Penyinaran Matahari (% ) (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 46. 41 Tabel 3.8. Penyinaran Matahari Rata-Rata Bulanan Stasiun II Data : Rata-rata Penyinaran Matahari (%) Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 32,2 36,5 36,5 45,6 32,5 48,9 31,5 48,2 31,2 45,3 24,7 35,2 2006 28,6 24,5 45,6 41,3 45,2 45,2 30,9 36,7 30,0 48,6 26,8 43,2 2007 41,2 35,9 47,3 32,1 41,3 41,3 42,3 29,8 31,9 26,5 23,9 35,6 2008 48,3 32,1 43,0 39,0 39,5 40,6 41,7 25,1 34,5 23,9 26,7 43,2 2009 41,2 35,9 47,3 32,1 41,3 41,3 42,3 29,8 31,9 26,5 23,9 23,8 2010 48,3 32,1 43,0 39,0 39,5 40,6 41,7 25,1 34,5 23,9 26,7 23,8 2011 36,6 36,0 42,0 32,5 36,2 38,9 46,3 26,9 32,7 24,8 35,2 27,8 2012 36,6 36,0 42,0 32,5 36,2 38,9 46,3 26,9 32,7 24,8 35,2 29,3 2013 32,9 8,0 31,2 48,0 46,3 26,9 32,7 24,8 24,8 35,2 38,7 27,8 2014 25,9 40,6 36,9 26,5 30,0 26,4 42,9 40,0 40,2 42,3 31,6 29,3 Min 25,9 8,0 31,2 26,5 30,0 26,4 30,9 24,8 24,8 23,9 23,9 23,8 Max 48,3 40,6 47,3 48,0 46,3 48,9 46,3 48,2 40,2 48,6 38,7 43,2 Rata-rata 37,18 31,76 41,48 36,86 38,80 38,90 39,86 31,33 32,44 32,18 29,34 31,90 BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI Rata-rata Penyinaran Matahari (% ) (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 47. 42 3.5. Kelembaban Udara (RH) Data kelembaban udara rata-rata bulanan adalah sebagai berikut : Tabel 3.9. Kelembaban Udara Maksimum Bulanan Stasiun I Data : Kelembaban Maksimum Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 93 89 96 84 86 89 93 92 93 98 93 95 2006 98 94 86 92 82 87 89 95 89 97 91 92 2007 98 94 86 93 85 81 85 89 97 91 94 94 2008 97 93 89 97 86 80 82 85 94 94 97 86 2009 91 97 85 94 87 91 80 86 85 97 92 95 2010 90 98 81 97 86 80 82 87 86 92 97 86 2011 89 97 85 94 87 91 80 86 85 97 92 95 2012 86 98 81 88 81 94 87 87 86 92 85 82 2013 89 82 87 88 81 94 87 88 81 85 85 82 2014 86 82 87 89 93 96 85 87 80 87 86 95 Min 86 82 81 84 81 80 80 85 80 85 85 82 Max 98 98 96 97 93 96 93 95 97 98 97 95 Rata-rata 91,70 92,40 86,30 91,60 85,40 88,30 85,00 88,20 87,60 93,00 91,20 90,20 Kelembaban Maksimum BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 48. 43 Tabel 3.10. Kelembaban Udara Minimum Bulanan Stasiun I Data : Kelembaban Minimum Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 71 67 56 65 59 63 54 56 61 58 65 62 2006 52 65 59 63 54 56 65 60 56 54 56 63 2007 53 68 54 60 56 56 53 61 52 61 53 65 2008 67 70 62 56 50 52 50 52 52 61 53 65 2009 53 63 63 54 52 59 52 59 53 62 52 60 2010 67 70 62 56 50 52 50 52 52 61 53 65 2011 64 63 63 54 52 59 52 59 53 62 52 60 2012 64 56 56 58 58 58 58 58 58 54 50 52 2013 57 56 56 58 58 58 58 58 58 5 50 52 2014 64 59 59 59 53 57 53 57 54 62 60 53 Max 71 70 63 65 59 63 65 61 61 62 65 65 Min 52 56 54 54 50 52 50 52 52 5 50 52 Rata-rata 61,20 63,70 59,00 58,30 54,20 57,00 54,50 57,20 54,90 54,00 54,40 59,70 Kelembaban Minimum BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 49. 44 Tabel 3.11. Kelembaban Rata-Rata Tiap Bulan Stasiun I Perhitungan Kelembaban Relatif (%) Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des RH% Min 52,00 53,00 52,00 56,00 54,00 54,00 50,00 52,00 50,00 5,00 50,00 52,00 Max 98,00 98,00 96,00 97,00 93,00 96,00 93,00 95,00 97,00 98,00 97,00 95,00 Rerata 75,00 75,50 74,00 76,50 73,50 75,00 71,50 73,50 73,50 51,50 73,50 73,50 Kelembaban Relatif (%) BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 50. 45 Tabel 3.12. Kelembaban Udara Maksimum Bulanan Stasiun I Data : Kelembaban Maksimum Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 93 89 96 84 86 89 93 92 93 98 93 95 2006 93 89 93 85 81 85 93 85 94 94 91 92 2007 97 85 96 87 80 82 97 86 85 97 94 94 2008 98 81 94 90 91 80 94 87 86 92 97 86 2009 97 85 96 87 80 82 97 86 85 97 92 95 2010 98 81 94 90 91 80 94 87 86 92 97 86 2011 82 87 90 94 94 87 88 81 85 85 92 95 2012 82 87 90 94 94 87 88 81 85 85 85 82 2013 89 82 87 88 81 94 87 88 81 85 85 82 2014 86 82 87 89 93 96 85 87 80 87 86 95 Min 82,0 81,0 87,0 84,0 80,0 80,0 85,0 81,0 80,0 85,0 85,0 82,0 Max 98,0 89,0 96,0 94,0 94,0 96,0 97,0 92,0 94,0 98,0 97,0 95,0 Rata-rata 91,50 84,80 92,30 88,80 87,10 86,20 91,60 86,00 86,00 91,20 91,20 90,20 Kelembaban Maksimum BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 51. 46 Tabel 3.13. Kelembaban Udara Minimum Bulanan Stasiun II Data : Kelembaban Minimum Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 71 67 56 65 59 63 54 56 61 58 65 62 2006 61 70 62 56 50 52 52 61 56 54 56 63 2007 60 63 61 70 62 56 50 52 52 61 53 65 2008 61 70 60 63 63 54 52 59 53 62 52 60 2009 60 63 61 70 62 56 50 52 52 61 53 65 2010 56 56 60 63 63 54 52 59 53 62 52 60 2011 56 56 56 56 56 58 58 58 58 54 50 52 2012 57 59 56 56 56 58 58 58 58 5 50 52 2013 57 68 57 59 59 59 53 57 54 62 60 53 2014 64 62 52 62 62 64 57 61 50 63 52 54 Max 56,0 56,0 52,0 56,0 50,0 52,0 50,0 52,0 50,0 5,0 50,0 52,0 Min 71,0 70,0 62,0 70,0 63,0 64,0 58,0 61,0 61,0 63,0 65,0 65,0 Rata-rata 60,30 63,40 58,10 62,00 59,20 57,40 53,60 57,30 54,70 54,20 54,30 58,60 BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI Kelembaban Minimum (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 52. 47 Tabel 3.14. Kelembaban Rata-Rata Tiap Bulan Stasiun II Tabel 3.2 Perhitungan Kelembaban Relatif (%) Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des RH % Min 71,00 70,00 62,00 70,00 63,00 64,00 58,00 61,00 61,00 63,00 65,00 65,00 Max 98,00 89,00 96,00 94,00 94,00 96,00 97,00 92,00 94,00 98,00 97,00 95,00 Rerata 84,50 79,50 79,00 82,00 78,50 80,00 77,50 76,50 77,50 80,50 81,00 80,00 Kelembaban Relatif (% ) BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 53. 48 3.6. Kecepatan Angin (U) Data kecepatan angin rata-rata bulanan adalah sebagai berikut : Tabel 3.15. Kecepatan Angin Bulanan Stasiun I Data : Rata-rata Kecepatan Angin (Km/Jam) Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 2,3 11,2 13,6 12,3 4,9 5,4 14,5 2,3 11,2 10,3 8,5 10,3 2006 8,2 10,3 14,5 9,5 11,2 6,7 13,5 3,2 10,3 12,4 6,1 9,5 2007 10,3 9,2 13,5 3,2 10,3 12,4 6,1 9,5 11,2 13,6 11,2 11,3 2008 8,2 10,3 10,2 4,6 10,2 13,6 11,2 8,5 13,2 12,4 6,1 9,5 2009 10,3 9,2 13,5 3,2 10,3 12,4 6,1 9,5 11,2 13,6 11,2 11,3 2010 10,6 8,0 10,2 4,6 10,2 13,6 11,2 8,5 13,2 9,5 10,3 8,6 2011 10,6 8,0 12,8 8,9 10,6 9,5 10,3 12,3 15,6 9,5 10,3 8,6 2012 11,0 12,3 12,8 8,9 10,6 9,5 10,3 12,3 15,6 8,9 5,2 6,5 2013 12,3 11,3 14,9 5,9 9,8 8,9 5,2 7,5 2,3 8,6 6,1 7,3 2014 15,9 2,3 9,8 7,5 2,3 8,6 6,1 10,2 2,6 9,7 3,0 10,9 Min 2,3 2,3 9,8 3,2 2,3 5,4 5,2 2,3 2,3 8,6 3,0 6,5 Max 15,9 12,3 14,9 12,3 11,2 13,6 14,5 12,3 15,6 13,6 11,2 11,3 Rata-rata 9,97 9,21 12,58 6,86 9,04 10,06 9,45 8,38 10,64 10,85 7,80 9,38 BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam) (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Metro 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 54. 49 Tabel 3.16. Kecepatan Angin Bulanan Stasiun II Data : Rata-rata Kecepatan Angin (Km/Jam) Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 2005 2,3 11,2 13,6 12,3 4,9 5,4 14,5 2,3 11,2 10,3 8,5 10,3 2006 8,2 10,3 14,5 9,5 11,2 6,7 13,2 12,0 10,2 4,6 10,2 9,5 2007 10,3 14,5 9,5 11,2 6,7 13,5 11,2 6,7 13,5 3,2 10,3 11,3 2008 9,2 12,7 8,5 13,2 12,0 10,2 13,2 12,0 10,2 4,6 10,2 9,5 2009 10,3 14,5 9,5 11,2 6,7 13,5 15,6 11,9 12,8 8,9 10,6 11,3 2010 9,2 12,7 8,5 13,2 12,0 10,2 15,6 11,9 12,8 8,9 10,6 8,6 2011 8,0 10,1 12,3 15,6 11,9 12,8 11,2 13,2 14,9 5,9 9,8 8,6 2012 8,0 10,1 12,3 15,6 11,9 12,8 9,8 14,7 9,8 7,5 2,3 6,5 2013 12,3 9,3 11,5 11,2 13,2 14,9 5,9 9,8 8,9 5,2 6,1 7,3 2014 15,9 2,3 9,8 7,5 2,3 8,6 6,1 10,2 2,6 9,7 3,0 10,9 Min 2,3 2,3 8,5 7,5 2,3 5,4 5,9 2,3 2,6 3,2 2,3 6,5 Max 15,9 14,5 14,5 15,6 13,2 14,9 15,6 14,7 14,9 10,3 10,6 11,3 Rata-rata 9,37 10,77 11,00 12,05 9,28 10,86 11,63 10,47 10,69 6,88 8,16 9,38 Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam) BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG DATA KLIMATOLOGI (Sumber : Data Klimatologi Stasiun Damraman 2005-2014 Provinsi Lampung )
  • 55. 50 3.7. Data Curah Hujan Tabel 3.17. Data Curah Hujan Stasiun Metro Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des 2005 53,40 29,30 60,20 180,20 88,00 80,30 36,70 52,30 26,70 48,50 81,50 42,60 779,70 180,20 2006 23,50 53,20 50,00 32,80 79,30 33,50 48,70 21,10 20,00 55,60 54,30 40,00 512,00 79,30 2007 27,00 28,70 78,40 24,10 54,90 29,70 28,20 14,50 30,60 27,20 26,20 20,70 390,20 78,40 2008 36,20 33,00 34,50 33,00 36,00 14,50 11,00 68,70 79,00 49,50 64,50 29,00 488,90 79,00 2009 48,00 60,30 40,00 35,40 42,00 28,00 35,00 32,00 24,00 44,00 39,00 58,00 485,70 60,30 2010 46,00 50,00 60,00 31,00 24,00 44,00 20,00 43,00 56,50 46,00 32,00 89,00 541,50 89,00 2011 37,00 12,00 60,00 13,50 34,00 70,00 50,00 36,00 50,00 38,00 85,00 51,00 536,50 85,00 2012 68,00 60,00 43,00 59,00 39,00 70,00 31,00 54,00 62,00 55,00 42,00 62,00 645,00 70,00 2013 36,00 22,00 91,00 69,00 60,00 10,00 33,00 34,00 26,00 45,00 48,00 41,00 515,00 91,00 2014 60,40 88,90 41,00 65,50 71,30 28,80 43,70 42,20 62,60 102,00 60,20 64,00 730,60 102,00 (Sumber Data Stasiun Metro 2014) BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG Tahun Bulan dalam setahun Rh Total (mm) Rh Max (mm)
  • 56. 51 Tabel 3.18. Data Curah Hujan Stasiun Damraman Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des 2005 26,50 60,00 54,00 35,00 47,00 56,00 11,00 82,50 47,00 60,00 33,00 30,00 542,000 82,500 2006 45,00 39,00 90,00 34,00 51,00 37,00 118,00 37,00 25,00 44,50 42,00 31,50 594,000 118,000 2007 55,50 25,00 78,00 32,00 55,00 26,00 35,00 16,00 32,00 23,00 44,00 67,00 488,500 78,000 2008 44,00 48,00 54,00 35,00 24,00 15,00 19,50 44,00 23,00 39,50 91,00 35,00 472,000 91,000 2009 47,00 31,00 45,00 37,00 76,00 48,00 38,00 60,00 36,00 41,00 75,00 132,00 666,000 132,000 2010 57,00 71,00 82,00 80,00 83,00 55,00 28,00 27,00 53,00 88,00 63,00 104,00 791,000 104,000 2011 50,00 74,00 68,00 53,00 25,00 59,00 50,00 29,00 51,00 67,00 112,00 129,00 767,000 129,000 2012 10,00 60,30 50,00 35,40 79,30 33,50 48,70 29,50 24,00 55,60 54,30 58,00 538,600 79,300 2013 27,20 11,60 34,50 33,00 46,90 29,70 18,50 68,70 79,00 49,50 64,50 20,70 483,800 79,000 2014 22,10 35,00 28,00 35,00 32,50 18,00 16,00 24,50 5,00 16,00 35,00 23,00 290,100 35,000 (Sumber Data Stasiun Damraman 2014) BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI & GEOFISIKA PROVINSI LAMPUNG Tahun Bulan dalam setahun Rh Total (mm) Rh Max (mm)
  • 57. 52 3.8. Peta Topografi Gambar 3.1 Peta Topografi Sungai Bunut Metro - Lampung
  • 58. 53 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Hidrologi 4.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi Seperti yang telah dijelaskan untuk menghitung Evapotranspirasi digunakan rumus Penman modifikasi, yaitu : Eto = C(W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed) Hasil perhitungan besarnya evapotranspirasi potensial dapat dilihat pada tabel berikut. Berikut ini adalah contoh perhitungan evapotranspirasi pada bulan Januari. Dengan data sbb : Temperatur (t) = 26,70o C Kelembaban Udara (RH) = 79,75 % Penyinaran Matarahi (n/N) = 36,85 % Kecepatan Angin (U) = 9,10 km/jam = 218,40 km/hari Tinggi Pengukuran (x) = 60 Mdpl Penyelesaian : Untuk temperatur (t) = 26,70o C berdasarkan tabel 2.4. diperoleh harga ea, w, (1- w), dan f(t) dengan cara interpolasi : ea =       070,3560,3370,35 2627 2670,26 60,33     m.bar ed = ea x (RH/100) = 35,070 x (79,75/100) = 27,968 m.bar Nilai (w) dicari berdasarkan tabel 2.3. dengan acuan terhadap nilai temperatur dan nilai ketinggian suatu tempat dari muka air, perhitungan di dapatkan dengan cara interpolasi sebanyak 3 kali. a.       761,075,076,0 0500 060 75,0    
  • 59. 54 b.       771,078,077,0 0500 060 75,0     c.       764,0761,0771,0 2628 26650,26 761,0     Sehingga didapat nilai (w) adalah = 0,764 (1-w) = (1-0,764) = 0,236 Nilai Ra untuk bulan januari berdasarkan tabel 2.7. untuk koordinat 5o 6’ maka nilai Ra adalah : Konversi nilai 5o 6’ kedalam bentuk desimal stasiun 1 5o 6’ = 5o + (6 x 1/60)o = 5o + 0,1o = 5,1o Konversi nilai 4o 30’ kedalam bentuk desimal stasiun II 4o 30’ = 4o + (30 x 1/60) o = 4o + 0,5o = 4,5o Sehingga nilai yang dipakai adalah (5,1 + 4,5)/2 = 4,8o Untuk nilai Ra menurut tabel 2.7. didapatkan dengan cara interpolasi Ra =       620,1550,1580,15 46 480,4 50,15     Rs = (0,25 + 0,5 n/N) . Ra = (0,25 + 0,5 . 36,85%) . 15,620 = 6,783 mm/hari Untuk tanaman hijau r = 0,2 (dari tabel 2.2.) Rns = (1-r) . Rs = (1-0,2) . 6,783 = 5,426 mm/hari f(ed) = 0,34 – 0,044 ed0,5 = 0,34 – 0,044 (27,698)0,5 = 0,107 mm/hari f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N = 0,1 + 0,9 . 36,85 % = 0,432
  • 60. 55 T = to C + 273K = 26,70 + 273 = 299,70 f(t) = 1,99 x 10-9 (T4 ) = 1,99 x 10-9 (299,704 ) = 16,055 mm/hari Rn1 = f(t) x f(ed) x f(n/N) = 16,055 x 0,107 x 0,432 = 0,744 mm/hari Rn = Rns – Rn1 = 5,426 – 0,744 = 4,683 mm/hari U = 9,10 km/jam U2 = (U x 1000) : 3600 = (9,10 x 1000) : 3600 = 2,528 m/dtk f(U) = 0,27 (1 + U/100) = 0,27 (1 + 218,4/100) = 0,860 Nilai C berdasarkan 7 kali interpolasi dari tabel 2.6. adalah sebagai berikut : Interpolasi untuk Rhmax = 60 % a.       997,098,01 03 0528,2 98,0     b.       101,105,111,1 03 0528,2 05,1     c.       096,1997,0101,1 69 6783,6 997,0    
  • 61. 56 Interpolasi untuk Rhmax = 90 % a.       094,106,110,1 03 0528,2 06,1     b.       243,110,127,1 03 0528,2 10,1     c.       133,1094,1243,1 69 6783,6 094,1     Interpolasi untuk Rhmax = 75 % a.       096,1024,1133,1 6090 6075,79 024,1     Sehingga nilai C adalah 1,095 Eto = C(W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed)) = 1,096 . ((0,765 . 4,683) + (0,235 . 0,860 . (35,070 – 27,968))) = 5,497 mm/hari Eto Rata-rata perbulan adalah Eto x jumlah Hari (Masing-Masing dalam bulan) Eto = 5,497 x 31 = 170,404 mm/bulan Untuk bulan februari dan seterusnya perhitungan disajikan dalam tabel 4.1. sebagai berikut :
  • 62. 57 Tabel 4.1 Perhitungan Evapotranspirasi Dengan Metode Penmann Modifikasi No Uraian Simbol Sumber Satuan Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Agust. Sep. Okt. Nop. Des. Data Meteorologi 1 Temperatur Rata-rata T data c 26,700 26,850 26,850 27,200 27,050 26,875 26,900 27,100 27,325 26,600 27,100 27,200 2 Kelembaban Udara rata-rata RHrata-rata data % 79,750 77,500 76,500 79,250 76,000 77,500 74,500 75,000 75,500 66,000 77,250 76,750 3 Kecepatan Angin pada elv 2m U data km/jam 9,100 7,850 11,925 9,650 7,250 9,825 10,300 7,900 8,850 8,925 6,775 8,900 4 Kecepatan Angin pada elv 2m U data m/dt 2,528 2,181 3,313 2,681 2,014 2,729 2,861 2,194 2,458 2,479 1,882 2,472 5 Kecepatan Angin pada elv 2m U2 data km/hari 218,400 188,400 286,200 231,600 174,000 235,800 247,200 189,600 212,400 214,200 162,600 213,600 6 Penyinaran Matahari n/N data % 36,850 24,475 38,725 37,250 38,150 37,325 37,525 36,375 34,375 36,250 31,300 33,500 Perhitungan Evapotranspirasi 1 Tekanan uap jenuh ea tabel m bar 35,070 35,385 35,385 36,120 35,805 35,438 35,490 35,910 36,383 34,860 35,910 36,120 2 ed=ea.RH ed hitung m bar 27,968 27,423 27,070 28,625 27,212 27,464 26,440 26,933 27,469 23,008 27,740 27,722 3 (ea-ed) ea-ed hitung m bar 7,102 7,962 8,315 7,495 8,593 7,973 9,050 8,978 8,914 11,852 8,170 8,398 4 Fungsi kecepatan angin = 0,27(1+(U2/100)) f(U) hitung m/dt 0,860 0,779 1,043 0,895 0,740 0,907 0,937 0,782 0,843 0,848 0,709 0,847 5 Radiasi extra terresterial (tabel) Ra tabel mm/hari 15,620 15,880 15,600 14,820 13,640 13,040 13,280 14,180 15,060 15,640 15,620 15,520 6 Radiasi sinar matahari = (0,25+0,50*n/N)*Ra Rs hitung mm/hari 6,783 6,069 7,162 6,686 6,220 5,888 6,011 6,330 6,561 6,972 6,545 6,688 7 Fungsi temperatur (T) f(T) tabel mm/hari 16,055 16,087 16,087 16,162 16,130 16,092 16,098 16,141 16,189 16,033 16,141 16,162 8 f(ed) = 0,34-0,044*ed^0,5 f(ed) hitung mm/hari 0,107 0,110 0,111 0,105 0,110 0,109 0,114 0,112 0,109 0,129 0,108 0,108 9 f(n/N) = 0,1+0,9*n/N f(n/N) hitung mm/hari 0,432 0,320 0,449 0,435 0,443 0,436 0,438 0,427 0,409 0,426 0,382 0,402 10 Faktor Albedo r tabel 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 0,200 11 Radiasi gel.pendek netto = (1-r)*Rs Rns hitung mm/hari 5,426 4,855 5,730 5,349 4,976 4,711 4,809 5,064 5,248 5,577 5,236 5,350 12 Radiasi gel.panjang = f(T)*f(ed)*f(n/N) Rnl hitung mm/hari 0,744 0,565 0,801 0,736 0,790 0,768 0,802 0,770 0,725 0,881 0,667 0,703 13 Radiasi netto Rn = (Rns-Rnl) Rn hitung mm/hari 4,683 4,290 4,928 4,613 4,186 3,943 4,007 4,294 4,523 4,696 4,569 4,647 14 Faktor bobot (suhu dan elevasi) W tabel 0,765 0,765 0,765 0,767 0,766 0,766 0,766 0,767 0,768 0,764 0,767 0,767 15 (1-w ) 1-W tabel 0,235 0,235 0,235 0,233 0,234 0,234 0,234 0,233 0,232 0,236 0,233 0,233 16 c(faktor kondisi musim) c tabel 1,096 1,054 1,111 1,084 1,055 1,053 1,058 1,062 1,075 1,105 1,067 1,081 17 Eto = c*((W*Rn)+((1-W)*fu*(ea- ed))) Eto hitung mm/hari 5,497 4,996 6,448 5,529 4,953 4,964 5,351 5,236 5,612 6,585 5,178 5,644 18 Evapotranspirasi rata-rata perbulan Eto hitung mm/bulan 170,404 154,878 199,881 171,401 153,544 153,899 165,866 162,304 173,973 204,149 160,510 174,965 19 Eto rata-rata persetengah bulan Eto/2 hitung mm/0,5 85,202 77,439 99,940 85,700 76,772 76,950 82,933 81,152 86,987 102,074 80,255 87,483
  • 63. 58 4.2. Perhitungan Curah Hujan Efektif Pada Tanaman Perhitungan curah hujan efektif ini diambil dari harga curah hujan bulanan dari stasiun pencatat hujan yakni BMKG Stasiun Metro dan Stasiun Dmraman Lampung. Data yang digunakan adalah data hujan selama 10 tahun dari tahun 2005 – 2014. Langkah perhitungan nya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan tahun dasar perencanaan dari curah hujan diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai yang terbesar. Berikut tabel urutan rangking jumlah curah hujan bulan Januari. Tabel 4.2. Rangking Jumlah Curah Hujan Bulanan Pada Bulan Januari No Tahun Januari 1 2013 36,00 2 2008 44,00 3 2006 45,00 4 2009 48,00 5 2011 50,00 6 2005 53,40 7 2007 55,50 8 2010 57,00 9 2014 60,40 10 2012 68,00 2. Berdasarkan metode R80 dan R50 yang telah dijelaskan sebelum nya, maka : a. Tanaman Padi, (R80) = 1 5 n  = 1 5 10  = 3 Jadi data yang dipergunakan untuk perhitungan hujan efektif tanaman padi adalah tahun urutan ke 3 dari tabel 4.2. yakni tahun 2006. b. Tanaman Palawija, (R50) = 1 2 n  = 1 2 10  = 6 Jadi data yang dipergunakan untuk perhitungan hujan efektif tanaman palawija adalah tahun urutan ke 6 dari tabel 4.2. yakni tahun 2015.
  • 64. 59 3. Perhitungan curah hujan efektif tanaman padi pada bulan Januari 2006 adalah sebagai berikut : a) 15 harian I : R80 = 9+3,3+17+0,8+0,6+10 = 40,60 mm/hari Re = 1/15 x 70% x R80 = 1/15 x 70% x 40,60 = 1,895 mm/hari b) 15 harian II : R80 = 11,8+6,3+23,3+6,9+1+9+13,5 = 71,60 mm/hari Re = 1/15 x 70% x R80 = 1/15 x 70% x 71,60 = 3,341 mm/hari 4. Perhitungan curah hujan efektif tanaman palawija pada bulan januari 2005 adalah sebagai berikut : a) 15 harian I : R50 = 0,4+0,3+7+4,9+3,5+2,1+7,5+13,3 = 38,80 mm/hari Re = 1/15 x 70% x R50 = 1/15 x 70% x 38,80 =1,811 mm/hari b) 15 harian II : R50 = 7+26,7+2+10,3+12,5+2+0,9+2,3 = 63,60 mm/hari Re = 1/15 x 70% x R50 = 1/15 x 70% x 63,60 = 2,968 mm/hari Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk table 4.3. berikut :
  • 65. 60 Tabel 4.3 Data Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) Tahun 2005 – 2014 No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1 2005 112,20 60,00 60,20 180,20 88,00 80,30 36,70 82,50 47,00 60,00 81,50 42,60 2 2006 102,40 53,20 90,00 34,00 79,30 37,00 118,00 180,05 25,00 128,60 54,30 40,00 3 2007 55,50 28,70 78,40 32,00 239,45 81,70 35,00 16,00 32,00 27,20 44,00 67,00 4 2008 44,00 128,65 54,00 136,60 36,00 15,00 19,50 68,70 79,00 213,50 91,00 35,00 5 2009 48,00 73,95 45,00 37,00 118,00 90,90 105,75 60,00 129,00 44,00 75,00 132,00 6 2010 57,00 71,00 82,00 80,00 83,00 55,00 28,00 43,00 186,00 88,00 63,00 104,00 7 2011 50,00 74,00 233,00 53,00 34,00 70,00 50,00 36,00 51,00 67,00 112,00 129,00 8 2012 68,00 60,30 194,75 196,70 79,30 70,00 48,70 155,95 62,00 55,60 226,80 62,00 9 2013 36,00 22,00 91,00 69,00 60,00 33,00 111,75 68,70 79,00 49,50 210,35 115,56 10 2014 60,40 88,90 41,00 65,50 71,30 28,80 43,70 42,20 62,60 102,00 60,20 154,30 633,50 660,70 969,35 884,00 888,35 561,70 597,10 753,10 752,60 835,40 1018,15 881,46 63,35 66,07 96,94 88,40 88,84 56,17 59,71 75,31 75,26 83,54 101,82 88,15 Jumlah Rata-Rata Sumber : Analisis Perhitungan 2015
  • 66. 61 Rangking Data Curah Hujan Per Bulannya Dari 10 Tahun Pengamatan Tabel 4.4. Bulan Januari Tabel 4.5. Bulan Februari No Tahun Januari 1 2013 36,00 2 2008 44,00 3 2006 45,00 4 2009 48,00 5 2011 50,00 6 2005 53,40 7 2007 55,50 8 2010 57,00 9 2014 60,40 10 2012 68,00 No Tahun Februari 1 2013 22,00 2 2007 28,70 3 2008 48,00 4 2006 53,20 5 2005 60,00 6 2009 60,30 7 2012 60,30 8 2010 71,00 9 2011 74,00 10 2014 88,90 Tabel 4.6. Bulan Maret Tabel 4.7. Bulan April No Tahun Maret 1 2014 41,00 2 2009 45,00 3 2012 50,00 4 2008 54,00 5 2005 60,20 6 2011 68,00 7 2007 78,40 8 2010 82,00 9 2006 90,00 10 2013 91,00 No Tahun April 1 2007 32,00 2 2006 34,00 3 2008 35,00 4 2009 37,00 5 2011 53,00 6 2012 59,00 7 2014 65,50 8 2013 69,00 9 2010 80,00 10 2005 180,20 Tabel 4.8. Bulan Mei Tabel 4.9. Bulan Juni No Tahun Mei 1 2011 34,00 2 2008 36,00 3 2007 55,00 4 2013 60,00 5 2014 71,30 6 2009 76,00 7 2012 79,30 8 2006 79,30 9 2010 83,00 10 2005 88,00 No Tahun Juni 1 2008 15,00 2 2014 28,80 3 2007 29,70 4 2013 33,00 5 2006 37,00 6 2009 48,00 7 2010 55,00 8 2011 70,00 9 2012 70,00 10 2005 80,30
  • 67. 62 Tabel 4.10. Bulan Juli Tabel 4.11. Bulan Agustus No Tahun Juli 1 2008 19,50 2 2010 28,00 3 2013 33,00 4 2007 35,00 5 2005 36,70 6 2009 38,00 7 2014 43,70 8 2012 48,70 9 2011 50,00 10 2006 118,00 No Tahun Agustus 1 2007 16,00 2 2011 36,00 3 2006 37,00 4 2014 42,20 5 2010 43,00 6 2012 54,00 7 2009 60,00 8 2008 68,70 9 2013 68,70 10 2005 82,50 Tabel 4.12. Bulan September Tabel 4.13. Bulan Oktober No Tahun September 1 2006 25,00 2 2007 32,00 3 2009 36,00 4 2005 47,00 5 2011 51,00 6 2010 56,50 7 2012 62,00 8 2014 62,60 9 2008 79,00 10 2013 79,00 No Tahun Oktober 1 2007 27,20 2 2009 44,00 3 2008 49,50 4 2013 49,50 5 2012 55,60 6 2006 55,60 7 2005 60,00 8 2011 67,00 9 2010 88,00 10 2014 102,00 Tabel 4.14. Bulan Nopember Tabel 4.15. Bulan Desember No Tahun Nopember 1 2007 44,00 2 2006 54,30 3 2012 54,30 4 2014 60,20 5 2010 63,00 6 2013 64,50 7 2009 75,00 8 2005 81,50 9 2008 91,00 10 2011 112,00 No Tahun Desember 1 2008 35,00 2 2006 40,00 3 2013 41,00 4 2005 42,60 5 2012 62,00 6 2014 64,00 7 2007 67,00 8 2010 104,00 9 2011 129,00 10 2009 132,00 Ket : Urutan ke-3 adalah R80 ( Untuk Padi ) Urutan ke-6 adalah R50 ( Untuk Palawija )
  • 68. 63 Tabel 4.16. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Padi Periode 15 Hari I Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 2006 2008 2012 2008 2007 2007 2013 2006 2009 2008 2012 2013 1 - - - 7,0 7,3 - 6,5 4,7 5,0 - 17,5 1,2 2 9,0 - - - - - - - - 4,6 20,0 15,1 3 - - 7,0 - - - - - 4,5 1,0 10,0 - 4 - - 3,1 8,6 - 7,5 1,0 - - - 2,5 4,0 5 - - - 4,8 5,5 - 9,3 - - - 3,2 7,6 6 - 8,5 4,1 - 37,6 - 3,5 - 10,5 2,6 2,0 3,6 7 3,3 3,6 12,2 6,4 14,6 14,9 16,5 - 11,5 19,8 21,0 25,6 8 - 16,5 - - 2,1 - - 0,7 2,0 9,7 4,4 22,9 9 - 4,2 15,2 11,7 1,8 6,0 15,6 - 18,0 5,7 - - 10 17,0 - - 3,5 20,5 - - 5,0 - - 1,5 - 11 0,8 15,5 - - 11,5 - - - - 7,3 7,0 5,0 12 - 11,5 14,5 4,5 23,5 - - 17,0 - 14,5 2,8 4,2 13 0,6 2,6 26,5 - 5,6 - 9,8 5,0 16,0 3,1 11,5 - 14 - 2,5 3,5 7,0 1,1 - 8,7 0,6 - 12,3 - 19,5 15 10,0 - 7,3 - 10,9 13,0 3,5 4,0 6,5 1,0 4,5 1,6 Jumlah 40,6 64,8 93,4 53,5 141,8 41,3 74,3 37,0 74,0 81,4 107,8 110,1 Re 1,89 3,02 4,36 2,49 6,62 1,93 3,47 1,72 3,45 3,80 5,03 5,14 Tanggal Sumber : Analisis Perhitungan 2015
  • 69. 64 Tabel 4.17. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Padi Periode 15 Hari II Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 2006 2008 2012 2008 2007 2007 2013 2006 2009 2008 2012 2013 16 - 5,8 - 5,0 12,0 12,0 9,5 - - 23,0 - - 17 11,8 - - 16,5 1,8 1,8 - 9,3 0,5 20,5 30,9 0,6 18 6,3 - 1,5 - 1,5 1,5 - - - - 24,0 9,2 19 23,3 1,3 5,6 - - - 12,0 18,5 - 15,0 - 8,6 20 6,9 - - 12,8 3,5 3,5 - - 1,5 2,0 10,5 2,0 21 - 24,0 7,5 5,3 - - - - 2,0 5,8 - - 22 - 6,0 - 0,8 - - - 16,5 4,5 10,3 7,0 9,7 23 1,0 19,3 - 17,5 3,3 3,3 6,5 - 12,0 5,8 11,5 7,0 24 9,0 - 4,9 1,2 7,6 7,6 - - - - - 3,3 25 13,5 3,5 21,5 9,0 - - 8,5 - 5,5 6,6 10,9 - 26 - - 30,0 - 3,6 3,6 - 4,8 7,5 9,8 - 1,8 27 - 2,8 0,5 7,0 - - - 1,3 - 4,9 4,9 5,0 28 - 1,3 - 4,0 - - - 20,6 21,5 - 12,0 18,5 29 - - 11,0 4,3 - - - - - 24,8 0,9 20,5 30 - - 4,0 - 7,2 7,2 - 9,5 - 3,3 6,5 12,0 31 - - 15,0 - - - 1,0 - - 0,7 - 20,0 Jumlah 71,6 63,9 101,4 83,2 40,4 40,4 37,5 80,4 55,0 132,2 119,1 118,0 Re 3,34 2,98 4,73 3,88 1,89 1,89 1,75 3,75 2,57 6,17 5,56 5,51 Tanggal Sumber : Analisis Perhitungan 2015
  • 70. 65 Tabel 4.18. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Palawija Periode 15 Hari I Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 2005 2009 2011 2012 2009 2009 2009 2012 2010 2006 2013 2014 1 - - 5,8 0,8 20,5 - - 16,0 26,5 11,0 18,2 - 2 - - 8,5 16,0 - - - - - - 13,1 - 3 0,4 - - 2,0 - - - - 4,5 - 3,5 1,3 4 - - 34,0 - - 10,2 - 19,5 - - 12,1 11,9 5 0,3 - 6,5 - - 1,0 - 10,0 28,3 11,3 4,9 11,5 6 7,0 0,8 10,0 14,5 - - - 3,5 - - - 2,3 7 - 2,5 3,0 - 0,5 - - - 21,5 5,5 24,0 7,7 8 4,9 3,5 - 13,5 - - - - 3,0 27,8 - 11,3 9 - - - 39,9 6,0 - - - - - - 0,9 10 3,5 - - 7,5 - - 10,0 3,8 - - 3,8 - 11 - - - 2,3 - - - 14,8 - 9,8 13,3 - 12 2,1 - - 29,5 - 4,5 - 14,5 - - - - 13 - - 13,5 - - 4,5 13,0 - - - - 0,7 14 7,5 - - 17,7 - - - - - - - 9,3 15 13,3 2,8 47,5 - - - - 11,0 6,0 3,9 4,7 11,0 Jumlah 38,8 9,6 128,8 143,7 27,0 20,2 23,0 93,0 89,8 69,2 97,4 67,6 Re 1,81 0,45 6,01 6,70 1,26 0,94 1,07 4,34 4,19 3,23 4,54 3,15 Tanggal Sumber : Analisis Perhitungan 2015
  • 71. 66 Tabel 4.19. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Palawija Periode 15 Hari II Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 2005 2009 2011 2012 2009 2009 2009 2012 2010 2006 2013 2014 16 - 2,5 8,0 7,0 - 0,5 - 27,0 2,5 3,4 2,4 7,5 17 - - 11,5 1,5 - - - 4,7 - - - - 18 7,0 - - - - - - - 9,0 22,3 - 4,6 19 - 7,0 - 2,0 - - 12,3 - 1,5 - - - 20 26,7 1,0 16,0 1,2 - 33,0 9,5 - - 14,0 8,0 7,0 21 2,0 - 18,5 12,0 - - 1,0 - 23,5 6,3 32,3 32,0 22 - - - - - - 7,5 - 2,0 - - 4,0 23 10,3 36,7 28,0 1,5 6,5 - 4,0 - 13,8 - 12,4 - 24 12,5 - - - 10,5 - 1,5 0,7 25,0 - 3,2 2,6 25 2,0 - - 0,3 10,5 - - - - 3,0 35,8 7,0 26 - - - 2,7 25,5 - 7,5 5,0 10,5 3,1 2,4 14,2 27 - 1,8 9,5 15,7 - 2,8 - 17,0 - - 6,5 0,9 28 0,9 15,5 - 6,9 38,0 14,0 36,5 - - 7,0 - 7,1 29 2,3 - 6,5 - - 5,5 - 5,0 8,5 - 10,2 - 30 - - 6,3 1,3 - 15,0 3,0 1,6 - - - - 31 - - - 1,2 - - - 2,0 - 0,5 - - Jumlah 63,6 64,4 104,3 53,1 91,0 70,8 82,8 63,0 96,3 59,4 113,0 86,7 Re 2,97 3,01 4,87 2,48 4,25 3,30 3,86 2,94 4,49 2,77 5,27 4,05 Tanggal Sumber : Analisis Perhitungan 2015
  • 72. 67 Tabel 4.20. Perhitungan Curah Hujan Efektif Tanaman Padi Setiap Bulannya R80 Re Re (mm / 15 hari) (mm / 15 hari) (mm / hari) 1 2 3 4 5 I 40,600 1,895 0,126 II 71,600 3,341 0,223 I 64,750 3,022 0,201 II 63,900 2,982 0,199 I 93,350 4,356 0,290 II 101,400 4,732 0,315 I 53,450 2,494 0,166 II 83,150 3,880 0,259 I 141,800 6,617 0,441 II 27,000 1,260 0,084 I 41,300 1,927 0,128 II 40,400 1,885 0,126 I 74,250 3,465 0,231 II 37,500 1,750 0,117 I 36,950 1,724 0,115 II 80,350 3,750 0,250 I 74,000 3,453 0,230 II 55,000 2,567 0,171 I 81,350 3,796 0,253 II 132,150 6,167 0,411 I 107,750 5,028 0,335 II 119,050 5,556 0,370 I 110,050 5,136 0,342 II 118,000 5,507 0,367 5 Mei 2 Februari 3 Maret 4 April No Bulan 15 Harian 1 Januari 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 12 Desember 9 September 10 Oktober 11 Nopember Sumber : Analisis Perhitungan 2015 Keterangan : : Bulan yang ditinjau : 15 harian I dan II : R80 : Hujan efektif 15 harian
  • 73. 68 Tabel 4.21. Perhitungan Curah Hujan Efektif Tanaman Palawija Setiap Bulannya R80 Re Re (mm / 15 hari) (mm / 15 hari) (mm / hari) 1 2 3 4 5 I 38,800 1,811 0,121 II 63,600 2,968 0,198 I 9,550 0,446 0,030 II 64,400 3,005 0,200 I 128,750 6,008 0,401 II 104,250 4,865 0,324 I 143,650 6,704 0,447 II 53,050 2,476 0,165 I 27,000 1,260 0,084 II 91,000 4,247 0,283 I 20,150 0,940 0,063 II 70,750 3,302 0,220 I 23,000 1,073 0,072 II 82,750 3,862 0,257 I 93,000 4,340 0,289 II 62,950 2,938 0,196 I 89,750 4,188 0,279 II 96,250 4,492 0,299 I 69,200 3,229 0,215 II 59,400 2,772 0,185 I 97,350 4,543 0,303 II 113,000 5,273 0,352 I 67,600 3,155 0,210 II 86,700 4,046 0,270 10 Oktober 11 Nopember 12 Desember 7 Juli 8 Agustus 9 September 4 April 5 Mei 6 Juni 1 Januari 2 Februari 3 Maret No Bulan 15 Harian Sumber : Analisis Perhitungan 2015 Keterangan : : Bulan yang ditinjau : 15 harian I dan II : R50 : Hujan efektif 15 harian
  • 74. 69 4.3. Perhitungan Debit Andalan Adapun perhitungan besarnya dari pada debit andalan ini dilakukan dengan menggunakan data curah hujan, contoh perhitungan debit andalan untuk bulan Januari adalah sebagai berikut : Data : k = 0,278 (Ketentuan) C = 0,800 (Ketentuan) I = 45 mm/bulan (Dari data R80 Setiap Bulannya) A = 2826 ha (28,27 km2 ) Q = k x C x I x A = 0,278 x 0,08 x 45 x 28,27 = 282,91 m3 /dtk Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut : Tabel 4.22. Perhitungan Debit Andalan Q = K x C x I x A (m 3 /dt ) 1 Januari 0,278 0,80 45,00 28,27 282,91 2 Februari 0,278 0,80 48,00 28,27 301,77 3 Maret 0,278 0,80 50,00 28,27 314,34 4 April 0,278 0,80 35,00 28,27 220,04 5 Mei 0,278 0,80 55,00 28,27 345,78 6 Juni 0,278 0,80 29,70 28,27 186,72 7 Juli 0,278 0,80 33,00 28,27 207,47 8 Agustus 0,278 0,80 37,00 28,27 232,61 9 September 0,278 0,80 36,00 28,27 226,33 10 Oktober 0,278 0,80 49,50 28,27 311,20 11 November 0,278 0,80 54,30 28,27 341,37 12 Desember 0,278 0,80 41,00 28,27 257,76 A ( km 2 )NO BULAN K C I ( mm / hari ) Sumber : Analisis Perhitungan Debit Andalan 2015 Keterangan : : Bulan yang ditinjau : 15 harian I dan II : R80 : Hujan efektif 15 harian : Hujan Efektif Harian
  • 75. 70 4.4. Perhitungan Kebutuhan Air Adapun perhitungan kebutuhan air dengan pola tanam padi-padi-palawija adalah sebagai berikut : 1) Kebutuhan air penyiapan lahan untuk tanaman padi adalah 30 hari (Bulan September Periode I) Eto = 5,612 mm/hari Re = 0,295 mm/hari T = 30 Hari S = 300 mm (Dari Tabel) M = (Eto x 1,1) + P = (5,612 x 1,1) + 2 = 8,173 mm/hari k = S T .M = 8,173 . 300 30 = 0,817 Harga IR ini juga dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : IR = M.ek / (ek – 1) =        )1( .173,8 817,0 817,0 e e = 14,637 mm/bulan Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut : NFR = IR – Re = 14,637 – 0,295 = 14,343 mm/hari Perhitungan kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan pada masa penyiapan lahan adalah sebagai berikut : Luas daerah irigasi = 2826 ha Bulan September periode I DR = )(8,64 NFR = )(8,64 14,343 = 1,660 l/dt/ha Maka kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan untuk area seluas 2826 ha perbulan nya adalah sebagai berikut : = 1,660 x 2826 ha = 4692,572 lt/detik
  • 76. 71 2) Kebutuhan air masa tanam untuk tanaman padi (Bulan oktober Periode I) Eto = 6,585 mm/hari Re = 0,351 mm/hari Etc = Eto x Kc = 6,585 x 1,10 = 7,244 mm/hari WLR = 1,65 Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut : NFR = Etc + P + WLR – Re = 7,244 + 2 + 1,65 – 0,351 = 10,543 mm/hari Perhitungan kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan pada masa penyiapan lahan adalah sebagai berikut : Luas daerah irigasi = 2826 ha Bulan September periode I DR = )(8,64 NFR = )(8,64 10,543 = 1,220 l/dt/ha Maka kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan untuk area seluas 2826 ha perbulan nya adalah sebagai berikut : = 1,220 x 2826 ha = 3449,435 lt/detik Untuk hasil perhitungan kebutuhan air selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
  • 77. 72 Tabel 4.23. Data Curah Hujan Efektif Periode 15 Hari I (Distribusi Gumbel) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des 1 2005 38,80 91,85 22,15 130,55 144,00 171,55 35,20 162,00 53,85 129,95 133,55 68,20 2 2006 40,60 80,15 140,40 77,05 88,00 47,65 115,10 36,95 43,35 69,20 70,70 71,50 3 2007 136,35 32,30 32,80 98,80 141,80 41,30 30,25 35,80 86,95 53,30 81,05 58,75 4 2008 88,55 64,75 51,10 53,45 61,00 38,55 25,00 54,20 63,95 81,35 73,35 66,90 5 2009 118,25 9,55 54,50 57,85 27,00 20,15 23,00 72,50 74,00 106,75 112,25 90,75 6 2010 95,75 105,50 100,00 165,75 129,50 42,75 37,50 71,00 89,75 59,25 133,00 205,00 7 2011 77,00 53,50 128,75 70,75 53,50 36,50 32,00 37,00 87,40 67,50 136,75 113,75 8 2012 26,50 81,90 93,35 143,65 79,50 30,75 71,50 93,00 70,50 56,35 107,75 190,90 9 2013 67,50 8,65 122,05 79,30 133,30 26,80 74,25 35,85 97,80 126,45 97,35 110,05 10 2014 78,20 58,05 77,35 90,90 82,45 27,80 30,15 61,70 20,35 75,05 79,30 67,60 11 Rata-rata (Xrerata) 76,750 58,620 82,245 96,805 94,005 48,380 47,395 66,000 68,790 82,515 102,505 104,340 12 ∑(Xi-Xrerata) 2 11134,465 9969,191 15387,692 12898,137 15187,482 17487,951 8057,837 13675,945 5227,344 7306,905 6075,867 25145,504 13 n-1 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 14 Sdeviasi 35,173 33,282 41,349 37,857 41,079 44,081 29,922 38,981 24,100 28,493 25,983 52,858 15 Sn 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 16 Yn 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 17 Yt 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 18 K 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 19 R10 tahunan 113,724 93,703 125,395 136,462 136,885 94,261 79,118 106,782 94,691 112,809 130,288 158,999 20 Re padi(mm/15hari) 5,307 4,373 5,852 6,368 6,388 4,399 3,692 4,983 4,419 5,264 6,080 7,420 21 Re padi(mm/hari) 0,354 0,292 0,390 0,425 0,426 0,293 0,246 0,332 0,295 0,351 0,405 0,495 No Tahun Bulan Sumber : Analisis Perhitunga 2015
  • 78. 73 Tabel 4.24. Data Curah Hujan Efektif Periode 15 Hari II (Distribusi Gumbel) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des 1 2005 63,60 48,65 186,80 182,10 12,95 34,20 20,80 94,75 87,70 25,45 39,45 40,10 2 2006 71,60 42,05 67,70 55,25 77,60 30,30 5,00 80,35 35,50 59,40 99,60 99,40 3 2007 44,25 63,75 177,70 93,35 97,65 40,40 111,55 29,35 74,20 93,65 59,55 105,50 4 2008 118,40 63,90 97,15 83,15 53,25 22,45 28,50 125,85 93,70 132,15 133,40 55,60 5 2009 58,50 64,40 146,35 77,90 91,00 70,75 82,75 42,50 55,00 61,35 158,25 311,90 6 2010 114,00 83,00 118,50 149,00 10,00 63,00 48,50 80,00 96,25 193,00 125,75 106,00 7 2011 126,00 22,00 104,25 70,25 67,00 78,00 163,00 34,00 116,00 118,50 178,70 134,25 8 2012 101,35 83,40 101,40 53,05 69,50 153,90 50,60 62,95 122,85 116,70 119,05 92,75 9 2013 49,70 34,15 57,65 81,15 78,25 8,70 37,50 119,80 125,10 148,25 113,00 118,00 10 2014 67,10 81,20 117,75 175,95 67,00 52,15 51,00 51,50 60,55 72,25 61,65 86,70 11 Rata-rata (Xrerata) 81,450 58,650 117,525 102,115 62,420 55,385 59,920 72,105 86,685 102,070 108,840 115,020 12 ∑(Xi-Xrerata) 2 8345,690 4119,655 16170,866 21128,885 7910,296 15087,995 20145,651 10471,262 8247,475 22099,246 17889,209 49998,101 13 n-1 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 14 Sdeviasi 30,452 21,395 42,388 48,453 29,647 40,944 47,312 34,110 30,272 49,553 44,584 74,534 15 Sn 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 0,950 16 Yn 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 0,495 17 Yt 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 2,205 18 K 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 1,801 19 R10 tahunan 113,702 81,846 161,714 152,368 93,867 98,130 109,033 108,016 118,758 153,423 155,224 191,355 20 Re padi (mm/15hari) 5,306 3,819 7,547 7,111 4,380 4,579 5,088 5,041 5,542 7,160 7,244 8,930 21 Re padi (mm/hari) 0,354 0,255 0,503 0,474 0,292 0,305 0,339 0,336 0,369 0,477 0,483 0,595 No Tahun Bulan Besarnya nilai Re dalam 30 Hari (1 Bulan) No Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des 1 Nilai Re ( 30 hari ) 10,613 8,192 13,398 13,479 10,768 8,978 8,780 10,024 9,961 12,424 13,324 16,350 Sumber : Analisis Perhitungan 2015
  • 79. 74 Tabel 4.25. Perhitungan Kebutuhan Air di Sawah ET0 P Re WLR ETc IR NFR DR Kebutuhan Air di Sawah mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari l/dt.ha lt/dt Sept 1 5,612 2 0,295 LP LP LP 6,173 8,173 0,817 0,000 14,637 14,343 1,660 4692,572 2 5,612 2 0,369 1,10 LP LP 6,173 8,173 0,817 0,000 14,637 14,268 1,651 4668,075 Okt 1 6,585 2 0,351 1,65 1,10 1,10 1,10 7,244 10,543 1,220 3449,435 2 6,585 2 0,477 1,65 1,10 1,10 1,10 7,244 10,417 1,206 3408,094 Nov 1 5,178 2 0,405 1,65 1,10 1,10 1,10 5,696 8,940 1,035 2925,015 2 5,178 2 0,483 1,65 1,10 1,10 1,10 5,696 8,863 1,026 2899,634 Des 1 5,644 2 0,495 1,65 1,10 1,10 1,10 6,208 9,364 1,084 3063,612 Panen 2 5,644 2 0,595 0,000 0,000 0,000 0,000 Jan 1 5,497 2 0,354 LP LP LP 6,047 8,047 0,805 0,000 14,557 14,203 1,644 4646,998 2 5,497 2 0,354 1,10 LP LP 6,047 8,047 0,805 0,000 14,557 14,203 1,644 4647,020 Feb 1 4,996 2 0,292 1,65 1,10 1,10 1,10 5,496 8,854 1,025 2896,872 2 4,996 2 0,255 1,65 1,10 1,10 1,10 5,496 8,891 1,029 2908,941 Mar 1 6,448 2 0,390 1,65 1,10 1,10 1,10 7,093 10,352 1,198 3387,077 2 6,448 2 0,503 1,65 1,10 1,10 1,10 7,093 10,239 1,185 3350,108 Apr 1 5,529 2 0,425 1,65 1,10 1,10 1,10 6,082 9,307 1,077 3045,175 Panen 2 5,529 2 0,474 0,000 0,000 0,000 0,000 Mei 1 4,953 2 0,426 LP LP LP 5,448 7,448 0,745 0,000 14,182 13,756 1,592 4500,778 2 4,953 2 0,292 1,10 LP LP 5,448 7,448 0,745 0,000 14,182 13,890 1,608 4544,564 Jun 1 4,964 2 0,293 1,65 1,10 1,10 1,10 5,461 8,818 1,021 2884,947 2 4,964 2 0,305 1,65 1,10 1,10 1,10 5,461 8,806 1,019 2881,009 Jul 1 5,351 2 0,246 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,289 1,075 3039,289 2 5,351 2 0,339 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,196 1,064 3008,839 Ags 1 5,351 2 0,246 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,289 1,075 3039,289 Panen 2 5,351 2 0,339 0,000 0,000 0,000 0,000 PadiPadiPalawija Penyiapan Lahan Penyiapan Lahan Penyiapan Lahan Pola Tanam Bulan Kc1 Kc2 Kcrata M kEo
  • 80. 75 Gambar 4.1. Layout Jaringan Irigasi
  • 81. 76 4.5. Perhitungan Debit Saluran Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air disawah dari tabel diperoleh NFR maksimal adalah 1,660 l/dt.ha, sehingga dari hasil tersebut dapat dihitung debit saluran primer dan saluran sekunder yang mengalirkan air ke sawah tersebut, adapun perhitungan itu adalah sebagai berikut : 1) Saluran Sekunder (SKA1) Q = tersiersekunder EffxEff NFRA x = 0,65x0,75 1,660x293,56 = 999,62 lt/dt 2) Saluran Primer (SP) Q = tersiersekunderprimer EffxEffxEff NFRA x = 0,65x0,75x0,80 1,660x293,56 = 12032,24 lt/dt Untuk perhiungan selanjutnya di sajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
  • 82. 77 Tabel 4.26. Perhitungan Kapasitas Saluran (Q) Notasi NFR Kapasitas (Q) Kapasitas (Q) Saluran No Petak Luas (ha) maks Primer Sekunder Tersier (l/dt) (m 3 /dt) 1 Primer SA 1 2826,81 1,660 0,80 0,75 0,65 12.032,24 12,032 12.032,24 12,032 2 Sekunder SKA1 A1 Ka 165,82 1,660 0,80 0,75 0,65 564,65 0,565 A1 Ki 127,74 1,660 0,80 0,75 0,65 434,98 0,435 999,62 0,9996 SKA2 A2 Ka 133,10 1,660 0,80 0,75 0,65 453,23 0,453 A2 Ki 120,96 1,660 0,80 0,75 0,65 411,89 0,412 865,12 0,8651 SKA3 A3 Ka 150,09 1,660 0,80 0,75 0,65 511,08 0,511 A3 Ki 110,27 1,660 0,80 0,75 0,65 375,49 0,375 886,57 0,8866 SKA4 A4 Ka 107,89 1,660 0,80 0,75 0,65 367,38 0,367 A4 Ki 38,34 1,660 0,80 0,75 0,65 130,55 0,131 497,94 0,4979 3 Sekunder SKB1 B1 Ka 88,14 1,660 0,80 0,75 0,65 300,13 0,300 B1 Ki 154,69 1,660 0,80 0,75 0,65 526,75 0,527 826,88 0,8269 SKB2 B2 Ka 128,22 1,660 0,80 0,75 0,65 436,61 0,437 B2 Ki 116,63 1,660 0,80 0,75 0,65 397,15 0,397 833,76 0,8338 SKB3 B3 Ka 165,58 1,660 0,80 0,75 0,65 563,83 0,564 B3 Ki 166,38 1,660 0,80 0,75 0,65 566,55 0,567 1.130,38 1,1304 SKB4 B4 Ka 111,18 1,660 0,80 0,75 0,65 378,59 0,379 B4 Ki 99,56 1,660 0,80 0,75 0,65 339,02 0,339 717,61 0,7176 4 Sekunder SKC1 C1 Ka 95,80 1,660 0,80 0,75 0,65 326,22 0,326 C1 Ki 114,17 1,660 0,80 0,75 0,65 388,77 0,389 714,99 0,7150 SKC2 C2 Ka 124,74 1,660 0,80 0,75 0,65 424,76 0,425 C2 Ki 96,03 1,660 0,80 0,75 0,65 327,00 0,327 751,76 0,7518 SKC3 C3 Ka 93,39 1,660 0,80 0,75 0,65 318,01 0,318 C3 Ki 119,68 1,660 0,80 0,75 0,65 407,53 0,408 725,54 0,7255 SKC4 C4 Ka 101,46 1,660 0,80 0,75 0,65 345,49 0,345 C4 Ki 96,95 1,660 0,80 0,75 0,65 330,13 0,330 675,62 0,6756 TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL Petak yang dialiri No Saluran Eff TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL Sumber : Analisi Perhitungan Kapasitas Saluran 2015
  • 83. 78 B e n d u n g A 1 K I 1 6 5 .8 2 H a 0 .,5 6 5 m 3 /d t A 1 K A 1 2 7 .7 4 H a 0 .4 5 3 m 3 /d t B 1 K IB 1 K A 8 8 .1 4 H a 0 .3 0 0 m 3 /d t 1 5 4 .6 9 H a 0 .5 2 7 m 3 /d t C 1 K IC 1 K A 0 .3 2 6 m 3 /d t 1 1 4 .1 7 H a 0 .3 8 9 m 3 /d t A 2 K I 1 3 3 .1 0 H a 0 .4 5 3 m 3 /d t A 2 K A 1 2 0 .9 6 H a 0 .4 1 2 m 3 /d t B 2 K IB 2 K A 1 2 8 .2 2 H a 0 .4 3 7 m 3 /d t 1 1 6 .6 3 H a 0 .3 9 7 m 3 /d t C 2 K IC 2 K A 1 2 4 .7 4 H a 0 .4 2 5 m 3 /d t 9 6 .0 3 H a 0 .3 2 7 m 3 /d t A 3 K I 1 5 0 .0 9 H a 0 .5 1 1 m 3 /d t A 3 K A 1 1 0 .2 7 H a 0 .3 7 5 m 3 /d t B 3 K IB 3 K A 1 6 5 .5 8 0 .5 6 4 m 3 /d t 1 6 6 .3 8 H a 0 .5 6 7 m 3 /d t C 1 3 K IC 3 K A 9 3 .3 9 H a 0 .3 1 8 m 3 /d t 1 1 9 .6 8 H a 0 .4 1 8 m 3 /d t A 4 K I 1 0 7 .8 9 H a 0 .3 6 7 m 3 /d t A 4 K A 3 8 .3 4 H a 0 .1 3 1 m 3 /d t B 4 K IB 4 K A 1 1 1 .1 8 H a 0 .3 7 9 m 3 /d t 9 9 .5 6 H a 0 .3 3 9 m 3 /d t C 4 K IC 4 K A 1 0 1 .4 6 H a 0 .3 4 5 m 3 /d t 9 6 .9 5 H a 0 .3 3 0 m 3 /d t S IS T E M J A R IN G A N IR IG A S I (N O M E N K L A T U R ) D A E R A H S U N G A I B U N U T P R O V IN S I L A M P U N G S K A L A N T S 9 5 .8 0 H a B B 1 A B B S 2 A B B S 3 A B B S 4 A B B 1 B B B S 2 B B B S 3 B B B S 4 B B B 1 C B B S 2 C B B S 3 C B B S 4 C S P 1 S P 2 S P 3 SS1A SS2A SS3A SS1B SS2B SS3B SS1C SS2C SS3C B B S 1 AB B S 1 BB B S 1 C
  • 84. 79 4.6. Perhitungan Dimensi Saluran Dimensi saluran yang direncanakan adalah dengan bentuk penampang trapesium dengan alasan penampang ini paling sering digunakan karena paling ekonomis dan dari segi bentuk kanstruksinya direncanakan dari beton, hal ini bertujuan untuk mencegah kehilangan air akibat rembesan, mencegah gerusan serta erosi. Sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan. Perhitungan untuk dimensi saluran adalah sebagai berikut : Diketahui : Q Sal. Muka A1 ki = 0,453 m3 /dt ( Sal. Sekunder ) Luas A1 ki = 127,74 ha Dari Tabel 2.8 , 2.9, 2.10 dan 2.11. dapat diketahui nilai n, m, k dan w dengan parameter debit saluran yang sudah diketahui diatas Sehingga didapat : n = 1,50 m = 1,00 k = 35 w = 0,40 s = (n +m) = (1,50 + 1,00) = 2,5 Dengan diketahui harga – harga diatas maka dapat kita hitung untuk dimensi menggunakan rumus trial and error sebagai berikut : V’ = 0,42 x Q0,182 = 0,42 x 0,4530,182 = 0,361 m/dt A’ = Q / V’ = 0,435 / 0,361 = 1,205 m2 h' = (A’ / s)0,5 = (1,205 / 2,5)0,5 = 0,964 m
  • 85. 80 b' = h’ x n = 0,964 x 1,50 = 1,041 m Lebar saluran (b) adalah nilai pembulatan harga (b’) lebar dasar minimum yang diizinkan adalah 0,3 m sehingga nilai b = 1,00 m h = b / n = 1,00 / 1,50 = 0,67 m P = b + 2h ( 1+ m2 )1/2 = 1,00 + 2(0,67) ( 1+ 1,002 )1/2 = 2,89 m A = (b + mh)h = (1,00 + (1,00x0,67)) x 0,67 = 1,11 m2 R = A / P = 1,11 / 2,89 = 0,39 m V = Q / A = 0,453 / 1,11 = 0,39 m/dt Hitung nilai kemiringan saluran (I) dengan menggunakan rumus Stickler V = k x R2/3 x I1/2 I = 2 3 2 Rk x V         = 2 3 2 0,39x35 0,39           = 0,00045 Sehingga didapat dimensi saluran Muka A1 ki (Sal. Sekunder) sebagai berikut : Q = 0,453 m3 /dt V = 0,390 m/dt
  • 86. 81 b = 1,00 m h = 0,67 m m = 1,00 m w = 0,40 m Berikut adalah gambar Saluran Muka A1 k1 (Sal. Sekunder) Gambar 4.3 Penampang Saluran Bentuk Trapesium Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut ini : 81 b = 1,00 m h = 0,67 m m = 1,00 m w = 0,40 m Berikut adalah gambar Saluran Muka A1 k1 (Sal. Sekunder) Gambar 4.3 Penampang Saluran Bentuk Trapesium Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut ini : 81 b = 1,00 m h = 0,67 m m = 1,00 m w = 0,40 m Berikut adalah gambar Saluran Muka A1 k1 (Sal. Sekunder) Gambar 4.3 Penampang Saluran Bentuk Trapesium Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :