1. Mengetahui metode pelaksanaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
2. Mengetahui perbedaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
3. Mengetahui persyaratan dari pondasi
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Umum
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas
meletakakan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper
structure/super structure) ke tanah yang cukup kuat mendukungnya. Untuk
tujuan itu pondasi bangunan harus diperhitungkan dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap berat sendiri,beban-beban berguna dan gaya-gaya luar,seperti
gempa bumi,beban hidup dan lain – lain, dan tidak boleh terjadi penurunan
pondasi setempat ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas
tertentu.
Pondasi bangunan biasa dibedakan sebagai fondasi-dangkal (shallow
foundations) dan Pondasi-dalam (deep foundations), tergantung dari
perbandingkan kedalaman Pondasi dengan lebar-pondasi, dan secara umum
digunakan patokan:
1. Jika kedalam dasar pondasi dari muka tanah adalah kurang atau sama dengan
lebar pondasi (𝐷 ≤ 𝐵) maka disebut pondasi dangkal.
2. Jika kedalaman pondasi dari muka-tanah adalah lebih dari lima kali lebar
pondasi (𝐷 > 5𝐵)
Pondasi dangkal adalah struktur bangunan paling bawah yang berfungsi
meneruskan beban bangunan ke lapisan tanah yang berada relatif dekat dengan
permukaan tanah. Yang termasuk dalam kategori pondasi dangkal adalah pondasi
setempat, pondasi batu kali dan lain-lain.
Pondasi Setempat umumnya terbuat dari beton bertulang dengan kedalaman 1-
1,50 m dari permukaan tanah yang digunakan untuk menahan kolom pada
2. bangunan bertingkat. Pondasi Batu kali terbuat dari sekumpulan batu alam yang
dibentuk dan ukuran tertentu menggunakan bahan perekat.
Penyelesaian pekerjaan Pondasi pada suatu proyek dapat berjalan sesuai
dengan target waktu, biaya, kwalitas dan mutu apabila di tunjang dengan metode
pelaksanan yang baik. Pembangunan Pondasi dalam suatu proyek seharusnya
membutuhkan Metode pelaksanaan konstruksi sehingga dapat menerapkan
Metode kerja yang baik dalam pembangunan.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan ini masalah yang akan dibahas adalah :
1. Persyaratan Pondasi
2. Pengertian Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
3. Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui metode pelaksanaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi
batu kali.
2. Mengetahui perbedaan dari pekerjaan pondasi setempat dan pondasi batu kali.
3. Mengetahui persyaratan dari pondasi
Adapun Manfaat dari Pembuatan makalah ini adalah :
1. Bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
pondasi, khususnya pondasi setempat dan pondasi batu kali.
2. Memberikan informasi mengenai perbedaan metode pelaksanaan konstruksi
pondasi setempat dan pondasi batu kali.
3. Jenis tanah dimana pondasi dibuat
Bentuk dimensi pondasi
Jenis pondasi yang akan digunakan/dibuat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Persyaratan Pondasi
Dalam merencanakan pembuatan pondasi suatu bangunan ada banyak hal
yang harus dipelajari. Hal tersebut seperti jenis pondasi yang harus diketahui
pada struktur yang akan pada bangunan. Selain itu jenis tanah yang akan
dibangun untuk pondasi dari bentuk dimensi dan juga struktur bangunan terhadap
bangunanyangdirencanakan.
Sebelum merencanakan pembangunan pondasi bangunan kita harus
memperhatikan hal berikut agar nantinya tidak akan timbul kekhawatiran akan
kekuatan dan keamanan pondasi tersebut, hal tersebut adalah :
1.
Jenis tanah salah satu syarat berdirinya sebuah pondasi, perencanaan pondasi
pada tempat tersebut dapat dilakukan dengan mengetahui jenis tanah pada
daerah tersebut. Ada beberapa kasus dimana bangunan yang dibuat terjadi
penurunan karena tidak menyelidiki lebih dahulu jenis tanah pada tempat
tersebut.
2.
Bentuk dimensi pondasi juga akan berpengaruh terhadap kekuatan pada
pondasi yang suatu bangunan. Walaupun jenis tanah sudah diuji, namun bila
bentuk dimensi pondasi tidak memadai maka juga dapat menyebabkan
robohnya bangunan.
3.
Bentuk dimensi pondasi juga akan berpengaruh terhadap kekuatan pada
pondasi yang suatu bangunan. Walaupun jenis tanah sudah diuji, namun bila
4. Apakah daerah tersebut rawan gempa atau tidak
bentuk dimensi pondasi tidak memadai maka juga dapat menyebabkan
robohnya bangunan.
4.
Daerah atau wilayah gempa, hal ini juga penting untuk diketahui karena
percuma saja bila kita sudah merencanakan pembuatan pondasi dengan baik
namun ternyata daerah tersebut rawan gempa. Gempa yang terjadi juga dapat
merusak struktur pondasi bangunan
5. Beban – beban yang mungkin dipikul pondasi selain beban bangunan
Beban yang dipikul, Sebelum pondasi dibuat juga perlu menghitung beban –
beban yang akan dipikul oleh pondasi tersebut. Beban ini tidak hanya beban
bangunan saja, namun juga beban secara keseluruhan agar kekuatan pondasi
dapat menahan gaya – gaya yang akan menimpa pondasi.
Syarat – syarat tersebut merupakan salah satu bentuk paling umum yang
dilakukan. Kekokohan pondasi akan sangat dipengaruhi oleh hal di atas, setelah
pondasi dibuat juga sebaiknya dilakukan pengujian terhadap kekuatan pondasi
tersebut.
Adapun Untuk merencanakan suatu pondasi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Konstruksi harus kuat dan kokoh untuk mendukung bangunan diatasnya
Bahan yang dipakai untuk konstruksi pondasi harus tahan lama dan tidak
mudah hancur, sehingga diharapkan bila terjadi kehancuran bukan karena
pondasinya yang tidak kuat.
Pondasi harus terletak pada dasar tanah yang keras, sehingga kedudukan
pondasi tidak mudah bergerak baik ke samping, ke bawah maupun terguling.
5. 2.2. Pondasi Setempat
Sering dijumpai lapisan tanah keras letaknya ada pada kedalaman lebih dari
1,50 m dari permukaan tanah setempat. Bila digunakan pondasi menerus akan
sangat mahal dan tidak efisien lagi. Untuk keadaan ini dapat dipakai jenis
pondasi yang dibuat di bawah kolom-kolom pendukung bangunan, disebut
pondasisetempat.Pondasi Setempat adalah pondasi yang terbuat dari beton
bertulang yang dibentuk papan/telapak. Pondasi ini biasanya digunakan sebagai
tumpuan struktur kolom, khususnya untuk bangunan bertingkat.
Agar bisa meneruskan beban ke lapisan tanah keras di bawahnya dengan baik,
dimensi pondasi tapak sengaja dibuat lebih besar daripada ukuran kolom di
atasnya. Bahan bangunan yang digunakan untuk membuat pondasi Setempat
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, perekat, dan air. Di antaranya pasir,
kerikil, semen, dan air. Untuk beberapa kasus bisa mengganti kerikil dengan batu
split yang memiliki diameter 2-3 cm. Jangan lupa sediakan pula besi beton
sebagai tulangan dan papan kayu sebagai bekisting.
Gambar 2.1 Pondasi Setempat
6. Pada pemakaian pondasi setempat ini masih tetap diperlukan adanya pondasi
menerus, tetapi fungsinya tidak mendukung beban bangunan melainkan untuk
tumpuan mencor balok sloof. Ukuran dan bentuk pondasi menerus dibuat lebih
kecil dan letaknya tidak perlu sama dalam dengan pondasi setempat (pondasi
utama).
Kelebihan dari pondasi setempat antara lain :
1. Kebutuhan galian tanahnya tidak terlalu dalam
2. Bisa dipakai untuk menahan bangunan yang mempunyai satu hingga empat
lantai
3. Daya dukung yang dimilikinya sangat baik
Kekurangan dari pondasi setempat yaitu :
1. Waktu pengeringan betonnya cukup lama hingga mencapai 28 hari
2. Dibutuhkan manajemen waktu yang tepat agar pengerjaanya efisien
3. Rumit dalam merencanakan pembesian dan desain penulangannya
2.2.1 Bahan Material Penyusun Pondasi Setempat
1. Batu Split
Batu split adalah salah satu jenis batu matreal bangunan yang
diperoleh dengan cara membelah atau memecah batu yang berukuran besar
menjadi ukuran kecil-kecil. Batu Split juga sering disebut dengan nama batu
belah, karena disesuaikan dengan proses mendapatkannya yaitu dengan cara
7. membelahbatu.
Gambar 2.2 Batu Split
2. Pasir
Gambar2.3Pasir
Pasir adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara
0,075 – 5 mm, jika terdapat butiran berukuran lebih kecil dari 0,063 mm
tidak lebih dari 5% berat. Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor-
coranstruktur.
8. 3. Semen PC
Semen Portland adalah jenis semen yang paling umum yang digunakan
secara umum di seluruh dunia sebagai bahan dasar beton, mortar, plester, dan
adukan non-spesialisasi.
Gambar2.4SemenPC
4.BesiBeton
Besi beton adalah rangka besi yang digunakan untuk memperkuat struktur
beton pada bangunan. Besi beton yang disebut juga concrete steel atau rebar
dalam bahasa Inggris ini menambah daya lentur pada beton, sehingga tahan
terhadap beban statis maupun beban dinamis.
Gambar2.5ConcreteSteel
9. 5.Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan
beton segar selama beton segar dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk
yangdiinginkan.
Gambar 2.6 Bekisting
2.2.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Pondasi Setempat
Metode konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu:
1. Penggalian tanah pondasi
2. Penulangan pondasi
3. Pekerjaan bekisting
4. Pengecoran
10. 1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
Gambar 2.7 Pengerjaan Galian Tanah
Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi setempat yaitu: Penggalian tanah
untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus mengetahui
ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk
jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat
dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah
tempat meletakkan pondasi.
Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah
keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2
Bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5
kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman
tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
11. Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya.
Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan
penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.
2. Pekerjaan Penulangan
Gambar 2.8 Pekerjaan Penulangan
a) Perakitan Tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat
pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan
proses pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan:
Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui
dari ukuran pondasi setempat.
Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi
setempat tersebut.
12. Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat
pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.
b) Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk pemasangan
tulangan dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi
setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu
dalam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak
turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah,
jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan
pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah
agar ada jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk
melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan
tidak menjadi karat.
Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
13. 3. Pekerjaan Bekisting
Gambar 2.9 Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau
diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk
penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan
cetok (sendok spesi).
Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan
tertentu.
Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di
cor.
Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak
lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
14. Papan cetakan tidak boleh bocor
Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak
terjadi retak.
4. Pekerjaan Pengecoran
Gambar 2.10 Perkerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir,
kerikil/split serta air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan
pembuat beton dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu
sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat
mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan
beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu
kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan
mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian
pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan
agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah.
15. Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat yaitu:
Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga
dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu
atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm
x 160 cm dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm
x 100 cm. Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran
seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan
untuk pengecoran.
Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan
volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3
volune split serta air secukupnya.
Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama
masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur
kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya
Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10
menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah
yang sudah diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/ dan
dilakukan/dikerjakan bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan
yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang besar dapat
masuk kecelah-celah tulangan.
Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan
mengering dan setelah mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta
disisakan beberapa cm untuk sambungan kolom.
16. 5. Tahap Pelaksanaan Dan Pengendalian Pekerjaan Pengecoran
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan dilakukan dengan mempersiapkan bahan-bahan
material yang akan digunakan untuk pengecoran dan ditempatkan di daerah
yang tidak terlau jauh dengan tempat galian pondasi/tempat yang akan dicor
Cara pengadukan
Karena didalam pengecoran ini diasumsikan memakai mollen/mixer,
maka pengadukan bahan material dimasukan kedalam sebuah tabung
mollen/mixer dengan urutan: pertama memasukan pasir, kedua memasukan
kerikil/split, ketiga memasukan semen dan biarkan tercampur kering dahulu
sesuai dengan perbandingan volume.
Cara pengecoran
Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering
kemudian tambahkan air secukupnya sampai merata, maka material tersebut
berubah dalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta tuangkan sedikit demi
sedikit kedalam galian pondasi yang sudah diletakan tulangan dan setelah
pasta masuk kedalam galian pondasi pasta tersebut yang diratakan dengan
sendok spesi/cetok sesuai dengan kemiringan dari bentuk pondasi
Cara pelaksanaan
Setelah semua material bahan pengecoran benar-benar tercampur
seluruhnya mulai dari pasir, kerikil/split serta semen dan air sebagai bahan
pengikat, maka cara pelaksanaan pengecoran pondasi setempat
dituangkan kedalam galian pondasi dengan cara bertahap sedikit demi sedikit
dengan bantuan sendok spesi/cetok agar semua material bahan pengecoran
17. dapat masuk ketempat pengecoran yang sudah diletakkan tulangan dan tidak
ada celah yang kosong dan lebih padat.
2.3. Pondasi Batu Kali
Pondasi batu kali adalah bagian struktur bangunan terbuat dari sekumpulan
batu alam yang dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu menggunakan bahan
pengikat berupa campuran adukan beton, jenis pondasi ini merupakan pondasi
dangkal yang digunakan pada bangunan dengan beban tidak terlalu besar seperti
rumahtinggal.
Pondasi batu kali biasanya hanya dipakai untuk konstruksi yang tidak berat,
seperti pagar, rumah tinggal sederhana yang tidak bertingkat. Pondasi batu kali
biasanya ditempatkan menerus untuk pondasi dinding. Seluruh beban atap/beban
bangunan umumnya dipikul oleh kolom dan dinding, diteruskan ke tanah melalui
pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Gambar 2.11 Pondasi Batu Kali
Biasanya Pondasi Batu kali berbentuk trapesium, dengan tinggi rata – rata
60-80 cm, lebar bagian atas 25-30 cm dan lebar bawah 60-80 cm. Pondasi Batu
18. kali berfungsi sebagai pondasi lajur, yang menopang sloof diatasnya. Pada
bangunan yang telah memakai pondasi setempat, sebenarnya tidak perlu lagi
menggunakan pondasi batu kali. Namun proses pembangunan yang tidak sesuai
kriteria seperti pemasangan dinding pada sloof dengan beton yang belum matang
dapat mengakibatkan patahnya sloof. Untuk meminimalisasi kemungkinan
tersebut, maka digunakan pondasi batu kali sebagai penopang sloof.
Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya kurang
lebih 25 cm, ini dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam
pemasangannya, di samping kalau mengangkat batu tukangnya tidak merasa
berat, sehingga bentuk pasangan menjadi rapi dan kokoh. Pada dasar konstruksi
pondasi batu kali diawali dengan lapisan pasir setebal 5 – 10 cm guna meratakan
tanah dasar, kemudian dipasang batu dengan kedudukan berdiri (pasangan batu
kosong) dan rongga-rongganya diisi pasir secara penuh sehingga kedudukannya
menjadi kokoh dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. Susunan batu
kosong yang sering disebut aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran
(drainase) untuk mengeringkan air tanah yang terdapat disekitar pondasi.
Kelebihan dari pondasi batu kali :
1. Pelaksanaan pondasi mudah
2. Waktu pengerjaan pondasi cepat
3. Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)
4. Pembuatan relatif murah, jika menggunakan batu kali
Kekurangan dari pondasi batu kali :
1. Batu belah di daerah tertentu sulit dicari
2. Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi pertama)
3. Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah bertingkat
19. 2.3.1 Bahan Penyusun Pondasi Batu Kali
1. Batu Kali
Batu kali adalah batu yang biasa di ambil dari dasar kali atau sungai
bentuknya lebih kecil dari pada batu gunung dan masing - masing ukuran
besanya hampir sama besar.
Gambar 2.12 Batu Kali
2.Batu Cadas
Batu Cadas, adalah jenis batu yang di ambil dari pegunungan batu
kapur. Batu cadas ini memiliki struktur yang rapuh karna banyak mengandung
zat kapur. biasanya batu seperti ini di pergunakan untuk campuran bahan baku
semen, kira kira bentuknya seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.13 Batu Cadas
20. 3.Semen PC
Semen Portland adalah jenis semen yang paling umum yang
digunakan secara umum di seluruh dunia sebagai bahan dasar beton, mortar,
plester, dan adukan non-spesialisasi.
Gambar 2.14 SemenPC
4.Pasir
Pasir adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara
0,075 – 5 mm, jika terdapat butiran berukuran lebih kecil dari 0,063 mm tidak
lebih dari 5% berat. Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor-coran
struktur.
Gambar 2.15 Pasir
21. 2.3.2. Metode Pelaksanaan Konstruksi Pondasi Batu Kali
Metode konstruksi untuk pekerjaan pondasi Batu Kali yaitu:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Galian
3. Pekerjaan Urugan Pasir
4. Pekerjaan Pasangan Pondasi
1. Pekerjaan Persiapan
Rencanakan urutan galian, urutan pemasangan pondasi batu kali, tempat
penimbunan tanah hasil galian sementara sebelum diangkut keluar dari site,
juga tempat penimbunan sementara batu- batu kali tersebut sebelum dipasang.
2. Pekerjaan Galian
Gambar 2.16 Pekerjaan Galian
Siapkan alat- alat yang diperlukan
Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan lebar pondasi bagian bawah
dengan kedalaman yang disyaratkan.
Menggali sisi-sisi miringnya, sehingga diperoleh sudut kemiringan yang tepat.
Buang tanah sisa galian ke tempat yang telah ditentukan.
Cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya sesuai dengan rencana.
22. 3. Pekerjaan Urugan Pasir
Gambar 2.17 Pekerjaan Urugan Pasir
Pasir urug diratakan pada dasar galian dan disiram air untuk mendapatkan
kelembaban yang optimum untuk pemadatan.
Padatkan pasir urug tersebut dengan memakai alat stamper.
Jika diperlukan ulangi langkah satu dan dua sehingga didapatkan tebal pasir urug
seperti yang direncanakan.
4. Pekerjaan Pasangan Pondasi
a) Pembuatan Profil
Gambar 2.18 Pembuatan Profil
23. Pasang patok kayu untuk memasang profil (2 patok untuk tiap profil). profil
dipasang pada setiap ujung lajur pondasi.
Pasang bilah kayu datar pada kedua patok, setinggi profil.
Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar. Usahakan titik
tengah profil tepat pada tengah- tengah galian yang direncanakan dan bidang atas
profil sesuai tinggi pondasi.
Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok dan juga dipaku
agar lebih kuat.
Pasang skor, miring pada tebing galian pondasi dan pakukan dengan profil,
sehingga menjadi kuat dan kokoh.
Cek ketegakan/ posisi profil dan ukuran- ukurannya, perbaiki jika ada yang tidak
tepat, demikian juga tingginya.
b) Pemasangan Batu Kali
Gambar 2.19 Pemasangan Batu Kali
Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm dari
permukaan urugan pasir.
Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut.
24. Susun batu- batu diatas lapisan pasir urug tanpa adukan (aanstamping) dengan
tinggi 25 cm dan isikan pasir dalam celah-celah batu tersebut sehingga tak ada
rongga antar batu kemudian siramlah pasangan batu kosong tersebut dengan air.
Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali dengan adukan,
sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar pasangan tersebut rata.
25. BAB III
PENUTUP
Dalam penutup dari makalah yang ringkas ini, kami selaku penulis hanya dapat
melampirkan kesimpulan dan saran-saran sebagai pelengkap dari isi makalah kami
ini.
A. Kesimpulan
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas meletakakan
bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper structure/super structure)
ke tanah yang cukup kuat mendukungnya. secara umum Pondasi bangunan biasa
dibedakan:
Jika kedalam dasar pondasi dari muka tanah adalah kurang atau sama
dengan lebar pondasi (D≤B) maka disebut pondasi dangkal.
Jika kedalaman pondasi dari muka-tanah adalah lebih dari lima kali lebar
pondasi (D>5B)
Pondasi Setempat umumnya terbuat dari beton bertulang dengan kedalaman 1-1,50 m
dari permukaan tanah yang digunakan untuk menahan kolom pada bangunan
bertingkat.
Metode konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu:
1. Penggalian tanah pondasi
2. Penulangan pondasi
3. Pekerjaan bekisting
4. Pengecoran
Pondasi Batu kali terbuat dari sekumpulan batu alam yang dibentuk dan ukuran
tertentu menggunakan bahan perekat. Biasanya Pondasi Batu kali berbentuk
trapesium, dengan tinggi rata – rata 60-80 cm, lebar bagian atas 25-30 cm dan lebar
bawah 60-80 cm.
26. Metode konstruksi untuk pekerjaan pondasi Batu Kali yaitu:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Galian
3. Pekerjaan Urugan Pasir
4. Pekerjaan Pasangan Pondasi
B. Saran
Adapun saran-saran yang akan kami sampaikan selaku penulis antara lain :
a. Dalam pembuatan sebuah makalah, sebaiknya dipersentasekan agar
kami selaku mahasiswa sekaligus penulis makalah mampu memahami
lebih dalam tentang isi dari makalah tersebut dan dibimbing langsung
oleh dosen yang bersangkutan.
b. Dalam membuat makalah, dosen yang bersangkutan juga harus meneliti
lebih lanjut apakah isi makalah yang dibuat oleh mahasiswa itu benar
mengambil referensi dari buku yang sesuai dengan isi makalah tersebut
atau tidak, hal ini juga dilampirkan oleh penulis dalam sebuah saran
agar mahasiswa tersebut tidak menjadi sebuah keluaran alumni yang
bodoh.
27. DAFTAR PUSTAKA
Setiawan,Lilik. 2017 Struktur Konstruksi Pondasi . Depok
Budi, GS. 2011. Pondasi Dangkal.Yogyakarta: C.V Andi Offset
Supiratna,Nanda. 2017 Pondasi I. Bandung