Buku ini membahas tentang menjadi guru profesional dan strategi meningkatkan kualifikasi serta kualitas guru di era global. Terdapat empat bab utama yang membahas tentang guru yang profesional dan efektif, kepribadian serta profesionalisme guru, kompetensi guru dalam berbagai perspektif, dan pengelolaan proses pembelajaran.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
MENINGKATKAN PROFESIONALISME
1. RESUME BUKU
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen pengampu: Chusna Maulida, M.Pd.I.
Oleh :
Iqbal Mayzun Al Ma’arif (2021113155)
Kelas: C
JURUSAN TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
2. 1
IDENTITAS BUKU
Judul : Menjadi Guru Profesional
Pengarang : Prof. Suyanto, Ph.D. dan Drs. Asep Jihad, M.Pd.
Penerbit : Erlangga
Tempat terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2013
Ukuran novel : 17,5 x 25 cm
Jumlah halaman : 288 hlm
3. 2
MENJADI GURU PROFESIONAL
Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global
1. GURU YANG PROFESIONAL DAN EFEKTIF
A. Kompetensi Guru
Pada dasarnya, kompetensi diartikan sebagai kemampuan atau
kecakapan. McLeod (1990) mendefinisikan kompetensi sebagai perilaku
yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru sendiri merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab
dan layak di mata pemangku kepentingan.
Sebagai tenaga pengajar, setiap guru harus memiliki kemampuan
profesional dalam bidang pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut, guru
dapat melaksanakan perannya sebagai berikut.
1) Fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa
dalam proses belajar-mengajar.
2) Pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses
belajar-mengajar.
3) Penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan
belajar yang hidup.
4) Model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswa.
5) Motivator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan
kepada siswa khusunya.
6) Agen perkembangan kognitif, yang menyebarluaskan ilmu dan
teknologi kepada siswa dan masyarakat.
7) Manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga
keberhasilan proses belajar-mengajar tercapai
B. Guru Profesional
Dengan pola rekrutmen dan pembinaan karier guru yang baik, akan
tercipta guru yang profesional dan efektif. Untuk kepentingan sekolah,
memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan
4. 3
bagi proses belajar-mengajar di sekolah itu. Hal tersebut masuk akal,
karena ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan apa
saja di kelas. Ia dapat tampil sebagai sosok yang menarik atau bahkan
sebaliknya.
Lantas, seperti apa suatu pekerjaan disebut profesional? C.O. Houle
(1980). Membuat ciri-ciri suatu pekerjaan disebut profesional, yaitu:
1) Harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat;
2) Harus berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar
KKN-pen);
3) Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi;
4) Ada kerja sama dan kompetensi yang sehat antarsejawat;
5) Adanya kesadaran profesional yang tinggi;
6) Memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik);
7) Memiliki sistem sanksi profesi;
8) Adanya militansi individual;
9) Memiliki organisasi profesi.
C. Guru Efektif
Guru profesional juga perlu perlu melakukan pembelajaran di kelas
secara efektif. Bagaimanakah ciri-ciri guru efektif? Gary A. Davis dan
Margaret A. Thomas (1989), telah mengelompokkannya ke dalam empat
besar, yaitu:
1) Memiliki kemampuan antarpersonal, khususnya kemampuan
menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan.
2) Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran.
3) Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik
(feedback) dan penguatan (reinforcement).
4) Memiliki kemampuan yang terkait peningkatan diri.
D. Implementasi di Ruang Kelas
Penampilan guru yang menarik menjadi salah satu titik awal untuk
menarik minat siswa mengikuti setiap pelajaran dengan semangat tinggi.
Tentunya, berpenampilan menarik bukan hanya menyangkut cara
5. 4
menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menyangkut kebersihan dan
kerapian hidup sehari-hari sang guru.
Kemampuan guru dalam mengajar bisa dideteksi dalam proses
pembelajaran di kelas. Untuk mencapai keberhasilan yang optimal, ada
beberapa aktivitas/ciri yang dituntut melekat pada diri guru, antara lain:
1) Berusaha tampil di muka kelas dengan prima.
2) Berlaku bijaksana, carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada
siswa yang memiliki tingkat penerimaan lambat dengan contoh-
contoh sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
3) Berusaha selalu ceria di muka kelas.
4) Berusaha mengendalikan emosi, guru harus ingat bahwa siswa yang
belajar adalah remaja yang masih sangat labil emosinya.
5) Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa
6) Memiliki rasa malu dan takut, malu untuk melakukan perbuatan
salah dan takut akan akibat perbuatan salah yang dilakukannya bagi
masa depan siswa.
7) Tidak sombong.
8) Berlakulah adil.
2. KEPRIBADIAN DAN PROFESIONALISME GURU
A. Kepribadian Guru
Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif
terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar siswa. Sejumlah percobaan
dan hasil-hasil observasi menguatkan kenyataan bahwa banyak sekali yang
dipelajari oleh siswa dari gurunya. Siswa akan menyerap sikap-sikap,
merefleksikan perasaan-perasaan, menyerap keyakinan-keyakinan, meniru
tingkah laku, dan mengutip pernyataan-pernyataan gurunya.
Karena kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap siswa, maka
guru perlu memiliki ciri sebagai orang yang berkepribradian matang dan
sehat. Dalam konteks kepribadian guru, guru harus memiliki kemampuan
untuk menilai diri sendiri sehingga dia dapat mengetahui kelebihan dan
6. 5
kekurangan dirinya. Guru juga harus mampu mengendalikan diri dan
memecahkan berbagai permasalahan, baik yang berkaitan dengan dirinya
maupun dengan siswa. Selain itu, guru juga harus bisa menerima masukan
untuk perbaikan pembelajaran serta mengembangkan kemampuan guru
melalui pembelajaran yang terus-menerus.
Guru yang konstruktif adalah guru yang memiliki tujuan untuk
melakukan perubahan dari dalam diri siswanya. Perubahan tersebut bisa
dicapai jika guru mampu menempatkan dirinya sebagai sumber kreativitas
dan inspirasi bagi siswa. Jika ingin menjadi guru yang konstruktif yang
mudah memotivasi belajar para siswa, maka guru tersebut harus lebih
dahulu bisa memotivasi dirinya sendiri. Dia harus mampu memahami dan
mengendalikan dirinya sendiri. Selain itu, untuk bisa menjadi guru yang
konstruktif, dibutuhkan juga pemahaman spiritualtas yang cukup.
B. Profesionalisme Guru
Makna “profesional” mengacu pada orang yang menyandang suatu
profesi atau sebutan untuk penampilan seseorang dalam mewujudkan untuk
kerja sesuai dengan profesinya. Sebutan “guru profesional” mengacu pada
guru yang telah mendapatkan pengakuan secara formal berdasarkan
ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan maupun latar
belakang pendidikan formalnya.
Berikut ini adalah kriteria yang diharapkan melekat pada sosok guru
profesional adalah:
A. Kesalehan Pribadi
Makna saleh sebenarnya bukan hanya baik dalam arti
hubungan dengan sesama manusia, akan tetapi juga mengandung
makna hubungannya dengan dirinya, alam semesta (alam dan
isinya), dan Tuhan. Jika semuanya sudah dicapai, selanjutnya
seorang guru harus berusaha agar siswanya memiliki kesalehan
pribadi seperti dirinya, bahkan bila perlu melebihi dirinya.
7. 6
B. Kepekaan Sosial
Sebagai bagian dari masyarakat, guru harus memiliki
ketajaman hati terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Guru
yang memiliki jiwa sosial yang tinggi akan senang membantu
tanpa pamrih dan pandang bulu (ikhlas) terhadap siswa, sesama
rekan guru, atasan/bawahan, orang tua murid, dan masyarakat
sekitarnya.
C. Integritas Keilmuan
Guru yang memiliki integritas keilmuwan adalah guru yang
mampu menguasai materi yang diampunya sesuai dengan disiplin
ilmu yang dimilikinya, baik penguasaan mengenai konsep teori dan
hukum, maupun esensi dari konsep tersebut.
C. Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru
Peningkatan profesionalisme guru dan tenaga pendidik menjadi
perhatian pemerintah, dengan diterbitkannya Undang-undang RI No.
20/2003 tentang Sisdiknas, Undang-undang RI No. 14/2005 tentang Guru
dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang menjadi payung hukum bahwa guru adalah
pendidik profesional.
Isi pasal 1 butir (11) UUGD menyebutkan bahwa sertifikasi adalah
proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen, dengan logika
bahwa guru telah memiliki dua hal yang dipersyaratkan yakni kualifikasi
pendidikan minimum dan penguasaan kompetensi guru.
3. KOMPETENSI GURU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
Seorang guru disebut memiliki kompetensi jika ia dapat melakukan apa
yang seharusnya dilakukan dengan baik. Begitu juga seorang guru, ia bisa
dikatakan memilki kompetensi mengajar jika ia mampu mengajar siswanya
dengan baik.
8. 7
A. Kompetensi Guru dalam Konteks Kebijakan
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik yang harus dikuasai guru meliputi
pemahaman guru terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaa
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian bagi guru merupakan kemampuan
personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi
siswa.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki
guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa, dan
masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi kelimuan yang menaungi materi, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi kelimuan.
B. Kompetensi dalam Mengajar
1) Mengajar dan mengembangkan potensi siswa
2) Merancang pembelajaran yang menarik
3) Membangun pembelajaran menarik
4) Memahami gaya mengajar guru adalah gaya belajar siswa
C. Kompetensi Membangun Kekuatan Siswa
1) Membangun rasa percaya diri pada siswa
2) Membangun daya ingat siswa
3) Membangun motivasi siswa
9. 8
4) Membangun komunikasi dan empati
5) Membangun kreativitas dalam pembelajaran
6) Memahami beragam kecerdasan siswa
7) Menerapkan model pembelajaran kecerdasan ganda di sekolah
D. Kompetensi Penunjang
1) Keahlian menulis
2) Keahlian meneliti
3) Keahlian berbahasa asing
4) Mendorong siswa mau membaca
4. PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN
A. Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan belajar siswa perlu dirancang sedemikian rupa sesuai dengan
tingkat kemampuannya. Seorang guru dituntut untuk menciptakan berbagai
bentuk kegiatan dalam pengelolaan pembelajaran, sehingga siswa secara
optimal dapat mengembangkan kemampuan dirinya dengan berbekal
pengalaman yang ditempuh selama melakukan kegiatan belajar.
Ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran, lazimnya berbentuk ruangan kelas. Ruangan tersebut
tentunya harus ditata sedemikian rupa sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, uasana dan penataan ruang
belajar hendaknya memerhatikan paling tidak empat kondisi berikut.
a. Aksesibilitas, yakni siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan
sumber belajar yang sedang digunakan dalam proses belajar-mengajar.
b. Mobilitas, yakni siswa dan guru mudah bergerak dari suatu bagian ke
bagian lain dalam kelas.
c. Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan
siswa maupun antarsiswa.
d. Variasi kerja siswa, yakni memungkinkan siswa bekerja secara
perseorangan, berpasangan, ataupun kelompok secara variatif.
10. 9
B. Strategi Kegiatan Pembelajaran
1. Persiapan
Apa pun pekerjaan yang dilakukan seseorang, termasuk dalam
proses belajar-mengajar, amat ditentukan oleh sejauh mana persiapan
yang dilakukannya terencana dan tersusun dengan baik dan realistis.
Pada hakikatnya, tahap persiapan bertujuan untuk menimbulkan minat
para siswa, memberi perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang
akan disajikan, serta menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
belajar.
2. Penyampaian
Guru dan siswa merupakan dua subjek yang memiliki perbedaan
esensial, baik pengalaman, kepentingan, latar belakang, serta aspek-aspek
sosio-psikologis lainnya. Kondisi perbedaan ini akan menyebabkan
hambatan dalam melakukan komunikasi yang efektif, yang merupakan
kata kunci untuk keberhasilan penyajian materi dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, guru dituntut mengembangkan keterampilan
penyesuaian dengan kondisi siswa, sehingga akan memudahkan dalam
memfasilitasi siswa melakukan kegiatan penguasaan terhadap
kompetensi yang harus dicapai.
Tahap penyampaian dilakukan dengan tujuan membantu siswa
memperoleh materi belajar yang baru dengan cara menarik,
menyenangkan, relevan dan melibatkan sebanyak mungkin pancaindra.
3. Praktik
Tahap pelatihan merupakan intisari dari proses pembelajaran
karena pada tahap ini siswa dapat menggali dan memahami pengetahuan
yang mereka dapatkan. Peranan guru pada tahap ini adalah memprakarsai
proses belajar-mengajar dengan cara mengajak siswa untuk berpikir,
berkata, dan berbuat. Selanjutnya, guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk menentukan arah pembelajaran sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai.
11. 10
Guru perlu mendorong dan merangsang agar siswa secara terus-
menerus mengembangkan rasa ingin tahunya terhadap hal-hal baru dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi subjek dalam
kegiatan belajar.
4. Penampilan Hasil Belajar
Tahap penampilan hasil merupakan tahapan terakhir dalam siklus
pembelajaran. Tahapan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan
pembelajaran tetap berjalan dan berhasil diterapkan. Beberapa sarana
pembelajaran untuk tahap penampilan hasil, di antaranya sebagai berikut,
Kelompok dukungan berdasar tim
Siswa dapat berbagi keberhasilan, kegagalan, dan tantangan yang
mereka alami, sehingga mereka dapat saling membantu
menerapkan kompetensi baru secara lebih efektif dalam situasi
kehidupan sehari-hari.
Mentoring lanjutan
Mintalah sesama siswa saling mengarahkan dan menyarankan agar
mereka dapat saling menguatkan dan mengembangkan kompetensi
yang telah diperoleh saat berada pada tahap praktik.
5. METODE, MODEL DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan merupakan relasi individu atua kelompok dalam suasana
tertentu. Biasanya relasi dibentuk dengan menggunakan metode-metode
tertentu yang bersifat efektif. Apabila kita melihat pendekatan dari sudut
bagaimana proses itu dikelola, maka pendekatan bisa juga diartikan sebagai
suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru ataupun siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan
dengan mengintegrasikan urutan kegiatan; mengorganisasikan materi
pelajaran, siswa, peralatan, bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
12. 11
Selanjutnya, metode pembelajaran merupakan cara mengajar atau cara
menyampaikan materi pelajaran jepada siswa yang sedang belajar.
A. Macam-macam Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
4. Metode Colloqium, yaitu dengan memberikan tugas belajar yang agak
mendalam kepada siswa, kemudian setelah selasai menyelesaikannya
siswa diharapkan mampu menyajikannya kepada penguji.
5. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
6. Metode Sosiodrama
7. Metode Permainan (Game Method)
8. Metode Drill, yaitu dengan memberikan latihan-latihan kepada siswa
untuk memperoleh suatu keterampilan.
9. Metode Kerja Lapangan
10. Metode Karyawisata
11. Metode Kerja Kelompok
12. Metode Eksplorasi (Exploration Method)
13. Metode Penyelidikan (Inquiry Method)
B. Model-model Pembelajaran
Model pembelajaran bisa berarti suatu rencana mengajar yang
memperlihatkan “pola pembelajaran” tertentu (Diknas, 1999). Pola yang
dimaksud adalah terlihatnya kegiatan yang dilakukan guru, siswa, serta
bahan ajar yang mampu menciptakan siswa belajar, juga tersusun secara
sistematis mengenai rentetan peristiwa pembelajaran. Berikut ini adalah
bentuk-bentuk model pembelajaran yaitu:
1. Model Pembelajaran Langsung, model ini tidak sama dengan metode
ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan
tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung.
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang
cukup rinci terutama pada analisis tugas.
13. 12
2. Model Pembelajaran Tidak Langsung, Flanders (1970) mengemukakan
bahwa pembelajaran tidak langsung dimulai dengan keyakinan bahwa
siswa mempunyai keinginan alamiah untuk belajar.
3. Model Pembelajaran Kooperatif, merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama antarsiswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
4. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (MP PKB),
menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan
objek, menganalisis dan mengonstruksinya sehingga terbentuk
pengetahuan baru dalam diri siswa.
5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah, tujuan model ini adalah untuk
memberikan kemapuan dasar dan teknik kepada siswa agar mampu
memecahkan masalah, ketimbang hanya dicekoki dengan sejumlah data
dan informasi yang harus dihafalkan.
6. Model Pembelajaran Tematik, menekankan pada keterlibatan siswa
dalam proses belajar secara aktif sehingga siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
7. Pembelajaran Model Hibrid, merupakan pendekatan pembelajaran yang
bersifat metodologi yang menggabungkan beberapa pendekatan atau
metode pembelajaran.
8. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual, merupakan rancangan
pembelajaran yang dibangun atas dasar asumsi bahwa knowledge is
constructed by human (Zahorik, 1995). Atas dasar itu maka
dikembangkan model pembelajaran kontrukruktivisme yang membuka
peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk memberdayakan diri.
9. Model Pembelajaran Penyelidikan (Inquiry), model pembelajaran ini
membantu siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan,
bertanya dan mencari jawaban berdasarkan rasa ketertarikan dan
keingintahuannya.
14. 13
6. KEMAMPUAN EVALUASI
A. Pemahaman tentang Evaluasi
1. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam
meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam
melaksanakan programnya. Fokus evaluasi adalah individu, yaitu
prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas.
Evaluasi pembelajaran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan
pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran
telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Evaluasi formatif
bertujuan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
satu satuan waktu yang di dalamnya tercakup lebih dari satu pokok
bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
memahami materi dan dapat berpindah dari suatu unit ke unit
berikutnya. Evaluasi sumatif bertujuan untuk menetapkan tingkat
keberhasilan siswa dalam kurun waktu tetentu, yang ditandai dengan
perolehan nilai siswa dengan ketetapan lulus atau belum.
2. Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi tentang kinerja
siswa untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan
(Weeden, Winter, dan Broadfoot: 2002). Penilaian memberi penekanan
pada usaha yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk memperoleh
informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang berkaitan dengan
pembelajaran yang mereka lakukan. Informasi tersebut dapat dijadikan
sebagai umpan balik bagi mereka, untuk melakukan perubahan aktivitas
belajar-mengajar yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Pengukuran
15. 14
Secara sederhana, pengukuran merupakan kegiatan penentuan
angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini
merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek.
Masalah evaluasi hasil belajar meliputi alat ukur yang digunakan,
cara menggunakan, cara penilaian, dan evaluasinya. Alat ukur yang
digunakan bisa berupa tugas-tugas rumah, kuis, ulangan tengah
semester, dan ujian akhir semester. Pada prinsipnya, alat ukur yang
digunakan harus memiliki bukti kesahihan dan keandalan.
B. Fungsi Penilaian dan Evaluasi
Fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni fungsi evaluasi
hasil belajar dan fungsi evaluasi program pengajaran. Fungsi evaluasi hasil
belajar terdiri dari beberapa jenis antara lain:
1. Fungsi Formatif, evaluasi yang dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dapat memberikan informasi berupa umpan balik, baik
bagi guru maupun bagi siswa.
2. Fungsi Sumatif, pelaksanaan evaluasi hasil belajar ini biasanya
dilakukan pada program pengajaran, sebagai hasilnya akan diketahui
sampai sejauh mana pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa
telah tercapai.
3. Fungsi Diagnostik, evaluasi dapat pula dipakai untuk
mengungkapkan kesulitan-kesulitan siswa.
4. Fungsi Seleksi, evaluasi dapat dipakai untuk menyeleksi siswa yang
akan diterima dalam suatu jenjang pendidikan untuk disesuaikan
dengan ruangan, tempat duduk atau fasilitas lain yang tersedia.
Fungsi evaluasi program pengajaran dapat dikategorikan dalam
beberapa jenis antara lain:
a. Laporan untuk orangtua dan siswa
b. Laporan untuk sekolah
c. Laporan untuk masyarakat
16. 15
C. Prinsip Penilaian
Sistem penilaian dalam pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan
maupun penilaian akhir hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah
prinsip sebagai berikut.
1. Menyeluruh
2. Berkelanjutan
3. Berorientasi pada indikator ketercapaian
4. Sesuai pengalaman belajar
D. Aspek yang Dinilai
1. Proses belajar, yaitu seluruh pengalaman belajar yang dilakukan siswa.
2. Hasil belajar, yaitu ketercapaian tiap kemampuan dasar, baik kognitif,
afektif, maupun psikomotorik yang diperoleh siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran tertentu. Untuk ranah kognitif hendaknya
mencakup keempat jenis standar materi, yaitu: 1) Fakta; 2) Konsep; 3)
Prinsip; 4) Prosedur.
Pada ranah afektif di antaranya mencakup hal-hal yang berkaitan
dengan motivasi, minat, dan kesungguhan dalam melakukan berbagai
tugas, serta kedisiplinan dalam mengikuti prosedur. Sedangkan ranah
psikomotorik di antaranya berupa kegiatan yang berkaitan dengan proses
pelaksanaan tugas-tugas yang memerlukan keterampilan fisik.
E. Jenis-jenis Instrumen Penilaian
1. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang
benar atau salah. Alat penilaian teknik tes terdiri atas:
a. Tes tertulis
b. Tes lisan
c. Tes perbuatan
2. Nontes
Penilaian nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk
memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan
kepribadian. Hal ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
17. 16
a. Pengamatan
b. Skala sikap
c. Angket
d. Catatan harian
e. Daftar cek
F. Langkah-langkah Membuat Instrumen Penilaian
1. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen Tes
Tes dapat disajikan dalam bentuk objektif dan uraian (nonobjektif)
dengan memerhatikan kaidah penulisan soal yang terkait dengan materi,
konstruksi dan bahasa. Berikut penjelasannya.
a. Segi Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator ketercapaian belajar.
2) Untuk soal bentuk objektif hanya ada satu jawaban benar,
sedangkan untuk soal bentuk uraian ruang lingkup pertanyaan
dan jawaban yang diharapkan harus jelas.
b. Segi Konstruksi
1) Untuk soal bentuk objektif di antaranya: pokok pertanyaan
dalam soal harus jelas, tidak memberi petunjuk ke arah jawaban
yang benar, dan pilihan jawaban harus homogen supaya tidak
mudah ditebak oleh siswa.
2) Untuk soal bentuk uraian di antaranya: soal yang menuntut
jawaban terurai dan ada petunjuk cara mengerjakan dengan
jelas.
c. Segi Bahasa
Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar, singkat, jelas, serta komunikatif.
2. Langkah Penyusunan Instrumen Nontes
a. Instrumen untuk mengungkap aspek psikomotorik
Instrumen untuk mengungkap aspek psikomotorik dapat berupa: 1) tes
tertulis, 2) tes identifikasi, 3) tes simulasi, 4) tes contoh kerja. Dalam
18. 17
menilai, guru/pengamat tinggal memberi tanda cek (√) pada
kompetensi yang muncul.
b. Instrumen untuk mengungkap aspek afektif
1) Pilih perubahan afektif yang akan dinilai, misalnya sikap. Tentukan
indikator sikap, misalnya respons terhadap tugas dari guru.
2) Pilih skala yang digunakan, misalnya dengan skala Likert.
3) Siapkan inventori laporan diri (daftar perilaku yang
menggambarkan sikap dan minat).
4) Telaah instrumen oleh teman sejawat.
5) Perbaiki instrumen.
G. Penerapan Penilaian Kelas dalam Pembelajaran
1. Manfaat Penilaian Kelas
Penilaian kelas antara lain dapat digunakan untuk:
a. Memberikan umpan balik bagi siswa agar mengetahui kekuatan
dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi
pembelajaran.
b. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa
sehingga bisa dilakukan pengayaan atau remidi.
c. Umapn balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar.
d. Masukan bagi guru untuk merancang kegiatan belajar belajar ke
depan.
e. Memberikan informasi kepada orangtua dan komite sekolah
tentang efektivitas pembelajaran di kelas.
f. Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan dalam merancang
kebijakan bagi pengingkatan kualitas pendidikan di daerah masing-
masing.
2. Teknik Penilaian dalam Pembelajaran di Kelas
a. Penilaian untuk kerja
b. Penilaian sikap