1. Guru merupakan sosok yang bertugas mengajar, mendidik, dan membimbing siswa.
2. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat administratif, teknis, psikis, dan fisik tertentu.
3. Citra guru di masyarakat tradisional dan modern berbeda, di masyarakat tradisional guru dihormati tinggi namun di masyarakat modern guru diharapkan lebih profesional.
1. A. KONSEP GURU
GURU merupakan salah satu term yang banyak dipakai untuk menyebut seorang yang
dijadikan panutan. Penggunaan term ini tidak hanya dipakai dalam dunia pendidikan, tetapi hampir
semua aktivitas yang memerlukan seorang pelatih, pembimbing atau sejenisnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsesia, definisi guru adalah “orang yang pekerjaan, mata
pencaharian atau profesinya mengajar.”
[1] Guru merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing.
[2] Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang
sebagai guru. Menurut Henry Adam, seperti yang dikutip A. Malik Fadjar, “guru itu berdampak abadi,
ia tidak pernah tahu, dimana pengaruhnya itu berhenti” (A teacher effects eternity, he can never tell
where his influence stops).
[3] Menurut Moh. Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang
profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau
pendidikan pra-jabatan.
[4] Guru sebagai salah satu komponen di sekolah menempati profesi yang memainkan
peranan penting dalam proses belajar mengajar. Kunci keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan di sekolah ada di tangan guru. Ia mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan siswanya self concept, pengetahuan, ketrampilan, kecerdasan dan sikap serta
pandangan hidup siswa
[5] Keberadaan guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan sangat
mempengaruhi hasil proses belajar mengajar di sekolah. Keberadaannya memiliki relasi yang sangat
dekat dengan peserta didiknya. Relasi antara guru dan peserta didik, adalah relasi kewibawaan. Relasi
kewibawaan bukan menimbulkan rasa takut pada peserta didik, akan tetapi relasi yang membutuhkan
kesadaran pribadi untuk belajar. Guru adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai tugas unik.
2. [6] Hasil belajar memang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; kemampuan guru,
keadaan peserta didik, sarana prasarana dan lain-lain. Namun terlepas dari itu semua, bahwa hasil
belajar merupakan tanggungjawab guru. Kegagalan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan adalah kegagalan guru.
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam profesinya adalah meliputi:
a. Fleksibilitas Kognitif Guru
Fleksibilitas kognitif (keluasan ranah cipta) merupakan kemampuan berfikir dengan tindakan secara
simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel biasanya ditandai dengan
keterbukaan berfikir dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Selain itu ia juga memiliki daya
tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang terlampau dini dalam pengamatan dan pengenalan.
Dalam mengamati dan mengenali sesuatu, guru yang fleksibel harus selalu berfikir kritis dengan
penuh pertimbangan yang dilakukan dengan akal sehat yang dipusatkan pada pengembilan keputusan
untuk mempercayai atau untuk mengingkari sesuatu.
b. Keterbukaan Psikologis
guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relative tinggi untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan factor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat dan
lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Guru yang terbuka seperti ini biasanya mampu menerima
kritikan dan saran dengan ikhlas. Selain itu guru yang seperti ini juga memiliki rasa empati yang
tinggi, yakni respon afektif terhadap pengalaman-pengalaman emosional dan perasaan tertentu
terhadap orang lain. Seumpama ada orang murid yang mengalami kemalangan maka iara akan turut
bersedih dan menunjukkan simpati serta ia akan berusaha untuk mencari solusinya.
Pada prinsipnya setiap guru hanya wajib bertanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar-
mengajar pada bidangnya saja. Namun disamping itu, ia juga diharuskan dapat ikut memikul
tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan yang lebih jauh seperti tujuan institusional pada
lembaga tempatnya bekerja dan tujuan nasional.
3. B. Syarat menjadi Seorang Guru
Untuk dapat melakukan peran dan melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya, maka untuk
menjadi seorang guru harus memenuhi beberapa persyaratan. Adapun syarat-syarat menjadi guru itu
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok.
1. Persyaratan Administratif
Syarat-syarat administratif ini antara lain meliputi: berkewarganegaraan yang baik
(Indonesia), umur minimal 18 tahun, mengajukan permohonan. Selain itu masih ada syarat-
syarat lain yang telah ditentukan sesuai dengan kebijakan yang ada.
2. Persyaratan teknis
Dalam persyaratan teknis ini ada yang bersifat formal. Yakni harus berijazah pendidikan
guru. Kemudian persyaratan yang lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar, terampil
mendesain program pengajaran serta mempunyai motivasi dan cita-cita memajukan
pendidikan/pengajaran.
3. Persyaratan Psikis
Yang berkaitan dengan kelompok persyaratan psikis, antara lain: sehat rohani, dewasa dalam
berpikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah, dan sopan, memiliki jiwa
kepemimpinan, konsekuen dan berani bertanggung jawab, berani berkoeban dan memiliki
jiwa pengabdian. Guru dituntut untuk bersifat pragmatis dan realistis, tetapi juga memiliki
pandangan yang mendasar dan filosofi. Guru harus mematuhi norma yang berlaku serta
memiliki semangat yang membangun.
4. Persyaratan fisik
Persyaratan fisik ini antara lain meliputi: berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang
mungkin mengganggu pekerjaannya. Dalam persyaratan fisik ini juga menyangkut kerapian
dan kebersihan, termasuk bagaimana cara berpakaian. Sebab bagaimanapun juga guru akan
selalu dilihat/diamati dan bahkan dinilai oleh para siswa.
Sesuai dengan tugas profesionalnya, maka sifat dan persyaratan tersebut secara garis besar
dapat diklasifikasikan dalam spektrum yang lebih luas, yakni guru harus: memiliki
kemampuan professional, memiliki kapasitas intelektual, memiliki sifat edukasi sosial.
Ketiga syarat kemampuan tersebut diharapkan telah dimiliki oleh setiap guru, sehingga
mampu memenuhi fungsinya sebagai pendidik bangsa, guru di sekolah dan pemimpin di
masyarakat.
4. PERSYARATAN KHUSUS.
a. Memiliki Akhlak Mulia.
Guru adalah panutan peserta didk. Secara alamiah, peserta didik dibekali dengan dorongan untuk
meniru. Meniru perbuatan yang buruk lebih mudah dilakukan daripada meniru perbuatan yang baik.
Bagi peserta didik SD, lebih mudah meniru apa yang dilakukan gurunya dari pada menerima
penjelasan penjelasan verbal dari gurunya. Agar peserta didik itu meniru hal hal yang baik maka guru
wajib memiliki akhlak yang terpiji. Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan pada guru untuk
membentuk peserta didiknya agar memiliki akhlak mulia (lihat pasal 3 UU No 20 Tahun 2003).
b. Memiliki Kewibawaan.
Perbuatan mendidik tidak dapat dilakukan atau akan sia – sia seandainya peserta didik tidak
mengetahui kewibawaan pendidik. Tanpa kewibawaan, peserta didik akan berbuat sesukanya tanpa
menghiraukan kehadiran si pendidik.
c. Memiliki kesabaran dan ketekunan.
Pekerjaan guru membutuhkan kesabaran dan ketekunan karena peserta didik yang dihadapi memiliki
latar belakang yang berbeda beda, baik latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, budaya maupun
kemampuan. Pribadi-pribadi dengan temperamen dingin lebih cocok untuk jabatan guru daripada
individu-individu bertemperamen panas.
d. Mencintai peserta didik.
Apapun yang dilakukan guru semata-mata didasarkan atas kecintaanya kepada peserta didik.
Pemberian perintah, larangan, ganjaran, hukuman, semua itu dilandasi rasa cinta kepada
peserta didik agar peserta didik menjadi orang yang berguna bagi orang tua, masyarakat dan
negara.
C. CITRA SEORANG GURU
Slogan pahlawan tanpa tanda jasa senantiasa melekat pada profesi guru. Hal ini didasarkan
pada pengabdiannya yang begitu tinggi dan tulus dalam dunia pendidikan. Tidak hanya itu, sikap
kearifan, kedisiplinan, kejujuran, ketulusan, kesopanan serta sebagai sosok panutan menjadikan
profesi satu ini berbeda dengan yang lain. Lantaran tanggung jawab dari profesi guru tidak berhenti
pada selesai ia mengajar, melainkan keberhasilan siswa dalam menangkap, memahami,
mempraktekkan serta mengamalkan ilmu yang diterima dalam kehidupan sehari-hari baik langsung
maupun tak langsung.
5. Hal ini membuat citra seorang guru di mata masyarakat selalu berada di tempat yang lebih baik dan
mulia. Djamin (1999) mengemukakan citra guru mempunyai arti sebagai suatu penilaian yang baik
dan terhormat terhadap keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi ideal
dalam lingkup fungsi, peran dan kinerja.
1. Citra Guru dalam Masyarakat Tradisional (Pramodem)
Di dalam bahasa Sansekerta, guru berarti yang dihormati. Rasa hormat ini sampai kini masih hidup di
tengah masyarakat tradisional/pedesaan. Mereka masih menaruh rasa hormat dan status sosial yang
tinggi terhadap profesi guru. Di kepulauan Sangihe, misalnya, masyarakat menyebut guru pria dengan
panggilan tuan, lengkapnya tuan guru, suatu panggilan yang penuh rasa kagum dan hormat terhadap
profesi guru.
2. Citra Guru dalam Masyarakat Modern
Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya
mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas, dan
lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan
inovasi.
Guru pada sejumlah negara maju sangat dihargai karena guru secara spesifik,
Memiliki kecakapan dan kemampuan untuk memimpin dan mengelola pendidikan;
Memiliki ketajaman pemahaman dan kecakapan intektual, cerdas emosional dan sosial untuk
membangun pendidikan yang bermutu; dan
Memiliki perencanaan yang matang, bijaksana, kontekstual dan efektil untuk membangun
humanware (SDIVI) yang unggul, bermaltabat dan memiliki daya saing.
Citra guru ini tercermin melalui:
Keunggulan mengajar,
Memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, dan
Memiliki hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesl dan pihak lain baik
dalam sikap maupun kemampuan profesional.
6. Dari sudut pandang peserta didik, citra guru ideal adalah seseorang yang senantiasa memberi motivasi
belajar yang mempunyai sifatfsifat keteladanan, penuh kasih sayang, serta mampu mengajar di dalam
suasana yang menyenangkan.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Citra Guru
Sudjana (dalam Mustafa, 2005) menjelaskan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru
yang mengakibatkan rendahnya citra guru disebabkan oleh faktor berikut:
1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pundapat menjadi guru asalkan ia
berpengetahuan;
2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang
tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru; dan
3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan
profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk
kepuasan dan kepentingan pribadinya.