SlideShare a Scribd company logo
II.1 Pengertian Gizi Buruk
Berdasarkan pendapat salah seorang dokter spesialis di Rumah Sakit Pasar Rebo,
dr. Subagyo, Sp.P., gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagimenjadi tiga
bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh
kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang
lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan
munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
II.2 Faktor-Faktor Penyebab Gizi Buruk
Menurut dr. Subagyo, Sp.P., gizi buruk disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama
adalah faktor pengadaan makanan yang kurang mencukupi suatu wilayah tertentu. Hal ini
bisa jadi disebabkan oleh kurangnya potensi alam atau kesalahan distribusi. Faktor kedua,
adalah dari segi kesehatan sendiri, yakni adanya penyakit kronis terutama gangguan pada
metabolisme atau penyerapan makanan.
Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. Siti Fadilah menyebutkan ada tiga
hal yang saling kait mengkait dalam hal gizi buruk, yaitu kemiskinan, pendidikan rendah
dan kesempatan kerja rendah.
Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan
pola asuh anak keliru. Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan balita sering
terkena infeksi penyakit2
.
1
UNICEF dalam Soekirman (2002) juga telah memperkenalkan dan sudah
digunakan secara internasional mengenai berbagai faktor penyebab timbulnya gizi kurang
pada balita, yaitu :
1. Penyebab langsung
Yaitu makanan tidak seimbang untuk anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang cukup tetapi diserang diare atau
infeksi, nafsu makan menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya, anak
yang makan tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah, mudah diserang infeksi.
Kebersihan lingkungan, tersedianya air bersih, dan berperilaku hidup bersih dan sehat
akan menentukan tingginya kejadian penyakit infeksi.
2. Penyebab tidak langsung
Pertama, ketahanan pangan dalam keluarga adalah kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan makan untuk seluruh anggota keluarga baik dalam jumlah maupun
dalam komposisi zat gizinya. Kedua, pola pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau
pengasuh lain dalam hal memberikan makan, merawat, kebersihan memberi kasih sayang
dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan mental),
status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibu
dan pengasuh lainnya. Ketiga, faktor pelayanan kesehatan yang baik, seperti; imunisasi,
penimbangan anak, pendidikan dan kesehatan gizi, serta pelayanan posyandu, puskesmas,
praktik bidan, dokter dan rumah sakit.
2
Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir,”
DEPARTEMEN KESEHATAN, diakses dari http://www.depkes.go.id.
II.3 Persebaran Gizi Buruk di Indonesia
2
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004, kasus
gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005 turun menjadi
4,42 juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 di antaranya kasus gizi buruk) dan
tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 di antaranya kasus gizi buruk).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2009, gizi buruk
pada balita tersebar hampir merata di seluruh Indonesia. Tabel 1 menunjukkan ranking
propinsi tertinggi penderita gizi buruk berdasarkan jumlah kasus. Tabel 2 menunjukkan
ranking propinsi tertinggi penderita gizi buruk berdasarkan prosentase jumlah penduduk3
.
Tabel 1
No. Provinsi No. Provinsi No. Provinsi No. Provinsi
1 Sulsel 9 Sumbar 17 Banten 25 Bali
2 Sumut 10 Sulteng 18 Sultra 26 Jambi
3 NTT 11 Kaltim 19 Papua 27 Maluku Utara
4 Jatim 12 Kalsel 20 DKI Jakarta 28 Maluku
5 Jateng 13 NTB 21 Kalteng 29 DI Yogya
6 Jabar 14 Sumsel 22 Sulut
7 Kalbar 15 Gorontalo 23 Bengkulu
8 Riau 16 Lampung 24 Bangka
Belitung
3
“Analisis Antropometri Balita – Susenas 2003,” GIZI - DEPKES, diakses dari http://www.gizi.net
Tabel 2
No. Provinsi No. Provinsi No. Provinsi No. Provinsi
1 Gorontalo 9 Riau 17 Sulut 25 Jateng
2 Papua 10 Kalsel 18 Banten 26 Jabar
3 Kalbar 11 Sulteng 19 Bengkulu 27 Bali
3
4 NTT 12 Bangka
Belitung
20 Lampung 28 DI Yogya
5 Sumut 13 Kalteng 21 Sumbar 29 Jambi
6 NTB 14 Maluku 22 DKI Jakarta
7 Sumsel 15 Maluku Utara 23 Sultra
8 Sulsel 16 Kaltim 24 Jatim
II.4 Gizi Buruk yang Berkaitan dengan Aspek Sosial Budaya
Dari empat bilyun manusia di dunia, ratusan juta orang menderita gizi buruk dan
kekurangan gizi. Angka yang tepat tidak ada, tidak ada sensus mengenai kelaparan dan
perbedaan antara gizi cukup dan gizi kurang merupakan jalur yang lebar, bukan suatu
garis yang jelas. Apapun tolok ukur kita, kelaparan (dan sering mati kelaparan)
merupakan hambatan yang paling besar bagi perbaikan kesehatan di sebagian terbesar
negara-negara di dunia.
Kekurangan gizi menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, menyebabkan
banyak penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak mungkin melakukan kerja keras.
Kekurangan gizi ini selain dari ketidakmampuan negara-negra non industri untuk
menghasilkan cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan penduduk mereka yang
berkembang, juga muncul karena kepercayaan-kepercayaan keliru yang terdapat di mana-
mana, mengenai hubungan antara makanan dan kesehatan, dan juga tergantung pada
kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan dan upacara-upacara, yang mencegah
orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka. Anderson
(2006 : 311) menyatakan karena pengakuan bahwa masalah gizi di seluruh dunia
didasarkan atas bentuk-bentuk budaya maupun karena kurang berhasilnya pertanian,
maka semua organisasi pengembangan internasional maupun nasional yang utama
menaruh perhatian tidak semata-mata pada pertambahan produksi makanan, melainkan
juga pada kebiasaan makanan tradisional yang berubah, untuk mencapa keuntungan
maksimal dari gizi yang diperoleh dari makanan yang tersedia.
Karena kebiasaan makan hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya yang
menyeluruh, maka program-program pendidikan gizi yang efektif yang mungin menuju
4
kepada perbaikan kebiasaan makan harus didasarkan atas pengertian tentang makanan
sebagai suatu pranata sosial yang memenuhi banyak fungsi. Studi mengenai makanan
dalam konteks budayanya yang menunjuk kepada masalah-masalah yang praktis ini, jelas
merupakan suatu peranan para ahli antropologi yang sejak pertama dalam penelitian
lapangannya telah mengumpulkan keterangan tentang praktek-praktek makan dan
kepercayaan tentang makanan dari penduduk yang mereka observasi.
Dalam buku karya Anderson (2006 : 312), Norge Jerome menyatakan bahwa
“Antropologi Gizi” meliputi disiplin ilmu tentang gizi dan antropologi. Bidang itu
memperhatikan gejala-gejala antropologi yang mengganggu status gizi dari manusia.
Dengan demikian, evolusi manusia, sejarah dan kebudayaan, dan adaptasinya kepada
variabel gizi yang berubah-ubah dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam
menggambarkan bahan-bahan yang merupakan titik perhatian dalam antropologi gizi.
Menurut Anderson (2006 : 312) ada dua aspek penting dari antropologi gizi :
a. Sifat sosial, budaya, dan psikologis dari makanan (yaitu peranan-peranan sosial
budaya dari makanan yang berbeda dengan peranan-peranan gizinya).
b. Cara-cara dimana dimensi-dimensi sosial budaya dan psikologi dari makanan
berkaitan dengan masalah gizi yang cukup, terutama dalam masyarakat-
masyarakat tradisional.
Menurut Anderson (2006 : 313) menyatakan bahwa para ahli antropologi
memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah
kesukaran dan ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-
pantangan, dan takhayul-takhayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan
konsumsi makanan. Pendeknya, sebagai suatu kategori budaya yang penting, ahli-ahli
antropologi melihat makanan mempengaruhi dan berkaitan dengan banyak kategori
budayaNlainnya.
Setelah mengetahui betapa kuatnya kepercayaan-kepercayaan kita atau suatu
masyarakat mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan
makanan, sehingga terbukti sangat sukar untuk meyakinkan orang untuk menyesuaikan
5
makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi yang baik. Karena pantangan agama,
takhayul, kepercayaan tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam
sejarah ada bahan-bahan yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka
diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”. Dengan kata lain, penting untuk membedakan
antara nutrimen dengan makanan.
Anderson (2006 : 313) menyatakan bahwa nutrimen adalah suatu konsep
biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga kesehatan organisme
yang menelannya. Makanan adalah suatu konsep budaya, suaty pernyataan yang
sesungguhnya mengatakan “zat ini sesuai bagi kebutuhan gizi kita.”
Dalam kebudayaan bukan hanya makanan saja yang dibatasi atau diatur, akan
tetapi konsep tentang makanan, kapan dimakannya, terdiri dri apa dan etiket makan. Di
antara masyarakat yang cukup makanan, kebudayaan mereka mendikte, kapan mereka
merasa lapar dan apa, serta berapa banyak mereka harus makan agar memuaskan rasa
lapar. Jadi dengan demikian, nafsu makan lapar adalah suatu gejala yang berhubungan
namun berbeda. Anderson (2006 : 315) menyatakan nafsu makan, dan apa yang
diperlukan untuk memuaskan adalah suatu konsep budaya yang dapat sangat berbeda
antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sebaliknya, lapar menggambarkan
suatu kekurangan gizi yang dasar dan merupakan suatu konsep fisiologis.
Makanan selain penting bagi kelangsungan hidup kita, juga penting bagi
pergaulan sosial. Anderson (2006 : 317) menyatakan tentang simbolik dari makanan :
a. Makanan sebagai ungkapan ikatan sosial
Barangkali di setiap masyarakat, menawarkan makanan (dan kadang-kadang
minuman) adalah menawarkan kasih sayang, perhatian, dan persahabatan. Menerima
makanan yang ditawarkan adalah mengakui dan menerima perasaan yang
diungkapkan dan untuk membalasnya.
b. Makanan sebagai ungkapan dari kesetiakawanan kelompok
Makanan sering dihargai sebagai lambang-lambang identitas suatu bangsa atau
nasional. Namun tidak semua makanan mempunyai nilai lambang seperti ini,
makanan yang mempunyai dampak yang besar adalah makanan yang berasal atau
6
dianggap berasal dari kelompok itu sendiri dan bkan yang biasanya dimakan di
banyak negara yang berlainan atau juga dimakan oleh banyak suku bangsa.
c. MakananNdanNstress
Makanan memberi rasa ketenteraman dalam keadaan-keadaan yang menyebabkan
stres. Burgess dan Dean menyatakan bahwa sikap-sikap terhadap makanan sering
mencerminkan persepsi tentang bahaya maupun perasaan stres. Menurut mereka,
suatu cara untuk mengatasi stres ini dari dalam, sehubungan dengan ancaman
terhadap jiwa atau terhadap keamanan emosional adalah melebih-lebihkan bahaya
dari luar, cara lainnya adalah mempersalahkan ancaman dari dalam akibat pengaruh-
pengaruh luar.
d. SimbolismeNmakananNdalamNbahasa
Pada tingkatan yang berbeda, bahasa mencerminkan hubungan-hubungan psikologis
yang sangat dalam di antara makanan, persepsi kepribadian, dan keadaan emosional.
Dalam bahasa Inggris, yang pada ukuran tertentu mungkin tidak tertandingi oleh
bahasa lain, kata-kata sifat dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan
kualitas-kualitas makanan digunakan juga untuk menggambarkan kualitas-kualitas
manusia.
Setelah mengetahui betapa rumit masalah yang berhubungan dengan gizi ini
ataupun makanan karena berkaitan dengan kebudayaan masyarakat yang berbeda-beda,
maka salah satu cara adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang
apa yang sering belum dipelajari oleh masyarakat rumpun maupun masyarakat pedesaan
adalah hubungan antara makanan dan kesehatan serta antara makanan yang baik dengan
kehamilan, juga kebutuhan-kebutuhan akan makanan khusus bagi anak setelah
penyapihan.
Anderson (2006 : 323) menyatakan bahwa dalam perencanaan kesehatan,
masalahnya tidak terbatas pada pencarian cara-cara untuk menyelesaikan lebih banyak
bahan makanan, melainkan harus pula dicarikan cara-cara untuk memastikan bahwa
bahan-bahan makanan yang tersedia digunakan secara efektif.
7
Kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan itu digunakan
dengan sebaik-baiknya. Barangkali yang terpenting dari kesenjangan itu adalah kegagalan
yang berulangkali terjadi untuk mengenal hubungan yang pasti antara makanan dan
kesehatan. Susunan makanan yang cukup cenderung ditafsirkan dalam rangka kuantitas,
bukan kualitasnya mengenai makanan yang pokok, yang cukup, bukan pula dari
keseimbangannya dalam hal berbagai makanan. Kesenjangan besar yang kedua dalam
kearifan makanan tradisional pada masyarakat rumpun dan masyarakat petani adalah
seringnya kegagalan mereka untuk mengenali bahwa anak-anak mempunyai kebutuhan-
kebutuhan gizi khusus, baik sebelum maupun sesudah penyapihan.
Penemuan Burgess dan Dean tentang masalah gizi karena perubahan budaya
dalam buku karya Anderson (2006 : 325) menggambarkan aturan yang umum. Meskipun
terdapat suatu kecenderungan umum bahwa makanan menjadi lebih baik dengan
bertambahnya penghasilan. Kebalikannya, makanan juga bisa lebih buruk terutama dalam
perubahan dari ekonomi sub sistem menjadi ekonomi uang.
Dan Marchione yang berpendapat tentang masalah gizi karena perubahan budaya. Beliau
menemukan masalah kekurangan gizi pada rumah tangga-rumah tangga di desa yang
lebih miskin, yang hidupnya berorientasi pada pertanian setengah sub sistem, menurun
secara menyolok terutama di atara anak-anak. Bahwa suatu peningkatan dalam pertanian
sub sistem sebagian besar atau seluruhnya menjelaskan perbaikan ini, hal itu dibuktikan
oleh angka-angka kekurangan gizi di perkotaan, yang tetap konstan karena perubahan
yang berarti dalam hal pola penyediaan makanan.
Setelah mengetahui keterkaitan atau hubungan antara gizi atau makanan dengan
antropologi atau kebudayaan, bagi kita yang menaruh perhatian pada usaha memperbaiki
tingkatan gizi dari masyarakat yang menderita kurang gizi, jelaslah bahwa analisis klinis
dari kekurangan gizi baru merupakan langkah awal.
Kemajuan akan sedikit sekali tercapai, kecuali apabila petugas penyuluhan juga
memahami fungsi-fungsi sosial dari makanan, arti simbolik, dan kepercayaan yang terkait
dengannya. Pengetahuan mengenai kepercayaan lokal tersebut dapat dipakai dalam
perencanaan perbaikan gizi. Dalam buku Anderson (2006 : 330) Cassel telah
8
menunjukkan netapa pengidentifikasian makanan-makanan sehat dalam makanan kuno
orang Zulu dapat membangkitkan perhatian mereka terhadap makanan dan dengan
motivasi nasionalistik bersedia menerima banyak perubahan-perubahan demi peningkatan
gizi mereka.
Kemiskinan dan kekurangan akan gizi yang memadai pada tingkatan tertentu
membatasi kemungkinan untuk memperbaiki gizi jutaan penduduk yang menderita
kurang pangan. Sebaliknya, sungguh mengecewakan untuk melihat bahwa betapa
seringnya praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar. Kesadaran
akan praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang “hambatan-hambatan” yang
harus diatasi untuk dapat merubah mereka adalah sangat penting untuk membantu
masyarakat memaksimalkan sumber-sumber pangan yang tersedia bagi mereka. Di sinilah
antropologi memberikan sumbangan besar kepada ilmu gizi dalam lapangan penelitian
danNpengajaran.
II.5 Tindakan Pemerintah Untuk Menanggulangi Gizi Buruk
Menurut Menteri Kesehatan RI, tanggung jawab pemerintah Pusat dalam hal ini
Depkes adalah merencanakan dan menyediakan anggaran bagi keluarga miskin melalui
Jaminan Kesehatan Masyarakat, membuat standar pelayanan, buku pedoman serta
melakukan pembinaan dan supervisi program ke provinsi, kabupaten dan kota4
. Dalam
kaitannya dengan gizi buruk, Depkes pada tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi
Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 – 20095
. Menteri
kesehatan menambahkan, pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas pelayanan
kesehatan dan gizi yang bermutu melalui penambahan anggaran penanggulangan gizi
kurang dan gizi buruk menjadi Rp. 600 milyar pada tahun 2007 dari yang sebelumnya 63
milyar pada tahun 20016
. Anggaran tersebut ditujukan untuk7
:
1. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan
balita di posyandu
9
2. Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS
dan rumah tangga
3. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita
kurang gizi dari keluarga miskin
4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi
kepada anak (ASI/MP-ASI)
5. Memberikan suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita
Adapun strategi dan kegiatan Departemen kesehatan dan organ-organnya, untuk
memenuhi tujuan-tujuan tersebut antara lain:
Strategi:
1. Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan
2. Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan kelompok
potensial lainnya.
4
Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir,” DEPARTEMEN
KESEHATAN, diakses dari http://www.depkes.go.id.
5
Nurpudji A. Taslim, “Kontroversi seputar gizi buruk: Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?,” GIZI-
DEPKES, diakses dari http://www.gizi.net/makalah/Kontroversi-giziburuk-column.pdf.
6
Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir,”DEPARTEMEN
KESEHATAN, diakses dari http://www.depkes.go.id.
7
“Rencana Penanggulangan masalah Gizi Buruk,” Pangan Untuk Semua, diakses dari
http://panganuntuksemua.files.wordpress.com/2007/04/rencana-penanggulangan-masalah-gizi-buruk.doc.
3. Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi
buruk
4. Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)
5. Menyediakan dan melakukan KIE
6. Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk
Kegiatan:
10
1. Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyandu
• Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR)
• Orientasi kader
• Menyediakan biaya operasional
• Menyediakan materi KIE
• Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A
2. Tatalaksana kasus gizi buruk
• Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmas atau
rumah sakit (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)
• Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmas/RS
• Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan
• Meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi
• Buruk
3. Pencegahan gizi buruk
• Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita yang berat
badannya tidak naik atau gizi kurang
• Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyandu
• Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan
4. Surveilen gizi buruk
• Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)
• Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk
• Pemantauan status gizi (PSG)
5. Advokasi, sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi buruk
• Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR, DPRD, pemda, LSM, dunia usaha
dan masyarakat)
• Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif
6. Manajemen program:
11
• Pelatihan petugas
• Bimbingan teknis
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Gizi buruk adalah status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
12
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Faktor yang menyebabkan gizi buruk ada tiga hal
yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu
mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan pola asuh anak
keliru. Di Indonesia, gizi buruk pada balita tersebar hampir merata di seluruh propinsi.
Kemiskinan dan kekurangan akan gizi yang memadai pada tingkatan tertentu
membatasi kemungkinan untuk memperbaiki gizi jutaan penduduk yang menderita
kurang pangan. Sebaliknya, sungguh mengecewakan untuk melihat bahwa betapa
seringnya praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar. Kesadaran
akan praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang “hambatan-hambatan” yang
harus diatasi untuk dapat merubah mereka adalah sangat penting untuk membantu
masyarakat memaksimalkan sumber-sumber pangan yang tersedia bagi mereka. Di sinilah
antropologi memberikan sumbangan besar kepada ilmu gizi dalam lapangan penelitian
danNpengajaran.
III.2 Saran
Diperlukan terobosan - terobosan baru yang dapat menangulangi masalah gizi
buruk hingga ke akar-akarnya. Oleh karena itu departemen kesehatan juga harus bekerja
sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah kemiskinan, pendidikan rendah,
dan kesempatan kerja rendah. Selain itu, anak-anak Indonesia harus lebih bersungguh-
sungguh belajar dengan tekun, agar Indonesia lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA
ANTARA News, 13 Maret 2007, “27 Persen Balita Indonesia Alami Gizi Buruk”,
diakses dari http://www.antara.co.id/print/?i=1205419661.
13
Blog yudhie-router. 21 Mei 2010, “Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status
Gizi”, Jumat, 21 Mei 2010, diakses dari http://yudhie-
router.blogspot.com/2010/05/aspek-sosial-budaya-yang-mempengaruhi.html
Blog Muji Rachman, 5 Januari 2010 “Hubungan Antropologi Dengan Gizi”, diakses dari
http://muji-rachman.blogspot.com/2010/01/hubungan-antropologi-dengan-gizi.html
Blog Milyandra, 22 Februari 2010, “Seminar Kesehatan Gizi dan Gizi Buruk”, diakses
dari http://mily.wordpress.com/seminar-kesehatan-gizi-vz-gizi-buruk/
Budi Bach, 2010, “Gizi Buruk Tamparan Keras Hari Gizi Nasional”, diakses dari
http://www.budibach.com/home/index.php?
option=com_content&view=article&id=169:gizi-buruk-tamparan-keras-hari-gizi-
nasional&catid=20:reportase&Itemid=27
Departemen Kesehatan, Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat
dan Tidak Dipolitisir”, diakses dari http://www.depkes.go.id.
Dhian Tri Ratna, 2005, “Perbedaan Status Gizi”, diakses dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0147/86007b4e.dir/doc.pdf
Gizi – Depkes, 2003 “Analisis Antropometri Balita – Susenas 2003”, diakses dari
http://www.gizi.net.
Nurpudji A. Taslim, 2009, “Kontroversi seputar gizi buruk: Apakah Ketidakberhasilan
Departemen Kesehatan”, diakses dari http://www.gizi.net/makalah/Kontroversi-
giziburuk-column.pdf.
14
Pangan Untuk Semua, 2010, “Rencana Penanggulangan masalah Gizi Buruk”,
diakses dari http://panganuntuksemua.files.wordpress.com/2007/04/rencana-
penanggulanganmasalah-
gizi-buruk.doc.
Prakarsa Rakyat, Forum Belajar Bersama, 27 Juni 2008, “Pendapatan Rendah, Faktor
Penyebab Busung Lapar”, diakses dari http://www.prakarsa-
rakyat.org/artikel/news/artikel.php?aid=3705
Suara Pembaharuan, Selasa 27 Maret 2007, “Upaya Mengatasi Masalah Kelaparan dan
Kurang Gizi“, diakses dari http://kikisrirezeki.multiply.com/journal/item/87http://yudhie
Susilowati, S.KM, 2008, “Konsep Dasar Timbulnya Masalah”, diakses dari
http://www.eurekaindonesia.org/wp-content/uploads/konsep-dasar-timbulnya-masalah-
gizi.pdf
Website Maluku, 14 Oktober 2009, “Gizi Buruk”, diakses dari
http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/66-gizi-buruk
WebsiteNtvONE,N31NMaretN2010, “Penderita Gizi Buruk Tak Hanya Keluarga
Miskin”, diakses dari
http://sosialbudaya.tvone.co.id/berita/view/35625/2010/03/31/penderita_gizi_buruk_tak_
hanya_keluarga_miskin/
15

More Related Content

What's hot

gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdfgizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
tutihartati9
 
Makalah gizi masyarakat
Makalah gizi masyarakatMakalah gizi masyarakat
Makalah gizi masyarakat
aldiani setyawaty
 
Gizi seimbang untuk anak sekolah new
Gizi seimbang untuk anak sekolah newGizi seimbang untuk anak sekolah new
Gizi seimbang untuk anak sekolah new
Triana Septianti
 
Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar
hesti kusdianingrum
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaBogazius08
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
Triana Septianti
 
Ppt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fixPpt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fix
Lisa Prihastari
 
3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau giziJoni Iswanto
 
Gizi dan diet - makanan remaja dan diet diabetes melitus
Gizi dan diet -  makanan remaja dan diet diabetes melitusGizi dan diet -  makanan remaja dan diet diabetes melitus
Gizi dan diet - makanan remaja dan diet diabetes melitus
siakadurban
 
Gizi seimbang untuk dewasa
Gizi seimbang untuk dewasaGizi seimbang untuk dewasa
Gizi seimbang untuk dewasa
Triana Septianti
 
8. gizi seimbang untuk ibu hamil
8. gizi seimbang untuk ibu hamil8. gizi seimbang untuk ibu hamil
8. gizi seimbang untuk ibu hamil
Triana Septianti
 
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
tutihartati9
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Operator Warnet Vast Raha
 
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdfbuku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
tutihartati9
 
Gizi seimbang usia lanjut
Gizi seimbang usia lanjutGizi seimbang usia lanjut
Gizi seimbang usia lanjut
Triana Septianti
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
Andi Nurfahmi Ummul
 
Gizi seimbang untuk balita new
Gizi seimbang untuk balita newGizi seimbang untuk balita new
Gizi seimbang untuk balita new
Triana Septianti
 
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Lia Oktaviani
 

What's hot (20)

gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdfgizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
 
Makalah gizi masyarakat
Makalah gizi masyarakatMakalah gizi masyarakat
Makalah gizi masyarakat
 
Gizi seimbang untuk anak sekolah new
Gizi seimbang untuk anak sekolah newGizi seimbang untuk anak sekolah new
Gizi seimbang untuk anak sekolah new
 
Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remaja
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
 
Ppt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fixPpt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fix
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi
 
Gizi dan diet - makanan remaja dan diet diabetes melitus
Gizi dan diet -  makanan remaja dan diet diabetes melitusGizi dan diet -  makanan remaja dan diet diabetes melitus
Gizi dan diet - makanan remaja dan diet diabetes melitus
 
Gizi seimbang untuk dewasa
Gizi seimbang untuk dewasaGizi seimbang untuk dewasa
Gizi seimbang untuk dewasa
 
8. gizi seimbang untuk ibu hamil
8. gizi seimbang untuk ibu hamil8. gizi seimbang untuk ibu hamil
8. gizi seimbang untuk ibu hamil
 
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdfbuku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
 
Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3
 
Gizi seimbang usia lanjut
Gizi seimbang usia lanjutGizi seimbang usia lanjut
Gizi seimbang usia lanjut
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
 
Gizi seimbang untuk balita new
Gizi seimbang untuk balita newGizi seimbang untuk balita new
Gizi seimbang untuk balita new
 
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
 

Viewers also liked

Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
nanda yudip
 
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
natashaona
 
Status gizi
Status giziStatus gizi
Status gizi140190
 
Makalah ispa
Makalah ispaMakalah ispa
Makalah ispa
Septian Muna Barakati
 
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugsPerencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugsHusHa Hatimah
 
Makalah obesitas
Makalah obesitasMakalah obesitas
Makalah obesitas
Ariandita Atias
 
PENANGANAN DEMAM BERDARAH
PENANGANAN DEMAM BERDARAHPENANGANAN DEMAM BERDARAH
PENANGANAN DEMAM BERDARAH
bima bahr1a
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
Hazzan Oratso Aishiteru
 
Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)
Dessycis
 
Kerangka konsep hipotesis.do2
Kerangka konsep hipotesis.do2Kerangka konsep hipotesis.do2
Kerangka konsep hipotesis.do2
newmegapro
 
JENIS-JENIS ZAT GIZI
JENIS-JENIS ZAT GIZIJENIS-JENIS ZAT GIZI
JENIS-JENIS ZAT GIZI
pjj_kemenkes
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
pjj_kemenkes
 
Gizi 1
Gizi 1Gizi 1
Gizi 1
hasbiani
 
Pergaulan buruk merusak kebiasaan baik
Pergaulan buruk merusak kebiasaan baikPergaulan buruk merusak kebiasaan baik
Pergaulan buruk merusak kebiasaan baik
Agnescia Sera
 
Gizi dan kesehatan repoduksi
Gizi dan kesehatan repoduksiGizi dan kesehatan repoduksi
Gizi dan kesehatan repoduksi
Agnescia Sera
 

Viewers also liked (20)

Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi
 
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
 
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
 
Status gizi
Status giziStatus gizi
Status gizi
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Makalah ispa
Makalah ispaMakalah ispa
Makalah ispa
 
Anie
AnieAnie
Anie
 
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugsPerencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
 
Makalah obesitas
Makalah obesitasMakalah obesitas
Makalah obesitas
 
PENANGANAN DEMAM BERDARAH
PENANGANAN DEMAM BERDARAHPENANGANAN DEMAM BERDARAH
PENANGANAN DEMAM BERDARAH
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
 
Penyimpangan kdm gagal jantung
Penyimpangan kdm gagal jantungPenyimpangan kdm gagal jantung
Penyimpangan kdm gagal jantung
 
Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)
 
Kerangka konsep hipotesis.do2
Kerangka konsep hipotesis.do2Kerangka konsep hipotesis.do2
Kerangka konsep hipotesis.do2
 
JENIS-JENIS ZAT GIZI
JENIS-JENIS ZAT GIZIJENIS-JENIS ZAT GIZI
JENIS-JENIS ZAT GIZI
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
 
Gizi 1
Gizi 1Gizi 1
Gizi 1
 
Ilmu gizi
Ilmu giziIlmu gizi
Ilmu gizi
 
Pergaulan buruk merusak kebiasaan baik
Pergaulan buruk merusak kebiasaan baikPergaulan buruk merusak kebiasaan baik
Pergaulan buruk merusak kebiasaan baik
 
Gizi dan kesehatan repoduksi
Gizi dan kesehatan repoduksiGizi dan kesehatan repoduksi
Gizi dan kesehatan repoduksi
 

Similar to makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST

Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.pptAntropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
PerryBoyChandraSiaha2
 
1795 4122-1-pb
1795 4122-1-pb1795 4122-1-pb
1795 4122-1-pb
Irfan Sofandi
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KusmaWenny1
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Ana Sengga
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
Sii AQyuu
 
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxAyumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
ayumievalencia
 
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZISEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
Shinta Handayani
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
Anisa Imaniar
 
ppt malnutrisi fix.pptx
ppt malnutrisi  fix.pptxppt malnutrisi  fix.pptx
ppt malnutrisi fix.pptx
RafiAdriansyah2
 
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi
septy nora
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
ellyaniabadi1
 
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPE
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPENutrition and Gut Microbiome #SHAPE
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPE
RiaQadariahArief
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
nrukmana rukmana
 
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
Repository Ipb
 
Gizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan AnemiaGizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan Anemia
Fakhriyah Elita
 
Food habits.pdf
Food habits.pdfFood habits.pdf
Food habits.pdf
sucita86
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI
pjj_kemenkes
 

Similar to makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST (20)

Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.pptAntropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
 
1795 4122-1-pb
1795 4122-1-pb1795 4122-1-pb
1795 4122-1-pb
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
 
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxAyumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
 
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZISEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
 
PPG FIX - Copy
PPG FIX - CopyPPG FIX - Copy
PPG FIX - Copy
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
ppt malnutrisi fix.pptx
ppt malnutrisi  fix.pptxppt malnutrisi  fix.pptx
ppt malnutrisi fix.pptx
 
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
BAB I gizi
BAB I giziBAB I gizi
BAB I gizi
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
 
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPE
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPENutrition and Gut Microbiome #SHAPE
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPE
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
 
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
 
Gizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan AnemiaGizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan Anemia
 
Food habits.pdf
Food habits.pdfFood habits.pdf
Food habits.pdf
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI
 

Recently uploaded

Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 

Recently uploaded (20)

Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 

makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST

  • 1. II.1 Pengertian Gizi Buruk Berdasarkan pendapat salah seorang dokter spesialis di Rumah Sakit Pasar Rebo, dr. Subagyo, Sp.P., gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagimenjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian. II.2 Faktor-Faktor Penyebab Gizi Buruk Menurut dr. Subagyo, Sp.P., gizi buruk disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama adalah faktor pengadaan makanan yang kurang mencukupi suatu wilayah tertentu. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurangnya potensi alam atau kesalahan distribusi. Faktor kedua, adalah dari segi kesehatan sendiri, yakni adanya penyakit kronis terutama gangguan pada metabolisme atau penyerapan makanan. Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. Siti Fadilah menyebutkan ada tiga hal yang saling kait mengkait dalam hal gizi buruk, yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan balita sering terkena infeksi penyakit2 . 1
  • 2. UNICEF dalam Soekirman (2002) juga telah memperkenalkan dan sudah digunakan secara internasional mengenai berbagai faktor penyebab timbulnya gizi kurang pada balita, yaitu : 1. Penyebab langsung Yaitu makanan tidak seimbang untuk anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang cukup tetapi diserang diare atau infeksi, nafsu makan menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya, anak yang makan tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah, mudah diserang infeksi. Kebersihan lingkungan, tersedianya air bersih, dan berperilaku hidup bersih dan sehat akan menentukan tingginya kejadian penyakit infeksi. 2. Penyebab tidak langsung Pertama, ketahanan pangan dalam keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan makan untuk seluruh anggota keluarga baik dalam jumlah maupun dalam komposisi zat gizinya. Kedua, pola pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan makan, merawat, kebersihan memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh lainnya. Ketiga, faktor pelayanan kesehatan yang baik, seperti; imunisasi, penimbangan anak, pendidikan dan kesehatan gizi, serta pelayanan posyandu, puskesmas, praktik bidan, dokter dan rumah sakit. 2 Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir,” DEPARTEMEN KESEHATAN, diakses dari http://www.depkes.go.id. II.3 Persebaran Gizi Buruk di Indonesia 2
  • 3. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004, kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 di antaranya kasus gizi buruk) dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 di antaranya kasus gizi buruk). Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2009, gizi buruk pada balita tersebar hampir merata di seluruh Indonesia. Tabel 1 menunjukkan ranking propinsi tertinggi penderita gizi buruk berdasarkan jumlah kasus. Tabel 2 menunjukkan ranking propinsi tertinggi penderita gizi buruk berdasarkan prosentase jumlah penduduk3 . Tabel 1 No. Provinsi No. Provinsi No. Provinsi No. Provinsi 1 Sulsel 9 Sumbar 17 Banten 25 Bali 2 Sumut 10 Sulteng 18 Sultra 26 Jambi 3 NTT 11 Kaltim 19 Papua 27 Maluku Utara 4 Jatim 12 Kalsel 20 DKI Jakarta 28 Maluku 5 Jateng 13 NTB 21 Kalteng 29 DI Yogya 6 Jabar 14 Sumsel 22 Sulut 7 Kalbar 15 Gorontalo 23 Bengkulu 8 Riau 16 Lampung 24 Bangka Belitung 3 “Analisis Antropometri Balita – Susenas 2003,” GIZI - DEPKES, diakses dari http://www.gizi.net Tabel 2 No. Provinsi No. Provinsi No. Provinsi No. Provinsi 1 Gorontalo 9 Riau 17 Sulut 25 Jateng 2 Papua 10 Kalsel 18 Banten 26 Jabar 3 Kalbar 11 Sulteng 19 Bengkulu 27 Bali 3
  • 4. 4 NTT 12 Bangka Belitung 20 Lampung 28 DI Yogya 5 Sumut 13 Kalteng 21 Sumbar 29 Jambi 6 NTB 14 Maluku 22 DKI Jakarta 7 Sumsel 15 Maluku Utara 23 Sultra 8 Sulsel 16 Kaltim 24 Jatim II.4 Gizi Buruk yang Berkaitan dengan Aspek Sosial Budaya Dari empat bilyun manusia di dunia, ratusan juta orang menderita gizi buruk dan kekurangan gizi. Angka yang tepat tidak ada, tidak ada sensus mengenai kelaparan dan perbedaan antara gizi cukup dan gizi kurang merupakan jalur yang lebar, bukan suatu garis yang jelas. Apapun tolok ukur kita, kelaparan (dan sering mati kelaparan) merupakan hambatan yang paling besar bagi perbaikan kesehatan di sebagian terbesar negara-negara di dunia. Kekurangan gizi menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, menyebabkan banyak penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak mungkin melakukan kerja keras. Kekurangan gizi ini selain dari ketidakmampuan negara-negra non industri untuk menghasilkan cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan penduduk mereka yang berkembang, juga muncul karena kepercayaan-kepercayaan keliru yang terdapat di mana- mana, mengenai hubungan antara makanan dan kesehatan, dan juga tergantung pada kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan dan upacara-upacara, yang mencegah orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka. Anderson (2006 : 311) menyatakan karena pengakuan bahwa masalah gizi di seluruh dunia didasarkan atas bentuk-bentuk budaya maupun karena kurang berhasilnya pertanian, maka semua organisasi pengembangan internasional maupun nasional yang utama menaruh perhatian tidak semata-mata pada pertambahan produksi makanan, melainkan juga pada kebiasaan makanan tradisional yang berubah, untuk mencapa keuntungan maksimal dari gizi yang diperoleh dari makanan yang tersedia. Karena kebiasaan makan hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya yang menyeluruh, maka program-program pendidikan gizi yang efektif yang mungin menuju 4
  • 5. kepada perbaikan kebiasaan makan harus didasarkan atas pengertian tentang makanan sebagai suatu pranata sosial yang memenuhi banyak fungsi. Studi mengenai makanan dalam konteks budayanya yang menunjuk kepada masalah-masalah yang praktis ini, jelas merupakan suatu peranan para ahli antropologi yang sejak pertama dalam penelitian lapangannya telah mengumpulkan keterangan tentang praktek-praktek makan dan kepercayaan tentang makanan dari penduduk yang mereka observasi. Dalam buku karya Anderson (2006 : 312), Norge Jerome menyatakan bahwa “Antropologi Gizi” meliputi disiplin ilmu tentang gizi dan antropologi. Bidang itu memperhatikan gejala-gejala antropologi yang mengganggu status gizi dari manusia. Dengan demikian, evolusi manusia, sejarah dan kebudayaan, dan adaptasinya kepada variabel gizi yang berubah-ubah dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam menggambarkan bahan-bahan yang merupakan titik perhatian dalam antropologi gizi. Menurut Anderson (2006 : 312) ada dua aspek penting dari antropologi gizi : a. Sifat sosial, budaya, dan psikologis dari makanan (yaitu peranan-peranan sosial budaya dari makanan yang berbeda dengan peranan-peranan gizinya). b. Cara-cara dimana dimensi-dimensi sosial budaya dan psikologi dari makanan berkaitan dengan masalah gizi yang cukup, terutama dalam masyarakat- masyarakat tradisional. Menurut Anderson (2006 : 313) menyatakan bahwa para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaran dan ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan- pantangan, dan takhayul-takhayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan konsumsi makanan. Pendeknya, sebagai suatu kategori budaya yang penting, ahli-ahli antropologi melihat makanan mempengaruhi dan berkaitan dengan banyak kategori budayaNlainnya. Setelah mengetahui betapa kuatnya kepercayaan-kepercayaan kita atau suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan, sehingga terbukti sangat sukar untuk meyakinkan orang untuk menyesuaikan 5
  • 6. makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi yang baik. Karena pantangan agama, takhayul, kepercayaan tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam sejarah ada bahan-bahan yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”. Dengan kata lain, penting untuk membedakan antara nutrimen dengan makanan. Anderson (2006 : 313) menyatakan bahwa nutrimen adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga kesehatan organisme yang menelannya. Makanan adalah suatu konsep budaya, suaty pernyataan yang sesungguhnya mengatakan “zat ini sesuai bagi kebutuhan gizi kita.” Dalam kebudayaan bukan hanya makanan saja yang dibatasi atau diatur, akan tetapi konsep tentang makanan, kapan dimakannya, terdiri dri apa dan etiket makan. Di antara masyarakat yang cukup makanan, kebudayaan mereka mendikte, kapan mereka merasa lapar dan apa, serta berapa banyak mereka harus makan agar memuaskan rasa lapar. Jadi dengan demikian, nafsu makan lapar adalah suatu gejala yang berhubungan namun berbeda. Anderson (2006 : 315) menyatakan nafsu makan, dan apa yang diperlukan untuk memuaskan adalah suatu konsep budaya yang dapat sangat berbeda antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sebaliknya, lapar menggambarkan suatu kekurangan gizi yang dasar dan merupakan suatu konsep fisiologis. Makanan selain penting bagi kelangsungan hidup kita, juga penting bagi pergaulan sosial. Anderson (2006 : 317) menyatakan tentang simbolik dari makanan : a. Makanan sebagai ungkapan ikatan sosial Barangkali di setiap masyarakat, menawarkan makanan (dan kadang-kadang minuman) adalah menawarkan kasih sayang, perhatian, dan persahabatan. Menerima makanan yang ditawarkan adalah mengakui dan menerima perasaan yang diungkapkan dan untuk membalasnya. b. Makanan sebagai ungkapan dari kesetiakawanan kelompok Makanan sering dihargai sebagai lambang-lambang identitas suatu bangsa atau nasional. Namun tidak semua makanan mempunyai nilai lambang seperti ini, makanan yang mempunyai dampak yang besar adalah makanan yang berasal atau 6
  • 7. dianggap berasal dari kelompok itu sendiri dan bkan yang biasanya dimakan di banyak negara yang berlainan atau juga dimakan oleh banyak suku bangsa. c. MakananNdanNstress Makanan memberi rasa ketenteraman dalam keadaan-keadaan yang menyebabkan stres. Burgess dan Dean menyatakan bahwa sikap-sikap terhadap makanan sering mencerminkan persepsi tentang bahaya maupun perasaan stres. Menurut mereka, suatu cara untuk mengatasi stres ini dari dalam, sehubungan dengan ancaman terhadap jiwa atau terhadap keamanan emosional adalah melebih-lebihkan bahaya dari luar, cara lainnya adalah mempersalahkan ancaman dari dalam akibat pengaruh- pengaruh luar. d. SimbolismeNmakananNdalamNbahasa Pada tingkatan yang berbeda, bahasa mencerminkan hubungan-hubungan psikologis yang sangat dalam di antara makanan, persepsi kepribadian, dan keadaan emosional. Dalam bahasa Inggris, yang pada ukuran tertentu mungkin tidak tertandingi oleh bahasa lain, kata-kata sifat dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kualitas-kualitas makanan digunakan juga untuk menggambarkan kualitas-kualitas manusia. Setelah mengetahui betapa rumit masalah yang berhubungan dengan gizi ini ataupun makanan karena berkaitan dengan kebudayaan masyarakat yang berbeda-beda, maka salah satu cara adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang apa yang sering belum dipelajari oleh masyarakat rumpun maupun masyarakat pedesaan adalah hubungan antara makanan dan kesehatan serta antara makanan yang baik dengan kehamilan, juga kebutuhan-kebutuhan akan makanan khusus bagi anak setelah penyapihan. Anderson (2006 : 323) menyatakan bahwa dalam perencanaan kesehatan, masalahnya tidak terbatas pada pencarian cara-cara untuk menyelesaikan lebih banyak bahan makanan, melainkan harus pula dicarikan cara-cara untuk memastikan bahwa bahan-bahan makanan yang tersedia digunakan secara efektif. 7
  • 8. Kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan itu digunakan dengan sebaik-baiknya. Barangkali yang terpenting dari kesenjangan itu adalah kegagalan yang berulangkali terjadi untuk mengenal hubungan yang pasti antara makanan dan kesehatan. Susunan makanan yang cukup cenderung ditafsirkan dalam rangka kuantitas, bukan kualitasnya mengenai makanan yang pokok, yang cukup, bukan pula dari keseimbangannya dalam hal berbagai makanan. Kesenjangan besar yang kedua dalam kearifan makanan tradisional pada masyarakat rumpun dan masyarakat petani adalah seringnya kegagalan mereka untuk mengenali bahwa anak-anak mempunyai kebutuhan- kebutuhan gizi khusus, baik sebelum maupun sesudah penyapihan. Penemuan Burgess dan Dean tentang masalah gizi karena perubahan budaya dalam buku karya Anderson (2006 : 325) menggambarkan aturan yang umum. Meskipun terdapat suatu kecenderungan umum bahwa makanan menjadi lebih baik dengan bertambahnya penghasilan. Kebalikannya, makanan juga bisa lebih buruk terutama dalam perubahan dari ekonomi sub sistem menjadi ekonomi uang. Dan Marchione yang berpendapat tentang masalah gizi karena perubahan budaya. Beliau menemukan masalah kekurangan gizi pada rumah tangga-rumah tangga di desa yang lebih miskin, yang hidupnya berorientasi pada pertanian setengah sub sistem, menurun secara menyolok terutama di atara anak-anak. Bahwa suatu peningkatan dalam pertanian sub sistem sebagian besar atau seluruhnya menjelaskan perbaikan ini, hal itu dibuktikan oleh angka-angka kekurangan gizi di perkotaan, yang tetap konstan karena perubahan yang berarti dalam hal pola penyediaan makanan. Setelah mengetahui keterkaitan atau hubungan antara gizi atau makanan dengan antropologi atau kebudayaan, bagi kita yang menaruh perhatian pada usaha memperbaiki tingkatan gizi dari masyarakat yang menderita kurang gizi, jelaslah bahwa analisis klinis dari kekurangan gizi baru merupakan langkah awal. Kemajuan akan sedikit sekali tercapai, kecuali apabila petugas penyuluhan juga memahami fungsi-fungsi sosial dari makanan, arti simbolik, dan kepercayaan yang terkait dengannya. Pengetahuan mengenai kepercayaan lokal tersebut dapat dipakai dalam perencanaan perbaikan gizi. Dalam buku Anderson (2006 : 330) Cassel telah 8
  • 9. menunjukkan netapa pengidentifikasian makanan-makanan sehat dalam makanan kuno orang Zulu dapat membangkitkan perhatian mereka terhadap makanan dan dengan motivasi nasionalistik bersedia menerima banyak perubahan-perubahan demi peningkatan gizi mereka. Kemiskinan dan kekurangan akan gizi yang memadai pada tingkatan tertentu membatasi kemungkinan untuk memperbaiki gizi jutaan penduduk yang menderita kurang pangan. Sebaliknya, sungguh mengecewakan untuk melihat bahwa betapa seringnya praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar. Kesadaran akan praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang “hambatan-hambatan” yang harus diatasi untuk dapat merubah mereka adalah sangat penting untuk membantu masyarakat memaksimalkan sumber-sumber pangan yang tersedia bagi mereka. Di sinilah antropologi memberikan sumbangan besar kepada ilmu gizi dalam lapangan penelitian danNpengajaran. II.5 Tindakan Pemerintah Untuk Menanggulangi Gizi Buruk Menurut Menteri Kesehatan RI, tanggung jawab pemerintah Pusat dalam hal ini Depkes adalah merencanakan dan menyediakan anggaran bagi keluarga miskin melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat, membuat standar pelayanan, buku pedoman serta melakukan pembinaan dan supervisi program ke provinsi, kabupaten dan kota4 . Dalam kaitannya dengan gizi buruk, Depkes pada tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 – 20095 . Menteri kesehatan menambahkan, pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu melalui penambahan anggaran penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk menjadi Rp. 600 milyar pada tahun 2007 dari yang sebelumnya 63 milyar pada tahun 20016 . Anggaran tersebut ditujukan untuk7 : 1. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu 9
  • 10. 2. Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS dan rumah tangga 3. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga miskin 4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI) 5. Memberikan suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita Adapun strategi dan kegiatan Departemen kesehatan dan organ-organnya, untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut antara lain: Strategi: 1. Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan 2. Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan kelompok potensial lainnya. 4 Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir,” DEPARTEMEN KESEHATAN, diakses dari http://www.depkes.go.id. 5 Nurpudji A. Taslim, “Kontroversi seputar gizi buruk: Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?,” GIZI- DEPKES, diakses dari http://www.gizi.net/makalah/Kontroversi-giziburuk-column.pdf. 6 Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir,”DEPARTEMEN KESEHATAN, diakses dari http://www.depkes.go.id. 7 “Rencana Penanggulangan masalah Gizi Buruk,” Pangan Untuk Semua, diakses dari http://panganuntuksemua.files.wordpress.com/2007/04/rencana-penanggulangan-masalah-gizi-buruk.doc. 3. Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk 4. Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana) 5. Menyediakan dan melakukan KIE 6. Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk Kegiatan: 10
  • 11. 1. Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyandu • Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR) • Orientasi kader • Menyediakan biaya operasional • Menyediakan materi KIE • Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A 2. Tatalaksana kasus gizi buruk • Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmas atau rumah sakit (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM) • Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmas/RS • Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan • Meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi • Buruk 3. Pencegahan gizi buruk • Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang • Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyandu • Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan 4. Surveilen gizi buruk • Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi) • Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk • Pemantauan status gizi (PSG) 5. Advokasi, sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi buruk • Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR, DPRD, pemda, LSM, dunia usaha dan masyarakat) • Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif 6. Manajemen program: 11
  • 12. • Pelatihan petugas • Bimbingan teknis BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan Gizi buruk adalah status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau 12
  • 13. nutrisinya di bawah standar rata-rata. Faktor yang menyebabkan gizi buruk ada tiga hal yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Di Indonesia, gizi buruk pada balita tersebar hampir merata di seluruh propinsi. Kemiskinan dan kekurangan akan gizi yang memadai pada tingkatan tertentu membatasi kemungkinan untuk memperbaiki gizi jutaan penduduk yang menderita kurang pangan. Sebaliknya, sungguh mengecewakan untuk melihat bahwa betapa seringnya praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar. Kesadaran akan praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang “hambatan-hambatan” yang harus diatasi untuk dapat merubah mereka adalah sangat penting untuk membantu masyarakat memaksimalkan sumber-sumber pangan yang tersedia bagi mereka. Di sinilah antropologi memberikan sumbangan besar kepada ilmu gizi dalam lapangan penelitian danNpengajaran. III.2 Saran Diperlukan terobosan - terobosan baru yang dapat menangulangi masalah gizi buruk hingga ke akar-akarnya. Oleh karena itu departemen kesehatan juga harus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan kesempatan kerja rendah. Selain itu, anak-anak Indonesia harus lebih bersungguh- sungguh belajar dengan tekun, agar Indonesia lebih maju. DAFTAR PUSTAKA ANTARA News, 13 Maret 2007, “27 Persen Balita Indonesia Alami Gizi Buruk”, diakses dari http://www.antara.co.id/print/?i=1205419661. 13
  • 14. Blog yudhie-router. 21 Mei 2010, “Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi”, Jumat, 21 Mei 2010, diakses dari http://yudhie- router.blogspot.com/2010/05/aspek-sosial-budaya-yang-mempengaruhi.html Blog Muji Rachman, 5 Januari 2010 “Hubungan Antropologi Dengan Gizi”, diakses dari http://muji-rachman.blogspot.com/2010/01/hubungan-antropologi-dengan-gizi.html Blog Milyandra, 22 Februari 2010, “Seminar Kesehatan Gizi dan Gizi Buruk”, diakses dari http://mily.wordpress.com/seminar-kesehatan-gizi-vz-gizi-buruk/ Budi Bach, 2010, “Gizi Buruk Tamparan Keras Hari Gizi Nasional”, diakses dari http://www.budibach.com/home/index.php? option=com_content&view=article&id=169:gizi-buruk-tamparan-keras-hari-gizi- nasional&catid=20:reportase&Itemid=27 Departemen Kesehatan, Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir”, diakses dari http://www.depkes.go.id. Dhian Tri Ratna, 2005, “Perbedaan Status Gizi”, diakses dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0147/86007b4e.dir/doc.pdf Gizi – Depkes, 2003 “Analisis Antropometri Balita – Susenas 2003”, diakses dari http://www.gizi.net. Nurpudji A. Taslim, 2009, “Kontroversi seputar gizi buruk: Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan”, diakses dari http://www.gizi.net/makalah/Kontroversi- giziburuk-column.pdf. 14
  • 15. Pangan Untuk Semua, 2010, “Rencana Penanggulangan masalah Gizi Buruk”, diakses dari http://panganuntuksemua.files.wordpress.com/2007/04/rencana- penanggulanganmasalah- gizi-buruk.doc. Prakarsa Rakyat, Forum Belajar Bersama, 27 Juni 2008, “Pendapatan Rendah, Faktor Penyebab Busung Lapar”, diakses dari http://www.prakarsa- rakyat.org/artikel/news/artikel.php?aid=3705 Suara Pembaharuan, Selasa 27 Maret 2007, “Upaya Mengatasi Masalah Kelaparan dan Kurang Gizi“, diakses dari http://kikisrirezeki.multiply.com/journal/item/87http://yudhie Susilowati, S.KM, 2008, “Konsep Dasar Timbulnya Masalah”, diakses dari http://www.eurekaindonesia.org/wp-content/uploads/konsep-dasar-timbulnya-masalah- gizi.pdf Website Maluku, 14 Oktober 2009, “Gizi Buruk”, diakses dari http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/66-gizi-buruk WebsiteNtvONE,N31NMaretN2010, “Penderita Gizi Buruk Tak Hanya Keluarga Miskin”, diakses dari http://sosialbudaya.tvone.co.id/berita/view/35625/2010/03/31/penderita_gizi_buruk_tak_ hanya_keluarga_miskin/ 15