SlideShare a Scribd company logo
Publikasi ini dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan
Educational Development (AED) dan didanai oleh U.S. Agency for International
Development (USAID).
Pendapat yang tertuang dalam publikasi ini tidak mereÁeksikan pendapat USAID atau
pemerintah Amerika Serikat.
C-Change (Communication for Change), sebuah proyek yang dikelola oleh Academy for
PANDUAN SOSIALISASI
TATALAKSANA DIARE BALITA
UNTUK PETUGAS KESEHATAN
2
Daftar Isi
Kata Pengantar
Pendahuluan
Struktur Sosialisasi
Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
a. Fakta Permasalahan Diare di Indonesia
b. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
Tatalaksana Diare
1. Diare
2. Tatalaksana Diare
a. Prinsip Tatalaksana Diare
i. Mencegah Terjadinya Dehidrasi
ii. Mengobati Dehidrasi (ORALIT)
iii. Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC)
iv. Memberi Makanan
v. Mengobati Masalah lain
b. Prosedur Tatalaksana Diare
• Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi
• Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare
a. Teknik/Keterampilan Komunikasi
b. Tiga langkah cara mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare dirumah
Lampiran Simulasi Konseling
Daftar Referensi
2
3
4
6
7
8
11
13
15
17
17
17
17
18
20
21
22
23
24
25
27
28
29
31
36
DAFTAR ISI
3
KATA PENGANTAR
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena mordibilitasnya
cenderung meningkat, dari hasil survey mordibilitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
tahun 2000 diketahui bahwa kasus diare di masyarakat sebesar 301 per 1000 penduduk, tahun
2003 sebesar 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk. Kejadian Luar
Biasa (KLB) masih sering terjadi, tahun 2008 terjadi 49 KLB dengan dengan jumlah penderita 8133
meninggal 239 (CFR 2,94%), tahun 2009 terjadi 23 KLB dengan jumlah penderita 5734, kematian
98 (CFR 1,71%) dari hasil Riskesdas tahun 2007diare masih sebagai penyebab kematian nomor satu
pada Balita.
Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Departemen Kesehatan Republik
Indonesia memperbaharui tatalaksana diare yang dikenal dengan istilah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas Diare
meliputi pemberian oralit, Zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika
selektif dan nasihat bagi penggunaan Zinc untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan
keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah kekambuhan
kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya.
Salah satu langkah dalam pencapaian MDG’s goal ke-4 adalah penurunan kematian anak sehingga
perlu diterapkannya tatalaksana Diare yang benar di Sarana Kesehatan. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu adanya sosialisasi LINTAS Diare yang berkesinambungan, untuk itu harus disusun
Panduan Tatalaksana Diare bagi petugas kesehatan.
Terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku panduan
ini dan sewaktu-waktu perlu ditinjau kembali untuk disempurnakan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Direktur Jenderal PP dan PL,
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE
NIP 195509031980121001
4
I. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia
karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei mordibitas yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka
kesakitan ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000 sebesar 301
per 1000 penduduk dan tahun 2003 sebesar 374 penduduk. Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun
2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah penderita 8133 orang, meninggal 239 (CFR 2,94%) sedang tahun
2009 terjadi 24 KLB, dengan jumlah penderita meninggal 5756 orang meninggal 100 (CFR 1,74 %).
Kematian balita karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001
terlihat terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT 2001 (13%),
studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan kematian bayi karena
diare juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%). Hal ini
tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare sebenarnya tidak terlalu sulit.
Penggunaan ORALIT di beberapa negara sangat menurun termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survey
IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/
ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan
Rumah Tangga).
Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/
SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement
WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah
satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian
ZINC dan ORALIT sebagai paduan obat diare. Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada
penderita diare dapat mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut
sebesar 20%, mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan
terapi atau kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%.
Selama ini masyarakat telah mengenal ORALIT sebagai obat diare yang sudah diperkenalkan di Indonesia
sejak tahun 1970-an dan dengan diperbaharuinya tatalaksana diare dengan menggunakan ZINC tentunya
perlu mensosialisasikan ZINC kepada masyarakat agar mereka menggunakan ZINC dan ORALIT sebagai
obat diare.
Berdasarkan laporan SUSENAS 2007, sebanyak 58,9% keluarga membawa balita sakitnya untuk rawat
jalan; sebagian besarnya dibawa ke Puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan.
Sedangkan berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh POUZN (Point of Use Water Disinfection ZINC
Treatment) Project yang dilaksanakan oleh AC Nielsen, Mei 2009 di Bandung; dalam perilaku mendapatkan
saran kesehatan (care seeking behavior) maka ibu yang anaknya diare akan mencari nasehat dari tetangga
(69%), dari bidan (31%), Puskesmas (16%), Posyandu (6%) dan Dokter (6%). Oleh karena itu penting untuk
mensosialisasikan tatalaksana diare yang diperbaharui ini kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya
dan panduan ini dikembangkan sebagai alat bantu bagi petugas kesehatan untuk mensosialisasikan
tatalaksana diare balita kepada rekan sesama profesi.
PENDAHULUAN
5
II. TUJUAN SOSIALISASI
Tujuan Umum
Mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada petugas kesehatan
Tujuan Khusus
1. Petugas kesehatan mengetahui prosedur tatalaksana diare balita
2. Petugas kesehatan memiliki keterampilan konseling tatalaksana diare balita
III. PESERTA SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE
Peserta sosialisasi tatalaksana diare ini adalah petugas kesehatan
IV. WAKTU
Pelaksanaan sosialisasi tatalaksana diare dilakukan selama satu hari
V. TOPIK BAHASAN DALAM SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE
A. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
1. Fakta dan Permasalahan Diare pada balita di Indonesia
2. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
B. Tatalaksana Diare:
1. Diare
2. Tatalaksana Diare
C. Konseling : Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare
1. Teknik/Keterampilan komunikasi
2. Tiga langkah cara mengajarkan Ibu tentang tatalaksana diare di rumah
6
TABEL 1: STRUKTUR SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE UNTUK PETUGAS KESEHATAN
JUDUL
MATERI
Kebijakan Pemerintah Tentang
Pengendalian Penyakit Diare di
Indonesia
Tatalaksana Diare
Konseling: Pentingnya
Konseling Dalam
Tatalaksana Diare
TUJUAN
1. Setelah sesi ini, peserta
mengerti tentang fakta
permasalahan diare pada
balita di Indonesia
2. Peserta mengetahui
kebijakan pemerintah
tentang pengendalian
penyakit diare di Indonesia.
Peserta mengenal diare dan
tatalaksana diare balita.
Setelah sesi ini,
peserta mampu
mempraktekkan
prinsip-prinsip
konseling dalam
melakukan tatalaksana
diare.
POKOK
BAHASAN
1. Fakta Permasalahan Diare
pada Balita Di Indonesia
2. Kebijakan Pemerintah
Tentang Pengendalian
Penyakit Diare Di Indonesia:
a. Tujuan Umum
b. Kebijakan
c. Strategi
1. Diare
• Definisi diare
• Jenis diare
• Derajat dehidrasi
diare
• Epidemiologi diare
2. Tatalaksana Diare:
2.1 Prinsip Tatalaksana Diare
• Mencegah Terjadi
Dehidrasi
• Mengobati Dehidrasi
(ORALIT)
• Mempercepat
Kesembuhan (OBAT
ZINC)
• Memberi Makanan
• Mengobati Masalah
Lain
2.2 Prosedur Tatalaksana
Diare
• Rencana Terapi A –
Untuk Terapi Diare
Tanpa Dehidrasi
• Rencana Terapi B –
Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Ringan/
Sedang
• Rencana Terapi C –
Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Berat
1. Prinsip-prinsip
konseling
2. Simulasi konseling
Tatalaksana Diare
METODE
1. Presentasi
2. Tanya Jawab
1. Presentasi
2. Peragaan
3. Tanya Jawab
1. Curah pendapat
2. Presentasi
3. Peragaan
4. Simulasi
WAKTU 20 menit 120 menit 110 menit
STRUKTUR SOSIALISASI
Kebijakan Pemerintah
Tentang Pengendalian
Penyakit Diare
di Indonesia
1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita di
Indonesia
2. Kebijakan Pemerintah tentang Pengendalian
Penyakit Diare di Indonesia
7
Cara Memfasilitasi
8
Fakta Permasalahan Diare di Indonesia
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang: fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
3. Tanya Jawab
4. Sesi ditutup
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah sesi ini, peserta mengerti tentang fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
POKOK BAHASAN:
Fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
METODE:
1. Presentasi
2. Tanya Jawab
MEDIA:
1. Bahan presentasi
2. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare
3. Buku Saku Petugas Kesehatan
ALAT & BAHAN:
1. LCD Projector
WAKTU: 10 menit
Materi
9
Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah
dilakukan selama sepuluh tahun terakhir bahwa angka
kematian balita karena diare masih sangat tinggi
dibandingkan dengan kematian balita karena penyebab
penyakit lain. Juga terjadi kecenderungan peningkatan
angka kematian balita karena diare dari tahun ke
tahun. Angka kematian bayi dan balita karena diare
berdasarkan hasil beberapa survei yaitu SKRT 2001:
angka kematian bayi sebesar 9%, angka kematian balita
sebesar 13%; Studi Mortalitas 2005: angka kematian bayi sebesar 9,1% dan angka kematian balita sebesar
15,3%; Riskesda 2007: angka kematian bayi sebesar 42% dan angka kematian balita sebesar 25,2% (lihat
grafik 1-6 di bawah ini).
Fakta Permasalahan Diare di Indonesia
DIARE penyebab KEMATIAN utama BALITA
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset
Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun
diketahui bahwa DIARE masih menjadi
penyebab utama kematian balita di
Indonesia.
Pneumonia
Pertusis
Diare
Muntah-dehidrasi
Malaria
Campak-komplikasi
DBD
Infeksi Berat
Tifoid
Gizi Buruk & BGM
Prematur
BBLR
Asfiksia/Distress Pernapasan
Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis)
Tetanus Neonatorum
Ikterus
Trauma Lahir
Kelainan Kongenital
Masalah lain (termasuk Kecelakaan)
Tidak ada
Infeksi saluran
napas
28%
Kelainan
saluran cerna
4%
22.3%
0.3%
9,1%
1,3%
0,8%
0,8%
1,4%
10,6%
1,2%
1,7%
9%
5,1%
14,1%
1,9%
2%
1,1%
4,9%
6,4%
5,5% 0,6%
Diare
42%
Pneumonia
24%
Meningitis /
enselfalitis
9%
Kelainan saluran
pencernaan
5%
Kel. Jantung kongenital
& hidrosefalus
5%
Sepsis
4%
Tetanus
3%
Malnutrisi, TB,
Campak
5%
Gangguan
perinatal
36%
Lain-lain
17%
Diare
9%
Tetanus
3%
Kelainan Saraf
3%
Diare: 9 % Diare: 9,1 %
Diare: 42%
Pneumonia
Pertusis
Diare
Muntah-dehidrasi
Malaria
Campak-komplikasi
DBD
Infeksi Berat
Tifoid
Gizi Buruk & BGM
Prematur
BBLR
Asfiksia/Distress Pernapasan
Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis)
Tetanus Neonatorum
Ikterus
Trauma Lahir
Kelainan Kongenital
Masalah lain (termasuk Kecelakaan)
Tidak ada
Diare
13%
Tifus
11% Peny. Syaraf
12%
Peny. Saluran
napas
23%
Diare
25,2% Pneumonia
15,5%
NEC
10,7%
Meningitis /
enselfalitis
8,8%
DBD
6,8%
Tenggelam
4,9%
Campak
5,8%
Lain-lain
(TB, Malaria,
Leukimia)
9,7%
Peny. Saluran
cerna
6%
Lainnya
35% 23.6%
0,2%
15,3%
1,6%
2,9%
2,9%
4,9%
15,1%
3,8%
3,6%
0,4%
1,1%
2,4%
3,8%
0,7%
0,4%
0,2%
2,2%
2,7%
0,05%
Diare: 13 % Diare: 15,3 %
Diare: 25,2%
Materi
10
Kategori umur Diare dalam 2 minggu sebelum survey Jumlah balita yang di survey
< 6 bulan 11.7 1686
6 - 11 bulan 17.6 1719
12 - 23 bulan 20.7 3094
24 - 35 bulan 15.3 3162
36 - 47 bulan 9.9 3098
46 - 59 bulan 8.3 3166
Kejadian diare pada balita berdasarkan kategori umur dari hasil survei IDHS 2007 (Indonesian
Demographic Health Survey) bahwa selama 2 minggu terakhir sebelum survey diketahui bahwa ada 20,7%
yang terkena diare dari 3094 anak berumur 12-23 bulan yang disurvey dan merupakan yang paling sering
terkena diare (lihat tabel 1). Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari
data IDHS 2007 pada tabel 2 seperti penderita diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan
selama diare, pemberian makanan selama diare, pemberian ORALIT bahkan masih banyak penderita diare
yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1%). Demikian halnya pada grafik 7 bahwa masih ada
sekitar 15%-24% balita penderita diare yang memberi cairan lebih sedikit/tidak diberikan dan pemberian
makan yang lebih sedikit/tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data tersebut di atas
menunjukkan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare masih sangat rendah di Indonesia. Oleh
karena itu sangat penting, agar petugas kesehatan yang memberikan perawatan balita diare perlu
menginformasikan dan melibatkan keluarga dalam tatalaksana diare dan memberitahukan kepada ibu/
pengasuh balita cara melakukan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga.
Tabel 1: Kejadian Diare Pada Balita (dalam 2 minggu terakhir) Berdasarkan Kategori Umur
(IDHS 2007)
Umur
(bulan)
%
penderita
diare
yang
dibawa
ke
petugas
kesehatan
%
diberi
oralit
% diberi Cairan
Rumah Tangga
(CRT) yang
direkomendasikan
ORS
atau
CRT
Mengingkatan
pemberian
cairan
Oralit,CRT atau
meningkatkan
pemberian cairan
Pil/
sirup Injeksi
Intrave
nous
Obat
tradisio-
nal
Tidak
diobati
Jumlah
anak
dengan
diare
< 6 31.3 6.6 7.3 11.8 22.8 33.4 27.9 0.0 0.0 10.1 50.1 187
6-11 59.1 28 15.4 37.2 23.0 51.7 45.5 0.6 0.0 14.0 23.0 302
12-23 57.1 40.2 25.2 52.7 33.8 67.9 49.8 0.7 0.3 17.3 9.2 640
24-35 52.0 37.7 25.1 50.8 33.9 65.1 50.8 0.1 0.0 10.8 14.0 482
36-47 39.7 35.1 29.3 50.2 26.0 59.7 44.3 0.6 0.1 16.6 16.3 306
48-59 52.3 42.7 21.4 51.5 34.3 68.0 58.1 0.9 0.1 11.7 11.3 261
Tabel 2: Praktek Keluarga Dalam hal Pengobatan Diare Pada Saat Balitanya Terkena Diare
(IDHS 2007)
Grafik 7: Praktek Pemberian Makan dan Minum/Cairan Pada Balita Selama Diare Oleh
Keluarga (IDHS 2007)
26
0
Sama seperti
biasa
Ditingkatkan
Jumlah cairan yang diberi Pemberian Makan
Lebih sedikit/
tidak diberi
Sama seperti
biasa
Ditingkatkan Lebih sedikit/
tidak diberi
10
20
30
40
50
60
57
15
30 30
46
47
28
24
44
10
44
45
30
22
43
8
48
1997
2002-2003
2007
Cara Memfasilitasi
11
Tujuan Pembelajaran:
Peserta mengetahui kebijakan pemerintah tentang pengendalian penyakit diare di Indonesia
Pokok Bahasan:
1. Tujuan Umum Pengendalian Diare
2. Kebijakan Pengendalian Diare
3. Strategi Pengendalian Diare
Kebijakan Pemerintah Tentang
Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang:
a. Tujuan Umum Pengendalian Diare
b. Kebijakan Pengendalian Diare
c. Strategi Pengendalian Diare
3. Tanya Jawab
4. Sesi ditutup
METODE:
1. Presentasi
2. Tanya Jawab
MEDIA:
1. Bahan presentasi
2. KebijakanPemerintahtentangPengendalian
Penyakit Diare Di Indonesia
3. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita
ALAT & BAHAN:
1. LCD Projector
Waktu: 10 menit
Materi
12
Kebijakan Pemerintah Tentang
Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
TUJUAN
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor
terkait.
KEBIJAKAN
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas) karena diare adalah:
• Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun
masyarakat/rumah tangga
• Melaksanakan Surveilens epidemiologi & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
• Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi
aspek managerial dan teknis medis
• Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor
• Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan
pengendalian penyakit diare
• Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan
selanjutnya.
STRATEGI
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan
pemerintah adalah:
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di
sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare
(LINTAS DIARE)
2. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga
yang tepat dan benar
3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi.
Menurunkan angka kematian
balita sebesar dua pertiga
dari tahun 1990 sampai
dengan tahun 2015
MDGs 4
Millennium Development Goals
Apa saja LINTAS DIARE?
ORALIT Untuk mencegah dehidrasi
ZINC Mengurangi parahnya.
diare, mengurangi durasi
dan mencegah berulangnya
diare 2 sampai 3 bulan ke
depan
Makan Teruskan pemberian ASI
pada bayi 0 - 6 bulan. Balita
> 6 bulan, berikan ASI dan
MP ASI
Antibiotik Antibiotik diberi hanya
Selektif pada penyakit kolera,
diare berdarah
Nasihat Segera kembali ke petugas
kesehatan jika menemukan
tanda bahaya
Tatalaksana Diare
1. Diare
• Definisi diare
• Jenis diare
• Derajat dehidrasi diare
• Epidemiologi diare
2. Tatalaksana Diare
2.1 Prinsip Tatalaksana Diare
• Mencegah Terjadi Dehidrasi
• Mengobati Dehidrasi (ORALIT)
• Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC)
• Memberi Makanan
• Mengobati Masalah Lain
2.2 Prosedur Tatalaksana Diare
• Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi
• Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
13
Cara Memfasilitasi
14
Tatalaksana Diare
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitatormenjelaskantentangdiare:definisidiare,jenisdiare,derajatdehidrasidiare,danepidemiologi
diare
3. Fasilitator menjelaskan tentang gambaran umum tatalaksana diare:
Prinsip Tatalaksana Diare dan Prosedur Tatalaksana Diare
4. Fasilitator menjelaskan tentang ORALIT dan fungsinya dalam mengobati dehidrasi serta memeragakan
cara membuat larutan ORALIT dan cara pemberiannya
5. Fasilitator menjelaskan tentang ZINC dan fungsinya dalam pengobatan diare serta memeragakan cara
memberikan ZINC
6. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip-prinsip pemberian makan balita sakit
7. Fasilitator menjelaskan sekaligus memeragakan cara melakukan prosedur tatalaksana diare: Rencana
Terapi A, Rencana Terapi B dan Rencana Terapi C
8. Fasilitator meminta salah satu peserta mengulang cara melakukan prosedur tatalaksana diare dengan
studi kasus yang diberikan oleh fasilitator
9. Tanya Jawab
10. Sesi ditutup.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Peserta mengenal diare dan tatalaksana diare balita
Pokok Bahasan:
1. Diare
• Definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, epidemiologi diare
2. Tatalaksana Diare
2.1 Prinsip Tatalaksana Diare
• Mencegah Terjadi Dehidrasi
• Mengobati Dehidrasi (ORALIT)
• Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC)
• Memberi Makanan
• Mengobati Masalah Lain
Metode:
1. Curah pendapat
2. Presentasi
3. Peragaan
4. Simulasi
Media:
1. Bahan presentasi
2. Lembar balik
3. Contoh kasus
4. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita
5. Buku saku Petugas Kesehatan
Alat dan Bahan:
1. Kertas Plano
2. Spidol besar
3. Gelas
4. Air
5. Sendok
6. ORALIT
7. Obat ZINC
8. Boneka
WAKTU: 120 menit
2.2 Prosedur Tatalaksana Diare
• Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa
Dehidrasi
• Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi
Ringan/Sedang
• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi
Berat
Materi
15
Apa sebenarnya Diare itu, mengapa
penting untuk mengetahui tanda-tanda
bahayanya?
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa diare
sangat berbahaya terlihat dari hasil penelitian-
penelitian. Oleh karena itu sangat penting
untuk petugas kesehatan menjelaskan kepada ibu balita; apa sebenarnya diare dan apa tanda-tanda
bahayanya. Dengan begitu ibu balita bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk menyelamatkan
balitanya dari kematian.
Berdasarkan definisi dari WHO (World Health Organization), salah satu lembaga PBB (Perserikatan bangsa-
bangsa) mendefinisikan bahwa DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu:
1. DIARE AKUT adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan
2. DIARE KRONIS/PERSISTEN adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
Berdasarkan Diare Bermasalah dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Disentri, yaitu diare dengan darah dan lendir dalam feses.
2. Diare kronis/persisten
DERAJAT DEHIDRASI DIARE
1. DIARE TANPA DEHIDRASI
Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Balita tetap aktif,
• Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
• Mata tidak cekung
• Turgor kembali segera
2. DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Gelisah atau rewel
• Mata cekung
• Ingin minum terus/rasa haus meningkat
• Turgor kembali lambat
Diare
DIARE adalah Berak encer atau
bahkan berupa air saja (mencret)
yang terjadi lebih sering dari
biasanya (3 kali atau lebih)
dalam 1 hari
IBU PERLU TAHU
APA Penyakit yang diderita balitanya
SEBAB Mengapa balita bisa terkena diare
BAHAYA Tanda-tanda bahaya diare
DIARE Jelaskan bahwa ibu harus membawa
balitanya kembali segera ke petugas
jika balitanya mengalami tanda-tanda
bahaya diare
Materi
16
3. DIARE DEHIDRASI BERAT
Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare.
Tanda-tandanya:
• Lesu/lunglai, tidak sadar
• Mata cekung
• Malas minum
• Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik
Epidemiologi Diare
Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh:
A. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti; bakteri, virus, parasit
B. Penurunan daya tahan tubuh
C. Faktor lingkungan dan perilaku
Dibawah ini penjelasan tentang epidemiologi penyebab penyakit diare:
A. Infeksi (kuman-kuman penyakit)
Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang tercemar atau
kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral)
Di dalam istilah bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food, Finger, Fomites) siklus penyebaran
penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui:
Feces atau tinja
Flies atau lalat
Food atau makanan
Fomites atau peralatan makanan
Finger atau tangan (jari tangan)
Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang menyebabkan penyakit diare:
• Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara esklusif (ASI eksklusif) sampai 6 bulan kepada bayi atau
memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman
• Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit
membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi
kuman-kuman penyakit seperti bakteri E. Coli
• Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik
• Minum air/menggunakan air yang tercemar
• Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB anak
• Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.
B. Penurunan Daya Tahan Tubuh
• Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam ASI terdapat antibodi
yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit
• Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena diare
• Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)
• Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare (55%).
C. Faktor Lingkungan dan Perilaku
Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama dari kontaminasi air atau
tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.
Diare mungkin saja diikuti dengan penyakit
penyerta seperti:
• ISPA: bronchial pneumonia, bronchitis, dll
• Saluran susunan saraf:
meningitis, enfasilitis, dll
• Infeksi saluran kemih
• Infeksi sistemis lain: sepsis, campak, dll
• Kurang Gizi (KEP, kurang Vitamin A, dll)
• Penyakit lainnya
Materi
17
Prinsip Tatalaksana Diare adalah:
Kematian karena diare dapat dihindari jika diberikan:
cairan rumah tangga, ORALIT, ZINC, Makanan sesuai
umur (saat diare dan selama masa penyembuhan) dan
mengobati penyakit penyerta.
A. MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium
(DEHIDRASI HIPERTONIK) atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (DEHIDRASI ISOTONIK)
atau hilangnya natrium yang lebih daripada air (DEHIDRASI HIPOTONIK).
Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare
adalah:
1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya
bagi bayi yang masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih)
dan bagi petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung
dan membantu ibu untuk menyusui bayinya jika ibu berhenti
menyusui bayinya yang masih berusia 0-24 bulan
2. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti
3. Memberikan cairan rumah tangga, cairan/minuman yang biasa
diberikan oleh keluarga/masyarakat setempat dalam mengobati
diare, dan memberikan sari makanan yang cocok, contoh: kuah
sayur, air tajin, kuah sup. Jika tidak tersedia cairan rumah tangga
dan ORALIT di rumah, bisa dengan memberikan air minum
4. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan
B. MENGOBATI DEHIDRASI
Bila terjadi diare, segera bawa ke petugas kesehatan atau ke sarana
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat
sesuai dengan tatalaksana diare.
ORALIT
ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
MANFAAT ORALIT
ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun
air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan
ORALIT. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare.
Tatalaksana Diare PRINSIP TATALAKSANA DIARE
A. Mencegah terjadinya dehidrasi
B. Mengobati dehidrasi (ORALIT)
C. Mempercepat kesembuhan (OBAT ZINC)
D. Memberi Makanan
E. Mengobati masalah lain
PROSEDUR TATALAKSANA DIARE
• Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa
Dehidrasi
• Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Ringan/Sedang
• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Berat
“BERIKAN ASI LEBIH SERING DAN LEBIH
LAMA bagi BAYI YANG MASIH MENYUSUI
(bayi 0- 24 bulan atau lebih)”
“BERI ORALIT SAMPAI
DIARE BERHENTI”
Materi
18
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan
ORALIT dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian
dengan ORALIT osmolaritas rendah diberikan kepada
penderita diare akan:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui
intravena sampai 33%.
MEMBUAT DAN MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT
A. CARA MEMBUAT/MENCAMPUR LARUTAN ORALIT
1. Cuci tangan dengan air dan sabun
2. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak/air teh (200 cc)
3. Masukkan satu bungkus ORALIT 200 cc
4. Aduk sampai larut benar
5. Berikan larutan ORALIT kepada balita.
B. CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT
1. Berikan dengan sendok atau gelas
2. Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak
tidak kelihatan haus
3. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian
lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3
menit
4. Walau diare berlanjut, ORALIT tetap diteruskan
5. Bila larutan ORALIT pertama habis, buatkan satu gelas
larutan ORALIT berikutnya.
C. MEMPERCEPAT KESEMBUHAN
Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir
jika balitanya mengalami diare dan tidak kunjung sembuh
(diare terus menerus). Semakin panjang durasi diare maka
semakin tinggi risiko balita mengalami dehidrasi dan
terutama bagi balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi
karena diare, bisa menyebabkan kematian pada balita.
Selama bertahun-tahun WHO membuat penelitian-
penelitian yang dapat menurunkan parahnya diare dan
mempercepat kesembuhan.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendas
Cara mencegah terjadinya dehidrasi yaitu
dengan mengembalikan cairan tubuh yang
hilang akibat diare, dan bisa dilakukan
sejak awal di rumah
Oralit Osmolaritas rendah
(WHO/UNICEF 2004)
NaCl 2.6 g
Na Citrate 2.9 g
KCl 1.5 g
Glucose 13.5 g
Na+ 75 mEq/l
K+ 20 mEq/l
Citrate 10 mmol/l
Cl- 65 mEq/l
Glucose 75 mmol/l
Osmolaritas. 245 mmol/l
Berikan 1/2 gelas larutan ORALIT
setiap BAYI (< 1TAHUN) mencret
Berikan 1 gelas larutan ORALIT setiap
BALITA (USIA > 1 TAHUN mencret
Materi
19
BERIKAN OBAT ZINC SEKALI SEHARI
SELAMA 10 HARI BERTURUT-TURUT
MESKIPUN DIARE SUDAH BERHENTI
UNTUK EFEKTIFITAS OBAT ZINC DALAM
MEMPERCEPAT KESEMBUHAN,
MENGURANGI PARAHNYA DIARE DAN
MENCEGAH KAMBUHNYA DIARE
SELAMA 2-3 BULAN KE DEPAN.
ZINC
Bukti ZINC baik dan aman untuk pengobatan diare
berdasarkan hasil penelitian Departement of Child and
Adolescent Health and Development, World Health
Organization yaitu:
a. ZINC sebagai obat pada diare
• 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi ZINC (Penelitian di India)
• 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang
• 18% – 59% mengurangi jumlah tinja
• Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan.
b. ZINC dan pengobatan diare akut
• 25% mengurangi lama diare
c. ZINC dan pengobatan diare persisten
• 24% diare persisten berkurang
d. ZINC sebagai obat pencegah diare akut dan persisten
• Jika ZINC diberikan 5-7 kali per minggu dengan dosis
½ yang dianjurkan (RDA) memberikan
- 18% penurunan insiden diare
- 25% penurunan diare
• Pada penelitian lanjutan didapatkan
- 11% penurunan insiden diare persisten
- 34% penurunan prevalen diare
e. ZINC pencegahan dan pengobatan diare berdarah
• PemberianZINCbaikdalamjangkapendekdanpanjang
terbukti menurunkan kejadian diare berdarah.
f. ZINC dan penggunaan antibiotik irasional
• Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih
80% sedangkan jumlah diare yang seharusnya diberi
antibiotik tidak lebih dari 20%, sangat tidak rasional,
(data sesuai dari hasil presentasi dr. M. Juffrie, PhD,
SpA(K) dalam Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia,
Padang, 2008).
• Pemakaian ZINC sebagai terapi diare apapun
penyebabnya akan menurunkan pemakaian antibiotik
irasional.
g. ZINC mengurangi biaya pengobatan
• Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan,
• Mengurangi jumlah pemakaian ORALIT.
h. ZINC aman diberikan kepada anak.
ZINC tersedia di beberapa tempat
seperti:
1. Puskesmas
2. Apotek
3. Rumah Sakit
ZINC tersedia dalam kemasan:
Tablet
Bubuk
dalam sachet
Sirup
dalam botol
Materi
20
CARA PEMBERIAN OBAT ZINC
• Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat
ZINC selama 10 (sepuluh) hari berturut-turut
• Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet
mudah larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak)
• Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian
obat ZINC, ulangi pemberian dengan cara potongan lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh
• Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan
infus, tetap berikan obat ZINC segera setelah anak bisa minum
atau makan
D. MEMBERI MAKANAN
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke
atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita
yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang
sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila
anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali.
Oleh karena perlu diperhatikan:
1. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI
selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan
makanan lain atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif.
Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk
mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan
tubuh bayi.
3. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan:
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan sejak balita berusia 1
tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap.
4. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan anak.
Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
1. Bayi berusia 0 – 6 bulan
Saat usia ini, bayi HANYA diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali
sehari; pagi, siang maupun malam hari. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain:
• Bangkitkan rasa percaya diri ibu untuk HANYA memberikan ASI saja, jelaskan keuntungan ASI dan
dengan memberi ASI saja mencukupi kebutuhan bayi meskipun bayi sedang diare
• Susui bayi lebih sering, lebih lama; pagi, siang maupun malam
• Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain
Dosis obat ZINC (1 tablet = 20 mg)
Umur kurang dari 6 bulan : 1/2 tablet /hari
Umur lebih dari 6 bulan : 1 tablet /hari
Dosis obat ZINC (1 tablet = 20 mg)
Materi
21
Selama diare dan selama masa penyembuhan:
1. Berikan ASI lebih sering dan lebih lama (bayi
0–24 bulan)
2. Berikan makanan sesuai umur lebih sering,
sedikit-sedikit, lebih bervariasi, lebih lembut
sejak bayi berusia 6 bulan
3. Petugas kesehatan memberikan Konseling
kepada ibu dengan bayi agar kembali menyusui
eksklusif, karena ASI memiliki antibodi yag
penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh
bayi, disarankan kepada ibu untuk melanjutkan
peran ASI hingga anak berusia 24 bulan
2. Bayi berusia 6 – 24 bulan
• Teruskan pemberian ASI
• Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI
(MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur,
susu, pisang
• Secara bertahap sesuai pertambahan umur
berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur/
ayam/ikan/ tempe
• Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:
Usia 6 bulan : 2 x 6 sdm peres
Usia 7 bulan : 2 – 3 x 7 sdm peres
Usia 8 bulan : 3 x 8 sdm peres
3. Balita umur 9 sampai 12 bulan
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi
• Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau
• Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:
Usia 9 bulan : 3 x 9 sdm peres
Usia 10 bulan : 3 x 10 sdm peres
Usia 11 bulan : 3 x 11 sdm peres
• Berikan selingan 2 kali sehari di antara waktu pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit
maupun sehat
4. Balita umur 12 sampai 24 tahun
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak
• Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah
• Beri makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan
• Perhatikan variasi makanan
• Sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga
5. Balita umur 2 tahun lebih
• Berikan makanan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3 – 1/2 porsi makan orang dewasa
• Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan
ANJURAN MAKAN UNTUK DIARE PERSISTEN
• Jika anak masih mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang dan malam
• Jika anak mendapat susu selain ASI:
- Kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI
- Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi di tambah tempe
- Jangan diberi susu kental manis
- Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan kelompok umur
E. MENGOBATI MASALAH LAIN
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi.
Materi
22
Prosedur tatalaksana diare
Di dalam melakukan prosedur tatalaksana diare, petugas kesehatan harus melakukan tahap demi tahap
untuk membantu ibu/pengasuh dari balita penderita diare dapat terlibat aktif dalam pengobatan diare
balitanya.
A. MENILAI DERAJAT DEHIDRASI
Petugas kesehatan dalam melakukan prosedur penilaian derajat dehidrasi balita yang harus dilakukan adalah:
1. Tanyakan Riwayat Penyakit Anak
• Berapa lama anak sudah mengalami diare?
• Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
• Apakah tinjanya ada darah?
• Apakah anak muntah?
• Apakah ada penyakit lainnya?
2. Lihat dan Periksa
• Bagaimana keadaan umum anak?
• Sadar atau tidak sadar?
• Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
• Apakah anak gelisah?
• Berikan minum, apakah dia mau minum? Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus
atau malas minum?
• Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
• Lakukan cubitan kulit perut (turgor),
Apakah kulitnya kembali segera, lambat atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
3. Lakukan penilaian dengan membaca tabel di bawah
B. MENENTUKAN RENCANA PENGOBATAN DIARE
Rencana pengobatan diare dibagi menjadi tiga (3) berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami oleh balita
1. Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi
2. Rencana Terapi B, jika penderita diare mengalami dehidrasi ringan/sedang
3. Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat.
PENILAIAN A B C
BILA TERDAPAT 2 TANDA ATAU LEBIH
1.LIHAT:
Keadaan Umum
Mata
Rasa Haus
Baik, sadar
Normal
Minum biasa, tidak haus
Gelisah, rewel
Cekung
Haus, ingin minum banyak
Lesu, lunglai atau tidak sadar
Sangat cekung dan kering
Malas minum/tidak bisa minum
2.PERIKSA:
Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
3.DERAJAT
DEHIDRASI Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
(dehidrasi tidak berat)
Dehidrasi berat
4.RENCANA
PENGOBATAN Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
A
Diare tanpa dehidrasi
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Keadaan Umum baik, sadar
Mata tidak cekung
Minum biasa, tidak haus
Cubitan kulit perut/turgor kembali segera
RENCANA TERAPI A
UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH
1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA
• Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
• Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang sebagai tambahan
• Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga
sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
• Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
• Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200 ml) di rumah bila:
- Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
• Ajari ibu cara mencampur dan memberikan ORALIT
2. BERI OBAT ZINC
Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan
dalam 1 sendok air matang atau ASI
• Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
• Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI
• Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
• Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
• Beri makanan kaya Kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau.
• Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
• Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu
4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI
MISAL: DISENTERI, KOLERA dll
5. NASIHATI IBU/PENGASUH
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
• Berak cair lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan dan minum sangat sedikit
• Timbul demam
• Berak berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari
23
B
Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Gelisah, rewel
Mata cekung
Ingin minum terus, ada rasa haus
Cubitan kulit pertu/turgor kembali lambat
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN
ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak
• Bila BB tidak diketahui berikan ORALIT sesuai tabel di bawah ini:
Umur sampai < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
• Bila anak menginginkan lebih banyak ORALIT, berikanlah
• Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
• Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan ORALIT
• Beri obat ZINC selama 10 hari berturut-turut
AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT:
• Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
• Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas
• Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
• Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikan air masak atau ASI
• Beri ORALIT sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang
SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI
A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI
• Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian
mengantuk dan tidur
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
• Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B
• Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah
• Berikan ORALIT 6 bungkus untuk persediaan di rumah
• Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
24
YA
YA
YA
YA
Segera rujuk anak
untuk rehidrasi melalui
Nasogastrik/0rogastrik
atau Intravena.
TIDAK
Apakah penderita bisa
minum?
TIDAK
YA
Apakah Saudara dapat
menggunakan pipa
nasogastrik/orogastrik
untuk rehidrasi?
C
Diare dehidrasi Berat
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Lesu, lunglai/tidak sadar
Mata cekung
Malas minum
Cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 dtk
RENCANA TERAPI C
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN
TIDAK
Adakah Terapi terdekat
(dalam 30 menit)?
TIDAK
Ikuti Tanda Panah.
Jika jawaban “YA”,
Lanjutkan ke KANAN.
Jika “TIDAK”, Lanjutkan
ke BAWAH.
Dapatkan Saudara
memberikan cairan
intervena?
• Beri cairan Intravena segera.
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai
berikut:
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
• Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
• Juga beri ORALIT (5 ml/kg/jam) bila penderita bias minum; biasanya setelah 3-4
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
• Berikan obat ZINC selama 10 hari berturut-turut
• Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi.
• Rujuk penderita untuk terapi Intravena.
• Bila penderita bisa minum, sediakan ORALIT dan tunjukkan cara memberikannya
selama di perjalanan.
• Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit
demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam.
• Nilai setiap 1-2 jam:
- Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi Intravena.
• Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B atau C)
• Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/
kg BB/jam selama 6 jam.
• Nilai setiap 1-2 jam:
- Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat.
- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi Intravena.
• Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.
Catatan:
• Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan
bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi
ORALIT.
• Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara,
pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak
sadar.
UMUR Pemberian I Kemudian
30ml/kg BB 70ml/kg BB
Bayi < 1 Tahun 1 jam* 5 jam
Anak >1 tahun 30 menit* 2 ½ jam
25
Konseling:
Pentingnya Konseling
Dalam Tatalaksaksana Diare
a. Teknik/Keterampilan Komunikasi
b. Tiga langkah cara mengajarkan ibu tentang
tatalalaksana diare di rumah
26
Cara Memfasilitasi
27
Langkah-langkah:
• Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi.
• Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian konseling yang mereka ketahui.
• Fasilitator menjelaskan tentang pengertian konseling dan prinsip-prinsip konseling di pelayanan
kesehatan dan aplikasi prinsip-prinsip konseling pada tatalaksana diare.
• Fasilitator meminta pendapat peserta tentang:
- Hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien penderita diare
- Fasilitator menyimpulkan tentang hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien
penderita diare sesuai dengan Tatalaksana Diare
• Fasilitator meminta peserta membagi kelompok dan kelompok diminta untuk melakukan simulasi
tentang tata laksana diare di pelayanan kesehatan.
• Berikan kesempatan kepada kelompok mendiskusi peran masing-masing
- Peran sebagai bidan/petugas kesehatan
- Peran sebagai ibu/pengasuh dari balita yang sedang diare
- Peran sebagai pasien yang sedang antri di pelayan kesehatan (sekaligus sebagai pengamat)
Topik Simulasi, contoh kasus (terlampir):
1. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi
2. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare dehidrasi sedang/ringan
3. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi dan mempunyai masalah pemberian
makan
• Fasilitator memandu kelompok melakukan simulasi.
• Fasilitator meminta kelompok untuk mensimulasikan kasus yang diberikan kepada kelompoknya
dan kelompok lainnya mengamati berlangsungnya simulasi dan membuat catatan tentang: teknik
komunikasi/konseling (TANYA, DENGAR, PUJIAN, SARAN dan PERIKSA PEMAHAMAN) yang digunakan
oleh petugas kesehatan ketika memberikan konseling kepada ibu.
• Fasilitator dan kelompok mendiskusikan hasil simulasi tentang hal-hal yang sudah dilakukan dengan
baik dan yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan konseling Tatalaksana Diare.
• Fasilitator menjelaskan tentang tips melakukan konseling Tatalaksana Diare.
• Sesi ditutup.
Konseling: Pentingnya Konseling
Dalam Tatalaksana Diare
Tujuan Pembelajaran:
Setelah sesi ini, peserta mampu mempraktekkan prinsip-prinsip konseling dalam melakukan tatalaksana diare
Pokok Bahasan:
1. Prinsip-Prinsip Konseling
2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare
Metode:
1. Curah pendapat
2. Presentasi
3. Peragaan
4. Simulasi
Media:
1. Bahan presentasi
2. Lembar balik
3. Contoh kasus
4. Formulir pengamatan praktek tatalaksana diare
5. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita
Alat dan Bahan:
1. Boneka
2. Sendok
3. Gelas
4. Air minum
5. ORALIT
6. Obat ZINC
Waktu : 110 menit
Materi
28
Konseling: Pentingnya Konseling
Dalam Tatalaksana Diare
Sebagai petugas kesehatan di pelayanan
kesehatan, sangat penting memiliki kemampuan
konseling. Konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi pasien/klien.
TEKNIK/KETERAMPILAN KOMUNIKASI YANG BAIK
TANYA/DENGAR BERI PUJIAN SARAN PERIKSA
Tanya dan dengarkan hal-
hal apa saja yang sudah
dilakukan oleh ibu dalam
merawat anaknya ketika
dia diare.
Berikan pujian kepada
pengasuh/ibu balita akan
hal-hal baik yang sudah
dilakukan ibu dalam
merawat anaknya.
Berikan saran kepada
pengasuh/ibu balita
cara merawat balita
sakit di rumah.
Periksa sampai
dimana
pemahaman ibu
tentang cara merawat
balita sakit.
TANYA dan DENGAR
a. Tanda-tanda bahaya yang dialami balita pada saat sakit.
b. Apa saja yang sudah dilakukan oleh ibu balita/pengasuhnya untuk mengatasi tanda-tanda bahaya
tersebut; apa saja yang sudah dilakukan ibu balita/pengasuh dengan baik dan apa yang perlu
diperbaiki.
BERI PUJIAN
Petugas kesehatan memberikan pujian kepada ibu
balita/pengasuh jika melakukan tindakan yang baik
dalam mengatasi penyakit/tanda-tanda bahaya sakit
yang dialami balita.
BERI SARAN
• Gunakan kalimat yang dimengerti oleh ibu/pengasuh
balita.
• Gunakan alat bantu yang ibu/pengasuh balita kenali.
• Berikan pujian jika ibu/pengasuh melakukan/
mempraktekkan dengan benar dan bantu ibu/
pengasuh jika ibu/pengasuh belum mempraktekkan
dengan benar.
• Berikan kesempatan untuk melakukan praktek lebih
dari satu kali jika dibutuhkan.
Komunikasi yang baik dari petugas
kesehatan membantu ibu melakukan
tatalaksana diare saat di rumah
Komunikasi yang baik saat melakukan
konseling:
Pastikan ibu mengerti tentang cara
melakukan tatalaksana diare di rumah
sebelum ibu meninggalkan sarana
kesehatan, oleh karena itu petugas
kesehatan penting untuk:
1. Memberikan informasi yang tepat dan
relevan kepada ibu
2. Memperagakan contoh cara melakukan
tatalaksana diare dan
3. Minta ibu untuk mempraktekkan
sendiri dan bantu ibu dengan sabar jika
ibu belum mengerti cara melakukannya
4. Jika diperlukan jelaskan dan
peragakan kembali cara melakukan
tatalaksananya.
Materi
29
• Dorong ibu/pengasuh untuk aktif bertanya jika ada hal-hal yang ingin dia tanyakan dan jawab semua
pertanyaannya
• Berikan saran yang relevan saat ini
PERIKSA PEMAHAMAN
Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu/pengasuh untuk mengetahui pemahaman ibu dan berikan
penjelasan ulang jika ibu/pengasuh balita belum paham. Hindari pertanyaan tertutup (pertanyaan
yang mengarahkan). Sebagai petugas kesehatan, anda mengharapkan ibu/pengasuh balita mengerti
cara merawat balita sakitnya setelah anda mengajarkannya. Dengan bertanya, anda akan tahu tingkat
pemahaman ibu/pengasuh balita.
TIGA LANGKAH DASAR CARA MENGAJARKAN IBU TENTANG TATALAKSANA DIARE BALITA DI RUMAH:
1. Berikan informasi kepada ibu, contoh bagaimana cara memberikan ZINC kepada bayinya.
2. Peragakan kepada ibu, contoh cara memberikan ZINC kepadanya bayinya.
3. Ibu diminta untuk mempraktekkan cara memberikan ZINC kepada bayinya. Setelah mengajarkan ibu
tentang tatalaksana diare, selanjutnya petugas kesehatan memeriksa pemahaman ibu, caranya:
1. Gunakan pertanyaan seperti; mengapa, bagaimana, kapana ibu harus melakukan tatalaksana
diare di rumah
2. Hindari pertanyaan yang mengarahkan
3. Berikan waktu kepada ibu untuk berfikir lalu menjawab pertanyaan
4. Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab dengan benar
5. Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau praktekkan kembali
Ajarkan kepada ibu tentang tatalaksana diare di rumah:
1. Jelaskan apa tatalaksana diare dan mengapa harus melakukannya
2. Jelaskan langkah-langkah melakukan tatalaksana diare di rumah
3. Jika obat yang diberikan lebih dari satu jenis, perhatikan ketika ibu melakukannya.
4. Jelaskan kepada ibu berapa lama harus melakukan tatalaksana diare tersebut di rumah
5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan
Ajarkan ibu tentang cara pemberian obat oral di rumah:
1. Berikan obat yang sesuai dan jelaskan dosis yang harus diberikan sesuai umur atau Berat Badan
2. Jelaskan alasan mengapa memberi obat tersebut dan penyakit yang diobati
3. Peragakan cara mengukur dosis yang diberikan
4. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita
Ajarkan ibu tentang cara memberikan obat oral di rumah:
1. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita
2. Jelaskan dengan perlahan bagaimana memberikan obat, jelaskan label yang ada di obat dan paket
obat yang diberikan
3. Jika obat yang diberikan lebih dari, hitung jumlah obat yang diberikan dan pisahkan obat berdasarkan
jenis dan pisahkan di kantong yang berbeda
4. Jelaskan kepada ibu untuk menghabiskan semua obat yang diberikan meskipun balita sudah membaik
dari sakitnya
5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan
Materi
30
A. KUNJUNGAN SEGERA
Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
• Berak cair lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan dan minum sangat sedikit
• Timbul demam
• Berak berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari
B. KUNJUNGAN LANJUTAN
Beritahukan kepada ibu melakukan kunjungan
lanjutan ke sarana kesehatan meski balita
kelihatan membaik.
- Jikabalitatidakmempunyaimasalah/penyakit
baru, gunakan instruksi MTBS kunjungan
lanjutan untuk masalah yang spesifik:
• Periksa balita sesuai instruksi
• Gunakan informasi untuk mengenali
tanda-tanda bahaya yang dialami balita
untuk memberikan perawatan yang
sesuai
- Lihat jika ada kemajuan anak (semakin membaik atau tidak) atau berikan pengobatan lain jika balita
tidak membaik
- Mungkin perlu mencoba obat jenis lain (second-line drug)
- Untuk kunjungan lanjutan berikutnya jika:
• Balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan lanjutan 2 hari berikutnya
• Balita dengan diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan 5 hari berikutnya
Jenis Diare
Kunjuangan
lanjutan
Disentri 2 hari
Diare persisten 5 hari
Diare dehidrasi ringan/sedang 3 hari
Diare tanpa dehidrasi 3 hari
Lampiran Simulasi Konseling
31
Pedoman Ketika Menyelenggarakan Permainan Peran
• Sebelum bermain peran, fasilitator harus mengetahui tentang tujuan bermain peran, peran yang
akan tugaskan, informasi yang diperlukan dan pokok-pokok penting yang harus dibuat oleh kelompok
sesudah bermain peran.
• Yang harus dikerjakan sebelum bermain peran
- Penugasan peran. Mula-mula, pilihlah peserta yang tidak pemalu, dengan cara meminta
sukarelawan. Bila perlu, seorang fasilitator bisa berperan dalam bermain peran yang awal
- Berikan kepada peserta, keperluan peralatan untuk bermain peran misalnya: boneka, obat, dll
- Berikan catatan informasi bagi pemeran. (Biasanya tersedia informasi untuk pemeran “Ibu” yang
terdapat dalam panduan ini yang bisa di fotocopi)
- Mintalah agar peserta permainan peran berbicara dengan cukup keras
- Berikan cukup waktu persiapan peserta
• Setelah semuanya siap, aturlah tempat bagi pemain. Aturlah sehingga “ibu” dan “petugas kesehatan”
duduk terpisah dari peserta lain, sehingga semua dapat melihatnya.
• Mulailah dengan memperkenalkan pemain dan peran mereka dan menyebutkan tujuan dan situasinya.
Sebagai contoh, mungkin saudara perlu menyebutkan umur anak, hasil penilaian kasus dan obat yang
telah diberikan.
• Saudara boleh melakukan interupsi jika peserta mengalami kesulitan yang cukup berarti atau
melenceng dari tujuan bermain peran.
• Setelah permainan peran selesai, ucapkan terimakasih kepada pemain. Pastikan bahwa umpan
balik yang diberikan oleh peserta yang lain cukup menunjang. Pertama kali bahaslah apa yang sudah
dikerjakan dengan baik dan selanjutnya bahaslah apa yang perlu diperbaiki.
• Upayakan agar semua peserta terlibat dalam diskusi setelah permainan peran.
• Mintalah peserta untuk menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari peran ini.
KASUS YANG AKAN DIKERJAKAN KELOMPOK PADA SAAT SIMULASI
KASUS 1:
Ibu membawa anaknya Yayuk umur 2 tahun ke klinik karena diare. Selama 2 hari (5 kali sehari). Petugas
kesehatan tidak menemukan tanda-tanda bahaya umum. Tidak ada darah dalam tinja. Yayuk sangat rewel,
kelopak matanya cekung, cubitan kulit perut kembali dengan segera. Ia minum dengan lahap. Selain itu
tidak ada masalah.
Tugas kelompok:
1. Tentukan jenis diare yang dialami Yayuk?
2. Tentukan pengobatan apa yang dianjurkan?
3. Praktek konseling
KASUS 2:
Heryawan, anak umur 5 bulan, keluhan ibu walau Heryawan tetap bermain seperti biasa, minum seperti
biasa tetapi Heryawan sudah mengalami diare selama 5 hari dengan batuk dan pilek dan Heryawan terlihat
kurus. Sejak 1 bulan yang lalu, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali setengah
botol sehari.
Tugas Kelompok:
1. Apa jenis diare yang dialami oleh Heryawan?
2. Apa perilaku yang salah dari ibu dalam merawat Heryawan?
3. Pengobatan yang dianjurkan?
4. Praktek konseling
Lampiran Simulasi Konseling
32
PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI KASUS
KASUS 1:
Dalam permainan ini, petugas kesehatan akan mengajari ibu cara merawat anak dengan dehidrasi.
Pada bagian pertama, anak membutuhkan Rencana Terapi B. Pada bagian kedua, anak diberi Rencana
Terapi A.
GAMBARAN TENTANG KASUS:
Ibu membawa anaknya Yayuk umur 2 tahun, ke klinik karena diare selama 2 hari (5 kali sehari). Petugas
kesehatan tidak menemukan tanda bahaya umum. Tidak ada darah dalam tinja. Yayuk sangat rewel,
kelopak matanya cekung, cubitan kulit perut, kembali dengan segera. Ia minum dengan lahap. Selain itu
tidak ada masalah lain. Klasifikasi Yayuk DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG, status gizi NORMAL. Tidak
ada klasifikasi lain. Petugas memberi Rencana Terapi B dengan ORALIT.
PERAN PETUGAS KESEHATAN:
Menyampaikan kepada ibu bahwa Yayuk harus mendapat penanganan dengan ORALIT. Ibu diminta untuk
tetap di klinik karena Yayuk harus mendapat ORALIT. Laksanakan Rencana Terapi B untuk mengajak ibu
memberi ORALIT. Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus diberikan dan cara memberi ORALIT. Jawab semua
pertanyaan ibu dan bantu ibu memecahkan masalah.
PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan berusaha mengerjakan hal-hal yang disampaikan
petugas kesehatan. Setelah memberi ORALIT beberapa menit, sampaikan pada petugas kesehatan bahwa
Yayuk memuntahkan cairan yang diberikan.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi B dan amati permainan peran ini. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi
keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
KASUS 3:
Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare dan sudah diberikan
teh manis selama diare yang sudah berlangsung 3 hari ini. Rina biasanya makan bubur beras, daging,
sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan
rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke klinik, walaupun keadaan anak
memburuk.
Pertanyaan:
1. Apa perilaku yang salah dari ibu tersebut?
2. Pengobatan apa yang dianjurkan
3. Praktek konseling
Lampiran Simulasi Konseling
33
KEJADIAN 3 JAM KEMUDIAN
Setelah 3 jam, Yayuk diperiksa ulang. Keadaan sekarang: DIARE TANPA DEHIDRASI. Diare berlangsung
terus, tetapi petugas kesehatan menganggap bahwa Yayuk boleh pulang untuk diberi Rencana Terapi A.
PERAN PETUGAS KESEHATAN:
Mengajari ibu Rencana Terapi A. Beri ORALIT dan obat ZINC untuk dibawa pulang. Ajukan pertanyanan
untuk mengecek pemahaman ibu, untuk memastikan apakah ibu ingat dan mengerti aturan perawatan
diare di rumah.
PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI KASUS.
KASUS 2:
Dalam latihan ini, Peserta akan bermain peran tentang penilaian dan masalah pemberian makan dan
memberikan saran tentang Rencana Terapi.
Heryawan umur 5 bulan dengan batuk dan pilek. Tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya umum dan
diklasifikasikan sebagai DIARE TANPA DEHIDRASI, DIARE AKUT, dan KURUS. Tidak ada klasifikasi lain.
Sejak 1 bulan yang lalu, karena anak rewel, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali
setengah botol sehari.
Berikut adalah contoh bagian dari Formulir Pencatatan untuk anak umur
LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN, jika anak KURUS atau
UMUR < 2 TAHUN dan tidak dirujuk segera.
* Apakah ibu menyusui anak ini? Ya____Tidak_____
Jika ya, berapa kali dalam 24 jam? ____kali
Apakah juga menyusu di malam hari? Ya____Tidak____
*Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Ya___Tidak____
Jika ya, makanan atau minuman apa?
Berapa kali sehari? ________kali
Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak?
_____________________________________________________________
Jika kasus KURUS:
Berapa banyak makanan/minuman diberikan pada anak?
____________________________________________________________
Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Ya_____Tidak______
Siapa yang memberi makan dan bagaimana caranya?
_____________________________________________________________
Selama sakit ini apakah ada perubahan pemberian makan?
Ya________Tidak_____Jika ya, bagaimana? _______________________
Lampiran Simulasi Konseling
34
PERAN PETUGAS KESEHATAN:
Menyampaikan kepada ibu bahwa Heryawan mengalami masalah diare akut tanpa dehidrasi dan
menjelaskan tentang Rencana Terapi A. Petugas kesehatan juga menilai pemberian makan Heryawan serta
menjelaskan tentang Anjuran Makan yang Baik. Petugas menjelaskan tentang pemberian ORALIT dan obat
ZINC kepada ibu Heryawan serta memberi nasihat untuk kunjungan berikutnya ke tenaga kesehatan.
PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan mengikuti saran petugas kesehatan untuk
melakukan tatalaksana diare di rumah.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A dan anjuran makan yang baik amati pemain peran ini. Perhatikan apakah petugas
kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI KASUS
KASUS 3:
Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare. Rina biasanya
makan bubur beras, sepotong daging, sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut
dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke
klinik, walaupun keadaan anak memburuk. Rina tidak mempunyai tanda bahaya umum, klasifikasinya
DIARE TANPA DEHIDRASI, status gizi NORMAL. Tidak ada klasifikasi lain. Rina akan ditangani dengan
RencanaTerapi A.
PERAN PETUGAS KESEHATAN:
Menilai tingkat dehidrasi Rina, menentukan Rencana Terapi untuk Rina dan menjelaskan tatalaksana diare
yang harus dilakukan oleh Ibu Rina di rumah.
PERAN IBU:
Ibu memberikan keluhan yang dialami Rina dan situasi rumahnya yang jauh dari klinik.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan
dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
Lampiran Simulasi Konseling
35
Hal-hal yang diamati Ya Tidak Catatan
Apakah petugas kesehatan TANYA:
- Berapa lama anak sudah mengalami diare?
- Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
- Apakah tinjanya ada darah?
- Apakah balita muntah?
- Apakah ada penyakit lainnya?
Apakah petugas kesehatan sudah LIHAT dan PERIKSA:
- Bagaimana keadaan umum anak?
- Sadar atau tidak sadar?
- Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
- Apakah anak gelisah?
- Berikan minum, apakah dia mau minum?
- Ketika minum balita tampak sangat haus atau malas minum?
- Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
- Melakukan cubitan kulit perut (turgor). Apakah kulitnya kembali segera,
lambat atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
Apakah petugas kesehatan menanyakan kepada ibu balita/pengasuh tentang
tindakan yang telah diberikan oleh ibu atau pengasuh untuk mengatasi masalah
diare (tanda-tanda bahaya) pada balita?
Apakah petugas kesehatan memberikan PUJIAN atas tindakan/praktek yang
baik yang sudah dilakukan ibu/pengasuh dalam mengatasi masalah diare
(tanda-tanda bahaya) pada balitanya?
Apakah petugas kesehatan menjelaskan kepada ibu balita/pengasuhnya
tentang keadaan diare yang dialami balitanya:
- Diare tanpa dehidrasi - Diare persisten berat
- Diare dehidrasi ringan - Diare persisten
- Diare dehidrasi berat - Disentri
Apakah petugas kesehatan memberikan saran tentang cara merawat balita
sesuai:
- Rencana Terapi A untuk diare tanpa dehidrasi
- Rencana Terapi B untuk diare dehidrasi ringan/sedang
- Rencana Terapi C untuk diare dehidrasi berat
Apakah petugas kesehatan memeragakan cara pembuatan ORALIT dan
pemberian ORALIT?
ApakahpetugaskesehatanmemeragakancaramelarutkanZINCdanpemberian
ZINC?
Apakah petugas kesehatan memberikan kesempatan kepada ibu balita/
pengasuh untuk memeragakan cara pembuatan dan pemberian ORALIT?
Apakah petugas kesehatan memberikan kesempatan kepada ibu balita/
pengasuh untuk memeragakan cara pembuatan dan pemberian ZINC?
Apakah petugas kesehatan menjelaskan tentang pemberian cairan rumah
tangga?
Apakah petugas kesehatan menjelaskan cara pemberian makan pada balita
sakit?
Apakah petugas kesehatan menjelaskan kapan harus melakukan kunjungan
ulang ke petugas kesehatan (tanda-tanda bahaya/ jika tidak sembuh)?
Formulir Pengamatan Simulasi Tatalaksana Diare
36
Daftar Referensi
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Buku Saku
Petugas Kesehatan: LINTAS DIARE-Lima Langkah Tuntaskan Diare, 2009.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman
Kader Untuk Memberantas Diare, 2007.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare, Edisi ke-5, 2007.
DepartemenKesehatanRI,DirektoratJenderalPengendalianPenyakitdanPenyehatanLingkungan,Pengendalian
Penyakit Diare, 2009.
Departemen Kesehatan RI, Buku Modul-4 Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, Buku Panduan Fasilitator Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.
Departemen Kesehatan RI, WHO, IDAI. Buku Saku “Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit”-Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, cetakan 1, 2009.
Fontaine, Oliver. 2008. Konika XIV-Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sari Pediatri, Edisi Khusus, Suplemen, Vol. 10,
No. 1.
“IMCI-Session 9 Counseling and Follow Up Care”. http://www.scribd.com/doc/10508418/IMCI-Session-9-
Counseling-and-Followup-Care.
Juffrie, M. Dr., PhD, SpA(K), 2008. Zinc: Tatalaksana Baru Diare. Makalah disajikan dalam Kongres XIV Ikatan
Bidan Indonesia, Padang, Sumatera Barat, 2-6 November.
Juffrie, M. Dr., PhD, SpAK, dan Mulyani, N.S., Dr., SpAK. Modul Pelatihan Diare, UKK Gastro-hepatologi IDAI, edisi
pertama, 2009.
“Keamanan dan Efektivitas Pengobatan Zink Pada Managemen Diare.” Medika, Desember 2008., No. 12 Tahun
ke XXXIV, Desember 2008.
LINKAGES. Facts for Feeding: Feeding Infants and Young Children During and After Illness., November 2006.
Sulani, Fatni, dr. Hj. DTM&H, MSi. “Analisa Situasi Balita Di Indonesia: SDKI 2007, Riskesdas 2007, Susenas
2007”, Presentasi Direktorat Bina Kesehatan Anak, Departemen Kesehatan RI.
WHO/UNICEF. Joint Statement “Clinical Management of Acute Diarrhea”. The United Nation Children’s Fund/
World Health Organization, 2004.
“Zinc Dalam Penatalaksanaan Diare .”Ethical Digest, Agustus 2008., hlm. 44.
“Zinc sebagai Pengobatan Baru Untuk Semua Kasus Diare”. Medika, Agustus 2008., No. 8 Tahun ke XXXIV.
“Zink sebagai Terapi Baru Tatalaksana Diare”. Medika, Oktober 2008., No. 10 Tahun ke XXXIV.
“Zink Sangat Poten Untuk Pengobatan Diare”. Medika, November 2008., No. 11, Tahun Ke XXXIV.
EDISI JUNI 2010
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf

More Related Content

What's hot

Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converted
dr. Bobby Ahmad
 
Perbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohortPerbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohort
Lisa Prihastari
 
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluargaKasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Yarah Azzilzah
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
moharip1
 
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaPengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaChenk Alie Patrician
 
KPSP & DDST
KPSP & DDST KPSP & DDST
KPSP & DDST
Amalia Senja
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
Muhammad Adi
 
Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)
sicua050896
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitViodeta Viodeta
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Dokter Tekno
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darahDina Awwe
 
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang AnakPpt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
EliShofana
 
Sop pemeriksaan leopold
Sop pemeriksaan leopoldSop pemeriksaan leopold
Sop pemeriksaan leopold
amriljambak
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Fakhriyah Elita
 
Infeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropisInfeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropisKindal
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Phil Adit R
 
Kuesioner pra-skrining-perkembangan-kpsp
Kuesioner pra-skrining-perkembangan-kpspKuesioner pra-skrining-perkembangan-kpsp
Kuesioner pra-skrining-perkembangan-kpsp
ans.surya ans
 

What's hot (20)

Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converted
 
Bblr
BblrBblr
Bblr
 
Perbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohortPerbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohort
 
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluargaKasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
Kasus prinsip pelayanan kedokteran keluarga
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaPengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
 
KPSP & DDST
KPSP & DDST KPSP & DDST
KPSP & DDST
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normal
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
 
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang AnakPpt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
 
Sop pemeriksaan leopold
Sop pemeriksaan leopoldSop pemeriksaan leopold
Sop pemeriksaan leopold
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
 
Infeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropisInfeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropis
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
 
Kuesioner pra-skrining-perkembangan-kpsp
Kuesioner pra-skrining-perkembangan-kpspKuesioner pra-skrining-perkembangan-kpsp
Kuesioner pra-skrining-perkembangan-kpsp
 

Similar to buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf

Satuan acara penyuluhan pencegahan diare pada anak
Satuan acara penyuluhan pencegahan diare pada anakSatuan acara penyuluhan pencegahan diare pada anak
Satuan acara penyuluhan pencegahan diare pada anak
Halim Pranata
 
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptxPola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
PuskesmasBangli1
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
Fransiska Oktafiani
 
12. naskah publikasi
12. naskah publikasi12. naskah publikasi
12. naskah publikasi
Adi Pusaka
 
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptxppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
iqbal29537
 
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalData dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalFadhil Hayat
 
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalData dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalFadhil Hayat
 
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akbDr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Olga Divo
 
program_RO_Kecacingan_pptx.pptx
program_RO_Kecacingan_pptx.pptxprogram_RO_Kecacingan_pptx.pptx
program_RO_Kecacingan_pptx.pptx
MatahariCahaya1
 
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci TanganIKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
annisakusumawardani23131129
 
PPT PRESJUR tentang kesehatan di rumah sakit
PPT PRESJUR tentang kesehatan di rumah sakitPPT PRESJUR tentang kesehatan di rumah sakit
PPT PRESJUR tentang kesehatan di rumah sakit
sitifaiza3
 
mpasi idai.pdf
mpasi idai.pdfmpasi idai.pdf
mpasi idai.pdf
IeienMuthmainnah
 
Makalah ph sebagian
Makalah ph sebagianMakalah ph sebagian
Makalah ph sebagian
fajri ijrian
 
STBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.pptSTBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.ppt
keslingkesjaorkebume
 
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
196910295 sl-ff-diare-pada-balita196910295 sl-ff-diare-pada-balita
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
homeworkping3
 
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptxMateri stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
AnisEkaSukmadadari1
 

Similar to buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf (20)

Satuan acara penyuluhan pencegahan diare pada anak
Satuan acara penyuluhan pencegahan diare pada anakSatuan acara penyuluhan pencegahan diare pada anak
Satuan acara penyuluhan pencegahan diare pada anak
 
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptxPola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA Diare AKPER PEMKAB MUNA
Diare AKPER PEMKAB MUNA
 
12. naskah publikasi
12. naskah publikasi12. naskah publikasi
12. naskah publikasi
 
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptxppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
 
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalData dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
 
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalData dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
 
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akbDr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
Dr.indrajid -upaya menurunkan aki & akb
 
program_RO_Kecacingan_pptx.pptx
program_RO_Kecacingan_pptx.pptxprogram_RO_Kecacingan_pptx.pptx
program_RO_Kecacingan_pptx.pptx
 
Mtbs dr. yulia
Mtbs   dr. yuliaMtbs   dr. yulia
Mtbs dr. yulia
 
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci TanganIKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
 
PPT PRESJUR tentang kesehatan di rumah sakit
PPT PRESJUR tentang kesehatan di rumah sakitPPT PRESJUR tentang kesehatan di rumah sakit
PPT PRESJUR tentang kesehatan di rumah sakit
 
mpasi idai.pdf
mpasi idai.pdfmpasi idai.pdf
mpasi idai.pdf
 
Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013
 
Makalah ph sebagian
Makalah ph sebagianMakalah ph sebagian
Makalah ph sebagian
 
STBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.pptSTBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.ppt
 
DIARE.pptx
DIARE.pptxDIARE.pptx
DIARE.pptx
 
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
196910295 sl-ff-diare-pada-balita196910295 sl-ff-diare-pada-balita
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
 
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptxMateri stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
 

Recently uploaded

481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 

Recently uploaded (8)

481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 

buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf

  • 1.
  • 2. Publikasi ini dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan Educational Development (AED) dan didanai oleh U.S. Agency for International Development (USAID). Pendapat yang tertuang dalam publikasi ini tidak mereÁeksikan pendapat USAID atau pemerintah Amerika Serikat. C-Change (Communication for Change), sebuah proyek yang dikelola oleh Academy for
  • 3. PANDUAN SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE BALITA UNTUK PETUGAS KESEHATAN
  • 4. 2 Daftar Isi Kata Pengantar Pendahuluan Struktur Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia a. Fakta Permasalahan Diare di Indonesia b. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia Tatalaksana Diare 1. Diare 2. Tatalaksana Diare a. Prinsip Tatalaksana Diare i. Mencegah Terjadinya Dehidrasi ii. Mengobati Dehidrasi (ORALIT) iii. Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) iv. Memberi Makanan v. Mengobati Masalah lain b. Prosedur Tatalaksana Diare • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang • Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare a. Teknik/Keterampilan Komunikasi b. Tiga langkah cara mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare dirumah Lampiran Simulasi Konseling Daftar Referensi 2 3 4 6 7 8 11 13 15 17 17 17 17 18 20 21 22 23 24 25 27 28 29 31 36 DAFTAR ISI
  • 5. 3 KATA PENGANTAR Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena mordibilitasnya cenderung meningkat, dari hasil survey mordibilitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2000 diketahui bahwa kasus diare di masyarakat sebesar 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 sebesar 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi, tahun 2008 terjadi 49 KLB dengan dengan jumlah penderita 8133 meninggal 239 (CFR 2,94%), tahun 2009 terjadi 23 KLB dengan jumlah penderita 5734, kematian 98 (CFR 1,71%) dari hasil Riskesdas tahun 2007diare masih sebagai penyebab kematian nomor satu pada Balita. Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Departemen Kesehatan Republik Indonesia memperbaharui tatalaksana diare yang dikenal dengan istilah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas Diare meliputi pemberian oralit, Zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika selektif dan nasihat bagi penggunaan Zinc untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah kekambuhan kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya. Salah satu langkah dalam pencapaian MDG’s goal ke-4 adalah penurunan kematian anak sehingga perlu diterapkannya tatalaksana Diare yang benar di Sarana Kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya sosialisasi LINTAS Diare yang berkesinambungan, untuk itu harus disusun Panduan Tatalaksana Diare bagi petugas kesehatan. Terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku panduan ini dan sewaktu-waktu perlu ditinjau kembali untuk disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Direktur Jenderal PP dan PL, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE NIP 195509031980121001
  • 6. 4 I. LATAR BELAKANG Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei mordibitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka kesakitan ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dan tahun 2003 sebesar 374 penduduk. Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah penderita 8133 orang, meninggal 239 (CFR 2,94%) sedang tahun 2009 terjadi 24 KLB, dengan jumlah penderita meninggal 5756 orang meninggal 100 (CFR 1,74 %). Kematian balita karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001 terlihat terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT 2001 (13%), studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan kematian bayi karena diare juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%). Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare sebenarnya tidak terlalu sulit. Penggunaan ORALIT di beberapa negara sangat menurun termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survey IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/ ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan Rumah Tangga). Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/ SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian ZINC dan ORALIT sebagai paduan obat diare. Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada penderita diare dapat mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut sebesar 20%, mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan terapi atau kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%. Selama ini masyarakat telah mengenal ORALIT sebagai obat diare yang sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1970-an dan dengan diperbaharuinya tatalaksana diare dengan menggunakan ZINC tentunya perlu mensosialisasikan ZINC kepada masyarakat agar mereka menggunakan ZINC dan ORALIT sebagai obat diare. Berdasarkan laporan SUSENAS 2007, sebanyak 58,9% keluarga membawa balita sakitnya untuk rawat jalan; sebagian besarnya dibawa ke Puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan. Sedangkan berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh POUZN (Point of Use Water Disinfection ZINC Treatment) Project yang dilaksanakan oleh AC Nielsen, Mei 2009 di Bandung; dalam perilaku mendapatkan saran kesehatan (care seeking behavior) maka ibu yang anaknya diare akan mencari nasehat dari tetangga (69%), dari bidan (31%), Puskesmas (16%), Posyandu (6%) dan Dokter (6%). Oleh karena itu penting untuk mensosialisasikan tatalaksana diare yang diperbaharui ini kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya dan panduan ini dikembangkan sebagai alat bantu bagi petugas kesehatan untuk mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada rekan sesama profesi. PENDAHULUAN
  • 7. 5 II. TUJUAN SOSIALISASI Tujuan Umum Mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada petugas kesehatan Tujuan Khusus 1. Petugas kesehatan mengetahui prosedur tatalaksana diare balita 2. Petugas kesehatan memiliki keterampilan konseling tatalaksana diare balita III. PESERTA SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE Peserta sosialisasi tatalaksana diare ini adalah petugas kesehatan IV. WAKTU Pelaksanaan sosialisasi tatalaksana diare dilakukan selama satu hari V. TOPIK BAHASAN DALAM SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE A. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia 1. Fakta dan Permasalahan Diare pada balita di Indonesia 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia B. Tatalaksana Diare: 1. Diare 2. Tatalaksana Diare C. Konseling : Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare 1. Teknik/Keterampilan komunikasi 2. Tiga langkah cara mengajarkan Ibu tentang tatalaksana diare di rumah
  • 8. 6 TABEL 1: STRUKTUR SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE UNTUK PETUGAS KESEHATAN JUDUL MATERI Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia Tatalaksana Diare Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare TUJUAN 1. Setelah sesi ini, peserta mengerti tentang fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia 2. Peserta mengetahui kebijakan pemerintah tentang pengendalian penyakit diare di Indonesia. Peserta mengenal diare dan tatalaksana diare balita. Setelah sesi ini, peserta mampu mempraktekkan prinsip-prinsip konseling dalam melakukan tatalaksana diare. POKOK BAHASAN 1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita Di Indonesia 2. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare Di Indonesia: a. Tujuan Umum b. Kebijakan c. Strategi 1. Diare • Definisi diare • Jenis diare • Derajat dehidrasi diare • Epidemiologi diare 2. Tatalaksana Diare: 2.1 Prinsip Tatalaksana Diare • Mencegah Terjadi Dehidrasi • Mengobati Dehidrasi (ORALIT) • Mempercepat Kesembuhan (OBAT ZINC) • Memberi Makanan • Mengobati Masalah Lain 2.2 Prosedur Tatalaksana Diare • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang • Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat 1. Prinsip-prinsip konseling 2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare METODE 1. Presentasi 2. Tanya Jawab 1. Presentasi 2. Peragaan 3. Tanya Jawab 1. Curah pendapat 2. Presentasi 3. Peragaan 4. Simulasi WAKTU 20 menit 120 menit 110 menit STRUKTUR SOSIALISASI
  • 9. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia 1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita di Indonesia 2. Kebijakan Pemerintah tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia 7
  • 10. Cara Memfasilitasi 8 Fakta Permasalahan Diare di Indonesia Langkah-langkah: 1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi 2. Fasilitator menjelaskan tentang: fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia 3. Tanya Jawab 4. Sesi ditutup TUJUAN PEMBELAJARAN: Setelah sesi ini, peserta mengerti tentang fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia POKOK BAHASAN: Fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia METODE: 1. Presentasi 2. Tanya Jawab MEDIA: 1. Bahan presentasi 2. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare 3. Buku Saku Petugas Kesehatan ALAT & BAHAN: 1. LCD Projector WAKTU: 10 menit
  • 11. Materi 9 Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan selama sepuluh tahun terakhir bahwa angka kematian balita karena diare masih sangat tinggi dibandingkan dengan kematian balita karena penyebab penyakit lain. Juga terjadi kecenderungan peningkatan angka kematian balita karena diare dari tahun ke tahun. Angka kematian bayi dan balita karena diare berdasarkan hasil beberapa survei yaitu SKRT 2001: angka kematian bayi sebesar 9%, angka kematian balita sebesar 13%; Studi Mortalitas 2005: angka kematian bayi sebesar 9,1% dan angka kematian balita sebesar 15,3%; Riskesda 2007: angka kematian bayi sebesar 42% dan angka kematian balita sebesar 25,2% (lihat grafik 1-6 di bawah ini). Fakta Permasalahan Diare di Indonesia DIARE penyebab KEMATIAN utama BALITA Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa DIARE masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Pneumonia Pertusis Diare Muntah-dehidrasi Malaria Campak-komplikasi DBD Infeksi Berat Tifoid Gizi Buruk & BGM Prematur BBLR Asfiksia/Distress Pernapasan Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis) Tetanus Neonatorum Ikterus Trauma Lahir Kelainan Kongenital Masalah lain (termasuk Kecelakaan) Tidak ada Infeksi saluran napas 28% Kelainan saluran cerna 4% 22.3% 0.3% 9,1% 1,3% 0,8% 0,8% 1,4% 10,6% 1,2% 1,7% 9% 5,1% 14,1% 1,9% 2% 1,1% 4,9% 6,4% 5,5% 0,6% Diare 42% Pneumonia 24% Meningitis / enselfalitis 9% Kelainan saluran pencernaan 5% Kel. Jantung kongenital & hidrosefalus 5% Sepsis 4% Tetanus 3% Malnutrisi, TB, Campak 5% Gangguan perinatal 36% Lain-lain 17% Diare 9% Tetanus 3% Kelainan Saraf 3% Diare: 9 % Diare: 9,1 % Diare: 42% Pneumonia Pertusis Diare Muntah-dehidrasi Malaria Campak-komplikasi DBD Infeksi Berat Tifoid Gizi Buruk & BGM Prematur BBLR Asfiksia/Distress Pernapasan Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis) Tetanus Neonatorum Ikterus Trauma Lahir Kelainan Kongenital Masalah lain (termasuk Kecelakaan) Tidak ada Diare 13% Tifus 11% Peny. Syaraf 12% Peny. Saluran napas 23% Diare 25,2% Pneumonia 15,5% NEC 10,7% Meningitis / enselfalitis 8,8% DBD 6,8% Tenggelam 4,9% Campak 5,8% Lain-lain (TB, Malaria, Leukimia) 9,7% Peny. Saluran cerna 6% Lainnya 35% 23.6% 0,2% 15,3% 1,6% 2,9% 2,9% 4,9% 15,1% 3,8% 3,6% 0,4% 1,1% 2,4% 3,8% 0,7% 0,4% 0,2% 2,2% 2,7% 0,05% Diare: 13 % Diare: 15,3 % Diare: 25,2%
  • 12. Materi 10 Kategori umur Diare dalam 2 minggu sebelum survey Jumlah balita yang di survey < 6 bulan 11.7 1686 6 - 11 bulan 17.6 1719 12 - 23 bulan 20.7 3094 24 - 35 bulan 15.3 3162 36 - 47 bulan 9.9 3098 46 - 59 bulan 8.3 3166 Kejadian diare pada balita berdasarkan kategori umur dari hasil survei IDHS 2007 (Indonesian Demographic Health Survey) bahwa selama 2 minggu terakhir sebelum survey diketahui bahwa ada 20,7% yang terkena diare dari 3094 anak berumur 12-23 bulan yang disurvey dan merupakan yang paling sering terkena diare (lihat tabel 1). Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari data IDHS 2007 pada tabel 2 seperti penderita diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan selama diare, pemberian makanan selama diare, pemberian ORALIT bahkan masih banyak penderita diare yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1%). Demikian halnya pada grafik 7 bahwa masih ada sekitar 15%-24% balita penderita diare yang memberi cairan lebih sedikit/tidak diberikan dan pemberian makan yang lebih sedikit/tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data tersebut di atas menunjukkan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare masih sangat rendah di Indonesia. Oleh karena itu sangat penting, agar petugas kesehatan yang memberikan perawatan balita diare perlu menginformasikan dan melibatkan keluarga dalam tatalaksana diare dan memberitahukan kepada ibu/ pengasuh balita cara melakukan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga. Tabel 1: Kejadian Diare Pada Balita (dalam 2 minggu terakhir) Berdasarkan Kategori Umur (IDHS 2007) Umur (bulan) % penderita diare yang dibawa ke petugas kesehatan % diberi oralit % diberi Cairan Rumah Tangga (CRT) yang direkomendasikan ORS atau CRT Mengingkatan pemberian cairan Oralit,CRT atau meningkatkan pemberian cairan Pil/ sirup Injeksi Intrave nous Obat tradisio- nal Tidak diobati Jumlah anak dengan diare < 6 31.3 6.6 7.3 11.8 22.8 33.4 27.9 0.0 0.0 10.1 50.1 187 6-11 59.1 28 15.4 37.2 23.0 51.7 45.5 0.6 0.0 14.0 23.0 302 12-23 57.1 40.2 25.2 52.7 33.8 67.9 49.8 0.7 0.3 17.3 9.2 640 24-35 52.0 37.7 25.1 50.8 33.9 65.1 50.8 0.1 0.0 10.8 14.0 482 36-47 39.7 35.1 29.3 50.2 26.0 59.7 44.3 0.6 0.1 16.6 16.3 306 48-59 52.3 42.7 21.4 51.5 34.3 68.0 58.1 0.9 0.1 11.7 11.3 261 Tabel 2: Praktek Keluarga Dalam hal Pengobatan Diare Pada Saat Balitanya Terkena Diare (IDHS 2007) Grafik 7: Praktek Pemberian Makan dan Minum/Cairan Pada Balita Selama Diare Oleh Keluarga (IDHS 2007) 26 0 Sama seperti biasa Ditingkatkan Jumlah cairan yang diberi Pemberian Makan Lebih sedikit/ tidak diberi Sama seperti biasa Ditingkatkan Lebih sedikit/ tidak diberi 10 20 30 40 50 60 57 15 30 30 46 47 28 24 44 10 44 45 30 22 43 8 48 1997 2002-2003 2007
  • 13. Cara Memfasilitasi 11 Tujuan Pembelajaran: Peserta mengetahui kebijakan pemerintah tentang pengendalian penyakit diare di Indonesia Pokok Bahasan: 1. Tujuan Umum Pengendalian Diare 2. Kebijakan Pengendalian Diare 3. Strategi Pengendalian Diare Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia Langkah-langkah: 1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi 2. Fasilitator menjelaskan tentang: a. Tujuan Umum Pengendalian Diare b. Kebijakan Pengendalian Diare c. Strategi Pengendalian Diare 3. Tanya Jawab 4. Sesi ditutup METODE: 1. Presentasi 2. Tanya Jawab MEDIA: 1. Bahan presentasi 2. KebijakanPemerintahtentangPengendalian Penyakit Diare Di Indonesia 3. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita ALAT & BAHAN: 1. LCD Projector Waktu: 10 menit
  • 14. Materi 12 Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia TUJUAN Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait. KEBIJAKAN Kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) karena diare adalah: • Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga • Melaksanakan Surveilens epidemiologi & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) • Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare • Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek managerial dan teknis medis • Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor • Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare • Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan selanjutnya. STRATEGI Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah: 1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) 2. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga yang tepat dan benar 3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) 4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif 5. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi. Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2015 MDGs 4 Millennium Development Goals Apa saja LINTAS DIARE? ORALIT Untuk mencegah dehidrasi ZINC Mengurangi parahnya. diare, mengurangi durasi dan mencegah berulangnya diare 2 sampai 3 bulan ke depan Makan Teruskan pemberian ASI pada bayi 0 - 6 bulan. Balita > 6 bulan, berikan ASI dan MP ASI Antibiotik Antibiotik diberi hanya Selektif pada penyakit kolera, diare berdarah Nasihat Segera kembali ke petugas kesehatan jika menemukan tanda bahaya
  • 15. Tatalaksana Diare 1. Diare • Definisi diare • Jenis diare • Derajat dehidrasi diare • Epidemiologi diare 2. Tatalaksana Diare 2.1 Prinsip Tatalaksana Diare • Mencegah Terjadi Dehidrasi • Mengobati Dehidrasi (ORALIT) • Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) • Memberi Makanan • Mengobati Masalah Lain 2.2 Prosedur Tatalaksana Diare • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang • Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat 13
  • 16. Cara Memfasilitasi 14 Tatalaksana Diare Langkah-langkah: 1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi 2. Fasilitatormenjelaskantentangdiare:definisidiare,jenisdiare,derajatdehidrasidiare,danepidemiologi diare 3. Fasilitator menjelaskan tentang gambaran umum tatalaksana diare: Prinsip Tatalaksana Diare dan Prosedur Tatalaksana Diare 4. Fasilitator menjelaskan tentang ORALIT dan fungsinya dalam mengobati dehidrasi serta memeragakan cara membuat larutan ORALIT dan cara pemberiannya 5. Fasilitator menjelaskan tentang ZINC dan fungsinya dalam pengobatan diare serta memeragakan cara memberikan ZINC 6. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip-prinsip pemberian makan balita sakit 7. Fasilitator menjelaskan sekaligus memeragakan cara melakukan prosedur tatalaksana diare: Rencana Terapi A, Rencana Terapi B dan Rencana Terapi C 8. Fasilitator meminta salah satu peserta mengulang cara melakukan prosedur tatalaksana diare dengan studi kasus yang diberikan oleh fasilitator 9. Tanya Jawab 10. Sesi ditutup. TUJUAN PEMBELAJARAN: Peserta mengenal diare dan tatalaksana diare balita Pokok Bahasan: 1. Diare • Definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, epidemiologi diare 2. Tatalaksana Diare 2.1 Prinsip Tatalaksana Diare • Mencegah Terjadi Dehidrasi • Mengobati Dehidrasi (ORALIT) • Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) • Memberi Makanan • Mengobati Masalah Lain Metode: 1. Curah pendapat 2. Presentasi 3. Peragaan 4. Simulasi Media: 1. Bahan presentasi 2. Lembar balik 3. Contoh kasus 4. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita 5. Buku saku Petugas Kesehatan Alat dan Bahan: 1. Kertas Plano 2. Spidol besar 3. Gelas 4. Air 5. Sendok 6. ORALIT 7. Obat ZINC 8. Boneka WAKTU: 120 menit 2.2 Prosedur Tatalaksana Diare • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang • Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
  • 17. Materi 15 Apa sebenarnya Diare itu, mengapa penting untuk mengetahui tanda-tanda bahayanya? Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa diare sangat berbahaya terlihat dari hasil penelitian- penelitian. Oleh karena itu sangat penting untuk petugas kesehatan menjelaskan kepada ibu balita; apa sebenarnya diare dan apa tanda-tanda bahayanya. Dengan begitu ibu balita bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk menyelamatkan balitanya dari kematian. Berdasarkan definisi dari WHO (World Health Organization), salah satu lembaga PBB (Perserikatan bangsa- bangsa) mendefinisikan bahwa DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu: 1. DIARE AKUT adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan 2. DIARE KRONIS/PERSISTEN adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari Berdasarkan Diare Bermasalah dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Disentri, yaitu diare dengan darah dan lendir dalam feses. 2. Diare kronis/persisten DERAJAT DEHIDRASI DIARE 1. DIARE TANPA DEHIDRASI Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya: • Balita tetap aktif, • Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa • Mata tidak cekung • Turgor kembali segera 2. DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya: • Gelisah atau rewel • Mata cekung • Ingin minum terus/rasa haus meningkat • Turgor kembali lambat Diare DIARE adalah Berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari IBU PERLU TAHU APA Penyakit yang diderita balitanya SEBAB Mengapa balita bisa terkena diare BAHAYA Tanda-tanda bahaya diare DIARE Jelaskan bahwa ibu harus membawa balitanya kembali segera ke petugas jika balitanya mengalami tanda-tanda bahaya diare
  • 18. Materi 16 3. DIARE DEHIDRASI BERAT Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya: • Lesu/lunglai, tidak sadar • Mata cekung • Malas minum • Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik Epidemiologi Diare Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh: A. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti; bakteri, virus, parasit B. Penurunan daya tahan tubuh C. Faktor lingkungan dan perilaku Dibawah ini penjelasan tentang epidemiologi penyebab penyakit diare: A. Infeksi (kuman-kuman penyakit) Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral) Di dalam istilah bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food, Finger, Fomites) siklus penyebaran penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui: Feces atau tinja Flies atau lalat Food atau makanan Fomites atau peralatan makanan Finger atau tangan (jari tangan) Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang menyebabkan penyakit diare: • Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara esklusif (ASI eksklusif) sampai 6 bulan kepada bayi atau memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman • Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti bakteri E. Coli • Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik • Minum air/menggunakan air yang tercemar • Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB anak • Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan. B. Penurunan Daya Tahan Tubuh • Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit • Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena diare • Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS) • Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare (55%). C. Faktor Lingkungan dan Perilaku Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat. Diare mungkin saja diikuti dengan penyakit penyerta seperti: • ISPA: bronchial pneumonia, bronchitis, dll • Saluran susunan saraf: meningitis, enfasilitis, dll • Infeksi saluran kemih • Infeksi sistemis lain: sepsis, campak, dll • Kurang Gizi (KEP, kurang Vitamin A, dll) • Penyakit lainnya
  • 19. Materi 17 Prinsip Tatalaksana Diare adalah: Kematian karena diare dapat dihindari jika diberikan: cairan rumah tangga, ORALIT, ZINC, Makanan sesuai umur (saat diare dan selama masa penyembuhan) dan mengobati penyakit penyerta. A. MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (DEHIDRASI HIPERTONIK) atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (DEHIDRASI ISOTONIK) atau hilangnya natrium yang lebih daripada air (DEHIDRASI HIPOTONIK). Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare adalah: 1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi bayi yang masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih) dan bagi petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung dan membantu ibu untuk menyusui bayinya jika ibu berhenti menyusui bayinya yang masih berusia 0-24 bulan 2. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti 3. Memberikan cairan rumah tangga, cairan/minuman yang biasa diberikan oleh keluarga/masyarakat setempat dalam mengobati diare, dan memberikan sari makanan yang cocok, contoh: kuah sayur, air tajin, kuah sup. Jika tidak tersedia cairan rumah tangga dan ORALIT di rumah, bisa dengan memberikan air minum 4. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan B. MENGOBATI DEHIDRASI Bila terjadi diare, segera bawa ke petugas kesehatan atau ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat sesuai dengan tatalaksana diare. ORALIT ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. MANFAAT ORALIT ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan ORALIT. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Tatalaksana Diare PRINSIP TATALAKSANA DIARE A. Mencegah terjadinya dehidrasi B. Mengobati dehidrasi (ORALIT) C. Mempercepat kesembuhan (OBAT ZINC) D. Memberi Makanan E. Mengobati masalah lain PROSEDUR TATALAKSANA DIARE • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang • Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat “BERIKAN ASI LEBIH SERING DAN LEBIH LAMA bagi BAYI YANG MASIH MENYUSUI (bayi 0- 24 bulan atau lebih)” “BERI ORALIT SAMPAI DIARE BERHENTI”
  • 20. Materi 18 Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan ORALIT dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan ORALIT osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan: a. Mengurangi volume tinja hingga 25% b. Mengurangi mual muntah hingga 30% c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%. MEMBUAT DAN MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT A. CARA MEMBUAT/MENCAMPUR LARUTAN ORALIT 1. Cuci tangan dengan air dan sabun 2. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak/air teh (200 cc) 3. Masukkan satu bungkus ORALIT 200 cc 4. Aduk sampai larut benar 5. Berikan larutan ORALIT kepada balita. B. CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT 1. Berikan dengan sendok atau gelas 2. Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus 3. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit 4. Walau diare berlanjut, ORALIT tetap diteruskan 5. Bila larutan ORALIT pertama habis, buatkan satu gelas larutan ORALIT berikutnya. C. MEMPERCEPAT KESEMBUHAN Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir jika balitanya mengalami diare dan tidak kunjung sembuh (diare terus menerus). Semakin panjang durasi diare maka semakin tinggi risiko balita mengalami dehidrasi dan terutama bagi balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi karena diare, bisa menyebabkan kematian pada balita. Selama bertahun-tahun WHO membuat penelitian- penelitian yang dapat menurunkan parahnya diare dan mempercepat kesembuhan. Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendas Cara mencegah terjadinya dehidrasi yaitu dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang akibat diare, dan bisa dilakukan sejak awal di rumah Oralit Osmolaritas rendah (WHO/UNICEF 2004) NaCl 2.6 g Na Citrate 2.9 g KCl 1.5 g Glucose 13.5 g Na+ 75 mEq/l K+ 20 mEq/l Citrate 10 mmol/l Cl- 65 mEq/l Glucose 75 mmol/l Osmolaritas. 245 mmol/l Berikan 1/2 gelas larutan ORALIT setiap BAYI (< 1TAHUN) mencret Berikan 1 gelas larutan ORALIT setiap BALITA (USIA > 1 TAHUN mencret
  • 21. Materi 19 BERIKAN OBAT ZINC SEKALI SEHARI SELAMA 10 HARI BERTURUT-TURUT MESKIPUN DIARE SUDAH BERHENTI UNTUK EFEKTIFITAS OBAT ZINC DALAM MEMPERCEPAT KESEMBUHAN, MENGURANGI PARAHNYA DIARE DAN MENCEGAH KAMBUHNYA DIARE SELAMA 2-3 BULAN KE DEPAN. ZINC Bukti ZINC baik dan aman untuk pengobatan diare berdasarkan hasil penelitian Departement of Child and Adolescent Health and Development, World Health Organization yaitu: a. ZINC sebagai obat pada diare • 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi ZINC (Penelitian di India) • 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang • 18% – 59% mengurangi jumlah tinja • Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan. b. ZINC dan pengobatan diare akut • 25% mengurangi lama diare c. ZINC dan pengobatan diare persisten • 24% diare persisten berkurang d. ZINC sebagai obat pencegah diare akut dan persisten • Jika ZINC diberikan 5-7 kali per minggu dengan dosis ½ yang dianjurkan (RDA) memberikan - 18% penurunan insiden diare - 25% penurunan diare • Pada penelitian lanjutan didapatkan - 11% penurunan insiden diare persisten - 34% penurunan prevalen diare e. ZINC pencegahan dan pengobatan diare berdarah • PemberianZINCbaikdalamjangkapendekdanpanjang terbukti menurunkan kejadian diare berdarah. f. ZINC dan penggunaan antibiotik irasional • Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih 80% sedangkan jumlah diare yang seharusnya diberi antibiotik tidak lebih dari 20%, sangat tidak rasional, (data sesuai dari hasil presentasi dr. M. Juffrie, PhD, SpA(K) dalam Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia, Padang, 2008). • Pemakaian ZINC sebagai terapi diare apapun penyebabnya akan menurunkan pemakaian antibiotik irasional. g. ZINC mengurangi biaya pengobatan • Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan, • Mengurangi jumlah pemakaian ORALIT. h. ZINC aman diberikan kepada anak. ZINC tersedia di beberapa tempat seperti: 1. Puskesmas 2. Apotek 3. Rumah Sakit ZINC tersedia dalam kemasan: Tablet Bubuk dalam sachet Sirup dalam botol
  • 22. Materi 20 CARA PEMBERIAN OBAT ZINC • Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat ZINC selama 10 (sepuluh) hari berturut-turut • Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak) • Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat ZINC, ulangi pemberian dengan cara potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh • Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat ZINC segera setelah anak bisa minum atau makan D. MEMBERI MAKANAN Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena perlu diperhatikan: 1. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih). 2. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi. 3. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan: Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap. 4. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak. Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat 1. Bayi berusia 0 – 6 bulan Saat usia ini, bayi HANYA diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari; pagi, siang maupun malam hari. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI. Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain: • Bangkitkan rasa percaya diri ibu untuk HANYA memberikan ASI saja, jelaskan keuntungan ASI dan dengan memberi ASI saja mencukupi kebutuhan bayi meskipun bayi sedang diare • Susui bayi lebih sering, lebih lama; pagi, siang maupun malam • Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain Dosis obat ZINC (1 tablet = 20 mg) Umur kurang dari 6 bulan : 1/2 tablet /hari Umur lebih dari 6 bulan : 1 tablet /hari Dosis obat ZINC (1 tablet = 20 mg)
  • 23. Materi 21 Selama diare dan selama masa penyembuhan: 1. Berikan ASI lebih sering dan lebih lama (bayi 0–24 bulan) 2. Berikan makanan sesuai umur lebih sering, sedikit-sedikit, lebih bervariasi, lebih lembut sejak bayi berusia 6 bulan 3. Petugas kesehatan memberikan Konseling kepada ibu dengan bayi agar kembali menyusui eksklusif, karena ASI memiliki antibodi yag penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi, disarankan kepada ibu untuk melanjutkan peran ASI hingga anak berusia 24 bulan 2. Bayi berusia 6 – 24 bulan • Teruskan pemberian ASI • Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, pisang • Secara bertahap sesuai pertambahan umur berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur/ ayam/ikan/ tempe • Setiap hari berikan makanan sebagai berikut: Usia 6 bulan : 2 x 6 sdm peres Usia 7 bulan : 2 – 3 x 7 sdm peres Usia 8 bulan : 3 x 8 sdm peres 3. Balita umur 9 sampai 12 bulan • Teruskan pemberian ASI • Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi • Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau • Setiap hari berikan makanan sebagai berikut: Usia 9 bulan : 3 x 9 sdm peres Usia 10 bulan : 3 x 10 sdm peres Usia 11 bulan : 3 x 11 sdm peres • Berikan selingan 2 kali sehari di antara waktu pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat 4. Balita umur 12 sampai 24 tahun • Teruskan pemberian ASI • Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak • Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah • Beri makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan • Perhatikan variasi makanan • Sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga 5. Balita umur 2 tahun lebih • Berikan makanan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3 – 1/2 porsi makan orang dewasa • Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan ANJURAN MAKAN UNTUK DIARE PERSISTEN • Jika anak masih mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang dan malam • Jika anak mendapat susu selain ASI: - Kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI - Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi di tambah tempe - Jangan diberi susu kental manis - Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan kelompok umur E. MENGOBATI MASALAH LAIN Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi.
  • 24. Materi 22 Prosedur tatalaksana diare Di dalam melakukan prosedur tatalaksana diare, petugas kesehatan harus melakukan tahap demi tahap untuk membantu ibu/pengasuh dari balita penderita diare dapat terlibat aktif dalam pengobatan diare balitanya. A. MENILAI DERAJAT DEHIDRASI Petugas kesehatan dalam melakukan prosedur penilaian derajat dehidrasi balita yang harus dilakukan adalah: 1. Tanyakan Riwayat Penyakit Anak • Berapa lama anak sudah mengalami diare? • Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari? • Apakah tinjanya ada darah? • Apakah anak muntah? • Apakah ada penyakit lainnya? 2. Lihat dan Periksa • Bagaimana keadaan umum anak? • Sadar atau tidak sadar? • Lemas atau terlihat sangat mengantuk? • Apakah anak gelisah? • Berikan minum, apakah dia mau minum? Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau malas minum? • Apakah matanya cekung atau tidak cekung? • Lakukan cubitan kulit perut (turgor), Apakah kulitnya kembali segera, lambat atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)? 3. Lakukan penilaian dengan membaca tabel di bawah B. MENENTUKAN RENCANA PENGOBATAN DIARE Rencana pengobatan diare dibagi menjadi tiga (3) berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami oleh balita 1. Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi 2. Rencana Terapi B, jika penderita diare mengalami dehidrasi ringan/sedang 3. Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat. PENILAIAN A B C BILA TERDAPAT 2 TANDA ATAU LEBIH 1.LIHAT: Keadaan Umum Mata Rasa Haus Baik, sadar Normal Minum biasa, tidak haus Gelisah, rewel Cekung Haus, ingin minum banyak Lesu, lunglai atau tidak sadar Sangat cekung dan kering Malas minum/tidak bisa minum 2.PERIKSA: Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat 3.DERAJAT DEHIDRASI Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang (dehidrasi tidak berat) Dehidrasi berat 4.RENCANA PENGOBATAN Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
  • 25. A Diare tanpa dehidrasi Bila terdapat dua tanda atau lebih Keadaan Umum baik, sadar Mata tidak cekung Minum biasa, tidak haus Cubitan kulit perut/turgor kembali segera RENCANA TERAPI A UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH 1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA • Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama • Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang sebagai tambahan • Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb) • Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit - Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak - Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak • Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200 ml) di rumah bila: - Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C - Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk • Ajari ibu cara mencampur dan memberikan ORALIT 2. BERI OBAT ZINC Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI • Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari • Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari 3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI • Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat • Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan • Beri makanan kaya Kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau. • Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam) • Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu 4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI MISAL: DISENTERI, KOLERA dll 5. NASIHATI IBU/PENGASUH Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila: • Berak cair lebih sering • Muntah berulang • Sangat haus • Makan dan minum sangat sedikit • Timbul demam • Berak berdarah • Tidak membaik dalam 3 hari 23
  • 26. B Diare dehidrasi Ringan/Sedang Bila terdapat dua tanda atau lebih Gelisah, rewel Mata cekung Ingin minum terus, ada rasa haus Cubitan kulit pertu/turgor kembali lambat RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak • Bila BB tidak diketahui berikan ORALIT sesuai tabel di bawah ini: Umur sampai < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400 • Bila anak menginginkan lebih banyak ORALIT, berikanlah • Bujuk ibu untuk meneruskan ASI • Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan ORALIT • Beri obat ZINC selama 10 hari berturut-turut AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT: • Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan • Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas • Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah • Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikan air masak atau ASI • Beri ORALIT sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI • Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur • Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B • Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah • Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B • Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah • Berikan ORALIT 6 bungkus untuk persediaan di rumah • Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah 24
  • 27. YA YA YA YA Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui Nasogastrik/0rogastrik atau Intravena. TIDAK Apakah penderita bisa minum? TIDAK YA Apakah Saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik/orogastrik untuk rehidrasi? C Diare dehidrasi Berat Bila terdapat dua tanda atau lebih Lesu, lunglai/tidak sadar Mata cekung Malas minum Cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 dtk RENCANA TERAPI C UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN TIDAK Adakah Terapi terdekat (dalam 30 menit)? TIDAK Ikuti Tanda Panah. Jika jawaban “YA”, Lanjutkan ke KANAN. Jika “TIDAK”, Lanjutkan ke BAWAH. Dapatkan Saudara memberikan cairan intervena? • Beri cairan Intravena segera. Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut: * Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba • Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat. • Juga beri ORALIT (5 ml/kg/jam) bila penderita bias minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak). • Berikan obat ZINC selama 10 hari berturut-turut • Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi. • Rujuk penderita untuk terapi Intravena. • Bila penderita bisa minum, sediakan ORALIT dan tunjukkan cara memberikannya selama di perjalanan. • Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam. • Nilai setiap 1-2 jam: - Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat. - Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi Intravena. • Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) • Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/ kg BB/jam selama 6 jam. • Nilai setiap 1-2 jam: - Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat. - Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi Intravena. • Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai. Catatan: • Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi ORALIT. • Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar. UMUR Pemberian I Kemudian 30ml/kg BB 70ml/kg BB Bayi < 1 Tahun 1 jam* 5 jam Anak >1 tahun 30 menit* 2 ½ jam 25
  • 28. Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksaksana Diare a. Teknik/Keterampilan Komunikasi b. Tiga langkah cara mengajarkan ibu tentang tatalalaksana diare di rumah 26
  • 29. Cara Memfasilitasi 27 Langkah-langkah: • Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi. • Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian konseling yang mereka ketahui. • Fasilitator menjelaskan tentang pengertian konseling dan prinsip-prinsip konseling di pelayanan kesehatan dan aplikasi prinsip-prinsip konseling pada tatalaksana diare. • Fasilitator meminta pendapat peserta tentang: - Hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien penderita diare - Fasilitator menyimpulkan tentang hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien penderita diare sesuai dengan Tatalaksana Diare • Fasilitator meminta peserta membagi kelompok dan kelompok diminta untuk melakukan simulasi tentang tata laksana diare di pelayanan kesehatan. • Berikan kesempatan kepada kelompok mendiskusi peran masing-masing - Peran sebagai bidan/petugas kesehatan - Peran sebagai ibu/pengasuh dari balita yang sedang diare - Peran sebagai pasien yang sedang antri di pelayan kesehatan (sekaligus sebagai pengamat) Topik Simulasi, contoh kasus (terlampir): 1. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi 2. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare dehidrasi sedang/ringan 3. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi dan mempunyai masalah pemberian makan • Fasilitator memandu kelompok melakukan simulasi. • Fasilitator meminta kelompok untuk mensimulasikan kasus yang diberikan kepada kelompoknya dan kelompok lainnya mengamati berlangsungnya simulasi dan membuat catatan tentang: teknik komunikasi/konseling (TANYA, DENGAR, PUJIAN, SARAN dan PERIKSA PEMAHAMAN) yang digunakan oleh petugas kesehatan ketika memberikan konseling kepada ibu. • Fasilitator dan kelompok mendiskusikan hasil simulasi tentang hal-hal yang sudah dilakukan dengan baik dan yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan konseling Tatalaksana Diare. • Fasilitator menjelaskan tentang tips melakukan konseling Tatalaksana Diare. • Sesi ditutup. Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare Tujuan Pembelajaran: Setelah sesi ini, peserta mampu mempraktekkan prinsip-prinsip konseling dalam melakukan tatalaksana diare Pokok Bahasan: 1. Prinsip-Prinsip Konseling 2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare Metode: 1. Curah pendapat 2. Presentasi 3. Peragaan 4. Simulasi Media: 1. Bahan presentasi 2. Lembar balik 3. Contoh kasus 4. Formulir pengamatan praktek tatalaksana diare 5. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita Alat dan Bahan: 1. Boneka 2. Sendok 3. Gelas 4. Air minum 5. ORALIT 6. Obat ZINC Waktu : 110 menit
  • 30. Materi 28 Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare Sebagai petugas kesehatan di pelayanan kesehatan, sangat penting memiliki kemampuan konseling. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi pasien/klien. TEKNIK/KETERAMPILAN KOMUNIKASI YANG BAIK TANYA/DENGAR BERI PUJIAN SARAN PERIKSA Tanya dan dengarkan hal- hal apa saja yang sudah dilakukan oleh ibu dalam merawat anaknya ketika dia diare. Berikan pujian kepada pengasuh/ibu balita akan hal-hal baik yang sudah dilakukan ibu dalam merawat anaknya. Berikan saran kepada pengasuh/ibu balita cara merawat balita sakit di rumah. Periksa sampai dimana pemahaman ibu tentang cara merawat balita sakit. TANYA dan DENGAR a. Tanda-tanda bahaya yang dialami balita pada saat sakit. b. Apa saja yang sudah dilakukan oleh ibu balita/pengasuhnya untuk mengatasi tanda-tanda bahaya tersebut; apa saja yang sudah dilakukan ibu balita/pengasuh dengan baik dan apa yang perlu diperbaiki. BERI PUJIAN Petugas kesehatan memberikan pujian kepada ibu balita/pengasuh jika melakukan tindakan yang baik dalam mengatasi penyakit/tanda-tanda bahaya sakit yang dialami balita. BERI SARAN • Gunakan kalimat yang dimengerti oleh ibu/pengasuh balita. • Gunakan alat bantu yang ibu/pengasuh balita kenali. • Berikan pujian jika ibu/pengasuh melakukan/ mempraktekkan dengan benar dan bantu ibu/ pengasuh jika ibu/pengasuh belum mempraktekkan dengan benar. • Berikan kesempatan untuk melakukan praktek lebih dari satu kali jika dibutuhkan. Komunikasi yang baik dari petugas kesehatan membantu ibu melakukan tatalaksana diare saat di rumah Komunikasi yang baik saat melakukan konseling: Pastikan ibu mengerti tentang cara melakukan tatalaksana diare di rumah sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan penting untuk: 1. Memberikan informasi yang tepat dan relevan kepada ibu 2. Memperagakan contoh cara melakukan tatalaksana diare dan 3. Minta ibu untuk mempraktekkan sendiri dan bantu ibu dengan sabar jika ibu belum mengerti cara melakukannya 4. Jika diperlukan jelaskan dan peragakan kembali cara melakukan tatalaksananya.
  • 31. Materi 29 • Dorong ibu/pengasuh untuk aktif bertanya jika ada hal-hal yang ingin dia tanyakan dan jawab semua pertanyaannya • Berikan saran yang relevan saat ini PERIKSA PEMAHAMAN Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu/pengasuh untuk mengetahui pemahaman ibu dan berikan penjelasan ulang jika ibu/pengasuh balita belum paham. Hindari pertanyaan tertutup (pertanyaan yang mengarahkan). Sebagai petugas kesehatan, anda mengharapkan ibu/pengasuh balita mengerti cara merawat balita sakitnya setelah anda mengajarkannya. Dengan bertanya, anda akan tahu tingkat pemahaman ibu/pengasuh balita. TIGA LANGKAH DASAR CARA MENGAJARKAN IBU TENTANG TATALAKSANA DIARE BALITA DI RUMAH: 1. Berikan informasi kepada ibu, contoh bagaimana cara memberikan ZINC kepada bayinya. 2. Peragakan kepada ibu, contoh cara memberikan ZINC kepadanya bayinya. 3. Ibu diminta untuk mempraktekkan cara memberikan ZINC kepada bayinya. Setelah mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare, selanjutnya petugas kesehatan memeriksa pemahaman ibu, caranya: 1. Gunakan pertanyaan seperti; mengapa, bagaimana, kapana ibu harus melakukan tatalaksana diare di rumah 2. Hindari pertanyaan yang mengarahkan 3. Berikan waktu kepada ibu untuk berfikir lalu menjawab pertanyaan 4. Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab dengan benar 5. Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau praktekkan kembali Ajarkan kepada ibu tentang tatalaksana diare di rumah: 1. Jelaskan apa tatalaksana diare dan mengapa harus melakukannya 2. Jelaskan langkah-langkah melakukan tatalaksana diare di rumah 3. Jika obat yang diberikan lebih dari satu jenis, perhatikan ketika ibu melakukannya. 4. Jelaskan kepada ibu berapa lama harus melakukan tatalaksana diare tersebut di rumah 5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan Ajarkan ibu tentang cara pemberian obat oral di rumah: 1. Berikan obat yang sesuai dan jelaskan dosis yang harus diberikan sesuai umur atau Berat Badan 2. Jelaskan alasan mengapa memberi obat tersebut dan penyakit yang diobati 3. Peragakan cara mengukur dosis yang diberikan 4. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita Ajarkan ibu tentang cara memberikan obat oral di rumah: 1. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita 2. Jelaskan dengan perlahan bagaimana memberikan obat, jelaskan label yang ada di obat dan paket obat yang diberikan 3. Jika obat yang diberikan lebih dari, hitung jumlah obat yang diberikan dan pisahkan obat berdasarkan jenis dan pisahkan di kantong yang berbeda 4. Jelaskan kepada ibu untuk menghabiskan semua obat yang diberikan meskipun balita sudah membaik dari sakitnya 5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan
  • 32. Materi 30 A. KUNJUNGAN SEGERA Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila: • Berak cair lebih sering • Muntah berulang • Sangat haus • Makan dan minum sangat sedikit • Timbul demam • Berak berdarah • Tidak membaik dalam 3 hari B. KUNJUNGAN LANJUTAN Beritahukan kepada ibu melakukan kunjungan lanjutan ke sarana kesehatan meski balita kelihatan membaik. - Jikabalitatidakmempunyaimasalah/penyakit baru, gunakan instruksi MTBS kunjungan lanjutan untuk masalah yang spesifik: • Periksa balita sesuai instruksi • Gunakan informasi untuk mengenali tanda-tanda bahaya yang dialami balita untuk memberikan perawatan yang sesuai - Lihat jika ada kemajuan anak (semakin membaik atau tidak) atau berikan pengobatan lain jika balita tidak membaik - Mungkin perlu mencoba obat jenis lain (second-line drug) - Untuk kunjungan lanjutan berikutnya jika: • Balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan lanjutan 2 hari berikutnya • Balita dengan diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan 5 hari berikutnya Jenis Diare Kunjuangan lanjutan Disentri 2 hari Diare persisten 5 hari Diare dehidrasi ringan/sedang 3 hari Diare tanpa dehidrasi 3 hari
  • 33. Lampiran Simulasi Konseling 31 Pedoman Ketika Menyelenggarakan Permainan Peran • Sebelum bermain peran, fasilitator harus mengetahui tentang tujuan bermain peran, peran yang akan tugaskan, informasi yang diperlukan dan pokok-pokok penting yang harus dibuat oleh kelompok sesudah bermain peran. • Yang harus dikerjakan sebelum bermain peran - Penugasan peran. Mula-mula, pilihlah peserta yang tidak pemalu, dengan cara meminta sukarelawan. Bila perlu, seorang fasilitator bisa berperan dalam bermain peran yang awal - Berikan kepada peserta, keperluan peralatan untuk bermain peran misalnya: boneka, obat, dll - Berikan catatan informasi bagi pemeran. (Biasanya tersedia informasi untuk pemeran “Ibu” yang terdapat dalam panduan ini yang bisa di fotocopi) - Mintalah agar peserta permainan peran berbicara dengan cukup keras - Berikan cukup waktu persiapan peserta • Setelah semuanya siap, aturlah tempat bagi pemain. Aturlah sehingga “ibu” dan “petugas kesehatan” duduk terpisah dari peserta lain, sehingga semua dapat melihatnya. • Mulailah dengan memperkenalkan pemain dan peran mereka dan menyebutkan tujuan dan situasinya. Sebagai contoh, mungkin saudara perlu menyebutkan umur anak, hasil penilaian kasus dan obat yang telah diberikan. • Saudara boleh melakukan interupsi jika peserta mengalami kesulitan yang cukup berarti atau melenceng dari tujuan bermain peran. • Setelah permainan peran selesai, ucapkan terimakasih kepada pemain. Pastikan bahwa umpan balik yang diberikan oleh peserta yang lain cukup menunjang. Pertama kali bahaslah apa yang sudah dikerjakan dengan baik dan selanjutnya bahaslah apa yang perlu diperbaiki. • Upayakan agar semua peserta terlibat dalam diskusi setelah permainan peran. • Mintalah peserta untuk menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari peran ini. KASUS YANG AKAN DIKERJAKAN KELOMPOK PADA SAAT SIMULASI KASUS 1: Ibu membawa anaknya Yayuk umur 2 tahun ke klinik karena diare. Selama 2 hari (5 kali sehari). Petugas kesehatan tidak menemukan tanda-tanda bahaya umum. Tidak ada darah dalam tinja. Yayuk sangat rewel, kelopak matanya cekung, cubitan kulit perut kembali dengan segera. Ia minum dengan lahap. Selain itu tidak ada masalah. Tugas kelompok: 1. Tentukan jenis diare yang dialami Yayuk? 2. Tentukan pengobatan apa yang dianjurkan? 3. Praktek konseling KASUS 2: Heryawan, anak umur 5 bulan, keluhan ibu walau Heryawan tetap bermain seperti biasa, minum seperti biasa tetapi Heryawan sudah mengalami diare selama 5 hari dengan batuk dan pilek dan Heryawan terlihat kurus. Sejak 1 bulan yang lalu, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali setengah botol sehari. Tugas Kelompok: 1. Apa jenis diare yang dialami oleh Heryawan? 2. Apa perilaku yang salah dari ibu dalam merawat Heryawan? 3. Pengobatan yang dianjurkan? 4. Praktek konseling
  • 34. Lampiran Simulasi Konseling 32 PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI KASUS KASUS 1: Dalam permainan ini, petugas kesehatan akan mengajari ibu cara merawat anak dengan dehidrasi. Pada bagian pertama, anak membutuhkan Rencana Terapi B. Pada bagian kedua, anak diberi Rencana Terapi A. GAMBARAN TENTANG KASUS: Ibu membawa anaknya Yayuk umur 2 tahun, ke klinik karena diare selama 2 hari (5 kali sehari). Petugas kesehatan tidak menemukan tanda bahaya umum. Tidak ada darah dalam tinja. Yayuk sangat rewel, kelopak matanya cekung, cubitan kulit perut, kembali dengan segera. Ia minum dengan lahap. Selain itu tidak ada masalah lain. Klasifikasi Yayuk DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG, status gizi NORMAL. Tidak ada klasifikasi lain. Petugas memberi Rencana Terapi B dengan ORALIT. PERAN PETUGAS KESEHATAN: Menyampaikan kepada ibu bahwa Yayuk harus mendapat penanganan dengan ORALIT. Ibu diminta untuk tetap di klinik karena Yayuk harus mendapat ORALIT. Laksanakan Rencana Terapi B untuk mengajak ibu memberi ORALIT. Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus diberikan dan cara memberi ORALIT. Jawab semua pertanyaan ibu dan bantu ibu memecahkan masalah. PERAN IBU: Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan berusaha mengerjakan hal-hal yang disampaikan petugas kesehatan. Setelah memberi ORALIT beberapa menit, sampaikan pada petugas kesehatan bahwa Yayuk memuntahkan cairan yang diberikan. PERAN PENGAMAT: Lihat Rencana Terapi B dan amati permainan peran ini. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik. KASUS 3: Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare dan sudah diberikan teh manis selama diare yang sudah berlangsung 3 hari ini. Rina biasanya makan bubur beras, daging, sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke klinik, walaupun keadaan anak memburuk. Pertanyaan: 1. Apa perilaku yang salah dari ibu tersebut? 2. Pengobatan apa yang dianjurkan 3. Praktek konseling
  • 35. Lampiran Simulasi Konseling 33 KEJADIAN 3 JAM KEMUDIAN Setelah 3 jam, Yayuk diperiksa ulang. Keadaan sekarang: DIARE TANPA DEHIDRASI. Diare berlangsung terus, tetapi petugas kesehatan menganggap bahwa Yayuk boleh pulang untuk diberi Rencana Terapi A. PERAN PETUGAS KESEHATAN: Mengajari ibu Rencana Terapi A. Beri ORALIT dan obat ZINC untuk dibawa pulang. Ajukan pertanyanan untuk mengecek pemahaman ibu, untuk memastikan apakah ibu ingat dan mengerti aturan perawatan diare di rumah. PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI KASUS. KASUS 2: Dalam latihan ini, Peserta akan bermain peran tentang penilaian dan masalah pemberian makan dan memberikan saran tentang Rencana Terapi. Heryawan umur 5 bulan dengan batuk dan pilek. Tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya umum dan diklasifikasikan sebagai DIARE TANPA DEHIDRASI, DIARE AKUT, dan KURUS. Tidak ada klasifikasi lain. Sejak 1 bulan yang lalu, karena anak rewel, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali setengah botol sehari. Berikut adalah contoh bagian dari Formulir Pencatatan untuk anak umur LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN, jika anak KURUS atau UMUR < 2 TAHUN dan tidak dirujuk segera. * Apakah ibu menyusui anak ini? Ya____Tidak_____ Jika ya, berapa kali dalam 24 jam? ____kali Apakah juga menyusu di malam hari? Ya____Tidak____ *Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Ya___Tidak____ Jika ya, makanan atau minuman apa? Berapa kali sehari? ________kali Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak? _____________________________________________________________ Jika kasus KURUS: Berapa banyak makanan/minuman diberikan pada anak? ____________________________________________________________ Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Ya_____Tidak______ Siapa yang memberi makan dan bagaimana caranya? _____________________________________________________________ Selama sakit ini apakah ada perubahan pemberian makan? Ya________Tidak_____Jika ya, bagaimana? _______________________
  • 36. Lampiran Simulasi Konseling 34 PERAN PETUGAS KESEHATAN: Menyampaikan kepada ibu bahwa Heryawan mengalami masalah diare akut tanpa dehidrasi dan menjelaskan tentang Rencana Terapi A. Petugas kesehatan juga menilai pemberian makan Heryawan serta menjelaskan tentang Anjuran Makan yang Baik. Petugas menjelaskan tentang pemberian ORALIT dan obat ZINC kepada ibu Heryawan serta memberi nasihat untuk kunjungan berikutnya ke tenaga kesehatan. PERAN IBU: Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan mengikuti saran petugas kesehatan untuk melakukan tatalaksana diare di rumah. PERAN PENGAMAT: Lihat Rencana Terapi A dan anjuran makan yang baik amati pemain peran ini. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik. PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI KASUS KASUS 3: Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare. Rina biasanya makan bubur beras, sepotong daging, sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke klinik, walaupun keadaan anak memburuk. Rina tidak mempunyai tanda bahaya umum, klasifikasinya DIARE TANPA DEHIDRASI, status gizi NORMAL. Tidak ada klasifikasi lain. Rina akan ditangani dengan RencanaTerapi A. PERAN PETUGAS KESEHATAN: Menilai tingkat dehidrasi Rina, menentukan Rencana Terapi untuk Rina dan menjelaskan tatalaksana diare yang harus dilakukan oleh Ibu Rina di rumah. PERAN IBU: Ibu memberikan keluhan yang dialami Rina dan situasi rumahnya yang jauh dari klinik. PERAN PENGAMAT: Lihat Rencana Terapi A. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
  • 37. Lampiran Simulasi Konseling 35 Hal-hal yang diamati Ya Tidak Catatan Apakah petugas kesehatan TANYA: - Berapa lama anak sudah mengalami diare? - Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari? - Apakah tinjanya ada darah? - Apakah balita muntah? - Apakah ada penyakit lainnya? Apakah petugas kesehatan sudah LIHAT dan PERIKSA: - Bagaimana keadaan umum anak? - Sadar atau tidak sadar? - Lemas atau terlihat sangat mengantuk? - Apakah anak gelisah? - Berikan minum, apakah dia mau minum? - Ketika minum balita tampak sangat haus atau malas minum? - Apakah matanya cekung atau tidak cekung? - Melakukan cubitan kulit perut (turgor). Apakah kulitnya kembali segera, lambat atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)? Apakah petugas kesehatan menanyakan kepada ibu balita/pengasuh tentang tindakan yang telah diberikan oleh ibu atau pengasuh untuk mengatasi masalah diare (tanda-tanda bahaya) pada balita? Apakah petugas kesehatan memberikan PUJIAN atas tindakan/praktek yang baik yang sudah dilakukan ibu/pengasuh dalam mengatasi masalah diare (tanda-tanda bahaya) pada balitanya? Apakah petugas kesehatan menjelaskan kepada ibu balita/pengasuhnya tentang keadaan diare yang dialami balitanya: - Diare tanpa dehidrasi - Diare persisten berat - Diare dehidrasi ringan - Diare persisten - Diare dehidrasi berat - Disentri Apakah petugas kesehatan memberikan saran tentang cara merawat balita sesuai: - Rencana Terapi A untuk diare tanpa dehidrasi - Rencana Terapi B untuk diare dehidrasi ringan/sedang - Rencana Terapi C untuk diare dehidrasi berat Apakah petugas kesehatan memeragakan cara pembuatan ORALIT dan pemberian ORALIT? ApakahpetugaskesehatanmemeragakancaramelarutkanZINCdanpemberian ZINC? Apakah petugas kesehatan memberikan kesempatan kepada ibu balita/ pengasuh untuk memeragakan cara pembuatan dan pemberian ORALIT? Apakah petugas kesehatan memberikan kesempatan kepada ibu balita/ pengasuh untuk memeragakan cara pembuatan dan pemberian ZINC? Apakah petugas kesehatan menjelaskan tentang pemberian cairan rumah tangga? Apakah petugas kesehatan menjelaskan cara pemberian makan pada balita sakit? Apakah petugas kesehatan menjelaskan kapan harus melakukan kunjungan ulang ke petugas kesehatan (tanda-tanda bahaya/ jika tidak sembuh)? Formulir Pengamatan Simulasi Tatalaksana Diare
  • 38. 36 Daftar Referensi Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Buku Saku Petugas Kesehatan: LINTAS DIARE-Lima Langkah Tuntaskan Diare, 2009. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Kader Untuk Memberantas Diare, 2007. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Edisi ke-5, 2007. DepartemenKesehatanRI,DirektoratJenderalPengendalianPenyakitdanPenyehatanLingkungan,Pengendalian Penyakit Diare, 2009. Departemen Kesehatan RI, Buku Modul-4 Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008. Departemen Kesehatan RI, Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008. Departemen Kesehatan RI, Buku Panduan Fasilitator Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008. Departemen Kesehatan RI, WHO, IDAI. Buku Saku “Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit”-Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, cetakan 1, 2009. Fontaine, Oliver. 2008. Konika XIV-Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sari Pediatri, Edisi Khusus, Suplemen, Vol. 10, No. 1. “IMCI-Session 9 Counseling and Follow Up Care”. http://www.scribd.com/doc/10508418/IMCI-Session-9- Counseling-and-Followup-Care. Juffrie, M. Dr., PhD, SpA(K), 2008. Zinc: Tatalaksana Baru Diare. Makalah disajikan dalam Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia, Padang, Sumatera Barat, 2-6 November. Juffrie, M. Dr., PhD, SpAK, dan Mulyani, N.S., Dr., SpAK. Modul Pelatihan Diare, UKK Gastro-hepatologi IDAI, edisi pertama, 2009. “Keamanan dan Efektivitas Pengobatan Zink Pada Managemen Diare.” Medika, Desember 2008., No. 12 Tahun ke XXXIV, Desember 2008. LINKAGES. Facts for Feeding: Feeding Infants and Young Children During and After Illness., November 2006. Sulani, Fatni, dr. Hj. DTM&H, MSi. “Analisa Situasi Balita Di Indonesia: SDKI 2007, Riskesdas 2007, Susenas 2007”, Presentasi Direktorat Bina Kesehatan Anak, Departemen Kesehatan RI. WHO/UNICEF. Joint Statement “Clinical Management of Acute Diarrhea”. The United Nation Children’s Fund/ World Health Organization, 2004. “Zinc Dalam Penatalaksanaan Diare .”Ethical Digest, Agustus 2008., hlm. 44. “Zinc sebagai Pengobatan Baru Untuk Semua Kasus Diare”. Medika, Agustus 2008., No. 8 Tahun ke XXXIV. “Zink sebagai Terapi Baru Tatalaksana Diare”. Medika, Oktober 2008., No. 10 Tahun ke XXXIV. “Zink Sangat Poten Untuk Pengobatan Diare”. Medika, November 2008., No. 11, Tahun Ke XXXIV.