SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Fisika sekolah II 
Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan 
masalah 
Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, 
berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar. 
Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak 
rotasi benda tersebut 
Mengungkapkan analogi hukum II Newton tentang gerak translasi rotasi 
Menggunakan konsep momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar 
Memformulasikan momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar 
Memformulasikan hukum kekekalan momentum sudut pada gerak rotasi 
Menganalisis masalah dinamika rotasi benda tegar dalam berbagai keadaan 
Menganalisis gerak menggelinding tanpa slip 
Menerapkan konsep titik berat benda dalam kehidupan sehari-hari 
Page 1 of 26 
BAB II 
DINAMIKA ROTASI DAN BENDA TEGAR 
1. Standar Kompetensi 
2. Kompetensi Dasar 
3. Indikator 
4. Konsep Esensial 
Momen Gaya 
Momen Inersia 
Benda Tegar 
Percepatan Sudut 
Gerak Translasi 
Gerak Rotasi 
Momentum Sudut 
Kesetimbangan Partikel 
Kesetimbangan Benda Tegar 
Titik Berat 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Fisika sekolah II 
Page 2 of 26 
Lengan Gaya 
Momen Kopel 
Pusat massa 
5. Peta Konsep 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Fisika sekolah II 
Ketika kita akan membuka pintu manakah yang lebih mudah kita lakukan untuk 
membukanya. Apakah kita membukanya dengan mendorong pintu dengan jarak yang 
dekat dengan engsel? atau mendorong pintu dari jarak yang jauh dengan engsel? 
Page 3 of 26 
6. Uraian Materi 
Dinamika Rotasi 
6.1 Momen Gaya 
r 
r 
a b 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
gambar 6.1 pemberian gaya pada pintu dengan 
jarak r supaya pintu mudah dibuka dengan, a) jarak 
r dekat dengan engsel, b) jarak r jauh dari engsel. 
Dari peristiwa di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa kita lebih mudah membuka 
pintu pada saat kita mendorong pintu dari jarak yang jauh dengan engsel (pada gambar 
b). Kenapa hal itu terjadi? Pintu adalah sebuah benda tegar, dalam fisika jika sebuah 
benda tegar diberi gaya pada jarak tertentu dari sumbu rotasi sehingga mengakibatkan 
benda tersebut berotasi maka benda tersebut memiliki momen gaya atau torsi yang kita 
simbolkan dengan "휏". 
Besaran yang kita sebut sebagai momen gaya tadi dapat kita tulis dalam bentuk 
sebuah persamaan untuk mengetahui besarnya. Dalam peristiwa membuka pintu tadi 
momen gaya dipengaruhi oleh jarak (r) dan gaya yang diberikan (F), maka 
persamaannya dapat kita tuliskan 
휏⃗ = 푟⃗ ×퐹⃗= 퐹 푟 푠푖푛휃 ….. (6.1) 
dengan: 
τ = momen gaya (Nm) 
d = lengan momen (m) 
r = jarak sumbu rotasi ke titik tangkap gaya (m)
Fisika sekolah II 
besar 휃 merupakan sudut yang terbentuk antara gaya yang diberikan dengan jarak dari 
sumbu rotasi. Untuk lebih memahami mengenai pemberian gaya dengan besar sudut 
tertentu perhatikan ilistrasi berikut. 
Page 4 of 26 
gambar 6.2 momen gaya menyebabkan 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
Panjang batang yang dinyatakan dengan r 
dinamakan lengan momen. Lengan momen 
adalah jarak tegak lurus garis kerja gaya 
terhadap poros. 
Garis gaya adalah garis khayal yang dibuat 
secara berhimpit dengan arah kerja gaya 
dapat diperpanjang ke depan atau belakang 
arah gaya tersebut. 
Dari ilustrasi diatas semoga Anda menjadi lebih paham mengenai momen gaya ini. 
Apabila terdapat dua atau lebih gaya yang bekerja pada sebuah benda seperti 
ilustrasi pada gambar disamping maka perlu diperhatikan arah dari gaya tersebut, 
Momen gaya diberi tanda positif jika cenderung 
memutar benda searah jarum jam. 
Momen gaya diberi tanda negatif jika cenderung 
memutar benda berlawanan arah jarum jam. 
gerak rotasi benda 
F 
F 
gambar 6.3 pemberian beberapa gaya pada 
satu benda
Fisika sekolah II 
Berdasarkan perjanjian diatas dapat ditulis momen gaya total yang bekerja pada benda 
tersebut maka ditulis dalam persamaan 
Contoh soal 6.1 
Seorang bayi yang sangat superaktif sedang merangkak di dekat pintu, lalu mendorong 
tepi pintu dengan gaya sebesar 2 N. Jika lebar pintu 1 meter dan arah dorongan si bayi 
yang nakal itu membentuk sudut 60o terhadap pintu, tentukan torsi yang dikerjakan bayi 
(amati gambar di bawah). 
Momen gaya dan percepatan sudut merupakan analogi dari gaya dan percepatan 
pada gerak linear. Untuk mengembangkan analogi dari hukum II Newton untuk gerak 
rotasi maka kita perlu mencari analogi dari massa. Massa dalam gerak linear merupakan 
Page 5 of 26 
Σ 휏 = 푟1 + 푟2 + 푟3 + ⋯ + 푟푛 ………………. (6.2) 
Jawab : 
Sekarang kita hitung Torsi yang dikerjakan bayi 
6.2 Momen Inersia 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Fisika sekolah II 
kecenderungan benda untuk tidak mengalami perubahan gerak. Dalam gerak rotasi 
kesulitan benda untuk berotasi selain ditentukan oleh massa juga dipengaruhi oleh pola 
distribusi massa terhadap sumbu putar yang disebut momen inersia. Jadi analogi massa 
pada gerak linear adalah momen inersia pada gerak rotasi. 
Apabila sistem yang berotasi merupakan sebuah partikel yang bermassa m dan 
berada pada jarak r dari pusat rotasi (poros). 
F 
r m 
gambar 6.4 momen inersia partikel 
terhadap sumbu rotasi 
Maka momen inersia didefinisikan sebagai hasil kali massa partikel dengan kuadrat 
jarak dari pusat rotasi, secara matematis ditulis 
Jika terdapat sejumlah partikel yang melakukan gerak rotasi, maka momen inersia 
total merupakan jumlah dari setiap momen inersia partikel 
Page 6 of 26 
6.2.1 Momen Inersia Partikel 
퐼 = 푚푟2 ……………… (6.3) 
2 = 푚1푟1 
퐼 = Σ 푚푖 푟푖 
2 + 푚2푟2 
2 + ⋯ + 푚푛푟푛 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
2 
푖 …………… (6.4) 
6.2.2 Momen Inersia Benda Tegar 
Apabila benda yang berotasi terdiri dari partikel yang kontinu maka benda 
dianggap terdiri dari sejumlah elemen massa dm yang tersebar merata diseluruh 
benda, sehingga momen inersia merupakan jumlah dari momen inersia semua 
elemen massa tersebut yang di tulis dalam bentuk integral dengan batas-batas 
integral mencakup seluruh benda
Fisika sekolah II 
퐼 = ∫ 푟2 푑푚 …………...... (6.5) 
. 
Beberapa bentuk umum momen inersia dalam benda tegar dirangkum dalam tabel 
6.1 
Perhatikan bahwa suatu bentuk tertentu memiliki lebih dari satu momen inersia 
karena momen inersia bergantung pada sumbu rotasi. 
Page 7 of 26 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Fisika sekolah II 
Jika momen inersia benda terhadap pusat massa Ipm diketahui maka momen 
inersia benda terhadap sumbu sembarang yang parallel dengan pusat massa dapat 
diketahui dengan menggunakan teorema parallel yang menyatakan 
퐼 = 퐼푝푚 + 푀푑2 …………………….. (6.6) 
Dengan d adalah jarak dari pusat massa ke sumbu parallel dan M massa benda. 
Supaya lebih jelas simak contoh soal berikut 
Contoh soal 6.2 
Jika sebuah piringan bermasa M dirotasikan dengan poros melalui pusat massa O 
dan tegak lurus pada piringan, momen inersia pusat massanya adalah 퐼푝푚 = 1 
Page 8 of 26 
6.2.3 Teori Sumbu Paralel 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
2 
푀푅2 
dengan R adalah jari-jari piringan. Tentukan momen inersia piringan jika poros 
digeser ke sisi piringan di titik S sejajar poros semula. 
R s 
Jawab: 
Karena sumbu putar di geser sejajar dengan poros semula sejauh d = R dari pusat 
massa, maka dengan teorema sumbu sejajar momen inersia piringan adalah 
퐼푠 = 퐼푝푚 + 푀푑2 
= 
1 
2 
푀푅2 + 푀푅2 = 
3 
2 
푀푅2 
M
Fisika sekolah II 
Page 9 of 26 
6.3 Hubungan Momen Gaya dengan Percepatan Sudut 
F 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
Perhatikan partikel bermassa m yang berotasi 
pada lingkaran berjari-jari r seperti pada gambar 
disampingpartikel yang bermassa m berotasi membentuk 
lingkaran dipengaruhi oleh gaya tangensial yang 
menibulkan percepatan tangensial sesuai hukum II 
Newton. 
퐹 = 푚푎푡 jika kedua ruas dikalikan r maka 푟퐹 = 푟푚푎푡 karena momen gaya 휏 = 푟 × 퐹 
dan percepatan tangensial 푎푡 = 푟훼 maka 푟퐹 = 푟푚푟훼 
휏 = 푚푟2 훼 
dengan menggunakan 퐼 = 푚푟2 sehingga 
휏 = 퐼훼 ………………….. (6.7) 
dengan: 
τ = momen gaya (Nm) 
I = momen inersia (kg.푚2 ) 
훼 = kecepatan sudut (rad/푠2) 
Perhatikan bahwa 휏 = 퐼훼 untuk gerak rotasi merupakan analogi dari 퐹 = 푚푎 untuk gerak 
linear. 
6.4 Energi dan Usaha Gerak Rotasi 
6.4.1 Energi Kinetik Rotasi 
Sebuah benda yang berotasi tetap memiliki energi kinetik meskipun benda 
tersebut tidak bergrak secara translasi energi kinetik tersebut dinamakan energi 
kinetik rotasi. Energi kinetik rotasi dapat diturunkan dari persamaan ebergi 
kinetik translasi sebagai berikut 
퐸퐾 = 
1 
2 
푚푣2 
r m 
gambar 6.5 sebuah partikel 
berotasi dibawah pengaruh 
gaya tangensial F
Fisika sekolah II 
Page 10 of 26 
Mengingat 푣 = 푟휔, maka 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
퐸퐾 = 
1 
2 
푚(푟휔)2 
퐸퐾 = 
1 
2 
(푚푟2 )휔2 
Karena 푚푟2 adalah momen inersia 퐼 maka bentuk di atas menjadi 
퐸퐾 = 1 
2 
퐼휔2 ………….. (6.8) 
6.4.2 Energi kinetik rotasi dan translasi 
Sebuah benda akan memiliki energi kinetik dan rotasi sekaligus ketika 
benda bergerak menggelinding. Saat benda menggelinding benda memiliki 
kecepatan sudut 휔 dan kecepatan linear 푣 karena melakukan rotasi dan translasi 
sekaligus. Dengan demikian benda memiliki energi kinetik translasi dan energi 
kinetik rotasi sebagai berikut 
퐸퐾 = 퐸퐾푡푟푎푛푠푙푎푠푖 + 퐸퐾푟표푡푎푠푖 
퐸퐾 = 1 
2 
푚푣2 + 1 
2 
퐼휔2 ………… (6.9) 
Contoh soal 6.3 
Sebuah roda mobil memiliki massa 20 kg melaju dijalan dengan kecepatan 10 
m/s. Jika roda mobil dianggap silinder pejal. Berapakah energi kinetik ketika 
roda tersebut menggelinding? 
Jawab: 
퐸퐾 = 
1 
2 
푚푣2 + 
1 
2 
퐼휔2 
dengan 푣 = 푟휔 maka 
퐸퐾 = 
1 
2 
푚푣2 + 
1 
2 
퐼 
푣 
푟2 
2
Fisika sekolah II 
2 ………………(6.11) 
Page 11 of 26 
퐸퐾 = 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
1 
2 
푚푣2 + 
1 
2 
. 
2 
5 
푚푟2 푣 
푟2 
2 
퐸퐾 = 
1 
2 
푚푣2 + 
1 
5 
푚푣2 
퐸퐾 = 
7 
10 
푚푣2 
퐸퐾 = 
7 
10 
20(10)2 = 1400 퐽 
6.5 Usaha dalam gerak rotasi 
Sebuah roda berotasi pada sumbu tetap dalam selang waktu Δt, sebuah titik pada 
roda tersebut menempuh lintasan sejauh 푑휃. Usaha yang dilakukan gaya F diperoleh 
dari rumus gerak linear sebagai berikut 
푊 = 퐹푠 = 퐹푟휃 
푊 = 휏휃 ……………….(6.10) 
Gaya yang bekerja pada satu dimensi melakukan kerja pada benda juga mengubah 
energi kinetik benda. Demikian juga dalam gerak rotasi, sebuah momen gaya melakukan 
kerja pada benda dan mengubah energi kinetiknya rotasinya sesuai dengan hubungan 
푊 = 휏휃 = 퐸퐾 = 퐸퐾푟표푡2 − 퐸퐾푟표푡1 = 1 
2 
2 + 1 
퐼휔2 
2 
퐼휔1 
Sebagaimana untuk gerak linear, maka dalam gerak rotasi pun terdapat hukuk 
kekekalan energi mekanik jika resultan gaya yang bekerja pada benda adalah nol.
Fisika sekolah II 
퐸푃1 + 퐸퐾푡푟푎푛푠1 + 퐸퐾푟표푡1 = 퐸푃2 + 퐸퐾푡푟푎푛푠2 + 퐸퐾푟표푡2 ………………(6.12) 
atau 
Pada bahasan sebelumnya kita telah mengenal adanya momentum linear 푝 = 푚푣. 
Dalam gerak rotasi besaran yang analog dengan momentum linear yakni momentum 
sudut. Mengingat massa analog dengan momen inersia 퐼 dan kecepatan linear analog 
dengan kecepatan sudut 휔 maka persamaan untuk momentum sudut 퐿 
Page 12 of 26 
Δ퐸푃 + Δ퐸퐾푡푟푎푛푠 + Δ퐸퐾푟표푡 = 0 
dengan: 
Δ퐸푃 = perubahan energi potensial 
Δ퐸퐾푡푟푎푛푠 = perubahan energi kinetik translasi 
Δ퐸퐾푟표푡 = perubahan energi kinetik rotasi 
6.6 Momentum Sudut 
L 
arah rotasi 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
퐿 = 퐼휔 
Momentum sudut merupakan besaran vector. Arah momentum 
sudut mengikuti aturan kaidah tangan kanan yakni arah ibu jari 
menunjukkan arah momentum sudut dan empat jari yang lain 
arah rotasi benda. 
Hubungan momentum sudut dengan momen gaya 
Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari bahwa impuls merupakan perubahan 
momentum dari benda 퐹 푑푡 = 푑푝 pada gerak linear maka secara analogi untuk gerak 
rotasi 
휏 푑푡 = 푑퐿 
휏 = 푑퐿 
푑푡 
………………………. (6.13) 
dengan: 
휏 = momen gaya 
푑퐿 
푑푡 
= perubahan momentum sudut terhadap waktu
Fisika sekolah II 
Dari persamaan 5.1 kita peroleh jika tidak ada gaya luar yang bekerja maka 
Σ 휏 = 0 maka momentum sudut konstan. Ini merupakan prinsip kekekalan momentum 
sudut. Pertama kali kita terapkan pada benda tegar yang berotasi terhadap sumbu tetap 
dengan momentum sudut 퐿 = 퐼휔 . Secara matematis kekekalan momentum sudut dapat 
ditulis 
gambar 6.6 dua orang penari yang mengaplikasikan kekelan momentum sudut . 
Page 13 of 26 
Kekekalan momentum sudut 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
퐿1 = 퐿 2 
퐼1휔1 = 퐼2휔2 
Peristiwa yang menerapkan momentum sudut seperti pada penari balet ketika 
melakukan gerakan memutar. Perhatikan gambar 
Seorang penari menari dengan tangan terentang. Saat penari menarik tangannya lebih 
dekat ke tubuh penari itu berputar lebih cepat tanpa ada energi tambahan. Semakin dekat 
tangannya dengan tubuh semakin cepat putaran penari itu. 
6.7 Kesetimbangan Benda Tegar 
Sebuah benda yang dapat dipandang sebagai partikel berada dalam keadaan 
seimbang jika jumlah vector gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. 
Akan tetapi, untuk beberapa contoh benda seimbang seperti gedung bertingkat, jembatan 
gantung, tangga yang disandarkan pada tembok, dan lampu penerangan jalan yang
Fisika sekolah II 
digantung dengan menggunakan kawat, jumlah vector gaya sama dengan nol ternyata 
tidak cukup. Jika gaya-gaya itu bekerja pada benda pada titik yang berbeda, maka gaya-gaya 
itu harus menjamin bahwa benda itu tidak akan berotasi, yaitu jumlah momen gaya 
terhadap sembarang titik harus sama dengan nol. Hal itu didasarkan pada prinsip 
dinamika rotasi. 
Pada umumnya sebuah gaya yang bekerja pada benda akan mengakibatkan 
perubahan gerak, baik gerak translasi maupun gerak rotasi. Bila pada benda itu 
bekerja beberapa gaya, mungkin saja gaya-gaya itu dapat saling meniadakan 
sehingga tidak menghasilkan perubahan gerak translasi maupun rotasi. Jika hal ini 
terjadi, benda dikatakan berada dalam kesetimbangan. Artinya, (1) benda itu diam 
atau bergerak lurus dengan kecepatan tetap, dan (2) benda itu tidak berotasi atau 
berotasi dengan kelajuan konstan. 
Gambar 6.7.1(i) menunjukkan sebuah benda tegar yang tipis bentuknya 
yang terletak pada permukaan datar tanpa gesekan. Jika pada benda itu bekerja 
gaya F1, seperti pada Gambar 6.7.1(i)(a), dan benda itu mula-mula diam, maka 
benda tersebut akan mulai bergerak. Apabila benda tersebut sebelumnya sudah 
bergerak, maka gaya itu dapat mengubah besar atau arah (bahkan kedua-duanya) 
gerak tranlasinya, dan menambah atau mengurangi gerak rotasinya. Jadi, 
akibat gaya itu menyebabkan benda sudah tidak berada dalam keadaan seimbang 
lagi. 
F1 F1 F1 
A 
C 
Page 14 of 26 
6.7.1 Kesetimbangan Partikel 
A 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
A 
B 
F2 F2 
(a) (b) (c) 
Gambar 6.7(i) Jika kedua gaya bekerja pada benda tegar, benda ini tetap berada dalam 
keadaan seimbang asal kedua gaya ini sama besar, berlawanan arah, dan garis kerjanya sama, 
sperti pada (b)
Fisika sekolah II 
Kesetimbangan benda pada Gambar 6.7.1(i)(a) dapat dipertahankan dengan 
mengerjakan gaya F2 seperti pada Gambar 6.7.1(i)(b) yang besarnya sama dengan 
F1 tetapi arahnya berlawanan dan mempunyai garis kerja yang sama dengan F1. 
Dengan demikian, jumlah gaya F1 dan F2 sama dengan nol. Jika garis kerja kedua 
gaya ini tidak sama, seperti Gambar 6.7.1(i)(c), maka benda itu berada dalam 
kesetimbangan translasi tetapi tidak berada dalam kesetimbangan rotasi. 
Page 15 of 26 
F2 F2 
F1 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
F1 
F3 R F3 
(a) (b) 
Gambar 6.8 Jika pada benda tegar bekerja tiga gaya yang tidak sejajar tapi sebidang dan 
benda itu berada dalam kesetimbangan, maka garis kerja ketiga gaya itu harus berpotongan di 
satu titik. 
Gambar 6.7.1(ii) menunjukkan tiga gaya F1, F2, dan F3 yang tidak sejajar 
tetapi sebidang yang bekerja pada sebuah benda. Setiap gaya yang bekerja pada 
sebuah benda tegar dapat dianggap mempunyai titik tangkap pada sembarang titik 
sepanjang garis kerjanya. Oleh karena itu, ambillah dua vektor gaya, misalnya F1 
dan F2, dan geserlah kedua vektor itu ke titik perpotongan garis kerjanya. Jumlah 
kedua gaya ini adalah R, sebagaiman ditunjukkan pada Gambar 6.7.1(ii)(b). 
Sekarang tinggal dua gaya, yaitu R dan F3. Supaya benda berada dalam keadaan 
seimbang, maka (1) kedua gaya ini harus sama besar, (2) arahnya harus 
berlawanan, dan (3) garis kerjanya harus ama. Berdasarkan dua syarat yang 
pertama, maka jumlaah ketiga gaya ini sama dengan nol. Syarat ketiga dapat 
dipenuhi hanya jika garis kerja gaya F3 melalui titik potong garis-garis kerja F1 
dan F3. Dengan kata lain ketiga gaya itu harus konkruen atau berpotongan di 
satu titik.
Fisika sekolah II 
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila sebuah benda berada 
dalam kesetimbangan, maka jumlah dari semua gaya yang bekerja pda benda itu 
harus sama dengan nol. Secara matematis, untuk benda dalam keadaan 
seimbangan berlaku 
Persamaan ini dikenal sebagai syarat pertama kesetimbangan. Sedangkan syarat 
kedua kesetimbangan, yaitu persyaratan yang berkaitan dengan konsep momen 
gaya. 
Dari uraian di ats, kita dapat menyatakan dua hal berikut. Pertama, apabila 
sebuah benda tegar berada dalam kesetimbangan yang disebabkan oleh dua gaya 
maka kedua gaya itu harus mempunyai garis kerja yang sama (Gambar 
6.7.1(i)(b)). Kedua, Apabila sebuah benda tegar berada dalam kesetimbangan 
yang disebabkan oleh tiga gaya maka ketiga gaya itu harus berpotongan di satu 
titik (Gambar 6.7.1(ii)). 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika pada benda tegar bekerja 
sejumlah gaya yang sebidang maka gaya-gaya itu dapat dikurangi sehingga 
tinggal dua saja, seperti pada Gambar 3. Jika benda itu dalm keadaan seimbang, 
maka gaya-gaya tersebut harus (a) sama besar dan berlawanan arah dan (b) 
mempunyai garis kerja yang sama. 
Syarat (a) sudah dipenuhi oleh syarat pertama kesetimbangan, yaitu 
Sedangkan syarat (b) dengan mudah dapat dijelasakaan berdasarkan konsep 
momen gaya. Gambar 3 menunjukkan dua buah gaya F1 dan F2 yang bekerja 
pada sebuah benda. Jika benda itu berada dalam keadaan seimbang, F1 dan F2 
harus sama besar dan harus mempunyai garis kerja yang sama. Jadi, kedua gaya 
itu mempunyai lengan momen OA = ℓ yang sama terhadap sumbu tegak lurus 
pada bidang benda dan melalui sembarang titik O. Akibatnya, momen gaya 
terhadap sumbu tersebut sama besar dan berlawanan tandanya sehingga 
jumlahnya sama dengan nol. Dengan kata lain, syarat perlu dan syarat cukup 
Page 16 of 26 
ΣF = 0, atau ΣFx = 0 dan ΣFy = 0 
6.7.2 Syarat Kedua Kesetimbangan 
ΣFx = 0 dan ΣFy = 0, 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Fisika sekolah II 
supaya dua gaya yang sama besar, berlawanan arah, serta mempunyai garis kerja 
yang sama adalah jumlash momen gayanya terhadap sembarang sumbu harus 
sama dengan nol. Hal ini dikenal sebagai syarat kedua kesetimbangan yang secara 
matematis dapat dituliskan sebagai 
Page 17 of 26 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
Σ휏 = 0 
Jadi, apabila suatu benda berada dalam kesetimbangan karena pengruh gaya-gaya 
sebidang, mak jumlah momen gayanya terhadap sembarang sumbu sama dengan 
nol. 
Perlu diketahui, jika syarat pertama kesetimbangan terpenuhi, yaitu ΣF = 0, 
maka benda berada dalam kesetimbangan translasi. Jika syarat kedua 
kesetimbangan terpenuhi, yaitu Σ휏 = 0, maka benda berada dalam kesetimbangan 
rotasi. Sebuah benda berada dalam kesetimbangan lengkap, baik kesetimbangan 
translasi maupun kesetimbangan rotasi, jika kedua syarat di atas terpenuhi. Jadi, 
suatu benda tegar berada dalam kesetimbangan statik bilajumlah gaya yang 
bekerja pada benda dan jumlah momen gaya terhadap sembarang titik sama 
dengan nol. 
6.7.3 Titik Tangkap Resultan Kedua Gaya Sejajar 
Arah resultan gaya dari sekumpulan gaya sejajar selalu searah dengan 
semua gaya itu dan besarnya sama dengan penjumlahan besarnya masing-masing 
gaya. Garis kerja resultan gaya tersebut dapat ditentukan berdasarkan kenyataan 
bahwa resultan momen gaya melalui sembarang sumbu putar harus sama dengan 
penjumlahan masing-masing momen gaya. 
Gambar 4 menunjukkan dua gaya sejajar, yaitu F1 dan F2. Titik O 
merupakan titik sembarang dan sumbu-x diambil tegak lurus terhadap arah kedua 
gaya. Kedua gaya ini tidak mempunyai komponen ke arah sumbu-x, sehingga 
besarnya resultan gaya adalah 
R = ΣFy = F1 + F2. 
Jika x1 dan x2 berturut-turut menunjukkan jarak tegak lurus dari titik O ke garis 
kerja F1 dan F2. Maka resultan momen gaya terhadap sumbu yang lewat O 
adalah
Fisika sekolah II 
Page 18 of 26 
푛 
푛푖 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
Σ휏o = X1F1 + X2F2. 
Diandaikan 푋̅ merupakan jarak tegak lurus dari titik O ke garis kerja resultan 
gaya. Momen gaya dari resultan gaya ini adalah 
R 푿̅ 
=( F1 + F2.) 푿̅ 
Karena hasil ini harus sama dengan resultan momen gaya, maka 
( F1 + F2.) 푿̅ 
= X1F1 + X2F2. 
atau 
푿̅ 
= 
퐱ퟏ 퐅ퟏ + 퐗ퟐ 퐅ퟐ 
퐅ퟏ + 퐅ퟐ 
Secara umum, besarnya resultan gaya dari n buah gaya sejajar adalah 
푅 = Σ 퐹푖 = 퐹1 + 퐹2 + 퐹3 + ⋯ + 퐹푛 
푖 =1 
Jika gaya-gaya itu sejajar dengan sumbu-y, maka garis kerja resultan gaya ini 
dapat ditentukan berdasarkan persamaan 
푿̅ 
= 
Σ 퐹푖푋푖 
= 1 
Σ 퐹푖 
푛 
푖 =1 
= 
퐹1 푋1 + 퐹2 푋2 + 퐹3 푋3 + ⋯ + 퐹푛푋푛 
푅 
6.7.4 Titik Berat 
Sebuah benda terdiri atas partikel-partikel. Partikel-partikel penyusun 
benda ini selalu mengalami gaya tarik bumi. Besaran berat benda yang selama 
ini kita kenal sebenarnya merupakan resultan semua gaya tarik bumi yang 
dialami oleh partikel-partikel penyusun benda tersebut. Arah gaya tarik bumi 
setiap partikel selalu menuju pusat bumi. Karena jaraknya ke pusat bumi sangat 
jauh, sehingga gaya-gaya itu boleh dianggap sejajar satu sama lain. Jadi, berat 
benda merupakan resultan dari sejumlah besar gaya-gaya yang sejajar. 
Gambar 6.7.4 menunjukkan sebuah benda berbentuk pelat tipis yang 
terletak pada bidang xy. Diandaikan benda itu dapat dibagi-bagi menjadi 
sejumlah partikel yang besarnya W1, W2, W3, dan seterusnya, dengan koordinat 
partikel-partikel berturut-turut adalah (X1,Y1), (X2,Y2), (X3,Y3), dan seterusnya.
Fisika sekolah II 
Y 
X2,Y2 , W2 
X 
X1,Y1 
풀̅ 
Y 
X 
X1,Y 
1 
X2,Y2 
푿̅ 
X2 
X1 
W1 
푾 
, 
W2 
W1 
Y1 
, 풀̅ 
Y2 
p.b 
푿̅ 
Gambar 6.9. Berat Benda w merupakan resultan semua gaya-gaya yang sejajar. Garis kerja 
w selalu melalui titik berat. 
Page 19 of 26 
(a) (b) 
Berat benda w adalah 
W = w1 + w2 + w3 +… =Σ 풘ퟏ 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
풏풊= ퟏ 
Garis kerja W terletak pada kedudukan X ̅ , yaitu 
푿̅ 
= 풘ퟏ풙ퟏ+풘ퟐ풙ퟐ+풘ퟑ풙ퟑ+⋯ 
풘ퟏ+풘ퟐ+풘ퟑ+⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 풘풊풙풊 
풏풊 
Σ =ퟏ 
풘풊 
………….(1) 
Sekarang diandaikan berat benda diputar 900 berlawanan arah dengan putaran 
jarum jam, seperti pada gambar 5 (b). Berat benda w tidak berubah, tetapi garis 
kerja w sekarang berada pada jarak 풚̅ yaitu 
풚̅ = 풘ퟏ풚ퟏ+풘ퟐ풚ퟐ+풘ퟑ풚ퟑ+⋯ 
풘ퟏ+풘ퟐ+풘ퟑ+⋯ 
= 
풏풊 
Σ 풘풊풚풊 
=ퟏ 
Σ 풘풊 
풏풊 
=ퟏ 
……… (2) 
Titik perpotongan garis kerja w pada kedua Gambar 5 mempunyai koordinat 
(푋̅, 푦̅) yang dinamakan titik berat benda itu. Dengan meninjau sembarang letak 
pada benda dapat ditunjukkan bahwa garis kerja berat benda w selalu melalui 
titik berat ini. Jika letak titik berat sejumlah benda sudah tertentu, koordinat titik 
berat benda-benda tersebut dapat dihitung dengan persamaan (1) dan (2). 
Jika suatu benda mempunyai simetri tertentu, perhitungan titik benda menjadi 
sederhana karena titik berat benda itu terletak pada pusat simetrinya. Jadi, titik
Fisika sekolah II 
berat bola homogen, kubus, atau papan berbentuk bujur sangkar berada ditengah-tengahnya. 
Titik berat silinder atau kerucut terletak di sumbu simetrinya. 
Bagaimanakah menentukan titik berat sejumlah partikel yang diketahui 
massanya? Anda telah mengetahui bahwa hubungan antara massa dan berat 
adalah w = mg, dengan g menyatakan percepatan gravitasi yang dianggap tetap. 
Dengan demikian, w1 = m1g, w2 = m2g, w3 = m3g, dan seterusnya. Subtitusi 
harga-harga ini ke persamaan (1) dan (2) berturut-turut akan diperoleh 
Page 20 of 26 
푿̅ 
= 
풎ퟏ 품풙ퟏ + 풎ퟐ 품풙ퟐ + 풎ퟑ 품풙ퟑ + ⋯ 
풎ퟏ 품 + 풎ퟐ 품 + 풎ퟑ 품 + ⋯ 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 풎풊품풙풊 
Σ 풎풊 풏 품 
풊=ퟏ 
dan 
풚̅ = 
풎ퟏ 품풚ퟏ + 풎ퟐ 품풚ퟐ + 풎ퟑ 품풚ퟑ + ⋯ 
풎ퟏ 품 + 풎ퟐ 품 + 풎ퟑ 품 + ⋯ 
= 
풏풊 
Σ 풎풊품풚풊 
=ퟏ 
Σ풏 풎풊품 
풊=ퟏ 
Akan tetapi, karena percepatan gravitasi g dianggap tetap, maka g pada kedua 
persamaan ini dapat dihilangkan. Dengan demikian, 
푿̅ 
= 
풎ퟏ 품풙ퟏ + 풎ퟐ 품풙ퟐ + 풎ퟑ 품풙ퟑ + ⋯ 
풎ퟏ 품 + 풎ퟐ 품 + 풎ퟑ 품 + ⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 풎풊품풙풊 
Σ풏 풎풊품 
풊=ퟏ 
dan 
풚̅ = 
풎ퟏ 품풚ퟏ + 풎ퟐ 품풚ퟐ + 풎ퟑ 품풚ퟑ + ⋯ 
풎ퟏ 품 + 풎ퟐ 품 + 풎ퟑ 품 + ⋯ 
= 
풏풊 
Σ 풎풊품풚풊 
=ퟏ 
Σ풏 풎풊품 
풊=ퟏ 
푿̅ 
= 풎ퟏ풙ퟏ +풎ퟐ 풙ퟐ+풎ퟑ풙ퟑ +⋯ 
풎ퟏ+풎ퟐ+풎ퟑ +⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 풎풊풙풊 
풏풊=ퟏ 
Σ 풎풊 
…. (3) 
dan 
풚̅ = 풎ퟏ 풚ퟏ+풎ퟐ 풚ퟐ+풎ퟑ풚ퟑ+⋯ 
풎ퟏ+풎ퟐ +풎ퟑ +⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 풎풊풚풊 
풏풊 
Σ =ퟏ 
풎풊 
….(4) 
6.7.5 Menentukan Titik Berat Bangun Teratur Homogen 
1. Bangun Tiga Dimensi 
Hubungan antara massa benda m dan volume benda v dinyatakan 
dengan persamaan ρ = 
푚 
푣 
atau m = ρv, dengan ρ menunjukkan massa jenis 
benda. Oleh karena itu, massa setiap partikel pada persamaan (3) dapat 
dituliskan sebagai m1 = ρ1v1, m2 = ρ2v2, m3 = ρ3v3 dan seterusnya. Dengan 
demikian, persamaan (3) menjadi
Fisika sekolah II 
Page 21 of 26 
푿̅ 
= 
흆ퟏ 풗ퟏ 풙ퟏ + 흆ퟐ 풗ퟐ 풙ퟐ + 흆ퟑ 풗ퟑ 풙ퟑ + ⋯ 
흆ퟏ 풗ퟏ + 흆ퟐ 풗ퟐ + 흆ퟑ 풗ퟑ + ⋯ 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
= 
풏풊 
Σ 흆풊풗풊풙풊 
=ퟏ 
Σ 흆풊풗풊 
풏 
풊=ퟏ 
dan 
풚̅ = 
흆ퟏ 풗ퟏ풚ퟏ + 흆ퟐ 풗ퟐ 풚ퟐ + 흆ퟑ 풗ퟑ풚ퟑ + ⋯ 
흆ퟏ 풗ퟏ + 흆ퟐ 풗ퟐ + 흆ퟑ 풗ퟑ + ⋯ 
= 
풏풊= ퟏ 
Σ 흆풊풗풊풚풊 
풏 
풊=ퟏ 
Σ 흆풊풗풊 
Untuk benda homogen, massa jenisnya sama besar . dengan demikian, ρ1 = ρ2 
= ρ3 = … = ρi = ρ. Oleh karena itu, 
푿̅ 
= 풗ퟏ풙ퟏ+ 풗ퟐ풙ퟐ +풗ퟑ풙ퟑ +⋯ 
풗ퟏ+풗ퟐ+풗ퟑ+⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 풗풊풙풊 
풏풊=ퟏ 
Σ 풗풊 
…..(5) 
dan 
풚̅ = 풗ퟏ풚ퟏ+풗ퟐ풚ퟐ+풗ퟑ풚ퟑ+⋯ 
풗ퟏ+풗ퟐ+풗ퟑ+⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 풗풊풚풊 
풏풊 
Σ =ퟏ 
풗풊 
…..(6) 
Persamaan (5) dan (6) ini digunakan untuk menentukan titik berat sistem yang 
terdiri dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga. Titik 
berat benda homogen berdimensi tiga yang teratur bentuknya seperti prisma 
pejal dan kerucut pejal terletak pada sumbu simetrinya. 
Tabel Titik Berat Benda Homogen Berdimensi Tiga yang Teratur Bentuknya
Fisika sekolah II 
Untuk menjelaskan titik berat bangun dua dimensi (berbentuk bidang), 
diperkenalkan besaran σ (dibaca “sigma”) yang menyatakan massa per satuan 
luas. Jadi, 
Page 22 of 26 
2. Bangun Dua Dimensi 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
σ = 
풎 
푨 
atau m = σA 
Oleh karena itu, massa setiap partikel pada persamaan (3) dan (4) dapat 
dituliskan sebagai m1 = σ1A1, m2 = σ2A2, m3 = σ3A3, dan seterusnya. Dengan 
demikian persamaannya menjadi 
푿̅ 
= 
훔ퟏ 푨ퟏ 풙ퟏ + 훔ퟐ 푨ퟐ 풙ퟐ + 훔ퟑ 푨ퟑ 풙ퟑ + ⋯ 
훔ퟏ 푨ퟏ + 훔ퟐ 푨ퟐ + 훔ퟑ 푨ퟑ + ⋯ 
= 
풏풊 
Σ 훔풊푨풊풙풊 
=ퟏ 
Σ 훔풊푨풊 
풏 
풊=ퟏ 
dan 
풚̅ = 
훔ퟏ 푨ퟏ풚ퟏ + 훔ퟐ 푨ퟐ 풚ퟐ + 훔ퟑ 푨ퟑ풚ퟑ + ⋯ 
훔ퟏ 푨ퟏ + 훔ퟐ 푨ퟐ + 훔ퟑ 푨ퟑ + ⋯ 
= 
풏풊= ퟏ 
Σ 훔풊푨풊풚풊 
풏 
풊=ퟏ 
Σ 훔풊푨풊 
Untuk benda homogen, massa jenisnya sama besar. Dengan demikian, 훔ퟏ= 
훔ퟐ=훔ퟑ=…= 훔ퟒ= σ. Oleh karena itu, 
푿̅ 
= 푨ퟏ풙ퟏ +푨ퟐ 풙ퟐ+푨ퟑ풙ퟑ +⋯ 
푨ퟏ+푨ퟐ+푨ퟑ +⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 푨풊풙풊 
풏풊=ퟏ 
Σ 푨풊 
….(7) 
dan 
풚̅ = 푨ퟏ 풚ퟏ+푨ퟐ 풚ퟐ+푨ퟑ풚ퟑ+⋯ 
푨ퟏ+푨ퟐ +푨ퟑ +⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 푨풊풚풊 
풏풊 
Σ =ퟏ 
푨풊 
….(8) 
Persamaan (7) dan (8) ini digunakan untuk menentukan titik berat system 
yang terdiri dari gabungan beberapa benda homogen berdimensi dua. Titik 
berat benda homogen berdimensi dua yang teratur bentuknya seperti bujur 
sangkar dan persegi panjang terletak pada sumbu simetrinya. 
3. Bangun Satu Dimensi 
Untuk menjelaskan titik berat bangun satu dimensi (berbentuk garis atau 
kurva), diperkenalkan besaran 휆 (dibaca “lamda”) yang menyatakan massa per 
satuan panjang. Jadi, 
휆 = 
풎 
풍 
atau m = 휆l 
Oleh karena itu, massa setiap partikel pada persamaan (3) dan (4) dapat 
dituliskan sebagai m1= 휆1l1, m2= 휆2l2, m3= 휆3l3, dan seterusnya. Dengan 
demikian, persamaannya menjadi
Fisika sekolah II 
Page 23 of 26 
푿̅ 
= 
훌ퟏ 풍ퟏ 풙ퟏ + 훌ퟐ 풍ퟐ 풙ퟐ + 훌ퟑ 풍ퟑ 풙ퟑ + ⋯ 
훌ퟏ 풍ퟏ + 훌ퟐ 풍ퟐ + 훌ퟑ 풍ퟑ + ⋯ 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 훌풊 풍풊풙풊 
풏 
풊=ퟏ 
Σ 훌풊 풍풊 
dan 
풚̅ = 
훌ퟏ 풍ퟏ 풚ퟏ + 훌ퟐ 풍ퟐ 풚ퟐ + 훌ퟑ 풍ퟑ 풚ퟑ + ⋯ 
훌ퟏ 풍ퟏ + 훌ퟐ 풍ퟐ + 훌ퟑ 풍ퟑ + ⋯ 
= 
풏풊 
Σ 훌풊 풍풊풚풊 
=ퟏ 
Σ 훌풊 풍풊 
풏 
풊=ퟏ 
Untuk benda homogen, massa jenisnya sama besar. Dengan demikian, 휆1= 휆2= 
휆3 = … = 휆4 = 휆. Oleh karena itu, 
푿̅ 
= 
풍ퟏ 풙ퟏ + 풍ퟐ 풙ퟐ + 풍ퟑ 풙ퟑ + ⋯ 
풍ퟏ + 풍ퟐ + 풍ퟑ + ⋯ 
= 
풏풊=ퟏ 
Σ 풍풊풙풊 
풏 
풊=ퟏ 
Σ 풍풊 
dan 
풚̅ = 
풍ퟏ 풚ퟏ + 풍ퟐ 풚ퟐ + 풍ퟑ 풚ퟑ + ⋯ 
풍ퟏ + 풍ퟐ + 풍ퟑ + ⋯ 
= 
풏풊 
Σ 풍풊풚풊 
=ퟏ 
Σ 풍풊 
풏 
풊=ퟏ 
6.7.6. Kopel 
Sering dijumpai bahwa sejumlah gaya yang bekerja pada benda dapat 
disederhanakan menjadi dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah, dan 
garis-garis kerja kedua gaya itu sejajar tetapi tidak berimpit. Pasangan kedua gaya 
ini disebut kopel. Salah satu contoh kopel adalah gaya-gaya pada ujung jarum 
kompas akibat medan magnet bumi. Pada kutub utara dan kutub selatan jarum 
kompas itu bekerja gaya yang sama besarnya, yang satu arahnya ke utara dan 
yang lain arahnya ke selatan. Garis kerja kedua gaya ini tidak berimpit, kecuali 
kalau jarum kompas itu menunjuk arah utara-selatan. 
Gambar di samping melukiskan 
sebuah kopel yang terdiri dari dua 
gaya, masing-masing besarnya F, 
yang terpisah dengan jarak l. Tentu 
saja, resultan kedua gaya itu sama 
dengan nol. Artinya sebuah kopel 
tidak mempengaruhi gerak translasi 
benda tetapi kopel hanya 
menimbulkan rotasi. 
X 
y 
F 
F 
l 
X1 
X2 
O
Fisika sekolah II 
Resultan momen gaya dari kopel pada gambar di samping terhadap titk O 
Karena jarak X1 dan X2 tidak muncul dalam perhitungan, kesimpulannya adalah 
besarnya momen kopel sama dengan hasil kali antara besarnya salah satu gaya 
dan jarak tegak lurus terhadap gariis kerja kedua gaya itu. 
Kesetimbangan benda dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : stabil, 
takstabil, dan netral. Kesetimbangan stabil terjadi apabila momen gaya atau gaya 
yang muncul karena perpindahan sedikit dari benda tersebut memaksa benda itu 
kembali ke posisi kesetimbangannya. Kesetimbangan Labil atau tak stabil adalah 
kesetimbangan yang dialami benda di mana sesaat setelah ganguan kecil 
dihilangkan, benda tidak akan kembali ke kedudukannya semula, bahkan 
gangguan tersebut makin meningkat. Kesetimbangan netral terjadi apabila tidak 
ada momen gaya yang memaksanya kembali atau menjauhi posisinya semula. 
Pada permainan yudo, para yudoka selalu memegang prinsip 
bahwa selama orang masih berdiri sehingga vektor gaya beratnya 
masih terletak di antara dua kaki, kedudukan orang tersebut stabil. 
Jadi, untuk membanting lawan terlebih dahulu ahrus diusahakan 
agar kedudukan lawan labil. Hal ini dapat terjadi jika vektor gaya 
beratnya berada di sekitar kaki. Itulah 
Page 24 of 26 
adalah 
Σ휏 o = X1F1 - X2F2 = X1F1 – (X1 + l)F = -lF 
6.7.7 Macam-Macam Kesetimbangan 
Aplikasi Konsep Kesetimbangan dalam Kehidupan Sehari-hari 
1. Permainan Yudo 
sebabnya, meskipun bertubuh kecil sebagai yudoka mampu 
membanting lawan yang tubuhnya lebih besar. Sebab ia tahu 
kelemahan kesetimbangan lawan, sehingga mampu merobohkan 
lawan sesuai dengan konsep kesetimbangan. 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Fisika sekolah II 
Ketika mengendarai sepeda pada permukaan datar dan bergerak dalam 
lintasan melingkar, pengendara secara otomatis memiringkan badannya kea rah 
pusat lingkaran. Mengapa demikian? Dengan memiringkan badan ternyata dapat 
meningkatkan kestabilan. Ketika bersepeda menyusuri lintasan yang berbentuk 
lingkaran, diperlukan gaya sentripetal. Gaya ini berasal dari gaya gesekan statis 
antara ban dan jalan. Gaya reaksi dari jalan pada ban merupakan jumlah dari gaya 
sentripetal dan gaya normal. Ketika bersepeda dalam posisi tegak, sementara jalan 
melingkar, gaya reaksi ini tidak melalui titik berat. Akan tetapi, jika pengendara 
memiringkan badannya ke arah pusat lingkaran, garis kerja gaya reaksi ini melalui 
titik berat sehingga dapat menimbulkan stabilitas rotasi. 
Page 25 of 26 
2. Keseimbangan Bersepeda 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Fisika sekolah II 
Page 26 of 26 
Daftar Pustaka 
Foster,Bob.2004.Terpadu Fisika SMA untuk kelas XI.Jakarta:Erlangga. 
ichwanromo.files.wordpress.com/2010/0... 
Purwanto,Bambang.2005.Asas-Asas Fisika 2B.Yogyakarta:Yudistira. 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar

More Related Content

What's hot

Kerja dan Energi
Kerja dan EnergiKerja dan Energi
Kerja dan Energijajakustija
 
ITP UNS SEMESTER 1 Dinamika fluida
ITP UNS SEMESTER 1 Dinamika fluidaITP UNS SEMESTER 1 Dinamika fluida
ITP UNS SEMESTER 1 Dinamika fluidaFransiska Puteri
 
I Rangkaian Listrik Kirchoff
I Rangkaian Listrik KirchoffI Rangkaian Listrik Kirchoff
I Rangkaian Listrik KirchoffFauzi Nugroho
 
Makalah Wattmeter
Makalah Wattmeter Makalah Wattmeter
Makalah Wattmeter Uchiha Setya
 
Gerak translasi dan gerak rotasi
Gerak translasi dan gerak rotasi Gerak translasi dan gerak rotasi
Gerak translasi dan gerak rotasi Annisa Wakhidathus
 
Kinematika rotasi
Kinematika rotasiKinematika rotasi
Kinematika rotasijajakustija
 
Ppt elastisitas bahan
Ppt elastisitas bahanPpt elastisitas bahan
Ppt elastisitas bahanrikaomamih
 
ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR Rinanda S
 
GERAK JATUH BEBAS-FISIKA, UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
GERAK JATUH BEBAS-FISIKA, UNIVERSITAS BORNEO TARAKANGERAK JATUH BEBAS-FISIKA, UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
GERAK JATUH BEBAS-FISIKA, UNIVERSITAS BORNEO TARAKANHelvyEffendi
 
9 jembatan arus searah
9 jembatan arus searah9 jembatan arus searah
9 jembatan arus searahSimon Patabang
 
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Dandi Ardiansyah Putra
 
makalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCmakalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCSri Rahayu
 
voltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermetervoltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermeterZara Neur
 

What's hot (20)

Kerja dan Energi
Kerja dan EnergiKerja dan Energi
Kerja dan Energi
 
ITP UNS SEMESTER 1 Dinamika fluida
ITP UNS SEMESTER 1 Dinamika fluidaITP UNS SEMESTER 1 Dinamika fluida
ITP UNS SEMESTER 1 Dinamika fluida
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
I Rangkaian Listrik Kirchoff
I Rangkaian Listrik KirchoffI Rangkaian Listrik Kirchoff
I Rangkaian Listrik Kirchoff
 
LAPORAN GALVANOMETER
LAPORAN GALVANOMETERLAPORAN GALVANOMETER
LAPORAN GALVANOMETER
 
Makalah Wattmeter
Makalah Wattmeter Makalah Wattmeter
Makalah Wattmeter
 
Gerak translasi dan gerak rotasi
Gerak translasi dan gerak rotasi Gerak translasi dan gerak rotasi
Gerak translasi dan gerak rotasi
 
Kinematika rotasi
Kinematika rotasiKinematika rotasi
Kinematika rotasi
 
Ppt elastisitas bahan
Ppt elastisitas bahanPpt elastisitas bahan
Ppt elastisitas bahan
 
ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR
 
GERAK JATUH BEBAS-FISIKA, UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
GERAK JATUH BEBAS-FISIKA, UNIVERSITAS BORNEO TARAKANGERAK JATUH BEBAS-FISIKA, UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
GERAK JATUH BEBAS-FISIKA, UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
 
Mekanika hamilton
Mekanika hamiltonMekanika hamilton
Mekanika hamilton
 
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptxPPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
 
Tegangan
TeganganTegangan
Tegangan
 
9 jembatan arus searah
9 jembatan arus searah9 jembatan arus searah
9 jembatan arus searah
 
Ppt fisika modern
Ppt fisika modernPpt fisika modern
Ppt fisika modern
 
Teori relativitas
Teori relativitasTeori relativitas
Teori relativitas
 
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
 
makalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCmakalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DC
 
voltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermetervoltmeter dan ampermeter
voltmeter dan ampermeter
 

Viewers also liked

Peta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarPeta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarDzikri Fauzi
 
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogen
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogenLaporan Praktikum titik pusat massa benda homogen
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogenAnnisa Icha
 
Langkah2 dinamika rotasi helas
Langkah2 dinamika rotasi helasLangkah2 dinamika rotasi helas
Langkah2 dinamika rotasi helasJunisa Junjun
 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda TegarDinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda TegarRizka A. Hutami
 
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarBab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarEmanuel Manek
 
Kesetimbangan Benda Tegar dan Titik Berat
Kesetimbangan Benda Tegar dan Titik BeratKesetimbangan Benda Tegar dan Titik Berat
Kesetimbangan Benda Tegar dan Titik BeratGressi Dwiretno
 
Dinamika partikel-1 ganda
Dinamika partikel-1 gandaDinamika partikel-1 ganda
Dinamika partikel-1 gandaarif musthofa
 
peta konsep lengkaptentang benda tegar
peta konsep lengkaptentang  benda tegarpeta konsep lengkaptentang  benda tegar
peta konsep lengkaptentang benda tegarSiti Khoirunika
 
Peta konsep fluida
Peta konsep fluidaPeta konsep fluida
Peta konsep fluidaakmal_zaida
 
Momentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda TegarMomentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda TegarRapiika
 
Peta konsep fisek momentum n impuls
Peta konsep fisek momentum n impulsPeta konsep fisek momentum n impuls
Peta konsep fisek momentum n impulsakmal_zaida
 
Peta konsep fisek usaha dan energi
Peta konsep fisek usaha dan energiPeta konsep fisek usaha dan energi
Peta konsep fisek usaha dan energiakmal_zaida
 
081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertzFakhrun Nisa
 
Ppt (heat transfers /transfer kalor)
Ppt (heat transfers /transfer kalor)Ppt (heat transfers /transfer kalor)
Ppt (heat transfers /transfer kalor)Sucinurmatin S
 

Viewers also liked (20)

Peta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegarPeta konsep benda tegar
Peta konsep benda tegar
 
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogen
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogenLaporan Praktikum titik pusat massa benda homogen
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogen
 
Langkah2 dinamika rotasi helas
Langkah2 dinamika rotasi helasLangkah2 dinamika rotasi helas
Langkah2 dinamika rotasi helas
 
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda TegarDinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
 
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarBab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
 
Kesetimbangan Benda Tegar dan Titik Berat
Kesetimbangan Benda Tegar dan Titik BeratKesetimbangan Benda Tegar dan Titik Berat
Kesetimbangan Benda Tegar dan Titik Berat
 
Dinamika partikel-1 ganda
Dinamika partikel-1 gandaDinamika partikel-1 ganda
Dinamika partikel-1 ganda
 
peta konsep lengkaptentang benda tegar
peta konsep lengkaptentang  benda tegarpeta konsep lengkaptentang  benda tegar
peta konsep lengkaptentang benda tegar
 
Silabus gerak melingkar
Silabus gerak melingkarSilabus gerak melingkar
Silabus gerak melingkar
 
Peta konsep fluida
Peta konsep fluidaPeta konsep fluida
Peta konsep fluida
 
Soal fin
Soal finSoal fin
Soal fin
 
Benda tegar
Benda tegarBenda tegar
Benda tegar
 
Momentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda TegarMomentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda Tegar
 
Peta konsep fisek momentum n impuls
Peta konsep fisek momentum n impulsPeta konsep fisek momentum n impuls
Peta konsep fisek momentum n impuls
 
Xi kinematika
Xi kinematikaXi kinematika
Xi kinematika
 
Peta konsep fisek usaha dan energi
Peta konsep fisek usaha dan energiPeta konsep fisek usaha dan energi
Peta konsep fisek usaha dan energi
 
klasifikasi materi
 klasifikasi materi klasifikasi materi
klasifikasi materi
 
081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz
 
Ppt (heat transfers /transfer kalor)
Ppt (heat transfers /transfer kalor)Ppt (heat transfers /transfer kalor)
Ppt (heat transfers /transfer kalor)
 
Mini Project- Torque Control of a DC Motor
Mini Project- Torque Control of a DC MotorMini Project- Torque Control of a DC Motor
Mini Project- Torque Control of a DC Motor
 

Similar to Torsi

energi kinetik dan momentum sudut
energi kinetik dan momentum sudutenergi kinetik dan momentum sudut
energi kinetik dan momentum sudutFikri Irfandi
 
Indra samsudin fis xi mipa
Indra samsudin fis xi mipaIndra samsudin fis xi mipa
Indra samsudin fis xi mipaRiyanAdita
 
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarDinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarSuta Pinatih
 
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptxPRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptxCandraPurmana
 
Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 radar radius
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodWidya arsy
 
Handout getaran harmonis
Handout getaran harmonisHandout getaran harmonis
Handout getaran harmonissyifa tunnisa
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Rezki Amaliah
 
Kesetimbangan Benda Tegar.pptx
Kesetimbangan Benda Tegar.pptxKesetimbangan Benda Tegar.pptx
Kesetimbangan Benda Tegar.pptxLambokHutahaean1
 
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisikaBab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisikaayikputri1
 

Similar to Torsi (20)

energi kinetik dan momentum sudut
energi kinetik dan momentum sudutenergi kinetik dan momentum sudut
energi kinetik dan momentum sudut
 
Indra samsudin fis xi mipa
Indra samsudin fis xi mipaIndra samsudin fis xi mipa
Indra samsudin fis xi mipa
 
fisika xi 1 3
fisika xi 1 3fisika xi 1 3
fisika xi 1 3
 
ROTASI. Fisika Teknik 1
ROTASI. Fisika Teknik 1ROTASI. Fisika Teknik 1
ROTASI. Fisika Teknik 1
 
Dinamika Rotasi.pptx
Dinamika Rotasi.pptxDinamika Rotasi.pptx
Dinamika Rotasi.pptx
 
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarDinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
 
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptxPRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
PRESENTASI MATERI FISIKA DINAMIKA ROTASI.pptx
 
Bab 13 momen inersia
Bab 13 momen inersiaBab 13 momen inersia
Bab 13 momen inersia
 
Gerak translasi dan rotasi
Gerak translasi dan rotasiGerak translasi dan rotasi
Gerak translasi dan rotasi
 
Dinamaika rotasi
Dinamaika rotasiDinamaika rotasi
Dinamaika rotasi
 
Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwood
 
GLB SMA PPT
GLB SMA PPTGLB SMA PPT
GLB SMA PPT
 
Modul 3 benda_tegar_blended
Modul 3 benda_tegar_blendedModul 3 benda_tegar_blended
Modul 3 benda_tegar_blended
 
Handout getaran harmonis
Handout getaran harmonisHandout getaran harmonis
Handout getaran harmonis
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
BAB 4-Gerak dan Gaya.pptx
BAB 4-Gerak dan Gaya.pptxBAB 4-Gerak dan Gaya.pptx
BAB 4-Gerak dan Gaya.pptx
 
Kesetimbangan Benda Tegar.pptx
Kesetimbangan Benda Tegar.pptxKesetimbangan Benda Tegar.pptx
Kesetimbangan Benda Tegar.pptx
 
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisikaBab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
 
Dinamika rotasi
Dinamika rotasiDinamika rotasi
Dinamika rotasi
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

Torsi

  • 1. Fisika sekolah II Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar. Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak rotasi benda tersebut Mengungkapkan analogi hukum II Newton tentang gerak translasi rotasi Menggunakan konsep momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar Memformulasikan momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar Memformulasikan hukum kekekalan momentum sudut pada gerak rotasi Menganalisis masalah dinamika rotasi benda tegar dalam berbagai keadaan Menganalisis gerak menggelinding tanpa slip Menerapkan konsep titik berat benda dalam kehidupan sehari-hari Page 1 of 26 BAB II DINAMIKA ROTASI DAN BENDA TEGAR 1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Indikator 4. Konsep Esensial Momen Gaya Momen Inersia Benda Tegar Percepatan Sudut Gerak Translasi Gerak Rotasi Momentum Sudut Kesetimbangan Partikel Kesetimbangan Benda Tegar Titik Berat Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
  • 2. Fisika sekolah II Page 2 of 26 Lengan Gaya Momen Kopel Pusat massa 5. Peta Konsep Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
  • 3. Fisika sekolah II Ketika kita akan membuka pintu manakah yang lebih mudah kita lakukan untuk membukanya. Apakah kita membukanya dengan mendorong pintu dengan jarak yang dekat dengan engsel? atau mendorong pintu dari jarak yang jauh dengan engsel? Page 3 of 26 6. Uraian Materi Dinamika Rotasi 6.1 Momen Gaya r r a b Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar gambar 6.1 pemberian gaya pada pintu dengan jarak r supaya pintu mudah dibuka dengan, a) jarak r dekat dengan engsel, b) jarak r jauh dari engsel. Dari peristiwa di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa kita lebih mudah membuka pintu pada saat kita mendorong pintu dari jarak yang jauh dengan engsel (pada gambar b). Kenapa hal itu terjadi? Pintu adalah sebuah benda tegar, dalam fisika jika sebuah benda tegar diberi gaya pada jarak tertentu dari sumbu rotasi sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi maka benda tersebut memiliki momen gaya atau torsi yang kita simbolkan dengan "휏". Besaran yang kita sebut sebagai momen gaya tadi dapat kita tulis dalam bentuk sebuah persamaan untuk mengetahui besarnya. Dalam peristiwa membuka pintu tadi momen gaya dipengaruhi oleh jarak (r) dan gaya yang diberikan (F), maka persamaannya dapat kita tuliskan 휏⃗ = 푟⃗ ×퐹⃗= 퐹 푟 푠푖푛휃 ….. (6.1) dengan: τ = momen gaya (Nm) d = lengan momen (m) r = jarak sumbu rotasi ke titik tangkap gaya (m)
  • 4. Fisika sekolah II besar 휃 merupakan sudut yang terbentuk antara gaya yang diberikan dengan jarak dari sumbu rotasi. Untuk lebih memahami mengenai pemberian gaya dengan besar sudut tertentu perhatikan ilistrasi berikut. Page 4 of 26 gambar 6.2 momen gaya menyebabkan Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar Panjang batang yang dinyatakan dengan r dinamakan lengan momen. Lengan momen adalah jarak tegak lurus garis kerja gaya terhadap poros. Garis gaya adalah garis khayal yang dibuat secara berhimpit dengan arah kerja gaya dapat diperpanjang ke depan atau belakang arah gaya tersebut. Dari ilustrasi diatas semoga Anda menjadi lebih paham mengenai momen gaya ini. Apabila terdapat dua atau lebih gaya yang bekerja pada sebuah benda seperti ilustrasi pada gambar disamping maka perlu diperhatikan arah dari gaya tersebut, Momen gaya diberi tanda positif jika cenderung memutar benda searah jarum jam. Momen gaya diberi tanda negatif jika cenderung memutar benda berlawanan arah jarum jam. gerak rotasi benda F F gambar 6.3 pemberian beberapa gaya pada satu benda
  • 5. Fisika sekolah II Berdasarkan perjanjian diatas dapat ditulis momen gaya total yang bekerja pada benda tersebut maka ditulis dalam persamaan Contoh soal 6.1 Seorang bayi yang sangat superaktif sedang merangkak di dekat pintu, lalu mendorong tepi pintu dengan gaya sebesar 2 N. Jika lebar pintu 1 meter dan arah dorongan si bayi yang nakal itu membentuk sudut 60o terhadap pintu, tentukan torsi yang dikerjakan bayi (amati gambar di bawah). Momen gaya dan percepatan sudut merupakan analogi dari gaya dan percepatan pada gerak linear. Untuk mengembangkan analogi dari hukum II Newton untuk gerak rotasi maka kita perlu mencari analogi dari massa. Massa dalam gerak linear merupakan Page 5 of 26 Σ 휏 = 푟1 + 푟2 + 푟3 + ⋯ + 푟푛 ………………. (6.2) Jawab : Sekarang kita hitung Torsi yang dikerjakan bayi 6.2 Momen Inersia Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
  • 6. Fisika sekolah II kecenderungan benda untuk tidak mengalami perubahan gerak. Dalam gerak rotasi kesulitan benda untuk berotasi selain ditentukan oleh massa juga dipengaruhi oleh pola distribusi massa terhadap sumbu putar yang disebut momen inersia. Jadi analogi massa pada gerak linear adalah momen inersia pada gerak rotasi. Apabila sistem yang berotasi merupakan sebuah partikel yang bermassa m dan berada pada jarak r dari pusat rotasi (poros). F r m gambar 6.4 momen inersia partikel terhadap sumbu rotasi Maka momen inersia didefinisikan sebagai hasil kali massa partikel dengan kuadrat jarak dari pusat rotasi, secara matematis ditulis Jika terdapat sejumlah partikel yang melakukan gerak rotasi, maka momen inersia total merupakan jumlah dari setiap momen inersia partikel Page 6 of 26 6.2.1 Momen Inersia Partikel 퐼 = 푚푟2 ……………… (6.3) 2 = 푚1푟1 퐼 = Σ 푚푖 푟푖 2 + 푚2푟2 2 + ⋯ + 푚푛푟푛 Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 2 푖 …………… (6.4) 6.2.2 Momen Inersia Benda Tegar Apabila benda yang berotasi terdiri dari partikel yang kontinu maka benda dianggap terdiri dari sejumlah elemen massa dm yang tersebar merata diseluruh benda, sehingga momen inersia merupakan jumlah dari momen inersia semua elemen massa tersebut yang di tulis dalam bentuk integral dengan batas-batas integral mencakup seluruh benda
  • 7. Fisika sekolah II 퐼 = ∫ 푟2 푑푚 …………...... (6.5) . Beberapa bentuk umum momen inersia dalam benda tegar dirangkum dalam tabel 6.1 Perhatikan bahwa suatu bentuk tertentu memiliki lebih dari satu momen inersia karena momen inersia bergantung pada sumbu rotasi. Page 7 of 26 Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
  • 8. Fisika sekolah II Jika momen inersia benda terhadap pusat massa Ipm diketahui maka momen inersia benda terhadap sumbu sembarang yang parallel dengan pusat massa dapat diketahui dengan menggunakan teorema parallel yang menyatakan 퐼 = 퐼푝푚 + 푀푑2 …………………….. (6.6) Dengan d adalah jarak dari pusat massa ke sumbu parallel dan M massa benda. Supaya lebih jelas simak contoh soal berikut Contoh soal 6.2 Jika sebuah piringan bermasa M dirotasikan dengan poros melalui pusat massa O dan tegak lurus pada piringan, momen inersia pusat massanya adalah 퐼푝푚 = 1 Page 8 of 26 6.2.3 Teori Sumbu Paralel Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 2 푀푅2 dengan R adalah jari-jari piringan. Tentukan momen inersia piringan jika poros digeser ke sisi piringan di titik S sejajar poros semula. R s Jawab: Karena sumbu putar di geser sejajar dengan poros semula sejauh d = R dari pusat massa, maka dengan teorema sumbu sejajar momen inersia piringan adalah 퐼푠 = 퐼푝푚 + 푀푑2 = 1 2 푀푅2 + 푀푅2 = 3 2 푀푅2 M
  • 9. Fisika sekolah II Page 9 of 26 6.3 Hubungan Momen Gaya dengan Percepatan Sudut F Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar Perhatikan partikel bermassa m yang berotasi pada lingkaran berjari-jari r seperti pada gambar disampingpartikel yang bermassa m berotasi membentuk lingkaran dipengaruhi oleh gaya tangensial yang menibulkan percepatan tangensial sesuai hukum II Newton. 퐹 = 푚푎푡 jika kedua ruas dikalikan r maka 푟퐹 = 푟푚푎푡 karena momen gaya 휏 = 푟 × 퐹 dan percepatan tangensial 푎푡 = 푟훼 maka 푟퐹 = 푟푚푟훼 휏 = 푚푟2 훼 dengan menggunakan 퐼 = 푚푟2 sehingga 휏 = 퐼훼 ………………….. (6.7) dengan: τ = momen gaya (Nm) I = momen inersia (kg.푚2 ) 훼 = kecepatan sudut (rad/푠2) Perhatikan bahwa 휏 = 퐼훼 untuk gerak rotasi merupakan analogi dari 퐹 = 푚푎 untuk gerak linear. 6.4 Energi dan Usaha Gerak Rotasi 6.4.1 Energi Kinetik Rotasi Sebuah benda yang berotasi tetap memiliki energi kinetik meskipun benda tersebut tidak bergrak secara translasi energi kinetik tersebut dinamakan energi kinetik rotasi. Energi kinetik rotasi dapat diturunkan dari persamaan ebergi kinetik translasi sebagai berikut 퐸퐾 = 1 2 푚푣2 r m gambar 6.5 sebuah partikel berotasi dibawah pengaruh gaya tangensial F
  • 10. Fisika sekolah II Page 10 of 26 Mengingat 푣 = 푟휔, maka Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 퐸퐾 = 1 2 푚(푟휔)2 퐸퐾 = 1 2 (푚푟2 )휔2 Karena 푚푟2 adalah momen inersia 퐼 maka bentuk di atas menjadi 퐸퐾 = 1 2 퐼휔2 ………….. (6.8) 6.4.2 Energi kinetik rotasi dan translasi Sebuah benda akan memiliki energi kinetik dan rotasi sekaligus ketika benda bergerak menggelinding. Saat benda menggelinding benda memiliki kecepatan sudut 휔 dan kecepatan linear 푣 karena melakukan rotasi dan translasi sekaligus. Dengan demikian benda memiliki energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi sebagai berikut 퐸퐾 = 퐸퐾푡푟푎푛푠푙푎푠푖 + 퐸퐾푟표푡푎푠푖 퐸퐾 = 1 2 푚푣2 + 1 2 퐼휔2 ………… (6.9) Contoh soal 6.3 Sebuah roda mobil memiliki massa 20 kg melaju dijalan dengan kecepatan 10 m/s. Jika roda mobil dianggap silinder pejal. Berapakah energi kinetik ketika roda tersebut menggelinding? Jawab: 퐸퐾 = 1 2 푚푣2 + 1 2 퐼휔2 dengan 푣 = 푟휔 maka 퐸퐾 = 1 2 푚푣2 + 1 2 퐼 푣 푟2 2
  • 11. Fisika sekolah II 2 ………………(6.11) Page 11 of 26 퐸퐾 = Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 1 2 푚푣2 + 1 2 . 2 5 푚푟2 푣 푟2 2 퐸퐾 = 1 2 푚푣2 + 1 5 푚푣2 퐸퐾 = 7 10 푚푣2 퐸퐾 = 7 10 20(10)2 = 1400 퐽 6.5 Usaha dalam gerak rotasi Sebuah roda berotasi pada sumbu tetap dalam selang waktu Δt, sebuah titik pada roda tersebut menempuh lintasan sejauh 푑휃. Usaha yang dilakukan gaya F diperoleh dari rumus gerak linear sebagai berikut 푊 = 퐹푠 = 퐹푟휃 푊 = 휏휃 ……………….(6.10) Gaya yang bekerja pada satu dimensi melakukan kerja pada benda juga mengubah energi kinetik benda. Demikian juga dalam gerak rotasi, sebuah momen gaya melakukan kerja pada benda dan mengubah energi kinetiknya rotasinya sesuai dengan hubungan 푊 = 휏휃 = 퐸퐾 = 퐸퐾푟표푡2 − 퐸퐾푟표푡1 = 1 2 2 + 1 퐼휔2 2 퐼휔1 Sebagaimana untuk gerak linear, maka dalam gerak rotasi pun terdapat hukuk kekekalan energi mekanik jika resultan gaya yang bekerja pada benda adalah nol.
  • 12. Fisika sekolah II 퐸푃1 + 퐸퐾푡푟푎푛푠1 + 퐸퐾푟표푡1 = 퐸푃2 + 퐸퐾푡푟푎푛푠2 + 퐸퐾푟표푡2 ………………(6.12) atau Pada bahasan sebelumnya kita telah mengenal adanya momentum linear 푝 = 푚푣. Dalam gerak rotasi besaran yang analog dengan momentum linear yakni momentum sudut. Mengingat massa analog dengan momen inersia 퐼 dan kecepatan linear analog dengan kecepatan sudut 휔 maka persamaan untuk momentum sudut 퐿 Page 12 of 26 Δ퐸푃 + Δ퐸퐾푡푟푎푛푠 + Δ퐸퐾푟표푡 = 0 dengan: Δ퐸푃 = perubahan energi potensial Δ퐸퐾푡푟푎푛푠 = perubahan energi kinetik translasi Δ퐸퐾푟표푡 = perubahan energi kinetik rotasi 6.6 Momentum Sudut L arah rotasi Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 퐿 = 퐼휔 Momentum sudut merupakan besaran vector. Arah momentum sudut mengikuti aturan kaidah tangan kanan yakni arah ibu jari menunjukkan arah momentum sudut dan empat jari yang lain arah rotasi benda. Hubungan momentum sudut dengan momen gaya Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari bahwa impuls merupakan perubahan momentum dari benda 퐹 푑푡 = 푑푝 pada gerak linear maka secara analogi untuk gerak rotasi 휏 푑푡 = 푑퐿 휏 = 푑퐿 푑푡 ………………………. (6.13) dengan: 휏 = momen gaya 푑퐿 푑푡 = perubahan momentum sudut terhadap waktu
  • 13. Fisika sekolah II Dari persamaan 5.1 kita peroleh jika tidak ada gaya luar yang bekerja maka Σ 휏 = 0 maka momentum sudut konstan. Ini merupakan prinsip kekekalan momentum sudut. Pertama kali kita terapkan pada benda tegar yang berotasi terhadap sumbu tetap dengan momentum sudut 퐿 = 퐼휔 . Secara matematis kekekalan momentum sudut dapat ditulis gambar 6.6 dua orang penari yang mengaplikasikan kekelan momentum sudut . Page 13 of 26 Kekekalan momentum sudut Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 퐿1 = 퐿 2 퐼1휔1 = 퐼2휔2 Peristiwa yang menerapkan momentum sudut seperti pada penari balet ketika melakukan gerakan memutar. Perhatikan gambar Seorang penari menari dengan tangan terentang. Saat penari menarik tangannya lebih dekat ke tubuh penari itu berputar lebih cepat tanpa ada energi tambahan. Semakin dekat tangannya dengan tubuh semakin cepat putaran penari itu. 6.7 Kesetimbangan Benda Tegar Sebuah benda yang dapat dipandang sebagai partikel berada dalam keadaan seimbang jika jumlah vector gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Akan tetapi, untuk beberapa contoh benda seimbang seperti gedung bertingkat, jembatan gantung, tangga yang disandarkan pada tembok, dan lampu penerangan jalan yang
  • 14. Fisika sekolah II digantung dengan menggunakan kawat, jumlah vector gaya sama dengan nol ternyata tidak cukup. Jika gaya-gaya itu bekerja pada benda pada titik yang berbeda, maka gaya-gaya itu harus menjamin bahwa benda itu tidak akan berotasi, yaitu jumlah momen gaya terhadap sembarang titik harus sama dengan nol. Hal itu didasarkan pada prinsip dinamika rotasi. Pada umumnya sebuah gaya yang bekerja pada benda akan mengakibatkan perubahan gerak, baik gerak translasi maupun gerak rotasi. Bila pada benda itu bekerja beberapa gaya, mungkin saja gaya-gaya itu dapat saling meniadakan sehingga tidak menghasilkan perubahan gerak translasi maupun rotasi. Jika hal ini terjadi, benda dikatakan berada dalam kesetimbangan. Artinya, (1) benda itu diam atau bergerak lurus dengan kecepatan tetap, dan (2) benda itu tidak berotasi atau berotasi dengan kelajuan konstan. Gambar 6.7.1(i) menunjukkan sebuah benda tegar yang tipis bentuknya yang terletak pada permukaan datar tanpa gesekan. Jika pada benda itu bekerja gaya F1, seperti pada Gambar 6.7.1(i)(a), dan benda itu mula-mula diam, maka benda tersebut akan mulai bergerak. Apabila benda tersebut sebelumnya sudah bergerak, maka gaya itu dapat mengubah besar atau arah (bahkan kedua-duanya) gerak tranlasinya, dan menambah atau mengurangi gerak rotasinya. Jadi, akibat gaya itu menyebabkan benda sudah tidak berada dalam keadaan seimbang lagi. F1 F1 F1 A C Page 14 of 26 6.7.1 Kesetimbangan Partikel A Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar A B F2 F2 (a) (b) (c) Gambar 6.7(i) Jika kedua gaya bekerja pada benda tegar, benda ini tetap berada dalam keadaan seimbang asal kedua gaya ini sama besar, berlawanan arah, dan garis kerjanya sama, sperti pada (b)
  • 15. Fisika sekolah II Kesetimbangan benda pada Gambar 6.7.1(i)(a) dapat dipertahankan dengan mengerjakan gaya F2 seperti pada Gambar 6.7.1(i)(b) yang besarnya sama dengan F1 tetapi arahnya berlawanan dan mempunyai garis kerja yang sama dengan F1. Dengan demikian, jumlah gaya F1 dan F2 sama dengan nol. Jika garis kerja kedua gaya ini tidak sama, seperti Gambar 6.7.1(i)(c), maka benda itu berada dalam kesetimbangan translasi tetapi tidak berada dalam kesetimbangan rotasi. Page 15 of 26 F2 F2 F1 Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar F1 F3 R F3 (a) (b) Gambar 6.8 Jika pada benda tegar bekerja tiga gaya yang tidak sejajar tapi sebidang dan benda itu berada dalam kesetimbangan, maka garis kerja ketiga gaya itu harus berpotongan di satu titik. Gambar 6.7.1(ii) menunjukkan tiga gaya F1, F2, dan F3 yang tidak sejajar tetapi sebidang yang bekerja pada sebuah benda. Setiap gaya yang bekerja pada sebuah benda tegar dapat dianggap mempunyai titik tangkap pada sembarang titik sepanjang garis kerjanya. Oleh karena itu, ambillah dua vektor gaya, misalnya F1 dan F2, dan geserlah kedua vektor itu ke titik perpotongan garis kerjanya. Jumlah kedua gaya ini adalah R, sebagaiman ditunjukkan pada Gambar 6.7.1(ii)(b). Sekarang tinggal dua gaya, yaitu R dan F3. Supaya benda berada dalam keadaan seimbang, maka (1) kedua gaya ini harus sama besar, (2) arahnya harus berlawanan, dan (3) garis kerjanya harus ama. Berdasarkan dua syarat yang pertama, maka jumlaah ketiga gaya ini sama dengan nol. Syarat ketiga dapat dipenuhi hanya jika garis kerja gaya F3 melalui titik potong garis-garis kerja F1 dan F3. Dengan kata lain ketiga gaya itu harus konkruen atau berpotongan di satu titik.
  • 16. Fisika sekolah II Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila sebuah benda berada dalam kesetimbangan, maka jumlah dari semua gaya yang bekerja pda benda itu harus sama dengan nol. Secara matematis, untuk benda dalam keadaan seimbangan berlaku Persamaan ini dikenal sebagai syarat pertama kesetimbangan. Sedangkan syarat kedua kesetimbangan, yaitu persyaratan yang berkaitan dengan konsep momen gaya. Dari uraian di ats, kita dapat menyatakan dua hal berikut. Pertama, apabila sebuah benda tegar berada dalam kesetimbangan yang disebabkan oleh dua gaya maka kedua gaya itu harus mempunyai garis kerja yang sama (Gambar 6.7.1(i)(b)). Kedua, Apabila sebuah benda tegar berada dalam kesetimbangan yang disebabkan oleh tiga gaya maka ketiga gaya itu harus berpotongan di satu titik (Gambar 6.7.1(ii)). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika pada benda tegar bekerja sejumlah gaya yang sebidang maka gaya-gaya itu dapat dikurangi sehingga tinggal dua saja, seperti pada Gambar 3. Jika benda itu dalm keadaan seimbang, maka gaya-gaya tersebut harus (a) sama besar dan berlawanan arah dan (b) mempunyai garis kerja yang sama. Syarat (a) sudah dipenuhi oleh syarat pertama kesetimbangan, yaitu Sedangkan syarat (b) dengan mudah dapat dijelasakaan berdasarkan konsep momen gaya. Gambar 3 menunjukkan dua buah gaya F1 dan F2 yang bekerja pada sebuah benda. Jika benda itu berada dalam keadaan seimbang, F1 dan F2 harus sama besar dan harus mempunyai garis kerja yang sama. Jadi, kedua gaya itu mempunyai lengan momen OA = ℓ yang sama terhadap sumbu tegak lurus pada bidang benda dan melalui sembarang titik O. Akibatnya, momen gaya terhadap sumbu tersebut sama besar dan berlawanan tandanya sehingga jumlahnya sama dengan nol. Dengan kata lain, syarat perlu dan syarat cukup Page 16 of 26 ΣF = 0, atau ΣFx = 0 dan ΣFy = 0 6.7.2 Syarat Kedua Kesetimbangan ΣFx = 0 dan ΣFy = 0, Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
  • 17. Fisika sekolah II supaya dua gaya yang sama besar, berlawanan arah, serta mempunyai garis kerja yang sama adalah jumlash momen gayanya terhadap sembarang sumbu harus sama dengan nol. Hal ini dikenal sebagai syarat kedua kesetimbangan yang secara matematis dapat dituliskan sebagai Page 17 of 26 Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar Σ휏 = 0 Jadi, apabila suatu benda berada dalam kesetimbangan karena pengruh gaya-gaya sebidang, mak jumlah momen gayanya terhadap sembarang sumbu sama dengan nol. Perlu diketahui, jika syarat pertama kesetimbangan terpenuhi, yaitu ΣF = 0, maka benda berada dalam kesetimbangan translasi. Jika syarat kedua kesetimbangan terpenuhi, yaitu Σ휏 = 0, maka benda berada dalam kesetimbangan rotasi. Sebuah benda berada dalam kesetimbangan lengkap, baik kesetimbangan translasi maupun kesetimbangan rotasi, jika kedua syarat di atas terpenuhi. Jadi, suatu benda tegar berada dalam kesetimbangan statik bilajumlah gaya yang bekerja pada benda dan jumlah momen gaya terhadap sembarang titik sama dengan nol. 6.7.3 Titik Tangkap Resultan Kedua Gaya Sejajar Arah resultan gaya dari sekumpulan gaya sejajar selalu searah dengan semua gaya itu dan besarnya sama dengan penjumlahan besarnya masing-masing gaya. Garis kerja resultan gaya tersebut dapat ditentukan berdasarkan kenyataan bahwa resultan momen gaya melalui sembarang sumbu putar harus sama dengan penjumlahan masing-masing momen gaya. Gambar 4 menunjukkan dua gaya sejajar, yaitu F1 dan F2. Titik O merupakan titik sembarang dan sumbu-x diambil tegak lurus terhadap arah kedua gaya. Kedua gaya ini tidak mempunyai komponen ke arah sumbu-x, sehingga besarnya resultan gaya adalah R = ΣFy = F1 + F2. Jika x1 dan x2 berturut-turut menunjukkan jarak tegak lurus dari titik O ke garis kerja F1 dan F2. Maka resultan momen gaya terhadap sumbu yang lewat O adalah
  • 18. Fisika sekolah II Page 18 of 26 푛 푛푖 Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar Σ휏o = X1F1 + X2F2. Diandaikan 푋̅ merupakan jarak tegak lurus dari titik O ke garis kerja resultan gaya. Momen gaya dari resultan gaya ini adalah R 푿̅ =( F1 + F2.) 푿̅ Karena hasil ini harus sama dengan resultan momen gaya, maka ( F1 + F2.) 푿̅ = X1F1 + X2F2. atau 푿̅ = 퐱ퟏ 퐅ퟏ + 퐗ퟐ 퐅ퟐ 퐅ퟏ + 퐅ퟐ Secara umum, besarnya resultan gaya dari n buah gaya sejajar adalah 푅 = Σ 퐹푖 = 퐹1 + 퐹2 + 퐹3 + ⋯ + 퐹푛 푖 =1 Jika gaya-gaya itu sejajar dengan sumbu-y, maka garis kerja resultan gaya ini dapat ditentukan berdasarkan persamaan 푿̅ = Σ 퐹푖푋푖 = 1 Σ 퐹푖 푛 푖 =1 = 퐹1 푋1 + 퐹2 푋2 + 퐹3 푋3 + ⋯ + 퐹푛푋푛 푅 6.7.4 Titik Berat Sebuah benda terdiri atas partikel-partikel. Partikel-partikel penyusun benda ini selalu mengalami gaya tarik bumi. Besaran berat benda yang selama ini kita kenal sebenarnya merupakan resultan semua gaya tarik bumi yang dialami oleh partikel-partikel penyusun benda tersebut. Arah gaya tarik bumi setiap partikel selalu menuju pusat bumi. Karena jaraknya ke pusat bumi sangat jauh, sehingga gaya-gaya itu boleh dianggap sejajar satu sama lain. Jadi, berat benda merupakan resultan dari sejumlah besar gaya-gaya yang sejajar. Gambar 6.7.4 menunjukkan sebuah benda berbentuk pelat tipis yang terletak pada bidang xy. Diandaikan benda itu dapat dibagi-bagi menjadi sejumlah partikel yang besarnya W1, W2, W3, dan seterusnya, dengan koordinat partikel-partikel berturut-turut adalah (X1,Y1), (X2,Y2), (X3,Y3), dan seterusnya.
  • 19. Fisika sekolah II Y X2,Y2 , W2 X X1,Y1 풀̅ Y X X1,Y 1 X2,Y2 푿̅ X2 X1 W1 푾 , W2 W1 Y1 , 풀̅ Y2 p.b 푿̅ Gambar 6.9. Berat Benda w merupakan resultan semua gaya-gaya yang sejajar. Garis kerja w selalu melalui titik berat. Page 19 of 26 (a) (b) Berat benda w adalah W = w1 + w2 + w3 +… =Σ 풘ퟏ Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar 풏풊= ퟏ Garis kerja W terletak pada kedudukan X ̅ , yaitu 푿̅ = 풘ퟏ풙ퟏ+풘ퟐ풙ퟐ+풘ퟑ풙ퟑ+⋯ 풘ퟏ+풘ퟐ+풘ퟑ+⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 풘풊풙풊 풏풊 Σ =ퟏ 풘풊 ………….(1) Sekarang diandaikan berat benda diputar 900 berlawanan arah dengan putaran jarum jam, seperti pada gambar 5 (b). Berat benda w tidak berubah, tetapi garis kerja w sekarang berada pada jarak 풚̅ yaitu 풚̅ = 풘ퟏ풚ퟏ+풘ퟐ풚ퟐ+풘ퟑ풚ퟑ+⋯ 풘ퟏ+풘ퟐ+풘ퟑ+⋯ = 풏풊 Σ 풘풊풚풊 =ퟏ Σ 풘풊 풏풊 =ퟏ ……… (2) Titik perpotongan garis kerja w pada kedua Gambar 5 mempunyai koordinat (푋̅, 푦̅) yang dinamakan titik berat benda itu. Dengan meninjau sembarang letak pada benda dapat ditunjukkan bahwa garis kerja berat benda w selalu melalui titik berat ini. Jika letak titik berat sejumlah benda sudah tertentu, koordinat titik berat benda-benda tersebut dapat dihitung dengan persamaan (1) dan (2). Jika suatu benda mempunyai simetri tertentu, perhitungan titik benda menjadi sederhana karena titik berat benda itu terletak pada pusat simetrinya. Jadi, titik
  • 20. Fisika sekolah II berat bola homogen, kubus, atau papan berbentuk bujur sangkar berada ditengah-tengahnya. Titik berat silinder atau kerucut terletak di sumbu simetrinya. Bagaimanakah menentukan titik berat sejumlah partikel yang diketahui massanya? Anda telah mengetahui bahwa hubungan antara massa dan berat adalah w = mg, dengan g menyatakan percepatan gravitasi yang dianggap tetap. Dengan demikian, w1 = m1g, w2 = m2g, w3 = m3g, dan seterusnya. Subtitusi harga-harga ini ke persamaan (1) dan (2) berturut-turut akan diperoleh Page 20 of 26 푿̅ = 풎ퟏ 품풙ퟏ + 풎ퟐ 품풙ퟐ + 풎ퟑ 품풙ퟑ + ⋯ 풎ퟏ 품 + 풎ퟐ 품 + 풎ퟑ 품 + ⋯ Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar = 풏풊=ퟏ Σ 풎풊품풙풊 Σ 풎풊 풏 품 풊=ퟏ dan 풚̅ = 풎ퟏ 품풚ퟏ + 풎ퟐ 품풚ퟐ + 풎ퟑ 품풚ퟑ + ⋯ 풎ퟏ 품 + 풎ퟐ 품 + 풎ퟑ 품 + ⋯ = 풏풊 Σ 풎풊품풚풊 =ퟏ Σ풏 풎풊품 풊=ퟏ Akan tetapi, karena percepatan gravitasi g dianggap tetap, maka g pada kedua persamaan ini dapat dihilangkan. Dengan demikian, 푿̅ = 풎ퟏ 품풙ퟏ + 풎ퟐ 품풙ퟐ + 풎ퟑ 품풙ퟑ + ⋯ 풎ퟏ 품 + 풎ퟐ 품 + 풎ퟑ 품 + ⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 풎풊품풙풊 Σ풏 풎풊품 풊=ퟏ dan 풚̅ = 풎ퟏ 품풚ퟏ + 풎ퟐ 품풚ퟐ + 풎ퟑ 품풚ퟑ + ⋯ 풎ퟏ 품 + 풎ퟐ 품 + 풎ퟑ 품 + ⋯ = 풏풊 Σ 풎풊품풚풊 =ퟏ Σ풏 풎풊품 풊=ퟏ 푿̅ = 풎ퟏ풙ퟏ +풎ퟐ 풙ퟐ+풎ퟑ풙ퟑ +⋯ 풎ퟏ+풎ퟐ+풎ퟑ +⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 풎풊풙풊 풏풊=ퟏ Σ 풎풊 …. (3) dan 풚̅ = 풎ퟏ 풚ퟏ+풎ퟐ 풚ퟐ+풎ퟑ풚ퟑ+⋯ 풎ퟏ+풎ퟐ +풎ퟑ +⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 풎풊풚풊 풏풊 Σ =ퟏ 풎풊 ….(4) 6.7.5 Menentukan Titik Berat Bangun Teratur Homogen 1. Bangun Tiga Dimensi Hubungan antara massa benda m dan volume benda v dinyatakan dengan persamaan ρ = 푚 푣 atau m = ρv, dengan ρ menunjukkan massa jenis benda. Oleh karena itu, massa setiap partikel pada persamaan (3) dapat dituliskan sebagai m1 = ρ1v1, m2 = ρ2v2, m3 = ρ3v3 dan seterusnya. Dengan demikian, persamaan (3) menjadi
  • 21. Fisika sekolah II Page 21 of 26 푿̅ = 흆ퟏ 풗ퟏ 풙ퟏ + 흆ퟐ 풗ퟐ 풙ퟐ + 흆ퟑ 풗ퟑ 풙ퟑ + ⋯ 흆ퟏ 풗ퟏ + 흆ퟐ 풗ퟐ + 흆ퟑ 풗ퟑ + ⋯ Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar = 풏풊 Σ 흆풊풗풊풙풊 =ퟏ Σ 흆풊풗풊 풏 풊=ퟏ dan 풚̅ = 흆ퟏ 풗ퟏ풚ퟏ + 흆ퟐ 풗ퟐ 풚ퟐ + 흆ퟑ 풗ퟑ풚ퟑ + ⋯ 흆ퟏ 풗ퟏ + 흆ퟐ 풗ퟐ + 흆ퟑ 풗ퟑ + ⋯ = 풏풊= ퟏ Σ 흆풊풗풊풚풊 풏 풊=ퟏ Σ 흆풊풗풊 Untuk benda homogen, massa jenisnya sama besar . dengan demikian, ρ1 = ρ2 = ρ3 = … = ρi = ρ. Oleh karena itu, 푿̅ = 풗ퟏ풙ퟏ+ 풗ퟐ풙ퟐ +풗ퟑ풙ퟑ +⋯ 풗ퟏ+풗ퟐ+풗ퟑ+⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 풗풊풙풊 풏풊=ퟏ Σ 풗풊 …..(5) dan 풚̅ = 풗ퟏ풚ퟏ+풗ퟐ풚ퟐ+풗ퟑ풚ퟑ+⋯ 풗ퟏ+풗ퟐ+풗ퟑ+⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 풗풊풚풊 풏풊 Σ =ퟏ 풗풊 …..(6) Persamaan (5) dan (6) ini digunakan untuk menentukan titik berat sistem yang terdiri dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga. Titik berat benda homogen berdimensi tiga yang teratur bentuknya seperti prisma pejal dan kerucut pejal terletak pada sumbu simetrinya. Tabel Titik Berat Benda Homogen Berdimensi Tiga yang Teratur Bentuknya
  • 22. Fisika sekolah II Untuk menjelaskan titik berat bangun dua dimensi (berbentuk bidang), diperkenalkan besaran σ (dibaca “sigma”) yang menyatakan massa per satuan luas. Jadi, Page 22 of 26 2. Bangun Dua Dimensi Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar σ = 풎 푨 atau m = σA Oleh karena itu, massa setiap partikel pada persamaan (3) dan (4) dapat dituliskan sebagai m1 = σ1A1, m2 = σ2A2, m3 = σ3A3, dan seterusnya. Dengan demikian persamaannya menjadi 푿̅ = 훔ퟏ 푨ퟏ 풙ퟏ + 훔ퟐ 푨ퟐ 풙ퟐ + 훔ퟑ 푨ퟑ 풙ퟑ + ⋯ 훔ퟏ 푨ퟏ + 훔ퟐ 푨ퟐ + 훔ퟑ 푨ퟑ + ⋯ = 풏풊 Σ 훔풊푨풊풙풊 =ퟏ Σ 훔풊푨풊 풏 풊=ퟏ dan 풚̅ = 훔ퟏ 푨ퟏ풚ퟏ + 훔ퟐ 푨ퟐ 풚ퟐ + 훔ퟑ 푨ퟑ풚ퟑ + ⋯ 훔ퟏ 푨ퟏ + 훔ퟐ 푨ퟐ + 훔ퟑ 푨ퟑ + ⋯ = 풏풊= ퟏ Σ 훔풊푨풊풚풊 풏 풊=ퟏ Σ 훔풊푨풊 Untuk benda homogen, massa jenisnya sama besar. Dengan demikian, 훔ퟏ= 훔ퟐ=훔ퟑ=…= 훔ퟒ= σ. Oleh karena itu, 푿̅ = 푨ퟏ풙ퟏ +푨ퟐ 풙ퟐ+푨ퟑ풙ퟑ +⋯ 푨ퟏ+푨ퟐ+푨ퟑ +⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 푨풊풙풊 풏풊=ퟏ Σ 푨풊 ….(7) dan 풚̅ = 푨ퟏ 풚ퟏ+푨ퟐ 풚ퟐ+푨ퟑ풚ퟑ+⋯ 푨ퟏ+푨ퟐ +푨ퟑ +⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 푨풊풚풊 풏풊 Σ =ퟏ 푨풊 ….(8) Persamaan (7) dan (8) ini digunakan untuk menentukan titik berat system yang terdiri dari gabungan beberapa benda homogen berdimensi dua. Titik berat benda homogen berdimensi dua yang teratur bentuknya seperti bujur sangkar dan persegi panjang terletak pada sumbu simetrinya. 3. Bangun Satu Dimensi Untuk menjelaskan titik berat bangun satu dimensi (berbentuk garis atau kurva), diperkenalkan besaran 휆 (dibaca “lamda”) yang menyatakan massa per satuan panjang. Jadi, 휆 = 풎 풍 atau m = 휆l Oleh karena itu, massa setiap partikel pada persamaan (3) dan (4) dapat dituliskan sebagai m1= 휆1l1, m2= 휆2l2, m3= 휆3l3, dan seterusnya. Dengan demikian, persamaannya menjadi
  • 23. Fisika sekolah II Page 23 of 26 푿̅ = 훌ퟏ 풍ퟏ 풙ퟏ + 훌ퟐ 풍ퟐ 풙ퟐ + 훌ퟑ 풍ퟑ 풙ퟑ + ⋯ 훌ퟏ 풍ퟏ + 훌ퟐ 풍ퟐ + 훌ퟑ 풍ퟑ + ⋯ Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar = 풏풊=ퟏ Σ 훌풊 풍풊풙풊 풏 풊=ퟏ Σ 훌풊 풍풊 dan 풚̅ = 훌ퟏ 풍ퟏ 풚ퟏ + 훌ퟐ 풍ퟐ 풚ퟐ + 훌ퟑ 풍ퟑ 풚ퟑ + ⋯ 훌ퟏ 풍ퟏ + 훌ퟐ 풍ퟐ + 훌ퟑ 풍ퟑ + ⋯ = 풏풊 Σ 훌풊 풍풊풚풊 =ퟏ Σ 훌풊 풍풊 풏 풊=ퟏ Untuk benda homogen, massa jenisnya sama besar. Dengan demikian, 휆1= 휆2= 휆3 = … = 휆4 = 휆. Oleh karena itu, 푿̅ = 풍ퟏ 풙ퟏ + 풍ퟐ 풙ퟐ + 풍ퟑ 풙ퟑ + ⋯ 풍ퟏ + 풍ퟐ + 풍ퟑ + ⋯ = 풏풊=ퟏ Σ 풍풊풙풊 풏 풊=ퟏ Σ 풍풊 dan 풚̅ = 풍ퟏ 풚ퟏ + 풍ퟐ 풚ퟐ + 풍ퟑ 풚ퟑ + ⋯ 풍ퟏ + 풍ퟐ + 풍ퟑ + ⋯ = 풏풊 Σ 풍풊풚풊 =ퟏ Σ 풍풊 풏 풊=ퟏ 6.7.6. Kopel Sering dijumpai bahwa sejumlah gaya yang bekerja pada benda dapat disederhanakan menjadi dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah, dan garis-garis kerja kedua gaya itu sejajar tetapi tidak berimpit. Pasangan kedua gaya ini disebut kopel. Salah satu contoh kopel adalah gaya-gaya pada ujung jarum kompas akibat medan magnet bumi. Pada kutub utara dan kutub selatan jarum kompas itu bekerja gaya yang sama besarnya, yang satu arahnya ke utara dan yang lain arahnya ke selatan. Garis kerja kedua gaya ini tidak berimpit, kecuali kalau jarum kompas itu menunjuk arah utara-selatan. Gambar di samping melukiskan sebuah kopel yang terdiri dari dua gaya, masing-masing besarnya F, yang terpisah dengan jarak l. Tentu saja, resultan kedua gaya itu sama dengan nol. Artinya sebuah kopel tidak mempengaruhi gerak translasi benda tetapi kopel hanya menimbulkan rotasi. X y F F l X1 X2 O
  • 24. Fisika sekolah II Resultan momen gaya dari kopel pada gambar di samping terhadap titk O Karena jarak X1 dan X2 tidak muncul dalam perhitungan, kesimpulannya adalah besarnya momen kopel sama dengan hasil kali antara besarnya salah satu gaya dan jarak tegak lurus terhadap gariis kerja kedua gaya itu. Kesetimbangan benda dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : stabil, takstabil, dan netral. Kesetimbangan stabil terjadi apabila momen gaya atau gaya yang muncul karena perpindahan sedikit dari benda tersebut memaksa benda itu kembali ke posisi kesetimbangannya. Kesetimbangan Labil atau tak stabil adalah kesetimbangan yang dialami benda di mana sesaat setelah ganguan kecil dihilangkan, benda tidak akan kembali ke kedudukannya semula, bahkan gangguan tersebut makin meningkat. Kesetimbangan netral terjadi apabila tidak ada momen gaya yang memaksanya kembali atau menjauhi posisinya semula. Pada permainan yudo, para yudoka selalu memegang prinsip bahwa selama orang masih berdiri sehingga vektor gaya beratnya masih terletak di antara dua kaki, kedudukan orang tersebut stabil. Jadi, untuk membanting lawan terlebih dahulu ahrus diusahakan agar kedudukan lawan labil. Hal ini dapat terjadi jika vektor gaya beratnya berada di sekitar kaki. Itulah Page 24 of 26 adalah Σ휏 o = X1F1 - X2F2 = X1F1 – (X1 + l)F = -lF 6.7.7 Macam-Macam Kesetimbangan Aplikasi Konsep Kesetimbangan dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Permainan Yudo sebabnya, meskipun bertubuh kecil sebagai yudoka mampu membanting lawan yang tubuhnya lebih besar. Sebab ia tahu kelemahan kesetimbangan lawan, sehingga mampu merobohkan lawan sesuai dengan konsep kesetimbangan. Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
  • 25. Fisika sekolah II Ketika mengendarai sepeda pada permukaan datar dan bergerak dalam lintasan melingkar, pengendara secara otomatis memiringkan badannya kea rah pusat lingkaran. Mengapa demikian? Dengan memiringkan badan ternyata dapat meningkatkan kestabilan. Ketika bersepeda menyusuri lintasan yang berbentuk lingkaran, diperlukan gaya sentripetal. Gaya ini berasal dari gaya gesekan statis antara ban dan jalan. Gaya reaksi dari jalan pada ban merupakan jumlah dari gaya sentripetal dan gaya normal. Ketika bersepeda dalam posisi tegak, sementara jalan melingkar, gaya reaksi ini tidak melalui titik berat. Akan tetapi, jika pengendara memiringkan badannya ke arah pusat lingkaran, garis kerja gaya reaksi ini melalui titik berat sehingga dapat menimbulkan stabilitas rotasi. Page 25 of 26 2. Keseimbangan Bersepeda Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar
  • 26. Fisika sekolah II Page 26 of 26 Daftar Pustaka Foster,Bob.2004.Terpadu Fisika SMA untuk kelas XI.Jakarta:Erlangga. ichwanromo.files.wordpress.com/2010/0... Purwanto,Bambang.2005.Asas-Asas Fisika 2B.Yogyakarta:Yudistira. Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar