Makalah ini membahas gangguan sistem reproduksi pada pria, termasuk hipogonadisme, kriptorkidisme, uretritis, prostatitis, epididimitis, orkitis, sifilis, gonore, herpes genitalis, cangkroid, dan limfogranuloma venereum. Penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti bakteri dan virus, dan menimbulkan berbagai gejala seperti rasa sakit dan luka pada alat kelamin.
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Makalah kebidanan dasar 1
1. MAKALAH KEBIDANAN DASAR 1
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA PRIA
Dosen Pengampu Linda Yanti, S.T., M. Keb
NAMA ANGGOTA :
1. EUIS NOVIYANI
2. EVI NURLUT FIANI
3. MUJI SOLIH ASTUTI
4. RIFAATUL MAHMUDAH
5. SITI APSOH
6. INDALIA NUPI HERAWAN
KELAS : 1B
PRODI D3 KEBIDANAN
STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TA. 2014
i
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah Gangguan Reproduksi Pada Pria ini tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi mengenai Gangguan Reproduksi Pada
Pria, dimana di dalamnya ada contoh-contoh yang memudahkan pembaca
memahaminya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang Gangguan Reproduksi Pada Pria. Dalam hal ini pun penyusun
masih dalam tahapan belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir.
ii
Purwokerto, 8 November 2014
Penyusun
3. DARTAR ISI
HALAMAN AWAL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHUUAN .................................................................................. 1
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Gangguan Sistem Reproduksi pada Pria .............................................. 3
B. Penyakit Kriptokidisme ........................................................................ 10
C. Pencegahan penyakit kriptokidisme pada reproduksi pada pria ......... 11
D. Penanganan Penyakit Kriptokidisme.................................................... 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
A. Kesimpulan ........................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
iii
4. BAB 1
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak, atau
melakukan reproduksi. Reproduksi melibatkan suatu sistem dalam tubuh,
yaitu sistem reproduksi. Sistem reproduksi melibatkan organ reproduksi.
Tujuan utama makhluk hidup melakukan reproduksi adalah untuk
melestarikan jenisnya agar tidak punah. Apa yang akan terjadi dengan
manusia misalnya, jika tidak bisa melakukan reproduksi? Tentu lama
kelamaan manusia akan punah.Kemampuan reproduksi tergantung pada
hubungan antara hypothalamus, hipofisis bagian anterior, organ reproduksi,
dan sel target hormon. Proses biologis dasar termasuk perilaku seksual
dipengaruhi oleh faktor emosi dan sosiokultural masyarakat. Di sini, yang
akan difokuskan adalah fungsi dasar seksual sistem reproduksi di bawah
kontrol syaraf dan hormon.
Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi.
Organ reproduksi primer atau gonad terdiri dari sepasang testes pada pria dan
sepasang ovarium pada wanita. Gonad yang matang berfungsi menghasilkan
gamet (gametogenesis) dan menghasilkan hormon seks, khususnya testosteron
pada pria dan estrogen & progesteron pada wanita. Setelah gamet diproduksi
oleh gonad, ia akan melalui saluran reproduksi (sistem duktus).
Berbagai penyakit sistem reproduksi ini tentunya harus kita cegah agar
manusia tetap dapat memperoleh keturunan. Satu hal yang penting bagi
generasi muda adalah menjaga kesehatan reproduksi agar tidak terkena
penyakit pada sistem reproduksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja gangguan- gangguan yang terjadi pada reproduksi pria
2. Bagaimana penyakit kriptokidisme pada reproduksi pada pria ?
5. 2
C. Tujuan
1. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas tentang gangguan – gangguan
reproduksi pria .
2. Mengetahui gangguan – gangguan reproduksi pada pria .
6. BAB II
A. Kelainan Pada Sistem Reproduksi Pria
Gangguan pada sistem reproduksi pria dapat berupa hipogonadisme,
kriptorkidisme, prostatitis, epididimitis, dan orkitis.
1. Hipogonadisme
Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang
disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan
estrogen. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak
adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganannya dapat dilakukan dengan
terapi hormon.
3
2. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis
untuk turun dari rongga abdomen ke dalam scrotum pada waktu bayi.
Penangannya dapat dilakukan dengan pemberian hormon human chorionic
gonadotropin untuk merangsang testoteron.
3. Uretritis
Uretritis, peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan
sering buang air kecil. Penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis,
Ureplasma urealyticum, atau virus herpes.
4. Prostatitis
Prostatitis, merupakan peradangan prostat. Penyebabnya adalah
bakteri Escherichia coli ataupun bukan bakteri.
5. Epididimitis
Epididimitis, merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran
reproduksi pria. Penyebabnya adalah E. coli dan Chlamydia.
7. 4
6. Orkitis
Orkitis, merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh
virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan
infertilitas.
7. Sifilis
Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri.
Tanda-tanda sifilis, antara lain terjadinya luka pada alat kelamin, rektum,
lidah, dan bibir; pembengkakan getah bening pada bagian paha; bercak-bercak
di seluruh tubuh; tulang dan sendi terasa nyeri ruam pada tubuh,
khususnya tangan dan telapak kaki.Tanda-tanda penyakit ini dapat hilang,
namun bakteri penyebab penyakit tetap masih di dalam tubuh, setelah
beberapa tahun dapat menyerang otak sehingga bisa mengakibatkan
kebutaan dan gila. Penyakit ini dapat disembuhkan jika dilakukan
pengobatan dengan penggunaan antibiotik secara cepat.
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia
melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit.
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening
terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan
menyebabkan cacat bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis
tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi kembali.
Gambar 1. Terkena penyakit sifilis
8. 5
8. Gonore (kencing nanah)
Gonore (kencing nanah) disebabkan oleh bakteri. Gejala dari
gonore, antara lain keluarnya cairan seperti nanah dari saluran kelamin;
rasa panas dan sering kencing. Bakteri penyebab penyakit ini dapat
menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada
persendian dan dapat mengakibatkan kemandulan. Penyakit ini dapat
disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan penggunaan antibiotik
secara cepat.
Gambar 2. Terkena penyakit gonore
9. Herpes Genetalis
Herpes genetalis disebabkan oleh virus. Virus penyebab penyakit
herpes genetalis adalah Herpes simpleks. Gejala penyakit herpes genetalis,
antara lain timbulnya rasa gatal atau sakit pada daerah kelamin dan adanya
luka yang terbuka atau lepuhan berair.
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah
kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.Ada 2 jenis virus herpes
simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua
jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di
9. sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan
ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata).
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa
penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang
ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah
terinfeksi.Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu
akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan
lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami
kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.Luka akan
membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal
ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala
berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis,
termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes
bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama
beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan
asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama
atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan
kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul.
HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan
menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa
menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah
satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya,
sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
6
10. Gambar 3. Terkena penyakit Herpes Genetalis
7
10. Cangkroid
Cangkroid merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Hemophilus ducreyi, dimana terjadi luka terbuka (ulkus, borok) pada
alat kelamin yang sifatnya menetap dan terasa nyeri.
Penyebab bakteri Hemophilus ducreyi. Pria yang tidak disunat
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk terjangkit penyakit ini dan
cangkroid sendiri merupakan faktor resiko untuk terjadinya infeksi oleh
HIV.
Gejala mulai timbul dalam waktu 3-7 hari setelah terinfeksi.
Lepuhan kecil yang terasa nyeri timbul di alat kelamin dan di sekitar anus.
Lepuhan ini dengan segera akan pecah dan membentuk luka terbuka yang
dangkal. Luka tersebut bisa membesar dan bergabung satu sama lain.
Kelenjar getah bening di selangkangan bisa membesar dan
menyatu membentuk suatu abses (penimbunan nanah). Kulit diatas abses
tampak merah dan mengkilat dan abses ini bisa pecah sehingga nanahnya
mengalir ke atas kulit.
Gambar 4. Terkena penyakit Cangkroid
11. a. Limfogranuloma Venereum
Limfogranuloma venereum adalah suatu penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Penyakit ini
terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis.
Penyebab bakteri Chlamydia trachomatis, yang merupakan
bakteri yang hanya tumbuh di dalam sel. Chlamydia trachomatis
penyebab limfogranuloma venereum berbeda dengan Chlamydia
trachomatis lainnya yang menyebabkan uretritis dan servisitis.
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah
terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan
yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka
terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan
oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening pada salah satu atau kedua selangkangan. Kulit diatasnya
tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan terbentuk
lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening
tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu
akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau
kambuh kembali.
Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala,
nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan
infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah.
Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka
pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi
pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan
pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan
penyempitan rektum.
8
12. Gambar 5. Terkena penyakit Limfogranuloma Venereum
9
b. Granuloma inguinale
Granuloma inguinale adalah suatu penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh Calymatobacterium granulomatis, yang
menyebabkan peradangan menahun pada alat kelamin.Sering terjadi di
daerah tropis dan subtropis.
Penyebabnya oleh bakteri Calymatobacterium granulomatis.
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-12 minggu setelah terinfeksi.
Gejala awalnya berupa bintil-bintil merah yang tidak nyeri, yang
secara perlahan tumbuh menjadi benjolan bulat dan menonjol. Bagian
tubuh yang terkena pada pria adalah penis, buah zakar, selangkangan
dan paha, sedangkan pada wanita meliputi vulva, vagina dan kulit di
sekitarnya.
Pada pria daerah lainnya yang juga terkena adalah dubur,
bokong dan wajah. Pada akhirnya benjolan tersebut akan menutupi alat
kelamin. Penyembuhannya berlangsung lambat dan bisa terbentuk
jaringan parut. Biasanya benjoolan tersebut akan terinfeksi oleh
organisme lainnya. Jika tidak diobati, bisa menyebar ke seluruh tubuh,
yaitu ke tulang, persendian atau hati dan menyebabkan penurunan
berat badan, demam serta anemia.
13. Gambar 6. Terkena penyakit Granuloma inguinale
B. PENYAKIT KRIPTORKIDISME
Kriptorkidisme berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti
tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin berarti testis.
Undescended testis (UDT) adalah nama lain yang diberikan pada penyakit
ini seperti yang dilansir oleh laman mayoclinic.com. Kriptorkidisme
adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga
abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani
10
14. dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk
merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
Berbeda dengan penyakit pada organ reproduksi pria yang lain,
yang umumnya menyerang pria yang sudah dewasa, kriptorkidisme sendiri
bisa dikatakan penyakit bawaan dari lahir. Artinya adalah bahwa penyakit
ini segera muncul atau timbul setelah pada saat bayi dilahirkan. Penyakit
ini sangat menakutkan bagi pria.
C. PENYEBAB PENYAKIT KRIPTOKIDISME
Hal ini terjadi karena gagalnya satu atau dua testis untuk turun ke
dalam skrotum. Skrotum sendiri adalah pembungkus dari dua testis yang
dimiliki oleh seorang pria. Fungsinya adalah melindungi suhu sperma agar
tetap stabil.
Karena jika sperma kita kepanasan, maka sel-sel sperma akan mati dan
begitu pula jika suhunya terlalu dingin. Oleh karena itu, skrotum berperan
penting dalam mempertahankan suhu tetap stabil.
Kriptorkidisme sendiri berkaitan dengan peningkatan resiko ganggung
reproduksi congenital lain yang mungkin secara terpisah mempengaruhi
kesuburan. Anda tentu tidak ingin mandul kan? Tentunya juga pasti ingin
memiliki seorang buah hati sebagai penerus Anda. Jadi, penyakit kiptokidisme
juga berbahaya bagi wanita tidak hanya bagi pria saja .
D. PENANGANAN PENYAKIT KRIPTOKIDISME
Penanganan penyakit kriptokidisme dengan pemberian hormon
humanchorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun
juga, dilakukan pembedahan.
11
15. BAB III
PENUTUP
12
A. Kesimpulan
Sistem reproduksi pria terdiri dari organ reproduksi luar dan
reproduksi dalam. Organ reproduksi luar terdiri dari penis (zakar) dan
skrotum. Organ reproduksi dalam terdiri dari testis, vas eferentia, epididimis,
vas diferentia, ductus ejaculatorius, dan saluran uretra. Kelenjar pada
reproduksi pria antara lain vesicula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar
cowperi, dan kelenjar litteri. Hormon pada reproduksi pria yakni testeron, LH,
FSH, estrogen, hormon pertumbuhan, DHEA, dan 17-estradiol. Gangguan
penyakit yang dapat menyerang sistem reproduksi pria antara lain
Hipogonadisme, Kriptorkidisme, Uretritis, Prostatitis, Epididimitis,
Anorkidisme, Hyperthropic prostat, Hernia inguinalis, Kanker testis,
Impotensi, Infertilitas (kemandulan), Orkitis, Sifilis (Raja Singa), Gonorhoe
(kencing nanah) , Kanker Prostat , Herpes, HIV/AIDS
B. Saran
Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh
semua orang. Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut
akan dapat menjaga alat reproduksinya untuk tidak digunakan secara bebas
tanpa mengatahui dampaknya, Pengetahuan yang diberikan harus mudah
dipahami, tepat sasaran, dan tidak menyesatkan. Dengan demikian orang
tersebut akan dapat menghadapi rangsangan dari luar dengan cara yang sehat,
matang dan bertanggung jawab.
16. DAFTAR PUSTAKA
Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry
www.organreproduksipria.com http://www.organ+reproduksi.com
http://organreproduksipadapria.com
Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta
Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga,
13
Jakarta.
Tim IPA SMP/MTs. 2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa
Mega, Jakarta.
Tim Biologi SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy Puspa
Mega. Jakarta.