SlideShare a Scribd company logo
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara di dunia yang memiliki potensi mengagumkan dalam
penyediaan bahan baku tumbuhan obat, dimana sumberdaya tersebut tersimpan di dalam hutan
dan seluruhnya belum termanfaatkan dengan baik. Kekayaan alam tumbuhan Indonesia terdiri atas
30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, dimana 940 jenis diantaranya
merupakan tumbuhan berkhasiat obat. Jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di
kawasan Asia. Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat di Indonesia,
baru 20-22% yang dibudidayakan, sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan
langsung dari hutan.
Salah satu tanaman obat potensial yang tumbuh subur di Indonesia yang belum
dimanfaatkan secara optimal serta memiliki beragam fungsi dan manfaat adalah kapulaga.
Tanaman Kapulaga yang dalam bahasa ilmiahnya disebut dengan Elletria Cardamomum
merupakan salah satu diantara tanaman rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
berprospek cerah mengingat kapulaga sebagai bahan obat alami yang diyakini tidak mempunyai
efek samping dibanding dengan menggunakan obat kimiawi. Tanaman obat kapulaga ini biasa
ditanam dengan menggunakan sistem agroforestri, dimana kebanyakan masyarakat menerapkan
teknik atau pola agroforestri yang sesuai dengan daerahnya. Salah satu pola agroforestri yang
diterapkan oleh masyarakat yaitu berupa pola tanam full trees, yaitu menanam tanaman jenis
sengon dan kapulaga, dimana tanaman bawahnya berupa kapulaga.
B. Tujuan
1. Mengetahui kearifan lokal komoditas kapulaga.
2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
budidaya tanaman kapulaga.
II. TINJUAN PUSTAKA
Agroforestri Kapulaga
Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan secara intensif dengan
mengkombinasikan tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang bertujuan memaksimalkan
hasil dari kegiatan pengelolaan hutan tersebut dengan tidak mengesampingkan aspek konservasi
lahan serta budidaya praktis masyarakat lokal. (Anggraeni, I dan Wibowo, A, 2007). Agroforestri
memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap jasa lingkungan (environmental services)
antara lain mempertahankan fungsi hutan dalam mendukung kesehatan DAS (daerah aliran
sungai), mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan mempertahankan
keanekaragaman hayati (Widianto dalam Kusumedi, 2010).
Pola Agroforestri Full Trees (Wanafarma) yang dilaksanakan di Desa Burno Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang menggunakan tanaman sengon dan kapulaga. Full Trees adalah
suatu penanaman tanaman kehutanan yang ditanam dalam suatu lokasi tanam dengan jarak tanam
tertentu misal 3 x 3 m atau 3 x 2 m. Areal kosong di antara tanaman kehutanan dimanfaatkan
dengan ditanami dengan tanaman semusim/pertanian (tumpangsari) setelah tajuk tanaman
kehutanan menutupi tanah kira-kira umur 2 tahun. Tanaman yang ditanam biasanya berupa
tanaman bawah tegakan misalnya jahe, kapulaga (wanafarma) atau tanaman pangan yang tahan
naungan (talas/mbothe, porang), dan lain-lain. Tanaman bawah jenis kapulaga (wanafarma)
memberikan tambahan hasil bagi petani sebesar kurang lebih Rp 10.550.000/ha/tahun (Guntara,
2013).
Anatomi dan Morfologi
Kapulaga (Amomum cardamomum)merupakan tanaman tahunan berupa perdu setinggi 1,5
m, berbatang semu, buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau. Mempunyai
daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan tepi rata. Pangkal daunnya
berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar 10-12 cm, pertulangan menyirip dan
berwarna hijau (Maryani, 2003). Batang kapulaga disebut batang semu, karena terbungkus oleh
pelepah daun yang berwarna hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 m.
Batang tumbuh dari rhizome yang berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai
20-30 batang semu, batang tua akan mati dan diganti oleh batang muda yang tumbuh dari rizoma
lain (Sumardi, 1998). Kapulaga berbunga majemuk, berbentuk bonggol yang terletak di pangkal
batang dengan panjang kelopak bunga 12,5 cm di kepala sari terbentuk elips dengan panjang 2
mm, tangkai putik tidak berbulu, dan berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung dengan
panjang 12,5 mm, berwarna putih atau putih kekuningan. Mahkota berbuah kotak dengan biji kecil
berwarna hitam (Maryani, 2003). Buahnya berupa buah kotak, terdapat dalam tandan kecil-kecil
dan pendek. Buah bulat memanjang, berlekuk, bersegi tiga, agak pipih, kadang-kadang berbulu,
berwarna putih kekuningan atau kuning kelabu. Buah beruang 3, setiap ruang dipisahkan oleh
selaput tipis setebal kertas. Tiap ruang berisi 5-7 biji kecil- 11 kecil, berwarna coklat atau hitam,
beraroma harum yang khas. Dalam ruang biji, biji ini tersusun memanjang 2 baris, melekat satu
sama lain (Sinaga, 2008). Buah tersusun rapat pada tandan, terdapat 5-8 buah pada setiap
tandannya. Bentuk buah bulat dan beruang tiga, setiap buah mengandung 14-16 biji dan kulit buah
berbulu halus. Panjang buah mencapai 10-16 mm (Sumardi, 1998).
Tanaman kapulaga berasal dari pegunungan Malabar, pantai barat India. Tanaman ini laku
di pasar dunia, sehingga banyak ditanam di Srilanka, Thailand dan Guatemala, sedangkan di
Indonesia, kapulaga mulai dibudidayakan sejak tahun 1986. Kapulaga di daerah Sumatra dikenal
dengan nama roude cardemon (Aceh), kalpulaga (Melayu), pelage puwar (Minangkabau), di Jawa
dikenal dengan nama kapol, palago (Sunda), kapulaga (Jawa), Kapulaga (Madura), dan kapolagha
(Bali). Di Sulawesi dikenal dengan nama kapulaga (Makassar) dan gandimong (Bugis) (Maryani,
2003). Kedudukan taksonomi kapulaga menurut Backer et al. (1968), sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Amomum
Jenis : Amomum
Spesies : Amomum cardamomum
Pemanfaatan Kapulaga
Semua bagian tanaman kapulaga dapat dimanfaatkan mulai dari batang, buah, dan
rimpang. Buahnya mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol (<12%),
terpineol, dan borneol. Disamping itu buah kapulaga banyak mengandung saponin, flavnoida,
senyawa- senyawa polifenol, mangan, pati, gula, lemak, protein dan silikat. Biji kapulaga
mengandung 3 - 7 % minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol,
dan beta kamfer. Di samping itu biji juga mengandung minyak lemak, protein, kalsium oksalat dan
asam kersik. Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum Cardamomi, yang
digunakan sebagai stimulans dan pemberi aroma. Rimpangnya mengandung saponin, flavonoida
dan polifenol, serta minyak atsiri (Sinaga, 2008).
Pemanfaatan kapulaga sebagai bahan aromatik, karminatif (mengurangi gas dalam perut
atau mengurangi perut kembung), mengobati batuk, mulut berbau, dan gatal tenggorokan. Buah
keringnya dipergunakan sebagai rempah-rempah dalam bumbu kari dan bumbu kue. Minyak atsiri
dari biji kapulaga digunakan sebagai penyedap kue-kue, gula-gula, parfum, dan obat-obatan, serta
bahan baku pemuatan oil of cardamon yang nantinya dijual lagi sebagai penyedap minuman botol
dan makanan kaleng (Fachriyah dan Sumardi, 2007).
Sebagai obat tradisional, air rebusan seluruh bagian tanaman digunakan untuk obat kuat
bagi orang yang merasa lemas atau lemah akibat kecapaian, penyakit encok atau rematik. Kadang-
kadang juga digunakan sebagai afrodisiaka (untuk meningkatkan libido). Air rebusan batang
digunakan sebagai obat menurunkan panas (demam). Buahnya dipergunakan untuk bahan
penyedap dan penyegar makanan dan minuman, menghilangkan rasa gatal pada tenggorokan,
sebagai obat batuk, dan obat sakit perut. Rimpang sering digunakan untuk menghilangkan bau
mulut, obat batuk, dan menurunkan panas (sebagai antipiretikum). Rimpang yang dikeringkan,
digiling, lalu direbus dapat menjadi minuman penghangat bagi orang yang kedinginan, terutama
bagi yang tinggal di pegunungan, di daerah beriklim dingin atau di hutan yang sangat lembab,
sekaligus dapat mengobati sakit panas dalam (Sinaga, 2008).
III. PEMBAHASAN
Teknik Budidaya Tanaman Kapulaga
Penyediaan bibit kapulaga umumnya diperbanyak dengan anakan atau tunas baru atau
percabangan rizoma yang membentuk tunas. Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih
kurang 50 cm dengan akar rizoma yang muda dan mata tunasnya banyak, rizoma yang sudah tua
pertumbuhannya kurang baik. Persiapan lobang tanam dilakukan sebulan sebelum penanaman
dengan terlebih dahulu dibuat lobang tanam dengan ukuran panjang 50 cm dan dalamnya 40 cm.
Sebaiknya 15 hari setelah pembuatan lobang, tanah dikembalikan lagi ke dalam lobang,
sebelumnya tanah dicampur dulu dengan pupuk kandang secukupnya.
Pada penanaman tanaman kapulaga ini dilakukan dengan menggunakan sistem agroforesty
dengan pola tanam full trees, dimana kapulaga ditanam dengan tanaman sengon. Tanaman sengon
berfungsi sebagai penaung, sengon ini ditanam sebelum penanaman kapulaga sehingga pada saat
tanam, sengon yang sebagai penaung telah berfungsi dengan baik. Penanaman sengon dan
kapulaga ini menggunakan perbandingan 1 : 2 (1 sengon – 2 kapulaga). Waktu tanam yang baik
yaitu awal bulan hujan, yaitu sekitar bulan Oktober – Desember. Caranya yaitu bila tanah olahan
atau lobang tanam telah tersedia dan bibit telah disiapkan, kemudian buat lobang kecil, letakkan
bibit sedalam 10 – 15 cm. Tanah di sekitarnya dipadatkan atau ditimbun dengan memperhatikan
tunas agar tidak sampai terganggu (terluka atau patah). Jarak tanam untuk kapulaga bisa digunakan
1 m x 1,5 m atau 1 m x 2 m dan juga bisa 1,5 m x 2 m.
Beberapa pekerjaan penting dalam pemeliharaan kapulaga yang harus dilakukan antara
lain, penyiangan rumput atau pengendalian gulma, penggemburan diluar rumpun untuk
merangsang perumbuhan anakan rimpang sehingga bisa tumbuh lebih baik, pemotongan daun
kering untuk tidak menghalangi penyerbukan bunga, pemotongan batang yang sudah agak tua atau
menguning untuk memberi kesempatan batang muda tumbuh dengan baik, pengaturan anakan agar
tidak tumpang tindih dan untuk merangsang pertumbuhan bunga atau buah juga untuk mengurangi
penguapan pada musim kemarau serta untuk mendapatkan anakan atau bibit baru. Di masa
pemeliharaan ini, yang tidak kalah pentingnya juga pemberian mulsa berupa bahan organik dari
jenis tanaman leguminosa. Untuk lebih meningkatkan mutu maka perlu dilakukan pemupukan
mengingat tanaman kapulaga termasuk rakus akan unsur hara, sehingga pemupukan sangat
diperlukan terutama sekali pupuk organik dan pupuk buatan. Adapun cara dan jumlah pupuk yang
diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
Untuk pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah dan pada saat penggemburan
di luar rumpun sebanyak 1 – 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali.
Sedangkan untuk pupuk buatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan pupuk
urea dan diulang pada umur 3 bulan dengan 1 sendok pupuk urea disebar diluar rumpun atau
disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang
diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiap rumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan
kondisi tanaman dan lingkungan. Pupuk buatan diberikan 10 – 12,5 gram berupa Urea dan TSP.
Pupuk ini diberikan diluar rumpun pada batas perakaran dengan membuat selokan kecil, kemudian
ditutup dengan tanah dan disiram seperlunya.
Kapulaga dapat memberikan hasil setelah berumur 2 – 3 tahun. Kapulaga berbuah
sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidak menentu. Dalam pemanenan kapulaga
dikenal istilah panen besar 4 kali dan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara
berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10 – 15 tahun. Hasil panen per hektar
bisa mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun dan ini berlaku untuk tanaman yang sudah berumur
belasan tahun. Adapun syarat-syarat pemanenan kapulaga adalah buah harus dipanen sebelum
benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering, buah akan pecah dan warnanya juga
kurang bagus. Waktu panen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan.
Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawah dompolan buah. Buah yang sudah
dipanen kemudian dijemur sampai kering, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau
dikering anginkan (Firmansyah, 2013).
Tanaman kapulaga yang dijadikan wanafarma dalam sistem agroforestri dapat dikaji lebih
dalam menggunakan analisis SWOT. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan,
kekuatan, keuntungan dan ancaman dalam perkembangan budidaya tanaman kapulaga yang
dijadikan wanafarma. Banyak manfaat yang dapat diambil serta peluang-peluang baru yang
terbuka untuk para petani dalam mengembangkan tanaman obat pada lahan hutan. Berikut analisis
SWOT yang dikembangkan.
A. Strength
- Kapulaga merupakan komoditas 3 emas hijau.
- Kapulaga memiliki banyak khasiat sebagai tanaman obat.
Kandungan kimiawi pada kapula memang cukup banyak yang terkandung dalam kapulaga
dan dapat dimanfaatkan sebgai bahan-bahan obat alami. Efek fitofarmaka bermanfaat bagi
manusia yaitu diantaranya dapat digunakan sebagai obat peningkat stamina, penyakit
encok atau rematikdan terkadang juga digunakan sebagai obat peningkat libido
(afrodisiaka).
- Agroforestri merupakan sistem yang mutualisme bagi wanafarma.
Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan yang mengkombinasikan
antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian sehingga didapatkan hasil yang
maksimal dan tidak mengesampingkan sistem konservasi hutan. Wanafarma merupakan
salah satu jenis agroforestri yang mengkombinasikan tanaman kehutanan dengan tanaman
pertanian khususnya tanaman obat. Banyak tanaman obat yang dalam syarat tumbuhnya
memerlukan naunggan seperti tanaman obat kapulaga, maka dari itu dengan
mengkominasikan tanaman tahunan seperti sengon maka diharapkan dapat terjadi
simbiosis mutualisme antara sengon dan tanaman kapulaga. Pemilihan jenis tanaman
dalam agroforestri ini dapat juga di dasarkan kepada tipe perakaran dari masing-masing
tanaman, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kompetisi diantara tanaman tersebut.
B. Weakness
- Masa tanam kapulaga menunggu masa hidup tanaman hutan 2 tahun sehingga harus
menunggu lebih lama.
Dalam sistem wanafarma kapulaga tidak bisa langsung ditanama sembarangan di
antara tanaman sengon. Masa tanam kapulaga harus menunggu masa hidup tanaman hutan
selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu diharapkan sambil menunggu tanaman berumur
2 tahun, petani dapat memilih tanaman wanafarma selain kapulaga yang tidak memerlukan
waktu tunggu yang lama. Setelah memasuki umur tanaman sengon kurang lebih 2 tahun,
tanaman penyeling tadi dapat diganti dengan tanaman kapulaga.
C. Opportunity
- Ekspor kapulaga ke berbagai negara.
Kapulaga mempunyai peluang besar untuk di kirim ke berbagai negara di dunia,
manfaat kapulaga yang sangat banyak menjadikan permintaan tanaman ini meningkat
pesat. Oleh sebab itu manajemen budidaya dan pemasaraan tanaman kapulaga harus
dikelola dengan baik agar kapulaga dapat memasuki pasar dunia. Peningkatan mutu
tanaman kapulaga menjadi kunci suksesnya pemasaraa kapulaga ke berbagai negara karena
dengan kualitas yang sesuai standar mutu maka konsumen akan dapat juga menikmati
manfaat kapulaga secara maksimal.
- Pengembangan agroforestri sengon-kapulaga kepada masyarakat.
Sistem pengembangan sengon-kapulaga ini juga harus di kembangkan
kemasyarakat agar dalam memenuhi permintaan pasar dapat terjadi keberlanjutan. Dalam
hal ini perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai sistem pengelolaan
wanafarama dan sistem pengelolaan pasca panen dari komoditas tersebut.
- Penggunaan lahan hutan yang belum terpakai.
Indonesia cukup banyak memiliki hutan-hutan yang luas, umumnya masih minim
sekali penggelolaan dan pemanfaatan hutan secara konservatif. Luasan hutan yang belum
dikelola dan dimanfaatkan secara berpotensi untuk pengembangan skala budidaya sacara
besar.
- Kombinasi tanaman hutan untuk agroforestri selain menggunakan sengon.
D. Threat
- Alih fungsi lahan hutan.
Anacaman alih fungsi lahan hutan ini menjadi isu ancaman yang cukup serius di
Indonesia, setelah bencana asap yang melanda beberapa daerah di indonesia. Dengan
adanya peristiwa tersebut membuktikan bahwa salah satunya belum dilaksanakanya
pengelolaan hutan secara konservatif. Melalui sistem wanafarma ini diharapkan
pengelolaan hutan akan berjalan secara bijaksana dengan mengedepakan segi
konservatifnya.
- Serangan OPT berupa hewan hutan.
Biasanya dalam pemgembangan budidaya tanaman yang dilakukan di daerah hutan
sering juga mendapatkan ancaman OPT yang berupa hewan hutan seperti monyet dan
gajah. Penyebab datangnya ancaman OPT dari hewan hutan ini diperkirakan karena
minimnya sumber pangan mereka dihabitat asli mereka sehingga mereka menyerang
tanaman budidaya untuk mendapatkan sumber pangan baru.
IV. KESIMPULAN
Tanaman kapulaga termasuk dalam tanaman obat yang dapat dimanfaatkan bagian batang,
buah, dan rimpang. Tanaman kapulaga dapat dijadikan tanaman tumpang sari untuk tanaman
hutan. Konsep agroforestri yang dikembangkan dalam sistem pengolahan lahan dengan
mengkombinasikan tanaman kehutanan dan pertanian bertujuan dalam peningkatan hasil dan
konservasi lahan. Peningkatan produksi dengan menggunakan pola agroforestri Full Trees
(Wanafarma) dinilai sangat tepat untuk memaksimalkan hasil yang didapatkan dan mempunyai
dampak positif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Faktor yang dapat mempengaruhi antara
lain terdapat faktor lingkungan seperti kondisi tanah (kimia, fisika, dan biologi), keadaan iklim
dan faktor manajemen (teknik budidaya tanaman) yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I. dan Wibowo, A. 2007. Pengaruh Pola Tanam Wanatani Terhadap Timbulnya
Penyakit dan Produktivitas Tanaman Tumpangsari. Bulletin Info Hutan Tanaman,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Jakarta.
Backer, C. A., Bakhuizen, V and Brink, R. C. 1968. Flora of Java. P. Noordhof Groningen. The
Netherlands.
Fachriyah, E. dan Sumardi. 2007. Identifikasi Minyak Atsiri Biji Kapulaga (Amomum
cardamomum). Jurnal Sains dan Matematika. 15 (2):83-87.
Firmansyah, S. H. 2013. Ladang Rupiah itu Bernama Kapulaga. <https://firmansyahbetawi.
wordpress.com/2013/03/07/harta-itu-bernama-kapulaga/>. Diakses pada tanggal 25
Oktober 2015.
Guntara. 2013. Agroforestri sebagai alternatif pemanfaatan lahan bawah tegakan untuk
peningkatan pendapatan petani di kabupaten lumajang. Prosiding Seminar Nasional
Agroforestri 2013. Balai Penelitian Teknologi Agroforestri Ciamis.
Kusumedi, P. 2010. Sistem Agroforestri Hutan Rakyat dalam Mendukung Pengelolaan DAS
Berkelanjutan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Solo, Solo.
Maryani, H. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit pada Usia Lanjut. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Sinaga, E. 2008. Amomum cardamomum Willd (Kapulaga). Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tumbuhan Obat UNAS. <http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan
/tanaman_obat/depkes/Kapulaga.pdf>.Diakses pada 25 Oktober 2015. Pukul 20.11
WIB.
Sumardi. 1998. Isolasi dan identifikasi Minyak Atsiri dari Biji Kapulaga (Amomum
Cardamomum). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Diponegoro. Semarang. Skripsi.
PENGEMBAGAN KAPULAGA (Elletria cardamomum) SEBAGAI WANAFARMA
DALAM SISTEM AGROFORESTRI
`
Disusun oleh :
1. Maryam Muharroron (13442)
2. Bio Gama R (13448)
3. Fridia Nur Sofiarani (13584)
4. Irwan Gery Renaldi (13606)
Kelompok : 11
Dosen Pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

More Related Content

What's hot

Botani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun MajemukBotani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun Majemuk
Sinergi Inspiration
 
Makalah herbarium
Makalah herbariumMakalah herbarium
Makalah herbarium
Dian Luvia Adifaa
 
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiPraktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Siska Hermawati
 
Morfologi tanaman pepaya ppt
Morfologi tanaman pepaya pptMorfologi tanaman pepaya ppt
Morfologi tanaman pepaya pptWayan Permadi
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Rukmana Suharta
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
Dokter Tekno
 
Farmakognosi - Santali Lignum (Cendana)
Farmakognosi - Santali Lignum (Cendana)Farmakognosi - Santali Lignum (Cendana)
Farmakognosi - Santali Lignum (Cendana)
Nesha Mutiara
 
Farmakog semen
Farmakog semenFarmakog semen
Farmakog semen
materipptgc
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4
Monalisa Pirade
 
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
Irdan Arjulian
 
Ppt tanaman obat
Ppt tanaman obatPpt tanaman obat
Ppt tanaman obat
Haniatur Rohmah
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Rukmana Suharta
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Google
 
Pengatar Farmakognosi
Pengatar FarmakognosiPengatar Farmakognosi
Pengatar Farmakognosi
Surya Amal
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolKezia Hani Novita
 

What's hot (20)

Botani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun MajemukBotani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun Majemuk
 
Alkaloid
AlkaloidAlkaloid
Alkaloid
 
Sediaan galenika
Sediaan galenikaSediaan galenika
Sediaan galenika
 
Anatomi daun
Anatomi daunAnatomi daun
Anatomi daun
 
Laporan akhir praktikum mikrobiologi
Laporan akhir praktikum mikrobiologiLaporan akhir praktikum mikrobiologi
Laporan akhir praktikum mikrobiologi
 
Makalah herbarium
Makalah herbariumMakalah herbarium
Makalah herbarium
 
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiPraktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasi
 
Morfologi tanaman pepaya ppt
Morfologi tanaman pepaya pptMorfologi tanaman pepaya ppt
Morfologi tanaman pepaya ppt
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Farmakognosi - Santali Lignum (Cendana)
Farmakognosi - Santali Lignum (Cendana)Farmakognosi - Santali Lignum (Cendana)
Farmakognosi - Santali Lignum (Cendana)
 
Farmakog semen
Farmakog semenFarmakog semen
Farmakog semen
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4
 
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
 
Ppt tanaman obat
Ppt tanaman obatPpt tanaman obat
Ppt tanaman obat
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
Metabolit pada Jahe
Metabolit pada JaheMetabolit pada Jahe
Metabolit pada Jahe
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 
Pengatar Farmakognosi
Pengatar FarmakognosiPengatar Farmakognosi
Pengatar Farmakognosi
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
 

Viewers also liked

Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Eko Wahyu H
 
Makalah bambu hasil hutan bukan kayu
Makalah bambu hasil hutan bukan kayuMakalah bambu hasil hutan bukan kayu
Makalah bambu hasil hutan bukan kayu
عفان الغفري
 
Makalah farmakognosi minyak atsiri
Makalah farmakognosi minyak atsiriMakalah farmakognosi minyak atsiri
Makalah farmakognosi minyak atsiri
Dyah Arum Anggraeni
 
The Arthritic Knee in the Middle-aged Athlete
The Arthritic Knee in the Middle-aged AthleteThe Arthritic Knee in the Middle-aged Athlete
The Arthritic Knee in the Middle-aged Athlete
Summit Health
 
Baas kaar it co ltd sap services-short
Baas kaar it co ltd   sap services-shortBaas kaar it co ltd   sap services-short
Baas kaar it co ltd sap services-shortbaaskaaritcompany
 
Handmade bookmark
Handmade bookmarkHandmade bookmark
Handmade bookmark
Big Idea Guru
 
Fixed tackling sports concussions head on
Fixed tackling sports concussions head onFixed tackling sports concussions head on
Fixed tackling sports concussions head on
Summit Health
 
Diabetes – Ask the Experts!
Diabetes – Ask the Experts!Diabetes – Ask the Experts!
Diabetes – Ask the Experts!
Summit Health
 
Acupuncture for Health and Wellness
Acupuncture for Health and WellnessAcupuncture for Health and Wellness
Acupuncture for Health and Wellness
Summit Health
 
De kleine lettertjes
De kleine lettertjesDe kleine lettertjes
Billing and insurance FAQ
Billing and insurance FAQBilling and insurance FAQ
Billing and insurance FAQ
Summit Health
 
Helping Children Cope After Hurricane Sandy
Helping Children Cope After Hurricane SandyHelping Children Cope After Hurricane Sandy
Helping Children Cope After Hurricane Sandy
Summit Health
 
Latin america and canada
Latin america and canadaLatin america and canada
Latin america and canada
Shirley A
 
Research and pla
Research and plaResearch and pla
Research and pla
kjgourlay
 
P6 u2 h.1.2._egypt_timeline
P6 u2 h.1.2._egypt_timelineP6 u2 h.1.2._egypt_timeline
P6 u2 h.1.2._egypt_timeline
aagirrebengoa
 
Nesa 2012 roy and ed no vid
Nesa 2012 roy and ed no vidNesa 2012 roy and ed no vid
Nesa 2012 roy and ed no vidrmatza
 

Viewers also liked (20)

Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
 
Makalah bambu hasil hutan bukan kayu
Makalah bambu hasil hutan bukan kayuMakalah bambu hasil hutan bukan kayu
Makalah bambu hasil hutan bukan kayu
 
Makalah farmakognosi minyak atsiri
Makalah farmakognosi minyak atsiriMakalah farmakognosi minyak atsiri
Makalah farmakognosi minyak atsiri
 
The Arthritic Knee in the Middle-aged Athlete
The Arthritic Knee in the Middle-aged AthleteThe Arthritic Knee in the Middle-aged Athlete
The Arthritic Knee in the Middle-aged Athlete
 
Hotmail
HotmailHotmail
Hotmail
 
Baas kaar it co ltd sap services-short
Baas kaar it co ltd   sap services-shortBaas kaar it co ltd   sap services-short
Baas kaar it co ltd sap services-short
 
Handmade bookmark
Handmade bookmarkHandmade bookmark
Handmade bookmark
 
Fixed tackling sports concussions head on
Fixed tackling sports concussions head onFixed tackling sports concussions head on
Fixed tackling sports concussions head on
 
Diabetes – Ask the Experts!
Diabetes – Ask the Experts!Diabetes – Ask the Experts!
Diabetes – Ask the Experts!
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Acupuncture for Health and Wellness
Acupuncture for Health and WellnessAcupuncture for Health and Wellness
Acupuncture for Health and Wellness
 
De kleine lettertjes
De kleine lettertjesDe kleine lettertjes
De kleine lettertjes
 
Billing and insurance FAQ
Billing and insurance FAQBilling and insurance FAQ
Billing and insurance FAQ
 
Kadar lengas tanah
Kadar lengas tanahKadar lengas tanah
Kadar lengas tanah
 
Helping Children Cope After Hurricane Sandy
Helping Children Cope After Hurricane SandyHelping Children Cope After Hurricane Sandy
Helping Children Cope After Hurricane Sandy
 
Latin america and canada
Latin america and canadaLatin america and canada
Latin america and canada
 
Research and pla
Research and plaResearch and pla
Research and pla
 
P6 u2 h.1.2._egypt_timeline
P6 u2 h.1.2._egypt_timelineP6 u2 h.1.2._egypt_timeline
P6 u2 h.1.2._egypt_timeline
 
Nesa 2012 roy and ed no vid
Nesa 2012 roy and ed no vidNesa 2012 roy and ed no vid
Nesa 2012 roy and ed no vid
 
Dashdulam shand1 1
Dashdulam shand1 1Dashdulam shand1 1
Dashdulam shand1 1
 

Similar to Makalah kapulaga

Khasiat buah bengkoang
Khasiat buah bengkoangKhasiat buah bengkoang
Khasiat buah bengkoangholilurrahman
 
Laporan hasil observasi tanaman obat di desa tangkilan
Laporan hasil observasi tanaman obat di desa tangkilanLaporan hasil observasi tanaman obat di desa tangkilan
Laporan hasil observasi tanaman obat di desa tangkilan
Agus Ariyanto
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
Operator Warnet Vast Raha
 
Toga MAN Tigaraksa
Toga MAN TigaraksaToga MAN Tigaraksa
Toga MAN Tigaraksa
Septiadi Sneevliet
 
POHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdf
POHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdfPOHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdf
POHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdf
AgusMSuleman
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih
Andrew Hutabarat
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
Nur Haida
 
Analisis Kandungan Kimia pada Air Nira dan Manfaat bagi Tubuh Manusia
Analisis Kandungan Kimia pada Air Nira dan Manfaat bagi Tubuh Manusia Analisis Kandungan Kimia pada Air Nira dan Manfaat bagi Tubuh Manusia
Analisis Kandungan Kimia pada Air Nira dan Manfaat bagi Tubuh Manusia Ismi Fawaid
 
Makalah Srigunggu
Makalah SrigungguMakalah Srigunggu
Makalah Srigunggu
Andrew Hutabarat
 
Bab i p egagan
Bab i p egaganBab i p egagan
Bab i p egagan
Irsan Septian
 
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
Kartika Dhewii
 
Tanaman obat
Tanaman obatTanaman obat
Tanaman obatVJ Asenk
 
Tanaman Obat dan Usaha Kesehatan Sekolah
Tanaman Obat dan Usaha Kesehatan SekolahTanaman Obat dan Usaha Kesehatan Sekolah
Tanaman Obat dan Usaha Kesehatan Sekolah
Patricia Dian Anggraeni
 
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdfbae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
IsoSuwarso1
 
Budidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman GambirBudidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman Gambir
Febrina Tentaka
 
Tpt semangka
Tpt semangkaTpt semangka
Tpt semangka
Eki argiansyah
 
Pedoman Teknis Budidaya Jahe
Pedoman Teknis Budidaya JahePedoman Teknis Budidaya Jahe
Pedoman Teknis Budidaya Jahe
Warta Wirausaha
 
Makalah Sambiloto
Makalah Sambiloto Makalah Sambiloto
Makalah Sambiloto
Andrew Hutabarat
 

Similar to Makalah kapulaga (20)

Khasiat buah bengkoang
Khasiat buah bengkoangKhasiat buah bengkoang
Khasiat buah bengkoang
 
Laporan hasil observasi tanaman obat di desa tangkilan
Laporan hasil observasi tanaman obat di desa tangkilanLaporan hasil observasi tanaman obat di desa tangkilan
Laporan hasil observasi tanaman obat di desa tangkilan
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
 
Toga MAN Tigaraksa
Toga MAN TigaraksaToga MAN Tigaraksa
Toga MAN Tigaraksa
 
POHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdf
POHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdfPOHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdf
POHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdf
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
 
Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 
Analisis Kandungan Kimia pada Air Nira dan Manfaat bagi Tubuh Manusia
Analisis Kandungan Kimia pada Air Nira dan Manfaat bagi Tubuh Manusia Analisis Kandungan Kimia pada Air Nira dan Manfaat bagi Tubuh Manusia
Analisis Kandungan Kimia pada Air Nira dan Manfaat bagi Tubuh Manusia
 
Makalah Srigunggu
Makalah SrigungguMakalah Srigunggu
Makalah Srigunggu
 
Bab i p egagan
Bab i p egaganBab i p egagan
Bab i p egagan
 
Pembahasan legume
Pembahasan legumePembahasan legume
Pembahasan legume
 
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
 
Tanaman obat
Tanaman obatTanaman obat
Tanaman obat
 
Tanaman Obat dan Usaha Kesehatan Sekolah
Tanaman Obat dan Usaha Kesehatan SekolahTanaman Obat dan Usaha Kesehatan Sekolah
Tanaman Obat dan Usaha Kesehatan Sekolah
 
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdfbae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
 
Budidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman GambirBudidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman Gambir
 
Tpt semangka
Tpt semangkaTpt semangka
Tpt semangka
 
Pedoman Teknis Budidaya Jahe
Pedoman Teknis Budidaya JahePedoman Teknis Budidaya Jahe
Pedoman Teknis Budidaya Jahe
 
Makalah Sambiloto
Makalah Sambiloto Makalah Sambiloto
Makalah Sambiloto
 

More from Andrew Hutabarat

Jabs 0910 213
Jabs 0910 213Jabs 0910 213
Jabs 0910 213
Andrew Hutabarat
 
Format proposal 2
Format proposal 2Format proposal 2
Format proposal 2
Andrew Hutabarat
 
Format laporan acara 1
Format laporan acara 1Format laporan acara 1
Format laporan acara 1
Andrew Hutabarat
 
Sistem Komputer
Sistem KomputerSistem Komputer
Sistem Komputer
Andrew Hutabarat
 
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada TanamanKonsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Andrew Hutabarat
 
Contoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiahContoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiah
Andrew Hutabarat
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Andrew Hutabarat
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 indKuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Andrew Hutabarat
 
Integrated weed
Integrated weedIntegrated weed
Integrated weed
Andrew Hutabarat
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
Andrew Hutabarat
 
The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014
Andrew Hutabarat
 
Site dan mode of action
Site dan mode of actionSite dan mode of action
Site dan mode of action
Andrew Hutabarat
 
Seed bank
Seed bankSeed bank
Seed bank
Andrew Hutabarat
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
Andrew Hutabarat
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Andrew Hutabarat
 
I gulma l2
I gulma l2I gulma l2
I gulma l2
Andrew Hutabarat
 
Ecologi gulma
Ecologi gulmaEcologi gulma
Ecologi gulma
Andrew Hutabarat
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Andrew Hutabarat
 
Ekotanjut1
Ekotanjut1Ekotanjut1
Ekotanjut1
Andrew Hutabarat
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
Andrew Hutabarat
 

More from Andrew Hutabarat (20)

Jabs 0910 213
Jabs 0910 213Jabs 0910 213
Jabs 0910 213
 
Format proposal 2
Format proposal 2Format proposal 2
Format proposal 2
 
Format laporan acara 1
Format laporan acara 1Format laporan acara 1
Format laporan acara 1
 
Sistem Komputer
Sistem KomputerSistem Komputer
Sistem Komputer
 
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada TanamanKonsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
 
Contoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiahContoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiah
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 indKuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
 
Integrated weed
Integrated weedIntegrated weed
Integrated weed
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014
 
Site dan mode of action
Site dan mode of actionSite dan mode of action
Site dan mode of action
 
Seed bank
Seed bankSeed bank
Seed bank
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
 
I gulma l2
I gulma l2I gulma l2
I gulma l2
 
Ecologi gulma
Ecologi gulmaEcologi gulma
Ecologi gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
 
Ekotanjut1
Ekotanjut1Ekotanjut1
Ekotanjut1
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
 

Recently uploaded

Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 

Recently uploaded (8)

Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 

Makalah kapulaga

  • 1. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara di dunia yang memiliki potensi mengagumkan dalam penyediaan bahan baku tumbuhan obat, dimana sumberdaya tersebut tersimpan di dalam hutan dan seluruhnya belum termanfaatkan dengan baik. Kekayaan alam tumbuhan Indonesia terdiri atas 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, dimana 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat. Jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di kawasan Asia. Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat di Indonesia, baru 20-22% yang dibudidayakan, sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan. Salah satu tanaman obat potensial yang tumbuh subur di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal serta memiliki beragam fungsi dan manfaat adalah kapulaga. Tanaman Kapulaga yang dalam bahasa ilmiahnya disebut dengan Elletria Cardamomum merupakan salah satu diantara tanaman rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan berprospek cerah mengingat kapulaga sebagai bahan obat alami yang diyakini tidak mempunyai efek samping dibanding dengan menggunakan obat kimiawi. Tanaman obat kapulaga ini biasa ditanam dengan menggunakan sistem agroforestri, dimana kebanyakan masyarakat menerapkan teknik atau pola agroforestri yang sesuai dengan daerahnya. Salah satu pola agroforestri yang diterapkan oleh masyarakat yaitu berupa pola tanam full trees, yaitu menanam tanaman jenis sengon dan kapulaga, dimana tanaman bawahnya berupa kapulaga. B. Tujuan 1. Mengetahui kearifan lokal komoditas kapulaga. 2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam budidaya tanaman kapulaga.
  • 2. II. TINJUAN PUSTAKA Agroforestri Kapulaga Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan secara intensif dengan mengkombinasikan tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang bertujuan memaksimalkan hasil dari kegiatan pengelolaan hutan tersebut dengan tidak mengesampingkan aspek konservasi lahan serta budidaya praktis masyarakat lokal. (Anggraeni, I dan Wibowo, A, 2007). Agroforestri memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap jasa lingkungan (environmental services) antara lain mempertahankan fungsi hutan dalam mendukung kesehatan DAS (daerah aliran sungai), mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan mempertahankan keanekaragaman hayati (Widianto dalam Kusumedi, 2010). Pola Agroforestri Full Trees (Wanafarma) yang dilaksanakan di Desa Burno Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang menggunakan tanaman sengon dan kapulaga. Full Trees adalah suatu penanaman tanaman kehutanan yang ditanam dalam suatu lokasi tanam dengan jarak tanam tertentu misal 3 x 3 m atau 3 x 2 m. Areal kosong di antara tanaman kehutanan dimanfaatkan dengan ditanami dengan tanaman semusim/pertanian (tumpangsari) setelah tajuk tanaman kehutanan menutupi tanah kira-kira umur 2 tahun. Tanaman yang ditanam biasanya berupa tanaman bawah tegakan misalnya jahe, kapulaga (wanafarma) atau tanaman pangan yang tahan naungan (talas/mbothe, porang), dan lain-lain. Tanaman bawah jenis kapulaga (wanafarma) memberikan tambahan hasil bagi petani sebesar kurang lebih Rp 10.550.000/ha/tahun (Guntara, 2013). Anatomi dan Morfologi Kapulaga (Amomum cardamomum)merupakan tanaman tahunan berupa perdu setinggi 1,5 m, berbatang semu, buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau. Mempunyai daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan tepi rata. Pangkal daunnya berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar 10-12 cm, pertulangan menyirip dan berwarna hijau (Maryani, 2003). Batang kapulaga disebut batang semu, karena terbungkus oleh pelepah daun yang berwarna hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 m. Batang tumbuh dari rhizome yang berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai 20-30 batang semu, batang tua akan mati dan diganti oleh batang muda yang tumbuh dari rizoma lain (Sumardi, 1998). Kapulaga berbunga majemuk, berbentuk bonggol yang terletak di pangkal batang dengan panjang kelopak bunga 12,5 cm di kepala sari terbentuk elips dengan panjang 2
  • 3. mm, tangkai putik tidak berbulu, dan berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung dengan panjang 12,5 mm, berwarna putih atau putih kekuningan. Mahkota berbuah kotak dengan biji kecil berwarna hitam (Maryani, 2003). Buahnya berupa buah kotak, terdapat dalam tandan kecil-kecil dan pendek. Buah bulat memanjang, berlekuk, bersegi tiga, agak pipih, kadang-kadang berbulu, berwarna putih kekuningan atau kuning kelabu. Buah beruang 3, setiap ruang dipisahkan oleh selaput tipis setebal kertas. Tiap ruang berisi 5-7 biji kecil- 11 kecil, berwarna coklat atau hitam, beraroma harum yang khas. Dalam ruang biji, biji ini tersusun memanjang 2 baris, melekat satu sama lain (Sinaga, 2008). Buah tersusun rapat pada tandan, terdapat 5-8 buah pada setiap tandannya. Bentuk buah bulat dan beruang tiga, setiap buah mengandung 14-16 biji dan kulit buah berbulu halus. Panjang buah mencapai 10-16 mm (Sumardi, 1998). Tanaman kapulaga berasal dari pegunungan Malabar, pantai barat India. Tanaman ini laku di pasar dunia, sehingga banyak ditanam di Srilanka, Thailand dan Guatemala, sedangkan di Indonesia, kapulaga mulai dibudidayakan sejak tahun 1986. Kapulaga di daerah Sumatra dikenal dengan nama roude cardemon (Aceh), kalpulaga (Melayu), pelage puwar (Minangkabau), di Jawa dikenal dengan nama kapol, palago (Sunda), kapulaga (Jawa), Kapulaga (Madura), dan kapolagha (Bali). Di Sulawesi dikenal dengan nama kapulaga (Makassar) dan gandimong (Bugis) (Maryani, 2003). Kedudukan taksonomi kapulaga menurut Backer et al. (1968), sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Amomum Jenis : Amomum Spesies : Amomum cardamomum
  • 4. Pemanfaatan Kapulaga Semua bagian tanaman kapulaga dapat dimanfaatkan mulai dari batang, buah, dan rimpang. Buahnya mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol (<12%), terpineol, dan borneol. Disamping itu buah kapulaga banyak mengandung saponin, flavnoida, senyawa- senyawa polifenol, mangan, pati, gula, lemak, protein dan silikat. Biji kapulaga mengandung 3 - 7 % minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta kamfer. Di samping itu biji juga mengandung minyak lemak, protein, kalsium oksalat dan asam kersik. Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum Cardamomi, yang digunakan sebagai stimulans dan pemberi aroma. Rimpangnya mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, serta minyak atsiri (Sinaga, 2008). Pemanfaatan kapulaga sebagai bahan aromatik, karminatif (mengurangi gas dalam perut atau mengurangi perut kembung), mengobati batuk, mulut berbau, dan gatal tenggorokan. Buah keringnya dipergunakan sebagai rempah-rempah dalam bumbu kari dan bumbu kue. Minyak atsiri dari biji kapulaga digunakan sebagai penyedap kue-kue, gula-gula, parfum, dan obat-obatan, serta bahan baku pemuatan oil of cardamon yang nantinya dijual lagi sebagai penyedap minuman botol dan makanan kaleng (Fachriyah dan Sumardi, 2007). Sebagai obat tradisional, air rebusan seluruh bagian tanaman digunakan untuk obat kuat bagi orang yang merasa lemas atau lemah akibat kecapaian, penyakit encok atau rematik. Kadang- kadang juga digunakan sebagai afrodisiaka (untuk meningkatkan libido). Air rebusan batang digunakan sebagai obat menurunkan panas (demam). Buahnya dipergunakan untuk bahan penyedap dan penyegar makanan dan minuman, menghilangkan rasa gatal pada tenggorokan, sebagai obat batuk, dan obat sakit perut. Rimpang sering digunakan untuk menghilangkan bau mulut, obat batuk, dan menurunkan panas (sebagai antipiretikum). Rimpang yang dikeringkan, digiling, lalu direbus dapat menjadi minuman penghangat bagi orang yang kedinginan, terutama bagi yang tinggal di pegunungan, di daerah beriklim dingin atau di hutan yang sangat lembab, sekaligus dapat mengobati sakit panas dalam (Sinaga, 2008).
  • 5. III. PEMBAHASAN Teknik Budidaya Tanaman Kapulaga Penyediaan bibit kapulaga umumnya diperbanyak dengan anakan atau tunas baru atau percabangan rizoma yang membentuk tunas. Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih kurang 50 cm dengan akar rizoma yang muda dan mata tunasnya banyak, rizoma yang sudah tua pertumbuhannya kurang baik. Persiapan lobang tanam dilakukan sebulan sebelum penanaman dengan terlebih dahulu dibuat lobang tanam dengan ukuran panjang 50 cm dan dalamnya 40 cm. Sebaiknya 15 hari setelah pembuatan lobang, tanah dikembalikan lagi ke dalam lobang, sebelumnya tanah dicampur dulu dengan pupuk kandang secukupnya. Pada penanaman tanaman kapulaga ini dilakukan dengan menggunakan sistem agroforesty dengan pola tanam full trees, dimana kapulaga ditanam dengan tanaman sengon. Tanaman sengon berfungsi sebagai penaung, sengon ini ditanam sebelum penanaman kapulaga sehingga pada saat tanam, sengon yang sebagai penaung telah berfungsi dengan baik. Penanaman sengon dan kapulaga ini menggunakan perbandingan 1 : 2 (1 sengon – 2 kapulaga). Waktu tanam yang baik yaitu awal bulan hujan, yaitu sekitar bulan Oktober – Desember. Caranya yaitu bila tanah olahan atau lobang tanam telah tersedia dan bibit telah disiapkan, kemudian buat lobang kecil, letakkan bibit sedalam 10 – 15 cm. Tanah di sekitarnya dipadatkan atau ditimbun dengan memperhatikan tunas agar tidak sampai terganggu (terluka atau patah). Jarak tanam untuk kapulaga bisa digunakan 1 m x 1,5 m atau 1 m x 2 m dan juga bisa 1,5 m x 2 m. Beberapa pekerjaan penting dalam pemeliharaan kapulaga yang harus dilakukan antara lain, penyiangan rumput atau pengendalian gulma, penggemburan diluar rumpun untuk merangsang perumbuhan anakan rimpang sehingga bisa tumbuh lebih baik, pemotongan daun kering untuk tidak menghalangi penyerbukan bunga, pemotongan batang yang sudah agak tua atau menguning untuk memberi kesempatan batang muda tumbuh dengan baik, pengaturan anakan agar tidak tumpang tindih dan untuk merangsang pertumbuhan bunga atau buah juga untuk mengurangi penguapan pada musim kemarau serta untuk mendapatkan anakan atau bibit baru. Di masa pemeliharaan ini, yang tidak kalah pentingnya juga pemberian mulsa berupa bahan organik dari jenis tanaman leguminosa. Untuk lebih meningkatkan mutu maka perlu dilakukan pemupukan mengingat tanaman kapulaga termasuk rakus akan unsur hara, sehingga pemupukan sangat diperlukan terutama sekali pupuk organik dan pupuk buatan. Adapun cara dan jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
  • 6. Untuk pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah dan pada saat penggemburan di luar rumpun sebanyak 1 – 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk pupuk buatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan pupuk urea dan diulang pada umur 3 bulan dengan 1 sendok pupuk urea disebar diluar rumpun atau disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiap rumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman dan lingkungan. Pupuk buatan diberikan 10 – 12,5 gram berupa Urea dan TSP. Pupuk ini diberikan diluar rumpun pada batas perakaran dengan membuat selokan kecil, kemudian ditutup dengan tanah dan disiram seperlunya. Kapulaga dapat memberikan hasil setelah berumur 2 – 3 tahun. Kapulaga berbuah sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidak menentu. Dalam pemanenan kapulaga dikenal istilah panen besar 4 kali dan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10 – 15 tahun. Hasil panen per hektar bisa mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun dan ini berlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun. Adapun syarat-syarat pemanenan kapulaga adalah buah harus dipanen sebelum benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering, buah akan pecah dan warnanya juga kurang bagus. Waktu panen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan. Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawah dompolan buah. Buah yang sudah dipanen kemudian dijemur sampai kering, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau dikering anginkan (Firmansyah, 2013). Tanaman kapulaga yang dijadikan wanafarma dalam sistem agroforestri dapat dikaji lebih dalam menggunakan analisis SWOT. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, keuntungan dan ancaman dalam perkembangan budidaya tanaman kapulaga yang dijadikan wanafarma. Banyak manfaat yang dapat diambil serta peluang-peluang baru yang terbuka untuk para petani dalam mengembangkan tanaman obat pada lahan hutan. Berikut analisis SWOT yang dikembangkan. A. Strength - Kapulaga merupakan komoditas 3 emas hijau. - Kapulaga memiliki banyak khasiat sebagai tanaman obat. Kandungan kimiawi pada kapula memang cukup banyak yang terkandung dalam kapulaga dan dapat dimanfaatkan sebgai bahan-bahan obat alami. Efek fitofarmaka bermanfaat bagi
  • 7. manusia yaitu diantaranya dapat digunakan sebagai obat peningkat stamina, penyakit encok atau rematikdan terkadang juga digunakan sebagai obat peningkat libido (afrodisiaka). - Agroforestri merupakan sistem yang mutualisme bagi wanafarma. Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan yang mengkombinasikan antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian sehingga didapatkan hasil yang maksimal dan tidak mengesampingkan sistem konservasi hutan. Wanafarma merupakan salah satu jenis agroforestri yang mengkombinasikan tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian khususnya tanaman obat. Banyak tanaman obat yang dalam syarat tumbuhnya memerlukan naunggan seperti tanaman obat kapulaga, maka dari itu dengan mengkominasikan tanaman tahunan seperti sengon maka diharapkan dapat terjadi simbiosis mutualisme antara sengon dan tanaman kapulaga. Pemilihan jenis tanaman dalam agroforestri ini dapat juga di dasarkan kepada tipe perakaran dari masing-masing tanaman, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kompetisi diantara tanaman tersebut. B. Weakness - Masa tanam kapulaga menunggu masa hidup tanaman hutan 2 tahun sehingga harus menunggu lebih lama. Dalam sistem wanafarma kapulaga tidak bisa langsung ditanama sembarangan di antara tanaman sengon. Masa tanam kapulaga harus menunggu masa hidup tanaman hutan selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu diharapkan sambil menunggu tanaman berumur 2 tahun, petani dapat memilih tanaman wanafarma selain kapulaga yang tidak memerlukan waktu tunggu yang lama. Setelah memasuki umur tanaman sengon kurang lebih 2 tahun, tanaman penyeling tadi dapat diganti dengan tanaman kapulaga. C. Opportunity - Ekspor kapulaga ke berbagai negara. Kapulaga mempunyai peluang besar untuk di kirim ke berbagai negara di dunia, manfaat kapulaga yang sangat banyak menjadikan permintaan tanaman ini meningkat pesat. Oleh sebab itu manajemen budidaya dan pemasaraan tanaman kapulaga harus dikelola dengan baik agar kapulaga dapat memasuki pasar dunia. Peningkatan mutu tanaman kapulaga menjadi kunci suksesnya pemasaraa kapulaga ke berbagai negara karena
  • 8. dengan kualitas yang sesuai standar mutu maka konsumen akan dapat juga menikmati manfaat kapulaga secara maksimal. - Pengembangan agroforestri sengon-kapulaga kepada masyarakat. Sistem pengembangan sengon-kapulaga ini juga harus di kembangkan kemasyarakat agar dalam memenuhi permintaan pasar dapat terjadi keberlanjutan. Dalam hal ini perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai sistem pengelolaan wanafarama dan sistem pengelolaan pasca panen dari komoditas tersebut. - Penggunaan lahan hutan yang belum terpakai. Indonesia cukup banyak memiliki hutan-hutan yang luas, umumnya masih minim sekali penggelolaan dan pemanfaatan hutan secara konservatif. Luasan hutan yang belum dikelola dan dimanfaatkan secara berpotensi untuk pengembangan skala budidaya sacara besar. - Kombinasi tanaman hutan untuk agroforestri selain menggunakan sengon. D. Threat - Alih fungsi lahan hutan. Anacaman alih fungsi lahan hutan ini menjadi isu ancaman yang cukup serius di Indonesia, setelah bencana asap yang melanda beberapa daerah di indonesia. Dengan adanya peristiwa tersebut membuktikan bahwa salah satunya belum dilaksanakanya pengelolaan hutan secara konservatif. Melalui sistem wanafarma ini diharapkan pengelolaan hutan akan berjalan secara bijaksana dengan mengedepakan segi konservatifnya. - Serangan OPT berupa hewan hutan. Biasanya dalam pemgembangan budidaya tanaman yang dilakukan di daerah hutan sering juga mendapatkan ancaman OPT yang berupa hewan hutan seperti monyet dan gajah. Penyebab datangnya ancaman OPT dari hewan hutan ini diperkirakan karena minimnya sumber pangan mereka dihabitat asli mereka sehingga mereka menyerang tanaman budidaya untuk mendapatkan sumber pangan baru.
  • 9. IV. KESIMPULAN Tanaman kapulaga termasuk dalam tanaman obat yang dapat dimanfaatkan bagian batang, buah, dan rimpang. Tanaman kapulaga dapat dijadikan tanaman tumpang sari untuk tanaman hutan. Konsep agroforestri yang dikembangkan dalam sistem pengolahan lahan dengan mengkombinasikan tanaman kehutanan dan pertanian bertujuan dalam peningkatan hasil dan konservasi lahan. Peningkatan produksi dengan menggunakan pola agroforestri Full Trees (Wanafarma) dinilai sangat tepat untuk memaksimalkan hasil yang didapatkan dan mempunyai dampak positif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Faktor yang dapat mempengaruhi antara lain terdapat faktor lingkungan seperti kondisi tanah (kimia, fisika, dan biologi), keadaan iklim dan faktor manajemen (teknik budidaya tanaman) yang baik.
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, I. dan Wibowo, A. 2007. Pengaruh Pola Tanam Wanatani Terhadap Timbulnya Penyakit dan Produktivitas Tanaman Tumpangsari. Bulletin Info Hutan Tanaman, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Jakarta. Backer, C. A., Bakhuizen, V and Brink, R. C. 1968. Flora of Java. P. Noordhof Groningen. The Netherlands. Fachriyah, E. dan Sumardi. 2007. Identifikasi Minyak Atsiri Biji Kapulaga (Amomum cardamomum). Jurnal Sains dan Matematika. 15 (2):83-87. Firmansyah, S. H. 2013. Ladang Rupiah itu Bernama Kapulaga. <https://firmansyahbetawi. wordpress.com/2013/03/07/harta-itu-bernama-kapulaga/>. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015. Guntara. 2013. Agroforestri sebagai alternatif pemanfaatan lahan bawah tegakan untuk peningkatan pendapatan petani di kabupaten lumajang. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013. Balai Penelitian Teknologi Agroforestri Ciamis. Kusumedi, P. 2010. Sistem Agroforestri Hutan Rakyat dalam Mendukung Pengelolaan DAS Berkelanjutan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Solo, Solo. Maryani, H. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit pada Usia Lanjut. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sinaga, E. 2008. Amomum cardamomum Willd (Kapulaga). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat UNAS. <http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan /tanaman_obat/depkes/Kapulaga.pdf>.Diakses pada 25 Oktober 2015. Pukul 20.11 WIB. Sumardi. 1998. Isolasi dan identifikasi Minyak Atsiri dari Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro. Semarang. Skripsi.
  • 11. PENGEMBAGAN KAPULAGA (Elletria cardamomum) SEBAGAI WANAFARMA DALAM SISTEM AGROFORESTRI ` Disusun oleh : 1. Maryam Muharroron (13442) 2. Bio Gama R (13448) 3. Fridia Nur Sofiarani (13584) 4. Irwan Gery Renaldi (13606) Kelompok : 11 Dosen Pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015