Ekstrak adalah sediaan kering,kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Tinctura adalahtingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi
Ekstrak adalah sediaan kering,kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Tinctura adalahtingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi
Istilah farmakognosi (pharmacognosy) berasal dari bahasa latin, Pharmacon : Bahan obat yang berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral dan Gnosis : Ilmu. Farmakognosi adalah ilmu biogenik atau obat dan racun yang berasal dari alam. Hal ini berhubungan dengan semua tumbuhan obat, termasuk tumbuhan yang menghasilkan campuran kompleks, yang digunakan dalam bentuk herba kasar atau ekstrak (fitoterapi), senyawa-senyawa murni seperti morfin, dan makanan yang mempunyai manfaat tambahan bagi kesehatan (nutraseutika).
Istilah farmakognosi (pharmacognosy) berasal dari bahasa latin, Pharmacon : Bahan obat yang berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral dan Gnosis : Ilmu. Farmakognosi adalah ilmu biogenik atau obat dan racun yang berasal dari alam. Hal ini berhubungan dengan semua tumbuhan obat, termasuk tumbuhan yang menghasilkan campuran kompleks, yang digunakan dalam bentuk herba kasar atau ekstrak (fitoterapi), senyawa-senyawa murni seperti morfin, dan makanan yang mempunyai manfaat tambahan bagi kesehatan (nutraseutika).
WELCOME to Big Idea Guru. This is the place and platform where ideas are allowed to flow,to excrete your brain juices and even display your ideas.
of course let's start with ours first :) we have a whole range of tote bags, shoulder sling bags, cartoon character bags and many more!
what's more is we have our specially designed bookmarks. All handmade uniquely designed by me, so you can't find anywhere else! you are able to find some of my works at novena square too :) enjoy..
Fixed tackling sports concussions head onSummit Health
Athletes (and non athletes as well) are increasingly reporting concussions to parents, coaches, and school nurses. How can you recognize a concussion? We will review the diagnosis and treatments for concussions, review dangers of multiple concussions and discuss the use of computerized neuropsychological testing prior to “return to play”.
Learn how acupuncture can help diagnose, treat, and prevent certain conditions and diseases, including chronic pain, asthma, allergies, insomnia, hot flashes and stress. Our acupuncturist will demonstrate acupuncture and describe how the ancient techniques can be used with traditional medicine to help you maintain wellness.
Our patient accounts staff answers to frequently asked billing questions at Summit Medical Group. Topics include bringing your insurance card to all medical visits, the ABC's of co-pays, deductibles and co-insurance, and the difference between in-network and out-of-network services.
Helping Children Cope After Hurricane SandySummit Health
Natural disasters can be traumatic for children. Experiencing a dangerous or violent flood, storm, wildfire, or earthquake is frightening and the devastation to the familiar environment can be long lasting and distressing. Here are some common reactions in children and how you as a parent can help lessen the mental health impact felt.
Setiap orang mempunyai hak untuk hidup sehat dan sekaligus juga mempunyai kewajiban untuk memelihara dan mutu kesehatannya. Bumi seisinya diserahkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk kelangsungan hidupnya, dan sekaligus menjadi tanggung jawab manusia untuk memelihara dan melestarikannya.
Madrasah sebagai sarana pembelajaran kepada anak didik, sudah sepatutnya menanamkan rasa cinta akan lingkungan dan mahluk hidup lainnya. Menanamkan cara hidup sehat secara alami, juga harus sudah dibiasakan sejak dini. Salah satunya adalah pengenalan terhadap obat – obatan yang cukup banyak di negara kita. Pengobatan tradisional (herbalisme) adalah pengobatan yang bahan- bahannya di ambil dari tanaman / tumbuhan.
MAN TIGARAKSA mempunyai cukup lahan yang luas dan subur. Sarana ini kita gunakan sebagai sarana pembelajaran kepada siswa. Salah satunya adalah dengan membuat TOGA ( tanaman obat keluarga ). TOGA MAN Tigaraksa berada di belakang sekolah, dengan lahan yang cukup luas untuk pertumbuhan berbagai macam tanaman obat. Penanaman dan perawatan juga dilakukan oleh siswa. Jika ada siswa yang sakit, kita manfaatkan tanaman dari TOGA sebagai langkah penyembuhan, sekaligus pembelajaran akan manfaatnya obat-obat tradisional.
Buku ini memuat daftar tanaman obat yang ada di TOGA MAN TIGARAKSA, masih banyak kekurangan pada TOGA kami, tapi kami terus berbenah dan menambah tanaman obat di sekolah kami. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat untuk kalian. Hidup sehat dan hidup secara alami.
POHON AREN DAN MANFAAT PRODUKSINYA.pdfAgusMSuleman
Aren (Arenga pinnata Merr.) adalah pohon serbaguna
yang sejak lama telah dikenal menghasilkan bahan-bahan industri.
Hampir semua bagian fisik dan produksi tumbuhan ini dapat
dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Kegunaan aren dapat
dirasakan secara langsung oleh masyarakat baik di dalam maupun
di sekitar hutan melalui penggunaan secara tradisional. Namun
sayang tumbuhan ini kurang mendapat perhatian untuk
dikembangkan, sehingga pohon aren yang dimanfaatkan pada
umumnya masih merupakan tumbuhan yang tumbuh liar di alam
dan berkembang secara alami. Kerusakan hutan dan konversi
kawasan hutan untuk peruntukan lain telah menyebabkan populasi
tumbuhan ini berkurang dengan cepat karena tidak diimbangi
dengan kegiatan budidaya yang memadai. Inventarisasi aren juga
belum dilakukan sehingga populasi jenis pohon ini kurang
diketahui. Pemanfaatan produksi buah yang diolah untuk
menghasilkan kolang kaling dan pemanfaatan tepung dalam
batang masih dilakukan secara terbatas dan belum banyak
memberikan manfaat. Pemanfaatan produksi nira sebagai
minuman segar atau sebagai bahan baku pengolahan gula telah
banyak melibatkan dan memberikan manfaat kepada masyarakat
di dalam dan sekitar hutan, sedangkan untuk pengolahan cuka
dan alkohol masih sangat terbatas dan bahkan pengolahan nira
aren untuk produksi nata masih pada tingkat hasil penelitian.
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)Kartika Dhewii
Sayuran indigenous tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif yang memenuhi kualitas hortikultura dan permintaan pasar. Namun, pada umumnya sayuran tersebut belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas dan biasanya sayuran ini hanya terdapat di pasar lokal. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari teknik budidaya tanaman indigenous khususnya tanaman Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) agar tanaman tersebut dikenal oleh masyarakat luas sehingga pemanfaatannya sebagai tanaman yang memiliki khasiat obat dapat dinikmati oleh masyarakat.
1. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara di dunia yang memiliki potensi mengagumkan dalam
penyediaan bahan baku tumbuhan obat, dimana sumberdaya tersebut tersimpan di dalam hutan
dan seluruhnya belum termanfaatkan dengan baik. Kekayaan alam tumbuhan Indonesia terdiri atas
30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, dimana 940 jenis diantaranya
merupakan tumbuhan berkhasiat obat. Jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di
kawasan Asia. Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat di Indonesia,
baru 20-22% yang dibudidayakan, sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan
langsung dari hutan.
Salah satu tanaman obat potensial yang tumbuh subur di Indonesia yang belum
dimanfaatkan secara optimal serta memiliki beragam fungsi dan manfaat adalah kapulaga.
Tanaman Kapulaga yang dalam bahasa ilmiahnya disebut dengan Elletria Cardamomum
merupakan salah satu diantara tanaman rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
berprospek cerah mengingat kapulaga sebagai bahan obat alami yang diyakini tidak mempunyai
efek samping dibanding dengan menggunakan obat kimiawi. Tanaman obat kapulaga ini biasa
ditanam dengan menggunakan sistem agroforestri, dimana kebanyakan masyarakat menerapkan
teknik atau pola agroforestri yang sesuai dengan daerahnya. Salah satu pola agroforestri yang
diterapkan oleh masyarakat yaitu berupa pola tanam full trees, yaitu menanam tanaman jenis
sengon dan kapulaga, dimana tanaman bawahnya berupa kapulaga.
B. Tujuan
1. Mengetahui kearifan lokal komoditas kapulaga.
2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
budidaya tanaman kapulaga.
2. II. TINJUAN PUSTAKA
Agroforestri Kapulaga
Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan secara intensif dengan
mengkombinasikan tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang bertujuan memaksimalkan
hasil dari kegiatan pengelolaan hutan tersebut dengan tidak mengesampingkan aspek konservasi
lahan serta budidaya praktis masyarakat lokal. (Anggraeni, I dan Wibowo, A, 2007). Agroforestri
memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap jasa lingkungan (environmental services)
antara lain mempertahankan fungsi hutan dalam mendukung kesehatan DAS (daerah aliran
sungai), mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan mempertahankan
keanekaragaman hayati (Widianto dalam Kusumedi, 2010).
Pola Agroforestri Full Trees (Wanafarma) yang dilaksanakan di Desa Burno Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang menggunakan tanaman sengon dan kapulaga. Full Trees adalah
suatu penanaman tanaman kehutanan yang ditanam dalam suatu lokasi tanam dengan jarak tanam
tertentu misal 3 x 3 m atau 3 x 2 m. Areal kosong di antara tanaman kehutanan dimanfaatkan
dengan ditanami dengan tanaman semusim/pertanian (tumpangsari) setelah tajuk tanaman
kehutanan menutupi tanah kira-kira umur 2 tahun. Tanaman yang ditanam biasanya berupa
tanaman bawah tegakan misalnya jahe, kapulaga (wanafarma) atau tanaman pangan yang tahan
naungan (talas/mbothe, porang), dan lain-lain. Tanaman bawah jenis kapulaga (wanafarma)
memberikan tambahan hasil bagi petani sebesar kurang lebih Rp 10.550.000/ha/tahun (Guntara,
2013).
Anatomi dan Morfologi
Kapulaga (Amomum cardamomum)merupakan tanaman tahunan berupa perdu setinggi 1,5
m, berbatang semu, buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau. Mempunyai
daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan tepi rata. Pangkal daunnya
berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar 10-12 cm, pertulangan menyirip dan
berwarna hijau (Maryani, 2003). Batang kapulaga disebut batang semu, karena terbungkus oleh
pelepah daun yang berwarna hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 m.
Batang tumbuh dari rhizome yang berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai
20-30 batang semu, batang tua akan mati dan diganti oleh batang muda yang tumbuh dari rizoma
lain (Sumardi, 1998). Kapulaga berbunga majemuk, berbentuk bonggol yang terletak di pangkal
batang dengan panjang kelopak bunga 12,5 cm di kepala sari terbentuk elips dengan panjang 2
3. mm, tangkai putik tidak berbulu, dan berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung dengan
panjang 12,5 mm, berwarna putih atau putih kekuningan. Mahkota berbuah kotak dengan biji kecil
berwarna hitam (Maryani, 2003). Buahnya berupa buah kotak, terdapat dalam tandan kecil-kecil
dan pendek. Buah bulat memanjang, berlekuk, bersegi tiga, agak pipih, kadang-kadang berbulu,
berwarna putih kekuningan atau kuning kelabu. Buah beruang 3, setiap ruang dipisahkan oleh
selaput tipis setebal kertas. Tiap ruang berisi 5-7 biji kecil- 11 kecil, berwarna coklat atau hitam,
beraroma harum yang khas. Dalam ruang biji, biji ini tersusun memanjang 2 baris, melekat satu
sama lain (Sinaga, 2008). Buah tersusun rapat pada tandan, terdapat 5-8 buah pada setiap
tandannya. Bentuk buah bulat dan beruang tiga, setiap buah mengandung 14-16 biji dan kulit buah
berbulu halus. Panjang buah mencapai 10-16 mm (Sumardi, 1998).
Tanaman kapulaga berasal dari pegunungan Malabar, pantai barat India. Tanaman ini laku
di pasar dunia, sehingga banyak ditanam di Srilanka, Thailand dan Guatemala, sedangkan di
Indonesia, kapulaga mulai dibudidayakan sejak tahun 1986. Kapulaga di daerah Sumatra dikenal
dengan nama roude cardemon (Aceh), kalpulaga (Melayu), pelage puwar (Minangkabau), di Jawa
dikenal dengan nama kapol, palago (Sunda), kapulaga (Jawa), Kapulaga (Madura), dan kapolagha
(Bali). Di Sulawesi dikenal dengan nama kapulaga (Makassar) dan gandimong (Bugis) (Maryani,
2003). Kedudukan taksonomi kapulaga menurut Backer et al. (1968), sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Amomum
Jenis : Amomum
Spesies : Amomum cardamomum
4. Pemanfaatan Kapulaga
Semua bagian tanaman kapulaga dapat dimanfaatkan mulai dari batang, buah, dan
rimpang. Buahnya mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol (<12%),
terpineol, dan borneol. Disamping itu buah kapulaga banyak mengandung saponin, flavnoida,
senyawa- senyawa polifenol, mangan, pati, gula, lemak, protein dan silikat. Biji kapulaga
mengandung 3 - 7 % minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol,
dan beta kamfer. Di samping itu biji juga mengandung minyak lemak, protein, kalsium oksalat dan
asam kersik. Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum Cardamomi, yang
digunakan sebagai stimulans dan pemberi aroma. Rimpangnya mengandung saponin, flavonoida
dan polifenol, serta minyak atsiri (Sinaga, 2008).
Pemanfaatan kapulaga sebagai bahan aromatik, karminatif (mengurangi gas dalam perut
atau mengurangi perut kembung), mengobati batuk, mulut berbau, dan gatal tenggorokan. Buah
keringnya dipergunakan sebagai rempah-rempah dalam bumbu kari dan bumbu kue. Minyak atsiri
dari biji kapulaga digunakan sebagai penyedap kue-kue, gula-gula, parfum, dan obat-obatan, serta
bahan baku pemuatan oil of cardamon yang nantinya dijual lagi sebagai penyedap minuman botol
dan makanan kaleng (Fachriyah dan Sumardi, 2007).
Sebagai obat tradisional, air rebusan seluruh bagian tanaman digunakan untuk obat kuat
bagi orang yang merasa lemas atau lemah akibat kecapaian, penyakit encok atau rematik. Kadang-
kadang juga digunakan sebagai afrodisiaka (untuk meningkatkan libido). Air rebusan batang
digunakan sebagai obat menurunkan panas (demam). Buahnya dipergunakan untuk bahan
penyedap dan penyegar makanan dan minuman, menghilangkan rasa gatal pada tenggorokan,
sebagai obat batuk, dan obat sakit perut. Rimpang sering digunakan untuk menghilangkan bau
mulut, obat batuk, dan menurunkan panas (sebagai antipiretikum). Rimpang yang dikeringkan,
digiling, lalu direbus dapat menjadi minuman penghangat bagi orang yang kedinginan, terutama
bagi yang tinggal di pegunungan, di daerah beriklim dingin atau di hutan yang sangat lembab,
sekaligus dapat mengobati sakit panas dalam (Sinaga, 2008).
5. III. PEMBAHASAN
Teknik Budidaya Tanaman Kapulaga
Penyediaan bibit kapulaga umumnya diperbanyak dengan anakan atau tunas baru atau
percabangan rizoma yang membentuk tunas. Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih
kurang 50 cm dengan akar rizoma yang muda dan mata tunasnya banyak, rizoma yang sudah tua
pertumbuhannya kurang baik. Persiapan lobang tanam dilakukan sebulan sebelum penanaman
dengan terlebih dahulu dibuat lobang tanam dengan ukuran panjang 50 cm dan dalamnya 40 cm.
Sebaiknya 15 hari setelah pembuatan lobang, tanah dikembalikan lagi ke dalam lobang,
sebelumnya tanah dicampur dulu dengan pupuk kandang secukupnya.
Pada penanaman tanaman kapulaga ini dilakukan dengan menggunakan sistem agroforesty
dengan pola tanam full trees, dimana kapulaga ditanam dengan tanaman sengon. Tanaman sengon
berfungsi sebagai penaung, sengon ini ditanam sebelum penanaman kapulaga sehingga pada saat
tanam, sengon yang sebagai penaung telah berfungsi dengan baik. Penanaman sengon dan
kapulaga ini menggunakan perbandingan 1 : 2 (1 sengon – 2 kapulaga). Waktu tanam yang baik
yaitu awal bulan hujan, yaitu sekitar bulan Oktober – Desember. Caranya yaitu bila tanah olahan
atau lobang tanam telah tersedia dan bibit telah disiapkan, kemudian buat lobang kecil, letakkan
bibit sedalam 10 – 15 cm. Tanah di sekitarnya dipadatkan atau ditimbun dengan memperhatikan
tunas agar tidak sampai terganggu (terluka atau patah). Jarak tanam untuk kapulaga bisa digunakan
1 m x 1,5 m atau 1 m x 2 m dan juga bisa 1,5 m x 2 m.
Beberapa pekerjaan penting dalam pemeliharaan kapulaga yang harus dilakukan antara
lain, penyiangan rumput atau pengendalian gulma, penggemburan diluar rumpun untuk
merangsang perumbuhan anakan rimpang sehingga bisa tumbuh lebih baik, pemotongan daun
kering untuk tidak menghalangi penyerbukan bunga, pemotongan batang yang sudah agak tua atau
menguning untuk memberi kesempatan batang muda tumbuh dengan baik, pengaturan anakan agar
tidak tumpang tindih dan untuk merangsang pertumbuhan bunga atau buah juga untuk mengurangi
penguapan pada musim kemarau serta untuk mendapatkan anakan atau bibit baru. Di masa
pemeliharaan ini, yang tidak kalah pentingnya juga pemberian mulsa berupa bahan organik dari
jenis tanaman leguminosa. Untuk lebih meningkatkan mutu maka perlu dilakukan pemupukan
mengingat tanaman kapulaga termasuk rakus akan unsur hara, sehingga pemupukan sangat
diperlukan terutama sekali pupuk organik dan pupuk buatan. Adapun cara dan jumlah pupuk yang
diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
6. Untuk pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah dan pada saat penggemburan
di luar rumpun sebanyak 1 – 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali.
Sedangkan untuk pupuk buatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan pupuk
urea dan diulang pada umur 3 bulan dengan 1 sendok pupuk urea disebar diluar rumpun atau
disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang
diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiap rumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan
kondisi tanaman dan lingkungan. Pupuk buatan diberikan 10 – 12,5 gram berupa Urea dan TSP.
Pupuk ini diberikan diluar rumpun pada batas perakaran dengan membuat selokan kecil, kemudian
ditutup dengan tanah dan disiram seperlunya.
Kapulaga dapat memberikan hasil setelah berumur 2 – 3 tahun. Kapulaga berbuah
sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidak menentu. Dalam pemanenan kapulaga
dikenal istilah panen besar 4 kali dan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara
berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10 – 15 tahun. Hasil panen per hektar
bisa mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun dan ini berlaku untuk tanaman yang sudah berumur
belasan tahun. Adapun syarat-syarat pemanenan kapulaga adalah buah harus dipanen sebelum
benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering, buah akan pecah dan warnanya juga
kurang bagus. Waktu panen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan.
Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawah dompolan buah. Buah yang sudah
dipanen kemudian dijemur sampai kering, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau
dikering anginkan (Firmansyah, 2013).
Tanaman kapulaga yang dijadikan wanafarma dalam sistem agroforestri dapat dikaji lebih
dalam menggunakan analisis SWOT. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan,
kekuatan, keuntungan dan ancaman dalam perkembangan budidaya tanaman kapulaga yang
dijadikan wanafarma. Banyak manfaat yang dapat diambil serta peluang-peluang baru yang
terbuka untuk para petani dalam mengembangkan tanaman obat pada lahan hutan. Berikut analisis
SWOT yang dikembangkan.
A. Strength
- Kapulaga merupakan komoditas 3 emas hijau.
- Kapulaga memiliki banyak khasiat sebagai tanaman obat.
Kandungan kimiawi pada kapula memang cukup banyak yang terkandung dalam kapulaga
dan dapat dimanfaatkan sebgai bahan-bahan obat alami. Efek fitofarmaka bermanfaat bagi
7. manusia yaitu diantaranya dapat digunakan sebagai obat peningkat stamina, penyakit
encok atau rematikdan terkadang juga digunakan sebagai obat peningkat libido
(afrodisiaka).
- Agroforestri merupakan sistem yang mutualisme bagi wanafarma.
Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan yang mengkombinasikan
antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian sehingga didapatkan hasil yang
maksimal dan tidak mengesampingkan sistem konservasi hutan. Wanafarma merupakan
salah satu jenis agroforestri yang mengkombinasikan tanaman kehutanan dengan tanaman
pertanian khususnya tanaman obat. Banyak tanaman obat yang dalam syarat tumbuhnya
memerlukan naunggan seperti tanaman obat kapulaga, maka dari itu dengan
mengkominasikan tanaman tahunan seperti sengon maka diharapkan dapat terjadi
simbiosis mutualisme antara sengon dan tanaman kapulaga. Pemilihan jenis tanaman
dalam agroforestri ini dapat juga di dasarkan kepada tipe perakaran dari masing-masing
tanaman, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kompetisi diantara tanaman tersebut.
B. Weakness
- Masa tanam kapulaga menunggu masa hidup tanaman hutan 2 tahun sehingga harus
menunggu lebih lama.
Dalam sistem wanafarma kapulaga tidak bisa langsung ditanama sembarangan di
antara tanaman sengon. Masa tanam kapulaga harus menunggu masa hidup tanaman hutan
selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu diharapkan sambil menunggu tanaman berumur
2 tahun, petani dapat memilih tanaman wanafarma selain kapulaga yang tidak memerlukan
waktu tunggu yang lama. Setelah memasuki umur tanaman sengon kurang lebih 2 tahun,
tanaman penyeling tadi dapat diganti dengan tanaman kapulaga.
C. Opportunity
- Ekspor kapulaga ke berbagai negara.
Kapulaga mempunyai peluang besar untuk di kirim ke berbagai negara di dunia,
manfaat kapulaga yang sangat banyak menjadikan permintaan tanaman ini meningkat
pesat. Oleh sebab itu manajemen budidaya dan pemasaraan tanaman kapulaga harus
dikelola dengan baik agar kapulaga dapat memasuki pasar dunia. Peningkatan mutu
tanaman kapulaga menjadi kunci suksesnya pemasaraa kapulaga ke berbagai negara karena
8. dengan kualitas yang sesuai standar mutu maka konsumen akan dapat juga menikmati
manfaat kapulaga secara maksimal.
- Pengembangan agroforestri sengon-kapulaga kepada masyarakat.
Sistem pengembangan sengon-kapulaga ini juga harus di kembangkan
kemasyarakat agar dalam memenuhi permintaan pasar dapat terjadi keberlanjutan. Dalam
hal ini perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai sistem pengelolaan
wanafarama dan sistem pengelolaan pasca panen dari komoditas tersebut.
- Penggunaan lahan hutan yang belum terpakai.
Indonesia cukup banyak memiliki hutan-hutan yang luas, umumnya masih minim
sekali penggelolaan dan pemanfaatan hutan secara konservatif. Luasan hutan yang belum
dikelola dan dimanfaatkan secara berpotensi untuk pengembangan skala budidaya sacara
besar.
- Kombinasi tanaman hutan untuk agroforestri selain menggunakan sengon.
D. Threat
- Alih fungsi lahan hutan.
Anacaman alih fungsi lahan hutan ini menjadi isu ancaman yang cukup serius di
Indonesia, setelah bencana asap yang melanda beberapa daerah di indonesia. Dengan
adanya peristiwa tersebut membuktikan bahwa salah satunya belum dilaksanakanya
pengelolaan hutan secara konservatif. Melalui sistem wanafarma ini diharapkan
pengelolaan hutan akan berjalan secara bijaksana dengan mengedepakan segi
konservatifnya.
- Serangan OPT berupa hewan hutan.
Biasanya dalam pemgembangan budidaya tanaman yang dilakukan di daerah hutan
sering juga mendapatkan ancaman OPT yang berupa hewan hutan seperti monyet dan
gajah. Penyebab datangnya ancaman OPT dari hewan hutan ini diperkirakan karena
minimnya sumber pangan mereka dihabitat asli mereka sehingga mereka menyerang
tanaman budidaya untuk mendapatkan sumber pangan baru.
9. IV. KESIMPULAN
Tanaman kapulaga termasuk dalam tanaman obat yang dapat dimanfaatkan bagian batang,
buah, dan rimpang. Tanaman kapulaga dapat dijadikan tanaman tumpang sari untuk tanaman
hutan. Konsep agroforestri yang dikembangkan dalam sistem pengolahan lahan dengan
mengkombinasikan tanaman kehutanan dan pertanian bertujuan dalam peningkatan hasil dan
konservasi lahan. Peningkatan produksi dengan menggunakan pola agroforestri Full Trees
(Wanafarma) dinilai sangat tepat untuk memaksimalkan hasil yang didapatkan dan mempunyai
dampak positif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Faktor yang dapat mempengaruhi antara
lain terdapat faktor lingkungan seperti kondisi tanah (kimia, fisika, dan biologi), keadaan iklim
dan faktor manajemen (teknik budidaya tanaman) yang baik.
10. DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I. dan Wibowo, A. 2007. Pengaruh Pola Tanam Wanatani Terhadap Timbulnya
Penyakit dan Produktivitas Tanaman Tumpangsari. Bulletin Info Hutan Tanaman,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Jakarta.
Backer, C. A., Bakhuizen, V and Brink, R. C. 1968. Flora of Java. P. Noordhof Groningen. The
Netherlands.
Fachriyah, E. dan Sumardi. 2007. Identifikasi Minyak Atsiri Biji Kapulaga (Amomum
cardamomum). Jurnal Sains dan Matematika. 15 (2):83-87.
Firmansyah, S. H. 2013. Ladang Rupiah itu Bernama Kapulaga. <https://firmansyahbetawi.
wordpress.com/2013/03/07/harta-itu-bernama-kapulaga/>. Diakses pada tanggal 25
Oktober 2015.
Guntara. 2013. Agroforestri sebagai alternatif pemanfaatan lahan bawah tegakan untuk
peningkatan pendapatan petani di kabupaten lumajang. Prosiding Seminar Nasional
Agroforestri 2013. Balai Penelitian Teknologi Agroforestri Ciamis.
Kusumedi, P. 2010. Sistem Agroforestri Hutan Rakyat dalam Mendukung Pengelolaan DAS
Berkelanjutan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Solo, Solo.
Maryani, H. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit pada Usia Lanjut. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Sinaga, E. 2008. Amomum cardamomum Willd (Kapulaga). Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tumbuhan Obat UNAS. <http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan
/tanaman_obat/depkes/Kapulaga.pdf>.Diakses pada 25 Oktober 2015. Pukul 20.11
WIB.
Sumardi. 1998. Isolasi dan identifikasi Minyak Atsiri dari Biji Kapulaga (Amomum
Cardamomum). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Diponegoro. Semarang. Skripsi.
11. PENGEMBAGAN KAPULAGA (Elletria cardamomum) SEBAGAI WANAFARMA
DALAM SISTEM AGROFORESTRI
`
Disusun oleh :
1. Maryam Muharroron (13442)
2. Bio Gama R (13448)
3. Fridia Nur Sofiarani (13584)
4. Irwan Gery Renaldi (13606)
Kelompok : 11
Dosen Pengampu : Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015