SlideShare a Scribd company logo
Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si.
1
TANAMAN UBI KAYU/SINGKONG (Manihot esculenta)
Disusun oleh Nurhaida (201410200311047)
Jurusan Agroteknologi/Agronomi
Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang
I. PENDAHULUAN
Ubi Kayu atau biasa disebut singkong banyak digemari oleh masyarakat Indonesia baik
sebagai tanaman pangan, tanaman pakan untuk ternak maupun bahan dasar industri. Hampir
seluruh bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan seperti umbi ubi kayu, pucuk (daun)
ubi kayu, batang ubi kayu, ubi kayu afkir, dan onggok (omblong). Namun tidak banyak dari
masyarakat yang memanfaatkan tanaman tersebut secara maksimal.
Semakin meningkatnya produksi ubi kayu dari tahun ke tahun semakin penting pula
perlunya masyarakat mengetahui teknik budidaya Tanaman Ubi Kayu. Disamping itu,
masyarakat perlu memiliki pengetahuan tentang syarat tumbuh dan penyakit yang menyerang
Tanaman Ubi Kayu agar mendapatkan produksi ubi kayu yang maksimal. Oleh sebab itu
penulis membuat paper mengenai Tanaman Ubi Kayu agar menjadi pedoman referensi yang
berguna dalam budidaya Tanaman Ubi Kayu dan dalam memanfaatkan tenaman tersebut secara
maksimal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Ubi Kayu
Ubi kayu dengan nama latin Manihot esculenta, pertama kali dikenal di Amerika
Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk
modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil
Selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar banyak, semua kultivar Manihot esculenta dapat
dibudidayakan (Arifin dkk., 2012).
Ubi kayu ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda)
pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke
Nusantara dari Brasil. Namun ubi kayu baru bermasyarakat pada tahun 1952. Penyebaran
pertama kali ubi kayu terjadi, antara lain ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok dan beberapa
negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan selanjutnya, ubi kayu
menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada posisi 300 Lintang Utara dan 300
Lintang Selatan (Arifin dkk., 2012). Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan ubi
kayu di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta
Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia
setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan bahan dasar pada
industri makanan seperti sumber utama pembuatan pati. Selama ini produksi ubi kayu yang
berlimpah sebagian besar digunakan sebagai bahan baku industri tapioka. Industri tapioka
Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si.
2
merupakan industri skala besar yang paling berkembang di Lampung. Jumlah perusahaan
tapioka yang didaftar pada Dinas Pertanian Lampung Timur saat ini sebanyak 31 perusahaan
dengan kapasitas 56.927,08 ton (Anonimous, 2007).
Produksi ubi kayu dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2008. Sebagian
besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan
Kepulauan Karibia (BPS Indonesia, 2013).
Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam lima
tahun terakhir ini dari sebesar 19.321.183 ton pada tahun 2005 menjadi 21.786.691 pada tahun
2009, atau mengalami peningkatan sebesar 11,32% (Departemen Pertanian, 2009).
Banyak dijumpai nama lokal dari ubi kayu antara lain singkong, kaspe, budin, sampen
dan lain-lain. Tanaman ubi kayu termasuk dalam famili Euphorbiaceae dapat tumbuh dengan
mudah hampir di semua jenis tanah dan tahan terhadap serangan hama maupun penyakit. Pada
umumnya, umbi ubi kayu dimanfaatkan sebagai bahan pangan sumber karbohidrat (54,2%),
industri tepung tapioka (19,70%), industri pakan ternak (1,80%), industri non pangan lainnya
(8,50%) dan sekitar 15,80% diekspor (Andrizal, 2003).
Berdasarkan sifat fisik dan kimia, ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang
panjang dengan rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
ubi kayu yang ditanam. Sifat fisik dan kimia ubi kayu sangat penting artinya untuk
pengembangan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Karakterisasi sifat fisik dan
kimia ubi kayu ditentukan olah sifat pati sebagai komponen utama dari ubi kayu. Ubi kayu tidak
memiliki periode matang yang jelas karena ubinya terus membesar (Rubatzky and Yamaguchi,
1998).
Akibatnya, periode panen dapat beragam sehingga dihasilkan ubi kayu yang memiliki
sifat fisik dan kimia yang berbeda – beda. Sifat fisik dan kimia pati seperti bentuk dan ukuran
granula, kandungan amilosa dan kandungan komponen non pati sangat dipengaruhi oleh faktor
genetik, kondisi tempat tumbuh dan umur tanaman (Moorthy, 2002).
Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar
berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu harus disesuaikan untuk
peruntukannya. Di daerah dimana ubikayu dikonsumsi secara langsung untuk bahan pangan
diperlukan varietas ubi kayu yang rasanya enak dan pulen dan kandungan HCN rendah. Asam
sianida (HCN) dikelompokkan sebagai senyawa racun. Asam ini merupakan faktor pembatas
dalam pemanfaatan tanaman ubi kayu sebagai pakan karena ternak yang mengkonsumsinya
dapat mengalami keracunan (Antari, dkk, 2009).
Berdasarkan kandungan HCN ubi kayu dibedakan menjadi ubi kayu manis/tidak pahit,
dengan kandungan HCN < 40 mg/kg umbi segar, dan ubikayu pahit dengan kadar HCN ≥ 50
mg/kg umbi segar. Kandungan HCN yang tinggi dapat menyebabkan keracunan bagi manusia
maupun hewan, sehingga tidak dianjurkan untuk konsumsi segar. Untuk bahan tape (peuyem)
para pengrajin suka umbi ubi kayu yang tidak pahit, rasanya enak dan daging umbi berwarna
kekuningan seperti varietas lokal Krentil, Mentega, atau Adira-1. Tetapi untuk industri pangan
yang berbasis tepung atau pati ubikayu, diperlukan ubi kayu yang umbinya berwarna putih dan
mempunyai kadar bahan kering dan pati yang tinggi. Untuk keperluan industri tepung tapioka,
umbi dengan kadar HCN tinggi tidak menjadi masalah karena bahan racun tersebut akan hilang
selama pencucian, pemanasan, dan pengeringan dalam proses menjadi tepung dan pati (Antari,
dkk, 2009).
Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si.
3
Tanaman ubi kayu terdiri dari dua bagian pokok yaitu umbi dan tops. Tops adalah
bagian atas tanaman ubi kayu yang meliputi daun, batang dan cabang ubi kayu. Coch et al.
(1973) dalam Abbas et al. (1986). Berikut beberapa organ tanaman ubi kayu :
a. Pucuk (daun) ubi kayu
Pucuk ubi kayu merupakan bagian atas tanaman yang pada umumnya terdiri dari daun
dan tangkai/ ranting-ranting muda; jumlahnya berkisar 7% (daun) dan 12% (ranting).
b. Batang ubi kayu
Batang ubi kayu mempunyai kulit serta lapisan kayu yang berbentuk bulat dan
berongga; terisi oleh lapisan gabus. Pada tanaman yang telah dewasa batang ubi kayu
mendominasi persentase bagian tops selain daun dan ranting yakni 89,1%.
c. Ubi kayu afkir
Pada proses pembuatan gaplek, tepung tapioka maupun bahan olahan ubi kayu yang lain
seperti pembuatan snack, tape dan lain-lain; penyiapan bahan baku menyisakan kulit dan
bonggol ubi kayu yaitu ubi kayu bagian pangkal yang biasanya keras. Bonggol ubi kayu serta
ubi kayu kualitas rendah yang tidak layak diproses inilah yang dikenal dengan istilah ubi kayu
afkir. Dapat diberikan kepada ternak dalam keadaan segar maupun kering.
d. Kulit ubi kayu
Dihasilkan pada proses pengolahan ubi kayu menjadi produk olahan misalnya pada
pembuatan gaplek, tapioka maupun aneka bahan pangan asal ubi kayu (snack). Kulit ubi kayu
ini merupakan bagian yang cepat terdegradasi di dalam rumen.
e. Onggok (gamblong)
Merupakan hasil ikutan padat dari pengolahan tepung tapioka. Sebagai ampas pati ubi
kayu yang mengandung banyak karbohidrat, onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
2.2 Potensi Produksi dan Nilai Nutrisi Limbah Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan bahan pakan yang sangat potensial dan mudah diperoleh hampir
di setiap wilayah. Potensi produksi tanaman ubi kayu yang terus meningkat secara otomatis
juga meningkatkan limbah ubi kayu dan agroindustrinya sehingga memungkinkan
pemanfaatannya sebagai pakan ternak semakin luas. Ubi kayu mengandung protein yang
rendah, oleh karena itu, banyak penelitian dilakukan untuk meningkatkan nilai nutrisinya agar
dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Ruminansia dapat memanfaatkan
tidak hanya umbi ubi kayu tetapi juga batang, daun, kulit serta residu dari pengolahan tapioka
seperti gamblong/onggok, karena ruminansia punya toleransi yang cukup baik terhadap pakan
kualitas rendah.
Kandungan nutrisi beberapa limbah dari ubi kayu antara lain daun, kulit dan onggok.
Umbi ubi kayu sangat tinggi kandungan energi namun minimal dalam kandungan protein,
sebaliknya bagian daun mengandung protein yang cukup tinggi. Secara umum, semua bagian
dari tanaman ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Bagian daun dapat dijadikan sebagai
sumber protein, pemberiannya dalam bentuk kering atau silase. Batang dapat dicampurkan
dengan daun sebagai ingredien dalam pakan penguat. Umbi dapat diubah bentuknya menjadi
pelet, sedangkan bagian kulit umbi dan onggok dapat dikeringkan terlebih dahulu sebelum
digunakan atau dapat digunakan sebagai substrat untuk produksi protein sel tunggal (single cell
protein).
Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si.
4
Unsur mineral sangat penting bagi ternak, mineral mempunyai fungsi fisiologis yang
tersifat, namun secara umum mineral mempunyai fungsi yang lebih beragam antara lain
sebagai: pembentuk tulang dan gigi, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa
dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam-basa, sebagai aktivator sistem enzim tertentu,
sebagai komponen dari sistem enzim, serta mempunyai sifat yang karakteristik terhadap
kepekaan otot dan saraf (Tillman et al., 1998)
2.3 Syarat Tumbuh
Tanaman ubi kayu banyak diusahakan di lahan kering dengan berbagai jenis tanah
terutama Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol. Provinsi Lampung merupakan sentral produksi ubi
kayu utama di Indonesia. Di Provinsi Lampung ubi kayu sebagian besar ditanam di lahan
Ultisol bersifat masam, Al-dd tinggi dan kandungan hara relatif miskin. Ubi kayu dapat tumbuh
dengan baik pada tanah ultisol dengan pH 6,1. Klon yang umum ditanam petani adalah klon
unggul UJ-5. Ubi kayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubi kayu berada
pada 30˚ LU dan 30˚ LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi,
tanaman ubi kayu menghendaki persyaratan iklim tertentu (Tim Prima Tani, 2006).
a. Suhu
Tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18˚-35˚C. Pada suhu di bawah 10˚C
pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. Kelembaban udara yang dibutuhkan ubi kayu
adalah 65% (Suharno et al., 1999). Namun demikian, untuk berproduksi secara maksimum
tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi tertentu, yaitu pada dataran rendah tropis, dengan
ketinggian 150 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu rata-rata antara 25˚-27˚C, tetapi
beberapa varietas dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1500 m dpl (Anonim, 2003).
c. Curah hujan
Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup, tetapi tanaman
ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm). Curah
hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760- 1015 mm per tahun. Curah hujan terlalu
tinggi mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi
apabila drainase kurang baik (Anonim, 2003, Suharno et al., 1999). Waktu tanam ubi kayu yang
baik untuk lahan tegalan adalah pada awal musim penghujan (MH I), sedangkan pada lahan
sawah tadah hujan adalah setelah panen padi (MH II), karena selama pertumbuhan vegetatif
aktif (3-4 bulan pertama) ubi kayu membutuhkan air. Untuk pertumbuhan selanjutnya ubi kayu
tidak terlalu banyak membutuhkan air.
2.4 Budidaya Tanaman Ubi Kayu
a. Penyiapan Bibit
Sumber bibit ubi kayu berasal dari pembibitan tradisional berupa stek yang diambil dari
tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan dengan kebutuhan bibit untuk sistem budidaya ubi
kayu monokultur adalah 10.000 - 15.000 stek ha-1 (Tim Prima Tani, 2006). Untuk satu batang
ubi kayu hanya diperoleh 10 - 20 stek sehingga luas areal pembibitan minimal 20% dari luas
areal yang akan ditanami ubi kayu. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama
penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan hasil ubi kayu. Bibit yang
dianjurkan untuk ditanam adalah stek dari batang bagian tengah dengan diameter batang 2-3
cm, panjang 15-20 cm, dan tanpa penyimpanan.
Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si.
5
b. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan berupa pengolahan tanah bertujuan untuk : (1) Memperbaiki struktur
tanah; (2) Menekan pertumbuhan gulma; dan (3) Menerapkan sistem konservasi tanah untuk
memperkecil peluang terjadinya erosi. Tanah yang baik untuk budidaya ubi kayu adalah
memiliki struktur gembur atau remah yang dapat dipertahankan sejak fase awal pertumbuhan
sampai panen. Kondisi tersebut dapat menjamin sirkulasi O2 dan CO2 di dalam tanah terutama
pada lapisan olah sehingga aktivitas jasad renik dan fungsi akar optimal dalam penyerapan hara.
Menurut Tim Prima Tani (2006), tanah sebaiknya diolah dengan kedalaman sekitar 25 cm,
kemudian dibuat bedengan dengan lebar bedengan dan jarak antar bedengan disesuaikan jarak
tanam ubi kayu, yaitu 80-130 cm x 60-100 cm. Pada lahan miring atau peka erosi, tanah perlu
dikelola dengan sistem konservasi, yaitu : (1) tanpa olah tanah; (2) olah tanah minimal; dan (3)
olah tanah sempurna sistem guludan kontur. Pengolahan minimal (secara larik atau individual)
efektif mengendalikan erosi tetapi hasil ubi kayu seringkali rendah dan biaya pengendalian
gulma relatif tinggi. Dalam hal ini tanah dibajak (dengan traktor 3-7 singkal piring atau hewan
tradisional) dua kali atau satu kali yang diikuti dengan pembuatan guludan (ridging). Untuk
lahan peka erosi, guludan juga berperan sebagai pengendali erosi sehingga guludan dibuat
searah kontur.
c. Penanaman
Stek ditanam di guludan dengan jarak antar barisan tanaman 80-130 cm dan dalam
barisan tanaman 60-100 cm untuk sistem monokultur, sedangkan jarak tanam ubi kayu untuk
sistem tumpangsari dengan kacang tanah, kedelai, atau kacang hijau adalah 200 x 100 cm dan
jarak tanam tanaman sela yang efektif mengendalikan erosi dan produktivitasnya tinggi adalah
40 cm antara barisan dan 10-15 cm dalam barisan.
Penanaman stek ubi kayu disarankan pada saat tanah dalam kondisi gembur dan lembab
atau ketersediaan air pada lapisan olah sekitar 80% dari kapasitas lapang. Tanah dengan kondisi
tersebut akan dapat menjamin kelancaran sirkulasi O2 dan CO2 serta meningkatkan aktivitas
mikroba tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat
secara maksimal dan ditranslokasikan ke dalam umbi secara maksimal pula. Posisi stek di tanah
dan kedalaman tanam dapat mempengaruhi hasil ubikayu. Stek yang ditanam dengan posisi
vertikal (tegak) dengan kedalaman sekitar 15 cm memberikan hasil tertinggi baik pada musim
hujan maupun musim kemarau. Penanam stek dengan posisi vertikal juga dapat memacu
pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang ditanam dengan posisi
miring atau horizontal (mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara merata seperti stek yang
ditanam vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah.
d. Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi ubi kayu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hara yang hilang terbawa panen untuk setiap ton umbi
segar adalah 6,54 kg N; 2,24 kg P2O5; dan 9,32 K2O ha-1 musim-1, dimana 25% N, 30%
P2O5, dan 26% K2O terdapat di dalam umbi. Berdasarkan perhitungan tersebut, hara yang
terbawa panen ubi kayu pada tingkat hasil 30 ton ha-1 adalah 147,6 kg N; 47,4 kg P2O5; dan
179,4 kg K2O ha-1. Untuk mendapatkan hasil tinggi tanpa menurunkan tingkat kesuburan
tanah, hara yang terbawa panen tersebut harus diganti melalui pemupukan setiap musim. Tanpa
pemupukan akan terjadi pengurasan hara sehingga tingkat kesuburan tanah menurun.
Pemupukan yang tidak rasional dan tidak berimbang juga dapat merusak kesuburan tanah.
Pemupukan harus dilakukan secara efisien sehingga didapatkan produksi tanaman dan
Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si.
6
pendapatan yang diharapkan. Umbi ubi kayu adalah tempat menyimpan sementara hasil
fotosintesis yang tidak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Dengan demikian,
pertumbuhan vegetatif yang berlebihan akibat dosis pemupukan yang tinggi dapat menurunkan
hasil panen.
Efisiensi pemupukan dipengaruhi oleh jenis pupuk, varietas, jenis tanah, pola tanam,
dan keberadaan unsur lainnya di dalam tanah. Untuk pertanaman ubi kayu sistem monokultur,
disarankan pemberian pupuk anorganik sebanyak 200 kg Urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl
hektar-1 yang diberikan sebanyak tiga tahap. Tahap I umur 7 - 10 hari diberikan 50 kg Urea,
100 kg SP36, dan 50 kg KCl ha-1, dan tahap II umur 2 - 3 bulan diberikan 75 kg Urea dan 50
kg KCl ha-1, serta tahap III umur 5 bulan diberikan lagi 75 kg Urea ha-1. Pupuk organik
(kotoran ternak) dapat digunakan sebanyak 1 -2 ton ha-1 pada saat tanam.
e. Pemeliharaan Tanaman
Kelemahan ubi kayu pada fase pertumbuhan awal adalah tidak mampu berkompetisi
dengan gulma. Periode kritis atau periode tanaman harus bebas gangguan gulma adalah antara
5 - 10 minggu setelah tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis
tersebut, produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma. Untuk itu,
penyiangan diperlukan hingga tanaman bebas dari gulma sampai berumur sekitar 3 bulan.
Menurut Wargiono dkk. (2006), pada bulan ke-4 kanopi ubi kayu mulai menutup permukaan
tanah sehingga pertumbuhan gulma mulai tertekan karena kecilnya penetrasi sinar matahari di
antara ubi kayu. Oleh karena itu, kondisi bebas gulma atau penyiangan pada bulan ke-4 tidak
diperlukan karena tidak lagi mempengaruhi hasil. Pada saat penyiangan, juga dilakukan
pembumbunan, yaitu umur 2 - 3 bulan. Pemeliharaan selanjutnya yang perlu diperhatikan
adalah pembatasan tunas. Pada saat tanaman berumur 1 bulan dilakukan pemilihan tunas
terbaik, tunas yang jelek dibuang sehingga tersisa dua tunas yang paling baik. Sementara itu,
pengendalian hama dan penyakit tidak perlu dilakukan karena sampai saat ini tanaman ubi kayu
tidak memerlukan pengendalian hama dan penyakit. Bila di lapangan diperlukan pengendalian
hama penyakit, maka tindakan yang dilakukan sbb.:
1. Tungau/kutu merah (Tetranychus bimaculatus) dikendalikan secara mekanik dengan
memetik daun sakit pada pagi hari dan kemudian dibakar. Pengendalian secara kimiawi
menggunakan akarisida.
2. Kutu sisik hitam (Parasaissetia nigra) dan kutu sisik putih (Anoidomytilus
albus) dikendalikan secara mekanis dengan mencabut dan membatasi tanaman sakit
menggunakan bibit sehat. Pengendalian secara kimiawi menggunakan perlakuan stek
insektisida seperti tiodicarb dan oxydemeton methil.
3. Penyakit bakteri B. manihotis dan X. manihotis menyerang daun muda dan P.
solanacearum menyerang bagian akar tanaman sehingga tanaman layu dan mati.
Pengendalian dapat dilakukan menggunakan varietas tahan/agak tahan.
4. Penyakit lain adalah cendawan karat daun (Cercospora sp.), perusak batang (Glomerell
sp.), dan perusak umbi (Fusarium sp.). Pengendalian dianjurkan menggunakan larutan
belerang 5%.
5. Penyakit virus mosaik (daun mengerting) belum ada rekomendasi pengendaliannya.
f. Panen
Panen yang paling baik adalah pada saat kadar karbohidrat mencapai tingkat maksimal.
Bobot umbi meningkat dengan bertambahnya umur panen, sedangkan kadar pati cenderung
stabil pada umur 7 - 9 bulan. Hal ini menunjukan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tim
Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si.
7
Prima Tani (2006) menganjurkan panen pada saat tanaman berumur 8 - 10 bulan dan dapat
ditunda hingga berumur 12 bulan. Fleksibilitas umur panen tersebut memberi peluang petani
melakukan pemanenan pada saat harga jual tinggi. Dalam kurun waktu 5 bulan tersebut (panen
8 - 12 bulan) dapat dilakukan pemanenan bila harga jual ubi kayu naik karena tidak mungkin
melakukan penyimpanan ubi kayu di gudang penyimpanan seperti halnya tanaman pangan
lainnya. Pembeli biasanya akan membeli ubi kayu dalam bentuk segar yang umurnya tidak
lebih dari 2 x 24 jam dari saat panen.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar
berbagai industri. Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
pesat dalam lima tahun terakhir.
b. Ubi kayu merupakan bahan pakan yang sangat potensial dan mudah diperoleh hampir
di setiap wilayah. Ruminansia dapat memanfaatkan tidak hanya umbi ubi kayu tetapi
juga batang, daun, kulit serta residu dari pengolahan tapioka seperti gamblong/onggok,
karena ruminansia punya toleransi yang cukup baik terhadap pakan kualitas rendah.
c. Tanaman Ubi Kayu cocok pada tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol, suhu antara 18˚ -
35˚c, serta curah hujan yang optimal antara 760- 1015 mm per tahun.
d. Teknik budidaya Tanaman Ubi Kayu terdapat beberapa tahap yaitu penyiapan bibit,
penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan panen.
Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S., A. Halim, A. Ahmad dan S.T. Amidarmo. 1986. Limbah Tanaman Ubi Kayu.
Dalam: Limbah Hasil Pertanian. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi
Pangan.
Andrizal. 2003. Potensi, tantangan dan kendala pengembangan agroindustri ubi kayu dan
kebijakan industri perdagangan yang diperlukan. Pemberdayaan Agribisnis Ubi Kayu
Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian.
Anonim, 2003. Tapioca :Nature of cassava.
http://foodmarketexchange.com/datacenter/product/feedstuff/tapioca/detail/dc_pi_ft_tap
ioca_0205.htm#. diakses tgl 24 September 2017.
Anonim. 2007. Pengolahan Tepung Tapioka. Sipuk-Bank Sentral Republik Indonesia.
Arifin, B. 2012. Kebijakan Perdagangan Pangan. Penerbit Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Antari, R. dan U. Umiyasih. 2009. Pemanfaatan Tanaman Ubi Kayu dan Limbahnya secara
Optimal Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa Vol. 19 No. 4
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Statistik Lahan Pertanian 2014. BPS Provinsi
Lampung.
Departemen Pertanian. 2009. Basis Data Pertanian.
http://database.deptan.go.id/bdsp/hasil_kom_asp. (30 Maret 2009).
Moorthy, S. N. 2002. Physicochemical and Functional Properties Of Tropical Tuber Starches.
Starch/ Stärke. 54 : 559-592.
Rubatzky, V.E dan Yamaguchi. 1988. Sayuran Dunia; Prinsip. Produksi dan
Gizi Jilid 1. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 163-177.
Suharno et al., 1999. Suharno. Djasmin. Rubiyo. Dasiran. 1999. Budi Daya Ubi Kayu.
Kendari: Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo. S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press. Yogyakarta.
Tim Prima Tani. 2006. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Pangan Berbasis Agroekosistem
Mendukung Prima Tani. Puslitbangtan Bogor; 40 hlm.
Wargiono, J. Hasanudin. Suyanto. 2006. Teknologi Produksi Ubi kayu Mendukung
Industri Bioetanol. Jakarta: Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.

More Related Content

What's hot

Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Purwandaru Widyasunu
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
Tidar University
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
Repository Ipb
 
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptxPPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
BPPSINDANGKASIH
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Tidar University
 
Budidaya tanaman kelapa serta pemanfaatan limbahnya
Budidaya tanaman kelapa serta pemanfaatan limbahnyaBudidaya tanaman kelapa serta pemanfaatan limbahnya
Budidaya tanaman kelapa serta pemanfaatan limbahnyaBima Andika
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
VanyWardani
 
Budidaya tanaman kelapa 1
Budidaya tanaman kelapa 1Budidaya tanaman kelapa 1
Budidaya tanaman kelapa 1
Indri Eljawiiy
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
Moh Masnur
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
Py Bayu
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Tidar University
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
tochi run
 
Ppt Budidaya Jagung.pptx
Ppt Budidaya Jagung.pptxPpt Budidaya Jagung.pptx
Ppt Budidaya Jagung.pptx
Muasyaroh
 

What's hot (20)

Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptxPPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
Budidaya tanaman kelapa serta pemanfaatan limbahnya
Budidaya tanaman kelapa serta pemanfaatan limbahnyaBudidaya tanaman kelapa serta pemanfaatan limbahnya
Budidaya tanaman kelapa serta pemanfaatan limbahnya
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
 
Budidaya tanaman kelapa 1
Budidaya tanaman kelapa 1Budidaya tanaman kelapa 1
Budidaya tanaman kelapa 1
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Ppt Budidaya Jagung.pptx
Ppt Budidaya Jagung.pptxPpt Budidaya Jagung.pptx
Ppt Budidaya Jagung.pptx
 

Similar to Tanaman ubi kayu

Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
Gery XI
 
Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung
Fitri Hamasah
 
bahan pangan masyarakat
bahan pangan masyarakatbahan pangan masyarakat
bahan pangan masyarakatDino Rhamza
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
AGROTEKNOLOGI
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Google
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
Operator Warnet Vast Raha
 
Bab i
Bab iBab i
Makalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasMakalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasmoe2l
 
Agribisnis
AgribisnisAgribisnis
Agribisnis
HeriEko Purwanto
 
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ipPaper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Febrina Tentaka
 
Makalah kapulaga
Makalah kapulagaMakalah kapulaga
Makalah kapulaga
Andrew Hutabarat
 
Praktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanPraktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen Tanaman
Andrew Hutabarat
 
85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix
harissutrisno
 
Budidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman GambirBudidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman Gambir
Febrina Tentaka
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht
novriandasipil
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
PPGhybrid3
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan ii
Febrina Tentaka
 
Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih
Andrew Hutabarat
 

Similar to Tanaman ubi kayu (20)

Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung
 
bahan pangan masyarakat
bahan pangan masyarakatbahan pangan masyarakat
bahan pangan masyarakat
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasMakalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalas
 
Agribisnis
AgribisnisAgribisnis
Agribisnis
 
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ipPaper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
 
Makalah kapulaga
Makalah kapulagaMakalah kapulaga
Makalah kapulaga
 
Praktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanPraktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen Tanaman
 
85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix85162 tugas buku iot vi fix
85162 tugas buku iot vi fix
 
Budidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman GambirBudidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman Gambir
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan ii
 
Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih
 
Budidaya kacang tanah
Budidaya kacang tanahBudidaya kacang tanah
Budidaya kacang tanah
 

More from Nur Haida

Perkembangan Jamur Konsumsi di Dunia
Perkembangan Jamur Konsumsi di DuniaPerkembangan Jamur Konsumsi di Dunia
Perkembangan Jamur Konsumsi di Dunia
Nur Haida
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
Nur Haida
 
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Nur Haida
 
Paper kompos dan pengomposan
Paper kompos dan pengomposanPaper kompos dan pengomposan
Paper kompos dan pengomposan
Nur Haida
 
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak PagarProduksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Nur Haida
 
Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar
Pertumbuhan Tanaman Jarak PagarPertumbuhan Tanaman Jarak Pagar
Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar
Nur Haida
 
Teknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur TiramTeknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur Tiram
Nur Haida
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Nur Haida
 

More from Nur Haida (8)

Perkembangan Jamur Konsumsi di Dunia
Perkembangan Jamur Konsumsi di DuniaPerkembangan Jamur Konsumsi di Dunia
Perkembangan Jamur Konsumsi di Dunia
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
 
Paper kompos dan pengomposan
Paper kompos dan pengomposanPaper kompos dan pengomposan
Paper kompos dan pengomposan
 
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak PagarProduksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Produksi Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
 
Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar
Pertumbuhan Tanaman Jarak PagarPertumbuhan Tanaman Jarak Pagar
Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar
 
Teknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur TiramTeknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur Tiram
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 

Recently uploaded

Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
ssuserb357a32
 
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptxPenetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Erma753811
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
muhammadnoorhasby04
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
d1051231039
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
LukmanulHakim572233
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
d1051231041
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Biotani & Bahari Indonesia
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
d1051231072
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
BrigittaBelva
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
AzisRois1
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
YUZANAPRATIWI
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
d1051231034
 

Recently uploaded (12)

Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
 
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptxPenetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
 

Tanaman ubi kayu

  • 1. Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 1 TANAMAN UBI KAYU/SINGKONG (Manihot esculenta) Disusun oleh Nurhaida (201410200311047) Jurusan Agroteknologi/Agronomi Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang I. PENDAHULUAN Ubi Kayu atau biasa disebut singkong banyak digemari oleh masyarakat Indonesia baik sebagai tanaman pangan, tanaman pakan untuk ternak maupun bahan dasar industri. Hampir seluruh bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan seperti umbi ubi kayu, pucuk (daun) ubi kayu, batang ubi kayu, ubi kayu afkir, dan onggok (omblong). Namun tidak banyak dari masyarakat yang memanfaatkan tanaman tersebut secara maksimal. Semakin meningkatnya produksi ubi kayu dari tahun ke tahun semakin penting pula perlunya masyarakat mengetahui teknik budidaya Tanaman Ubi Kayu. Disamping itu, masyarakat perlu memiliki pengetahuan tentang syarat tumbuh dan penyakit yang menyerang Tanaman Ubi Kayu agar mendapatkan produksi ubi kayu yang maksimal. Oleh sebab itu penulis membuat paper mengenai Tanaman Ubi Kayu agar menjadi pedoman referensi yang berguna dalam budidaya Tanaman Ubi Kayu dan dalam memanfaatkan tenaman tersebut secara maksimal. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu dengan nama latin Manihot esculenta, pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil Selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar banyak, semua kultivar Manihot esculenta dapat dibudidayakan (Arifin dkk., 2012). Ubi kayu ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil. Namun ubi kayu baru bermasyarakat pada tahun 1952. Penyebaran pertama kali ubi kayu terjadi, antara lain ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok dan beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada posisi 300 Lintang Utara dan 300 Lintang Selatan (Arifin dkk., 2012). Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan ubi kayu di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot esculenta Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan bahan dasar pada industri makanan seperti sumber utama pembuatan pati. Selama ini produksi ubi kayu yang berlimpah sebagian besar digunakan sebagai bahan baku industri tapioka. Industri tapioka
  • 2. Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 2 merupakan industri skala besar yang paling berkembang di Lampung. Jumlah perusahaan tapioka yang didaftar pada Dinas Pertanian Lampung Timur saat ini sebanyak 31 perusahaan dengan kapasitas 56.927,08 ton (Anonimous, 2007). Produksi ubi kayu dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2008. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (BPS Indonesia, 2013). Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam lima tahun terakhir ini dari sebesar 19.321.183 ton pada tahun 2005 menjadi 21.786.691 pada tahun 2009, atau mengalami peningkatan sebesar 11,32% (Departemen Pertanian, 2009). Banyak dijumpai nama lokal dari ubi kayu antara lain singkong, kaspe, budin, sampen dan lain-lain. Tanaman ubi kayu termasuk dalam famili Euphorbiaceae dapat tumbuh dengan mudah hampir di semua jenis tanah dan tahan terhadap serangan hama maupun penyakit. Pada umumnya, umbi ubi kayu dimanfaatkan sebagai bahan pangan sumber karbohidrat (54,2%), industri tepung tapioka (19,70%), industri pakan ternak (1,80%), industri non pangan lainnya (8,50%) dan sekitar 15,80% diekspor (Andrizal, 2003). Berdasarkan sifat fisik dan kimia, ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis ubi kayu yang ditanam. Sifat fisik dan kimia ubi kayu sangat penting artinya untuk pengembangan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Karakterisasi sifat fisik dan kimia ubi kayu ditentukan olah sifat pati sebagai komponen utama dari ubi kayu. Ubi kayu tidak memiliki periode matang yang jelas karena ubinya terus membesar (Rubatzky and Yamaguchi, 1998). Akibatnya, periode panen dapat beragam sehingga dihasilkan ubi kayu yang memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda – beda. Sifat fisik dan kimia pati seperti bentuk dan ukuran granula, kandungan amilosa dan kandungan komponen non pati sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, kondisi tempat tumbuh dan umur tanaman (Moorthy, 2002). Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu harus disesuaikan untuk peruntukannya. Di daerah dimana ubikayu dikonsumsi secara langsung untuk bahan pangan diperlukan varietas ubi kayu yang rasanya enak dan pulen dan kandungan HCN rendah. Asam sianida (HCN) dikelompokkan sebagai senyawa racun. Asam ini merupakan faktor pembatas dalam pemanfaatan tanaman ubi kayu sebagai pakan karena ternak yang mengkonsumsinya dapat mengalami keracunan (Antari, dkk, 2009). Berdasarkan kandungan HCN ubi kayu dibedakan menjadi ubi kayu manis/tidak pahit, dengan kandungan HCN < 40 mg/kg umbi segar, dan ubikayu pahit dengan kadar HCN ≥ 50 mg/kg umbi segar. Kandungan HCN yang tinggi dapat menyebabkan keracunan bagi manusia maupun hewan, sehingga tidak dianjurkan untuk konsumsi segar. Untuk bahan tape (peuyem) para pengrajin suka umbi ubi kayu yang tidak pahit, rasanya enak dan daging umbi berwarna kekuningan seperti varietas lokal Krentil, Mentega, atau Adira-1. Tetapi untuk industri pangan yang berbasis tepung atau pati ubikayu, diperlukan ubi kayu yang umbinya berwarna putih dan mempunyai kadar bahan kering dan pati yang tinggi. Untuk keperluan industri tepung tapioka, umbi dengan kadar HCN tinggi tidak menjadi masalah karena bahan racun tersebut akan hilang selama pencucian, pemanasan, dan pengeringan dalam proses menjadi tepung dan pati (Antari, dkk, 2009).
  • 3. Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 3 Tanaman ubi kayu terdiri dari dua bagian pokok yaitu umbi dan tops. Tops adalah bagian atas tanaman ubi kayu yang meliputi daun, batang dan cabang ubi kayu. Coch et al. (1973) dalam Abbas et al. (1986). Berikut beberapa organ tanaman ubi kayu : a. Pucuk (daun) ubi kayu Pucuk ubi kayu merupakan bagian atas tanaman yang pada umumnya terdiri dari daun dan tangkai/ ranting-ranting muda; jumlahnya berkisar 7% (daun) dan 12% (ranting). b. Batang ubi kayu Batang ubi kayu mempunyai kulit serta lapisan kayu yang berbentuk bulat dan berongga; terisi oleh lapisan gabus. Pada tanaman yang telah dewasa batang ubi kayu mendominasi persentase bagian tops selain daun dan ranting yakni 89,1%. c. Ubi kayu afkir Pada proses pembuatan gaplek, tepung tapioka maupun bahan olahan ubi kayu yang lain seperti pembuatan snack, tape dan lain-lain; penyiapan bahan baku menyisakan kulit dan bonggol ubi kayu yaitu ubi kayu bagian pangkal yang biasanya keras. Bonggol ubi kayu serta ubi kayu kualitas rendah yang tidak layak diproses inilah yang dikenal dengan istilah ubi kayu afkir. Dapat diberikan kepada ternak dalam keadaan segar maupun kering. d. Kulit ubi kayu Dihasilkan pada proses pengolahan ubi kayu menjadi produk olahan misalnya pada pembuatan gaplek, tapioka maupun aneka bahan pangan asal ubi kayu (snack). Kulit ubi kayu ini merupakan bagian yang cepat terdegradasi di dalam rumen. e. Onggok (gamblong) Merupakan hasil ikutan padat dari pengolahan tepung tapioka. Sebagai ampas pati ubi kayu yang mengandung banyak karbohidrat, onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. 2.2 Potensi Produksi dan Nilai Nutrisi Limbah Ubi Kayu Ubi kayu merupakan bahan pakan yang sangat potensial dan mudah diperoleh hampir di setiap wilayah. Potensi produksi tanaman ubi kayu yang terus meningkat secara otomatis juga meningkatkan limbah ubi kayu dan agroindustrinya sehingga memungkinkan pemanfaatannya sebagai pakan ternak semakin luas. Ubi kayu mengandung protein yang rendah, oleh karena itu, banyak penelitian dilakukan untuk meningkatkan nilai nutrisinya agar dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Ruminansia dapat memanfaatkan tidak hanya umbi ubi kayu tetapi juga batang, daun, kulit serta residu dari pengolahan tapioka seperti gamblong/onggok, karena ruminansia punya toleransi yang cukup baik terhadap pakan kualitas rendah. Kandungan nutrisi beberapa limbah dari ubi kayu antara lain daun, kulit dan onggok. Umbi ubi kayu sangat tinggi kandungan energi namun minimal dalam kandungan protein, sebaliknya bagian daun mengandung protein yang cukup tinggi. Secara umum, semua bagian dari tanaman ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Bagian daun dapat dijadikan sebagai sumber protein, pemberiannya dalam bentuk kering atau silase. Batang dapat dicampurkan dengan daun sebagai ingredien dalam pakan penguat. Umbi dapat diubah bentuknya menjadi pelet, sedangkan bagian kulit umbi dan onggok dapat dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan atau dapat digunakan sebagai substrat untuk produksi protein sel tunggal (single cell protein).
  • 4. Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 4 Unsur mineral sangat penting bagi ternak, mineral mempunyai fungsi fisiologis yang tersifat, namun secara umum mineral mempunyai fungsi yang lebih beragam antara lain sebagai: pembentuk tulang dan gigi, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam-basa, sebagai aktivator sistem enzim tertentu, sebagai komponen dari sistem enzim, serta mempunyai sifat yang karakteristik terhadap kepekaan otot dan saraf (Tillman et al., 1998) 2.3 Syarat Tumbuh Tanaman ubi kayu banyak diusahakan di lahan kering dengan berbagai jenis tanah terutama Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol. Provinsi Lampung merupakan sentral produksi ubi kayu utama di Indonesia. Di Provinsi Lampung ubi kayu sebagian besar ditanam di lahan Ultisol bersifat masam, Al-dd tinggi dan kandungan hara relatif miskin. Ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada tanah ultisol dengan pH 6,1. Klon yang umum ditanam petani adalah klon unggul UJ-5. Ubi kayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubi kayu berada pada 30˚ LU dan 30˚ LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi, tanaman ubi kayu menghendaki persyaratan iklim tertentu (Tim Prima Tani, 2006). a. Suhu Tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18˚-35˚C. Pada suhu di bawah 10˚C pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. Kelembaban udara yang dibutuhkan ubi kayu adalah 65% (Suharno et al., 1999). Namun demikian, untuk berproduksi secara maksimum tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi tertentu, yaitu pada dataran rendah tropis, dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu rata-rata antara 25˚-27˚C, tetapi beberapa varietas dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1500 m dpl (Anonim, 2003). c. Curah hujan Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup, tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760- 1015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang baik (Anonim, 2003, Suharno et al., 1999). Waktu tanam ubi kayu yang baik untuk lahan tegalan adalah pada awal musim penghujan (MH I), sedangkan pada lahan sawah tadah hujan adalah setelah panen padi (MH II), karena selama pertumbuhan vegetatif aktif (3-4 bulan pertama) ubi kayu membutuhkan air. Untuk pertumbuhan selanjutnya ubi kayu tidak terlalu banyak membutuhkan air. 2.4 Budidaya Tanaman Ubi Kayu a. Penyiapan Bibit Sumber bibit ubi kayu berasal dari pembibitan tradisional berupa stek yang diambil dari tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan dengan kebutuhan bibit untuk sistem budidaya ubi kayu monokultur adalah 10.000 - 15.000 stek ha-1 (Tim Prima Tani, 2006). Untuk satu batang ubi kayu hanya diperoleh 10 - 20 stek sehingga luas areal pembibitan minimal 20% dari luas areal yang akan ditanami ubi kayu. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan hasil ubi kayu. Bibit yang dianjurkan untuk ditanam adalah stek dari batang bagian tengah dengan diameter batang 2-3 cm, panjang 15-20 cm, dan tanpa penyimpanan.
  • 5. Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 5 b. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan berupa pengolahan tanah bertujuan untuk : (1) Memperbaiki struktur tanah; (2) Menekan pertumbuhan gulma; dan (3) Menerapkan sistem konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Tanah yang baik untuk budidaya ubi kayu adalah memiliki struktur gembur atau remah yang dapat dipertahankan sejak fase awal pertumbuhan sampai panen. Kondisi tersebut dapat menjamin sirkulasi O2 dan CO2 di dalam tanah terutama pada lapisan olah sehingga aktivitas jasad renik dan fungsi akar optimal dalam penyerapan hara. Menurut Tim Prima Tani (2006), tanah sebaiknya diolah dengan kedalaman sekitar 25 cm, kemudian dibuat bedengan dengan lebar bedengan dan jarak antar bedengan disesuaikan jarak tanam ubi kayu, yaitu 80-130 cm x 60-100 cm. Pada lahan miring atau peka erosi, tanah perlu dikelola dengan sistem konservasi, yaitu : (1) tanpa olah tanah; (2) olah tanah minimal; dan (3) olah tanah sempurna sistem guludan kontur. Pengolahan minimal (secara larik atau individual) efektif mengendalikan erosi tetapi hasil ubi kayu seringkali rendah dan biaya pengendalian gulma relatif tinggi. Dalam hal ini tanah dibajak (dengan traktor 3-7 singkal piring atau hewan tradisional) dua kali atau satu kali yang diikuti dengan pembuatan guludan (ridging). Untuk lahan peka erosi, guludan juga berperan sebagai pengendali erosi sehingga guludan dibuat searah kontur. c. Penanaman Stek ditanam di guludan dengan jarak antar barisan tanaman 80-130 cm dan dalam barisan tanaman 60-100 cm untuk sistem monokultur, sedangkan jarak tanam ubi kayu untuk sistem tumpangsari dengan kacang tanah, kedelai, atau kacang hijau adalah 200 x 100 cm dan jarak tanam tanaman sela yang efektif mengendalikan erosi dan produktivitasnya tinggi adalah 40 cm antara barisan dan 10-15 cm dalam barisan. Penanaman stek ubi kayu disarankan pada saat tanah dalam kondisi gembur dan lembab atau ketersediaan air pada lapisan olah sekitar 80% dari kapasitas lapang. Tanah dengan kondisi tersebut akan dapat menjamin kelancaran sirkulasi O2 dan CO2 serta meningkatkan aktivitas mikroba tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat secara maksimal dan ditranslokasikan ke dalam umbi secara maksimal pula. Posisi stek di tanah dan kedalaman tanam dapat mempengaruhi hasil ubikayu. Stek yang ditanam dengan posisi vertikal (tegak) dengan kedalaman sekitar 15 cm memberikan hasil tertinggi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Penanam stek dengan posisi vertikal juga dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang ditanam dengan posisi miring atau horizontal (mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara merata seperti stek yang ditanam vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah. d. Pemupukan Pemupukan sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi ubi kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hara yang hilang terbawa panen untuk setiap ton umbi segar adalah 6,54 kg N; 2,24 kg P2O5; dan 9,32 K2O ha-1 musim-1, dimana 25% N, 30% P2O5, dan 26% K2O terdapat di dalam umbi. Berdasarkan perhitungan tersebut, hara yang terbawa panen ubi kayu pada tingkat hasil 30 ton ha-1 adalah 147,6 kg N; 47,4 kg P2O5; dan 179,4 kg K2O ha-1. Untuk mendapatkan hasil tinggi tanpa menurunkan tingkat kesuburan tanah, hara yang terbawa panen tersebut harus diganti melalui pemupukan setiap musim. Tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara sehingga tingkat kesuburan tanah menurun. Pemupukan yang tidak rasional dan tidak berimbang juga dapat merusak kesuburan tanah. Pemupukan harus dilakukan secara efisien sehingga didapatkan produksi tanaman dan
  • 6. Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 6 pendapatan yang diharapkan. Umbi ubi kayu adalah tempat menyimpan sementara hasil fotosintesis yang tidak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Dengan demikian, pertumbuhan vegetatif yang berlebihan akibat dosis pemupukan yang tinggi dapat menurunkan hasil panen. Efisiensi pemupukan dipengaruhi oleh jenis pupuk, varietas, jenis tanah, pola tanam, dan keberadaan unsur lainnya di dalam tanah. Untuk pertanaman ubi kayu sistem monokultur, disarankan pemberian pupuk anorganik sebanyak 200 kg Urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl hektar-1 yang diberikan sebanyak tiga tahap. Tahap I umur 7 - 10 hari diberikan 50 kg Urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl ha-1, dan tahap II umur 2 - 3 bulan diberikan 75 kg Urea dan 50 kg KCl ha-1, serta tahap III umur 5 bulan diberikan lagi 75 kg Urea ha-1. Pupuk organik (kotoran ternak) dapat digunakan sebanyak 1 -2 ton ha-1 pada saat tanam. e. Pemeliharaan Tanaman Kelemahan ubi kayu pada fase pertumbuhan awal adalah tidak mampu berkompetisi dengan gulma. Periode kritis atau periode tanaman harus bebas gangguan gulma adalah antara 5 - 10 minggu setelah tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut, produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma. Untuk itu, penyiangan diperlukan hingga tanaman bebas dari gulma sampai berumur sekitar 3 bulan. Menurut Wargiono dkk. (2006), pada bulan ke-4 kanopi ubi kayu mulai menutup permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma mulai tertekan karena kecilnya penetrasi sinar matahari di antara ubi kayu. Oleh karena itu, kondisi bebas gulma atau penyiangan pada bulan ke-4 tidak diperlukan karena tidak lagi mempengaruhi hasil. Pada saat penyiangan, juga dilakukan pembumbunan, yaitu umur 2 - 3 bulan. Pemeliharaan selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pembatasan tunas. Pada saat tanaman berumur 1 bulan dilakukan pemilihan tunas terbaik, tunas yang jelek dibuang sehingga tersisa dua tunas yang paling baik. Sementara itu, pengendalian hama dan penyakit tidak perlu dilakukan karena sampai saat ini tanaman ubi kayu tidak memerlukan pengendalian hama dan penyakit. Bila di lapangan diperlukan pengendalian hama penyakit, maka tindakan yang dilakukan sbb.: 1. Tungau/kutu merah (Tetranychus bimaculatus) dikendalikan secara mekanik dengan memetik daun sakit pada pagi hari dan kemudian dibakar. Pengendalian secara kimiawi menggunakan akarisida. 2. Kutu sisik hitam (Parasaissetia nigra) dan kutu sisik putih (Anoidomytilus albus) dikendalikan secara mekanis dengan mencabut dan membatasi tanaman sakit menggunakan bibit sehat. Pengendalian secara kimiawi menggunakan perlakuan stek insektisida seperti tiodicarb dan oxydemeton methil. 3. Penyakit bakteri B. manihotis dan X. manihotis menyerang daun muda dan P. solanacearum menyerang bagian akar tanaman sehingga tanaman layu dan mati. Pengendalian dapat dilakukan menggunakan varietas tahan/agak tahan. 4. Penyakit lain adalah cendawan karat daun (Cercospora sp.), perusak batang (Glomerell sp.), dan perusak umbi (Fusarium sp.). Pengendalian dianjurkan menggunakan larutan belerang 5%. 5. Penyakit virus mosaik (daun mengerting) belum ada rekomendasi pengendaliannya. f. Panen Panen yang paling baik adalah pada saat kadar karbohidrat mencapai tingkat maksimal. Bobot umbi meningkat dengan bertambahnya umur panen, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7 - 9 bulan. Hal ini menunjukan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tim
  • 7. Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 7 Prima Tani (2006) menganjurkan panen pada saat tanaman berumur 8 - 10 bulan dan dapat ditunda hingga berumur 12 bulan. Fleksibilitas umur panen tersebut memberi peluang petani melakukan pemanenan pada saat harga jual tinggi. Dalam kurun waktu 5 bulan tersebut (panen 8 - 12 bulan) dapat dilakukan pemanenan bila harga jual ubi kayu naik karena tidak mungkin melakukan penyimpanan ubi kayu di gudang penyimpanan seperti halnya tanaman pangan lainnya. Pembeli biasanya akan membeli ubi kayu dalam bentuk segar yang umurnya tidak lebih dari 2 x 24 jam dari saat panen. III. KESIMPULAN Berdasarkan paparan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : a. Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam lima tahun terakhir. b. Ubi kayu merupakan bahan pakan yang sangat potensial dan mudah diperoleh hampir di setiap wilayah. Ruminansia dapat memanfaatkan tidak hanya umbi ubi kayu tetapi juga batang, daun, kulit serta residu dari pengolahan tapioka seperti gamblong/onggok, karena ruminansia punya toleransi yang cukup baik terhadap pakan kualitas rendah. c. Tanaman Ubi Kayu cocok pada tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol, suhu antara 18˚ - 35˚c, serta curah hujan yang optimal antara 760- 1015 mm per tahun. d. Teknik budidaya Tanaman Ubi Kayu terdapat beberapa tahap yaitu penyiapan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan panen.
  • 8. Manajemen Produksi Tanaman Serealia, Kacang dan Ubi Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 8 DAFTAR PUSTAKA Abbas, S., A. Halim, A. Ahmad dan S.T. Amidarmo. 1986. Limbah Tanaman Ubi Kayu. Dalam: Limbah Hasil Pertanian. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Andrizal. 2003. Potensi, tantangan dan kendala pengembangan agroindustri ubi kayu dan kebijakan industri perdagangan yang diperlukan. Pemberdayaan Agribisnis Ubi Kayu Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi- umbian. Anonim, 2003. Tapioca :Nature of cassava. http://foodmarketexchange.com/datacenter/product/feedstuff/tapioca/detail/dc_pi_ft_tap ioca_0205.htm#. diakses tgl 24 September 2017. Anonim. 2007. Pengolahan Tepung Tapioka. Sipuk-Bank Sentral Republik Indonesia. Arifin, B. 2012. Kebijakan Perdagangan Pangan. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. Antari, R. dan U. Umiyasih. 2009. Pemanfaatan Tanaman Ubi Kayu dan Limbahnya secara Optimal Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa Vol. 19 No. 4 Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Statistik Lahan Pertanian 2014. BPS Provinsi Lampung. Departemen Pertanian. 2009. Basis Data Pertanian. http://database.deptan.go.id/bdsp/hasil_kom_asp. (30 Maret 2009). Moorthy, S. N. 2002. Physicochemical and Functional Properties Of Tropical Tuber Starches. Starch/ Stärke. 54 : 559-592. Rubatzky, V.E dan Yamaguchi. 1988. Sayuran Dunia; Prinsip. Produksi dan Gizi Jilid 1. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 163-177. Suharno et al., 1999. Suharno. Djasmin. Rubiyo. Dasiran. 1999. Budi Daya Ubi Kayu. Kendari: Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo. S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press. Yogyakarta. Tim Prima Tani. 2006. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Pangan Berbasis Agroekosistem Mendukung Prima Tani. Puslitbangtan Bogor; 40 hlm. Wargiono, J. Hasanudin. Suyanto. 2006. Teknologi Produksi Ubi kayu Mendukung Industri Bioetanol. Jakarta: Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.