SlideShare a Scribd company logo
TUGAS I 
HASIL HUTAN BUKAN KAYU 
BAMBU 
NAMA : OPU AFFAN GIFARY 
NIM : M 111 13 503 
KELAS : C 
FAKULTAS KEHUTANAN 
UNIVERSITAS HASANUDDIN 
MAKASSAR 
2014
KATA PENGANTAR 
Bismillahirrahmaanirrahiim 
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya dan rido-Nyalah penulisan makalah dengan judul “Bambu” ini dapat diselesaikan. 
Bermacam halangan terkadang menghambat pembuatan makalah ini. Akan tetapi, berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini terselesaikan. 
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu penulisan laporan penelitian ini. 
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan masyarakat yang bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. 
Makassar, 6 September 2014 
Penulis
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR...........................................................................................i 
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii 
BAB I PENDAHULUAN 
I.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1 
I.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1 
I.3. Tujuan ............................................................................................................. 2 
BAB II PEMBAHASAN 
II.1. Pengertian dan Klasifikasi Bambu.................................................................3 
II.1.1. Pengertian Bambu...........................................................................3 
II.1.2. Klasifikasi Bambu...........................................................................3 
II.2. Sifat Fisik Mekanika Bambu..........................................................................4 
II.3. Jenis Bambu yang Umum Dimanfaatkan......................................................6 
II.3.1. Jenis Bambu di Indonesia...............................................................6 
II.3.2. Jenis Bambu yang sering dimanfaatkan.........................................6 
II.4. Kegunaan dan Manfaat Bambu...................................................................15 
II.4.1. Kegunaan Bambu dalam Kehidupan sehari-hari...........................15 
II.4.2. Kegunaan Bambu dalam dalam Teknologi Konstruksi................16 
II.5. Kelebihan Dan Kekurangan Bambu...........................................................19 
II.5.1. Kelebihan Bambu.........................................................................19 
II.5.2. Kekurangan Bambu......................................................................19 
II.6. Proses Pengolahan Bambu...........................................................................20 
II.6.1. Cara mencegah bambu dari serangan rayap..................................21 
II.6.2. Cara merawat furnitur bambu.......................................................21 
BAB III PENUTUP...........................................................................................22 
III.1. Kesimpulan....................................................................................22 
III.2. Saran..............................................................................................22 
DAFTAR PUSTAKA
BAB I 
PENDAHULUAN 
I. 1. Latar Belakang 
Berbagai kebutuhan bahan bangunan dari masa ke masa semakin varian. Selain dari segi kenyamanan, keamanan, kesehatan dan juga nilai keawetan, pemilihan bahan bangunan merupakan standar syarat dari rumah hunian yang sehat. Rumah hunian sekarang pun memprioritaskan bahan-bahan yang ramah lingkungan, yang sering kita dengar dengan istilah green house. Karakter tempat hunian yang memiliki nuansa alam kerap menjadi pilihan yang paling diminati pasar saat ini, guratan-guratan alam di setiap bagian ruangan menjadi pemandangan yang diimpikan oleh setiap penghuni rumah, nilai aksennya pun bertambah dengan membubuhkan berbagai macam bahan-bahan alam, seperti batu alam, kolam hias, taman-taman kecil di dalam ruangan, dan yang paling utama adalah kayu. 
Hutan saat ini semakin memprihatinkan, hal ini berdampak langsung akan ketersediaan bahan baku alami(kayu), yang semakin langka dan menjadi barang mewah. Luas tutupan hutan di Indonesia semakin berkurang, hingga kini hanya sekitar 40% an, tahun 1950 seluas 180 juta ha, tahun 1985 seluas 120 juta ha, tahun 2009 seluas 87 juta ha, dan tahun 2020 hutan diperkirakan hanya 10% saja. Dari semakin sulitnya ketersediaan kayu jati, rakyat memerlukan material bahan pengganti bahan kayu alami, dewasa ini yang ketersediaannya melimpah di alam adalah bambu. 
Bambu adalah kayu masa depan, selain harganya ekonomis, bambu tidak kalah menariknya dengan kayu, memiliki serat-serat yang khas dan bernilai aksen tinggi juga, pertumbuhan bambu pun sangat cepat, hanya membutuhkan 3 sampai 5 tahun untuk siap panen serta dapat tumbuh di berbagai lahan, berbeda dengan kayu jati yang harus menunggu 10 sampai 15 tahun untuk panennya. Untuk mendapatkan kualitas yang baik dari pola tanamnya, diperlukan sedikit perlakuan khusus, yaitu dengan penjarahan rumput di sekitar bambu, agar bambu dapat tumbuh lurus dan terhindar dari serangan jamur. 
I. 2. Rumusan Masalah 
1. Jelaskan pengertian dan klasifikasi bambu ! 
2. Bagaimana sifat fisik mekanik bambu? 
3. Apa saja jenis bambu yang umum dimanfaatkan? 
4. Apa saja kegunaan dan manfaat bambu? 
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan bambu? 
6. Bagaimana cara pengolahan bambu?
I. 3. Tujuan 
1. Mengetahui definisi bambu dan klasifikasi ilmiah 
2. Mengetahui sifat fisik mekanik kayu 
3. Mengetahui jenis bambu yang umum dimanfaatkan 
4. Mengetahui kegunaan dan manfaat bambu 
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan bambu 
6. Memahami proses pengolahan bambu
BAB II 
PEMBAHASAN 
II. 1. Pengertian dan Klasifikasi Bambu 
II.1.1 Pengertian Bambu 
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 inchi) atau bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah, dan kondisi iklim dan cuaca tempat ia ditanam. 
Bambu/tiying/Bambusa sp, memiliki tinggi 5-15 m, berkayu bulat berlubang, beruas – ruas, daun tunggal berseling berpelepah lanset ujung runcing tepi rata, bunga majemuk bentuk malai. Tumbuh liar pada lahan tegalan, terutama daerah lembab dari pantai hingga ketinggian 1000 m dpl. Memiliki adaptasi yang sangat luas terhadap berbagai jenis tanah dan musim. System perakaran yang intensif dapat mempertahankan atau menutup butiran tanah sehingga tidak mudah tererosi oleh air hujan. Oleh karena itu, bambu sering digunakan atau ditanam di pinggir sungai sebagai penahan erosi tanah. Sebagai jenis tanaman rumput – rumputan, bambu tumbuh menggunakan rimpang batang yang mengandung ruas dan mata cabang sehingga dapat menghasilkan batang baru atau rebung untuk tingkat pertumbuhan selanjutnya. Setiap rumpun menghasilkan 8-14 batang setiap tahun, sekitar 2-3 bulan rebung mencapai pertumbuhan dewasa, dan 3 bulan kemudian batang mencapai tinggi maksimum. Fungsi kelestarian rumpun tersebut dapat dipertahankan dengan cara hanya menebang atau memanen batang yang telah dewasa. 
II.1.2 Klasifikasi Bambu 
Secara umum bambu dibagi dalam 5 famili yaitu : 
1. Dendrocalaminae 
2. Melocanninae 
3. Bambusinae 
4. Arundinaeiinae
5. Puellinae 
Dan jumlah dari famili bambu dan spesiesnya adalah, 
 Pada tahun 1903 Sporry : 45 famili 
 Pada tahun 1912 perancis : 230 spesies 
 Pada tahun 1931 Ueda : 47 famili /1250 spesies. 
 Pada tahun 1954 Sineath/Daughtery : 60 famili /1000 spesies. 
 Pada tahun 1956 Raizada/Chatterji : 30 famili /500 spesies. 
 Pada tahun 1959Hutchinson: 45 famili. 
 Pada tahun 1967 Lubke : 500 spesies. 
II.2. Sifat Fisik Mekanika Bambu 
Adapun sifat fisik mekanika bambu meliputi antara lain : 
1. Sifat bambu 
a) Titik jenuh serat bambu 20-30%. Bagian dalam bambu lebih banyak mengandung lengas (air bebas), daripada bagian luar, 
b) Bagian buku-buku (nodes) mengandung +10% lebih sedikit kadar airnya dari pada bagian ruasnya, 
c) Bambu kurang tahan jika dipergunakan sebagai tulangan beton karena daya serap airnya bisa mencapai 300%, 
d) Bambu perlu diawetkan agar dapat mencapai mutu dan umur yang diharapkan, 
e) Penggunaan pada konstruksi bangunan harus dihindarkan dari hujan dan panas matahari langsung, agar tidak mudah rapuh dan membusuk. 
2. Tipe bambu
Bambu terdiri dari dua tipe yaitu : 
a) Bambu monopodial dengan batang yang panjang dan lurus serta tumbuhnya sendiri-sendiri. Bambu ini tumbuh di daerah yang mempunyai 4 musim seperti, Jepang, China, Amerika dll, 
b) Bambu simpodial dengan batang yang lebih pendek serta bambu rambat yang tumbuhnya tidak beraturan. Bambu ini tumbuh di daerah tropis seperti, Indonesia, Philipina, Thailand, India, Amerika Selatan, Afrika dll. Beberapa jenis juga tumbuh dengan merambat pada pohon yang ada di sekitarnya seperti layaknya rotan. 
3. Kondisi iklim
Kebanyakan bambu tumbuh pada temperatur 8.8° C sampai 36° C. Moso dan bambu Ma yang tumbuh di Jepang dapat tumbuh pada temperatur – 10° C. Ketinggian tanah dimana bambu tumbuh dapat mencapai 3.600 m di atas permukaan laut seperti bambu yang tumbuh di Ekuador. 
4. Kondisi tanah 
Bambu umumnya tumbuh pada tanah yang berpasir (sandy loam) sampai di tanah liat (kuning, coklat kekuning-kuningan atau merah kekuning-kunigan). Kualitas tanah tidak penting bagi pertumbuhan bambu. 
5. Properti dari bambu 
Moisture content bambu, phisikal propertis, mekanikal/teknikal propertis sebagaimana juga dalam penggunaan bambu sebagai bahan baku atau komponen bangunan tergantung dari kadar airnya (moisture content). Kadar air bambu pada buku dan batang sangat tergantung pada umur dan musim. 
Pada batang antar buku dapat mencapai 25% dibandingkan dengan pada bagian buku sedangkan pada bagian dasar sangat bervariasi. Pada daerah subtropical musim sangat mempengaruhi moisture content (kandungan air) bambu dan pada musim hujan dapat mencapai dua kalinya. Kandungan air bambu ini sangat mempengaruhi kualitas bambu terutama pada saat akan dimanfaatkan sebagai komponen bangunan. 
6. Pemuaian dan penyusutan bambu 
Pemuaian dan penyusutan bambu hampir sama dengan kayu. Perubahan yang terjadi pada panjang, lebar serta tebal kurang lebih proporsional dengan kadar air yang dikandung. 
Pada penggunaan konstruksi yang seluruhnya menggunakan bambu kondisi ini tidak begitu berpengaruh pada konstruksi, berbeda dengan konstruksi yang menggunakan kombinasi antara bambu dan kayu kemungkinan terlepasnya sambungan sangat besar. 
7. Ketahanan terhadap api 
Dibandingkan dengan kayu lunak sejenis spruce (famili pinus) maka bambu mempunya daya rambat yang lebih baikSpruce terbakar lebih cepat sedangkan bambu dua kali lebih lama. Kulit bambu yang mengandung silisic acid sangat membantu menahan rambatan api shingga proses terbakarnya lebih lama dibandingkan spruce. Komponen yang dipasang secara horizontal lebih tahan dibandingkan dengan yang posisinya vertikal.
8. Kekuatan bambu 
a) Kekuatan tarik (tegangan patah untuk tarik bumi) 1.000 – 4.000 Kg/cm2. 
b) Kekuatan tekan (tegangan patah untuk tekanan) 250 – 1.000 Kg/cm2 
c) Modulus kenyal untuk tarikan 100.000 – 300.000 Kg/cm2 
d) Tegangan izib tarik = 300 kg/cm2 
a. Tegangan izin tarik = 80 kg/cm2 
b. Tegangan izin lentur = 100 kg/cm2 
c. Modulus kenyal untuk tarikan dan tekanan = 200.000 kg/cm2 
II.3. Jenis Bambu yang Umum Dimanfaatkan 
II.3.1. Jenis Bambu di Indonesia 
Berikut adalah jenis bambu di Indonesia antara lain : 
No. 
Nama botani 
Nama local 
Daerah ditemukan 
1. 
Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend. 
- 
Jawa 
2. 
Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. 
Pring ori 
Jawa, Sulawesi 
3. 
Bambusa atra Lindl. 
Loleba 
Maluku 
4. 
Bambusa balcooa Roxb. 
- 
Jawa 
5. 
Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. 
Bambu duri 
Jawa, Sulawesi, Nusa 
Tenggara 
6. 
Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro 
Bambu pagar, cendani 
Jawa 
7. 
Bambusa horsfieldii Munro. 
Bambu embong 
Jawa 
8. 
Bambusa polymorpha Munro. 
- 
Jawa 
9. 
Bambusa tulda Munro. 
- 
Jawa
10. 
Bambusa vulgaris Schard. 
Awi ampel, haur 
Jawa, Sumatera, 
Kalimantan, Maluku 
11. 
Dendrocalamus asper 
Bambu petung 
Jawa, Bali, Sumatera, 
Kalimantan, Sulawesi 
12. 
Dendrocalamus giganteus Munro. 
Bambu sembilang 
Jawa 
13. 
Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. 
Bambu batu 
Jawa 
14. 
Dinochloa scandens O.K. 
Bambu cangkoreh, 
Kadalan 
Jawa 
15. 
Gigantochloa apus Kurz. 
Bambu apus, tali 
Jawa 
16. 
Gigantochloa atroviolacea 
Bambu hitam, wulung 
Jawa 
17. 
Gigantochloa atter 
Bambu ater, jawa benel, 
buluh 
Jawa 
18. 
Gigantochloa achmadii Widjaja. 
Buluh apus 
Sumatera 
19. 
Gigantochloa hasskarliana 
Bambu lengka tali 
Jawa, Bali, Sumatera 
20. 
Gigantochloa levis (Blanco) Merr. 
Buluh suluk 
Kalimantan 
21. 
Gigantochloa manggong Widjaja. 
Bambu manggong 
Jawa 
22. 
Gigantochloa nigrocillata Kurz 
Bambu lengka, terung 
terasi 
Jawa 
23. 
Gigantochloa pruriens 
Buluh rengen 
Sumatera
24. 
Gigantochloa psedoarundinaceae 
Bambu andong, 
gambang surat 
Jawa 
25. 
Gigantochloa ridleyi Holtum. 
Tiyang kaas 
Bali 
26. 
Gigantochloa robusta Kurz. 
Bambu mayan, temen 
serit 
Jawa, Bali, Sumatera 
27. 
Gigantochloa waryi Gamble 
Buluh dabo 
Sumatera 
28. 
Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. 
- 
Jawa 
29. 
Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. 
Bambu eul-eul 
Jawa 
30. 
Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera 
bambu uncea 
Jawa 
31. 
Schizotachyum blunei Ness. 
Bambu wuluh, tamiang 
Jawa, NTT, NTB, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Maluku. 
32. 
Schizotachyum brachycladum Kuez. 
Buluh nehe, awi buluh, 
ute wanat, tomula 
Jawa, Sumatera, 
Sulawesi, Maluku 
33. 
Schizotachyum candatum Backer ex Heyne 
Buluh bungkok 
Sumatera 
34. 
Schizotachyum lima (Blanco) Merr. 
Bambu toi 
Sulawesi, Maluku, Irian Jaya 
35. 
Schizotachyum longispiculata Kurz. 
Bambu jalur 
Jawa, Sumatera, 
Kalimantan 
36. 
Schizotachyum zollingeri Stend. 
Bambu jala, cakeutreuk 
Jawa, Sumatera 
37. 
Thryrsostachys siamensis Gamble. 
- 
Jawa
II.3.2. Jenis bambu yang sering dimanfaatkan 
Berikut adalah jenis bambu yang sering digunakan/dimanfaatkan antara lain : 
1) Bambusa bambos (L.) Voss 
Mempunyai nama lokal yaitu bambu ori, jawa: pring ori. Mempunyai tinggi mencapai 30 m, dinding batang sangat tebal dan batang berbulu tebal, diameter 15-18 cm, jarak buku 20-40 cm dan warna hijau muda pada batang. Tempat tumbuh di tanah basah, di sepanjang sungai. 
Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 6 m x 6 m. Pemberian pupuk kompos 5-10 kg pada saat penanaman berguna untuk pertumbuhan awal. Pemupukan dengan NPK akan meningkatkan biomasa. Jenis ini kurang cocok untuk skala luas karena berduri sehingga menyulitkan dalam pemanenan. Penebangan dapat dilakukan dengan memotong setinggi 2 m dari atas tanah. 
Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah umur 3-4 tahun. Sisakan 8-10 batang setiap rumpun untuk mempertahankan tingkat produksi. Hindari pengambilan risoma untuk perbanyakan karena dapat merusak rumpun. Produktivitas tahunan dapat mencapai sekitar 5000-8000 batang/ha. 
Jenis bambu ini memiliki manfaat antara lain : rebungnya digunakan sebagai sayuran, daunnya dijadikan sebagai makanan ternak, dan bibitnya (bahan makanan sekunder) sampai dengan batangnya digunakan untuk keperluan rumah tangga dan bahan dasar bangunan. Jenis ini berguna sebagai pengendali banjir bila ditanam disepanjang sungai dan pelindung tanaman dari angin kencang. Batangnya dipakai untuk industri pulp, kertas dan kayu lapis. Jenis ini juga dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan semir sepatu, lem perekat, kertas karbon
dan kertas kraft tahan air. Rendaman daun bambunya dipakai untuk penyejuk mata dan mengobati penyakit (bronkitis, demam, dan gonorrhoea). 
2) Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland 
Mempunyai nama lokal yaitu pring ampel, bambu ampel, haur. Mempunyai tinggi mencapai 10-20 m, batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7-15 mm, diameter 4-10, jarak buku 20-45cm, warna hijau tua pada batang. Dan memiliki tempat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1200 m, di tanah marjinal atau di sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5-6,5, tumbuh paling baik pada dataran rendah. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam sekitar pada jarak ± 8 m x 4 m (312 rumpun/ha). Dalam pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk meningkatlkan hasil. Memberikan dosis pupuk per ha sekitar 20-30 kg N,0- 15 kg P, 10-15 kg K dan 20-30 kg Si. Melakukan pembersihan cabang berduri dan dasar rumpun tua akan meningkatkan produksi batang bambu dan mempermudah pemanenan. 
Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 6-8 tahun. Rebung dapat dipanen 1 minggu setelah keluar dari permukaan. Satu rumpun dalam setahun dapat menghasilkan 3-4 batang baru. Produksi tahunan diperkirakan menghasilkan sekitar 2250 batang atau 20 ton berat kering/ha. 
Jenis bambu ini memiliki manfaat antara lain : air rebusan rebung muda bambu kuning dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis. Batangnya banyak digunakan untuk industri mebel, bangunan, perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan dan juga sangat baik untuk baha baku kertas.
3) Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex Heyne 
Mempunyai nama lokal yaitu petung, buluh betung, bulu jawa, betho. Memiliki tinggi mencapai 20-30 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 11-36 mm, diameter 8-20 cm, jarak antar buku 10-20 cm, warna coklat tua pada batang. Tempat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 m, tumbuh terbaik pada ketinggian antara 400-500 m dengan curah hujan tahunan sekitar 2400 mm. Tumbuh di semua jenis tanah tetapi paling baik di tanah yang berdrainase baik. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 8m x 4m (312 rumpun/ha). Pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk meningkatkan hasil dengan dosis pupuk setiap tahun adalah sekitar 100-300 kg/ha NPK (15:15:15) dan untuk memperbanyak rebung baru sangat dianjurkan untuk memberikan seresah di sekitar rumpun. 
Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 5-6 tahun; untuk pemanenan rebung dilakukan satu minggu setelah rebung muncul ke permukaan. Satu rumpun dewasa dapat menghasilkan 10-12 batang baru per tahun (dengan 400 rumpun menghasilkan sekitar 4500-4800 batang/ha). Produktivitas tahunan rebung dapat menghasilkan 10-11 to rebung/ha dan untuk 400 rumpun per ha dapat mencapai 20 ton rebung. 
Jenis bambu ini memiliki manfaat yaitu rebung dari jenis ini adalah rebung yang terbaik dengan rasanya yang manis dibuat untuk sayuran. Batangnya digunakan untuk bahan bangunan (perumahan dan jembatan), peralatan memasak,
bahkan juga untuk penampung air. Banyak digunakan untuk konstruksi rumah, atap dengan disusun tumpang-tindih, dan dinding dengan cara dipecah dibuat plupu. 
4) Dendrocalamus strictus (Roxb.) Nees 
Mempunyai nama lokal yaitu bambu batu. Mempunyai tinggi mencapai sekitar 8-16 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 1 cm, diameter 2.5-12.5 cm, jarak buku 30-45 cm, warna hijau atau kekuningan atau buram pada batang. Memiliki tempat tumbuh di segala jenis tanah, khususnya tanah liat berpasir dengan drainase yang baik dengan pH 5,5-7,5. Ketinggian dari permukaan laut sampai dengan 1200 dengan curah hujan optimal per tahun 1000- 3000 mm. Cara membudidayakannya yaitu Iklim dan jenis tanah memegang kunci dalam keberhasilan penanaman jenis ini. Jika tanahnya miskin hara atau terlalu kering atau kena penyakit akan mempengaruhi elastisitas bambu (mudah patah) dan bisa menyebabkan kerontokan daun. Suhu haruslah berkisar antara 20-30 derajat C (min 5 derajat C, maks 45 derajat C). Aplikasi penyubur NPK sangat dianjurkan (misal campuran 15:15:15 untuk 200 kg/ha). Jarak tanam 3-5 m x 3-5 m (400-1000 rumpun/ha). 
Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah 3-4 tahun. Pemotongan dapat dilakukan kurang dari 30 cm di atas tanah dan atau diatas jarak buku ke dua. Produktivitas tahunan dari penanaman 400 rumpun bisa mencapai sekitar ± 3,5 ton bamboo atau dengan 200 rumpun bisa mencapai sekitar ± 2,8 ton bamboo.
Jenis bambu ini dimanfaatkan untuk bahan industri pulp dan kertas, kayu lapis, bangunan, mebel, anyaman, peralatan pertanian, dan peternakan. Daunnya digunakan untuk makanan ternak. 
5) Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz 
Mempunyai nama lokal yaitu apus, pring apus, peri. Memiliki tinggi mencapai 8-30 m , batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 1,5 cm, berdiameter 4-13 cm, jarak buku 20-75 cm, memiliki warna hijau keabu-abuan cenderung kuning mengkilap pada batang. Jenis ini dapat tumbuh di dataran rendah, dataran tinggi (atau berbukit-bukit) sampai dengan 1500 m. Bahkan juga dapat tumbuh di tanah liat berpasir. Cara membudidayakannya yaitu penanaman jenis ini sebaiknya dilakukan antara bulan Desember sampai Maret. Untuk meningkatkan produktivitasnya dapat diberi pupuk kompos atau pupuk kimia, dengan memberikan jarak tanam 5- 7 m2. 
Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah 1-3 tahun pada musim kering (antara April sampai Oktober) pada batang yang sudah berumur lebih dari 2 tahun. Produktivitas dalam satu rumpun adalah 6 batang. Produktivitas tahunannya dapat menghasilkan sekitar 1000 batang/ha. Jenis bambu ini biasanya digunakan sebagai tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat dipakai sebagai alat pembuatan pegangan payung, peralatan
memancing, kerajinan tangan (rak buku), industri pulp dan kertas dan penghalau angin kencang (wind-break). 
6) Gigantochloa atroviolacea Widjaja 
Mempunyai nama lokal yaitu bambu hitam, pring wulung, peri laka. Memilki tinggi mencapai 2 m, batang berbulu tipis/halus dan tebal, dinding batang hingga 8 mm, berdiameter 6-8 cm, jarak buku 40-50 cm, memiliki warna hijau atau coklat tua, atau keunguan atau hitam pada batang. Jenis ini mempunyai tumbuh di tanah tropis dataran rendah, berlembab, dengan curah hujan per tahun mencapai 1500-3700 mm, dengan kelembaban relatif sekitar 70% dan temperatur 20-32 derajat C. Dapat pula tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah (vulkanik) merah. Jika ditanam di tanah kering berbatu, warna ungu pada batang akan kelihatan semakin jelas. 
Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 8 m x 7 m (200 rumpun/ha). Dianjurkan untuk selalu memperhatikan tentang pengairan, pembersihan gulma dan penggemburan tanah secara terus-menerus selama 2-3 tahun setelah awal penanaman. Pembersihan dasar rumpun tua dan penggalian ulang tanah akan meningkatkan produksi rebung.
Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 4-5 tahun dengan hasil produksi 20 batang per 3 tahun atau dengan kata lain setiap 200 rumpun/ha dapat menghasilkan sekitar 4000 batang/ha dalam 3 tahun. 
Jenis bambu ini biasanya digunakan untuk bahan pembuatan instrumen musik seperti angklung, calung, gambang dan celempung. Juga berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan dan pembuatan mebel. Rebungnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. 
7) Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja 
Mempunyai nama lokal yaitu bambu andong, gambang surat, peri. Mempunyai tinggi mencapai 7-30 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 2 cm, berdiamter 5-13 cm, jarak buku 40-45 cm, memiliki warna hijau kenuningan, atau hijau muda, tau kuning kehijauan pada batang. Memiliki tempat tumbuh di tanah liat berpasir/tanah berpasir dengan ketinggian hingga 1200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan per tahun 2350-4200 mm, temperatur 20-32 derajat C dengan tingkat kelembaban relatif sekitar 70%. 
Cara membudidayakannya yaitu Jarak tanam 8 m x 8 m. Pemberian pupuk organik maupun pupuk kompos pada awal penanaman sangat berguna sekali bagi peningkatan produksi. Juga dianjurkan untuk dilakukan pembersihan gulma,
diperhatikan tentang pengairan serta penggemburan tanah. Pembersihan dasar rumpun tua dan penggalian ulang tanah akan memacu pertumbuhan batang baru. 
Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah berumur 3 tahun dengan memotong batang tepat di atas tanah dan sebaiknya dipilih musim kering untuk memanennya. Untuk regenerasi batang baru dianjurkan untuk menggali ulang dan menutup dasar batang sisa panen dengan plastik. Hasil produksi tahunan untuk 275 rumpun/ha menghasilkan sekitar 1650 batang/ha atau 6 batang/rumpun. Jenis bambu ini biasanya digunakan untuk bahan bangunan, pipa air, mebel, peralatan rumah tangga, sumpit makan, tusuk gigi, dan peralatan musik. Rebungnya dapat dimasak menjadi sayuran. 
II.4. Kegunaan dan Manfaat Bambu 
II.4.1. Kegunaan Bambu dalam Kehidupan sehari-hari 
Kegunaan bambu dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 
1) Pertama kegunaan bambu luas, adalah spesies tumbuhan yang baik suatu Negara yang kuat dan kaya. Bambu memiliki tekstur yang lurus, halus dan kokoh, merupakan bahan penting untuk membuat alat musik, kerajinan seni, alat olahraga. Dalam bidang indusrti, kegunaannya lebih luas, sudah menjadi hampir ratusan jenis barang, seperti panel bambu, pulp, arang bambu, karbon aktif, dsb. Sekuat tenaga mengembangkan sumber daya bambu, menyebarkan ‘bambu menggantikan kayu’, kegunaan bambu perlahan-lahan akan menjadi penyelesaian dari berbagai masalah penggunaan hutan. Bambu akan menjadi produk pengganti kayu yang paling berpotensi. 
2) Rebung bambu sebagai salah satu jenis makanan hijau alami, tidak hanya enak rasanya, tapi juga kaya akan nutrisi, merupakan mutiara gunung yang amat segar. Memiliki nilai konsumsi dan nilai pengobatan yang tinggi. Menurut penelitian. Rebung mengandung protein 2.65-3.28%, lemak 0.49%, total gula 2.5% , crude fiber 0.68%, masih ada lagi phosphorus, magnesium, calcium, iron dan elemen-elemen lainnya serta vitamin B1, B2, C, dan 17 macam asam amino. Benar-benar makanan hijau yang kaya akan protein, rendah lemak, dapat membantu pencernaan dan pengeluaran kotoran, sering mengkonsumsi rebung bisa
mengurangi dan menyerap zat berbahaya yang tertinggal dalam tubuh, memiliki fungsi anti-kanker dan pendietan. 
II.4.2. Kegunaan Bambu dalam Teknologi Konstruksi 
Kegunaan bambu dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 
1) Jembatan Bambu 
2) Bambu Laminasi 
Penelitian mengenai bambu lamina telah dilakukan oleh Sulastiningsih et al., 1996. Penelitian ditekankan pada pengaruh jumlah lapisan dalam pembuatan bambu lamina. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sifat fisis dan mekanis bambu lamina dari bambu betung tidak dipengaruhi oleh jumlah lapisan (2 - 5 lapis) kecuali keteguhan rekat berdasarkan uji geser tarik dalam keadaan kering (makin banyak jumlah lapisan keteguhan geser tariknya makin tinggi). Selain itu berdasarkan kerapatan, keteguhan lentur dan keteguhan tekan bambu lamina dapat disetarakan dengan kayu kelas kuat II. Adapun besarnya nilai sifat fisis dan mekanis bambu lamina adalah seperti terdapat pada Tabel 15. 
Tabel 15. Nilai sifat fisis dan mekanis bambu lamina 
No. 
Sifat 
Jumlah lapisan 
2 
3 
4 
5
1. 
Kadar air (%) 
10,90 
11,45 
12,17 
11,86 
2. 
Kerapatan (g/cm3) 
0,66 
0,73 
0,67 
0,69 
3. 
Keteguhan lentur sejajar serat (kg/cm2) 
- Modulus patah (MOR) 
1089,35 
1031,25 
999,84 
961,74 
- Modulus elastisitas (MOE) 
146763 
175592 
177863 
146907 
4. 
Keteguhan tekan sejajar serat (kg/cm2) 
463,46 
506,16 
441,84 
521,55 
5. 
Keteguhan rekat (kg/cm2) 
a. Uji geser tekan 
- Uji kering 
85,46 
107,68 
95,98 
105,52 
- Uji basah 
63,63 
57,26 
69,45 
71,40 
b. Uji geser tarik 
- Uji kering 
67,20 
71,10 
84,59 
99,83 
- Uji basah 
26,88 
22,77 
23,81 
28,27 
6. 
Delaminasi (cm) 
0 
0 
0 
0 
Sumber : Sulastiningsih et al. (1996) Bambu laminasi memiliki sifat perekatan yang cukup baik. Apabila dalam pemakaian bambu laminasi tidak memperhatikan faktor ketebalan, maka disarankan untuk menggunakan bambu lamina 2 lapis. 
Informasi mengenai pengaruh posisi sepanjang kolom dan jumlah bahan pengawet yang dilaburkan, terhadap sifat fisis dan mekanis bambu lamina telah dilaporkan oleh Sulastiningsih et.al. (1998). Penelitian tersebut dilakukan pada bambu lamina 3 lapis dari jenis bambu andong Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaya. yang direkat dengan perekat urea formaldehyde dan dilaburi dengan cuprinol. Hasilnya menunjukkan bahwa berat jenis bambu tidak dipengaruhi oleh posisi kolom dan kuantitas pelaburan dengan variasi berat jenis berkisar 0,68 - 0,78 g/cm3. 
Kuantitas pelaburan berpengaruh pada nilai modulus patah (MOR), yaitu semakin banyak pelaburan, makan nilai MOR-nya semakin menurun. Nilai MOR bervariasi antara 630,20 - 1.111,43 kg/cm2. Posisi kolom bambu mempengaruhi
modulus elastisitas (MOE), yaitu semakin ke bawah, nilai MOE bambu lamina semakin besar. 
Pada umumnya kekuatan perekatan dari bambu lamina adalah baik, tetapi kekuatan perekatan akan menurun bila kuantitas pelaburan bertambah. Berdasarkan berat jenis dan nilai kekuatan perekatan, maka bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas II, sementara bila dilaburi dengan Cuprinol sebanyak 3 kali, kualitasnya dapat disejajarkan dengan kayu kelas kuat III. 
3) Papan Semen 
Berdasarkan penelitian hydratasi, bahan bambu adalah termasuk golongan bahan yang kurang baik sebagai bahan papan wol kayu, tetapi percobaan dengan direndam dahulu selama 2 hari, memperlihatkan hasil yang baik, yaitu dengan suhu maksimum 56°C dalam tempo 9 jam. Percobaan pembuatan papan dengan serutannya direndam dahulu dalam air selama 48 jam menghasilkan keteguhan rekat papan semen 21,3% dan keteguhan lengkung 6,4 kg/cm2 (Kamil, 1970). Bahan yang dipergunakan adalah 500 bambu, 500 kg semen dan 200 gr air kapur. Berat jenis papn menjadi 0,42 kekuatan tidak dapat disamakan dengan kayu sebab kekuatan lenturnya sendiri adalah berlainan. 
4) Rumah Bambu
Sistem rangka batang bambu merupakan struktur bangunan yang sangat efisien terhadap penurunan dan getarn tanah. (Gempa bumi) dan terhadap tekanan dinamis (angin sebagai gaya horizontal). Sebagai konstruksi ringan (bobot konstruksi lantai, dinding, maupun atap ) menjadi sedikit dan dengan titik buhul pada sistem rangka batang yang bekerja sebagai engsel, semua batang dapat bergerak sedikit tanpa mempengaruhi kestabilan konstruksi. Bahan bangunan bambu serta strukturnya dapat berubah- ubah bentuknya secara luas dan dengan demikian akan menghasilkan pemusnahan energi. 
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka sistem rangka batang bambu dapat diterapkan untuk kerangka rumah di daerah rawan gempa bumi, pembangunan rumah panggung, konstruksi dinding rangka, pelat lantai, maupun atap. Bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai tulangan beton. Selain untuk bahan bangunan struktur, bambu dapat digunakan sebagai perlengkapan bangunan seperti pintu dan jendela maupun perlindungan pembukaan dinding terhadap matahari (sirip, krepyak, kerai(, pipa dan pompa air serta konstruksi pagar. Dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya. 
5) Furniture 
Perabotan bambu bukanlah barang baru di negeri ini. Sejak dulu bambu sudah dijadikan kursi atau lincak di pulau jawa, mulai dari bentuk paling sederhanya hingga yang lebih inovatif dan di desain dengan unik. Selain di pulau jawa, pemanfaatan bahan bambu sebagai furniture juga dapat ditemui di Sulawesi Selatan dan Utara, juga di Sumatera. 
Saat ini ada banyak jenis perabotan yang dibuat dari bahan bambu, mulai dari bambu yang bentuknya masih untuk bulat, hingga bambu yang sudah
dijadikan papan atau dibentuk dengan teknologi pres supaya bisa melengkung dan berpola sesuai dengan kebutuhan. Diantara produk perabotan bambu dapat berupa: set kursi dan meja tamu, sofa besar, kursi dan meja teras, rak tv, rak buku, lemari pakaian, bed frame, kursi santai/ kursi malas dan masih banyak lagi. Semua jenis produk furniture yang dapat dibuat dengan kayu, juga dapat dibuat dengan bahan bambu. 
II.5. Kelebihan Dan Kekurangan Bambu 
II.5.1. Kelebihan Bambu 
Bambu memiliki kelebihan antara lain : 
a. Bambu memiliki nilai seni yang tinggi dan merupakan sumber daya pariwisata yang sangat penting. 
b. Bambu mudah dikeringkan dengan alat sederhana, dan dapat diawetkan agar dapat dipakai dalam waktu yang lama 
c. Sebagai pelopor pembuatan rumah tahan gempa 
d. Bentuknya yang lentur saat dibelah, dapat digunakan menjadi bahan laminasi bsa berbentuk kolom, maupun papan sebagai pengganti kayu. 
e. Bahan alami yang dapat diperbaharui 
f. Kulit bambu licin, bersih, dan kuat serta bersifat ringan 
g. Seluruh bagian bambu termasuk batangnya dapat dimanfaatkan, rebung untuk dimakan, daun untuk makanan ternak, dan ranting dapat dipakai sebagai bahan sapu atau kayu bakar. 
h. Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang) 
i. Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang. 
j. Bahan konstruksi yang murah. 
II.5.2. Kekurangan Bambu
Bambu memiliki kekurangan antara lain : 
a. Bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan kelembaban tinggi di daerah tropis. Bambu memiliki 50 - 55% lebih banyak selulosa daripada kayu. Tanpa perhatian pada pengawetan maka konstruksi bambu tahan lama 2- 3 tahun saja. sedangkan dengan pengawetan dan pemeliharaan yang memadai dapat tahan lama > 15 tahun. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua, dalam hal terakhi. 
b. Memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bangunan,terutama untuk bahan konstruksi(perlu proses laminasi). 
c. Proses pengerjaan yang rumit untuk menggabungkan bilah-bilah bambu menjadi satu kesatuan(berbeda dengan proses pengolahan kayu). 
d. Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari ujung sampai pangkalnya. 
II.6. Proses Pengolahan Bambu 
Berikut adalah cara-cara(treatment) dalam pengolahan bambu untuk menghasilkan bahan material yang berkualitas baik antara lain : 
1. Bambu yang dipilih harus sebaiknya yang sudah matang (4-5 tahun). Dari segi fisik dapat dilihat dari warna daun, kelopak, dan jika dipukul terdengar bunyi yang cukup nyaring (tanda sudah tua dan kering). 
2. Tanda bambu yang matang bisa juga diukur dengan menggunakan alat pengukur kepadatan batang (density test ). Alatnya berupa jarum yang ditembakan ke dalam batang bambu. Cukup akurat, tetapi alatnya masih sangat mahal. 
3. Setelah ditebang, sebaiknya bambu didiamkan beberapa hari diatas sebuah alas dengan posisi tegak, alas batu, misalnya. Tujuannya untuk menurunkan semua cairan alami yang terdapat dalam bambu. Alas berfungsi juga untuk mencegah kelembaban tanah tidak masuk kembali ke serat batang bambu. 
4. Sebaiknya bambu yang sudah dipilih dibersihkan dari kotoran yang melekat pada permukaan batang bambu
5. Bambu matang mempunyai kerapatan daging batang yang baik, sehingga tidak menyebabkan kisut jika sudah kering. 
II.6.1. Cara mencegah bambu dari serangan rayap 
Cara mencegah bambu dari serangan rayap antara lain : 
1. Anda bisa mengeluarkan zat glukosa --yang digemari rayap-- ke dalam bambu dengan cairan garam (acid) yang tidak disukai rayap. Metodenya dan bahannya bisa bermacam2.Orang di zaman dahulu merendamkan bambu ke dalam lumpur sungai atau pantai. Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama ( 3-6 bulan). 
2. Perajin bambu sekarang kebanyakan menggunakan minyak tanah atau oli bekas sebagai bahas pengawetnya. 
3. Metode yang sedang dikembangkan sekarang adalah dengan menggunakan Borax-boric acid, dengan metode kolam perendaman, vertical soak diffusion (VSD) atau menggunakan injeksi ke setiap batang bambu. 
4. Setelah melalui proses pengawetan, bambu kemudian di keringkan. Susun bambu secara vertikal dan terlindung dari sinar matahari. Dengan dikeringkan di luar, kita memanfaatkan aliran udara alami. Proses ini bisa memakan waktu 2 minggu, tergantung dari cuaca. 
5. Setelah kering, bambu bisa digunakan baik untuk konstruksi bangunan maupun untuk furnitur. 
II.6.2. Cara merawat furnitur bambu. 
Cara mencegah merawat furnitur bambu antara lain : 
1. Sebaiknya bambu tidak diekspos langsung terkena matahari dan air hujan. 
2. Bambu sangat sensitif dengan perubahan suhu mengakibatkan bambu mudah retak. Keretakan bisa menjalar keseluruh batang bambu karena seratnya yang lurus. 
3. Bambu jangan langsung bersentuhan dengan tanah karena mengakibatkan masuknya kelembaban ke dalam serat. Kelembapan tanah bisa menimbulkan jamur pada batang bambu. Hal ini bisa mengurangi kekuatannya. Tampilan pun jadi jelek.
4. Sebaiknya bahan bambu dilapisi cairan finishing (water base ) sebagai bantuan lapisan proteksi, selain itu jika terkena air atau hujan, segera diseka sehingga tidak memberi kesempatan air dapat meresap ke batang.
BAB III 
PENUTUP 
III.1. Kesimpulan 
Kebutuhan akan ketersediaan kayu sebagai bahan bangunan semakin lama semakin pesat yang menyebabkan ketersediaan kayu yang semakin menipis yang menimbulkan berbagai persoalan. Dan hadirlah Bambu sebagai salah satu solusi untuk masalah ini dikarenakan selain harganya murah dan ketersediaannya pun banyak juga bahan alam ini memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri (hasil peninjauan dan pengujian) dibanding bahan bangunan lainnya. 
Bambu memiliki keunggulan tersendiri, antara lain : bambu memiliki nilai seni yang tinggi, sehingga berpotensi sebagai sumber daya pariwisata yang sangat penting; Sebagai pelopor pembuatan rumah tahan gempa; Bentuknya yang lentur saat dibelah, dapat digunakan menjadi bahan laminasi bisa berbentuk kolom, maupun papan sebagai pengganti kayu; bahan alami yang dapat diperbaharui; sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang); Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang; Ringan; Bahan konstruksi yang murah. 
Disamping kelebihannya tersebut bambu juga memiliki beberapa kekurangan seperti : bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap, memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bangunan terutama untuk bahan konstruksi (perlu proses laminasi); Proses pengerjaan yang rumit untuk menggabungkan bilah-bilah bambu menjadi satu kesatuan(berbeda dengan proses pengolahan kayu); Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari pangkal sampai ujungnya. 
Selain itu bambu bukan hanya sering dimanfaatkan untuk furniture semata, melainkan juga sebagai bahan untuk membuat alat musik, kerajinan seni, alat olahraga dan juga kebutuhan konstruksi seperti kolom, balok, plat, jembatan dan lain-lain. 
III.2. Saran 
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam kata-kata maupun penyajian data karena minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.Semoga laporan ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA 
www.wikipedia.com/Bambu. Diakses pada 5 September 2014 pukul 20.00 WITA. 
www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu/. Diakses pada 5 September 2014 pukul 20.30 WITA. 
Purwito. 2012. Produk dari Bambu dan Turunannya. bamboeindonesia.wordpress.com/peneliti-bambu/purwito/makalah/. Diakses pada tanggal 5 September 2014 pukul 21.44 WITA. 
Pradipto, Unggul. 2012. Makalah Teknologi Bahan Bangunan Bambu. hmtsunsoed.files.wordpress.com/2012/04/kelompok-2-tbb-bambu.docx. Diakses pada tanggal 6 September 2014 pukul 07.00 WITA

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Sandi Purnama Jaya
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Putrimian Hairani
 
Kelompok okulasi
Kelompok okulasiKelompok okulasi
Kelompok okulasi
Izhar Bangsawan
 
Pengukuran diameter pohon
Pengukuran diameter pohonPengukuran diameter pohon
Pengukuran diameter pohon
ida lestari
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
Repository Ipb
 
ILMU KAYU STRUKTUR SEL KAYU
ILMU KAYU STRUKTUR SEL KAYUILMU KAYU STRUKTUR SEL KAYU
ILMU KAYU STRUKTUR SEL KAYU
EDIS BLOG
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
Novia Dwi
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Yusuf Ahmad
 
Perkembangbiakan vegetatif tumbuhan.ppt
Perkembangbiakan vegetatif tumbuhan.pptPerkembangbiakan vegetatif tumbuhan.ppt
Perkembangbiakan vegetatif tumbuhan.ppt
EVI PAULINA SIMAREMARE
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
Alfian Nopara Saifudin
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
Ferli Dian SAputra
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Febrina Tentaka
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahanf' yagami
 
Makalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanamanMakalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanaman
agus tian
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
EDIS BLOG
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
abdul gonde
 
Botani 1 Pendahuluan
Botani 1 PendahuluanBotani 1 Pendahuluan
Botani 1 Pendahuluan
Sinergi Inspiration
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Nurma Fauzaniar
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
Tidar University
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
 
Kelompok okulasi
Kelompok okulasiKelompok okulasi
Kelompok okulasi
 
Pengukuran diameter pohon
Pengukuran diameter pohonPengukuran diameter pohon
Pengukuran diameter pohon
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
ILMU KAYU STRUKTUR SEL KAYU
ILMU KAYU STRUKTUR SEL KAYUILMU KAYU STRUKTUR SEL KAYU
ILMU KAYU STRUKTUR SEL KAYU
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan Tanaman
 
Perkembangbiakan vegetatif tumbuhan.ppt
Perkembangbiakan vegetatif tumbuhan.pptPerkembangbiakan vegetatif tumbuhan.ppt
Perkembangbiakan vegetatif tumbuhan.ppt
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
 
Makalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanamanMakalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanaman
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
 
Botani 1 Pendahuluan
Botani 1 PendahuluanBotani 1 Pendahuluan
Botani 1 Pendahuluan
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 

Viewers also liked

konstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambukonstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambu
nabila amalia
 
Metodologi Desain // Kelompok 4
Metodologi Desain // Kelompok 4Metodologi Desain // Kelompok 4
Metodologi Desain // Kelompok 4
Friskila E P
 
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
Dwitantri Rezkiandini
 
makalah Hutan Mangrove
makalah Hutan Mangrovemakalah Hutan Mangrove
makalah Hutan Mangrove
Guruh Adhi
 
Makalah 17 okt 2012
Makalah 17 okt 2012Makalah 17 okt 2012
Makalah 17 okt 2012
Azh'rulk Amard
 
Pengaruh sampah terhadap lingkungan
Pengaruh sampah terhadap lingkunganPengaruh sampah terhadap lingkungan
Pengaruh sampah terhadap lingkunganwybawa
 
Solusi sampah pada kehidupan sekitar
Solusi sampah pada kehidupan sekitarSolusi sampah pada kehidupan sekitar
Solusi sampah pada kehidupan sekitar
Monika Siregar
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestry
Eka Phe
 
Daur ulang sampah kertas
Daur ulang sampah kertasDaur ulang sampah kertas
Daur ulang sampah kertas
Anang's Succes
 
Kerajinan Bahan Keras (Rotan)
Kerajinan Bahan Keras (Rotan)Kerajinan Bahan Keras (Rotan)
Kerajinan Bahan Keras (Rotan)
efitasyawalia
 
Bambu material de construccion
Bambu material de construccionBambu material de construccion
Bambu material de construccion
Evelyn Denise Sanzonetty
 
Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
andrians07
 
Makalah kwu kelompok1 XI MIA 1
Makalah kwu kelompok1 XI MIA 1Makalah kwu kelompok1 XI MIA 1
Makalah kwu kelompok1 XI MIA 1
Agataganteng
 
Makalah PLH membuat batok kelapa
Makalah PLH membuat batok kelapaMakalah PLH membuat batok kelapa
Makalah PLH membuat batok kelapa
noussevarenna
 
Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif.Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif.
Haki Haki
 
Membuat kerajinan tangan kardus bekas smk kesehatan raha
Membuat kerajinan tangan kardus bekas smk kesehatan rahaMembuat kerajinan tangan kardus bekas smk kesehatan raha
Membuat kerajinan tangan kardus bekas smk kesehatan raha
Septian Muna Barakati
 
Kliping tentang sumber daya alam
Kliping tentang sumber daya alamKliping tentang sumber daya alam
Kliping tentang sumber daya alamMaulana_Hasanudin
 

Viewers also liked (20)

konstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambukonstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambu
 
Metodologi Desain // Kelompok 4
Metodologi Desain // Kelompok 4Metodologi Desain // Kelompok 4
Metodologi Desain // Kelompok 4
 
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
 
makalah Hutan Mangrove
makalah Hutan Mangrovemakalah Hutan Mangrove
makalah Hutan Mangrove
 
Kuliah tekbam bambu
Kuliah tekbam bambuKuliah tekbam bambu
Kuliah tekbam bambu
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Makalah 17 okt 2012
Makalah 17 okt 2012Makalah 17 okt 2012
Makalah 17 okt 2012
 
Pengaruh sampah terhadap lingkungan
Pengaruh sampah terhadap lingkunganPengaruh sampah terhadap lingkungan
Pengaruh sampah terhadap lingkungan
 
Solusi sampah pada kehidupan sekitar
Solusi sampah pada kehidupan sekitarSolusi sampah pada kehidupan sekitar
Solusi sampah pada kehidupan sekitar
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestry
 
Daur ulang sampah kertas
Daur ulang sampah kertasDaur ulang sampah kertas
Daur ulang sampah kertas
 
Kerajinan Bahan Keras (Rotan)
Kerajinan Bahan Keras (Rotan)Kerajinan Bahan Keras (Rotan)
Kerajinan Bahan Keras (Rotan)
 
Bambu material de construccion
Bambu material de construccionBambu material de construccion
Bambu material de construccion
 
Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
 
Makalah kwu kelompok1 XI MIA 1
Makalah kwu kelompok1 XI MIA 1Makalah kwu kelompok1 XI MIA 1
Makalah kwu kelompok1 XI MIA 1
 
Makalah PLH membuat batok kelapa
Makalah PLH membuat batok kelapaMakalah PLH membuat batok kelapa
Makalah PLH membuat batok kelapa
 
Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif.Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif.
 
Membuat kerajinan tangan kardus bekas smk kesehatan raha
Membuat kerajinan tangan kardus bekas smk kesehatan rahaMembuat kerajinan tangan kardus bekas smk kesehatan raha
Membuat kerajinan tangan kardus bekas smk kesehatan raha
 
KARYA ILMIAH SAMPAH
KARYA ILMIAH SAMPAHKARYA ILMIAH SAMPAH
KARYA ILMIAH SAMPAH
 
Kliping tentang sumber daya alam
Kliping tentang sumber daya alamKliping tentang sumber daya alam
Kliping tentang sumber daya alam
 

Similar to Makalah bambu hasil hutan bukan kayu

Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okkyKbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kiki Zakiyah
 
Sumber daya hutan
Sumber daya hutanSumber daya hutan
Sumber daya hutan
afif alhafiz
 
Model perencanaan kawasan agroforestry bambu
Model perencanaan kawasan agroforestry bambuModel perencanaan kawasan agroforestry bambu
Model perencanaan kawasan agroforestry bambu
Izhan Nassuha
 
Anggrek Kerangas Kalimantan Tengah Sitifix.pdf
Anggrek Kerangas Kalimantan Tengah Sitifix.pdfAnggrek Kerangas Kalimantan Tengah Sitifix.pdf
Anggrek Kerangas Kalimantan Tengah Sitifix.pdf
photormf15
 
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Jessy Damayanti
 
Struktur Kayu - Meranti Putih
Struktur Kayu - Meranti PutihStruktur Kayu - Meranti Putih
Struktur Kayu - Meranti Putih
Reski Aprilia
 
PPT KELOMPOK 7.pdf
PPT KELOMPOK 7.pdfPPT KELOMPOK 7.pdf
PPT KELOMPOK 7.pdf
TiodorSimanjuntak
 
5 Pilar Kelayakan Green Property
5 Pilar Kelayakan Green Property5 Pilar Kelayakan Green Property
5 Pilar Kelayakan Green Property
Green Warrior
 
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
Fransisco Rahmat Longa Muku
 
03. BAB II.pdf
03. BAB II.pdf03. BAB II.pdf
03. BAB II.pdf
070bebiardilaningsih
 
Laporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARETLaporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARET
Posma Andri Octavia Siagian
 
BIOMA DUNIA.pptx
BIOMA DUNIA.pptxBIOMA DUNIA.pptx
BIOMA DUNIA.pptx
giantidiahhastarini2
 
Mengenal kayu merbau
Mengenal kayu merbauMengenal kayu merbau
Mengenal kayu merbau
Galleri Parquet
 
Hutan edit
Hutan editHutan edit
Hutan edit
leistiayu
 
Etnobotani ppt
Etnobotani ppt Etnobotani ppt
Laporan praktikum pembuatan kumbung
Laporan praktikum pembuatan kumbungLaporan praktikum pembuatan kumbung
Laporan praktikum pembuatan kumbung
Arif nor fauzi
 
Tanamanhutan
TanamanhutanTanamanhutan
Tanamanhutan
Efry Ghani
 
BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SEBAGAI SUMBER BAHAN ENER...
BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SEBAGAI SUMBER BAHAN ENER...BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SEBAGAI SUMBER BAHAN ENER...
BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SEBAGAI SUMBER BAHAN ENER...
Repository Ipb
 

Similar to Makalah bambu hasil hutan bukan kayu (20)

Tugas etnobotanibali ningsih
Tugas etnobotanibali ningsihTugas etnobotanibali ningsih
Tugas etnobotanibali ningsih
 
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okkyKbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
 
Sumber daya hutan
Sumber daya hutanSumber daya hutan
Sumber daya hutan
 
Model perencanaan kawasan agroforestry bambu
Model perencanaan kawasan agroforestry bambuModel perencanaan kawasan agroforestry bambu
Model perencanaan kawasan agroforestry bambu
 
Anggrek Kerangas Kalimantan Tengah Sitifix.pdf
Anggrek Kerangas Kalimantan Tengah Sitifix.pdfAnggrek Kerangas Kalimantan Tengah Sitifix.pdf
Anggrek Kerangas Kalimantan Tengah Sitifix.pdf
 
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
 
Struktur Kayu - Meranti Putih
Struktur Kayu - Meranti PutihStruktur Kayu - Meranti Putih
Struktur Kayu - Meranti Putih
 
PPT KELOMPOK 7.pdf
PPT KELOMPOK 7.pdfPPT KELOMPOK 7.pdf
PPT KELOMPOK 7.pdf
 
5 Pilar Kelayakan Green Property
5 Pilar Kelayakan Green Property5 Pilar Kelayakan Green Property
5 Pilar Kelayakan Green Property
 
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
 
03. BAB II.pdf
03. BAB II.pdf03. BAB II.pdf
03. BAB II.pdf
 
Laporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARETLaporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARET
 
Persebaran flora dan fauna
Persebaran flora dan fauna Persebaran flora dan fauna
Persebaran flora dan fauna
 
BIOMA DUNIA.pptx
BIOMA DUNIA.pptxBIOMA DUNIA.pptx
BIOMA DUNIA.pptx
 
Mengenal kayu merbau
Mengenal kayu merbauMengenal kayu merbau
Mengenal kayu merbau
 
Hutan edit
Hutan editHutan edit
Hutan edit
 
Etnobotani ppt
Etnobotani ppt Etnobotani ppt
Etnobotani ppt
 
Laporan praktikum pembuatan kumbung
Laporan praktikum pembuatan kumbungLaporan praktikum pembuatan kumbung
Laporan praktikum pembuatan kumbung
 
Tanamanhutan
TanamanhutanTanamanhutan
Tanamanhutan
 
BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SEBAGAI SUMBER BAHAN ENER...
BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SEBAGAI SUMBER BAHAN ENER...BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SEBAGAI SUMBER BAHAN ENER...
BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SEBAGAI SUMBER BAHAN ENER...
 

Makalah bambu hasil hutan bukan kayu

  • 1. TUGAS I HASIL HUTAN BUKAN KAYU BAMBU NAMA : OPU AFFAN GIFARY NIM : M 111 13 503 KELAS : C FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya dan rido-Nyalah penulisan makalah dengan judul “Bambu” ini dapat diselesaikan. Bermacam halangan terkadang menghambat pembuatan makalah ini. Akan tetapi, berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini terselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu penulisan laporan penelitian ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan masyarakat yang bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Makassar, 6 September 2014 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................i DAFTAR ISI.........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1 I.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1 I.3. Tujuan ............................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN II.1. Pengertian dan Klasifikasi Bambu.................................................................3 II.1.1. Pengertian Bambu...........................................................................3 II.1.2. Klasifikasi Bambu...........................................................................3 II.2. Sifat Fisik Mekanika Bambu..........................................................................4 II.3. Jenis Bambu yang Umum Dimanfaatkan......................................................6 II.3.1. Jenis Bambu di Indonesia...............................................................6 II.3.2. Jenis Bambu yang sering dimanfaatkan.........................................6 II.4. Kegunaan dan Manfaat Bambu...................................................................15 II.4.1. Kegunaan Bambu dalam Kehidupan sehari-hari...........................15 II.4.2. Kegunaan Bambu dalam dalam Teknologi Konstruksi................16 II.5. Kelebihan Dan Kekurangan Bambu...........................................................19 II.5.1. Kelebihan Bambu.........................................................................19 II.5.2. Kekurangan Bambu......................................................................19 II.6. Proses Pengolahan Bambu...........................................................................20 II.6.1. Cara mencegah bambu dari serangan rayap..................................21 II.6.2. Cara merawat furnitur bambu.......................................................21 BAB III PENUTUP...........................................................................................22 III.1. Kesimpulan....................................................................................22 III.2. Saran..............................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbagai kebutuhan bahan bangunan dari masa ke masa semakin varian. Selain dari segi kenyamanan, keamanan, kesehatan dan juga nilai keawetan, pemilihan bahan bangunan merupakan standar syarat dari rumah hunian yang sehat. Rumah hunian sekarang pun memprioritaskan bahan-bahan yang ramah lingkungan, yang sering kita dengar dengan istilah green house. Karakter tempat hunian yang memiliki nuansa alam kerap menjadi pilihan yang paling diminati pasar saat ini, guratan-guratan alam di setiap bagian ruangan menjadi pemandangan yang diimpikan oleh setiap penghuni rumah, nilai aksennya pun bertambah dengan membubuhkan berbagai macam bahan-bahan alam, seperti batu alam, kolam hias, taman-taman kecil di dalam ruangan, dan yang paling utama adalah kayu. Hutan saat ini semakin memprihatinkan, hal ini berdampak langsung akan ketersediaan bahan baku alami(kayu), yang semakin langka dan menjadi barang mewah. Luas tutupan hutan di Indonesia semakin berkurang, hingga kini hanya sekitar 40% an, tahun 1950 seluas 180 juta ha, tahun 1985 seluas 120 juta ha, tahun 2009 seluas 87 juta ha, dan tahun 2020 hutan diperkirakan hanya 10% saja. Dari semakin sulitnya ketersediaan kayu jati, rakyat memerlukan material bahan pengganti bahan kayu alami, dewasa ini yang ketersediaannya melimpah di alam adalah bambu. Bambu adalah kayu masa depan, selain harganya ekonomis, bambu tidak kalah menariknya dengan kayu, memiliki serat-serat yang khas dan bernilai aksen tinggi juga, pertumbuhan bambu pun sangat cepat, hanya membutuhkan 3 sampai 5 tahun untuk siap panen serta dapat tumbuh di berbagai lahan, berbeda dengan kayu jati yang harus menunggu 10 sampai 15 tahun untuk panennya. Untuk mendapatkan kualitas yang baik dari pola tanamnya, diperlukan sedikit perlakuan khusus, yaitu dengan penjarahan rumput di sekitar bambu, agar bambu dapat tumbuh lurus dan terhindar dari serangan jamur. I. 2. Rumusan Masalah 1. Jelaskan pengertian dan klasifikasi bambu ! 2. Bagaimana sifat fisik mekanik bambu? 3. Apa saja jenis bambu yang umum dimanfaatkan? 4. Apa saja kegunaan dan manfaat bambu? 5. Apa saja kelebihan dan kekurangan bambu? 6. Bagaimana cara pengolahan bambu?
  • 5. I. 3. Tujuan 1. Mengetahui definisi bambu dan klasifikasi ilmiah 2. Mengetahui sifat fisik mekanik kayu 3. Mengetahui jenis bambu yang umum dimanfaatkan 4. Mengetahui kegunaan dan manfaat bambu 5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan bambu 6. Memahami proses pengolahan bambu
  • 6. BAB II PEMBAHASAN II. 1. Pengertian dan Klasifikasi Bambu II.1.1 Pengertian Bambu Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 inchi) atau bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah, dan kondisi iklim dan cuaca tempat ia ditanam. Bambu/tiying/Bambusa sp, memiliki tinggi 5-15 m, berkayu bulat berlubang, beruas – ruas, daun tunggal berseling berpelepah lanset ujung runcing tepi rata, bunga majemuk bentuk malai. Tumbuh liar pada lahan tegalan, terutama daerah lembab dari pantai hingga ketinggian 1000 m dpl. Memiliki adaptasi yang sangat luas terhadap berbagai jenis tanah dan musim. System perakaran yang intensif dapat mempertahankan atau menutup butiran tanah sehingga tidak mudah tererosi oleh air hujan. Oleh karena itu, bambu sering digunakan atau ditanam di pinggir sungai sebagai penahan erosi tanah. Sebagai jenis tanaman rumput – rumputan, bambu tumbuh menggunakan rimpang batang yang mengandung ruas dan mata cabang sehingga dapat menghasilkan batang baru atau rebung untuk tingkat pertumbuhan selanjutnya. Setiap rumpun menghasilkan 8-14 batang setiap tahun, sekitar 2-3 bulan rebung mencapai pertumbuhan dewasa, dan 3 bulan kemudian batang mencapai tinggi maksimum. Fungsi kelestarian rumpun tersebut dapat dipertahankan dengan cara hanya menebang atau memanen batang yang telah dewasa. II.1.2 Klasifikasi Bambu Secara umum bambu dibagi dalam 5 famili yaitu : 1. Dendrocalaminae 2. Melocanninae 3. Bambusinae 4. Arundinaeiinae
  • 7. 5. Puellinae Dan jumlah dari famili bambu dan spesiesnya adalah,  Pada tahun 1903 Sporry : 45 famili  Pada tahun 1912 perancis : 230 spesies  Pada tahun 1931 Ueda : 47 famili /1250 spesies.  Pada tahun 1954 Sineath/Daughtery : 60 famili /1000 spesies.  Pada tahun 1956 Raizada/Chatterji : 30 famili /500 spesies.  Pada tahun 1959Hutchinson: 45 famili.  Pada tahun 1967 Lubke : 500 spesies. II.2. Sifat Fisik Mekanika Bambu Adapun sifat fisik mekanika bambu meliputi antara lain : 1. Sifat bambu a) Titik jenuh serat bambu 20-30%. Bagian dalam bambu lebih banyak mengandung lengas (air bebas), daripada bagian luar, b) Bagian buku-buku (nodes) mengandung +10% lebih sedikit kadar airnya dari pada bagian ruasnya, c) Bambu kurang tahan jika dipergunakan sebagai tulangan beton karena daya serap airnya bisa mencapai 300%, d) Bambu perlu diawetkan agar dapat mencapai mutu dan umur yang diharapkan, e) Penggunaan pada konstruksi bangunan harus dihindarkan dari hujan dan panas matahari langsung, agar tidak mudah rapuh dan membusuk. 2. Tipe bambu
  • 8. Bambu terdiri dari dua tipe yaitu : a) Bambu monopodial dengan batang yang panjang dan lurus serta tumbuhnya sendiri-sendiri. Bambu ini tumbuh di daerah yang mempunyai 4 musim seperti, Jepang, China, Amerika dll, b) Bambu simpodial dengan batang yang lebih pendek serta bambu rambat yang tumbuhnya tidak beraturan. Bambu ini tumbuh di daerah tropis seperti, Indonesia, Philipina, Thailand, India, Amerika Selatan, Afrika dll. Beberapa jenis juga tumbuh dengan merambat pada pohon yang ada di sekitarnya seperti layaknya rotan. 3. Kondisi iklim
  • 9. Kebanyakan bambu tumbuh pada temperatur 8.8° C sampai 36° C. Moso dan bambu Ma yang tumbuh di Jepang dapat tumbuh pada temperatur – 10° C. Ketinggian tanah dimana bambu tumbuh dapat mencapai 3.600 m di atas permukaan laut seperti bambu yang tumbuh di Ekuador. 4. Kondisi tanah Bambu umumnya tumbuh pada tanah yang berpasir (sandy loam) sampai di tanah liat (kuning, coklat kekuning-kuningan atau merah kekuning-kunigan). Kualitas tanah tidak penting bagi pertumbuhan bambu. 5. Properti dari bambu Moisture content bambu, phisikal propertis, mekanikal/teknikal propertis sebagaimana juga dalam penggunaan bambu sebagai bahan baku atau komponen bangunan tergantung dari kadar airnya (moisture content). Kadar air bambu pada buku dan batang sangat tergantung pada umur dan musim. Pada batang antar buku dapat mencapai 25% dibandingkan dengan pada bagian buku sedangkan pada bagian dasar sangat bervariasi. Pada daerah subtropical musim sangat mempengaruhi moisture content (kandungan air) bambu dan pada musim hujan dapat mencapai dua kalinya. Kandungan air bambu ini sangat mempengaruhi kualitas bambu terutama pada saat akan dimanfaatkan sebagai komponen bangunan. 6. Pemuaian dan penyusutan bambu Pemuaian dan penyusutan bambu hampir sama dengan kayu. Perubahan yang terjadi pada panjang, lebar serta tebal kurang lebih proporsional dengan kadar air yang dikandung. Pada penggunaan konstruksi yang seluruhnya menggunakan bambu kondisi ini tidak begitu berpengaruh pada konstruksi, berbeda dengan konstruksi yang menggunakan kombinasi antara bambu dan kayu kemungkinan terlepasnya sambungan sangat besar. 7. Ketahanan terhadap api Dibandingkan dengan kayu lunak sejenis spruce (famili pinus) maka bambu mempunya daya rambat yang lebih baikSpruce terbakar lebih cepat sedangkan bambu dua kali lebih lama. Kulit bambu yang mengandung silisic acid sangat membantu menahan rambatan api shingga proses terbakarnya lebih lama dibandingkan spruce. Komponen yang dipasang secara horizontal lebih tahan dibandingkan dengan yang posisinya vertikal.
  • 10. 8. Kekuatan bambu a) Kekuatan tarik (tegangan patah untuk tarik bumi) 1.000 – 4.000 Kg/cm2. b) Kekuatan tekan (tegangan patah untuk tekanan) 250 – 1.000 Kg/cm2 c) Modulus kenyal untuk tarikan 100.000 – 300.000 Kg/cm2 d) Tegangan izib tarik = 300 kg/cm2 a. Tegangan izin tarik = 80 kg/cm2 b. Tegangan izin lentur = 100 kg/cm2 c. Modulus kenyal untuk tarikan dan tekanan = 200.000 kg/cm2 II.3. Jenis Bambu yang Umum Dimanfaatkan II.3.1. Jenis Bambu di Indonesia Berikut adalah jenis bambu di Indonesia antara lain : No. Nama botani Nama local Daerah ditemukan 1. Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend. - Jawa 2. Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. Pring ori Jawa, Sulawesi 3. Bambusa atra Lindl. Loleba Maluku 4. Bambusa balcooa Roxb. - Jawa 5. Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. Bambu duri Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara 6. Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro Bambu pagar, cendani Jawa 7. Bambusa horsfieldii Munro. Bambu embong Jawa 8. Bambusa polymorpha Munro. - Jawa 9. Bambusa tulda Munro. - Jawa
  • 11. 10. Bambusa vulgaris Schard. Awi ampel, haur Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku 11. Dendrocalamus asper Bambu petung Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi 12. Dendrocalamus giganteus Munro. Bambu sembilang Jawa 13. Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. Bambu batu Jawa 14. Dinochloa scandens O.K. Bambu cangkoreh, Kadalan Jawa 15. Gigantochloa apus Kurz. Bambu apus, tali Jawa 16. Gigantochloa atroviolacea Bambu hitam, wulung Jawa 17. Gigantochloa atter Bambu ater, jawa benel, buluh Jawa 18. Gigantochloa achmadii Widjaja. Buluh apus Sumatera 19. Gigantochloa hasskarliana Bambu lengka tali Jawa, Bali, Sumatera 20. Gigantochloa levis (Blanco) Merr. Buluh suluk Kalimantan 21. Gigantochloa manggong Widjaja. Bambu manggong Jawa 22. Gigantochloa nigrocillata Kurz Bambu lengka, terung terasi Jawa 23. Gigantochloa pruriens Buluh rengen Sumatera
  • 12. 24. Gigantochloa psedoarundinaceae Bambu andong, gambang surat Jawa 25. Gigantochloa ridleyi Holtum. Tiyang kaas Bali 26. Gigantochloa robusta Kurz. Bambu mayan, temen serit Jawa, Bali, Sumatera 27. Gigantochloa waryi Gamble Buluh dabo Sumatera 28. Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. - Jawa 29. Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. Bambu eul-eul Jawa 30. Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera bambu uncea Jawa 31. Schizotachyum blunei Ness. Bambu wuluh, tamiang Jawa, NTT, NTB, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Maluku. 32. Schizotachyum brachycladum Kuez. Buluh nehe, awi buluh, ute wanat, tomula Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku 33. Schizotachyum candatum Backer ex Heyne Buluh bungkok Sumatera 34. Schizotachyum lima (Blanco) Merr. Bambu toi Sulawesi, Maluku, Irian Jaya 35. Schizotachyum longispiculata Kurz. Bambu jalur Jawa, Sumatera, Kalimantan 36. Schizotachyum zollingeri Stend. Bambu jala, cakeutreuk Jawa, Sumatera 37. Thryrsostachys siamensis Gamble. - Jawa
  • 13. II.3.2. Jenis bambu yang sering dimanfaatkan Berikut adalah jenis bambu yang sering digunakan/dimanfaatkan antara lain : 1) Bambusa bambos (L.) Voss Mempunyai nama lokal yaitu bambu ori, jawa: pring ori. Mempunyai tinggi mencapai 30 m, dinding batang sangat tebal dan batang berbulu tebal, diameter 15-18 cm, jarak buku 20-40 cm dan warna hijau muda pada batang. Tempat tumbuh di tanah basah, di sepanjang sungai. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 6 m x 6 m. Pemberian pupuk kompos 5-10 kg pada saat penanaman berguna untuk pertumbuhan awal. Pemupukan dengan NPK akan meningkatkan biomasa. Jenis ini kurang cocok untuk skala luas karena berduri sehingga menyulitkan dalam pemanenan. Penebangan dapat dilakukan dengan memotong setinggi 2 m dari atas tanah. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah umur 3-4 tahun. Sisakan 8-10 batang setiap rumpun untuk mempertahankan tingkat produksi. Hindari pengambilan risoma untuk perbanyakan karena dapat merusak rumpun. Produktivitas tahunan dapat mencapai sekitar 5000-8000 batang/ha. Jenis bambu ini memiliki manfaat antara lain : rebungnya digunakan sebagai sayuran, daunnya dijadikan sebagai makanan ternak, dan bibitnya (bahan makanan sekunder) sampai dengan batangnya digunakan untuk keperluan rumah tangga dan bahan dasar bangunan. Jenis ini berguna sebagai pengendali banjir bila ditanam disepanjang sungai dan pelindung tanaman dari angin kencang. Batangnya dipakai untuk industri pulp, kertas dan kayu lapis. Jenis ini juga dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan semir sepatu, lem perekat, kertas karbon
  • 14. dan kertas kraft tahan air. Rendaman daun bambunya dipakai untuk penyejuk mata dan mengobati penyakit (bronkitis, demam, dan gonorrhoea). 2) Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland Mempunyai nama lokal yaitu pring ampel, bambu ampel, haur. Mempunyai tinggi mencapai 10-20 m, batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7-15 mm, diameter 4-10, jarak buku 20-45cm, warna hijau tua pada batang. Dan memiliki tempat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1200 m, di tanah marjinal atau di sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5-6,5, tumbuh paling baik pada dataran rendah. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam sekitar pada jarak ± 8 m x 4 m (312 rumpun/ha). Dalam pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk meningkatlkan hasil. Memberikan dosis pupuk per ha sekitar 20-30 kg N,0- 15 kg P, 10-15 kg K dan 20-30 kg Si. Melakukan pembersihan cabang berduri dan dasar rumpun tua akan meningkatkan produksi batang bambu dan mempermudah pemanenan. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 6-8 tahun. Rebung dapat dipanen 1 minggu setelah keluar dari permukaan. Satu rumpun dalam setahun dapat menghasilkan 3-4 batang baru. Produksi tahunan diperkirakan menghasilkan sekitar 2250 batang atau 20 ton berat kering/ha. Jenis bambu ini memiliki manfaat antara lain : air rebusan rebung muda bambu kuning dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis. Batangnya banyak digunakan untuk industri mebel, bangunan, perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan dan juga sangat baik untuk baha baku kertas.
  • 15. 3) Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex Heyne Mempunyai nama lokal yaitu petung, buluh betung, bulu jawa, betho. Memiliki tinggi mencapai 20-30 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 11-36 mm, diameter 8-20 cm, jarak antar buku 10-20 cm, warna coklat tua pada batang. Tempat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 m, tumbuh terbaik pada ketinggian antara 400-500 m dengan curah hujan tahunan sekitar 2400 mm. Tumbuh di semua jenis tanah tetapi paling baik di tanah yang berdrainase baik. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 8m x 4m (312 rumpun/ha). Pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk meningkatkan hasil dengan dosis pupuk setiap tahun adalah sekitar 100-300 kg/ha NPK (15:15:15) dan untuk memperbanyak rebung baru sangat dianjurkan untuk memberikan seresah di sekitar rumpun. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 5-6 tahun; untuk pemanenan rebung dilakukan satu minggu setelah rebung muncul ke permukaan. Satu rumpun dewasa dapat menghasilkan 10-12 batang baru per tahun (dengan 400 rumpun menghasilkan sekitar 4500-4800 batang/ha). Produktivitas tahunan rebung dapat menghasilkan 10-11 to rebung/ha dan untuk 400 rumpun per ha dapat mencapai 20 ton rebung. Jenis bambu ini memiliki manfaat yaitu rebung dari jenis ini adalah rebung yang terbaik dengan rasanya yang manis dibuat untuk sayuran. Batangnya digunakan untuk bahan bangunan (perumahan dan jembatan), peralatan memasak,
  • 16. bahkan juga untuk penampung air. Banyak digunakan untuk konstruksi rumah, atap dengan disusun tumpang-tindih, dan dinding dengan cara dipecah dibuat plupu. 4) Dendrocalamus strictus (Roxb.) Nees Mempunyai nama lokal yaitu bambu batu. Mempunyai tinggi mencapai sekitar 8-16 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 1 cm, diameter 2.5-12.5 cm, jarak buku 30-45 cm, warna hijau atau kekuningan atau buram pada batang. Memiliki tempat tumbuh di segala jenis tanah, khususnya tanah liat berpasir dengan drainase yang baik dengan pH 5,5-7,5. Ketinggian dari permukaan laut sampai dengan 1200 dengan curah hujan optimal per tahun 1000- 3000 mm. Cara membudidayakannya yaitu Iklim dan jenis tanah memegang kunci dalam keberhasilan penanaman jenis ini. Jika tanahnya miskin hara atau terlalu kering atau kena penyakit akan mempengaruhi elastisitas bambu (mudah patah) dan bisa menyebabkan kerontokan daun. Suhu haruslah berkisar antara 20-30 derajat C (min 5 derajat C, maks 45 derajat C). Aplikasi penyubur NPK sangat dianjurkan (misal campuran 15:15:15 untuk 200 kg/ha). Jarak tanam 3-5 m x 3-5 m (400-1000 rumpun/ha). Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah 3-4 tahun. Pemotongan dapat dilakukan kurang dari 30 cm di atas tanah dan atau diatas jarak buku ke dua. Produktivitas tahunan dari penanaman 400 rumpun bisa mencapai sekitar ± 3,5 ton bamboo atau dengan 200 rumpun bisa mencapai sekitar ± 2,8 ton bamboo.
  • 17. Jenis bambu ini dimanfaatkan untuk bahan industri pulp dan kertas, kayu lapis, bangunan, mebel, anyaman, peralatan pertanian, dan peternakan. Daunnya digunakan untuk makanan ternak. 5) Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz Mempunyai nama lokal yaitu apus, pring apus, peri. Memiliki tinggi mencapai 8-30 m , batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 1,5 cm, berdiameter 4-13 cm, jarak buku 20-75 cm, memiliki warna hijau keabu-abuan cenderung kuning mengkilap pada batang. Jenis ini dapat tumbuh di dataran rendah, dataran tinggi (atau berbukit-bukit) sampai dengan 1500 m. Bahkan juga dapat tumbuh di tanah liat berpasir. Cara membudidayakannya yaitu penanaman jenis ini sebaiknya dilakukan antara bulan Desember sampai Maret. Untuk meningkatkan produktivitasnya dapat diberi pupuk kompos atau pupuk kimia, dengan memberikan jarak tanam 5- 7 m2. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah 1-3 tahun pada musim kering (antara April sampai Oktober) pada batang yang sudah berumur lebih dari 2 tahun. Produktivitas dalam satu rumpun adalah 6 batang. Produktivitas tahunannya dapat menghasilkan sekitar 1000 batang/ha. Jenis bambu ini biasanya digunakan sebagai tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat dipakai sebagai alat pembuatan pegangan payung, peralatan
  • 18. memancing, kerajinan tangan (rak buku), industri pulp dan kertas dan penghalau angin kencang (wind-break). 6) Gigantochloa atroviolacea Widjaja Mempunyai nama lokal yaitu bambu hitam, pring wulung, peri laka. Memilki tinggi mencapai 2 m, batang berbulu tipis/halus dan tebal, dinding batang hingga 8 mm, berdiameter 6-8 cm, jarak buku 40-50 cm, memiliki warna hijau atau coklat tua, atau keunguan atau hitam pada batang. Jenis ini mempunyai tumbuh di tanah tropis dataran rendah, berlembab, dengan curah hujan per tahun mencapai 1500-3700 mm, dengan kelembaban relatif sekitar 70% dan temperatur 20-32 derajat C. Dapat pula tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah (vulkanik) merah. Jika ditanam di tanah kering berbatu, warna ungu pada batang akan kelihatan semakin jelas. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 8 m x 7 m (200 rumpun/ha). Dianjurkan untuk selalu memperhatikan tentang pengairan, pembersihan gulma dan penggemburan tanah secara terus-menerus selama 2-3 tahun setelah awal penanaman. Pembersihan dasar rumpun tua dan penggalian ulang tanah akan meningkatkan produksi rebung.
  • 19. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 4-5 tahun dengan hasil produksi 20 batang per 3 tahun atau dengan kata lain setiap 200 rumpun/ha dapat menghasilkan sekitar 4000 batang/ha dalam 3 tahun. Jenis bambu ini biasanya digunakan untuk bahan pembuatan instrumen musik seperti angklung, calung, gambang dan celempung. Juga berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan dan pembuatan mebel. Rebungnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. 7) Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja Mempunyai nama lokal yaitu bambu andong, gambang surat, peri. Mempunyai tinggi mencapai 7-30 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 2 cm, berdiamter 5-13 cm, jarak buku 40-45 cm, memiliki warna hijau kenuningan, atau hijau muda, tau kuning kehijauan pada batang. Memiliki tempat tumbuh di tanah liat berpasir/tanah berpasir dengan ketinggian hingga 1200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan per tahun 2350-4200 mm, temperatur 20-32 derajat C dengan tingkat kelembaban relatif sekitar 70%. Cara membudidayakannya yaitu Jarak tanam 8 m x 8 m. Pemberian pupuk organik maupun pupuk kompos pada awal penanaman sangat berguna sekali bagi peningkatan produksi. Juga dianjurkan untuk dilakukan pembersihan gulma,
  • 20. diperhatikan tentang pengairan serta penggemburan tanah. Pembersihan dasar rumpun tua dan penggalian ulang tanah akan memacu pertumbuhan batang baru. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah berumur 3 tahun dengan memotong batang tepat di atas tanah dan sebaiknya dipilih musim kering untuk memanennya. Untuk regenerasi batang baru dianjurkan untuk menggali ulang dan menutup dasar batang sisa panen dengan plastik. Hasil produksi tahunan untuk 275 rumpun/ha menghasilkan sekitar 1650 batang/ha atau 6 batang/rumpun. Jenis bambu ini biasanya digunakan untuk bahan bangunan, pipa air, mebel, peralatan rumah tangga, sumpit makan, tusuk gigi, dan peralatan musik. Rebungnya dapat dimasak menjadi sayuran. II.4. Kegunaan dan Manfaat Bambu II.4.1. Kegunaan Bambu dalam Kehidupan sehari-hari Kegunaan bambu dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 1) Pertama kegunaan bambu luas, adalah spesies tumbuhan yang baik suatu Negara yang kuat dan kaya. Bambu memiliki tekstur yang lurus, halus dan kokoh, merupakan bahan penting untuk membuat alat musik, kerajinan seni, alat olahraga. Dalam bidang indusrti, kegunaannya lebih luas, sudah menjadi hampir ratusan jenis barang, seperti panel bambu, pulp, arang bambu, karbon aktif, dsb. Sekuat tenaga mengembangkan sumber daya bambu, menyebarkan ‘bambu menggantikan kayu’, kegunaan bambu perlahan-lahan akan menjadi penyelesaian dari berbagai masalah penggunaan hutan. Bambu akan menjadi produk pengganti kayu yang paling berpotensi. 2) Rebung bambu sebagai salah satu jenis makanan hijau alami, tidak hanya enak rasanya, tapi juga kaya akan nutrisi, merupakan mutiara gunung yang amat segar. Memiliki nilai konsumsi dan nilai pengobatan yang tinggi. Menurut penelitian. Rebung mengandung protein 2.65-3.28%, lemak 0.49%, total gula 2.5% , crude fiber 0.68%, masih ada lagi phosphorus, magnesium, calcium, iron dan elemen-elemen lainnya serta vitamin B1, B2, C, dan 17 macam asam amino. Benar-benar makanan hijau yang kaya akan protein, rendah lemak, dapat membantu pencernaan dan pengeluaran kotoran, sering mengkonsumsi rebung bisa
  • 21. mengurangi dan menyerap zat berbahaya yang tertinggal dalam tubuh, memiliki fungsi anti-kanker dan pendietan. II.4.2. Kegunaan Bambu dalam Teknologi Konstruksi Kegunaan bambu dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 1) Jembatan Bambu 2) Bambu Laminasi Penelitian mengenai bambu lamina telah dilakukan oleh Sulastiningsih et al., 1996. Penelitian ditekankan pada pengaruh jumlah lapisan dalam pembuatan bambu lamina. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sifat fisis dan mekanis bambu lamina dari bambu betung tidak dipengaruhi oleh jumlah lapisan (2 - 5 lapis) kecuali keteguhan rekat berdasarkan uji geser tarik dalam keadaan kering (makin banyak jumlah lapisan keteguhan geser tariknya makin tinggi). Selain itu berdasarkan kerapatan, keteguhan lentur dan keteguhan tekan bambu lamina dapat disetarakan dengan kayu kelas kuat II. Adapun besarnya nilai sifat fisis dan mekanis bambu lamina adalah seperti terdapat pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai sifat fisis dan mekanis bambu lamina No. Sifat Jumlah lapisan 2 3 4 5
  • 22. 1. Kadar air (%) 10,90 11,45 12,17 11,86 2. Kerapatan (g/cm3) 0,66 0,73 0,67 0,69 3. Keteguhan lentur sejajar serat (kg/cm2) - Modulus patah (MOR) 1089,35 1031,25 999,84 961,74 - Modulus elastisitas (MOE) 146763 175592 177863 146907 4. Keteguhan tekan sejajar serat (kg/cm2) 463,46 506,16 441,84 521,55 5. Keteguhan rekat (kg/cm2) a. Uji geser tekan - Uji kering 85,46 107,68 95,98 105,52 - Uji basah 63,63 57,26 69,45 71,40 b. Uji geser tarik - Uji kering 67,20 71,10 84,59 99,83 - Uji basah 26,88 22,77 23,81 28,27 6. Delaminasi (cm) 0 0 0 0 Sumber : Sulastiningsih et al. (1996) Bambu laminasi memiliki sifat perekatan yang cukup baik. Apabila dalam pemakaian bambu laminasi tidak memperhatikan faktor ketebalan, maka disarankan untuk menggunakan bambu lamina 2 lapis. Informasi mengenai pengaruh posisi sepanjang kolom dan jumlah bahan pengawet yang dilaburkan, terhadap sifat fisis dan mekanis bambu lamina telah dilaporkan oleh Sulastiningsih et.al. (1998). Penelitian tersebut dilakukan pada bambu lamina 3 lapis dari jenis bambu andong Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaya. yang direkat dengan perekat urea formaldehyde dan dilaburi dengan cuprinol. Hasilnya menunjukkan bahwa berat jenis bambu tidak dipengaruhi oleh posisi kolom dan kuantitas pelaburan dengan variasi berat jenis berkisar 0,68 - 0,78 g/cm3. Kuantitas pelaburan berpengaruh pada nilai modulus patah (MOR), yaitu semakin banyak pelaburan, makan nilai MOR-nya semakin menurun. Nilai MOR bervariasi antara 630,20 - 1.111,43 kg/cm2. Posisi kolom bambu mempengaruhi
  • 23. modulus elastisitas (MOE), yaitu semakin ke bawah, nilai MOE bambu lamina semakin besar. Pada umumnya kekuatan perekatan dari bambu lamina adalah baik, tetapi kekuatan perekatan akan menurun bila kuantitas pelaburan bertambah. Berdasarkan berat jenis dan nilai kekuatan perekatan, maka bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas II, sementara bila dilaburi dengan Cuprinol sebanyak 3 kali, kualitasnya dapat disejajarkan dengan kayu kelas kuat III. 3) Papan Semen Berdasarkan penelitian hydratasi, bahan bambu adalah termasuk golongan bahan yang kurang baik sebagai bahan papan wol kayu, tetapi percobaan dengan direndam dahulu selama 2 hari, memperlihatkan hasil yang baik, yaitu dengan suhu maksimum 56°C dalam tempo 9 jam. Percobaan pembuatan papan dengan serutannya direndam dahulu dalam air selama 48 jam menghasilkan keteguhan rekat papan semen 21,3% dan keteguhan lengkung 6,4 kg/cm2 (Kamil, 1970). Bahan yang dipergunakan adalah 500 bambu, 500 kg semen dan 200 gr air kapur. Berat jenis papn menjadi 0,42 kekuatan tidak dapat disamakan dengan kayu sebab kekuatan lenturnya sendiri adalah berlainan. 4) Rumah Bambu
  • 24. Sistem rangka batang bambu merupakan struktur bangunan yang sangat efisien terhadap penurunan dan getarn tanah. (Gempa bumi) dan terhadap tekanan dinamis (angin sebagai gaya horizontal). Sebagai konstruksi ringan (bobot konstruksi lantai, dinding, maupun atap ) menjadi sedikit dan dengan titik buhul pada sistem rangka batang yang bekerja sebagai engsel, semua batang dapat bergerak sedikit tanpa mempengaruhi kestabilan konstruksi. Bahan bangunan bambu serta strukturnya dapat berubah- ubah bentuknya secara luas dan dengan demikian akan menghasilkan pemusnahan energi. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka sistem rangka batang bambu dapat diterapkan untuk kerangka rumah di daerah rawan gempa bumi, pembangunan rumah panggung, konstruksi dinding rangka, pelat lantai, maupun atap. Bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai tulangan beton. Selain untuk bahan bangunan struktur, bambu dapat digunakan sebagai perlengkapan bangunan seperti pintu dan jendela maupun perlindungan pembukaan dinding terhadap matahari (sirip, krepyak, kerai(, pipa dan pompa air serta konstruksi pagar. Dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya. 5) Furniture Perabotan bambu bukanlah barang baru di negeri ini. Sejak dulu bambu sudah dijadikan kursi atau lincak di pulau jawa, mulai dari bentuk paling sederhanya hingga yang lebih inovatif dan di desain dengan unik. Selain di pulau jawa, pemanfaatan bahan bambu sebagai furniture juga dapat ditemui di Sulawesi Selatan dan Utara, juga di Sumatera. Saat ini ada banyak jenis perabotan yang dibuat dari bahan bambu, mulai dari bambu yang bentuknya masih untuk bulat, hingga bambu yang sudah
  • 25. dijadikan papan atau dibentuk dengan teknologi pres supaya bisa melengkung dan berpola sesuai dengan kebutuhan. Diantara produk perabotan bambu dapat berupa: set kursi dan meja tamu, sofa besar, kursi dan meja teras, rak tv, rak buku, lemari pakaian, bed frame, kursi santai/ kursi malas dan masih banyak lagi. Semua jenis produk furniture yang dapat dibuat dengan kayu, juga dapat dibuat dengan bahan bambu. II.5. Kelebihan Dan Kekurangan Bambu II.5.1. Kelebihan Bambu Bambu memiliki kelebihan antara lain : a. Bambu memiliki nilai seni yang tinggi dan merupakan sumber daya pariwisata yang sangat penting. b. Bambu mudah dikeringkan dengan alat sederhana, dan dapat diawetkan agar dapat dipakai dalam waktu yang lama c. Sebagai pelopor pembuatan rumah tahan gempa d. Bentuknya yang lentur saat dibelah, dapat digunakan menjadi bahan laminasi bsa berbentuk kolom, maupun papan sebagai pengganti kayu. e. Bahan alami yang dapat diperbaharui f. Kulit bambu licin, bersih, dan kuat serta bersifat ringan g. Seluruh bagian bambu termasuk batangnya dapat dimanfaatkan, rebung untuk dimakan, daun untuk makanan ternak, dan ranting dapat dipakai sebagai bahan sapu atau kayu bakar. h. Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang) i. Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang. j. Bahan konstruksi yang murah. II.5.2. Kekurangan Bambu
  • 26. Bambu memiliki kekurangan antara lain : a. Bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan kelembaban tinggi di daerah tropis. Bambu memiliki 50 - 55% lebih banyak selulosa daripada kayu. Tanpa perhatian pada pengawetan maka konstruksi bambu tahan lama 2- 3 tahun saja. sedangkan dengan pengawetan dan pemeliharaan yang memadai dapat tahan lama > 15 tahun. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua, dalam hal terakhi. b. Memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bangunan,terutama untuk bahan konstruksi(perlu proses laminasi). c. Proses pengerjaan yang rumit untuk menggabungkan bilah-bilah bambu menjadi satu kesatuan(berbeda dengan proses pengolahan kayu). d. Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari ujung sampai pangkalnya. II.6. Proses Pengolahan Bambu Berikut adalah cara-cara(treatment) dalam pengolahan bambu untuk menghasilkan bahan material yang berkualitas baik antara lain : 1. Bambu yang dipilih harus sebaiknya yang sudah matang (4-5 tahun). Dari segi fisik dapat dilihat dari warna daun, kelopak, dan jika dipukul terdengar bunyi yang cukup nyaring (tanda sudah tua dan kering). 2. Tanda bambu yang matang bisa juga diukur dengan menggunakan alat pengukur kepadatan batang (density test ). Alatnya berupa jarum yang ditembakan ke dalam batang bambu. Cukup akurat, tetapi alatnya masih sangat mahal. 3. Setelah ditebang, sebaiknya bambu didiamkan beberapa hari diatas sebuah alas dengan posisi tegak, alas batu, misalnya. Tujuannya untuk menurunkan semua cairan alami yang terdapat dalam bambu. Alas berfungsi juga untuk mencegah kelembaban tanah tidak masuk kembali ke serat batang bambu. 4. Sebaiknya bambu yang sudah dipilih dibersihkan dari kotoran yang melekat pada permukaan batang bambu
  • 27. 5. Bambu matang mempunyai kerapatan daging batang yang baik, sehingga tidak menyebabkan kisut jika sudah kering. II.6.1. Cara mencegah bambu dari serangan rayap Cara mencegah bambu dari serangan rayap antara lain : 1. Anda bisa mengeluarkan zat glukosa --yang digemari rayap-- ke dalam bambu dengan cairan garam (acid) yang tidak disukai rayap. Metodenya dan bahannya bisa bermacam2.Orang di zaman dahulu merendamkan bambu ke dalam lumpur sungai atau pantai. Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama ( 3-6 bulan). 2. Perajin bambu sekarang kebanyakan menggunakan minyak tanah atau oli bekas sebagai bahas pengawetnya. 3. Metode yang sedang dikembangkan sekarang adalah dengan menggunakan Borax-boric acid, dengan metode kolam perendaman, vertical soak diffusion (VSD) atau menggunakan injeksi ke setiap batang bambu. 4. Setelah melalui proses pengawetan, bambu kemudian di keringkan. Susun bambu secara vertikal dan terlindung dari sinar matahari. Dengan dikeringkan di luar, kita memanfaatkan aliran udara alami. Proses ini bisa memakan waktu 2 minggu, tergantung dari cuaca. 5. Setelah kering, bambu bisa digunakan baik untuk konstruksi bangunan maupun untuk furnitur. II.6.2. Cara merawat furnitur bambu. Cara mencegah merawat furnitur bambu antara lain : 1. Sebaiknya bambu tidak diekspos langsung terkena matahari dan air hujan. 2. Bambu sangat sensitif dengan perubahan suhu mengakibatkan bambu mudah retak. Keretakan bisa menjalar keseluruh batang bambu karena seratnya yang lurus. 3. Bambu jangan langsung bersentuhan dengan tanah karena mengakibatkan masuknya kelembaban ke dalam serat. Kelembapan tanah bisa menimbulkan jamur pada batang bambu. Hal ini bisa mengurangi kekuatannya. Tampilan pun jadi jelek.
  • 28. 4. Sebaiknya bahan bambu dilapisi cairan finishing (water base ) sebagai bantuan lapisan proteksi, selain itu jika terkena air atau hujan, segera diseka sehingga tidak memberi kesempatan air dapat meresap ke batang.
  • 29. BAB III PENUTUP III.1. Kesimpulan Kebutuhan akan ketersediaan kayu sebagai bahan bangunan semakin lama semakin pesat yang menyebabkan ketersediaan kayu yang semakin menipis yang menimbulkan berbagai persoalan. Dan hadirlah Bambu sebagai salah satu solusi untuk masalah ini dikarenakan selain harganya murah dan ketersediaannya pun banyak juga bahan alam ini memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri (hasil peninjauan dan pengujian) dibanding bahan bangunan lainnya. Bambu memiliki keunggulan tersendiri, antara lain : bambu memiliki nilai seni yang tinggi, sehingga berpotensi sebagai sumber daya pariwisata yang sangat penting; Sebagai pelopor pembuatan rumah tahan gempa; Bentuknya yang lentur saat dibelah, dapat digunakan menjadi bahan laminasi bisa berbentuk kolom, maupun papan sebagai pengganti kayu; bahan alami yang dapat diperbaharui; sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang); Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang; Ringan; Bahan konstruksi yang murah. Disamping kelebihannya tersebut bambu juga memiliki beberapa kekurangan seperti : bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap, memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bangunan terutama untuk bahan konstruksi (perlu proses laminasi); Proses pengerjaan yang rumit untuk menggabungkan bilah-bilah bambu menjadi satu kesatuan(berbeda dengan proses pengolahan kayu); Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari pangkal sampai ujungnya. Selain itu bambu bukan hanya sering dimanfaatkan untuk furniture semata, melainkan juga sebagai bahan untuk membuat alat musik, kerajinan seni, alat olahraga dan juga kebutuhan konstruksi seperti kolom, balok, plat, jembatan dan lain-lain. III.2. Saran Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam kata-kata maupun penyajian data karena minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.Semoga laporan ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
  • 30. DAFTAR PUSTAKA www.wikipedia.com/Bambu. Diakses pada 5 September 2014 pukul 20.00 WITA. www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu/. Diakses pada 5 September 2014 pukul 20.30 WITA. Purwito. 2012. Produk dari Bambu dan Turunannya. bamboeindonesia.wordpress.com/peneliti-bambu/purwito/makalah/. Diakses pada tanggal 5 September 2014 pukul 21.44 WITA. Pradipto, Unggul. 2012. Makalah Teknologi Bahan Bangunan Bambu. hmtsunsoed.files.wordpress.com/2012/04/kelompok-2-tbb-bambu.docx. Diakses pada tanggal 6 September 2014 pukul 07.00 WITA