SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
METODE FROBENIUS
OLEH :
1. FARIDA ARIANI (J1A106022)
2. MEGAWATI (J1A106023)
3. JAMILIAH HASMY (J1A106026)
4. MUHAMMAD AMRILLAH (J1A106028)
5. ANDRY RISKI DINATA (J1A106031)
6. SALMANI (J1A106034)
7. YUANA SUKMAWATY (J1A106036)
8. HAYATUN NUPUS (J1A106038)
9. WIDYA PRATIWI (J1A106040)
10. ANDERI (J1A106044)
11. MUHAMMAD HASPRIADI (J1A106056)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2008
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, hidayah serta
inayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Faisal, S.Si, M.Si selaku dosen
pengampu matakuliah Metode Matematika yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini serta kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. `.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik untuk
menambah wawasan pengetahuan atau juga dapat dijadikan bahan referensi mata
kuliah yang terkait. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk dapat
memperbaiki segala kekurangan pada makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah
dan kekurangan pasti milik kami. Salah khilaf mohon maaf.
Wassalam
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Persamaan diferensial orde dua homogen yang ditulis dalam bentuk standar :
𝑃( π‘₯) 𝑦′′
+ 𝑄( π‘₯) 𝑦′
+ 𝑅( π‘₯) 𝑦 = 0 (1)
dengan koefisien P, Q dan R analitik untuk semua x. Akan tetapi, beberapa
persamaan mempunyai suatu titik x di mana P, Q atau R tidak lagi analitik (disebut
titik singular), sebagai lawan dari titik-titik lain yang disebut titik-titik regular.
Persamaan (1’) dapat diselesaikan dengan metode deret pangkat.
Sebagai contoh, persamaan diferensial orde dua homogen berikut.
𝑦′′
+
1
π‘₯
𝑦′
+ (1 βˆ’
𝑣2
π‘₯2) 𝑦 = 0
di mana x = 0 sebagai titik singular. Apabila x = 0 (atau x = xo) merupakan singular,
maka persamaan tersebut mungkin tidak mempunyai penyelesaian deret pangkat
dalam x. Dengan demikian, metode deret pangkat tidak akan berlaku.
Metode lanjutan untuk menyelesaikan persamaan tersebut disebut metode
Frobenius atau metode pengembangan deret pangkat. Namun, sebelumnya kita harus
mengenal konsep dari titik singular regular sebagai titik yang dapat dipakai untuk
menyelesaikan persamaan diferensial biasa menggunakan metode Frobenius.
I.2 Rumusan Masalah
Mengingat akan sifat makalah ini maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1). Bagaimana mengembangkan deret pangkat untuk menunjukkan bentuk persamaan
indicial dan persamaan rekurensi ?
2). Bagaimana menyelesaikan persamaan diferensial biasa dari pengembangan deret
pangkat dengan metode Frobenius ?
I.3 Tujuan
Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah maka penulis dalam
makalah ini bermaksud untuk mengenalkan metode pengembangan deret pangkat
(metode Frobenius) dalam menyelesaikan persamaan diferensial orde kedua
homogen.
BAB II
ISI
II. 1 Metode Frobenius
Jika x0 adalah sebuah titik biasa (ordinary point) dari persamaan (1). Nilai y
pada deret Taylor dikembangkan di persekitaran titik x0. Biasanya, pengembangan
titik yang dipilih adalah saat x0 = 0. Hasilnya berupa deret Maclaurin berikut:
𝑦 = βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛
∞
𝑛=0
(2)
Dengan mensubstitusikan y ke dalam persamaan (1) dengan π‘Ž 𝑛 sebagai suatu
koefisien, dan pada akhirnya akan didapat persamaan rekurensi untuk hasil ke-n , dan
ditulis dengan mengembangankan deret pada hasil π‘Ž 𝑛. Pengembangan yang didapat
sebagai berikut:
𝑦 = βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛
∞
𝑛=0
(3)
𝑦′
= βˆ‘ 𝑛 π‘Ž 𝑛 π‘₯ π‘›βˆ’1
∞
𝑛=1
= βˆ‘( 𝑛 + 1) π‘Ž 𝑛+1 π‘₯ 𝑛
∞
𝑛=0
(4)
𝑦′′
= βˆ‘ 𝑛( 𝑛 βˆ’ 1) π‘Ž 𝑛 π‘₯ π‘›βˆ’2
= βˆ‘( 𝑛 + 2)( 𝑛 + 1) π‘Ž 𝑛+2 π‘₯ 𝑛
∞
𝑛=0
(5)
∞
𝑛=2
Jika x0 merupakan titik singular regular dari persamaan (1), sehingga solusi
dapat ditentukan dengan metode Frobenius atau dengan kata lain sebagai
pengembangan dari deret Laurent.
Dalam metode Frobenius, dapat diambil sebuah solusi dari persamaan deret
berpangkat berikut.
𝑦 = π‘₯ π‘˜
βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛
∞
𝑛=0
(6)
Sehingga
𝑦 = π‘₯ π‘˜
βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛
= βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛+π‘˜
∞
𝑛=0
(7)
∞
𝑛=0
𝑦′ = βˆ‘ π‘Ž 𝑛( 𝑛 + π‘˜) π‘₯ π‘˜+π‘›βˆ’1
∞
𝑛=0
(8)
𝑦" = βˆ‘ π‘Ž 𝑛( 𝑛 + π‘˜)(𝑛 + π‘˜ βˆ’ 1)π‘₯ π‘˜+π‘›βˆ’2
∞
𝑛=0
(9)
Nilai y, y’, dan y” disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial biasa dengan
koefisien π‘Ž 𝑛 hingga di dapat rumus rekurensi untuk hasil ke π‘Ž 𝑛, lalu ditulis dalam
pengembangan deret untuk hasil dari π‘Ž 𝑛.
Dengan menyamakan nilai π‘Ž 𝑛 ke 0 akan didapat persamaan penunjuk (persamaan
indicial) yang akan memberikan nilai k pada pengembangan deret tersebut.
Sebagai contoh persamaan orede kedua homogen berikut
(10)
Persamaan (10) disubstitusikan ke persamaan (2), (3), (4) sehingga menjadi sebagai
berikut
(11)
Persamaan penunjuk (persamaan indicial) yang didapat saat n =0 adalah
(12)
Nilai π‘Ž 𝑛 didefinisikan sebagai nilai bukan nol sehingga, k2 –m2 = 0 sehingga k = Β±m.
Ambil nilai untuk kasus k = m sehingga persamaan (11) mendapatkan hasil:
(sehingga π‘Ž1 = 0) dan
Untuk n = 2, 3, 4, . . . sehingga
n >1 (13)
Persamaan (13) disubstitusi kembali ke persamaan (11), disusun kembali dan
disederhanakan sehingga memberikan solusi deret yang didefinisikan sebagai fungsi
Bessel pertama Jm(x), dengan solusi non singular untuk persamaan (11). Untuk
kasus m = -k, prosesnya analog (sama) dan didapat solusi J-m(x) = (-1)m Jm(x)
Teorema 1 (Metode Frobenius)
Setiap persamaan diferensial berbentuk
𝑦" +
𝑏(π‘₯)
π‘₯
y’ +
𝑐(π‘₯)
π‘₯2 𝑦 = 0 (14)
Dengan fungsi-fungsi b(x) dan c(x) analitik pada x = 0, mempunyai sekurang-
kurangnya satu penyelesaian yang dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑦( π‘₯) = π‘₯ π‘Ÿ
βˆ‘ π‘Ž π‘š π‘₯ π‘š
∞
π‘š=0
= π‘₯ π‘Ÿ( π‘Ž0 + π‘Ž1 π‘₯ + π‘Ž2 π‘₯2
+ β‹― ) ,( π‘Ž0 β‰  0) (15)
Di mana pangkat r dapat merupakan bilangan (riil atau komplek) yang sebarang
(dan r dipilih sehingga a0 0)
Persamaan tersebut juga mempunyai penyelesaian kedua (sedemikian hingga kedua
penyelesaian ini bergantung linier) yang mungkin serupa dengan persamaan (14)
(dengan r yang berbeda dan koefisein-koefisein yang berbeda) atau barangkali
mengandung bentuk logaritma.
Hal yang penting adalah bahwa di persamaan (15) mempunyai deret pangkat
yang dikalikan dengan sebuah pangkat dari x yang pangkatnya r tidak dibatasi
berupa bilangaan bulat tak-negatif.
Untuk menyelesaikan (14) dapat ditulis
π‘₯2
𝑦" + π‘₯𝑏(π‘₯)𝑦′ + 𝑐(π‘₯)𝑦 = 0 (14βˆ—
)
Jabarkan b(x) dan c(x) dalam deret pangkat,
𝑏( π‘₯) = 𝑏0 + 𝑏1 π‘₯ + 𝑏2 π‘₯2
+ β‹― , 𝑐( π‘₯) = 𝑐0 + 𝑐1 π‘₯ + 𝑐2 π‘₯2
+ β‹―
Kemudian diferensialkan (15) suku demi suku untuk memperoleh
𝑦′
(π‘₯) = βˆ‘ ( π‘š + π‘Ÿ) π‘Ž π‘š π‘₯ π‘š+π‘Ÿβˆ’1
∞
π‘š=0
= π‘₯ π‘Ÿβˆ’1( π‘Ÿπ‘Ž0 + ( π‘Ÿ + 1) π‘Ž1 π‘₯ + β‹― )
𝑦"( π‘₯) = βˆ‘ ( π‘š + π‘Ÿ)(π‘š + π‘Ÿ βˆ’ 1)π‘Ž π‘š π‘₯ π‘š+π‘Ÿβˆ’2∞
π‘š=0 = π‘₯ π‘Ÿβˆ’2( π‘Ÿ(π‘Ÿ βˆ’ 1)π‘Ž0 + (π‘Ÿ +
1)π‘Ÿπ‘Ž1 π‘₯ + β‹― ) (15βˆ—
)
Dengan memasukkan semua deret ini ke dalam (14βˆ—
) kita peroleh
π‘₯ π‘Ÿ( π‘Ÿ( π‘Ÿβˆ’ 1) π‘Ž0 + β‹― ) + ( 𝑏0 + 𝑏1 π‘₯ + β‹― ) π‘₯ π‘Ÿ( π‘Ÿπ‘Ž0 + β‹― ) + ( 𝑐0 + 𝑐1 π‘₯ + β‹― )( π‘Ž0 +
π‘Ž1 π‘₯ + β‹― ) = 0 (16)
Sekarang kita menyamakan jumlah semua koefisien dari setiap pangkat x dengan
nol, seperti sebelumnya. Ini menghasilkan suatu sistem persamaan yang mengandung
koefisien-koefisien π‘Ž π‘š yang tidak diketahui. Pangkat terkecil adalah xr dan
persamaan kaitannya adalah
[r(r – 1) + b0r + c0]a0 = 0
Karena asumsi a0 β‰  0, maka pernyataan didalam kurung siku (besar) harus sama
dengan nol. Ini memberikan
r2 + (b0 – 1)r + c0 = 0 (17)
Persamaan kuadrat yang penting ini disebut persamaan penunjuk (persamaan
β€œindicial”) dari persamaan diferensial (14).
Metode yang kita gunakan akan menghasilkan suatu basis penyelesaian. Salah
satu dari kedua penyelesaian akan selalu berbentuk (15), dengan r adalah akar dari
persamaan (17). Bentuk dari penyelesaian lainnya akan ditunjukkan oleh persamaan
penunjuk ; bergantung pada akar-akarnya. Terdapat tiga kasus yang mungkin seperti
dinyatakan dalam teorema berikut.
Teorema 2 [Metode Frobenius. Bentuk penyelesaian kedua]
Anggaplah persamaan diferensial (14) memenuhi anggapan-anggapan dalam
Teorema 1. Misalkan r1 dan r2 merupakan akar-akar persamaan indicial (17). Maka
kita mempunyai tiga buah kasus berikut ini.
Kasus 1. Akar-akar yang berbeda yang tidak dibedakan oleh bilangan bulat.
Basis penyelesaiannya adalah
Y1(x) = π‘₯ π‘Ÿ1(a0 + a1x + a2x2 +. . .) (18)
Dan
Y2(x) = π‘₯ π‘Ÿ2(A0 + A1x + A2x2 +. . .) (19)
Secara berurutan koefisien-koefisiennya diperoleh dari persamaan (16) dengan
berturut-turut r = r1 dan r = r2.
Kasus 2. Akar rangkap r1 = r2 = r. Basis penyelesaianya adalah
Y1(x) = π‘₯ π‘Ÿ
(a0 + a1x + a2x2 +. . .) r =
1
2
(1 – b0) (20)
(yang mempunyai bentuk umum yang sama dengan sebelumnya)dan
Y2(x) = y1(x) ln x + π‘₯ π‘Ÿ
(A0 + A1x + A2x2 +. . .) (x>0). (21)
Kasus 3. Akar-akar yang dibedakan oleh suatu bilangan bulat. Basis
penyelesaianya adalah
Y1(x) = π‘₯ π‘Ÿ1(a0 + a1x + a2x2 +. . .) (22)
(mempunyai bentuk umum yang sama dengan sebelumnya)
Y2(x) = ky1(x) ln x + π‘₯ π‘Ÿ2(A0 + A1x + A2x2 +. . .) (23)
Di mana akar-akarnya menunjukka bahwa r1 – r2 > 0 dan k mungkin menjadi nol
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini terlihat
berdasarkan persamaan diferensial biasa bentuk standar.
𝑃(π‘₯)𝑦" + 𝑄(π‘₯)𝑦′ + 𝑅(π‘₯)𝑦 = 0
yang memiliki titik singular regular di xo = 0, maka metode Frobenius terlihat dari
deret Maclaurin berikut.
𝑦 = βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛
∞
𝑛=0
Dengan menstubtitusikan y, y`, y`` ke dalam persamaan diferensial biasa tersebut
hingga mendapatkan persamaan petunjuk (persamaan indicial) untuk menentukan
akar-akar r1 dan r2 dan persamaan rekurensinya.
III.2 SARAN
Adapun saran yang dapat dikemukakan yaitu bagi para pembaca dapat menelaah
lebih jauh lagi tentang metode Frobenius agar dapat diketahui pengetahuan
mendalam tentang teori maupun penerapan dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Arfken, G. "Series Solutions--Frobenius' Method." Β§8.5 in Mathematical Methods for
Physicists, 3rd ed. Orlando, FL: Academic Press, pp. 454-467, 1985.
Frobenius. "Ueber die Integration der linearen Differentialgleichungen durch
Reihen." J. reine angew. Math. 76, 214-235, 1873.
Ince, E. L. Ch. 5 in Ordinary Differential Equations. New York: Dover, 1956.
Ross, Shepley L. 1984. Differential Equations. New York: John Wileg & Sons, Inc.
Weisstein, Eric W. "Frobenius Method." From MathWorld--A Wolfram Web
Resource. http://mathworld.wolfram.com/FrobeniusMethod.html

More Related Content

What's hot

Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
Heni Widayani
Β 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 3 - sistem & sinyal waktu diskrit - pr...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 3 - sistem & sinyal waktu diskrit - pr...Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 3 - sistem & sinyal waktu diskrit - pr...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 3 - sistem & sinyal waktu diskrit - pr...Beny Nugraha
Β 
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
2  dasar praktikum sinyal dgn matlab2  dasar praktikum sinyal dgn matlab
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
Simon Patabang
Β 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
Izhan Nassuha
Β 
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Dian Arisona
Β 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...Beny Nugraha
Β 
pemodelan state space
pemodelan state spacepemodelan state space
pemodelan state spaceRumah Belajar
Β 
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Kelinci Coklat
Β 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidang
okti agung
Β 
persamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iipersamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iiFaried Doank
Β 
Metode transformasi fourier
Metode transformasi fourierMetode transformasi fourier
Metode transformasi fourier
Regy Buana Pramana
Β 
Iterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelIterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelNur Fadzri
Β 
Interpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonInterpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newton
Yuni Dwi Utami
Β 
Persamaan Diferensial
Persamaan DiferensialPersamaan Diferensial
Persamaan DiferensialDian Arisona
Β 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATyuni dwinovika
Β 
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Kelinci Coklat
Β 
Deret fourier kompleks
Deret fourier kompleksDeret fourier kompleks
Deret fourier kompleks
Lailatul Maghfiroh
Β 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Kelinci Coklat
Β 
diferensial vektor
diferensial vektordiferensial vektor
diferensial vektor
Universitas Kediri
Β 

What's hot (20)

Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
Β 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 3 - sistem & sinyal waktu diskrit - pr...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 3 - sistem & sinyal waktu diskrit - pr...Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 3 - sistem & sinyal waktu diskrit - pr...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 3 - sistem & sinyal waktu diskrit - pr...
Β 
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
2  dasar praktikum sinyal dgn matlab2  dasar praktikum sinyal dgn matlab
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
Β 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
Β 
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Β 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Β 
pemodelan state space
pemodelan state spacepemodelan state space
pemodelan state space
Β 
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Β 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidang
Β 
persamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-iipersamaan-diferensial-orde-ii
persamaan-diferensial-orde-ii
Β 
Akt 7-asuransi-jiwa
Akt 7-asuransi-jiwaAkt 7-asuransi-jiwa
Akt 7-asuransi-jiwa
Β 
Metode transformasi fourier
Metode transformasi fourierMetode transformasi fourier
Metode transformasi fourier
Β 
Iterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelIterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidel
Β 
Interpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonInterpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newton
Β 
Persamaan Diferensial
Persamaan DiferensialPersamaan Diferensial
Persamaan Diferensial
Β 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
Β 
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Β 
Deret fourier kompleks
Deret fourier kompleksDeret fourier kompleks
Deret fourier kompleks
Β 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Β 
diferensial vektor
diferensial vektordiferensial vektor
diferensial vektor
Β 

Similar to Makalah fobeneus

Roheni(0902085) ppt 2007
Roheni(0902085) ppt 2007Roheni(0902085) ppt 2007
Roheni(0902085) ppt 2007
Roheni heni
Β 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
dwiprananto
Β 
X persamaan dan pertidaksamaan
X persamaan dan pertidaksamaanX persamaan dan pertidaksamaan
X persamaan dan pertidaksamaan
MegaAntariksaRahmaPu
Β 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelChristian Lokas
Β 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
NaufalDhiyaulhaq2
Β 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmrukmono budi utomo
Β 
01 sistem bilangan real
01 sistem bilangan real01 sistem bilangan real
01 sistem bilangan real
sri puji lestari
Β 
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptxPERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
SepriwanTito
Β 
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAANPERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
wulan_handayani02
Β 
Bab 3 sistem persamaan linear
Bab 3 sistem persamaan linearBab 3 sistem persamaan linear
Bab 3 sistem persamaan linear
maya1585
Β 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5pitrahdewi
Β 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5pitrahdewi
Β 
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).pptmateri matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
asmaun4
Β 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
Maya Umami
Β 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
Acika Karunila
Β 
Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik
Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri AnalitikPembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik
Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik
Mayawi Karim
Β 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Eman Mendrofa
Β 
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen 2.pptx
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen 2.pptxPersamaan dan Pertidaksamaan Eksponen 2.pptx
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen 2.pptx
YusSeptikaW
Β 
Himpunan dan logika Bab 4
 Himpunan dan logika Bab 4 Himpunan dan logika Bab 4
Himpunan dan logika Bab 4
SantiKartini
Β 
Jurnal Matematika
Jurnal MatematikaJurnal Matematika
Jurnal Matematika
Ruth Dian
Β 

Similar to Makalah fobeneus (20)

Roheni(0902085) ppt 2007
Roheni(0902085) ppt 2007Roheni(0902085) ppt 2007
Roheni(0902085) ppt 2007
Β 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Β 
X persamaan dan pertidaksamaan
X persamaan dan pertidaksamaanX persamaan dan pertidaksamaan
X persamaan dan pertidaksamaan
Β 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Β 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
Β 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Β 
01 sistem bilangan real
01 sistem bilangan real01 sistem bilangan real
01 sistem bilangan real
Β 
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptxPERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2.pptx
Β 
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAANPERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
Β 
Bab 3 sistem persamaan linear
Bab 3 sistem persamaan linearBab 3 sistem persamaan linear
Bab 3 sistem persamaan linear
Β 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
Β 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
Β 
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).pptmateri matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
Β 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
Β 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
Β 
Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik
Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri AnalitikPembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik
Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik
Β 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Β 
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen 2.pptx
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen 2.pptxPersamaan dan Pertidaksamaan Eksponen 2.pptx
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen 2.pptx
Β 
Himpunan dan logika Bab 4
 Himpunan dan logika Bab 4 Himpunan dan logika Bab 4
Himpunan dan logika Bab 4
Β 
Jurnal Matematika
Jurnal MatematikaJurnal Matematika
Jurnal Matematika
Β 

Recently uploaded

ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
Β 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
Β 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
Β 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
Β 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
adelsimanjuntak
Β 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
Β 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
Β 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
Β 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
Β 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
Β 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
Β 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
Β 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
Β 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
Β 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
Β 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
Β 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
Β 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 

Recently uploaded (20)

ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
Β 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
Β 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
Β 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Β 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
Β 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
Β 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Β 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
Β 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Β 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
Β 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Β 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Β 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
Β 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
Β 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Β 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
Β 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Β 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
Β 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Β 

Makalah fobeneus

  • 1. MAKALAH METODE FROBENIUS OLEH : 1. FARIDA ARIANI (J1A106022) 2. MEGAWATI (J1A106023) 3. JAMILIAH HASMY (J1A106026) 4. MUHAMMAD AMRILLAH (J1A106028) 5. ANDRY RISKI DINATA (J1A106031) 6. SALMANI (J1A106034) 7. YUANA SUKMAWATY (J1A106036) 8. HAYATUN NUPUS (J1A106038) 9. WIDYA PRATIWI (J1A106040) 10. ANDERI (J1A106044) 11. MUHAMMAD HASPRIADI (J1A106056) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2008
  • 2. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Faisal, S.Si, M.Si selaku dosen pengampu matakuliah Metode Matematika yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini serta kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. `. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik untuk menambah wawasan pengetahuan atau juga dapat dijadikan bahan referensi mata kuliah yang terkait. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki segala kekurangan pada makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan pasti milik kami. Salah khilaf mohon maaf. Wassalam Tim Penulis
  • 3. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persamaan diferensial orde dua homogen yang ditulis dalam bentuk standar : 𝑃( π‘₯) 𝑦′′ + 𝑄( π‘₯) 𝑦′ + 𝑅( π‘₯) 𝑦 = 0 (1) dengan koefisien P, Q dan R analitik untuk semua x. Akan tetapi, beberapa persamaan mempunyai suatu titik x di mana P, Q atau R tidak lagi analitik (disebut titik singular), sebagai lawan dari titik-titik lain yang disebut titik-titik regular. Persamaan (1’) dapat diselesaikan dengan metode deret pangkat. Sebagai contoh, persamaan diferensial orde dua homogen berikut. 𝑦′′ + 1 π‘₯ 𝑦′ + (1 βˆ’ 𝑣2 π‘₯2) 𝑦 = 0 di mana x = 0 sebagai titik singular. Apabila x = 0 (atau x = xo) merupakan singular, maka persamaan tersebut mungkin tidak mempunyai penyelesaian deret pangkat dalam x. Dengan demikian, metode deret pangkat tidak akan berlaku. Metode lanjutan untuk menyelesaikan persamaan tersebut disebut metode Frobenius atau metode pengembangan deret pangkat. Namun, sebelumnya kita harus mengenal konsep dari titik singular regular sebagai titik yang dapat dipakai untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa menggunakan metode Frobenius. I.2 Rumusan Masalah Mengingat akan sifat makalah ini maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1). Bagaimana mengembangkan deret pangkat untuk menunjukkan bentuk persamaan indicial dan persamaan rekurensi ? 2). Bagaimana menyelesaikan persamaan diferensial biasa dari pengembangan deret pangkat dengan metode Frobenius ? I.3 Tujuan
  • 4. Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah maka penulis dalam makalah ini bermaksud untuk mengenalkan metode pengembangan deret pangkat (metode Frobenius) dalam menyelesaikan persamaan diferensial orde kedua homogen.
  • 5. BAB II ISI II. 1 Metode Frobenius Jika x0 adalah sebuah titik biasa (ordinary point) dari persamaan (1). Nilai y pada deret Taylor dikembangkan di persekitaran titik x0. Biasanya, pengembangan titik yang dipilih adalah saat x0 = 0. Hasilnya berupa deret Maclaurin berikut: 𝑦 = βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛 ∞ 𝑛=0 (2) Dengan mensubstitusikan y ke dalam persamaan (1) dengan π‘Ž 𝑛 sebagai suatu koefisien, dan pada akhirnya akan didapat persamaan rekurensi untuk hasil ke-n , dan ditulis dengan mengembangankan deret pada hasil π‘Ž 𝑛. Pengembangan yang didapat sebagai berikut: 𝑦 = βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛 ∞ 𝑛=0 (3) 𝑦′ = βˆ‘ 𝑛 π‘Ž 𝑛 π‘₯ π‘›βˆ’1 ∞ 𝑛=1 = βˆ‘( 𝑛 + 1) π‘Ž 𝑛+1 π‘₯ 𝑛 ∞ 𝑛=0 (4) 𝑦′′ = βˆ‘ 𝑛( 𝑛 βˆ’ 1) π‘Ž 𝑛 π‘₯ π‘›βˆ’2 = βˆ‘( 𝑛 + 2)( 𝑛 + 1) π‘Ž 𝑛+2 π‘₯ 𝑛 ∞ 𝑛=0 (5) ∞ 𝑛=2 Jika x0 merupakan titik singular regular dari persamaan (1), sehingga solusi dapat ditentukan dengan metode Frobenius atau dengan kata lain sebagai pengembangan dari deret Laurent. Dalam metode Frobenius, dapat diambil sebuah solusi dari persamaan deret berpangkat berikut. 𝑦 = π‘₯ π‘˜ βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛 ∞ 𝑛=0 (6)
  • 6. Sehingga 𝑦 = π‘₯ π‘˜ βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛 = βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛+π‘˜ ∞ 𝑛=0 (7) ∞ 𝑛=0 𝑦′ = βˆ‘ π‘Ž 𝑛( 𝑛 + π‘˜) π‘₯ π‘˜+π‘›βˆ’1 ∞ 𝑛=0 (8) 𝑦" = βˆ‘ π‘Ž 𝑛( 𝑛 + π‘˜)(𝑛 + π‘˜ βˆ’ 1)π‘₯ π‘˜+π‘›βˆ’2 ∞ 𝑛=0 (9) Nilai y, y’, dan y” disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial biasa dengan koefisien π‘Ž 𝑛 hingga di dapat rumus rekurensi untuk hasil ke π‘Ž 𝑛, lalu ditulis dalam pengembangan deret untuk hasil dari π‘Ž 𝑛. Dengan menyamakan nilai π‘Ž 𝑛 ke 0 akan didapat persamaan penunjuk (persamaan indicial) yang akan memberikan nilai k pada pengembangan deret tersebut. Sebagai contoh persamaan orede kedua homogen berikut (10) Persamaan (10) disubstitusikan ke persamaan (2), (3), (4) sehingga menjadi sebagai berikut (11) Persamaan penunjuk (persamaan indicial) yang didapat saat n =0 adalah (12) Nilai π‘Ž 𝑛 didefinisikan sebagai nilai bukan nol sehingga, k2 –m2 = 0 sehingga k = Β±m. Ambil nilai untuk kasus k = m sehingga persamaan (11) mendapatkan hasil: (sehingga π‘Ž1 = 0) dan Untuk n = 2, 3, 4, . . . sehingga
  • 7. n >1 (13) Persamaan (13) disubstitusi kembali ke persamaan (11), disusun kembali dan disederhanakan sehingga memberikan solusi deret yang didefinisikan sebagai fungsi Bessel pertama Jm(x), dengan solusi non singular untuk persamaan (11). Untuk kasus m = -k, prosesnya analog (sama) dan didapat solusi J-m(x) = (-1)m Jm(x) Teorema 1 (Metode Frobenius) Setiap persamaan diferensial berbentuk 𝑦" + 𝑏(π‘₯) π‘₯ y’ + 𝑐(π‘₯) π‘₯2 𝑦 = 0 (14) Dengan fungsi-fungsi b(x) dan c(x) analitik pada x = 0, mempunyai sekurang- kurangnya satu penyelesaian yang dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑦( π‘₯) = π‘₯ π‘Ÿ βˆ‘ π‘Ž π‘š π‘₯ π‘š ∞ π‘š=0 = π‘₯ π‘Ÿ( π‘Ž0 + π‘Ž1 π‘₯ + π‘Ž2 π‘₯2 + β‹― ) ,( π‘Ž0 β‰  0) (15) Di mana pangkat r dapat merupakan bilangan (riil atau komplek) yang sebarang (dan r dipilih sehingga a0 0) Persamaan tersebut juga mempunyai penyelesaian kedua (sedemikian hingga kedua penyelesaian ini bergantung linier) yang mungkin serupa dengan persamaan (14) (dengan r yang berbeda dan koefisein-koefisein yang berbeda) atau barangkali mengandung bentuk logaritma. Hal yang penting adalah bahwa di persamaan (15) mempunyai deret pangkat yang dikalikan dengan sebuah pangkat dari x yang pangkatnya r tidak dibatasi berupa bilangaan bulat tak-negatif. Untuk menyelesaikan (14) dapat ditulis π‘₯2 𝑦" + π‘₯𝑏(π‘₯)𝑦′ + 𝑐(π‘₯)𝑦 = 0 (14βˆ— ) Jabarkan b(x) dan c(x) dalam deret pangkat, 𝑏( π‘₯) = 𝑏0 + 𝑏1 π‘₯ + 𝑏2 π‘₯2 + β‹― , 𝑐( π‘₯) = 𝑐0 + 𝑐1 π‘₯ + 𝑐2 π‘₯2 + β‹― Kemudian diferensialkan (15) suku demi suku untuk memperoleh
  • 8. 𝑦′ (π‘₯) = βˆ‘ ( π‘š + π‘Ÿ) π‘Ž π‘š π‘₯ π‘š+π‘Ÿβˆ’1 ∞ π‘š=0 = π‘₯ π‘Ÿβˆ’1( π‘Ÿπ‘Ž0 + ( π‘Ÿ + 1) π‘Ž1 π‘₯ + β‹― ) 𝑦"( π‘₯) = βˆ‘ ( π‘š + π‘Ÿ)(π‘š + π‘Ÿ βˆ’ 1)π‘Ž π‘š π‘₯ π‘š+π‘Ÿβˆ’2∞ π‘š=0 = π‘₯ π‘Ÿβˆ’2( π‘Ÿ(π‘Ÿ βˆ’ 1)π‘Ž0 + (π‘Ÿ + 1)π‘Ÿπ‘Ž1 π‘₯ + β‹― ) (15βˆ— ) Dengan memasukkan semua deret ini ke dalam (14βˆ— ) kita peroleh π‘₯ π‘Ÿ( π‘Ÿ( π‘Ÿβˆ’ 1) π‘Ž0 + β‹― ) + ( 𝑏0 + 𝑏1 π‘₯ + β‹― ) π‘₯ π‘Ÿ( π‘Ÿπ‘Ž0 + β‹― ) + ( 𝑐0 + 𝑐1 π‘₯ + β‹― )( π‘Ž0 + π‘Ž1 π‘₯ + β‹― ) = 0 (16) Sekarang kita menyamakan jumlah semua koefisien dari setiap pangkat x dengan nol, seperti sebelumnya. Ini menghasilkan suatu sistem persamaan yang mengandung koefisien-koefisien π‘Ž π‘š yang tidak diketahui. Pangkat terkecil adalah xr dan persamaan kaitannya adalah [r(r – 1) + b0r + c0]a0 = 0 Karena asumsi a0 β‰  0, maka pernyataan didalam kurung siku (besar) harus sama dengan nol. Ini memberikan r2 + (b0 – 1)r + c0 = 0 (17) Persamaan kuadrat yang penting ini disebut persamaan penunjuk (persamaan β€œindicial”) dari persamaan diferensial (14). Metode yang kita gunakan akan menghasilkan suatu basis penyelesaian. Salah satu dari kedua penyelesaian akan selalu berbentuk (15), dengan r adalah akar dari persamaan (17). Bentuk dari penyelesaian lainnya akan ditunjukkan oleh persamaan penunjuk ; bergantung pada akar-akarnya. Terdapat tiga kasus yang mungkin seperti dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema 2 [Metode Frobenius. Bentuk penyelesaian kedua] Anggaplah persamaan diferensial (14) memenuhi anggapan-anggapan dalam Teorema 1. Misalkan r1 dan r2 merupakan akar-akar persamaan indicial (17). Maka kita mempunyai tiga buah kasus berikut ini.
  • 9. Kasus 1. Akar-akar yang berbeda yang tidak dibedakan oleh bilangan bulat. Basis penyelesaiannya adalah Y1(x) = π‘₯ π‘Ÿ1(a0 + a1x + a2x2 +. . .) (18) Dan Y2(x) = π‘₯ π‘Ÿ2(A0 + A1x + A2x2 +. . .) (19) Secara berurutan koefisien-koefisiennya diperoleh dari persamaan (16) dengan berturut-turut r = r1 dan r = r2. Kasus 2. Akar rangkap r1 = r2 = r. Basis penyelesaianya adalah Y1(x) = π‘₯ π‘Ÿ (a0 + a1x + a2x2 +. . .) r = 1 2 (1 – b0) (20) (yang mempunyai bentuk umum yang sama dengan sebelumnya)dan Y2(x) = y1(x) ln x + π‘₯ π‘Ÿ (A0 + A1x + A2x2 +. . .) (x>0). (21) Kasus 3. Akar-akar yang dibedakan oleh suatu bilangan bulat. Basis penyelesaianya adalah Y1(x) = π‘₯ π‘Ÿ1(a0 + a1x + a2x2 +. . .) (22) (mempunyai bentuk umum yang sama dengan sebelumnya) Y2(x) = ky1(x) ln x + π‘₯ π‘Ÿ2(A0 + A1x + A2x2 +. . .) (23) Di mana akar-akarnya menunjukka bahwa r1 – r2 > 0 dan k mungkin menjadi nol
  • 10. BAB III PENUTUP III.1 KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini terlihat berdasarkan persamaan diferensial biasa bentuk standar. 𝑃(π‘₯)𝑦" + 𝑄(π‘₯)𝑦′ + 𝑅(π‘₯)𝑦 = 0 yang memiliki titik singular regular di xo = 0, maka metode Frobenius terlihat dari deret Maclaurin berikut. 𝑦 = βˆ‘ π‘Ž 𝑛 π‘₯ 𝑛 ∞ 𝑛=0 Dengan menstubtitusikan y, y`, y`` ke dalam persamaan diferensial biasa tersebut hingga mendapatkan persamaan petunjuk (persamaan indicial) untuk menentukan akar-akar r1 dan r2 dan persamaan rekurensinya. III.2 SARAN Adapun saran yang dapat dikemukakan yaitu bagi para pembaca dapat menelaah lebih jauh lagi tentang metode Frobenius agar dapat diketahui pengetahuan mendalam tentang teori maupun penerapan dalam kehidupan.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Arfken, G. "Series Solutions--Frobenius' Method." Β§8.5 in Mathematical Methods for Physicists, 3rd ed. Orlando, FL: Academic Press, pp. 454-467, 1985. Frobenius. "Ueber die Integration der linearen Differentialgleichungen durch Reihen." J. reine angew. Math. 76, 214-235, 1873. Ince, E. L. Ch. 5 in Ordinary Differential Equations. New York: Dover, 1956. Ross, Shepley L. 1984. Differential Equations. New York: John Wileg & Sons, Inc. Weisstein, Eric W. "Frobenius Method." From MathWorld--A Wolfram Web Resource. http://mathworld.wolfram.com/FrobeniusMethod.html