SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
MAKALAH
FILSAFAT ILMU IRFANI
Dosen Pengampu:
Dr. H. Didik Heriadi, S. Ag,M. Pd.
Disusun Oleh:
Irvan Maulana
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni bapak
Dr. H. Didik Heriadi, S. Ag,M. Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan
kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul
“JUDUL” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.
Kraksaan,14 Februari 2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian.................................................................................................3
B. Konsep .....................................................................................................4
BAB III KESIMPULAN........................................................................................8
A. Kesimpulan ..............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai Filsafat Ilmu, pasti tidak akan terlepas dari bahasan
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Ketiganya merupakan tiga cabang besar
dari filsafat. Ontologi atau teori hakikat membicarakan pengetahuan itu
sendiri. Membicarakan apa sebenarnya dari sesuatu. Epistemologi atau teori
pengetahuan membicarakan cara memperoleh suatu pengetahuan. Bagaimana
kita memperoleh suatu pengetahuan. Sedangkan yang terakhir, Aksiologi atau
teori nilai membicarakan apa manfaat atau guna dari pengetahuan yang
sebelumnya telah kita ketahui hakikat dan cara memperolehnya.[1]
Aspek kedua dari ketiga cabang filsafat tersebut, yakni Epistemologi
dalam rumusan lain disebutkan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, asal mula pengetahuan,
batas-batas, sifat metode dan keahlian pengetahuan. Oleh karena itu sistematika
epistemologi adalah terjadinya pengetahuan, teori kebanaran, metode-metode
ilmiah, dan aliran-aliran teori pengetahuan.[2]
Sejarah tentang peerkembangan Ilmu merupakan sebuah prestasi
pencapaian sebuah kesuksesan. Karena dengan itu manusia mulai terlepas dari
belenggu-belenggu pemikirab yang berasaskan pada pemikiran kebodohan dan
takhayul. Asal usul permulaan munculnya ilmu pengetahuan sangat erat
kaitanya dengan sifat asli fitrahmanusia yang memiliki sifat selalu ingin tahu
dan berfikir untuk menemukan sebuah kebenaran namun tetap berpegang pada
nilai-nilai kebijaksanaan, atau yang sering dusebut dengan berfikit filosofi.
Perjalanan ilmu pengetahuan dari masa ke masa sehingga sampai pada
tahap ilmu modern seperti sekarang ini ternyata tidak semulus yang kita kira.
Banyak perdebatan, perbedaan pendapat serta penyelisihan yang diakibatkan
paham filosof masing-masing yang dianut oleh para ilmuan pada masa itu.
Khusunya di abad ke-19 terdapat tentang adanya pembedaan-pembedaan antara
ilmu, industri dan filsafat, dan tiga atau empat abad sebelumya. Para sejarahwan
menemukan bahwa study terhadap alam dilaksanakan dalam suatu kerangka
2
asumsi-asumsi tentang dunia atau berdasarkan pada kepercayaan dan tahayul.
Namun seiring dengan munculnya sifat berfikir filosofi pemikran tersebut
lambat lain semakin ditinggalkan dan diganti dengan sikap ilmiah denga hasil
yang faktual serta didukung dengan data-data yang empiris.
Dalam kajian Epistemologi terdapat banyak bagian-bagian yang masing-
masing sebagai rancang bangun, yang kemudian membentuk sebuah disiplin
ilmu secara otonom. Salah satunya adalah Epistemologi Irfani, yang dikatakan
merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat islam, seperti halnya Burhani
dan Bayani. Namun ketika pembahasan berlanjut ke ranah ilmu pengetahuan
secara umum, maka tentu Epistemologi Irfani juga mempunyai andil di
dalamnya.
Mungkin Epistemologi Irfani dianggap merupakan bagian kecil dari
cabang filsafat keseluruhan. Namun dalam pembahasannya akan ditemukan
fenomena-fenomena menarik yang justru dapat sebagai awal dari ideology
selanjutnya.
.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara etimologis, kata Irfani berasal dari bahsa arab adalah
bentuk mashdar(infinitif) dari kata ‘arafa yang berarti tahu/mengetahui. Seakar
pula dengan kataMa’ruf (Keba-jikan) dan Ma’rifat (pengetahuan).[3]
Kata Irfan berasal dari akar kata yang sama dalam bahasa Arab, secara
etimologi, Irfani berasaldari bentuk masdar (infinitif) dari kata ‘arafa yang
berarti tahu atau mengetahui.[4] Seakar kata pula dengan ma’ruf (kebajikan)
dan ma’rifat (pengetahuan)
Dalam kalangan sufi al-irfan berarti al-kasyf dan al-ilham. Dilihat dari
segi maknanya dapat dilihat bahwasannya sistem pengetahuan irfani adalah
sebuah sistem pengetahuan dimana sumber pengetahuannya adalah intuisi.
Suatu pengetahuan diperoleh secara langsung tanpa perantara dan proses
pembuktian. Pengetahuan tercipta dalam kalbu sedemikian rupa setelah kalbu
memperoleh pembersihan melalui mujahadah dan latihan spiritual sehingga
tirai yang menutupi kalbu terhadap kebenaran tersebut itu menjadi terbuka.
Ada beberapa pengertian tentang epistemologi irfani.
Pertama, Epistemologi irfani adalah cara memperoleh pengetahuan yang
didasarkan pada kasyf, yaitu, tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan.
Pengetahuan dengan metode berpikir irfani diperoleh dengan olah ruhani.
Kedua, epistemologi Irfani adalah cara memperoleh
pengetahuan dengan mengandalkan pengalaman batin.
Ketiga, ada juga yang mengatakan epistimologi adalah cara
memperoleh pengetahuan yang lebih dekat dengan intuisi, namun intuisi yang
dekat dengan spiritual
Tahapan untuk memperoleh pengetahuan irfani ada tiga, yaitu
persiapan, penerimaan, dan pengungkapan.
Berangkat dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa
Epistemologi ‘irfani lebih bersumber pada intuisi dan bukannya teks.
4
Sumber pokok ilmu pengetahuan dalam tradisi berfikir
dan berpikir ‘irfani adalah experience (pengalaman). Pengalaman hidup
sehari-hari yang otentik, sesungguhnya merupakan pelajaran yang tak ternilai
harganya.
Semua pengalaman otentik dapat dirasakan secara langsung oleh seluruh
umat manusia apapun warna kulit, ras, budaya dan agama yang dipeluknya,
tanpa harus mengatakannya terlebih dahulu lewat pengungkapan bahasa
maupun logika. Validitas kebenaran epistemologi ‘irfani hanya dapat dirasakan
dan dihayati secara langsung, intuisi,al-dzauq atau perasaan.
Sekat-sekat formalitas lahiriyyah yang diciptakan oleh tradisi
epistemologi bayani dan burhani baik dalam bentuk bahasa, agama, ras, etnik,
kulit, golongan, kultur, tradisi, yang ikut andil merenggangkan dan mengambil
jarak hubungan interpresonal antar umat manusia, ingin dipinggirkan oleh
tradisi berpikir Irfani yang kebanyakan dilakukan oleh golongan kaum sufi.
B. Konsep
Pengetahuan irfani tidak didasarkan atas teks seperti halnya bayani, tidak
juga didasarkan pada rasio sepertihalnya burhani, tetapi pada kasyf, ter-
singkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Disebutkan juga bahwa Irfani
ini erat kaitannya dengan konsep tasawuf.[5] Karena itu, pengetahuan irfani
tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah ruhani, dimana
dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan
langsung kepadanya. Masuk dalam pikiran, dikonsep kemudian dikemukakan
kepada orang lain secara logis. Dengan demikian pe-ngetahuan irfani
setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan;[6]
1. Persiapan
Dalam epistemologi irfani, untuk bisa menerima limpahan
pengetahuan (kasyf), seseorang harus menempuh jenjang-jenjang kehidupan
spiritual.Setidaknya ada tujuh tahapan yang harus dijalani, mulai dari bawah
menuju puncak, ketujuh tahapan itu adalah:
5
a. Taubat, yakni meninggalkan segala perbuatan yang kurang baik disertai
dengan penyesalan yang mendalam yang kemudian diganti dengan
perbuatan-perbuatan yang terpuji.
b. Wara` yakni menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak jelas statunya
. apakah sesuatu tersebut halal atau haram (subhât),
c. Zuhud yakni tidak tamak dan tidak mengutamakan kehidupan dunia,
d. Faqir, yakni mengosongkan seluruh pikiran dan harapan dari kehidupan
masa kini ataupun kehidupan yang akan datang, tidak menghendaki
apapun kecuali Tuhan swt.
e. Sabar, yakni menerima segala bencana dengan laku sopan dan rela namun
tidak berarti diam.
f. Tawakkal, yakni percaya dan memnyandarkan diri atas apa yang
ditentukan oleh tuhan.
g. Ridla (hilangnya rasa ketidaksenangan dalam hati sehingga yang tersisa
hanya gembira dan suka cita).
2. Penerimaan
Jika telah mencapai tingkat tertentu dalam sufisme, seseorang akan
mendapatkan limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan secara illuminatif
(pencerahan). Pada tahap ini seseorang akan mendapatkan realitas
kesadaran diri yang demikian mutlak (kasyf), sehingga dengan kesadaran itu
ia mampu melihat realitas dirinya sendiri (musyâhadah) sebagai objek yang
diketahui. Namun, realitas kesadaran dan realitas yang disadari tersebut,
keduanya bukan sesuatu yang berbeda tetapi merupakan eksistensi yang
sama, sehingga objek yang diketahui tidak lain adalah kesadaran yang
mengetahui itu sendiri, begitu pula sebaliknya (ittihâd), yang dalam kajian
Mehdi Yazdi disebut ‘Ilmu Huduri’ atau pengetahuan swaobjek (self object
knowledge).[7]
Menemukan kebenaran dengan cara ini juga diakui John S.
Brubacher dalam bukunya, Modern Philosophies of Education, bahwa salah
satu dari teori tentang kebenaran adalah Teori Religius (Re-ligious), yaitu
kebenaran adalah kebenaran ilahi = divine truth, kebe-naran yang
6
bersumber dari Tuhan, kebenaran disampaikan melalui wahyu (ilham).
Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi
harus bisa menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat.
Karena itu kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah
manusia.[8]
Pengetahuan semacam ini di dunia islam sering disebut dengan
ilham, seperti yang dikatakan Ali Issa Othman, bahwa Pengetahuan yang
diperoleh di dalam “kebangkitan” disebut ilham. Tetapi ilham bukan
merupakan wahyu atau kenabian. Wahyu merupakan kata-kata yang
menggambarkan hal-hal yang tidak dapat dilihat secara umum, yang
diurunkan Allah dengan maksud supaya disampakan kepada orang-orang
lain sebagai petunjuk-petunjuk dari Allah, sedangkan ilham hanya
merupakan “pengungkapan” kepada manusia pribadi yang disampaikan
melalui batinnya. Wahyu hanya diberikan kepada nabi-nabi, sedang ilham
diberikan kepada siapa saja yang diperkenankan Allah.[9]
3. Pengungkapan
Yakni pengalaman mistik diinterpretasikan dan diungkapkan kepada
orang lain, lewat ucapan atau tulisan. Namun, karena penge-tahuan irfani
bukan masuk tatanan konsepsi dan representasi tetapi terkait dengan
kesatuan simpleks kehadiran Tuhan dalam diri dan kehadiran diri dalam
Tuhan, [10]sehingga tidak bisa dikomunikasikan, maka tidak semua
pengalaman ini bisa diungkapkan.[11] Hal ini dibenarkan pula oleh Ali Issa
Othman;
“Pengetahuan tentang kebenaran tidak dapat diungkapkan secara
umum dan hanya dapat diketahui secara pribadi. Usaha-usaha untuk
merumuskannya ke dalam kata-kata hanya akan menyesatkan. Kata-kata
tidak dapat melukiskan kenyataan, karena kata-kata hanya diciptakan untuk
mengutarakan hal-hal secara sepakat, dan kebenaran itu tidak dikenal
secara sepakat”.[12]
Kemudian beberapa cara pengungkapan makna atau dimensi batin
yang diperoleh dari hasil kasyf tersebut adalah; Pertama, dapat
diungkapkan dengan cara i`tibâr atau qiyas irfani. Yakni analogi makna
7
batin yang ditangkap dalam kasyf kepada makna zahir yang ada dalam
teks. Kedua, diungkapkan lewatsyathahât, suatu ungkapan lisan tentang
perasaan (al-wijdân) karena limpahan pengetahuan langsung dari
sumbernya dan dibarengi dengan pengakuan. Ungkapan-ungkapan seperti
itu menjadi tidak beraturan dan diluar kesadaran, karena keluar saat
seseorang mengalami suatu pengalaman intuitif yang sangat men-dalam,
sehingga sering tidak sesuai dengan kaidah teologis maupun epistemologis
tertentu, sehingga karena itu pula ia sering dihujat dan dinilai menyimpang
dari ajaran islam yang baku. Meski demikian, secara
umum, syathahât sebenarnya diterima dikalangan sufisme, meskipun
dikalangan sufisme sunni yang membatasi diri pada aturan syariat, dengan
syarat bahwa syathahâttersebut harus ditakwilkan, yakni ungkapannya
harus terlebih dahulu dikembalikan pada makna zahir teks.
Artinya, syathahat tidak boleh diungkapkan secara ‘liar’ dan berseberangan
dengan ketentuan syariat yang ada.
Metode analogi seperti diatas, menurut al-Jabiri, juga dikenal dalam
pemikiran di Barat, yakni dalam aliran filsafat esoterik, yang disebut analogi
intuitif. Namun, dalam analogi filsafat esoterik, perbandingan (qiyas) bukan
dialakukan atas dasar kesamaan tetapi karena adanya keterpengaruhan. Bagi
al-Jabiri, dengan tidak adanya kesetaraan atau kesamaan diantara dua hal
yang dianalogikan berarti analogi (qiyas) tersebut telah jatuh. Karena itu,
dan ini merupakan kesalahan al-Jabiri, ia menggunakan metode analogi
Barat tersebut untuk menganalisa irfani Islam, sehingga menganggap bahwa
pengetahuan irfani yang dibangun diatas dasar qiyas bukan sesuatu yang
luar biasa tetapi hanya kreatifitas akal yang didasarkan atas imajinasi. Lebih
lanjut, irfani akhirnya hanya merupakan filsafatisasi mitos-mitos, yang tidak
memberikan kontribusi apapun terhadap pembangunan masyarakat.
Padahal, irfani islam sama sekali berbeda dengan mistik di barat, meski di
beberapa bagian ada kesamaan. Irfani lebih berkaitan dengan kebersihan
jiwa, rasa dan kayakinan hati, sementara mistik barat kurang berkaitan
dengan semua itu tetapi lebih bersifat positifistik.
8
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Epistemologi Irfani merupakan sebuah cabang ilmu filsafat yang
kemudian membentuk disiplin ilmu secara otonom. Irfani (bentuk infinitif dari
kata ‘arafa yang berarti tahu/mengetahui) ini erat kaitannya dengan konsep
tasawuf. Karena itu, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks
tetapi dengan olah ruhani, yang setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan;
Persiapan, Penerimaan (ilham), dan Pengungkapan. Ungkapan-ungkapan yang
dihasilkan oleh pemikiran secara irfani sering kali menjadi tidak beraturan dan
diluar kesadaran, karena keluar saat seseorang mengalami suatu pengalaman
intuitif yang sangat mendalam, sehingga sering tidak sesuai dengan kaidah
teologis maupun epistemologis tertentu, sehingga karena itu pula ia sering
dihujat dan dinilai menyimpang
9
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmad Tafsir dalam Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai
Capra, (Remaja Rosdakarya : Bandung 2009) hal. 23
[10]Mohammad Damami, Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa, (Lesfi,
Yogyakarta :2002) hal. 41
[11] Mehdi Hairi, Op. Cit. hal. 245
[12] Ali Issa Othman, Op Cit. hal 64
[2] Sudarsono, Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar,(Jakarta : Rineka Cipta,2008),hal.
138
[3] Noorsyam, filsafat Pendidikan dasar dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Usaha Nasional, Surabaya : 1984), hal 34
[4] A.W. Munawir, Kamus Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Pustaka
Progresif, Surabaya : 1997) hal
[5] Al Qusyairi, Al Risalah, Beirut, Dar-al Khair, tt. Hal 89
[6] Mehdi Hairi. Yazdi, Ilmu Hudhuri, terj Ahsin Muhammad, (Bandung, Mizan:
1994). Hal. 51-53
[7] Al Qusyari, Op. Cit. hal 75
[8]Burhanuddin Salam, Logika Materil, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Rineka Cipta,
jakarta: 1997).hal.58
[9]Ali Issa Othman, Manusia Menurut Al Ghazali, (terj johan Smit, Anas, Yusuf)
(Pustaka, Bandung:1981)hal. 67
A.W. Munawir, Kamus Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Pustaka Progresif,
Surabaya : 1997)
Ahmad Tafsir dalam Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,
(Remaja Rosdakarya : Bandung 2009)
Ali Issa Othman, Manusia Menurut Al Ghazali, (terj johan Smit, Anas, Yusuf)
(Pustaka, Bandung:1981)
Burhanuddin Salam, Logika Materil, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Rineka Cipta,
jakarta: 1997)
Mehdi Hairi. Yazdi, Ilmu Hudhuri, terj Ahsin Muhammad, (Bandung, Mizan: 1994)
10
Mohammad Damami, Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa, (Lesfi, Yogyakarta
:2002)
Noorsyam, filsafat Pendidikan dasar dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Usaha Nasional, Surabaya : 1984
Sudarsono, Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar,(Jakarta : Rineka Cipta,2008)

More Related Content

Similar to Makalah Filsafat Ilmu Irfani UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf

Epistemolgy Berpikir Burhani.docx
Epistemolgy Berpikir Burhani.docxEpistemolgy Berpikir Burhani.docx
Epistemolgy Berpikir Burhani.docxZukét Printing
 
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdf
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdfKonsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdf
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdfZukét Printing
 
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docx
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docxKonsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docx
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docxZukét Printing
 
Filsafat pendidikan stai kps
Filsafat pendidikan stai kpsFilsafat pendidikan stai kps
Filsafat pendidikan stai kpsrafibillah
 
1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.docRiska Affriany
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
kelompok 6 agama.pptx
kelompok 6 agama.pptxkelompok 6 agama.pptx
kelompok 6 agama.pptxFauziahPane
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat norma 28
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxunknownmukti
 
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tikkelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik02_WandaOcta
 
FILSAFAT ILMU 5.pptx
FILSAFAT ILMU  5.pptxFILSAFAT ILMU  5.pptx
FILSAFAT ILMU 5.pptxhasimi3
 

Similar to Makalah Filsafat Ilmu Irfani UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf (20)

Epistemolgy Berpikir Burhani.docx
Epistemolgy Berpikir Burhani.docxEpistemolgy Berpikir Burhani.docx
Epistemolgy Berpikir Burhani.docx
 
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdf
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdfKonsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdf
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdf
 
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docx
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docxKonsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docx
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.docx
 
Filsafat pendidikan stai kps
Filsafat pendidikan stai kpsFilsafat pendidikan stai kps
Filsafat pendidikan stai kps
 
1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
kelompok 6 agama.pptx
kelompok 6 agama.pptxkelompok 6 agama.pptx
kelompok 6 agama.pptx
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
 
PPT-Irfani.pptx
PPT-Irfani.pptxPPT-Irfani.pptx
PPT-Irfani.pptx
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
 
Filsafat final
Filsafat finalFilsafat final
Filsafat final
 
Kurnali Filsafat ilmu
Kurnali Filsafat ilmu Kurnali Filsafat ilmu
Kurnali Filsafat ilmu
 
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptxKel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
 
Filsafat Dan Agama.pdf
Filsafat Dan Agama.pdfFilsafat Dan Agama.pdf
Filsafat Dan Agama.pdf
 
Filsafat Dan Agama.pdf
Filsafat Dan Agama.pdfFilsafat Dan Agama.pdf
Filsafat Dan Agama.pdf
 
Filsafat Dan Agama.docx
Filsafat Dan Agama.docxFilsafat Dan Agama.docx
Filsafat Dan Agama.docx
 
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tikkelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
 
FILSAFAT ILMU 5.pptx
FILSAFAT ILMU  5.pptxFILSAFAT ILMU  5.pptx
FILSAFAT ILMU 5.pptx
 
filsafat pendidikan
filsafat pendidikanfilsafat pendidikan
filsafat pendidikan
 
Filsafat Pancasila.pdf
Filsafat Pancasila.pdfFilsafat Pancasila.pdf
Filsafat Pancasila.pdf
 

More from Zukét Printing

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 

Recently uploaded

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 

Makalah Filsafat Ilmu Irfani UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf

  • 1. MAKALAH FILSAFAT ILMU IRFANI Dosen Pengampu: Dr. H. Didik Heriadi, S. Ag,M. Pd. Disusun Oleh: Irvan Maulana PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO 2023
  • 2. i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran bagi kita semua. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni bapak Dr. H. Didik Heriadi, S. Ag,M. Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “JUDUL” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian. Kraksaan,14 Februari 2023 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................ i DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3 A. Pengertian.................................................................................................3 B. Konsep .....................................................................................................4 BAB III KESIMPULAN........................................................................................8 A. Kesimpulan ..............................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara mengenai Filsafat Ilmu, pasti tidak akan terlepas dari bahasan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Ketiganya merupakan tiga cabang besar dari filsafat. Ontologi atau teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri. Membicarakan apa sebenarnya dari sesuatu. Epistemologi atau teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh suatu pengetahuan. Bagaimana kita memperoleh suatu pengetahuan. Sedangkan yang terakhir, Aksiologi atau teori nilai membicarakan apa manfaat atau guna dari pengetahuan yang sebelumnya telah kita ketahui hakikat dan cara memperolehnya.[1] Aspek kedua dari ketiga cabang filsafat tersebut, yakni Epistemologi dalam rumusan lain disebutkan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat metode dan keahlian pengetahuan. Oleh karena itu sistematika epistemologi adalah terjadinya pengetahuan, teori kebanaran, metode-metode ilmiah, dan aliran-aliran teori pengetahuan.[2] Sejarah tentang peerkembangan Ilmu merupakan sebuah prestasi pencapaian sebuah kesuksesan. Karena dengan itu manusia mulai terlepas dari belenggu-belenggu pemikirab yang berasaskan pada pemikiran kebodohan dan takhayul. Asal usul permulaan munculnya ilmu pengetahuan sangat erat kaitanya dengan sifat asli fitrahmanusia yang memiliki sifat selalu ingin tahu dan berfikir untuk menemukan sebuah kebenaran namun tetap berpegang pada nilai-nilai kebijaksanaan, atau yang sering dusebut dengan berfikit filosofi. Perjalanan ilmu pengetahuan dari masa ke masa sehingga sampai pada tahap ilmu modern seperti sekarang ini ternyata tidak semulus yang kita kira. Banyak perdebatan, perbedaan pendapat serta penyelisihan yang diakibatkan paham filosof masing-masing yang dianut oleh para ilmuan pada masa itu. Khusunya di abad ke-19 terdapat tentang adanya pembedaan-pembedaan antara ilmu, industri dan filsafat, dan tiga atau empat abad sebelumya. Para sejarahwan menemukan bahwa study terhadap alam dilaksanakan dalam suatu kerangka
  • 5. 2 asumsi-asumsi tentang dunia atau berdasarkan pada kepercayaan dan tahayul. Namun seiring dengan munculnya sifat berfikir filosofi pemikran tersebut lambat lain semakin ditinggalkan dan diganti dengan sikap ilmiah denga hasil yang faktual serta didukung dengan data-data yang empiris. Dalam kajian Epistemologi terdapat banyak bagian-bagian yang masing- masing sebagai rancang bangun, yang kemudian membentuk sebuah disiplin ilmu secara otonom. Salah satunya adalah Epistemologi Irfani, yang dikatakan merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat islam, seperti halnya Burhani dan Bayani. Namun ketika pembahasan berlanjut ke ranah ilmu pengetahuan secara umum, maka tentu Epistemologi Irfani juga mempunyai andil di dalamnya. Mungkin Epistemologi Irfani dianggap merupakan bagian kecil dari cabang filsafat keseluruhan. Namun dalam pembahasannya akan ditemukan fenomena-fenomena menarik yang justru dapat sebagai awal dari ideology selanjutnya. .
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Secara etimologis, kata Irfani berasal dari bahsa arab adalah bentuk mashdar(infinitif) dari kata ‘arafa yang berarti tahu/mengetahui. Seakar pula dengan kataMa’ruf (Keba-jikan) dan Ma’rifat (pengetahuan).[3] Kata Irfan berasal dari akar kata yang sama dalam bahasa Arab, secara etimologi, Irfani berasaldari bentuk masdar (infinitif) dari kata ‘arafa yang berarti tahu atau mengetahui.[4] Seakar kata pula dengan ma’ruf (kebajikan) dan ma’rifat (pengetahuan) Dalam kalangan sufi al-irfan berarti al-kasyf dan al-ilham. Dilihat dari segi maknanya dapat dilihat bahwasannya sistem pengetahuan irfani adalah sebuah sistem pengetahuan dimana sumber pengetahuannya adalah intuisi. Suatu pengetahuan diperoleh secara langsung tanpa perantara dan proses pembuktian. Pengetahuan tercipta dalam kalbu sedemikian rupa setelah kalbu memperoleh pembersihan melalui mujahadah dan latihan spiritual sehingga tirai yang menutupi kalbu terhadap kebenaran tersebut itu menjadi terbuka. Ada beberapa pengertian tentang epistemologi irfani. Pertama, Epistemologi irfani adalah cara memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada kasyf, yaitu, tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Pengetahuan dengan metode berpikir irfani diperoleh dengan olah ruhani. Kedua, epistemologi Irfani adalah cara memperoleh pengetahuan dengan mengandalkan pengalaman batin. Ketiga, ada juga yang mengatakan epistimologi adalah cara memperoleh pengetahuan yang lebih dekat dengan intuisi, namun intuisi yang dekat dengan spiritual Tahapan untuk memperoleh pengetahuan irfani ada tiga, yaitu persiapan, penerimaan, dan pengungkapan. Berangkat dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa Epistemologi ‘irfani lebih bersumber pada intuisi dan bukannya teks.
  • 7. 4 Sumber pokok ilmu pengetahuan dalam tradisi berfikir dan berpikir ‘irfani adalah experience (pengalaman). Pengalaman hidup sehari-hari yang otentik, sesungguhnya merupakan pelajaran yang tak ternilai harganya. Semua pengalaman otentik dapat dirasakan secara langsung oleh seluruh umat manusia apapun warna kulit, ras, budaya dan agama yang dipeluknya, tanpa harus mengatakannya terlebih dahulu lewat pengungkapan bahasa maupun logika. Validitas kebenaran epistemologi ‘irfani hanya dapat dirasakan dan dihayati secara langsung, intuisi,al-dzauq atau perasaan. Sekat-sekat formalitas lahiriyyah yang diciptakan oleh tradisi epistemologi bayani dan burhani baik dalam bentuk bahasa, agama, ras, etnik, kulit, golongan, kultur, tradisi, yang ikut andil merenggangkan dan mengambil jarak hubungan interpresonal antar umat manusia, ingin dipinggirkan oleh tradisi berpikir Irfani yang kebanyakan dilakukan oleh golongan kaum sufi. B. Konsep Pengetahuan irfani tidak didasarkan atas teks seperti halnya bayani, tidak juga didasarkan pada rasio sepertihalnya burhani, tetapi pada kasyf, ter- singkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Disebutkan juga bahwa Irfani ini erat kaitannya dengan konsep tasawuf.[5] Karena itu, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah ruhani, dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Masuk dalam pikiran, dikonsep kemudian dikemukakan kepada orang lain secara logis. Dengan demikian pe-ngetahuan irfani setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan;[6] 1. Persiapan Dalam epistemologi irfani, untuk bisa menerima limpahan pengetahuan (kasyf), seseorang harus menempuh jenjang-jenjang kehidupan spiritual.Setidaknya ada tujuh tahapan yang harus dijalani, mulai dari bawah menuju puncak, ketujuh tahapan itu adalah:
  • 8. 5 a. Taubat, yakni meninggalkan segala perbuatan yang kurang baik disertai dengan penyesalan yang mendalam yang kemudian diganti dengan perbuatan-perbuatan yang terpuji. b. Wara` yakni menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak jelas statunya . apakah sesuatu tersebut halal atau haram (subhât), c. Zuhud yakni tidak tamak dan tidak mengutamakan kehidupan dunia, d. Faqir, yakni mengosongkan seluruh pikiran dan harapan dari kehidupan masa kini ataupun kehidupan yang akan datang, tidak menghendaki apapun kecuali Tuhan swt. e. Sabar, yakni menerima segala bencana dengan laku sopan dan rela namun tidak berarti diam. f. Tawakkal, yakni percaya dan memnyandarkan diri atas apa yang ditentukan oleh tuhan. g. Ridla (hilangnya rasa ketidaksenangan dalam hati sehingga yang tersisa hanya gembira dan suka cita). 2. Penerimaan Jika telah mencapai tingkat tertentu dalam sufisme, seseorang akan mendapatkan limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan secara illuminatif (pencerahan). Pada tahap ini seseorang akan mendapatkan realitas kesadaran diri yang demikian mutlak (kasyf), sehingga dengan kesadaran itu ia mampu melihat realitas dirinya sendiri (musyâhadah) sebagai objek yang diketahui. Namun, realitas kesadaran dan realitas yang disadari tersebut, keduanya bukan sesuatu yang berbeda tetapi merupakan eksistensi yang sama, sehingga objek yang diketahui tidak lain adalah kesadaran yang mengetahui itu sendiri, begitu pula sebaliknya (ittihâd), yang dalam kajian Mehdi Yazdi disebut ‘Ilmu Huduri’ atau pengetahuan swaobjek (self object knowledge).[7] Menemukan kebenaran dengan cara ini juga diakui John S. Brubacher dalam bukunya, Modern Philosophies of Education, bahwa salah satu dari teori tentang kebenaran adalah Teori Religius (Re-ligious), yaitu kebenaran adalah kebenaran ilahi = divine truth, kebe-naran yang
  • 9. 6 bersumber dari Tuhan, kebenaran disampaikan melalui wahyu (ilham). Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi harus bisa menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena itu kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah manusia.[8] Pengetahuan semacam ini di dunia islam sering disebut dengan ilham, seperti yang dikatakan Ali Issa Othman, bahwa Pengetahuan yang diperoleh di dalam “kebangkitan” disebut ilham. Tetapi ilham bukan merupakan wahyu atau kenabian. Wahyu merupakan kata-kata yang menggambarkan hal-hal yang tidak dapat dilihat secara umum, yang diurunkan Allah dengan maksud supaya disampakan kepada orang-orang lain sebagai petunjuk-petunjuk dari Allah, sedangkan ilham hanya merupakan “pengungkapan” kepada manusia pribadi yang disampaikan melalui batinnya. Wahyu hanya diberikan kepada nabi-nabi, sedang ilham diberikan kepada siapa saja yang diperkenankan Allah.[9] 3. Pengungkapan Yakni pengalaman mistik diinterpretasikan dan diungkapkan kepada orang lain, lewat ucapan atau tulisan. Namun, karena penge-tahuan irfani bukan masuk tatanan konsepsi dan representasi tetapi terkait dengan kesatuan simpleks kehadiran Tuhan dalam diri dan kehadiran diri dalam Tuhan, [10]sehingga tidak bisa dikomunikasikan, maka tidak semua pengalaman ini bisa diungkapkan.[11] Hal ini dibenarkan pula oleh Ali Issa Othman; “Pengetahuan tentang kebenaran tidak dapat diungkapkan secara umum dan hanya dapat diketahui secara pribadi. Usaha-usaha untuk merumuskannya ke dalam kata-kata hanya akan menyesatkan. Kata-kata tidak dapat melukiskan kenyataan, karena kata-kata hanya diciptakan untuk mengutarakan hal-hal secara sepakat, dan kebenaran itu tidak dikenal secara sepakat”.[12] Kemudian beberapa cara pengungkapan makna atau dimensi batin yang diperoleh dari hasil kasyf tersebut adalah; Pertama, dapat diungkapkan dengan cara i`tibâr atau qiyas irfani. Yakni analogi makna
  • 10. 7 batin yang ditangkap dalam kasyf kepada makna zahir yang ada dalam teks. Kedua, diungkapkan lewatsyathahât, suatu ungkapan lisan tentang perasaan (al-wijdân) karena limpahan pengetahuan langsung dari sumbernya dan dibarengi dengan pengakuan. Ungkapan-ungkapan seperti itu menjadi tidak beraturan dan diluar kesadaran, karena keluar saat seseorang mengalami suatu pengalaman intuitif yang sangat men-dalam, sehingga sering tidak sesuai dengan kaidah teologis maupun epistemologis tertentu, sehingga karena itu pula ia sering dihujat dan dinilai menyimpang dari ajaran islam yang baku. Meski demikian, secara umum, syathahât sebenarnya diterima dikalangan sufisme, meskipun dikalangan sufisme sunni yang membatasi diri pada aturan syariat, dengan syarat bahwa syathahâttersebut harus ditakwilkan, yakni ungkapannya harus terlebih dahulu dikembalikan pada makna zahir teks. Artinya, syathahat tidak boleh diungkapkan secara ‘liar’ dan berseberangan dengan ketentuan syariat yang ada. Metode analogi seperti diatas, menurut al-Jabiri, juga dikenal dalam pemikiran di Barat, yakni dalam aliran filsafat esoterik, yang disebut analogi intuitif. Namun, dalam analogi filsafat esoterik, perbandingan (qiyas) bukan dialakukan atas dasar kesamaan tetapi karena adanya keterpengaruhan. Bagi al-Jabiri, dengan tidak adanya kesetaraan atau kesamaan diantara dua hal yang dianalogikan berarti analogi (qiyas) tersebut telah jatuh. Karena itu, dan ini merupakan kesalahan al-Jabiri, ia menggunakan metode analogi Barat tersebut untuk menganalisa irfani Islam, sehingga menganggap bahwa pengetahuan irfani yang dibangun diatas dasar qiyas bukan sesuatu yang luar biasa tetapi hanya kreatifitas akal yang didasarkan atas imajinasi. Lebih lanjut, irfani akhirnya hanya merupakan filsafatisasi mitos-mitos, yang tidak memberikan kontribusi apapun terhadap pembangunan masyarakat. Padahal, irfani islam sama sekali berbeda dengan mistik di barat, meski di beberapa bagian ada kesamaan. Irfani lebih berkaitan dengan kebersihan jiwa, rasa dan kayakinan hati, sementara mistik barat kurang berkaitan dengan semua itu tetapi lebih bersifat positifistik.
  • 11. 8 BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Epistemologi Irfani merupakan sebuah cabang ilmu filsafat yang kemudian membentuk disiplin ilmu secara otonom. Irfani (bentuk infinitif dari kata ‘arafa yang berarti tahu/mengetahui) ini erat kaitannya dengan konsep tasawuf. Karena itu, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah ruhani, yang setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan; Persiapan, Penerimaan (ilham), dan Pengungkapan. Ungkapan-ungkapan yang dihasilkan oleh pemikiran secara irfani sering kali menjadi tidak beraturan dan diluar kesadaran, karena keluar saat seseorang mengalami suatu pengalaman intuitif yang sangat mendalam, sehingga sering tidak sesuai dengan kaidah teologis maupun epistemologis tertentu, sehingga karena itu pula ia sering dihujat dan dinilai menyimpang
  • 12. 9 DAFTAR PUSTAKA [1] Ahmad Tafsir dalam Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Remaja Rosdakarya : Bandung 2009) hal. 23 [10]Mohammad Damami, Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa, (Lesfi, Yogyakarta :2002) hal. 41 [11] Mehdi Hairi, Op. Cit. hal. 245 [12] Ali Issa Othman, Op Cit. hal 64 [2] Sudarsono, Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar,(Jakarta : Rineka Cipta,2008),hal. 138 [3] Noorsyam, filsafat Pendidikan dasar dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Usaha Nasional, Surabaya : 1984), hal 34 [4] A.W. Munawir, Kamus Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Pustaka Progresif, Surabaya : 1997) hal [5] Al Qusyairi, Al Risalah, Beirut, Dar-al Khair, tt. Hal 89 [6] Mehdi Hairi. Yazdi, Ilmu Hudhuri, terj Ahsin Muhammad, (Bandung, Mizan: 1994). Hal. 51-53 [7] Al Qusyari, Op. Cit. hal 75 [8]Burhanuddin Salam, Logika Materil, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Rineka Cipta, jakarta: 1997).hal.58 [9]Ali Issa Othman, Manusia Menurut Al Ghazali, (terj johan Smit, Anas, Yusuf) (Pustaka, Bandung:1981)hal. 67 A.W. Munawir, Kamus Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Pustaka Progresif, Surabaya : 1997) Ahmad Tafsir dalam Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Remaja Rosdakarya : Bandung 2009) Ali Issa Othman, Manusia Menurut Al Ghazali, (terj johan Smit, Anas, Yusuf) (Pustaka, Bandung:1981) Burhanuddin Salam, Logika Materil, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Rineka Cipta, jakarta: 1997) Mehdi Hairi. Yazdi, Ilmu Hudhuri, terj Ahsin Muhammad, (Bandung, Mizan: 1994)
  • 13. 10 Mohammad Damami, Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa, (Lesfi, Yogyakarta :2002) Noorsyam, filsafat Pendidikan dasar dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Usaha Nasional, Surabaya : 1984 Sudarsono, Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar,(Jakarta : Rineka Cipta,2008)