SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
i
MAKALAH
FIQIH JANAIZ
Tugas ini disusun untuk memenuhi penilaian STUDI FIQIH
Dosen Pengampu :
Kartika Wijayanti Putri, M.Pd
Oleh kelompok 3:
1. Mutmainna
2. Siti Ansa
3. Siti Nur Laela
4. Saiful Hasan
5. Rohmatul Ummah
6. Novia Eka
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata
kuliah “ STUDI FIQIH ” untuk memenuhi penilaian tugas kelompok 3
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu dan teman-teman yang telah
memotivasi dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir dari penutupan,
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.
Kraksaan, 3 Juni 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Peta Konsep ............................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Menjenguk Orang Sakit ..........................................................................3
B. Sakaratul Maut.........................................................................................4
C. Ta’ziyah ..................................................................................................5
D. Perawatan Jenazah...................................................................................6
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................18
1i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kematian merupakan suatu keniscayaan bagi umat manusia, “Setiap yang
bernyawa akan merasakan kematian” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 185). Kematian adalah
misteri yang hanya diketahui oleh Allah SWT, “Jiwa tidak mengetahui di bagian bumi
mana ia meninggal dunia” (Q.S. Luqman [31]: 34).
Manusia tidak bisa menghindari kematian, di manapun manusia bersembunyi,
kematian pasti akan menemukannya, “Di manapun kalian berada, niscaya kematian akan
menyusul kalian, meskipun kalian berada di benteng yang kokoh” (Q.S. al-Nisa’ [4]:
78). Oleh sebab itu, sia-sia saja jika manusia berusaha melarikan diri dari kematian,
“Katakanlah, tidak akan bermanfaat bagi kalian melarikan diri dari kematian” (Q.S. al-
Ahzab [33]: 16).
Kematian tidak akan datang lebih cepat maupun lebih lambat, kematian akan tiba
ketika memang sudah ajalnya, yakni masuk waktu yang ditetapkan oleh Allah SWT,
“Jiwa tidak akan mengalami kematian, kecuali atas izin Allah” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:
145). Ketika itu, datanglah Malaikat Maut, “Katakanlah, yang mewafatkan kalian adalah
malaikat maut yang diwakilkan kepada kalian” (Q.S. al-Sajdah [32]: 11), kemudian
manusia akan merasakan sakaratul maut, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat
Qaf [50]: 19
ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ح‬َ‫ت‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ِ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫ْر‬‫ك‬َ‫س‬ ْ‫ت‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫و‬
Dan datanglah sakaratul maut dengan nyata. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.
Tulisan ini membahas seluk beluk amalan khas Islam terkait kematian, mulai dari
menjenguk orang yang sakit, sakaratul maut, ta’ziyah dan perawatan jenazah yang
meliputi memandikan, mengafani, menshalati dan menguburkan
2
B. Peta Konsep
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang sakit hukumnya sunah. Berdasarkan Hadis al-Barra’ yang
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan para shahabat untuk mengiringi
jenazah dan menjenguk orang sakit.
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasululah SAW bersabda: “Hak orang muslim
atas muslim lain ada enam: Jika engkau bertemu dengan orang muslim, maka ucapkanlah
salam kepadanya; jika dia mengundangmu, maka datangilah; jika dia meminta nasihat
kepadamu, maka nasihatilah; jika dia bersin, lalu mengucap Hamdalah, maka doakanlah; jika
dia sakit, maka jenguklah; jika dia wafat, maka iringilah”.
Berikut adalah akhlak yang disunahkan ketika menjenguk orang sakit:
1. Mendoakan si sakit agar mendapatkan kesembuhan. ‘Aisyah RA meriwayatkan bahwa
ketika Rasulullah SAW pergi menjenguk orang sakit –atau beliau yang dijenguk ketika
sedang sakit– maka Rasulullah SAW berdoa:
ُ‫ر‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫غ‬ُ‫ي‬ َ‫ال‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ش‬ ،َ‫ُك‬‫ؤ‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ش‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ش‬ َ‫ال‬ ،‫ي‬ِ‫ف‬‫َّا‬‫ش‬‫ال‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ ِ‫ْف‬‫ش‬‫ا‬ ، ِ
‫اس‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ب‬ِ‫ه‬ْ‫ذ‬ُ‫م‬ ِ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َّ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬
)ُّ‫ي‬ ِ
‫ار‬َ‫خ‬ُ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ ‫ا‬ً‫م‬َ‫ق‬َ‫س‬
Ya Allah, Tuhan manusia, Dzat yang menghilangkan penyakit. Mohon sembuhkanlah,
karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan. Tiada kesembuhan, kecuali
kesembuhan yang Engkau anugerahkan. Kesembuhan yang tidak lagi dihinggapi
sakit. (H.R. Bukhari)
2. Membacakan Surat al-Fatihah di dekat si sakit
3. Menanyakan kesehatan si sakit dan memberinya motivasi yang menyenangkan hatinya.
4. Tidak berlama-lama ketika menjenguk si sakit dan memilih waktu yang tepat, yaitu pagi,
sore atau malam, bukan di tengah siang.
B. Sakaratul Maut
Berikut ini tanda-tanda sakaratul maut sebagaimana disarikan dari berbagai sumber:
1) Nafasnya cepat dan dangkal seperti orang yang tengah lari.
4
2) Suhu badan naik tiba-tiba dan denyut jantung lebih cepat, lalu suhu tubuh dingin
dikuti frekuensi denyut nadi yang menurun.
3) Merasa resah dan gelisah serta keringat bercucuran.
4) Tangan berwarna kebiru-biruan dan sekujur tubuh akan mendingin mulai dari ujung
kaki hingga ke seluruh tubuh.
5) Mulutnya mengeluarkan kata-kata (jika orang shalih, maka mengucapkan
kalimat thayyibah atau zikir; sebaliknya orang yang zalim akan mengucapkan kata-
kata kotor).
6) Hilangnya penginderaan dan gerakan secara berangsur-angsur dimulai dari ujung
kaki, tangan, dan ujung hidung yang terasa dingin.
7) Kulit tubuh nampak kebiru-biruan agak abu-abu atau pucat.
8) Tekanan darah menurun, otot rahang terlihat mengendur dan wajah terlihat penuh
kepasrahan.
Menurut Syekh Nawawi Banten, di antara tanda-tanda jenazah yang husnul-
khatimah (akhir yang terpuji) adalah keningnya berkeringat; kedua matanya mengeluar-kan
air mata; janur hidungnya mengembang dan wajahnya ceria (tersenyum). Sedangkan tanda-
tanda jenazah yang su’ul khatimah (akhir yang tercela) adalah wajahnya kelihatan sedih dan
takut; ruhnya sulit keluar, bahkan sampai seminggu; kedua sudut bibirnya berbusa.
Adapun akhlak terhadap orang yang mengalami sakaratul maut adalah:
1) Menidurkan miring ke kanan dengan menghadap kiblat.
2) Selalu mengingatkan waktu-waktu shalat.
3) Menalqin dengan kalimat syahadat atau minimal dengan kalimat Jalalah (Allah).
4) Memberi wewangian dan menyiwaki.
5) Membaca al-Qur’an di samping orang yang sekarat mati.
6) Memberi minum, terutama jika ada tanda bahwa orang yang sekarat mati (muhtadhar)
meminta minum.
Jika seorang muslim meninggal dunia, maka seseorang dari mahramnya atau orang yang
sama jenis kelaminnya segera melakukan hal-hal berikut ini:
1) Memejamkan matanya dengan membaca:
ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ج‬َ‫َر‬‫د‬( ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ج‬َ‫َر‬‫د‬ ْ‫ع‬َ‫ف‬ْ‫ار‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬( ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬
ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ي‬
.َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬َ‫(و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬َ‫و‬
5
Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Ya Allah, mohon Engkau ampuni dia,
Engkau angkat derajatnya dalam golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk; mohon
Engkau ampuni kami dan dia, wahai Tuhan alam semesta.
2) Tangan disedekapkan.
3) Kedua rahang diikat dengan tali lebar.
4) Sendi-sendi yang kaku diluruskan dengan minyak atau air teh yang hangat.
5) Perut ditindih bantal (atau sesuatu yang agak berat) agar tidak membesar dan kotoran
bisa mudah keluar.
6) Mengganti pakaian dan menutupinya dengan kain panjang.
7) Diletakkan di balai-balai [tempat duduk atau tempat tidur yang terbuat dari bambu
atau kayu] atau dipan yang agak tinggi.
8) Menyegerakan perawatan jenazah.
9) Mengumumkan berita duka atas kematiannya.
10) Mengurusi hutang-hutangnya, termasuk membayarkan fidyah, zakat dan wasiatnya.
11) Setiap mengangkat dan memindahkan jenazah selalu membaca:
َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬
.
Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah SAW
C. Ta’ziyah
Secara etimologi, ta’ziyah berasal dari akar kata ‘aza–ya‘zi, yang berarti menghibur atau
mendorong agar sabar. Sehubungan dengan meninggalnya seseorang, ta’ziyah berarti
mengunjungi keluarga yang tertimpa musibah kematian dengan tujuan menghibur dan
membesarkan hati agar bersabar.
Jadi, ta’ziyah adalah menghibur keluarga jenazah, membesarkan hati mereka agar
bersabar, menyarankan agar ridha terhadap qadha’-qadar Allah SWT, dan mendoakan
jenazah yang berstatus muslim.
Ta’ziyah hukumnya sunah dilakukan selama tiga hari sejak terjadinya musibah kematian,
baik sebelum jenazah dikuburkan maupun sesudahnya. Akan tetapi, yang lebih
utama ta’ziyah dilakukan sebelum jenazah dikuburkan. Jika lebih dari tiga hari, maka
hukum ta’ziyah makruh, kecuali bagi orang yang memang tinggalnya jauh dari rumah
6
duka. Demikian keterangan dalam Hadis Bukhari Muslim. Hal ini dimaksudkan agar tidak
menimbulkan perasaan sedih di hati keluarga jenazah.
Seseorang yang berta’ziyah kepada keluarga yang tertimpa musibah kematian hendaklah
menerapkan tata krama berikut:
1) Menunjukkan sikap berbela sungkawa atas musibah yang menimpa, baik perilaku
maupun perkataan, seperti doa:
َ‫ك‬ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ر‬َ‫ف‬َ‫غ‬َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ء‬‫ا‬َّ‫ُز‬‫ع‬ ْ‫ِن‬‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ ُ‫هللا‬ َ‫م‬َ‫ظ‬ْ‫ع‬َ‫أ‬
Semoga Allah menganugerahkan pahala yang agung kepadamu; memberi kebaikan
atas dukamu; dan memberi ampunan kepada (anggota keluarga)-mu yang meninggal
dunia.
2) Tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung atau tidak menyenangkan pihak
keluarga yang sedang tertimpa musibah.
3) Memberikan nasihat agar tetap tabah dan bersabar dalam menghadapi musibah,
karena musibah ini semata-mata dari kebijaksanaan Allah SWT.
D. Perawatan Jenazah dalam Islam
Perawatan jenazah dalam Islam ada empat: memandikan, mengafani, menshalati dan
menguburkan. Hukum seluruh perawatan jenazah tersebut adalah fardhu kifayah.
1. Memandikan Jenazah
Dalil memandikan jenazah antara lain:
ْ‫َن‬‫ع‬ َ‫ط‬َ‫ق‬َ‫س‬ ْ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ، َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ُّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ
‫ض‬َ‫ر‬ ٍ
‫اس‬َّ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ِ‫َن‬‫ع‬
.)ُ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬َ‫و‬ ُّ‫ي‬ ِ
‫ار‬َ‫خ‬ُ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ . ٍ
‫ْر‬‫د‬ِ‫س‬ َ‫و‬ ٍ‫اء‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬ِ‫إ‬ :ِ‫ه‬ ِ
‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬
Ibnu Abbas RA berkata: Nabi SAW bersabda perihal orang yang meninggal dunia karena
terjatuh dari untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara”. (H.R. Bukhari–
Muslim).
Sebelum memandikan jenazah, perlu dipahami ketentuan tentang orang yang berhak
memandikan jenazah.
7
1. jika jenazahnya laki-laki, maka yang berhak memandikannya adalah anak laki-lakinya,
laki-laki lain, sementara itu wanita tidak diperbolehkan memandikannya, kecuali istri,
anak wanita atau mahramnya.
2. jenazah wanita harus dimandikan oleh anak wanita atau orang wanita lain, adapun laki-
laki yang boleh memandikannya adalah suami, anak laki-laki atau mahramnya.
3. untuk jenazah anak-anak, maka yang memandikannya boleh orang laki-laki atau wanita.
Apabila pada anggota badan jenazah terdapat cacat, maka orang yang memandikan harus
merahasiakan hal tersebut, demi menjaga nama baik keluarga jenazah
tersebut. Sebaliknya, apabila melihat hal-hal yang positif pada jenazah tersebut, maka
diperkenankan untuk menyebar-luaskan, sebagai motivasi bagi orang lain agar meniru
perilaku terpuji si jenazah.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa jenazah yang akan dimandikan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Jenazah itu orang muslim atau muslimah, bukan bayi yang mati dalam kandungan.
2) Anggota badannya masih ada, sekalipun sedikit atau sebagian.
3) Jenazah itu bukan mati syahid, karena orang mati syahid tidak wajib dimandikan.
Tata cara memandikan jenazah adalah:
1) Jenazah ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sengatan matahari, hujan atau
pandangan orang banyak. Diletakkan pada tempat yang lebih tinggi, seperti balai-
balai atau dipan.
2) Jenazah diberikan pakaian (pakaian basahan), seperti sarung atau kain supaya
memudahkan memandikannya, dan auratnya tetap tertutup, sementara orang yang
memandikan hendaknya memakai sarung tangan.
3) Air untuk memandikan jenazah hendaknya air dingin, kecuali dalam keadaan darurat,
misalnya di daerah yang sangat dingin atau karena sebab-sebab lain.
4) Setelah segala keperluan mandi telah disiapkan, maka langkah-langkah memandikan
Jenazah adalah sebagai berikut:
a. Kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah dibersihkan sampai
hilangnya najisnya dan kotorannya;
b. Jenazah diangkat (agak didudukkan), perutnya diurut supaya kotoran yang
mungkin ada di perutnya keluar;
8
c. Kotoran yang ada pada kuku-kuku jari tangan dan kaki dibersihkan, termasuk
kotoran yang ada di mulut dan gigi.
d. Membaca niat memandikan jenazah:
ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ
‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ )َ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬( َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ْت‬‫ي‬َ‫و‬َ‫ن‬ .ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬
ِ‫ل‬ِ
.ِ‫د‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ج‬ْ‫ل‬َّ‫ث‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬ْ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬‫ا‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬
Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Saya niat memandikan
jenazah laki-laki (wanita) ini, fardhu kifayah, karena Allah Ta’ala. Ya Allah,
mohon Engkau mandikan dia dengan air, salju dan embun.
e. Menyiram air ke seluruh badan sampai merata, dimulai dari ujung rambut terus ke
bawah sampai kaki, sambil berdoa berikut sebanyak tiga kali:
ُ‫ر‬ْ‫ي‬ ِ
‫ص‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫هللا‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ك‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫غ‬
(Mohon) ampunan-Mu, Ya Allah, Wahai Tuhan kami; dan hanya kepada-Mu,
tempat kembali
f. Mendahulukan anggota wudhu dan anggota tubuh bagian kanan ketika
menyiramkan air.
g. Menyiramkan dan memandikannya disunahkan tiga kali dengan urutan: seluruh
tubuh disiram basah, segera memakai sabun sampai bersih benar, sesudah itu
diwudhukan dan terakhir disiram dengan air yang sudah dicampur dengan kapur
barus atau bahan lain yang wangi.
h. Membaca doa setelah memandikan jenazah:
ِ‫ُل‬‫ك‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ُ‫ْت‬‫ي‬ِ‫م‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ي‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫و‬ ُ‫ك‬ْ‫ل‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ،ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬ ِ
‫َر‬‫ش‬ َ‫ال‬ ُ‫ه‬َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫و‬ ُ‫هللا‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ال‬
َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬‫ا‬َّ‫و‬َّ‫ت‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬‫ا‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .ٌ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ق‬ ٍ‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬
َ‫ن‬ِ‫م‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬‫ا‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬َ‫و‬
.َ‫ن‬ْ‫ي‬ ِ
‫ر‬ِ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬
9
Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa Yang tiada sekutu bagi-Nya. Segala puji
hanya bagi-Nya, Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Ya Allah, mohon Engkau jadikan aku dan dia (jenazah ini)
termasuk orang-orang yang bertaubat serta orang-orang yang suka bersuci.
i. Disunahkan untuk memandikan jenazah sebanyak 3 (tiga), 5 (lima) atau 7 (tujuh)
kali.
2. Mengafani Jenazah
Dalil mengafani jenazah antara lain:
ُ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫اح‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ص‬َ‫ق‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ِ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ُّ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ي‬ِ‫ت‬ُ‫أ‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ
‫ض‬َ‫ر‬ ٍ
‫اس‬َّ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ِ‫َن‬‫ع‬
ُ‫ه‬
)َ‫د‬ُ‫َاو‬‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ب‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫و‬َ‫ث‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ن‬ِ‫َف‬‫ك‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ،ٌ‫م‬ ِ
‫ر‬ْ‫ح‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ َ‫ات‬َ‫م‬َ‫ف‬
Ibnu ‘Abbas RA berkata: Seorang laki-laki yang sedang ihram meninggal dunia karena jatuh
dari binatang tunggangannya dan didatangkan ke hadapan Nabi SAW, lalu beliau bersabda:
“Kafanilah dia dalam kedua pakaian (ihram)nya” (H.R. Abu Dawud).
Kain kafan diambil dari harta benda yang ditinggalkan jenazah. Jika jenazah tidak
meninggalkan harta benda, maka ditanggung oleh orang yang menanggung belanja jenazah
ketika masih hidup. Bila tidak ada juga, maka wajib bagi kaum muslimin dan orang-orang
yang mampu untuk mencukupi kain kafan bagi jenazah tersebut.
Kain kafan yang diutamakan berwarna putih. Bila tidak ada, maka warna apapun
diperbolehkan dan diberi kapur barus serta harum-haruman.
Niat mengafani jenazah:
‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬( ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ْ‫ك‬َ‫ت‬ ُ‫ْت‬‫ي‬ َ‫و‬َ‫ن‬ .ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬
)ِ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬
ِ‫ل‬ِ ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ
‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ف‬
.‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬
Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Saya niat mengkafani jenazah laki-
laki (wanita) ini, fardhu kifayah, karena Allah Ta’ala. Ya Allah, mohon Engkau mandikan
dia dengan air, salju dan embun.
10
Sedangkan doa mengafani jenazah adalah:
ِ‫م‬ ِ‫اح‬َّ‫الر‬ َ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ك‬ِ‫ت‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً‫ر‬ ْ‫و‬ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫م‬ ‫ا‬ً‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ‫ح‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ر‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬ َ‫و‬ ً‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬( ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬َّ‫ث‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬
.َ‫ن‬ْ‫ي‬
. َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ل‬ِ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬
Ya Allah, mohon Engkau jadikan pakaian (kafan) ini menjadi rahmat, cahaya, pelindung dan
penutup baginya; atas nama rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih. Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam.
Sebaiknya, laki-laki dikafani dengan 3 (tiga) helai kain putih, tanpa gamis dan serban.
Satu helai sebagai sarung, satu lagi menutupi badan dari leher hingga kaki, dan yang terakhir
menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan untuk jenazah wanita, sebaiknya digunakan 5 (lima)
helai; masing-masing untuk sarung, kerudung dan gamis, ditambah dua helai untuk membalut
seluruh tubuhnya. Pada dasarnya, semua bahan yang boleh dipakainya sewaktu hidup, boleh
dijadikan sebagai kafan dan dipilih bahan yang terbaik.Berikut ini penjelasan terperinci
tentang tata cara mengafani jenazah sesuai jenis kelaminnya:
Mengafani Jenazah Laki-laki
11
1. Kain kafan untuk jenazah laki-laki berjumlah tiga lapis, dan tiap lapisan kain yang
telah terhampar, ditaburi wewangian.
2. Letakkan jenazah di atas kain kafan. Kedua tangannya diletakkan di atas dada, seperti
ketika sedang berdiri shalat, yakni dengan posisi tangan kanan di bawah tangan kiri.
3. Kain kafan lapisan pertama (yang langsung mengenai tubuh jenazah) dilingkupkan ke
tubuh jenazah, dimulai dari sebelah kiri, kemudian sebelah kanan. Kemudian
menyusul lapisan berikutnya. Jadi, mengkafaninya secara satu persatu, bukan
mengkafaninya secara langsung 3 (tiga) lapis sekaligus.
4. Ikatlah tubuh jenazah yang sudah terbungkus ketiga kain kafan itu dengan tali yang
diambilkan dari kain kafan tersebut (yakni sobekan kain kafan, sekedar cukup untuk
tali pengikat). Ikatan pertama di ujung kepala, ikatan kedua di tengah badan, ikatan
ketiga di tengah atau di arah lutut, dan ikatan keempat di ujung kaki. Semua ikatan
adalah ikatan sementara, karena sesudah dimasukkan ke liang lahad, ikatan-ikatan
tersebut harus dibuka kembali.
Mengafani Jenazah Wanita
1. Mula-mula dihamparkan dua lapis kain pembungkus (gambar 4 dan 5) yang sudah
ditaburi wewangian.
2. Kenakan sarung (gambar 1) ke tubuh jenazah, lalu baju kurung (gambar 2),
dilanjutkan kerudung (gambar 3).
3. Kain pembungkus yang dua lapis, dilingkupkan ke tubuh jenazah selapis demi
selapis. Kemudian diikat empat atau lima ikatan memakai tali dari sobekan kain kafan
dengan ikatan sementara.
12
3. Menshalati Jenazah
Dalil menshalati jenazah antara lain:
ِ
‫ار‬َ‫ه‬َّ‫ن‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬َّ‫ل‬‫ال‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُّ‫ل‬َ‫ص‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ
‫َّللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ٍ
‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫َن‬‫ع‬
َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬
)َ‫ه‬َ‫ج‬‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ .ً‫ء‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫س‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ير‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬
Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Shalatilah orang-orang
yang meninggal dunia di antara kalian [umat muslim] pada malam dan siang hari dengan
empat takbir” (H.R. Ibn Majah)
Orang yang paling berhak menyalatkan jenazah adalah ayahnya, lalu kakeknya,
para ashabah-nya secara berurutan, yaitu anak, cucu, saudara, anak saudara, paman dan anak
paman. Alasannya, karena merekalah yang paling berduka atas kematian itu. Apabila terdapat
dua orang atau lebih pada derajat yang sama, dahulukanlah yang tertua, atau yang lebih baik
bacaannya dan lebih faqih (ahli Fikih), karena dia lebih mulia dan shalatnya lebih sempurna.
Pada awalnya, usahakan barisan (shaf) disusun menjadi tiga baris. Setiap shaf paling
sedikit terdiri dari dua orang. Apabila jenazah laki-laki, maka posisi imam shalat berada lurus
dengan kepala jenazah. Apabila jenazah wanita, maka posisi imam shalat lurus dengan pusar
jenazah.
Setelah itu, shalat jenazah dimulai dengan seruan:
ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ة‬َ‫ال‬َّ‫ص‬‫ل‬َ‫ا‬
“Mari (kita) menshalati mayat”
Adapun tata cara shalat jenazah adalah:
1. Niat menyengaja melakukan shalat jenazah, dengan empat takbir menghadap kiblat
karena Allah SWT.
َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ )ِ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫(ا‬ ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬
َ‫م‬ِ‫إ‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ
‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬ َ‫ع‬
‫ال‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ِ‫ل‬ِ ‫ا‬ً‫م‬ ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫أ‬َ‫م‬/‫ا‬ً‫م‬‫ا‬
Saya niat menshalati jenazah laki-laki (wanita) ini, empat kali takbir, fardhu
kifayah, sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala.
2. Takbiratul Ihram bersamaan dengan niat.
3. Takbir pertama, lalu membaca Surat al-Fatihah sebagaimana shalat yang lain (tanpa
membaca Surat al-Qur’an lainnya).
4. Takbir kedua, kemudian membaca shalawat Nabi SAW:
13
َ‫ع‬َ‫و‬ ،َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ْت‬‫ي‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬
،َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬
،َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ،َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ت‬ْ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ك‬ ِ
‫ار‬َ‫ب‬َ‫و‬
ٌ‫د‬ْ‫ي‬ ِ‫ج‬َ‫م‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ح‬ َ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬‫ال‬ ْ‫ي‬ِ‫ف‬
Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada (Nabi) Muhammad
(SAW) dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau pernah memberi rahmat yang
agung kepada (Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarga beliau. Dan mohon Engkau
limpahkan berkah kepada (Nabi) Muhammad
(SAW) dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau pernah memberi berkah kepada
(Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarga beliau. Di seluruh alam ini, sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Mulia.
5. Takbir ketiga, lalu membaca doa:
)‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫ز‬ُ‫ن‬ ْ‫م‬ ِ
‫ْر‬‫ك‬َ‫أ‬َ‫و‬ .)‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ْف‬‫ع‬‫ا‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ع‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫م‬َ‫ح‬ ْ‫ار‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬( ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬
‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ِ‫ق‬َ‫ن‬َ‫و‬ .ِ‫د‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ج‬ْ‫ل‬َّ‫ث‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬‫ا‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫د‬ُ‫م‬ ْ‫ع‬ِ‫س‬َ‫و‬َ‫و‬
َّ‫ث‬‫ال‬ َ‫ْت‬‫ي‬َّ‫ق‬َ‫ن‬
‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ً‫ال‬ْ‫ه‬َ‫أ‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ ِ
‫َار‬‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫ا‬ً‫َار‬‫د‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫أ‬ َ‫و‬ . ِ
‫س‬َ‫ن‬َّ‫د‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ
‫ض‬َ‫ي‬ْ‫ب‬‫األ‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬
ْ‫ن‬ِ‫م‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ذ‬ِ‫ع‬َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬ ِ‫ْخ‬‫د‬َ‫أ‬َ‫و‬ .)‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ ِ‫ج‬ ْ‫و‬َ‫ز‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫ا‬ً‫ج‬ ْ‫و‬َ‫ز‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬
‫ا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ِ
‫ر‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬
. ِ
‫ار‬َّ‫ن‬‫ل‬
Ya Allah, mohon ampunilah, rahmatilah, sejahterahkanlah dan dan maafkanlah dia.
Mohon Engkau muliakan tempatnya, Engkau luaskan kuburnya, Engkau mandikan
dengan air, salju dan embun. Mohon Engkau bersihkan dia dari segala dosa
sebagaimana Engkau bersihkan pakaian putihdari noda. Mohon Engkau berikan
pengganti bagi dia, rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik
daripada keluarganya, dan pasangan yang lebih baik daripada pasangannya. Mohon
Engkau masukkan dia ke dalam surga dan Engkau jauhkan dia dari adzab kubur dan
adzab neraka.
14
Jika jenazah laki-laki, semua berakhiran hu atau hi; jika jenazah laki-laki, maka
semua berakhiran ha. Jika jenazah anak-anak, maka doa di atas diganti sebagai berikut:
ُ‫ه‬ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬
‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬
)‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ِ‫ل‬َ‫و‬
.‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ج‬َ‫أ‬َ‫و‬ ً‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ُخ‬‫د‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ط‬َ‫ر‬َ‫ف‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ف‬َ‫ل‬َ‫س‬
Ya Allah, mohon Engkau jadikan dia bagi kami dan bagi kedua orangtuanya, sebagai
jaminan, simpanan, penebus, nasihat serta pahala.
6. Takbir keempat, lalu membaca doa:
َ‫ال‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬
)‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫م‬ ِ
‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ت‬
Ya Allah, mohon jangan Engkau haramkan kami untuk mendapatkan pahalanya,
janganlah Engkau timpakan fitnah bagi kami sepeninggalnya, dan mohon ampunilah segala
kesalahan kami dan kesalahannya.
7. Mengucapkan salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri. Lalu berdoa:
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬
ِ‫ة‬َ‫ح‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ِ‫ب‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ل‬‫آ‬
ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫اب‬َ‫ق‬ ِ
‫ر‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ
‫ر‬ ْ‫ِق‬‫ت‬ْ‫ع‬‫ا‬
ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬(
ِ
‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ )ِ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬
3
×
)ِ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬( ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫َلى‬‫ع‬ َ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َّ‫الر‬ ِ‫ل‬ ِ
‫ز‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .
ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬َ‫و‬
ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ َ‫و‬ ،ِ‫ان‬َ‫ن‬ ِ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ
‫اض‬َ‫ي‬ ِ
‫ر‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ض‬ ْ‫و‬َ‫ر‬ )‫ا‬َ‫ه‬(
.ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫الن‬ ِ
‫ر‬َ‫ف‬ُ‫ح‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ح‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬(
‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬َ‫و‬
.َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ل‬ِ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ .َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ْ‫َح‬‫ص‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ِ
‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬
Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada (Nabi) Muhammad
(SAW) dan keluarga beliau. Ya Allah, atas nama Surat al-
Fatihah, mohon Engkau bebaskan ‘leher’ kami dan leher jenazah ini dari neraka (dibaca 3
kali). Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat dan ampunan kepada jenazah ini. Mohon
Engkau jadikan kuburnya sebagai taman surga, dan mohon jangan Engkau jadikan kuburnya
sebagai lubang neraka. Semoga Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada makhluk
terbaik, (Nabi) Muhammad), keluarga beliau dan para Sahabat beliau sekalian. Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam.
15
4. Menguburkan Jenazah
Dalil menguburkan jenazah antara lain:
‫و‬ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ ، ِ
‫ر‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ض‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫َن‬‫ع‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ِ‫َن‬‫ع‬
ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬ ‫ا‬
.)ُ‫د‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ َّ
‫َّللا‬ ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ِ َّ
‫َّللا‬
Ibnu ‘Umar RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Jika kalian meletakkan
jenazah-jenazah kalian di dalam kubur, maka ucapkanlah:
‘Dengen menyebut nama Allah dan agama Rasulullah” (H.R. Ahmad).
Tata cara menguburkan jenazah adalah:
1) Dibuatkan liang kubur yang cukup dalam, sepanjang badan jenazah, dalamnya
setinggi orang berdiri ditambah setengah lengan (sekitar 2 meter), lebar kurang
lebih 1 (satu) meter. Di dasar lubang dibuat lebih miring lebih dalam ke arah kiblat.
Maksudnya agar tidak mudah dibongkar binatang buas dan tidak bau setelah jenazah
itu membusuk.
2) Bentuk lubang kubur disunatkan memakai lubang lahad [lubang yang digali di bawah
kubur sebelah kiblat, kira-kira muat untuk jenazah, kemudian ditutup dengan papan
atau bambu]. Jika tanahnya gembur dan mudah runtuh, lebih baik dibuatkan lubang
tengah [lubang kecil di tengah-tengah kubur kira-kira muat jenazah, disebut dengan
istilah syaq] kemudian ditutup dengan papan atau bambu, seterusnya dengan tanah.
3) Setelah jenazah diusung dan sampai kubur, maka masukkanlah ke dalam liang
lahad dengan miring ke kanan dan menghadap kiblat.
4) Cara memasukkan jenazah adalah terlebih dahulu memasukkan kepala jenazah dari
arah kaki makam (di Indonesia, arah selatan).
5) Tali-tali pengikat kain kafan dilepas semua, pipi kanan dan ujung kakiditempelkan ke
tanah.
6) Setelah itu, jenazah ditutup dengan papan, kayu, atau bambu yang disebut “dinding
ari” kemudian di atasnya ditimbun tanah sehingga lubang itu rata dan ditinggikan
seperlunya, kira-kira sejengkal. Para ulama tidak menyukai meninggikan kubur dari
16
permukaan tanah, kecuali sekedar sebagai tanda bahwa itu adalah kubur, agar tidak
diinjak atau diduduki.
7) Kemudian meletakkan pelepah yang masih basah atau menyiramnya dengan kembang
di atas kubur tersebut. Hal ini sesuai dengan perbuatan Rasulullah SAW pada saat
selesai menguburkan putra beliau, Ibrahim.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjenguk orang sakit hukumnya sunah, bahkan merupakan salah satu hak seorang
muslim atas muslim lainnya. Setiap kematian selalu diawali oleh sakaratul maut yang
memiliki tanda-tanda khusus menurut medis maupun riwayat Hadis. Ta’ziyah merupakan
ungkapan belasungkawa kepada keluarga jenazah agar merasa terhibur dan bersabar atas
qadha-qadar Allah SWT. Memandikan jenazah oleh orang yang berhak, dengan
menggunakan air bersih, air bercampur sabun, daun bidara dan kapur barus (kamper).
Disunahkan memandikan tiga kali, lima kali atau tujuh kali. Mengafani jenazah laki-laki
disunahkan tiga lapis kain, sedangkan mengafani jenazah wanita disunahkan lima lapis kain.
Disunahkan menggunakan kain kafan berwarna putih.
Menshalati jenazah dimulai dengan niat, kemudian takbiratul ihram (takbir pertama),
lalu membaca Surat al-Fatihah; takbir kedua, lalu membaca shalawat; takbir ketiga, lalu
membaca doa khusus untuk jenazah; takbir keempat, lalu membaca doa untuk orang-orang
yang ditinggalkan jenazah; diakhiri salam.
Menguburkan jenazah di liang kubur yang panjangnya sepanjang badan jenazah,
dalamnya setinggi orang berdiri ditambah setengah lengan (sekitar 2 meter), lebarnya kurang
lebih 1 (satu) meter. Di dasar liang kubur dibuatkan liang lahad yang posisinya ke arah kiblat.

More Related Content

Similar to Fiqih Janaiz.doc

SKRIP – HIKMAH MENGINGATI KEMATIAN.docx
SKRIP – HIKMAH MENGINGATI KEMATIAN.docxSKRIP – HIKMAH MENGINGATI KEMATIAN.docx
SKRIP – HIKMAH MENGINGATI KEMATIAN.docxSitiAzziraIdris
 
Buletin Rumbai Edisi 12 Mengingat Kematian Melancarkan Kemaslahatan
Buletin Rumbai Edisi 12 Mengingat Kematian Melancarkan KemaslahatanBuletin Rumbai Edisi 12 Mengingat Kematian Melancarkan Kemaslahatan
Buletin Rumbai Edisi 12 Mengingat Kematian Melancarkan KemaslahatanLAZNas Chevron
 
Kelompok 3 (xi 2) tata cara merawat jenazah
Kelompok 3 (xi 2)   tata cara merawat jenazahKelompok 3 (xi 2)   tata cara merawat jenazah
Kelompok 3 (xi 2) tata cara merawat jenazahEka Nur Afiani
 
Pelatihan jenazah
Pelatihan jenazahPelatihan jenazah
Pelatihan jenazahabu zubair
 
AL ISLAM MATA KULIAH DI UNIVERSITAS ISLAM RIAU
AL ISLAM MATA KULIAH DI UNIVERSITAS ISLAM RIAUAL ISLAM MATA KULIAH DI UNIVERSITAS ISLAM RIAU
AL ISLAM MATA KULIAH DI UNIVERSITAS ISLAM RIAURafikaIrd
 
PPT Materi kelas Ruqyah.pptx
PPT Materi kelas Ruqyah.pptxPPT Materi kelas Ruqyah.pptx
PPT Materi kelas Ruqyah.pptxRifanEfendi2
 
Kepedulian umat islam terhadap jenazah
Kepedulian umat islam terhadap jenazahKepedulian umat islam terhadap jenazah
Kepedulian umat islam terhadap jenazahRosyida Hutami
 
Hakikat kesabaran full
Hakikat kesabaran fullHakikat kesabaran full
Hakikat kesabaran fullHelmon Chan
 
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diriAdab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diriIzna Adiningsih
 
Terapi ruqyah untuk kesuburan dan kehamilan
Terapi ruqyah untuk kesuburan dan kehamilanTerapi ruqyah untuk kesuburan dan kehamilan
Terapi ruqyah untuk kesuburan dan kehamilanRS-Pengobatan-Qurani
 
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburPeringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburBidak 99
 
Ayatul syifa'
Ayatul syifa'Ayatul syifa'
Ayatul syifa'kingcrowz
 
The science od performance.pptx
The science od performance.pptxThe science od performance.pptx
The science od performance.pptxEddy Iskandar
 
Khutbah Sholat Jumat Oleh Ustadz Prof.Dr. H. Maksum Radji
Khutbah Sholat Jumat Oleh Ustadz Prof.Dr. H. Maksum RadjiKhutbah Sholat Jumat Oleh Ustadz Prof.Dr. H. Maksum Radji
Khutbah Sholat Jumat Oleh Ustadz Prof.Dr. H. Maksum Radjimaspuri1
 
Salawat of Tremendous Blessings
Salawat of Tremendous BlessingsSalawat of Tremendous Blessings
Salawat of Tremendous BlessingsAbdurrauf Kurniadi
 
Pengobatan islami
Pengobatan islami Pengobatan islami
Pengobatan islami Pharmacy
 

Similar to Fiqih Janaiz.doc (20)

SKRIP – HIKMAH MENGINGATI KEMATIAN.docx
SKRIP – HIKMAH MENGINGATI KEMATIAN.docxSKRIP – HIKMAH MENGINGATI KEMATIAN.docx
SKRIP – HIKMAH MENGINGATI KEMATIAN.docx
 
Buletin Rumbai Edisi 12 Mengingat Kematian Melancarkan Kemaslahatan
Buletin Rumbai Edisi 12 Mengingat Kematian Melancarkan KemaslahatanBuletin Rumbai Edisi 12 Mengingat Kematian Melancarkan Kemaslahatan
Buletin Rumbai Edisi 12 Mengingat Kematian Melancarkan Kemaslahatan
 
Kelompok 3 (xi 2) tata cara merawat jenazah
Kelompok 3 (xi 2)   tata cara merawat jenazahKelompok 3 (xi 2)   tata cara merawat jenazah
Kelompok 3 (xi 2) tata cara merawat jenazah
 
Khutbah tentang kematian
Khutbah tentang kematianKhutbah tentang kematian
Khutbah tentang kematian
 
Pelatihan jenazah
Pelatihan jenazahPelatihan jenazah
Pelatihan jenazah
 
AL ISLAM MATA KULIAH DI UNIVERSITAS ISLAM RIAU
AL ISLAM MATA KULIAH DI UNIVERSITAS ISLAM RIAUAL ISLAM MATA KULIAH DI UNIVERSITAS ISLAM RIAU
AL ISLAM MATA KULIAH DI UNIVERSITAS ISLAM RIAU
 
PPT Materi kelas Ruqyah.pptx
PPT Materi kelas Ruqyah.pptxPPT Materi kelas Ruqyah.pptx
PPT Materi kelas Ruqyah.pptx
 
Kepedulian umat islam terhadap jenazah
Kepedulian umat islam terhadap jenazahKepedulian umat islam terhadap jenazah
Kepedulian umat islam terhadap jenazah
 
Hakikat kesabaran full
Hakikat kesabaran fullHakikat kesabaran full
Hakikat kesabaran full
 
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diriAdab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
Adab mendampingi pasien dengan penurunan kesadaran diri
 
Terapi ruqyah untuk kesuburan dan kehamilan
Terapi ruqyah untuk kesuburan dan kehamilanTerapi ruqyah untuk kesuburan dan kehamilan
Terapi ruqyah untuk kesuburan dan kehamilan
 
Ingat Mati
Ingat MatiIngat Mati
Ingat Mati
 
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah KuburPeringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
Peringatan Keras Untuk Para Penyembah Kubur
 
Wudhu dan adzan
Wudhu dan adzanWudhu dan adzan
Wudhu dan adzan
 
Ayatul syifa'
Ayatul syifa'Ayatul syifa'
Ayatul syifa'
 
The science od performance.pptx
The science od performance.pptxThe science od performance.pptx
The science od performance.pptx
 
Khutbah Sholat Jumat Oleh Ustadz Prof.Dr. H. Maksum Radji
Khutbah Sholat Jumat Oleh Ustadz Prof.Dr. H. Maksum RadjiKhutbah Sholat Jumat Oleh Ustadz Prof.Dr. H. Maksum Radji
Khutbah Sholat Jumat Oleh Ustadz Prof.Dr. H. Maksum Radji
 
Salawat of Tremendous Blessings
Salawat of Tremendous BlessingsSalawat of Tremendous Blessings
Salawat of Tremendous Blessings
 
Presentasi jenazah
Presentasi jenazahPresentasi jenazah
Presentasi jenazah
 
Pengobatan islami
Pengobatan islami Pengobatan islami
Pengobatan islami
 

More from Zukét Printing

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxZukét Printing
 
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.pdf
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.pdfSubjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.pdf
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.pdfZukét Printing
 
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.docx
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.docxSubjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.docx
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.docxZukét Printing
 

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docxKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.docx
 
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.pdf
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.pdfSubjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.pdf
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.pdf
 
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.docx
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.docxSubjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.docx
Subjek Pendidikan dalam s. Ar rahman ayat 1-4.docx
 

Fiqih Janaiz.doc

  • 1. i MAKALAH FIQIH JANAIZ Tugas ini disusun untuk memenuhi penilaian STUDI FIQIH Dosen Pengampu : Kartika Wijayanti Putri, M.Pd Oleh kelompok 3: 1. Mutmainna 2. Siti Ansa 3. Siti Nur Laela 4. Saiful Hasan 5. Rohmatul Ummah 6. Novia Eka PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO 2023
  • 2. ii KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah “ STUDI FIQIH ” untuk memenuhi penilaian tugas kelompok 3 Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu dan teman-teman yang telah memotivasi dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir dari penutupan, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan umumnya bagi para pembaca. Aamiin. Kraksaan, 3 Juni 2023 Penulis
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................ i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang.........................................................................................1 B. Peta Konsep ............................................................................................2 BAB II : PEMBAHASAN A. Menjenguk Orang Sakit ..........................................................................3 B. Sakaratul Maut.........................................................................................4 C. Ta’ziyah ..................................................................................................5 D. Perawatan Jenazah...................................................................................6 BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................18
  • 4. 1i BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kematian merupakan suatu keniscayaan bagi umat manusia, “Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 185). Kematian adalah misteri yang hanya diketahui oleh Allah SWT, “Jiwa tidak mengetahui di bagian bumi mana ia meninggal dunia” (Q.S. Luqman [31]: 34). Manusia tidak bisa menghindari kematian, di manapun manusia bersembunyi, kematian pasti akan menemukannya, “Di manapun kalian berada, niscaya kematian akan menyusul kalian, meskipun kalian berada di benteng yang kokoh” (Q.S. al-Nisa’ [4]: 78). Oleh sebab itu, sia-sia saja jika manusia berusaha melarikan diri dari kematian, “Katakanlah, tidak akan bermanfaat bagi kalian melarikan diri dari kematian” (Q.S. al- Ahzab [33]: 16). Kematian tidak akan datang lebih cepat maupun lebih lambat, kematian akan tiba ketika memang sudah ajalnya, yakni masuk waktu yang ditetapkan oleh Allah SWT, “Jiwa tidak akan mengalami kematian, kecuali atas izin Allah” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 145). Ketika itu, datanglah Malaikat Maut, “Katakanlah, yang mewafatkan kalian adalah malaikat maut yang diwakilkan kepada kalian” (Q.S. al-Sajdah [32]: 11), kemudian manusia akan merasakan sakaratul maut, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Qaf [50]: 19 ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ح‬َ‫ت‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ِ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ة‬َ‫ْر‬‫ك‬َ‫س‬ ْ‫ت‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫و‬ Dan datanglah sakaratul maut dengan nyata. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Tulisan ini membahas seluk beluk amalan khas Islam terkait kematian, mulai dari menjenguk orang yang sakit, sakaratul maut, ta’ziyah dan perawatan jenazah yang meliputi memandikan, mengafani, menshalati dan menguburkan
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Menjenguk Orang Sakit Menjenguk orang sakit hukumnya sunah. Berdasarkan Hadis al-Barra’ yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan para shahabat untuk mengiringi jenazah dan menjenguk orang sakit. Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasululah SAW bersabda: “Hak orang muslim atas muslim lain ada enam: Jika engkau bertemu dengan orang muslim, maka ucapkanlah salam kepadanya; jika dia mengundangmu, maka datangilah; jika dia meminta nasihat kepadamu, maka nasihatilah; jika dia bersin, lalu mengucap Hamdalah, maka doakanlah; jika dia sakit, maka jenguklah; jika dia wafat, maka iringilah”. Berikut adalah akhlak yang disunahkan ketika menjenguk orang sakit: 1. Mendoakan si sakit agar mendapatkan kesembuhan. ‘Aisyah RA meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW pergi menjenguk orang sakit –atau beliau yang dijenguk ketika sedang sakit– maka Rasulullah SAW berdoa: ُ‫ر‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫غ‬ُ‫ي‬ َ‫ال‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ش‬ ،َ‫ُك‬‫ؤ‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ش‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ش‬ َ‫ال‬ ،‫ي‬ِ‫ف‬‫َّا‬‫ش‬‫ال‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ ِ‫ْف‬‫ش‬‫ا‬ ، ِ ‫اس‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ب‬ِ‫ه‬ْ‫ذ‬ُ‫م‬ ِ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َّ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ )ُّ‫ي‬ ِ ‫ار‬َ‫خ‬ُ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ ‫ا‬ً‫م‬َ‫ق‬َ‫س‬ Ya Allah, Tuhan manusia, Dzat yang menghilangkan penyakit. Mohon sembuhkanlah, karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan. Tiada kesembuhan, kecuali kesembuhan yang Engkau anugerahkan. Kesembuhan yang tidak lagi dihinggapi sakit. (H.R. Bukhari) 2. Membacakan Surat al-Fatihah di dekat si sakit 3. Menanyakan kesehatan si sakit dan memberinya motivasi yang menyenangkan hatinya. 4. Tidak berlama-lama ketika menjenguk si sakit dan memilih waktu yang tepat, yaitu pagi, sore atau malam, bukan di tengah siang. B. Sakaratul Maut Berikut ini tanda-tanda sakaratul maut sebagaimana disarikan dari berbagai sumber: 1) Nafasnya cepat dan dangkal seperti orang yang tengah lari.
  • 7. 4 2) Suhu badan naik tiba-tiba dan denyut jantung lebih cepat, lalu suhu tubuh dingin dikuti frekuensi denyut nadi yang menurun. 3) Merasa resah dan gelisah serta keringat bercucuran. 4) Tangan berwarna kebiru-biruan dan sekujur tubuh akan mendingin mulai dari ujung kaki hingga ke seluruh tubuh. 5) Mulutnya mengeluarkan kata-kata (jika orang shalih, maka mengucapkan kalimat thayyibah atau zikir; sebaliknya orang yang zalim akan mengucapkan kata- kata kotor). 6) Hilangnya penginderaan dan gerakan secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki, tangan, dan ujung hidung yang terasa dingin. 7) Kulit tubuh nampak kebiru-biruan agak abu-abu atau pucat. 8) Tekanan darah menurun, otot rahang terlihat mengendur dan wajah terlihat penuh kepasrahan. Menurut Syekh Nawawi Banten, di antara tanda-tanda jenazah yang husnul- khatimah (akhir yang terpuji) adalah keningnya berkeringat; kedua matanya mengeluar-kan air mata; janur hidungnya mengembang dan wajahnya ceria (tersenyum). Sedangkan tanda- tanda jenazah yang su’ul khatimah (akhir yang tercela) adalah wajahnya kelihatan sedih dan takut; ruhnya sulit keluar, bahkan sampai seminggu; kedua sudut bibirnya berbusa. Adapun akhlak terhadap orang yang mengalami sakaratul maut adalah: 1) Menidurkan miring ke kanan dengan menghadap kiblat. 2) Selalu mengingatkan waktu-waktu shalat. 3) Menalqin dengan kalimat syahadat atau minimal dengan kalimat Jalalah (Allah). 4) Memberi wewangian dan menyiwaki. 5) Membaca al-Qur’an di samping orang yang sekarat mati. 6) Memberi minum, terutama jika ada tanda bahwa orang yang sekarat mati (muhtadhar) meminta minum. Jika seorang muslim meninggal dunia, maka seseorang dari mahramnya atau orang yang sama jenis kelaminnya segera melakukan hal-hal berikut ini: 1) Memejamkan matanya dengan membaca: ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ج‬َ‫َر‬‫د‬( ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ج‬َ‫َر‬‫د‬ ْ‫ع‬َ‫ف‬ْ‫ار‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬( ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ي‬ .َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬َ‫(و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬َ‫و‬
  • 8. 5 Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Ya Allah, mohon Engkau ampuni dia, Engkau angkat derajatnya dalam golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk; mohon Engkau ampuni kami dan dia, wahai Tuhan alam semesta. 2) Tangan disedekapkan. 3) Kedua rahang diikat dengan tali lebar. 4) Sendi-sendi yang kaku diluruskan dengan minyak atau air teh yang hangat. 5) Perut ditindih bantal (atau sesuatu yang agak berat) agar tidak membesar dan kotoran bisa mudah keluar. 6) Mengganti pakaian dan menutupinya dengan kain panjang. 7) Diletakkan di balai-balai [tempat duduk atau tempat tidur yang terbuat dari bambu atau kayu] atau dipan yang agak tinggi. 8) Menyegerakan perawatan jenazah. 9) Mengumumkan berita duka atas kematiannya. 10) Mengurusi hutang-hutangnya, termasuk membayarkan fidyah, zakat dan wasiatnya. 11) Setiap mengangkat dan memindahkan jenazah selalu membaca: َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬ . Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah SAW C. Ta’ziyah Secara etimologi, ta’ziyah berasal dari akar kata ‘aza–ya‘zi, yang berarti menghibur atau mendorong agar sabar. Sehubungan dengan meninggalnya seseorang, ta’ziyah berarti mengunjungi keluarga yang tertimpa musibah kematian dengan tujuan menghibur dan membesarkan hati agar bersabar. Jadi, ta’ziyah adalah menghibur keluarga jenazah, membesarkan hati mereka agar bersabar, menyarankan agar ridha terhadap qadha’-qadar Allah SWT, dan mendoakan jenazah yang berstatus muslim. Ta’ziyah hukumnya sunah dilakukan selama tiga hari sejak terjadinya musibah kematian, baik sebelum jenazah dikuburkan maupun sesudahnya. Akan tetapi, yang lebih utama ta’ziyah dilakukan sebelum jenazah dikuburkan. Jika lebih dari tiga hari, maka hukum ta’ziyah makruh, kecuali bagi orang yang memang tinggalnya jauh dari rumah
  • 9. 6 duka. Demikian keterangan dalam Hadis Bukhari Muslim. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan perasaan sedih di hati keluarga jenazah. Seseorang yang berta’ziyah kepada keluarga yang tertimpa musibah kematian hendaklah menerapkan tata krama berikut: 1) Menunjukkan sikap berbela sungkawa atas musibah yang menimpa, baik perilaku maupun perkataan, seperti doa: َ‫ك‬ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ر‬َ‫ف‬َ‫غ‬َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ء‬‫ا‬َّ‫ُز‬‫ع‬ ْ‫ِن‬‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ ُ‫هللا‬ َ‫م‬َ‫ظ‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ Semoga Allah menganugerahkan pahala yang agung kepadamu; memberi kebaikan atas dukamu; dan memberi ampunan kepada (anggota keluarga)-mu yang meninggal dunia. 2) Tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung atau tidak menyenangkan pihak keluarga yang sedang tertimpa musibah. 3) Memberikan nasihat agar tetap tabah dan bersabar dalam menghadapi musibah, karena musibah ini semata-mata dari kebijaksanaan Allah SWT. D. Perawatan Jenazah dalam Islam Perawatan jenazah dalam Islam ada empat: memandikan, mengafani, menshalati dan menguburkan. Hukum seluruh perawatan jenazah tersebut adalah fardhu kifayah. 1. Memandikan Jenazah Dalil memandikan jenazah antara lain: ْ‫َن‬‫ع‬ َ‫ط‬َ‫ق‬َ‫س‬ ْ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ، َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ُّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬َ‫ر‬ ٍ ‫اس‬َّ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ِ‫َن‬‫ع‬ .)ُ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬َ‫و‬ ُّ‫ي‬ ِ ‫ار‬َ‫خ‬ُ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ . ٍ ‫ْر‬‫د‬ِ‫س‬ َ‫و‬ ٍ‫اء‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬ِ‫إ‬ :ِ‫ه‬ ِ ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ Ibnu Abbas RA berkata: Nabi SAW bersabda perihal orang yang meninggal dunia karena terjatuh dari untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara”. (H.R. Bukhari– Muslim). Sebelum memandikan jenazah, perlu dipahami ketentuan tentang orang yang berhak memandikan jenazah.
  • 10. 7 1. jika jenazahnya laki-laki, maka yang berhak memandikannya adalah anak laki-lakinya, laki-laki lain, sementara itu wanita tidak diperbolehkan memandikannya, kecuali istri, anak wanita atau mahramnya. 2. jenazah wanita harus dimandikan oleh anak wanita atau orang wanita lain, adapun laki- laki yang boleh memandikannya adalah suami, anak laki-laki atau mahramnya. 3. untuk jenazah anak-anak, maka yang memandikannya boleh orang laki-laki atau wanita. Apabila pada anggota badan jenazah terdapat cacat, maka orang yang memandikan harus merahasiakan hal tersebut, demi menjaga nama baik keluarga jenazah tersebut. Sebaliknya, apabila melihat hal-hal yang positif pada jenazah tersebut, maka diperkenankan untuk menyebar-luaskan, sebagai motivasi bagi orang lain agar meniru perilaku terpuji si jenazah. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa jenazah yang akan dimandikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Jenazah itu orang muslim atau muslimah, bukan bayi yang mati dalam kandungan. 2) Anggota badannya masih ada, sekalipun sedikit atau sebagian. 3) Jenazah itu bukan mati syahid, karena orang mati syahid tidak wajib dimandikan. Tata cara memandikan jenazah adalah: 1) Jenazah ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sengatan matahari, hujan atau pandangan orang banyak. Diletakkan pada tempat yang lebih tinggi, seperti balai- balai atau dipan. 2) Jenazah diberikan pakaian (pakaian basahan), seperti sarung atau kain supaya memudahkan memandikannya, dan auratnya tetap tertutup, sementara orang yang memandikan hendaknya memakai sarung tangan. 3) Air untuk memandikan jenazah hendaknya air dingin, kecuali dalam keadaan darurat, misalnya di daerah yang sangat dingin atau karena sebab-sebab lain. 4) Setelah segala keperluan mandi telah disiapkan, maka langkah-langkah memandikan Jenazah adalah sebagai berikut: a. Kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah dibersihkan sampai hilangnya najisnya dan kotorannya; b. Jenazah diangkat (agak didudukkan), perutnya diurut supaya kotoran yang mungkin ada di perutnya keluar;
  • 11. 8 c. Kotoran yang ada pada kuku-kuku jari tangan dan kaki dibersihkan, termasuk kotoran yang ada di mulut dan gigi. d. Membaca niat memandikan jenazah: ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ )َ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬( َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ْت‬‫ي‬َ‫و‬َ‫ن‬ .ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬ ِ‫ل‬ِ .ِ‫د‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ج‬ْ‫ل‬َّ‫ث‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬ْ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬‫ا‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Saya niat memandikan jenazah laki-laki (wanita) ini, fardhu kifayah, karena Allah Ta’ala. Ya Allah, mohon Engkau mandikan dia dengan air, salju dan embun. e. Menyiram air ke seluruh badan sampai merata, dimulai dari ujung rambut terus ke bawah sampai kaki, sambil berdoa berikut sebanyak tiga kali: ُ‫ر‬ْ‫ي‬ ِ ‫ص‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫هللا‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ك‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫غ‬ (Mohon) ampunan-Mu, Ya Allah, Wahai Tuhan kami; dan hanya kepada-Mu, tempat kembali f. Mendahulukan anggota wudhu dan anggota tubuh bagian kanan ketika menyiramkan air. g. Menyiramkan dan memandikannya disunahkan tiga kali dengan urutan: seluruh tubuh disiram basah, segera memakai sabun sampai bersih benar, sesudah itu diwudhukan dan terakhir disiram dengan air yang sudah dicampur dengan kapur barus atau bahan lain yang wangi. h. Membaca doa setelah memandikan jenazah: ِ‫ُل‬‫ك‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ُ‫ْت‬‫ي‬ِ‫م‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ي‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫و‬ ُ‫ك‬ْ‫ل‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ،ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬ ِ ‫َر‬‫ش‬ َ‫ال‬ ُ‫ه‬َ‫د‬ْ‫ح‬َ‫و‬ ُ‫هللا‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ال‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬‫ا‬َّ‫و‬َّ‫ت‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬‫ا‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .ٌ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ق‬ ٍ‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬‫ا‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬َ‫و‬ .َ‫ن‬ْ‫ي‬ ِ ‫ر‬ِ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬
  • 12. 9 Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa Yang tiada sekutu bagi-Nya. Segala puji hanya bagi-Nya, Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, mohon Engkau jadikan aku dan dia (jenazah ini) termasuk orang-orang yang bertaubat serta orang-orang yang suka bersuci. i. Disunahkan untuk memandikan jenazah sebanyak 3 (tiga), 5 (lima) atau 7 (tujuh) kali. 2. Mengafani Jenazah Dalil mengafani jenazah antara lain: ُ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫اح‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ص‬َ‫ق‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ِ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ُّ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ي‬ِ‫ت‬ُ‫أ‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬َ‫ر‬ ٍ ‫اس‬َّ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ِ‫َن‬‫ع‬ ُ‫ه‬ )َ‫د‬ُ‫َاو‬‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ب‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫و‬َ‫ث‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ن‬ِ‫َف‬‫ك‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ،ٌ‫م‬ ِ ‫ر‬ْ‫ح‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ َ‫ات‬َ‫م‬َ‫ف‬ Ibnu ‘Abbas RA berkata: Seorang laki-laki yang sedang ihram meninggal dunia karena jatuh dari binatang tunggangannya dan didatangkan ke hadapan Nabi SAW, lalu beliau bersabda: “Kafanilah dia dalam kedua pakaian (ihram)nya” (H.R. Abu Dawud). Kain kafan diambil dari harta benda yang ditinggalkan jenazah. Jika jenazah tidak meninggalkan harta benda, maka ditanggung oleh orang yang menanggung belanja jenazah ketika masih hidup. Bila tidak ada juga, maka wajib bagi kaum muslimin dan orang-orang yang mampu untuk mencukupi kain kafan bagi jenazah tersebut. Kain kafan yang diutamakan berwarna putih. Bila tidak ada, maka warna apapun diperbolehkan dan diberi kapur barus serta harum-haruman. Niat mengafani jenazah: ‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬( ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ْ‫ك‬َ‫ت‬ ُ‫ْت‬‫ي‬ َ‫و‬َ‫ن‬ .ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬ )ِ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬ ِ‫ل‬ِ ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ .‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Saya niat mengkafani jenazah laki- laki (wanita) ini, fardhu kifayah, karena Allah Ta’ala. Ya Allah, mohon Engkau mandikan dia dengan air, salju dan embun.
  • 13. 10 Sedangkan doa mengafani jenazah adalah: ِ‫م‬ ِ‫اح‬َّ‫الر‬ َ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ك‬ِ‫ت‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً‫ر‬ ْ‫و‬ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫م‬ ‫ا‬ً‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ‫ح‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ر‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬ َ‫و‬ ً‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬( ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬َّ‫ث‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .َ‫ن‬ْ‫ي‬ . َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ل‬ِ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ Ya Allah, mohon Engkau jadikan pakaian (kafan) ini menjadi rahmat, cahaya, pelindung dan penutup baginya; atas nama rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sebaiknya, laki-laki dikafani dengan 3 (tiga) helai kain putih, tanpa gamis dan serban. Satu helai sebagai sarung, satu lagi menutupi badan dari leher hingga kaki, dan yang terakhir menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan untuk jenazah wanita, sebaiknya digunakan 5 (lima) helai; masing-masing untuk sarung, kerudung dan gamis, ditambah dua helai untuk membalut seluruh tubuhnya. Pada dasarnya, semua bahan yang boleh dipakainya sewaktu hidup, boleh dijadikan sebagai kafan dan dipilih bahan yang terbaik.Berikut ini penjelasan terperinci tentang tata cara mengafani jenazah sesuai jenis kelaminnya: Mengafani Jenazah Laki-laki
  • 14. 11 1. Kain kafan untuk jenazah laki-laki berjumlah tiga lapis, dan tiap lapisan kain yang telah terhampar, ditaburi wewangian. 2. Letakkan jenazah di atas kain kafan. Kedua tangannya diletakkan di atas dada, seperti ketika sedang berdiri shalat, yakni dengan posisi tangan kanan di bawah tangan kiri. 3. Kain kafan lapisan pertama (yang langsung mengenai tubuh jenazah) dilingkupkan ke tubuh jenazah, dimulai dari sebelah kiri, kemudian sebelah kanan. Kemudian menyusul lapisan berikutnya. Jadi, mengkafaninya secara satu persatu, bukan mengkafaninya secara langsung 3 (tiga) lapis sekaligus. 4. Ikatlah tubuh jenazah yang sudah terbungkus ketiga kain kafan itu dengan tali yang diambilkan dari kain kafan tersebut (yakni sobekan kain kafan, sekedar cukup untuk tali pengikat). Ikatan pertama di ujung kepala, ikatan kedua di tengah badan, ikatan ketiga di tengah atau di arah lutut, dan ikatan keempat di ujung kaki. Semua ikatan adalah ikatan sementara, karena sesudah dimasukkan ke liang lahad, ikatan-ikatan tersebut harus dibuka kembali. Mengafani Jenazah Wanita 1. Mula-mula dihamparkan dua lapis kain pembungkus (gambar 4 dan 5) yang sudah ditaburi wewangian. 2. Kenakan sarung (gambar 1) ke tubuh jenazah, lalu baju kurung (gambar 2), dilanjutkan kerudung (gambar 3). 3. Kain pembungkus yang dua lapis, dilingkupkan ke tubuh jenazah selapis demi selapis. Kemudian diikat empat atau lima ikatan memakai tali dari sobekan kain kafan dengan ikatan sementara.
  • 15. 12 3. Menshalati Jenazah Dalil menshalati jenazah antara lain: ِ ‫ار‬َ‫ه‬َّ‫ن‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬َّ‫ل‬‫ال‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُّ‫ل‬َ‫ص‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ ‫َّللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ٍ ‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫َن‬‫ع‬ َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ )َ‫ه‬َ‫ج‬‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ .ً‫ء‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫س‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ير‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬ Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Shalatilah orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian [umat muslim] pada malam dan siang hari dengan empat takbir” (H.R. Ibn Majah) Orang yang paling berhak menyalatkan jenazah adalah ayahnya, lalu kakeknya, para ashabah-nya secara berurutan, yaitu anak, cucu, saudara, anak saudara, paman dan anak paman. Alasannya, karena merekalah yang paling berduka atas kematian itu. Apabila terdapat dua orang atau lebih pada derajat yang sama, dahulukanlah yang tertua, atau yang lebih baik bacaannya dan lebih faqih (ahli Fikih), karena dia lebih mulia dan shalatnya lebih sempurna. Pada awalnya, usahakan barisan (shaf) disusun menjadi tiga baris. Setiap shaf paling sedikit terdiri dari dua orang. Apabila jenazah laki-laki, maka posisi imam shalat berada lurus dengan kepala jenazah. Apabila jenazah wanita, maka posisi imam shalat lurus dengan pusar jenazah. Setelah itu, shalat jenazah dimulai dengan seruan: ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ة‬َ‫ال‬َّ‫ص‬‫ل‬َ‫ا‬ “Mari (kita) menshalati mayat” Adapun tata cara shalat jenazah adalah: 1. Niat menyengaja melakukan shalat jenazah, dengan empat takbir menghadap kiblat karena Allah SWT. َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ )ِ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫(ا‬ ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬ َ‫م‬ِ‫إ‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬ َ‫ع‬ ‫ال‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ِ‫ل‬ِ ‫ا‬ً‫م‬ ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫أ‬َ‫م‬/‫ا‬ً‫م‬‫ا‬ Saya niat menshalati jenazah laki-laki (wanita) ini, empat kali takbir, fardhu kifayah, sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala. 2. Takbiratul Ihram bersamaan dengan niat. 3. Takbir pertama, lalu membaca Surat al-Fatihah sebagaimana shalat yang lain (tanpa membaca Surat al-Qur’an lainnya). 4. Takbir kedua, kemudian membaca shalawat Nabi SAW:
  • 16. 13 َ‫ع‬َ‫و‬ ،َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ْت‬‫ي‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ ،َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬ ،َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ،َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ت‬ْ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ،ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ك‬ ِ ‫ار‬َ‫ب‬َ‫و‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ ِ‫ج‬َ‫م‬ ٌ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ح‬ َ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬‫ال‬ ْ‫ي‬ِ‫ف‬ Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada (Nabi) Muhammad (SAW) dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau pernah memberi rahmat yang agung kepada (Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarga beliau. Dan mohon Engkau limpahkan berkah kepada (Nabi) Muhammad (SAW) dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau pernah memberi berkah kepada (Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarga beliau. Di seluruh alam ini, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. 5. Takbir ketiga, lalu membaca doa: )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫ز‬ُ‫ن‬ ْ‫م‬ ِ ‫ْر‬‫ك‬َ‫أ‬َ‫و‬ .)‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ْف‬‫ع‬‫ا‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ع‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫م‬َ‫ح‬ ْ‫ار‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬( ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ِ‫ق‬َ‫ن‬َ‫و‬ .ِ‫د‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ج‬ْ‫ل‬َّ‫ث‬‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬ِ‫س‬ْ‫غ‬‫ا‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫خ‬ْ‫د‬ُ‫م‬ ْ‫ع‬ِ‫س‬َ‫و‬َ‫و‬ َّ‫ث‬‫ال‬ َ‫ْت‬‫ي‬َّ‫ق‬َ‫ن‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ً‫ال‬ْ‫ه‬َ‫أ‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ ِ ‫َار‬‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫ا‬ً‫َار‬‫د‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫أ‬ َ‫و‬ . ِ ‫س‬َ‫ن‬َّ‫د‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ ‫ض‬َ‫ي‬ْ‫ب‬‫األ‬ َ‫ب‬ ْ‫و‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ذ‬ِ‫ع‬َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬ ِ‫ْخ‬‫د‬َ‫أ‬َ‫و‬ .)‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ ِ‫ج‬ ْ‫و‬َ‫ز‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫ا‬ً‫ج‬ ْ‫و‬َ‫ز‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ِ ‫ر‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ . ِ ‫ار‬َّ‫ن‬‫ل‬ Ya Allah, mohon ampunilah, rahmatilah, sejahterahkanlah dan dan maafkanlah dia. Mohon Engkau muliakan tempatnya, Engkau luaskan kuburnya, Engkau mandikan dengan air, salju dan embun. Mohon Engkau bersihkan dia dari segala dosa sebagaimana Engkau bersihkan pakaian putihdari noda. Mohon Engkau berikan pengganti bagi dia, rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, dan pasangan yang lebih baik daripada pasangannya. Mohon Engkau masukkan dia ke dalam surga dan Engkau jauhkan dia dari adzab kubur dan adzab neraka.
  • 17. 14 Jika jenazah laki-laki, semua berakhiran hu atau hi; jika jenazah laki-laki, maka semua berakhiran ha. Jika jenazah anak-anak, maka doa di atas diganti sebagai berikut: ُ‫ه‬ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ )‫ا‬َ‫ه‬‫(ـ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ِ‫ل‬َ‫و‬ .‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ج‬َ‫أ‬َ‫و‬ ً‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ُخ‬‫د‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ط‬َ‫ر‬َ‫ف‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ف‬َ‫ل‬َ‫س‬ Ya Allah, mohon Engkau jadikan dia bagi kami dan bagi kedua orangtuanya, sebagai jaminan, simpanan, penebus, nasihat serta pahala. 6. Takbir keempat, lalu membaca doa: َ‫ال‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ )‫ا‬َ‫ه‬( ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫م‬ ِ ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ت‬ Ya Allah, mohon jangan Engkau haramkan kami untuk mendapatkan pahalanya, janganlah Engkau timpakan fitnah bagi kami sepeninggalnya, dan mohon ampunilah segala kesalahan kami dan kesalahannya. 7. Mengucapkan salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri. Lalu berdoa: ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫ح‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ِ‫ب‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ .ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ل‬‫آ‬ ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫اب‬َ‫ق‬ ِ ‫ر‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ ‫ر‬ ْ‫ِق‬‫ت‬ْ‫ع‬‫ا‬ ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬( ِ ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ )ِ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ 3 × )ِ‫ة‬َ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬( ِ‫ت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫َلى‬‫ع‬ َ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َّ‫الر‬ ِ‫ل‬ ِ ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ . ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫اج‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ َ‫و‬ ،ِ‫ان‬َ‫ن‬ ِ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ ‫اض‬َ‫ي‬ ِ ‫ر‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ض‬ ْ‫و‬َ‫ر‬ )‫ا‬َ‫ه‬( .ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫الن‬ ِ ‫ر‬َ‫ف‬ُ‫ح‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ح‬ )‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬( ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬َ‫و‬ .َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ل‬ِ ُ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ .َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ْ‫َح‬‫ص‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ِ ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada (Nabi) Muhammad (SAW) dan keluarga beliau. Ya Allah, atas nama Surat al- Fatihah, mohon Engkau bebaskan ‘leher’ kami dan leher jenazah ini dari neraka (dibaca 3 kali). Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat dan ampunan kepada jenazah ini. Mohon Engkau jadikan kuburnya sebagai taman surga, dan mohon jangan Engkau jadikan kuburnya sebagai lubang neraka. Semoga Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada makhluk terbaik, (Nabi) Muhammad), keluarga beliau dan para Sahabat beliau sekalian. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
  • 18. 15 4. Menguburkan Jenazah Dalil menguburkan jenazah antara lain: ‫و‬ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ ، ِ ‫ر‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ض‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫َن‬‫ع‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ِ‫َن‬‫ع‬ ِ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ .)ُ‫د‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ َّ ‫َّللا‬ ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ِ َّ ‫َّللا‬ Ibnu ‘Umar RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Jika kalian meletakkan jenazah-jenazah kalian di dalam kubur, maka ucapkanlah: ‘Dengen menyebut nama Allah dan agama Rasulullah” (H.R. Ahmad). Tata cara menguburkan jenazah adalah: 1) Dibuatkan liang kubur yang cukup dalam, sepanjang badan jenazah, dalamnya setinggi orang berdiri ditambah setengah lengan (sekitar 2 meter), lebar kurang lebih 1 (satu) meter. Di dasar lubang dibuat lebih miring lebih dalam ke arah kiblat. Maksudnya agar tidak mudah dibongkar binatang buas dan tidak bau setelah jenazah itu membusuk. 2) Bentuk lubang kubur disunatkan memakai lubang lahad [lubang yang digali di bawah kubur sebelah kiblat, kira-kira muat untuk jenazah, kemudian ditutup dengan papan atau bambu]. Jika tanahnya gembur dan mudah runtuh, lebih baik dibuatkan lubang tengah [lubang kecil di tengah-tengah kubur kira-kira muat jenazah, disebut dengan istilah syaq] kemudian ditutup dengan papan atau bambu, seterusnya dengan tanah. 3) Setelah jenazah diusung dan sampai kubur, maka masukkanlah ke dalam liang lahad dengan miring ke kanan dan menghadap kiblat. 4) Cara memasukkan jenazah adalah terlebih dahulu memasukkan kepala jenazah dari arah kaki makam (di Indonesia, arah selatan). 5) Tali-tali pengikat kain kafan dilepas semua, pipi kanan dan ujung kakiditempelkan ke tanah. 6) Setelah itu, jenazah ditutup dengan papan, kayu, atau bambu yang disebut “dinding ari” kemudian di atasnya ditimbun tanah sehingga lubang itu rata dan ditinggikan seperlunya, kira-kira sejengkal. Para ulama tidak menyukai meninggikan kubur dari
  • 19. 16 permukaan tanah, kecuali sekedar sebagai tanda bahwa itu adalah kubur, agar tidak diinjak atau diduduki. 7) Kemudian meletakkan pelepah yang masih basah atau menyiramnya dengan kembang di atas kubur tersebut. Hal ini sesuai dengan perbuatan Rasulullah SAW pada saat selesai menguburkan putra beliau, Ibrahim.
  • 20. 17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menjenguk orang sakit hukumnya sunah, bahkan merupakan salah satu hak seorang muslim atas muslim lainnya. Setiap kematian selalu diawali oleh sakaratul maut yang memiliki tanda-tanda khusus menurut medis maupun riwayat Hadis. Ta’ziyah merupakan ungkapan belasungkawa kepada keluarga jenazah agar merasa terhibur dan bersabar atas qadha-qadar Allah SWT. Memandikan jenazah oleh orang yang berhak, dengan menggunakan air bersih, air bercampur sabun, daun bidara dan kapur barus (kamper). Disunahkan memandikan tiga kali, lima kali atau tujuh kali. Mengafani jenazah laki-laki disunahkan tiga lapis kain, sedangkan mengafani jenazah wanita disunahkan lima lapis kain. Disunahkan menggunakan kain kafan berwarna putih. Menshalati jenazah dimulai dengan niat, kemudian takbiratul ihram (takbir pertama), lalu membaca Surat al-Fatihah; takbir kedua, lalu membaca shalawat; takbir ketiga, lalu membaca doa khusus untuk jenazah; takbir keempat, lalu membaca doa untuk orang-orang yang ditinggalkan jenazah; diakhiri salam. Menguburkan jenazah di liang kubur yang panjangnya sepanjang badan jenazah, dalamnya setinggi orang berdiri ditambah setengah lengan (sekitar 2 meter), lebarnya kurang lebih 1 (satu) meter. Di dasar liang kubur dibuatkan liang lahad yang posisinya ke arah kiblat.